• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Pemerintah Terhadap Pelaksanaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Di Rumah Sakit Jiwa (Rsj) Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Kebijakan Pemerintah Terhadap Pelaksanaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs) Kesehatan Di Rumah Sakit Jiwa (Rsj) Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

18

BAB II

KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PELAKSANAAN BADAN

PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BPJS)

A. Pengertian Kebijakan Dan Kebijakan Pemerintah

1. Pengertian Kebijakan

Istilah kebijakan yang dipergunakan adalah identik dengan istilah kebijaksanaan yang lazim dipergunakan sehari – hari dalam arti yang sempit dalam hal ini diartikan “ kebijakan sama dengan kebijaksanaan dikurangi kebajikan atau kebijaksanaan sama dengan kebijakan ditambah kebajikan “. Seorang raja atau penguasa yang “bijaksana” adalah yang memiliki baik sifat – sifat yang berdasarkan pada kebijakan maupun kebajikan atau dengan kata lain ia telah banyak menjelmakan kebijaksanaan dalam bentuk kebijakan dan kebajikan. Istilah administrasi dipergunakan dalam arti administrasi negara.

Kebijakan dalam praktik mempunyai 2 (dua) arti, yaitu sebagai berikut : a. Kebijakan dalam arti kebebasan, yang ada pada subjek tertentu (atau yang

(2)

mengatasi problematik manusia dalam rangkaian hidup bersama atau negara tertentu pada waktu tertentu dan tempat tertentu.

b. Kebijakan dalam arti kata keluar, untuk mengatasi problematik manusia dalam hubungan dengan hidup bersama atau negara tertentu, sebagai hasil penggunaan kebebasan memilih yang diterima sebagai yang terbaik berdasarkan nilai – nilai hidup bersama atau negara tertentu. Dengan kata lain, jalan keluar dalam mengatasi problematik manusia yang dimaksud sebagai hasil kebebasan dalam memilih sebagai yang terbaik dalam waktu dan tempat berdasarkan nilai – nilai masyarakat atau negara tertentu

Kebijakan secara teknis perlu dibedakan dari kebajikan. Keduanya berbeda dalam tujuan, dasar eksistensi, dan pertanggungjawaban. Bagi orang awam, kebijaksanaan, kebijakan, dan kebajikan dipergunakan secara bercampur baur dengan tidak membedakannya secara terinci dan prinsipil.

a) Tujuan

Tujuan kebajikan adalah kepuasan atau ketentraman serta kepentingan dari penentu dan pengambil putusan kebajikan sesuai seleranya.

Tujuan kebijakan adalah kepuasan atau ketentraman serta kepentingan dari penentu dan pengambil putusan kebijakan dalam hubungan dengan kepuasan atau ketentraman serta kepentingan dari yang dikenai kebijakan, yaitu rakyat.

(3)

_____________________________________________________________ 14

Willy D.S. Voll, Op.Cit. hal. 133-140

negara modern demokrasi, tidak ada tempat bagi kebajikan untuk administrasi, kebajikan administrasi hanya ada dalam negara penguasa.

b) Dasar eksistensi

Kebajikan berdasar pada kedaulatan adalah putusan yang terpuji karena menyenangkan yang dikenai putusan, yaitu rakyat yang adalah objek. Status kebajikan adalah sebagai rahmat atau karunia (hadiah) bagi yang dikenai.

Kebijakan berdasar pada kedaulatan limpahan atau kewajiban limpahan atau kewajiban sebagai materi hukum. Dengan kata lain, ia berdasar pada moralitas atau hukum.

Kebajikan adalah kebijakan yang baik dilihat dari sudut yang dikenai kebijakan, yang tidak berdasarkan pada non hukum atau materi hukum pada waktu dan tempat tertentu melainkan berdasarkan semata – mata pada kekuatan faktual.

c) Pertanggungjawaban

Pada kebijakan selalu terkait dengan pertanggungjawaban, yaitu pertanggungjawaban moral atau pertanggungjawaban hukum atau kedua- duanya. Yang ideal adalah bahwa kebijakan itu dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral maupun secara hukum.

