LAPORAN TUGAS AKHIR
MEKANISME PENGENAAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN PADA DINAS PEDAPATAN KOTA MEDAN
O L E H
DINDA FAMELLA OGIESTRY
072600098
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMNISTRASI PERPAJAKAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2009
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan mandiri... 3
C. Ruang Lingkup Peraktik Kerja lapangan Mandiri ... 5
D. Metode PKLM ... 5
E. Metode Pengumpulan Data ... 7
F. Sistematika Penulisan ... 8
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM ... 10
A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ... 10
B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ... 12
C. Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ... 13
D. Gambaran Umum Pegawai/Karyawan di Dipenda Kota Medan ... 23
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK RESTORAN ... 26
A. Undang-undang Pajak Daerah ... 26
B. Ketentuan Umum ... 28
D. Cara Perhitungan, Masa Pajak dan Saat Pajak Terutang ... 29
E. Tata Cara Pembayaran Pajak Restoran ... 30
F. Pendaftaran dan Pendataan ... 31
G. Jumlah Wajib Pajak Restoran yang Terdaftar di Dipenda Kota Medan ... 36
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI ... 37
A. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran ... 37
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Restoran ... 38
C. Upaya-Upaya yang Dilakukan Dalam Peningkatan Pajak Restoran ... 39
D. Langkah-Langkah Strategis ... 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 42
A. KESIMPULAN... 42
B. SARAN. ... 43
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) Pembiayaan pemerintah Daerah dalarn melaksanakan tugas pemerintahan dan
pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat diandalkan,
kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya
Otonomi Daerah di Indonesia. Sebagaimana di dalam Undang-Undang Otonomi
Daerah Nomor 28 tahun 2010 tentang “Perimbangan keuangan antara pemerintah
Pusat dan Daerah disebutkan pada BAB IV Sumber Penerimaan Daerah pasal 5 ayat I
yang berbunyi : Penerimaan Daerah dalam pelaksanaan Desentralisasi terdiri atas
pendapatan Daerah dan Pembiayaan”. Pendapatan Daerah sebagai mana dimaksud
pada ayat 1 diatas bersumber dari:
a. Pendapatan Asli Daerah.
b. Dana Perimbangan.
c. Lain-lain Pendapatan.
Selanjutnya pada Bab V Pendapatan Asli Daerah pasal 6 ayat I yang berbunyi,
Pendapatan asli daerah bersumber dari :
a. Pajak Daerah;
h. Retribusi Daerah;
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan ,dan
Dalam peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2001
tentang pajak daerah, yang dimaksud dengan pajak daerah yang selanjutnya disebut
pajak, adalah kontribusi wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada
daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan
peraturan perundang - undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.
Sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 65 Tahun 2001 tentang pajak
daerah pasal 1 ayat 9, yang dimaksud dengan Restoran adalah tempat menyantap
makanan dan/atau minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak
termasuk usaha jasa boga atau katering
Pajak Restoran sebagai salah satu sumber penerimaan dan pendapatan daerah
yang dipungut oleh pemerintah daerah ditingkat kabupaten/kota untuk membiayai
pembangunan daerah yang dirasakan terus meningkat dari waktu ke waktu. Untuk itu
pemerintah daerah mengupayakan bagaimana meningkatkkan kesadaran dan
kepatuhan dari wajib pajak restoran dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Sehingga pemerintah daerah dapat merealisasikan target yang telah ditentukan.
Mengingat besarnya peranan pajak restoran dalam pembangunan daerah maka
mahasiswa mengikuti PKLM yang merupakan kegiatan intrakurikuler. Dengan
mengikuti PKLM ini mahasiswa dapat mengaplikasikan teori-teori yang selama ini
diperoleh di bangku perkuliahan pada kondisi di lapangan yang sebenarnya. Untuk itu
PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN PADA DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN “
B. TUJUAN DAN MANFAAT PKLM 1. Tujuan PKLM
Adapun yang menjadi tujuan PKLM ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui upaya–upaya yang dilakukan Dinas Pendapatan Daerah Kota
Medan dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak restoran.
b.Untuk mengetahui metode apa yang digunakan dalam penetapan pajak restoran.
c. Untuk mengetahui target dan realisasi penerimaan pajak restoran di Dinas
Pendapatan Daerah Kota Medan.
2. Manfaat PKLM
Adapun manfaat PKLM ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi mahasiswa.
1. Memperoleh pengalaman belajar pada suatu instansi pemerintah dalam hal ini
Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.
2. Mengaplikasikan teori dedalam permasalahan yang timbul selama
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri pada Dinas Pendapatan
Daerah Kota Medan.
3. Meningkatkan komunikasi dan pendekatan dalam berinteraksi.
4. Merangsang aktifitas dan efisiensi dalam pelaksaan tugas.
1. Meningkatkan hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara.
2. Bahan memperoleh ide-ide baru baik berupa efisiensi, peningkaan dan
perbaikan system birokrasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.
3. Sebagai salah satu sarana untuk menyebarluaskan informasi mengenai pajak
restoran.
4. Sebagai dasar dalam meningkatkan mutu dengan PKLM jangka pendek untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
c. Bagi Program studi diploma III Administrasi Perpajakan.
1. Meningkatkan hubungan kerja sama dengan Instansi pemerintah khususnya
Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.
2. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan dibangku
perkuliahan.
C. RUANG LINGKUP PKLM
Praktek kerja lapangan mandiri ini dilaksanakan pada kantor Dinas
Pendapatan Daerah Kota Medan. Disini penulis akan melakukan praktik kerja
lapangan mengenai pajak restoran yang memegang peranan penting dalam pendanaan
pembangunan daerah. Penulis akan mengambil data 2008 mengenai pajak restoran
pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.
1. Tata cara wajib pajak restoran dalam memenuhi kewajiban perpajakan sesuai
ketentuan.
2. Penentuan objek dan subjek pajak restoran.
3. Dasar pengenaan pajak restoran.
4. Cara perhitungan pajak restoran.
5. Upaya-upaya yang dilakukan dalam peningkatan pajak restoran.
6. Target dan realisasi pajak restoran tahun 2007-2008.
D. METODE PKLM
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi sesuai metode
yang digunakan adalah sebagai berikut :
1.Tahap Persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan penentuan tempat PKLM, mencari dan
mengumpulkan bahan untuk pembuatan proposal dan melakukan konsultasi dengan
pihak Program studi diploma III Administrasi Perpajakan.
2.Tahap Literatur
Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan data dan sumber-sumber
pustaka, maupun literatur lain yang berhubungan dengan pajak restoran.
3. Observasi Lapangan
Pada bagian ini penulis melakukan observasi lapangan pada Dinas Pendapatan
Daerah Kota Medan, mengenai pajak restoran.
