• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI POTENSI PAJAK RESTORAN KECAMATAN SUKARAME KOTA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI POTENSI PAJAK RESTORAN KECAMATAN SUKARAME KOTA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

SUKARAME KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

Mutia Novitri

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

EVALUATION OF THE POTENTIAL TAX RESTAURANT SUKARAME DISTRICT BANDAR LAMPUNG

By

MUTIA NOVITRI

This research intends to determine the compalibility of existed taxes potentia in the Revenue Office Bandar Lampung restaurants data with real restaurant tax potential. The object of research is done in the Revenue agency in Bandar Lampung, while the object of analysis is performed in restaurants/eateries as sample. Data collection is done by observation to the object, the method used are documentation, observation, surveys, and interviews. Based on the results of the evaluation done on the potential restaurant tax at Sukarame District of Bandar Lampung, shows that there is possibility for lost potential Rp.14.446.500,00 in the calculation of the tax recorded by restaurants Revenue Office with potential tax calculation restaurant noted by researchers.

(3)

EVALUASI POTENSI PAJAK RESTORAN KECAMATAN SUKARAME KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

MUTIA NOVITRI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian potensi pajak restoran yang ada di data Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung dengan potensi pajak restoran yang sesungguhnya. Objek penelitian ini dilakukan di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung yang beralamat di Gd. Pepadun Lt. 1, Komplek Kantor Walikota Bandar Lampung, sedangakan objek analisis dilakukan di rumah makan/restoran-restoran yang menjadi sampel penelitian. Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan melakukan observasi ke objek penelitian, metode yang digunakan yaitu dokumentasi, observasi, survey, dan wawancara. Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan mengenai potensi pajak restoran Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung menunjukkan bahwa terjadi lost potensisebesar Rp.14.446.500,00 antara perhitungan potensi pajak restoran yang dicatat oleh Dinas Pendapatan Daerah dengan perhitungan potensi pajak restoran yang dicatat oleh peneliti.

(4)

(Pemilik atau Pengelola Rumah Makan atau Restoran)

Nama Rumah Makan atau Restoran : ………..

Alamat : ………..

KARAKTERISTIK RESPONDEN

1. Waktu Usaha ………

2. Jumlah Hari Buka …….. hari/minggu

3. Rata-rata Pengunjung: 1. Hari kerja :

a. pagi-siang b. siang-malam

Rata-rata pengunjung hari kerja 2. Hari libur atau akhir pekan

a. pagi-siang b. siang-malam

Rata-rata pengunjung hari libur atau akhir pekan

Total rata-rata pengunjung perhari

………. orang

a. Harga menu terendah per porsi b. Harga menu tertinggi per porsi Total rata-rata harga per porsi

(5)

1. Apakah ada pungutan, yang berkaitan dengan usaha Bapak/Ibu jalankan? Ya Tidak

2. Jika ada, pungutan apa saja itu?

Jenis Pungutan Tarif/Jumlah Nominal Ket. Keberatan

Pajak Ya Tidak

Retribusi/Karcis Ya Tidak

Pungutan Tidak Resmi Ya Tidak

3. Bagaimanakah pajak yang telah dihimpun disetorkan pada Pemerintah Kota Bandar Lampung?

Menyetor sendiri pada Kantor Dispenda Ada petugas yang rutin datang untuk menagih Setoran pajak melalui bank yang ditunjuk

4. Berkaitan dengan pengenaan pajak restoran pada usaha Bapak/Ibu, hal-hal apa saja yang menjadi keluhan Bapak/Ibu?

5. Manfaat apa dari Pemerintah Kota Bandar Lampung, yang Bapak/Ibu dapatkan sebagai pembayar pajak restoran?

Tidak ada

Perhatian yang cukup dari segi pembinaan usaha

Kemudahan-kemudahan dalam pengurusan ijin-ijin usaha Perhatian dalam bidang keamanan

Lainnya ………...

(6)

Bandar Lampung?

(7)
(8)
(9)

Halaman

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN

RIWAYAT HIDUP

PERSEMBAHAN

MOTTO

SANWACANA

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 7

1.3. Batasan Masalah 7

1.4. Tujuan Penelitian 8

1.5. Manfaat Penelitian 8

(10)

2.1. Landasan Teori 9

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian 27

(11)

BAB V KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan 43

5.2. Keterbatasan Penelitian 43

5.3. Saran 44

(12)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sebagaimana yang kita ketahui pajak merupakan salah satu sumber penerimaan

utama bagi negara yang dibayarkan oleh masyarakat. Pajak juga sebagai iuran

pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan serta sebagai perwujudan peran serta

masyarakat atau wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama

melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan

pembangunan nasional.

Tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan

makmur melalui peningkatan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan seluruh

rakyat. Dalam pelaksanaan pembangunan nasional tersebut tidak terlepas oleh

adanya pembangunan daerah. Sehingga untuk memperlancar pembangunan

nasional diperlukan anggaran dari pemerintah negara yang diperoleh dari

(13)

potensi yang bisa digunakan untuk meningkatkan dan mengoptimalkan penerimaan

daerah.

Adanya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang perubahan atas

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, membawa

paradigma baru dalam pengelolaan daerah, dimana daerah diberikan kewenangan

untuk mengelola sendiri kegiatannya yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,

penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan

daerah. Dengan kata lain, daerah berhak mengatur sumber daya daerahnya untuk

pencapaian perencanaan yang diharapkan. Dimana otonomi daerah memiliki peran

sebagai upaya pemberdayaan daerah untuk mengambil keputusan sesuai dengan

potensi dan kepentingan daerah itu sendiri.

