• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI PUPUK GRANUL LIMBAH IKAN LAUT SEBAGAI SUMBER N-ORGANIK DALAM BUDIDAYA SAWI (Brassica juncea (L.) VARIETAS TOSAKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "APLIKASI PUPUK GRANUL LIMBAH IKAN LAUT SEBAGAI SUMBER N-ORGANIK DALAM BUDIDAYA SAWI (Brassica juncea (L.) VARIETAS TOSAKAN"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

Septian Dwi Cahyo 20120210021

Program Studi Agroteknologi

Kepada

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

Ketika aku bertambah tua dan bijaksana,

Aku menyadari bahwa dunia tak dapat kuubah,

Maka cita-citaku kupersempit dan kuputuskan untuk hanya

Mengubah negeriku.

Namun tampaknya itupun tak berhasil

Ketika usia senja mulai kujelang,

Lewat upaya terakhir yang penuh keputusasaan,

Kuputuskan untuk hanya mengubah keluargaku,

Karena mereka orang-orang yang paling dekat denganku.

Namun sayangnya,

Mereka pun tak kunjung berubah

Dan sekarang, ketika aku berbaring menjelang kematianku,

Tiba-tiba kusadari,

Jika pertama-tama yang kuubah adalah diriku sendiri

Maka teladan yang kuberikan mungkin dapat mengubah keluargaku. Dan

mungkin inspirasi serta dorongan mereka membuat negeriku menjadi lebih

baik.

Dan siapa tahu, pada waktu itu aku telah mengubah dunia.

(Pahatan Puisi pada Salah Satu Makam Bishop di Westminster Abbey Inggris)

(5)

baik dan tepat pada waktunya. Dengan rasa bangga dan bahagia saya haturkan

rasa syukur dan terima kasih saya kepada:

Allah SWT, karena atas izin dan karunia-Nyalah maka skripsi ini dapat

dibuat dan diselesaikan pada waktunya.

Kedua orang tua Bapak Toto Sugianto dan Ibu Rusmini yang telah memberikan dukungan moril maupun materi serta do’a yang tiada henti untuk kesuksesan anakmu ini. Maafkan anakmu ini diusia kalian yang sudah tidak muda

lagi belum bisa memberikan sesuatu yang terbaik. Janjiku pada Bapak dan Ibu,

kalian akan merasakan jerih payah dari kerja keras kalian serta doa yang tiada

henti dengan kesuksesan anakmu ini di masa depan. Bapak dan Ibu adalah Super

Hero Abadi Dalam Kehidupanku. Saudaraku Joko Rianto, yang senantiasa

memberikan dukungan, semangat, senyum dan doanya untuk keberhasilan ini. Bapak ibu dosen pembimbing, penguji dan pengajar, yang selama ini telah

tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya,

memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar saya

menjadi lebih baik. Terimakasih banyak Bapak dan Ibu dosen, jasa kalian akan

selalu saya ingat di dalam hati.

Teman dan Saudara, tanpa semangat, dukungan dan bantuan kalian

semua tak akan mungkin aku sampai disini, terimakasih untuk canda tawa, tangis,

dan perjuangan yang kita lewati bersama dan terimakasih untuk kenangan manis

yang telah mengukir selama ini. Sampai kapanpun kita saudara. Terimakasih

yang sebesar-besarnya untuk kalian semua, akhir kata saya persembahkan skripsi

ini untuk kalian semua, orang-orang yang saya sayangi. Dan semoga skripsi ini

dapat bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan di masa yang

(6)

dengan judul “Aplikasi Pupuk Granul Limbah Ikan Laut Sebagai Sumber N-Organik Dalam Budidaya Sawi (Brassica juncea (L.) Varietas Tosakan”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh jenjang S-1 di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Selama menyelesaikan penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan demikian, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu sehingga penilitian dapat terwujudkan. Ucapan terimakasih ditujukan kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P. selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan arahan dan bimbingan skripsi.

2. Bapak Ir. Nafi Ananda Utama, M.S. selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan arahan dan bimbingan skripsi.

