• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Agroindustri Salak (Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab.Tapanuli Selatan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Strategi Pengembangan Agroindustri Salak (Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab.Tapanuli Selatan)"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SALAK

(Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab.Tapanuli Selatan)

SKRIPSI

Oleh :

ARNOL SITOMPUL 090304025 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SALAK

(Kasus : Desa Parsalakan, Kec. Angkola Barat, Kab.Tapanuli Selatan)

SKRIPSI

Oleh :

ARNOL SITOMPUL 090304025 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Ir. Yusak Maryunianta, M.Si)

NIP : 196206241986031001 NIP : 196308221988032003 (Ir. Lily Fauzia, M.Si)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

ARNOL SITOMPUL (090304025), 2014 dengan judul skripsi “STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SALAK” (Kasus : Desa Parsalakan Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan). Penelitian skripsi ini dibimbing oleh bapak Ir. Yusak Maryunianta, M.Si sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Ir. Lily Fauzia, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2013.

Tujuan Penelitian adalah untuk mengidentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam mengembangkan agroindustri salak dan menentukan strategi pengembangan agroindustri salak di daerah penelitian. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan daerah yang potensial bagi pertumbuhan tanaman salak dan telah ada industri pengolahannya. Metode yang digunakan dalam penentuan sampel dalam penelitian ini adalah metode Purposive Sampling untuk produsen, industri, lembaga pendukung, pedagang dengan metode pengambilan sampel dengan Snowball Sampling dan konsumen dengan metode accidental . Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode SWOT.

Hasil penelitian diperoleh (1) Kekuatan agroindustri salak dalam pengembangan agroindustri salak di daerah penelitian adalah ketersediaan bahan baku yang melimpah, ketersediaan tenaga kerja yang banyak, variasi jenis produk banyak (dodol salak, keripik salak, kurma salak, madu salak, sirup salak, nagogo drink, agar-agar salak), memiliki sertifikat produk, jumlah produksi bertambah dan produk sudah mulai dikenal masyarakat. Kelemahan agroindustri salak dalam pengembangannya di daerah penelitian adalah keterbatasan modal, kurangnya tenaga profesional, kurangnya kemitraan industri. Peluang agroindustri salak dalam pengembangnya di daerah penelitian adalah pemasaran yang cukup luas, adanya dukungan Pemda, sarana dan prasarana yang mendukung, nilai jual olahan salak tinggi, sistem birokrasi dan keamanan yang baik. Ancaman agroindustri salak dalam pengembanganya di daerah penelitian adalah ketidakstabilan harga salak, kurang partisipasi petani dalam pelatihan, dan kurangnya koordinasi antara instasi Pemda. (2) Strategi pengembangan agroindustri salak di daerah penelitian berada pada daerah kuadran I. Hal ini berarti bahwa pengembangan agroindustri salak berada pada strategi SO (strengths-Opporunities) atau strategi agresif (growth oriented strategy) yaitu dengan melakukan melakukan kegiatan dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi olahan salak dan melakukan pemasaran produk hingga ke pasar luar negeri dan memanfaatkan dukungan Pemkab, sarana dan prasarana untuk mempromosikan berbagai produk yang telah bersertifikat.

(4)

RIWAYAT HIDUP

ARNOL SITOMPUL, lahir di Aek Nabara pada tanggal 13 Desember 1990 anak

dari bapak Sonang Sitompul, A.Md dan Rosmaida Ritonga, S.Pd. Penulis adalah

anak ketiga dari empat bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : Tahun

1997 mengikuti pendidikan Sekolah Dasar 147533 di Aek Nabara Kabupaten

Tapanuli Selatan dan tamat tahun 2003. Tahun 2003 melanjutkan pendidikan di

Sekolah Madrasyah Tsanawiyah Negeri Padangsidimpuan dan tamat tahun 2006.

Tahun 2006 masuk di Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Padangsidimpuan dan

tamat tahun 2009. Pada tahun 2009 diterima di Program Studi Agribisnis,

Fakultas Pertanian, Sumatera Utara Medan melalui jalur PMDK.

Selama menjalani masa perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi

IMASEP (Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian) sebagai anggota dari

seksi pengabdian masyarakat dan Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial

Ekonomi Pertanian (FSMM-SEP) dibidang pengembangan diri. Penulis aktif di

sebagai anggota Badan Kenaziran Mushallah (BKM) dibidang dana usaha (Dana

Usaha) 2010-2011 dan wakil ketua Koperasi Mahasiswa pertanian Universitas

Sumatera Utara 2012-2013.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja lapangan (PKL) di Desa rambung Sialang

Hulu, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai pada bulan Juli s/d

Agustus 2013. Dan penulis melaksanakan penelitian skripsi pada bulan Desember

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada ALLAH SWT atas berkat dan

rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah

Strategi Pengembangan Agroindustri Salak”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Program Studi

Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Ir. Yusak Maryunianta, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Ir.

Lily Fauzia, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing, memotivasi dan membantu

penulis dalam penyelesaian skripsi dan selama mengikuti perkuliahan di

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis, FP-USU dan

Bapak Dr. Ir. Satya Negara Lubis, M.Ec, selaku Sekretaris Program Studi

Agribisnis, FP-USU yang telah banyak membantu dan memberikan

kemudahan selama masa perkuliahan.

3. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis FP-USU, yang telah membekali ilmu

pengetahuan kepada penulis selama masa perkuliahan.

4. Seluruh Pegawai dan Staff Program Studi Agribisnis FP-USU, yang telah

banyak membantu penulis dalam administrasi perkuliahan.

5. Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian, Badan Ketahanan

Pangan, Kepala Desa Parsalakan, Bapak Gulma sebagai Pimpinan Industri

(6)

bersedia menjadi responden dalam penelitian ini dan telah banyak membantu

penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan motivasi dan do’a dan

dukungan selama perkuliahan penulis.

Medan, Maret 2014

(7)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 6

2.1.1 Tanaman Salak ... 6

2.1.2 Agroindustri Salak ... 7

2.2 Landasan Teori ... 9

2.2.1 Analisis SWOT ... 9

(8)

2.4 Hipotesisi Penelitian ... 18

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 19

3.2 Metode Pengambilan Responden ... 19

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 20

3.4 Metode Analisis Data ... 21

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 21

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 23

4.1.1 Luas dan Letak Geografis ... 23

4.1.2 Keadaan Penduduk ... 23

4.1.3 Sarana dan Prasarana ... 25

4.2 Karakteristik Responden ... 26

4.2.1 Produsen Salak ... 26

4.2.2 Pelaku Agroindustri Salak ... 27

4.2.3 Pedagang Olahan Salak ... 27

4.2.4 Lembaga Pendukung ... 27

4.2.5 Konsumen ... 28

4.3 Industri Pengolahan Salak ... 29

4.4 Pengolahan Salak ... 30

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman ... 37

(9)

5.1.2 Kelemahan Agroindutri Salak ... 41

5.1.3 Peluang Agroindustri Salak ... 42

5.1.4 Ancaman Agroindustri Salak ... 46

5.2 Strategi Pengembangan Agroindustri Salak ... 47

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 56

6.2 Saran ... 57

(10)

DAFTAR TABEL

No Keterangan Hal

1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Salak per Kecamatan 3

2. Kandungan Gizi Salak 7

3. Matriks Analisis SWOT 15

4. Jumlah Industri Kecil dan Tenaga Kerja serta Produksi 19

5. Daftar Responden Penelitian 20

6. Pengumpulan Data Primer dan Data Skunder 21 7. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin 24 8. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur 23

9. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan 25

10. Sarana dan Prasarana 26

11. Karakteristik Petani Salak 26

12. Pelaku Agroindustri Salak 27

13. Karakteristik Pedagang Olahan Salak 27

14. Karakteristik Lembaga Pendukung 27

15. Karakteristik Konsumen 28

16. Stakeholder Agroindustri dan Fungsinya 28

17. Produksi Olahan Salak Bulan Januari-Agustus 29 18. Data Produksi Tanaman Salak Desa Parsalakan 2012 38 19. Produksi Produk Olahan Salak Tahun 2010-2012 40 20. Penjualan Produk Olahan Salak Tahun 2010-2012 43 21. Daftar Harga Produk Olahan Salak Tahun 2012 44 22. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

Agroindustri Salak 48

23. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS) 49 24. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS) 49 25. Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategi 50

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1. Matriks Posisi Analisis SWOT 13

2. Skema Kerangka Pemikiran 17

3. Skema pembuatan Dodol Salak 31

4. Skema pembuatan Kurma Salak 32

5. Skema Pembuatan Keripik Salak 33

6. Skema Pembuatan Agar-agar Salak 33

7. Skema pembuatan Sirup Salak 34

8. Skema Pembuatan Nagogo Drink 35

9. Skema Pembuatan Madu Salak 36

10. Luas Lahan Petani 46

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai negara agraris, Indonesia kaya akan ragam jenis buah.

