RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENGARSIPAN BERKAS DAN PENGENDALIAN PROSES PENANGANAN PERKARA
DI KEJAKSAAN NEGERI SURABAYA
TUGAS AKHIR
Nama : Julian Tri Atmadja NIM : 07.41010.0119 Program : S1 (Strata Satu) Jurusan : Sistem Informasi
SEKOLAH TINGGI
MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA
RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENGARSIPAN BERKAS DAN PENGENDALIAN PROSES PENANGANAN PERKARA
DI KEJAKSAAN NEGERI SURABAYA
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Komputer
Oleh :
Nama : Julian Tri Atmadja NIM : 07.41010.0119 Program : S1 (Strata Satu) Jurusan : Sistem Informasi
SEKOLAH TINGGI
MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA
Ber-amal dan berbuat baiklah di masa hidupmu
Ku persembahkan kepada:
Orang tua tercinta (Dody Soejarwadi (Alm) & Ani Iriantini)
Kakak Tersayang
Teman dan Sahabat
Tugas Akhir
RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENGARSIPAN BERKAS DAN PENGENDALIAN PROSES PENANGANAN PERKARA
DI KEJAKSAAN NEGERI SURABAYA
Dipersiapkan dan disusun Oleh : Julian Tri Atmadja NIM: 07.41010.0119
Telah diperiksa, diuji dan disetujui oleh Dewan Penguji pada: Maret 2014
Susunan Dewan Penguji Pembimbing
I. Dr. M.J Dewiyani Sunarto . _______________________ II.Tony Soebijono, S.E., S.H., M.Ak. _______________________ Penguji
I. Tutut Wurijanto, M.Kom. _______________________ II. A. B. Tjandrarini, S.Si., M.Kom. _______________________
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana
Pantjawati Sudarmaningtyas, S.Kom., M.Eng. Pembantu Ketua Bidang Akademik
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan benar, bahwa Tugas Akhir ini adalah asli karya saya, bukan plagiat baik sebagian maupun apalagi keseluruhan. Karya atau pendapat orang lain dalam Tugas Akhir ini adalah semata hanya rujukan yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka saya.
Apabila di kemudian hari ditemukan adanya tindakan plagiat pada karya Tugas Akhir ini, maka saya Bersedia untuk dilakukan pencabutan terhadap gelar kesarjanaan yang telah diberikan kepada saya.
Surabaya, Maret 2014
Di Kejaksaan Negeri Surabaya penanganan berkas perkara dilakukan secara manual, yakni dari awal data SPDP masuk tahap I hingga ke tahap II. Selama ini Kasipidum melakukan penunjukkan jaksa dengan cara manual, sehingga tidak dapat diketahui jumlah beban perkara yang ditangani dan juga tidak dapat dilakukan pemantauan secara langsung terhadap penanganan perkara yang ditangani oleh masing-masing jaksa.
Karena itu dibutuhkan sistem informasi pengarsipan berkas dan pengendalian proses penanganan perkara di Kejaksaan Negeri Surabaya. Sistem diharapkan dapat terintegrasi di bagian sekretariat, pratut, kasipidum dan jaksa. Di bagian jaksa akan diberikan sistem notifikasi. Sehingga dapat memudahkan pejabat Kasipidum untuk memantau (monitoring) sebuah dokumen atau berkas perkara yang diinput dari bagian sekretariat hingga user Jaksa. Sehingga dapat diketahui status perkara misalnya : lama perkara, jaksa yang menangani, status terakhir dari perkara tersebut.
Evaluasi terhadap aplikasi dilakukan oleh Kasipidum, melalui wawancara dan pengujian aplikasi yang dilakukan sebanyak lima kali percobaan untuk masing – masing bagian. Berdasarkan dari hasil pengujian, hasilnya yang diharapkan Kasipidum sesuai. Maka dapat disimpulkan aplikasi ini dapat memudahkan pekerjaan setiap user dan dapat membantu Kasipidum untuk memantau suatu perkara.
Kata kunci : Pengarsipan, Pengendalian
Halaman
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Pembatasan Masalah ... 7
1.4 Tujuan ... 8
1.5 Sistematika Penulisan ... 8
BAB II LANDASAN TEORI ... 10
2.1 Tentang Kejaksaan ... 10
2.2 Konsep Dasar Sistem ... 21
2.3 Konsep Dasar Informasi ... 22
2.4 Monitoring ... 23
2.5 Arsip ... 24
2.6 PHP ... 27
2.7 My SQL ... 31
2.8 System Flow ... 31
2.9 Data Flow Diagram (DFD) ... 33
2.11 Entity Relationship Diagram ... 34
2.12 Konsep Dasar Basis Data ... 35
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 39
3.1 Analisis Sistem ... 39
3.2 Perancangan Sistem ... 45
3.3 Desain Uji Coba ... 73
BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ... 80
4.1 Implementasi Sistem ... 80
4.2 Penjelasan Penggunaan Aplikasi ... 83
4.3 Uji Coba Dan Evaluasi ... 98
4.4 Pembahasan ... 113
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 114
5.1 Kesimpulan ... 114
5.2 Saran... 114
DAFTAR PUSTAKA ... 115
LAMPIRAN ... 116
1.1 Latar Belakang Masalah
Kejaksaan sebagai salah satu lembaga penegak hukum dituntut untuk lebih berperan dalam menegakkan hukum, perlindungan kepentingan umum, penegakkan hak asasi manusia, serta pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya, Kejaksaan Republik Indonesia yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan harus mampu mewujudkan kepastian hukum, ketertiban hukum, keadilan dan kebenaran berdasarkan hukum dan mengindahkan norma-norma keagamaan, kesopanan dan kesusilaan, serta wajib menggali nilai-nilai kemanusiaan hukum dan keadilan yang hidup dalam masyarakat. Kewenangan kejaksaan untuk melakukan penyidikan tindak pidana tertentu dimaksudkan untuk menampung beberapa ketentuan undang-undang yang memberikan kewenangan kepada kejaksaan untuk melakukan penyidikan.
Tugas utama Kejaksaan Republik Indonesia berdasarkan UU No. 16 Tahun 2004 pasal 30, tentang Kejaksaan Republik Indonesia adalah :
1. Melakukan penuntutan;
2. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;
3. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana.;
4. Melaksanakan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang;
5. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pemeriksaanya dikoordinasikan dengan penyidik.
Perlu ditambahkan, kejaksaan juga merupakan satu-satunya instansi pelaksana putusan pidana. Selain berperan dalam perkara pidana, kejaksaan juga memiliki peran lain dalam hukum perdata dan Tata Usaha Negara, yaitu dapat mewakili pemerintah dalam perkara perdata dan Tata Usaha Negara sebagai jaksa pengacara negara. Jaksa sebagai pelaksana kewenangan tersebut diberi wewenang sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan, dan wewenang lain berdasarkan undang-undang.
Di Kejaksaan Negeri terdapat dua jenis perkara yaitu perkara di bagian pidana umum dan perkara di bagian pidana khusus. Hukum pidana khusus adalah merupakan hukum pidana yang mengatur tindak pidana tertentu saja misalnya tindak pidana fiskal. Contoh kasus pidana khusus, antara lain : tindak pidana narkotika, korupsi dan pencucian uang. Sedangkan hukum pidana umum adalah hukum pidana yang dibentuk oleh pemerintah pusat yang berlaku bagi subjek hukum yang berada dan berbuat melanggar larangan hukum pidana di seluruh wilayah hukum negara. Sebagian contoh kasus pidana umum, antara lain : kekerasan akibat perkelahian atau penganiyaan, kejahatan kesusilaan, pembunuhan, pencurian, penipuan.
kerjanya meliputi Polrestabes Surabaya dan 18 (delapanbelas) Polsek, yaitu : Polsek Tegalsari, Polsek Simokerto, Polsek Genteng, Polsek Gubeng, Polsek Sukolilo, Polsek Tambaksari, Polsek Mulyorejo, Polsek Rungkut, Polsek Tenggilis Mejoyo, Polsek Jambangan, Polsek Wonokromo, Polsek Karang Pilang, Polsek Wonocolo, Polsek Gayungan, Polsek Lakarsantri, Polsek Sawahan, Polsek Wiyung, Polsek Dukuh Pakis. Sehingga wilayah kerja Kejaksaan Negeri Surabaya sangat strategis ditinjau dari segi ekonomi dan merupakam titik sentral dari Kabupaten lainnya di Provinsi Jawa Timur.
