• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL BERTEMAN DENGAN KEMATIAN: CATATAN GADIS LUPUS KARYA SINTA RIDWAN DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL BERTEMAN DENGAN KEMATIAN: CATATAN GADIS LUPUS KARYA SINTA RIDWAN DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVELBERTEMAN DENGAN KEMATIAN: CATATAN GADIS LUPUSKARYA SINTA

RIDWAN DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

Oleh Andreas Zulfikar

Masalah penelitian ini adalah bagaimanakah nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novelBerteman Dengan Kematian: Catatan Gadis Lupus karya Sinta Ridwan dan pembelajarannya di SMA. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Berteman Dengan Kematian: Catatan Gadis Lupus karya Sinta Ridwan dan menilai layak atau tidaknya novel ini sebagai bahan pembelajaran di SMA ditinjau dari aspek-aspek pemilihan bahan ajar sastra. Yaitu, aspek kebahasaan, psikologis, dan latar belakang budaya. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Data bersumber dari Novel Berteman Dengan Kematian: Catatan Gadis Lupus karya Sinta Ridwan, diterbitkan oleh Penerbit Ombak, Yogyakarta, cetakan ke III pada bulan Oktober tahun 2011 ketebalan buku sebanyak xvi + 363 halaman.

Total terdapat 110 data mengenai nilai-nilai karakter yang terdapat dalam novel Berteman Dengan Kematian: Catatan Gadis Lupuskarya Sinta Ridwan, meliputi Religius 11 data, Jujur 11 data, Toleransi 4 data, Disiplin 4 data, Kerja Keras 7 data, Kreatif 10 data, Mandiri 8 data, Demokratis 2 data, Rasa Ingin Tahu 16 data, Semangat Kebangsaan 1 data, Cinta Tanah Air 2 data, Menghargai Prestasi 2 data, Bersahabat 6 data, Cinta Damai 2 data, Gemar Membaca 4 data, Peduli Sosial 15 data, dan Bertanggung Jawab 5 data. Sedangkan nilai karakter Peduli Lingkungan tidak ditemukan. Selanjutnya berdasarkan pendapat Sumardjo dan Saini (1997: 65), nilai-nilai pendidikan karakter yang telah ditemukan dikelompokan lagi berdasarkan (1) apa yang diperbuat atau dilakukan para tokoh mencakup 24 data, (2) ucapan-ucapannya (dialog) mencakup 10 data, (3) penggambaran sosial tokoh mencakup 26 data, (4) berdasarkan pikiran-pikirannya 11 data, dan (5) penerangan langsung dari pengarang mencakup 39 data.

Nilai-nilai pendidikan karakter dalam novelBerteman Dengan Kematian: Catatan Gadis Lupus karya Sinta Ridwan layak untuk dijadikan alternatif bahan ajar mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA khususnya kelas XI karena sudah memenuhi kriteria dalam pemilihan bahan ajar sastra ditinjau dari aspek kebahasaan, aspek psikologis, dan aspek latar belakang budaya.

(2)

Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Novel

Berteman Dengan

Kematian: Catatan Gadis Lupus

Karya Sinta Ridwan Dan

Pembelajarannya Di SMA

Oleh Andreas Zulfikar

Skripsi

sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 1 Januari 1989. Penulis anak kedua dari dua bersaudara, buah kasih dari Bapak Hi. Iwan Syafri dan Ibu Ritha Chairani. Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan sekolah dasar di SD Al Azhar Bandar Lampung pada tahun 2000, melanjutkan pendidikan di SLTP Abdurrahman Ibnu Auf Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2003, dan kemudian melanjutkan di SMA Negeri 12 Bandar Lampung lulus pada tahun 2006.

(7)

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis persembahkan skripsi ini kepada orang-orang terkasih.

1. Kedua orang tuaku, Hi. Iwan Syafri dan Dra. Ritha Chairani, M.Pd.I tercinta, yang selalu menantikan keberhasilan penulis dan terima kasih atas segala perjuangan, pengorbanan, kesabaran, kepercayaan, dan doa-doa yang tiada henti bagiku, serta cinta yang telah diberikan untukku;

2. Ibu Hj. Sri Wardani, SH., yang selalu mendukung dan mendoakan penulis untuk menyelesaikan skripsi, terima kasih atas segala cinta yang telah diberikan untukku;

3. Kakak-kakakku beserta keluarganya, abang Syarif dan keluarga, batin Rahma dan keluarga, kak Yuli (Almh), abang Kiki dan keluarga, teteh Tika dan keluarga, dan batin Anggra yang selalu memberikan dukungan dan doa-doanya, maaf jika selama ini belum bisa menjadi adik yang baik untuk kalian; 4. adikku satu-satunya, Muhammad Hijrah yang selalu menjadi penyemangat; 5. teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang

telah membantu dan memberi semangat kepada penulis untuk menyelesaikan karya tulis ini, serta;

(8)

MOTO

“Perjalanan hidup adalah sebuah proses dan kematian adalah final.

Kematian adalah jodoh yang pasti datang mendampingi kita untuk

melangkah di kehidupan yang baru.”

(Sinta Ridwan)

Pendidikan adalah upaya untuk memajukan budi pekerti

(kekuatan

batin, karakter), pikiran (intelek), dan jasmani anak didik.”

(Ki Hajar Dewantara)

“Banyak orang yang merasa pintar,

tapi terlalu sedikit yang pintar merasa.”

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kesehatan, karunia, rahmat, dan hidayah-Nya kepada kita semua, terutama penulis dan keluarga. Hanya kepada-Nya kembali segala sanjungan, kepada-Nya kami memohon pertolongan dan ampunan, dan atas ridhonya sehingga penulis mampu menyusun skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Karakter Dalam Novel Berteman Dengan Kematian: Catatan Gadis Lupus karya Sinta Ridwan dan Pembelajarannya di

SMAdengan baik, yang merupakan persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Dalam Penyusunan skripsi ini, penulis menyadari tidak dapat bekerja seorang diri melainkan bekerja sama dengan berbagai pihak. Maka atas terselesaikannya skripsi ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Bahasa dan Seni, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Lampung yang telah membimbing tugas ini hingga selesai;

2. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis;

3. Orangtua penulis yang tak henti-hentinya memberikan semangat, motivasi dan doa kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi;

(10)

5. Seluruh rekan-rekan mahasiswa pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Lampung;

6. Sahabat-sahabat dan teman-teman terbaik;

7. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu sehingga penulis mampu menyelesaikan karya ini.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan tugas ini serta tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan, khususnya dalam bidang Pendidikan Bahasa Indonesia.

Bandar Lampung, November 2015

(11)

SANWACANA

Alhamdulillah, Puji Syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahuwataalla yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi dengan judul Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Novel Berteman Dengan Kematian: Catatan Gadis Lupus Karya Sinta Ridwan dan

Pembelajarannya di SMA ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada pihak-pihak berikut.

1. Drs. Kahfie Nazaruddin, M.Hum., selaku dosen pembimbing pertama sekaligus Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah banyak memberikan bimbingan, kritik, dan saran serta memotivasi, membantu, dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini sampai selesai.

2. Drs. Ali Mustofa, M.Pd., selaku dosen pembimbing kedua yang telah banyak memberikan bimbingan, kritik, dan saran serta memotivasi, membantu, dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sampai selesai.