Keanekaragaman jenis ini tampak dari rasanya yang manis, asam, sepat, maupun

pahit, dari bentuknya yang bulat maupun lonjong, dari yang ukurannya yang kecil

maupun besar, dari tekstur kulit luarnya yang mulus, berlekuk, maupun berduri,

bahkan dari warnanya yang hijau, kuning, jingga, maupun merah. Walaupun

Indonesia kaya akan jenis buah, namun banyak penduduknya yang tidak peduli

akan kekayaan itu (Nazaruddin, dan Muchlisa, F, 1994).

Sumber daya pertanian di Indonesia merupakan salah satu keunggulan

yang secara sadar telah dijadikan salah satu pilar pembangunan dalam bentuk

agroindustri, baik pada orde baru, reformasi dan saat ini. Pertanian akan mampu

menjadi penyelamat bila dilihat sebagai sebuah sistem yang terkait dengan

industri dan jasa. Jika pertanian hanya berhenti sebagai aktivitas budidaya (on

farm agribusiness) nilai tambahnya kecil. Nilai tambah pertanian dapat

ditingkatkan melalui kegiatan hilir (off farm agribusiness), berupa agroindustri

dan jasa berbasis pertanian ( Mangunwidjaja dan Illah, 2005 ).

Komoditi salak merupakan salah satu jenis buah tropis asli Indonesia yang

menjadi komoditas unggulan dan salah satu tanaman yang cocok untuk

dikembangkan. Di Indonesia terdapat berbagai varietas salak diantaranya: salak

pondoh, salak swaru, salak enrekang, salak gula pasir, salak bali, salak padang

sidempuan, salak gading ayu, salak pangu, salak sibakua, salak sangata, salak

(13)

Pada umumnya para petani melakukan panen dengan memetik dengan

sembarang alat, sistem ini berakibat kepada kualitas produk yang rendah. Hasil

panen tidak dilakukan sortasi (grading) yang langsung dijual kepada pedagang

pengumpul dengan harga berupa antara Rp 2.000 – Rp 3.000 per kg. Para

pedagang pengumpul yang melakukan sortasi dan menjualnya ke pasar set e mpat

de nga n harga Rp 3.50 0 – Rp 5.000 per kg sec ara berag a m

(Dinas Pert a nia n Tapa nu li Se lat a n, 2011).

Buah salak akan tersedia sepanjang tahun dalam jumlah maupun mutu

yang sesuai dengan permintaan konsumen. Ini berarti pula suatu usaha agar tidak

terjadi panen buah salak secara serempak yang mengakibatkan harga buah salak

menjadi rendah (Soetomo, 2001).

Salah satu komoditas unggulan dari Kabupaten Tapanuli Selatan adalah

buah salak. Jika dilihat dari angka produksinya paling banyak dibandingkan

dengan buah-buah yang lain. Produksi buah salak pada tahun 2011 yaitu 193.772

ton dimana mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya 1,69 persen dari tahun

sebelumnya. Tabel 1 akan menjelaskan luas panen, produktivitas dan produksi

(14)

Tabel 1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Salak per Kecamatan 2011

Sumber : Badan Pusat Statistik Tapanuli Selatan, 2012

Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa proporsi luas panen dan produksi di

daerah Kecamatan Angkola Barat sebesar 87,15%, luas panen dan produksi

Kecamatan Angkola Timur sebesar 0,86%, luas panen dan produksi Kecamatan

Angkola Selatan sebesar 7,55%, luas panen dan produksi Kecamatan Batang Toru

sebesar 0,13%, luas panen dan produksi Kecamatan Marancar sebesar 4,23%.

Menurut Naibaho (2009), karena harga buah salak tidak pernah stabil atau

menjadi rendah di pasaran hingga sering membuat para petani menjadi bingung

dan bahkan buah salak kebanggaan Kota Padangsidempuan ini tidak laku dijual.

Bahkan, sering buah salak tidak jadi dipanen si pemiliknya karena tingginya biaya

operasional dan distribusi dari lahan perkebunan hingga di pasar dan tidak

sebanding dengan nilai jualnya yang sangat rendah. Maka muncullah strategi dari

para kelompok tani untuk mengolah buah salak menjadi bahan produksi yang

No Kecamatan

13 Tano Tombangan

Angkola - - -

14 Angkola Sangkunur - - -

(15)

dapat dijual dengan sistem kemasan. Sehingga jangkauan pemasarannya bisa lebih

luas lagi, dan tidak hanya menjual buah yang di panen dari kebun. Akan tetapi

sudah bisa diekspor baik dengan kemasan dan olahan yang baru ke seluruh daerah

di Indonesia bahkan hingga ke luar negeri.

Peluang bisnis buah salak sangat prospektif untuk dikembangkan, karena

sampai saat ini permintaan masyarakat akan buah salak tetap tinggi. Gizi yang

terkandung dalam buahnya pun cukup banyak, diantaranya karbohidrat. Selain itu

salak memiliki keuntungan lain karena salak tidak hanya dapat dijual langsung

dalam bentuk buah, tapi salak dapat diolah menjadi produk makanan yang

beranekaragam, seperti asinan, manisan, keripik, dodol, dan pengalengan buah

dalam sirup. Pengolahan salak dalam bentuk produk makanan ini dilakukan untuk

mencegah pembusukan pada persediaan salak yang banyak yang belum terjual

dan dapat menarik konsumen yang tidak menyukai salak dalam bentuk buah

(Nurjuwita, 2012).

Pembuatan asinan atau manisan salak dapat memberikan nilai tambah.

Pertama dapat memperpanjang waktu simpan buah dan meningkatkan nilai

jualnya dan yang kedua dapat memanfaatkan biji dari buah yang diolah tersebut

untuk dijadikan bibit. Pada skala yang lebih besar pengolah salak ini dapat

membuka lapangan kerja (Anarsis, 1996). Menurut Soekartawi (2000), bahwa

industri dapat meningkatkan pendapatan para pelaku agribisnis, mampu menyerap

tenaga kerja, mampu menerapkan perolehan devisa dan mampu mendorong

munculnya industri lain.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian

(16)

1.2Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah penelitian adalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman dalam mengembangkan agroindustri salak di daerah penelitian?

2. Bagaimana strategi pengembangan agroindustri salak di daerah

penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengidentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman

dalam mengembangkan agroindustri salak di daerah penelitian.

2. Untuk menentukan strategi pengembangan agroindustri salak di daerah

penelitian.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi stakeholder dalam mengembangkan

agroindustri salak.

2. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

3. Bagi peneliti sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian sarjana di

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1Tinjauan Pustaka 2.1.1Tanaman Salak

Tanaman salak memiliki nama ilmiah Salacca edulis reinw. Salak

merupakan tanaman asli Indonesia. Oleh karena itu, bila kita bertanam salak

berarti kita melestarikan dan meningkatkan produksi negeri sendiri. Salak

termasuk famili Palmae, serumpun dengan kelapa, kelapa sawit, aren, (enau),

palem, pakis yang bercabang rendah dan tegak. Batangnya hampir tidak kelihatan

karena tertutup pelepah daun yang tersusun rapat dan berduri. Dari batang yang

berduri itu tumbuh tunas baru yang dapat menjadi anakan atau tunas bunga buah

salak dalam jumlah yang banyak (Soetomo, 2001).

Buah-buahan Indonesia selain bergizi tinggi juga dapat dimanfaatkan

untuk terapi kesehatan, salah satunya adalah salak. Kandungan kalsium, fosfor

dan besi pada buah salak dibandingkan beberapa buah lainnya termasuk tinggi.

