Oleh:
Septian Dwi Cahyo 20120210021
Program Studi Agroteknologi
Kepada
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA
Ketika aku bertambah tua dan bijaksana,
Aku menyadari bahwa dunia tak dapat kuubah,
Maka cita-citaku kupersempit dan kuputuskan untuk hanya
Mengubah negeriku.
Namun tampaknya itupun tak berhasil
Ketika usia senja mulai kujelang,
Lewat upaya terakhir yang penuh keputusasaan,
Kuputuskan untuk hanya mengubah keluargaku,
Karena mereka orang-orang yang paling dekat denganku.
Namun sayangnya,
Mereka pun tak kunjung berubah
Dan sekarang, ketika aku berbaring menjelang kematianku,
Tiba-tiba kusadari,
Jika pertama-tama yang kuubah adalah diriku sendiri
Maka teladan yang kuberikan mungkin dapat mengubah keluargaku. Dan
mungkin inspirasi serta dorongan mereka membuat negeriku menjadi lebih
baik.
Dan siapa tahu, pada waktu itu aku telah mengubah dunia.
(Pahatan Puisi pada Salah Satu Makam Bishop di Westminster Abbey Inggris)
baik dan tepat pada waktunya. Dengan rasa bangga dan bahagia saya haturkan
rasa syukur dan terima kasih saya kepada:
Allah SWT, karena atas izin dan karunia-Nyalah maka skripsi ini dapat
dibuat dan diselesaikan pada waktunya.
Kedua orang tua Bapak Toto Sugianto dan Ibu Rusmini yang telah memberikan dukungan moril maupun materi serta do’a yang tiada henti untuk kesuksesan anakmu ini. Maafkan anakmu ini diusia kalian yang sudah tidak muda
lagi belum bisa memberikan sesuatu yang terbaik. Janjiku pada Bapak dan Ibu,
kalian akan merasakan jerih payah dari kerja keras kalian serta doa yang tiada
henti dengan kesuksesan anakmu ini di masa depan. Bapak dan Ibu adalah Super
Hero Abadi Dalam Kehidupanku. Saudaraku Joko Rianto, yang senantiasa
memberikan dukungan, semangat, senyum dan doanya untuk keberhasilan ini. Bapak ibu dosen pembimbing, penguji dan pengajar, yang selama ini telah
tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya,
memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar saya
menjadi lebih baik. Terimakasih banyak Bapak dan Ibu dosen, jasa kalian akan
selalu saya ingat di dalam hati.
Teman dan Saudara, tanpa semangat, dukungan dan bantuan kalian
semua tak akan mungkin aku sampai disini, terimakasih untuk canda tawa, tangis,
dan perjuangan yang kita lewati bersama dan terimakasih untuk kenangan manis
yang telah mengukir selama ini. Sampai kapanpun kita saudara. Terimakasih
yang sebesar-besarnya untuk kalian semua, akhir kata saya persembahkan skripsi
ini untuk kalian semua, orang-orang yang saya sayangi. Dan semoga skripsi ini
dapat bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan di masa yang
dengan judul “Aplikasi Pupuk Granul Limbah Ikan Laut Sebagai Sumber N-Organik Dalam Budidaya Sawi (Brassica juncea (L.) Varietas Tosakan”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh jenjang S-1 di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Selama menyelesaikan penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan demikian, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu sehingga penilitian dapat terwujudkan. Ucapan terimakasih ditujukan kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P. selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan arahan dan bimbingan skripsi.
2. Bapak Ir. Nafi Ananda Utama, M.S. selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan arahan dan bimbingan skripsi.
3. Bapak Ir. Mulyono, M.P. selaku dosen pembimbing akademik. 4. Bapak Ir. Bambang Heri Isnawan, M.P selaku Dosen Penguji Skripsi. 5. Dekan dan segenap civitas akademika Fakultas Pertanian UMY 6. Dosen- dosen yang ada di Fakultas Pertanian UMY.
7. Laboran yang ada di Fakultas pertanian UMY yang sangat banyak membantu dalam proses perkuliahan maupun penelitian skripsi.
8. Pak Sukirno, Pak Rudi, Pak Yuli dan Pak Sarwono yang sangat membantu dalam proses pelaksanaan penelitian ini.
tidak bisa sebutkan satu per satu yang selalu memberikan dukungan semangat dari pertama kali menginjakkan kaki di Jogja hingga menyelesaikan skripsi ini.
11.Sandri Agustri Sari yang selalu memberikan semangat untuk segera menyelesaikan skripsi.
12.Ahmad Ali Kondi yang amat sangat membantu pada saat penelitian terima kasih saudaraku.
13.Seluruh keluarga Agroteknologi A 2012 yang selalu memberikan dukungan dan semangat.
14. Seluruh teman-teman UKM Bulutangkis UMY tempat saya
menghilangkan rasa lelah dan selalu memberikan dukungan dan semangat.
Yogyakarta, 1 September 2016
DAFTAR TABEL………x
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24
B. Bahan dan Alat Penelitian ... 24
C. Metode Penelitian... 24
D. Cara Penelitian ... 25
E. Parameter Pengamatan ... 29
F. Analisis Data ... 30
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 31
A. Pengaruh Pupuk Granul Limbah Ikan Laut terhadap Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, dan Luas daun ... 31
Yogyakarta………..………
Tabel 2. Hasil Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD) 5% terhadap Tinggi Tanaman (cm), Jumlah Daun (helai), dan Luas Daun (cm²) 41
HST……….31
Tabel 3. Hasil Uji Jarak Ganda Duncan 1 (UJGD) 5% Terhadap Berat Segar
Tanaman………..44
Tabel 4. Hasil Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD) 5% Terhadap Berat Kering
Lampiran. 3 Dokumentasi Penelitian………63
Lampiran. 4 Deskripsi Tanaman Sawi………..64
Lampiran. 5 Hasil Analisis Kandungan Unsur Hara N, P, dan K Pupuk Granul
Limbah Ikan Laut……….65
Muhammadiyah Yogyakarta from July up to August 2016.
This research was conducted using environmental method and arranged in Completely Randomized Design (CRD) with single factor. The treatments were consisting of 0.65 grams of Urea / plant (P1), 14.7 grams of granules fertilizer Sea Fish Waste / plant (P2), 0.16 grams of urea / plant + 1.58 grams of granules fertilizer Sea Fish Waste / plant (P3), 0.32 grams of urea / plant + 1.05 grams of granules fertilizer Sea Fish Waste / plant (P4), and 0.48 grams of Urea / plant + 0.52 grams of granules fertilizer Sea Fish Waste / plant (P5).
The results showed that granules fertilizer of Sea Fish Waste can serve as source of organic-N in the process of growth and yield of mustard Tosakan variety. Treatment (P2) 14.7 gram/plant equal to 2.94 tons/hectare gave the potential yield 79.004 tons/ hectare
memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun internasional. Permintaan yang
tinggi baik pasar di dalam maupun di luar negeri menjadikan komoditi
hortikultura ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi pula sehingga dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain itu produk hortikultura khususnya
sayuran dan buah-buahan juga berperan penting dalam memenuhi gizi masyarakat
terutama vitamin dan mineral yang terkandung di dalamnya. Salah satu komoditi
hortikultura yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan adalah sayuran,
karena kebutuhan manusia terhadap sayuran terus meningkat.
Sawi merupakan salah satu sayuran daun dari keluarga Cruciferae yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi yang dapat dibudidayakan di dataran tinggi
maupun dataran rendah. Tanaman sawi ini diduga berasal dari Tiongkok (Cina)
dan Asia Timur. Di daerah Cina, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2.500
tahun yang lalu, kemudian menyebar ke Filipina dan Taiwan. Penyebaran di
Indonesia diduga terjadi pada abad XIX dan daerah penyebarannya antara lain di
Cipanas (Bogor), Lembang dan Malang (Rahmat Rukmana, 2007). Menurut Balai
Pusat Statistik, produksi Sawi pada tahun 2010 sebesar 583,770 ton dan pada
tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 602,468 ton. Selain itu sawi juga
mengandung vitamin A, B, C, E, K, karbohidrat, protein dan lemak baik yang
berguna untuk kesehatan tubuh. Zat lain yang terkandung dalam sayur sawi adalah
Kandungan non-gizi yang ada dalam sayur atau sawi adalah serat atau fiber yang
kadarnya cukup tinggi.
