ANALISIS KINERJA ROUTING DINAMIS PADA
TOPOLOGI MESH DENGAN TEKNIK OSPF (OPEN
SHORTEST PATH FIRST) DALAM JARINGAN LAN
(LOCAL AREA NETWORK) MENGGUNAKAN CISCO
PACKET TRACER
Diajukan untuk memenuhi salah satu peryaratan menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro Sub Konsentrasi Teknik
Telekomunikasi
Oleh
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
ABSTRAK
Perkembangan jaringan computer saat ini begitu pesat, monitoring jaringan computer menjadisuatuhal yang sangat dibutuhkan. Koneksi jaringan
computer merupakan suatu hal yang mendasar dalam jaringan komputer tidak
dapat digunakan. Begitu juga unjuk kerja jaringan, bila suatu parameter dari
sebuah jaringan bermasalah, kualitas jaringan tersebut akan berkurang.
Tugas Akhir ini membahas bagaimana merancang sebuah jaringan
LAN menngunakan teknik peroutingan dinamis OSPF (Open Shortest Path First) pada topologi mesh untuk menghubungkan empat buah gedung yang dimasing-masing gedungnya mempunyai sepuluh PC, satu switch dan satu router. Selainitu, juga membahas kinerja jaringan LAN dengan routing dinamis, yaitu
menganalisa kinerja LAN delay, packet loss, dan throughput.
Dapat diketahui bahwa hasil pengujian pada perancangan jaringan
LAN memiliki selisih delay yang tidak terlalu besar, yaitu 76.6 ms, 96.5 ms dan 90.3 ms, Sedangkan packet loss untuk setiap pengujian pada masing-masing gedung yaitu sebesar 2,5%. Sementara untuk hasil throughput tidak memiliki selisih yang terlalu besar, yaitu 0.998 kbps, 1.066 kbps dan 1,0608 kbps.
Software yang digunakan untuk merancang jaringan LAN di daerah
kampus ini menggunakan software Cisco Packet Tracerversi 5.3. dan jenis topologi yang dipakai adalah topologi Mesh.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
Tugas Akhir dengan judul “ANALISIS KINERJA ROUTING DINAMIS DEGAN TEKNIK OSPF(OPEN SHORTEST PATH FIRST) PADA
TOPOLOGI MESH DALAM JARINGAN LAN (LOCAL AREA
NETWORK) MENGGUNAKAN CISCO PACKET TRACER”
Dibuat untuk memenuhi syarat kesarjanaan di Jurusan Teknik Elektro,
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Untuk ayahanda dan ibunda tercinta Muhammad Yusuf MT dan Farida
Aryani, Spd. yang telah memberi banyak dukungan, semangat, dan doa
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikanTugas Akhir ini.
2. Buat kakak yang penulis sayangi yaitu Ginda Utama Putri, ST.
3. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si selaku Ketua Departemen Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Rahmad Fauzi, ST. MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Elektro
Universitas Sumatera Utaradan.
5. IbuNaemahMubaraakah ST. MT selakudosenpembimbing
6. Dosen Pembanding yang membantu dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini.
7. Seluruh staf pengajar di Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara yang telah memberi bekal ilmu kepada penulis
selama menjalani masa perkuliahan.
8. Seluruh karyawan di Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara, khususnya buat Bang Martin terima kasih atas semua
9. Seluruh teman-teman khususnya buat abang Henra Pranata Siregar dan abang
Panji Firmansyah Abang Teuku Pon,yang telah banyak memberikan do’a dan
dukungan kepada penulis.
10.Seluruh saudara, Wopat, Ayah, Ibu, alm.Bulek, alm.Bude, Paklek, Bg
Mumun, Kak Ayu, Bg Ijal, Teteh, Bg Heri, Kak Epi, Kak Nopit, bg Dayat,
Eva, Kak Vira, Bg Yan, Kak Devi, Mas Broto, Adek Yunda, Putro,dan semua
ponakan yang telah banyak memberi dukungan dan doa kepada penulis.
11.Teman seperjuangan selama Tugas Akhir yaitu Febri Uswatun Hasanah.
12. Teman-teman Ekstensi Teknik Elektro Telekomunikasi stambuk 2011 terima
kasih atas kebaikan yangkalian berikan kepada penulis.
Penulis begitu menyadari bahwa di dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih
banyak terdapat kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang dapat menyempurnakan laporan ini.
Medan, Oktober2013
Penulis
YovieDwiVillasica
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 LatarBelakang ... 1
1.2 RumusanMasalah ... 3
1.3 TujuanPenulisan ... 3
1.4 BatasanMasalah... 4
1.5 MetodologiPenulisan ... 4
1.6 SistematikaPenulisan ... 5
BABII DASAR TEORI ... 7
2.1 Sejarah Umum Jaringan ... 7
2.2 Jenis-jenis Jaringan... 9
2.2.1 Internet ... 10
2.2.2 WAN (Wide Area Network) ... 11
2.2.3 MAN (Metropolitan Area Network) ... 11
2.3 TopologiJaringan Local Area Network (LAN) ... 20
2.3.1Topologi Bus ... 21
2.3.2 Topologi Cincin (Ring) ... 21
2.3.3 Topologi Pohon (Tree) ... 22
2.3.4 Topologi Mesh ... 23
2.3.5 Topologi Bintang (star) ... 23
2.4 Protokol... 26
2.4.1 Standarisasi Protokol ... 26
2.4.2 OSI dan TCP/IP ... 27
2.4.2.1 Open System Interconnection (OSI) ... 27
2.4.2.2 Transmission Control Protocol/ InternetProtocol (TCP/IP)... 29
2.5 IP Address ... 30
2.6 Subnet Mask ... 33
2.7 Default Gateway ... 34
2.8 Routing ... 35
2.8.1 Tabel Routing ... 36
2.8.2 Routing Statis ... 36
2.8.3 Routing Dinamis ... 37
2.8.3.1 RIP ( Routing Information Protocol) ... 39
BAB III PENGGUNAAN SOFTWARE DAN PERANCANGAN
JARINGAN... 49
3.1 PengenalanSoftware Cisco Packet Tracer ... 49
3.2 Item Tools yang Digunakan Pada Aplikasi Cisco Packet Tracer ... 50
3.3 Parameter Sistem ... 53
3.3.1 Delay ... 53
3.3.2 Packet Loss... 53
3.3.3 Throughput ... 54
3.4 Lagkah-langkah Perancangan Jaringan dengan Menggunakan Cisco Packet Tracer ... 54
3.4.1 Membuat Model Jaringan ... 55
3.4.2 Menentukan IP Address ... 56
3.4.3 Setting Router ... 60
3.4.4 Melihat Hasil Konfigurasi ... 64
3.4.5 Ping Test ... 65
BAB IV ANALISIS KINERJA ROUTING DINAMIS DENGAN TEKNIK OSPF ... 66
4.1 Umum ... 66
4.2 Analisis Perancangan... 67
4.2.1 Analisis Delay ... 67
4.2.3 Analisis Throughput ... 73
4.2.4 Analisis Perbandingan Perancangan Routing Statis dengan Routing Dinamis... 77
BAB V PENUTUP... 80
5.1 Kesimpulan ... 80
5.2 Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 82
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 JaringanInternet ... 11
Gambar 2.2Wide Area Network ... 11
Gambar2.3Metropolitan Area Network ... 12
Gambar 2.4 Local Area Network ... 12
Gambar 2.5 End User ... 13
Gambar2.6 Hub ... 13
Gambar2.7 Repeater ... 14
Gambar2.8 Bridge ... 15
Gambar 2.9 Switch ... 15
Gambar2.10 Router Cisco ... 16
Gambar 2.11 Kabel Twisted Pair ... 17
Gambar2.12 Kabel Straight ... 17
Gambar2.13 Network Interface Card ... 17
Gambar2.14 Kabel Crossover ... 18
Gambar 2.15 Topologi Bus ... 20
Gambar 2.16 Topologi Cincin (Ring) ... 21
Gambar 2.17Topologi Pohon (Tree) ... 21
Gambar 2.18 Gambar TopologiMesh ... 22
Gambar 2.19 Topologi Bintang (Star) ... 24
Gambar 2.20 Lapisan OSI ... 27
Gambar 2.22 Kelas-Kelas IP Address ... 31
Gambar 2.23 PembagianKelaspadaSubnet Mask ... 33
Gambar 2.24 Klasifikasi routing protocol ... 37
Gambar2.25 Link State ... 41
Gambar2.26 Contoh Keterhubungan Antar Titik dalam Algoritma Djikstra ... 41
Gambar2.27 Contoh kasusu Djikstra-langkah 1 ... 42