Pada kebajikan tidak terkait pertanggungjawaban. Pada kebajikan hanya terkait kekaguman atau penghargaan terhadap kebaikan budi dari penentu kebajikan.

(4)

2. Pengertian Kebijakan Pemerintah

Didalam penyelenggaraan tugas – tugas administrasi negara, pemerintah banyak mengeluarkan kebijakan yang dituangkan dalam berbagai bentuk seperti

beleidslijnen (garis – garis kebijakan), het beleid (kebijakan), voorschtiften

(peraturan – peraturan), richtlijnen (pedoman – pedoman), regelingen (petunjuk – petunjuk), circulaires (surat edaran), resoluties (resolusi – resolusi),

aanschrijvingen (intruksi – intruksi), beleidsnota’s (nota kebijakan), reglemen

(ministriele) (peraturan – peraturan menteri), beschikkingen (keputusan –

keputusan), en bekenmakingen (pengumuman – pengumuman). Menurut Philipus M. Hadjon, peraturan kebijakan pada hakikatnya merupakan produk dari perbuatan tata usaha negara yang bertujuan “naar buiten gebracht schricftelijk

beleid”, yaitu menampakkan keluar suatu kebijakan tertulis. Peraturan kebijakan

hanya berfungsi sebagai bagian dari operasional penyelenggaraan tugas – tugas pemerintahan, karenanya tidak dapat mengubah ataupun menyimpangi peraturan perundang – undangan. Peraturan ini adalah semacam hukum bayangan dari undang – undang atau hukum. Oleh karena itu, peraturan ini disebut pula dengan istilah psudo-wetgeving (perundang – undangan semu) atau spigelsrecht (hukum bayangan / cermin).

(5)

______________________________________

15

Ridwan HR,Hukum Administrasi Negara,Edisi Revisi,PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,2010,hal. 174-179

pertama, kebebasan menafsirkan mengenai ruang lingkup wewenang yang dirumuskan dalam peraturan dasar wewenangnya. Aspek pertama ini lazim dikenal dengan kebebasan menilai yang bersifat objektif. Kedua, kebebasan untuk menentukan sendiri dengan cara bagaimana dan kapan wewenang yang dimiliki administrasi negara itu dilaksanakan. Aspek kedua ini dikenal dengan kebebasan menilai yang bersifat subjektif.

Bagir Manan menyebutkan ciri – ciri peraturan kebijakan sebagai berikut : a. Peraturan kebijakan bukan merupakan peraturan perundang – undangan. b. Asas – asas pembatasan dan penguji terhadap peraturan perundang –

undangan tidak dapat diberlakukan pada peraturan kebijakan.

c. Peraturan kebijakan tidak dapat diuji secara wetmatigheid, karena memang tidak ada dasar peraturan perundang – undangan untuk membuat keputusan peraturan kebijakan tersebut.

d. Peraturan kebijakan dibuat berdasarkan Freies Ermessen dan ketiadaan wewenang administrasi bersangkutan membuat peraturan perundang – undangan.

e. Pengujian terhadap peraturan kebijakan lebih diserahkan pada doelmatigheid

dan karena itu batu ujinya adalah asas – asas umum pemerintahan yang baik. f. Dalam praktik diberi format dalam berbagai bentuk dan jenis aturan, yakni

(6)

______________________________________

16

M.Solly Lubis,Diktat Kuliah Teori Hukum, Program Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara,2006,hal 28

Istilah “pemerintah” dan “pemerintahan” sering dikaitkan dan dipadankan dengan istilah asing antara lain administratie, administration, bestuur, regeling,

dan government, dan dalam bahasa indonesia digunakan juga istilah

“administrasi” dan “tata usaha negara”.”government” menurut bahasa diartikan dengan pemerintah.

