• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRATEGI KAMPANYE POLITIK PARA CALON KEPALA KAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS STRATEGI KAMPANYE POLITIK PARA CALON KEPALA KAMPUNG"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRATEGI KAMPANYE POLITIK PARA CALON KEPALA KAMPUNG

(Study di Kampung Banjar Rejo Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah)

Oleh Edo Prama Setia

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

▸ Baca selengkapnya: contoh surat perjanjian kontrak politik calon kepala desa

(2)

ABSTRACT

STRATEGY ANALYSIS OF VILLAGE CHIEF POLITICAL CAMPAIGN (Studies In Village Districts Banjarrejo Way Pengubuan Lampung District Middle)

By

EDO PRAMA SETIA

Village is the lowest government system that doing public services to people.

Political democratic practice principles are started from political life in village.

Dynamical and political constellation in village has its own unique. It is shown in

the village chief election process that is far away from political party concerns.

One of village democratization biggest problem is money politics in election and

indication in using violent acts and intimidation at campaign.

This research purpose is to know political campaign strategy of each village chief

nominee in village chief election of Banjar Rejo Kecamatan Way Pengubuan

Kabupaten Lampung Tengah. This research is done with qualitative research

method. Data collections techniques are done by using depth interview and

documentation study. The informant in this research consists of fifteen (15)

informants that are chosen randomly. They are head committee of election, vice

head committee of election, village chief nominees, campaign team leader of each

(3)

Tengah village chief election are using the right campaign strategy through direct

selling, effective campaign teamwork mechanism, innovative political campaign

activity, and momentum accuracy about young leader image with growing issue at

that time . And then losing factor from the village chief nominee in village chief

election are, low internal consolidations in campaign team, using wrong method

of campaign strategy through “panggung” strategy that is old in campaign styles,

and incompatible image that nominee wanted to form to people with people’s

point of view.

(4)

ABSTRAK

ANALISIS STRATEGI KAMPANYE POLITIK PARA CALON KEPALA KAMPUNG

Oleh

EDO PRAMA SETIA

Kampung merupakan satuan pemerintahan terkecil yang melaksanakan

fungsi-fungsi pelayanan kepada masyarakat. Prinsip-prinsip praktek politik demokratis

dapat dimulai dari kehidupan politik di Kampung. Dinamika dan konstelasi politik

di Kampung memiliki kekhasan tersendiri. Kekhasan tersebut antara lain

ditunjukkan dalam prosesi pemilihan Kepala Kampung yang jauh dari hiruk pikuk

dunia kepartaian. Salah satu tantangan besar demokratisasi dalam lingkup

Kampung adalah merebaknya politik uang (money politics) dalam pemilihan.dan

adanya indikasi kampanye yang menggunakan kekerasan dan intimidasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi kampanye politik calon kepala

Kampung dalam Pemilihan Kepala Kampung di Kampung Banjar Rejo

Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah. Metode penelitian

yang digunakan adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan

(5)

Para Calon Kepala Kampung, Para Ketua Tim Kampanye Dari Calon Kepala

yaitu Ketua Tim Hamidi dan Ketua Tim Khairi, Para Anggota Tim Hamidi dan

Tim Khairi dan masyarakat dari Kampung Banjar Rejo.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi kampanye politik calon kepala

Kampung dalam Pemilihan Kepala Kampung di Kampung Banjar Rejo

Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah adalah penggunaan

strategi kampanye yang tepat melalui direct selling, mekanisme kerja tim

kampanye yang efektif, kegiatan kampanye politik yang inovatif, dan ketepatan

momentum mengenai citra pemimpin muda dengan isu yang sedang berkembang

saat itu. Sedangkan Faktor-faktor yang menyebabkan kekalahan Calon Kepala

Kampung antara lain adalah, kurangnya konsolidasi internal tim kampanye tingkat

atas dan bawah, kesalahan dalam penggunaan strategi kampanye melalui strategi

”panggung” yang merupakan cara-cara lama dalam berkampanye, dan

ketidaksesuaian citra yang ingin dibentuk dari kandidat dengan pandangan

masyarakat.

(6)
(7)
(8)
(9)

DAFTAR ISI A.Tinjauan Tentang Strategi ... 10

1. Pengertian Strategi ... 10

2. Tipe-Tipe Strategi ... 10

B.Kampanye Politik ... 11

1. Definisi Kampanye Politik ... 11

2. Teknik-Teknik Kampanye Politik ... 14

3. Strategi Kampanye Politik ... 15

C. Tahapan Pemasaran Politik ... 17

1. Segmentasi ... 20

2. Targeting ... 21

3. Positioning ... 21

D. Persuasi Politik ... 22

1. Persuasi Politik Sebagai Propaganda ... 24

2. Persuasi Politik Sebagai Periklanan ... 24

3. Persuasi Politik Sebagai Retorika ... 25

E. Pencitraan Politik ... 25

F. Tim Kampanye ... 27

G. Fenomena Kekalahan Calon Incumbent dalam Pilkades ... 27

(10)

III. METODOLOGI

F. Teknik Pengumpulan Data ... 35

G.Teknik Pengolahan Data ... 36

H.Teknik Analisis Data ... 37

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kampung Banjar Rejo ... 38

B. Wilayah Administratif Kampung Banjar Rejo ... 41

C. Kondisi Demografi ... 42

D. Susunan Kepanitiaan Pemilihan Kepala Kampung ... 43

E. Rincian Anggaran Belanja Pemilihan Kepala Kampung Banjar Rejo ... 45

F. Anggaran Rapat Panitia Pemilihan Kepala Kampung Banjar Rejo .. 46

G. Hasil Penghitungan Suara ... 46

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 48

1. Deskripsi Informan ... 48

2. Tahapan Perencanaan Strategi Kampanye Politik Hamidi ... 49

3. Tahapan Perencanaan Strategi Kampanye Politik Khairi ... 57

4. Perbandingan Perencanaan Strategi Kampanye Politik Hamidi dan Khairi ... 64

5. Kendala Dalam Kegiatan Kampanye Politik ... 65

6. Pengaruh Kampanye Terhadap Keputusan Memilih ... 66

B. Pembahasan ... 66

1. Strategi Kampanye Politik ... 66

2. Faktor-Faktor Kemenangan Calon Kepala Kampung Pendatang (Khairi) ... 69

(11)
(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tahapan Marketing Politik ... 19 2. Kerangka Pemikiran Analisis Strategi Kampanye

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kondisi Demografi Kabupaten Lampung Tengah Berdasarkan

Jenis Kelamin ... 40

2. Kondisi Demografi Kabupaten Lampu Tengah Berdasarkan Usia ... 41

3. Kondisi Demografi Kampung Banjar Rejo ... 42

4. Rincian Anggaran Belanja Pemilihan Kepala Kampung Banjar Rejo ... 45

5. Anggaran Rapat Panitia Pemilihan Kepala Kampung Banjar Rejo... 46

6. Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Calon Kepala Kampung Banjar Rejo... 46

7. Hasil Penghitungan Suara Berdasarkan Nama Calon Kepala Kampung Banjar Rejo ... 47

8. Deskripsi Informan Berdasarkan Jabatan dan Jenis Kelamin ... 48

9. Matriks Organisasi Pendukung Hamidi di Banjar Rejo ... 53

10.Matriks Organisasi Pendukung Hamidi di Banjar Rejo ... 61

(14)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Kampung merupakan satuan pemerintahan terkecil yang melaksanakan

fungsi-fungsi pelayanan kepada masyarakat. Di samping itu, Kampung juga

merupakan wadah partisipasi rakyat dalam aktivitas politik dan pemerintahan.

Kampung seharusnya merupakan media interaksi politik yang simpel dan

dengan demikian sangat potensial untuk dijadikan cerminan kehidupan

demokrasi dalam suatu masyarakat negara. (Jurnal Humaniora Volume 14,

Nomor 2, Oktober 2009 Halaman 99 – 112).

Prinsip-prinsip praktek politik demokratis dapat dimulai dari kehidupan politik

di Kampung. Unsur-unsur esensial demokrasi dapat diterjemahkan dalam

pranata kehidupan politik di level pemerintahan formal paling kecil tersebut.

Menurut Robert Dahl, terdapat tiga prinsip utama pelaksanaan demokrasi,

yakni; 1) kompetisi, 2) partisipasi, dan 3) kebebasan politik dan sipil

(Sorensen, 2003: 19).

Dinamika dan konstelasi politik di Kampung memiliki kekhasan tersendiri.

