ANALISIS STRATEGI KAMPANYE POLITIK PARA CALON KEPALA KAMPUNG
(Study di Kampung Banjar Rejo Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah)
Oleh Edo Prama Setia
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN
Pada
Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
▸ Baca selengkapnya: contoh surat perjanjian kontrak politik calon kepala desa
(2)ABSTRACT
STRATEGY ANALYSIS OF VILLAGE CHIEF POLITICAL CAMPAIGN (Studies In Village Districts Banjarrejo Way Pengubuan Lampung District Middle)
By
EDO PRAMA SETIA
Village is the lowest government system that doing public services to people.
Political democratic practice principles are started from political life in village.
Dynamical and political constellation in village has its own unique. It is shown in
the village chief election process that is far away from political party concerns.
One of village democratization biggest problem is money politics in election and
indication in using violent acts and intimidation at campaign.
This research purpose is to know political campaign strategy of each village chief
nominee in village chief election of Banjar Rejo Kecamatan Way Pengubuan
Kabupaten Lampung Tengah. This research is done with qualitative research
method. Data collections techniques are done by using depth interview and
documentation study. The informant in this research consists of fifteen (15)
informants that are chosen randomly. They are head committee of election, vice
head committee of election, village chief nominees, campaign team leader of each
Tengah village chief election are using the right campaign strategy through direct
selling, effective campaign teamwork mechanism, innovative political campaign
activity, and momentum accuracy about young leader image with growing issue at
that time . And then losing factor from the village chief nominee in village chief
election are, low internal consolidations in campaign team, using wrong method
of campaign strategy through “panggung” strategy that is old in campaign styles,
and incompatible image that nominee wanted to form to people with people’s
point of view.
ABSTRAK
ANALISIS STRATEGI KAMPANYE POLITIK PARA CALON KEPALA KAMPUNG
Oleh
EDO PRAMA SETIA
Kampung merupakan satuan pemerintahan terkecil yang melaksanakan
fungsi-fungsi pelayanan kepada masyarakat. Prinsip-prinsip praktek politik demokratis
dapat dimulai dari kehidupan politik di Kampung. Dinamika dan konstelasi politik
di Kampung memiliki kekhasan tersendiri. Kekhasan tersebut antara lain
ditunjukkan dalam prosesi pemilihan Kepala Kampung yang jauh dari hiruk pikuk
dunia kepartaian. Salah satu tantangan besar demokratisasi dalam lingkup
Kampung adalah merebaknya politik uang (money politics) dalam pemilihan.dan
adanya indikasi kampanye yang menggunakan kekerasan dan intimidasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi kampanye politik calon kepala
Kampung dalam Pemilihan Kepala Kampung di Kampung Banjar Rejo
Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah. Metode penelitian
yang digunakan adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
Para Calon Kepala Kampung, Para Ketua Tim Kampanye Dari Calon Kepala
yaitu Ketua Tim Hamidi dan Ketua Tim Khairi, Para Anggota Tim Hamidi dan
Tim Khairi dan masyarakat dari Kampung Banjar Rejo.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi kampanye politik calon kepala
Kampung dalam Pemilihan Kepala Kampung di Kampung Banjar Rejo
Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah adalah penggunaan
strategi kampanye yang tepat melalui direct selling, mekanisme kerja tim
kampanye yang efektif, kegiatan kampanye politik yang inovatif, dan ketepatan
momentum mengenai citra pemimpin muda dengan isu yang sedang berkembang
saat itu. Sedangkan Faktor-faktor yang menyebabkan kekalahan Calon Kepala
Kampung antara lain adalah, kurangnya konsolidasi internal tim kampanye tingkat
atas dan bawah, kesalahan dalam penggunaan strategi kampanye melalui strategi
”panggung” yang merupakan cara-cara lama dalam berkampanye, dan
ketidaksesuaian citra yang ingin dibentuk dari kandidat dengan pandangan
masyarakat.
DAFTAR ISI A.Tinjauan Tentang Strategi ... 10
1. Pengertian Strategi ... 10
2. Tipe-Tipe Strategi ... 10
B.Kampanye Politik ... 11
1. Definisi Kampanye Politik ... 11
2. Teknik-Teknik Kampanye Politik ... 14
3. Strategi Kampanye Politik ... 15
C. Tahapan Pemasaran Politik ... 17
1. Segmentasi ... 20
2. Targeting ... 21
3. Positioning ... 21
D. Persuasi Politik ... 22
1. Persuasi Politik Sebagai Propaganda ... 24
2. Persuasi Politik Sebagai Periklanan ... 24
3. Persuasi Politik Sebagai Retorika ... 25
E. Pencitraan Politik ... 25
F. Tim Kampanye ... 27
G. Fenomena Kekalahan Calon Incumbent dalam Pilkades ... 27
III. METODOLOGI
F. Teknik Pengumpulan Data ... 35
G.Teknik Pengolahan Data ... 36
H.Teknik Analisis Data ... 37
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kampung Banjar Rejo ... 38
B. Wilayah Administratif Kampung Banjar Rejo ... 41
C. Kondisi Demografi ... 42
D. Susunan Kepanitiaan Pemilihan Kepala Kampung ... 43
E. Rincian Anggaran Belanja Pemilihan Kepala Kampung Banjar Rejo ... 45
F. Anggaran Rapat Panitia Pemilihan Kepala Kampung Banjar Rejo .. 46
G. Hasil Penghitungan Suara ... 46
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 48
1. Deskripsi Informan ... 48
2. Tahapan Perencanaan Strategi Kampanye Politik Hamidi ... 49
3. Tahapan Perencanaan Strategi Kampanye Politik Khairi ... 57
4. Perbandingan Perencanaan Strategi Kampanye Politik Hamidi dan Khairi ... 64
5. Kendala Dalam Kegiatan Kampanye Politik ... 65
6. Pengaruh Kampanye Terhadap Keputusan Memilih ... 66
B. Pembahasan ... 66
1. Strategi Kampanye Politik ... 66
2. Faktor-Faktor Kemenangan Calon Kepala Kampung Pendatang (Khairi) ... 69
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tahapan Marketing Politik ... 19 2. Kerangka Pemikiran Analisis Strategi Kampanye
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kondisi Demografi Kabupaten Lampung Tengah Berdasarkan
Jenis Kelamin ... 40
2. Kondisi Demografi Kabupaten Lampu Tengah Berdasarkan Usia ... 41
3. Kondisi Demografi Kampung Banjar Rejo ... 42
4. Rincian Anggaran Belanja Pemilihan Kepala Kampung Banjar Rejo ... 45
5. Anggaran Rapat Panitia Pemilihan Kepala Kampung Banjar Rejo... 46
6. Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Calon Kepala Kampung Banjar Rejo... 46
7. Hasil Penghitungan Suara Berdasarkan Nama Calon Kepala Kampung Banjar Rejo ... 47
8. Deskripsi Informan Berdasarkan Jabatan dan Jenis Kelamin ... 48
9. Matriks Organisasi Pendukung Hamidi di Banjar Rejo ... 53
10.Matriks Organisasi Pendukung Hamidi di Banjar Rejo ... 61
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Kampung merupakan satuan pemerintahan terkecil yang melaksanakan
fungsi-fungsi pelayanan kepada masyarakat. Di samping itu, Kampung juga
merupakan wadah partisipasi rakyat dalam aktivitas politik dan pemerintahan.
Kampung seharusnya merupakan media interaksi politik yang simpel dan
dengan demikian sangat potensial untuk dijadikan cerminan kehidupan
demokrasi dalam suatu masyarakat negara. (Jurnal Humaniora Volume 14,
Nomor 2, Oktober 2009 Halaman 99 – 112).
Prinsip-prinsip praktek politik demokratis dapat dimulai dari kehidupan politik
di Kampung. Unsur-unsur esensial demokrasi dapat diterjemahkan dalam
pranata kehidupan politik di level pemerintahan formal paling kecil tersebut.
Menurut Robert Dahl, terdapat tiga prinsip utama pelaksanaan demokrasi,
yakni; 1) kompetisi, 2) partisipasi, dan 3) kebebasan politik dan sipil
(Sorensen, 2003: 19).
Dinamika dan konstelasi politik di Kampung memiliki kekhasan tersendiri.
