TESIS
ANDRI PURWANDARI 20141050041
PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCASARJANA
TESIS
ANDRI PURWANDARI 20141050041
PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCASARJANA
i TESIS
Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
ANDRI PURWANDARI 20141050041
PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCASARJANA
ii
LEMBAR PENGESAHAN Tesis
UJI KOMPARASI KEMAMPUAN SELF-DIRECTED LEARNING PADA MAHASISWA KEPERAWATAN YANG
MENJALANKAN PROBLEM-BASED LEARNING
Telah diujikan pada tanggal : 4 November 2016
Oleh :
ANDRI PURWANDARI NIM 20141050041
Penguji
Dr. dr. Sri Sundari., M.Kes (……….)
Dr. Titih Huriah., M.Kep., Ns., Sp.Kep.K (………)
Erna Rochmawati., S.Kp., MNSc., M.Med.Ed., Ph.D (………)
Mengetahui
Ketua Program Magister Keperawatan
Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
iii
PERNYATAAN ORIGINALITAS
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Andri Purwandari
NIM : 20041050041
Program Studi : Magister Keperawatan Program
Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Judul Penelitian : Uji Komparasi Kemampuan Slef-Directed
Learning Pada Mahasiswa yang
Menjalankan Problem Based Learning
Menyatakan bahwa tesis ini merupakan hasil karya sendiri, dan
semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya
nyatakan dengan benar.
Yogyakarta, 04 November 2016
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillaahirobbil‟alaamiin.. Sembah sujud dan syukur yang tiada henti kepada Allah SWT atas segala petunjuk dan kemudahanNya hingga tesis ini terselesaikan.
My Lovely Hubby.. Terimakasih yang tak terhingga untuk abi yang selalu memberikan support, bersedia berbagi peran dan memahami dalam situasi apapun, yang selalu berdoa untuk kelancaran tesis ini. Jazakallaah khoir abi..
Abah dan Umi.. Terimakasih atas dukungan dan doa dari umi dan abah selama perjalanan tesis ini. Barokallaah..
Bapak dan Ibu.. Terimakasih atas kasih sayang, doa dan segala dukungan yang tiada henti. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan dan kasih sayangNya pada Bapak dan Ibu. Big hug.
My Lovely Son.. Mujahid kecilku yang selalu menginspirasi, membuat umi semangat dan tersenyum dalam segala kondisi. Semoga Allah SWT selalu menjadikanmu anak yang sholih dan senantiasa diberikan kesehatan. Love you nak..
My Brother & Sister.. Adik-adikku yang selalu menghibur dan memberikan support dalam penyelesaian tesis ini. Sukses selalu untuk kalian..
v
KATA PENGANTAR
Assalaamu‟alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh
Alhamdulillaahirobbil‟aalamiin, puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena atas berkah, rahmat dan ridho Nya
penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul “Uji
Komparasi Kemampuan Self-Directed Larning pada Mahasiswa
Keperawatan yang menjalankan Problem-Based Learning “.
Dalam penyusunan Tesis ini penulis menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang yang membangun dari
semua pihak demi kesempurnaan Tesis ini.
Penyusunan Tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Achmad Nurmandi selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2. Fitri Arofiati, S.Kep., Ns., MAN., Ph.D selaku Ketua
Program Studi Magister Keperawatan Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
3. Dr. dr. Sri Sundari., M.Kes selaku dosen pembimbing yang
telah dengan sabar membimbing dan memberikan masukan
serta saran dalam penyempurnaan Tesis ini
4. Dr. Titih Huriah., M.Kep., Ns., Sp.Kep.K selaku dosen
vi
5. Erna Rochmawati., S.Kp., MNSc., M.Med.Ed., Ph.D selaku
dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam tesis
ini
6. Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., Sp. Mat selaku Ketua Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang
telah memberikan izin penelitian
Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan rahmat serta
hidayahNya dan menjadikannya sebagai amal jariyah. Akhir kata
semoga Tesis ini dapat bermanfaat bagi pendidikan Ilmu
Keperawatan serta bagi kita semua, Amiin yaa robbal „aalamiin.
Wassalaamu‟alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh
Yogyakarta, 4 November 2016
vii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORIGINALITAS ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR SINGKATAN ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
ABSTRAK ... xiv
ABSTRACT ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Penelitian ... 1
B.Perumusan Masalah ... 12
C.Tujuan Penelitian ... 13
1. Tujuan Umum Penelitian ... 13
2. Tujuan Khusus Penelitian ... 13
D.Manfaat Penelitian ... 14
1. Aspek Teoritis (keilmuan) ... 14
2. Aspek Praktis (guna laksana) ... 14
E.Penelitian Terkait ... 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 22
A.LANDASAN TEORI ... 22
1. TEORI BELAJAR ... 22
a. Definisi Belajar ... 22
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ... 22
c. Teori Konstruktivisme ... 26
2. SELF-DIRECTED LEARNING (SDL) ... 27
a. Konsep Belajar dan Pembelajaran Mandiri ... 27
b. Pengertian Self-Directed Learning ... 31
viii
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi SDL ... 44
e. Dimensi SDL ... 48
f. Tahap-Tahap dalam SDL ... 54
3. PROBLEM-BASED LEARNING (PBL) ... 56
a. Pengertian PBL ... 56
b. Tujuan PBL ... 58
c. Karakteristik PBL ... 59
d. Keterampilan (skill) yang Dikembangkan dalam PBL ... 63
e. Model Kelas PBL ... 63
f. Tahap-Tahap dalam PBL ... 65
g. Penulisan Skenario dalam PBL ... 72
h. Peran Partisipasi dalam PBL ... 76
i. Strategi dan Metode PBL ... 82
j. Kelebihan dan Kekurangan PBL ... 84
k. System Penilaian Mahasiswa dalam Pembelajaran PBL ... 86
4. SELF-DIRECTED LEARNING DALAM PROBLEM-BASED LEARNING ... 87
B.KERANGKA TEORI ... 91
C.KERANGKA KONSEP ... 92
D.HIPOTESIS ... 93
BAB III METODE PENELITIAN ... 94
A.Desain Penelitian ... 94
B.Populasi dan Sampel ... 95
1. Populasi ... 95
2. Sampel ... 96
3. Metode Penarikan Sampel (Sampling) ... 96
C.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 98
1. Lokasi Penelitian ... 98
2. Waktu Penelitian ... 98
D.Variabel Penelitian ... 98
E.Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 99
F. Instrument Penelitian ... 101
1. Self-Rating Scale for Self Directedness in Learning (SRSSDL) ... 101
2. Focus Group Discussion (FGD) ... 103
ix
G.Cara Pengumpulan Data ... 105
1. Tahap Persiapan ... 105
2. Tahap Pelaksanaan ... 105
3. Tahap Terminasi ... 107
H.Validitas dan Reliabilitas ... 107
1. Validitas dan Reliabilitas Penelitian Kuantitatif ... 107
a. Uji Validitas ... 107
b. Uji Reliabilitas ... 109
2. Validitas dan Reliabilitas Penelitian Kualitatif ... 111
I. Pengolahan dan Metode Analisa Data ... 114
1. Pengolahan Data ... 114
2. Analisa Data ... 116
a. Analisa Data Kuantitatif ... 116
b. Analisa Data Kualitatif ... 118
J. Etika Penelitian ... 120
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 123
A. Hasil Penelitian Kuantitatif ... 123
1. Karakteristik Responden ... 123
2. Tingkat Kemampuan SDL ... 124
3. Analisa Perbedaan Tingkat Kemampuan SDL ... 126
4. Kemampuan SDL Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia ... 128
B. Hasil Penelitian Kualitatif ... 131
1. Karakteristik Partisipan ... 131
2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 132
C. Pembahasan ... 142
1. Karakteristik Responden Penelitian ... 142
2. Tingkat Kemampuan SDL ... 146
D. Keterbatasan Penelitian ... 158
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 159
A. Kesimpulan ... 159
B. Saran ... 162 DAFTAR PUSTAKA
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Penelitian Terkait ... 15
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 99