(12)

4. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Dra. Ni Nyoman Wety Suliani, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik yang telah membantu dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan perkuliahan. 6. Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum Selaku Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan dan Alumni.

7. Seluruh dosen program studi pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

8. Orangtua penulis ayahanda Hi. Iwan Syafri dan Ibunda Dra. Ritha Chairani, M.Pd.I yang tak henti-hentinya senantiasa mencurahkan kasih sayang yang tulus, cinta, doa, serta pengorbanan yang tiada henti-hentinya untuk kebahagiaan dan kesuksesan anak-anaknya.

9. Ibunda Hj. Sri Wardani, SH., yang turut memberikan doa-doa ikhlasnya kepada penulis agar segera menyelesaikan pendidikan.

10. Saudara-saudaraku, abang Syarif dan keluarga, batin Rahma dan keluarga, abang Kiki dan keluarga, Almh. Kak Yuli, teteh Tika dan keluarga, serta batin Anggra yang tidak lelah dan bosan memberi motivasi dan dukungan, baik dukungan material maupun dukungan spiritual.

11. Adikku satu-satunya, M. Hijrah yang selalu memberikan senyum kecilnya untuk keluarga.

12. Sahabat dan teman-teman terbaik. Adam Husein, ST., Adi Saputra, SP., Marzuki, SE., M. Zulkarnain, Amd., Septhian Van Palwa, S.Kom., Yoni Riawan Pribadi, Amd., M. Rizwan, S.Pd., Angga Pria Wibawa, SP., Bayu Nusantara Valwa, SH., Bidadari Ogika Eskabela, dan Antari Tarigan, ST. 13. Seluruh rekan-rekan Keluarga Kecil Batrasia NR 2007. Terima kasih atas

kebersamaan dan persaudaraan yang kita jalin sampai saat ini.

14. Rekan terbaik, Hamidi Rohim, S.Pd., Gr., Irmanto, S.Pd., Gr., dan Endriyan Sumaili, S.Pd., Gr., yang tak lelah terus memberikan motivasi kepada penulis. 15. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

(13)

16. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia angkatan 2011 yang tak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Terima kasih untuk kebersamaan kita yang singkat.

17. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Lampung yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu. 18. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia Universitas Lampung yang selalu bersama-sama menghabiskan hari menunggu kelulusan. Yoga Irawan, S.Pd., M.Pd., Buyung, S.Pd., Roni

Mustofa, Nur Kholis, dan Sukesih Hermansyah, S.Pd.

19. Guru-guru serta para siswa di SMA Trisukses Natar, Lampung Selatan tempat penulis melaksanakan praktik mengajar.

20. Rekan-rekan PPL penulis di SMA Trisukses Natar. Nizom, Anwar, Heru, Ira, Heni, Yunita, Emi, Lia, Titis, dan Devi.

21. Ibu Eka Kurniawati yang telah memberikan bantuan serta saran kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

22. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam segala hal sehingga penulis mampu menyelesaikan karya ini.

Semoga segala bantuan, bimbingan, motivasi, dan persahabatan yang telah diberikan mendapatkan pahala serta balasan dari Allah Subhanahuwataallah. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Aamiin Yarobbal‘Alamin.

Bandarlampung, November 2015 Penulis

(14)

DAFTAR ISI 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Manfaat Teoretis ... 6

1.4.2 Manfaat Praktis ... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. LANDASAN TEORI 2.1 Hakikat Sastra ... 8

2.2 Nilai-Nilai Karya Sastra ... 10

2.3 Pengertian Novel ... 12

2.4 Tinjauan Mengenai Karakter ... 13

2.4.1 Tokoh ... 13

2.4.2 Karakter ... 15

2.5 Pengertian Pendidikan Karakter ... 17

2.6 Fungsi Pendidikan Karakter ... 18

2.7 Tujuan Pendidikan Karakter ... 19

2.8 Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ... 20

2.8.1 Religius ... 21

2.8.9 Rasa Ingin Tahu ... 25

(15)

2.8.11 Cinta Tanah Air ... 25

2.8.12 Menghargai Prestasi ... 26

2.8.13 Bersahabat ... 26

2.8.14 Cinta Damai ... 27

2.8.15 Gemar Membaca ... 27

2.8.16 Peduli Lingkungan ... 27

2.8.17 Peduli Sosial ... 28

2.8.18 BertanggungJawab ... 28

2.9 Pendekatan Karya Sastra ... 29

2.10 Pembelajaran Sastra di Sekolah Menengah Atas (SMA) ... 30

III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 35

3.2 Data dan Sumber Data ... 36

3.3 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 36

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2.9 Rasa Ingin Tahu ... 56

4.2.10 Semangat Kebangsaan ... 58

4.2.11 Cinta Tanah Air ... 60

4.2.12 Menghargai Prestasi ... 62

4.2.13 Bersahabat ... 64

4.2.14 Cinta Damai ... 65

4.2.15 GemarMembaca ... 67

4.2.16 Peduli Lingkungan ... 70

4.2.17 Peduli Sosial ... 70

4.2.18 Bertanggung Jawab ... 74

4.3 Kelayakan NovelBerteman Dengan Kematian: Catatan Gadis Lupuskarya Sinta Ridwan Sebagai Bahan Pembelajaran di SMA ... 76

4.3.1 Kelayakan NovelBerteman Dengan Kematian: Catatan Gadis LupusKarya Sinta Ridwan Ditinjau dari Aspek Kurikulum ... 76

(16)

V. PENUTUP

5.1 Simpulan ... 86 5.2 Saran ... 87 DAFTAR PUSTAKA

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Rangkuman NovelBerteman Dengan Kematian: Catatan Gadis

LupusKarya Sinta Ridwan .

2. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam NovelBerteman Dengan Kematian: Catatan Gadis LupusKarya Sinta Ridwan.

3. Identifikasi Nilai-Nilai Karakter Dalam NovelBerteman Dengan Kematian: Catatan Gadis LupusKarya Sinta Ridwan

Berdasarkan pendapat Sumardjo dan Saini (1997: 65).

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan pengungkapan realitas kehidupan masyarakat secara imajiner. Dalam hal ini, pengarang mengemukakan realitas dalam karyanya berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan merupakan suatu kenyataan sosial yang mencakup hubungan manusia dengan masyarakat, hubungan manusia dengan alam, juga manusia dengan Tuhannya. Dari rangkaian peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat tersebut, pengarang menghasilkan sebuah karya satra kreatif dan imajinatif (Priyatni, 2010: 12).

Dalam menganalisis dan mengapresiasi sebuah karya sastra diperlukan pemahaman diri seorang pembaca. Untuk memahami seluk beluk karya sastra, perlu adanya apresiasi yang mendalam dari pembaca untuk memahaminya. Di antara berbagai lapisan pembaca dan penikmat karya sastra, siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan pelajar yang memiliki minat dan daya membaca terhadap karya sastra cukup baik.

(19)

2

daya apresiasi siswa terhadap karya sastra adalah dengan menghadapkan siswa secara langsung pada bentuk-bentuk karya sastra, misalnya novel.