Untuk melaksanakan otonomi daerah, pemerintah harus dapat mengidentifikasi

sektor-sektor yang dinilai potensial sebagai pendorong pembangunan daerah,

terutama melalui upaya peningkatan potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Dimana kemampuan daerah dalam memaksimalkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

dapat dilakukan melalui peran serta masyarakat dalam pembayaran pajak dan

retribusi daerah.

Dalam mengestimasi potensi daerah, diperlukan informasi dan tolok ukur yang riil

terjadi di lapangan dan secara konkrit dikehendaki oleh masyarakat. Salah satu

tolok ukur finansial yang dapat digunakan untuk melihat kesiapan daerah dalam

(14)

keuangan suatu daerah. Sedangkan kemampuan keuangan daerah ini biasanya

diukur dari besarnya proporsi/kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap

anggaran pendapatan daerah, maka pihak pemerintah Kota Bandar Lampung

melalui Dinas Pendapatan Daerah berupaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) Kota Bandar Lampung dengan jalan menggali sumber-sumber

pendapatan daerah yang dimiliki. Salah satunya adalah dengan mengoptimalkan

hasil pajak daerah yang sudah ada.

Pada Pemerintah Kota Bandar Lampung kontribusi dari sektor pajak daerah

merupakan pemasukan yang cukup besar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Gambaran mengenai pajak daerah dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Bandar

Lampung dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 1.1.

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah Kota Bandar Lampung

JENIS PENERIMAAN

REALISASI PAD PEMERINTAH KOTA

BANDAR LAMPUNG

(15)

3

(Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung Tahun 2010-2012)

Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam menggali dan

meningkatkan penerimaan pajak daerah belum optimal, hal ini dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 1.2.

Anggaran dan Realisasi Pajak Daerah Kota Bandar Lampung

URAIAN 2010 2011 2012

TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI

Pajak Hotel 5.954.342.000 6.642.066.164 8.850.442.000 10.464.084.252 10.221.724.192 10.530.259.470

Pajak Restoran

7.249.896.000 8.653.596.301 18.000.000.000 13.500.286.358 20.000.000.000 17.284.202.625

Pajak Hiburan 2.350.000.000 2.607.935.632 3.000.000.000 3.048.834.184 3.693.098.000 4.381.068.935

Pajak Relame 3.700.675.548 3.744.573.415 8.000.000.000 6.315.626.735 11.000.000.000 14.462.490.287

Pajak Penerangan Jalan

32.000.000.000 33.520.637.993 33.500.000.000 37.551.145.206 44.000.000.000 50.747.328.239

Pajak Bahan Pengambilan Bahan Galian Golongan C

440.000.000 536.643.781 484.000.000 810.265.921 580.800.000 622.978.705

Pajak Parkir 920.000.000 921.661.500 4.000.000.000 1.377.022.670 4.400.000.000 2.136.797.400

Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan

28.200.000.000 39.288.756.264 37.500.000.000 43.556.504.818

Pajak Air Bawah Tanah

200.000.000 246.117.125 420.000.000 632.542.625

Pajak Bumi

52.614.913.548 56.627.114.786 104.234.442.000 112.602.140.715 183.315.622.192 183.436.575.293

(16)

Dari data di atas diperoleh gambaran mengenai perkembangan pajak daerah Kota

Bandar Lampung selama tiga tahun terakhir yaitu dari tahun 2010-2012. Target

dan realisasi penerimaan pajak daerah terus mengalami peningkatan, realisasi

penenerimaan pajak daerah dari Rp. 56.627.114.786 tahun 2010, kemudian

meningkat menjadi Rp. 112.602.140.715 pada tahun 2011, dan meningkat lagi

menjadi Rp. 183.433.575.2913 pada tahun 2012. Namun, ada beberapa

penerimaan pajak daerah yang tidak mencapai target, seperti realisasi penerimaan

pajak restoran, pajak reklame, pajak parkir, dan pajak bumi dan bangunan

pedesaan dan perkotaan.

Pajak restoran di tahun 2011 dan di tahun 2012 tidak mencapai target. Di tahun

2011 target pajak restoran Rp. 18.000.000.000 tetapi kenyataaannya realisasi pajak

restoran hanya Rp. 13.500.286.358. Begitu pula di tahun 2012, target pajak

restoran yang diharapkan melebihi Rp. 20.000.000.000 tetapi kenyataaannya

realisasi pajak restoran hanya Rp. 17.284.202.625. Adanya selisih yang terjadi

antara besarnya realisasi penerimaan pajak restoran yang ada dengan terget

penerimaan pajak restoran yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kota Bandar

Lampung merupakan potensi dari pajak restoran yang belum tergali secara optimal.

Salah satu faktor yang dianggap memberi pengaruh terhadap kondisi demikian

adalah belum optimalnya pelaksanaan pemungutan pajak restoran berdasarkan

keadaan yang sesungguhnya, serta masih lemah dan kurangnya pengawasan yang

(17)

Untuk itu, tugas aparatur petugas pajak yaitu Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda)

adalah menggali potensi pajak sebaik-baiknya. Dan untuk mencapai tujuan itu,

harus ada kerja sama dan koordinasi yang baik antara wajib pajak dan Dispenda

sehingga apa yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009

tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang kemudian diimplementasikan

dalam Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 01 Tahun 2011 tentang

Pajak Daerah dan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 116 Tahun 2011

tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Restoran dapat berjalan dengan baik.

Pemungutan pajak restoran dilakukan melaluiself assessment system.Dalamself

assessment systemwajib pajak diberi kehormatan untuk mendaftarkan diri,

menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri jumlah pajak

yang terhutang selama satu tahun pajak. Keberhasilan pelaksanaanself assessment

systemtergantung dari kepatuhan dan kesadaran wajib pajak itu sendiri. Namun,

masih banyak wajib pajak yang melaporkan penghasilan dalam mengelola

restorannya tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.