Ciri buah salak yang masak yaitu daging buahnya padat dan bila dikupas

sebagian dagingnya akan menempel pada bijinya. Rasa sepat yang timbul pada

buah salak dikarenakan adanya kandungan zat tanin. Buah salak tidak mempunyai

kandungan lemak, dan kaya akan kandungan berbagai vitamin dan mineral yang

dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan zat gizi buah salak dapat dilihat pada tabel 2

(18)

Tabel 2. Kandungan Gizi Salak dalam 100 g

NO Kandungan Gizi Jumlah

1 Energi 77,00 Kal

2 Protein 0,4 g

3 Karbohidrat 20,90 g

4 Kalsium 28,00 mg

5 Fosfor 18,00 mg

6 Besi 4,20 mg

7 Vitamin B1 0,04 mg

8 Vitamin C 2,00 mg

Sumber : Ditjen PPHP, 2012

2.1.2 Agroindustri Salak

Menurut Soekartawi (2005) mendefinisikan bahwa agroindustri adalah

sebagai pengolahan sumber bahan baku yang bersumber dari tanaman ataupun

hewan. Dengan demikian bahwa kegiatan atau proses agroindustri merupakan

upaya untuk meningkatkan nilai tambah produk, menghasilkan produk yang

dapat dipasarkan, dapat digunakan atau dapat dimakan, meningkatkan daya

simpan, menambah pendapatan dan keuntungan bagi produsen (petani).

Sektor pertanian sebetulnya mempunyai kaitan erat dengan sektor industri.

Karena sektor pertanian menghasilkan bahan mentah yang pada gilirannya harus

diolah oleh industri menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dan sebaliknya

sektor industri diharapkan mampu menghasilkan sendiri berbagai macam sarana

produksi yang sangat diperlukan oleh industri pengolah pertanian, meliputi usaha

yang mengolah bahan baku menjadi komoditi yang secara ekonomi menambah

tinggi nilainya (Karmadi, 2003).

Menurut Muzhar (1994), industri pengolahan hasil pertanian juga dapat

(19)

pengolahan hasil pertanian memiliki daya saing yang kuat, karena memiliki

keunggulan komparatif (sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tenaga kerja

yang banyak dan murah, serta berdaya tahan lama) dan kompetitif (segmen pasar

dan diferensiasi produk). Pengolahan hasil menjadi salah satu bentuk kegiatan

agroindustri yang utama. Usaha pengolahan hasil akan memberikan beberapa

keuntungan antara lain :

1. Mengurangi kerugian ekonomi akibat kerusakan hasil pertanian.

2. Meningkatkan nilai ekonomi hasil pertanian.

3. Memperpanjang masa ketersediaan hasil pertanian baik dalam bentuk

segar maupun dalam bentuk olahan.

4. Meningkatkan keanekaragaman produk pertanian.

5. Mempermudah penyimpanan dan pengangkutan.

Disamping salak, produksi buah pisang di Tapanuli Selatan termasuk besar

dan selama ini hanya dikonsumsi dalam segar. Kalaupun diolah, prosesnya masih

sederhana. Oleh sebab itu pembangunan industri pengolahan pisang menjadi

produk yang dapat dipasarkan ke lain daerah, atau bahkan di ekspor dirasakan

sangat perlu. Jika tersedia industri, maka petani akan terangsang untuk

membudidayakan pisang dengan baik. Salah satu industri pengolahan pisang yang

potensial adalah industri tepung pisang (Pemprovsu, 2012).

Peningkatan sarana dan teknologi pengolahan sangat diperlukan untuk

meningkatkan hasil panen, menurunkan kehilangan/susut hasil, meningkatkan

daya saing dan nilai tambah produk. Pada komoditas hortikultura yang terdiri dari

buah-buahan khususnya buah tropika (jeruk, pisang, manggis, salak, mangga).

(20)

diolah menjadi : tepung, keripik, gaplek, sale, pisang kalengan, selai, sari buah,

dan lain-lain (Ditjen PPHP, 2012).

Pengembangan suatu usaha sangat bergantung pada tersedianya

sumberdaya, tetapi sumberdaya ini sangat terbatas jumlahnya sehingga produksi

atau keuntungan yang dihasilkan juga terbatas. Sumberdaya yang merupakan

faktor yang penting dalam suatu usaha adalah lahan, modal, tenaga kerja dan

sarana produksi (Andri, 2004).

Menurut Siregar (2009), strategi pengembangan industri pengolahan dodol

salak dimasa yang akan datang dapat dilakukan dangan staregi agresif yaitu

dengan meningkatkan pertumbuhan penjualan untuk memperbesar keuntungan

dengan cara meningkatkan akses pasar yang lebih luas.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Analisis SWOT

Menurut David (2006) dan Hubeis (2011) dalam Tesis Junardi (2012)

yang berjudul “Strategi Pengembangan Agroindustri Serat Sabut Kelapa

Berkaret” ada beberapa faktor internal yang dapat mempengaruhi perkembangan

perusahaan, yaitu manajemen, pemasaran, sumber daya manusia, produksi dan

operasi, keuangan. Sedangkan beberapa faktor eksternal yang dapat

mempengaruhi perkembangan perusahaan, yaitu, ekonomi, kebijakan pemerintah

dan politik, teknologi, pesaing, ancaman pendatang baru.

Strategi merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan dimana alat analisis

yang cocok untuk merumuskan strategi tersebut adalah analisis SWOT. Analisis

SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sitematis untuk merumuskan

(21)

kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat

meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Proses

pengembalian keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi,

tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis

(Strategic Planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan

(kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini

(Rangkuti, 2009).

Proses penyusunan rencana strategis memulai tiga tahap yaitu:

1. Tahap pengumpulan data,

2. Tahap analisis, dan

3. Tahap pengambilan keputusan.

Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan

pengumpulan data, tetapi juga suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis.

Data dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data internal yang diperoleh

dari dalam dan luar perusahaan, model yang dapat digunakan dalam tahap ini

yaitu:

1. Matriks faktor strategi eksternal,

2. Matriks faktor strategi internal, dan

3. Matriks posisi

Sebelum melakukan analisis, maka diperlukan tahap pengumpulan data

yang tediri atas tiga model yaitu:

(22)

Sebelum membuat matriks faktor strategi internal, kita perlu mengetahui

terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel Internal Factors

Analysis Summary (IFAS).

a. Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan).

b. Beri rating masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya

pengaruh yang ada pada faktor strategi internal, mulai dari nilai 4 (sangat

baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 (tidak baik) terhadap

kekuatan dan nilai “rating” terhadap kelemahan bernilai negatifnya.

c. Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100 pada kolom bobot (kolom

3). Bobot ditentukan secara subjektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor

tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.

d. Kalikan rating pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk memperoleh

scoring dalam kolom 4.

e. Jumlahkan scoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan

bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total menunjukkan bagaimana

perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi internalnya.

Hasil identifikasi faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan

kelemahan, pembobotan dan rating dipinda hkan ke tabel Matriks Faktor Strategi

Internal (IFAS) untuk dijumlahkan dan kemudian diperbandingkan antara total

(23)

2. Matriks Faktor Strategi Eksternal

Sebelum membuat matriks faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui

terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel External Factors

Analysis Summary (EFAS).

a. Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor eksternalnya (peluang dan ancaman).

b. Beri rating dalam masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya

pengaruh yang ada pada faktor strategi eksternal, mulai dari nilai 4 (sangat

baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 (tidak baik) terhadap

peluang dan nilai “rating” terhadap ancaman bernilai negatif.

c. Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100 pada kolom bobot (kolom

3). Bobot ditentukan secara subjektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor

tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.

d. Kalikan rating pada kolom 2 dengan pada kolom 3, untuk memperoleh

skoring dalam kolom 4.

e. Jumlahkan skoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan

bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana

perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi eksternalnya.

Menurut Rangkuti (1997), untuk menentukan bobot masing-masing faktor

tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi 50 pada kolom 3 dengan rumus sebagi

berikut :

3. Matrik Posisi

Hasil analisis pada tabel matrik faktor strategi internal dan faktor

(24)

a. Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan

sumbu vertikal (y) menunjukkan peluang dan ancaman.

b. Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil sebagai berikut:

1. Jika peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai y > 0 dan

sebaliknya kalau ancaman lebih besar daripada peluang maka nilainya

y < 0.

2. Jika kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai x > 0 dan

sebaliknya kalau kelemahan lebih besar daripada kekuatan maka nilainya

x < 0.

Kuadran III Kuadran I

Mendukung Strategi Mendukung Strategi turn-around agresif

Mendukung Strategi Mendukung Strategi Defensive deversifikasi

Kuadran IV Kuadran II

Gambar 1. Matriks Posisi Analisis SWOT

Kuadran I

a. Merupakan posisi yang menguntungkan untuk dikembangkan. BERBAGAI PELUANG

BERBAGAI ANCAMAN KELEMAHAN

INTERNAL

KEKUATAN

(25)

b. Perusahaan mempunyai peluang dan kekuatan sehingga ia dapat

memanfaatkan peluang secara maksimal.

c. Seyogyanya menerapkan strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan

yang agresif.