Penulis melakukan pengumpulan data mengenai upaya yang dilakukan dalam
peningkatan pajak restoran melalui:
a. Data sekunder (bersumber dan buku-buku ilmiah, Undang-Undang yang
berhubungan dengan pajak restoran)
b. Data primer (bersumber dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan)
5. Analisis dan Evaluasi
Setelah data yang diperlukan telah terkumpul secara lengkap maka penulis
melakukan Analisis dan Evaluasi terhadap data atau keterangan mengenai upaya
dalam peningkatan pajak restoran.
E. METODE PENGUMPULAN DATA 1.Wawancara(Interview)
Yaitu dengan mengadakan wawancara ataupun tanya jawab langsung dengan
pihak Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan yang dianggap mampu memberikan
masukan data dan informasi yang diberikan bagi penyusunan laporan.
2. Observasi Lapangan
Melakukan kegiatan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan
dalam pencatatan terhadap setiap gejala yang menjadi objek pajak restoran.
3. Dokumentasi
Dalam metode ini, penulis meminta dokumen yang berhubungan dengan
objek PKLM, dokumen tersebut dapat berupa struktur organisasi.
Agar sistematika pembahasan penulisan laporan ini tetap terjaga dan untuk
mempermudah para pembaca dalam memahami hal-hal yang dibahas dalam tulisan
ini,
maka penulis merinci dalam beberapa bab-bab sbagai herikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan menguraikan tentang latar belakang, tujuan dan manfaat,
ruang lingkup, metode pengumpu1an data, sistematika penulisan
laporan.
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
Pada bab ini akan diuraikan sejarah singkat berdirinya Dinas
Pendapatan Daerah Kota Medan, susunan struktural organisasi, uraian
tugas pokok dan fungsi serta gambaran pegawai di tempat praktek.
BAB III GAMBARAN DATA
Pada bab ini akan menjelaskan tentang upaya-upaya yang dilakukan
dalam peningkatan pajak restoran pada Dinas Pendapatan Daerah Kota
Medan.
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI
Pada hab ini penu1is akan membandingkan penerapan teori yang ada
dengan data yang diperoleh di lapangan , yaitu mengenai metode dan
tata cara pemungutan pajak restoran pada Kantor Dinas Pendapatan
Daerah Kota Medan.
Bab ini merupakan penutup dari bab–bab sebelumnya yang berisi
kesimpulan dan saran yang kiranya dapat meningkatkan pelayanan
kepada wajib pajak khususnya Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan
Dinas Pendapatan Kota Medan dahulu hanya satu unit kerja yang kecil yaitu
Sub Bagian Penerimaan pada bagian keuangan dengan tugas pokoknya mengelola
bidang penerimaan / pendapatan daerah. Mengingat pada saat itu potensi pajak
maupun retribusi daerah di Kota Medan belum begitu banyak, maka dalam Sub –
Bagian Penerimaan tidak terdapat Seksi atau Urusan.
Dengan Peningkatan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan
penduduk serta potensi Pajak / Retribusi Daerah Kota Medan, Maka Melalui
Peraturan Daerah ( PERDA ) Kota Medan, Sub- Bagian tersebut diatas ditingkatkan
menjadi bagian dengan nama Bagian XI yang tugas pokoknya mengelola Penerimaan
dan Pendapatan Daerah. Bagian XI tersebut terdiri dari beberapa seksi dengan pola
pendekatan secara Sektoral pungutan Daerah.
Pada tahun 1978 berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri (MENDAGRI)
No. KUPD-7, Tahun 1978, tentang Penyelenggaraan Struktur Organisasi Dinas
Pendapatan Daerah Kota Profinsi dan Kabupaten/Kota Madya di selurah Indonesia,
maka Pemerintah Kota (PEMKO) Medan menetapkan PERDA No. 12 Tahun 1978
tentang Struktur Organisi Dinas Pendapatan Daaerah (DISPENDA) Kotamadya
Medan sebagai mana dimaksus dalam instruksi Mendagri dimaksud. Struktur
terdiri dari 1 (satu). Bagian Tata Usaha, dengan 3 (tiga) Urusan dan 4 (empat) Seksi
dengan masing-masing seksi terdiri dari 3 subseksi.
Seiring dengan meningkatnya pembangunan dan pertumbuhan Wajib Pajak
(WP) / Retribusi Daerah, Struktur Organisasi DISPENDA selama ini dibentuk
dengan membagi pekrjaan bedasarkan sektor jenis pungutan maka pola tersebut perlu
diubah secara fungsional.
Dengan Keputusan Mendagri No. 973-442, Tahun 1988, tanggal 26 Mei
1988tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan/Retibusi Daerah dan Pendapatan
Daerah Lainnya serta Pajak Bumi dan Bangunan di 99 Kabupaten/ Kota dan Surat
Edaran Mendagri No. 061/1861/PUOD, tanggal 02 Mei 1988 tentang Organisai dan
Tata Kerja DISPENDA Profinsi / Kabupaten/ Kotamadya, maka PEMKO medan
merubah Peraturan Daerah Kota MedanNo. 12 Tahun 1978 tentang Struktur
Organisasi DISPENDA Kotamadya Medan menjadi PERDA Kota Medan No. 16
Tahun1990 tentang Susunan Organisasi dan Tatakerja DISPENDA Kotamadya
Daerah TK. II Medan.
Dalam Perkembangan Selanjutnya dengan Keputusan MENDAGRI dan
Otonomi Daerah No. 50 Tahun 2000, tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota, maka PEMKO medan membentuk
Organisasi dan Tata Kerja Dinas – Dinas Daerah dilinkunagn PEMKO Medan
sebagai mana diatur dan diterapkan dalan PERDA Kota Medan No. 4 Tahun 2001,
sehingga PERDA Daerah Kotamadya Medan Daerah TK.II Medan No. 16 Tahun
2002 tentang Susunan Organisasi DISPEDA Kota Medan.Peraturan Walikota Medan
No. 1 tahun 2010 Tentang Tugas Pokok Dan Fungsi DISPENDA, dengan berlakunya
Peraturan Walikota ini maka SK. Walikota Medan No.25 Tahun 2002 tentang
Susunan Organisasi DISPEDA Kota Medan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Sebagai unsur pelaksana PEMKO Medan dalam bidang pungutan Pajak,
Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya DISPENDA dipimpin oleh
sseorang Kepal Dinas yang berada dan bertanggung jawab kepada kepala Darah
Melalui Sekretaris Daerah, terdiri dari 1 (satu) Bagian Tata Usaha dengan 4 (empat)
Sub Bagian dan 5 (lima) Sub Dinas dengan masing-masin 4 (empat) Seksi serta
Kelompok Jabatan Fungsional.
B.Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Untuk memperlancar dan mengatur kegiatan-kegiatan dalam melaksanakan
aktivitasnya, kantor Dinas Pendapatan Daerah kota Medan telah Membuat Struktur
Organisasi.Struktur organisasi merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan
yang efektif yakni terciptanya garis koordinasi yang baik serta adanya hubungan yang
baik antara pimpinan dan bawahan.