Terkait dengan tugas utama Kejaksaan, Kejaksaan Negeri Surabaya tidak terlepas dari penanganan berkas perkara untuk segera dilakukan penuntutan. Pada saat ini di Kejaksaan Negeri Surabaya penanganan berkas perkara dilakukan secara manual. Proses penanganan berkas perkara dimulai dari diterimanya Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) dari penyidik oleh bagian sekretariat hanya diregistrasi pada buku besar, setelah itu SPDP diserahkan kepada Kepala Seksi Tindak Pidana Umum (kasipidum) guna penunjukan jaksa, setelah penunjukan jaksa SPDP diberikan ke bagian prapenuntutan (pratut), di bagian pratut dibuatkan surat perintah penunjukan jaksa penuntut umum (P-16) dengan menggunakan microsoft word dan begitu seterusnya sampai dokumen itu masuk ke tahap II (tahap penuntutan).
membutuhkan waktu yang lama karena belum terdapat database yang memuat berkas perkara secara softcopy. Di bagian jaksa penuntut umum, biasanya jaksa bisa mengulur waktu untuk segera melengkapi dokumen perkara(P-21) dan karena banyaknya kasus yang ditanganinya, sehingga penanganan kasus menjadi semakin lama. Dan selama ini kasipidum tidak dapat melakukan pemantauan secara langsung penanganan perkara yang di tangani oleh masing-masing jaksa. Karena itu bagian tindak pidana umum membutuhkan sistem pengolahan data
(database) yang dapat membuat sistem sesuai dengan Standar Operasional
Prosedur (SOP) yang ada di Kejaksaan Negeri Surabaya, dan dapat terintegarasi di bagian sekretariat, pratut, kasipidum dan jaksa. Di bagian jaksa akan diberikan sistem notifikasi atau pemberitahuan untuk dapat mengingatkan batas waktu penyelesaian apabila waktu P-18 dan P-19 sudah mendekati 14 hari, agar segera dikonfirmasi dengan penyidik.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut :
1. Bagaimana membuat sistem pengarsipan berkas penanganan perkara di Kejaksaan Negeri Surabaya?
2. Bagaimana membuat sistem informasi pengendalian proses penanganan perkara di Kejaksaan Negeri Surabaya?
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan perumusan masalah yang ditentukan, batasan masalah terdiri dari :
1. Hanya membuat sistem pada bagian Pidana Umum dan tidak membahas di bagian pidana khusus.
2. Tidak membahas Tahap III Upaya Hukum dan Eksekusi(Uheksi).
3. Notifikasi jaksa hanya lewat sistem (user jaksa).
4. Di asumsikan bahwa berkas di Kejaksaan secara hardcopy maupun softcopy sesuai
1.4 Tujuan
Sesuai dengan permasalahan yang ada, tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Terbentuknya sistem pengarsipan berkas penanganan perkara di Kejaksaan Negeri Surabaya.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki beberapa nilai manfaat, antara lain : 1. Sebagai transparansi kinerja jaksa agar Kasipidum dapat mengetahui sampai
dimana kasus yang ditangani jaksa dan seberapa lama kasus yang ditangani. 2. Memberikan laporan pada kasipidum, total jumlah perkara yang masuk dan
jenis perkara yang masuk di polsek wilayah Surabaya. 1.6 Sistematika Penulisan
Penulisan Tugas Akhir ini secara sistematika diatur dan disusun dalam lima bab, yaitu :
Bab I : Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah diambilnya topik Tugas Akhir, rumusan masalah dari topik Tugas Akhir, batasan masalah atau ruang lingkup pengerjaan Tugas Akhir, tujuan yang ingin dicapai dari Tugas Akhir yang dibuat, serta sistematika penulisan laporan Tugas Akhir.
Bab II : Landasan Teori
Bab III : Perancangan Sistem
Dalam bab ini dijelaskan tentang arsitektur aplikasi, dan dilanjutkan dengan penjelasan tentang Diagram Blok, DFD, ERD, serta pembuatan desain input / output aplikasi.
Bab IV : Implementasi dan Evaluasi
Dalam bab ini dijelaskan tentang implementasi dari aplikasi yang dibuat, rancangan input / output, pengujian terhadap aplikasi untuk mengetahui apakah aplikasi dapat berfungsi sesuai dengan yang diharapkan.
Bab V : Penutup
2.1 Tentang Kejaksaan 2.1.1 Pengertian Kejaksaan
Kejaksaan R.I. adalah lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan negara, khususnya di bidang penuntutan. Sebagai badan yang berwenang dalam penegakan hukum dan keadilan, Kejaksaan dipimpin oleh Jaksa Agung yang dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi, dan Kejaksaan Negeri merupakan kekuasaan negara khususnya dibidang penuntutan, dimana semuanya merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan.
Mengacu pada Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 yang menggantikan UU No. 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan R.I., Kejaksaan sebagai salah satu lembaga penegak hukum dituntut untuk lebih berperan dalam menegakkan supremasi hukum, perlindungan kepentingan umum, penegakan hak asasi manusia, serta pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Di dalam UU Kejaksaan yang baru ini, Kejaksaan RI sebagai lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan harus melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya secara merdeka, terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya (Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004).
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Kejaksaan dipimpin oleh Jaksa Agung yang membawahi enam Jaksa Agung Muda serta 31 Kepala Kejaksaan Tinggi pada tiap provinsi. UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan
Republik Indonesia juga mengisyaratkan bahwa lembaga Kejaksaan berada pada posisi sentral dengan peran strategis dalam pemantapan ketahanan bangsa. Karena Kejaksaan berada diporos dan menjadi filter antara proses penyidikan dan proses pemeriksaan di persidangan serta juga sebagai pelaksana penetapan dan keputusan pengadilan. Sehingga, Lembaga Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara
(Dominus Litis), karena hanya institusi Kejaksaan yang dapat menentukan apakah
suatu kasus dapat diajukan ke Pengadilan atau tidak berdasarkan alat bukti yang sah menurut Hukum Acara Pidana.
Perlu ditambahkan, Kejaksaan juga merupakan satu-satunya instansi pelaksana putusan pidana (executive ambtenaar). Selain berperan dalam perkara pidana, Kejaksaan juga memiliki peran lain dalam Hukum Perdata dan Tata Usaha Negara, yaitu dapat mewakili Pemerintah dalam Perkara Perdata dan Tata Usaha Negara sebagai Jaksa Pengacara Negara. Jaksa sebagai pelaksana kewenangan tersebut diberi wewenang sebagai Penuntut Umum serta melaksanakan putusan pengadilan, dan wewenang lain berdasarkan Undang-Undang.
2.1.2 Pidana umum
Seksi Tindak Pidana Umum mempunyai tugas melaksanakan pengendalian, prapenuntutan, pemeriksaan tambahan, penuntutan, melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan, pengawasan terhadap keputusan lepas bersyarat dan tindakan hukum lainnya dalam perkara Tindak Pidana Umum.
Dalam melaksanakan tugasnya, seksi tindak pidana umum menyelenggarakan fungsi :
b. Penyiapan rencana, pelaksanaan dan penyiapan bahan pengendalian kegiatan prapenuntutan, pemeriksaan tambahan, penuntutan dalam perkara tindak pidana terhadap keamanan negara dan ketertiban umum, tindak pidana terhadap orang dan harta benda serta tindak pidana umum lain yang diatur diluar Kitab Undang-undang pidana;
c. Penyiapkan bahan pengendalian dan atau pelaksanaan penetapan hakim dan putusan pengadilan, melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan lepas bersyarat dan tindakan hukum lain dalam perkara tindak pidana umum serta pengadministrasiannya ;
d. Pembinaan kerjasama dan melakukan koordinasi dengan instansi serta pemberian bimbingan serta petunjuk teknis dalam penanganan perkara tindak pidana umum kepada penyidik;
e. Penyiapan bahan saran, konsepsi tentang pendapat dan atau pertimbangan hukum Jaksa Agung mengenai perkara tindak pidana umum dan masalah hukum lainnya dalam kebijaksanaan penegakan hukum;
f. Peningkatan kemampuan, ketrampilan dan integritas kepribadian aparat tindak pidana umum daerah hukum Kejaksaan Negeri yang bersangkutan;
g. Pengamanan teknis atas pelaksanaan tugas dan wewenang kejaksaan di bidang tindak pidana umum.
1. Menunjuk Jaksa yang professional dan berintergrasi tinggi untuk mengikuti perkembangan penyidikan dengan menerbitkan surat P-16.
2. Penerimaan berkas perkara dari Penyidik diteliti oleh Jaksa (P-16) yang ditunjuk dan tenggang waktu yang ditentukan untuk menentukan sikap adalah 6(enam) hari apakah berkas perkara telah lengkap (P-21) atau belum lengkap (P-18) dan apabila berkas perkara dinyatakan belum lengkap harus diterbitkan (P-19) dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari setelah (P-18)
3. Terhadap berkas perkara yang telah dinyatakan lengkap diperintahkan kepada jaksa untuk meminta kepada penyidik agar menyerahkan tanggung jawab tersangka dan barang bukti dalam waktu paling lama 5 (lima) hari.