Kekhasan tersebut antara lain ditunjukkan dalam prosesi pemilihan Kepala
dihadapi masyarakat dengan tidak sehatnya kehidupan kepartaian di Indonesia,
baik karena tidak berjalannya fungsi-fungsi ideal kepartaian termasuk
rekrutmen politik maupun ketidakmampuan elit di dalamnya dalam
mengartikulasi kepentingan sebagian besar rakyat, seharusnya masyarakat
dapat menemukan alternatif lain dalam melaksanakan demokrasi prosedural
melalui pemilihan Kepala Kampung.
Negara demokratis, kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat, yang
melaksanakan melalui kegiatan bersama untuk menetapkan tujuan-tujuan, serta
masa depan dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang tampuk
pimpinan. Anggota masyarakat secara langsung memilih wakil-wakil yang
akan duduk di lembaga pemerintahan. Dengan kata lain, partisipasi langsung
dari masyarakat yang seperti ini merupakan penyelenggaraan kekuasaan politik
yang absah dan oleh rakyat, keikutsertaan masyarakat dalam berpartisipasi
sangatlah penting karena teori demokrasi menyebutkan bahwa masyarakat
tersebut sangatlah mengetahui apa yang mereka kehendaki.
Hak-hak sipil dan kebebasan dihormati serta dijunjung tinggi. Tiada demokrasi
tanpa partisipasi politik warga, sebab partisipasi merupakan esensi dari
demokrasi. Partisipasi atau keterlibatan masyarakat dalam berpolitik
merupakan ukuran demokrasi suatu negara. Dapat kita lihat dari pengertian
demokrasi tersebut secara normatif, yakni pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat (Kompas, 11 Maret 2012).
Asumsi yang mendasari demokrasi (partisipasi) adalah orang yang paling tahu
keputusan politik yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah menyangkut
dan mempengaruhi kehidupan warga negara, maka warga negara berhak ikut
serta menentukan isi keputusan yang mempengaruhi hidupnya dalam
mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Dalam
hal ini masyarakat ikut berpartisipasi. Baik ketika dia memilih calon pemimpin
atau ikut di dalam kampanye dan sosialisasi.
Penghargaan terhadap kebebasan adalah salah satu unsur terpenting dari
demokrasi. Karena itu, pemerintah tidak akan membatasi kebebasan warga
Negara untuk mengekspresikan diri baik itu sebagai individu maupun sebagai
kelompok. Karena itu, bukanlah sesuatu yang mengherankan apabila pasca
reformasi banyak muncul kelompok-kelompok ataupun organisasi baik itu
sebagai kelompok kepentingan (Interest groups) maupun kelompok penekan
(pressure groups) yang menjadi media control terhadap perilaku pemerintah.
karena, apabila tercipta hubungan yang positif antara pemerintah, kelompok
kepentingan, dan kelompok penekan, hal itu akan semakin mewarnai
kehidupan politik menuju kearah yang lebih demokratis.
Ekspektasi atas sehatnya Pemilihan Kepala Kampung sebagai wahana
demokratisasi atau konsolidasi demokrasi sangat besar. Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, pada perhelatan pemilihan Kepala Kampung di
Kampung Naggrak Bogor menyatakan bahwa kehidupan demokrasi yang baik
sebenarnya bisa dimulai dengan pelaksanaan demokrasi di Kampung melalui
dijalankan dengan langsung, umum, bebas dan rahasia serta jujur dan adil
(Kompas, 11 Maret 2012).
Salah satu tantangan besar demokratisasi dalam lingkup Kampung adalah
merebaknya politik uang (money politics) dalam pemilihan. Seperti yang
terjadi pada khasus Pemilihan Kepala Kampung di Kampung Mandalo Darat.
Beberapa bulan sebelum perhelatan pemilihan Kepala Kampung Mendalo
Darat, Jambi Luar Kota. Bapak Yulianto, seorang tokoh masyarakat yang
ketokohannya sudah diakui di Kampung Mendalo Darat. Singkatnya, beliau
akan mencalonkan diri sebagai Kades untuk mengabdikan diri membangun
Kampung Mendalo Darat. Beliau mengajak seorang untuk bergabung di tim
pemenangan. Lalu seseorang itu setuju dan mengajukan beberapa syarat.
Di antara syarat itu adalah tidak money politic dan „bermain’ jujur. Beliau
setuju dan diangkatlah orang tersebut sebagai sekretaris tim. Semua strategi
telah disiapkan. Pendekatan dengan masyarakat dilakukan dengan sangat
intens. Sambutan masyarakat sangat baik. Orang itu pun punya misi „khusus’
bergabung dengan tim tersebut, yaitu memberikan pendidikan politik pada
masyarakat Kampung. Maka di setiap sosialisasi perkumpulan masa orang
tersebut selalu menyempatkan diri menyampaikan politik uang itu tidak baik,
berpolitiklah dengan santun, mari melihat calon pemimpin dari apa yang dia
lakukan untuk masyarakat, dan lain-lain. Seseorang itu sangat ingin,
masyarakat memilih pemimpinnya bukan karena diberi imbalan sejumlah uang.
Ternyata orang itu salah. tanggapan positif pada saat mendengarkan „ceramah’
Semua berubah pada hari-hari sebelum pencoblosan. Badai money politic
sebelum pencoblosan tidak dapat dihadang. Tim ia yang merasa sudah berjalan
di atas jalan yang benar, sekuat tenaga untuk tidak tergoda. Beberapa
masyarakat bahkan melakukan komunikasi melalui telpon dengan orang itu
untuk menanyakan langsung berapa harga suara yang akan diberikan kepada
calon yang kami usung. Jika rupiahnya pas, dia akan memilih. Jika tidak, „maaf
suara saya untuk kandidat lain yang ngasih lebih besar’. Calon yang orang itu
usung kalah. Penasehat tim yang terdiri dari beberapa orang yang selama ini
dianggap memiliki kredibelitas dan kejujuran di tengah masyarakat tidak
„dianggap’. Ia pilih tokoh-tokoh yang betul-betul mau „bermain’ dengan jujur.
Mereka bersepakat jika calon ini jadi, akan mereka kawal dalam memimpin
dan melaksanakan pembangunan Kampung. Tapi semua itu nampaknya belum
bisa dicapai. Kejujuran belum bisa dijadikan landasan berpolitik di negeri ini.
Orang-orang yang jujur dan mau berpolitik dengan baik, akan terus
tersingkirkan (Sumber:http://bahren13.wordpress.com/author/bahren13/).
Fenomena negatif demikian muncul dalam transisi demokrasi di Indonesia.
Secara teoretik, John Markoff (2002: 206) mengindikasikan adanya fenomena
hybrid dalam demokrasi pada masa transisi. Ada percampuran elemen-elemen
demokratis dengan elemen-elemen non demokratis yang dapat ditemui secara
bersamaan dalam sebuah sistem politik
Diamond (2003: 16-17) memberikan sinyalemen yang tidak jauh berbeda. Ada
fenomena yang dia sebut sebagai demokrasi semu (pseudo-democracy).
Politik uang (money politics) merupakan salah satu fenomena negatif
mekanisme elektoral di dalam demokrasi. Dalam demokrasi yang belum
matang, seperti di Indonesia, politik uang dijadikan alat untuk memobilisasi
dukungan.
Pada 20 Desember 2012 lalu di Kampung Banjar Rejo Kecamatan Way
Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah mengadakan Pemilihan Kepala
Kampung. Pada Pemilihan tersebut hanya diikuti oleh dua calon Kepala
Kampung, yaitu Hamidi dan Khairi. Penulis melihat pada saat proses
kampanye dan sosialisasi, ditemukan indikasi penggunaan politik uang. Dari
hasil wawancara penulis dengan salah satu Kepala Dusun Kampung Banjar
Rejo, tidak hanya politik uang dijadikan sebagai strategi pemenangan para
calon Kepala Kampung di Kampung Banjar Rejo, namun ditemukan juga
indikasi kampanye yang menggunakan kekerasan dan intimidasi hanya untuk
tujuan politik. Kekerasan dan intimidasi kepada calon pemilih dijadikan sebuah
strategi pemenangan bagi salah satu kandidat yang tidak lain bertujuan agar
pemilih mau menuruti apa yang menjadi tujuannya.