Tabel 3.2 Tingkat Kemampuan Self-Directed Learning ... 116
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ... 123
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kemampuan SDL ... 125
Tabel 4.3 Analisis Varian Krusskal Wallis ... 126
Tabel 4.4 Analisis Post Hock Mann Whitney ... 127
Table 4.5 Tabulasi Silang Tingkat SDL Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia ... 129
xi
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Teori ... 91
Bagan 2.2 Kerangka Konsep ... 92
Bagan 4.1 Gambaran Tema Hasil Penelitian ... 134
Bagan 4.2 Learning Preparation ... 135
Bagan 4.3 Faktor yang Menghambat SDL ... 137
xii
DAFTAR SINGKATAN
SDL : Self-Directed Learning
PBL : Problem-Based Learning
SCL : Student Centered Learning
FGD : Focuss Group Discussion
SDLR : Self Directed Learning Readiness
SRSSDL : Self-Rating Scale for Self Directedness in
Learning
PSIK : Program Studi Ilmu Keperawatan
FKIK : Fakultas Kesehatan dan Ilmu Kedokteran
UMY : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Informed Concent
Lampiran 2 : Skala Penilaian Diri untuk Pembelajaran Mandiri / Self-Rating Scale for Self-Directedness in Learning (SRSSDL)
Lampiran 3 : Panduan Deep Interview
Lampiran 4 : Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan dari Magister Keperawatan UMY
Lampiran 5 : Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan dari PSIK FKIK UMY
Lampiran 7 : Surat Ijin Uji Validitas
Lampiran 8 : Surat Ijin Penelitian dari Magister Keperawatan UMY
xiv
UJI KOMPARASI KEMAMPUAN SELF-DIRECTED LEARNING PADA MAHASISWA KEPERAWATAN YANG
MENJALANKAN PROBLEM-BASED LEARNING Andri Purwandari, Sri Sundari
Program Magister Keperawatan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
ABSTRAK
Latar Belakang : Self-Directed Learning merupakan kemampuan melakukan kontrol terhadap seluruh aspek pembelajaran dari seseorang, dimulai pada perencanaan yang matang sampai dengan cara seseorang melakukan evaluasi terhadap performa yang telah dilakukannya. Penerapan metode PBL menuntut mahasiswa lebih banyak belajar mandiri, mengidentifikasi tujuan dan kebutuhan mereka, merencanakan strategi untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dan mengevaluasi kemajuan mereka.
Tujuan Penelitian : Mengetahui perbedaan kemampuan SDL pada mahasiswa Keperawatan tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Metode Penelitian : Penelitian mixed method dengan strategi eksplanatoris sekuensial. Metode kuantitatif menggunakan komparatif kategorik, dan kualitatif menggunakan metode kualitatif deskriptif.
Hasil Penelitian : Hasil uji Krusskal Wallis menunjukkan nilai sig. 0,00 < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat SDL mahasiswa tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat di PSIK FKIK UMY. Hasil indepth interview ditemukan tema yang meliputi learning preparation dan faktor yang mempengaruhi SDL. Kesimpulan : Terdapat perbedaan tingkat SDL mahasiswa tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi SDL, meliputi: faktor penghambat: mood dan motivasi, fasilitas kampus, kebosanan, interpersonal skill, adaptasi, dan manajemen waktu; faktor penghambat : dukungan orang tua.
xv
COMPARISON TEST OF SELF-DIRECTED LEARNING ABILITY TO NURSING STUDENTS IN RUNNING PROBLEM-BASED
LEARNING
Andri Purwandari, Sri Sundari
Master Nursing Program of Post-Graduate Program Muhammadiyah University Yogyakarta
ABSTRACT
Background: Self-Directed Learning is an ability to control towards all aspects of a person's learning, beginning on careful planning until how someone evaluate the performance that has been done. Application of PBL method requires students more independent learning, identify their goals and needs, plan a strategy to meet those needs, and evaluate their progress.
Objective: To identify difference towards SDL ability to nursing students in first, second, third, and fourth years.
Methods: The research used mixed method with sequential explanatory strategy. Quantitative methods used comparative categorical, and qualitatively using descriptive qualitative method.
Results: The test result of Krusskal Wallis showed sig. 0.00 <0.05, which meant there was significant differences in the level of SDL students in first, second, third, and fourth years in PSIK FKIK UMY. Result of depth interviews was found a theme that included learning preparation and factors affecting the SDL.
Conclusion: There was difference in the level of SDL students in first, second, third, and fourth years. There were factors that affected SDL, included inhibiting factors such mood and motivation, campus facilities, boredom, interpersonal skills, adaptability, and time management; inhibiting factors like the support of parents.
xiv
UJI KOMPARASI KEMAMPUAN SELF-DIRECTED LEARNING PADA MAHASISWA KEPERAWATAN YANG
MENJALANKAN PROBLEM-BASED LEARNING Andri Purwandari, Sri Sundari
Program Magister Keperawatan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
ABSTRAK
Latar Belakang : Self-Directed Learning merupakan kemampuan melakukan kontrol terhadap seluruh aspek pembelajaran dari seseorang, dimulai pada perencanaan yang matang sampai dengan cara seseorang melakukan evaluasi terhadap performa yang telah dilakukannya. Penerapan metode PBL menuntut mahasiswa lebih banyak belajar mandiri, mengidentifikasi tujuan dan kebutuhan mereka, merencanakan strategi untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dan mengevaluasi kemajuan mereka.
Tujuan Penelitian : Mengetahui perbedaan kemampuan SDL pada mahasiswa Keperawatan tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Metode Penelitian : Penelitian mixed method dengan strategi eksplanatoris sekuensial. Metode kuantitatif menggunakan komparatif kategorik, dan kualitatif menggunakan metode kualitatif deskriptif.
Hasil Penelitian : Hasil uji Krusskal Wallis menunjukkan nilai sig. 0,00 < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat SDL mahasiswa tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat di PSIK FKIK UMY. Hasil indepth interview ditemukan tema yang meliputi learning preparation dan faktor yang mempengaruhi SDL. Kesimpulan : Terdapat perbedaan tingkat SDL mahasiswa tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi SDL, meliputi: faktor penghambat: mood dan motivasi, fasilitas kampus, kebosanan, interpersonal skill, adaptasi, dan manajemen waktu; faktor penghambat : dukungan orang tua.
xv
COMPARISON TEST OF SELF-DIRECTED LEARNING ABILITY TO NURSING STUDENTS IN RUNNING PROBLEM-BASED
LEARNING
Andri Purwandari, Sri Sundari
Master Nursing Program of Post-Graduate Program Muhammadiyah University Yogyakarta
ABSTRACT
Background: Self-Directed Learning is an ability to control towards all aspects of a person's learning, beginning on careful planning until how someone evaluate the performance that has been done. Application of PBL method requires students more independent learning, identify their goals and needs, plan a strategy to meet those needs, and evaluate their progress.
Objective: To identify difference towards SDL ability to nursing students in first, second, third, and fourth years.
Methods: The research used mixed method with sequential explanatory strategy. Quantitative methods used comparative categorical, and qualitatively using descriptive qualitative method.
Results: The test result of Krusskal Wallis showed sig. 0.00 <0.05, which meant there was significant differences in the level of SDL students in first, second, third, and fourth years in PSIK FKIK UMY. Result of depth interviews was found a theme that included learning preparation and factors affecting the SDL.