Novel sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia imajinatif yang berisi tentang kehidupan yang dibangun melalui berbagai unsur instrinsiknya seperti alur, tokoh dan penokohan, latar, sedut pandang, tema dan amanat. Unsur-unsur tersebut sangat menentukan tercapainya suatu karya sastra yang baik dan memiliki nilai seni yang tinggi. Novel sebagai hasil cipta manusia menyajikan banyak hal yang menambah pengetahuan pembaca. Hal tersebut bisa didapat jika pembaca telah membaca novel dengan keseluruhan, bukan hanya membaca sinopsis novel saja.

Dalam sebuah novel, biasanya pembaca akan dihadapkan pada sejumlah permasalahan yang dihadirkan oleh pengarang. Terkait dengan keseluruhan isi cerita dalam novel tersebut, dan pembaca dapat mengambil nilai-nilai pembelajaran dari permasalahan yang disajikan di dalam novel.

Dalam kaitannya dengan pembelajaran sastra di SMA, karya sastra (novel) yang akan digunakan sebagai bahan ajar hendaknya melalui proses pemilihan. Perkembangan karya sastra saat ini telah menunjukan banyak peningkatan. Semakin banyak karya sastra dengan kisah beragam yang dapat dinikmati. Karya-karya tersebut diciptakan oleh pengarang dengan mengangkat cerita kehidupan berdasarkan pengalaman batin dan luasnya pengetahuan yang mereka miliki.

(20)

3

dijadikan bahan ajar. Akan sangat baik jika karya satra (novel) yang hendak dijadikan bahan ajar selain bisa memenuhi tuntutan materi juga memberikan pengalaman dan pengajaran yang bermanfaat bagi peserta didik, sehingga pembelajaran sastra yang berlangsung di kelas tidak hanya membentuk kepribadian yang bermoral.

Sejak tahun 2010, pemerintah melalui Kementrian Pendidikan Nasional mencanangkan penerapan pendidikan karakter bagi semua tingkat pendidikan, baik sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Program ini dicanangkan bukan tanpa alasan. Sebab, selama ini dunia pendidikan dinilai kurang berhasil dalam mengantarkan generasi bangsa menjadi pribadi-pribadi yang bermartabat. Pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh guru yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik (Elkind dalam Aunillah, 2011: 21). Dalam hal ini, guru membantu membentuk watak peserta didik agar senantiasa positif. Pendidikan karakter memiliki esensi yang sama dengan pendidikan moral atau akhlak. Dalam penerapan pendidikan karakte, faktor yang harus dijdikan sebagai tujuan adalah terbentuknya kepribadian peserta didik supaya menjadi manusia yang baik.

(21)

4

mengapresiasi sastra, akan tetapi juga membentuk karakter peserta didik sehingga menjadi pribadi yang bermoral. Dengan demikian kejelian guru dalam memilih novel yang akan dijadikan bahan ajar sastra sangatlah dibutuhkan.

Terkait dengan pembelajaran sastra di sekolah, materi menganalisis nilai-nilai dalam novel merupakan bagian dari pembelajaran sastra si Sekolah Menengah Atas (SMA). Dalam silabus KTSP jenjang SMA kelas XI semester pertama terdapat standar kompetensi membaca yakni memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan. Adapun kompetensi dasarnya adalah menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/novel tejemahan.

Berdasarkan hal yang telah diuraikan di atas, peneliti menganalisis nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel Berteman Dengan Kematian; Catatan Gadis Lupus karya Sinta Ridwan dan pembelajarannya di SMA. Hal ini sesuai dengan tujan pembelajaran sastra. Yaitu siswa mampu menikmati, menghayati, memahami, dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa (Depdiknas, 2006: 1).

Alasan peneliti memilih novelBerteman Dengan Kematian; Catatan Gadis Lupus karya Sinta Ridwan sebagai subjek penelitian adalah ;

1. menggunakan bahasa yang mudah dipahami karena sama seperti bahasa yang dipakai dalam kehidupan siswa sehari-hari.

(22)

5

3. mampu membeikan motivasi bagi siswa untuk menjadi pribadi yang lebih mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya agar lebih bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan agama.

4.

novel ini menceritakan tentang seorang perempuan bernama Sinta Ridwan,

dimana dia adalah seorang odapus. Odapus sendiri adalah istilah yang dipakai untuk menyebut orang yang mengidap penyakit lupus.

Dari segi isi novel ini melukiskan kisah seorang gadis kelahiran Cirebon, 11 Januari 1985 yang mengalami begitu banyak masalah di hidupnya, mulai dari keluarganya, teman-temannya dan pada akhirnya dia harus menerima bahwa dia pengidap penyakit lupus. Namun, dia tak mau larut meratapi nasibnya, dia sadar bahwa ada hidup yang harus dia lewati. Ada mimpi yang harus dia wujudkan, dia tak mamu membuang mimpi-mimpinya di tong sampah kehidupan. Walau dengan penyakit di tubuhnya, dia berusaha menjadi seseorang yang berguna untuk orang lain, dia berusaha membiayai kuliah pascasarjananya dan adiknya, dia hanya ingin penyakitnya tidak menjadi halangan untuk dia. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menganalisis nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novelBerteman Dengan Kematian: Catatan Gadis Lupuskarya Sinta Ridwan dan kelayakannya sebagai bahan ajar mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA.

(23)

6

Untuk Tuhan karya Agnes Danovar layak untuk dijadikan sebagai salah satu alternatif bahan ajar mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA khususnya pada kelas XI, hal ini berdasarkan kriteria pemilihan bahan pembelajaran sastra yang ditinjau dari aspek kurikulum dan aspek kesastraan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut. Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel Berteman Dengan Kematian: Catatan Gadis Lupus karya Sinta Ridwan dan kelayakannya sebagai bahan pembelajaran di SMA?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Berteman Dengan Kematian: Catatan Gadis Lupus karya Sinta Ridwan dan menilai layak atau tidaknya novel ini sebagai bahan pembelajaran di SMA ditinjau dari aspek-aspek pemilihan bahan ajar sastra. Yaitu, aspek kebahasaan, psikologis, dan latar belakang budaya.

1.4 Manfaat Penelitian

Suatu penelitian ilmiah harus memberikan manfaat secara teoretis maupun praktis sehingga teruji kualitas penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti. Adapun manfaat yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretis

(24)

7

penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan di dalam novel, serta memperkuat teori-teori di bidang mata pelajaran bahasa Indonesia.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada guru mengenai nilai-nilai pendidikan karakter yang tedapat dalam novel Berteman Dengan Kematian: Catatan Gadis Lupuskarya Sinta Ridwan sebagai bahan pembelajaran di SMA.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. novel Berteman Dengan Kematian: Catatan Gadis Lupus karya Sinta Ridwan.

2. nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novelBerteman Dengan Kematian: Catatan Gadis Lupuskarya Sinta Ridwan. Yaitu: Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, dan Bertanggung Jawab.

(25)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

Sebelum melakukan pembahasan penelitian, peneliti akan memaparkan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini. Teori-teori yang dikemukakan berupa pendapat yang didasarkan oleh penemuan dan penelitian terdahulu yang di dukung data dan argumentasi. Penelitian tentu membutuhkan sebuah landasan teori agar mampu menghasilkan fakta berdasarkan ilmu pengetahuan yang tepat.

2.1 Hakikat Sastra

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata sastra adalah “karya tulis yang

jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya”. Karya sastra berarti

karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah. Sastra memberikan wawasan yang umum tentang masalah manusiawi, sosial, maupun intelektual, dengan caranya yang khas. Pembaca sastra dimungkinkan untuk menginterpretasikan teks sastra sesuai dengan wawasannya sendiri.