3. Bapak Ir. Mulyono, M.P. selaku dosen pembimbing akademik. 4. Bapak Ir. Bambang Heri Isnawan, M.P selaku Dosen Penguji Skripsi. 5. Dekan dan segenap civitas akademika Fakultas Pertanian UMY 6. Dosen- dosen yang ada di Fakultas Pertanian UMY.

7. Laboran yang ada di Fakultas pertanian UMY yang sangat banyak membantu dalam proses perkuliahan maupun penelitian skripsi.

8. Pak Sukirno, Pak Rudi, Pak Yuli dan Pak Sarwono yang sangat membantu dalam proses pelaksanaan penelitian ini.

(7)

tidak bisa sebutkan satu per satu yang selalu memberikan dukungan semangat dari pertama kali menginjakkan kaki di Jogja hingga menyelesaikan skripsi ini.

11.Sandri Agustri Sari yang selalu memberikan semangat untuk segera menyelesaikan skripsi.

12.Ahmad Ali Kondi yang amat sangat membantu pada saat penelitian terima kasih saudaraku.

13.Seluruh keluarga Agroteknologi A 2012 yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

14. Seluruh teman-teman UKM Bulutangkis UMY tempat saya

menghilangkan rasa lelah dan selalu memberikan dukungan dan semangat.

Yogyakarta, 1 September 2016

(8)

DAFTAR TABEL………x

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

B. Bahan dan Alat Penelitian ... 24

C. Metode Penelitian... 24

D. Cara Penelitian ... 25

E. Parameter Pengamatan ... 29

F. Analisis Data ... 30

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Pengaruh Pupuk Granul Limbah Ikan Laut terhadap Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, dan Luas daun ... 31

(9)
(10)

Yogyakarta………..………

Tabel 2. Hasil Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD) 5% terhadap Tinggi Tanaman (cm), Jumlah Daun (helai), dan Luas Daun (cm²) 41

HST……….31

Tabel 3. Hasil Uji Jarak Ganda Duncan 1 (UJGD) 5% Terhadap Berat Segar

Tanaman………..44

Tabel 4. Hasil Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD) 5% Terhadap Berat Kering

(11)
(12)

Lampiran. 3 Dokumentasi Penelitian………63

Lampiran. 4 Deskripsi Tanaman Sawi………..64

Lampiran. 5 Hasil Analisis Kandungan Unsur Hara N, P, dan K Pupuk Granul

Limbah Ikan Laut……….65

(13)
(14)

Muhammadiyah Yogyakarta from July up to August 2016.

This research was conducted using environmental method and arranged in Completely Randomized Design (CRD) with single factor. The treatments were consisting of 0.65 grams of Urea / plant (P1), 14.7 grams of granules fertilizer Sea Fish Waste / plant (P2), 0.16 grams of urea / plant + 1.58 grams of granules fertilizer Sea Fish Waste / plant (P3), 0.32 grams of urea / plant + 1.05 grams of granules fertilizer Sea Fish Waste / plant (P4), and 0.48 grams of Urea / plant + 0.52 grams of granules fertilizer Sea Fish Waste / plant (P5).

The results showed that granules fertilizer of Sea Fish Waste can serve as source of organic-N in the process of growth and yield of mustard Tosakan variety. Treatment (P2) 14.7 gram/plant equal to 2.94 tons/hectare gave the potential yield 79.004 tons/ hectare

(15)

memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun internasional. Permintaan yang

tinggi baik pasar di dalam maupun di luar negeri menjadikan komoditi

hortikultura ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi pula sehingga dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat. Selain itu produk hortikultura khususnya

sayuran dan buah-buahan juga berperan penting dalam memenuhi gizi masyarakat

terutama vitamin dan mineral yang terkandung di dalamnya. Salah satu komoditi

hortikultura yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan adalah sayuran,

karena kebutuhan manusia terhadap sayuran terus meningkat.