4. Setelah penyerahan tersangka dan barang bukti (Tahap II) dalam batas waktu maksimal 10 (sepuluh) hari sudah harus dilimpah ke Pengadilan Negeri.
5. Bahwa pelaksanaan eksekusi terhadap putusan yang mempunyai kekutan hukum tetap (inkrach) dilakukan dalam batas waktu paling lama 7 (tujuh) hari sejak putusan.
Kode- kode yang digunakan kejaksaan dalam proses pidana. Istilah pidana Istilah P-21, P-16, P-18, P-19 yang berhubungan dengan proses perkara pidana merupakan kode administrasi perkara pidana kejaksaan yang tertuang dalam Keputusan JaksaAgung RI No. 518/A/J.A/11/2001 tanggal 1 Nopember 2001 tentang PerubahanKeputusan Jaksa Agung RI No. 132/JA/11/1994 tentang Administrasi Perkara Tindak Pidana. Kode administrasi perkara pidana di Kejaksaan adalah sebagai berikut:
P-16A Surat Perintah Penunjukkan Jaksa Penuntut Umum untuk Penyelesaian Perkara Tindak Pidana
P-17 Permintaan Perkembangan Hasil Penyelidikan P-18 Hasil Penyelidikan Belum Lengkap
P-19 Pengembalian Berkas Perkara untuk Dilengkapi P-20 Pemberitahuan bahwa Waktu Penyidikan Telah Habis P-21 Pemberitahuan bahwa Hasil Penyidikan sudah Lengkap P-31 Surat Pelimpahan Perkara Acara Pemeriksaan Biasa (APB)
Kode-kode tersebut adalah kode formulir yang digunakan dalam proses penanganan dan penyelesaian perkara tindak pidana.
2.1.3 Prapenuntutan
Prapenuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk mengikuti perkembangan penyidikan setelah menerima pemberitahuan dimulainya penyidikan dari penyidik, mempelajari atau meneliti kelengkapan berkas perkara hasil penyidikan yang diterima dari penyidik serta memberikan petunjuk guna dilengkapi oleh penyidik untuk dapat menentukan apakah berkas perkara tersebut lengkap atau tidak.
Dengan demikian dalam pengertian luas, prapenunutan meliputi pelaksanaan tugas-tugas : Pemantauan perkembangan penyidikan, penelitian Berkas Perkara tahap pertama, pemberian petunjuk guna melengkapi hasil penyidikan, penelitian ulang Berkas Perkara, Penelitian Tersangka dan Barang Bukti pada tahap penyerahan tanggung jawab atas tersangka.(Peraturan Jaksa
2.1.4 Penuntutan
Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam hukum acara pidana dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan. (KUHAP BAB I PASAL 1).
Adapun gambaran umum alur berkas perkara di Kejaksaan Negeri Surabaya mulai dari berkas diterima tahap prapenuntutan sampai di tahap penuntutan adalah sebagai berikut :
Penyidik menunjuk jaksa
Bag. Pratut Membuat P-16
Jaksa menerima P-16 .
Buat P-18 & P-19 diserahkan ke
penyidik
Buat P-21 & P-21A Tidak Lengkap
Lengkap
Diterima oleh
penyidik Tahap penuntutan
Penyidik menerima P-18 &
P-19
Melengkapi berkas ke Jaksa
maks 14 hari
Penyidik menyerahkan
tersangka
Bag.Penuntutan Membuat P-16A &
T-7
Kasipidum menandatangani
P-16A & T-7
Jaksa Menerima P-31 & P-32 dan barang bukti Bag.Penuntutan
membuat P-31 & P-32 Membuat No.
registrasi
No registrasi BB diserahkan ke bagian penuntutan
Keterangan gambar 2.1 :
1. Penyidik menyerahkan SPDPkepada Kejaksaan
2. Di Kejaksaan bagian sekretariat setelah menerima SPDP melakukan registrasi, yaitu : tanggal masuk, tanggal penyidikan, nama, pasal
3. Kasipidum menunjuk jaksa untuk melakukan perkembangan penyidikan perkara dari penyidikan.
4. Di bagian prapenuntutan membuat dokumen P-16 yang isinya nama, tersangka, alamat, tanggal lahir, usia, melanggar pasal, pekerjaan. Dan selain itu memerintahkan jaksa untuk mengikuti perkembangan penyidikan, setelah itu surat P-16 diberikan ke jaksa yang terkait.
5. Jaksa menerima P-16 dan meneliti berkas perkara yang diberikan oleh penyidik jika belum lengkap jaksa akan membuat surat pengembalian berkas(P-18) dan disertai petunjuk dengan surat(P-19) kepada penyidik, yang isinya agar berkas segera dilengkapi dan diberi waktu maksimal 14 hari. Bila berkas perkara telah memenuhi syarat formil maupun materiil, jaksa akan menyatakan berkas perkara telah lengkap dan membuat surat pemberitahuan bahwa berkas sudah lengkap(P-21) untuk diserahkan penyidik bahwa berkas sudah lengkap.
Keterangan gambar 2.2 :
2. Di bagian penuntutan membuat dokumen P-16A dan surat penahanan (T-7) lalu dokumen tersebut di berikan ke kasipidum.
3. Kasipidum menandatangani dokumen P-16A dan T-7 lalu dikembalikan lagi ke bagian penuntutan.
4. Di bagian Barang Bukti (BB) melakukan registrasi lalu diberikan ke bagian penuntutan.
5. Bagian penuntutan membuat surat perlimpahan perkara (P-31) diberikan oleh jaksa beserta barang buktinya.
2.1.5 Standar Operasional Prosedur (SOP) Kejaksaan Negeri Surabaya Sesuai dengan SOP yang ada di Kejaksaan Negeri Surabaya adalah. a. Prosedur Penerimaan Surat Pemberitahuan Dimulainya penyidikan (SPDP)
1. Penerimaan SPDP dicatat dalam Register Penerimaan Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan.
2. Setelah penerimaan SPDP diterbitkan Surat Perintah Penunjukan Jaksa Penuntut Umum untuk penelitian dan Penyelesaian Perkara (P-16), Jaksa yang ditunjuk bertugas untuk memantau perkembangan penyidikan.
4. Selain koordinasi dan kerja sama secara fungsional tersebut angka 3, dibina pula koordinasi dan kerjasama positif secara instansional melalui Forum Rapat Koordinasi Antar Penegak Hukum ditingkat daerah.
5. Apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya SPDP, penyidik belum menyampaikan hasil penyidikan maka Jaksa Peneliti harus mengusulkan kepada Kepala Kejaksaan Negeri untuk diterbitkan P.17 (Perkembangan Hasil Penyidikan). Apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkan P-17, penyidik masih belum menyampaikan hasil penyidikan maka Jaksa Peneliti harus mengusulkan kepada Kepala Kejaksaan Negeri untuk mengembalikan SPDP kepada penyidik dan mencoret SPDP.
b. Prosedur Penerimaan Berkas Perkara Tahap Pertama.
1. Penerimaan berkas perkara tersebut dicatat dalam register penerimaan berkas perkara tahap pertama dan pelaporannya menggunakan peneliti berkas perkara tahap pertama difokuskan kepada :
b. Kelengkapan materiil, yakni kelengkapan informasi, data , fakta dan alat bukti yang diperlukan bagi kepentingan pembuktian. Kriteria yang dapat digunakan sebagai tolak ukur kelengkapan materiil antara lain :
1. Apa yang terjadi (tindak pidana beserta kwalifikasi dan pasal yang dilanggar);
2. Siapa pelaku, siapa-siapa yang melihat, mendengar, mengalami peristiwa itu (tersangka, saksi-saksi atau ahli);
3. Bagaimana perbuatan itu dilakukan (modus operandi); 4. Dimana perbuatan dilakukan (tempus delicti);
5. Akibat apa yang ditimbulkannya (ditinjau secara viktimologis);
6. Apa yang hendak dicapai dengan perbuatan itu (motivasi yang mendorong pelaku)
7. Kelengkapan materiil terpenuhi bila segala sesuatu yang diperlukan bagi kepentingan pembuktian telah tersedia sebagai hasil penyidikan.
c. Prosedur Pengembalian Berkas Perkara (P-18 dan P-19).
1. Apabila menurut hasil penelitian ternyata hasil penyidikan telah lengkap, maka dikeluarkan Surat Pemberitahuan Hasil Penyidikan Sudah Lengkap (P-21) dan bila sebaliknya, dikeluarkan Surat Pemberitahuan Hasil Penyidikan Belum Lengkap (P-18) dan Berkas perkara dikembalikan disertai dengan petunjuk guna melengkapi hasil penyidikan (P-19).