(26)

9

Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan suatu kecakapan dalam menggunakan bahasa yang berbentuk dan bernilai sastra. Jelasnya faktor yang menentukan adalah kenyataan bahwa sastra menggunakan bahasa sebagai medianya. Berkaitan dengan maksud tersebut, sastra selalu bersinggungan dengan pengalaman manusia yang lebih luas daripada yang bersifat estetik saja. Sastra selalu melibatkan pikiran pada kehidupan sosial, moral, psikologi, dan agama. Berbagai segi kehidupan dapat diungkapkan dalam karya sastra.

Sastra dapat memberikan kesenangan atau kenikmatan kepada pembacanya. Seringkali dengan membaca sastra muncul ketegangan-ketegangan (suspense). Dalam ketegangan itulah diperoleh kenikmatan estetis yang aktif. Adakalanya dengan membaca sastra kita terlibat secara total dengan apa yang dikisahkan. Dalam keterlibatan itulah kemungkinan besar muncul kenikmatan estetis. Menurut Luxemburg dkk (1989) sastra juga bermanfaat secara rohaniah, dengan membaca sastra kita memperoleh wawasan yang dalam tentang masalah manusiawi, sosial, maupun intelektual dengan cara yang khusus.

Berdasarkan uraian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa sastra adalah hasil cipta manusia dengan menggunakan media bahasa tertulis maupun lisan, bersifat imajinatif, disampaikan secara khas, dan mengandung pesan yang bersifat relatif.

(27)

10

2.2 Nilai-Nilai Karya Sastra

Sastra akan memiliki manfaat di dalam kehidupan manusia jika didukung dengan kegiatan apresiasi sastra. Tentunya sastra sebagai institusi sosial yang menggunakan bahasa sebagai medianya harus diapresiasi jika kita ingin mendapatkan manfaatnya. Proses apresiasi terhadap karya sastra dapat berjalan secara optimal apabila dilakukan secara benar. Apresiasi terhadap karya sastra dapat dicapai apabila pembaca merasakan keterlibatan jiwa dengan karya sastra itu, dapat menikmati berbagai aspek karya sastra, menghargai kemampuan teknis penulis dalam menentukan gagasan, dan dapat menentukan relevansi karya sastra dengan kehidupan pembaca. Dengan merasakan relevansi itu maka pembaca akan dapat menyadari kebermaknaan karya sastra itu dalam kehidupan.

Karya sastra juga merupakan cerminan kehidupan manusia, dari karya sastra kita dapat mengambil pelajaran karena di dalamnya terdapat ajaran moral, estetika, dan berbagai hal yang menyangkut tata pergaulan sesama umat manusia. Nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastralah yang dapat dijadikan pelajaran.

(28)

11

hal menarik di dalam karya tersebut, melainkan hanya merasa terdoktrin dengan nasihat atau ajaran di dalamnya.

Masih banyak nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra. Menurut Frankena (dalam Kaelan, 2010: 87), nilai atau “Value” termasuk bidang kajian filsafat. Persoalan-persoalan tentang nilai dibahas dan dipelajari salah satu cabang filsafat yaitu filsafat nilai. Filsafat juga sering diartikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai. Istilah nilai di dalam bidang filsafat dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak yang artinya keberhargaan atau kebaikan, dan kata kerja yang artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian.

Dalam Dictionary of Sociology and Related Sciences dikemukakan bahwa nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau kelompok. Jadi nilai itu pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri. Sesuatu itu mengandung nilai artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu itu (Kaelan, 2010: 87).

Dalam Kosasih (2012: 46), dikemukakan bahwa nilai adalah sesuatu yang penting, berguna, atau bermanfaat bagi manusia. Semakin tinggi kegunaan suatu benda, maka semakin tinggi pula nilai dari benda itu. Sebaliknya, rendah kegunaan suatu benda maka semakin rendah pula nilai itu. Bernilai tidaknya suatu benda atau yang lainnya ditentukan oleh sudut pandang tertentu.

(29)

12

baik, religius atau tidak religius. Hal ini dihubungkan dengan unsur yang ada pada manusia, yaitu jasmani, cipta, rasa, karsa, dan kepercayaan. Sesuatu itu dikatakan memiliki nilai apabila sesuatu itu berguna, benar (nilai kebenaran), indah (nilai astetis), baik (nilai moral), religius (nilai agama) (Darmodiharjo, dkk, 1991: 50).

Manusia yang mengadakan penilaian terhadap sesuatu yang bersifat rohaniah menggunakan budi nuraninya dengan dibantu oleh inderanya, akalnya, perasaannya, kehendaknya, dan oleh keyakinannya. Sampai sejauh mana kemampuan dan peranan alat-alat bantu ini bagi manusia dalam menentukan penilaiannya tidak sama bagi manusia yang satu dengan yang lain. Jadi, bergantung kepada manusia yang mengadakan penilaian itu (Darmodiharjo, dkk, 1991: 51-52).

Nilai-nilai tersebut tergantung pada titik tolak dan sudut pandang masing-masing. Dalam penelitian ini, nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel yang menjadi sorotan utama penelitian.

2.3 Pengertian Novel

(30)

13

macam gambaran realita kehidupan melalui cerita yang terkandung di dalam novel tersebut.

Virginia Wolf mengatakan bahwa “sebuah roman atau novel ialah terutama sekali

sebuah eksplorasi atau suatu kronik penghidupan; merenungkan dan melukiskan dalam bentuk tertentu, pengaruh, ikatan, hasil, kehancuran, atau tercapainya gerak gerik manusia.” (dalam Lubis dalam Tarigan, 2011: 167). Menurut H.E. Batos “sebuah roman, pelaku-pelaku mulai dengan waktu muda, mereka menjadi tua, mereka bergerak dari sebuah adegan ke sebuah adegan yang lain, dari suatu tempat ke tempat lain.” (dalam Lubis dalam Tarigan,2011: 167).

Sedangkan menurut Nurgiantoro, novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangn melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut pandang, dan lain-lain yang kesemuanya tentu saja juga bersifat imajinatif. Novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih deril, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks.

Novel merupakan karya sastra yang memiliki kesatuan yang utuh. Kesatuan yang utuh itu dibangun oleh unsur-unsur yang saling terpadu. Unsur-unsur pembentuk novel salah satunya ialah tokoh dan penokohan atau bisa di sebut pula karakter.

2.4 Tinjauan Mengenai Karakter 2.4.1 Tokoh

(31)

14

oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecendrungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Mungkin kita sudah tidak asing lagi dengan pengertian tokoh dalam karya sastra khususnya prosa cerita (novel, cerpen, hikayat, dongeng). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa yang namanya tokoh dalam karya sastra adalah sosok yang benar-benar mengambil peran dalam cerita tersebut. Atau kalau kita buat sebuah perbandingan, jika naskah tersebut akan dimainkan atau difilmkan, sosok tersebut membutuhkan aktor (pemain).

Dengan melihat definisi di atas, kita dapat melihat bahwa tokoh dalam cerita memiliki variasi fungsi atau peran mulai dari peran utama, penting, agak penting, sampai sekedar penggembira saja. Perbedaan peran inilah yang menjadikan tokoh mendapat predikat sebagai tokoh utama (sentral), tokoh protagonis, antagonis, peran pembantu utama (tokoh andalan), tokoh tidak penting (figuran), dan tokoh penggembira (lataran). Jadi yang dimaksud dengan tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa atau lakukan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada umumnya tokoh berwujud manusia, dapat pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan.

Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Seorang tokoh cerita dikatakan wajar, relevan, jika mencerminkan dan mempunyai kemiripan dengan kehidupan manusia sesungguhnya (lifelike). Tokoh cerita hendaknya bersifat alami, memiliki sifat lifelikeness, ”kesepertihidupan”,

(32)

15

2.4.2 Karakter

Secara terminologi (istilah), karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya yang bergantung pada faktor kehidupannya sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan nilai-nilai prilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya dimana manusia mempunyai banyak sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri.

Definisi ini diambil dari “The stamp of individually or group impressed by nature,

education or habit. Karakter dapat juga diartikan sama dengan akhlak dan budi pekerti, sehingga karakter bangsa identik dengan akhlak bangsa atau budi pekerti bangsa. Bangsa yang berkarakter adalah bangsa yang berakhlak dan berbudi pekerti, sebaliknya bangsa yang tidak berkarakter adalah bangsa yang tidak atau kurang berakhlak atau tidak memiliki standar norma dan perilaku yang tidak baik.

Elfidri berpendapat bahwa karakter anak adalah kualitas mental atau kekuatan moral, akhlak atau budi pekerti yang merupakan kepribadian khusus yang harus melekat kepada anak-anak bangsa ini. Menurut Elfidri, karakter terbagi atas empat, yaitu.

(33)

16

b) karakter kuat, dapat ditemukan seperti tangguh, ulet, mempunyai daya juang yang kuat serta pantang mengalah/menyerah.

c) karakter jelek, misalnya licik, egois, serakah, sombong, tinggi hati (snoobish), pamer, atau suka ambil muka, dan sebagainya.

d) karakter baik, misalnya jujur, terpercaya, rendah hati, amanah dan sebagainya.

Soemarno Soedarsono berpendapat tentang kepribadian, karakter dan temperamen memiliki kesamaan, dimana kepribadian adalah totalitas kejiwaan yang menampilkan sisi yang didapat dari keturunan (orang tua dan leluhur) dan sisi yang diperoleh dari pendidikan, pengalaman hidup dan lingkungannya (Soemarno Soedarsono, 2002: 49). Menurut Soemarno Soedarsono, sisi yang menonjol yang banyak didapat dari faktor keturunan (leluhur, orang tua yang bersifat genetik) berwujud dalam bakat, kecerdasan dan temperamen. Dalam hal ini temperamen merupakan sesuatu yang sulit untuk. Sisi yang diperoleh dari pendidikan serta yang dibentuk dan diperoleh dari pengalaman hidup berwujud dalam pengetahuan, keterampilan dan watak. Watak ini dapat diubah, agar menjadi pribadi unggul yang efektif, pribadi harus memiliki watak terpuji.

Freud mengatakan di dalam buku Integrasi Psikologi dengan Islam, tentang Watak adalah “a system of strifing with underlie behavior” artinya sistem upaya yang melandasi prilaku (Soemarno Soedarsono, 2002: 50). Dalam pandangan lain, Erich Fromn menyatakan bahwa watak adalah;

“Alasan-alasan yang disadari atau tidak disadari mengapa seorang memiliki tindakan-tindakan tertentu.”

(34)

17

“Watak harus dicari dalam corak hubungan seseorang dengan lingkungannya, baik dengan lingkungan benda(asimilasi)maupun dengan lingkungan sesama manusia(sosialisasi).

Dari uraian tentang watak menurut Erich Fromn di atas dapat disimpulkan bahwa pribadi seseorang menampilkan dua sisi, yaitu sisi yang diperoleh dari faktor genetik dan sisi yang di dapat dari faktor pengalaman hidup atau hasil pendidikan yang diperoleh.

Berdasarkan pemaparan mengenai karakter yang dikemukakan oleh para pakar di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pengertian karakter adalah watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti. Dengan demikian karakter dapat disamakan dengan akhlak yang melekat pada diri seseorang yang di dapat dari keturunan (orang tua dan leluhur) dan dari sisi yang diperoleh dari pendidikan, pengalaman hidup dan lingkungannya.

2.5 Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujudinsan kamil.

(35)

18

menyampaikan materi, bertoleransi, serta berbagai hal terkait lainnya. Adapun T. Ramli (dalam Fathurrohman, 2013: 15) menyatakan bahwa pendidikan karakter memiliki esensi yang sama dengan pendidikan moral atau akhlak. Dalam penerapan pendidikan karakter, faktor yang harus dijadikan sebagai tujuan adalah terbentuknya kepribadian peserta didik supaya menjadi manusia yang baik, dan hal itu sama sekali tidak terikat dengan angka dan nilai. Dengan demikian, dalam konteks pendidikan di Indonesia, pendidikan karakter ialah pendidikan nilai, yakni penanaman nilai-nilai luhur yang digali dari budaya bangsa Indonesia.

Secara singkat, pendidikan karakter bisa diartikan sebagai sebuah bantuan sosial agar individu itu dapat bertumbuh dalam menghayati kebebasannya dalam hidup bersama dengan orang lain dalam dunia. Pendidikan karakter bertujuan membentuk setiap pribadi menjadi insan yang berkeutamaan. Pendidikan karakter sebagai sebuah pedagogi memiliki tujuan agar setiap pribadi semakin menghayati individualitasnya, mampu mengagapai kebebasan yang dimilikinya sehingga ia dapat semakin bertumbuh sebagai pribadi maupun sebagai warga negara yang bebas dan bertanggungjawab moral integral atas kebersamaan hidup dengan yang lain di dalam dunia.

2.6 Fungsi Pendidikan Karakter

(36)

19

1) Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi berprilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa.

2) Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat. 3) Penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa

lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermatabat (Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, 2010: 7).

2.7 Tujuan Pendidikan Karakter

Seperti halnya dengan kurikulum yang telah berlaku sebelumnya, pendidikan karakter memiliki tujuan tersendiri dalam pengembangannya. Berikut beberapa tujuan pendidikan karakter yang akan dicapai.

1) mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.

2) mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.

3) menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa.

(37)

20

5) mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreatifitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, 2010: 7).

2.8 Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa, nilai-nilai yang dikembangkan di identifikasi dari empat sumber, yakni agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional.

Sumber Pertama, Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan individu, masarakat, dan bangsa selalu didasari oleh ajaran agama dan kepercayaanya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.

(38)

21

Sumber Ketiga, Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak disadari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antara anggota masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.

Sumber Keempat, Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan diberbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

Berdasarkan keempat sumber nilai tersebut, teridentifikasi 18 nilai pendidikan karakter yang dapat dikembangkan sekolah dalam menentukan keberhasilan pendidikan karakter yaitu Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, dan Bertanggung Jawab. Setiap nilai pendidikan karakter dijabarkan sebagai berikut.