Sawi merupakan salah satu sayuran daun dari keluarga Cruciferae yang

mempunyai nilai ekonomis tinggi yang dapat dibudidayakan di dataran tinggi

maupun dataran rendah. Tanaman sawi ini diduga berasal dari Tiongkok (Cina)

dan Asia Timur. Di daerah Cina, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2.500

tahun yang lalu, kemudian menyebar ke Filipina dan Taiwan. Penyebaran di

Indonesia diduga terjadi pada abad XIX dan daerah penyebarannya antara lain di

Cipanas (Bogor), Lembang dan Malang (Rahmat Rukmana, 2007). Menurut Balai

Pusat Statistik, produksi Sawi pada tahun 2010 sebesar 583,770 ton dan pada

tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 602,468 ton. Selain itu sawi juga

mengandung vitamin A, B, C, E, K, karbohidrat, protein dan lemak baik yang

berguna untuk kesehatan tubuh. Zat lain yang terkandung dalam sayur sawi adalah

(16)

Kandungan non-gizi yang ada dalam sayur atau sawi adalah serat atau fiber yang

kadarnya cukup tinggi.

Dalam proses budidaya tanaman pemakaian pupuk dilakukan untuk

meningkatkan produksi sayuran, tidak terkecuali sawi. Terdapat dua jenis pupuk

yang dapat digunakan dalam kegiatan budidaya yaitu pupuk anorganik dan pupuk

organik. Pupuk anorganik adalah pupuk yang mengandung satu atau lebih

senyawa anorganik (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004 dalam Mila Laras 2012).

Fungsi utama pupuk anorganik adalah sebagai penambah unsur hara atau nutrisi

tanaman. Dalam aplikasinya, sering dijumpai beberapa kelebihan dan kekurangan

pupuk anorganik. Beberapa manfaat dan keunggulan pupuk anorganik antara lain:

mampu menyediakan hara dalam waktu relatif lebih cepat, menghasilkan nutrisi

tersedia yang siap diserap tanaman, kandungan jumlah nutrisi lebih banyak, tidak

berbau menyengat, praktis dan mudah diaplikasikan. Sedangkan kekurangan dari

pupuk anorganik adalah harga relatif mahal dan mudah larut serta mudah

menguap, menimbulkan polusi pada tanah apabila diberikan dalam dosis yang

tinggi.

Penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus akan mempercepat

habisnya zat-zat organik, merusak keseimbangan zat-zat makanan di dalam tanah,

sehingga menimbulkan berbagai penyakit tanaman, dan kesuburan tanah di

lahan-lahan yang menggunakan pupuk anorganik menurun dari tahun ke tahun.

Pemakaian pupuk anorganik selama ini membawa dampak yang kurang

(17)

optimal dalam pemanfaatan pupuk organik sebagai pengganti pupuk anorganik di

samping harga yang murah dan juga mudah didapatkan.

Pupuk organik merupakan pupuk yang tersusun dari materi yang berasal

dari makhluk hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia.

Manfaat utama pupuk organik adalah untuk memperbaiki kesuburan kimia, fisik,

biologis tanah, selain sebagai sumber hara bagi tanaman. Menurut Marsono

(2001) beberapa kelebihan pupuk organik antara lain: (1) mengubah struktur tanah

menjadi lebih baik sehingga pertumbuhan tanaman juga semakin baik. Saat pupuk

dimasukkan ke dalam tanah, bahan organik pada pupuk akan dirombak oleh

mikroorganisme pengurai menjadi senyawa organik sederhana yang mengisi

ruang pori tanah sehingga tanah menjadi gembur. Pupuk organik juga dapat

bertindak sebagai perekat partikel tanah sehingga struktur tanah menjadi lebih

mantap. (2) meningkatkan daya serap dan daya simpan tanah terhadap air

sehingga tersedia bagi tanaman, karena bahan organik mampu menyerap air dua

kali lebih besar dari bobotnya. Dengan demikian pupuk organik sangat berperan

dalam mengatasi kekeringan air pada musim kering. (3) memperbaiki kehidupan

organisme tanah. Bahan organik dalam pupuk ini merupakan bahan makanan

utama bagi organisme dalam tanah, seperti cacing, semut, dan mikroorganisme

tanah. Semakin baik kehidupan biota dalam tanah ini semakin baik pula

(18)

Limbah ikan laut merupakan sisa hasil perikanan yang dapat digunakan

sebagai pupuk organik. Menurut Nur Hapsari dan Tjatoer Welasih (2015) kondisi

hara Nitrogen (N) pada konsentrasi enzim 40%, waktu hidrolisis 10 jam dengan

kadar 48,021%; hara Phospor (P) pada konsentrasi enzim 60%, waktu hidrolisis 4

jam dengan kadar 17,886% dan hara Kalium (K) pada konsentrasi enzim 60%,

waktu hidrolisis 8 jam dengan kadar 16,14%. Di Indonesia, produksi perikanan

laut semakin berkembang dari tahun ke tahun, meskipun demikian limbah yang

dihasilkan belum banyak dimanfaatkan.