Kuadran II

a. Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan mempunyai

keunggulan sumber daya.

b. Perusahaan-perusahaan dalam posisi seperti ini menggunakan kekuatannya

untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.

c. Dilakukan dengan penggunaan diversifikasi produk atau pasar.

Kuadran III

a. Posisi dapat dikembangkan.

b. Perusahaan menghadapi peluang besar tetapi sumber dayanya lemah,

karena itu dapat memanfaatkan peluang tersebut secara optimal fokus

strategi perusahaan pada posisi seperti inilah meminimalkan

kendala-kendala internal perusahaan.

Kuadran IV

a. Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan dan tidak dapat

dikembangkan.

b. Perusahaan menghadapi berbagai ancaman eksternal sementara sumber

daya yang dimiliki mempunyai banyak kelemahan.

c. Strategi yang diambil adalah penciutan dan likuidasi.

Matriks SWOT dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif

(26)

1. Strategi SO yaitu strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan,

yaitu dengan memanfaatkan seluruh untuk merebut dan memanfaatkan

peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi ST yaitu strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan

yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO yaitu strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan

peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi WT yaitu strategi ini didasarkan pada kegiatan meminimalkan

kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Tabel 3. Matriks Analisis SWOT

IFAS

EFAS Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weakness)

Peluang untuk mengatasi ancaman

Strategi W – T

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Sumber : Rangkuti, 2009

Keterangan :

Strengths (S) : Tentukan 5 – 10 faktor kekuatan internal.

Weakness (W) : Tentukan 5 – 10 faktor kelemahan internal.

Opportunities (O) : Tentukan 5 – 10 faktor peluang eksternal.

Threats (T) : Tentukan 5 – 10 faktor ancaman eksternal.

(27)

2.3 Kerangka Pemikiran

Agroindustri salak merupakan suatu usaha yang mengolah bahan baku

utamanya salak dengan teknologi tertentu menjadi berbagai produk olahan untuk

menghasilkan nilai tambah ekonomis.

Salak merupakan komoditi yang dapat dimakan langsung dalam bentuk

segar, namun karena harga buah salak yang tidak pernah stabil atau menjadi

rendah nilai jual dipasaran sehingga penjualan buah salak tidak sebanding dengan

biaya yang dikeluarkan dengan nilai jual buah salak. Maka timbullah strategi

dalam melakukan pengolahan buah salak menjadi dalam bentuk kemasan yang

beranekaragam. Di daerah penelitian industri pengolahan salak sudah ada dan

semua bahan baku diperoleh dari sekitar industri yang mempunyai produksi salak

yang tinggi.

Dalam melakukan usaha pengolahan salak bertujuan untuk meningkatkan

daya tahan dan daya simpan yang lama sehingga meningkatkan nilai jual dari

hasil olahan salak tersebut. Berbagai hasil olahan salak antara lain dodol salak,

keripik salak, kurma salak, madu salak, sirup salak, nagogo drink, agar-agar salak,

bakso salak, dan bakwan salak.

Industri pengolahan salak juga akan membuka lapangan pekerjaan baru

bagi angkatan kerja yang hidup disekitar area lokasi pengolahan salak untuk

memperoleh mata pencaharian baru yang lebih menjamin untuk kelangsungan

hidupnya.

Oleh karena itu, diperlukan penentuan alternatif strategi dalam

pengembangan usaha dengan menggunakan analisis SWOT, dimana didalam

(28)

(strengths) dan kelemahan (weakness) dan faktor eksternal, yaitu peluang

(opportunities) dan ancaman (threats) dalam usaha industri pengolahan salak.

Setelah dilakukan analisis faktor SWOT dalam usaha tersebut, maka kita

dapat menentukan strategi pengembangan apa yang cocok dan bisa diterapkan

untuk mengembangkan usaha industri pengolahan salak.

Secara sistematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Menyatakan Hubungan

Agroindustri Salak

Faktor-Faktor SWOT Internal

Strengths (Kekuatan)

Weakness (Kelemahan)

Opportunities (Peluang)

Threats (Ancaman)

Strategi Pengembangan Agroindustri Salak

(29)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut :

1. Terdapat beberapa faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang

serta ancaman dalam mengembangkan usaha agroindustri salak.

2. Ada beberapa strategi pengembangan agroindustri salak di daerah

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Adapun

lokasi penelitian yang dipilih yaitu Desa Parsalakan, Kecamatan Angkola Barat,

Kabupaten Tapanuli Selatan dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan

daerah yang potensial bagi pertumbuhan tanaman salak dan telah ada industri

pengolahannya.

Tabel 4. Jumlah Industri Kecil (Tenaga Kerja 5-19 orang) dan Tenaga kerja serta Produksi yang dihasilkan Tahun 2011.

No Industri

8 Industri makanan dari salak

1 20 17 128,21

9 Industri makanan ringan 1 8 825,13

10 Industri pengolahan coklat

2 20 -

Jumlah 26 191 2818,53

Sumber : Diolah dari Badan Pusat Statistik Tapanuli Selatan, 2012

3.2 Metode Pengambilan Responden

Responden adalah orang yang berperan sebagai informan untuk

memberikan keterangan tentang sesuatu berupa fakta/pendapat mengenai

permasalahan yang sedang diteliti. Keterangan tersebut dapat disampaikan dalam

(31)

Metode yang digunakan dalam penentuan responden dalam penelitian ini

adalah metode Purposive Sampling, yaitu pelaku dari setiap stakeholder yang

berkaitan dengan penelitian (petani, industri, lembaga pendukung), pedagang

olahan salak metode pengambilan sampel dengan Snowball Sampling yaitu

menelusuri dengan mewancarai pengusaha olahan salak dan konsumen dengan

metode Accidental.

Responden yang diperlukan dalam menentukan strategi pengembangan

agroindustri salak diambil dari petani, industri, pedagang, lembaga pendukung

dan konsumen.

Tabel 5. Daftar Responden Penelitian

No Sumber Responden Jumlah

Responden

Keterangan

1 Produsen Salak 23 Petani Salak

2 Pelaku Agroindustri Salak 1 Industri pengolahan buah Salak Agrina

3 Pemasar Hasil olahan salak 3 Pedagang olahan salak

4 Lembaga pendukung 3 Dinas Pertanian, Dinas

Perindustrian dan Perdagangan, Badan Ketahanan Pangan

5 Konsumen 5 Masyarakat Umum

Total 35

3.3 Metode Pengumpul Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada

responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang dibuat

terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang

(32)

Tabel 6. Pengambilan Data Primer dan Data Sekunder

No Jenis Data Sumber

1 Data Primer

-Karakteristik Sampel Kuesioner

-Faktor Internal yang mempengaruhi pengembangan agroindustri salak

Kuesioner

-Faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan agroindustri salak

Kuesioner

2 Data Skunder

-Luas panen salak Badan Pusat Statistik

Tapanuli Selatan

-Produksi Badan Pusat Statistik

Tapanuli Selatan

-Jumlah industri kecil dan tenaga kerja Badan Pusat Statistik Tapanuli Selatan

3.4 Metode Analisis Data

Untuk menyelesaikan masalah 1 digunakan metode analisis deskriptif

dengan melihat faktor apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman dalam mengembangkan usaha agroindustri salak di daerah penelitian.

Untuk menyelesaikan masalah 2 digunakan metode analisis SWOT dari

usaha agroindustri salak di daerah penelitian untuk menentukan strategi

pengembangan usaha.

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran

penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

Definisi

1. Agroindustri salak merupakan suatu perlakuan dengan mengolah yang

bahan baku utamanya salak dengan teknologi tertentu menjadi berbagai

(33)

2. SWOT merupakan salah satu alat analisis manajemen yang digunakan

untuk mensistematisasikan masalah dan menyusun pilihan-pilihan strategi.

3. Kekuatan (Strengths) adalah unsur-unsur yang jika digunakan dengan

baik akan memperkuat tujuan atau sasaran.

4. Kelemahan (Weakness) adalah kekurangan yang jika dibiarkan akan

menggerogoti kekuatan sehingga tujuan menjadi tidak tercapai atau gagal.

5. Peluang (Opportunities) adalah kesempatan yang ada sehingga jika kita

mempergunakan kesempatan secara efektif dan tepat guna memungkinkan

sasaran dapat dicapai dengan baik.