Bagi sebagian wajib pajak menganggap, pajak merupakan“momok”bagi

masyarakat. Anggapan ini kemungkinan disebabkan karena dengan membayar

pajak maka biaya yang akan dikeluarkan oleh wajib pajak akan semakin besar,

selain itu juga bisa disebabkan karena kesadaran wajib pajak, kejujuran wajib pajak,

hasrat untuk membayar pajak dan kedisiplinan wajib pajak sangat rendah. Hal

(18)

tugas yang berat untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah, khususnya pajak

restoran guna pembiayaan kegiatannya.

Restoran merupakan sektor yang cukup potensial di Kecamatan Sukarame Kota

Bandar Lampung, sehingga dengan adanya potensi sumber daya yang tersedia

diharapkan kontribusi yang diberikan dapat memacu pembangunan ekonomi di

Kota Bandar Lampung dan pada akhirnya nanti dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Kota Bandar Lampung. Namun Kenyataannya, kesadaran wajib pajak

restoran untuk menghitung sendiri pendapatan dan total pajak yang harus

dibayarkan (self assesment) hingga kini masih lemah. Untuk itu dilakukan

penelitian yang berjudulEVALUASI POTENSI PAJAK RESTORAN

KECAMATAN SUKARAME KOTA BANDAR LAMPUNG”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian

ini adalah:

1. Seberapa besar potensi pajak restoran yang sesungguhnya?

2. Apakah potensi pajak restoran yang ada di data Dinas Pendapatan Daerah

Kota Bandar Lampung sesuai dengan potensi pajak restoran yang

sesungguhnya?

(19)

Untuk memfokuskan penelitian sesuai dengan ruang lingkup masalah yang hendak

diteliti, maka penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan pada tahun 2013.

2. Objek pada penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 10

rumah makan/restoran yang tercatat sebagai Wajib Pajak Kecamatan

Sukarame Kota Bandar Lampung.

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui potensi pajak restoran yang sesungguhnya.

2. Untuk mengetahui kesesuaian potensi pajak restoran yang ada di data

Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung dengan potensi pajak

restoran yang sesungguhnya.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Bagi mahasiswa, pelajar, dan pembaca diharapkan penelitian ini dapat memperluas

pengetahuan dan wawasan tentang pajak restoran, cara menghitungnya, dan

(20)

1.5.2 Manfaat Praktis

Bagi Dinas Pendapatan Daerah, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan

pertimbangan bagi Pemerintah Kota Bandar Lampung agar dapat mengoptimalkan

pemungutan pajak restoran serta mampu meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat sehingga wajib pajak dapat memahami dan memenuhi kewajiban

(21)

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pengertian Pajak

Definisi pajak menurut UU No 6 Tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan

terakhir dengan pasal 1 angka 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum

Dan Tata Cara Perpajakan:Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

2.1.2. Fungsi Pajak

Menurut Suandy (2008) pajak memiliki dua macam fungsi, yaitu:

1) Fungsi penerimaan (budgetair)

Pajak berfungsi sebagai sunber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan

pengeluaran pemerintah baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran

(22)

2) Fungsi mengatur (regulerend)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan

di bidang social, ekonomi, maupun bidang politik dengan tujuan tertentu.

2.1.3. Syarat Pemungutan Pajak

Menurut Tjahjono dan Husein (2005) syarat pemungutan pajak agar tidak

menimbulkan hambatan dalam pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

1) Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)

2) Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat yuridis).

3) Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomis)

4) Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial)

5) Sistem pemungutan harus sederhana

2.1.4. Tata Cara Pemungutan Pajak

Beberapa tata cara pemungutan pajak menurut Gunadi (2001):

1. Stelsel pajak

a. Stelsel nyata (Riil stelsel)

b. Stelsel fiktif (fictive stelsel)

c. Stelsel campuran

2. System pemungutan pajak

(23)

b. Self assessment system

c. Withholding system

3. Yurisdiksi pemungutan pajak

a. Asas tempat tinggal

b. Asas kebangsaan

c. Asas sumber

2.1.5. Tarif Pajak

Menurut Gunadi (2001) pajak dibedakan menjadi enam macam tarif, yaitu:

1. Tarif pajak proporsional/sebanding

Tarif pajak proporsional yaitu tarif berupa persentase tetap terhadap jumlah

berapapun yang menjadi dasar pengenaan pajak. Contoh: tarif pajak

pertambahan nilai.

2. Tarif progresif

Tarif pajak progresif adalah tarif pajak yang persentasenya menjadi lebih

besar apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaannya semakin besar.

Contoh: tarif pajak penghasilan.

3. Tarif degresif

Tarif pajak degresif adalah persentase tarif pajak yang semakin menurun

apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak semakin menurun.

4. Tarif tetap

Dalam tarif pajak tetap berupa jumlah yang tetap berapapun jumlah yang

(24)

2.1.6. Jenis-jenis Pajak

Ditinjau dari segi lembaga pemungutan pajak menurut Tjahjono dan Husein (2005)

dibagi menjadi dua jenis yaitu:

1. Pajak Negara

a. Pajak Penghasilan

b. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

c. Bea Materai

d. Bea Masuk

e. Cukai

2. Pajak Daerah

a. Jenis pajak yang dikelola oleh Pemerintah Propinsi antara lain:

- Pajak Kendaraan Bermotor

- Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

- Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

- Pajak Air Permukaan

- Pajak Rokok

b. Jenis pajak yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten/Kota antara lain:

- Pajak Hotel

- Pajak Restoran

(25)

- Pajak Reklame

- Pajak Penerangan Jalan

- Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

- Pajak Parkir

- Pajak Air Tanah

- Pajak Sarang Burung Walet

- Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

- Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

2.1.7. Pengertian Pajak Restoran

Sesuai Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 116 Pasal 1 Tahun 2011

tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Restoran, pengertian pajak restoran adalah:

Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.

Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut

bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan

sejenisnya, termasuk jasa boga/katering. Pengusaha restoran adalah orang pribadi

atau Badan yang bertindak untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas

nama pihak lain yang menjadi tanggungannya yang menyelenggarakan usaha

restoran atau rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar dan sejenisnya, serta

jasa boga/katering.

(26)

Sesuai Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 116 Pasal 2 Tahun 2011

tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Restoran, dengan nama pajak restoran

dipungut atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Objek pajak restoran

adalah pelayanan yang disediakan oleh Restoran. Pelayanan yang disediakan

restoran sebagaimana dimaksud meliputi pelayanan penjualan makanan dan/atau

minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan

maupun di tempat lain dan jasa boga/katering. Sedangkan yang tidak termasuk

objek Pajak Restoran sebagaimana dimaksud adalah pelayanan yang disediakan

oleh restoran yang nilai penjualannya tidak melebihi Rp.250.000,- per hari atau

Rp.7.500.000.- per bulan.

Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 116 Pasal 3 Tahun 2011 tentang

Tata Cara Pemungutan Pajak Restoran menyatakan, subjek pajak restoran adalah

orang pribadi atau Badan yang membeli makanan atau minuman dari restoran.

Wajib pajak restoran adalah orang pribadi atau Badan yang mengusahakan

restoran.

2.1.9. Dasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Perhitungan Pajak

Sesuai Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 116 Pasal 4 Tahun 2011

tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Restoran, dasar pengenaan pajak restoran

adalah jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diterima restoran.

(27)

menyatakan bahwa tarif pajak restoran dikenakan secara progresif, dengan

klasifikasi sebagai berikut:

a. Tarif pajak restoran dengan omzet Rp.250.000,- sampai dengan

Rp.350.000,- per hari, atau Rp.7.500.000,- sampai dengan

Rp.10.500.000,- per bulan, ditetapkan sebesar 5% (lima persen).

b. Tarif pajak restoran dengan omzet lebih dari Rp.350.000,- sampai

dengan Rp.600.000,- per hari, atau diatas Rp.10.500.000,- sampai

dengan Rp.18.000.000,- per bulan, ditetapkan sebesar 7,5% (tujuh

koma lima persen).

c. Tarif pajak restoran dengan omzet diatas Rp.600.000,- per hari, atau

diatas Rp.18.000.000,- per bulan, ditetapkan sebesar 10% (sepuluh

persen).

Besaran pokok yang pajak restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan

tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dengan dasar pengenaan pajak

sebagaimana dimaksud dalam pasal 5.

2.1.10. Tata Cara Pemungutan Pajak Restoran

Sesuai Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 116 Tahun 2011 tentang Tata

Cara Pemungutan Pajak Restoran yaitu:

1. Pendaftaran, Pendataan dan Penetapan Pajak

(28)

1) Setiap wajib pajak wajib mendaftarkan usahanya ke Dinas Pendapatan

Daerah guna diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah.

2) Pendaftaran dan pendataan wajib pajak, dapat dilakukan pada saat

wajib pajak mengajukan permohonan pembayaran pajak dengan mengisi

formulir pendaftaran dan pendataan yang diberikan kepada wajib pajak.

3) Dinas Pendapatan Daerah menerima formulir pendaftaran dan

pendataan yang telah diisi dengan jelas, benar dan lengkap oleh wajib

pajak dan mencatat kedalam Daftar Induk Wajib Pajak sesuai nomor

urut untuk selanjutnya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah

(NPWPD).

4) Walikota menujuk kepada Dinas Pendapatan sbagai pejabat yang

ditunjuk atas nama walikota untuk melakukan perhitungan pajak

terutang, menetapkan dan menerbitkan surat ketetapan pajak dan

memberikan persetujuan atas permohonan wajib pajak untuk

mengangsur atau menunda pembayaran pajak terutang setelah

memenuhi persyaratan yang ditentukan.

2. Tata Cara Pemungutan

Pasal 10

(29)

2) Pajak restoran dipungut berdasarkan perhitungan Nota Pembayaran

(Nota Kontan) atau dokumen lain yang dipersamakan memuat jumlah

transaksi atau pembayaran atas pelayanan restoran.

3) Setiap wajib pajak menggunakan Nota Pembayaran (Nota Kontan) yang

telah diperforasi Dinas Pendapatan Daerah untuk setiap traksaksi atas

pelayanan restoran.

4) Nota Pembayaran (Nota Kontan) atau dokumen lain yang dipersamakan

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus diisi dengan jelas, benar dan

lengkap dalam setiap transaksi atas pelayanan restoran.

5) Dalam hal wajib pajak dengan sengaja tidak menggunakan Nota

Pembayaran (Nota Kontan) sebagaimana dimaksud pada ayat (3),

walikota atau pejabat berhak melakukan penetapan secara jabatan atas

besarnya pajak terutang berdasarkan hasil pendataan dan observasi

petugas Dinas Pendapatan Daerah.

6) Dalam hal pajak ditetapkan secara jabatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (5) karena kelalaian wajib pajak, wajib pajak tidak dapat

mengajukan keberatan, keringanan, pengurangan maupun pembebasan

pajak terutang.

7) Pajak yang ditetapkan walikota atau pejabat sebagaimana dimaksud

pada ayat (5), dipungut dengan mengunakan Surat Ketetapan Pajak

(30)

8) Contoh bentuk, isi, dan tata cara pengisian Surat Ketetapan Pajak

Daerah (SKPD) sebagaimana tercantum dalam lampiran 2.