Kekhasan tersebut antara lain ditunjukkan dalam prosesi pemilihan Kepala

(15)

dihadapi masyarakat dengan tidak sehatnya kehidupan kepartaian di Indonesia,

baik karena tidak berjalannya fungsi-fungsi ideal kepartaian termasuk

rekrutmen politik maupun ketidakmampuan elit di dalamnya dalam

mengartikulasi kepentingan sebagian besar rakyat, seharusnya masyarakat

dapat menemukan alternatif lain dalam melaksanakan demokrasi prosedural

melalui pemilihan Kepala Kampung.

Negara demokratis, kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat, yang

melaksanakan melalui kegiatan bersama untuk menetapkan tujuan-tujuan, serta

masa depan dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang tampuk

pimpinan. Anggota masyarakat secara langsung memilih wakil-wakil yang

akan duduk di lembaga pemerintahan. Dengan kata lain, partisipasi langsung

dari masyarakat yang seperti ini merupakan penyelenggaraan kekuasaan politik

yang absah dan oleh rakyat, keikutsertaan masyarakat dalam berpartisipasi

sangatlah penting karena teori demokrasi menyebutkan bahwa masyarakat

tersebut sangatlah mengetahui apa yang mereka kehendaki.

Hak-hak sipil dan kebebasan dihormati serta dijunjung tinggi. Tiada demokrasi

tanpa partisipasi politik warga, sebab partisipasi merupakan esensi dari

demokrasi. Partisipasi atau keterlibatan masyarakat dalam berpolitik

merupakan ukuran demokrasi suatu negara. Dapat kita lihat dari pengertian

demokrasi tersebut secara normatif, yakni pemerintahan dari rakyat, oleh

rakyat, dan untuk rakyat (Kompas, 11 Maret 2012).

Asumsi yang mendasari demokrasi (partisipasi) adalah orang yang paling tahu

(16)

keputusan politik yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah menyangkut

dan mempengaruhi kehidupan warga negara, maka warga negara berhak ikut

serta menentukan isi keputusan yang mempengaruhi hidupnya dalam

mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Dalam

hal ini masyarakat ikut berpartisipasi. Baik ketika dia memilih calon pemimpin

atau ikut di dalam kampanye dan sosialisasi.

Penghargaan terhadap kebebasan adalah salah satu unsur terpenting dari

demokrasi. Karena itu, pemerintah tidak akan membatasi kebebasan warga

Negara untuk mengekspresikan diri baik itu sebagai individu maupun sebagai

kelompok. Karena itu, bukanlah sesuatu yang mengherankan apabila pasca

reformasi banyak muncul kelompok-kelompok ataupun organisasi baik itu

sebagai kelompok kepentingan (Interest groups) maupun kelompok penekan

(pressure groups) yang menjadi media control terhadap perilaku pemerintah.

karena, apabila tercipta hubungan yang positif antara pemerintah, kelompok

kepentingan, dan kelompok penekan, hal itu akan semakin mewarnai

kehidupan politik menuju kearah yang lebih demokratis.

Ekspektasi atas sehatnya Pemilihan Kepala Kampung sebagai wahana

demokratisasi atau konsolidasi demokrasi sangat besar. Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono, pada perhelatan pemilihan Kepala Kampung di

Kampung Naggrak Bogor menyatakan bahwa kehidupan demokrasi yang baik

sebenarnya bisa dimulai dengan pelaksanaan demokrasi di Kampung melalui

(17)

dijalankan dengan langsung, umum, bebas dan rahasia serta jujur dan adil

(Kompas, 11 Maret 2012).

Salah satu tantangan besar demokratisasi dalam lingkup Kampung adalah

merebaknya politik uang (money politics) dalam pemilihan. Seperti yang

terjadi pada khasus Pemilihan Kepala Kampung di Kampung Mandalo Darat.

Beberapa bulan sebelum perhelatan pemilihan Kepala Kampung Mendalo

Darat, Jambi Luar Kota. Bapak Yulianto, seorang tokoh masyarakat yang

ketokohannya sudah diakui di Kampung Mendalo Darat. Singkatnya, beliau

akan mencalonkan diri sebagai Kades untuk mengabdikan diri membangun

Kampung Mendalo Darat. Beliau mengajak seorang untuk bergabung di tim

pemenangan. Lalu seseorang itu setuju dan mengajukan beberapa syarat.

Di antara syarat itu adalah tidak money politic dan „bermain’ jujur. Beliau

setuju dan diangkatlah orang tersebut sebagai sekretaris tim. Semua strategi

telah disiapkan. Pendekatan dengan masyarakat dilakukan dengan sangat

intens. Sambutan masyarakat sangat baik. Orang itu pun punya misi „khusus’

bergabung dengan tim tersebut, yaitu memberikan pendidikan politik pada

masyarakat Kampung. Maka di setiap sosialisasi perkumpulan masa orang

tersebut selalu menyempatkan diri menyampaikan politik uang itu tidak baik,

berpolitiklah dengan santun, mari melihat calon pemimpin dari apa yang dia

lakukan untuk masyarakat, dan lain-lain. Seseorang itu sangat ingin,

masyarakat memilih pemimpinnya bukan karena diberi imbalan sejumlah uang.

Ternyata orang itu salah. tanggapan positif pada saat mendengarkan „ceramah’

(18)

Semua berubah pada hari-hari sebelum pencoblosan. Badai money politic

sebelum pencoblosan tidak dapat dihadang. Tim ia yang merasa sudah berjalan

di atas jalan yang benar, sekuat tenaga untuk tidak tergoda. Beberapa

masyarakat bahkan melakukan komunikasi melalui telpon dengan orang itu

untuk menanyakan langsung berapa harga suara yang akan diberikan kepada

calon yang kami usung. Jika rupiahnya pas, dia akan memilih. Jika tidak, „maaf

suara saya untuk kandidat lain yang ngasih lebih besar’. Calon yang orang itu

usung kalah. Penasehat tim yang terdiri dari beberapa orang yang selama ini

dianggap memiliki kredibelitas dan kejujuran di tengah masyarakat tidak

„dianggap’. Ia pilih tokoh-tokoh yang betul-betul mau „bermain’ dengan jujur.

Mereka bersepakat jika calon ini jadi, akan mereka kawal dalam memimpin

dan melaksanakan pembangunan Kampung. Tapi semua itu nampaknya belum

bisa dicapai. Kejujuran belum bisa dijadikan landasan berpolitik di negeri ini.

Orang-orang yang jujur dan mau berpolitik dengan baik, akan terus

tersingkirkan (Sumber:http://bahren13.wordpress.com/author/bahren13/).

Fenomena negatif demikian muncul dalam transisi demokrasi di Indonesia.

Secara teoretik, John Markoff (2002: 206) mengindikasikan adanya fenomena

hybrid dalam demokrasi pada masa transisi. Ada percampuran elemen-elemen

demokratis dengan elemen-elemen non demokratis yang dapat ditemui secara

bersamaan dalam sebuah sistem politik

Diamond (2003: 16-17) memberikan sinyalemen yang tidak jauh berbeda. Ada

fenomena yang dia sebut sebagai demokrasi semu (pseudo-democracy).

(19)

Politik uang (money politics) merupakan salah satu fenomena negatif

mekanisme elektoral di dalam demokrasi. Dalam demokrasi yang belum

matang, seperti di Indonesia, politik uang dijadikan alat untuk memobilisasi

dukungan.

Pada 20 Desember 2012 lalu di Kampung Banjar Rejo Kecamatan Way

Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah mengadakan Pemilihan Kepala

Kampung. Pada Pemilihan tersebut hanya diikuti oleh dua calon Kepala

Kampung, yaitu Hamidi dan Khairi. Penulis melihat pada saat proses

kampanye dan sosialisasi, ditemukan indikasi penggunaan politik uang. Dari

hasil wawancara penulis dengan salah satu Kepala Dusun Kampung Banjar

Rejo, tidak hanya politik uang dijadikan sebagai strategi pemenangan para

calon Kepala Kampung di Kampung Banjar Rejo, namun ditemukan juga

indikasi kampanye yang menggunakan kekerasan dan intimidasi hanya untuk

tujuan politik. Kekerasan dan intimidasi kepada calon pemilih dijadikan sebuah

strategi pemenangan bagi salah satu kandidat yang tidak lain bertujuan agar

pemilih mau menuruti apa yang menjadi tujuannya.

Berkaitan dengan uraian di atas, dapat diketahui bersama bahwa sebuah

pencapaian harus melalui strategi yang matang guna tercapainya tujuan yang

diinginkan seperti halnya dalam sebuah pemilihan Kepala Kampung. Strategi

menjadi hal yang sangat penting dalam upaya memenangkan suara dalam suatu

pemilihan. Strategi yang baik merupakan strategi yang tersusun atas dasar

perencanaan-perencanaan yang matang dengan pelaksanaan secara efektif dan

(20)

Lebih lanjut diketahui bahwa dalam penentuan strategi terdapat dua hal yang

tidak boleh terlewatkan sebelum membangun sebuah strategi, dimana kedua

hal tersebut yaitu pertama relativitas dan kedua nilai-nilai pribadi yang dimiliki

oleh masing-masing kandidat, kedua aspek ini merupakan tolak ukur untuk

menentukan berhasil atau tidaknya strategi yang digunakan oleh

masing-masing pihak dalam meraih suara pada saat pemilihan berlangsung.