Dalam proses budidaya tanaman pemakaian pupuk dilakukan untuk
meningkatkan produksi sayuran, tidak terkecuali sawi. Terdapat dua jenis pupuk
yang dapat digunakan dalam kegiatan budidaya yaitu pupuk anorganik dan pupuk
organik. Pupuk anorganik adalah pupuk yang mengandung satu atau lebih
senyawa anorganik (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004 dalam Mila Laras 2012).
Fungsi utama pupuk anorganik adalah sebagai penambah unsur hara atau nutrisi
tanaman. Dalam aplikasinya, sering dijumpai beberapa kelebihan dan kekurangan
pupuk anorganik. Beberapa manfaat dan keunggulan pupuk anorganik antara lain:
mampu menyediakan hara dalam waktu relatif lebih cepat, menghasilkan nutrisi
tersedia yang siap diserap tanaman, kandungan jumlah nutrisi lebih banyak, tidak
berbau menyengat, praktis dan mudah diaplikasikan. Sedangkan kekurangan dari
pupuk anorganik adalah harga relatif mahal dan mudah larut serta mudah
menguap, menimbulkan polusi pada tanah apabila diberikan dalam dosis yang
tinggi.
Penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus akan mempercepat
habisnya zat-zat organik, merusak keseimbangan zat-zat makanan di dalam tanah,
sehingga menimbulkan berbagai penyakit tanaman, dan kesuburan tanah di
lahan-lahan yang menggunakan pupuk anorganik menurun dari tahun ke tahun.
Pemakaian pupuk anorganik selama ini membawa dampak yang kurang
optimal dalam pemanfaatan pupuk organik sebagai pengganti pupuk anorganik di
samping harga yang murah dan juga mudah didapatkan.
Pupuk organik merupakan pupuk yang tersusun dari materi yang berasal
dari makhluk hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia.
Manfaat utama pupuk organik adalah untuk memperbaiki kesuburan kimia, fisik,
biologis tanah, selain sebagai sumber hara bagi tanaman. Menurut Marsono
(2001) beberapa kelebihan pupuk organik antara lain: (1) mengubah struktur tanah
menjadi lebih baik sehingga pertumbuhan tanaman juga semakin baik. Saat pupuk
dimasukkan ke dalam tanah, bahan organik pada pupuk akan dirombak oleh
mikroorganisme pengurai menjadi senyawa organik sederhana yang mengisi
ruang pori tanah sehingga tanah menjadi gembur. Pupuk organik juga dapat
bertindak sebagai perekat partikel tanah sehingga struktur tanah menjadi lebih
mantap. (2) meningkatkan daya serap dan daya simpan tanah terhadap air
sehingga tersedia bagi tanaman, karena bahan organik mampu menyerap air dua
kali lebih besar dari bobotnya. Dengan demikian pupuk organik sangat berperan
dalam mengatasi kekeringan air pada musim kering. (3) memperbaiki kehidupan
organisme tanah. Bahan organik dalam pupuk ini merupakan bahan makanan
utama bagi organisme dalam tanah, seperti cacing, semut, dan mikroorganisme
tanah. Semakin baik kehidupan biota dalam tanah ini semakin baik pula
Limbah ikan laut merupakan sisa hasil perikanan yang dapat digunakan
sebagai pupuk organik. Menurut Nur Hapsari dan Tjatoer Welasih (2015) kondisi
hara Nitrogen (N) pada konsentrasi enzim 40%, waktu hidrolisis 10 jam dengan
kadar 48,021%; hara Phospor (P) pada konsentrasi enzim 60%, waktu hidrolisis 4
jam dengan kadar 17,886% dan hara Kalium (K) pada konsentrasi enzim 60%,
waktu hidrolisis 8 jam dengan kadar 16,14%. Di Indonesia, produksi perikanan
laut semakin berkembang dari tahun ke tahun, meskipun demikian limbah yang
dihasilkan belum banyak dimanfaatkan.
Menurut Ditjen Budidaya Perikanan (2006) dalam Nur Hapsari dan
Tjatoer Welasih (2015) setiap musim masih terdapat antara 25 – 30% hasil
tangkapan ikan laut yang akhirnya harus menjadi ikan sisa atau ikan buangan
yang disebabkan karena : (1) keterbatasan pengetahuan dan sarana para nelayan
dalam cara pengolahan ikan. (2) tertangkapnya jenis-jenis ikan lain yang kurang
berharga ataupun sama sekali belum mempunyai nilai di pasaran, yang akibatnya
ikan tersebut harus dibuang kembali. Selain itu dalam proses pengolahan ikan
juga masih banyak terdapat bagian dari ikan, kepala, ekor, maupun
bagian-bagian lain yang tidak termanfaatkan dan terbuang begitu saja. Dengan belum
termanfaatkannya limbah ikan laut tersebut, maka perlu dilakukan peningkatan
pemanfaatan limbah antara lain sebagai pupuk organik. Pupuk organik limbah
ikan laut dapat dibuat dalam bentuk granul maupun cair. Pupuk organik granul
merupakan merupakan pupuk organik yang dibentuk seperti butiran-butiran yang
bersifat keras dan kering. Granul yang baik adalah granul yang memiliki ukuran
Menurut Wahyono, dkk. (2011) pupuk kompos yang berbentuk pelet atau granul
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pupuk curah, yaitu: 1.
Memiliki kepadatan tertentu sehingga tidak mudah diterbangkan angin dan
terbawa air. 2. Tidak menimbulkan debu sehingga pengaplikasian pupuk dapat
dilakukan dekat pemukiman penduduk. 3. Overdosisnya tanaman terhadap
pelepasan nutrisi yang mendadak (fertilizer burn) karena proses peluruhannya
lebih lambat dibandingkan dengan pupuk curah (slow release). Kecepatan
pelepasan bahan aktif dari partikel-partikel halus akan lebih besar dibandingkan
bentuk granul (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013 dalam Niwa Utari, dkk., 2014).
4. Pengaplikasiannya lebih mudah dan lebih efektif. Sedangkan menurut Niwa
Utari, dkk. (2014) jenis perekat yang paling optimal untuk pembuatan pupuk
organik granul yaitu tanah liat dengan perbandingan persentase pupuk organik
curah dengan tanah liat adalah 89% berbanding 11%. Pupuk organik granul
dengan perekat tanah liat dan tepung tapioka dapat mencegah overdosisnya
tanaman terhadap pelepasan nutrisi secara mendadak dengan waktu hancur
perendaman yang lebih lama.
Dalam penelitian ini limbah ikan laut akan dijadikan sebagai sumber
pupuk N-organik yang dibuat dalam bentuk granul dan akan diaplikasikan pada
B. Perumusan Masalah
Limbah ikan laut merupakan sisa hasil pengolahan perikanan yang
memiliki potensi untuk dimanfaatkan. Kegiatan pengolahan secara tradisional
umumnya kurang mampu memanfaatkan hasil samping ini, bahkan tidak
termanfaatkan sama sekali sehingga terbuang begitu saja. Hasil samping kegiatan
industri perikanan dapat digolongkan menjadi lima kelompok utama, yaitu hasil
samping pada pemanfaatan suatu spesies atau sumberdaya; sisa pengolahan dari
industri-industri pembekuan, pengalengan, dan tradisional, produk ikutan; surplus
dari suatu panen utama atau panen raya; dan sisa distribusi (Sukarno 2001 dalam
Fajar Syukron 2013). Meningkatnya jumlah konsentrasi limbah yang terlalu
cepat dapat mengakibatkan siklus yang ada tidak mampu bekerja secara baik.
Sehingga pada jumlah konsentrasi tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak
negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, oleh karena itu
perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.
Upaya yang dapat dilakukan dalam pemanfaatan limbah ikan laut, salah
satunya yaitu sebagai pupuk organik. Didalam penelitian ini akan dilakukan
percobaan budidaya tanaman sawi dengan menggunakan limbah ikan laut dalam
bentuk granul. Sehingga permasalahan penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh pupuk granul limbah ikan laut sebagai sumber
N-organik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi varietas tosakan?
2. Berapa dosis pupuk granul limbah ikan laut sebagai sumber N-organik
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh pupuk granul limbah ikan laut sebagai
sumber N-organik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi varietas
tosakan.
2. Untuk menetapkan dosis pupuk granul limbah ikan laut sebagai sumber
N-organik yang tepat untuk pertumbuhan dan hasil tanaman sawi varietas
II. TINJAUN PUSTAKA A. Limbah Ikan Laut
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah,
yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki
lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi,
limbah ini terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan senyawa anorganik.
Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak
negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu
dilakukan penanganan terhadap limbah.