3. Tata Cara Pembayaran

Pasal 11

1) Pajak restoran yang terutang dibayar berdasarkan penetapan yang

dihitung dari yang ditetapkan dan dilaporkan sendiri oleh wajib pajak

dengan menggunaan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD)

setiap bulan atau setiap berakhir masa pajak.

2) Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diisi dengan jelas, benar, dan lengkap serta wajib

ditandatangani dan disampaikan oleh pajak kepada Dinas Pendapatan

Daerah dilengkapi dengan laporan penjualan (sales report), Nota

Kontan dan/atau dokumen pendukung lainnya.

3) Penandatanganan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD)

sebaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan secara biasa, dengan

tanda tangan stempel, tanda tangan elektronik atau digital yang

semuanya mempunyai kekuatan hokum yang sama.

4) Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD)

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah 10 hari setelah berakhirnya

masa pajak.

5) Jatuh tempo pembayaran pajak terutang adalah paling lambat 15 hari

(31)

6) Apabila batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Daerah

(SPTPD) dan jatuh tempo pembayaran jatuh pada hari libur, maka

dilaksanakan pada hari kerja berikutnya.

7) Apabila Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) tidak disampaikan

sesuai batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat

diterbitkan surat teguran.

Pasal 12

1) Wajib pajak atas kemauan sendiri dapat membetulkan SPTPD dengan

menyampaikan pernyataan tertulis dengan syarat Dinas Pendapatan

Daerah belum mulai melakukan tindakan pemeriksaan.

2) Dinas Pendapatan Daerah meneliti Surat Pemberitahuan Pajak Daerah

(SPTPD) yang disampaikan wajib pajak, dan menerbitkan nota

perhitungan jumlah pajak terutang yang harus dibayar oleh wajib pajak.

3) Pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar setelah jatuh tempo

pembayaran dikenakan sanksi administratif berupa denda sebesar 2%

per bulan dan ditagih melalui Surat Pemberitahuan Pajak Daerah

(SPTPD).

4) Pembayan pajak harus dilakukan sekaligus dan lunas pada kantor kas

daerah atau melalui Bendahara Khusus Penerima (BKP) pada Dinas

(32)

5) Wajib pajak yang telah memenuhi kewajiban perpajakan diberikan tanda

bukti pembayaran atau penyetoran pajak berupa Surat Setoran Pajak

Daerah (SSPD).

6) Dalam hal setelah dilakukan penelitian Surat Pemberitahuan Pajak

Daerah (SPTPD) atau dari keterangan lain ditemukan data baru yang

mengakibatkan pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar,

diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB),

dan /atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan

(SKPDKBT).

7) Contoh bentuk, isi, dan tata cara pengisian Surat Pemberitahuan Pajak

Daerah (SPTPD), Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD), dan Surat

Setoran Pajak Daerah (SSPD) sebagaimana tercantum dalam

lampiran 3.

4. Angsuran, Keringanan, dan Pembebasan Pajak

Pasal 13

1) Atas permohonan wajib pajak yang memunuhi persyaratan yang

ditentukan, Walikota atau Pejabat dapat memberikan persetujuan

kepada wajib pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak

dengan dikenakan bunga sebesar 2% perbulan.

2) Dalam hal angsuran dan atau penundaan pembayaran pajak, maksimal

pembayarannya dilakukan 4 (empat) kali dalam tahun anggaran

(33)

3) Walikota dapat menberikan keringanan, pengurangan atau pembebasan

pajak terhadap restoran yang mengalami musibah bencana alam,

kebakaran atau karena alasan tertentu lainnya sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

4) Untuk mendapatkan persetujuan mengangsur atau menunda

pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) serta keringan atau

pembebasan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wajib pajak

harus mengajukan surat permohonan bermaterai cukup kepada

Walikota yang sekurang-kurangnya dilengkapi deengan:

a. nama dan alamat wajib pajak;

b. fotocopy KTP wajib pajak;

c. fotocopy NPWP dan NPWPD;

d. data jumlah pajak yang terutang;

e. besarmya angsuran atau keringanan yang dimohonkan;

f. alas an mengangsur, menunda pembayaran atau meminta

keringanan, pengurangan dan pembebasan pajak yang disertai

dokumen/bukti pendukung;

g. surat pernyataan membayar pajak terutang.

5) Pembayaran pajak terutang dengan keringan atau pengurangan

sebagaimana dimaksud ayat (4) harus dilakukan pada tahun anggaran

berjalan.

6) Contoh bentuk, isi, dan tata cara pengisian Surat Permohonan

(34)

Pasal 14

1) Dalam waktu 5 tahun sesudah saat terutangnya pajak, Walikota atau

Pejabat dapat menerbitkan:

a. SKPDKB dalam hal jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau

keterangan lain pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar;

b. SKPDKBT jika ditemukan data baru atau data yang semula belum

terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak terutang;

c. SKPDN jika jumlah pajak terutang sama besarnya dengan jumlah

kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

2) Dalam hal diterbitkan SKPDKB, maka kekurangan pajak terutang

dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% perbulan untuk

jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya

pajak.

3) Dalam waktu diterbitkan SKPDKBT, maka dikenakan sanksi

administratif berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan

pajak tersebut.

4) Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan jika

wajib pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan

pemeriksaan.

5) Contoh bentuk, isi, dan tata cara pengisian Surat Ketetapan Pajak

Daerah Kurang Bayar (SKPDKB), Surat Ketetapan Pajak Daerah

Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT), dan Surat Ketetapan Pajak

(35)

5. Surat Tagihan Pajak

1) Walikota atau Pejabat dapat menerbitkan SKPDKB, SKPDKBT, dan

SKPDN apabila:

a. Pajak dalam masa pajak tahun berjalan tidak atau kurang bayar;

b. Dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran

sebagai akibat salah tulis atau salah hitung;

c. Wajib pajak dikenakan sanksi administratif berupa bunga atau

denda.