2.8.1 Religius

(39)

22

dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Hal yang mestinya dikembangkan dalam diri anak didik. Terbangunnya pikiran, perkataan dan tindakan anak didik yang diupayakan senantiasa berdasarkan nilai-nilai ketuhanan atau yang bersumber dari ajaran agama yang dianutnya. Jadi, agama yang dianut oleh seseorang benar-benar dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari (Azzet, 2011: 88). Hubungan manusia dengan Tuhannya dapat tercermin dari sikap pandai bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Tuhan serta taat beribadah, seperti salat lima waktu bagi umat Islam, sedangkan hubungan manusia dengan makhluk ciptaan lainnya salah satunya dapat tercermin dari sikap menghargaai perbedaan agama, menghormati orang lain, toleransi terhadap pelaksanaan ibadah agama lain dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2.8.2 Jujur

Jujur merupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan diri sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan. Nilai kejujuran sangat penting untuk dibangun dalam diri seseorang karena kejujuran merupakan kunci sukses seseorang dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Orang yang melalaikan prinsip kejujuran tentunya akan menghadapi masalah dalam kehidupannya karena tidak dipercaya oleh orang lain dan lingkungan sekitarnya. Selain itu, orang yang tidak jujur biasanya akan melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan orang lain (Azzet, 2011: 31).

2.8.3 Toleransi

(40)

23

menghargai adanya perbedaan pendapat, bergaul dan bersahabat dengan orang lain tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras dan status sosial. Toleransi merupakan hal yang sangat penting untuk membangun kehidupan bersama yang damai dan menyenangkan. Dengan adanya sikap toleransi terhadap keragaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial di dalam masyarakat, maka akan tercipta suatu masyarakat yang damai dan jauh dari pertentangan. Nilai toleransi sangatlah penting dibentuk dalam diri seseorang karena manusia adalah makhluk sosial yang harus berinteraksi dengan banyak orang dari latar belakang yang berbeda-beda.

2.8.4 Disiplin

Disiplin ialah merupakan tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Menipisnya atau bahkan hilangnya sikap disiplin para peserta didik memang merupakan masalah serius yang dihadapi oleh dunia pendidikan. Dengan tiadanya sikap disiplin, tentu saja proses pendidikan tidak akan berjalan secara maksimal, sehingga keadaan itu akan menghambat tercapainya cita-cita pendidikan. Akibat lain yang bakal timbul oleh peserta didik yang karakter disiplinnya kurang terbangun dengan baik adalah terpupuknya kebiasaan dan kecenderungan untuk berani melakukan berbagai pelanggaran, baik disekolah maupun luar sekolah.

2.8.5 Kerja Keras

(41)

24

sehari-hari dapat dilihat dari tindakan yang bersungguh-sungguh dalam bekerja dan belajar, menggunakan waktu secara efektif dan efisien untuk menyelesaikan suatu pekerjaan serta optimis terhadap hal atau pekerjaan yang diusahakan.

2.8.6 Kreatif

Kreatif dapat diartikan sebagai suatu kegiatan berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Salah satu tanda orang yang berkarakter baik adalah bisa menggunakan akalnya dengan baik. Salah satunya adalah bisa mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain untuk menjadi bekal agar dapat berpikir secara logis, kritis, dan kreatif (Azzet, 2011: 71). Dalam rangka mengembangkan potensi kreativitas peserta didik, maka pendekatan yang bisa menstimulasi kemampuan, terutama kemampuannya dalam menyelesaikan masalah secara sistematis sangatlah dibutuhkan. Kemampuan menyelesaikan berbagai masalah dapat diartikan sebagai berkembangnya wawasan peserta didik yang akhirnya dapat berimplikasi terhadap kreativitasnya.

2.8.7 Mandiri

(42)

25

yang dijalani oleh peserta didik akan menjadi lancer sehingga guru juga dapat menikmati tugas mengajarnya. Peserta didik yang mandiri bisa melayani kebutuhannya sendiri sekaligus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

2.8.8 Demokratis

Demokratis merupakan cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain dan mendasarkan setiap keputusan pada musyawarah mufakat. Perilaku demokratis adalah perilaku seseorang yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi. Sikap atau perilaku yang demokratis dapat mendukung pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi.

2.8.9 Rasa Ingin Tahu

Rasa ingin tahu ialah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan di dengar. Sistem pembelajaran diarahkan untuk mengeksplorasi keingintahuan siswa.

2.8.10 Semangat Kebangsaan

Semangat Kebangsaan merupakan cara berfikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Memperingati hari-hari besar nasional, meneladani para pahlawan nasional, mengikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan kebangsaan, serta melaksanakan upacara rutin sekolah.

2.8.11 Cinta Tanah Air

(43)

26

kelompoknya, menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa. Sikap yang menunjukkan cinta tanah air di antaranya adalah merasa bangga dan peduli terhadap produk-produk dalam negeri dan mau untuk menggunakannya, misalnya dalam bidang pertanian, perikanan, industri, dan teknologi. Selain itu, sikap cinta tanah air dapat diwujudkan dengan sikap bangga dan peduli terhadap kekayaan dan keberagaman seni dan budaya di Indonesia.

2.8.12 Menghargai Prestasi

Menghargai prestasi merupakan sikap dan tindakan yang mendorong seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mau mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain. Sikap menghargai prestasi dapat tercermin pula dari sikap memiliki cita-cita tinggi, berperilaku rajin belajar untuk berprestasi serta menghargai temuan-temuan yang dihasilkan manusia dalam bidang ilmu, teknologi, sosial, budaya dan seni. Mengabadikan dan memajang hasil karya siswa di sekolah, memberikanrewardsetiap warga sekolah yang berprestasi, serta melatih dan membina generasi penerus untuk mencontoh hasil atau prestasi generasi sebelumnya.

2.8.13 Bersahabat

(44)

27

yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain, bergaul dengan cinta kasih dan rela berkorban, serta mampu berkomunikasi dengan bahasa yang santun.

2.8.14 Cinta Damai

Cinta damai ialah merupakan sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya, menciptakan suasana yang tentram, tidak menoleransi segala bentuk tindak kekerasan serta mendorong terciptanya keharmonisasian.

2.8.15 Gemar Membaca

Gemar membaca merupakan sebuah kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. Orang yang gemar membaca adalah pertanda bahwa seseorang tersebut memiliki karakter yang ingin berkembang dengan selalu menambah ilmu pengetahuan. Sikap gemar membaca ini merupakan karakter yang sangat penting untuk dikembangkan karena dengan membaca seseorang dapat menemukan dunia lain yang akan menambah wawasan pengetahuannya. Membaca merupakan tradisi yang harus dikembangkan oleh bangsa kita saat ini juga baik itu membaca koran, majalah, buku-buku sains, seni, sastra, bahasa, teknologi dan sebagainya (Azzet, 2011: 79).

2.8.16 Peduli Lingkungan

(45)

28

organik dan sampah non organik dan juga menyediakan kamar mandi, air bersih dan tempat cuci tangan.

2.8.17 Peduli Sosial

Peduli sosial merupakan suatu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Peduli sosial adalah karakter yang sangat penting untuk dikembangkan karena dengan sikap ini akan tercipta sebuah kerukunan, kedamaian dan kebahagiaan dalam bergaul. Sikap yang menunjukkan peduli sosial diantaranya adalah dengan menunjukkan sikap empati dan mau membantu orang lain yang sedang mengalami kesulitan, membangun kerukunan dengan orang lain, serta mau mengikuti kegiatan–kegiatan sosial.

2.8.18 Bertanggung Jawab

(46)

29

inilah yang akhirnya dapat mengantarkannya dalam mencapai keberhasilan seperti yang diinginkan.