Berdasarkan kedua titik di atas strategi minimal dapat diperhitungkan tingkat

penggunanya dan kapan strategi tersebut digunakan pada waktu yang tepat.

Mengingat strategi dapat berubah dalam waktu yang singkat sehingga perlu

dipersiapkan alternatif strategi yang lain untuk menggantikan strategi

sebelumnnya sesuai dengan kebutuhan, karena pada dasarnya sebuah strategi

yang baik sekalipun tetap harus hati-hati dan perlu perhitungan yang matang

dalam pelaksanaannya. Demikian pula halnya sebuah strategi yang dijalankan

oleh para calon kandidat dan tim-tim pemenangan dalam pemilihan Kepala

Kampung langsung, dengan kondisi masyarakat yang plural menurut tim-tim

pemenangan untuk dapat memahami kondisi agar strategi dapat digunakan

pada timing yang tepat. Karena masyarakat merupakan subyek pemilih dan

obyek bagi tim-tim pemenangan.

Strategi dalam kasus pemilihan Kepala Kampung sebenarnya dapat dijalankan

pada hampir semua aktivitas menjelang pemilihan dan pada saat pemilihan,

bahkan ada sebuah strategi yang telah dipersiapkan oleh tim-tim pemenangan

bersama pasangan calon, jauh sebelum pelaksanaan pemilihan namun pada

(21)

pendaftaran calon, kampanye, pemungutan dan perhitungan suara dan

sebagainya.

Dari banyak fenomena menyangkut strategi pemenangan pemilihan Kepala

Kampung yang terjadi. Penulis ingin mengetahui, strategi pemenangan seperti

apa yang dipakai oleh para calon Kepala Kampung dalam Pemilihan Kepala

Kampung di Kampung Banjar Rejo Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten

Lampung Tengah.

B.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana strategi kampanye

politik para calon Kepala Kampung pada Pemilihan Kepala Kampung tahun

2012 di Kampung Banjar Rejo Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten

Lampung Tengah?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi kampanye politik calon

kepala Kampung dalam Pemilihan Kepala Kampung di Kampung Banjar Rejo

Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah :

(22)

2. Secara Praktis : Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

masukan bagi pemerintah Kampung dalam

(23)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipilih

karena dianggap mampu memberikan pemahaman yang mendalam dan rinci

berkaitan dengan suatu peristiwa atau gejala sosial yang dalam hal ini

mengenai Strategi Kampanye Politik dalam Pemilihan Kepala Kampung di

Kampung Banjar Rejo. Pendekatan kualitatif juga digunakan untuk

mengetahui kondisi tentang permasalahan penelitian yang didasarkan pada

pemahaman serta pembentukan pemahaman yang diikat oleh teori terkait dan

penafsiran peneliti. Pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini

dimaksudkan untuk menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata lisan

atau tulisan dari manusia atau tentang perilaku manusia yang dapat diamati

(Taylor dan Bogdan, dalam Sitorus, 1998; 48).

B. Fokus Penelitian

Pada penelitian kualitatif, fokus penelitian memegang peranan yang sangat

penting. Fokus penelitian menentukan batasan dalam sebuah penelitian

sehingga masalah yang diteliti tidak melebar kemana-mana. Ditegaskan oleh

(24)

“Penelitian kualitatif menghendaki ditetapkannya batas dalam penelitiannya atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian. Bagaimanapun penentuan fokus sebagai masalah dalam penelitian penting artinya dalam usaha menemukan batasan penelitian. Berdasarkan hal yang seperti ini peneliti akan dapat menemukan lokasi penelitian”.

Berdasarkan penjelasan di atas, Fokus penelitian dalam penelitian ini sesuai

dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yaitu untuk menjawab

bagaimana Strategi Kampanye Politik Para Calon Kepala Kampung di

Kampung Banjar Rejo. Adapun yang akan diamati dalam penelitian ini dilihat

dari proses strategi dalam pemilihan Kepala Kampung.

Pada penelitian ini penulis menggunakan strategi kampanye politik (political

marketing strategy), Terdapat tiga jenis strategi komunikasi dalam konteks

kampanye politik (Arifin, 2003; 102), yaitu (1) Ketokohan dan kelembagaan,

dengan cara memantapkan ketokohan dan merawat kelembagaan, (2)

Menciptakan kebersamaan dengan memahami khalayak, menyusun pesan

persuasif, menetapkan metode, serta memilah dan memilih media, dan (3)

Membangun konsensus, melalui kemampuan berkompromi dan kesediaan

untuk membuka diri.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan alur yang paling utama dalam menangkap

fenomena atau pristiwa yang sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti dalam

rangka mendapatkan data-data penelitian yang akurat. Penentuan lokasi

(25)

penentuan lokasi penelitian cara yang baik ditempuh dengan jalan

mempertimbangkan teori subtantif dan menjajaki lapangan untuk mencari

kesesuaian. Sebagai pertimbangan dalam menentukan lokasi penelitian.

Lokasi penelitian dilaksanakan di Kampung Banjar Rejo Kecamatan Way

Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah, dengan pertimbangan bahwa lokasi

tersebut memiliki permasalahan yang relevan dengan judul yang mudah

dijangkau. Selain itu banyak proses pembelajaran di bidang pemerintah yang

dapat diambil manfaatnya.

D. Jenis Data

Menurut Loftland dan Loftland (1984:47) sumber data utama pada penelitian

kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan

seperti sumber data tertulis. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung

dilapangan baik melalui pengamatan langsung maupun pertanyaan

langsung yang digunakan peneliti kepada informan melalui wawancara.

Data primer yang digunakan adalah yang berasal dari hasil wawancara.

Sumber data dapat ditulis atau direkam. Wawancara akan dilakukan

kepada informan yang telah ditentukan dengan menggunakan panduan

wawancara mengenai strategi kampanye politik dalam pemilihan kepala

(26)

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diambil dari dokumen-dokumen seperti

Koran, jurnal ilmiah, majalah dan sebagainya yang menunjang penelitian

ini.

Data sekunder adalah data digunakan untuk mendukung dan mencari fakta

yang sebenarnya. Misalkan memvalidasi data hasil wawancara. Data-data

tersebut dapat bersumber dari dokumentasi berupa majalah, surat kabar,

buku arsip, televisi, radio, situs dan sumber-sumber yang dapat diterima.

Data sekunder dalam penelitian ini didapat secara tidak langsung yang

diperlukan untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari data primer.

Data sekunder ini berupa bahan-bahan tertulis yang mencakup

Undang-undang dan peraturan terkait, serta referensi-referensi yang menjadi

panduan.

E. Sumber Informan

Sumber informan merupakan informasi penelitian yang biasanya diambil

berdasarkan pertimbangan tingkat pengetahuan dan penguasa mereka

terhadap permasalahan yang diteliti. Selain itu juga karena pertimbangan

jabatan dalam sebuah instansi pemerintah, maka seseorang dijadikan sumber

informasi untuk mendukung perolehan data dalam penelitian. Sumber

informan dalam penelitian ini adalah tim kampanye dari masing-masing calon

(27)

Penentuan informan pada metode kualitatif dilakukan secara sengaja

(purposive), dimana dalam penelitian ini informan merupakan perwakilan

dari tim kampanye pasangan calon Kepala Kampung. informan dalam

penelitian kualitatif tidak tergantung kepada jumlah, melainkan potensi tiap

informan untuk memberi pemahaman teoritis yang lebih baik mengenai aspek

yang dipelajari (Sitorus, 1998). informan dalam penelitian ini adalah Bapak

Zainal Abidin, dan Bapak Hi. Ruwiyanto dari tim kampanye Hamidi

Kampung Banjar Rejo, serta Bapak Abu Sofyan dan Bapak Junaidi dari tim

kampanye Khoiri Kampung Banjar Rejo.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam rangka memperoleh berbagai informasi yang akurat bagi penelitian ini,

maka teknik, maka teknik pengumpulan data yang akan penulis gunakan

adalah wawancara secara mendalam dan dokumentasi.