Berkaitan dengan uraian di atas, dapat diketahui bersama bahwa sebuah
pencapaian harus melalui strategi yang matang guna tercapainya tujuan yang
diinginkan seperti halnya dalam sebuah pemilihan Kepala Kampung. Strategi
menjadi hal yang sangat penting dalam upaya memenangkan suara dalam suatu
pemilihan. Strategi yang baik merupakan strategi yang tersusun atas dasar
perencanaan-perencanaan yang matang dengan pelaksanaan secara efektif dan
Lebih lanjut diketahui bahwa dalam penentuan strategi terdapat dua hal yang
tidak boleh terlewatkan sebelum membangun sebuah strategi, dimana kedua
hal tersebut yaitu pertama relativitas dan kedua nilai-nilai pribadi yang dimiliki
oleh masing-masing kandidat, kedua aspek ini merupakan tolak ukur untuk
menentukan berhasil atau tidaknya strategi yang digunakan oleh
masing-masing pihak dalam meraih suara pada saat pemilihan berlangsung.
Berdasarkan kedua titik di atas strategi minimal dapat diperhitungkan tingkat
penggunanya dan kapan strategi tersebut digunakan pada waktu yang tepat.
Mengingat strategi dapat berubah dalam waktu yang singkat sehingga perlu
dipersiapkan alternatif strategi yang lain untuk menggantikan strategi
sebelumnnya sesuai dengan kebutuhan, karena pada dasarnya sebuah strategi
yang baik sekalipun tetap harus hati-hati dan perlu perhitungan yang matang
dalam pelaksanaannya. Demikian pula halnya sebuah strategi yang dijalankan
oleh para calon kandidat dan tim-tim pemenangan dalam pemilihan Kepala
Kampung langsung, dengan kondisi masyarakat yang plural menurut tim-tim
pemenangan untuk dapat memahami kondisi agar strategi dapat digunakan
pada timing yang tepat. Karena masyarakat merupakan subyek pemilih dan
obyek bagi tim-tim pemenangan.
Strategi dalam kasus pemilihan Kepala Kampung sebenarnya dapat dijalankan
pada hampir semua aktivitas menjelang pemilihan dan pada saat pemilihan,
bahkan ada sebuah strategi yang telah dipersiapkan oleh tim-tim pemenangan
bersama pasangan calon, jauh sebelum pelaksanaan pemilihan namun pada
pendaftaran calon, kampanye, pemungutan dan perhitungan suara dan
sebagainya.
Dari banyak fenomena menyangkut strategi pemenangan pemilihan Kepala
Kampung yang terjadi. Penulis ingin mengetahui, strategi pemenangan seperti
apa yang dipakai oleh para calon Kepala Kampung dalam Pemilihan Kepala
Kampung di Kampung Banjar Rejo Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten
Lampung Tengah.
B.Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana strategi kampanye
politik para calon Kepala Kampung pada Pemilihan Kepala Kampung tahun
2012 di Kampung Banjar Rejo Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten
Lampung Tengah?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi kampanye politik calon
kepala Kampung dalam Pemilihan Kepala Kampung di Kampung Banjar Rejo
Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini adalah :
2. Secara Praktis : Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
masukan bagi pemerintah Kampung dalam
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipilih
karena dianggap mampu memberikan pemahaman yang mendalam dan rinci
berkaitan dengan suatu peristiwa atau gejala sosial yang dalam hal ini
mengenai Strategi Kampanye Politik dalam Pemilihan Kepala Kampung di
Kampung Banjar Rejo. Pendekatan kualitatif juga digunakan untuk
mengetahui kondisi tentang permasalahan penelitian yang didasarkan pada
pemahaman serta pembentukan pemahaman yang diikat oleh teori terkait dan
penafsiran peneliti. Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata lisan
atau tulisan dari manusia atau tentang perilaku manusia yang dapat diamati
(Taylor dan Bogdan, dalam Sitorus, 1998; 48).
B. Fokus Penelitian
Pada penelitian kualitatif, fokus penelitian memegang peranan yang sangat
penting. Fokus penelitian menentukan batasan dalam sebuah penelitian
sehingga masalah yang diteliti tidak melebar kemana-mana. Ditegaskan oleh
“Penelitian kualitatif menghendaki ditetapkannya batas dalam penelitiannya atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian. Bagaimanapun penentuan fokus sebagai masalah dalam penelitian penting artinya dalam usaha menemukan batasan penelitian. Berdasarkan hal yang seperti ini peneliti akan dapat menemukan lokasi penelitian”.
Berdasarkan penjelasan di atas, Fokus penelitian dalam penelitian ini sesuai
dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yaitu untuk menjawab
bagaimana Strategi Kampanye Politik Para Calon Kepala Kampung di
Kampung Banjar Rejo. Adapun yang akan diamati dalam penelitian ini dilihat
dari proses strategi dalam pemilihan Kepala Kampung.
Pada penelitian ini penulis menggunakan strategi kampanye politik (political
marketing strategy), Terdapat tiga jenis strategi komunikasi dalam konteks
kampanye politik (Arifin, 2003; 102), yaitu (1) Ketokohan dan kelembagaan,
dengan cara memantapkan ketokohan dan merawat kelembagaan, (2)
Menciptakan kebersamaan dengan memahami khalayak, menyusun pesan
persuasif, menetapkan metode, serta memilah dan memilih media, dan (3)
Membangun konsensus, melalui kemampuan berkompromi dan kesediaan
untuk membuka diri.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan alur yang paling utama dalam menangkap
fenomena atau pristiwa yang sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti dalam
rangka mendapatkan data-data penelitian yang akurat. Penentuan lokasi
penentuan lokasi penelitian cara yang baik ditempuh dengan jalan
mempertimbangkan teori subtantif dan menjajaki lapangan untuk mencari
kesesuaian. Sebagai pertimbangan dalam menentukan lokasi penelitian.
Lokasi penelitian dilaksanakan di Kampung Banjar Rejo Kecamatan Way
Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah, dengan pertimbangan bahwa lokasi
tersebut memiliki permasalahan yang relevan dengan judul yang mudah
dijangkau. Selain itu banyak proses pembelajaran di bidang pemerintah yang
dapat diambil manfaatnya.
D. Jenis Data
Menurut Loftland dan Loftland (1984:47) sumber data utama pada penelitian
kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan
seperti sumber data tertulis. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung
dilapangan baik melalui pengamatan langsung maupun pertanyaan
langsung yang digunakan peneliti kepada informan melalui wawancara.
Data primer yang digunakan adalah yang berasal dari hasil wawancara.
Sumber data dapat ditulis atau direkam. Wawancara akan dilakukan
kepada informan yang telah ditentukan dengan menggunakan panduan
wawancara mengenai strategi kampanye politik dalam pemilihan kepala
2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini diambil dari dokumen-dokumen seperti
Koran, jurnal ilmiah, majalah dan sebagainya yang menunjang penelitian
ini.
Data sekunder adalah data digunakan untuk mendukung dan mencari fakta
yang sebenarnya. Misalkan memvalidasi data hasil wawancara. Data-data
tersebut dapat bersumber dari dokumentasi berupa majalah, surat kabar,
buku arsip, televisi, radio, situs dan sumber-sumber yang dapat diterima.
Data sekunder dalam penelitian ini didapat secara tidak langsung yang
diperlukan untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari data primer.
Data sekunder ini berupa bahan-bahan tertulis yang mencakup
Undang-undang dan peraturan terkait, serta referensi-referensi yang menjadi
panduan.
E. Sumber Informan
Sumber informan merupakan informasi penelitian yang biasanya diambil
berdasarkan pertimbangan tingkat pengetahuan dan penguasa mereka
terhadap permasalahan yang diteliti. Selain itu juga karena pertimbangan
jabatan dalam sebuah instansi pemerintah, maka seseorang dijadikan sumber
informasi untuk mendukung perolehan data dalam penelitian. Sumber
informan dalam penelitian ini adalah tim kampanye dari masing-masing calon
Penentuan informan pada metode kualitatif dilakukan secara sengaja
(purposive), dimana dalam penelitian ini informan merupakan perwakilan
dari tim kampanye pasangan calon Kepala Kampung. informan dalam
penelitian kualitatif tidak tergantung kepada jumlah, melainkan potensi tiap
informan untuk memberi pemahaman teoritis yang lebih baik mengenai aspek
yang dipelajari (Sitorus, 1998). informan dalam penelitian ini adalah Bapak
Zainal Abidin, dan Bapak Hi. Ruwiyanto dari tim kampanye Hamidi
Kampung Banjar Rejo, serta Bapak Abu Sofyan dan Bapak Junaidi dari tim
kampanye Khoiri Kampung Banjar Rejo.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam rangka memperoleh berbagai informasi yang akurat bagi penelitian ini,
maka teknik, maka teknik pengumpulan data yang akan penulis gunakan
adalah wawancara secara mendalam dan dokumentasi.