Adapun susunan organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan Berdasarkan
Keputusan Walikota Medan No. 1 Tahun 2010 Pasal 2, organisasi DISPENDA Kota
Medan terdiri dari :
1. Kepala Dinas
2. Sekretariat terdiri dari :
b. Sub bagian Umum
c. Sub Bagian Penyusunan Program
3. Sub Dinas Pendataan dan Penetapan terdiri dari :
a. Seksi Pendapatan dan Pendaftaran
b. Seksi pengelolahan data dan Informasi
c. Seksi Penetapan
d. Seksi Pemeriksaan
4. Sub Dinas Penagihan terdiri dari :
a. Seksi Pembukuan Vertifikasi
b. Seksi Penagihan dan Perhitungan
c. Seksi Restitusi dan Pertimbangan
5. Bidang bagi hasil pendapatan terdiri dari :
a. Seksi penata usahaan bagi hasil
b. Seksi bagi hasil
c. Seksi bagi bukan hasil pajak
d. Seksi peraturan perundang-undangan dan pengkajian pendapatan
6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah terdiri dari :
a. Seksi pengembangan pajak
b. Seksi pengembangan retribusi
c. Seksi pengembangan pendapatan lain- lain.
7. Unit Pelaksana Teknis (UPT)
C.Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan Sesuai dengan Keputusan Walikota Medan No. 1 Tahun 2010 tentang
Ketentuan Umum.
yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kota Medan
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Medan.
3. Walikota adalah Walikota Medan.
4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Medan.
5. Dinas adalah Dinas Pendapatan Kota Medan.
6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan Kota Medan.
7. Unit Pelaksana Teknis (UPT) adalah unsure Pelaksana teknis pada Dinas
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
8. Kelompok Jabatan Fungsional adalah pemegang jabatanfungsional yang
tugasnya didasrakan pada keahlian dan atau keterampilan tertentu sesuai
kebutuhan daerah.
Dinas adalah Unsur pelaksana pemeritah daerah, yang dopimpin oleh Kepala
Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota
Melalui Sekretaris Daerah.
Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintah daerah
dalam bidang pendapatan Daerah berdasarkan otonomi dan tugas pembantuan.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, dinas pendapatan mempunyai fungsi
1. Perumusan teknis di bidang pendapatan;
2. Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum dibidang
pendapatan;
3. Pembinaan pelaksanaan tugas dibidang pendapatan; dan
5. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang
tugasnya.
6. Melaksanakan tugas-tugas kain yang diberikan oleh Walikota sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Adapun tugas pokok dari kepala dinas dan masing-masing seksi pada kantor
Dinas Pendapatan Kota Medan adalah sebagai berikut :
1. Kepala Dinas
Kepala Dinas dalam melaksanakan tugasnya harus menerapkan prinsip
koordinasi, integrasi dan sinkronisasi, baik dalam lingkungan DISPENDA maupun
antar unit organisasi lain diluar dinas pendapatan daerah selain bidang tugasnya.
2. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh sekretaris, yang berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada kepala dinas
Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dinas
lingkup sekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan dan
penyusunan program.
Untuk melaksanakan tugas, sekretariat mempunyai tugas dan fungsi :
1. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan
2. Pengkordinasian penyusunan perencanaan program dinas.
3. Pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan dinas
yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keungan, dan
4. Pengelolaan dan pemberdayaan sumberdaya manusia, pengembangan
organisasi, dan ketatalaksanaan.
5. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas dinas.
6. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian.
7. Pelaksanaan motivator, evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan.
8. Pelaksanaan monitorng tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Sekretariat membawahi beberapa su bagian, yaitu :
a. Sub Bagian Umum
Sub bagian umum dipimpin oleh kepala sub bagian yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada sekretari
Dalam melaksanakan tugas pokok Sub Bagian umum menyelenggarakan fungsi :
1.Penyusunan rencana, program, dan kegitan Sub Bagian Umum
2.Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi umum.
3.Pengelolaan administasi umum yang meliputi pengelolaan tata naskah dinas,
penataan kearsipan , perlengkapan, dan penyelenggaraan kerumah tanggan
dinas.
4.Pengelolaan administrasi kepegawaian.
5.Penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan kelembagaan,
ketatalaksanaan, dan kepegawaian.
6,Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian.
8.Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh sekretris sesuai dengan tugas dan
funsinya.
b. Sub Bagia Penyusunan Program
Sub Dinas Program di pimpin oleh seorang Kepal Sub Dinas yang dalam
melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepadaSekretaris.
Sub Dinas Program mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas sekretriat
llingkup penyusunan program dan pelaporan.
Untuk melaksanakan tugas Sub Dinas Program mempunyai tugas dan fungsi :
Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Penyusunan
Pragram.
a. Pengumpulan bahan petunjuk teknis llingkup penyusunan rencana dan
progran dinas.
b. Penyiapan bahan penyusunan rencan dan program dinas.
c. Penyiapan bahan pembinaan pengawasan dan pengendalian.
d. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas.
c. Sub Bagian Keuangan
Mempunyai tugas mengelola keuangan, pembendaharaan dan menyusun
laporan keuangan.
3. Bidang Pendataan dan Penetapan.
Dalam melaksanakan tugasnya, dinas ini berada di bawah dan bertanggung
Bidang pendataan dan penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakn
sebagian tugas dinas lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan
pengolahan datadan informasi.
Bidang pendataan dan penetapan mempunyai tugas dan fungsi :
1. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pendataan dan
Penetapan.
2. Penyusunan teknis lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan
penetapan, dan pengelolaan data dan informasi.
3. melaksanakan pendaftaran dan pendataan wajib pajak/wajib pajak
retribusi dan pendapatan daerah lainnya.
4. melaksanakan pengelolaan data dan informasi baik dari surat
pemberitahuan pajakdaerah (SPTPD), surat pemberian retribusi daerah
(SPTRD), hasil pemeriksaan dan informasi dari instansi terkait.
5. Pelaksanaan proses penetapan pajak daerah, retribusi darah dan
pendapatan daerah lainnya.
6. Perencanaan dan penata usahaan hasil pemeriksaan tehadap Wajib Pajak
dan Wajib Retibusi.
7. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang
pendataan dan penetapan.
8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan
tugas dan funsinya.
a.Seksi Pendataan dan Pendaftaran.
Seksi ini dipimpin oleh kepala seksi, yang berada dibwah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Bidang Pendataan Penetapan.
Seksi inimempunyai tugas pokok melaksanakan tugas sebagian tugas
bidang pendataan dan pendaftaran.
b. Seksi Pemeriksaan.
Seksi ini mempunyai tugas pokokmelaksanakan sebagian tugas bidang
pendataan dan penetapan lingkungan pemeriksaan.
c. Seksi Penetapan.
Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang pendataan dan
penetapan lingkup penetapan pokok pajak daerah/ pokok retribusi daerah.
d. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang pendataan dan
penetapan lingkuppendataan dan penetapan lingkungan data dan informasi.
4. Bidang Penagihan
Bidang ini dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada dan bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas.
Bidang Penagihan mempunyai tugas pokok melakukan sebagian tugas dinas
lingkup pembukuan, verivikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan,
restitusi.