Terdapat beberapa pengertian pemerintah menurut para ahli,antara lain adalah :

a. M. Solly Lubis Guru Besar Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, pemerintah diartikan dalam 2 (dua) pengertian, yaitu :

Pertama; pemerintah dalam arti luas dan sempit. Dalam arti luas pemerintah adalah semua lembaga – lembaga negara baik lembaga eksekutif, legislatif maupun lembaga yudikatif. Dalam arti sempit pemerintah hanya lembaga eksekutif saja.

Kedua; pemerintah dalam 3 (tiga) arti , yaitu :

1) Pemerintah adalah keseluruhan lembaga – lembaga kekuasaan negara 2) Pemerintah diartikan lembaga eksekutif saja (Presiden - Republik), Raja

(Monorchie) dengan jajarannya/poros lurus.

3) Pemerintah dalam arti Top Administrator saja, seperti Vatikan – Paus, Soviet - Eks Unisoviet, Presiden – Presidensiil, Perdana Menteri – Parlementer.

(7)

______________________________________

17

Irfan Fachruddin,Pengawasan Peradilan Administrasi Terhadap Tindakan

Pemerintah,Cetakan Pertama, PT Alumni, Bandung, 2004,hal. 27-28

b. Menurut Wilson sebagaimana yang dikonstatir Ateng Syafrudin Pemerintah adalah suatu kekuatan yang terorganisir yang merupakan hasil perbuatan beberapa orang atau sekelompok orang yang dipersiapkan oleh suatu organisasi untuk merealisir maksud – maksudnya bersama referensi – referensi yang dapat menangani persoalan – persoalan umum atau masyarakat.

c. Kuntjoro Purbopranoto berpendapat bahwa pemerintah dalam “arti luas” adalah kegiatan negara dalam melaksanakan kekuasaan politiknya, mencakup ketiga kekuasaan negara dalam ajaran “trias politica” yang digagas oleh Mountesquieu yaitu : kekuasaan pembentukan undang – undang (la puissance

legislative), kekuasaan pelaksana (la puissance executive), dan kekuasaan

peradilan (la puissance de juger).

d. N.E Algra et al. mengemukakan pengertian “pemerintah” dalam “arti sempit” yaitu “bestuur”, yang meliputi bagian tugas pemerintah yang tidak termasuk tugas pembuatan undang – undang (legislatif) atau tugas peradilan

(yudikatif).17

Dalam menjalankan kebijakan pemerintah dikenal tiga sumber kewenangan pemerintah, yaitu “atribusi”, “delegasi”, dan “, “mandat”. Ketiga sumber wewenang pemerintah tersebut dibicarakan lebih lanjut dibawah ini : a. Atribusi

(8)

adalah pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat undang – undang kepada organ pemerintah.

Dijelaskan bahwa pembentukan perundang – undangan yang dilakukan baik oleh pembentuk undang – undang orisinil (originaire wetgevers) maupun pembentuk undang – undang yang diwakilkan (gedelegeerde wetgevers)

memberikan kekuasaan kepada suatu organ pemerintah yang dibentuk pada kesempatan itu atau kepada organ pemerintah yang sudah ada. Sebagaimana dinyatakan berikut ini :

“pembuat undang – undang menciptakan suatu wewenang pemerintahan yang baru dan menyerahkannya kepada suatu lembaga pemerintahan. Hal ini bisa berupa lembaga pemerintahan yang telah ada, atau suatu lembaga pemerintahan yang baru yang diciptakan pada kesempatan tersebut”

Senada dengan rumusan H.D. Van Wijk, Indroharto mengemukakan bahwa atribusi adalah pemberian wewenang pemerintah yang baru oleh suatu ketentuan dalam perundang – undangan baik yang diadakan oleh original legislator ataupun delegated legislator.