1. Wawancara mendalam

Teknik tersebut akan dilakukan dengan cara tanya jawab antara peneliti

dengan beberapa narasumber yang dianggap telah memenuhi atau relevan

dengan penelitian ini. Wawancara ini dilakukan secara terbuka serta

mendalam agar dapat memberikan kesempatan kepada narasumber

tersebut dalam rangka menjawab secara bebas. Hal ini bertujuan

memperoleh kejelasan dari sumber-sumber data dokumentasi yang belum

dipahami oleh peneliti, serta untuk memperoleh pengertian maupun

(28)

diteliti tersebut. Proses wawancara tersebut dibantu dengan panduan

wawancara sebagai alat bantu penulis dalam penyajian data.

2. Dokumentasi

Teknik dokumentasi ini dilakukan dalam rangka mengumpulkan data-data

yang bersifat tertulis baik berupa dokumen, arsip, buku, buletin, maupun

literatur tertulis lainnya yang selaras serta mendukung penyelesaian

penelitian yang akan dilakukan ini.

G. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh di lapangan selanjutnya akan dilolah melalui

tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Tahapan Editing

Editing merupakan kegiatan dalam menentukan menentukan kembali data

yang berhasil diperoleh dalam rangka menjamin validitasnya serta dapat

untuk segera dipersiapkan pada-proses selanjutnya.

2. Tahapan Interpretasi

Pata tahapan ini, data-data penelitian yang telah dideskripsikan baik

melalui narasi maupun tabel selanjutnya diinterpretasikan sehingga dapat

(29)

H. Teknik Analisis Data

Karena penelitian ini adalah penelitian deskriptif, maka teknis analisis

datanya disajikan dalam bentuk paparan atau gambaran dari temuan-temuan

di lapangan baik, berupa data dan informasi hasil wawancara, dokumentasi

dan lain sebagainya. Menurut Mathew B. Miles dan Huberman, analisis data

terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, meliputi:

1. Reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, dan transformasi data kasar yang mencul dari

catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis

yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak

perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga

kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

2. Penyajian data, yaitu usaha menampilkan sekumpulan informasi tersusun

yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan.

3. Menarik kesimpulan, merupakan bagian dari satu kegiatan dari konfigurasi

yang utuh. Makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenaran,

kekokohan dan kecocokannya, yakni yang merupakan validitasnya. Proses

ini merupakan kegiatan yang sudah dilakukan sejak pengumpulan data,

meskipun masih bersifat sementara. Pada permulaan pengunpulan data,

seorang peneliti kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat

keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin,

(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Strategi 1. Pengertian Strategi

Istilah strategi dari bahasa yunani “strategos” atau dengan kata jamak strategi

yang berarti jenderal atau perwira (state officer) dengan fungsi dan tugas

yang luas. Istilah tersebut digunakan untuk mewakili 10 (sepuluh) suku di

yunani yang dikenal dengan sebutan Board of Tai Strategy. Dan dalam

artinya sempit Maurice Matlaff (1967:4) menyebut strategi sebagai The Art

of General (seni jenderal).

2. Tipe-tipe Startegi

Ada beberapa tipe strategi menurut Koteen antara lain :

1. Corporate Strategy (strategi organisasi)

Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, nilai, tujuan, nilai-nilai

inisiatif-inisiatif strategi yang baru pembahasan-pembahasan ini

(31)

2. Program Stategy (strategi program)

Startegi ini memberikan perhatian pada implikasi-implikasi strategi dari

suatu program tertentu, apa dampaknya apabila suatu program tertentu

dilancarkan, apa dampaknya bagi sasaran organisasi.

3. Resource Support Strategy (strategi pendukung sumber daya)

Strategi ini memusatkan perhatian pada maksimalisasi pemanfaatan sumber

daya essensial yang tersedia guna meningkatkan kualitas kinerja organisasi.

Sumber daya itu dapat berupa tenaga, keuangan dan teknologi.

4. Institutional Strategy (strategi institusi)

Fokus dari strategi institusional ialah mengembangkan kemampuan

organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif strategis (J.Salusu, 1996 :

104-105).

B. Kampanye Politik

1. Definisi Kampanye Politik

Terdapat banyak definisi mengenai kampanye yang dikemukakan oleh para

ilmuwan komunikasi, namun berikut ini adalah beberapa definisi yang

populer. Snyder (2002) dalam Venus (2004), mendefinisikan bahwa

kampanye komunikasi merupakan aktivitas komunikasi yang terorganisasi,

secara langsung ditujukan kepada masyarakat tertentu, pada periode waktu

(32)

dalam Venus (2004), mendefinisikan kampanye sebagai kegiatan yang

dilakukan secara sadar untuk menunjang dan meningkatkan proses

pelaksanaan yang terencana pada periode tertentu yang bertujuan

mempengaruhi masyarakat sasaran tertentu.

Rogers dan Storey (1987) dalam Venus (2004), mendefiniskan kampanye

sebagai serangkaian kegiatan komunikasi yang terorganisasi dengan tujuan

untuk menciptakan dampak tertentu terhadap sebagian besar masyarakat

sasaran secara berkelanjutan dalam periode waktu tertentu.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, Venus (2004) mengidentifikasi bahwa

aktivitas kampanye setidaknya harus mengandung empat hal yakni, (1)

ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu (2) ditujukan kepada

jumlah masyarakat sasaran yang besar (3) dipusatkan dalam kurun waktu

tertentu dan (4) dilakukan melalui serangkaian tindakan komunikasi yang

terorganisasi.

Kampanye politik adalah bentuk komunikasi politik yang dilakukan seseorang

atau sekelompok orang atau organisasi politik dalam waktu tertentu untuk

memperoleh dukungan politik dari masyarakat (Arifin, 2003).

Salah satu jenis kampanye politik adalah kampanye massa, yaitu kampanye

politik yang ditujukan kepada massa (orang banyak), baik melalui hubungan

tatap muka maupun dengan menggunakan berbagai media, seperti surat kabar,

(33)

medium interaktif melalui komputer (internet). Penyampaian pesan politik

melalui media massa merupakan bentuk kampanye yang handal dalam hal

menjangkau masyarakat luas. Kampanye politik saat ini sudah mengadopsi

prinsip-prinsip pemasaran dan pembentukan citra. Hal tersebut dimungkinkan

terjadi karena sistematika pemilihan kepala kampung adalah langsung.

Menurut Ruslan (2005), kampanye politik merupakan jenis kampanye yang

pada umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan. Tujuan dari

kampanye ini adalah untuk memenangkan dukungan masyarakat terhadap

kandidat-kandidat yang dicalonkan agar dapat menduduki jabatan politik yang

diperebutkan lewat proses pemilihan.

Kegiatan untuk membangun citra atau image merupakan bagian penting

dalam kampanye politik untuk memperoleh dukungan. Terkait dengan

komunikasi dalam kampanye politik, terdapat beberapa aktivitas komunikasi

yang dapat diidentifikasi.

Menurut Nimmo (2005), kegiatan komunikasi politik adalah kegiatan

simbolik dimana kata-kata itu mencakup ungkapan yang dikatakan atau

dituliskan, gambar, lukisan, foto, film, gerak tubuh, ekspresi wajah dan segala

cara bertindak. Orang-orang yang mengamati simbol-simbol itu,

menginterpretasikannya dengan cara-cara yang bermakna sehingga

(34)

2. Teknik-teknik Kampanye Politik

Selama masa kampanye, tim kampanye berusaha menggalang dukungan dan

simpati pemilih agar pemilih menjatuhkan pilihannya pada calon kepala

Kampung yang dikampanyekannya. Tim kampanye poltik menggunakan

teknik-teknik kampanye politik yang kemudian diwujudkan dalam suatu

bentuk kegiatan kampanye politik untuk mempengaruhi pemilih.

Imawan (1997; 60) dalam Amir (2006; 14) merumuskan beberapa teknik

kampanye politik, yaitu:

1. Kampanye dari rumah ke rumah (door to door campaign), yaitu calon

kepala Kampung mendatangi langsung para pemilih sambil menanyakan

persoalan-persoalan yang dihadapi. Kampanye ini efektif dilakukan pada

pemilihan umum tahun 1955, dengan mendatangi orang-orang yang

pilihannya dianggap masih ragu dan dapat dibujuk atau diancam untuk

mengubah sikap dan pilihan politik mereka.

2. Diskusi Kelompok (group discussion), dilakukan dengan membentuk

kelompok-kelompok diskusi kecil yang membicarakan masalah yang

dihadapi masyarakat.

3. Kampanye massa langsung (direct mass campaign), dilakukan dalam

bentuk aktivitas yang menarik perhatian massa, seperti pawai, pertunjukkan

kesenian dan sebagainya. Teknik inilah yang dilarang dalam kampanye

Pemilu 1992, karena selain tidak efektif juga berpotensi menimbulkan

(35)

4. Kampanye massa tidak langsung (indirect mass campaign), yang dilakukan

dengan cara berpidato di radio, televisi atau memasang iklan di media cetak

dan elektronik.