Bidang Penagihan melaksanakan tugas :
2. melaksanakan pembentukan dan verifikasi pajak daerah, retribusi daerah
dan penetapan pajak lainnya.
3. melaksankan penagihan ats tunggakan pajak, retribusi daerah dan
pendapatan daerah lainnya.
4. melaksanakan perhitungan restitusi dan pemindahbukuan atas pajak
daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.
5. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai
dengan bidang tugasnya.
Sub Dinas Penagihan terdiri dari :
a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi
Mempunyai tugas melakukan pembukuan dan verifikasi tentang
penetapan dan penerimaan pajak, retribusi daerah dan pendapatan daerah
lainnya.
b. Seksi Penagihan dan Perhitungan
Mempunyai yugas melaksanakan penagihan ats penunggakan pajak
daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.
c. Seksi Restitusi dan Pemindahbukuan
Mempunyai tugas menerima permohonan restitusi dan pemindahbukuan
dari wajib pajak, meneliti kelebihan pembayaran pajak, retribusi daerah
dan pendapatan daerah lainnya.
Mempunyai tugas menerima surat keberatan dari wajib pajak/retribusi dan
meneliti keberatan wajib pajak/retribusi dan mempersiapkan surat
keputusan kepala dinas tentang persetujuan atau penolakan tersebut.
5. Bidang Bagi Hasil Pendapatan
Bidang baggi hasil pendapatan mempunyai tugas dan pokok melaksanakan
sebagian tugas dinas lingkup bagi hasil pajak dan buakan pajak, penatausahaan bagi
hasil dan perundang-undangan dalam pengkajian pendapatan.
Tugas bagian ini yaitu :
a. penyusunan rencana,program, dan kegiatan Bidang Bagi Hasil Pendapatan.
b. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil pajak dan bukan
pajak, penatausahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian pendapatan.
c. pelaksanaan penata ushaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak ;
DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang sah.
d. Pelaksanaan kordinasi dengan instansi pemberi hasil pajak dan bukan pajak
DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang sah.
e. Pelaksanaan perhitungan penerimaan dari dana bagi hasil pajak dan bukan
pajak,
DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang sah.
f. Pelaksnaan pengkajian peraturan perundanng-undangan dan pengkajian
hasil
pendapatan daerah dibidang dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan
g. penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang bagi
hasil
pendapatan.
h. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Seksi Bidang Bagi Hasil Pendapatan membawahi beberapa seksi, yaitu :
a. Seksi Bagi Hasi Pajak.
Bertugas melaksnakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil
Pelaksanaan lingkup pajak. menerima dan mendistribusikan surat
pemberitahuan pajak terutang (SPPT) dan Daftar Himpunan Pokok Pajak
(DHPP) atau Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP).
b. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak
Bertugas melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil
Pelaksanaan lingkup Bidang Bagi Hasil Pelaksanaan lingkup bukan pajak,
melaksanakan perhitungan penerimaan dari Dana Alokasi Umum (DAU)
dan Dana Alokasi Khusus (DAK)
Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang
Bagi Hasil Pelaksanaan lingkup penatausahaan bagi hasil. Mempunyai
tugas mengevaluasi dan memonitor pelaksanaan teknis operasional
pengelolaan Pendapatan daerah.
d. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan Bertugas melaksnakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pelaksanaan
lingkup
peraturan perundang-undangan dan kajian pendapatan.
6. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah.
Bidang ini dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah
danbertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Bidang ini mempunyai tugas pokok melaksnakan sebagian tugas dinas
lingkup pengembangan pajak, retibusi dan pendapatan lain-lain, yang mempunyai
tugas :
a. penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengebangan
Pendapatan Daerah.
b. Penyusunan bahan teknis lingkup pengembangan pajak , retribusi dan
pendapatan lain-lain.
c. pelaksaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi daerah dan
pendapatan lainnya.
e. pelaksanaan monitorig, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang
pengembangan pendapatan daerah.
f. pelaksaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai tugas dan
fungsinya.
Bidang Pengembangan Pendataan Daerah Membawahi beberapa beberapa
seksi
a. Seksi Pengembanga Pajak.
Mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan sebagian tugas Bidang
Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan pajak.
b. Seksi Pengembangan Retribusi
Mempunyai tugas Pokok yaitu melaksanakan sebagian tugas Bidang
Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan
pendapatan retribusi.
c. Seksi Pengembangan pendapatan Lain – Lain
Mempunyai tugas Pokok yaitu melaksanakan sebagian tugas Bidang
Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan
pendapatan lain-lain
7. Unit PelaksanaTeknis
8. Kelompok Jabatan Fungsional
Mempunyai tugas melaksanakan tugas Dinas Pendapatan sesuai dengan
a. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri darisejumlah tenaga dalam jenjang
jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan
keahlian.
b. Setiap kelompok tersebut di pimpin oleh seorang tenaga fungsional senior.
D. Gambaran Umum Pegawai/Karyawan di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Komposisi pegawai/karyawan di Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
adalah sebagai berikut :
Tabel I
REKAPITULASI PEGAWAI DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN BULAN APRIL 2010
No Bagian / Bidang/ Bendahara/ UPT/ Security Jumlah
1 Kepala Dinas 1 orang
2 Sekretariat 29 Orang
3 Bendahara Penerimaan/Pengeluaran 18 Orang
4 Penyimpanan Barang Berharga 5 orang
5 Penyimpana Barang & Pengurusan Barang 8 orang
7 Bidang penagihan 35 orang
8 Bidang Pendataan & Penetapan (DATAP) 59 orang
9 Bidang Bagi Hasil Pendapatan (BHP) 58 orang
10 Unit Pelaksana Teknis 21 orang
11 Hansip Yang Diperbantukan 2 orang
12 Security 12 orang
13 Pegawai Honor 66 orang
Jumlah PNS / Pegawai Honor 314
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
Keterangan
Pegawai Negri Sipil : 245 Orang :
TNI Yng dikaryakan : 1 Orang ( Bidang Penagihan )
Hansip Yang Diperbantukan : 2 Orang
Jumlah : 314 Orang
Pegawai Honor : 66 Orang
Dari tabel di atas dapat diuraikan bahwa kantor Dinas Pendapatan Daerah
Satu orang kepala dinas, 29 orang di bagian sekretariat, bendahara penerimaan
/ pengeluaran, orang penyimpanan barang berharga, orang penyimpanan barang dan
pengurusan barang, orang bidang pengembangab pendapatan daerah, orang bidang
penagihan, orang bidang pendataan dan penetapan ( DATAP ), orang bidang bagi
hasil pendapatan (BHP), orang unit pelaksana teknis (UPT), orang hansip yang
diperbantukan, orang security, untuk pegawai honor sebanyak 10 orang di bagian
sekretariat, 3 orang di bagian bendahara, 3 orang di bagian penyimpan barang
berharga, 1 orang di bagian penyimpan barang dan pengurus barang, 4 orang
dibidang pengembangan pendapatan daerah, 5 orang dibidang penagihan, 10orang
dibidang pendataan & penetapan ( DATAP ), 18 orang dibidang bagi hasil
pendapatan, 12 orang di security, selain itu fungsi 1 orang TNI yang dikaryakan
untuk membantu dalam penagihan pajak terhadap wajib pajak.
