• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI KOMPARASI KEMAMPUAN SELF-DIRECTED LEARNING PADA MAHASISWA KEPERAWATAN YANG MENJALANKAN PROBLEM-BASED LEARNING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UJI KOMPARASI KEMAMPUAN SELF-DIRECTED LEARNING PADA MAHASISWA KEPERAWATAN YANG MENJALANKAN PROBLEM-BASED LEARNING"

Copied!
222
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

ANDRI PURWANDARI 20141050041

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCASARJANA

(2)

TESIS

ANDRI PURWANDARI 20141050041

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCASARJANA

(3)

i TESIS

Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ANDRI PURWANDARI 20141050041

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCASARJANA

(4)

ii

LEMBAR PENGESAHAN Tesis

UJI KOMPARASI KEMAMPUAN SELF-DIRECTED LEARNING PADA MAHASISWA KEPERAWATAN YANG

MENJALANKAN PROBLEM-BASED LEARNING

Telah diujikan pada tanggal : 4 November 2016

Oleh :

ANDRI PURWANDARI NIM 20141050041

Penguji

Dr. dr. Sri Sundari., M.Kes (……….)

Dr. Titih Huriah., M.Kep., Ns., Sp.Kep.K (………)

Erna Rochmawati., S.Kp., MNSc., M.Med.Ed., Ph.D (………)

Mengetahui

Ketua Program Magister Keperawatan

Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(5)

iii

PERNYATAAN ORIGINALITAS

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Andri Purwandari

NIM : 20041050041

Program Studi : Magister Keperawatan Program

Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Judul Penelitian : Uji Komparasi Kemampuan Slef-Directed

Learning Pada Mahasiswa yang

Menjalankan Problem Based Learning

Menyatakan bahwa tesis ini merupakan hasil karya sendiri, dan

semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya

nyatakan dengan benar.

Yogyakarta, 04 November 2016

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillaahirobbil‟alaamiin.. Sembah sujud dan syukur yang tiada henti kepada Allah SWT atas segala petunjuk dan kemudahanNya hingga tesis ini terselesaikan.

My Lovely Hubby.. Terimakasih yang tak terhingga untuk abi yang selalu memberikan support, bersedia berbagi peran dan memahami dalam situasi apapun, yang selalu berdoa untuk kelancaran tesis ini. Jazakallaah khoir abi..

Abah dan Umi.. Terimakasih atas dukungan dan doa dari umi dan abah selama perjalanan tesis ini. Barokallaah..

Bapak dan Ibu.. Terimakasih atas kasih sayang, doa dan segala dukungan yang tiada henti. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan dan kasih sayangNya pada Bapak dan Ibu. Big hug.

My Lovely Son.. Mujahid kecilku yang selalu menginspirasi, membuat umi semangat dan tersenyum dalam segala kondisi. Semoga Allah SWT selalu menjadikanmu anak yang sholih dan senantiasa diberikan kesehatan. Love you nak..

My Brother & Sister.. Adik-adikku yang selalu menghibur dan memberikan support dalam penyelesaian tesis ini. Sukses selalu untuk kalian..

(7)

v

KATA PENGANTAR

Assalaamu‟alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Alhamdulillaahirobbil‟aalamiin, puji syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT, karena atas berkah, rahmat dan ridho Nya

penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul “Uji

Komparasi Kemampuan Self-Directed Larning pada Mahasiswa

Keperawatan yang menjalankan Problem-Based Learning “.

Dalam penyusunan Tesis ini penulis menyadari bahwa masih

terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang yang membangun dari

semua pihak demi kesempurnaan Tesis ini.

Penyusunan Tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Achmad Nurmandi selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2. Fitri Arofiati, S.Kep., Ns., MAN., Ph.D selaku Ketua

Program Studi Magister Keperawatan Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

3. Dr. dr. Sri Sundari., M.Kes selaku dosen pembimbing yang

telah dengan sabar membimbing dan memberikan masukan

serta saran dalam penyempurnaan Tesis ini

4. Dr. Titih Huriah., M.Kep., Ns., Sp.Kep.K selaku dosen

(8)

vi

5. Erna Rochmawati., S.Kp., MNSc., M.Med.Ed., Ph.D selaku

dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam tesis

ini

6. Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., Sp. Mat selaku Ketua Program

Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang

telah memberikan izin penelitian

Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan rahmat serta

hidayahNya dan menjadikannya sebagai amal jariyah. Akhir kata

semoga Tesis ini dapat bermanfaat bagi pendidikan Ilmu

Keperawatan serta bagi kita semua, Amiin yaa robbal „aalamiin.

Wassalaamu‟alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Yogyakarta, 4 November 2016

(9)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Penelitian ... 1

B.Perumusan Masalah ... 12

C.Tujuan Penelitian ... 13

1. Tujuan Umum Penelitian ... 13

2. Tujuan Khusus Penelitian ... 13

D.Manfaat Penelitian ... 14

1. Aspek Teoritis (keilmuan) ... 14

2. Aspek Praktis (guna laksana) ... 14

E.Penelitian Terkait ... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 22

A.LANDASAN TEORI ... 22

1. TEORI BELAJAR ... 22

a. Definisi Belajar ... 22

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ... 22

c. Teori Konstruktivisme ... 26

2. SELF-DIRECTED LEARNING (SDL) ... 27

a. Konsep Belajar dan Pembelajaran Mandiri ... 27

b. Pengertian Self-Directed Learning ... 31

(10)

viii

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi SDL ... 44

e. Dimensi SDL ... 48

f. Tahap-Tahap dalam SDL ... 54

3. PROBLEM-BASED LEARNING (PBL) ... 56

a. Pengertian PBL ... 56

b. Tujuan PBL ... 58

c. Karakteristik PBL ... 59

d. Keterampilan (skill) yang Dikembangkan dalam PBL ... 63

e. Model Kelas PBL ... 63

f. Tahap-Tahap dalam PBL ... 65

g. Penulisan Skenario dalam PBL ... 72

h. Peran Partisipasi dalam PBL ... 76

i. Strategi dan Metode PBL ... 82

j. Kelebihan dan Kekurangan PBL ... 84

k. System Penilaian Mahasiswa dalam Pembelajaran PBL ... 86

4. SELF-DIRECTED LEARNING DALAM PROBLEM-BASED LEARNING ... 87

B.KERANGKA TEORI ... 91

C.KERANGKA KONSEP ... 92

D.HIPOTESIS ... 93

BAB III METODE PENELITIAN ... 94

A.Desain Penelitian ... 94

B.Populasi dan Sampel ... 95

1. Populasi ... 95

2. Sampel ... 96

3. Metode Penarikan Sampel (Sampling) ... 96

C.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 98

1. Lokasi Penelitian ... 98

2. Waktu Penelitian ... 98

D.Variabel Penelitian ... 98

E.Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 99

F. Instrument Penelitian ... 101

1. Self-Rating Scale for Self Directedness in Learning (SRSSDL) ... 101

2. Focus Group Discussion (FGD) ... 103

(11)

ix

G.Cara Pengumpulan Data ... 105

1. Tahap Persiapan ... 105

2. Tahap Pelaksanaan ... 105

3. Tahap Terminasi ... 107

H.Validitas dan Reliabilitas ... 107

1. Validitas dan Reliabilitas Penelitian Kuantitatif ... 107

a. Uji Validitas ... 107

b. Uji Reliabilitas ... 109

2. Validitas dan Reliabilitas Penelitian Kualitatif ... 111

I. Pengolahan dan Metode Analisa Data ... 114

1. Pengolahan Data ... 114

2. Analisa Data ... 116

a. Analisa Data Kuantitatif ... 116

b. Analisa Data Kualitatif ... 118

J. Etika Penelitian ... 120

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 123

A. Hasil Penelitian Kuantitatif ... 123

1. Karakteristik Responden ... 123

2. Tingkat Kemampuan SDL ... 124

3. Analisa Perbedaan Tingkat Kemampuan SDL ... 126

4. Kemampuan SDL Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia ... 128

B. Hasil Penelitian Kualitatif ... 131

1. Karakteristik Partisipan ... 131

2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 132

C. Pembahasan ... 142

1. Karakteristik Responden Penelitian ... 142

2. Tingkat Kemampuan SDL ... 146

D. Keterbatasan Penelitian ... 158

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 159

A. Kesimpulan ... 159

B. Saran ... 162 DAFTAR PUSTAKA

(12)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Penelitian Terkait ... 15