1. Wawancara mendalam
Teknik tersebut akan dilakukan dengan cara tanya jawab antara peneliti
dengan beberapa narasumber yang dianggap telah memenuhi atau relevan
dengan penelitian ini. Wawancara ini dilakukan secara terbuka serta
mendalam agar dapat memberikan kesempatan kepada narasumber
tersebut dalam rangka menjawab secara bebas. Hal ini bertujuan
memperoleh kejelasan dari sumber-sumber data dokumentasi yang belum
dipahami oleh peneliti, serta untuk memperoleh pengertian maupun
diteliti tersebut. Proses wawancara tersebut dibantu dengan panduan
wawancara sebagai alat bantu penulis dalam penyajian data.
2. Dokumentasi
Teknik dokumentasi ini dilakukan dalam rangka mengumpulkan data-data
yang bersifat tertulis baik berupa dokumen, arsip, buku, buletin, maupun
literatur tertulis lainnya yang selaras serta mendukung penyelesaian
penelitian yang akan dilakukan ini.
G. Teknik Pengolahan Data
Data yang telah diperoleh di lapangan selanjutnya akan dilolah melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Tahapan Editing
Editing merupakan kegiatan dalam menentukan menentukan kembali data
yang berhasil diperoleh dalam rangka menjamin validitasnya serta dapat
untuk segera dipersiapkan pada-proses selanjutnya.
2. Tahapan Interpretasi
Pata tahapan ini, data-data penelitian yang telah dideskripsikan baik
melalui narasi maupun tabel selanjutnya diinterpretasikan sehingga dapat
H. Teknik Analisis Data
Karena penelitian ini adalah penelitian deskriptif, maka teknis analisis
datanya disajikan dalam bentuk paparan atau gambaran dari temuan-temuan
di lapangan baik, berupa data dan informasi hasil wawancara, dokumentasi
dan lain sebagainya. Menurut Mathew B. Miles dan Huberman, analisis data
terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, meliputi:
1. Reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, dan transformasi data kasar yang mencul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis
yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak
perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga
kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
2. Penyajian data, yaitu usaha menampilkan sekumpulan informasi tersusun
yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.
3. Menarik kesimpulan, merupakan bagian dari satu kegiatan dari konfigurasi
yang utuh. Makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenaran,
kekokohan dan kecocokannya, yakni yang merupakan validitasnya. Proses
ini merupakan kegiatan yang sudah dilakukan sejak pengumpulan data,
meskipun masih bersifat sementara. Pada permulaan pengunpulan data,
seorang peneliti kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat
keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin,
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Strategi 1. Pengertian Strategi
Istilah strategi dari bahasa yunani “strategos” atau dengan kata jamak strategi
yang berarti jenderal atau perwira (state officer) dengan fungsi dan tugas
yang luas. Istilah tersebut digunakan untuk mewakili 10 (sepuluh) suku di
yunani yang dikenal dengan sebutan Board of Tai Strategy. Dan dalam
artinya sempit Maurice Matlaff (1967:4) menyebut strategi sebagai The Art
of General (seni jenderal).
2. Tipe-tipe Startegi
Ada beberapa tipe strategi menurut Koteen antara lain :
1. Corporate Strategy (strategi organisasi)
Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, nilai, tujuan, nilai-nilai
inisiatif-inisiatif strategi yang baru pembahasan-pembahasan ini
2. Program Stategy (strategi program)
Startegi ini memberikan perhatian pada implikasi-implikasi strategi dari
suatu program tertentu, apa dampaknya apabila suatu program tertentu
dilancarkan, apa dampaknya bagi sasaran organisasi.
3. Resource Support Strategy (strategi pendukung sumber daya)
Strategi ini memusatkan perhatian pada maksimalisasi pemanfaatan sumber
daya essensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja organisasi.
Sumber daya itu dapat berupa tenaga, keuangan dan teknologi.
4. Institutional Strategy (strategi institusi)
Fokus dari strategi institusional ialah mengembangkan kemampuan
organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif strategis (J.Salusu, 1996 :
104-105).
B. Kampanye Politik
1. Definisi Kampanye Politik
Terdapat banyak definisi mengenai kampanye yang dikemukakan oleh para
ilmuwan komunikasi, namun berikut ini adalah beberapa definisi yang
populer. Snyder (2002) dalam Venus (2004), mendefinisikan bahwa
kampanye komunikasi merupakan aktivitas komunikasi yang terorganisasi,
secara langsung ditujukan kepada masyarakat tertentu, pada periode waktu
dalam Venus (2004), mendefinisikan kampanye sebagai kegiatan yang
dilakukan secara sadar untuk menunjang dan meningkatkan proses
pelaksanaan yang terencana pada periode tertentu yang bertujuan
mempengaruhi masyarakat sasaran tertentu.
Rogers dan Storey (1987) dalam Venus (2004), mendefiniskan kampanye
sebagai serangkaian kegiatan komunikasi yang terorganisasi dengan tujuan
untuk menciptakan dampak tertentu terhadap sebagian besar masyarakat
sasaran secara berkelanjutan dalam periode waktu tertentu.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, Venus (2004) mengidentifikasi bahwa
aktivitas kampanye setidaknya harus mengandung empat hal yakni, (1)
ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu (2) ditujukan kepada
jumlah masyarakat sasaran yang besar (3) dipusatkan dalam kurun waktu
tertentu dan (4) dilakukan melalui serangkaian tindakan komunikasi yang
terorganisasi.
Kampanye politik adalah bentuk komunikasi politik yang dilakukan seseorang
atau sekelompok orang atau organisasi politik dalam waktu tertentu untuk
memperoleh dukungan politik dari masyarakat (Arifin, 2003).
Salah satu jenis kampanye politik adalah kampanye massa, yaitu kampanye
politik yang ditujukan kepada massa (orang banyak), baik melalui hubungan
tatap muka maupun dengan menggunakan berbagai media, seperti surat kabar,
medium interaktif melalui komputer (internet). Penyampaian pesan politik
melalui media massa merupakan bentuk kampanye yang handal dalam hal
menjangkau masyarakat luas. Kampanye politik saat ini sudah mengadopsi
prinsip-prinsip pemasaran dan pembentukan citra. Hal tersebut dimungkinkan
terjadi karena sistematika pemilihan kepala kampung adalah langsung.
Menurut Ruslan (2005), kampanye politik merupakan jenis kampanye yang
pada umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan. Tujuan dari
kampanye ini adalah untuk memenangkan dukungan masyarakat terhadap
kandidat-kandidat yang dicalonkan agar dapat menduduki jabatan politik yang
diperebutkan lewat proses pemilihan.
Kegiatan untuk membangun citra atau image merupakan bagian penting
dalam kampanye politik untuk memperoleh dukungan. Terkait dengan
komunikasi dalam kampanye politik, terdapat beberapa aktivitas komunikasi
yang dapat diidentifikasi.
Menurut Nimmo (2005), kegiatan komunikasi politik adalah kegiatan
simbolik dimana kata-kata itu mencakup ungkapan yang dikatakan atau
dituliskan, gambar, lukisan, foto, film, gerak tubuh, ekspresi wajah dan segala
cara bertindak. Orang-orang yang mengamati simbol-simbol itu,
menginterpretasikannya dengan cara-cara yang bermakna sehingga
2. Teknik-teknik Kampanye Politik
Selama masa kampanye, tim kampanye berusaha menggalang dukungan dan
simpati pemilih agar pemilih menjatuhkan pilihannya pada calon kepala
Kampung yang dikampanyekannya. Tim kampanye poltik menggunakan
teknik-teknik kampanye politik yang kemudian diwujudkan dalam suatu
bentuk kegiatan kampanye politik untuk mempengaruhi pemilih.
Imawan (1997; 60) dalam Amir (2006; 14) merumuskan beberapa teknik
kampanye politik, yaitu:
1. Kampanye dari rumah ke rumah (door to door campaign), yaitu calon
kepala Kampung mendatangi langsung para pemilih sambil menanyakan
persoalan-persoalan yang dihadapi. Kampanye ini efektif dilakukan pada
pemilihan umum tahun 1955, dengan mendatangi orang-orang yang
pilihannya dianggap masih ragu dan dapat dibujuk atau diancam untuk
mengubah sikap dan pilihan politik mereka.