2) Dalam hal diterbitkan STPD, jumlah kekurangan pajak yang terutang

dalam STPD sebagaimana dimaksud ayat (1) ditambah sanksi

administratif berupa denda sebesar 2% perbulan untuk jangka waktu 12

bulan sejak saat teruntangnya pajak.

3) SKPDKB, SKPDKBT yang tidak atau kurang bayar setelah jumlah

jatuh tempo pembayaran dikenakan sanksi administratif berupa denda

sebesar 2% perbulan dan ditagih melalui STPD.

Pasal 16

1) Pajak yang terutang berdasarkan SPTPD, SKPDKB, SKPDKBT,

STPD, Surat Keputusan Pembenaran, Surat Keputusan Keberatan, dan

Putusan Banding yang tidak atau kurang dibayar oleh wajib pajak pada

waktunya dapat ditagih dengan Penagihan Seketika Dan Sekaligus,

(36)

2) Pelaksanaan penagihan dengan STPD, Penagihan Seketika dan

Sekaligus, Surat Paksa, Penyitan, dan Pelelangan dilaksanakan sesuai

dengan ketentuanyang diatur dalam Peraturan Daerah Kota Bandar

Lampung Nomor 01 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah.

2.1.11. Potensi Penerimaan Pajak Restoran

Menurut Mahmudi (2007) analisis potensi bermanfaat bagi manajemen

pemerintahan daerah untuk memberikan pertimbangan tentang potensi penerimaan

daerah yang masih dapat digali dan potensi keuntungan dalam berinvestasi.

Potensi pajak merupakan jumlah maksimal penerimaan pajak yang dapat dipungut

oleh pemerintah, berdasarkan undang-undang yang berlaku. Potensi pajak pada

intinya, adalah hasil perkalian tarif pajak dengan basis pajak.

Restoran merupakan sektor yang cukup potensial dalam upaya meningkatkan

pendapatan daerah, sehingga dengan adanya potensi sumber daya yang tersedia

diharapkan kontribusi yang diberikan dapat memacu pembangunan ekonomi dan

pada akhirnya nanti dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Potensi pajak

restoran ini diperoleh dengan cara mengalikan basis pajak (tax base) pajak restoran

dengan tarif pajak yang berlaku. Basis pajak (tax base) merupakan hasil

perhitungan rata-rata jumlah pengunjung dan rata-rata harga pengunjung dari

restoran itu sendiri. Potensi pajak dapat berubah seiring dengan kemajuan usaha

dari wajib pajak itu sendiri, misalnya peningkatan pajak restoran dipengaruhi oleh

(37)

Idealnya, penetapan target pajak, ditentukan berdasarkan potensi sepanjang mampu

untuk dipungut. Kendati demikian, dalam praktiknya, tidak semua potensi pajak,

dapat dijadikan sebagai target penerimaan pajak. Ini dikarenakan beberapa kendala,

seperti kejelasan objek pajak, efektifitas tarif pajak yang dikenakan, kemampuan

internal instansi pemerintah sebagai pemungut pajak, dan kepatuhan masyarakat

wajib pajak.

Menurut Mahmudi (2007), perhitungan potensi pajak penting dilakukan dan

diketahui, sebab dapat dijadikan alat penilaian kinerja institusi pengelola;

mengurangi tingkat kesalahan dalam penetapan target,overestimatemaupun

underestimate;dapat dijadikan dasar untuk merubah/merevisi Peraturan Daerah

(Perda) terkait.

2.2. Penelitian Terdahulu

Riady (2010) dengan judul“Analisis Potensi Penerimaan dan Efektivitas Pajak

Penerangan Jalan Di Kabupaten Garut”. Model analisis yang digunakan yaitu

analisis perhitungan potensi penerimaan yang didasarkan pada basis pajak dan tarif

pajak Pajak Penerangan Jalan kemudian perhitungan efektivitas Pajak Penerangan

Jalan yang didasarkan pada realisasi penerimaan dan potensi penerimaan Pajak

Penerangan Jalan, untuk daya pajak (Tax Effort) perhitungannya didasarkan pada

realisasi penerimaan Pajak Penerangan Jalan dan Produk Domestik Regional Bruto.

Hasil perhitungan potensi penerimaan Pajak Penerangan Jalan belum tercapai

(38)

Penerangan Jalan belum efektif, daya Pajak (Tax Effort) menunjukkan masih

rendah, artinya kemampuan masyarakat dalam membayar pajak di Kabupaten

Garut masih rendah.

Pratiwi (2012) dengan judul“Evaluasi Efektivitas dan Potensi Pajak Reklame

dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pesawaran

Tahun 2010”. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui tingkat efektivitas pajak

reklame serta mengertahui apakah potensi pajak restoran yang ada sesuai

berdasarkan potensi pajak restoran yang sesungguhnya. Jenis penelitian ini adalah

deskriptif kualitatif, dilakukan dengan teknik survey, observasi, dan memperoleh

langsung data dari responden. Hasil penelitian menunjukan adanya kesenjangan

anggaran dimana potensi yang ditetapkan tidak sesuai dengan potensi yang

sebenarnya dan efektivitas menunjukan bahwa pengelolaan pajak reklame sudah

cukup efektif.

Damayanti (2010) dengan judul“Evaluasi Penerimaan Pajak Restoran Di

Kabupaten Penajam Paser Utara”. Dalam penelitian ini membahas tentang evaluasi

pajak berdasarkan kriteria dalam pemungutan pajak yang baik serta perhitungan

potensi penerimaan pajak restoran di Kabupaten Penajam Paser Utara dan tarif

efektif pajak. Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa Dinas Pendapatan

Daerah Kabupaten Penajam Paser Utara dalam menerapkan pelaksanaan pajak

restoran belum berdasarkan kriteria dalam pemungutan pajak. Bila melihat dari

(39)

dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kabupaten Penajam Paser Utara jauh di bawah

potensi yang ada.