b. Delegasi

(9)

______________________________________

18 Ibid

, hal. 49-53

19

Ridwan HR,op cit, hal. 125 c. Mandat

Wewenang yang diperoleh melalui atribusi maupun delegasi dapat dimandatkan kepada badan atau pegawai bawahan apabila pejabat yang memperoleh wewenang itu tidak sanggup melakukan sendiri. H.D Van Wijk menjelaskan arti dari “mandat” adalah “een bestuursorgaan laat zijn bevoegdheid

namens hem uitoefenen door een ander” yaitu suatu organ pemerintah

mengizinkan kewenangannya dijalankan oleh organ lain atas namanya.”18

Instrumen pemerintahan yang dimaksud dalam hal ini adalah alat – alat atau sarana – sarana yang dipergunakan oleh pemerintah atau administrasi negara dalam melaksanakan tugas – tugasnya. Dalam menjalankan tugas – tugas pemerintahan, pemerintah atau administrasi negara melakukan berbagai tindakan hukum, dengan menggunakan sarana transportasi dan komunikasi, gedung – gedung perkantoran, dan lain – lain, yang terhimpun dalam publiek domain atau kepunyaan publik. Disamping itu, pemerintah juga menggunakan berbagai instrumen yuridis dalam menjalankan kegiatan mengatur dan menjalankan urusan pemerintahan dan kemasyarakatan, seperti peraturan perundang – undangan, keputusan – keputusan, peraturan kebijakan, perizinan, instrumen hukum keperdataan, dan sebagainya. 19

Adapun pemerintahan sebagai kumpulan “kesatuan – kesatuan pemerintahan” terdiri dari :

(10)

______________________________________

20

Philipus M.Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Cetakan Kesembilan, Gadjah Mada University Press,Yogyakarta,2005,hal. 10

jadinya hanya memiliki wewenang jika dia diberikan suatu wewenang yang secara emplisit (jelas) disahkan menurut hukum publik.

b. Badan – badan hukum menurut hukum perdata yang sesuai dan berdasarkan hukum telah didirikan dan oleh karena itu harus dianggap sebagai termasuk dalam pihak pemerintah (jawatan umum). Maka badan – badan hukum ini mempunyai wewenang untuk atas nama negara melaksanakan tindakan – tindakan hukum menurut hukum sipil. Selanjutnya yang dikategorikan dalam pihak pemerintahan para pegawai negeri yang telah diangkat oleh negara secara resmi dan para pekerja kontrak yang denganya pihak pemerintah telah menandatangani kontrak kerja.20

B. Definisi Dan Pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

1. Definisi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

(11)

______________________________________

21

Asih Eka Putri,Loc.cit.

Tiga kriteria di bawah ini digunakan untuk menentukan bahwa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) merupakan badan hukum publik, yaitu: 1) Cara pendiriannya atau terjadinya badan hukum itu, diadakan dengan

konstruksi hukum publik, yaitu didirikan oleh penguasa (Negara) dengan Undang-undang;

2) Lingkungan kerjanya, yaitu dalam melaksanakan tugasnya badan hukum tersebut pada umumnya dengan publik dan bertindak dengan kedudukan yang sama dengan publik;

3) Wewenangnya, badan hukum tersebut didirikan oleh penguasa Negara dan diberi wewenang untuk membuat keputusan, ketetapan, atau peraturan yang mengikat umum.21

2. Pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Undang - Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) membentuk dua Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, yaitu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Pembentukan dan pengoperasian Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) melalui serangkaian tahapan, yaitu:

1) Pengundangan Undang - Undang No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada 19 Oktober 2004;

(12)

______________________________________

22

Ibid. hal. 10

3) Pengundangan Undang - Undang No. 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) pada 25 November 2011;

4) Pembubaran PT Askes dan PT Jamsostek pada 1 Januari 2014;

5) Pengoperasian Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial(BPJS) Ketenagakerjaan pada 1 Januari 2014.