6. Ancaman (Threats) adalah bahaya atau gangguan yang terdapat dalam

suatu sistem yang jika dibiarkan akan menggerogoti kekuatan yang ada

dan membuat usaha semakin lemah.

7. Strategi pengembangan adalah usaha-usaha yang dilakukan guna

mengembangkan usaha agroindustri salak.

Batasan Operasional

Adapun batasan operasional dari penelitian ini adalah :

1. Responden adalah petani, pelaku agroindustri salak, pedagang olahan

salak, lembada pendukung dan konsumen olahan salak yang terletak di

daerah penelitian.

2. Waktu penelitian adalah tahun 2013.

3. Tempat penelitian di Desa Parsalakan, Kecamatan Angkola Barat,

(34)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Parsalakan, Kecamatan Angkola Barat,

Kabupaten Tapanuli Selatan dan yang menjadi daerah penelitian. Berikut

deskripsi daerah penelitian Desa Parsalakan :

4.1.1 Luas dan Letak Geografis

Desa Parsalakan berada di Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli

Selatan, Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah sebesar 3.200 Ha. Jarak

Desa Parsalakan dengan Kecamatan Angkola Barat (Sitinjak) adalah 9 km, jarak

ke Kabupaten Tapanuli Selatan (Sipirok) adalah 40 km dan jarak ke Ibukota

Provinsi Sumatera Utara (Medan) adalah 460 km. Secara administrasi Desa

Parsalakan mempunyai batas – batas sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Paya Tobotan

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Aek Latong Siamporik

• Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Paya Pusat Aek Nabara

• Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sawah Sialogo

4.1.2 Keadaan Penduduk

Berikut distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Parsalakan:

Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Parsalakan Tahun 2011

Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Persentase (%)

Laki-Laki

(35)

Dari tabel 7 penduduk di Desa Parsalakan pada tahun 2011 berjumlah

2659 jiwa atau 604 kepala keluarga. Terdiri dari berbagai suku yaitu suku Batak,

Jawa, Minang, Nias dan Melayu. Sementara jumlah suku yang terbanyak adalah

suku Batak. Berdasarkan jenis kelamin jumlah penduduk perempuan sebanyak

1325 jiwa (49,83 %) dari total penduduk sebanyak 2659 jiwa dan penduduk

laki-laki berjumlah 1334 jiwa (50.17%). Data ini menunjukkan bahwa jumlah

penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan.

Dilihat dari kelompok umur ternyata kelompok umur usia poduktif di Desa

Parsalakan cukup besar. Berikut gambaran jumlah penduduk menurut kelompok

umur di Desa Parsalakan :

Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Parsalakan Tahun 2011

Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

>64 Tahun 90 3.38

15-64 Tahun 1795 67.51

5-14 Tahun 604 22.72

1-4 Tahun 170 6.39

Total 2659 100.00

Sumber : Kantor Kepala Desa Parsalakan, 2011

Dari Tabel 8 di atas dapat dilihat bahwa kelompok umur yang mempunyai

jumlah paling besar adalah kelompok umur 15-64 tahun ke atas yaitu 1.795

(67.51%) dari total 2659 jiwa penduduk. Dan jumlah yang paling sedikit berada

pada kelompok umur >65 tahun yaitu sebesar 90 jiwa (3.38 %). Sedangkan umur

5-14 tahun berjumlah 604 jiwa (22.72 %), umur 1-4 tahun berjumlah 170 jiwa

(6.39 %). Berdasarkan jumlah penduduk menurut agama, penduduk di Desa

Parsalakan memeluk agama Islam yaitu sebanyak 2652 jiwa, dan memeluk

(36)

Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas penduduk di Desa Parsalakan

mampu menyelesaikan pendidikan hingga jenjang Sekolah Menengah Atas

(SMA). Namun demikian, tidak sedikit pula penduduk yang dapat menyelesaikan

pendidikannya hingga diploma bahkan sarjana. Secara keseluruhan perhatian

penduduk setempat terhadap tingkat pendidikan sudah cukup baik dilihat dari

telah banyaknya penduduk yang menyelesaikan pendidikan dasar 9 tahun dan

telah ada penduduk yang menempuh jenjang pendidikan hingga sarjana. Berikut

distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Parsalakan :

Tabel 9. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan di Desa Parsalakan Tahun 2011

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

Belum Sekolah 435 16.36

Tidak Tamat SD 445 16.74

SD 381 14.33

SMP 475 17.86

SMA 747 28.10

Diploma 62 2.33

Sarjana 114 4.28

Total 2659 100.00

Sumber : Kantor Kepala Desa Parsalakan, 2011

Dari tabel 9 diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk

paling banyak adalah tamatan SMA yaitu sebesar 747 jiwa (28.10 %). Adapun

yang belum sekolah sebesar 435 jiwa (16.36 %), yang belum sekolah sebesar 435

jiwa (16,36 %) yang tidak tamat SD sebesar 445 jiwa (16.74 %), dan tamatan SD

yaitu sebesar 381 jiwa (14.33 %). Tingkat pendidikan yang paling sedikit

jumlahnya adalah diploma yang berjumlah 62 jiwa (2.33 %), tamat SMP 475 jiwa

(17.86 %), dan sarjana sebanyak 114 jiwa (4.28 %).

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada di suatu desa sangat dibutuhkan demi

(37)

dibutuhkan penduduk, seperti sarana ibadah, kesehatan, pendidikan, transportasi,

dan lain-lain telah tersedia. Hal ini dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini :

Tabel 10. Sarana dan Prasarana Desa Parsalakan Tahun 2009

No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 Sarana Ibadah

Mesjid 18

2 Sarana Kesehatan

Posyandu 5

Lapangan Bulu Tangkis 2

7 Jalan Dusun 2

Jalan Desa 1

Jalan Protokol 1

Jalan Kabupaten 1

Sumber : Kantor Kepala Desa Parsalakan, 2011

4.2 Karakateristik Responden 4.2.1 Produsen Salak

Produsen adalah kelompok tani agrina yang berjumlah 23 petani yang

memiliki usahatani salak dan hasil panen salak tersebut dijual langsung ke industri

pengolahan salak agrina.

Tabel 11. Karakteristik Petani Salak Di Daerah Penelitian

No Uraian Interval Rata-rata

1 Umur (tahun) 27-53 38,26

2 Pendidikan (tahun) 6-16 11,65

3 Jumlah Tanggungan (jiwa) 1-5 3,08

4 Pengalaman bertani (tahun) 2-26 11,08

5 Luas Lahan (Ha) 0,5-5 1,87

(38)

4.2.2 Pelaku Agroindustri Salak

Sampel dijadikan sampel adalah Sentra Industri Pengolahan buah salak

agrina dan hanya satu-satunya pengolahan salak di daerah penelitian.

Tabel 12. Karakteristik Pelaku Agroindustri Salak

No Uraian Interval Rata-rata

1 Umur (tahun) 51 51

2 Pendidikan (tahun) 12 12

3 Jumlah Tanggungan (orang) 3 3

4 Lama bekerja (tahun) 7 7

Sumber : Lampiran 1

4.2.3. Pedagang Produk Olahan Salak

Pedagang olahan salak yang menjadi sampel dalam penelitian ini terdiri

dari 3 orang. Masing-masing pedagang olahan berdagang di sekitar daerah

industri.

Tabel 13. Karakteristik Pedagang Olahan Salak

No Uraian Interval Rata-rata

1 Umur (tahun) 21-38 31,66

2 Pendidikan (tahun) 12 12,00

3 Jumlah tanggungan (jiwa) 2 2,00

4 Lama berjualan (tahun) 1-5 2,66

Sumber : Lampiran 1

4.2.4 Lembaga Pendukung

Lembaga yang pendukung yang menjadi sampel dalam penelitian ini

terdiri dari Dinas Pertanian, Dinas Perindustian dan Perdagangan dan Badan

Ketahanan Pangan.

Tabel 14. Karakteristik Lembaga Pendukung

No Lembaga Status Umur/

thn

Lama Jabatan/thn

1 Dinas Pertanian Kepala Bidang Usaha Tani

48 8

2 Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kepala Seksi

Pengembangan Usaha UKM

(39)

3 Badan Ketahanan

Konsumen yang menjadi sampel di daerah penelitian adalah sebagai

berikut :

Tabel 15. Karakteristik Konsumen

No Uraian Interval Rata-rata

1 Umur (tahun) 21-52 33

2 Pendidikan (tahun) 9-16 12,20

3 Jumlah Tanggungan (orang) 2-5 2,2

4 Penghasilan (Rp) 750.000-2.500.000 1.600.000

5 Frekuensi Pembelian/bulan 1-3 1,80

Sumber : Lampiran 1

Dalam subsistem agroindustri memiliki stakeholders yang saling berkaitan

dengan sistem agribisnis untuk membatu dalam mengembangkan agroindustri

salak. Tabel 16 akan menjelaskan fungsi dari stakeholders agroindustri salak di

daerah penelitian.