Limbah perikanan mengandung nutrisi yang tidak berbeda dari bahan
utamanya dan telah banyak juga diteliti pemanfaatannya (Poernomo 1997 dalam
Fajar Syukron 2013). Limbah perikanan dapat berasal dari kegiatan perikanan
hulu (budidaya), maupun kegiatan perikanan hilir (pengolahan, transportasi,
pemasaran). Hasil samping industri pengolahan perikanan umumnya berupa
kepala, jeroan, kulit, tulang, sirip, darah dan air bekas produksi. Kegiatan
pengolahan secara tradisional umumnya kurang mampu memanfaatkan hasil
samping ini, bahkan tidak termanfaatkan sama sekali sehingga terbuang begitu
saja. Hasil samping kegiatan industri perikanan dapat digolongkan menjadi lima
kelompok utama, yaitu hasil samping pada pemanfaatan suatu spesies atau
sumberdaya; sisa pengolahan dari industri-industri pembekuan, pengalengan, dan
tradisional, produk ikutan; surplus dari suatu panen utama atau panen raya; dan
Menurut Bhaskar dan Mahendrakar (2008) dalam Fajar Syukron (2013),
jeroan ikan mengandung protein dan lemak tak jenuh yang tinggi. Fakta yang
ditemukan bahwa produk buangan yang kaya akan protein dan lemak
meningkatkan peluang untuk mengalami kebusukan. Limbah tersebut dapat
menimbulkan masalah lingkungan bila tidak dilakukan penanganan. Menurut Dao
dan Kim (2011) dalam Fajar Syukron (2013) telah banyak penelitian yang
berkembang untuk memanfaatkan limbah jeroan ikan, seperti pembuatan pakan
ikan, pupuk serta media tumbuh bakteri (pepton).
Menurut Fajar Syukron (2013) tepung ikan hasil olahan limbah perikanan
memiliki potensi yang baik untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan
pupuk organik bokashi karena memiliki kandungan total N dan total P yang tinggi
dan memenuhi anjuran total nitrogen dan total fosfor untuk bahan baku pupuk
organik. Kandungan unsur hara pada pupuk organik bokashi yang dihasilkan
berbeda-beda. Kandungan total C-organik, total N, rasio C/N, total P dan total K
pupuk organik yang dihasilkan masing-masing berkisar antara 13,98%-17,77%,
3,23%-7,80%, 1,69-5,50, 1,46%-2,90%, dan 0,92%-1,46%. Sedangkan menurut
Nur Hapsari dan Tjatoer Welasih (2015) kondisi nutrien Nitrogen (N) pada
konsentrasi enzim 40%, waktu hidrolisis 10 jam dengan kadar 48,021%; nutrien
Phospor (P) pada konsentrasi enzim 60%, waktu hidrolisis 4 jam dengan kadar
17,886% dan nutrien Kalium (K) pada konsentrasi enzim 60%, waktu hidrolisis 8
Limbah Ikan Laut yang dibuat dalam bentuk granul merupakan tambahan
bahan organik baik secara fisik, kimia, maupun bilogi. Secara fisik peran Pupuk
Granul Limbah Ikan laut sebagai bahan pembentuk agregat tanah yakni sebagai
bahan perekat antar partikel tanah yang bersatu membentuk agregat tanah, oleh
karena itu Pupuk Granul Limbah Ikan Laut penting dalam pembentukan struktur
tanah. Mekanisme Pupuk Granul Limbah Ikan laut sebagai pupuk organik dalam
pembentukan agregat tanah : (1) penambahan Pupuk granul limbah ikan laut dapat
meningkatkan populasi mikroorganisme tanah, diantaranya jamur dan cendawan,
karena bahan organik digunakan oleh mikroorganisme tanah sebagai penyusun
tubuh dan sumber energi. Miselia atau hifa menyatukan butir tanah menjadi
agregat, sedangkan bakteri berfungsi sebagai semen yang menyatukan agregat. (2)
pengikatan secara kimia butir lempung butir-butir lempung melalui ikatan antar
bagian positif dalam butiran lempung dengan gugus negatif senyawa organik yang
berantai panjang (3) pengikatan secara kimia secara butiran lempung melalui
ikatan antara bagian-bagian negatif dalam lempung dengan gugusan negatif
senyawa organik berantai panjang, (4) pengikatan secara kimia butiran lempung
melalui ikatan antara bagian negatif lempung dengan gugus positif senyawa
organik berantai panjang.
Pengaruh pemberian pupuk granul limbah ikan laut terhadap sifat kimia
tanah yakni terhadap kapasitas pertukaran kation, kapasitas pertukaran anion, pH
tanah, daya simpan air tanah dan terhadap keharaan tanah. Pengaruh pemberian
pupuk granul limbah ikan laut terhadap sifat biologi tanah, bagi makro dan
mikrobiologi dalam tanah meningkat, terutama berkaitan dengan aktivitas
dekomposisi dan mineralisasi bahan organik.
Tabel 1. Hasil Analisis Pupuk Granul Limbah Ikan Laut dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta.
tanaman yang jika diaplikasikan dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil
tanaman. Sedangkan pemupukan adalah penambahan satu atau beberapa hara
tanaman yang tersedia atau dapat tersedia ke dalam tanah/tanaman untuk
mempertahankan kesuburan tanah yang ada yang ditujukan untuk mencapai
hasil/produksi yang tinggi. Terdapat dua jenis pupuk yaitu pupuk anorganik
(pupuk buatan) dan pupuk organik. Pupuk organik merupakan pupuk yang
tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan,
dan manusia. Manfaat utama pupuk organik adalah dapat memperbaiki kesuburan
kimia, fisik, biologis tanah, selain sebagai sumber hara bagi tanaman.
Menurut Marsono, (2001) beberapa kelebihan pupuk organik antara lain:
(1) Mengubah struktur tanah menjadi lebih baik sehingga pertumbuhan tanaman
juga semakin baik. Saat pupuk dimasukkan ke dalam tanah, bahan organik pada
sederhana yang mengisi ruang pori tanah sehingga tanah menjadi gembur. Pupuk
organik juga dapat bertindak sebagai perekat agregat sehingga struktur menjadi
lebih mantap. (2) Meningkatkan daya serap dan daya simpan tanah terhadap air
sehingga tersedia bagi tanaman. Hal ini karena bahan organik mampu menyerap
air dua kali lebih besar dari bobotnya. Dengan demikian pupuk organik sangat
berperan dalam mengatasi kekeringan air pada musim kering. (3) Memperbaiki
kehidupan organisme tanah. Bahan organik dalam pupuk ini merupakan bahan
makanan utama bagi organisme dalam tanah, seperti cacing, semut, dan
mikroorganisme tanah.
Semakin baik kehidupan dalam tanah ini semakin baik pula pengaruhnya
terhadap pertumbuhan tanaman dan tanah itu sendiri. Sumber utama bahan
organik bagi tanah berasal dari jaringan tanaman, baik serupa sampah-sampah
tanaman (serasah) ataupun sisa-sisa tanaman yang telah mati. Limbah atau
kotoran hewan dan bangkai hewan itu sendiri, di dalam tanah akan diaduk-aduk
dan di pindahkan oleh jasad renik yang selanjutnya dengan kegiatan berbagai
jasad tanah bahan organik itu melalui berbagai proses yang rumit dirombak
menjadi bahan organik tanah yang mempunyai arti penting (Sutejo dan
Kartasapoetra, 1987 dalam Jamilin Ginting 2011). Seiring dengan berkembangnya
teknologi pupuk organik, banyak berbagai macam bentuk pupuk organik
diantaranya ialah pupuk organik bokashi, pupuk organik curah, pupuk organik
cair, pupuk organik pelet dan pupuk organik granul. Dalam penelitian ini pupuk
Pupuk organik granul merupakan pupuk organik yang dibentuk seperti
butiran-butiran yang bersifat keras dan kering. Granul yang baik adalah granul
yang memiliki ukuran seragam, cukup keras, namun mudah larut apabila terkena
air atau ditimbun tanah. Aspek yang harus diperhatikan dalam pembuatan granul
adalah ukuran granul yang diharapkan, kekerasan granul, dan kemudahan granul
untuk pecah atau larut (Isroi 2009). Di pasaran, pupuk granul lebih dikenal dengan
sebutan pupuk organik granul (POG) yang memiliki keunggulan dibandingkan
dengan pupuk yang berbentuk curah. Menurut Wahyono, dkk. (2011), pupuk
kompos yang berbentuk pelet atau granul memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan dengan pupuk curah, yaitu: 1. Memiliki kepadatan tertentu sehingga
tidak mudah diterbangkan angin dan terbawa air. 2. Tidak menimbulkan debu
sehingga pengaplikasian pupuk dapat dilakukan dekat pemukiman penduduk. 3.