3. Pengembalian berkas perkara kepada Penyidik dilakukan lewat kurir atau berkas perkara dapat diserahkan langsung kepada Penyidik . Kedua bentuk penyerahan kembali Berkas Perkara tersebut dilengkapi dengan P-19 dan tanda terima Pengembalian Berkas Perkara.
4. Apabila setelah lebih dari 14 hari sejak dikembalikan berkas perkara kepada penyidik untuk dilengkapi belum juga dikembalikan ke Jaksa Penuntut Umum maka Jaksa Penuntut Umum mengusulkan untuk diterbitkan P-20, setelah itu apabila di setujui oleh Kajari maka P-20 baru diterbitkan dan ditandatangani oleh Kajari.
5. Apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkannya P-20 penyidik belum mengembalikan berkas perkara, maka demi kepastian hukum serta sesuai dengan asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan Kajari agar mengembalikan SPDP perkara dimaksud kepada penyidik dan menghapus perkara tersebut dari register perkara yang ada di Kejaksaan.
2.1.6 Berkas Perkara
Berkas perkara adalah kumpulan dan seluruh kegiatan dan atau keterangan yang berkaitan dengan tindakan penyidikan tindak pidana dalam bentuk produk tertulis yang dilakukan oleh penyidik atau penyidik pembantu
(SOP PENYELESAIAN DAN PENYERAHAN BERKAS PERKARA).
2.1.7 Pengertian Penyidik
negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk melakukan penyidikan.
Di dalam buku KUHAP BAB III dasar peradilan, pasal 7 ayat (1)
Penyidik kewajibanya mempunyai wewenang :
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana. b. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian.
c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memriksa tanda pengenal diri tersangka.
d. Melakukan penangkapan, penahan, penggeledahan dan penyitaan. e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.
f. Mengambil sidik jari dan memotret seorang.
g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi. h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara.
i. Mengadakan penghentian penyidikan.
j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
2.1.8 Pengertian Jaksa
Di dalam buku KUHAP BAB III Bagian ketiga penuntut umum, pasal 13. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
a. Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik atau penyidik pembantu.
b. Mengadakan prapenuntutan apabila ada kekuranagan pada penyidikan dengan memperhatikan ketentuan pasal 10 ayat (3) dan ayat (4) dengan memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidik dari penyidik.
c. Memberi perpanjangan penahanan, melakukan penahanan atau penahanan lanjutan dan atau mengubah status tahanan setelah perkaranya dilimpahkan oleh penyadik.
d. Membuat surat dakwaaan.
e. Melimpahkan perkara ke pengadilan.
f. Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari dan waktu perkara disidangkan yang disertai surat panggilan, baik kepada terdakwa maupun kepada saksi, untuk datang pada sidang yang telah ditentukan.
g. Melakukan penuntutan.
i. Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai penuntut umum menurut ketentuan undang -undang ini.
j. Melaksanakan penetapan hakim.
Di dalam buku KUHAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN pasal 13 ayat (1), Jaksa
diberhentikan tidak dengan hormat dari jabatanya dengan alasan :
a. Dipidana karena bermasalah melakukan tindakan pidana kejahatan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
b. Terus menerus melalaikan kewajiban dalam menjalakan tugas pekerjaanya. c. Melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11.
d. Melakukan perbuatan tercela.
Ayat(2) pengusulan pemberhentian tidak dengan hormat dengan alasannya sebagaimana dimaksud dengan pada ayat (1) huruf b, huruf c, huruf, dan huruf e, dilakukan setelah jaksa yang bersangkutan diberi kesempatan secukupnya untuk membela diri dihadapan Majelis Kehormatan Jaksa.
2.2 Konsep Dasar Sistem
Pendekatan sistem yang merupakan jaringan kerja dari prosedur lebih menekankan urutan-urutan operasi di dalam sistem. Prosedur (procedure) didefinisikan oleh Neuschel, 1976 sebagai berikut:
“Prosedur adalah suatu urut-urutan operasi klerikal (tulis-menulis), biasanya melibatkan beberapa orang di dalam satu atau lebih departemen, yang diterapkan untuk menjamin penanganan yang seragam dari transaksi-transaksi bisnis yang terjadi.”
Pendekatan sistem yang lebih menekankan pada elemen atau komponennya dalam mendefinisikan sistem (Neuschel,1976) adalah sebagai berikut:
“Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.”
2.3 Konsep Dasar Informasi
Menurut Setya (2010), informasi (information) dapat didefinisikan sebagai berikut. Informasi adalah data yang sudah diolah menjadi sebuah bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya atau pengguna. Sumber dari informasi adalah data. Data merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal datum atau item-item. Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Kejadian-kejadian (event) adalah sesuatu yang terjadi pada saat yang tertentu.
Informasi yang berkualitas memiliki 3 kriteria, yaitu : 1. Akurat (accurate)
maksudnya. Tepat pada waktunya (timeliness) Informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat. Di dalam pengambilan keputusan, informasi yang sudah usang tidak lagi bernilai. Bila informasi datang terlambat sehingga pengambilan keputusan terlambat dilakukan, hal itu dapat berakibat fatal bagi perusahaan.
2. Relevan (relevance)
Informasi yang disampaikan harus mempunyai keterkaitan dengan masalah yang akan dibahas dengan informasi tersebut. Informasi harus bermanfaat bagi pemakainya. Di samping karakteristik, nilai informasi (value of information) ditentukan oleh dua hal, yaitu manfaat dan biaya untuk mendapatkannya. Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih besar dibanding biaya untuk mendapatkannya.
2.4. Monitoring
2.4.1 Pengertian Monitoring
Menurut Casley and Lury (1981). Monitoring adalah suatu bagian integral dari siklus manajemen dimana di dalamnya dilakukan pengecekan dan pencatatan kondisi dan situasi proyek serta faktor-faktor luar yang mempengaruhi perencanaan dan pelaksana kegiatan sehingga secara dini dapat diketahui apakah kegiatan telah dilaksanakan
2.5 Arsip
2.5.1 Pengertian arsip
Berdasarkan UU No 7 Th. 1971 :
a. Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh lembaga-lembaga negara dan badan –badan pemerintah dalam bentuk corak apapun, baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan. b. Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh Badan-badan swasta dan atau perorangan, dalam bentuk corak apa pun baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok.(Chrisyanti, 2011:1-2).
2.5.2 Kegunaan Arsip
Kegunaan arsip secara umum terbagi atas dua, yaitu kegunaan bagi instansi pencipta arsip, dan kegunaan bagi kehidupan kebangsaan. Bagi instansi pencipta, kegunaan arsip antara lain meliputi: endapan informasi pelaksanaan kegiatan, pendukung kesiapan informasi bagi pembuat keputusan, sarana peningkatan efisiensi operasional instansi, memenuhi ketentuan hukum yang berlaku, dan sebagai bukti eksistensi instansi. Sedangkan bagi kehidupan kebangsaan, kegunaan arsip antara lain sebagai: bukti pertanggungjawaban, rekaman budaya nasional sebagai “memori kolektif” dan prestasi intelektual bangsa, dan sebagai bukti sejarah.
2.5.3 Fungsi dan Tujuan Arsip
perencanaan, pelaksanaan dan juga evaluasi. Arsip statis adalah arsip yang tidak dipergunakan lagi di dalam fungsi-fungsi manajemen, tetapi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan dan penelitian. Arsip statis merupakan arsip yang memiliki nilai guna berkelanjutan (continuing value). Arsip dinamis berdasarkan kepentingan penggunaannya dapat dibedakan menjadi dua yaitu arsip dinamis aktif dan dinamis inaktif. Arsip dinamis aktif berarti arsip yang secara langsung dan terus-menerus diperlukan dan dipergunakan di dalam penyelenggaraan administrasi. Sedangkan arsip dinamis inaktif merupakan arsip-arsip yang frekuensi penggunaannya untuk penyelenggaraan administrasi sudah menurun.
Tujuan kearsipan ialah untuk menjamin keselamatan bahan pertanggungjawaban tentang perencanaan, pelaksanaan dan penyelenggaraan kehidupan kebangsaan serta untuk menyediakan bahan Kegunaan arsip secara umum terbagi atas dua, yaitu kegunaan bagi instansi pencipta arsip, dan kegunaan bagi kehidupan kebangsaan. Bagi instansi pencipta, kegunaan arsip antara lain meliputi: endapan informasi pelaksanaan kegiatan, pendukung kesiapan informasi bagi pembuat keputusan, sarana peningkatan efisiensi operasional instansi, memenuhi ketentuan hukum yang berlaku, dan sebagai bukti eksistensi instansi. Sedangkan bagi kehidupan kebangsaan, kegunaan arsip antara lain sebagai: bukti pertanggungjawaban, rekaman budaya nasional sebagai “memori kolektif” dan prestasi intelektual bangsa, dan sebagai bukti sejarah.