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 99

Tabel 3.2 Tingkat Kemampuan Self-Directed Learning ... 116

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ... 123

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kemampuan SDL ... 125

Tabel 4.3 Analisis Varian Krusskal Wallis ... 126

Tabel 4.4 Analisis Post Hock Mann Whitney ... 127

Table 4.5 Tabulasi Silang Tingkat SDL Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia ... 129

(13)

xi

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Teori ... 91

Bagan 2.2 Kerangka Konsep ... 92

Bagan 4.1 Gambaran Tema Hasil Penelitian ... 134

Bagan 4.2 Learning Preparation ... 135

Bagan 4.3 Faktor yang Menghambat SDL ... 137

(14)

xii

DAFTAR SINGKATAN

SDL : Self-Directed Learning

PBL : Problem-Based Learning

SCL : Student Centered Learning

FGD : Focuss Group Discussion

SDLR : Self Directed Learning Readiness

SRSSDL : Self-Rating Scale for Self Directedness in

Learning

PSIK : Program Studi Ilmu Keperawatan

FKIK : Fakultas Kesehatan dan Ilmu Kedokteran

UMY : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(15)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Informed Concent

Lampiran 2 : Skala Penilaian Diri untuk Pembelajaran Mandiri / Self-Rating Scale for Self-Directedness in Learning (SRSSDL)

Lampiran 3 : Panduan Deep Interview

Lampiran 4 : Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan dari Magister Keperawatan UMY

Lampiran 5 : Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan dari PSIK FKIK UMY

Lampiran 7 : Surat Ijin Uji Validitas

Lampiran 8 : Surat Ijin Penelitian dari Magister Keperawatan UMY

(16)

xiv

UJI KOMPARASI KEMAMPUAN SELF-DIRECTED LEARNING PADA MAHASISWA KEPERAWATAN YANG

MENJALANKAN PROBLEM-BASED LEARNING Andri Purwandari, Sri Sundari

Program Magister Keperawatan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ABSTRAK

Latar Belakang : Self-Directed Learning merupakan kemampuan melakukan kontrol terhadap seluruh aspek pembelajaran dari seseorang, dimulai pada perencanaan yang matang sampai dengan cara seseorang melakukan evaluasi terhadap performa yang telah dilakukannya. Penerapan metode PBL menuntut mahasiswa lebih banyak belajar mandiri, mengidentifikasi tujuan dan kebutuhan mereka, merencanakan strategi untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dan mengevaluasi kemajuan mereka.

Tujuan Penelitian : Mengetahui perbedaan kemampuan SDL pada mahasiswa Keperawatan tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Metode Penelitian : Penelitian mixed method dengan strategi eksplanatoris sekuensial. Metode kuantitatif menggunakan komparatif kategorik, dan kualitatif menggunakan metode kualitatif deskriptif.

Hasil Penelitian : Hasil uji Krusskal Wallis menunjukkan nilai sig. 0,00 < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat SDL mahasiswa tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat di PSIK FKIK UMY. Hasil indepth interview ditemukan tema yang meliputi learning preparation dan faktor yang mempengaruhi SDL. Kesimpulan : Terdapat perbedaan tingkat SDL mahasiswa tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi SDL, meliputi: faktor penghambat: mood dan motivasi, fasilitas kampus, kebosanan, interpersonal skill, adaptasi, dan manajemen waktu; faktor penghambat : dukungan orang tua.

(17)

xv

COMPARISON TEST OF SELF-DIRECTED LEARNING ABILITY TO NURSING STUDENTS IN RUNNING PROBLEM-BASED

LEARNING

Andri Purwandari, Sri Sundari

Master Nursing Program of Post-Graduate Program Muhammadiyah University Yogyakarta

ABSTRACT

Background: Self-Directed Learning is an ability to control towards all aspects of a person's learning, beginning on careful planning until how someone evaluate the performance that has been done. Application of PBL method requires students more independent learning, identify their goals and needs, plan a strategy to meet those needs, and evaluate their progress.

Objective: To identify difference towards SDL ability to nursing students in first, second, third, and fourth years.

Methods: The research used mixed method with sequential explanatory strategy. Quantitative methods used comparative categorical, and qualitatively using descriptive qualitative method.

Results: The test result of Krusskal Wallis showed sig. 0.00 <0.05, which meant there was significant differences in the level of SDL students in first, second, third, and fourth years in PSIK FKIK UMY. Result of depth interviews was found a theme that included learning preparation and factors affecting the SDL.

Conclusion: There was difference in the level of SDL students in first, second, third, and fourth years. There were factors that affected SDL, included inhibiting factors such mood and motivation, campus facilities, boredom, interpersonal skills, adaptability, and time management; inhibiting factors like the support of parents.

(18)
(19)

xiv

UJI KOMPARASI KEMAMPUAN SELF-DIRECTED LEARNING PADA MAHASISWA KEPERAWATAN YANG

MENJALANKAN PROBLEM-BASED LEARNING Andri Purwandari, Sri Sundari

Program Magister Keperawatan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ABSTRAK

Latar Belakang : Self-Directed Learning merupakan kemampuan melakukan kontrol terhadap seluruh aspek pembelajaran dari seseorang, dimulai pada perencanaan yang matang sampai dengan cara seseorang melakukan evaluasi terhadap performa yang telah dilakukannya. Penerapan metode PBL menuntut mahasiswa lebih banyak belajar mandiri, mengidentifikasi tujuan dan kebutuhan mereka, merencanakan strategi untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dan mengevaluasi kemajuan mereka.

Tujuan Penelitian : Mengetahui perbedaan kemampuan SDL pada mahasiswa Keperawatan tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Metode Penelitian : Penelitian mixed method dengan strategi eksplanatoris sekuensial. Metode kuantitatif menggunakan komparatif kategorik, dan kualitatif menggunakan metode kualitatif deskriptif.

Hasil Penelitian : Hasil uji Krusskal Wallis menunjukkan nilai sig. 0,00 < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat SDL mahasiswa tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat di PSIK FKIK UMY. Hasil indepth interview ditemukan tema yang meliputi learning preparation dan faktor yang mempengaruhi SDL. Kesimpulan : Terdapat perbedaan tingkat SDL mahasiswa tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi SDL, meliputi: faktor penghambat: mood dan motivasi, fasilitas kampus, kebosanan, interpersonal skill, adaptasi, dan manajemen waktu; faktor penghambat : dukungan orang tua.

(20)

xv

COMPARISON TEST OF SELF-DIRECTED LEARNING ABILITY TO NURSING STUDENTS IN RUNNING PROBLEM-BASED

LEARNING

Andri Purwandari, Sri Sundari

Master Nursing Program of Post-Graduate Program Muhammadiyah University Yogyakarta

ABSTRACT

Background: Self-Directed Learning is an ability to control towards all aspects of a person's learning, beginning on careful planning until how someone evaluate the performance that has been done. Application of PBL method requires students more independent learning, identify their goals and needs, plan a strategy to meet those needs, and evaluate their progress.

Objective: To identify difference towards SDL ability to nursing students in first, second, third, and fourth years.

Methods: The research used mixed method with sequential explanatory strategy. Quantitative methods used comparative categorical, and qualitatively using descriptive qualitative method.

Results: The test result of Krusskal Wallis showed sig. 0.00 <0.05, which meant there was significant differences in the level of SDL students in first, second, third, and fourth years in PSIK FKIK UMY. Result of depth interviews was found a theme that included learning preparation and factors affecting the SDL.

Conclusion: There was difference in the level of SDL students in first, second, third, and fourth years. There were factors that affected SDL, included inhibiting factors such mood and motivation, campus facilities, boredom, interpersonal skills, adaptability, and time management; inhibiting factors like the support of parents.