Gambar2.28 Contoh kasusu Djikstra-langkah 2 ... 42
Gambar2.29 Contoh kasusu Djikstra-langkah 3 ... 43
Gambar2.30 Contoh kasusu Djikstra-langkah 4 ... 43
Gambar2.31 Contoh kasusu Djikstra-langkah 5 ... 44
Gambar2.32 Flowchart Algoritma konfigurasi OSPF ... 47
Gambar 3.1 Splash Screen ketika memulai Cisco Packet Tracer ... 49
Gambar 3.2 Tampilan menu utama pada aplikasi Cisco Packet Tracer ... 50
Gambar 3.3 Model Jaringan ... 55
Gambar 3.4 Menentukan alamat IP address ... 56
Gambar 3.5 Pemakaian router pada jaringan LAN topologiMesh ... 60
Gambar3.7Setting Router pada menu CLI ... 62
Gambar 3.8 Tampilan hasil konfigurasi router dinamik OSPF ... 64
Gambar 3.9 Tampilan ping test E1 menuju I1 ... 65
DAFTAR TABEL
Tabel2.2 PerbandinganTopologi Bus, Ring, Mesh dan Star ... 24
Tabel 2.3 Cara MenentukanTabel Routing Secara Statis Atau Dinamis ... 36
Tabel3.1 Kategori jaringan berdasarkan nilai delay ... 53
Tabel3.2 Kategori jaringan berdasarkan nilai packet loss ... 54
Tabel3.3IP untuk masing-masing PC pada gedung Teknik Elektro ... 57
Tabel3.4IP untuk masing-masing PC pada gedung Teknik Industri ... 57
Tabel3.5IP untuk masing-masing PC pada gedung Teknik Mesin ... 58
Tabel 3.6IP untuk masing-masing PC pada gedung Teknik Kimia ... 59
Tabel 3.7IP address yang digunakan dalam interface-interface router ... 61
Tabel4.1 Hasil pengujian delay dari (A2 gedung A) ke (B1gedung B) menurut software Cisco Packet Tracer ... 68
Tabel4.2 Hasil pengujian delay dari (A2 gedung A) ke (C2gedung C) menurut software Cisco Packet Tracer... 69
Tabel4.3 Hasil pengujian delay dari (A2 gedung A) ke (D2gedung D) Menurut software Cisco Packet Tracer ... 69
Tabel4.4Hasil pengujian packet loss dari (A2 gedung A)ke (B2 gedung B) menurut software Cisco Packet Tracer ... 71
Tabel4.5Hasilpengujianpacket loss dari (A2 gedung A) ke (C2 gedungC) menurutsoftware Cisco Packet Tracer ... 71
Tabel4.7 Nilai throughput dari (A2 gedung A) ke
(B2 gedung B) menurut software Cisco Packet Tracer ... 73
Tabel4.8 Nilai throughput dari (A2 gedung A) ke
(B2 gedung B) menurut software Cisco Packet Tracer ... 74
Tabel4.9 Nilai throughput dari (A2 gedung A) ke
(D2 gedung D) menurut software Cisco Packet Tracer ... 75
ABSTRAK
Perkembangan jaringan computer saat ini begitu pesat, monitoring jaringan computer menjadisuatuhal yang sangat dibutuhkan. Koneksi jaringan
computer merupakan suatu hal yang mendasar dalam jaringan komputer tidak
dapat digunakan. Begitu juga unjuk kerja jaringan, bila suatu parameter dari
sebuah jaringan bermasalah, kualitas jaringan tersebut akan berkurang.
Tugas Akhir ini membahas bagaimana merancang sebuah jaringan
LAN menngunakan teknik peroutingan dinamis OSPF (Open Shortest Path First) pada topologi mesh untuk menghubungkan empat buah gedung yang dimasing-masing gedungnya mempunyai sepuluh PC, satu switch dan satu router. Selainitu, juga membahas kinerja jaringan LAN dengan routing dinamis, yaitu
menganalisa kinerja LAN delay, packet loss, dan throughput.
Dapat diketahui bahwa hasil pengujian pada perancangan jaringan
LAN memiliki selisih delay yang tidak terlalu besar, yaitu 76.6 ms, 96.5 ms dan 90.3 ms, Sedangkan packet loss untuk setiap pengujian pada masing-masing gedung yaitu sebesar 2,5%. Sementara untuk hasil throughput tidak memiliki selisih yang terlalu besar, yaitu 0.998 kbps, 1.066 kbps dan 1,0608 kbps.
Software yang digunakan untuk merancang jaringan LAN di daerah
kampus ini menggunakan software Cisco Packet Tracerversi 5.3. dan jenis topologi yang dipakai adalah topologi Mesh.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Salah satu jaringan telekomunikasi yang sedang berkembang adalah
jaringan Local Area Network (LAN). LAN telah menjadi suatu teknologi yang sangat banyak digunakan baik di perusahaan, kantor, kampus, sekolah ataupun di
perumahan. Local Area Network (LAN) adalah sekumpulan komputer yang saling dihubungkan bersama di dalam satu area tertentu yang tidak begitu luas, seperti di
dalam satu kantor atau gedung.
Sejak pertama kali digunakan secara komersil hampir tiga dekade lalu,
LAN mengalami berbagai macam perubahan baik dari media transmisinya
maupun pada topologi dan metode aksesnya. Perbedaan topologi dapat
mempengaruhi faktor-faktor penting yaitu biaya pentransmisian, kecepatan
pengiriman data dan dapat juga menyebabkan perbedaan metode aksesnya. Hal ini
akan mengakibatkan perbedaan kinerja LAN yang ditinjau, baik kinerja delay maupun throughputnya, meskipun kecepatan transmisi LAN dan jarak workstation yang berkomunikasi sama.
Mengingat kebutuhan akan informasi jaringan komputer begitu penting
terutama untuk mencari kerusakan jaringan secara cepat, mudah, dan murah, maka
untuk mengatasi masalah di atas seorang administrator jaringan memerlukan
aplikasi Network Monitoring System untuk simulasi yang dapat mencerminkan
arsitektur dari jaringan komputer pada sistem jaringan yang digunakan. Dengan
dapat dimanfaatkan menjadi informasi tentang keadaan koneksi suatu komputer
dalam suatu jaringan apabila terjadi masalah dalam interkoneksi jaringan.
Semakin besar suatu jaringan maka manajemen jaringan juga menjadi
lebih kompleks dan rumit. Oleh karena itu perlu adanya manjemen jaringan dan
proses routing yang tepat untuk menentukan jalur tercepat atau terdekat dalam mengirimkan paket-paket data sampai ke tujuannya. Aturan router dalam melakukan proses routing tersebut dikenal dengan protokol routing. Baik secara statis maupun dinamis routing harus didesain agar sangat efisien.
Konsep dasar dari routing adalah bahwa router meneruskan Internet
Protokol (IP) paket berdasarkan pada IP address tujuan yang ada dalam header IP
paket. Static routing adalah suatu mekanisme routing yang tergantung dengan
routing table dengan konfigurasi manual. Dynamic routing adalah suatu
mekanisme routing dimana pertukaran routing table antar router yang ada pada jaringan dilakukan secara dinamis. Dalam skala jaringan yang kecil yang terdiri
dari dua atau tiga router saja, pemakaian static routing lebih umum dipakai. OSPF merupakan sebuah routing protokol yang hanya dapat bekerja dalam jaringan internal di mana masih memiliki hak administrasi terhadap
jaringan tersebut. OSPF juga merupakan routing protokol yang berstandar terbuka, yaitu routing protokol ini bukan ciptaan dari vendor manapun. Dengan demikian, siapapun dapat menggunakannya, perangkat manapun dapat kompatibel
dengannya, dan dimanapun routing protokol ini dapat diimplementasikan. OSPF menggunakan protokol routing link-state, yang memiliki titik berat pada kinerja
Mengingat sudah pernah ada tugas akhir yang membahas peroutingan
secara statis maka tugas akhir ini akan menggunakan routing dinamis, dan kemudian akan dibandingkan kinerja jaringan LAN yang menggunakan
peroutingan statis dan routing dinamis. Data dari Tugas akhir sebelumnya akan
dijadikan referensi sebagai perbandingan untuk melihat perbandingan kinerja
jaringan LAN tersebut.