1. Arsip Dinamis, Dipergunakan secara langsung dalam perencanaan, pelaksanaan, penyelanggaran kehidupan kebangsaan pada umumnya atau dipergunakan secara langsung dalam penyelenggaraan administrasi negara.
2. Arsip Statis, Arsip yang tidak dipergunakan secara langsung untuk perencanaan, penyelenggaraan sehari-hari administrasi negara.
2.5.4 Wujud Arsip
a. Dokumen, Semua benda yang dapat memberi informasi sehingga benda tersebut disebut sebagai sumber informasi.
b. Warkat / Record, Berupa kertas kerja yang mempunyai informasi setiap hari dikantor terjadi peristiwa dan amsalah yang diabadikan oleh pegawai kantor menjadi catatan tertulis, gambar, rekaman atau grafik yang mempunyai nilai informasi. Warkat betindak sebagai kata benda adalah
1. Setiap catatan dan disimpan.
2. Bahan tertulis dan digunakan sebagai bukti.
3. Daftar, monumen, dan sebagainya dimana suatu bukti tertulis.
Jadi warkat atau record adalah setiap data baik yang tertulis, bergambar, maupun yang direkam mengenai sesuatu hal, peristiwa yang digunakan sebagai alat pengingat.
Gambar 2.3 dan gambar 2.4 adalah gambar arsip berkas yang ada pada tahap pra penuntutan dan tahap penuntutan di Kejaksaan Negeri Surabaya, berkas yang ada pada tahap pra penuntutan yaitu adalah : SPDP, P-16, P-17, P-18, P-19, P-20, P-20 dan pada tahap penuntutan adalah : P-16A, T-7, P-31.
2.6 PHP (Hypertext Preprocessor) 2.6.1 Pengertian PHP
PHP merupakan script untuk pemrograman script web server-side script yang membuat dookumen HTML, secara on the fly, dokumen HTML yang dihasilkan dari suatu aplikasi bukan dokumen HTML, yang dibuat dengan menggunakan editor teks atau editor HTML.
Dengan menggunakan PHP maka maintenance suatu situs web menjadi lebih mudah. Proses update data dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi yang dibuat dengan menggunakan script PHP.
PHP/FImerupakan nama awal dari PHP. PHP – Personal Home Page, FI
adalah Form Interface. Dibuat pertama kali oleh Rasmus Lerdoff. PHP, awalnya
Pra Penuntutan
SPDP P-16 P-17 P-18 P-19 P-20 P-21
Tahap II Penuntutan
P-16A T-7 P-31
merupakan program CGI yang dikhususkan untuk menerima input melalui form yang ditampilkan dalam browser web. Software ini disebarluaskan dan dilisensikan sebagai perangkat lunak open source. (Sidik, 2006:3-4)
2.6.2 Sejarah perkembangan PHP
Menurut dokumen resmi PHP, PHP merupakan singkatan dari PHP
Hypertext Preprocessor. PHP merupakan bahasa berbentuk skrip yang
ditempatkan di dalam server dan diproses di server. Secara khusus, PHP dirancang untuk membentuk aplikasi web dinamis. Artinya, PHP dapat membentuk suatu tampilan berdasarkan permintaan terkini. Misalnya, pengguna dapat menampilkan isi suatu database pada halaman web. Pada prinsipnya PHP mempunyai fungsi yang sama dengan skrip-skrip seperti ASP (Active Server
Page), ColdFusion, ataupun Perl. Namun perlu diketahui bahwa PHP sebenarnya
dapat dipakai secara command line, artinya skrip PHP dapat dijalankan tanpa melibatkan web server maupun webbrowser.
Kelahiran PHP bermula saat Rasmus Lerdorf membuat sejumlah skrip
Perl yang dapat mengamati siapa saja yang melihat-lihat daftar riwayat hidupnya, yakni pada tahun 1994. Skrip-skrip ini selanjutnya dikemas menjadi tool yang disebut “Portable Home Page”. Paket inilah yang menjadi cikal bakal dari PHP. Pada tahun 1995, Rasmus menciptkan PHP/F1 versi 2. Pada versi inilah pemrogram dapat menempelkan kode terstruktur di dalam tag HTML. Yang menarik, kode PHP juga dapat berkomunikasi dengan database dan melakukan perhitungan-perhitungan yang kompleks.
berfungsi pada server-server yang berbasis UNIX, Windows, dan Macintosh. Pada mulanya PHP dirancang untuk diintegrasikan dengan web server Apache, namun belakangan PHP juga dapat bekerja dengan web server seperti PWS (Personal
Web Server), IIS (Internet Information Server), dan Xitami. (Kadir, 2008:2)
2.4.3 Konsep kerja PHP
Model kerja HTML diawali dengan permintaan suatu halaman web oleh
webbrowser. Berdasarkan URL (Uniform Resource Locator) atau dikenal dengan
sebutan alamat internet, web browser mendapatkan alamat dari web server, mengidentifikasi halaman yang dikehendaki, dan menyampaikan segala informasi yang dibutuhkan oleh web server.
Selanjutnya web server akan mencarikan berkas yang diminta dan memberikan datanya pada web browser. Web browser yang mendapatkan data dari web server segera melakukan proses penerjemahan kode HTML dan menampilkannya ke layar pengguna. (Kadir, 2008:4-5)
Gambar 2.4 Skema HTML
Jika halaman yang diminta adalah sebuah halaman PHP maka prinsipnya serupa dengan kode HTML. Hanya saja ketika berkas PHP yang diminta didapatkan oleh web server, datanya akan segera dikirimkan kepada mesin PHP dan mesin inilah yang memproses dan memberikan hasilnya (berupa kode HTML) kepada web server. Selanjutnya web server menyampaikannya kepada client. (Kadir, 2008:6)
Gambar 2.5 Skema PHP (Sumber: Kadir, 2008:6)
Pada saat ini PHP sudah dapat berkomunikasi dengan berbagai database
meskipun dengan kelengkapan yang berbeda-beda. Beberapa jenis database yang dapat terhubung dengan PHP di antaranya adalah (Kadir, 2008:6-7):
1. Base
2. DBM
3. FilePro (Personic, Inc.)
4. Informix
5. Ingres
7. Microsoft Access
8. MSSQL 9. MySQL
10. Oracle
11. PostgreeSQL
12. Sybase
2.7 MySQL
MySQL adalah database server relasional yang gratis dibawah lisensi
GNU General Public License. Dengan sifatnya yang open source. MySQL
merupakan database server multi user dan multi threaded yang tangguh dengan memiliki banyak fitur MySQL bisa bersaing dengan databse komersial sekalipun, MySQL menjadi databse pilihan untuk banyak pengguna PHP.
MySQL adalah sistem manajemen relasional.suatu database relasional menyimpan data dalam tabel- tabel terpisah. Hal ini memungkinkan kecepatan dan fleksibilitas. Tabel-tabel yang dihubungkan dengan relasi yang ditentukan membuatnya bisa mengkombinasikan data dari beberapa tabel pada suatu permintaan. Konektivitas, kecepatan dan keamananya membuat MySQL cocok untuk pengaksesan database pada internet.(Firrar, 2002:2)
2.8 System Flow
System flow atau bagan alir sistem merupakan bagan yang menunjukkan
Keterangan gambar 2.6 : 1. Simbol dokumen
Menunjukkan dokumen input dan output baik untuk proses manual atau komputer.
2. Simbol kegiatan manual
Menunjukkan pekerjaan manual. 3. Simbol simpanan offline
Menunjukkan file non-komputer yang diarsip. 4. Simbol proses
Menunjukkan kegiatan proses dari operasi program komputer. 5. Simbol database
Menunjukkan tempat untuk menyimpan data hasil operasi komputer. 6. Simbol garis alir
Menunjukkan arus dari proses. 1. Simbol Dokumen
2. Simbol Kegiatan Manual
3. Simbol Simpanan Offline
4. Simbol Proses
5. Simbol Database
6. Simbol Garis Alir
7. Simbol Penghubung ke Halaman yang Sama
8. Simbol Penghubung ke Halaman Lain
7. Simbol penghubung
Menunjukkan penghubung ke halaman yang masih sama atau ke halaman lain
2.9 Data Flow Diagram (DFD)
DFD sering digunakan untuk menggambarkan suatu sistem yang telah ada atau sistem baru yang akan dikembangkan secara logika tanpa mempertimbangkan lingkungan fisik dimana data tersebut mengalir. DFD merupakan alat yang digunakan pada metodologi pengembangan sistem yang terstruktur dan dapat mengembangkan arus data di dalam sistem dengan terstruktur dan jelas.