Rangkaian kronologis di atas terbagi atas dua kelompok peristiwa. Peristiwa pertama adalah pembentukan dasar hukum Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang mencakup pengundangan Undang - Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), pembacaan putusan Mahkamah Konstitusi dan pengundangan Undang - UndangBadan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).22

Peristiwa kedua adalah transformasi badan penyelenggara jaminan sosial dari badan hukum persero menjadi badan hukum publik Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Transformasi meliputi pembubaran PT Askes dan PT Jamsostek tanpa likuidasi dan diikuti dengan pengoperasian Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Komisaris dan Direksi PT Askes serta Komisaris dan Direksi PT Jamsostek bertanggung jawab atas keberhasilan atau kegagalan transformasi dan pendirian serta pengoperasikan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Di masa peralihan, keduanya bertugas :

(13)

______________________________________

23

Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2011.Op.Cit. Pasal 56 dan Pasal 61

24

Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2004.Op.Cit.Pasal 52 ayat (1 dan 2)

2. Menyiapkan pengalihan aset dan liabilitas, pegawai, serta hak dan kewajiban Persero kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial(BPJS);

3. Khusus untuk PT. Jamsostek, menyiapkan pengalihan program, aset, liabilitas, hak dan kewajiban Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Jamsostek kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.23

Selanjutnya diulas pembentukan dasar hukum Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) secara kronologis waktu, yaitu :

19 Oktober 2004, Undang - Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) diundangkan. Undang - Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) memberi dasar hukum bagi PT Jamsostek (Persero), PT Taspen (Persero), PT Asabri (Persero) dan PT Askes Indonesia (Persero) sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Undang - Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) memerintahkan penyesuaian semua ketentuan yang mengatur keempat Persero tersebut dengan ketentuan Undang - Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Masa peralihan berlangsung paling lama lima tahun, yang berakhir pada 19 Oktober 2009.24

(14)

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

Mahkamah Konstitusi (MK) berpendapat bahwa Pasal 5 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) Undang – Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) menutup peluang Pemerintah Daerah untuk mengembangkan suatu sub sistem jaminan sosial nasional sesuai dengan kewenangan yang diturunkan dari ketentuan Pasal 18 ayat (2) dan ayat (5) Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Selanjutnya, Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa Pasal 52 ayat (2) Undang - Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) tidak bertentangan dengan Undang – Undang Dasar Tahun 1945. Namun Pasal 52 ayat (2) hanya berfungsi untuk mengisi kekosongan hukum setelah dicabutnya Pasal 5 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) Undang – Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan menjamin kepastian hukum karena belum ada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang memenuhi persyaratan agar Undang - Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dapat dilaksanakan.

(15)

Sosial harus dibentuk dengan Undang - Undang”. Pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ini dibatasi sebagai badan penyelenggara jaminan sosial nasional yang berada di tingkat pusat.

Pada 25 November 2011, Pemerintah mengundangkan Undang - Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yaitu Undang - Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) diundangkan sebagai pelaksanaan ketentuan Undang - Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 ayat (2) pasca Putusan Mahkamah Konstitusi atas Perkara No. 007/PUU-III/2005. Undang – Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) membentuk dua Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), yaitu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan berkedudukan dan berkantor di ibu kota Negara Republik Indonesia. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dapat mempunyai kantor perwakilan di provinsi dan kantor cabang di kabupaten/kota.