(21)

1 A. Latar Belakang Penelitian

Pergeseran pembelajaran merupakan pergeseran

paradigma, yaitu paradigma dalam cara memandang

pengetahuan, paradigma belajar dan pembelajaran itu sendiri.

Paradigma lama memandang pengetahuan sebagai sesuatu

yang sudah jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain

dengan istilah transfer of knowledge. Paradigma baru

memandang pengetahuan sebagai sebuah hasil konstruksi atau

bentukan dari orang yang belajar. Sehingga belajar adalah

sebuah proses mencari dan membentuk pengetahuan, jadi

bersifat aktif dan spesifik caranya (Dikti, 2008).

Pembelajaran adalah interaksi antara pendidik, peserta

didik, dan sumber belajar di dalam lingkungan belajar

tertentu. Belajar merupakan proses perubahan perilaku yang

relatif permanen sebagai akibat dari pengalaman dan adanya

(22)

mental sebagai hasil dari pengalaman. Definisi belajar cukup

banyak, perbedaan tersebut karena adanya perbedaan

perspektif dari berbagai teori yang berkembang. Teori-teori

tersebut diantaranya adalah teori behaviorisme, kognitivisme

maupun konstruktivisme, sehingga masing-masing paham

menimbulkan implikasi yang berbeda juga pada proses

(23)

Tenaga pemberi perawatan kesehatan dan pendidik

khususnya, akan dihadapkan dengan semakin banyaknya

kepelikan dalam sistem mereka. Satu metode pembelajaran

saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan professional

kesehatan yang tengah dididik untuk memberikan perawatan

berbasis bukti. Selain itu, satu metode pendidikan tidak akan

memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki latar

belakang dan gaya pembelajaran yang berbeda (Rideout,

2006).

Pendidikan Ners merupakan pendidikan

akademik-profesional dengan proses pembelajaran yang menekankan

pada tumbuh kembang kemampuan mahasiswa untuk menjadi

seorang akademisi dan profesional. Landasan tumbuh

kembang kemampuan ini merupakan kerangka konsep

pendidikan yang meliputi falsafah keperawatan sebagai

profesi, dan keperawatan sebagai bentuk pelayanan

profesional yang akan mempengaruhi isi kurikulum dan

pendekatan utama dalam proses pembelajaran (Kurikulum

(24)

Memasuki millenium baru, perubahan di dalam

kehidupan personal maupun professional kita tidak dapat

dielakkan. Upaya untuk menyongsong ASEAN Economic

Community tahun 2015 dan mengantisipasi perkembangan

global telah diadakan perubahan-perubahan yang bersifat

inovasi, reorientasi, reformasi di dalam revisi kurikulum

Pendidikan Ners. Saat ini tuntutan terhadap pelayanan

kesehatan semakin meningkat, masalah-masalah kesehatan

semakin kompleks, perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi keperawatan semakin canggih, dan selain itu

persyaratan dunia kerja semakin menuntut tenaga

keperawatan yang kompeten, sehingga dunia pendidikan

keperawatan harus mampu mempersiapkan lulusan yang

kompeten untuk mampu berkompetisi baik nasional maupun

global (Kurikulum Pendidikan Ners, 2016).

Penyusunan revisi kurikulum tahun 2016

berlandaskan kepada peraturan-peraturan terkini yang ada di

Indonesia, dengan mempertimbangkan kebutuhan pemangku

(25)

mengharapkan lulusan berstandar internasional dan sesuai

dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia level 7

(tujuh). Tuntutan dari stakeholder; masyarakat, rumah sakit,

puskesmas, departemen kesehatan dan organisasi/institusi

pelayanan kesehatan lainnya terhadap tampilan perawat

profesional, digunakan oleh penyusun kurikulum sebagai

landasan pengembangan profil Ners di masyarakat.

Kurikulum yang disusun juga lebih menitikberatkan kepada

proses pembelajaran yang berorientasi kepada mahasiswa

atau disebut dengan Student Centered Learning (Kurikulum

Pendidikan Ners, 2016).

Metode yang tepat digunakan dalam menerapkan

pembelajaran yang berorientasi kepada mahasiswa adalah

dengan pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based

Learning, PBL) yang menekankan pembelajaran mandiri

(Self-Directed Learning, SDL) dengan mengembangkan sikap

dan keterampilan guna menyesuaikan diri dengan lingkungan

yang selalu berubah. Melalui pembelajaran mandiri, peserta

(26)

merencanakan strategi untuk memenuhi kebutuhan tersebut,

dan mengevaluasi kemajuan mereka (Rideout, 2006).

Paham konstruktivisme memandang pengetahuan

sebagai sesuatu yang harus dibentuk agar peserta didik dapat

memahami, memprediksi, dan mengendalikan lingkungan

mereka. Individu dapat memahami pengetahuan saat mereka

mengkaji secara mandiri. Individu ditantang untuk

menciptakan konstruksi kognitif yang baru, bekerja

berdasarkan dengan apa yang telah mereka ketahui,

menyatukan pengetahuan yang baru diperoleh dengan

pembelajaran lama yang merupakan konsep dasar

pembelajaran mandiri berbasis masalah (problem-based self

directed learning) (Rideout, 2006).

Penerapan metode PBL menuntut mahasiswa lebih

banyak belajar mandiri atau dikenal dengan SDL. Belajar

mandiri yang dilakukan mahasiswa dalam PBL misalnya

mengidentifikasi berbagai masalah yang akan dipelajari,

menentukan sumber belajar, menentukan aktivitas

(27)

secara mandiri oleh mahasiswa dengan atau tanpa bantuan

tutor.

Proses belajar dengan metode PBL tidak selamanya

berjalan dengan lancar. Ada beberapa hambatan yang dapat

muncul. Hal yang paling sering terjadi adalah kurang

terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini.

Peserta didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode

konvensional, dimana pemberian materi terjadi secara satu

arah. Faktor penghambat lain adalah kurangnya waktu. Proses

PBL terkadang membutuhkan waktu yang lebih banyak.

Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk

menghadapi persoalan yang diberikan. Sementara itu, waktu

pelaksanaan PBL harus disesuaikan dengan beban kurikulum.

Untuk mengetahui apakah metode PBL berhasil atau tidak,

maka perlu dilakukan evaluasi atau penilaian (Nursalam,

2008).

Agar dapat terlibat secara efektif di PBL, mahasiswa

harus dapat bertanggungjawab terhadap proses pembelajaran

(28)

dan memberi makna dalam setiap pembelajarannya

(Mergendoller, et al, 2006). Apabila ingin mengembangkan

potensi positif dari PBL tersebut, mahasiswa diharapkan

dapat mengubah peran mereka dari pembelajar pasif menuju

pembelajar yang aktif dan mampu mengembangkan

keterampilan belajar mandiri. Keterampilan belajar mandiri

mengacu pada kemampuan mahasiswa bermetakognisi,

memiliki motivasi dan berperilaku aktif dalam proses belajar

mereka sendiri (English, et al, 2013).

Keterampilan belajar mandiri didefinisikan sebagai

kemampuan melakukan kontrol terhadap seluruh aspek

pembelajaran dari seseorang, dimulai pada perencanaan yang

matang sampai dengan cara seseorang melakukan evaluasi

terhadap performa yang telah dilakukannya (Perry, et al,

2006, dalam Bruning, 2011).

Menurut Harsono, et al. (2010) self-direction

memegang kontrol yang lebih besar terhadap individu dalam

hal konseptualisasi, perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi

(29)

yang dapat digunakan dalam proses belajar yang lebih lanjut.

Siswa yang memiliki kemandirian tinggi dalam belajarnya

akan menggunakan berbagai sumber belajar untuk

memudahkan terjadinya proses belajar. Selain itu, mahasiswa

harus mampu berpikir kritis untuk membuat sebuah penilaian

atau keputusan, menerapkan ilmu pengetahuan dan

pengalaman (Rosyidi, 2008).