Simbol-simbol yang digunakan dalam DFD :
1. External Entity atau Boundary
External entity atau kesatuan luar merupakan kesatuan di lingkungan luar
sistem yang dapat berupa orang, organisasi atau sistem lainnya yang berada di lingkungan luarnya yang akan memberikan input atau menerima output dari sistem. External entity disimbolkan dengan notasi kotak.
2. Arus Data
Arus Data (data flow) di DFD diberi simbol panah. Arus data ini mengalir di antara proses, simpanan data (data store) dan kesatuan luar (external entity). Arus data ini menunjukkan arus data yang dapat berupa masukan untuk sistem atau hasil dari proses sistem.
3. Proses
menghasilkan arus data yang akan keluar dari proses. Simbol proses berupa lingkaran atau persegi panjang bersudut tumpul.
4. Simpanan Data
Simpanan data merupakan simpanan dari data yang dapat berupa hal-hal sebagai berikut, sebagai gambaran:
a. Suatu file atau database di sistem komputer. b. Suatu arsip atau catatan manual.
c. Suatu kotak tempat data di meja seseorang. d. Suatu tabel acuan manual.
2.10 Contex Diagram
Context Diagram merupakan langkah pertama dalam pembuatan DFD.
Pada context diagram dijelaskan sistem apa yang dibuat dan eksternal entity apa saja yang terlibat. Dalam context diagram harus ada arus data yang masuk dan arus data yang keluar.
2.11 Entity Relationship Diagram
Entity Relationship Diagram (ERD) merupakan penggambaran hubungan
antara beberapa entity yang digunakan untuk merancang database yang akan diperlukan.
2.12 Konsep Dasar Basis Data
Menurut Yuswanto (2005), database merupakan sekumpulan data yang berisi informasi yang saling berhubungan. Pengertian ini sangat berbeda antara
database Relasional dan Non Relasional. Pada database Non Relasional, sebuah
Menurut Marlinda (2004), database adalah suatu susunan/kumpulan data operasional lengkap dari suatu organisasi atau perusahaan yang diorganisir atau dikelola dan disimpan secara terintegrasi dengan menggunakan metode tertentu menggunakan komputer sehingga mampu menyediakan informasi optimal yang diperlukan pemakainya.
Penyusunan satu database digunakan untuk mengatasi masalah-masalah pada penyusunan data yaitu redundansi dan inkonsistensi data, kesulitan pengaksesan data, isolasi data untuk standarisasi, multiple user (banyak pemakai),
security (masalah keamanan), masalah integrasi (kesatuan), dan masalah data
independence (kebebasan data).
2.12.1 Sistem Basis Data
Menurut Marlinda (2004), sistem basis data adalah suatu sistem menyusun dan mengelola record menggunakan komputer untuk menyimpan atau merekam serta memelihara dan operasional lengkap sebuah organisasi atau perusahaan sehingga mampu menyediakan informasi optimal yang diperlukan pemakai untuk proses mengambil keputusan.
Pada sebuah sistem basis data terdapat komponen-komponen utama yaitu Perangkat Keras (Hardware), Sistem Operasi (Operating System), Basis Data
(Database), Sistem (Aplikasi atau Perangkat Lunak) Pengelola Basis Data
(DBMS), Pemakai (User), dan Aplikasi (Perangkat Lunak) lain (bersifat opsional).
Kelebihan Sistem Basis Data :
2. Mencegah ketidakkonsistenan.
3. Keamanan data dapat terjaga, yaitu data dapat dilindungi dari pemakai yang tidak berwenang.
4. Integritas dapat dipertahankan.
5. Data dapat dipergunakan bersama-sama. 6. Menyediakan recovery.
7. Memudahkan penerapan standarisasi. 8. Data bersifat mandiri (data independence).
9. Keterpaduan data terjaga, memelihara keterpaduan data berarti data harus akurat. Hal ini sangat erat hubungannya dengan pengontrolan kerangkapan data dan pemeliharaan keselarasan data.
Kekurangan Sistem Basis Data
1. Diperlukan tempat penyimpanan yang besar.
2. Diperlukan tenaga yang terampil dalam mengolah data.
3. Kerusakan sistem basis data dapat mempengaruhi departemen yang terkait.
2.12.2 Database Management System
Menurut Marlinda (2004), Database Management System (DBMS) merupakan kumpulan file yang saling berkaitan dan program untuk pengelolanya. Basis Data adalah kumpulan datanya, sedang program pengelolanya berdiri sendiri dalam suatu paket program yang komersial untuk membaca data, menghapus data, dan melaporkan data dalam basis data.
Bahasa-bahasa yang terdapat dalam DBMS adalah :
Pola skema basis data dispesifikasikan dengan satu set definisi yang diekspresikan dengan satu bahasa khusus yang disebut DDL. Hasil kompilasi perintah DDL adalah satu set tabel yang disimpan di dalam file khusus yang disebut data dictionary/directory.
2.Data Manipulation Language (DML)
Bahasa yang memperbolehkan pemakai mengakses atau memanipulasi data sebagai yang diorganisasikan sebelumnya model data yang tepat.
3. Query
Pernyataan yang diajukan untuk mengambil informasi. Merupakan bagian DML yang digunakan untuk pengambilan informasi.
Fungsi DBMS :
1. Data Definition
DBMS harus dapat mengolah data definition atau pendefinisian data.
2. Data Manipulation
DBMS harus dapat menangani permintaan-permintaan dari pemakai untuk mengakses data.
3. Data Security dan Integrity
DBMS dapat memeriksa security dan integrity data yang didefinisikan oleh DBA.
4. Data Recovery dan Concurrency
b. DBMS harus dapat mengontrol pengaksesan data yang konkuren yaitu bila satu data diakses secara bersama-sama oleh lebih dari satu pemakai pada saat yang bersamaan.
5. Data Dictionary
BAB III
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1 Analisis Sistem
Dalam Sub bab ini penulis akan menganalisa masalah yang ada dan menentukan kebutuhan dari sistem yang akan dibuat.
3.1.1 Identifikasi Masalah
Saat ini di Kejaksaan Negeri Surabaya menggunakan sistem yang semi manual. Di tahap I berkas pertama yang masuk dari penyidik adalah SPDP (Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan). Di bagian sekretariat diregistrasi menggunakan buku besar, setelah diregistrasi SPDP diserahkan ke kasipidum guna untuk penunjukkan jaksa, setelah penunjukkan jaksa dilakukan, SPDP diberikan ke bagian pratut, di bagian pratut dibuatkan surat P-16 (Surat penunjukkan jaksa) dengan menggunakan microsoft word dan begitu seterusnya sampai dokumen itu masuk ke tahap II tahap penuntutan.
Permasalahan yang ada di bagian prapenuntutan hingga ke bagian penuntutan yaitu di bagian prapenuntutan setiap harinya terdapat 10 (sepuluh) hingga 20 (duapuluh) SPDP yang masuk. jika pegawai mencari dokumen perkara harus mencarinya dengan cara manual, yaitu mencari satu-persatu data yang diarsipkan. Di bagian Kasipidum selama ini melakukan penunjukkan jaksa dengan cara manual, sehingga Kasipidum tidak dapat mengetahui beban perkara jaksa yang ditangani dan juga tidak dapat memantau hasil yang ditangani masing-masing jaksa, selama ini pembuatan surat yang dilakukan jaksa adalah membuat surat P-17 hingga P-21. Ketika SPDP masuk hingga dibuatkan surat P-21
(dinyatakan lengkap) oleh jaksa, Kasipidum sedikit kesulitan memantau jaksa sampai proses manakah surat yg dibuat oleh jaksa tersebut. Di bagian jaksa penuntut umum, karena banyaknya kasus yang ditanganinnya biasanya jaksa bisa mengulur waktu untuk melengkapi dokumen perkara hingga pembuatan surat (P-21), sehingga kasus semakin lama. Karena itu bagian tindak pidana umum membutuhkan sistem pengolahan data (database). yang dapat membuat sistem sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang ada di Kejaksaan Negeri Surabaya, dan dapat terintegarasi pada bagian sekretariat, pratut, kasipidum dan jaksa. Di bagian pejabat jaksa diberi sistem notifikasi atau pemberitahuan untuk dapat mengingatkan jaksa bila waktu P-18 dan P-19 sudah mendekati 14 hari, agar segera dikonfirmasi dengan penyidik.
Permasalahan yang ada di bagian penuntutan sama dengan bagian prapenuntutan yaitu membuat sistem yang terintegrasi dari bagian prapenuntutan sampai dengan bagian barang bukti. Sistem informasi ini dapat memudahkan pejabat Kasipidum untuk memantau (monitoring) sebuah dokumen perkara yang
diinput dari bagian sekretariat hingga bagian penuntutan, agar dapat mengetahui
status perkara yang terintegrasi awal misalnya : lama perkara, jaksa yang menangani, status terakhir dari perkara tersebut. Dan sistem juga dapat menghasilkan laporan jumlah perkara yang masuk dan jenis perkara yang ada di wilayah Surabaya.