Menurut Ditjen Budidaya Perikanan (2006) dalam Nur Hapsari dan

Tjatoer Welasih (2015) setiap musim masih terdapat antara 25 – 30% hasil

tangkapan ikan laut yang akhirnya harus menjadi ikan sisa atau ikan buangan

yang disebabkan karena : (1) keterbatasan pengetahuan dan sarana para nelayan

dalam cara pengolahan ikan. (2) tertangkapnya jenis-jenis ikan lain yang kurang

berharga ataupun sama sekali belum mempunyai nilai di pasaran, yang akibatnya

ikan tersebut harus dibuang kembali. Selain itu dalam proses pengolahan ikan

juga masih banyak terdapat bagian dari ikan, kepala, ekor, maupun

bagian-bagian lain yang tidak termanfaatkan dan terbuang begitu saja. Dengan belum

termanfaatkannya limbah ikan laut tersebut, maka perlu dilakukan peningkatan

pemanfaatan limbah antara lain sebagai pupuk organik. Pupuk organik limbah

ikan laut dapat dibuat dalam bentuk granul maupun cair. Pupuk organik granul

merupakan merupakan pupuk organik yang dibentuk seperti butiran-butiran yang

bersifat keras dan kering. Granul yang baik adalah granul yang memiliki ukuran

(19)

Menurut Wahyono, dkk. (2011) pupuk kompos yang berbentuk pelet atau granul

memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pupuk curah, yaitu: 1.

Memiliki kepadatan tertentu sehingga tidak mudah diterbangkan angin dan

terbawa air. 2. Tidak menimbulkan debu sehingga pengaplikasian pupuk dapat

dilakukan dekat pemukiman penduduk. 3. Overdosisnya tanaman terhadap

pelepasan nutrisi yang mendadak (fertilizer burn) karena proses peluruhannya

lebih lambat dibandingkan dengan pupuk curah (slow release). Kecepatan

pelepasan bahan aktif dari partikel-partikel halus akan lebih besar dibandingkan

bentuk granul (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013 dalam Niwa Utari, dkk., 2014).

4. Pengaplikasiannya lebih mudah dan lebih efektif. Sedangkan menurut Niwa

Utari, dkk. (2014) jenis perekat yang paling optimal untuk pembuatan pupuk

organik granul yaitu tanah liat dengan perbandingan persentase pupuk organik

curah dengan tanah liat adalah 89% berbanding 11%. Pupuk organik granul

dengan perekat tanah liat dan tepung tapioka dapat mencegah overdosisnya

tanaman terhadap pelepasan nutrisi secara mendadak dengan waktu hancur

perendaman yang lebih lama.

Dalam penelitian ini limbah ikan laut akan dijadikan sebagai sumber

pupuk N-organik yang dibuat dalam bentuk granul dan akan diaplikasikan pada

(20)

B. Perumusan Masalah

Limbah ikan laut merupakan sisa hasil pengolahan perikanan yang

memiliki potensi untuk dimanfaatkan. Kegiatan pengolahan secara tradisional

umumnya kurang mampu memanfaatkan hasil samping ini, bahkan tidak

termanfaatkan sama sekali sehingga terbuang begitu saja. Hasil samping kegiatan

industri perikanan dapat digolongkan menjadi lima kelompok utama, yaitu hasil

samping pada pemanfaatan suatu spesies atau sumberdaya; sisa pengolahan dari

industri-industri pembekuan, pengalengan, dan tradisional, produk ikutan; surplus

dari suatu panen utama atau panen raya; dan sisa distribusi (Sukarno 2001 dalam

Fajar Syukron 2013). Meningkatnya jumlah konsentrasi limbah yang terlalu

cepat dapat mengakibatkan siklus yang ada tidak mampu bekerja secara baik.

Sehingga pada jumlah konsentrasi tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak

negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, oleh karena itu

perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.