Sifat mandiri dari model PBL berulangkali

diidentifikasi sebagai suatu kelebihan, namum bukan berarti

tanpa tantangan dalam prosesnya. Pada awalnya peserta didik

sering terlihat frustasi jika diminta memutuskan dan

menentukan cara mereka menjalani pengalaman pembelajaran

dan cara evaluasi yang harus dilakukan, memiliki sedikit

pengalaman atau tidak sama sekali dalam mengendalikan

pembelajaran mereka dan tidak paham mengenai bentuknya.

Selama fase proses pembelajaran mandiri peserta didik

mungkin juga merasa tidak percaya diri terhadap harapan

pembelajaran yang baru. Peserta didik pada umumnya

(30)

memahami proses SDL. Dalam hal ini diperlukan

pendampingan dari pendidik dan dukungan literature yang

luas untuk dapat mendukung proses SDL menjadi lebih baik

sesuai harapan (Rideout, 2006).

Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) berdiri sejak tahun 2000,

kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK) dengan metode pembelajarn yang

mengalami perubahan selama beberapa kali. Pada tahun 2000,

program studi ini masih menerapkan metode pembelajaran

konvensional. Kemudian pada tahun 2006 mulai mengalami

perubahan ke arah Student Centered Learning (SCL) dengan

menerapkan metode pembelajaran hybrid Problem Based

Learning. Tahun 2012 PSIK FKIK UMY mulai

menyempurnakan metode PBL sistem full blok dengan

metode tutorial dan kuliah pakar (Data PSIK FKIK UMY,

(31)

Dari hasil diskusi dan wawancara tidak terstruktur

dengan mahasiswa PSIK FKIK UMY, didapatkan data bahwa

mahasiswa berasal dari SLTA dengan metode pembelajaran

yang berbeda. Sebagian besar dari mereka masih

menggunakan metode pembelajaran konvensional di SLTA.

Hal tersebut mempengaruhi mahasiswa dalam mengikuti

metode pembelajaran yang bersifat SCL. Oleh karena itu,

PSIK FKIK UMY telah mempersiapkan program stadium

general yaitu untuk memberikan penjelasan tentang sistem

pembelajaran PBL yang akan dilaksanakan mahasiswa di

setiap semesternya.

Peneliti belum dapat mengukur secara jelas perbedaan

kemampuan SDL masing-masing mahasiswa dari tahun

pertama, kedua, ketiga, dan keempat, yaitu sejauh mana

kesiapan mahasiswa dan kendala yang dihadapi selama proses

SDL. Kocaman, et al. (2009) menyatakan bahwa adanya

perubahan persepsi dan kepuasan dalam menjalankan SDL

dari waktu ke waktu. Williams (2004) dalam Kocaman (2009)

(32)

ketidakpastian menjadi percaya diri dan kemudian terbentuk

komitmen dalam menjalankan proses SDL. Lunyk, et al

(2001) dalam Kocaman (2009) juga menjelaskan perubahan

yang terjadi pada tahun awal hingga tahun akhir pembelajaran

yaitu perubahan perasaan negatif menjadi positif terhadap

proses SDL.

Beberapa perubahan dan proses yang terjadi pada

setiap angkatan akan sangat berpengaruh terhadap tingkat

SDL individu terhadap proses pembelajaran dengan PBL.

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

perbedaan kemampuan SDL pada mahasiswa Keperawatan

yang menjalankan PBL di setiap tahun ajaran.

B. Perumusan Masalah

Adakah perbedaan tingkat kemampuan SDL pada

mahasiswa Keperawatan yang menjalankan PBL di Program

Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah

(33)

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Penelitian

Mengetahui perbedaan kemampuan SDL pada

mahasiswa tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat

yang menjalankan PBL.

2. Tujuan Khusus Penelitian

a. Mengetahui karakteristik responden tahun pertama,

kedua, ketiga, dan keempat

b. Mengetahui kemampuan SDL pada mahasiswa tahun

pertama, kedua, ketiga, dan keempat PSIK FKIK

UMY

c. Mengetahui perbedaan tingkat SDL mahasiswa tahun

pertama, kedua, ketiga, dan keempat PSIK FKIK

UMY

d. Mengetahu learning preparation mahasiswa tahun

pertama, kedua, ketiga, dan keempat PSIK FKIK

UMY

e. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi SDL

(34)

dan kesehatan, interpersonal skills, pendidikan,

kesadaran, motivasi belajar, pola asuh orangtua, dan

evaluasi pada mahasiswa PSIK FKIK UMY

D. Manfaat Penelitian

1. Aspek Teoritis (keilmuan)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

teoritis berupa kontribusi dan menambah referensi di

bidang pendidikan, khususnya pendidikan keperawatan.

2. Aspek Praktis (guna laksana) a. Mahasiswa

Memberikan informasi terkait SDL pada

mahasiswa dan dapat bermanfaat untuk meningkatkan

kemampuan SDL dalam proses pembelajaran,

sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang

(35)

b. Institusi

Dari penelitian akan mendapatkan informasi

terkait kemampuan SDL dalam proses pembelajaran,

sehingga berguna untuk memberikan motivasi pada

mahasiswa dan mengembangkan strategi

pembelajaran yang lebih baik lagi

E. Penelitian Terkait

Penelitian yang terkait dengan penelitian peneliti adalah

[image:35.516.54.471.434.639.2]

sebagai berikut :

Tabel 1.1 Penelitian Terkait

Peneliti Judul Metode dan Hasil

Perbedaan penelitian dengan penelitian terdahulu Nyambe (2015) Faktor-faktor yang mempengaru

hi

self-directed learning readiness pada mahasiswa tahun pertama, kedua dan

 Metode yang

digunakan melalui

dua tahapan

(sequencing), yang mengkombinasikan dua pendekatan penelitian, yaitu kualitatif sebagai pendekatan utama (dominant) dan pendekatan

kuantitatif sebagai

 Tujuan penelitian adalah

untuk mengetahui

perbedaan kemampuan SDL pada mahasiswa

Keperawatan tahun

pertama, kedua, ketiga, dan keempat yang menjalankan PBL

 Penelitian mixed method

dengan strategi

(36)

ketiga di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dalam PBL.

fasilitator (less dominant).

Pengumpulan data dengan kuesioner dan FGD.

 Hasil penelitan menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi Self Directed Learning

Readiness (SDLR)

pada mahasiswa tahun pertama, kedua dan ketiga yaitu : (1) faktor internal terdiri dari kesehatan fisik, ketersediaan waktu luang, hobi atau kegemaran,

kematangan diri, dan kecerdasan; (2) faktor eksternal terdiri dari dukungan keluarga dan teman, fasilitas fakultas,

masalah yang

dihadapi, hubungan antara teman sebaya, dan pengaruh orang tua serta teman.

pengumpulan dan analisis data kuantitatif pada tahap pertama yang diikuti pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap kedua yang dibangun berdasarkan hasil awal kuantitatif.

 Penelitian dilakukan pada mahasiswa Keperawatan tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat

Fajrin (2014)

Analisis self directed learning (SDL) mahasiswa dan partisipasi dukungan

 Penelitian ini menggunakan

rancangan cross

sectional dengan

pendekatan kuantitatif.

Pengolahan data dilakukan dengan

 Tujuan penelitian adalah

untuk mengetahui

perbedaan kemampuan SDL pada mahasiswa

Keperawatan tahun

(37)

institusi sebagai faktor

eksternal : studi kasus pada

Politeknik Palu Sulawesi Tengah

statistic deskriptif dan inferensial. Pengambilan data dilakukan dengan kuesioner SDL dan kuesioner tingkat partisipasi dukungan pada mahasiswa berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi (data primer), serta kuesioner tingkat partisipasi dukungan pada dosen dan pejabat.

 Hasil penelitan menunjukkan

terdapatnya

hubungan yang

positif antara tingkat partisipasi dukungan yang diberikan institusi dengan tingkat pembelajaran

mandiri yang

dimiliki mahasiswa, memiliki tingkat signifikansi yang

rendah, telah

memberi makna

semakin tingginya tingkat partisipasi yang diberikan akan memberi kondisi yang lebih tinggi pula pada tingkat self-directed

learning (SDL).