Overdosisnya tanaman terhadap pelepasan nutrisi yang mendadak (fertilizer burn)
karena proses peluruhannya lebih lambat dibandingkan dengan pupuk curah (slow
release). Kecepatan pelepasan bahan aktif dari partikel-partikel halus akan lebih
besar di bandingkan bentuk granul (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013 dalam
Niwa Utari, dkk. 2014). 4. Pengaplikasiannya lebih mudah dan lebih efektif.
Menurut Yudi Sastro, dkk. (2010) pupuk organik granul (POG) berbahan
baku limbah organik pasar mampu mengurangi takaran pemupukan NPK hingga
50% pada sawi, selada, dan kangkung dan berkisar 25% pada bayam. Sedangkan
menurut Azis dan Arman (2013) pupuk organik granul dosis 2 ton per-hektar
Dalam proses pembuatan granul terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan
adalah :
1. Tahap pencampuran bahan perekat, perekat berfungsi untuk meningkatkan
kekompakan bahan yang akan dibuat granul. Perekat juga berfungsi untuk
merekatkan bahan dan juga memberikan sifat keras pada granul. Selain
untuk menjaga agar granul tidak mudah hancur, kekerasan juga
mempengaruhi pelepasan hara tanaman dari granul. Beberapa bahan yang
bisa dan biasa digunakan sebagai perekat antara lain adalah a). bahan
organik: molasses dan tepung tapioka; b). bahan mineral: bentonit,
kaoline, kalsium untuk semen, dan gypsum; c). Tanah liat juga bisa
digunakan sebagai perekat. Bahan perekat yang digunakan tidak boleh
membahayakan tanaman, relatif murah, dan ketersediaannya banyak (Isroi,
2009).
2. Tahap pencampuran bahan pengikat Menurut Hadisoewignyo dan Fudholi
2013 dalam Niwa Utari dkk. 2014, bahan pengikat dalam bentuk
membasahi permukaan partikel dan membentuk jembatan cair antar
partikel. Pada saat penambahan bahan pengikat akan terjadi beberapa
tahapan hingga terbentuknya granul. Cairan pada proses granulasi akan
berfungsi sebagai pengikat yang akan bahan pengikat.
3. Tahap Granulasi merupakan suatu proses pembentukan partikel-partikel
besar yang disebut granul dari suatu partikel serbuk yang memiliki daya
ikat. Proses granulasi menggunakan dua metode yaitu 1). granulasi basah
membasahi massa dengan cairan pengikat sampai pada tingkat kebasahan
tertentu lalu digranulasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
granulasi basah diantaranya jumlah bahan pengikat yang ditambahkan,
waktu pencampuran bahan pengikat, dan lama pengeringan granul. 2)
granulasi kering (dry granulation). Metode granulasi kering dilakukan
tanpa menggunakan bahan pengikat basah. Pembuatan granul dilakukan
secara mekanis menggunakan alat mesin, dimana massa dikempa dengan
tekanan besar menjadi slug (bongkahan kompak) atau dengan alat roller
compaction dimana massa yang dikempa dengan tekanan besar menjadi
lempengan-lempengan.
Dari ketiga tahap tersebut dalam penelitian ini bahan perekat yang akan
digunakan yaitu tanah liat, sedangkan bahan pengikat yang akan digunakan yaitu
air, dan metode granulasi yang akan digunakan yaitu granulasi basah.
Menurut Niwa Utari, dkk. (2014) Jenis perekat yang paling optimal untuk
pembuatan pupuk organik granul yaitu tanah liat dengan perbandingan persentase
pupuk organik curah dengan tanah liat adalah 89% berbanding 11%. Pupuk
organik granul dengan perekat tanah liat dan tepung tapioka dapat mencegah
overdosisnya tanaman terhadap pelepasan nutrisi secara mendadak dengan waktu
C. Budidaya sawi
Sawi merupakan salah satu jenis sayuran daun yang disukai oleh
konsumen Indonesia karena memiliki kandungan pro vitamin A dan asam
askorbat yang tinggi. Sawi (Brassica juncea L.) termasuk ke dalam famili
Brassicaceae. Tanaman ini termasuk jenis sayuran daun yang dapat tumbuh di
dataran rendah maupun di dataran tinggi. Tanaman sawi termasuk dalam famili
Cruciferae (Kubis-kubisan). Adapun Klasifikasi tanaman sawi atau sawi sebagai
berikut : Kingdom : Plantae Sub Kingdom : Tracheobionta Super-divisio :
Spermatophyta Divisio : Magnoliophyta Kelas : Magnoliophyta Sub-kelas :
Dilleniidae Ordo : Capparales Familia : Brassicaceae Genus : Brassica Spesies :
Brassica juncea (L.) Czern.
Tanaman sawi mempunyai akar tunggang (radix primaria) dan
cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar ke semua arah
pada kedalaman antara 30 - 50 cm batang sawi menurut Rahmat Rukmana (1994)
dalam Mohammad (2014), pendek sekali dan beruas-ruas, sehingga hampir tidak
kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun, daun
sawi berbentuk bulat atau bulat panjang (lonjong) ada yang lebar dan ada yang
sempit, ada yang berkerut-kerut (keriting), tidak berbulu,berwarna hijau muda,
hijau keputih- putihan sampai hijau tua, bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga
(Inflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak, dan biji
sawi berbentuk bulat kecil berwarna coklat atau coklat kehitam-hitaman. Selain
dalam melakukan budidaya sawi, ada beberapa syarat tumbuh yang harus di
Menurut Wiwin, dkk. (2007) tanaman sawi dapat tumbuh dan beradaptasi
pada hampir semua jenis tanah, baik pada tanah mineral yang bertekstur
ringan/sarang sampai pada tanah-tanah bertekstur liat berat dan juga pada tanah
organik seperti tanah gambut. Kemasaman (pH) tanah yang optimal bagi tanaman
sawi adalah antara 6-6,5 dengan temperatur optimum 15-20 ºC. Sedangkan
daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai
dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada
daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl. Tanaman
sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun.
1. Budidaya Tanaman
a. Varietas yang dianjurkan
Beberapa varietas atau kultivar sawi yang dianjurkan ditanam di dataran
rendah atau tinggi adalah LV.145 dan Tosakan, dan kebutuhan benih per hektar
sebesar 450-600 g.
b. Persemaian dan pembibitan
Dalam melakukan budidaya, kita juga harus memperhatikan teknik
persemaian dan pembibitan. Adapun teknik persemaian menurut Yuliani dan
Melissa (2013) langkah-langkah persemaian tanaman sawi sebagai berikut:
1) Persiapan benih, benih sawi terlebih dahulu diseleksi dengan cara
direndam pada air bersih, biji yang mengambang dibuang, karena biji
tersebut termasuk kualitas buruk.
2) Persemaian benih dilakukan menggunakan media arang sekam.
3) Dari dasar wadah, jarak tanam benih antar larikan 4 cm. Setelah
media tanam siap, biji sawi ditanam pada lubang tanam dengan jarak
0,5 cm dari permukaan media dan diberi kompos tipis sebagai unsur
hara bagi biji. Setiap lubang diisi 1-3 biji sawi. Lama persemaian
adalah 3 minggu atau setelah benih berdaun 3-4 helai dengan tinggi
awal tanaman yang seragam.
c. Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan berupa campuran tanah dengan
pupuk kandang. Masukan media ke dalam wadah sampai penuh. Sisakan
jarak sekitar 1 cm dari bibir wadah. Wadah tanam yang digunakan adalah
polybag yang berukuran 30x30 cm.
d. Pemupukan
Menurut Wiwin Setiawati, dkk. (2007) Pemupukan dasar berupa
pupuk kandang sebanyak 10 ton/ hektar (50 gram/polybag), Urea sebanyak
130 kg/hektar (0,65 gram/polybag), Sedangkan menurut Cahyono dalam
Asep Sandi (2015) pemupukan SP 36 sebanyak 73 kg/hektar
(0,37gram/polybag) dan kcl sebanyak 73 kg/hektar (0,37 gram/polybag).