1.2Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan, yaitu:
1. Bagaimana merancang topologi Mesh dengan menggunakan routing dinamis dengan teknik konfigurasi OSPF dalam jaringan Local Area
Network dengan menggunakan software Cisco Packet Tracer versi 5.3
dengan teknik konfigurasi OSPF.
2. Bagaimana kinerja delay, packet loss, dan throughput terhadap jaringan LAN.
3. Membandingkan hasil kinerja antara routing statis dengan routing dinamis
1.3Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui
menganalisi kinerja jaringan delay, packet loss, dan throughput pada menggunakan software Cisco Packet Tracer.
1.4 Batasan Masalah
Untuk memudahkan pembahasan dalam penulisan Tugas Akhir ini, maka
dibuat pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Membahas bagaimana merancang jaringan dengan Software Cisco Packet Tracer
2. Hanya membahas jaringan dengan topologi mesh
3. Tidak membahas keseluruhan item yang digunakan pada Software Cisco Packet Tracer
4. Routing dinamis yang digunakan adalah OSPF dinamis
5. Membandingkan hasil kinerja jaringan, yaitu delay, packet tracer dan
throughput antara routing statis dan dinamis
1.4Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan pada penulisan Tugas Akhir ini adalah:
1. Studi literatur, yaitu berupa studi kepustakaan dan teori-teori tentang
topik Tugas Akhir ini baik dari buku-buku referensi, jurnal maupun
dari artikel-artikel yang tersedia di internet, dan lain-lain.
2. Studi analisa, yaitu dengan melakukan analisa dan perhitungan
terhadap data-data yang diperoleh dan membandingkan hasil analisa
3. Simulasi, yaitu suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh data
yang akan digunakan untuk menganalisa Tugas Akhir ini.
1.5Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran mengenai Tugas Akhir ini, secara singkat
dapat diuraikan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan masalah,
metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II: LANDASAN TEORI
Bab ini berisi penjelasan tentang arsitektur Local Area Network (LAN) secara umum yang diperoleh dari hasil studi kepustakaan.
BAB III: PENNGUNAAN SOFTWARE CISCO PACKET TRACER DAN PERANCANGAN JARINGAN
Bab ini berisi tentang pengenalan software Cisco Packet Tracer, menjelaskan item-item tools yang digunakan pada software Cisco
Packet Tracer, dan penggunaan software Cisco Packet tracer
BAB IV: ANALISIS KINERJA ROUTING DINAMIS TEKNIK KONFIGURASI OSPF
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil
pembahasan-pembahasan sebelumnya dan ditambahkan dengan saran-saran
BAB II
TEORI DASAR JARINGAN
2.1 Sejarah Umum Jaringan
Ditahun 1950-an ketika jenis komputer mulai membesar sampai
terciptanya super komputer, karena mahalnya harga perangkat komputer maka ada
tuntutan sebuah komputer mesti melayani beberapa terminal. Dari sinilah maka
muncul konsep distribusi proses berdasarkan waktu yang dikenal dengan nama
TSS Time Sharing System, bentuk pertama kali jaringan network komputer
diaplikasikan.
Pada sistem TSS beberapa terminal terhubung secara seri ke sebuah
host/client komputer. konsep ini berkembang menjadi proses distribusi
Distributed Processing. Dalam proses ini beberapa host komputer mengerjakan
sebuah pekerjaan besar secara paralel untuk melayani beberapa terminal yang
tersambung secara seri disetiap host komputer.
Selanjutnya ketika harga-harga komputer kecil sudah mulai menurun dan
konsep proses distribusi sudah matang, maka penggunaan komputer dan
jaringannya sudah mulai beragam dari mulai menangani proses bersama maupun
komunikasi antar komputer (Peer to Peer System) saja tanpa melalui komputer pusat. Untuk itu mulailah berkembang teknologi jaringan lokal yang dikenal
dengan sebutan LAN (Local Area Network). Demikian pula ketika Internet mulai diperkenalkan, maka sebagian besar LAN yang berdiri sendiri mulai berhubungan
dan terbentuklah jaringan raksasa ditingkat dunia yang disebut dengan istilah
Berdasarkan standar IEEE, Local Area Network didefenisikan sebagai jaringan komunikasi yang menghubungkan beberapa device, seperti Personal
Computer, workstation, printer, mainframe, dan data peripheral yang dapat
mentransmisikan data dalam area yang terbatas. Batasan daerah atau ”local area” adalah kurang dari 100 feet (< 30 m) hingga melebihi 6 mil (> 10 km). Jaringan LAN sangat cocok dibangun pada daerah gedung perkantoran, kampus, rumah
sakit, dan
1. Peer To Peer Network
gedung-gedung lainnya.
Ada dua jenis arsitektur jaringan LAN, jika dilihat dari hak akses yang diberikan :
Peer to peer network merupakan salah satu model jaringan LAN dimana
setiap station atau terminal yang terdapat di dalam lingkungan jaringan tersebut
bisa saling berbagi. Setiap PC dapat mengakses semua peripheral yang
tersambung dengan LAN, seperti halnya printer, disk, drives, CD Drive dan semua PC yang lain dapat mengggunakan peripheral yang tersambung dengan PC
tersebut. Setiap PC pada jaringan peer to peer dilengkapi dengan software yang memungkinkan PC itu bertindak sebagai non-dedicated server. Dalam hal ini setiap komputer berlaku sebagai server yang bisa diakses oleh computer lain. Keuntungan dari peer to peer ini adalah tidak dibutuhkannya administrator khusus yang mengelola jaringan dan tidak dibutuhkannya komputer yang khusus
diberlakukan sebagai server. Jadi jika salah satu komputer mati atau down, maka tidak akan mengganggu kinerja komputer yang lain dan juga tidak memerlukan
biaya implementasi jaringan yang cukup mahal. Kelemahan sistem ini adalah
pemakaian bersama yang dapat mempengaruhi kestabilan kinerja komputer yang
terjamin karena pada model ini
2. Client-Server Network
tidak dapat dibuat hak akses yang bertingkat
terhadap satu jenis station. Peer to peer network ini lebih banyak digunakan untuk pemakaian ringan dan dibatasi pada LAN skala kecil yang jumlah simpulnya
terbatas.
Berbeda dengan model jaringan peer to peer, pada model client server
network ini dapat diberlakukan hak akses yang bertingkat pada setiap
station-nya. Sistem ini menggunakan satu atau lebih komputer yang khusus digunakan
sebagai server yang bertugas melayani kebutuhan komputer-komputer lain yang berperan sebagai client/workstation. Komputer server menyediakan fasilitas data dan sumber daya seperti harddisk, printer, CD Drive dan sebagainya yang dapat diakses oleh komputer-komputer lain sebagai workstation. Keunggulan model
client server adalah kemampuan dalam menjalankan database multiuser dan
adanya hak akses bertingkat yang akan lebih menjamin keamanan data dari
setiapstation-nya. Model client server ini banyak digunakan untuk menangani data yang memiliki kapasitas besar dan relatif lebih aman.
2.2 Jenis-jenis Jaringan
Menurut definisi, yang dimaksud jaringan komputer adalah suatu
himpunan interkoneksi sejumlah komputer. Atau dapat dijelaskan sebagai
kumpulan beberapa komputer yang saling terhubung satu sama lain melalui media
perantara. Media perantara ini bisa berupa kabel ataupun tanpa kabel (nirkabel).
Untuk memudahkan memahami jaringan komputer, para ahli kemudian membagi
skala/area. Berdasarkan skala atau area, jaringan komputer dapat dibagi menjadi 4
jenis, yaitu :
1. Internet
2. WAN (Wide Area Network)
3. MAN (Metropolitan Area Network) 4. LAN (Local Area Network)
Pada tabel 2.1 dapat dilihat pembagian jaringan computer berdasarkan
skala atau area.
Tabel 2.1 Jaringan Komputer Berdasarkan Area
2.2.1 Internet
Internet adalah interkoneksi jaringan-jaringan komputer yang ada di dunia.
Sehingga cakupannya sudah mencapai satu planet, bahkan tidak menutup
berkat dukungan protokol yang khas, yaitu IP (Internet Protocol). Gambar Gambar 2.1 memperlihatkan jaringan internet.
Gambar 2.1 Jaringan Internet
2.2.2 WAN (Wide Area Network)
Wide Area Network cakupannya lebih luas dari MAN. Cakupan WAN
meliputi satu kawasan, satu negara, satu pulau, bahkan satu benua. Metode yang
digunakan WAN hampir sama dengan LAN dan MAN. Gambar 2.2 menunjukkan
jaringan WAN.