Upaya yang dapat dilakukan dalam pemanfaatan limbah ikan laut, salah

satunya yaitu sebagai pupuk organik. Didalam penelitian ini akan dilakukan

percobaan budidaya tanaman sawi dengan menggunakan limbah ikan laut dalam

bentuk granul. Sehingga permasalahan penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh pupuk granul limbah ikan laut sebagai sumber

N-organik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi varietas tosakan?

2. Berapa dosis pupuk granul limbah ikan laut sebagai sumber N-organik

(21)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh pupuk granul limbah ikan laut sebagai

sumber N-organik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi varietas

tosakan.

2. Untuk menetapkan dosis pupuk granul limbah ikan laut sebagai sumber

N-organik yang tepat untuk pertumbuhan dan hasil tanaman sawi varietas

(22)

II. TINJAUN PUSTAKA A. Limbah Ikan Laut

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik

industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah,

yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki

lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi,

limbah ini terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan senyawa anorganik.

Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak

negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu

dilakukan penanganan terhadap limbah.

Limbah perikanan mengandung nutrisi yang tidak berbeda dari bahan

utamanya dan telah banyak juga diteliti pemanfaatannya (Poernomo 1997 dalam

Fajar Syukron 2013). Limbah perikanan dapat berasal dari kegiatan perikanan

hulu (budidaya), maupun kegiatan perikanan hilir (pengolahan, transportasi,

pemasaran). Hasil samping industri pengolahan perikanan umumnya berupa

kepala, jeroan, kulit, tulang, sirip, darah dan air bekas produksi. Kegiatan

pengolahan secara tradisional umumnya kurang mampu memanfaatkan hasil

samping ini, bahkan tidak termanfaatkan sama sekali sehingga terbuang begitu

saja. Hasil samping kegiatan industri perikanan dapat digolongkan menjadi lima

kelompok utama, yaitu hasil samping pada pemanfaatan suatu spesies atau

sumberdaya; sisa pengolahan dari industri-industri pembekuan, pengalengan, dan

tradisional, produk ikutan; surplus dari suatu panen utama atau panen raya; dan

(23)

Menurut Bhaskar dan Mahendrakar (2008) dalam Fajar Syukron (2013),

jeroan ikan mengandung protein dan lemak tak jenuh yang tinggi. Fakta yang

ditemukan bahwa produk buangan yang kaya akan protein dan lemak

meningkatkan peluang untuk mengalami kebusukan. Limbah tersebut dapat

menimbulkan masalah lingkungan bila tidak dilakukan penanganan. Menurut Dao

dan Kim (2011) dalam Fajar Syukron (2013) telah banyak penelitian yang

berkembang untuk memanfaatkan limbah jeroan ikan, seperti pembuatan pakan

ikan, pupuk serta media tumbuh bakteri (pepton).

Menurut Fajar Syukron (2013) tepung ikan hasil olahan limbah perikanan

memiliki potensi yang baik untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan

pupuk organik bokashi karena memiliki kandungan total N dan total P yang tinggi

dan memenuhi anjuran total nitrogen dan total fosfor untuk bahan baku pupuk

organik. Kandungan unsur hara pada pupuk organik bokashi yang dihasilkan

berbeda-beda. Kandungan total C-organik, total N, rasio C/N, total P dan total K

pupuk organik yang dihasilkan masing-masing berkisar antara 13,98%-17,77%,

3,23%-7,80%, 1,69-5,50, 1,46%-2,90%, dan 0,92%-1,46%. Sedangkan menurut

Nur Hapsari dan Tjatoer Welasih (2015) kondisi nutrien Nitrogen (N) pada

konsentrasi enzim 40%, waktu hidrolisis 10 jam dengan kadar 48,021%; nutrien

Phospor (P) pada konsentrasi enzim 60%, waktu hidrolisis 4 jam dengan kadar

17,886% dan nutrien Kalium (K) pada konsentrasi enzim 60%, waktu hidrolisis 8

(24)