Hal tersebut dilakukan ± 7 hari sebelum tanam. Pemupukan susulan sama
dengan pupuk dasar yakni memberikan setengah dosis dari sisa
e. Penanaman
Bibit yang telah berumur 3 minggu atau setelah benih berdaun 3-4
helai dengan tinggi awal tanaman yang seragam. Penanaman akan
dilakukan pagi atau sore hari.
f. Pemeliharaan
Penyiangan dan pengendalian gulma biasanya dilakukan 2-4 kali
selama masa penanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan
gulma pada polybag penanaman.. Pada fase awal pertumbuhan, perlu
penyiraman (pengairan) secara rutin 1-2 kali sehari, terutama bila keadaan
tanah cepat kering dan di musim kemarau. Pengairan selanjutnya
berangsur-angsur dikurangi, tetapi keadaan tanahnya tidak boleh
kekeringan. Waktu penyiraman (pengairan) sebaiknya pagi hari atau sore
hari. Penyulaman dilakukan 1 hari setelah tanam sampai umur tanaman
berusia dua minggu. Bibit yang tidak tumbuh, rusak, dan mati harus segera
diganti dengan bibit baru (disulam). Penyulaman dilakukan maksimal dua
minggu setelah tanam.
g. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Untuk mencegah timbulnya hama dan penyakit, perlu diperhatikan
sanitasi lahan, drainase yang baik dan apabila diperlukan tanaman dapat
disemprot dengan menggunakan pestisida. Adapun beberapa organisme
pengganggu tanaman (OPT) yang sering meyerang tanaman sawi sebagai
1) Ulat Tanah (Agrotis sp.)
Berwarna coklat sampai coklat kehitaman, menyerang tanaman
yang masih kecil/muda setelah ditanam di lahan. Serangan biasanya
terjadi pada malam hari, hal tersebut disebabkan karena ulat ini takut
sinar matahari. Pangkal batang tanaman yang masih sangat sukulen
digerek hingga putus, akibatnya tanaman mati karena sudah tidak
memiliki titik tumbuh. Apabila ditemukan gejala awal serangan, segera
berantas dengan insektisida berbentuk butiran (granul). Caranya dengan
menaburkan sedikit insektisida tersebut di samping pokok tanaman,
dengan dosis 0,3 - 0,4 gr per tanaman atau 6 kg insektisida granul per
hektar. Insektisida granul yang dapat diaplikasikan di antaranya Furadan
3 G dan Curater 3 G.
2) Ulat Grayak (Spodoptera litura dan Spodoptera exigua)
Spodoptera litura berukuran sekitar 15-25 mm, berwarna hijau tua
kecoklatan dengan totol-totol hitam di setiap ruas buku badannya.
Sedangkan Spodoptera exigua, mempunyai ukuran yang sama dengan
Spodoptera litura tetapi warna tubuhnya hijau sampai hijau muda tanpa
totol-totol hitam di ruas buku badannya. Kedua jenis ulat ini sering
menyerang tanaman dengan cara memakan daun hingga menyebabkan
daun berlubang-lubang terutama pada daun muda. Apabila tanaman
ditemukan telah terserang ulat ini, segera semprot dengan insektisida yang
tepat yaitu Matador 25 EC, Curacron 500 EC dan Buldok 25 EC. Dosis
3) Leaf Miner (Liriomyza sp.)
Serangga ini termasuk hama penggorok daun. Serangga dewasa
meletakkan telur di daun, selanjutnya larva yang berukuran sangat kecil
masuk ke dalam daun. Larva ini memakan daging daun dan hanya
menyisakan kulit daunnya. Akibatnya, di permukaan daun tampak bercak
kuning kecoklatan melingkar-lingkar ke segala arah yang sebenarnya
merupakan jalur larva memakan daging daun. Bila sudah nampak gejala
serangan, segera semprot dengan insektisida sistemik karena sasaran hama
berada di dalam daging daun. Insektisida sistemik yang dapat digunakan di
antaranya Trigard 75 WP dan Proclaim 5 SG. Dosis penggunaannya sesuai
dengan anjuran yang terdapat pada label kemasan.
4) Penyakit Busuk Daun (Phytoptora sp.)
Gejala serangan ditandai dengan bercak basah coklat kehitaman di
daun. Bentuk bercak tidak beraturan, awalnya kecil, lalu melebar dan
akhirnya busuk basah. Serangan akan semakin parah jika suhu dan
kelembaban udara terlalu tinggi. Umumnya kondisi ini terjadi ketika hujan
sehari diikuti panas atau terik pada beberapa hari berikutnya. Bila sudah
tampak gejala serangan, segera semprot dengan fungisida yang tepat yaitu
Bion M 1/48 WP, Topsin M 70 WB dan Kocide 60 WDG. Dosis yang
5) Penyakit Akar Gada (Plasmodiophora brassicae)
Penyakit ini menyerang perakaran tanaman. Gejala serangan
ditunjukkan dengan tanaman tampak layu hanya pada siang hari yang
cerah dan panas. Sebaliknya, pada pagi hari kondisi tanaman segar.
Pertumbuhan tanaman yang terserang penyakit ini akan terhambat.
Apabila tanaman dicabut, akan tampak benjolan-benjolan besar seperti
kanker di perakarannya. Bila tanaman sudah terserang penyakit ini,
seharusnya dilakukan pemberantasan. Sampai saat ini belum ditemukan
fungisida untuk memberantas penyakit akar gada, khususnya setelah
tanaman terserang. Dengan demikian hal yang perlu diperhatikan adalah
melakukan pengawasan dan pencegahan.
6) Panen dan Pasca Panen
Panen dapat dilakukan setelah tanaman berumur 45–50 hari dengan
cara mencabut atau memotong pangkal batangnya. Tanda sawi siap panen
daun dan pelepah muda berukuran besar (maksimal) dan cukup keras
tetapi belum berbunga. Pemanenan yang terlambat dilakukan
menyebabkan tanaman cepat berbunga. Tanaman yang baru dipanen
ditempatkan di tempat yang teduh, dan dijaga agar tidak cepat layu dengan
cara diperciki air. Penyimpanan bisa mengggunakan wadah berupa
keranjang bambu, wadah plastik atau karton yang berlubang-lubang untuk
D. Hipotesis
Perlakuan 0,32 gram urea/ tanaman + 1,05 gram pupuk granul limbah ikan
laut/tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman sawi varietas
tosakan. Hal ini berdasarkan hasil penelitian Yudi Sastro (2010) pupuk organik
granul (POG) berbahan baku limbah organik pasar mampu mengurangi takaran
pemupukan NPK hingga 50% pada sawi, selada, dan kangkung dan berkisar 25%
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni 2016 - 15 Juli 2016 di Green House
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
B. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih sawi varietas
tosakan, limbah ikan laut, tanah liat, pupuk Urea, SP36, KCl, tanah regosol,
bambu dan polybag.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu timbangan analitik, panci,
kompor, tampah, penggaris, dan oven.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode rancangan lingkungan RAL
(Rancangan Acak Lengkap) perlakuan tunggal yang terdiri dari 5 perlakuan,
masing-masing perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 15 unit percobaan
setiap unit percobaan terdapat 3 tanaman, sehingga terdapat 45 tanaman. Adapun
beberapa perlakuan percobaan sebagai berikut:
P1 : 0,65 gram Pupuk Urea/tanaman
P2 : 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman
D. Cara Penelitian
Cara penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan tepung ikan
Pembuatan pupuk organik granul dilakukan di Green house Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan cara sebagai
berikut,
Seperti yang dilakukan Murwanto (2000) dalam Achmad Fathony (2015)
yaitu :
a. Perebusan bahan baku dengan bantuan alat perebus sekitar 2-5 menit
untuk menghilangkan lemak.
b. Pencacahan limbah ikan laut menjadi potongan-potongan sesuai
ukuran yang telah ditentukan.
c. Pengeringan bahan baku yang telah mengalami proses pencacahan.
d. Penggilingan bahan baku yang telah dikeringkan dan hasil dari proses
ini adalah tepung ikan yang sudah sesuai ukuran yang diinginkan.
2. Pembuatan granul
Proses pembuatan granul menurut Niwa Utari, dkk. (2014) adalah
sebagai berikut :
3. Pembuatan Sungkup
Pembuatan sungkup menggunakan plastik dan bambu dengan ukuran
panjang 5 meter dan lebar 2 meter.