Conclusion: There was difference in the level of SDL students in first, second, third, and fourth years. There were factors that affected SDL, included inhibiting factors such mood and motivation, campus facilities, boredom, interpersonal skills, adaptability, and time management; inhibiting factors like the support of parents.
1 A. Latar Belakang Penelitian
Pergeseran pembelajaran merupakan pergeseran
paradigma, yaitu paradigma dalam cara memandang
pengetahuan, paradigma belajar dan pembelajaran itu sendiri.
Paradigma lama memandang pengetahuan sebagai sesuatu
yang sudah jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain
dengan istilah transfer of knowledge. Paradigma baru
memandang pengetahuan sebagai sebuah hasil konstruksi atau
bentukan dari orang yang belajar. Sehingga belajar adalah
sebuah proses mencari dan membentuk pengetahuan, jadi
bersifat aktif dan spesifik caranya (Dikti, 2008).
Pembelajaran adalah interaksi antara pendidik, peserta
didik, dan sumber belajar di dalam lingkungan belajar
tertentu. Belajar merupakan proses perubahan perilaku yang
relatif permanen sebagai akibat dari pengalaman dan adanya
mental sebagai hasil dari pengalaman. Definisi belajar cukup
banyak, perbedaan tersebut karena adanya perbedaan
perspektif dari berbagai teori yang berkembang. Teori-teori
tersebut diantaranya adalah teori behaviorisme, kognitivisme
maupun konstruktivisme, sehingga masing-masing paham
menimbulkan implikasi yang berbeda juga pada proses
Tenaga pemberi perawatan kesehatan dan pendidik
khususnya, akan dihadapkan dengan semakin banyaknya
kepelikan dalam sistem mereka. Satu metode pembelajaran
saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan professional
kesehatan yang tengah dididik untuk memberikan perawatan
berbasis bukti. Selain itu, satu metode pendidikan tidak akan
memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki latar
belakang dan gaya pembelajaran yang berbeda (Rideout,
2006).
Pendidikan Ners merupakan pendidikan
akademik-profesional dengan proses pembelajaran yang menekankan
pada tumbuh kembang kemampuan mahasiswa untuk menjadi
seorang akademisi dan profesional. Landasan tumbuh
kembang kemampuan ini merupakan kerangka konsep
pendidikan yang meliputi falsafah keperawatan sebagai
profesi, dan keperawatan sebagai bentuk pelayanan
profesional yang akan mempengaruhi isi kurikulum dan
pendekatan utama dalam proses pembelajaran (Kurikulum
Memasuki millenium baru, perubahan di dalam
kehidupan personal maupun professional kita tidak dapat
dielakkan. Upaya untuk menyongsong ASEAN Economic
Community tahun 2015 dan mengantisipasi perkembangan
global telah diadakan perubahan-perubahan yang bersifat
inovasi, reorientasi, reformasi di dalam revisi kurikulum
Pendidikan Ners. Saat ini tuntutan terhadap pelayanan
kesehatan semakin meningkat, masalah-masalah kesehatan
semakin kompleks, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi keperawatan semakin canggih, dan selain itu
persyaratan dunia kerja semakin menuntut tenaga
keperawatan yang kompeten, sehingga dunia pendidikan
keperawatan harus mampu mempersiapkan lulusan yang
kompeten untuk mampu berkompetisi baik nasional maupun
global (Kurikulum Pendidikan Ners, 2016).
Penyusunan revisi kurikulum tahun 2016
berlandaskan kepada peraturan-peraturan terkini yang ada di
Indonesia, dengan mempertimbangkan kebutuhan pemangku
mengharapkan lulusan berstandar internasional dan sesuai
dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia level 7
(tujuh). Tuntutan dari stakeholder; masyarakat, rumah sakit,
puskesmas, departemen kesehatan dan organisasi/institusi
pelayanan kesehatan lainnya terhadap tampilan perawat
profesional, digunakan oleh penyusun kurikulum sebagai
landasan pengembangan profil Ners di masyarakat.
Kurikulum yang disusun juga lebih menitikberatkan kepada
proses pembelajaran yang berorientasi kepada mahasiswa
atau disebut dengan Student Centered Learning (Kurikulum
Pendidikan Ners, 2016).
Metode yang tepat digunakan dalam menerapkan
pembelajaran yang berorientasi kepada mahasiswa adalah
dengan pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based
Learning, PBL) yang menekankan pembelajaran mandiri
(Self-Directed Learning, SDL) dengan mengembangkan sikap
dan keterampilan guna menyesuaikan diri dengan lingkungan
yang selalu berubah. Melalui pembelajaran mandiri, peserta
merencanakan strategi untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
dan mengevaluasi kemajuan mereka (Rideout, 2006).
Paham konstruktivisme memandang pengetahuan
sebagai sesuatu yang harus dibentuk agar peserta didik dapat
memahami, memprediksi, dan mengendalikan lingkungan
mereka. Individu dapat memahami pengetahuan saat mereka
mengkaji secara mandiri. Individu ditantang untuk
menciptakan konstruksi kognitif yang baru, bekerja
berdasarkan dengan apa yang telah mereka ketahui,
menyatukan pengetahuan yang baru diperoleh dengan
pembelajaran lama yang merupakan konsep dasar
pembelajaran mandiri berbasis masalah (problem-based self
directed learning) (Rideout, 2006).
Penerapan metode PBL menuntut mahasiswa lebih
banyak belajar mandiri atau dikenal dengan SDL. Belajar
mandiri yang dilakukan mahasiswa dalam PBL misalnya
mengidentifikasi berbagai masalah yang akan dipelajari,
menentukan sumber belajar, menentukan aktivitas
secara mandiri oleh mahasiswa dengan atau tanpa bantuan
tutor.
Proses belajar dengan metode PBL tidak selamanya
berjalan dengan lancar. Ada beberapa hambatan yang dapat
muncul. Hal yang paling sering terjadi adalah kurang
terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini.
Peserta didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode
konvensional, dimana pemberian materi terjadi secara satu
arah. Faktor penghambat lain adalah kurangnya waktu. Proses
PBL terkadang membutuhkan waktu yang lebih banyak.
Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk
menghadapi persoalan yang diberikan. Sementara itu, waktu
pelaksanaan PBL harus disesuaikan dengan beban kurikulum.
Untuk mengetahui apakah metode PBL berhasil atau tidak,
maka perlu dilakukan evaluasi atau penilaian (Nursalam,
2008).
Agar dapat terlibat secara efektif di PBL, mahasiswa
harus dapat bertanggungjawab terhadap proses pembelajaran
dan memberi makna dalam setiap pembelajarannya
(Mergendoller, et al, 2006). Apabila ingin mengembangkan
potensi positif dari PBL tersebut, mahasiswa diharapkan
dapat mengubah peran mereka dari pembelajar pasif menuju
pembelajar yang aktif dan mampu mengembangkan
keterampilan belajar mandiri. Keterampilan belajar mandiri
mengacu pada kemampuan mahasiswa bermetakognisi,
memiliki motivasi dan berperilaku aktif dalam proses belajar
mereka sendiri (English, et al, 2013).
Keterampilan belajar mandiri didefinisikan sebagai
kemampuan melakukan kontrol terhadap seluruh aspek
pembelajaran dari seseorang, dimulai pada perencanaan yang
matang sampai dengan cara seseorang melakukan evaluasi
terhadap performa yang telah dilakukannya (Perry, et al,
2006, dalam Bruning, 2011).
Menurut Harsono, et al. (2010) self-direction
memegang kontrol yang lebih besar terhadap individu dalam
hal konseptualisasi, perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi
yang dapat digunakan dalam proses belajar yang lebih lanjut.