Gambar 2.2 Wide Area Network 2.2.3 MAN (Metropolitan Area Network)
Metropolitan Area Network menggunakan metode yang sama dengan
LAN namun daerah cakupannya lebih luas. Daerah cakupan MAN bisa satu RW,
provinsi. Dapat dikatakan MAN merupakan pengembangan dari LAN. Gambar
2.3 memperlihatkan bentuk jaringan MAN.
Gambar 2.3 Metropolitan Area Network 2.2.4 LAN (Local Area Network)
Local Area Network adalah jaringan lokal yang dibuat pada area tertutup.
Misalkan dalam suatu gedung atau dalam suatu ruangan. Kadangkala jaringan
lokal disebut juga jaringan privat. LAN biasanya digunakan untuk jaringan kecil
yang menggunakan resource bersama-sama, seperti penggunaan printer bersama, dan penggunaan media penyimpaan bersama. Bentuk jaringan LAN
dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Untuk membangun sebuah Local Area Network, terdapat beberapa komponen yang harus disediakan, yaitu :
1. End User
Merupakan sejumlah perangkat yang digunakan oleh user sebagai media untuk visualisasi informasi baik berupa suara, gambar, tulisan, maupun
video. Gambar 2.5 adalah beberapa contoh perangkat end user.
Gambar 2.5 End User 2. Perangkat jaringan
Perangkat jaringan merupakan sejumlah perangkat yang digunakan dalam
jaringan sebagai pemecah jaringan hub, bridge, switch, mengatur perutingan jaringan router, penguat jaringan repeater, pengkonfersi data jaringan modem,
interface end user dengan jaringan (NIC & wireless adapter).
a. Hub
sehingga semua komputer yang terhubung dengan port hub akan menerima data juga. Gambar 2.6 menunjukkan bentuk dan symbol hub.
Gambar 2.6 Hub b. Repeater
Repeater merupakan contoh dari active hub. Repeater merupakan perangkat
yang dapat menerima sinyal, kemudian memperkuat dan mengirim kembali sinyal
tersebut ke tempat lain. Sehingga sinyal dapat menjangkau area yang lebih jauh. Karena repeater bekerja pada besaran fisis seperti tegangan listrik, arus listrik, atau gelombang elektromagnetik, maka repeater termasuk dalam kategori peralatan yang bekerja pada layer fisik OSI. Gambar 2.7 menunjukkan
penggunaan dan bentuk repeater.
Gambar 2.7 Repeater
c. Bridge
Bridge merupakan peralatan yang dapat menghubungkan beberapa segmen
Address tujuan. Sehingga ketika sebuah komputer mengirim data untuk komputer tertentu, bridge akan mengirim data melalui port yang terhugung dengan komputer tujuan saja. Ketika bridge belum mengetahui port yang terhubung dengan komputer tujuan, maka dia akan mencoba mengirim pesan broadcast ke semua port (kecuali port pengirim). Setelah port komputer tujuan diketahui maka untuk selanjutnya hanya port itu saja yang akan dikirim data. Bridge juga dapat memfilter traffic diantara dua segmen LAN. Bridge bekerja pada layer datalink.
Gambar 2.8 Bridge
d. Switch
Switch bekerja pada lapisan Data Link seperti halnya Bridge. Cara kerja
switch sebetulnya mirip dengan Bridge, tetapi switch memiliki sejumlah port
sehingga switch sering disebut juga multiport bridge. Cara menghubungkan komputer ke switch sangat mirip dengan cara menghubungkan komputer ke hub, sehingga switch bisa dapat langsung untuk menggantikan hub. Jadi lalulintas yang keluar masuk ke port dapat langsung masuk ke jalan tol tanpa harus menunggu. Hal ini dikatakan bahwa setiap port pada switch memiliki collision domain sendiri yang sangat mempercepat pengiriman data pada jaringan. Hal inilah yang
Gambar 2.9 Switch
e. Router
Router adalah peralatan jaringan yang dapat menghubungkan satu jaringan
dengan jaringan yang lain. Sepintas lalu, router mirip dengan bridge, namun router lebih “cerdas” dibandingkan dengan bridge. Router bekerja dengan routing
table yang disimpan di memorinya untuk membuat keputusan kemana dan
bagaimana paket dikirimkan. Router dapat memutuskan route terbaik yang akan ditempuh oleh paket data. Router akan memutuskan media fisik jaringan yang “disukai” dan “tidak disukai”. Protokol routing dapat mengantisipasi berbagai kondisi yang tidak dimiliki oleh peralatan bridge. Router bekerja pada layer
network.
Pada dunia nyata, sebuah router tidak berdiri sendiri, tapi saling bekerja sama dengan router-router lain, sehingga seolah-olah membetuk jaringan router yang kompleks. Gambar 2.10 adalah salah satu contoh router cisco.
3. Media Transmisi
Dalam suatu transmisi data, media transmisi merupakan jalur fisik di antara
pengirim dan penerima. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam
pemilihan media transmisi, di antaranya adalah kapasitas, keandalan, tipe data
yang didukung dan jarak. Semakin tinggi kecepatan data dan semakin jauh
jaraknya, akan semakin baik. Ada tiga media kabel yang umumdigunakan untuk
transmisi data, khususnya LAN, yaitu kabel twisted pair, coaxial dan fiber optic. 1. Kabel twisted pair
Twisted pair adalah media transmisi yang paling hemat dan paling banyak
digunakan. Sebuah twisted pair terdiri dari dua kawat yang disekat yang disusun dalam sebuah pola lilitan yang beraturan. Ada dua jenis kabel twisted pair yaitu
Unshielded Twisted Pair (UTP) dan Shielded Twisted Pair (STP). Gambar kabel
twisted pair ditunjukkan pada Gambar 2.11 .
Gambar 2.12 Kabel Twisted Pair 2. Kabel Straight
Kabel dengan kombinasi ini digunakan untuk koneksi antar perangkat yang
ke switch, router ke bridge dsb. kombinasi warnanya dapat kita lihat pada Gambar 2.13.
Gambar 2.13 Kombinasi Warna Kabel Straight 3. Kabel Crossover
Kabel dengan kombinasi ini adalah diperuntukkan untuk koneksi peer to peer antara perangkat yang sejenis. Contohnya dari komputer ke komputer, dari
komputer ke router, dari switch ke switch dan sebagainya.
Gambar 2.14 Kombinasi Warna Kabel Crossover
4.
Adapun kombinasi warna yang terlihat pada Gambar 2.14 adalah berdasarkan
apa yang biasanya digunakanan oleh teknisi dan engineer jaringan yang ada di dunia ini. Hal diatas memudahkan teknisi atau engineer lain dalam memperbaiki jaringan yang telah ada sebelumnya.
Data Terminal Equipment (DTE) adalah instrumen terakhir yang mengubah informasi menjadi sinyal atau sinyal yang diterima reconverts. Ini juga dapat disebut sirkuit ekor .Sebuah perangkat DTE berkomunikasi dengan data
circuit-terminating equipment (DCE). DTE adalah unit fungsional dari sebuah stasiun
data yang berfungsi sebagai sumber data untuk melakukan komunikasi data .
Fungsi kontrol harus dilakukan sesuai dengan protokol link .
5.
DTE merupakan
sebuah peralatan atau subsistem yang saling berhubungan dengan beberapa
peralatan yang melakukan fungsi yang diperlukan untuk memungkinkan
pengguna untuk berkomunikasi.
Kabel serialDCE
Data Circuit Equipment (DCE) adalah perangkat yang terletak antara Data
Terminal Equipment dan Data Circuit Transmisi . Hal ini juga disebut peralatan
komunikasi data dan operator peralatan data. DCE melakukan fungsi seperti
sinyal konversi, coding , dan garis clocking dan dapat menjadi bagian dari peralatan DTE.
1.
Meskipun istilah yang paling sering digunakan adalah RS-232 , namun DTE
dan DCE merupakan standar dari Peralatan Komunikasi Data yang kedua
peralatan tersebut saling berkomunikasi. Nama peralatan yang menggunakan
peralatan standar ini adalah sbb:
2.
Federal Standard 1037C , MIL-STD-188
3.
RS-232
4.
Beberapa ITU-T standar dalam seri V (terutama V.24 dan V.35)
Beberapa ITU-T standar dalam seri X (terutama X.21 dan X.25)
modem atau media penerjemah, maka harus digunakan kabel crossover, seperti modem null untuk RS-232 atau Ethernet .
2.3 Topologi Jaringan Local Area Network (LAN)
Topologi adalah istilah yang digunakan untuk menguraikan cara
bagaimana komputer terhubung dalam suatu jaringan. Berikut ini akan dijelaskan
jenis-jenis topologi yang sering digunakan dalam jaringan LAN.