(16)

______________________________________

25

Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2011.Op.Cit.Pasal 7 ayat (1dan 2) dan Pasal 9 ayat (1)

Jaminan Sosial (BPJS) mengatur organ dan tata kelola Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Undang - Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) menetapkan modal awal Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan; masing - masing paling banyak Rp2.000.000.000.000,00 (dua triliun rupiah) yang bersumber dari APBN. Modal awal dari Pemerintah merupakan kekayaan Negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham. Undang - Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) menangguhkan pengalihan program - program yang diselenggarakan oleh PT Asabri (Persero) dan PT Taspen (Persero) ke Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan paling lambat hingga tahun 2029.

a. BPJS Kesehatan

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan hukum publik yang bertanggungjawab kepada Presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan.25

Pada 1 Januari 2014 Pemerintah mengoperasikan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan atas perintah Undang - Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Pada saat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS Kesehatan mulai beroperasi, terjadi serangkaian peristiwa sebagai berikut :

(17)

______________________________________

26Ibid.

pasal 60 ayat (3)

dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan;

2. semua pegawai PT. Askes (Persero) menjadi pegawai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan;

3. Menteri Badan Usaha Milik Negara selaku Rapat Umum Pemegang Saham mengesahkan laporan posisi keuangan penutup PT. Askes (Persero) setelah dilakukan audit oleh kantor akuntan publik;

4. Menteri Keuangan mengesahkan laporan posisi keuangan pembuka Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan laporan posisi keuangan pembuka dana jaminan kesehatan.26

Sejak Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan beroperasi menyelenggarakan program jaminan kesehatan nasional, terjadi pengalihan program-program pelayanan kesehatan perorangan kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS Kesehatan.

Mulai 1 Januari 2014 terjadi pengalihan program sebagai berikut :

1. Kementerian Kesehatan tidak lagi menyelenggarakan program jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas);

(18)

______________________________________

27Ibid.

pasal 60 ayat (2)

28

Ibid.pasal 7 ayat (1 dan 2) dan pasal 9 ayat (2)

3. PT Jamsostek (Persero) tidak lagi menyelenggarakan program jaminan pemeliharaan kesehatan.27

b. BPJS Ketenagakerjaan

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS) Ketenagakerjaan adalah badan hukum publik yang bertanggungjawab kepada Presiden dan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian.28

Pada 1 Januari 2014, Pemerintah mengubah PT Jamsostek (Persero) menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan atas perintah Undang - Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Pada saat PT Jamsostek berubah menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan pada 1 Januari 2014, terjadi serangkaian peristiwa sebagai berikut:

1. PT Jamsostek dinyatakan bubar tanpa likuidasi.

2. Semua aset dan liabilitas, serta hak dan kewajiban PT Jamsostek (Persero) dialihkan kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan.

3. Semua pegawai PT Jamsostek (Persero) menjadi pegawai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan.

(19)

5. Menteri Keuangan mengesahkan laporan posisi keuangan pembuka Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Jamsostek dan laporan posisi keuangan pembuka Dana Jaminan Ketenagakerjaan.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan melanjutkan penyelenggaraan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian dan jaminan hari tua yang selama ini telah diselenggarakan oleh PT Jamsostek, termasuk menerima peserta baru sampai dengan 30 Juni 2015.

Pada 1 Juli 2015, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, program jaminan kematian dan program jaminan hari tua dan program jaminan pensiun sesuai dengan ketentuan Undang - Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bagi peserta selain peserta program yang dikelola oleh PT Asabri (Persero) dan PT Taspen (Persero).

(20)

______________________________________

29

ibid, pasal 20

C. Organ Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Organ Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) terdiri atas Dewan Pengawas dan Direksi. Keduanya mempunyai fungsi, tugas dan wewenang yang berbeda. Meskipun demikian, organ Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) wajib bekerja secara integratif dalam mengelola program-program jaminan sosial nasional. Di tangan Dewan Pengawas dan Direksi baik buruknya kinerja Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ditentukan.29

1. Dewan Pengawas

Dewan Pengawas terdiri atas 7 (tujuh) orang profesional yang mencerminkan unsur-unsur pemangku kepentingan jaminan sosial, yaitu terdiri atas :

a. dua orang unsur pemerintah b. dua orang unsur pekerja c. dua orang unsur pemberi kerja d. satu orang unsur tokoh masyarakat

Anggota Dewan Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Salah seorang dari anggota Dewan Pengawas ditetapkan sebagai Ketua Dewan Pengawas oleh Presiden. Anggota Dewan Pengawas diangkat untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diusulkan untuk diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya.