Tabel II
Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan Golongan Jumlah
a. Golongan IV/c 1 orang
c. Golongan IV/a 3 orang
d. Golongan III/d 30 orang
e. Golongan III/c 27 orang
f. Golongan III/b 70 orang
g. Golongan III/a 56 orang
h. Golongan II/d 13 orang
i. Golongan II/c 19 orang
j. Golongan II/ b 1 orang
k. Golongan II/a 25 orang
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan
BAB III
A. Undang-Undang Pajak Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan
daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan pemerinta daerah,bahwa dalam
rangka menigkatkan pelayanan kepada masyarakat dan kemandirian daerah ,
perlu dilakukan perluasan objek pajak daerah dan retribusi daerah dan pemberian
pengurangan tarif, yang mana kebijakan daerah dan retribusi daerah dilaksanakan
berdasrakan prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan, peran serta masyarakat,
dan akuntabilitas dengan memperhatikan potensi daerah.
Bahwa Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 34
Tahun 2000 perlu disesuaikan dengan kebijakan Otonomi Daerah. Maka
dikeluarkanlah Undang-Undang No. 28 Tahun 2009,
B. Ketentuan Umum
Dalam Undang-Undang ini, yang dimaksud dengan
a. Deaerah Otonom yang selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan
masyarakat umum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenanga mengatur dan mengurus urusan pemerintah dan
kepentingan masyarakatsetempat menurut pakarsa sendiri berdasrakan
aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik
b. Pemerintah Pusat,yang selanjutny disebut pemerintah adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan penerintah Negara
Republik Indonesia (NKRI).
c. Pemerintah Daerah adalah Pnyelenggara urusan pemerintah oleh
Pemerintah Daerah dan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas
otonomi tugas pembantu seluas-luasnya dalam sisttem dan prinsip
NKRI.
d. Pemeritah Daerah adalah gubernur, bupapati, atau walikota, dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintah Daerah
e. Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak adalah kontribusi wajib
kepadandaerah yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang , dengan tidak mendapatkan
imbalan secara lgsung dan dipergunakan untuk keperluan daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
f. Badan adalah suatu bentuk badan usha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komonditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik
Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan,
perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan, atau organisasi sejenis,
lembaga, dana pension, Bentuk Usah Tetap, serta bentuk badan uasah
g. Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut Ketentuan
Peraturan Daerah ini ditentukan untuk melakukan kewajiban
perpajakan.
h. Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan
pajak.
i. Pajak Restoran adalah Pajak atas pelayanan yang disediakan dengan
pembayaran di Restoran.
j. Restoran atau Rumah Makan adalah tempat yang disediakan untuk
menyantap makanan dan minuman dengan dipungut bayaran termasuk
kedai nasi, kedai mie, kedai kopi, warung tempat jual makanan /
minuman, tempat berdiskotiq dan berkaraoke kecuali usaha jasa boga
dan jasa usaha katering.
k. Pembayaran adalah jumlah yang diterima sebagai imbalan atas
penyerahan barang atau jasa sebagai pembayaran kepada pemilik
Restoran.
l. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari
penghimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak
yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada Wajib Pajak
serta pengawasan penyetoran.
m. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTD) adalah yang oleh WP
digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran
kewjiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan daerah.
n. Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) adalah surat yang digunakan oleh
Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang
terutang ke Kas Daerah.
o. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) adalah surat keputusan yang
menentukan besarnya pajak yang terutang.
p. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB) adalah surat
ketetapan Pajak yang menentukan jumlah pajak yang terutang, jumlah
kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya
sanksi administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar.
q. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT)
adalah surat ketetapan pajak yang menetukan tambahan atas jumlah
pajak yang telah ditetapkan.
r. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB) adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak
karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pajak yang terutang.
s. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN) adalah surat ketetapan
pajak yang menetukan jumlah pajak yang terutang sama besarnya
dengan jumlah kredit pajak.
t. Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) adalah surat untuk melakukan
C. Pengertian Pajak Restoran
Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan dengan
pembayaran di restoran.
Dalam pemungutan pajak restoran terdapat beberapa pengertian yang perlu diketahui.
Pengertian tersebut dapat dilihat berikut ini :
1. Restoran adalah tempat menyantap makanan dan atau minuman yang
disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga dan
katering.
2. Pengusaha Restoran adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun,
yang dalam linkungan pengusaha atau pekerjaannya melakukan usaha di bidang
rumah makan.
3. Bon Penjualan (bill) adalh bukti pembayaran yang sekaligus sebagai bukti
penguat pajak, yang dibuat oleh wajib pajak saat mengajukan pembayaran atas
pembellian makanan dan atau minuman kepada subjek pajak.
Dasar hukum pemungutan pajak restoran pada suatu kabupaten atau kota adalah
sebagaimana di bawah ini :
1. Undang – undang No.34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas Undang –
undang No.18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retibusi Derah.
2. Perturan Pemerintah No.65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.
3. Keputusan Menteri Keuangan No.43 Tahun 1999 tentang Sistem dan Prosedur
Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Penerimaan Pendapatan
4. Peraturan Daerah No.12 Tahun 2003 Tentang Pajak Daerah Kota Medan.
5. Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
6. Keputusan Bupati/walikota yang mengatur tentang Pajak Restoran sebagai
aturan pelaksanaan perturan daerah tentang Pajak Restoran pada
Kabpaten/kota dimaksud.
D. Objek, Subjek dan Wajib Pajak Restoran 1. Objek Pajak Restoran
Objek Pajak Restoran adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan
pembayaran di Restoran termasuk bar, cafe, rumah makan, buffet, kantin, kedai nasi /
kopi dan meliputi penjualan makanan / minuman di tempat yang disertai tempat
penyantapannya maupun yang diantar / dibawa pulang (take away).
Dikecualikan dari objek Pajak Restoran adalah :
a. Pelayanan jasa boga atau catering
b. Pelayanan yang disediakan oleh Restoran atau Rumah Makan yang
pendapatan brutonya tidak melebihi batas Rp.600.000,- (enam ratus
ribu rupiah) per bulan
c. Penjualan makanan dan atau minuman di tempat yang disertai dengan
fasilitas penyantapannya di hotel
Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang
Melakukan pembayaran atas pelayanan di Restoran.
3. Wajib Pajak Restoran
Pengusaha Restoran, Rumah Makan, kedai nasi / kopi, warung nasi.
E.Dasar Pengenaan Pajak Restoran dan Tarifnya
Dasar pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang
dilakukan kepada Restoran, Rumah Makan dan Kedai kopi dengan menggunakan bill
yang telah diporporasi dan menyimpan bukti pembayaran selama 1 (satu) tahun.