Tabel 16. Stakeholders Agroindustri dan Fungsinya No Stakeholders

Agroindustri Fungsi

1 Produsen Salak -Sebagai penyedia bahan baku

2 Pengolah salak -Sebagai tempat mengolah dan menghasilkan berbagai jenis produk olahan salak

3 Pemasar -Sebagai sarana yang menawarkan produk

kepada konsumen

4 Lembaga perbankan -Sebagai penyedia modal untuk melakukan usaha

5 Lembaga Pemerintah -Sebagai penentu kebijakan dalam mengembangkan usaha dan pemberi layanan/fasilitas

6 Badan penelitian dan pengembangan

-Sebagai tempat riset dan penelitian dalam mengembangkan usaha

7 Badan sertifikasi -Sebagai penentu pembuatan sertifikat dan label dari produk

(40)

Industri ini merupakan koperasi yang bernama Koperasi Agro Rimba

Nusantara (Koperasi Agrina) dan berdiri pada 25 September 2007, namun baru

aktif pada tahun 2008. Koperasi ini memiliki jumlah anggota sebanyak 164

anggota dan anggota yang aktif hanya 25 orang. Koperasi ini merupakan

”Showroom dan Work Shop Sentra Industri Kecil Pengolahan Buah Salak yang

tergolong ke dalam industri kecil karena sesuai dengan penggolongan jenis

industri menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Dikatakan industri kecil

jika suatu industri memiliki aset lebih kecil dari Rp 200 juta diluar tanah dan

bangunan, omset tahunan lebih kecil dari Rp 1 milyar.

Industri ini merupakan sebuah industri yang bergerak dalam bidang

pengolahan makanan dan minuman yang terbuat dari buah salak, dimana proses

produksi dilakukan sebanyak enam kali dalam seminggu. Hasil dari pengolahan

salak tersebut adalah nagogo drink, sirup salak, madu salak, kurma salak, dodol

salak dan keripik salak. Tabel 17 akan menunjukkan produksi olahan salak pada

tahun 2013 :

Tabel 17. Produksi Olahan Salak Bulan Januari - Agustus 2013

No Jenis Produk Produksi

1 Dodol Salak besar 6.783 kotak

2 Dodol Salak kecil 9.317 kotak

3 Dodol salak batang 236 kotak

4 Keripik Salak 3.872 kotak

5 Kurma Salak 8.964 kotak

6 Agar-agar salak 2.780 kotak

7 Madu Salak 753 botol

8 Sirup Salak 2.052 botol

9 Nagogo Drink 14.180 botol

(41)

4.4 Pengolahan Salak

a. Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan adalah buah salak yang masih segar dan salak

yang dipilih adalah salak yang matang dan manis. Bahan baku yang dipakai

disortasi dengan memilah salak yang daging buah salak yang tebal dan tipis.

Daging salak yang tebal digunakan untuk kurma, dodol salak dan daging yang

tipis untuk produk yang lain. Dalam satu kali produksi olahan salak digunakan

bahan baku salak sebanyak 500 kg/hari yang diperoleh dari para petani salak

disekitar daerah penelitian.

b. Bahan Penunjang

Bahan penunjang yang digunakan untuk mengolah salak adalah gula pasir,

garam, kapur sirih dan air, tepung ketan, santan, tepung agar-agar, Natrium

Benzoat (bahan pengawet makanan dan minuman), essen salak (zat aroma salak)

dan minyak goreng.

c. Peralatan dan mesin

Alat yang digunakan dalam proses produksi olahan salak yaitu pisau,

sarung tangan, ember besar dan kecil, wajan, tungku, blancer, sendok kayu,

sendok jepit stainless, talam stainless, alat saring, meja penjemuran, oven, rumah

kaca, bahan bakar kayu, tampi bambu, kuali besi besar, timbangan duduk,

timbangan gantung, timbangan elektrik, ayakan tepung, kuas, parutan besi,

nampan plastik, kayu penggiling. Dan mesin yang digunakan mesin pengiris

(slicer), mesin vacuum frying, mesin peniris minyak, mesin blender, mesin

packing/pengemasan, mesin pencuci botol otomatis, mesin press penutup botol

(42)

d. Tenaga kerja

Tenaga kerja yang digunakan untuk industri pengolahan buah salak

sebanyak 8 orang. Yang terdiri dari 6 tenaga kerja wanita dan 2 orang tenaga kerja

pria. Tenaga kerja diperoleh dari penduduk yang bertempat tinggal di sekitar

daerah penelitian.

Adapun proses atau tahapan kerja dari pengolahan buah salak di daerah

penelitian adalah sebagai berikut :

a) Dodol Salak

Gambar 3: Skema Pembuatan Dodol Salak

Daging salak tanpa biji

Rendam dalam air garam

Cuci bersih, didihkan 5 liter air

Masak 5 menit, tiriskan, dinginkan, giling dan haluskan

Kemas dan siap dipasarkan Tambahkan santan sedikit demi sedikit

Masak, setelah ¼ jam

Masukkan gula pasir

Tambahkan Natrium Benzoat, aduk terus, masak sampai matang (± 5 jam)

(43)

b) Kurma Salak

Gambar 4 : Skema Pembuatan Kurma salak

Kupas buah salak dan cuci bersih

Rendam dalam air garam 1 malam, cuci dan tiriskan

Rendam dalam air kapur sirih 1 malam, cuci dan tiriskan

Masak dalam air, cuci dan tiriskan

Taburi buah salak dengan gula putih

Ulangi perlakuan 3x sampai salak berwarna merah Tiriskan dan pisahkan dan air gula

Air gula

Masak salak dengan air gula T = 120 oC

Diamkan 1 malam Diamkan 1 malam

Masak salak dan air gula sampai kental

Tiriskan air gula

Jemur kurma salak selama ++2hari

(44)

c) Keripik Salak

Gambar 5 : Skema Pembuatan Keripik Salak

d) Agar-agar Salak

Gambar 6 : Skema Pembuatan agar-Agar Salak

Siapkan larutan air dan garam

Rendam salak selama ±1/4 jam, cuci bersih dan tiriskan

Goreng dengan vacuum Frying selama 1,5 jam

Setelah kering dinginkan ¼ jam

Kemas dan pasarkan

Angkat lalu tiriskan dengan kipas peniris minyak

Buah salak dikupas, buang bagian ujung, belah dua memanjang dan buang bijinya

Buah salak dikupas, dibuang bijinya dan cuci bersih

Masukkan dalam juicer

Saring dan pisahkan ampasnya

Masak air salak dengan gula putih dan air

Masak hingga mendidih dan + Na Benzoat

(45)

e) Sirup Salak

Gambar 7 : Skema Pembuatan Sirup Salak

Buah salak dikupas, dibuang bijinya

Cuci bersih dengan air panas

Ekstraksi dalam juicer

Sari salak tanpa ampas dimasak

Masak kembali sampai T=1200C Masak sampai mendidih (T=1200C)

Saring dengan alat penyaring

Endapkan selama 1 malam

Masak dan + Na Benzoat 0,5 gr/15 liter (T=70-800C)

Tambah air dan gula

Masukkan gula pasir, aduk-aduk (T=1200C)

(46)

f) Nagogo Drink

Gambar 8 : Skema Pembutan Nagogo Drink

Buah salak dikupas, dibuang bijinya

Cuci bersih dengan air panas

Ekstraksi dalam juicer

Sari salak tanpa ampas dimasak

Saring dan kemas dalam botol steril Masak sampai mendidih (T=1200C)

Saring dengan alat penyaring

Endapkan selama 1 malam

Masak dan + Na Benzoat 0,5 gr/15 liter (T=70-800C)

(47)

g) Madu Salak

Gambar 9 : Skema Pembuatan Madu Salak

Buah salak dikupas, dibuang bijinya

Cuci bersih dengan air panas

Ekstraksi dalam juicer

Sari salak tanpa ampas dimasak

Masak sampai mendidih (T=1200C)

Saring dengan alat penyaring

Endapkan selama 1 malam

Kemas dalam botol steril

(48)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Pengembangan Agroindustri Salak.