(21)

a. Melakukan pengawasan atas kebijakan pengelolaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan kinerja Direksi;

b. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan Dana Jaminan Sosial oleh Direksi;

c. Memberikan saran, nasihat, dan pertimbangan kepada Direksi mengenai kebijakan dan pelaksanaan pengelolaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS);

d. Menyampaikan laporan pengawasan penyelenggaraan jaminan sosial sebagai bagian dari laporan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kepada Presiden dengan tembusan kepada Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN).

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana tersebut di atas, Dewan Pengawas berwenang untuk :

a. Menetapkan rencana kerja anggaran tahunan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS);

b. Mendapatkan dan/atau meminta laporan dari Direksi;

c. Mengakses data dan informasi mengenai penyelenggaraan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS);

d. Memberikan saran dan rekomendasi kepada Presiden mengenai kinerja Direksi.

2. Direksi

(22)

Anggota Direksi diangkat untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diusulkan untuk diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya.

Direksi berfungsi melaksanakan penyelenggaraan kegiatan operasional Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang menjamin peserta untuk mendapat manfaat sesuai dengan haknya.

Dalam melaksanakan fungsi tersebut Direksi bertugas untuk :

a. Melaksanakan pengelolaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi;

b. Mewakili Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di dalam dan di luar pengadilan;

c. Menjamin tersedianya fasilitas dan akses bagi Dewan Pengawas untuk melaksanakan fungsinya.

Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas Direksi berwenang untuk : a. Melaksanakan wewenang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS); b. Menetapkan struktur organisasi beserta tugas pokok dan fungsi, tata kerja

organisasi, dan sistem kepegawaian;

c. Menyelenggarakan manajemen kepegawaian Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), termasuk mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan pegawai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), serta menetapkan penghasilan pegawai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS);

(23)

e. Menetapkan ketentuan dan tata cara pengadaan barang dan jasa dalam rangka penyelenggaraan tugas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dengan memperhatikan prinsip transparansi, akuntabilitas, efisiensi dan efektifitas; f. Melakukan pemindahtanganan aset tetap Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) paling banyak Rp100.000.000.000,00 (seratus milyar rupiah) dengan persetujuan Dewan Pengawas;

g. Melakukan pemindahtanganan aset tetap Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) lebih dari Rp100.000.000.000,00 (seratus milyar rupiah) sampai dengan Rp500.000.000.000,00 (lima ratus milyar rupiah) dengan persetujuan Presiden;

h. Melakukan pemindahtanganan aset tetap Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) lebih dari Rp500.000.000.000,00 (lima ratus milyar rupiah) dengan persetujuan DPR RI.

D. Fungsi, Tugas, Wewenang, Kewajiban Dan Hak Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS)

1. Fungsi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

(24)

kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan menurut Undang – Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) berfungsi menyelenggarakan (empat) program, yaitu program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian.

2. Tugas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) bertugas untuk :

a. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta;

b. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja; c. Menerima bantuan iuran dari Pemerintah;

d. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta;

e. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial;

f. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan program jaminan sosial;

g. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada peserta dan masyarakat.

3. Wewenang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud di atas Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) berwenang :

a. Menagih pembayaran iuran;

(25)

kehati - hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai;

c. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional;

d. Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah;

e. Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan;

f. Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak memenuhi kewajibannya;

g. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidakpatuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang - Undangan;

h. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program jaminan sosial.