Siswa yang memiliki kemandirian tinggi dalam belajarnya
akan menggunakan berbagai sumber belajar untuk
memudahkan terjadinya proses belajar. Selain itu, mahasiswa
harus mampu berpikir kritis untuk membuat sebuah penilaian
atau keputusan, menerapkan ilmu pengetahuan dan
pengalaman (Rosyidi, 2008).
Sifat mandiri dari model PBL berulangkali
diidentifikasi sebagai suatu kelebihan, namum bukan berarti
tanpa tantangan dalam prosesnya. Pada awalnya peserta didik
sering terlihat frustasi jika diminta memutuskan dan
menentukan cara mereka menjalani pengalaman pembelajaran
dan cara evaluasi yang harus dilakukan, memiliki sedikit
pengalaman atau tidak sama sekali dalam mengendalikan
pembelajaran mereka dan tidak paham mengenai bentuknya.
Selama fase proses pembelajaran mandiri peserta didik
mungkin juga merasa tidak percaya diri terhadap harapan
pembelajaran yang baru. Peserta didik pada umumnya
memahami proses SDL. Dalam hal ini diperlukan
pendampingan dari pendidik dan dukungan literature yang
luas untuk dapat mendukung proses SDL menjadi lebih baik
sesuai harapan (Rideout, 2006).
Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) berdiri sejak tahun 2000,
kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) dengan metode pembelajarn yang
mengalami perubahan selama beberapa kali. Pada tahun 2000,
program studi ini masih menerapkan metode pembelajaran
konvensional. Kemudian pada tahun 2006 mulai mengalami
perubahan ke arah Student Centered Learning (SCL) dengan
menerapkan metode pembelajaran hybrid Problem Based
Learning. Tahun 2012 PSIK FKIK UMY mulai
menyempurnakan metode PBL sistem full blok dengan
metode tutorial dan kuliah pakar (Data PSIK FKIK UMY,
Dari hasil diskusi dan wawancara tidak terstruktur
dengan mahasiswa PSIK FKIK UMY, didapatkan data bahwa
mahasiswa berasal dari SLTA dengan metode pembelajaran
yang berbeda. Sebagian besar dari mereka masih
menggunakan metode pembelajaran konvensional di SLTA.
Hal tersebut mempengaruhi mahasiswa dalam mengikuti
metode pembelajaran yang bersifat SCL. Oleh karena itu,
PSIK FKIK UMY telah mempersiapkan program stadium
general yaitu untuk memberikan penjelasan tentang sistem
pembelajaran PBL yang akan dilaksanakan mahasiswa di
setiap semesternya.
Peneliti belum dapat mengukur secara jelas perbedaan
kemampuan SDL masing-masing mahasiswa dari tahun
pertama, kedua, ketiga, dan keempat, yaitu sejauh mana
kesiapan mahasiswa dan kendala yang dihadapi selama proses
SDL. Kocaman, et al. (2009) menyatakan bahwa adanya
perubahan persepsi dan kepuasan dalam menjalankan SDL
dari waktu ke waktu. Williams (2004) dalam Kocaman (2009)
ketidakpastian menjadi percaya diri dan kemudian terbentuk
komitmen dalam menjalankan proses SDL. Lunyk, et al
(2001) dalam Kocaman (2009) juga menjelaskan perubahan
yang terjadi pada tahun awal hingga tahun akhir pembelajaran
yaitu perubahan perasaan negatif menjadi positif terhadap
proses SDL.
Beberapa perubahan dan proses yang terjadi pada
setiap angkatan akan sangat berpengaruh terhadap tingkat
SDL individu terhadap proses pembelajaran dengan PBL.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
perbedaan kemampuan SDL pada mahasiswa Keperawatan
yang menjalankan PBL di setiap tahun ajaran.
B. Perumusan Masalah
Adakah perbedaan tingkat kemampuan SDL pada
mahasiswa Keperawatan yang menjalankan PBL di Program
Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Penelitian
Mengetahui perbedaan kemampuan SDL pada
mahasiswa tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat
yang menjalankan PBL.
2. Tujuan Khusus Penelitian
a. Mengetahui karakteristik responden tahun pertama,
kedua, ketiga, dan keempat
b. Mengetahui kemampuan SDL pada mahasiswa tahun
pertama, kedua, ketiga, dan keempat PSIK FKIK
UMY
c. Mengetahui perbedaan tingkat SDL mahasiswa tahun
pertama, kedua, ketiga, dan keempat PSIK FKIK
UMY
d. Mengetahu learning preparation mahasiswa tahun
pertama, kedua, ketiga, dan keempat PSIK FKIK
UMY
e. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi SDL
dan kesehatan, interpersonal skills, pendidikan,
kesadaran, motivasi belajar, pola asuh orangtua, dan
evaluasi pada mahasiswa PSIK FKIK UMY
D. Manfaat Penelitian
1. Aspek Teoritis (keilmuan)
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
teoritis berupa kontribusi dan menambah referensi di
bidang pendidikan, khususnya pendidikan keperawatan.
2. Aspek Praktis (guna laksana) a. Mahasiswa
Memberikan informasi terkait SDL pada
mahasiswa dan dapat bermanfaat untuk meningkatkan
kemampuan SDL dalam proses pembelajaran,
sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang
b. Institusi
Dari penelitian akan mendapatkan informasi
terkait kemampuan SDL dalam proses pembelajaran,
sehingga berguna untuk memberikan motivasi pada
mahasiswa dan mengembangkan strategi
pembelajaran yang lebih baik lagi
E. Penelitian Terkait
Penelitian yang terkait dengan penelitian peneliti adalah
[image:35.516.54.471.434.639.2]sebagai berikut :
Tabel 1.1 Penelitian Terkait
Peneliti Judul Metode dan Hasil
Perbedaan penelitian dengan penelitian terdahulu Nyambe (2015) Faktor-faktor yang mempengaru
hi
self-directed learning readiness pada mahasiswa tahun pertama, kedua dan
Metode yang
digunakan melalui
dua tahapan
(sequencing), yang mengkombinasikan dua pendekatan penelitian, yaitu kualitatif sebagai pendekatan utama (dominant) dan pendekatan
kuantitatif sebagai
Tujuan penelitian adalah
untuk mengetahui
perbedaan kemampuan SDL pada mahasiswa
Keperawatan tahun
pertama, kedua, ketiga, dan keempat yang menjalankan PBL
Penelitian mixed method
dengan strategi
ketiga di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dalam PBL.
fasilitator (less dominant).
Pengumpulan data dengan kuesioner dan FGD.
Hasil penelitan menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi Self Directed Learning
Readiness (SDLR)
pada mahasiswa tahun pertama, kedua dan ketiga yaitu : (1) faktor internal terdiri dari kesehatan fisik, ketersediaan waktu luang, hobi atau kegemaran,
kematangan diri, dan kecerdasan; (2) faktor eksternal terdiri dari dukungan keluarga dan teman, fasilitas fakultas,
masalah yang
dihadapi, hubungan antara teman sebaya, dan pengaruh orang tua serta teman.
pengumpulan dan analisis data kuantitatif pada tahap pertama yang diikuti pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap kedua yang dibangun berdasarkan hasil awal kuantitatif.
Penelitian dilakukan pada mahasiswa Keperawatan tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat
Fajrin (2014)
Analisis self directed learning (SDL) mahasiswa dan partisipasi dukungan
Penelitian ini menggunakan
rancangan cross
sectional dengan
pendekatan kuantitatif.