3.1.2 Document Flow Sistem Saat Ini.
Docflow Prapenuntutan
SPDP SPDP Membuat P-16
P-16
P-16
BP
Berkas lengkap atau
tidak
Mengecek BP
Membuat P-17
P-17 Belum ada BP P-17
Gambar 3.1 Docflow prapenuntutan Keterangan :
1. Bagian sekretariat
Penyidik memberikan Surat Pemberitahuan Dimulai Penyidikan (SPDP) dan Berkas Perkara (BP) ke bagian sekretariat, sebelum SPDP diserahkan ke Kasipidum, SPDP dan BP ditulis di buku register terlebih dahulu setelah itu diserahkan ke Kasipidum.
2. Bagian Kasipidum
3. Bagian Pratut
Di bagian pratut membuat surat P-16 dalam format Microsoft Word (.doc) yang isinya surat penunjukan jaksa yang ditunjuk bertugas untuk memantau perkembangan penyidikan.
4. Bagian Jaksa
Jaksa menerima surat P-16 dari pratut. Setelah itu dicek berkas yang diberikan oleh penyidik, jika Berkas Perkara tidak diserahkan bersamaan dengan SPDP, jaksa menunggu BP diserahkan dari penyidik, apabila dalam 30 hari penyidik belum menyampaikan BP maka jaksa membuat surat P-17 yang isinya meminta hasil penyidikan, dalam microsoft word (.doc). setelah itu jaksa memeriksa berkas agar bisa dinyatakan lengkap atau tidak. Apabila tidak lengkap jaksa membuat surat P-18 beserta P-19 yang isinya bahwa berkas segera dilengkapi dan diuraikan secara rinci untuk diserahkan ke penyidik, disini penyidik diberi waktu 14 hari untuk melengkapi berkas yang diminta oleh jaksa. Dan apabila berkas dinyatakan lengkap jaksa membuat surat P-21. Dan diserahkan oleh penyidik.
menyediakan form P-16 yang sudah terisi. Di bagian jaksa menerima notifikasi
bahwa ada perkara yang harus ditangani, apabila jaksa mau membuat P-18 sistem dapat langsung menampilkan form P-18 yang sudah terisi, sistem juga dapat mengingatkan jaksa melalui notifikasi apabila berkas P-18 dan P-19 sudah mendekati 14 hari. Yang terpenting disini Kasipidum dapat memantau dan melacak sejauh mana perkara yang ditangani jaksa dan bisa membuat laporan jenis perkara apa saja yang masuk dan jumlah perkara yang masuk dan juga bisa melihat hasil kinerja jaksa.
Selama ini alur penanganan di Kejaksaan Negeri Surabaya khusunya di pidana umum tahap penuntutan adalah sebagai berikut :
Docflow penuntutan
Barang Bukti Penuntutan Kasipidum Jaksa
Penyidik
P-21 & Berkas penyelidikan
P-21 & Berkas penyelidikan
Barang
bukti BB membuat
P16A & T-7
P16A &T-7
P-16A & T-7
P16A & T-7
P16A & T-7
Proses no perkara & no tahanan
P-31
P-31
No registrasi
No registrasi BB
No registrasi BB BB
BB Ttd
Mulai
selesai
Keterangan :
1. Bagian penuntutan
Bagian penuntutan menerima P-21 dan berkas penyelidikan, setelah itu membuat P-16A dan T-7, P-16A yang isinya sama dengan P-16 hanya untuk membedakan saja P-16A dibuat di tahap 2, sedangkan T-7 yang berisi tentang surat penahanan. Setelah itu diserahkan ke Kasipidum. Selain itu bagian penuntutan membuat surat P-31 yang berisi pelimpahan barang bukti untuk diberikan ke jaksa yang terkait.
2. Bagian Kasipidum
Kasipidum menerima surat P-16A dan T-7 untuk ditandatangani dan dikembalikan lagi ke bagian penuntutan.
3. Bagian Barang Bukti
Bagian barang bukti menerima barang bukti yang diserahkan oleh penyidik, setelah itu memberi no registrasi pada barang bukti tersebut, lalu disimpan di gudang. Apabila jaksa membutuhkan barang bukti untuk digunakan di persidangan, barang bukti diserahkan ke jaksa.
4. Bagian Jaksa
3.2 Perancangan Sistem
Perancangan sistem dibuat dalam bentuk block diagram, docflow, sisflow
data flow diagram, entity relationship diagram yang berupa conseptual data
model dan physical data model, perancangan input / output.
3.2.1 Blok Diagram Sistem Blok Diagram
OUTPUT PROSES
INPUT
SPDP Penunjukan jaksa
P-16
P-18 & P-19, P-21 BP Pengecekan
berkas
P-18 & P-19 Menunggu berkas belum
dilengkapi
P-20
P-21 Pengiriman barang bukti dan
tersangka
P-16A & T-7
Laporan jumlah perkara Inputan SPDP
Proses laporan
Laporan jenis perkara
Laporan kinerja jaksa
A.Input
1. SPDP merupakan data inputan dari bagian sekretariat, yang isinya nama lengkap, tempat lahir, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, warga negara, tempat tinggal, agama, pekerjaan, pendidikan.dan keterangan melanggar pasal berapa. 2. BP merupakan data inputan dari bagian sekretariat, sekretariat hanya
menginput no BP dan tanggal masuk dari penyidik, karena BP berbentuk
3. P-18 dan P-19 merupakan inputan dari jaksa apaibla diperlukan, jaksa hanya mencetak P-18 karena nantinya sistem sudah menyediakan P-18, jadi jaksa tidak megetik ulang lagi. P-19 tidak disediakan oleh sistem karena isinya keterangan secara rinci yang sesuai dengan perkara. Tetapi setelah itu jaksa bisa meng-upload P-19 ke sistem,
4. P-21 merupakan inputan dari jaksa apabila berkas sudah lengkap, sama halnya dengan P-18 jaksa bisa langsung cetak P-21 disistem.
5. Inputan SPDP disini merupakan inputan dari Kasipidum yang ingin
mengetahui laporan perkara yang masuk. B.Proses
1. Proses menunjuk jaksa, proses ini merupakan proses dari Kasipidum, setelah SPDP diinput, pada user Kasipidum sistem memberi notifikasi bahwa ada SPDP baru, sehingga Kasipidum harus menunjuk jaksa untuk menangani perkara. Selain itu proses cek BP, proses ini merupakan proses dari jaksa, karena jaksa menunggu hasil penyedikan (BP) dari penyidik, apabila BP belum diserahkan maksimal 30 hari jaksa harus membuat P-17 dengan sistem tersebut.
2. Proses pengecekan berkas, proses ini merupakan proses dari jaksa, disini jaksa melakukanya dengan cara manual, agar dapat menentukan bahwa berkas itu sudah lengkap atau belum lengkap.
melengkapi berkas jaksa harus membuat P-20 yang isinya meminta berkas segera diserahkan.
4. Proses pengiriman barang bukti dan tersangka, proses ini merupakan proses dari penyidik, Penyidik setelah mendapat surat P-21, langsung segera mengirim tersangka dan barang bukti ke kejaksaan.
5. Proses laporan, proses ini merupakan proses dari sistem user kasipidum yang akan menghasilkan laporan.
C.Output
1. P-16 adalah output dari SPDP dan penunjukan jaksa, sehingga bagian pratut hanya mencetak P-16 yang sudah tersedia disistem. Selain itu jaksa juga bisa mencetak P-17 bila dibutuhkan.
2. P18, P-19 dan P-21 adalah hasil dari pengecekan berkas perkara, apabila berkas perkara belum lengkap, maka P-18 dan P-19 dicetak, apabila berkas lengkap jaksa mencetak P-21.
3. P-21 adalah outputan dari P-18 dan P-19 yang sudah dilengkapi oleh penyidik. Selain itu outputan P-20 adalah surat untuk meminta berkas perkara ke penyidik dari jaksa.
4. P-16A dan T-7 adalah output dari bagian penuntutan setelah menerima tersangka dan barang buktinya, sehingga dibuatkan P-16A dan T-7.
3.2.1 Sistem Flow Sistem a. Manage Data Pegawai
Proses manage data pegawai merupakan pekerjaan admin sistem. Alur proses manage data pegawai dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Manage Data Pegawai
Sistem informasai kejaksaan Bagian admin
Mulai
Detail pegawai
Input detail pegawai
Proses penambahan / perubahan / hapus data
pegawai Update detail
pegawai
Delete data pegawai Informasi Data
Tidak Valid
Gambar 3.4 Sistem flow manage data pegawai
Proses manage data pegawai meliputi penambahan data pegawai, update data pegawai dan hapus data pegawai. Setiap penambahan atau perubahan data di proses oleh sistem informasi kejaksaan. Kemudian dilakukan validasi data
tidak valid dan kembali ke form manage data pegawai. Namun jika valid sistem melakukan proses penyimpanan data ke database dan memberikan informasi bahwa manage data pegawai sukses dilakukan.