(26)

4. Kewajiban Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Undang - Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) menentukan bahwa untuk melaksanakan tugasnya, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) berkewajiban untuk :

a. Memberikan nomor identitas tunggal kepada peserta. Yang dimaksud dengan ”nomor identitas tunggal” adalah nomor yang diberikan secara khusus oleh BPJS kepada setiap peserta untuk menjamin tertib administrasi atas hak dan kewajiban setiap peserta. Nomor identitas tunggal berlaku untuk semua program jaminan sosial;

b. Mengembangkan aset Dana Jaminan Sosial dan aset Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) untuk sebesar - besarnya kepentingan peserta;

c. Memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik mengenai kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil pengembangannya. Informasi mengenai kinerja dan kondisi keuangan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) mencakup informasi mengenai jumlah aset dan liabilitas, penerimaan, dan pengeluaran untuk setiap Dana Jaminan Sosial, dan/ atau jumlah aset dan liabilitas, penerimaan dan pengeluaran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS);

d. Memberikan manfaat kepada seluruh peserta sesuai dengan Undang - Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN);

(27)

f. Memberikan informasi kepada peserta mengenai prosedur untuk mendapatkan hak dan memenuhi kewajiban;

g. Memberikan informasi kepada peserta mengenai saldo Jaminan Hari Tua (JHT) dan pengembangannya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun;

h. Memberikan informasi kepada peserta mengenai besar hak pensiun 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun;

i. Membentuk cadangan teknis sesuai dengan standar praktik aktuaria yang lazim dan berlaku umum;

j. Melakukan pembukuan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dalam penyelenggaraan jaminan sosial;

k. Melaporkan pelaksanaan setiap program, termasuk kondisi keuangan, secara berkala 6 (enam) bulan sekali kepada Presiden dengan tembusan kepada Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN).

l. Kewajiban - Kewajiban Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) tersebut berkaitan dengan tata kelola Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sebagai badan hukum publik.

5. Hak Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Undang - Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) menentukan bahwa dalam melaksanakan kewenangannya, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) berhak :

(28)

b. Memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program jaminan sosial dari Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN).

Dalam Penjelasan Pasal 12 huruf a Undang - Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan “dana operasional” adalah bagian dari akumulasi iuran jaminan sosial dan hasil pengembangannya yang dapat digunakan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) untuk membiayai kegiatan operasional penyelenggaraan program jaminan sosial.

Mengenai hak memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program jaminan sosial dari Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) setiap 6 (enam) bulan, dimaksudkan agar Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) memperoleh umpan balik sebagai bahan untuk melakukan tindakan korektif memperbaiki penyelenggaraan program jaminan sosial. Perbaikan penyelenggaraan program akan memberikan dampak pada pelayanan yang semakin baik kepada peserta.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berarti bahwa agency cost yang dikeluarkan oleh perusahaan mampu meminimalisir biaya perusahaan maka kinerja perusahaan lebih menunjukkan performa yang

Perlakuan pengelolaan pupuk dengan pupuk organik dan anorganik pada tanaman Jagung Manado Kuning, tidak berpengaruh yang nyata terhadap panjang tongkol, diameter tongkol

service quality memiliki yang pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel customer satisfaction. Sehingga apabila terdapat peningkatan pada service quality

Park and Ride diharapkan dapat menyediakan tempat yang cukup luas dan baik untuk menampung kendaraan pribadi, mengurangi kendaraan yang masuk ke kota karena diharapkan

Indonesia bagi mahasiswa S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 6) berbicara realita pembelajaran sintaksis dengan mengatakan bahwa „belum ditemukan dosen yang memberikan bahan

Implementasi monitoring dan evaluasi visi misi yang dilakukan di tingkat jurusan berjalan dan berhasil baik jika didukung oleh komitmen para pelaku, manajemen

Implementasi konsep merupakan suatu bentuk penerapan konsep pada media- media yang sudah ditentukan, dalam hal penciptaan motif batik sebagai ikon kabupaten Lumajang ini media

Informasi di atas hanya menyangkut bahan spesifik yang telah ditentukan dan mungkin tidak berlaku jika bahan tersebut digunakan sebagai campuran dengan bahan lain atau dalam