 Penelitian mixed method

dengan strategi

eksplanatoris sekuensial yaitu penelitian dengan pengumpulan dan analisis data kuantitatif pada tahap pertama yang diikuti pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap kedua yang dibangun berdasarkan hasil awal kuantitatif.

 Penelitian dilakukan pada mahasiswa Keperawatan tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat

(38)

Akbar (2014) Hubungan persepsi mahasiswa terhadap problem-based

learning, dan motivasi intrinsik, dengan self-directed learning di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

 Penelitian ini merupakan

penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional. Subjek penelitian adalah mahasiswa dengan kuesioner persepsi mahasiswa terhadap PBL dari aspek SPICES, kuesioner

SDLR, dan

kuesioner IMI.  Hasil penelitan ini

adalah asal SMA dan pengalaman belajar mandiri/aktif di

SMA terbukti

menjadi variabel moderator yang cukup kuat untuk meningkatkan

hubungan antara persepsi mahasiswa

terhadap PBL

dengan kemampuan SDL.

 Tujuan penelitian adalah

untuk mengetahui

perbedaan kemampuan SDL pada mahasiswa

Keperawatan tahun

pertama, kedua, ketiga, dan keempat yang menjalankan PBL

 Penelitian mixed method

dengan strategi

eksplanatoris sekuensial yaitu penelitian dengan pengumpulan dan analisis data kuantitatif pada tahap pertama yang diikuti pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap kedua yang dibangun berdasarkan hasil awal kuantitatif.

 Peneliti menggunakan kesioner Self-Rating Scale for Self Directedness in Learning (SRSSDL)

Kocaman and Ugur (2009)

A

Longitudinal Analysis of

the

Self-Directed Learning Readiness

Level of

Nursing Students

 Metode penelitian yang digunakan adalah longitudinal correlational design. Penelitian dilakukan pada 50 dari 59 mahasiswa dengan lima titik waktu yang berbeda yaitu setiap awal dan akhir tahun

 Tujuan penelitian adalah

untuk mengetahui

perbedaan kemampuan SDL pada mahasiswa

Keperawatan tahun

pertama, kedua, ketiga, dan keempat yang menjalankan PBL

 Penelitian mixed method

(39)

Enrolled in a Problem-Based Curriculum

akademik

 Hasil penelitian menunjukkan tahun pertama memiliki skor lebih rendah secara signifikan dibandingkan dengan tahun lainnya, dan

tahun keempat

memiliki skor lebih

tinggi secara

signifikan dari tahun-tahun

sebelumnya. Skor pada tiga sub-skala

(yaitu, self

management,

keinginan untuk belajar, dan self-control) meningkat secara signifikan selama 4 tahun.

eksplanatoris sekuensial yaitu penelitian dengan pengumpulan dan analisis data kuantitatif pada tahap pertama yang diikuti pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap kedua yang dibangun berdasarkan hasil awal kuantitatif.

(40)

Baker (2012)

A study

comparing self-directed learning readiness

(SDLR) in

the

classroom and in the clinical setting

 Sebuah study

komparasi dengan metode kuantitatif

dengan design

tindakan berulang cross-over

 Tujuan penelitian adalah

untuk mengetahui

perbedaan kemampuan SDL pada mahasiswa

Keperawatan tahun

pertama, kedua, ketiga, dan keempat yang menjalankan PBL

 Penelitian mixed method

dengan strategi

eksplanatoris sekuensial yaitu penelitian dengan pengumpulan dan analisis data kuantitatif pada tahap pertama yang diikuti pengumpulan dan analisis data kualitatif pada tahap kedua yang dibangun berdasarkan hasil awal kuantitatif.

 Peneliti melakukan penelitian di setting pembelajaran kelas Oyama, Yumiko Fujino-, Maeda, Rumi, Maru, Mitsue and Inoue, Tomoko (2015) Validating the Japanese Self-Directed Learning Readiness

Scale for

Nursing Education

 Merupakan

penelitian cross

sectional survey

dengan 376

mahasiswa keperawatan

 Tujuan penelitian adalah

untuk mengetahui

perbedaan kemampuan SDL pada mahasiswa

Keperawatan tahun

pertama, kedua, ketiga, dan keempat yang menjalankan PBL

 Penelitian mixed method

dengan strategi

(41)
(42)

22 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Teori Belajar

a. Definisi Belajar

Nursalam (2012) menyatakan belajar adalah suatu

proses perubahan perilaku atau kecakapan manusia

berkat adanya interaksi antara individu dengan individu,

dan individu dengan lingkungannya. Seseorang yang

telah mengalami proses belajar akan mengalami

perubahan perilaku dalam aspek pengetahuan (kognitif),

sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor).

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Kemampuan peserta didik sangat menentukan

keberhasilannya dalam proses belajar. Di dalam proses

belajar tersebut banyak faktor yang mempengaruhi.

Berikut uraian faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

(43)

1)Motivasi

Motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis

yang terdapat dalam diri seseorang yang

mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu

guna mencapai suatu tujuan atau kebutuhan. Menurut

Nursalam (2012) motivasi seseorang dapat timbul dan

tumbuh berkembang melalui dirinya sendiri.

Teori-teori isi motivasi berfokus pada faktor-faktor atau

kebutuhan dalam diri seseorang untuk menimbulkan

semangat, mengarahkan, mempertahankan, dan

menghentikan perilaku.

Maslow (1970) dalam Djaali (2008)

mengungkapkan bahwa kebutuhan dasar hidup

manusia terbagi menjadi lima tingkatan, yakni

kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan

sosial, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan akan

aktualisasi diri. Kebutuhan yang menjadi prioritas

untuk dipenuhi adalah kebutuhan dasar fisiologis.

(44)

termotivasi untuk memenuhi kebutuhan lain yang

lebih tinggi tingkatannya.

Menurut Maslow untuk dapat berprestasi dengan

baik, seseorang harus memenuhi terlebih dahulu

kebutuhan fisiologis dan keamanannya, sehingga akan

terdorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna

mencapai suatu tujuan. Motivasi dalam belajar

menurut Nursalam (2012) adalah memberikan

penguatan terhadap belajar, memperjelas tujuan

belajar, dan menentukan keajegan dan ketekunan

belajar.

2)Sikap

Sikap adalah suatu kesiapan mental dan

emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi

yang tepat. Sikap belajar penting karena didasarkan

atas peranan pendidik sebagai leader dalam proses

belajar mengajar. Gaya mengajar yang diterapkan

sangat berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar

(45)

menimbulkan intensitas kegiatan yang lebih tinggi

dibanding dengan sikap belajar yang negatif.

3)Minat

Minat adalah rasa lebih suka atau keterikatan

pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang

menginstruksi. Pada dasarnya minat merupakan

penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri

dengan sesuatu di luar dirinya. Semakin kuat

hubungan tersebut, maka akan semakin kuat minatnya.

4)Kebiasaan Belajar

Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa

hasil belajar mempunyai korelasi positif dengan

kebiasaan belajar (study habit). Kebiasaan merupakan

cara bertindak yang diperoleh melalui belajar secara

berulang-ulang, yang pada akhirnya menjadi menetap

dan bersifat otomatis.

5)Konsep Diri

Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang

(46)

diketahui dan dirasakan tentang perilakunya, isi

pikiran dan perasaannya, serta bagaimana perilakunya

tersebut berpengaruh terhadap orang lain.

c. Teori Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah perspektif psikologis dan

filosofis yang memandang bahwa masing-masing

individu membentuk atau membangun sebagian besar

dari apa yang mereka pelajari dan pahami.

Konstruktivisme makin banyak diaplikasikan dalam

pembelajaran dan pengajaran. Kegiatan berpikir terjadi

dalam situasi-situasi dan kognisi yang sebagian besar

dibangun oleh masing-masing individu sebagai fungsi

dari pengalaman-pengalaman mereka dalam sebuah

situasi (Schunk, 2012).