4. Penyemaian benih
Penyemaian benih dilakukan oleh rumah pembibitan yang berada di
Kabupaten Sleman (Trubus)
5. Persiapan Media Tanam
Persiapam media tanam dilakukan di Green House Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Persiapan media yang
dilakukan adalah dengan mencampur tanah dengan pupuk kandang dan
pupuk anorganik. Sebelum tanah dimasukkan ke dalam polybag ada
beberapa hal yang harus dilakukan yaitu sebagai berikut :
a. Mengambil tanah lalu dikering anginkan ± 2 minggu di dalam Green
House. Setelah itu tanah disaring untuk memisahkan antar batu dan
tanah.
b. Tanah yang sudah disaring dimasukkan ke dalam polybag lalu
ditimbang 8 kg/polybag.
c. Pupuk yang digunakan berupa Urea, SP36, KCl, dan Pupuk Granul
Limbah Ikan Laut.
d. Pupuk Urea dan Pupuk Granul Limbah Ikan Laut diberikan sesuai
dengan perlakuan penelitian. Sedangkan pupuk SP6 dan KCl diberikan
e. Dosis pupuk dasar diberikan ½ jumlah perlakuan dan kemudian pupuk
susulan diberikan ½ jumlah sisa perlakuan setelah 2 minggu setelah
tanam.
f. Polybag yang berisi tanah dicampur rata dengan pupuk sesuai dengan
perlakuan penelitian. Setelah itu tanah yang telah tercampur di
inkubasi selama 1 minggu.
6. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan memindahkan bibit yang telah
disemai ke dalam polybag. Bibit sawi varietas tosakan yang digunakan
berusia 3 minggu atau setelah berdaun 3-4 helai dengan tinggi awal
tanaman yang seragam.
7. Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi penyiangan, pengendalian gulma,
penyiraman, pemupukan susulan, penyulaman dan pengendalian
organisme pengganggu tanaman.
a. Penyiangan dan pengendalian gulma
Dilakukan 2-4 kali selama masa penanaman sawi, disesuaikan dengan
kondisi keberadaan gulma pada polybag penanaman.
b. Penyiraman
Pada fase awal pertumbuhan, perlu penyiraman (pengairan) secara
rutin 1-2 kali sehari, terutama bila keadaan tanah cepat kering dan di
tetapi keadaan tanahnya tidak boleh kekeringan. Waktu penyiraman
(pengairan) sebaiknya pagi hari atau sore hari
c. Pemupukan susulan
Pemupukan susulan dilakukan saat tanaman berusia 2 minggu setelah
penanaman. Dosis pemupukan susulan disesuaikan dengan perlakuan
penelitian pupuk susulan diberikan ½ jumlah sisa perlakuan.
d. Penyulaman
Penyulaman dilakukan 1 hari setelah tanam sampai umur tanaman
berusia dua minggu. Bibit yang tidak tumbuh, rusak, dan mati harus
segera diganti dengan bibit baru (disulam). Penyulaman dilakukan
maksimal dua minggu setelah tanam.
e. Pengendalian organisme pengganggu tanaman
Untuk mencegah timbulnya hama dan penyakit, perlu diperhatikan
sanitasi, drainase yang baik dan apabila diperlukan tanaman dapat
disemprot dengan menggunakan pestisida.
8. Panen
Pemanenan dilakukan saat berusia 45–50 hari setelah tanam.
Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh tanaman beserta
akarnya. Tanda sawi siap panen daun dan pelepah muda berukuran besar
E. Parameter Pengamatan 1. Tinggi tanaman
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan 3 hari sekali dengan
menggunakan penggaris atau meteran dengan satuan cm. Tinggi tanaman
diukur mulai dari pangkal tanaman hingga ujung tanaman atau batang
paling tinggi.
2. Jumlah daun
Pengamatan jumlah daun diamati setiap 3 hari sekali. Pengamatan
dilakukan dengan menghitung jumlah daun yang tumbuh pada masing-
masing tanaman dengan satuan helai.
3. Luas Daun
Pengamatan luas daun dihitung dengan menggunakan LAM (Leaf
Area Meter) dan dapat diketahui luas daunnya. Perhitungan luasan daun
dilakukan pada saat pengamatan selesai tanaman di panen.
4. Berat segar tanaman
Pengamatan berat segar tanaman dilakukan setelah panen.
Pengamatan berat segar tanaman meliputi berat segar akar dan berat segar
daun. Berat segar dihitung dengan menggunakan timbangan analitik
dengan satuan gram.
5. Berat kering tanaman
Pengamatan berat kering tanaman dilakukan setelah tanaman
dikering anginkan ataupun dioven. Pengamatan berat kering tanaman
meliputi kering akar dan kering daun. Berat kering dihitung dengan
F. Analisis Data
Hasil pengamatan disidik ragam pada taraf nyata 5%. Jika terdapat
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Pengaruh Pupuk Granul Limbah Ikan Laut terhadap Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, dan Luas daun
Dari hasil sidik ragam terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan luas
daun menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji Jarak
Ganda Duncan 5% disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD) 5% terhadap Tinggi Tanaman (cm), Jumlah Daun (helai), dan Luas Daun (cm²) 41 HST
Perlakuan Tinggi Tanaman Jumlah Daun Luas Daun (cm) (helai) (cm²)
P1= 0,65 gram Urea/tanaman 42, 289 b 22, 222 b 2358, 5 b
P2= 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman 49, 289 a 25, 222 a 3512, 2 a
P3= 0,16 gram Urea/tanaman + 1,58 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman 43, 222 b 21, 889 b 2319, 9 bc
P4= 0,32 gram Urea/Tanaman + 1,05gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman 42, 556 b 22, 778 b 1957, 2 c
P5= 0,48 gram Urea/tanaman + 0,52 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman 45, 289ab 24, 278 ab 2458, 2 b
Keterangan : Angka yang diikuti huruf sama pada kolom masing masing perlakuan menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata.
Hasil UJGD 5% tertinggi terhadap tinggi tanaman ditunjukkan pada
pengaruh perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman
tetapi berbeda tidak nyata dengan pengaruh perlakuan (P5) 0,48 gram Urea/
Tanaman + 0,52 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut /tanaman. Namun
pengaruh perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/ tanaman
nyata lebih tinggi daripada pengaruh perlakuan (P1) 0,65 gram Urea/tanaman,
pengaruh perlakuan (P4) 0,32 gram Urea/tanaman + 1,5 gram Pupuk Granul
1,58 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman. Jadi hasil terbaik ada pada
pengaruh perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman.
Hasil UJGD 5% tertinggi terhadap jumlah daun ditunjukkan pada
pengaruh perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman
tetapi berbeda tidak nyata dengan pengaruh perlakuan (P5) 0,48 gram Urea/
Tanaman + 0,52 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut /tanaman. Namun
pengaruh perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/ tanaman
nyata lebih tinggu daripada pengaruh perlakuan (P3) 0,16 gram Urea/tanaman +
1,58 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut, pengaruh perlakuan (P1) 0,65 gram
Urea/tanaman, dan pengaruh perlakuan (P4) 0,32 gram Urea/tanaman + 1,5 gram
Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman. Hasil terbaik didapatkan pada
pengaruh perlakuan P2 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman.
pengaruh perlakuan (P5) 0,48 gram Urea/ Tanaman + 0,52 gram Pupuk Granul
Limbah Ikan Laut /tanaman.
Hasil UJGD 5% tertinggi terhadap luas daun ditunjukkan pada pengaruh
perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman nyata lebih
luas daripada pengaruh perlakuan (P4) 0,32 gram Urea/tanaman + 1,5 gram Pupuk
Granul Limbah Ikan Laut/tanaman, pengaruh perlakuan (P3) 0,16 gram
Urea/tanaman + 1,58 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut, pengaruh perlakuan
(P1) 0,65 gram Urea/tanaman, dan pengaruh perlakuan (P5) 0,48 gram Urea/
Hasil UJGD 5% pada pada pengaruh perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk
Granul Limbah Ikan Laut/tanaman ternyata memiliki hasil tinggi tanaman,
jumlah, daun dan luas daun yang lebih tinggi. Pupuk granul limbah ikan laut
merupakan limbah perikanan laut yang berasal dari kulit, tulang, kepala, ekor, dan
jeroan. Selain itu Pupuk Granul Limbah Ikan Laut merupakan tambahan bahan
organik yang berfungsi sebagai (1) Mengubah struktur tanah, (2) meningkatkan
daya serap dan daya simpan tanah terhadap air, dan (3) memperbaiki kehidupan
mikroorganisme tanah Marsono (2001).