3. Strategi Kampanye Politik

Strategi dalam pengertian sempit maupun luas terdiri dari tiga unsur, yaitu

tujuan (ends), sarana (means), dan cara (ways). Dengan demikian strategi

adalah cara yang digunakan dengan menggunakan sarana yang tersedia untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan (Nasution, 2006; 80). Tujuan akhir

dalam kampanye pemilihan kepala Kampung adalah untuk membawa calon

kepala Kampung yang didukung oleh tim kampanye politiknya menduduki

jabatan Kepala Kampung yang diperebutkan melalui mekanisme pemilihan

secara langsung oleh masyarakat. Agar tujuan akhir tersebut dapat dicapai,

diperlukan strategi yang disebut strategi komunikasi dalam konteks kampanye

politik.

Terdapat tiga jenis strategi komunikasi dalam konteks kampanye politik

(Arifin, 2003; 102), yaitu (1) Ketokohan dan kelembagaan, dengan cara

memantapkan ketokohan dan merawat kelembagaan, (2) Menciptakan

kebersamaan dengan memahami masyarakat, menyusun pesan persuasif,

menetapkan metode, serta memilah dan memilih media, dan (3) Membangun

konsensus, melalui kemampuan berkompromi dan kesediaan untuk membuka

(36)

Sondang P.Siagian (1985:21) mendefinisikan strategi merupakan cara-cara

yang diambil yang sifatnya mendasar dan fundamental yang akan

dipergunakan oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan dan berbagai

sasarannya dengan selalu memperhitungkan kendala lingkungannya yang

pasti akan dihadapi.

Kamus bahasa Indonesia “strategi” diartikan sebagai rencana yang amat

cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Dalam hal ini,

sasaran khususnya adalah ingin mengetahui strategi yang digunakan oleh tim

pemenang pasangan calon kepala Kampung dalam rangka perolehan suara

terbanyak pada pemilihan Kepala Kampung Banjar Rejo tahun 2012.

Sedangkan pengertian strategi juga dikemukakan oleh Tregoe dan

Zimmerman (1980:17) yang mengatakan bahwa Strategi adalah suatu seni

menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai

sasaran melalui hubungan yang efektif dengan lingkunganya dalam kondisi

yang saling menguntungkan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat diartikan bahwa strategi adalah cara atau

langkah yang mendasar (fundamen) menggunakan kecakapan dan sumber

daya suatu organisasi melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan dan

memperlihatkan kendala atau pilihan yang diarahkan mencapai tujuan

organisasi. Dengan demikian dalam teorinya penyusunan sebuah strategi

(37)

kebijaksanaan yang dihasilkan akan optimal. Untuk itu diperlukan adanya

pengetahuan serta keahlian yang memadai dalam rangka tujuan organisasi.

C. Tahapan Pemasaran Politik

Pemasaran politik bertitik tolak dari konsep meaning, yakni political meaning

yang dihasilkan oleh stimulus politik berupa komunikasi politik, baik lisan

maupun non-lisan, baik langsung maupun tanpa perantara. Makna yang muncul

dari stimulus tersebut berupa persepsi yang tidak selalu mencerminkan makna

yang sebenarnya. Makna tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi sikap,

aspirasi dan perilku politik, termasuk pilihan politik.

Menurut Baines dalam Nursal (2004; 78), pemasaran politik adalah cara-cara

yang digunakan organisasi politik untuk enam hal berikut:

1. Mengkomunikasikan pesan-pesannya, ditargetkan atau tidak ditargetkan,

langsung atau tidak langsung, kepada para pendukungnya dan para pemilih

lainnya.

2. Mengembangkan kredibilitas dan kepercayaan para pendukung, para pemilih

lainnya dan sumber-sumber eksternal agar mereka memberi dukungan

finansial dan untuk mengembangkan dan menjaga struktur manajemen

ditingkat lokal maupun nasional.

3. Berinteraksi dan merespon dengan para pendukung, influencers, para

legislator, para kompetitor, dan masyarakat umum dalam pengembangan dan

(38)

4.Menyampaikan kepada semua pihak berkepentingan atau stakeholders,

melalui berbagai media, tentang informasi, saran dan kepemimpinan yang

diharapkan atau dibutuhkan dalam negara demokrasi.

5. Menyelenggarakan pelatihan, sumberdaya infomasi dan materi-materi

kampanye untuk kandidat, para agen, pemasar, dan atau para aktivis partai.

6. Berusaha mempengaruhi dan mendorong para pemilih, media-media dan

influencers penting lainnya untuk mendukung partai atau kandidat yang

diajukan organisasi dan atau supaya jangan mendukung para pesaing.

Menurut Nursal (2004; 70), fungsi dari kegiatan pemasaran politik adalah

sebagai berikut:

1. Sarana untuk menganalisis posisi pasar, yakni memetakan persepsi dan

preferensi para pemilih, baik konstituen, terhadap kontestan-kontestan yang

akan bertarung di arena pemilu.

2. Sarana untuk menetapkan tujuan objektif kampanye, marketing effort dan

pengalokasikan sumberdaya.

3. Sarana untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi alternatif-alternatif

strategi.

4. Sarana untuk mengimplementasikan strategi untuk membidik

segemen-segmen tertentu yang menjadi sasaran berdasarkan sumberdaya yang ada.

5. Sarana untuk memantau dan mengendalikan penerapan strategi untuk

(39)

Menurut O’Shaughnessy (2001; 65) dalam Firmanzah (2007; 24) marketing

politik tidak menjamin sebuah kemenangan, tapi menyediakan tools bagaimana

menjaga hubungan dengan pemilih untuk membangun kepercayaan dan

selanjutnya memperoleh dukungan suara.

Kompetisi dalam memperebutkan suara pemilih, menuntut tim kampanye dari

masing-masing kandidat kepala kampung untuk mendesain suatu formulasi

khusus untuk menjaring suara pemilih sebanyak mungkin. Formulasi khusus

tersebut berbentuk strategi komunikasi dan tahapan strategi pemasaran politik

yang dijalankan untuk mengidentifikasi masyarakat pemilih potensial yang

sesuai dengan platform kandidat kepala Kampung. Tahapan strategi pemasaran

politik tersebut terdiri dari tiga tahap, yaitu segmentasi, targeting, dan

positioning (Gambar 1).

Gambar 1. Tahapan Marketing Politik

(40)

Untuk itu kerangka teori yang akan diaplikasikan dalam strategi pemasaran

terdiri dari :

1. Segmentasi

Segmentasi adalah pemilihan sekelompok orang dengan cara yang

serupa/sama memberikan tanggapan kepada seperangkat rangsangan

pemasaran tertentu. Dengan mengesampingkan kelompok “golongan

putih”(golput) segmentasi dibagi dalam tiga segmen besar yaitu :

a. Segmen para pendukung kontestan yang dipasarkan, yang dibedakan

menjadi dua yakni :

1. Pendukung inti atau lazim disebut sebagai basis massa (base

partisan), adalah pendukung fanatik yang sangat sulit berubah

pikirannya.

2. Pendukung lapis kedua yang lazim disebut sebagai soft-partisan,

massa pendukung yang masih bisa berubah pilihannya oleh

faktor-faktor atau tawaran-tawaran tertentu.

b. Segmen para pendukung kontestan pesaing yang juga terdiri dari (a)

pendukung inti, dan (b) pendukung.

c. Segmen massa mengambang,yaitu segmen yang belum memutuskan

kepada pihak mana suara akan diberikan. Secara umum segmen ini juga

(41)

1. Segmen nonpartisipan dimana dari pemilu keputusan pilihan tidak

menetap pada satu partai politik atau kandidat tertentu tapi bisa

berubah-ubah tergantung factor situsional.

2. Segmen yang pernah menjadi pendukung pihak tertentu tapi akan

mengubah pilihannya karena merasa aspirasi tidak terpenuhi

2. Targeting

Targeting atau menetapkan sasaran adalh memilih salah satu atau beberapa

segmen yang akan dibidik untuk mencpai sasaran obyektif.

3. Positioning

Positioning (Penentuan posisi) yaitu, tindakan merancang pemasaran dan

citra partai politik dalam menepati posisi kempetitif. Positioning dapat

dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut

a. Positioning berdasarkan isu dan kebijaksanaan politik, yakni

mempresentasikan kebijakan atau program yang diperjuagkan dan

dijanjikan oleh kandidat politik jika menang dalam pemilihan.

b. Positioning berdasarkn benifit, yakni partai akan memberi manfaat

tertentu kepada pemilih.

c. Positioning berdasarkan citra kandidat,positioning yang mengacu pada

(42)

d. Positioning berdasarkan peristiwa persoal, yakni mengacu pada

kehidupan pribadi yang pernah dialami oleh kandidat.

e. Positioning berdasarkan cerita sosial, yakni positioning yang

menunjukkan stereotip kandidat untuk menarik pemilih dengan

menciptakan asosiasi antara kandidat dengan segmen-segmen tertentu

dalam masyarakat.