2.3. Model Penelitian

Model penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:

Restoran/Rumah Makan yang tercatat sebagai Wajib Pajak Dinas

Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung

Analisis Potensi Pajak Restoran

Potensi pajak restoran yang di data Dinas Pendapatan

Daerah Kota Bandar

3. Survei dan wawancara

Analisis Deskriptif Kuantitatif

(40)
(41)

3.1. Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung yang

beralamat di Gd. Pepadun Lt. 1, Komplek Kantor Walikota Bandar Lampung, Jl.

Dr. Susilo No. 2, Bandar Lampung35214, sedangakan objek analisis dilakukan

di rumah makan/restoran-restoran yang menjadi sampel penelitian.

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh restoran/rumah makan yang tercatat

sebagai Wajib Pajak Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung tahun 2013.

Sedangkan sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode

purposive samplingdengan beberapa kriteria sebagai berikut:

1. Sampel merupakan rumah makan/restoran yang tercatat sebagai Wajib

(42)

2. Sampel merupakan wajib pajak restoran yang berdomisili di Kecamatan

Sukarame Kota Bandar Lampung, yaitu wilayah Way Halim, Way Dadi,

dan Jalur 2 KORPRI.

3. Sampel merupakan rumah makan/restoran yang masih aktif beroperasi

sampai November 2013.

Berikut daftar sampel rumah makan/restoran:

Tabel 3.1.

Daftar Sampel Rumah Makan/Restoran

Rumah makan/restoran yang terdaftar sebagai Wajib Pajak Kota Bandar Lampung Tahun 2013

332

Rumah makan/restoran selain berdomisili di Kec. Sukarame (319)

Rumah makan/restoran yang berdomisili di Kec. Sukarame 13

Rumah makan/restoran yang sudah tidak beroperasi di Kec. Sukarame

(3)

Rumah makan/restoran yang digunakan sebagai sampel 10

3.3. Jenis Data dan Sumber Data

3.3.1. Jenis Data

Adapun data yang diperlukan dalam penyusunan hasil penelitian ini dibedakan atas

dua jenis yaitu:

1. Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama, baik dari

individu atau perorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian

(43)

yang dikumpulkan adalah data rata-rata jumlah pengunjung restoran, harga

menu porsi terendah dan harga menu porsi tertinggi dari restoran tersebut,

serta data pendukung lainnya yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

2. Data sekunder adalah data yang diambil dari catatan atau sumber lain yang

telah ada yang sudah diolah oleh pihak ketiga, secara berkala (time series)

untuk melihat perkembangan objek penelitian selama periode tertentu.

Dalam penelitian ini data sekunder yang dikumpulkan adalah data

Pendapatan Asli Daerah (PAD), data Pajak Daerah, data Wajip Pajak

Restoran, serta data Potensi Pajak Restoran Kota Bandar Lampung.

3.3.2. Sumber Data

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari

pihak pengelola/pemilik restoran yang akan diteliti, sedangkan sumber data

sekunder diperoleh dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan melakukan kegiatan secara

langsung ke objek penelitian, metode yang digunakan meliputi:

1. Dokumentasi

Mengumpulkan dan memilah data yang diperlukan untuk dijadikan data

penelitian. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data

(44)

Restoran, data Potensi Pajak Restoran, serta Peraturan Walikota Bandar

Lampung tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Restoran.

2. Observasi

Melakukan pengamatan secara langsung dan pencatatan tentang keadaan

atau fenomena yang dijumpai. Peneliti melakukan pengamatan secara

langsung guna mengetahui kebenaran rata-rata jumlah pengunjung dan

rata-rata harga pengunjung dari masing-masing rumah makan/restoran yang

menjadi objek peneliti.

Rata-rata harga pengunjung diperoleh dari harga menu terendah perporsi

ditambah harga menu tertinggi perporsi dibagi dua. Rata-rata pengunjung

diperoleh dari total antara rata-rata pengunjung di hari jam kerja dan rata

pengunjung di hari libur atau akhir pekan. Kemudian rata-rata pengunjung

di hari jam kerja diperoleh peneliti dengan cara melakukan observasi secara

langsung di hari jam kerja yaitu hari senin/selasa/rabu/kamis/jumat ke

masing-masing rumah makan/restoran yang diperoleh dari total antara

jumlah pengunjung dari siang-sore (jam 10.00-16.00) dan sore-malam

(16.00-22.00) dibagi dua. Sedangkan rata-rata pengunjung di hari

libur/akhir pekan diperoleh peneliti dengan cara melakukan observasi secara

langsung di hari libur/tanggal merah atau di akhir pekan yaitu hari

sabtu/minggu ke masing-masing rumah makan/restoran yang diperoleh dari

total antara jumlah pengunjung dari siang-sore (jam 10.00-16.00) dan

sore-malam (16.00-22.00) dibagi dua.

(45)

Metode survei dilakukan untuk mengetahui rata-rata jumlah pengunjung

dan rata-rata harga pengunjung dari rumah makan/restoran tersebut.

Metode pengumpulan data melalui permintaan keterangan-keterangan

langsung kepada responden. Wawancara dilakukan pada objek penelitian

yaitu bapak Ito Saibatin, S.E., M.M selaku kepala bidang pendapatan dan

ibu Netty selaku pengelola terkait pajak restoran oleh Dinas Pendapatan

Daerah Kota Bandar Lampung, sedangkan objek analisis wawancara

dilakukan kepada pemilik/pengelola restoran-restoran yang menjadi sampel

penelitian dan tercatat sebagai Wajib Pajak Dinas Pendapatan Daerah Kota

Bandar Lampung.