Hal ini menunjukkan bahwa pada perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul
Limbah Ikan Laut/tanaman kandungan Nitrogen sebesar 14,19% mampu
menyuplai kebutuhan Nitrogen tanaman sawi. Nitrogen merupakan pembentuk
protein, asam nukleat, klorofil dan secara umum untuk pertumbuhan tanaman
(Adams et al. 1995 dalam Liferdi 2016). Menurut Tisdale (1965) dalam Fajar
Arifin (2013) N merupakan unsur penting dalam pertumbuhan tanaman.
Peningkatan ketersediaan unsur N dengan meningkatnya dosis pupuk N
berpengaruh baik terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman. Pada fase
pertumbuhan vegetatif, tanaman membutuhkan banyak N terutama untuk
pembentukan batang dan daun.
Hal ini didukung dengan hasil penelitian Budi, dkk. (2009) bahwa
peningkatan serapan N tanaman akan diikuti oleh peningkatan tinggi tanaman,
jumlah daun, bobot segar, bobot kering tanaman dan kadar N tanaman. Adanya
hubungan tersebut karena fungsi unsur N sangat bermanfaat pada fase vegetatif.
sejumlah senyawa organik penting, seperti asam amino, protein, nucleoprotein,
berbagai enzim, purin, dan primidin yang sangat dibutuhkan untuk pembesaran
dan pembelahan sel, sehingga pemberian nitrogen optimum dapat meningkatkan
pertumbuhan vegetatif tanaman.
Nitrogen merupakan unsur hara yang bersifat mudah bergerak (mobile)
dan berubah bentuk menjadi gas dan unsur lain serta hilang melalui penguapan
(volatilisasi) dan pencucian (leaching). Nitrogen hadir di lingkungan dalam
berbagai bentuk kimia termasuk nitrogen organik, ammonium (NH4+), nitrit
(NO2), nitrat (NO3-), dan gas nitrogen (N2). Bentuk Nitrogen yang dapat
digunakan oleh tanaman adalah ion nitrat (NO3-) dan ion ammonium (NH4+).
Oleh karena itu diduga unsur Nitrogen yang terkandung didalam Pupuk Granul
Limbah Ikan Laut diserap oleh akar tanaman sawi dalam bentuk ion ammonium
(NH4+). Hal ini disebabkan Pupuk Granul Limbah Ikan laut merupakan bahan
organik yang berasal dari hewan mati.
Proses pembentukan amonifikasi menjadi ion (NH4+) dapat terjadi apabila
bahan organik pembentuknya berasal dari tumbuhan dan hewan yang mati.
Nitrogen organik dalam tumbuhan dan hewan mati diubah menjadi ion
ammonium (NH4+) oleh bakteri dan jamur. Ion-ion ini kemudian membentuk
material kompleks seperti asam-asam amino dan asam-asam nukleat yang dapat
langsung diserap dan digunakan oleh tanaman. Menurut Mengel dan Kirby (1987)
serta Rosmarkam dan Yuwono (2002) dalam Silvikultur (2016) pada pH tanah
yang rendah ion nitrat lebih cepat diserap oleh tanaman dibandingkan ion
cepat dibandingkan ion nitrat dan pada pH netral kemungkinan penyerapan
keduanya berlangsung seimbang.
Penyerapan unsur hara (ion-ion NH4+) oleh akar melalui dua cara yakni
aliran massa air dan difusi. Aliran massa merupakan air yang mengalir kearah
akar atau melalui akar itu sendiri. Air tanah yang mengalir ini mengandung unsur
hara (ion amonium NH4+). Sedangkan difusi merupakan sebuah pergerakan
partikel yang bukan disebabkan oleh pergerakan air, namun akibat adanya
perbedaan konsentrasi dalam akar dan diluar akar tanaman, dimana zat akan
bergerak dari tempat yang konsentrasinya tinggi ke tempat yang konsentrasinya
rendah. Dalam hal ini, unsur hara bergerak masuk ke dalam akar tanaman karena
konsentrasi dalam tanaman lebih tinggi dari konsentrasi tanah. Setelah itu air dan
unsur hara (NH4+) diserap oleh akar dalam bentuk ion melalui proses aliran massa
air dan difusi lalu di angkut oleh jaringan pembuluh xylem dan hasil fotosintesis
dibagikan oleh pembuluh floem ke seluruh bagian tanaman berupa larutan
organik. Sehingga N yang terkandung dalam Pupuk Granul Limbah Ikan laut
diserap dan digunakan oleh tanaman proses pembentukan protein, asam nukleat,
klorofil dan secara umum untuk pertumbuhan tanaman. Buckman dan Brady
(1982) dalam Agni dkk. (2016) menambahkan bahwa unsur nitrogen bermanfaat
untuk pertumbuhan vegetatif tanaman yaitu pembentukan sel-sel baru seperti
daun, cabang dan mengganti sel-sel yang rusak. Hal ini diperkuat dengan hasil
penelitian Noveritta (2016) perlakuan pemberian pupuk nitrogen berpengaruh
Bila pasokan N cukup, daun tanaman akan tumbuh besar dan memperluas
permukaan yang tersedia untuk proses fotosintesis. Pasokan nitrogen yang tinggi
akan mempercepat pengubahan karbohidrat menjadi protein dan dipergunakan
menyusun dinding sel. Pada sisi lain, bila pasokan N terlalu besar, peningkatan
ukuran sel dan penambahan ketebalan dinding menyebabkan daun dan batang
tanaman lebih sukulen dan kurang keras (Marschner, 1986 dalam Fajar Arifin
dkk., 2010). Berdasarkan penelitian Kadarwati (2006 ) dalam Ikrar Nusantara
(2016) dapat diketahui bahwa nitrogen merupakan unsur hara makro yang paling
banyak dibutuhkan tanaman dan unsur nitrogen sangat berperan dalam fase
vegetatif tanaman. Sejalan dengan hasil penelitian (Humphries dan wheeler 1963)
dalam Gardner dkk. (1985) bahwa pemupukan nitrogen mempunyai pengaruh
nyata terhadap peluasan daun, terutama pada lebar dan luas daun. Tanaman akan
meningkatkan laju pertumbuhan daunnya supaya bisa menangkap cahaya secara
maksimal sehingga proses fotosintesis di dalam daun dapat berjalan dengan lancar
(Setyanti,2013 dalam Putri Bella, 2016).
Selain itu dalam pupuk granul Limbah Ikan laut terdapat kandungan P
sebesar 9,97% yang sangat berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman sawi.
Menurut, Hardjowigeno (2003) unsur-unsur P di dalam tanah berasal dari bahan
organik (pupuk kandang dan sisa-sisa tanaman), pupuk buatan (TSP dan
DS) dan mineral-mineral di dalam tanah (apatit). Peranan fosfat yang penting
ialah dalam proses fotosintesis, perubahan-perubahan karbohidrat dan
senyawa-senyawa yang berhubungan dengannya, glikolisis, metabolisme asam amino,
dalam proses hidup. Fosfor betul-betul merupakan unsur yang sangat penting
dalam proses transfer energi, suatu proses vital dalam hidup dan pertumbuhan
(Leiwakabessy dkk., 2003 dalam Nur Hikmah 2009). Hal ini didukung hasil
penelitian Liferdi (2010) Fosfor memberikan pengaruh nyata terhadap
pertumbuhan bibit manggis, terutama untuk peubah tinggi tanaman, panjang
cabang, jumlah cabang, dan jumlah daun.
Pupuk Granul Limbah Ikan Laut merupakan tambahan bahan organik bagi
tanaman sawi. Bahan organik yang terkandung di dalam Pupuk Granul Limbah
Ikan Laut merupakan salah satu asal unsur-unsur P yang di butuhkan oleh
tanaman. Tanaman menyerap unsur hara Phospor dalam bentuk ion ortofosfat. Ion
ortofosfat terbentuk melalui enzim fosfatase yang dihasilkan oleh berbagai
mikroba yang berada dalam tanah. Ion ortofosfat diserap oleh akar melalui proses
difusi yakni merupakan sebuah pergerakan partikel yang bukan disebabkan oleh
pergerakan air, namun akibat adanya perbedaan konsentrasi dalam akar dan diluar
akar tanaman, dimana zat akan bergerak dari tempat yang konsentrasinya tinggi
ke tempat yang konsentrasinya rendah. Setelah itu air dan unsur hara diserap oleh
akar dalam bentuk ion melalui proses difusi lalu diangkut oleh jaringan pembuluh
xylem dan hasil fotosintesis dibagikan oleh pembuluh floem ke seluruh bagian
tanaman berupa larutan organik. Ukuran dan kerapatan meristem perakaran sangat
penting dalam proses penyerapan unsur hara P.