D. Persuasi Politik

Menurut Nimmo (2005: 90), persuasi adalah pembicaraan pengaruh yang

bercirikan kemungkinan, diidentifikasi melalui saling memberi dan menerima

diantara pihak-pihak yang terlibat. Persuasi adalah suatu pembicaraan politik

yang dengan sadar atau tidak orang-orang yang terlibat dalam politik mencoba

untuk mengubah persepsi, pikiran, perasaan, dan pengharapan lawan bicaranya.

McGuire (1968: 36) dalam Nimmo (2005: 88) telah mengembangkan teori

tentang bagaimana orang menginterpretasikan imbauan persuasif. Agar persuasi

terjadi, McGuire percaya bahwa harus ada enam langkah berurutan untuk

memproses informasi persuasif, keenam langkah tersebut adalah: (1) Penyajian,

dimana harus ada imbauan persuasif terlebih dahulu yang disajikan melalui

beragam saluran komunikasi, (2) Perhatian, harus ada orang yang memperhatikan

imbauan persuasif tersebut sehingga menciptakan keterlibatan aktif masyarakat

(43)

masyarakat persuasif. Pemahaman berarti mengerti argumentasi dan kesimpulan

pesan, (4) Penerimaan, tahap dimana masyarakat persuasif menganggap bahwa

imbauan persuasif tersebut relevan dengan keadaan dirinya, (5) Retensi,

menunjukkan bahwa seseorang tetap pada pandangan yang baru diperolehnya

dalam jangka waktu yang lama; bukan hanya sekedar menyatakan persetujuan

dan kemudian melupakan seluruh pandangan itu, (6) Tanggapan ketaatan,

tindakan yang sesuai dengan imbauan persuasif, merupakan hasil praktis dari

kegiatan ini.

Ada tiga cara pandang mengenai persuasi politik menurut Nimmo (2005: 42)

yaitu, propaganda, periklanan, dan retorika. Ketiganya serupa dalam hal:

semuanya memiliki tujuan (purposive), disengaja (intentional), dan melibatkan

pengaruh, sehingga menghasilkan berbagai tingkat perubahan dalam persepsi,

kepercayaan, nilai, dan pengharapan pribadi.

Namun ada cara-cara yang berbeda dalam pendekatan ini. Pertama, ada

perbedaan antara tekanan satu-kepada-banyak dan dua arah dalam meneruskan

pesan-pesan. Kedua, ada perbedaan dalam orientasi pendekatan, yaitu apa

diarahkan kepada perseorangan atau kelompok. Ketiga, semua pendekatan

tersebut mengesankan pandangan yang berbeda tentang apa yang memungkinkan

terbentuknya ketertiban masyarakat. Keempat, masingmasing menggunakan

(44)

1. Persuasi Politik Sebagai Propaganda

Menurut Jacques Ellul (1965: 105) dalam Nimmo (2005: 65), propaganda

didefinisikan sebagai komunikasi yang digunakan oleh suatu kelompok

terorganisasi yang ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam

tindakantindakan suatu massa yang terdiri atas individu-individu, dipersatukan

secara psikologis melalui manipulasi psikologis dan digabungkan dalam suatu

organisasi. Definisi dari Ellul tersebut menghasilkan ciri-ciri utama dari

propaganda, yaitu: (1) komunikasi satu-kepada-banyak, (2) beroperasi kepada

orang-orang yang mengidentifikasi dirinya sebagai anggota kelompok, (3)

sebagai mekanisme kontrol sosial dengan menggunakan persuasi untuk

mencapai ketertiban dalam masyarakat.

2. Persuasi Politik Sebagai Periklanan

Nimmo (2005: 48) berpendapat bahwa seperti propaganda, periklanan missal

adalah komunikasi satu-kepada-banyak, akan tetapi terdapat perbedaan yang

sangat jelas mengenai keduanya. Propaganda ditujukan kepada orang-orang

sebagai anggota kelompok, sedangkan periklanan mendekati orang-orang

sebagai individu-individu tunggal, independen, terpisah dari kelompok apapun

atau anonim. Hubungan antara iklan dan pembeli adalah hubungan langsung,

tidak ada organisasi atau kepemimpinan yang seakan-akan dapat mengirimkan

(45)

pilihannya sendiri. Periklanan mengandalkan keselektifan konvergen dalam

menciptakan ketertiban masyarakat.

3. Persuasi Politik Sebagai Retorika

Menurut pemikiran Nimmo (2005: 78), retorika politik berbeda dengan

propaganda dan periklanan dalam hal-hal yang penting. Retorika adalah

komunikasi dua arah, satu-kepada-satu bukan satu-kepada-banyak, ia bekerja

melalui hubungan interpersonal yang inheren, yang menghubungkan

orang-orang bukan sebagai anggota kelompok (propaganda) atau individu-individu

yang anonim (periklanan). Retorika politik adalah suatu proses yang

memungkinkan terbentuknya ketertiban masyarakat melalui negosiasi.

E. Pencitraan Politik

Kampanye pencitraan menurut Postman (2000) dalam Amir (2006), ditandai

dengan munculnya berita-berita dan informasi yang sarat citra dan gaya seorang

politisi (politician image and style) dan berkurang bahkan hilangnya berita-berita

yang mengupas isu-isu krusial, substantif dan ideologi politik.

Salah satu tujuan kampanye politik adalah membentuk citra politik yang baik

untuk konsumsi masyarakat pemilih.

Citra politik adalah suatu gambaran tentang politik yang memiliki makna,

(46)

Tujuan akhir dari komunikasi politik adalah partisipasi politik dan kemenangan

para calon kepala Kampung dalam pemilihan kepala Kampung. Ketokohan

adalah gambaran orang yang memiliki kredibilitas atau kompetensi, daya tarik

dan kekuasaan yang sah.

Menurut Nimmo (1978) dalam Amir (2006), orang yang memiliki ketokohan

adalah orang yang memiliki sifat-sifat pemegang jabatan ideal yang cenderung

abstrak seperti kedewasaan, kejujuran, kesungguhan, kekuatan, kegiatan dan

energi yang merupakan gabungan sifat pahlawan politik.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberi suara dalam pemilu cenderung

menjatuhkan pilihannya kepada kandidat yang sesuai dengan citra jabatan ideal

baginya. Citra diri ini dapat terbentuk melalui pengalaman langsung (melalui

pergaulan dan aktivitas yang lama dengan politisi tersebut) juga melalui

pengalaman tidak langsung, yaitu media massa, karena media massa memiliki

pengaruh dalam membentuk citra dan mengangkat status seseorang. Selain itu,

ketokohan juga berhubungan dengan daya tarik fisik tubuh, busana dan dukungan

fisik lainnya. Strategi ketokohan merupakan upaya untuk membangun citra diri

calon kepala Kampung sebagai seorang yang memiliki sifat-sifat pahlawan

politik dan daya tarik fisik.

Menurut konsep kepemimpinan budaya Jawa, seorang pemimpin hendaknya

memiliki sifat asthabarata atau delapan watak dewa (Wiwoho dkk, 1998), yang

(47)

memberantas kejahatan (Dewa Yama/Maut), ramah dan bijaksana (Dewa

Surya/Matahari), kasih sayang (Dewa Candra/Bulan), ketelitian (Dewa

Bayu/Angin), kedermawanan atas harta dan hiburan (Dewa Kuwera/Harta

dunia), kecerdasan (Dewa Baruna/Lautan), dan keberanian menghancurkan

musuh (Dewa Brahma/Api).

F. Tim Kampanye

Tim Kampanye adalah sebuah tim yang dibentuk oleh calon kepala Kampung

yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan kampanye. Anggota tim

kampanye sebagian besar berasal dari keluarga dan pendukung calon kepala

Kampung. Tugas mereka adalah merumuskan rencana-rencana strategis sebagai

bagian dari usaha untuk memenangkan pasangan yang didukungnya.

Menurut Nimmo (2005: 99), karakteristik komunikator (juru kampanye) dalam

kampanye politik adalah berpendidikan tinggi melebihi rata-rata populasi,

memiliki pendapatan dan status sosial yang lebih tinggi, terlibat aktif dalam

politik, memiliki kepercayaan politik, dan berpengaruh besar terhadap

pembuatan kebijakan.