Limbah Ikan Laut yang dibuat dalam bentuk granul merupakan tambahan

bahan organik baik secara fisik, kimia, maupun bilogi. Secara fisik peran Pupuk

Granul Limbah Ikan laut sebagai bahan pembentuk agregat tanah yakni sebagai

bahan perekat antar partikel tanah yang bersatu membentuk agregat tanah, oleh

karena itu Pupuk Granul Limbah Ikan Laut penting dalam pembentukan struktur

tanah. Mekanisme Pupuk Granul Limbah Ikan laut sebagai pupuk organik dalam

pembentukan agregat tanah : (1) penambahan Pupuk granul limbah ikan laut dapat

meningkatkan populasi mikroorganisme tanah, diantaranya jamur dan cendawan,

karena bahan organik digunakan oleh mikroorganisme tanah sebagai penyusun

tubuh dan sumber energi. Miselia atau hifa menyatukan butir tanah menjadi

agregat, sedangkan bakteri berfungsi sebagai semen yang menyatukan agregat. (2)

pengikatan secara kimia butir lempung butir-butir lempung melalui ikatan antar

bagian positif dalam butiran lempung dengan gugus negatif senyawa organik yang

berantai panjang (3) pengikatan secara kimia secara butiran lempung melalui

ikatan antara bagian-bagian negatif dalam lempung dengan gugusan negatif

senyawa organik berantai panjang, (4) pengikatan secara kimia butiran lempung

melalui ikatan antara bagian negatif lempung dengan gugus positif senyawa

organik berantai panjang.

Pengaruh pemberian pupuk granul limbah ikan laut terhadap sifat kimia

tanah yakni terhadap kapasitas pertukaran kation, kapasitas pertukaran anion, pH

tanah, daya simpan air tanah dan terhadap keharaan tanah. Pengaruh pemberian

pupuk granul limbah ikan laut terhadap sifat biologi tanah, bagi makro dan

(25)

mikrobiologi dalam tanah meningkat, terutama berkaitan dengan aktivitas

dekomposisi dan mineralisasi bahan organik.

Tabel 1. Hasil Analisis Pupuk Granul Limbah Ikan Laut dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta.

tanaman yang jika diaplikasikan dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil

tanaman. Sedangkan pemupukan adalah penambahan satu atau beberapa hara

tanaman yang tersedia atau dapat tersedia ke dalam tanah/tanaman untuk

mempertahankan kesuburan tanah yang ada yang ditujukan untuk mencapai

hasil/produksi yang tinggi. Terdapat dua jenis pupuk yaitu pupuk anorganik

(pupuk buatan) dan pupuk organik. Pupuk organik merupakan pupuk yang

tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan,

dan manusia. Manfaat utama pupuk organik adalah dapat memperbaiki kesuburan

kimia, fisik, biologis tanah, selain sebagai sumber hara bagi tanaman.

Menurut Marsono, (2001) beberapa kelebihan pupuk organik antara lain:

(1) Mengubah struktur tanah menjadi lebih baik sehingga pertumbuhan tanaman

juga semakin baik. Saat pupuk dimasukkan ke dalam tanah, bahan organik pada

(26)

sederhana yang mengisi ruang pori tanah sehingga tanah menjadi gembur. Pupuk

organik juga dapat bertindak sebagai perekat agregat sehingga struktur menjadi

lebih mantap. (2) Meningkatkan daya serap dan daya simpan tanah terhadap air

sehingga tersedia bagi tanaman. Hal ini karena bahan organik mampu menyerap

air dua kali lebih besar dari bobotnya. Dengan demikian pupuk organik sangat

berperan dalam mengatasi kekeringan air pada musim kering. (3) Memperbaiki

kehidupan organisme tanah. Bahan organik dalam pupuk ini merupakan bahan

makanan utama bagi organisme dalam tanah, seperti cacing, semut, dan

mikroorganisme tanah.