5.1.1 Kekuatan Agroindustri Salak

Adapun kekuatan agroindustri salak di daerah penelitian :

1. Ketersediaan bahan baku salak yang melimpah

Bahan baku sangat penting bagi agroindustri yang mengolah suatu produk,

karena bahan baku merupakan salah satu sumber daya fisik yang penting dalam

mengembangkan agroindustri salak. Berdasarkan hasil penelitian, buah salak

dapat dipanen pada 4 musim dimana panen raya pada bulan (Nopember,

Desember dan Januari), panen sedang pada bulan (Mei, Juni dan Juli), panen kecil

pada bulan (Februari, Maret dan April), panen kosong/istirahat pada

bulan-bulan (Agustus, September dan Oktober).

Pada musim panen raya dapat dipanen dalam waktu 10 hari dengan

produksi salak lebih dari 15 karung/ha, pada panen sedang salak dapat dipanen 2

minggu dengan produksi sekitar 10-15 karung/ha, pada musim panen kecil

dipanen 2 minggu juga dengan produksi salak sekitar 10 karung/ha, sedangkan

panen kosong/istrahat petani juga panen salak akan tetapi produksi salak dibawah

10 karung/ha dimana (1 karung sekitar 25 kg). Berdasarkan tabel 18 dapat

(49)

Tabel 18. Data Produksi Tanaman Salak Desa Parsalakan Tahun 2012

Produksi Desa Parsalakan

Ton/Hari 36,17

Ton/minggu 253,2

Ton/bulan 1012,8

Ton/tahunan 12153,6

Sumber : Data diolah dari Balai Pertanian Kecamatan Angkola Barat

Kelancaran proses produksi dalam mengembangkan suatu usaha di bidang

agroindustri diperlukan ketersediaan bahan baku banyak. Ketersediaan bahan

baku salak di desa parsalakan yang mencapai 36,17 ton/hari sedangkan bahan

baku salak yang digunakan industri dalam mengolah salak sebanyak ± 500

kg/hari dimana diperoleh dari kelompok tani salak Agrina. Hal ini akan

memberikan kekuatan bagi industri dikarenakan tersedianya bahan baku salak

sangat banyak dengan bahan baku yang digunakan di industri masih sedikit.

2. Ketersediaan tenaga kerja yang banyak

Ketersediaan tenaga kerja merupakan salah satu input dalam proses

produksi maupun pada proses pascapanen dalam bentuk yang lain. Tenaga kerja

atau sumber daya manusia yang bisa diartikan sebagai karyawan ini merupakan

salah satu sumber daya internal yang penting bagi perusahaan untuk meraih serta

mempertahankan keunggulan kompetitif. Di daerah penelitian jumlah angkatan

kerja yang produktif berumur antara 15-64 tahun sangat besar sebanyak 1975 jiwa

dan hampir 67 % dari penduduk seluruhnya 2659 jiwa. Di industri memiliki 8

tenaga kerja dan memiliki daya tampung untuk tenaga kerja industri sebanyak 20

orang. Angkatan kerja di industri tidak membutuhkan pendidikan formal akan

tetapi memerlukan keterampilan dan ketekunan. Hal ini merupakan kekuatan bagi

industri dalam mengembangkan agroindustri salak karena tidak mengalami

(50)

3. Banyaknya variasi produk olahan salak

Produk yang dihasilkan dari diversifikasi buah salak di industri

pengolahan salak agrina terdiri dari berbagai produk seperti dodol salak, keripik

salak, kurma salak, madu salak, sirup salak, nagogo drink dan agar-agar salak.

Dengan adanya variasi produk olahan salak yang banyak tersebut dapat menjadi

kekuatan bagi industri dikarenakan sudah menghasilkan produk beranekaragam

dalam bentuk kemasan yang menarik sehingga memberikan daya tarik kepada

konsumen.

4. Memiliki sertifikat produk

Produk olahan salak telah memiliki memiliki izin PIRT (Produk Industri

Rumah Tangga) dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dan telah

mencamtumkan label “Halal” pada produk olahan salak. Produk olahan seperti

dodol salak, keripik salak, kurma salak, madu salak, sirup salak, nagogo drink dan

agar-agar salak sudah memiliki sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia

Provinsi Sumatera Utara pada awal tahun 2013. Kemasan produk olahan salak

saat ini sudah sesuai dengan peraturan pemerintah Nomor 15 tahun 1992 tentang

standar nasional Indonesia (SNI) dan sudah tercantum tanggal kadaluarsa (expire

date). Hal ini memberikan kekuatan bagi industri karena dengan adanya sertifikat

tersebut konsumen tidak akan ragu untuk membeli produk olahan salak

(51)

5. Jumlah Produksi Bertambah

Industri pengolahan salak di daerah penelitian sudah tergolong industri

usuha kecil dan menengah dan industri ini sudah menghasilkan produk olahan

salak yang sangat beranekaragam. Dari hasil penelitian, industri ini berproduksi

setiap 6 hari dalam seminggu dimana mengggunakan bahan baku 500 kg salak

per hari. Data produksi olahan salak dalam 3 tahun terakhir menunjukkan

peningkatan setiap tahunnya, tabel 19 akan menjelaskan produksi salak mulai

tahun 2010-2012.

Tabel 19. Produksi Produk Olahan Salak Tahun 2010-2012

No Jenis Produk Produksi

2010 2011 2012

1 Dodol Salak besar 12207 13286 14793 Kotak 2 Dodol Salak kecil 14352 16949 18343 Kotak 3 Dodol salak batang 2234 2396 2824 Kotak

4 Keripik Salak 10752 12275 13649 Kotak

5 Kurma Salak 14100 14950 16534 Kotak

6 Agar-agar salak 4140 5697 6325 Kotak

7 Madu Salak 2017 2316 3000 Botol

8 Sirup Salak 2394 2487 3042 Botol

9 Nagogo Drink 2500 14490 15804 Botol

Sumber : Sentra Industri Pengolahan Salak Agrina, 2013

Hal ini memberikan kekuatan bagi industri dengan peningkatan produksi

olahan salak akan memberikan keuntungan yang baik bagi industri.

6. Produk sudah mulai dikenal masyarakat

Industri telah banyak melakukan promosi baik melalui brosur, maupun

pameran didaerah baik di pulau Sumatera maupun di pulau Jawa. Bahkan industri

sudah pernah mengikuti pameran produk UKM di Hongkong. Pada tahun 2013

industri juga sudah mengikuti pameran Pekan Flori dan Flora Nasional (PF2N) di

Yogyakarta. Sedangkan, untuk pemasaran produk di sekitar wilayah industri

(52)

daerah Kota Padangsidimpuan. Hal ini memberikan kekuatan bagi industri karena

dengan promosi yang luas akan menyebabkan produk akan dikenal oleh

masyarakat banyak.

6.1.2 Kelemahan Agroindustri Salak

1. Ketersediaan modal terbatas

Ketersediaan modal dalam agroindustri salak sangat terbatas dikarenakan

modal yang dipakai menggunakan modal dari kelompok untuk agroindustri salak.

Modal tetap sentra industri salak yaitu tanah dan bangunan produksi permanen,

rumah kaca dengan total aset Rp 200.000.000 yang merupakan bantuan dari

Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan. Industri merupakan koperasi yang terdiri

dari 164 anggota yang simpanan pokok Rp 50.000 per orang dan iuran per bulan

Rp 10.000. Saat ini industri tidak memiliki pinjaman dari pihak perbankan atau

bantuan modal dari investor. Hal ini menyebabkan hal ini mengakibatkan

pengusaha industri salak mengalami kesulitan dalam memproduksi olahan salak

karena keterbatasan modal untuk menyediakan bahan baku dan tenaga kerja untuk

mengembangkan olahan salak.

2. Kurangnya tenaga yang profesional

Dalam proses penerapan suatu teknologi sangat diperlukan orang-orang

yang ahli di bidangnya yang dapat memberikan pengarahan dan bimbingan agar

teknologi yang telah disampaikan dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan.

Oleh karena itu, sangat diperlukan tenaga ahli yang sesuai dengan produk yang

akan dikembangkan. Tenaga kerja yang diperlukan dalam pengembangan

agroindustri salak harus kreatif dan inovatif. Namun, didaerah penelitian tenaga

(53)

3. Kurangnya kemitraan industri dengan lembaga lain.

Kemitraan merupakan pendukung bagi industri untuk mengembangkan

usaha. Berdasarkan hasil penelitian, industri belum memiliki kerja sama dengan

lembaga manapun untuk mengembangkan agroindustri salak dimana industri tidak

memiliki kerja sama dengan investor untuk menanamkan modal maupun pinjaman

dengan pihak perbankan. Dengan ketidaktersediaan kerja sama dengan lembaga

lain mengakibat industri sulit berkembang dalam mengembangkan agroindustri

salak.