Pengolahan data dilakukan dengan
Tujuan penelitian adalah
untuk mengetahui
perbedaan kemampuan SDL pada mahasiswa
Keperawatan tahun
institusi sebagai faktor
eksternal : studi kasus pada
Politeknik Palu Sulawesi Tengah
statistic deskriptif dan inferensial. Pengambilan data dilakukan dengan kuesioner SDL dan kuesioner tingkat partisipasi dukungan pada mahasiswa berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi (data primer), serta kuesioner tingkat partisipasi dukungan pada dosen dan pejabat.
Hasil penelitan menunjukkan
terdapatnya
hubungan yang
positif antara tingkat partisipasi dukungan yang diberikan institusi dengan tingkat pembelajaran
mandiri yang
dimiliki mahasiswa, memiliki tingkat signifikansi yang
rendah, telah
memberi makna
semakin tingginya tingkat partisipasi yang diberikan akan memberi kondisi yang lebih tinggi pula pada tingkat self-directed
learning (SDL).
Penelitian mixed method
dengan strategi
eksplanatoris sekuensial yaitu penelitian dengan pengumpulan dan analisis data kuantitatif pada tahap pertama yang diikuti pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap kedua yang dibangun berdasarkan hasil awal kuantitatif.
Penelitian dilakukan pada mahasiswa Keperawatan tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat
Akbar (2014) Hubungan persepsi mahasiswa terhadap problem-based
learning, dan motivasi intrinsik, dengan self-directed learning di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Subjek penelitian adalah mahasiswa dengan kuesioner persepsi mahasiswa terhadap PBL dari aspek SPICES, kuesioner
SDLR, dan
kuesioner IMI. Hasil penelitan ini
adalah asal SMA dan pengalaman belajar mandiri/aktif di
SMA terbukti
menjadi variabel moderator yang cukup kuat untuk meningkatkan
hubungan antara persepsi mahasiswa
terhadap PBL
dengan kemampuan SDL.
Tujuan penelitian adalah
untuk mengetahui
perbedaan kemampuan SDL pada mahasiswa
Keperawatan tahun
pertama, kedua, ketiga, dan keempat yang menjalankan PBL
Penelitian mixed method
dengan strategi
eksplanatoris sekuensial yaitu penelitian dengan pengumpulan dan analisis data kuantitatif pada tahap pertama yang diikuti pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap kedua yang dibangun berdasarkan hasil awal kuantitatif.
Peneliti menggunakan kesioner Self-Rating Scale for Self Directedness in Learning (SRSSDL)
Kocaman and Ugur (2009)
A
Longitudinal Analysis of
the
Self-Directed Learning Readiness
Level of
Nursing Students
Metode penelitian yang digunakan adalah longitudinal correlational design. Penelitian dilakukan pada 50 dari 59 mahasiswa dengan lima titik waktu yang berbeda yaitu setiap awal dan akhir tahun
Tujuan penelitian adalah
untuk mengetahui
perbedaan kemampuan SDL pada mahasiswa
Keperawatan tahun
pertama, kedua, ketiga, dan keempat yang menjalankan PBL
Penelitian mixed method
Enrolled in a Problem-Based Curriculum
akademik
Hasil penelitian menunjukkan tahun pertama memiliki skor lebih rendah secara signifikan dibandingkan dengan tahun lainnya, dan
tahun keempat
memiliki skor lebih
tinggi secara
signifikan dari tahun-tahun
sebelumnya. Skor pada tiga sub-skala
(yaitu, self
management,
keinginan untuk belajar, dan self-control) meningkat secara signifikan selama 4 tahun.
eksplanatoris sekuensial yaitu penelitian dengan pengumpulan dan analisis data kuantitatif pada tahap pertama yang diikuti pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap kedua yang dibangun berdasarkan hasil awal kuantitatif.
Baker (2012)
A study
comparing self-directed learning readiness
(SDLR) in
the
classroom and in the clinical setting
Sebuah study
komparasi dengan metode kuantitatif
dengan design
tindakan berulang cross-over
Tujuan penelitian adalah
untuk mengetahui
perbedaan kemampuan SDL pada mahasiswa
Keperawatan tahun
pertama, kedua, ketiga, dan keempat yang menjalankan PBL
Penelitian mixed method
dengan strategi
eksplanatoris sekuensial yaitu penelitian dengan pengumpulan dan analisis data kuantitatif pada tahap pertama yang diikuti pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap kedua yang dibangun berdasarkan hasil awal kuantitatif.
Peneliti melakukan penelitian di setting pembelajaran kelas Oyama, Yumiko Fujino-, Maeda, Rumi, Maru, Mitsue and Inoue, Tomoko (2015) Validating the Japanese Self-Directed Learning Readiness
Scale for
Nursing Education
Merupakan
penelitian cross
sectional survey
dengan 376
mahasiswa keperawatan
Tujuan penelitian adalah
untuk mengetahui
perbedaan kemampuan SDL pada mahasiswa
Keperawatan tahun
pertama, kedua, ketiga, dan keempat yang menjalankan PBL
Penelitian mixed method
dengan strategi
22 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Teori Belajar
a. Definisi Belajar
Nursalam (2012) menyatakan belajar adalah suatu
proses perubahan perilaku atau kecakapan manusia
berkat adanya interaksi antara individu dengan individu,
dan individu dengan lingkungannya. Seseorang yang
telah mengalami proses belajar akan mengalami
perubahan perilaku dalam aspek pengetahuan (kognitif),
sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor).
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Kemampuan peserta didik sangat menentukan
keberhasilannya dalam proses belajar. Di dalam proses
belajar tersebut banyak faktor yang mempengaruhi.
Berikut uraian faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
1)Motivasi
Motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis
yang terdapat dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu
guna mencapai suatu tujuan atau kebutuhan. Menurut
Nursalam (2012) motivasi seseorang dapat timbul dan
tumbuh berkembang melalui dirinya sendiri.
Teori-teori isi motivasi berfokus pada faktor-faktor atau
kebutuhan dalam diri seseorang untuk menimbulkan
semangat, mengarahkan, mempertahankan, dan
menghentikan perilaku.
Maslow (1970) dalam Djaali (2008)
mengungkapkan bahwa kebutuhan dasar hidup
manusia terbagi menjadi lima tingkatan, yakni
kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan
sosial, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan akan
aktualisasi diri. Kebutuhan yang menjadi prioritas
untuk dipenuhi adalah kebutuhan dasar fisiologis.
termotivasi untuk memenuhi kebutuhan lain yang
lebih tinggi tingkatannya.
Menurut Maslow untuk dapat berprestasi dengan
baik, seseorang harus memenuhi terlebih dahulu
kebutuhan fisiologis dan keamanannya, sehingga akan
terdorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna
mencapai suatu tujuan. Motivasi dalam belajar
menurut Nursalam (2012) adalah memberikan
penguatan terhadap belajar, memperjelas tujuan
belajar, dan menentukan keajegan dan ketekunan
belajar.
2)Sikap
Sikap adalah suatu kesiapan mental dan
emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi
yang tepat. Sikap belajar penting karena didasarkan
atas peranan pendidik sebagai leader dalam proses
belajar mengajar. Gaya mengajar yang diterapkan
sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar
menimbulkan intensitas kegiatan yang lebih tinggi
dibanding dengan sikap belajar yang negatif.
3)Minat
Minat adalah rasa lebih suka atau keterikatan
pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang
menginstruksi. Pada dasarnya minat merupakan
penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri
dengan sesuatu di luar dirinya. Semakin kuat
hubungan tersebut, maka akan semakin kuat minatnya.
4)Kebiasaan Belajar
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa
hasil belajar mempunyai korelasi positif dengan
kebiasaan belajar (study habit). Kebiasaan merupakan
cara bertindak yang diperoleh melalui belajar secara
berulang-ulang, yang pada akhirnya menjadi menetap
dan bersifat otomatis.