Para konstruktivisme menginterpretasikan

pengetahuan sebagai sebuah hipotesis kerja yang tidak

ditentukan dari luar diri mereka, tetapi terbentuk di

(47)

mengembangkan pengetahuan bagi diri mereka sendiri

(Geary, 1995 dalam Schunk, 2012).

Pendekatan konstruktivistik dalam belajar dan

pembelajaran didasarkan pada perpaduan antara

beberapa penelitian dalam psikolog kognitif dan

psikolog sosial, sebagai tehnik-tehnik dalam modifikasi

perilaku yang didasarkan pada teori operant

condisioning dalam psikolog behavioral. Premis

dasarnya adalah bahwa individu harus secara aktif

membangun pengetahuan dan keterampilanya dan

informasi yang ada, diperoleh dalam proses membangun

kerangka oleh peserta didik dari lingkungan di luar

dirinya (Schunk, 2012).

2. Self Directed Learning (SDL)

a. Konsep Belajar dan Pembelajaran Mandiri

Kata mandiri mengandung makna tidak

tergantung pada orang lain, bebas dan dapat melakukan

(48)

pembahasan tentang mandiri khususnya dalam belajar

yang mengarah kepada makna otonom. Menurut

Rusman (2010) otonom dalam belajar terwujud dalam

beberapa kebebasan, yaitu :

1) Peserta didik mempunyai kesempatan untuk ikut

menentukan tujuan pembelajaran yang ingin

dicapai sesuai dengan kondisi dan kebutuhan

belajarnya

2) Peserta didik boleh ikut menentukan bahan belajar

yang ingin dipelajarinya dan cara mempelajarinya

3) Peserta didik mempunyai kebebasan untuk belajar

sesuai dengan kecepatannya sendiri

4) Peserta didik dapat menentukan cara evaluasi yang

akan digunakan untuk menilai kemajuan belajarnya

Menurut Moore dalam Rusman (2010) ciri utama

dari suatu pembelajaran mandiri adalah adanya

kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk

ikut menentukan tujuan, sumber, dan evaluasi

(49)

ditentukan oleh besar kecilnya peran peserta didik atau

besar kecilnya kebebasan (otonom) yang diberikan

untuk ikut menentukan program pembelajarannya.

Tingkat kemandirian peserta didik sangat

berhubungan dengan pemilihan program; 1) memilih

program yang kesempatannya untuk berdialog tinggi

dan terstruktur, atau 2) program yang kurang

memberikan kesempatan berdialog dan sangat

terstruktur (Rusman, 2011). Secara kontekstual, tentu

dapat dilihat impact dari masing-masing program

tersebut, yaitu ada peserta didik pada gaya belajar

tertentu yang dapat memberi hasil baik dalam belajar

dengan program yang tidak terlalu terstruktur. Namun,

program dengan tingkat struktural yang tinggi juga bisa

mengakomodasi gaya belajar peserta didik yang lain.

Program dalam pembelajaran berkaitan dengan hasil

belajar peserta didik memilih unsur yang menjadi

penopang utama, program terstruktur rendah atau

(50)

tingkat kemandirian dari peserta didik tersebut,

mengingat program yang dirancang selalu akan

tergantung pada peserta didik sebagai sumber

pembelajaran.

Pandangan belajar mandiri sebagai metode

instruksional dalam implementasi memiliki syarat

tertentu. Pembelajaran mandiri dapat diterapkan

apabila asumsi berikut dapat terpenuhi. Sebagai orang

dewasa, kemampuan mahasiswa semestinya bergeser

dari orang yang tergantung kepada orang lain menjadi

individu yang mampu belajar sendiri. Prinsip yang

digunakan dalam SDL adalah : 1) pengalaman

merupakan sumber belajar yang sangat bermanfaat, 2)

kesiapan belajar merupakan tahap awal menjadi

pembelajar mandiri, dan 3) orang dewasa lebih tertarik

belajar dari permasalahan dibandingkan dengan isi

mata kuliah. Pengakuan, penghargaan, dan dukungan

terhadap proses belajar orang dewasa perlu diciptakan

(51)

mahasiswa harus memiliki semangat yang saling

melengkapi dalam melakukan pencarian pengetahuan

(Dikti, 2008 dalam Zulfa, 2014).

b. Pengertian SDL

Dalam pembelajaran yang mandiri atau disebut

self directed learning (SDL) mahasiswa berperan aktif

dalam merencanakan, memantau, dan mengevaluasi

proses belajar (Dolmans, 2005; Harsono, 2003).

Planning adalah kegiatan mahasiswa memahami segala

peluang yang dimilikinya, lalu menetapkan tujuan, dan

membuat strategi untuk mencapainya serta

mengidentifikasi kemungkinan kesulitan dalam belajar

(Dolmans et al., 2005).

Monitoring adalah kegiatan mahasiswa

menyadari hal yang sedang dilakukannya dan sudah

bisa mengantisipasi yang harus dilakukan selanjutnya

(Dolmans et al., 2005; Kaufman, 2007). Melalui proses

monitoring mahasiswa mengidentifikasi kekurangan

(52)

bisa merencanakan yang harus dilakukan untuk

mencapai tujuan belajarnya (Miflin et al., 2000).

Di akhir proses belajarnya, mahasiswa

bertanggungjawab melakukan proses evaluating untuk

menilai proses dan hasil belajarnya (Miflin, et al.,

2000; Dolmans et al., 2005). Agar bisa

mengembangkan kebiasaan evaluasi mandiri,

mahasiswa harus berlatih untuk menjadi krisis, analitis

dan reflektif (Kaufman, 2007). Evaluating dengan kata

lain dapat disebut refleksi, penting untuk pengaturan

diri dalam hal keilmuan maupun sebagai motivasi.

SDL adalah proses belajar yang dilakukan atas

inisiatif individu mahasiswa sendiri. Dalam hal ini,

perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap

pengalaman belajar yang telah dijalani, dilakukan

semuanya oleh individu yang bersangkutan. Metode

belajar ini bermanfaat untuk menyadarkan dan

memberdayakan mahasiswa, bahwa belajar adalah

(53)

individu mahasiswa didorong untuk bertanggungjawab

terhadap semua pikiran dan tindakan yang

dilakukannya. Metode pembelajaran SDL dapat

diterapkan apabila asumsi berikut sudah terpenuhi,

yaitu sebagai orang dewasa, kemampuan mahasiswa

semestinya bergeser dari orang yang tergantung pada

orang lain menjadi individu yang mampu belajar

mandiri (Dikti, 2014).

SDL merupakan strategi yang esensial untuk

belajar sepanjang hayat (Jarvis, 2005). Menurut

Cafarella (2000) dalam Ellinger (2004) bahwa salah

satu tujuan pembelajar dilibatkan dalam proses SDL

meliputi keinginan untuk belajar konten spesifik atau

memperoleh pengetahuan dan keterampilan.

Brockett dan Hiemstra (1991) dalam Merriam &

Brockett, (2007) mengemukakan bahwa konsep SDL

dalam proses pembelajaran orang dewasa harus dilihat

sebagai konsep yang lebih luas, baik SDL sebagai

(54)

kepribadian pembelajar tersebut. Brockett dan

Hiemstra lebih lanjut menjelaskan bahwa SDL

merupakan suatu proses untuk mengambil tanggung

jawab dan peran utama dalam merencanakan,

melaksanakan dan mengevaluasi proses belajar dan

pembelajar memiliki keinginan kuat untuk

bertanggung jawab terhadap proses belajarnya.

Candy (1975) dalam Zulrahman (2008)

menjelaskan bahwa SDL dapat dipandang sebagai

suatu proses dan tujuan. SDL sebagai tujuan

mengandung makna bahwa setelah mengikuti suatu

pembelajaran tertentu pelajar diharapkan menjadi

seorang yang SDL. Sedangkan SDL sebagai proses

mengandung makna bahwa pelajar mempunyai

tangungjawab yang besar dalam mencapai tujuan

pembelajaran tertentu tanpa terlalu tergantung pada

pengajar.