2. Diskusi Kelompok (group discussion), dilakukan dengan membentuk
kelompok-kelompok diskusi kecil yang membicarakan masalah yang
dihadapi masyarakat.
3. Kampanye massa langsung (direct mass campaign), dilakukan dalam
bentuk aktivitas yang menarik perhatian massa, seperti pawai, pertunjukkan
kesenian dan sebagainya. Teknik inilah yang dilarang dalam kampanye
Pemilu 1992, karena selain tidak efektif juga berpotensi menimbulkan
4. Kampanye massa tidak langsung (indirect mass campaign), yang dilakukan
dengan cara berpidato di radio, televisi atau memasang iklan di media cetak
dan elektronik.
3. Strategi Kampanye Politik
Strategi dalam pengertian sempit maupun luas terdiri dari tiga unsur, yaitu
tujuan (ends), sarana (means), dan cara (ways). Dengan demikian strategi
adalah cara yang digunakan dengan menggunakan sarana yang tersedia untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan (Nasution, 2006; 80). Tujuan akhir
dalam kampanye pemilihan kepala Kampung adalah untuk membawa calon
kepala Kampung yang didukung oleh tim kampanye politiknya menduduki
jabatan Kepala Kampung yang diperebutkan melalui mekanisme pemilihan
secara langsung oleh masyarakat. Agar tujuan akhir tersebut dapat dicapai,
diperlukan strategi yang disebut strategi komunikasi dalam konteks kampanye
politik.
Terdapat tiga jenis strategi komunikasi dalam konteks kampanye politik
(Arifin, 2003; 102), yaitu (1) Ketokohan dan kelembagaan, dengan cara
memantapkan ketokohan dan merawat kelembagaan, (2) Menciptakan
kebersamaan dengan memahami masyarakat, menyusun pesan persuasif,
menetapkan metode, serta memilah dan memilih media, dan (3) Membangun
konsensus, melalui kemampuan berkompromi dan kesediaan untuk membuka
Sondang P.Siagian (1985:21) mendefinisikan strategi merupakan cara-cara
yang diambil yang sifatnya mendasar dan fundamental yang akan
dipergunakan oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan dan berbagai
sasarannya dengan selalu memperhitungkan kendala lingkungannya yang
pasti akan dihadapi.
Kamus bahasa Indonesia “strategi” diartikan sebagai rencana yang amat
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Dalam hal ini,
sasaran khususnya adalah ingin mengetahui strategi yang digunakan oleh tim
pemenang pasangan calon kepala Kampung dalam rangka perolehan suara
terbanyak pada pemilihan Kepala Kampung Banjar Rejo tahun 2012.
Sedangkan pengertian strategi juga dikemukakan oleh Tregoe dan
Zimmerman (1980:17) yang mengatakan bahwa Strategi adalah suatu seni
menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai
sasaran melalui hubungan yang efektif dengan lingkunganya dalam kondisi
yang saling menguntungkan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat diartikan bahwa strategi adalah cara atau
langkah yang mendasar (fundamen) menggunakan kecakapan dan sumber
daya suatu organisasi melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan dan
memperlihatkan kendala atau pilihan yang diarahkan mencapai tujuan
organisasi. Dengan demikian dalam teorinya penyusunan sebuah strategi
kebijaksanaan yang dihasilkan akan optimal. Untuk itu diperlukan adanya
pengetahuan serta keahlian yang memadai dalam rangka tujuan organisasi.
C. Tahapan Pemasaran Politik
Pemasaran politik bertitik tolak dari konsep meaning, yakni political meaning
yang dihasilkan oleh stimulus politik berupa komunikasi politik, baik lisan
maupun non-lisan, baik langsung maupun tanpa perantara. Makna yang muncul
dari stimulus tersebut berupa persepsi yang tidak selalu mencerminkan makna
yang sebenarnya. Makna tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi sikap,
aspirasi dan perilku politik, termasuk pilihan politik.
Menurut Baines dalam Nursal (2004; 78), pemasaran politik adalah cara-cara
yang digunakan organisasi politik untuk enam hal berikut:
1. Mengkomunikasikan pesan-pesannya, ditargetkan atau tidak ditargetkan,
langsung atau tidak langsung, kepada para pendukungnya dan para pemilih
lainnya.
2. Mengembangkan kredibilitas dan kepercayaan para pendukung, para pemilih
lainnya dan sumber-sumber eksternal agar mereka memberi dukungan
finansial dan untuk mengembangkan dan menjaga struktur manajemen
ditingkat lokal maupun nasional.
3. Berinteraksi dan merespon dengan para pendukung, influencers, para
legislator, para kompetitor, dan masyarakat umum dalam pengembangan dan
4.Menyampaikan kepada semua pihak berkepentingan atau stakeholders,
melalui berbagai media, tentang informasi, saran dan kepemimpinan yang
diharapkan atau dibutuhkan dalam negara demokrasi.
5. Menyelenggarakan pelatihan, sumberdaya infomasi dan materi-materi
kampanye untuk kandidat, para agen, pemasar, dan atau para aktivis partai.
6. Berusaha mempengaruhi dan mendorong para pemilih, media-media dan
influencers penting lainnya untuk mendukung partai atau kandidat yang
diajukan organisasi dan atau supaya jangan mendukung para pesaing.
Menurut Nursal (2004; 70), fungsi dari kegiatan pemasaran politik adalah
sebagai berikut:
1. Sarana untuk menganalisis posisi pasar, yakni memetakan persepsi dan
preferensi para pemilih, baik konstituen, terhadap kontestan-kontestan yang
akan bertarung di arena pemilu.
2. Sarana untuk menetapkan tujuan objektif kampanye, marketing effort dan
pengalokasikan sumberdaya.
3. Sarana untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi alternatif-alternatif
strategi.
4. Sarana untuk mengimplementasikan strategi untuk membidik
segemen-segmen tertentu yang menjadi sasaran berdasarkan sumberdaya yang ada.
5. Sarana untuk memantau dan mengendalikan penerapan strategi untuk
Menurut O’Shaughnessy (2001; 65) dalam Firmanzah (2007; 24) marketing
politik tidak menjamin sebuah kemenangan, tapi menyediakan tools bagaimana
menjaga hubungan dengan pemilih untuk membangun kepercayaan dan
selanjutnya memperoleh dukungan suara.
Kompetisi dalam memperebutkan suara pemilih, menuntut tim kampanye dari
masing-masing kandidat kepala kampung untuk mendesain suatu formulasi
khusus untuk menjaring suara pemilih sebanyak mungkin. Formulasi khusus
tersebut berbentuk strategi komunikasi dan tahapan strategi pemasaran politik
yang dijalankan untuk mengidentifikasi masyarakat pemilih potensial yang
sesuai dengan platform kandidat kepala Kampung. Tahapan strategi pemasaran
politik tersebut terdiri dari tiga tahap, yaitu segmentasi, targeting, dan
positioning (Gambar 1).
Gambar 1. Tahapan Marketing Politik
Untuk itu kerangka teori yang akan diaplikasikan dalam strategi pemasaran
terdiri dari :
1. Segmentasi
Segmentasi adalah pemilihan sekelompok orang dengan cara yang
serupa/sama memberikan tanggapan kepada seperangkat rangsangan
pemasaran tertentu. Dengan mengesampingkan kelompok “golongan
putih”(golput) segmentasi dibagi dalam tiga segmen besar yaitu :
a. Segmen para pendukung kontestan yang dipasarkan, yang dibedakan
menjadi dua yakni :
1. Pendukung inti atau lazim disebut sebagai basis massa (base –
partisan), adalah pendukung fanatik yang sangat sulit berubah
pikirannya.
2. Pendukung lapis kedua yang lazim disebut sebagai soft-partisan,
massa pendukung yang masih bisa berubah pilihannya oleh
faktor-faktor atau tawaran-tawaran tertentu.
b. Segmen para pendukung kontestan pesaing yang juga terdiri dari (a)
pendukung inti, dan (b) pendukung.
c. Segmen massa mengambang,yaitu segmen yang belum memutuskan
kepada pihak mana suara akan diberikan. Secara umum segmen ini juga
1. Segmen nonpartisipan dimana dari pemilu keputusan pilihan tidak
menetap pada satu partai politik atau kandidat tertentu tapi bisa
berubah-ubah tergantung factor situsional.