Tarif Pajak Restoran adalah sebesar 10% (sepuluh persen).Pajak
restoran yangterutang dipungut diwilayah daerah tempat restoran berlokasi.
F. Cara Perhitungan, Masa Pajak dan Saat Pajak Terutang. 1. Cara Perhitungan
Besarnya pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan
dasar pengenaan pajak.
Secara umum perhitungan pajak restoran adalah sebagai berikut :
Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak
= Tarif Pajak x Jumlah Pembayaran yang Dilakukan kepada
Restoran
Misalnya dasar pengenaan pajaknya sebesar Rp. 500.000,00 dikalikan dengan tarif
Besar pajak = Rp. 500.000,00 x 10 %
= Rp. 50.000,00
2. Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan tahun takwim.
3. Pajak terutang dalam masa pajak terjadi atau timbul pada saat kegiatan pelayanan
di restoran dilakukan.
Setiap wajib pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD).
SPTPD tersebut harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh
Wajib pajak dan kuasanya. Kemudian harus disampaikan kepada Dipenda
selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak.
F. Mekanisme Pemungutan Pajak Restoran di Dinas Pendapatan Kota Medan. Pemungutan Pajak restoran adalah suatu rangkaianmulai dari penghimpunan
data objek pajak retoran dan subjek pajak restoran ,dengan penentuan besarnya pajak
restoran yang terutang sampai kegiatan menerima pembayaran pajak retoran tersebut
dari wajib pajak. Untuk itu wajib pajak terlebih dahulu melporkan jenis usahanya
kepada dinas pendapatan daerah dengan mekanisme sebagai berikut :
1. Pengukuhan Wajib Pajak
Wajib Pajak Restoran wajib mendaftarkan usahanya kepada dinas
pendataan daerah Kota Medan dalam jangka waktu tertentu selambat-lambatnya tiga
Poko Wajib Pajak (NPWPD). Jangka waktu ini sesuai dengan jangka waktu yang
ditentukan bupati atau walikota dimana pajak retoran dipungut.
Surat keputusan pengukuhan yang dikeluarkan oleh kepala dinas
pendapatan daerah tidak merupakan dasar untuk menentukan mulai saat pajak tentang
pajak restoran , tetapi hanya merupakan sarana administrasi dan pengawasan bagi
petugas dinas pendapatan daerah. Apabila pengusaha restoran atau rumah tidak
mendaftarkan usaha nya dalam jangka waktu yang ditentukan, kepala dinas pendataan
daerah akan menetapkan pengusaha tersebut sebagai wajib pajak secara jabatan.
Penetapan secara jabatan dimaksudkan untuk pemberian nomor pengukuhan dan
NPWPD dan bukan merupakan penetapan besarnya pajak terutang. Tata cara
pelaporan dan pengukuhan wajib pajak ditetapkan oleh bupati/waliota dengan surat
keputsan.
2. Pendaftaran dan Pendataan
Untuk mendapatkan data wajib pajak dilaksanakan pendaftaran dan pendataan
terhadap wajib pajak . Kegiatan pendataan dan pendaftaran di awali dengan
mempersiakan dokumen yang diperlukan, berupa formulir pendataan dan
pendaftaran, kemudian diberi kepada wajib pajak. Setelah dokumen disampaikan
kepada wajib pajak, wajib pajak mengisi formulir pendaftaran dengan jelas, lengkap
serta mengambalikan kepada petugas pajak. Selanjutnya petugas pajak mencatat
formulir pendataan dan pendaftaran yang dikembalikan oleh wajib pajak dalam
Daftar Induk Wajib Pajak berdasarkan nomor urut yang digunakan sebagai dasar
3. Pelaporan Pajak dan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (STPD)
Wajib pajak restoran wajib melapor kepada bupati/walikota, dalam praktiknya
kepada kepala Dinas Pendapatan Daerah kabbupaten/kota tentang perhitunga
pembayaran pajak restoran yang terutang. Wajib pajak yang telah memilik NPWPD
setiap awal masa pajak wajib mengisi STPD. SPTPD diisi dengan jelas, lengkap dan
benar serta ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya dan disampaikan kepada
walikota/bupati atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan jangka waktu yang
ditentukan. Umumnya STPD harus disampaikan selambat-lambatnya limabelas hari
setelah berahirnya masa pajak. Seluruh data perpajakan yang diperoleh dari daftar
isian tersebut dihimpun dan dicatat atau dituangkan dalam berkas kartu data yang
merupakan hasil ahir,yang akan dijadikan sebagai dasar dalam perhitungan dan
penetapan pajak terutang. Ketentuan dan dokumen harus dicantumkan dan atau di
lampirkan pada SPTPD ditetapkan oleh Walikota Medan.
4. Penetapan Pajak Restoran
Berdasarkan SPTPD yang di sampaiakan oleh wajib pajak dan pendataan yang
dilakukanoleh petugas dinas pendapatan daerah, walikota atau pejabat yang ditunjuk
menetap pajak restoran yang terutang dengan menerbitkan surat Ketetapan Pajak
Daerah (SKPD). SKPD harus dilunasi oleh wajib pajak paling lama tiga puluh hari
sejak diterimanya SKPD oleh wajib pajak atau jangka waktu lain yang ditetapkan
oleh walikota. Apabila setelah lewat waktu yang ditentukan wajib pajak tidak atau
administrasi berupa bunga sebesar dua persen sebulan dan ditagih dengan
menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD).
5. Pembayaran Pajak Restoran
Pembayaran Pajak Restoran dilakukan wajib pajak dengan menyetorkan pajak
k kas negara, Bank, atau tempat lain yang di tunjuk oleh walikota dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD). Pembayaran pajak harus
dilakukan sekligus atau lunas. Namun, dalam keadaan tertentu walikota atau pejabat
yang ditunjuk dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur
pajak restoran terutang dalam kurun waktu tertentu. Kepada wa jib pajak yang
melakukan pembayaran pajak diberikan tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam
buku penerimaan.
6. Penagihan Pajak Restoran
Apabila Pajak Restoran yang terutang tidak dilunasi setelah jatuh tempo
pembayaran, walikota atau pejabat yang ditunjuk akan melakukan tidakan penagihan
pajak. Pengihan pajak dilakukan terhadap pajak terutang dalam SKPD, SKPDKB,
SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan
Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus bibayar bertambah.
Tata Cara Penagihan Pajak Restoran
a. Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tidak
pelaksanaan penagihan pajak dikeluarka 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo
b. Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangkawaktu
yang telah ditentukan dalam surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain dan
sejenis nya, jumlah pajak yang masih terutang di tagih dengan surat paksa.
c. Pejabat menerbitkan Surat Paksa segera setelah lewat 21 hari sejaktanggal Surat
Teguran atau Surat Peringata atau surat lain yang sejenisnya.
d. Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam
sesudah tanggal pemberitahuan Surat Paksa,pejabat segera menerbitkan Surat
Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP).
e. Setelah dilakukan penyitaan dan wajib pajak belun juga melunasi utang pajaknya
setelah lewat Lelang 10 hari sejak tanggal pelaksanaan SPMP, pejabata mengajukan
pernintaan penetapan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang Negara.
f. Setelan Kantor Lelang Negara menetapkan hari. Tanggal, jam tempat lelang, jurusita
memberiathukan dengan segera secara tertulis kepada wajib pajak.
g. Bentuk, isi dan jenis formulir yang digunakan untuk pelasanaan penagihan pajak
daerah ditetapkan oleh kepala daerah.