2.3.1 Topologi Bus
Topologi bus termasuk konfigurasi multipoint. Seluruh station terhubung melalui suatu interface perangkat keras yang disebut tap yang langsung terhubung ke suatu jalur transmisi linier, seperti yang terlihat pada Gambar 2.15. Topologi
ini sangat cocok untuk pembangunan jaringan skala kecil. Jumlah terminal dapat
dikurangi dan ditambahkan secara fleksibel. Keuntungan topologi bus adalah mudah pada ”set-up” awal, sedangkan kerugiannya adalah jika kabel terputus akan mempengaruhi keseluruhan LAN.
Hubungan yang terdapat pada topologi cincin (ring) adalah hubungan
point-to-point dalam suatu lup tertutup seperti pada Gambar 2.16. Setiap
informasi yang diperoleh akan diperiksa alamatnya oleh station yang dilewatinya. Jika informasi bukan ditujukan untuknya, maka informasi akan terus dilewatkan
sampai menemukan alamat yang benar. Keuntungan topologi cincin hanya pada
penggunaan panjang jaringannya yang lebih pendek sehingga dapat menggunakan
kabel yang lebih sedikit. Sedangkan kerugiannya adalah jika kabel terputus di
antara terminal, akan mempengaruhi keseluruhan LAN (hanya untuk standar
Token Ring). Topologi cincin biasanya memerlukan biaya yang lebih mahal dalam
penerapannya.
Gambar 2.16 Topologi Cincin (Ring)
2.3.3 Topologi Pohon (Tree)
Topologi pohon (tree) disebut juga sebagai topologi jaringan bertingkat. Pada jaringan pohon, terdapat beberapa tingkatan simpul (node). Pusat atau simpul yang lebih tinggi tingkatannya, dapat mengatur simpul lain yang lebih
rendah tingkatannya. Data yang dikirim perlu melalui simpul pusat terlebih
sebelum berakhir pada node-7. Keunggulan jaringan model pohon seperti ini adalah, dapat terbentuknya suatu kelompok yang dibutuhkan pada setiap saat.
Sebagai contoh, perusahaan dapat membentuk kelompok yang terdiri atas terminal
pembukuan, serta pada kelompok lain dibentuk untuk terminal penjualan. Adapun
kelemahannya adalah, apabila simpul yang lebih tinggi kemudian tidak berfungsi,
maka kelompok lainnya yang berada dibawahnya akhirnya juga menjadi tidak
efektif. Cara kerja jaringan pohon ini relatif menjadi lambat. Topologi jaringan
pohon (tree) diperlihatkan pada Gambar 2.17.
Gambar 2.17 Topologi Pohon (Tree)
2.3.4 Topologi Mesh
Topologi mesh adalah suatu bentuk hubungan antar perangkat dimana setiap perangkat terhubung secara langsung ke perangkat lainnya yang ada di
Gambar 2.18 Gambar Topologi Mesh 2.3.5 Topologi Bintang (Star)
Dalam topologi bintang (star), sebuah elemen pusat (misalnya hub,
bridge, atau switch) bertindak sebagai pengatur dan pengendali semua komunikasi
data yang terjadi seperti Gambar 2.19. Station pusat merupakan titik kritis yang berfungsi sebagai pengatur semua komunikasi data yang terjadi dan menyediakan
jalur komunikasi khusus antara dua station yang akan berkomunikasi. Banyaknya
station yang dapat terhubung tergantung jumlah port yang tersedia pada station
pusat yang digunakan. Topologi ini mudah untuk dikembangkan, baik
penambahan maupun pengurangan sistem. Keuntungan topologi bintang adalah
jika kabel terputus, maka hanya satu terminal yang terputus hubungannya.
Terminal dapat ditambahkan dengan mudah, tanpa mempengaruhi keseluruhan
jaringan. Sedangkan kerugiannya hanya pada penggunaan kabel yang terlalu
Gambar 2.19 Topologi Bintang (Star)
Pada saat pemilihan topologi jaringan, cukup banyak pertimbangan yang harus
diambil, tergantung pada kebutuhan. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan
adalah dari segi biaya, kecepatan, lingkungan, ukuran, konektivitas. Selain itu,
yang harus diperhatikan adalah keuntungan dan kerugian dari masing-masing
jenis topologi. Tabel 2.2 menunjukkan perbandingan dari masing-masing topologi
tersebut.
Tabel 2.2 Perbandingan Topologi Bus, Ring, Mesh dan Star
Topologi Keuntungan Kerugian
BUS 1. Hemat kabel.
2. Layout kabel sederhana.
3. Tidak membutuhkan kendali pusat.
4. Penambahan atau pengurangan stasiun dapat dilakukan tanpa mengganggu operasi yang berjalan.
1. Deteksi dan isolasi kesalahan sangat kecil. 2. Kepadatan lalu lintas
transmisi data tinggi akan
mengurangi kinerja jaringan.
3. Keamanan data kurang terjamin jika terjadi tabrakan.
4. Kecepatan data akan menurun jika pemakai bertambah banyak.
STAR 1. Paling fleksibel karena pemasangan kabel mudah.
2. Penambahan atau pengurangan stasiun tidak mengganggu
1. Membutuhkan banyak kabel.
3. Kontrol terpusat akan memudahkan deteksi dan isolasi kesalahan.
4. Hub juga berfungsi sebagai multiplexer.
RING 1. Hemat kabel.
2. Penataan kabel sederhana. 3. Dapat melayani lalu lintas yang
padat.
1. Peka terhadap kesalahan. 2. Pengembangan jaringan lebih kaku.
3. Kerusakan pada media
pengirim dapat melumpuhkan kerja seluruh sistem.
MESH 1. Konfigurasi jaringan menggunakan sistem point to point.
2. Privasi dan keamanan data sangat terjaga.
3. Jika terdapat gangguan diantara dua jalur maka hanya jalur yang bersangkutan yang akan terkena dampaknya, sedangkan jaringan secara keseluruhan tidak terpengaruh.
1. Biaya mahal karena banyak kabel yang dibutuhkan.
2. Instalasi lebih rumit dan ruang yang dibutuhkan lebih besar.
2.4 Protokol
Protokol merupakan sekumpulan aturan yang mendefenisikan
beberapa fungsi seperti pembuatan hubungan, mengirim pesan atau file, serta memecahkan berbagai masalah khusus yang berhubungan dengan komunikasi
data antara alat-alat komunikasi tersebut supaya komunikasi dapat berjalan dan
dilakukan dengan benar. Konsep dasar protokol adalah handshaking. Dengan adanya handshaking, maka masing-masing ujung pada jalur komunikasi akan terlihat oleh ujung yang lain. Ujung pemberi informasi akan terlihat oleh ujung
yang akan mengirimkan informasi. Hal itu berarti bahwa data akan dikirim ketika
komunikasi akan terjadi dengan sukses. Secara umum, protokol komunikasi
melaksanakan dua fungsi yaitu :
a. Membuat hubungan antara pengirim (sumber data) dengan penerima
(receiver).
b. Menyalurkan informasi dengan tingkat kehandalan yang tinggi.
2.4.1 Standarisasi Protokol
Beragamnya berbagai komponen dan perangkat komputer dalam suatu
jaringan, membutuhkan suatu standar protokol yang dapat digunakan oleh
beragam perangkat tersebut. Salah satu standar protokol yang dikembangkan ISO
(International Standard Organization) adalah model referensi OSI (Open System
Interconnection). Protokol model referensi OSI ini dibentuk dengan beberapa
tujuan sebagai berikut :
a. Menjadi pedoman dalam pengembangan prosedur komunikasi pada masa
mendatang.
b. Mengatasi hubungan yang timbul antar pemakai dengan cara memberikan
fasilitas yang sama dan memenuhi kebutuhan pemakai kini dan mendatang
(berorientasi ke pengembangan masa depan).
c. Membagi permasalahan prosedur penyambungan menjadi substruktur.
d. Open system dengan tujuan agar dapat terjalin kerjasama antar terminal
dan peralatan dari berbagai produk dan produsen yang berbeda.
2.4.2 OSI dan TCP/IP
Didunia ini dikenal dua standar penting dalam komunikasi data, yaitu
OSI (Open System Interconnection) yang dikembangkan oleh ISO (International
Protocol/Internet Protocol) yang dikembangkan oleh DARPA (Defense Advanced
Research Project Agency). Standar TCP/IP merupakan standar defacto jaringan
internet saat ini.