2. Segmen yang pernah menjadi pendukung pihak tertentu tapi akan
mengubah pilihannya karena merasa aspirasi tidak terpenuhi
2. Targeting
Targeting atau menetapkan sasaran adalh memilih salah satu atau beberapa
segmen yang akan dibidik untuk mencpai sasaran obyektif.
3. Positioning
Positioning (Penentuan posisi) yaitu, tindakan merancang pemasaran dan
citra partai politik dalam menepati posisi kempetitif. Positioning dapat
dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut
a. Positioning berdasarkan isu dan kebijaksanaan politik, yakni
mempresentasikan kebijakan atau program yang diperjuagkan dan
dijanjikan oleh kandidat politik jika menang dalam pemilihan.
b. Positioning berdasarkn benifit, yakni partai akan memberi manfaat
tertentu kepada pemilih.
c. Positioning berdasarkan citra kandidat,positioning yang mengacu pada
d. Positioning berdasarkan peristiwa persoal, yakni mengacu pada
kehidupan pribadi yang pernah dialami oleh kandidat.
e. Positioning berdasarkan cerita sosial, yakni positioning yang
menunjukkan stereotip kandidat untuk menarik pemilih dengan
menciptakan asosiasi antara kandidat dengan segmen-segmen tertentu
dalam masyarakat.
D. Persuasi Politik
Menurut Nimmo (2005: 90), persuasi adalah pembicaraan pengaruh yang
bercirikan kemungkinan, diidentifikasi melalui saling memberi dan menerima
diantara pihak-pihak yang terlibat. Persuasi adalah suatu pembicaraan politik
yang dengan sadar atau tidak orang-orang yang terlibat dalam politik mencoba
untuk mengubah persepsi, pikiran, perasaan, dan pengharapan lawan bicaranya.
McGuire (1968: 36) dalam Nimmo (2005: 88) telah mengembangkan teori
tentang bagaimana orang menginterpretasikan imbauan persuasif. Agar persuasi
terjadi, McGuire percaya bahwa harus ada enam langkah berurutan untuk
memproses informasi persuasif, keenam langkah tersebut adalah: (1) Penyajian,
dimana harus ada imbauan persuasif terlebih dahulu yang disajikan melalui
beragam saluran komunikasi, (2) Perhatian, harus ada orang yang memperhatikan
imbauan persuasif tersebut sehingga menciptakan keterlibatan aktif masyarakat
masyarakat persuasif. Pemahaman berarti mengerti argumentasi dan kesimpulan
pesan, (4) Penerimaan, tahap dimana masyarakat persuasif menganggap bahwa
imbauan persuasif tersebut relevan dengan keadaan dirinya, (5) Retensi,
menunjukkan bahwa seseorang tetap pada pandangan yang baru diperolehnya
dalam jangka waktu yang lama; bukan hanya sekedar menyatakan persetujuan
dan kemudian melupakan seluruh pandangan itu, (6) Tanggapan ketaatan,
tindakan yang sesuai dengan imbauan persuasif, merupakan hasil praktis dari
kegiatan ini.
Ada tiga cara pandang mengenai persuasi politik menurut Nimmo (2005: 42)
yaitu, propaganda, periklanan, dan retorika. Ketiganya serupa dalam hal:
semuanya memiliki tujuan (purposive), disengaja (intentional), dan melibatkan
pengaruh, sehingga menghasilkan berbagai tingkat perubahan dalam persepsi,
kepercayaan, nilai, dan pengharapan pribadi.
Namun ada cara-cara yang berbeda dalam pendekatan ini. Pertama, ada
perbedaan antara tekanan satu-kepada-banyak dan dua arah dalam meneruskan
pesan-pesan. Kedua, ada perbedaan dalam orientasi pendekatan, yaitu apa
diarahkan kepada perseorangan atau kelompok. Ketiga, semua pendekatan
tersebut mengesankan pandangan yang berbeda tentang apa yang memungkinkan
terbentuknya ketertiban masyarakat. Keempat, masingmasing menggunakan
1. Persuasi Politik Sebagai Propaganda
Menurut Jacques Ellul (1965: 105) dalam Nimmo (2005: 65), propaganda
didefinisikan sebagai komunikasi yang digunakan oleh suatu kelompok
terorganisasi yang ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam
tindakantindakan suatu massa yang terdiri atas individu-individu, dipersatukan
secara psikologis melalui manipulasi psikologis dan digabungkan dalam suatu
organisasi. Definisi dari Ellul tersebut menghasilkan ciri-ciri utama dari
propaganda, yaitu: (1) komunikasi satu-kepada-banyak, (2) beroperasi kepada
orang-orang yang mengidentifikasi dirinya sebagai anggota kelompok, (3)
sebagai mekanisme kontrol sosial dengan menggunakan persuasi untuk
mencapai ketertiban dalam masyarakat.
2. Persuasi Politik Sebagai Periklanan
Nimmo (2005: 48) berpendapat bahwa seperti propaganda, periklanan missal
adalah komunikasi satu-kepada-banyak, akan tetapi terdapat perbedaan yang
sangat jelas mengenai keduanya. Propaganda ditujukan kepada orang-orang
sebagai anggota kelompok, sedangkan periklanan mendekati orang-orang
sebagai individu-individu tunggal, independen, terpisah dari kelompok apapun
atau anonim. Hubungan antara iklan dan pembeli adalah hubungan langsung,
tidak ada organisasi atau kepemimpinan yang seakan-akan dapat mengirimkan
pilihannya sendiri. Periklanan mengandalkan keselektifan konvergen dalam
menciptakan ketertiban masyarakat.
3. Persuasi Politik Sebagai Retorika
Menurut pemikiran Nimmo (2005: 78), retorika politik berbeda dengan
propaganda dan periklanan dalam hal-hal yang penting. Retorika adalah
komunikasi dua arah, satu-kepada-satu bukan satu-kepada-banyak, ia bekerja
melalui hubungan interpersonal yang inheren, yang menghubungkan
orang-orang bukan sebagai anggota kelompok (propaganda) atau individu-individu
yang anonim (periklanan). Retorika politik adalah suatu proses yang
memungkinkan terbentuknya ketertiban masyarakat melalui negosiasi.
E. Pencitraan Politik
Kampanye pencitraan menurut Postman (2000) dalam Amir (2006), ditandai
dengan munculnya berita-berita dan informasi yang sarat citra dan gaya seorang
politisi (politician image and style) dan berkurang bahkan hilangnya berita-berita
yang mengupas isu-isu krusial, substantif dan ideologi politik.
Salah satu tujuan kampanye politik adalah membentuk citra politik yang baik
untuk konsumsi masyarakat pemilih.
Citra politik adalah suatu gambaran tentang politik yang memiliki makna,
Tujuan akhir dari komunikasi politik adalah partisipasi politik dan kemenangan
para calon kepala Kampung dalam pemilihan kepala Kampung. Ketokohan
adalah gambaran orang yang memiliki kredibilitas atau kompetensi, daya tarik
dan kekuasaan yang sah.
Menurut Nimmo (1978) dalam Amir (2006), orang yang memiliki ketokohan
adalah orang yang memiliki sifat-sifat pemegang jabatan ideal yang cenderung
abstrak seperti kedewasaan, kejujuran, kesungguhan, kekuatan, kegiatan dan
energi yang merupakan gabungan sifat pahlawan politik.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberi suara dalam pemilu cenderung
menjatuhkan pilihannya kepada kandidat yang sesuai dengan citra jabatan ideal
baginya. Citra diri ini dapat terbentuk melalui pengalaman langsung (melalui
pergaulan dan aktivitas yang lama dengan politisi tersebut) juga melalui
pengalaman tidak langsung, yaitu media massa, karena media massa memiliki
pengaruh dalam membentuk citra dan mengangkat status seseorang. Selain itu,
ketokohan juga berhubungan dengan daya tarik fisik tubuh, busana dan dukungan
fisik lainnya. Strategi ketokohan merupakan upaya untuk membangun citra diri
calon kepala Kampung sebagai seorang yang memiliki sifat-sifat pahlawan
politik dan daya tarik fisik.