G. Fenomena Kekalahan Calon Incumbent dalam Pemilihan Kepala Kampung Calon incumbent yang mengikuti pemilihan kepala Kampung sebenarnya

(48)

dengan calon kepala Kampung pendatang baru, karena dalam menjalankan

kampanye politiknya calon incumbent memiliki beberapa keuntungan antara lain

mereka sudah dikenal oleh masyarakat setempat, selain itu sebagai kepala

Kampung yang masih menjabat, calon incumbent juga dapat memanfaatkan

program-program dan anggaran pemerintah untuk memperkuat popularitasnya

sebelum masa kampanye resmi dimulai.

Calon incumbent juga dapat menciptakan isu yang menarik dengan penciptaan

opini publik. Sementara itu calon kepala Kampung pendatang baru memiliki

kelebihan antara lain sebagai pilihan alternatif bagi sebagian masyarakat yang

tidak puas dengan kinerja kepala Kampung sebelumnya.

Fenomena kekalahan incumbent dalam pemilihan kepala Kampung sebenarnya

adalah merupakan suatu kewajaran, karena dalam pemilihan Kepala Kampung

secara langsung yang dipilih oleh masyarakat adalah orang yang tidak didukung

oleh partai. Hal tersebut berbeda dengan pemilihan Bupati, karena dalam

pemilihan Bupati calon didukung oleh partai politik, sehingga yang penting

dalam pemilihan Kepala Kampung adalah faktor figur dari calon kepala

Kampung.

H. Kerangka Pikir

Mekanisme kerja tim kampanye politik yang meliputi cara kerja tim kampanye,

(49)

mempengaruhi tahap-tahap perencanaan kampanye politik. Tahap-tahap

perencanaan yang terpengaruh itu antara lain adalah, konsolidasi internal dan

eksternal tim yang akan mempengaruhi jumlah anggaran dan sumber dana yang

diterima. Tahapan pemasaran politik yang meliputi tahap segmentasi, targeting,

dan positioning, ikut terpengaruh pula oleh mekanisme kerja tim kampanye

politik.

Setelah melalui tahap-tahap perencanaan kampanye politik yang meliputi

konsolidasi internal dan eksternal, perencanaan anggaran biaya dan sumber dana,

segmentasi, targeting, dan positioning, maka dirumuskanlah teknik-teknik

kampanye yang akan dilakukan untuk menjaring dukungan dan pemilih sebanyak

mungkin. Teknik-teknik kampanye tersebut antara lain adalah (1) kampanye dari

rumah ke rumah, (2) diskusi kelompok, (3) kampanye massa langsung, dan (4)

kampanye massa tidak langsung.

Beragam teknik kampanye yang dilakukan oleh tim kampanye politik pada

akhirnya akan menimbulkan suatu citra mental tersendiri dalam pikiran

masyarakat pemilih terutama sasaran kegiatan kampanye politik, yang pada

akhirnya akan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menjatuhkan pilihan

politiknya. Perbedaan status antara kedua calon kepala Kampung, yaitu

incumbent dan pendatang baru, diduga akan menyebabkan perbedaan dalam

(50)

masing-masing calon kepala Kampung. Bagan kerangka pikir dari penelitian ini

dapat dilihat pada (Gambar 2).

Keterangan gambar :

: Hubungan sebab akibat

: Tahapan Pemasaran Politik

Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir Analisis Strategi Kampanye Politik Para Calon Kepala Kampung di Kampung Banjar Rejo, 2012.

Konsilidasi

Strategi Kampanye Politik

Targeting

Segmentasi Positioning

Anggaran dan sumber dana

Kampanye

Teknik-teknik kampanye

(51)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kampung Banjar Rejo Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah

Secara geografis wilayah Kampung Banjar Rejo adalah bagian dari

Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung

Secara geografis Kabupaten Lampung Tengah adalah bagian dari Provinsi

Lampung dengan luas wilayah 4.789,82 km2. Terletak diantara 104,35 –

105,50 BT dan 4,30 – 4,15 LS dan berpenduduk sebanyak 1.109.884 jiwa.

Dengan batas wilayah:

 Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Tulang Bawang,

Tulang Bawang Barat dan Kabupaten Lampung

Utara

 Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Pesawaran

 Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Lampung Timur

dan Kota Metro

 Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Tanggamus dan

(52)

Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terkurung daratan di

Provinsi Lampung. Kabupaten ini terletak sekitar 75 kilometer dari ibukota

Provinsi Lampung yaitu Kota Bandar Lampung dan dapat ditempuh dari

Ibukota Provinsi selama 1,5jam dengan menggunakan Bus atau Mobil.

Kabupaten ini dulunya merupakan kabupaten terluas kedua di Lampung

sampai dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1999 yang

memecah kabupaten ini menjadi lebih kecil. Kabupaten Lampung Tengah

dulunya meliputi 3 bagian yaitu Lampung Tengah, Lampung Timur, dan

Metro.

Kabupaten Lampung Tengah telah mengalami 2 kali pemekaran sehingga

wilayah yang semula memiliki luas 16.233,21 km2 dan sekarang luasnya

sekitar 9.189,50 km2. Pemekaran wilayah yang pertama adalah kabupaten

Lampung Timur sehingga dibagi menjadi 10 kecamatan Sukadana, Metro,

Kibang, Way Jepara, Labuhan Meringgai, Batanghari, Sekampung, Jabung,

Purbolinggo dan Raman Utara.

Pemekaran kedua terbentuknya Kotamadya Metro yang dulunya dikenal

sebagai Ibukota Kabupaten Lampung Tengah yang dibagi menjadi 5

kecamatan yaitu Metro Barat, Metro Utara, Metro Pusat, Metro Selatan dan

Metro Timur.

Dan pada saat ini Kabupaten Lampung Tengah dibagi menjadi 13 kecamatan

(53)

Gajah, Way Seputih, Bekri, Banjar Mataram, Anak Ratu Aji, Way

Pengubuan, Kalirejo, Trimurjo, dan Pubian.

Jumlah penduduk Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2011 berjumlah

1.183.427 jiwa atau meningkat 1,14 persen dibandingkan dengan jumlah

penduduk Tahun 2004 yang berjumlah 1.170.004 jiwa.

Penduduk Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2011 menurut Kelompok

umur didominasi oleh penduduk laki-laki berjumlah 605.839 jiwa dan

penduduk perempuan 577.588 jiwa (Tabel 1). Banyaknya penduduk laki-laki

tercermin dari rasio jenis kelamin, pada tahun 2011 rasio jenis kelamin 105,

artinya pada tahun 2011 setiap 100 penduduk perempuan terdapat 105

penduduk laki-laki.

Tabel 1. Kondisi Demografi Kabupaten Lampung Tengah berrdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1. Perempuan 577.588 48,806%

2. Laki-laki 605.839 51,193%

Total 1.183.427 100%

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab.Lampung Tengah 2012

Persentase jumlah penduduk kabupaten Lampung Tengah tahun 2011

menurut kelompok umur adalah kelompok umur (0-14) sebesar 28,56%,

kelompok umur (15-64) sebesar 65,67% dan kelompok umur 65 keatas

sebesar 5,77% (Tabel 2). Sedangkan pada tahun 2004 jumlah penduduk

menurut kelompok umur (0-14) sebesar 28,60%, kelompok umur (15-64)

(54)

Tabel 2. Kondisi Demografi Kab. Lampung Tengah Berdasarkan Usia

No Umur Tahun

2004 2011

1. 0-14 28,60 28,56

2. 15-64 65,70 65,67

3. >65 5,92 5,77

Jumlah 100% 100%

Sumber: Badan Pusat Statistik Kab.Lampung Tengah 2012

B. Wilayah Administratif Kampung Banjar Rejo Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah

Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah memiliki luas

wilayah sebesar 210,72 km2 dengan jumlah penduduk 34.418 jiwa dengan

kepadatan 164 jiwa/km2.

Sesuai dengan peraturan daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor 06

Tahun 2004 tentang pembentukan 19 Kampung dalam wilayah Kabupaten

Lampung Tengah batas-batas wilayah Kampung Banjar Rejo berbatasan

dengan:

Sebelah Utara : Kampung Banjar Ratu Kec. Way Pengubuan.

Sebelah Selatan : Kampung Negara Bumi Kec. Anak Tuha dan

Kampung Sulusuban Kec. Seputih Agung.

Sebelah Barat : Kampung Tulung Singkip Kec. Abung Selatan

Kab. Lampung Utara.

(55)

Struktur Kampung Banjar Rejo dibagi menjadi 4 dusun yaitu Dusun I, Dusun

II, Dusun III, Dusun IV.