2.9 Pendekatan Karya Sastra

Penelitian sastra berangkat dari suatu pola tertentu yang dirumuskan di dalam kerangka perumusan dasar-dasar teoretis penelitian. Berdasarkan pemikiran tersebut, sastra mungkin dilihat atau di deteksi melalui suatu sudut pandang. Abrams dalam Teeuw (2003: 43) membagi pendekatan karya sastra menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut.

1) pendekatan objektif, merupakan pendekatan yang menitikberatkan karya itu sendiri. Pendekatan ini memandang karya sastra sebagai dunia yang otonom, tetap tersendiri dan besinambung, sama sekali tidak

membutuhkan hal-hal lain di luar dirinya dengan memusatkan pada segi-segi unsur intrinsik.

2) pendekatan ekspresif, merupakan pendekatan yang menitikberatkan pada penulis, menekankan pikiran penulis dan kehidupannya, menonjolkan peranan pengarang di dalam interpetasi teks, serta berupaya menemukan kembali maksud pengarang.

3) pendekatan mimetik, merupakan pendekatan yang menitikberatkan semesta, bahwa karya satra atau seni yang merupakan pembayangan atau cerminan kehidupan nyata.

(47)

30

Berdasarkan keempat pendekatan tersebut, peneliti lebih memfokuskan penelitian ini dengan menggunakan pendekatan pragmatik, yaitu pendekatan yang memandang karya sastra sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca. Tujuan tersebut dapat berupa tujuan politik, pendidikan, moral, agama, maupun tujuan yang lain. Dalam pendekatan ini cenderung menilai karya sastra menurut keberhasilannya dalam mencapai tujuan tertentu bagi pembaca. Dalam praktiknya pendekatan ini mengkaji dan memahami karya sastra berdasarkan fungsinya untuk memberikan pendidikan (ajaran) moral, agama, maupun fungsi lainnya. Semakin banyak nilai pendidikan moral dan agama yang terdapat dalam karya sastra dan berguna bagi pembacanya, makin tinggi nilai karya sastra tersebut. Pendidikan dan pengajaran yang dapat mengantarkan pembaca kepada suatu arah tertentu. Oleh sebab itu, karya sastra yang baik adalah karya sastra yang memperlihatkan tokoh-tokoh yang memiliki kebijaksanaan dan keaifan sehingga pembaca dapat mengambil pelajaran.

2.10 Pembelajaran Sastra di Sekolah Menengah Atas (SMA)

Pembelajaran sastra di sekolah merupakan bagian dari mata pelajaran bahasa Indonesia. Tujuan pembelajaran sastra adalah agar siswa dapat memperoleh pengertian yang baik tentang manusia dan kemanusiaan, mengenal nilai-nilai dan mendapatkan ide-ide baru. Salah satu upaya untuk meningkatkan daya apresiasi siswa terhadap karya sastra adalah dengan menghadapkan siswa secara langsung pada bentuk-bentuk karya sastra, misalnya novel.

(48)

31

menggunakan novel sebagai bahan ajar. Standar Kompetensi: memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan. Kompetensi Dasar: menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/novel terjemahan.

Pembelajaran novel di Sekolah Menengah Atas (SMA) selayaknya penting karena di dalamnya banyak mengandung nilai-nilai yang dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Penilaian terhadap pengajaran novel kadang disepelekan oleh kalangan awam padahal kemampuan penghayatan mereka terhadap sastra yang terlalu sempit. Mereka beralasan bahwa pengajaran novel tidak langsung dapat dirasakan oleh subjek secara nyata, tidak seperti pengajaran yang lainnya.

Sebagai seorang pengajar, dalam menyampaikan materi mengenai sastra seorang guru seharusnya tidak hanya memberikan teori-teori tentang sastra, tetapi juga memberikan hal-hal yang mengarah pada pembinaan apresiasi sastra yang mencakup adanya pemberian kesempatan untuk mencoba sendiri menciptakan sastra. Hal itu perlu diperhatikan guru karena mempelajari sastra dengan tepat dapat memberi manfaat bagi siswa, seperti (1) membantu keterampilan berbahasa, (2) meningkatkan pengetahuan sosial dan budaya, (3) mengembangkan cipta dan karsa, (4) menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1993: 16).

(49)

32

siswa sebagai pembaca akan memperoleh suatu pelajaran yang berharga dalam menyikapi kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu memilih novel yang sesuai dan mendukung proses pengapresiasian tersebut demi tercapainya tujuan pembelajaran sastra di sekolah.

Pada hakikatnya pendidikan dilaksanakan bukan sekedar untuk mengejar nilai-nilai, melainkan memberikan pengarahan kepada peserta didik agar dapat bertindak dan bersikap benar sesuai dengan kaidah-kaidah dan spirit keilmuan yang dipelajarai (Syafinuddin dalam Aunillah, 2011: 10). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan dilaksanakan tidak hanya untuk melahirkan generasi-generasi cerdas, namun sekaligus generasi yang berbudi luhur yang merupakan cerminan dari kecerdasan itu sendiri. Untuk itu pendidikan karakter sangat dibutuhkan untuk membentuk kepribadian dan watak peserta didik hingga menjadi pribadi yang bermoral.

(50)

33

kepribadian peserta didik supaya menjadi manusia yang baik. Seseorang dianggap memiliki karakter baik apabila ia mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang potensi dirinya serta mampu mewujudkan potensi itu dalam sikap dan tingkah lakunya. Adapun ciri yang dapat dicermati pada seseorang yang mampu memanfaatkan potensi dirinya adalah terpupuknya sikap-sikap terpuji, seperti jujur, percaya diri, bersikap kritis, analitis, peduli, kreatif-inovatif, mandiri, bertanggung jawab, sabar, berhati-hati, tegas, rela berkorban, berani, rendah hati, bekerja keras, disiplin, mampu mengendalikan diri, sportif, tekun, ulet, berhati lembut. Dengan demikian, para peserta didik yang disebut berkarakter baik adalah mereka yang selalu berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya disertai dengan kesadaran, emosi, dan motivasi (perasaan). (Aunillah, 2011: 21).

(51)

34

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Berteman Dengan Kematian: Catatan Gadis Lupus karya Sinta Ridwan. Oleh sebab itu, perlu digunakan suatu metode untuk mencapai tujuan penelitian tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif diartikan sebagai suatu metode yang bermaksud untuk membuat deskripsi atau gambaran untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain (Moleong, 2005: 6). Dalam metode kualitatif, metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen seperti memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu maupun kelompok orang.

(53)

✂6

3.2 Data dan Sumber Data

Data yang dianalisis dalam penelitian ini berupa kata, kalimat, paragraf, atau kutipan teks yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel

“Berteman Dengan Kematian: Catatan Gadis Lupus” karya Sinta Ridwan. Nilai

pendidikan karakter yang dimaksud adalah nilai Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, dan Bertanggung Jawab.

Sumber data dalam penelitian ini adalah novelBerteman Dengan Kematian: Catatan Gadis LupusKarya Sinta Ridwan, tebal xvi + 363 halaman. Cetakan ke III Oktober 2011 oleh Penerbit Ombak, Yogyakarta.