Selain kandungan N dan P dalam limbah ikan laut terdapat kandungan
unsur K sebesar 0,43% yang bermanfaat bagi tanaman sawi. Menurut Gardner
langsung meningkatkan pertumbuhan dan indeks luas daun, dan karenanya juga
meningkatkan asimilasi CO² serta meningkatkan translokasi hasil fotosintesis
keluar daun (Wolf dkk., 1976) dalam Gardner dkk., (1985). Produk fotosintesis
digunakan untuk cadangan makanan, struktur, respirasi, dan pertumbuhan. Unsur
hara K dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang besar, terbesar kedua setelah
unsur hara N. Unsur K siap diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+.
Di dalam tubuh tanaman kalium bukanlah sebagai penyusun jaringan
tanaman, tetapi lebih banyak berperan dalam proses metabolisme tanaman seperti
mengaktifkan kerja enzim, membuka dan menutup stomata (dalam
pengaturan penguapan dan pernapasan), transportasi hasil-hasil fotosintesis
(karbohidrat), meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan
penyakit tanaman. Sejalan dengan hasil penelitian Bambang dkk. (2016) bahwa
perlakuan dosis pupuk kalium meningkatkan luas daun, dan berat brangkasan
kering. Penyerapan unsur hara K oleh tanaman dalam bentuk ion K+ melalui
proses aliran massa dan difusi. Setelah itu air dan unsur hara diserap oleh akar
dalam bentuk ion melalui proses difusi lalu di angkut oleh jaringan pembuluh
xylem dan hasil fotosintesis dibagikan oleh pembuluh floem ke seluruh bagian
tanaman berupa larutan organik.
Tabel 2 juga memperlihatkan hasil tinggi tanaman, jumlah daun, dan luas
daun terendah ditunjukkan oleh pengaruh perlakuan (P1) 0,65 gram
Urea/tanaman, pengaruh perlakuan (P3) 0,16 gram Urea/tanaman + 1,58 gram
Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman, dan pengaruh perlakuan (P4) 0,32
Diduga hal ini dikarenakan sifat Urea yang tidak menguntungkan menurut
Hardjowigeno (1995) dalam Nitha (2010) tingkat kehilangan N didalam tanah
cukup tinggi akibat dari sifat nitrogen yang sangat mobile, hilangnya nitrogen
dalam tanah disebabkan oleh (1) digunakan sendiri oleh tanaman dan juga
sebagian digunakan mikroorganisme tanah untuk aktivitas metabolisme, (2)
Nitrogen dalam bentuk NH4+ dapat diikat oleh mineral liat sehingga tidak dapat
digunakan oleh tanaman, (3) Nitrogen dalam bentuk NO3- rendah karena mudah
dicuci oleh bagian bawa perakaran dan masuk kedalam ground water.
Hal ini menunjukkan bahwa jika unsur hara nitrogen dalam Urea tersedia
dalam bentuk NH4+ maka akan diikat oleh mineral liat sehingga tidak dapat
digunakan oleh tanaman. Namun jika unsur nitrogen dalam Urea tersedia dalam
bentuk NO3- maka akan mengalami proses pencucian (leaching) dan juga karena
sifat urea yang higroskopis mudah larut dalam air. Untuk dapat diserap tanaman
Urea harus mengalami proses amonifikasi dan nitrifikasi terlebih dahulu. Cepat
dan lambatnya perubahan bentuk amide dari Urea ke bentuk senyawa N yang
dapat diserap tanaman sangat tergantung pada beberapa faktor antara lain
populasi, aktifitas mikroorganisme, kadar air dari tanah, temperatur tanah dan
banyaknya pupuk Urea yang diberikan.
Pupuk Granul Limbah Ikan Laut merupakan tambahan bahan organik bagi
tanaman. Bentuk granul dalam limbah ikan laut memiliki kelebihan dibandingkan
pupuk Urea yaitu memiliki kepadatan tertentu sehingga tidak mudah diterbangkan
angin, terbawa air dan proses pelepasan bahan aktif lebih lambat (slow release).
0
mampu mencukupi kebutuhan unsur hara Nitrogen Sawi.
Hasil ini sejalan dengan Engelstad (1997) mengatakan bahwa pemberian
optimal dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan pertumbuhan
tanaman, meningkatkan sintesis protein, pembentukan klorofil yang menyebabkan
warna daun menjadi hijau, dan meningkatkan laju pertumbuhan tanaman. Diduga
juga bahwa unsur hara P dan K pada tanaman sawi sudah mencukupi. Hal ini
dikarenakan semua perlakuan penelitian diberikan unsur hara P dan K sesuai
dengan kebutuhan tanaman sawi. Sedangkan kandungan unsur hara P dan K yang
terkandung didalam Pupuk Granul Limbah Ikan laut merupakan tambahan nutrisi
bagi tanaman sawi
Pola pertumbuhan tinggi tanaman sawi dari hari ke 3 sampai ke 39 dapat
Berdasarkan gambar 2, pengaruh perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul
Limbah Ikan Laut/ tanaman dan pengaruh perlakuan (P5) 0,48 gram Urea/
Tanaman + 0,52 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut /tanaman memiliki laju
pertumbuhan tanaman yang lebih baik. Pengaruh perlakuan P2 sudah terjadi pada
hari ke 6 hingga hari ke 39 sedangkan pengaruh perlakuan P5 mulai terjadi pada
hari ke 18 hingga ke 39. Pada pengaruh perlakuan (P3) 0,16 gram Urea/tanaman
+ 1,58 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut, pengaruh perlakuan (P4) 0,32 gram
Urea/tanaman + 1,5 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman, dan ,
pengaruh perlakuan (P1) 0,65 gram Urea/tanaman cenderung memiliki laju
pertumbuhan yang hampir sama dari hari ke 18 hingga hari ke 39. Penambahan
tinggi tanaman yang cukup signifikan diduga dikarenakan semua perlakuan
tanaman sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan. Selain itu tanaman sudah
mampu menyerap hara yang terkandung di dalam perlakuan pupuk urea maupun
pupuk granul limbah ikan laut.
Berdasarkan Gambar 3, pengaruh perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul
Limbah Ikan Laut/ tanaman dan pengaruh perlakuan (P5) 0,48 gram Urea/
Tanaman + 0,52 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut /tanaman memiliki laju
pertumbuhan tanaman yang lebih baik. Pengaruh perlakuan P2 sudah terlihat pada
hari ke 33 hingga 39 sedangkan pada pengaruh perlakuan P5 sudah terlihat pada
hari ke 15 hingga hari ke 36. Pada pengaruh perlakuan (P3) 0,16 gram
Urea/tanaman + 1,58 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut, pengaruh perlakuan
(P4) 0,32 gram Urea/tanaman + 1,5 gram Pupuk Granul Limbah Ikan
0 memiliki laju pertumbuhan yang hampir sama dari hari ke 18 hingga hari ke 39.
Penambahan jumlah daun diduga karena kandungan unsur hara nitrogen yang
mampu memacu pertumbuhan dan penambahan daun pada tanaman sawi.
Peningkatan ketersediaan unsur N dengan meningkatnya dosis pupuk N
berpengaruh baik terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman. Pada fase
pertumbuhan vegetatif, tanaman membutuhkan banyak N terutama untuk
pembentukan batang dan daun.
Pola pertumbuhan jumlah daun pada tanaman sawi dari hari ke 3 sampai
hari ke 39 dapat dilihat pada gambar 3.
0
Limbah Ikan Laut/ tanaman memiliki luas daun tertinggi dari setiap ulangannya.
Sedangkan luas daun terendah pada pengaruh perlakuan (P4) 0,32 gram
Urea/tanaman + 1,5 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman.
Hal ini diduga karena pengaruh dari kandungan nitrogen yang berada di
limbah ikan laut sebesar 14,19 % yang mampu memacu pertumbuhan luas daun
tanaman sawi. Bila pasokan N cukup, daun tanaman akan tumbuh besar dan
memperluas permukaan yang tersedia untuk proses fotosintesis. Pasokan nitrogen
yang tinggi akan mempercepat pengubahan karbohidrat menjadi protein dan
dipergunakan menyusun dinding sel. Sejalan dengan hasil penelitian (Humphries
dan wheeler 1963) dalam Gardner dkk. (1985) bahwa pemupukan nitrogen
mempunyai pengaruh nyata terhadap peluasan daun, terutama pada lebar dan luas
daun. Pola pertumbuhan luas daun pada tanaman sawi pada setiap perlakuan dapat
dilihat pada gambar 4.