B. Pembuatan SPDP
SPDP adalah dokumen perkara yang masuk ke Kejaksaan. SPDP
diinputkan oleh bagian sekretariat sebagai awal proses pra penuntutan. Alur
proses sistem pembuatan dokumen SPDP dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Pembuatan SPDP
Sistem Informasi Kejaksaan Bagian Sekretariat
Mulai
Detail data SPDP
Input Data SPDP
Tb Pegawai
Proses Simpan data SPDP
Validasi Inputan ? Informasi
Inputan tidak Valid
Simpan data ke database Info SPDP
Berhasil dibuat
Selesai
Bagian Sekretariat pertama kali melakukan input detail data SPDP beserta ID Pegawai yang diambil dari tabel pegawai. Data SPDP yang telah
diinputkan di lakukan pengecekan inputan oleh sistem. Jika ditemukan inputan
yang tidak valid, sistem memberikan informasi kepada pengguna bahwa terjadi kesalahan inputan. Namun jika inputan data valid, sistem melakukan proses penyimpanan data SPDP kedatabase dan memberikan informasi kepada pengguna bahwa SPDP berhasil dibuat.
C. Pemilihan Jaksa
Proses pemilihan jaksa dilakukan untuk menentukan jaksa pemegang perkara. Pemilihan jaksa dilakukan oleh Kasipidum. Pada gambar dibawah ini dapat dilihat alur proses sistem pemilihan jaksa
Pemilihan jaksa
Sistem Informasi Kejaksaan Kasipidum
Mulai
Memilih data perkara
Menampilkan list perkara Tb SPDP
Memilih jaksa
Tb pegawai
Menampilkan list jaksa
Simpan pilihan jaksa Info Simpan
Berhasil
Selesai
Kasipidum memilih data perkara terlebih dahulu yang datanya disimpan pada table SPDP. Setelah memilih data perkara, kasipidum memilih salah satu jaksa berdasarkan list jaksa yang datanya diambil dari table pegawai. Kemudian sistem melakukan proses penyimpanan data jaksa pilihan dan memberikan informasi kepada kasipidum bahwa data telah tersimpan.
D. Pembuatan P-16
Dokumen P-16 merupakan dokumen pra penuntutan yang akan diserahkan kepada jaksa untuk diproses penyidikan. Alur proses pembuatan dokumen P-16 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Proses pembuatan p16
Sistem informasi kejaksaan Bagian pratut
Mulai
Memilih data perkara
Menampilkan list perkara
Bagian pratut terlebih dahulu memilih data perkara yang ada pada list data perkara. Bersarkan data perkara yang telah dipilih, pratut menginputkan data tersangka kedalam sistem. Sistem memproses simpan data perkara ke tabel tersangka. Pratut juga menginputkan data dokumen P-16. Proses input dokumen P-16 membutuhkan data jaksa yang diambil dari tabel jaksa. Sistem melakukan proses penyimpanan data P-16 dan kemudian memberikan informasi kepada pratut bahwa proses pembuatan P-16 berhasil.
E. Pembuatan P-16A
Dokumen P-16A merupakan pengembangan dari dokumen P-16A. Pada dokumen P-16A diinputkan barang bukti yang didapat dari proses penyidikan. Berikut ini alur proses sistem pembuatan dokumen P-16A
Pembuatan p16a
Sistem informasi kejaksaan
Bagian barang bukti Bagian penuntut
Input detail data p16a
Mulai
Input data barang bukti Simpan data
barang bukti
Tb barang bukti
Simpan p16a
Tb p16a
Selesai
Bagian barang bukti terlebih dahulu melakukan input data barang bukti ke dalam sistem. Sistem memproses penyimpanan data barang bukti ke table barangbukti. Bagian penuntut melakukan input data P-16A termasuk mengambil data barang bukti yang telah diinputkan bagian barang bukti. Sistem melakukan proses penyimpanan data P-16A ke table P-16A.
3.2.2 Data Flow Diagram A.DFD Context Diagram
Data_SPDP
Data Barang Bukti Surat P31 Lap total perkara jaksa
Lap jenis perkara Lap Jml perkara Aktifitas Jaksa
Surat P17 Surat P21
Surat P20
Sistem Informasi Kejaksaan Negeri Surabaya
Context diagram menggambarkan rancangan global atau keseluruhan dari proses yang ada pada sistem. Gambar berikut merupakan tampilan dari
context diagram yang dirancang.
Context diagram diatas memilik 7 entity yaitu admin, sekretariat,
kasipidium, pratut, jaksa, penuntutan dan barang bukti. Setiap entity memberi
input kedalam sistem dan menerima output dari sistem. Detail alur sistem dari
contex diagram diatas dapat dilihat pada DFD level 0 dibawah ini.
B. DFD Level 0
Diagram DFD level 0 menggambarkan detail alur sistem dari context
diagram. Pada DFD level 0 terdapat 7 proses yaitu manage data pegawai, pembuatan SPDP, penunjukkan jaksa, penyidikan pratut (pra penuntutan), penyidikan penuntutan, proses notifikasi dan proses pembuatan laporan
C. DFD Level 1 Manage Data Pegawai
Flow_1080
DFD level 1 manage data pegawai menggambarkan alur detail dari proses manage data pegawai. Detail proses manage data pegawai dapat dilihat terdapat 4 proses yaitu maintanance data pegawai, maintanance data jabatan,
maintanance data pangkat dan menampilkan daftar data pegawai.
D. DFD Level 1 Pembuatan SPDP
Berkas perkara
Input Data SPDP
Gambar 3.11 DFD Level 1 Pembuatan SPDP
DFD level 1 pembuatan SPDP menggambarkan alur detail dari proses pembuatan SPDP atau berita perkara. Detail proses pembuatan SPDP dapat dilihat terdapat 1 proses yaitu input data SPDP.
E. DFD Level 1 Penunjukkan Jaksa
Detail Nama Jaksa
Data Jaksa data_SPDP
Data P16
Data_SPDP
Data nama jaksa Kasipidum
Memilih Data Perkara
2
Memilih Data Jaksa
DFD level 1 penunjukkan jaksa menggambarkan alur detail dari proses penunjukkan jaksa. Detail proses penunjukkan jaksa dapat dilihat terdapat 2 proses yaitu memilih data perkara dan memilih jaksa.
F. DFD Level 1 Penyidikan Pra Penuntutan
Detail SPDP
Proses Cetak P16
2 Proses cetak
P17
3 Proses Cetak
P18
4 Proses cetak
P19
5 Proses cetak
P20
7 Proses Cetak
P21
DFD level 1 penyidikan pra penuntutan atau pratut menggambarkan alur detail dari proses penyidikan pratut. Detail proses penyidikan pratut terdapat 6 proses cetak P-16, P-17, P-18, P-19, P-20, P-21 yang dilakukan oleh jaksa.
G. DFD Level 1 Penyidikan Penuntutan
Data_Barangbukti Data Barang Bukti
Data_P31 Data_T7 Data_P16A
Surat P31Form P31 Form T7
Proses Cetak P16A
2
Proses cetak T7
3
Proses cetak P31
4 Proses input
barang bukti
DFD level 1 penyidikan penuntutan menggambarkan alur detail dari proses penyidikan penuntutan. Detail proses penyidikan penuntutan terdapat 4 proses yaitu yang pertama proses cetak P-16A, T-7, P-31 dan kemudian proses
input pada barang bukti.
H. DFD Level 1 Pembuatan Laporan
Detail P16
Detail SPDP Lap polsek
Lap jenis perkara
Lap total perkara jaksa Aktifitas Jaksa Lap Jml perkara
Data P17 KasipidumKasipidumKasipidum
2 T_SPDP
Proses pembuatan laporan tercetak
2
Proses display laporan
DFD level 1 pembuatan laporan menggambarkan alur detail dari proses pembuatan laporan. Detail proses pembuatan laporan terdapat 2 proses yaitu yang pertama proses laporan tercetak dan proses display laporan.
3.2.3 Perancangan Database
Sebuah aplikasi perlu membutuhkan database sebagai media penyimpanan data. Dalam sebuat pembuatan aplikasi perlu dilakukan perancangan database, agar dapat memudahkan proses pembuatan aplikasi. Perancangan database dilakukan menjadi 2 desain yaitu perancangan secara conceptual dan
physical seperti gambar dibawah ini.