Greg (1993) dalam Cheng (2010) berpendapat

(55)

kemampuan untuk berkolaborasi dengan teman dan

dapat melihat bahwa teman merupakan sumber

pembelajaran. Kemampuan belajar mandiri yang

dimiliki oleh pembelajar didefinisikan sebagai

kemampuan untuk berinisiatif dalam mengatur,

mengelola dan mengontrol proses belajarnya untuk

mengatasi berbagai masalah dalam belajar dengan

mempergunakan berbagai alternatif atau strategi

belajar (Jarvis 2005 dalam Damayanti, 2008).

Menurut Knowles dalam Zulrahman (2008),

SDL didefinisikan sebagai suatu proses dimana

seseorang memiliki inisiatif, dengan atau tanpa

bantuan orang lain untuk menganalisis kebutuhan

belajarnya sendiri. Penjelasan tentang SDL

menyatakan suatu pandangan bahwa belajar mandiri

bukan berarti belajar sendiri, namun menekankan

kepada tindakan yang dilakukan oleh peserta didik

untuk melakukan segala kegiatan yang mendukung

(56)

dalam lingkup merencanakan, melaksanakan, dan

mengevaluasi.

Dari beberapa penjelasan tentang pengertian

SDL, dapat disimpulkan bahwa SDL merupakan suatu

proses pembelajaran atas inisiatif sendiri dengan atau

tanpa bantuan orang lain untuk mencapai tujuan

pembelajaran tanpa tergantung pada pengajar.

Metode pembelajaran SDL dapat diterapkan

apabila asumsi berikut sudah terpenuhi. Sebagai orang

dewasa, kemampuan mahasiswa semestinya bergeser

dari orang yang tergantung pada orang lain menjadi

individu yang mampu belajar mandiri (Dikti, 2008).

Prinsip yang digunakan di dalam SDL adalah :

1) pengalaman merupakan sumber belajar yang sangat

bermanfaat; 2) kesiapan belajar merupakan tahap awal

menjadi pembelajar mandiri; dan 3) orang dewasa

lebih tertarik belajar dari permasalahan daripada isi

mata kuliah. Pengakuan, penghargaan, dan dukungan

(57)

dalam lingkungan belajar. Dalam hal ini dosen dan

mahasiswa harus memiliki semangat yang saling

melengkapi dalam melakukan pencarian pengetahuan

(Dikti, 2008).

c. Karakteristik SDL

SDL dapat dibagi menjadi 3 kategori menurut

Guglielmino & Guglielmino (1991) dalam Fajrin

(2014) , yaitu :

1) SDL dengan Kategori Rendah

Individu dengan skor SDL yang rendah

memiliki karakteristik yaitu siswa yang menyukai

proses belajar yang terstruktur atau tradisional,

seperti peran guru dalam ruangan kelas tradisional.

2) SDL dengan Kategori Sedang

Individu dengan skor SDL yang sedang

memiliki karakteristik yaitu berhasil dalam situasi

yang mandiri, tetapi tidak sepenuhnya dapat

mengidentifikasi kebutuhan belajar, perencanaan

(58)

3) SDL dengan Kategori Tinggi

Individu dengan skor SDL yang tinggi

memiliki karakteristik yaitu siswa yang biasanya

mampu mengidentifikasi kebutuhan belajar

mereka, mampu membuat perencanaan belajar

serta mampu melaksanakan rencana belajar

tersebut.

Rusman (2011) menjelaskan dengan rinci

berkaitan karakteristik peserta didik yang memiliki

tingkat SDL yang tinggi adalah sebagai berikut :

1) Sudah mengetahui dengan pasti yang menjadi

tujuan belajarnya atau yang ingin dicapai dalam

keinginan belajarnya. Efek dari hal ini adalah

keinginan untuk ikut menentukan tujuan

pembelajaran yang akan ditempuh bersama

pendidik atau institusi terkait. Peserta didik

dengan keadaan ini, pada konteks tidak

(59)

yang tidak dapat mengakomodasi keinginan atau

kebutuhannya, juga cara belajar yang dimilikinya.

2) Sudah dapat memilih sumber belajarnya sendiri

dan mengetahui dimana bahan-bahan belajar yang

diinginkan dapat ditemukan. Peserta didik juga

memiliki keyakinan untuk dapat menafsirkan topik

pembelajaran dengan benar dan memilih bahan

belajar dengan baik sesuai pada program

pembelajaran yang telah dirancang. Untuk itu

peserta didik merasa tidak memerlukan waktu

yang bnayak untuk berdialog dengan pendidik atau

penasihat akademik dalam suatu program

penjadwalan yang ketat dan rigid yang

mewajibkan kehadirannya. Keadaan demikian

akan berbalik pada waktu peserta didik mengalami

kesulitan yang tidak dapat dipecahkan sendiri dan

memerlukan bantuan orang lain, dalam artian

peserta didik atau institusi akan sangat dibutuhkan

(60)

Namun, pada awalnya, karakter lain yang terlihat

adalah kecenderungan dapat mencari solusi

bahkan narasumber pada waktu menemukan

kesulitan.

3) Dapat menilai tingkat kemampuan yang

diperlukan untuk melaksanakan kegiatan

pembelajarannya atau untuk melakukan

pemecahan masalah pada waktu menemukan

kendala-kendala. Kecenderungan yang terlihat

adalah peserta didik berkeinginan untuk

melakukan evaluasi, penilaian dan menentukan

indikator keberhasilan terhadap diri sendiri

menyangkut berbagai tindakan yang telah

dilakukan dan hasil yang dicapai. Peserta didik

dengan tingkat kemandirian yang sangat tinggi

akan lebih berhasil dalam program pembelajaran

yang memiliki tingkat strukturalitas yang rendah,

tidak terjadwal dengan rutin dan tidak kaku.

(61)

memadai biasanya memiliki motivasi dan disiplin

belajar yang tinggi.

Peserta didik dengan kondisi yang belum

memiliki tingkat SDL yang tinggi biasanya belum

dapat menciptakan kondisi-kondisi tersebut di atas,

yakni memiliki karakter :

1) Lebih menyukai program pembelajaran yang

sudah terstruktur dan cenderung menyukai

program pembelajaran yang tujuannya sudah

dirumuskan dengan jelas

2) Cenderung menyukai untuk mengikuti program

pembelajaran yang bahan belajarnya telah

ditentukan dengan jelas dan cara belajar juga telah

ditentukan. Menginginkan suatu program dengan

komunikasi antara pendidik atau instruktur dan

peserta didik yang telah diatur dengan jelas dan

terjadwal. Peserta didik memiliki ekspektasi

dengan program yang ada mendapatkan penjelasan

(62)

kesempatan bertanya untuk meminta bantuan

menyangkut kendala yang dihadapi.

Kecenderungan khawatir tidak tepatnya penafsiran

terhadap substansi topik pembelajaran

menimbulkan suatu keharusan untuk selalu

bertanya dan meminta instruksi. Indikasi dari

peserta didik dengan karakter ini sulit untuk

melakukan upaya-upaya berkaitan dengan

pembelajaran sebelum mendapat instruksi.

3) Belum dapat menilai kemampuannya sendiri,

karena itu lebih menyukai program pembelajaran

yang telah memiliki keberhasilan dengan jelas.