2.4.2.1 Open System Interconnection (OSI)
Model OSI dikembangkan oleh ISO (International Organization for
Standardization) sebagai model untuk arsitektur komunikasi komputer, serta
sebagai kerangka kerja bagi pengembangan standar-standar protokol. Model ini
memberikan gambaran tentang fungsi, tujuan dan kerangka kerja suatu struktur
model referensi untuk proses yang bersifat logis dalam sistem komunikasi. Open
System Interconnection merupakan suatu sistem yang terbuka untuk
berkomunikasi dengan sistem-sistem yang lainnya. Model referensi OSI memiliki
tujuh lapisan seperti terlihat pada Gambar 2.20 [1].
Gambar 2.20 Lapisan OSI
Fungsi masing-masing lapisan pada Gambar 2.20 adalah :
a. Lapisan 7 : Lapisan Aplikasi, bertanggungjawab dalam menyediakan
b. Lapisan 6 : Lapisan Presentasi, memastikan bahwa suatu data dapat
terbaca oleh suatu sistem.
c. Lapisan 5 : Lapisan Session, bertanggungjawab dalam membuka, mengatur dan menutup suatu hubungan komunikasi antar end-system. d. Lapisan 4 : Lapisan Transport, bertanggungjawab memastikan transportasi
data dilakukan dengan baik dalam koneksi end-system.
e. Lapisan 3 : Lapisan Network, bertanggungjawab dalam pengalamatan dan
routing antar end-system.
f. Lapisan 2 : Lapisan Data Link, bertanggungjawab memberikan transfer data yang terjamin bebas dari kesalahan.
g. Lapisan 1 : Lapisan Fisik, bertanggungjawab transmisi data dalam bit
secara elektrik.
2.4.2.2 Transmission Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP)
Pada TCP/IP tidak ada model protokol yang resmi sebagaimana yang
ada dalam OSI. Pada saat ini, TCP/IP memiliki keunggulan sehubungan dengan
kompabilitasnya dengan berbagai perangkat keras dan sistem operasi. Bila
didasarkan pada standar-standar protokol yang telah dikembangkan, lapisan
TCP/IP terdiri dari empat lapisan seperti terlihat pada Gambar 2.21 [1].
Application
Transport
Internet
Network Access
Layer
Fungsi lapisan-lapisan yang terlihat pada Gambar 2.24 di atas yaitu :
a. Lapisan Aplikasi (Application Layer)
Lapisan ini berisi bermacam-macam protokol tingkat tinggi.
Protokol-protokol terdahulu terdiri dari terminal virtual (TELNET), transfer file (FTP), surat elektronik (SMTP). Pada lapisan ini berisikan logik yang
dibutuhkan untuk mendukung berbagai aplikasi user. b. Lapisan Host to Host atau Transport
Pada lapisan ini menyediakan layanan transfer data ujung ke ujung, lapisan ini meliputi mekanisme kehandalan, menyembunyikan detail-detail
jaringan dari lapisan aplikasi. Pada lapisan ini terdapat dua protokol, yaitu
TCP (Transmission Control Protocol) dan UDP (User Datagram
Protocol).
c. Lapisan Internet (Internet Layer)
Lapisan internet berfungsi untuk menghubungkan dua perangkat ke
jaringan yang berbeda, diperlukan prosedur-prosedur tertentu agar data
dapat melalui yang bermacam-macam. Pada lapisan ini dipergunakan
Internet Protocol (IP) untuk menyediakan fungsi routing melintasi
jaringan yang bermacam-macam. Protokol ini diterapkan tidak hanya pada
ujung sistem namun juga pada jalur-jalurnya. Tugas lapisan internet adalah
untuk mengirimkan paket-paket IP ke tempat tujuan seharusnya.
d. Lapisan Akses Jaringan (Network Access Layer)
Lapisan ini bertanggungjawab untuk menyediakan akses ke jaringan
komunikasi. Lapisan ini juga bertanggungjawab untuk mengirimkan data
2.5 IP Address
Alamat IP (Internet Protocol Address) atau sering disingkat IP adalah deretan angka biner antara 32-bit sampai 128-bit yang dipakai sebagai alamat
identifikasi untuk tiap komputer host dalam jaringan internet. Panjang dari angka ini adalah 32-bit (untuk IPv4) dan 128-bit (untuk IPv6) yang menunjukkan alamat
dari komputer tersebut pada jaringan internet berbasis TCP/IP. Internet Assigned
Numbers Authority (IANA) yang mengelola alokasi alamat IP global.
Dalam pengertian lain, IP address dapat diartikan alamat numerik yang ditetapkan untuk sebuah komputer yang berpartisipasi dalam jaringan komputer
yang memanfaatkan Internet Protocol untuk komunikasi antara node-nya [9].
Perbedaannya terletak pada ukuran dan jumlah.
kelas B digunakan untuk
masing
digunakan dalam penggunaan normal, kelas D diperuntukan bagi
multicast dan E untuk eksperimental [10].
Pembagian kelas-kelas
Gambar 2.22 Kelas-Kelas IP Address
Bit (Binary Digit) adalah bilangan biner yang terdiri dari dua angka
0 dan
a. Kelas A
1 oktet , 1 oktet = 8 bit = nilainya antara 0 - 255 desimal.
Format = 0nnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh.hhhhhhhh (n = Net ID, h = Host ID)
Bit Pertama
Jumlah
= 0
Panjang Net ID = 8 bit (1 oktet) Panjang Host ID = 24 bit (3 oktet) Oktet pertama = 0 – 127
Range IP address = 1.xxx.xxx.xxx sampai 126.xxx.xxx.xxx (0 dan 127
dicadangkan)
Jumlah Network = 126
b. Kelas B
Format = 10nnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh (n = Net ID, h = Host ID)
Panjang Net ID = 16 bit (2 oktet)
Format = 110nnnnn.nnnnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh (n = Net ID, h = Host ID)
Format = 1110mmmm.mmmmmmmm.mmmmmmmm.mmmmmmmm
4 Bit pertama = 1110
Bit multicast = 28 bit
Bit inisial = 224 - 247
Deskripsi = Kelas D adalah ruang alamat multicast e. Kelas E
4 bit pertama = 1111
Bit cadangan = 28 bit
Byte inisial = 248 - 255
Deskripsi = Kelas E adalah ruang alamat yang dicadangkan untuk
keperluan eksperimental.
2.6 Subnet Mask
Subnet Mask merupakan istilah teknologi informasi dalam bahasa Inggris
yang mengacu kepada angka biner 32 bit yang digunakan untuk membedakan
network ID dengan host ID, menunjukkan letak suatu host, apakah berada di
jaringan lokal atau jaringan luar [9].
Gambar 2.23 Pembagian Kelas pada Subnet Mask
a.
Pada Gambar 2.23 dapat dilihat pembagian kelas pada subnet mask. RFC 950 mendefinisikan penggunaan sebuah subnet mask yang disebut juga sebagai sebuah address mask sebagai sebuah nilai 32-bit yang digunakan untuk membedakan network identifier dari host identifier di dalam sebuah alamat IP. Bit-bit subnet mask yang didefinisikan adalah sebagai berikut :
b.
Semua bit yang ditujukan agar digunakan oleh network identifier diset ke nilai1.
Setiap host di dalam sebuah jaringan yang menggunakan TCP/IP
membutuhkan sebuah subnet mask meskipun berada di dalam sebuah jaringan dengan satu segmen saja. Baik itu subnet mask default (yang digunakan ketika memakai network identifier berbasis kelas) ataupun subnet mask yang dikustomisasi (yang digunakan ketika membuat sebuah subnet atau supernet) harus dikonfigurasikan di dalam setiap node TCP/IP.
2.7 Default Gateway
Gateway adalah komputer yang memiliki minimal dua buah network
interface untuk menghubungkan dua buah jaringan atau lebih. Di internet, suatu
alamat bisa ditempuh lewat gateway-gateway yang memberikan jalan/rute ke arah mana yang harus dilalui supaya paket data sampai ke tujuan [9].
Kebanyakan gateway menjalankan routing daemon (program yang
mengupdate secara dinamis tabel routing). Karena itu gateway juga biasanya
berfungsi sebagai router. Gateway/router bisa berbentuk Router Box seperti yang di produksi Cisco, 3COM, dan lain-lain atau bisa juga berupa komputer yang
menjalankan Network Operating System plusrouting daemon. Misalkan PC yang dipasang Unix FreeBSD dan menjalankan program Routed atau Gated. Namun dalam pemakaian Natd, routing daemon tidak perlu dijalankan, jadi cukup dipasang gateway saja. Karena gateway/router mengatur lalu lintas paket data antar jaringan, maka di dalamnya bisa dipasang mekanisme pembatasan atau
pengamanan (filtering) paket-paket data. Mekanisme ini disebut firewall.