5)Konsep Diri
Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang
diketahui dan dirasakan tentang perilakunya, isi
pikiran dan perasaannya, serta bagaimana perilakunya
tersebut berpengaruh terhadap orang lain.
c. Teori Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah perspektif psikologis dan
filosofis yang memandang bahwa masing-masing
individu membentuk atau membangun sebagian besar
dari apa yang mereka pelajari dan pahami.
Konstruktivisme makin banyak diaplikasikan dalam
pembelajaran dan pengajaran. Kegiatan berpikir terjadi
dalam situasi-situasi dan kognisi yang sebagian besar
dibangun oleh masing-masing individu sebagai fungsi
dari pengalaman-pengalaman mereka dalam sebuah
situasi (Schunk, 2012).
Para konstruktivisme menginterpretasikan
pengetahuan sebagai sebuah hipotesis kerja yang tidak
ditentukan dari luar diri mereka, tetapi terbentuk di
mengembangkan pengetahuan bagi diri mereka sendiri
(Geary, 1995 dalam Schunk, 2012).
Pendekatan konstruktivistik dalam belajar dan
pembelajaran didasarkan pada perpaduan antara
beberapa penelitian dalam psikolog kognitif dan
psikolog sosial, sebagai tehnik-tehnik dalam modifikasi
perilaku yang didasarkan pada teori operant
condisioning dalam psikolog behavioral. Premis
dasarnya adalah bahwa individu harus secara aktif
membangun pengetahuan dan keterampilanya dan
informasi yang ada, diperoleh dalam proses membangun
kerangka oleh peserta didik dari lingkungan di luar
dirinya (Schunk, 2012).
2. Self Directed Learning (SDL)
a. Konsep Belajar dan Pembelajaran Mandiri
Kata mandiri mengandung makna tidak
tergantung pada orang lain, bebas dan dapat melakukan
pembahasan tentang mandiri khususnya dalam belajar
yang mengarah kepada makna otonom. Menurut
Rusman (2010) otonom dalam belajar terwujud dalam
beberapa kebebasan, yaitu :
1) Peserta didik mempunyai kesempatan untuk ikut
menentukan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
belajarnya
2) Peserta didik boleh ikut menentukan bahan belajar
yang ingin dipelajarinya dan cara mempelajarinya
3) Peserta didik mempunyai kebebasan untuk belajar
sesuai dengan kecepatannya sendiri
4) Peserta didik dapat menentukan cara evaluasi yang
akan digunakan untuk menilai kemajuan belajarnya
Menurut Moore dalam Rusman (2010) ciri utama
dari suatu pembelajaran mandiri adalah adanya
kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk
ikut menentukan tujuan, sumber, dan evaluasi
ditentukan oleh besar kecilnya peran peserta didik atau
besar kecilnya kebebasan (otonom) yang diberikan
untuk ikut menentukan program pembelajarannya.
Tingkat kemandirian peserta didik sangat
berhubungan dengan pemilihan program; 1) memilih
program yang kesempatannya untuk berdialog tinggi
dan terstruktur, atau 2) program yang kurang
memberikan kesempatan berdialog dan sangat
terstruktur (Rusman, 2011). Secara kontekstual, tentu
dapat dilihat impact dari masing-masing program
tersebut, yaitu ada peserta didik pada gaya belajar
tertentu yang dapat memberi hasil baik dalam belajar
dengan program yang tidak terlalu terstruktur. Namun,
program dengan tingkat struktural yang tinggi juga bisa
mengakomodasi gaya belajar peserta didik yang lain.
Program dalam pembelajaran berkaitan dengan hasil
belajar peserta didik memilih unsur yang menjadi
penopang utama, program terstruktur rendah atau
tingkat kemandirian dari peserta didik tersebut,
mengingat program yang dirancang selalu akan
tergantung pada peserta didik sebagai sumber
pembelajaran.
Pandangan belajar mandiri sebagai metode
instruksional dalam implementasi memiliki syarat
tertentu. Pembelajaran mandiri dapat diterapkan
apabila asumsi berikut dapat terpenuhi. Sebagai orang
dewasa, kemampuan mahasiswa semestinya bergeser
dari orang yang tergantung kepada orang lain menjadi
individu yang mampu belajar sendiri. Prinsip yang
digunakan dalam SDL adalah : 1) pengalaman
merupakan sumber belajar yang sangat bermanfaat, 2)
kesiapan belajar merupakan tahap awal menjadi
pembelajar mandiri, dan 3) orang dewasa lebih tertarik
belajar dari permasalahan dibandingkan dengan isi
mata kuliah. Pengakuan, penghargaan, dan dukungan
terhadap proses belajar orang dewasa perlu diciptakan
mahasiswa harus memiliki semangat yang saling
melengkapi dalam melakukan pencarian pengetahuan
(Dikti, 2008 dalam Zulfa, 2014).
b. Pengertian SDL
Dalam pembelajaran yang mandiri atau disebut
self directed learning (SDL) mahasiswa berperan aktif
dalam merencanakan, memantau, dan mengevaluasi
proses belajar (Dolmans, 2005; Harsono, 2003).
Planning adalah kegiatan mahasiswa memahami segala
peluang yang dimilikinya, lalu menetapkan tujuan, dan
membuat strategi untuk mencapainya serta
mengidentifikasi kemungkinan kesulitan dalam belajar
(Dolmans et al., 2005).
Monitoring adalah kegiatan mahasiswa
menyadari hal yang sedang dilakukannya dan sudah
bisa mengantisipasi yang harus dilakukan selanjutnya
(Dolmans et al., 2005; Kaufman, 2007). Melalui proses
monitoring mahasiswa mengidentifikasi kekurangan
bisa merencanakan yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan belajarnya (Miflin et al., 2000).
Di akhir proses belajarnya, mahasiswa
bertanggungjawab melakukan proses evaluating untuk
menilai proses dan hasil belajarnya (Miflin, et al.,
2000; Dolmans et al., 2005). Agar bisa
mengembangkan kebiasaan evaluasi mandiri,
mahasiswa harus berlatih untuk menjadi krisis, analitis
dan reflektif (Kaufman, 2007). Evaluating dengan kata
lain dapat disebut refleksi, penting untuk pengaturan
diri dalam hal keilmuan maupun sebagai motivasi.
SDL adalah proses belajar yang dilakukan atas
inisiatif individu mahasiswa sendiri. Dalam hal ini,
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap
pengalaman belajar yang telah dijalani, dilakukan
semuanya oleh individu yang bersangkutan. Metode
belajar ini bermanfaat untuk menyadarkan dan
memberdayakan mahasiswa, bahwa belajar adalah
individu mahasiswa didorong untuk bertanggungjawab
terhadap semua pikiran dan tindakan yang
dilakukannya. Metode pembelajaran SDL dapat
diterapkan apabila asumsi berikut sudah terpenuhi,
yaitu sebagai orang dewasa, kemampuan mahasiswa
semestinya bergeser dari orang yang tergantung pada
orang lain menjadi individu yang mampu belajar
mandiri (Dikti, 2014).
SDL merupakan strategi yang esensial untuk
belajar sepanjang hayat (Jarvis, 2005). Menurut
Cafarella (2000) dalam Ellinger (2004) bahwa salah
satu tujuan pembelajar dilibatkan dalam proses SDL
meliputi keinginan untuk belajar konten spesifik atau
memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
Brockett dan Hiemstra (1991) dalam Merriam &
Brockett, (2007) mengemukakan bahwa konsep SDL
dalam proses pembelajaran orang dewasa harus dilihat
sebagai konsep yang lebih luas, baik SDL sebagai
kepribadian pembelajar tersebut. Brockett dan
Hiemstra lebih lanjut menjelaskan bahwa SDL
merupakan suatu proses untuk mengambil tanggung
jawab dan peran utama dalam merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi proses belajar dan
pembelajar memiliki keinginan kuat untuk
bertanggung jawab terhadap proses belajarnya.