Candy dalam Litzinger (2005) menjelaskan

karakteristik pelajar yang mampu melakukan SDL

dengan klasifikasi sebagai atribut dan sebagai

keterampilan, yaitu :

1) Atribut, terdiri dari keingintahuan, disiplin, self

(63)

bertanggungjawab, kreatif, percaya diri, dan tidak

tergantung

2) Keterampilan, terdiri dari keterampilan mencari

informasi, memiliki pengetahuan dan keterampilan

tentang proses belajar, keterampilan mengevaluasi

proses dan hasil belajar

Konsep berikutnya berkaitan dengan

karakteristik dikemukakan oleh Geahart dalam Zulfa

(2014) yang memberikan delapan poin karakteristik

kunci dalam ranah kemampuan belajar yang sudah

dapat melakukan SDL, yaitu :

1) Kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan

belajarnya sendiri

2) Pandangan positif terhadap kemampuan belajarnya

sendiri berdasarkan pengalaman belajar yang lalu

3) Kemampuan untuk menyusun tinjauan belajar

4) Kemampuan untuk memilih strategi belajar

(64)

6) Kelenturan dalam menyusun tujuan belajar dan

memilih strategi belajar

7) Kesadaran tentang cara belajar dan mengetahui

kekuatan dan kelemahannya

8) Memiliki pengetahuan dan keterampilan belajar

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi SDL

SDL dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,

yaitu faktor yang ada dalam dirinya (internal) dan

faktor yang berasal dari luar dirinya (eksternal)

(Murad, Parkey, 2008)

1) Cara Belajar (Learning Strategy)

Dalyono (2007) menyebutkan bahwa cara

belajar dapat menentukan keberhasilan

pembelajaran seseorang. Untuk mencapai

keberhasilan dalam pembelajaran, mahasiswa

harus memahami cara belajar yang sesuai. Dengan

(65)

kekurangan dalam cara belajar, dan mencari solusi

cara belajar yang tepat.

2) Aktivitas Belajar (Learning activity)

Aktivitas belajar dapat menetukan kebiasaan

yang dilakukan peserta didik dalam mendukung

proses belajarnya. Termasuk persiapan peserta

dalam menghadapi proses pembelajaran.

3) Mood dan Kesehatan

Mood dan kesehatan dianggap berpengaruh

terhadap kesiapan SDL mahasiswa. Mood atau

suasana hati yang baik dan kesehatan yang baik

akan mempengaruhi keinginan mahasiswa untuk

belajar secara mandiri.

4) Interpersonal skills

Anak yang berperilaku mandiri mampu

meningkatkan adanya kontrol diri terhadap

perilakunya terutama unsur-unsur kognitif (seperti

mengetahui, menerapkan, menganalisa,

(66)

menerima, mananggapi, menghargai, membentuk,

dan berpribadi) ikut serta berperan. Selanjutnya

dikatakan bahwa berperilaku mandiri mampu

mengembangkan sikap kritis terhadap kekuasaan

yang datang dari luar dirinya, anak yang

berperilaku mandiri mampu melakukan dan

memutuskan sesuatu secara bebas tanpa pengaruh

orang lain. Dengan demikian, intelegensi berperan

dalam pembentukan kemandirian belajar.

5) Pendidikan

Pendidikan harus membantu anak didik

untuk menolong dirinya sendiri untuk dapat

mencapai perilaku mandiri melalui potensi-potensi

yang dimilikinya. Untuk itu, anak didik perlu

mendapatkan berbagai pengalaman dalam

mengembangkan konsep-konsep, prinsip,

generalisasi, intelek, inisiatif, kreativitas

kehendak, emosi, dan lain-lain. Orang yang

(67)

termasuk mengenal kelebihan dan kekurangan

yang ada pada dirinya, sehingga mereka

mempunyai kepercayaan diri.

6) Kesadaran

Kesadaran dari mahasiswa dalam melakukan

SDL sangat berpengaruh terhadap proses

pembelajaran yang dilakukan. Mahasiswa harus

memiliki kesadaran tinggi untuk mendapatkan

hasil belajar yang diharapkan.

7) Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah kekuatan yang

menyebabkan mahasiswa terlibat dalam suatu

proses pembelajaran, fokus pada tujuan belajar,

dan mengerjakan tugas belajar. Motivasi dalam

belajar dibagi menjadi dua, yaitu motivasi

ekstrinsik dan intrinsik. Contoh motivasi ekstrinsik

adalah ujian, nilai, penghargaan dari orang lain.

(68)

belajar dan menyadari pentingnya belajar secara

mandiri.

8) Pola Asuh Orangtua

Keluarga merupakan tempat pendidikan anak

yang pertama dan utama, sehingga orangtua

menjadi orang pertama yang mempengaruhi,

mengarahkan, dan mendidik anaknya. Tumbuh

kembangnya kepribadian anak tergantung pola

asuh orangtua yang diterapkan dalam keluarga.

Pola asuh orangtua dapat ditempuh orangtua

dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari

rasa tanggungjawab terhadap kepada anak.

9) Evaluasi

Perlunya evaluasi dari mahasiswa setelah

dilaksanakannya SDL untuk dapat menjadi

gambaran pada proses pembelajaran berikutnya.

e. Dimensi SDL

Menurut Gibbons (2002) dalam akbar (2014)

(69)

aspek dasar yang menjadi elemen penting dalam SDL,

yaitu :

1) Mahasiswa mengontrol pengalaman belajarnya

Bagi mahasiswa, diarahkan untuk bisa

mengontrol diri dari luar untuk dapat

mengendalikan dirinya. Seperti pada perubahan

besar yang berlangsung dalam kehidupan

mahasiswa karena mereka mulai membangun diri

sebagai individu yang terpisah dari ketergantungan

yang ada di masa kecil mereka. Mahasiswa mulai

membentuk pendapat mereka sendiri dan ide,

membuat keputusan sendiri, memilih kegiatan

mereka sendiri, mengambil tanggung jawab lebih

untuk diri mereka sendiri, dan mulai memasuki

dunia kerja. Mahasiswa mengembangkan metode

pembelajaran mereka sendiri untuk

memperdayakan diri mereka sendiri, disini akan

berkembang individualitas mereka yang akan

(70)

dewasa. Saat mereka mengarahkan diri

(self-directing) mereka sendiri, mereka tidak hanya

belajar secara efektif tetapi juga menjadi diri

mereka sendiri.

2) Perkembangan keterampilan

Dimana mahasiswa belajar untuk fokus dan

mengeluarkan bakat dan energi. Untuk alasan ini,

penekanan dalam SDL ada pada perkembangan

keterampilan dan proses yang mengarah pada

kegiatan yang produktif. Mahasiswa belajar untuk

mencapai hasil yang baik, berpikir secara

independen, merencanakan dan melaksanakan

kegiatan mereka sendiri. Proses-proses, dan

keterampilan yang terlibat di dalamnya, datang

secara bersama-sama untuk melakukan suatu

tindakan. Mahasiswa mempersiapkan dan

kemudian bernegosiasi dengan diri mereka sendiri

dan dosennya, sering dalam bentuk perjanjian

(71)

Tujuannya adalah untuk menyediakan sebuah

kerangka kerja yang memungkinkan mahasiswa

untuk mengidentifikasi kepentingan mereka dan

melengkapi mereka untuk mewujudkannya dengan

sukses.

3) Mengubah diri pada kinerja yang paling baik

Self-direction disini akan terbengkalai jik

Gambar

Tabel 1.1 Penelitian Terkait
Gambar 2.1
Kerangka Konsep Uji Komparasi Kemampuan Gambar 2.2 Self-Directed
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

PBL tutorial ini memiliki 7 tahap yakni:Tahap pertama adalah mengidentifikasi dan klarifikasi istilah yang kurang dimengerti yang ada pada kasus, Tahap kedua

Data pada penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data tes kemampuan pemecahan masalah matematis. Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda

Hasrul Bakri (2009) mengungkapkan bahwa langkah-langkah PBL yaitu: tahap pertama orientasi siswa pada masalah, tahap kedua mengorganisasi siswa untuk belajar, tahap

Strategi ini kebalikan dari strategi ekspalanatoris sekuensial, pada tahap pertama peneliti mengumpulkan dan menganalisis data kualitatif kemudian mengumpulkan dan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dimana pengumpulan data dilakukan melalui instrumen tes dan analisis data yang

Data hasil penelitian ini adalah berupa data proses pengembangan produk menggunakan analisis data kuantitatif dan kualitatif sesuai prosedur pengembangan yang

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan peneliti setelah semua data terkumpul. Peneliti melakukan pengujian terhadap hipotesis yang

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan peneliti setelah semua data terkumpul. Peneliti melakukan pengujian terhadap hipotesis yang