Sebenarnya firewall adalah suatu program yang dijalankan di
gateway/router yang bertugas memeriksa setiap paket data yang lewat, kemudian
apakah paket data tersebut boleh diteruskan atau ditolak. Tujuan dasarnya adalah
sebagai security yang melindungi jaringan internal dari ancaman luar. Namun dalam tulisan ini Firewall digunakan sebagai basis untuk menjalankan Network
Address Translation (NAT).
2.8 Routing
Jadi, sebenarnya setiap host memiliki dua alamat untuk menerima paket,
pertama adalah nomor IP yang bersifat unik dan kedua adalah broadcast address pada jaringan tempat host tersebut berada. Broadcast address diperoleh dengan membuat seluruh bit host pada nomor IP menjadi 1. Jadi, untuk host dengan IP
address 167.205.9.35 atau 167.205.240.2, broadcast addressnya adalah
167.205.255.255 (2 segmen terakhir dari IP address tersebut dibuat berharga 11111111.11111111, sehingga secara desimal terbaca 255.255). Jenis informasi
yang dibroadcast biasanya adalah informasi routing.
Routing adalah sebuah proses untuk meneruskan paket-paket jaringan dari
satu jaringan ke jaringan lainnya melalui sebuah internetwork. Routing juga dapat merujuk kepada sebuah metode penggabungan beberapa jaringan sehingga
paket-paket data dapat hinggap dari satu jaringan ke jaringan selanjutnya. Untuk
melakukan hal ini, digunakanlah sebuah perangkat jaringan yang disebut sebagai
router. Router-router tersebut akan menerima paket-paket yang ditujukan ke jaringan di luar jaringan yang pertama, dan akan meneruskan paket yang ia terima
2.8.1 Tabel Routing
Tabel routing adalah Sebuah router mempelajari informasi routing dari mana sumber dan tujuannya yang kemudian di tempatkan pada tabel routing.
Router akan berpatokan pada tabel ini. untuk memberi tahu port yang akan
digunakan untuk meneruskan paket ke alamat tujuan.
Tabel routing tersebut menyimpan informasi mengenai network yang terhubung dengannya (Connected Networks) maupun network yang tidak terhubung dengannya (Remote networks). Connected networks adalah network yang terhubung dengan salah satu interface pada router. Remote networks adalah
network yang tidak terhubung langsung dengan salah interface pada router.
Routing Tabel bisa dibentuk dengan berbagai macam cara yaitu dengan Static
Routing maupun Dynamic Routing. Pada Tabel 2.23 dapat dilihat cara
menentukan tabel routing secara statis ataupun dinamis.
Tabel 2.3 Cara Menentukan Tabel Routing Secara Statis Ataupun Dinamis
Static Routing Dynamic Routing Routing diatur secara manual oleh
administrator Routing ditentukan oleh protocol routing
Lebih cocok digunakan pada jaringan skala kecil
Biasa digunakan pada jaringan skala besar (dari sebuah referensi mengatakan jaringan
skala besar memiliki minimal 10 router di dalamnya)
Bila ada link yang putus, maka administrator harus mengeset ulang
Bila ada link yang putus, maka protocol routing akan mengupdate table routing dan
menentukan jalur routing yang baru
Router Statis adalah Router yang me-rutekan jalur spesifik yang
ditentukan oleh user untuk meneruskan paket dari sumber ke tujuan. Rute ini
ditentukan oleh administrator untuk mengontrol perilaku routing dari IP
"internetwork".
Rute Statis - Rute yang dipelajari oleh router ketika seorang administrator
membentuk rute secara manual. Administrator harus memperbarui atau meng"update" rute statik ini secara manual ketika terjadi perubahan topologi antar jaringan (internetwork). Mengkonfigurasi router statis adalah dengan memasukkan tabel routing secara manual. Tidak terjadi perubahan dinamik dalam tabel ini selama jalur/rute aktif..
Gambar 2.24 Klasifikasi routing protocol
2.8.3 Routing Dinamis
Router Dinamis adalah router yang me-rutekan jalur yang dibentuk secara
otomatis oleh router itu sendiri sesuai dengan konfigurasi yang dibuat. Jika ada perubahan topologi antar jaringan, router otomatis akan membuat ruting yang baru.
Routing distance vector bertujuan untuk menentukan arah atau vector dan
Pada protokol link-state setiap router akan menciptakan tiga buah table terpisah. Satu table mencatat perubahan dari network-network yang terhubung langsung, satu table lain menentukan topologi dari keseluruhan internetwork, dan table terakhir digunakan sebagai routing table. Router yang link-state mengetahui lebih banyak tentang internetwork dibandingkan semua jenis routing protokol yang distance-vector.
Algoritma yang dipakai oleh link-state yaitu algoritma djikstra di mana jalur terpendek akan dibangun berdasarkan jalur-jalur terbaik dan disimpan di tabel
routing. Tetapi kelemahan dari link-state yaitu membutuhkan resource yang besar seperti memory yang besar untuk menyimpan table routing, contoh: OSPF, IS-IS.
Gambar 2.25 Link State
Routing dinamik :
a. Router berbagi informasi routing secara otomatis
b. Jumlah gateway sangat banyak. c. Routing tabel dibuat secara dinamik.
d. Membutuhkan protokol routing seperti RIP atau OSPF
Routing protokol adalah berbeda dengan router protokol. Routing protokol
untuk sharing informasi tentang jaringan dan koneksi antar router. Router menggunakan informasi ini untuk membangun dan memperbaiki tabel routingnya.
seperti pada contoh dibawah ini.
Ada beberapa routing dinamic untuk IP. dibawah ini adalah dinamik routing yang
sering digunakan : Routing Information Protocol (RIP) , Open Shortest Path First (OSPF), Interior Gateway Routing Protocol (IGRP)
2.8.2.1 RIP (Routing Information Protocol)
Routed protocol digunakan untuk user traffic secara langsung. Routed
protocol menyediakan informasi yang cukup dalam layer address jaringannya
untuk melewatkan paket yang akan diteruskan dari satu host ke host yang lain
berdasarkan alamatnya. RIP merupakan salah satu protokol routing distance
vector yang digunakan oleh ribuan jaringan di dunia. Hal ini dikarenakan RIP
berdasarkan open standard dan mudah diimplementasikan. Tetapi RIP membutuhkan konsumsi daya yang tinggi dan memerlukan fitur router routing protokol.
2.8.2.2 Routing OSPF (
OSPF merupakan interior routing protocol yang kepanjangan dari Open
Shortest Path First. OSPF didesain oleh IETF ( Internet Engineering Task Force )
yang pada mulanya dikembangkan dari algoritma SPF ( Shortest Path First ). Hampir sama dengan IGRP yaitu pada tahun 80-an.
Pada awalnya RIP adalah routing protokol yang umum dipakai, namun ternyata untuk AS yang besar, RIP sudah tidak memadai lagi. OSPF diturunkan dari
beberapa periset seperti Bolt, Beranek, Newmans. Protokol ini bersifat open yang berarti dapat diadopsi oleh siapa pun. OSPF dipublikasikan pada RFC nomor
1247. OSPF menggunakan protokol routing link-state, dengan karakteristik
sebagai berikut:
a. Protokol routing link-state.
b. Merupakan open standard protokol routing yang dijelaskan di RFC 2328. c. Menggunakan algoritma SPF untuk menghitung cost terendah.
d. Update routing dilakukan secara floaded saat terjadi perubahan topologi
jaringan.
e. OSPF adalah link state protokol dimana dapat memelihara rute dalam dinamik network struktur dan dapat dibangun beberapa bagian dari
subnetwork.