Menurut konsep kepemimpinan budaya Jawa, seorang pemimpin hendaknya
memiliki sifat asthabarata atau delapan watak dewa (Wiwoho dkk, 1998), yang
memberantas kejahatan (Dewa Yama/Maut), ramah dan bijaksana (Dewa
Surya/Matahari), kasih sayang (Dewa Candra/Bulan), ketelitian (Dewa
Bayu/Angin), kedermawanan atas harta dan hiburan (Dewa Kuwera/Harta
dunia), kecerdasan (Dewa Baruna/Lautan), dan keberanian menghancurkan
musuh (Dewa Brahma/Api).
F. Tim Kampanye
Tim Kampanye adalah sebuah tim yang dibentuk oleh calon kepala Kampung
yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan kampanye. Anggota tim
kampanye sebagian besar berasal dari keluarga dan pendukung calon kepala
Kampung. Tugas mereka adalah merumuskan rencana-rencana strategis sebagai
bagian dari usaha untuk memenangkan pasangan yang didukungnya.
Menurut Nimmo (2005: 99), karakteristik komunikator (juru kampanye) dalam
kampanye politik adalah berpendidikan tinggi melebihi rata-rata populasi,
memiliki pendapatan dan status sosial yang lebih tinggi, terlibat aktif dalam
politik, memiliki kepercayaan politik, dan berpengaruh besar terhadap
pembuatan kebijakan.
G. Fenomena Kekalahan Calon Incumbent dalam Pemilihan Kepala Kampung Calon incumbent yang mengikuti pemilihan kepala Kampung sebenarnya
dengan calon kepala Kampung pendatang baru, karena dalam menjalankan
kampanye politiknya calon incumbent memiliki beberapa keuntungan antara lain
mereka sudah dikenal oleh masyarakat setempat, selain itu sebagai kepala
Kampung yang masih menjabat, calon incumbent juga dapat memanfaatkan
program-program dan anggaran pemerintah untuk memperkuat popularitasnya
sebelum masa kampanye resmi dimulai.
Calon incumbent juga dapat menciptakan isu yang menarik dengan penciptaan
opini publik. Sementara itu calon kepala Kampung pendatang baru memiliki
kelebihan antara lain sebagai pilihan alternatif bagi sebagian masyarakat yang
tidak puas dengan kinerja kepala Kampung sebelumnya.
Fenomena kekalahan incumbent dalam pemilihan kepala Kampung sebenarnya
adalah merupakan suatu kewajaran, karena dalam pemilihan Kepala Kampung
secara langsung yang dipilih oleh masyarakat adalah orang yang tidak didukung
oleh partai. Hal tersebut berbeda dengan pemilihan Bupati, karena dalam
pemilihan Bupati calon didukung oleh partai politik, sehingga yang penting
dalam pemilihan Kepala Kampung adalah faktor figur dari calon kepala
Kampung.
H. Kerangka Pikir
Mekanisme kerja tim kampanye politik yang meliputi cara kerja tim kampanye,
mempengaruhi tahap-tahap perencanaan kampanye politik. Tahap-tahap
perencanaan yang terpengaruh itu antara lain adalah, konsolidasi internal dan
eksternal tim yang akan mempengaruhi jumlah anggaran dan sumber dana yang
diterima. Tahapan pemasaran politik yang meliputi tahap segmentasi, targeting,
dan positioning, ikut terpengaruh pula oleh mekanisme kerja tim kampanye
politik.
Setelah melalui tahap-tahap perencanaan kampanye politik yang meliputi
konsolidasi internal dan eksternal, perencanaan anggaran biaya dan sumber dana,
segmentasi, targeting, dan positioning, maka dirumuskanlah teknik-teknik
kampanye yang akan dilakukan untuk menjaring dukungan dan pemilih sebanyak
mungkin. Teknik-teknik kampanye tersebut antara lain adalah (1) kampanye dari
rumah ke rumah, (2) diskusi kelompok, (3) kampanye massa langsung, dan (4)
kampanye massa tidak langsung.
Beragam teknik kampanye yang dilakukan oleh tim kampanye politik pada
akhirnya akan menimbulkan suatu citra mental tersendiri dalam pikiran
masyarakat pemilih terutama sasaran kegiatan kampanye politik, yang pada
akhirnya akan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menjatuhkan pilihan
politiknya. Perbedaan status antara kedua calon kepala Kampung, yaitu
incumbent dan pendatang baru, diduga akan menyebabkan perbedaan dalam
masing-masing calon kepala Kampung. Bagan kerangka pikir dari penelitian ini
dapat dilihat pada (Gambar 2).
Keterangan gambar :
: Hubungan sebab akibat
: Tahapan Pemasaran Politik
Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir Analisis Strategi Kampanye Politik Para Calon Kepala Kampung di Kampung Banjar Rejo, 2012.
Konsilidasi
Strategi Kampanye Politik
Targeting
Segmentasi Positioning
Anggaran dan sumber dana
Kampanye
Teknik-teknik kampanye
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kampung Banjar Rejo Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah
Secara geografis wilayah Kampung Banjar Rejo adalah bagian dari
Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung
Secara geografis Kabupaten Lampung Tengah adalah bagian dari Provinsi
Lampung dengan luas wilayah 4.789,82 km2. Terletak diantara 104,35 –
105,50 BT dan 4,30 – 4,15 LS dan berpenduduk sebanyak 1.109.884 jiwa.
Dengan batas wilayah:
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Tulang Bawang,
Tulang Bawang Barat dan Kabupaten Lampung
Utara
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Pesawaran
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Lampung Timur
dan Kota Metro
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Tanggamus dan
Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terkurung daratan di
Provinsi Lampung. Kabupaten ini terletak sekitar 75 kilometer dari ibukota
Provinsi Lampung yaitu Kota Bandar Lampung dan dapat ditempuh dari
Ibukota Provinsi selama 1,5jam dengan menggunakan Bus atau Mobil.
Kabupaten ini dulunya merupakan kabupaten terluas kedua di Lampung
sampai dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1999 yang
memecah kabupaten ini menjadi lebih kecil. Kabupaten Lampung Tengah
dulunya meliputi 3 bagian yaitu Lampung Tengah, Lampung Timur, dan
Metro.
Kabupaten Lampung Tengah telah mengalami 2 kali pemekaran sehingga
wilayah yang semula memiliki luas 16.233,21 km2 dan sekarang luasnya
sekitar 9.189,50 km2. Pemekaran wilayah yang pertama adalah kabupaten
Lampung Timur sehingga dibagi menjadi 10 kecamatan Sukadana, Metro,
Kibang, Way Jepara, Labuhan Meringgai, Batanghari, Sekampung, Jabung,
Purbolinggo dan Raman Utara.
Pemekaran kedua terbentuknya Kotamadya Metro yang dulunya dikenal
sebagai Ibukota Kabupaten Lampung Tengah yang dibagi menjadi 5
kecamatan yaitu Metro Barat, Metro Utara, Metro Pusat, Metro Selatan dan
Metro Timur.
Dan pada saat ini Kabupaten Lampung Tengah dibagi menjadi 13 kecamatan
Gajah, Way Seputih, Bekri, Banjar Mataram, Anak Ratu Aji, Way
Pengubuan, Kalirejo, Trimurjo, dan Pubian.
Jumlah penduduk Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2011 berjumlah
1.183.427 jiwa atau meningkat 1,14 persen dibandingkan dengan jumlah
penduduk Tahun 2004 yang berjumlah 1.170.004 jiwa.
Penduduk Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2011 menurut Kelompok
umur didominasi oleh penduduk laki-laki berjumlah 605.839 jiwa dan
penduduk perempuan 577.588 jiwa (Tabel 1). Banyaknya penduduk laki-laki
tercermin dari rasio jenis kelamin, pada tahun 2011 rasio jenis kelamin 105,
artinya pada tahun 2011 setiap 100 penduduk perempuan terdapat 105
penduduk laki-laki.