Candy (1975) dalam Zulrahman (2008)
menjelaskan bahwa SDL dapat dipandang sebagai
suatu proses dan tujuan. SDL sebagai tujuan
mengandung makna bahwa setelah mengikuti suatu
pembelajaran tertentu pelajar diharapkan menjadi
seorang yang SDL. Sedangkan SDL sebagai proses
mengandung makna bahwa pelajar mempunyai
tangungjawab yang besar dalam mencapai tujuan
pembelajaran tertentu tanpa terlalu tergantung pada
pengajar.
Greg (1993) dalam Cheng (2010) berpendapat
kemampuan untuk berkolaborasi dengan teman dan
dapat melihat bahwa teman merupakan sumber
pembelajaran. Kemampuan belajar mandiri yang
dimiliki oleh pembelajar didefinisikan sebagai
kemampuan untuk berinisiatif dalam mengatur,
mengelola dan mengontrol proses belajarnya untuk
mengatasi berbagai masalah dalam belajar dengan
mempergunakan berbagai alternatif atau strategi
belajar (Jarvis 2005 dalam Damayanti, 2008).
Menurut Knowles dalam Zulrahman (2008),
SDL didefinisikan sebagai suatu proses dimana
seseorang memiliki inisiatif, dengan atau tanpa
bantuan orang lain untuk menganalisis kebutuhan
belajarnya sendiri. Penjelasan tentang SDL
menyatakan suatu pandangan bahwa belajar mandiri
bukan berarti belajar sendiri, namun menekankan
kepada tindakan yang dilakukan oleh peserta didik
untuk melakukan segala kegiatan yang mendukung
dalam lingkup merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi.
Dari beberapa penjelasan tentang pengertian
SDL, dapat disimpulkan bahwa SDL merupakan suatu
proses pembelajaran atas inisiatif sendiri dengan atau
tanpa bantuan orang lain untuk mencapai tujuan
pembelajaran tanpa tergantung pada pengajar.
Metode pembelajaran SDL dapat diterapkan
apabila asumsi berikut sudah terpenuhi. Sebagai orang
dewasa, kemampuan mahasiswa semestinya bergeser
dari orang yang tergantung pada orang lain menjadi
individu yang mampu belajar mandiri (Dikti, 2008).
Prinsip yang digunakan di dalam SDL adalah :
1) pengalaman merupakan sumber belajar yang sangat
bermanfaat; 2) kesiapan belajar merupakan tahap awal
menjadi pembelajar mandiri; dan 3) orang dewasa
lebih tertarik belajar dari permasalahan daripada isi
mata kuliah. Pengakuan, penghargaan, dan dukungan
dalam lingkungan belajar. Dalam hal ini dosen dan
mahasiswa harus memiliki semangat yang saling
melengkapi dalam melakukan pencarian pengetahuan
(Dikti, 2008).
c. Karakteristik SDL
SDL dapat dibagi menjadi 3 kategori menurut
Guglielmino & Guglielmino (1991) dalam Fajrin
(2014) , yaitu :
1) SDL dengan Kategori Rendah
Individu dengan skor SDL yang rendah
memiliki karakteristik yaitu siswa yang menyukai
proses belajar yang terstruktur atau tradisional,
seperti peran guru dalam ruangan kelas tradisional.
2) SDL dengan Kategori Sedang
Individu dengan skor SDL yang sedang
memiliki karakteristik yaitu berhasil dalam situasi
yang mandiri, tetapi tidak sepenuhnya dapat
mengidentifikasi kebutuhan belajar, perencanaan
3) SDL dengan Kategori Tinggi
Individu dengan skor SDL yang tinggi
memiliki karakteristik yaitu siswa yang biasanya
mampu mengidentifikasi kebutuhan belajar
mereka, mampu membuat perencanaan belajar
serta mampu melaksanakan rencana belajar
tersebut.
Rusman (2011) menjelaskan dengan rinci
berkaitan karakteristik peserta didik yang memiliki
tingkat SDL yang tinggi adalah sebagai berikut :
1) Sudah mengetahui dengan pasti yang menjadi
tujuan belajarnya atau yang ingin dicapai dalam
keinginan belajarnya. Efek dari hal ini adalah
keinginan untuk ikut menentukan tujuan
pembelajaran yang akan ditempuh bersama
pendidik atau institusi terkait. Peserta didik
dengan keadaan ini, pada konteks tidak
yang tidak dapat mengakomodasi keinginan atau
kebutuhannya, juga cara belajar yang dimilikinya.
2) Sudah dapat memilih sumber belajarnya sendiri
dan mengetahui dimana bahan-bahan belajar yang
diinginkan dapat ditemukan. Peserta didik juga
memiliki keyakinan untuk dapat menafsirkan topik
pembelajaran dengan benar dan memilih bahan
belajar dengan baik sesuai pada program
pembelajaran yang telah dirancang. Untuk itu
peserta didik merasa tidak memerlukan waktu
yang bnayak untuk berdialog dengan pendidik atau
penasihat akademik dalam suatu program
penjadwalan yang ketat dan rigid yang
mewajibkan kehadirannya. Keadaan demikian
akan berbalik pada waktu peserta didik mengalami
kesulitan yang tidak dapat dipecahkan sendiri dan
memerlukan bantuan orang lain, dalam artian
peserta didik atau institusi akan sangat dibutuhkan
Namun, pada awalnya, karakter lain yang terlihat
adalah kecenderungan dapat mencari solusi
bahkan narasumber pada waktu menemukan
kesulitan.
3) Dapat menilai tingkat kemampuan yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan
pembelajarannya atau untuk melakukan
pemecahan masalah pada waktu menemukan
kendala-kendala. Kecenderungan yang terlihat
adalah peserta didik berkeinginan untuk
melakukan evaluasi, penilaian dan menentukan
indikator keberhasilan terhadap diri sendiri
menyangkut berbagai tindakan yang telah
dilakukan dan hasil yang dicapai. Peserta didik
dengan tingkat kemandirian yang sangat tinggi
akan lebih berhasil dalam program pembelajaran
yang memiliki tingkat strukturalitas yang rendah,
tidak terjadwal dengan rutin dan tidak kaku.
memadai biasanya memiliki motivasi dan disiplin
belajar yang tinggi.
Peserta didik dengan kondisi yang belum
memiliki tingkat SDL yang tinggi biasanya belum
dapat menciptakan kondisi-kondisi tersebut di atas,
yakni memiliki karakter :
1) Lebih menyukai program pembelajaran yang
sudah terstruktur dan cenderung menyukai
program pembelajaran yang tujuannya sudah
dirumuskan dengan jelas
2) Cenderung menyukai untuk mengikuti program
pembelajaran yang bahan belajarnya telah
ditentukan dengan jelas dan cara belajar juga telah
ditentukan. Menginginkan suatu program dengan
komunikasi antara pendidik atau instruktur dan
peserta didik yang telah diatur dengan jelas dan
terjadwal. Peserta didik memiliki ekspektasi
dengan program yang ada mendapatkan penjelasan
kesempatan bertanya untuk meminta bantuan
menyangkut kendala yang dihadapi.
Kecenderungan khawatir tidak tepatnya penafsiran
terhadap substansi topik pembelajaran
menimbulkan suatu keharusan untuk selalu
bertanya dan meminta instruksi. Indikasi dari
peserta didik dengan karakter ini sulit untuk
melakukan upaya-upaya berkaitan dengan
pembelajaran sebelum mendapat instruksi.