Metode Pencarian Jalur Terpendek (Dijkstra Algorithm)
Algoritma Dijkstra digunakan untuk menemukan path bernilai terkecil dari
verteks awal tunggal ke semua verteks pada graph. Algoritma ini ditemukan oleh
Edsgar Wybe Dijkstra Algoritma ini akan melihat verteks yang terdeteksi dengan
verteks awal, melihat successor dari verteks tersebut kemudian memperbarui
jaraknya dari awal, demikian seterusnya sampai verteks tujuan berhasil
ditemukan. Hasilnya pasti berupa jalur terpendek. Jika dimisalkan ui adalah jarak
terpendek dari node awal ke node ke-i, dan ditentukan kalau dij ( ≥ 0 ) merupakan
panjang jalur antara node ke-i dengan node ke-j, maka algoritma untuk
menentukan label node penerus berikutnya dapat dirumuskan menjadi:
[uj,i] = [uj + dij , i] , dij ≥ 0
Label untuk node awal adalah [ 0, - ], menyatakan kalau node tersebut tidak
temporary dan permanent. Node yang temporary akan diubah menjadi permanent
ketika rute yang terpendek telah ditemukan. Jika tidak ada rute terbaik yang dapat
ditemukan pula, maka status temporary juga akan berubah menjadi permanent.
Labelkan node awal menjadi permanent [ 0, - ]. Nilai i adalah 1. Langkah i. (a)
Hitung temporary label [ ui + dij , i ] untuk setiap node j yang dapat dicapai dari
node ke-i, yang belum dilabelkan permanent. Jika node j telah dilabelkan dengan [
uj , k ] melalui node lain ( k ), dan jika ui + dij < uj, ubah nilai [uj , k] dengan [ ui
+ dij , i ]. (b) Jika semua node telah menjadi permanent, maka proses selesai. Jika
belum, maka pilih label [ur , s] yang memiliki jarak terpendek (=ur) di antara label
yang temporary. Nilai i = r, dan ulangi langkah ke-I Gambar 2.26 dapat dilihat
contoh keterhubungan antar titik dalam algoritma Dijkstra [8].
Pertama-tama tentukan titik mana yang akan menjadi node awal, lalu beri
bobot jarak pada node pertama ke node terdekat satu per satu, Dijkstra akan
melakukan pengembangan pencarian dari satu titik ke titik lain dan ke titik
selanjutnya tahap demi tahap. Inilah urutan logika dari algoritma Dijkstra:
Gambar 2.26 Contoh keterhubungan antar titik dalam algoritma Dijkstra
1. Node awal 1, Node tujuan 5. Setiap edge yang terhubung antar node
1
Gambar 2.27Contoh kasus Djikstra - Langkah 1
2. Dijkstra melakukan kalkulasi terhadap node tetangga yang terhubung
langsung dengan node keberangkatan (node 1), dan hasil yang didapat
adalah node 2 karena bobot nilai node 2 paling kecil dibandingkan nilai
pada node lain, nilai = 7 (0+7).
Gambar 2.28Contoh kasus Djikstra - Langkah 2
3. Node 2 diset menjadi node keberangkatan dan ditandai sebagi node yang
telah terjamah. Dijkstra melakukan kalkulasi kembali terhadap
node-node tetangga yang terhubung langsung dengan node-node yang telah
terjamah. Dan kalkulasi dijkstra menunjukan bahwa node 3 yang
menjadi node keberangkatan selanjutnya karena bobotnya yang paling
1
Gambar 2.29Contoh kasus Djikstra - Langkah 3
4. Perhitungan berlanjut dengan node 3 ditandai menjadi node yang telah
terjamah. Dari semua node tetangga belum terjamah yang terhubung
langsung dengan node terjamah, node selanjutnya yang ditandai menjadi
node terjamah adalah node 6 karena nilai bobot yang terkecil, nilai 11
(9+2).
Gambar 2.30 Contoh kasus Djikstra - Langkah 4
5. Node 6 menjadi node terjamah, dijkstra melakukan kalkulasi kembali,
dan menemukan bahwa node 5 (node tujuan ) telah tercapai lewat node
6. Jalur terpendeknya adalah 1-3-6-5, dan niilai bobot yang didapat
adalah 20 (11+9). Bila node tujuan telah tercapai maka kalkulasi dijkstra
1
Gambar 2.31 Contoh kasus Djikstra - Langkah 5
Proses Algoritma Dijkstra
a. Pertama-tama data masih berupa bit-bit yang kemudian dikemas
menjadi paket-paket data.
b. Setiap router mengupdate tabel routing.
c. Setelah mengupdate tabel routing, router memberitahukan kepada router tetangganya berapa jarak dari router tersebut.
d. Tiap router mendapatkan informasi dari tabel routing yang telah di
update lalu algoritma dijkstra menhitung semua jarak yang menuju
alamat tujuan.
e. Algoritma mencari best path ke alamat tujuan,jika alamat yang dituju sudah ketemu maka tiap router mengupdate informasi pada tabel
routing, jika tidak maka algoritma akan menghitung ulang untuk
mencari best path.
f. Jika semua router telah di periksa maka proses selesai, jika belum, maka router akan memberi tahu kembali router tetangganya.
OSPF Neighbor Relationship Hubungan ketetanggaan hanya bisa terjadi pada router-router yang berada dalam satu area. Langkah-langkah yang
1. Menentukan Router ID
a. Router ID hanyalah nama router yang dikenali dalam proses ospf b. Secara default, IP address dari interface fisik yang aktif dengan IP
address paling tinggi menjadi router ID secara default
c. jika ada loopback interface yang aktif maka IP address dari loopback yang menjadi router-ID
d. bisa di overrule dengan cara menghardcode router-ID
2. Menentukan interface mana saja yang akan dilibatkan dalam proses ospf 3. Mengirimkan Hello Paket melalu interface-interface yang telah dipilih down
state
a. Hello Paket dikirimkan setiap 10 detik dalam Broadcast/p2p networks
b. Hello Paket dikirimkan setiap 30 detik dalam NBMA networks
c. Hello Paket memuat informasi-informasi sebagai berikut :
1. Router-ID
2. Hello & Dead timers
3. Network Mask
4. Area ID
5. Neighbors (tetangga)
6. Router Priority
7. DR/BDR IP address
8. Authentication Password berarti nilai yang dimiliki oleh
router-router yang akan bertetangga harus sama
a. periksa hello/dead interval b. periksa netmasks
c. periksa Area ID
d. periksa Authentication Password 5. Me-reply paket hello 2-way state
a. Memeriksa dalam Hello Paket apakah router-router ini sudah bertetangga
1. jika YA, reset dead timer
2. jika TIDAK, tambahkan dalam list sebagai neighbor baru
6. Master-Slave relationshipexstart state
master-slave ini tidak begitu penting dalam proses OSPF, hal ini hanya
untuk menetukan siapa yang mengirimkan Hello Paket lebih dulu. Master mengirimkan lebih dulu baru slave kemudian
a. ditentukan oleh priority, yang paling tinggi menjadi master, router-ID breaks tie
b. Master mengirimkan paket Database Description (DBD)
1. DBD = potongan dari link-state database (bukan keseluruhannya)
c. Slave juga mengirimkan paket DBD nya.
7. DBD diterima dan diperiksa oleh masing-masing router Loading State
a. Slave meminta detail pada Master (Link State Request – LSR)
b. Master mengirimkan updates (Link State Update – LSU)
c. Master meminta detail pada slave (LSR)
d. Slave mengirimkan updates (LSU)
P51
Menerima Hello
Packet dari router
lain
Tambahkan
sebagai Neighbor
bar Ya
Reset Dead
Timer
Master Slave untuk menentukan router
yang terlebih dahulu mengirimkan
Hello Packet dengan mengirimkan
Menerima DBD dan
diperiksa oleh
masing-masing router
Neighbor terjalin dan router
menjalankan algoritma OSPF dan
l i i i i bl
2.8.4 Keuntungan dan Kekurangan Routing Static dan Routing Dynamic
a. Routing staticKeuntungan routing statis :
1. Beban kerja router terbilang ringan dibandingkan dengan routing dinamis. Karena router hanya mengupdate sekali saja IP table yang ada. (pada saat di konfigurasi)
2. Pengiriman paket data yang lebih cepat karena jalur-jalur (path) sudah di ketahui terlebih dahulu.
3. Analisa kesalahan pada topologi jaringan lebih cepat diketahui.
Kerugian routing statis :
Harus tau semua alamat IP network yang akan di kenalkan atau dituju beserta
next hoopnya (jalur yang akan dilewati).
b. Routing Dynamic
Keuntungan routing dinamis :
1. hanya mengenalkan alamat yang terhubung langsung dengan routernya
(kaki-kakinya).
2. Tidak perlu mengetahui semua alamat network yang ada.
3. Bila terjadi penambahan suatu network baru tidak perlu semua router mengkonfigurasi. Hanya router-router yang berkaitan.
Kerugian routing dinamis :
1. beban kerja router lebih berat karena selalu memperbarui IP table pada setiap waktu tertentu.
2. kecepatan pengenalan dan kelengkapan IP table terbilang lama karena