Tabel 1. Kondisi Demografi Kabupaten Lampung Tengah berrdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase
1. Perempuan 577.588 48,806%
2. Laki-laki 605.839 51,193%
Total 1.183.427 100%
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab.Lampung Tengah 2012
Persentase jumlah penduduk kabupaten Lampung Tengah tahun 2011
menurut kelompok umur adalah kelompok umur (0-14) sebesar 28,56%,
kelompok umur (15-64) sebesar 65,67% dan kelompok umur 65 keatas
sebesar 5,77% (Tabel 2). Sedangkan pada tahun 2004 jumlah penduduk
menurut kelompok umur (0-14) sebesar 28,60%, kelompok umur (15-64)
Tabel 2. Kondisi Demografi Kab. Lampung Tengah Berdasarkan Usia
No Umur Tahun
2004 2011
1. 0-14 28,60 28,56
2. 15-64 65,70 65,67
3. >65 5,92 5,77
Jumlah 100% 100%
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab.Lampung Tengah 2012
B. Wilayah Administratif Kampung Banjar Rejo Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah
Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah memiliki luas
wilayah sebesar 210,72 km2 dengan jumlah penduduk 34.418 jiwa dengan
kepadatan 164 jiwa/km2.
Sesuai dengan peraturan daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor 06
Tahun 2004 tentang pembentukan 19 Kampung dalam wilayah Kabupaten
Lampung Tengah batas-batas wilayah Kampung Banjar Rejo berbatasan
dengan:
Sebelah Utara : Kampung Banjar Ratu Kec. Way Pengubuan.
Sebelah Selatan : Kampung Negara Bumi Kec. Anak Tuha dan
Kampung Sulusuban Kec. Seputih Agung.
Sebelah Barat : Kampung Tulung Singkip Kec. Abung Selatan
Kab. Lampung Utara.
Struktur Kampung Banjar Rejo dibagi menjadi 4 dusun yaitu Dusun I, Dusun
II, Dusun III, Dusun IV.
C. Kondisi Demografi
Derajat partisipasi politik, jumlah dan rasio penduduk antara laki-laki dan
perempuan secara tidak langsung akan mempengaruhi proses politik terutama
masalah gender, sehingga dari data lapangan dipaparkan ratio penduduk
(laki-laki dan perempuan) dimasing-masing wilayah kecamatan se-Kabupaten
Lampung Tengah sebagaimana dalam tabel berikut.
Tabel 3. Kondisi Demografi Kampung Banjar Rejo
No Dusun Kepala Dusun Laki-Laki Perempuan Jumlah 1. Dusun I Hi. Ruwiyanto 250 363 613
2. Dusun II Junaidi 200 280 480
3. Dusun III Slamet 145 245 390
4. Dusun IV
Tardi 200 270 470
jumlah 1953
Sumber: Badan Permusyawaratan Kampung Banjar Rejo Kab. Lampung Tengah Tahun 2012.
Berdasarkan tabel diatas didapat bahwa Dusun 1 memiliki komposisi penduduk
yang terdiri dari 250 laki-laki dan 363 perempuan, dusun II terdiri dari 200
laki-laki dan 280 perempuan, dan dusun III memiliki komposisi terdiri dari 145
laki-laki dan 245 perempuan serta dusun IV terdiri dari 200 laki-laki dan 270
D. Susunan Kepanitian Pemilihan Kepala Kampung
Susunan kepanitiaan kepala Kampung Banjar Rejo berjumlah 97 orang yang
terdiri dari:
I. Ketua : Drs.As’arif
Wakil ketua : Slamet Al yasir, S.Pd
II. Sekertaris : Karmin
Wakil sekertaris : Mursalin, S.Pd
III. Bendahara : Watini
IV. Seksi-Seksi :
a. Seksi dana : Suprapto, Rohmat, Supriadi, Paidi, Nasikin,
Sulasdi, Zajali.M, Musliman, Muhsajid, Wagimin,
Gufron, Teguh, Karmin, Dalio, Rosidan, Kusni,
Tugino, Wardi, Slamet, Sardi, Sukardi, Samyani.
b. Sekertariat : Sodikin, Sriyani, Fatmawati, Zainal Abidin,
c. Mata Pilih : H. Ruyanto (Kepala Dusun I), Junaidi
(Kepala Dusun II), Slamet (Kepala Dusun III),
Tardi (Kepala Dusun IV), Seluruh Ketua RT
Sekampung Banjar Rejo.
d. Humas : Kuwat, Abu Sofyan,Sudarmanto, Dalio, Muntasir.
e. Penjaringan : Sumardi S.Ag, Sujoko S.Hi, Wakidi, Saebani,
f. Penyaringan : Sutrisno (A.Ma), Saparudin (S.pd), Sumaeri,
Nasrullah, Suparjo.
g. Perlengkapan : H. Ruyanto (Kepala Dusun 1), Junaidi (Kepala
Dusun II), Slamet (Kepala Dusun III), Tardi
(Kepala Dusun IV).
h. Keamanan : Sukio (Danton), Matsobirin, Agus Sunadi, Anwar
Tugianto, Kosim, Zainum, Nuryanto, Wasikin,
Sutrisno, Warno, Supono, Sardi, A.Nursalin,
A.Kosim, Hamidan, Waris, Muryanto, Royadi,
Satiman, Wajiyanto, Ngatimin, Samino, Mahmudi..
i. Konsumsi : Dwiyuli, Sri Amini, Estikomah,Sofia, Sri Warsiah,
Sarwanti, Siti Ngaisah, Siti Maryam, Yuli,
Juminem, Sarmi, Diah, Asih Wasiatun, Sri Ida
Kusuma, Samsiah.
E. Rincian Anggaran Belanja Pemilihan Kepala Kampung Banjar Rejo Sebagai Berikut:
Rincian anggaran belanja pemilihan Kepala Kampung Banjar Rejo sebagai
berikut:
Tabel 4. Rincian Anggaran Belanja Pemilihan Kepala Kampung Banjar Rejo
NO. KETERANGAN JUMLAH
1. Pembuatan/pengetikan DPS, DPT, pembuatan berita acra dan lain-lain serta fotocopy
Rp. 500.000,-
2. Tata pemerintahan kecamatan Rp. 500.000,- 3. Tanda tangan berita acara 6 orang Rp 3.000.000,- 4. Makan, minum, rokok 66 orang
a. makan 66 orang
b. rokok, gula, kopi, the, aqua c. snack
Rp. 1800.000,- Rp. 700.000,- Rp. 500.000,-
5. Sewa tarup, kursi, sound sistem a. tarup 2 unit
9. Transportasi awal sampai selesai Rp. 1000.000,- 10. Uang lelah:
F. Anggaran Rapat Panitia Pemilihan Kepala Kampung Banjar Rejo
Tabel 5. Anggaran Rapat Panitia Pemilihan Kepala Kampung Banjar Rejo
NO. KETERANGAN JUMLAH
1. Pembuatan/pengetikan DPS, DPT,
pembuatan berita acara dan lain-lain serta fotocopy
Rp. 500.000,-
2. Tata pemerintahan kecamatan Rp. 500.000,- 3. Tanda tangan berita acara Rp. 3000.000,-
4. Makan, minum, rokok Rp. 3000.000,-
5. Sewa tarup, kursi, sound sistem Rp 650.000,-
6. Keamanan Rp 1000.000,-
7. Tamu dari kabupaten dan kecamatan Rp 700.000,-
8. Wartawan Rp 500.000,-
9. Transportasi awal sampai selesai Rp 1000.000,-
10. Uang lelah panitia Rp 2450.000,-
11. Seragam panitia Rp 600.000,-
12. Alat masak Rp 150.000,-
13. Lain-lain Rp 500.000,-
TOTAL Rp 14.550.000,-
Sumber: Badan Permusyawaratan Kampung Banjar Rejo Kab. Lampung Tengah Tahun 2012
G. Hasil Penghitungan Suara
Adapun hasil penghitungan suara pada pemilihan Kepala Kampung di
Kampung Banjar Rejo pada tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 6 dan tabel 7.
Tabel 6. Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Calon Kepala Kampung Banjar Rejo.
JUMLAH PEMILIH HASIL PENGHITUNGAN
SUARA JUMLAH
HADIR TIDAK SAH TIDAK SAH
1721 232 1703 18 1953
Tabel 7. Hasil Penghitungan Suara Berdasarkan Nama Calon Kepala Kampung Banjar Rejo.
No Nama Calon Hasil Perolehan
1. HAMIDI 714
2. KHAIRI 989
JUMLAH 1703
Sumber : Badan Permusyawaratan Kampung Banjar Rejo Kab.Lampung Tengah Tahun 2012
Berdasarkan rincian perolehan suara terbanyak sebanyak 989 suara jatuh
pada calon saudara Khairi dengan Nomor urut 2 yang dinyatakan sebagai