3.3 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Teknik pengumpulan data dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah teknik analisis teks. Teknik ini digunakan untuk mendeskripsikan delapan belas nilai-nilai karakter yaitu nilai Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, dan Tanggung Jawab yang terkandung dalam novel “Berteman Dengan Kematian: Catatan Gadis Lupus” karya Sinta Ridwan. Peneliti menganalisis nilai-nilai karakter dengan menggunakan prosedur penelitian sebagai berikut:

(54)

37

2) Mengidentifikasi nilai-nilai karakter dalam novelBerteman Dengan Kematian: Catatan Gadis Lupuskarya Sinta Ridwan melalui apa yang diperbuat atau dilakukan para tokoh, ucapan-ucapannya (dialog),

penggambaran sosial tokoh, pikiran-pikirannya dan penerangan langsung dari pengarang. (Sumardjo dan Saini, 1997: 65)

3) Mengklasifikasikan data pada penggalan novel yang memilki nilai karakter. 4) Membuat deskripsi temuan-temuan berdasarkan karakter tokoh yang

dilakukan pengarang disertai pengutipan teks.

(55)

86

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan apa yang telah penulis uraikan dalam bab sebelumnya, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:

1. Total terdapat 110 data mengenai nilai-nilai karakter yang terdapat dalam novel Berteman Dengan Kematian: Catatan Gadis Lupus karya Sinta Ridwan, meliputi Religius 11 data, Jujur 11 data, Toleransi 4 data, Disiplin 4 data, Kerja Keras 7 data, Kreatif 10 data, Mandiri 8 data, Demokratis 2 data, Rasa Ingin Tahu 16 data, Semangat Kebangsaan 1 data, Cinta Tanah Air 2 data, Menghargai Prestasi 2 data, Bersahabat 6 data, Cinta Damai 2 data, Gemar Membaca 4 data, Peduli Sosial 15 data, dan Bertanggung Jawab 5 data. Sedangkan nilai karakter Peduli Lingkungan tidak ditemukan.

2. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Berteman Dengan Kematian: Catatan Gadis Lupus karya Sinta Ridwan layak untuk dijadikan alternatif bahan ajar mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA khususnya kelas XI karena sudah memenuhi kriteria dalam pemilihan bahan ajar sastra ditinjau dari aspek kebahasaan, aspek psikologis, dan aspek latar belakang budaya. 3. Dalam novel ini sosok Sinta merupakan seseorang yang memiliki sikap

(56)

87

semenjak ia kecil hingga sekarang. Tentang getirnya masa kanak-kanak, penderitaan psikologis akibat keluarga yang berantakan, perasaannya ketika ditinggal dua orang terdekatnya disaat yang hampir bersamaan, perjuangan hidupnya di kota kembang, penyangkalannya akan lupus yang membuatnya tidak dapat menerima kenyataan dan menjadi perokok, hingga berdamai dengan lupus. Hal tersebut semakin membuatnya kuat dan berusaha lebih keras untuk tetap hidup.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang di dapat dari hasil penelitian nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Berteman Dengan Kematian: Catatan Gadis Lupus karya Sinta Ridwan dan kelayakannya sebagai bahan ajar mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut.

a. para peneliti yang mengkaji tentang nilai pendidikan karakter dalam novel dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan acuan pendamping;

b. para pengajar bidang studi bahasa indonesia dapat menjadikan novel ini sebagai salah satu alternatif media pengajaran yang dapat menambah pengetahuan siswa tentang novel, kehidupan, dan nilai pendidikan karakter yang terdapat di dalamnya.

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2011.Pendidikan Karakter. Bandung: Yrama Widya.

Aunilla, Nurla Isna. 2011.Paduan Menerapkan Pendidikan karakter di Sekolah. Yogyakarta: Laksana.

Azzet, Akhmad Muhaimin. 2011.Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Belawati Ph. D, Tian. 2003.Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Darmodihardjo, dkk. 1991.Santiaji Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional. Elfindri, dkk. 2012.Pendidikan Karakter: Kerangka, Metode dan Aplikasi untuk

Pendidik dan Profesional. Jakarta: Baduose Media.

Esten, Mursal. 1987.Kritik Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa.

Fathurrohman, dkk. 2013. Pengembangan Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama.

Fitri, Agus Zaenul. 2012.Pendidikan Karakter Berbasis Nilai & Etika di Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Kaelan, M.S. 2010.Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Kara, Shelia. 2012.Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Novel Surat Kecil Untuk Tuhan dan Kelayakannya Sebagai Bahan Ajar di SMA. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Kementerian Pendidikan Nasional. 2010.Panduan Penerapan Pendidikan Karakter di Sekolah.Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kuikulum.

Keraf, Gorys. 1982.Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia.

Kosasih, E. 2012.Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya.

Lubis, Hasan. 1994.Glosarium Bahasa dan Sastra. Bandung: Angkasa.

(58)

Margono, S. 2007.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Moleong, Lexy J. 2005.Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gramedia. Mulyasa, H. E. 2009.Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Jakarta: Bumi Aksara.

Muslich, Masnur. 2011.Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurgiantoro, Burhan. 1994.Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas.

Rahmanto, Bernadus. 1993.Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Ridwan, Sinta. 2011.Berteman Dengan Kematian: Catatan Gadis Lupus.

Yogyakarta: Ombak.

Soedarsono, H. Soemarno. 2002.Character Building = Membentuk Watak : Mengubah Pemikiran, Sikap, dan Perilaku untuk membentuk pribadi efektif guna mencapai sukses sejati.Jakarta : Elex Media Komputindo.

Sulistyowati, Endah. 2012.Implementasi Kurikulum Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Citra Aji Parama.

Sumardjo, Jakop dan Saini K.M. 1997.Apresiasi Kesusasteraan. Jakarta: Gramedia.

Tarigan, Henry Guntur. 2012.Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Teeuw, A. 2003.Sastra dan Ilmu Sastra.Jakarta: Gramedia.

Unila. 2013.Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Bandarlampung: Universitas Lampung.

Wellek, Rene dan Werren, Austin. 1989.Teori Kesustraan. Jakarta: Gramedia. Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka.

Referensi

Dokumen terkait

Latar yang dibahas dalam novel ini ada tiga yaitu latar waktu, tempat, dan sosial budaya, (3) Nilai moral dalam novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala meliputi moral kejujuran,

Nilai-nilai pendidikan ini juga merupakan hasil dari setiap proses kehidupan yang berlangsung dalam diri tokoh pada novel Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela.. Setiap proses yang

Nilai inti karakter yang bertumpu pada cerdas, jujur, peduli, dan tangguh yang terdapat pada ketiga novel karya anak usia 10 tahun memberikan bukti bahwa nilai

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa novel Dunia Kecil karya Yoyon Indra Joni mengandung nilai pendidikan karakter. Nilai pendidikan karakter dalam novel

Dilatar belakangi dari begitu banyaknya nilai dalam sebuah karya sastra salah satunya adalah novel, dimana novel mengandung nilai pendidikan karakter, pendidikan sosial,

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa novel Dunia Kecil karya Yoyon Indra Joni mengandung nilai pendidikan karakter. Nilai pendidikan karakter dalam novel

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan karakter terdapat pada novel Perahu Kertas karya Dewi Lestari dengan nilai yang dominan nilai kreatif,

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk menganalisis nilai moral dalam novel 00.00 karya Ameyelia Falensia menggunakan pendekatan sosiologi sastra, Judul penelitian ini