C. Kondisi Demografi

Derajat partisipasi politik, jumlah dan rasio penduduk antara laki-laki dan

perempuan secara tidak langsung akan mempengaruhi proses politik terutama

masalah gender, sehingga dari data lapangan dipaparkan ratio penduduk

(laki-laki dan perempuan) dimasing-masing wilayah kecamatan se-Kabupaten

Lampung Tengah sebagaimana dalam tabel berikut.

Tabel 3. Kondisi Demografi Kampung Banjar Rejo

No Dusun Kepala Dusun Laki-Laki Perempuan Jumlah 1. Dusun I Hi. Ruwiyanto 250 363 613

2. Dusun II Junaidi 200 280 480

3. Dusun III Slamet 145 245 390

4. Dusun IV

Tardi 200 270 470

jumlah 1953

Sumber: Badan Permusyawaratan Kampung Banjar Rejo Kab. Lampung Tengah Tahun 2012.

Berdasarkan tabel diatas didapat bahwa Dusun 1 memiliki komposisi penduduk

yang terdiri dari 250 laki-laki dan 363 perempuan, dusun II terdiri dari 200

laki-laki dan 280 perempuan, dan dusun III memiliki komposisi terdiri dari 145

laki-laki dan 245 perempuan serta dusun IV terdiri dari 200 laki-laki dan 270

(56)

D. Susunan Kepanitian Pemilihan Kepala Kampung

Susunan kepanitiaan kepala Kampung Banjar Rejo berjumlah 97 orang yang

terdiri dari:

I. Ketua : Drs.As’arif

Wakil ketua : Slamet Al yasir, S.Pd

II. Sekertaris : Karmin

Wakil sekertaris : Mursalin, S.Pd

III. Bendahara : Watini

IV. Seksi-Seksi :

a. Seksi dana : Suprapto, Rohmat, Supriadi, Paidi, Nasikin,

Sulasdi, Zajali.M, Musliman, Muhsajid, Wagimin,

Gufron, Teguh, Karmin, Dalio, Rosidan, Kusni,

Tugino, Wardi, Slamet, Sardi, Sukardi, Samyani.

b. Sekertariat : Sodikin, Sriyani, Fatmawati, Zainal Abidin,

c. Mata Pilih : H. Ruyanto (Kepala Dusun I), Junaidi

(Kepala Dusun II), Slamet (Kepala Dusun III),

Tardi (Kepala Dusun IV), Seluruh Ketua RT

Sekampung Banjar Rejo.

d. Humas : Kuwat, Abu Sofyan,Sudarmanto, Dalio, Muntasir.

e. Penjaringan : Sumardi S.Ag, Sujoko S.Hi, Wakidi, Saebani,

(57)

f. Penyaringan : Sutrisno (A.Ma), Saparudin (S.pd), Sumaeri,

Nasrullah, Suparjo.

g. Perlengkapan : H. Ruyanto (Kepala Dusun 1), Junaidi (Kepala

Dusun II), Slamet (Kepala Dusun III), Tardi

(Kepala Dusun IV).

h. Keamanan : Sukio (Danton), Matsobirin, Agus Sunadi, Anwar

Tugianto, Kosim, Zainum, Nuryanto, Wasikin,

Sutrisno, Warno, Supono, Sardi, A.Nursalin,

A.Kosim, Hamidan, Waris, Muryanto, Royadi,

Satiman, Wajiyanto, Ngatimin, Samino, Mahmudi..

i. Konsumsi : Dwiyuli, Sri Amini, Estikomah,Sofia, Sri Warsiah,

Sarwanti, Siti Ngaisah, Siti Maryam, Yuli,

Juminem, Sarmi, Diah, Asih Wasiatun, Sri Ida

Kusuma, Samsiah.

(58)

E. Rincian Anggaran Belanja Pemilihan Kepala Kampung Banjar Rejo Sebagai Berikut:

Rincian anggaran belanja pemilihan Kepala Kampung Banjar Rejo sebagai

berikut:

Tabel 4. Rincian Anggaran Belanja Pemilihan Kepala Kampung Banjar Rejo

NO. KETERANGAN JUMLAH

1. Pembuatan/pengetikan DPS, DPT, pembuatan berita acra dan lain-lain serta fotocopy

Rp. 500.000,-

2. Tata pemerintahan kecamatan Rp. 500.000,- 3. Tanda tangan berita acara 6 orang Rp 3.000.000,- 4. Makan, minum, rokok 66 orang

a. makan 66 orang

b. rokok, gula, kopi, the, aqua c. snack

Rp. 1800.000,- Rp. 700.000,- Rp. 500.000,-

5. Sewa tarup, kursi, sound sistem a. tarup 2 unit

9. Transportasi awal sampai selesai Rp. 1000.000,- 10. Uang lelah:

(59)

F. Anggaran Rapat Panitia Pemilihan Kepala Kampung Banjar Rejo

Tabel 5. Anggaran Rapat Panitia Pemilihan Kepala Kampung Banjar Rejo

NO. KETERANGAN JUMLAH

1. Pembuatan/pengetikan DPS, DPT,

pembuatan berita acara dan lain-lain serta fotocopy

Rp. 500.000,-

2. Tata pemerintahan kecamatan Rp. 500.000,- 3. Tanda tangan berita acara Rp. 3000.000,-

4. Makan, minum, rokok Rp. 3000.000,-

5. Sewa tarup, kursi, sound sistem Rp 650.000,-

6. Keamanan Rp 1000.000,-

7. Tamu dari kabupaten dan kecamatan Rp 700.000,-

8. Wartawan Rp 500.000,-

9. Transportasi awal sampai selesai Rp 1000.000,-

10. Uang lelah panitia Rp 2450.000,-

11. Seragam panitia Rp 600.000,-

12. Alat masak Rp 150.000,-

13. Lain-lain Rp 500.000,-

TOTAL Rp 14.550.000,-

Sumber: Badan Permusyawaratan Kampung Banjar Rejo Kab. Lampung Tengah Tahun 2012

G. Hasil Penghitungan Suara

Adapun hasil penghitungan suara pada pemilihan Kepala Kampung di

Kampung Banjar Rejo pada tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 6 dan tabel 7.

Tabel 6. Hasil Penghitungan Suara Pemilihan Calon Kepala Kampung Banjar Rejo.

JUMLAH PEMILIH HASIL PENGHITUNGAN

SUARA JUMLAH

HADIR TIDAK SAH TIDAK SAH

1721 232 1703 18 1953

(60)

Tabel 7. Hasil Penghitungan Suara Berdasarkan Nama Calon Kepala Kampung Banjar Rejo.

No Nama Calon Hasil Perolehan

1. HAMIDI 714

2. KHAIRI 989

JUMLAH 1703

Sumber : Badan Permusyawaratan Kampung Banjar Rejo Kab.Lampung Tengah Tahun 2012

Berdasarkan rincian perolehan suara terbanyak sebanyak 989 suara jatuh

pada calon saudara Khairi dengan Nomor urut 2 yang dinyatakan sebagai

Gambar

Gambar 1. Tahapan Marketing Politik
Gambar 2. Bagan Kerangka Pikir Analisis Strategi Kampanye Politik Para Calon Kepala Kampung di Kampung Banjar Rejo, 2012
Tabel 1. Kondisi Demografi Kabupaten Lampung Tengah berrdasarkan
Tabel 2. Kondisi Demografi Kab. Lampung Tengah Berdasarkan Usia
+5

Referensi

Dokumen terkait

4.4.2 Pola Perumusan Pesan Kampanye Politik Dodi Mulyawan Dari Partai Nasional Demokrat Pada Masyarakat Daerah Pemilihan Kota Bogor III Sebagai Calon Anggota DPRD

Judul : Model Kampanye Politik Kandidat Kepala Daerah Kabupaten Malang Pada Pemilihan Umum Kepala Daerah 2015.. Disetujui Untuk Diuji Dihadapan Sidang Dewan Penguji Skripsi

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi subkategori attitude yang paling banyak muncul dalam slogan kampanye politik pada kain rentang kampanye politik

4 Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Dewan Pimpinan Partai Politik atau Tim Kampanye dalam melaksanakan kampaye pemilihan umum bertanggung jawab terhadap

4 Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Dewan Pimpinan Partai Politik atau Tim Kampanye dalam melaksanakan kampaye pemilihan umum bertanggung jawab terhadap

Penelitian ini bertujuan mengetahui bentuk kampanye politik yang dilakukan calon kepala daerah, dan menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi sikap pemilih pegawai negeri

Untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi pemasaran politik dalam kampanye calon legislatif terpilih Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada khalayak di masing-masing

5 KESIMPULAN Berdasarkan penyajian dan analis data dalam melakukan penelitian terkait analisis semiotika pada papan reklame iklan kampanye politik 2 kandidat calon walikota dan wakil