5.1.3 Peluang Agroindustri Salak

1. Pemasaran produk cukup luas

Peluang pemasaran produk olahan salak sudah sangat luas karena

penjualan sebagian produk olahan salak telah mengalami peningkatatan setiap

tahunnya. Dari hasil penelitian dengan pengusaha industri pengolahan salak

penjualan akan produk olahan salak sudah banyak dengan tujuan pemasaran

keluar daerah diantaranya penjualan di daerah Sumatera seperti Kota

Padangsidimpuan, Sibolga, Sibuhuan. Pada tahun 2009 pemasaran salak sudah

sampai ke daerah Medan, Pekanbaru dan Pelembang dan pada tahun 2010

pemasarannya sudah sampai ke Jakarta. Tabel 20 akan menunjukkan data

penjualan berbagai jenis produk olahan salak pada tahun 2010-2012 sebagai

(54)

Tabel 20. Penjualan Produk Olahan Salak Tahun 2010-2012

No Jenis Produk Penjualan

2010 2011 2012

1 Dodol Salak besar 9828 8795 9996 Kotak

2 Dodol Salak kecil 11320 14882 17337 Kotak

3 Dodol salak batang 1550 1629 1601 Kotak

4 Keripik Salak 8985 9744 10418 Kotak

5 Kurma Salak 11064 12262 13176 Kotak

6 Agar-agar salak 2968 3906 4376 Kotak

7 Madu Salak 1172 1509 1307 Botol

8 Sirup Salak 1708 1758 1785 Botol

9 Nagogo Drink 2500 8042 7495 Botol

Sumber : Sentra Industri Pengolahan Salak Agrina, 2013

2. Adanya dukungan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan

Adapun dukungan yang diberikan oleh Pemerintahan Daerah kabupaten

Tapanuli Selatan dengan menempatkan komoditas salak sebagai komoditas

ungulan dan ciri khas daerah. Selain itu, pemerintahan daerah Kabupaten Tapanuli

Selatan terus memberikan dukungan melalui pemberian peralatan bagi industri

dan pelatihan bagi kelompok tani dalam mengolah salak. Adapun bentuk bantuan

yang diberikan oleh pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan yaitu bangunan dan

tanah untuk industri, peralatan industri, rumah kaca. Dan dukungan juga yang

diberikan yaitu memberikan pelatihan bagi kelompok tani yang ingin mengolah

salak.

3. Sarana dan prasarana (jalan, listrik dan telekomunikasi) yang mendukung

Ketersediaan sarana dan prasarana jalan, listrik dan komunikasi sangat

penting. Dengan tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung akan

meningkatkan investasi didaerah tersebut. Jalan merupakan prasarana yang

penting untuk menunjang mobilitas orang, barang dan jasa. Jalan disekitar industri

sudah sangat baik karena merupakan jalan yang menghubungkan antar Ibu Kota

(55)

sentra industri ke pusat Kota Padangsidimpuan sekitar ± 11 km. Selain itu, tenaga

listrik di daerah industri sudah ada sehingga tidak menghambat proses produksi

dan jaringan telekomunikasi sudah terjangkau sehingga pelaku industri dengan

mudah berkomunikasi ke luar daerah. Dengan kondisi sarana dan prasarana

seperti ini akan mempengaruhi proses produksi, karena mobilitas barang baik

dalam pengadaan bahan baku dan pemasaran hasil akan menjadi lancar dan dapat

memberikan peluang bagi industri.

4. Nilai jual olahan salak tinggi.

Dengan terciptanya agoindustri salak akan menciptakan barang yang

bernilai ekonomis. Harga salak yang antara kisaran Rp 3.000 – 5.000 per kilogram

jadi dengan adanya pengolahan salak dapat meningkatkan harga jual salak. Hal ini

memberikan peluang bagi industri untuk mengembangkan agroindustri salak.

Pada tabel 21 akan menjelaskan harga produk olahan salak tahun 2012 :

Tabel 21. Daftar Harga Produk Olahan Salak Tahun 2012

No Jenis Produk Harga (Rp)

1 Dodol Salak Besar 12.000

2 Dodol Salak Kecil 8.000

3 Dodol Salak Batang 6.000

4 Kurma Salak 10.000

5 Keripik Salak 12.000

6 Agar-agar Salak 6.000

7 Nagogo Drink 4.000

8 Madu Salak 12.000

9 Sirup Salak Besar 25.000

10 Sirup Salak Kecil 15.000

Sumber : Sentra Industri Pengolahan Salak Agrina, 2013

5. Sistem birokrasi baik dan keamanan yang kondusif

Sistem birokrasi yang baik dan keamanan yang kondusif sehingga

membuka peluang agroindustri salak. Berdasarkan hasil penelitian sistem

(56)

dikarenakan Pemerintah Kabuapaten Tapanuli Selatan telah ada peraturan daerah

untuk memberikan kemudahan persyaratan untuk memperoleh perizinan dan

menyederhanakan tata cara perizinan usaha bagi pelaku usaha. Dengan hal

kemudahan perizinan tersebut di daerah Kabupaten Tapanuli Selatan telah ada

investor asing yang menanamkan modalnya di bidang pertambangan. Dalam hal

keamanan saat ini sangat terjamin dikarenakan saat ini belum adanya keluhan

masyarakat mengenai adanya pungutan liar yang dapat mengakibatkan biaya

tinggi bagi usaha. Dengan kondisi iklim birokrasi dan keamanan yang kondusif

akan berpengaruh terhadap kelancaran suatu usaha investasi. Maka jika kondisi

iklim politik dan keamanan disuatu daerah baik maka minat dari investor akan

terbuka lebar dalam mengembangkan agroindustri salak.

7. Ketersediaan lahan usaha tani yang luas

Ketersediaan lahan usaha tani petani salak merupakan lahan yang

diusahakan secara turun temurun. Berdasarkan dari hasil penelitian dilapangan,

digambarkan bahwa luas lahan yang diusahakan kelompok tani salak Agrina

seluruhnya 36,4 Ha dan luas lahan tanaman salak di Desa Parsalakan 2532 Ha.

Luas lahan petani lebih dari 1,5 Ha sebesar 58%, luas lahan 1-1,5 Ha sebesar

19%, luas lahan 0,6-1 Ha sebesar 13%, dan luas lahan 0-0,5 Ha sebesar 10%. Hal

ini merupakan kekuatan bagi usaha pengolahan salak karena dengan ketersediaan

lahan yang luas akan memperoleh bahan baku salak yang melimpah dalam

Gambar

Tabel 4. Jumlah Industri Kecil (Tenaga Kerja 5-19 orang) dan Tenaga kerja serta Produksi yang dihasilkan Tahun 2011
Tabel 5. Daftar Responden Penelitian
Tabel 6. Pengambilan Data Primer dan Data Sekunder
Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Parsalakan                Tahun 2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu program pemberantasan demam berdarah oleh Puskesmas adalah pemantauan jentik berkala (PJB) yang dilakukan 4 kali dalam setahun.. Selain itu juga ada program lain

Bila mu- tu warga belajar paket C meningkat, da- pat diharapkan peringkat kelulusan da- lam program tersebut akan lebih baik; (3) memberikan alternatif bagi Dinas

Oleh karena itu, digunakanlah metode pemurnian lain untuk memurnikan protein hEGF hasil produksi skala fermentor yaitu dengan menggunakan serangkaian metode

Pasangan Batako tebal 1/2 bata, camp... Pemasangan

Jika fungsi faktor produksi (tenaga kerja) sama atau produktivitas dan efisiensi di dua negara sama, maka tentu tidak akan terjadi perdagangan internasional karena harga barang

fungsi sensorik, dalam hal ini melibatkan sensor visual ( visual orienting ). Bagian otak yang terlibat dalam proses orienting terletak pada lobus parietal dan

Kalimat yang terdapat dalam teks iklan kosmetik di atas yaitu menggunakan kalimat yang mementingkan produk (Vitalis), sedangkan berdasarkan pilihan katanya termasuk

Untuk lebih memperjelas pembahasan mengenai WAP, WML dan PHP, pada bagian berikutnya penulis memberikan sebuah contoh aplikasi WAP yang pada intinya memanfaatkan WML dan PHP