Dengan mekanisme diatas maka pajak restoran dapat dipungut dengan sistem yang
berlaku di
Indonesia, menurut Undang-undang No.18 Tahun 1997 dan Undang-undang No.34
Tahun 2000 Pemungutan Pajak Menggunakan tiga sistem pemungutan pajak, yaitu :
a. Self assesment system yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak
b. Official assesment system yaitu pemungutan pajak daerah berdasarkan kepada pemerintah
(fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang menggunakan SKPD.
c. With holding system yaitu sistem pemungutan yang memeri wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dab bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk
menentuka besarnya pajak terutang
Namun pada Dinas Pendapatan Kota Medan, sitem Pemungutan yang digunakan
adalah self assesment system dan official assesment system.
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI DATA
Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah, sumber pendapatan bagi pemerintah
daerah salah satunya berasal dari hasil pemungutan pajak daerah. Sumber pajak
sangat penting bagi pemerintah daerah untuk memperoleh pendapatan dari sumber
tersebut. Hal itu dapat dilakukan dengan memungut, mengadministrasikan,
menetapkan tarif dan sebagainya.
Tarif pengenaan Pajak Restiran pada Dinas Pendaptan Daerah Kota Medan
yaitu 10% (sepuluh persen) dan tata cara yang dilkukan dalam pemungutan pajak atas
restoran pada Dinas Pendaptan Daerah Kota Medan menggunakan dua sistem
pemungutan yaitu self assesment system dan official assesment sistem.
B. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran di Kota Medan 1. Jumlah Wajib Pajak Restoran di Kota Medan
Pajak Restoran Merupakan sumber dana permanen dari salah satu pajak
daerah yang memberikan kontribusi setiap tahun dalam penyusunan anggaran
negara. Dilihat dari data jumlah Waji Pajak Restoran yang terdapat pada Dinas
Pendapatan Kota Medan sampai tahun 2009 sebanyak 829 wajib pajak. Wajib
Pajak yang menggunakan self assesment system sebanyak 283 wajip pajak, yang
menggunakan official assesment system sebanayak546 wajib pajak.
Tabel III
Sampai Dengan Desember 2009
Jenis Pajak Restoran
Wajib Pajak
Jumlah Self assesment officialassesment
1 Restoran Cepat Saji 71 - 71
2 Restoran Nasional 129 - 129
3 iRestoran Khas Daerah 67 - 67
4 Wr. Nasi, Kedai
Kopi,jual Mie, dll
- 561 561
5 Restoran Tempat
Hiburan
26 - 26
6 Jumlah 291 561 852
2. Data Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran
Berdasarkan tabel target dan realisasi pendapatan daerah Kota Medan selama
3 (tiga) tahun. Khusus pajak restoran dapat kita lihat pada tabel
Tabel IV
Target Penerimaan Pajak Restoran pada Tahun 2007 – 2008
No. TAHUN TARGET REALISASI PERSEN
1 2007 36.756.400.000 37.189.878.638,70 101,18 %
2 2008 40.523.931.000 42.718.808.546,06 105,42 %
3 2009 45.750/127.000 49.316.929.029,18 107.80%
Dalam Rupiah
Persentase = Realisasi / Target x 100
Sumber Data : DIPENDA Kota Medan
Berdasarkan tabel di atas, dapat kita analisa, bahwa pada tahun 2007, target
penerimaan Pajak Restoran yang telah ditetapkan APBD yaitu Rp. 36.756.400.000
dengan realisasi penerimaan sebesar Rp. 37.189.878.638,70. artinya penerimaan
Pajak Restoran Kota Medan untuk Tahun 2007 dapat dicapai 101,18 %. Ini
menunjukan bahwa penerimaan Pajak Restoran telah memenuhi target yang telah
ditetapkan. Malah bias dikatakan melebihi target sebesar 1,18%.
Selanjutnya pada Tahun 2008, target penerimaan pajak Restoran yang telah
ditetapkan APBD yaitu Rp. 40.523.931.000 dengan realisasi penerimaan sebesar Rp.
2008 dapat dicapai 105,42 %. Di sini bisa kita lihat, walaupun target pada tahun 2008
meningkat, tetapi masih dapat direalisasikan. Bahkan realisasinya mencapai 5,42 %
melebihi target. Sedangkan untuk tahun 2009 jumlah yang ditargetkan Rp.
45.750.127.000 dan jumlah yang terealisasikan Rp. 49.316.929.029,18 dengan
persentase 107,80% dengan kata lain tahun ini target yang telah ditetapkan kembali
tercapai bahkan bias kita katakana melebihi target sebesar Rp. 3.566.802.029.
Prestasi yang membanggakan ini tidak lepas dari kesadaran dan kemampuan
masyarakat dalam memenuhi kewajibannya terhadap objek Pajak Restoran. Dan juga
kedisiplinan dan upaya yang cukup besar dari pihak Dipenda Kota Medan dalam
menjalankan tugas-tugasnya terutama dalam hal penerimaan Pajak Restoran.
C. Masalah-masalah yang dihadapi dalam Pelaksanaan Pemungutan Pajak Restoran di Kota Medan
Masalah-maslah yang dihadapi dalam pelaksanaan pemungutan pajak restoran yang ada di kota medan adalah :
1. Masih banyak masyarakat Kota Medan yang mempunyai usaha
restoran/rumah makan dan sudah memenuhi syarat sebagai wajib pajak
restoran. Aakan tetapi, tidak mendaftarkan diri sebagai wajib pajak. Padahal
jika masyarakat mendaftarkan diri dan melaksanakan kewajiblan nya sebagai
wajib pajak untuk membayar dan melaporkan jumlah pajak terutang tentunya
meningkat setiap tahun nya. Apabila kita perhatikan perkebangan
usahakuliner di Kota Medan sedang meningkat.
2. Masih terdapatnya Wajib Pajak yang menyetorkan Pajak Restoran tidak
sesuai dengan yang dilaporkan.
3. Terdapatnya Wajib Pajak yang menutup usahanya dan tidak melaporkan ke
Dispenda.
. D Upaya-Upaya yang Dilakukan Dalam Peningkatan Pajak Restoran Agar penerimaan Pajak Restoran selalu mencapai target yang ditentukan,
maka diperlukanlah Upaya-Upaya yang dilakukan demi peningkatan penerimaan
Pajak Restoran.
Upaya-upaya tersebut antara lain:
1. melaksanakan pendataan ulang terhadap potensi atau omzet wajib pajak,
dengan melaksanakan penjagaan.