3.5. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif

kuantitatif yaitu peneliti menampilkan angka-angka, gambar atau tabel yang dapat

menggambarkan dan menjelaskan kondisi riil di lapangan.

Alat analisis dalam penelitian ini yaitu perhitungan potensi pajak restoran, untuk

menghitung potensi pajak restoran digunakan rumus (Halim, 2004):

PPR = Omzet x Tarif Pajak Restoran

Dimana, Omzet = (A x B x C) x Tarif Pajak Restoran

Keterangan, PPR : Potensi Pajak Restoran

A : Rata-rata jumlah pengunjung

(46)
(47)

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai potensi pajak

restoran Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung, diperoleh kesimpulan

bahwa terjadilost potensiantara perhitungan potensi pajak restoran yang dicatat

oleh Dinas Pendapatan Daerah dengan perhitungan potensi pajak restoran yang

dicatat oleh peneliti.

5.2. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan penelitian yang dihadapi peneliti adalah:

1. Karena adanya keterbatasan waktu ketika melakukan observasi oleh

peneliti, maka penelitian belum tentu menggambarkan situasi yang

sebenarnya.

2. Penelitian ini hanya mengambil sampel wajib pajak restoran yang

(48)

3. Peneliti kesulitan untuk melakukan wawancara kepada beberapa

responden/wajib pajak dikarenakan kesibukan responden.

5.3. Saran

Berdasarkan kesimpulan, maka saran yang dapat diajukan peneliti adalah sebagai

berikut:

1. Sebaiknya Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung melakukan

pendataan wajib pajak restoran secara cermat dan teliti terhadap rumah

makan/restoran yang berdomisili di kota Bandar Lampung, dikhususnya di

kecamatan Sukarame.

2. Sebaiknya perlu dilakukan sosialisasi Perda terkait Pajak Restoran tidak

hanya terbatas pengusaha restoran yang aktif saja, namun kepada seluruh

masyarakat. Pemerintah Daerah dapat bekerja sama dengan pihak

kecamatan, desa atau kelurahan untuk mensosialisasikan Perda. Hal ini

dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada masyarakat tentang

Pajak Restoran.

3. Sebaiknya aparatur petugas pajak yaitu Dinas Pendapatan Daerah perlu

melakukan pengawasan kepada wajib pajak, meningkatkan intensitas

penagihan pajak restoran, menambah jumlah petugas lapangan, melakukan

cross checkdata dan catatan dengan instansi lain terkait pengelolaan

(49)

Damayanti, Yurnita Liliyana. 2010. Evaluasi Penerimaan Pajak Restoran Di Kabupaten Penajam Paser Utara. Tesis. Ekonomi. Universitas Indonesia. Data Perkembangan Realisasi Penerimaan PAD 2010-2012.

Data Perkembangan Realisasi Penerimaan Pajak Daerah 2010-2012.

Data Perkembangan Potensi Pajak Restoran Kota Bandar Lampung 2013. Gunadi. 2001. Perpajakan. Jakarta: Universitas Indonesia.

Halim, Abdul. 2004. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. Edisi Revisi Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN.

Ismail, T. 2007. Pengaturan pajak daerah di Indonesia.Jakarta: Yellow Printing.

Mahmudi. 2007. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Mardiasmo. 2003. Perpajakan. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Nuryono, Raharjo. 2005. Potensi Pencapaian Pajak Restoran dan Pajak Hotel Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bengkulu Nomor 20 Tahun 2002 Tentang Pajak Restoran dan Nomor 21 Tahun 2002 Tentang Pajak Hotel. Majalah Ilmiah Indikator, Vol 4, No 2.

Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 01 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah.

(50)

Upaya Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten

Pesawaran Tahun 2010.Skripsi. Ekonomi: Universitas Lampung.

Riady, Indra. 2010. Analisis Potensi Penerimaan dan Efektivitas Pajak Penerangan Jalan Di Kabupaten Garut.Skripsi. Ekonomi : Universitas Dipenogoro.

Suandy, Erly. 2008. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.

Tjahjono, Acmad dan Husein, Muhammad Fachri. 2005. Perpajakan. Jakarta : Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.

Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan.

Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah.

Gambar

Tabel 1.1.
Tabel 1.2.
Tabel 3.1.Daftar Sampel Rumah Makan/Restoran

Referensi

Dokumen terkait

Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran Pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Pemerintahan Kota Padangsidimpuan Jumlah Wajib Pajak Restoran di

Jumlah Wajib Pajak Restoran Pada Dinas Pendapatan Kota Medan.. Data Target dan Realisasi Penerimaan

Jika dilihat dari pengaruh penerimaan pajak hotel dan pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah di Kota Bandung yang signifikan, sebaiknya dinas pendapatan daerah

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh dengan meningkatnya pendapatan asli daerah (PAD) berupa pajak daerah kota Bandar Lampung, pemerintah kota Bandar Lampung perlu memberikan

EFEKTIFITAS PENGAWASAN WAJIB PAJAK RESTORAN DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA.. DINAS PENDAPATAN

Realisasi Penerimaan Pajak Hotel dan Pajak Restoran, Potensi Pendapatan Pajak Hotel dan Restoran, Realisasi Pendapatan Asli Daerah Analisis Efektivitas dan Kontribusi

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh sistem pengendalian intern pemungutan pajak restoran terhadap efektivitas penerimaan pajak daerah di Dinas Pendapatan Kota

ANALISIS POTENSI PAJAK RESTORAN DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK DAERAH KECAMATAN KERTAPATI DI KOTA PALEMBANG SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Dari Syarat-Syarat Guna Mencapai