Semakin baik kehidupan dalam tanah ini semakin baik pula pengaruhnya

terhadap pertumbuhan tanaman dan tanah itu sendiri. Sumber utama bahan

organik bagi tanah berasal dari jaringan tanaman, baik serupa sampah-sampah

tanaman (serasah) ataupun sisa-sisa tanaman yang telah mati. Limbah atau

kotoran hewan dan bangkai hewan itu sendiri, di dalam tanah akan diaduk-aduk

dan di pindahkan oleh jasad renik yang selanjutnya dengan kegiatan berbagai

jasad tanah bahan organik itu melalui berbagai proses yang rumit dirombak

menjadi bahan organik tanah yang mempunyai arti penting (Sutejo dan

Kartasapoetra, 1987 dalam Jamilin Ginting 2011). Seiring dengan berkembangnya

teknologi pupuk organik, banyak berbagai macam bentuk pupuk organik

diantaranya ialah pupuk organik bokashi, pupuk organik curah, pupuk organik

cair, pupuk organik pelet dan pupuk organik granul. Dalam penelitian ini pupuk

(27)

Pupuk organik granul merupakan pupuk organik yang dibentuk seperti

butiran-butiran yang bersifat keras dan kering. Granul yang baik adalah granul

yang memiliki ukuran seragam, cukup keras, namun mudah larut apabila terkena

air atau ditimbun tanah. Aspek yang harus diperhatikan dalam pembuatan granul

adalah ukuran granul yang diharapkan, kekerasan granul, dan kemudahan granul

untuk pecah atau larut (Isroi 2009). Di pasaran, pupuk granul lebih dikenal dengan

sebutan pupuk organik granul (POG) yang memiliki keunggulan dibandingkan

dengan pupuk yang berbentuk curah. Menurut Wahyono, dkk. (2011), pupuk

kompos yang berbentuk pelet atau granul memiliki beberapa kelebihan

dibandingkan dengan pupuk curah, yaitu: 1. Memiliki kepadatan tertentu sehingga

tidak mudah diterbangkan angin dan terbawa air. 2. Tidak menimbulkan debu

sehingga pengaplikasian pupuk dapat dilakukan dekat pemukiman penduduk. 3.

Overdosisnya tanaman terhadap pelepasan nutrisi yang mendadak (fertilizer burn)

karena proses peluruhannya lebih lambat dibandingkan dengan pupuk curah (slow

release). Kecepatan pelepasan bahan aktif dari partikel-partikel halus akan lebih

besar di bandingkan bentuk granul (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013 dalam

Niwa Utari, dkk. 2014). 4. Pengaplikasiannya lebih mudah dan lebih efektif.

Menurut Yudi Sastro, dkk. (2010) pupuk organik granul (POG) berbahan

baku limbah organik pasar mampu mengurangi takaran pemupukan NPK hingga

50% pada sawi, selada, dan kangkung dan berkisar 25% pada bayam. Sedangkan

menurut Azis dan Arman (2013) pupuk organik granul dosis 2 ton per-hektar

(28)

Dalam proses pembuatan granul terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan

adalah :

1. Tahap pencampuran bahan perekat, perekat berfungsi untuk meningkatkan

kekompakan bahan yang akan dibuat granul. Perekat juga berfungsi untuk

merekatkan bahan dan juga memberikan sifat keras pada granul. Selain

untuk menjaga agar granul tidak mudah hancur, kekerasan juga

mempengaruhi pelepasan hara tanaman dari granul. Beberapa bahan yang

bisa dan biasa digunakan sebagai perekat antara lain adalah a). bahan

organik: molasses dan tepung tapioka; b). bahan mineral: bentonit,

kaoline, kalsium untuk semen, dan gypsum; c). Tanah liat juga bisa

digunakan sebagai perekat. Bahan perekat yang digunakan tidak boleh

membahayakan tanaman, relatif murah, dan ketersediaannya banyak (Isroi,

2009).

2. Tahap pencampuran bahan pengikat Menurut Hadisoewignyo dan Fudholi

2013 dalam Niwa Utari dkk. 2014, bahan pengikat dalam bentuk

membasahi permukaan partikel dan membentuk jembatan cair antar

partikel. Pada saat penambahan bahan pengikat akan terjadi beberapa

tahapan hingga terbentuknya granul. Cairan pada proses granulasi akan

berfungsi sebagai pengikat yang akan bahan pengikat.