2. Melaksanakan upaya pendekatan persuasif kepada Wajib Pajak yang
melaksanakan pembayaran tidak sesuai dengan nilai yang tercantum dalam
SKPD.
3. Mengarahkan dan meningkatkan kinerja petugas lapangan untuk dapat bekerja
optimal melalui rapat evaluasi kerja.
4. Menyampaikan surat teguran kepada Wajib Pajak yang belum menyampaikan
5. Mengembalikan SPTPD yang belum sepenuhnya menggambarkan potensi /
omzet yang sebenarnya.
6. Melaksanakan penagihan langsung kepada Wajib Pajak yang belum
menyetorkan pajak sesuai dengan yang dilaporkan.
7. Melaksanakan pemeriksaan langsung terhadap Wajib Pajak.
8. Mendata dan mendaftar Wajib Pajak baru dan lama.
E. Langkah-Langkah Strategis
Untuk mempermudah pemerintah dalam melakukan penarikan pajak dan juga
untuk membantu wajib pajak dalam memahami dan melaksanakan tugas dan
kewajibannya sebagai wajib pajak maka perlu dilakukan langkah-langkah strategis
sebagai berikut :
1. Sosialisasi masalah pajak.
Masalah pajak tak ubahnya seperti memberi dan menerima (benefit).
Sipembayar pajak akan merasa terhutang apabila dia mendapat manfaat dari
apa yang telah dibayarnya. Jadi kejujuran merupakan syarat mutlak bagi
pencatatan, cash register, maupun system pembukuan. Agar kejujuran dapat
mendekati apa yang diinginkan perlu dilakukan sosialisasi kepada pengusaha
maupun konsumen bahwa sebenarnya beban pajak tersebut adalah merupakan
bagian dari unit cost, dan pembayaran pajak ini akan dikembalikan berupa
manfaat / benefit, jaminan keamanan dan lain-lain.
2. Fungsi Kontrol
Agar berjalan fungsi kontrol di dalam penjelasan penarikan pajak
daerah sebaiknya dipisahkan unit perencanaan yang menghitung besarnya
pendapatan daerah setiap tahun.
3. Standard of Service
Perlu adanya standard of service sehingga pengenaan pajak yang
diberikan kepada objek pajak, dikembalikan untuk digunakan sesuai dengan
standard of service yang telah ditentukan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Dari penyajian yang disampaikan penulis di dalam laporan akhir ini maka
penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan restoran. Dalam hal ini, yang
minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termaksud jsaha
jasa boga dan catering.
2. Tarif Pajak Restoran ditetapkan paling tinggi 10%. Besar tarif, ditetapkan oleh
pemerintah kabupaten kota / daerah yang bersangkutan, sehingga memberikan
kesempatan bagipemerintah daerah untuk menetapkan besarnya tarif pajak
restoran sesuai dengan kondisi masyarakat.
3. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Dipenda Kota Medan untuk Meningkatkan
penerimaan Pajak Restoran sepertinya telah berhasil, karena realisasi yang
dicapai pada tahun anggaran 2008 s/d tahun anggaran 2009 telah mencapai
target yang telah ditetapkan. Meskipun demikian pihak Dipenda tetap
berupaya untuk terus meningkatkan penerimaan pajak daerahnya, khususnya
Pajak Restoran.
4. Kesulitan yang paling pokok dalam pemungutan Pajak Restoran ini adalah
masalah kurangnya kesadaran para Wajib Pajak dalam membayar pajak yang
dibebankan kepadanya.
5. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Dipenda Kota Medan guna
meningkatkan penerimaan pajak restoran adalah dengan mengadakan
pendekatan secara persuasif dengan cara mengadakan penyuluhan dan
sosialisasi mengenai Pajak Daerah. Sehingga Wajib Pajak menyadari betapa
pentingnya membayar kewajibannya, karena nantinya akan dipergunakan
untuk menjalankan roda pemerintahan di daerah maupun pembangunan
6. Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan merupakan unsur pelaksana
Pemerintah Daerah dalam melaksanakan kewenangan Walikota Medan
dibidang pengelolaan dan Pendapatan Daerah.
7. Pada DISPENDA Kota Medan, sitem pemungutan pajak yang digunakan
adalah self assestment system, official assestment system.
8. Pajak Restoran dikenakan terhadap wajib pajak yang memiliki uasah
restora/rumah makan yang pendapatannya melebihi Rp.600.000 / bulan,
kecuali jasa boga, catering, makanan dan/atau minuman yang disediakan
dengan fasilitas penyantapan di Hotel.
9. Pemungutan Pajak Restoran adalah suatu kegiatan mulai dari penghimpunan
data objek pajak restoran, dan subjek pajak restoran dengan penentuan
besarnya pajak restoran yang terutang sampai dengan kegiatan penerimaan
pajak restoran tersebut drai wajib pajak.
10. Mekanisme pemungutan pajak restoran pada DISPENDA medan dimulai dari
pengukkuhan wajib pajak, pendaftaran dan pendataan, pelaporan SPTPD oleh
wajib pajak, penetapan jumlah pajak restoran melalui SKPD, dan pembayaran
pajak restoran. Apabila pajak restoran yang terutang tidak dilunasi setelah
jatuh tempo maka skan dilakukan penagihan oleh DISPENDA Kota Medan.
11. Realisai penerimaan pajak restoran di Kota Medan selalu dapat mencapai
B. Saran
Saran penulis untuk meningkatkan Pajak Restoran adalah :
1. Para pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan lebih meningkatkan kinerja dan
disiplin agar dapat mempertahankan prestasi yang telah diraih.
2. Dinas Pendapata Kota Medan harus melakukan pendekatan kepada
masyarakat lebih sering lagi agar masyarakat lebih sadar akan pentingnya
membayar pajak.
3. Meningkatkan peran serta dan keaktifan dari aparat pengelola Pajak Restoran
dalam melaksanakan ketentuan yang berlaku serta diharapkan aparat yang
jujur dan bertanggung jawab terhadap tugasnya dan mensosialisasikan
peraturan daerah kepada masyarakat.
4. DinasPendapatan Kota Medan hendaknya lebih tegas terhadap pengusaha
restoran yang tidak mau membayar pajak atas usahanya jika memungkinkan
dengan memberikan sanksi administrasi atau sanksi pidana bagi wajib pajak
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo, 2000, Perpajakan Indonesia Revisi 2000, penerbit Andi Yogyakarta.
Markus, Muda, 2005, Perpajakan Indonesia, PT.Gramedia Pustaka Utama, jakarta.
Siahaan, Marihot P, 2005, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Republik Indonesia, Undang-undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah
Daerah
Republik Indonesia, Undang-undang No.33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Republik Indonesia, Undang-undang No.28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah
dan Retibusi Daerah.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No.84 Tahun 2000 Tentang Pedoman
Organisasi Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah .
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No.65 Tahun 2001 Tentang Pajak
Daerah.
Republik Indonesia, Peraturan Daerah No.12 Tahun 2003 Tentang Pajak Daerah