3) Belum dapat menilai kemampuannya sendiri,
karena itu lebih menyukai program pembelajaran
yang telah memiliki keberhasilan dengan jelas.
Candy dalam Litzinger (2005) menjelaskan
karakteristik pelajar yang mampu melakukan SDL
dengan klasifikasi sebagai atribut dan sebagai
keterampilan, yaitu :
1) Atribut, terdiri dari keingintahuan, disiplin, self
bertanggungjawab, kreatif, percaya diri, dan tidak
tergantung
2) Keterampilan, terdiri dari keterampilan mencari
informasi, memiliki pengetahuan dan keterampilan
tentang proses belajar, keterampilan mengevaluasi
proses dan hasil belajar
Konsep berikutnya berkaitan dengan
karakteristik dikemukakan oleh Geahart dalam Zulfa
(2014) yang memberikan delapan poin karakteristik
kunci dalam ranah kemampuan belajar yang sudah
dapat melakukan SDL, yaitu :
1) Kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan
belajarnya sendiri
2) Pandangan positif terhadap kemampuan belajarnya
sendiri berdasarkan pengalaman belajar yang lalu
3) Kemampuan untuk menyusun tinjauan belajar
4) Kemampuan untuk memilih strategi belajar
6) Kelenturan dalam menyusun tujuan belajar dan
memilih strategi belajar
7) Kesadaran tentang cara belajar dan mengetahui
kekuatan dan kelemahannya
8) Memiliki pengetahuan dan keterampilan belajar
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi SDL
SDL dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu faktor yang ada dalam dirinya (internal) dan
faktor yang berasal dari luar dirinya (eksternal)
(Murad, Parkey, 2008)
1) Cara Belajar (Learning Strategy)
Dalyono (2007) menyebutkan bahwa cara
belajar dapat menentukan keberhasilan
pembelajaran seseorang. Untuk mencapai
keberhasilan dalam pembelajaran, mahasiswa
harus memahami cara belajar yang sesuai. Dengan
kekurangan dalam cara belajar, dan mencari solusi
cara belajar yang tepat.
2) Aktivitas Belajar (Learning activity)
Aktivitas belajar dapat menetukan kebiasaan
yang dilakukan peserta didik dalam mendukung
proses belajarnya. Termasuk persiapan peserta
dalam menghadapi proses pembelajaran.
3) Mood dan Kesehatan
Mood dan kesehatan dianggap berpengaruh
terhadap kesiapan SDL mahasiswa. Mood atau
suasana hati yang baik dan kesehatan yang baik
akan mempengaruhi keinginan mahasiswa untuk
belajar secara mandiri.
4) Interpersonal skills
Anak yang berperilaku mandiri mampu
meningkatkan adanya kontrol diri terhadap
perilakunya terutama unsur-unsur kognitif (seperti
mengetahui, menerapkan, menganalisa,
menerima, mananggapi, menghargai, membentuk,
dan berpribadi) ikut serta berperan. Selanjutnya
dikatakan bahwa berperilaku mandiri mampu
mengembangkan sikap kritis terhadap kekuasaan
yang datang dari luar dirinya, anak yang
berperilaku mandiri mampu melakukan dan
memutuskan sesuatu secara bebas tanpa pengaruh
orang lain. Dengan demikian, intelegensi berperan
dalam pembentukan kemandirian belajar.
5) Pendidikan
Pendidikan harus membantu anak didik
untuk menolong dirinya sendiri untuk dapat
mencapai perilaku mandiri melalui potensi-potensi
yang dimilikinya. Untuk itu, anak didik perlu
mendapatkan berbagai pengalaman dalam
mengembangkan konsep-konsep, prinsip,
generalisasi, intelek, inisiatif, kreativitas
kehendak, emosi, dan lain-lain. Orang yang
termasuk mengenal kelebihan dan kekurangan
yang ada pada dirinya, sehingga mereka
mempunyai kepercayaan diri.
6) Kesadaran
Kesadaran dari mahasiswa dalam melakukan
SDL sangat berpengaruh terhadap proses
pembelajaran yang dilakukan. Mahasiswa harus
memiliki kesadaran tinggi untuk mendapatkan
hasil belajar yang diharapkan.
7) Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah kekuatan yang
menyebabkan mahasiswa terlibat dalam suatu
proses pembelajaran, fokus pada tujuan belajar,
dan mengerjakan tugas belajar. Motivasi dalam
belajar dibagi menjadi dua, yaitu motivasi
ekstrinsik dan intrinsik. Contoh motivasi ekstrinsik
adalah ujian, nilai, penghargaan dari orang lain.
belajar dan menyadari pentingnya belajar secara
mandiri.
8) Pola Asuh Orangtua
Keluarga merupakan tempat pendidikan anak
yang pertama dan utama, sehingga orangtua
menjadi orang pertama yang mempengaruhi,
mengarahkan, dan mendidik anaknya. Tumbuh
kembangnya kepribadian anak tergantung pola
asuh orangtua yang diterapkan dalam keluarga.
Pola asuh orangtua dapat ditempuh orangtua
dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari
rasa tanggungjawab terhadap kepada anak.
9) Evaluasi
Perlunya evaluasi dari mahasiswa setelah
dilaksanakannya SDL untuk dapat menjadi
gambaran pada proses pembelajaran berikutnya.
e. Dimensi SDL
Menurut Gibbons (2002) dalam akbar (2014)
aspek dasar yang menjadi elemen penting dalam SDL,
yaitu :
1) Mahasiswa mengontrol pengalaman belajarnya
Bagi mahasiswa, diarahkan untuk bisa
mengontrol diri dari luar untuk dapat
mengendalikan dirinya. Seperti pada perubahan
besar yang berlangsung dalam kehidupan
mahasiswa karena mereka mulai membangun diri
sebagai individu yang terpisah dari ketergantungan
yang ada di masa kecil mereka. Mahasiswa mulai
membentuk pendapat mereka sendiri dan ide,
membuat keputusan sendiri, memilih kegiatan
mereka sendiri, mengambil tanggung jawab lebih
untuk diri mereka sendiri, dan mulai memasuki
dunia kerja. Mahasiswa mengembangkan metode
pembelajaran mereka sendiri untuk
memperdayakan diri mereka sendiri, disini akan
berkembang individualitas mereka yang akan
dewasa. Saat mereka mengarahkan diri
(self-directing) mereka sendiri, mereka tidak hanya
belajar secara efektif tetapi juga menjadi diri
mereka sendiri.
2) Perkembangan keterampilan
Dimana mahasiswa belajar untuk fokus dan
mengeluarkan bakat dan energi. Untuk alasan ini,
penekanan dalam SDL ada pada perkembangan
keterampilan dan proses yang mengarah pada
kegiatan yang produktif. Mahasiswa belajar untuk
mencapai hasil yang baik, berpikir secara
independen, merencanakan dan melaksanakan
kegiatan mereka sendiri. Proses-proses, dan
keterampilan yang terlibat di dalamnya, datang
secara bersama-sama untuk melakukan suatu
tindakan. Mahasiswa mempersiapkan dan
kemudian bernegosiasi dengan diri mereka sendiri
dan dosennya, sering dalam bentuk perjanjian
Tujuannya adalah untuk menyediakan sebuah
kerangka kerja yang memungkinkan mahasiswa
untuk mengidentifikasi kepentingan mereka dan
melengkapi mereka untuk mewujudkannya dengan
sukses.
3) Mengubah diri pada kinerja yang paling baik
Self-direction disini akan terbengkalai jik