3. Tahap Granulasi merupakan suatu proses pembentukan partikel-partikel

besar yang disebut granul dari suatu partikel serbuk yang memiliki daya

ikat. Proses granulasi menggunakan dua metode yaitu 1). granulasi basah

(29)

membasahi massa dengan cairan pengikat sampai pada tingkat kebasahan

tertentu lalu digranulasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses

granulasi basah diantaranya jumlah bahan pengikat yang ditambahkan,

waktu pencampuran bahan pengikat, dan lama pengeringan granul. 2)

granulasi kering (dry granulation). Metode granulasi kering dilakukan

tanpa menggunakan bahan pengikat basah. Pembuatan granul dilakukan

secara mekanis menggunakan alat mesin, dimana massa dikempa dengan

tekanan besar menjadi slug (bongkahan kompak) atau dengan alat roller

compaction dimana massa yang dikempa dengan tekanan besar menjadi

lempengan-lempengan.

Dari ketiga tahap tersebut dalam penelitian ini bahan perekat yang akan

digunakan yaitu tanah liat, sedangkan bahan pengikat yang akan digunakan yaitu

air, dan metode granulasi yang akan digunakan yaitu granulasi basah.

Menurut Niwa Utari, dkk. (2014) Jenis perekat yang paling optimal untuk

pembuatan pupuk organik granul yaitu tanah liat dengan perbandingan persentase

pupuk organik curah dengan tanah liat adalah 89% berbanding 11%. Pupuk

organik granul dengan perekat tanah liat dan tepung tapioka dapat mencegah

overdosisnya tanaman terhadap pelepasan nutrisi secara mendadak dengan waktu

(30)

C. Budidaya sawi

Sawi merupakan salah satu jenis sayuran daun yang disukai oleh

konsumen Indonesia karena memiliki kandungan pro vitamin A dan asam

askorbat yang tinggi. Sawi (Brassica juncea L.) termasuk ke dalam famili

Brassicaceae. Tanaman ini termasuk jenis sayuran daun yang dapat tumbuh di

dataran rendah maupun di dataran tinggi. Tanaman sawi termasuk dalam famili

Cruciferae (Kubis-kubisan). Adapun Klasifikasi tanaman sawi atau sawi sebagai

berikut : Kingdom : Plantae Sub Kingdom : Tracheobionta Super-divisio :

Spermatophyta Divisio : Magnoliophyta Kelas : Magnoliophyta Sub-kelas :

Dilleniidae Ordo : Capparales Familia : Brassicaceae Genus : Brassica Spesies :

Brassica juncea (L.) Czern.

Tanaman sawi mempunyai akar tunggang (radix primaria) dan

cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar ke semua arah

pada kedalaman antara 30 - 50 cm batang sawi menurut Rahmat Rukmana (1994)

dalam Mohammad (2014), pendek sekali dan beruas-ruas, sehingga hampir tidak

kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun, daun

sawi berbentuk bulat atau bulat panjang (lonjong) ada yang lebar dan ada yang

sempit, ada yang berkerut-kerut (keriting), tidak berbulu,berwarna hijau muda,

hijau keputih- putihan sampai hijau tua, bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga

(Inflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak, dan biji

sawi berbentuk bulat kecil berwarna coklat atau coklat kehitam-hitaman. Selain

dalam melakukan budidaya sawi, ada beberapa syarat tumbuh yang harus di

(31)

Menurut Wiwin, dkk. (2007) tanaman sawi dapat tumbuh dan beradaptasi

pada hampir semua jenis tanah, baik pada tanah mineral yang bertekstur

ringan/sarang sampai pada tanah-tanah bertekstur liat berat dan juga pada tanah

organik seperti tanah gambut. Kemasaman (pH) tanah yang optimal bagi tanaman

sawi adalah antara 6-6,5 dengan temperatur optimum 15-20 ºC. Sedangkan

daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai

dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada

daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl. Tanaman

sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun.

1. Budidaya Tanaman

a. Varietas yang dianjurkan

Beberapa varietas atau kultivar sawi yang dianjurkan ditanam di dataran

rendah atau tinggi adalah LV.145 dan Tosakan, dan kebutuhan benih per hektar

sebesar 450-600 g.

b. Persemaian dan pembibitan

Dalam melakukan budidaya, kita juga harus memperhatikan teknik

persemaian dan pembibitan. Adapun teknik persemaian menurut Yuliani dan

Melissa (2013) langkah-langkah persemaian tanaman sawi sebagai berikut:

1) Persiapan benih, benih sawi terlebih dahulu diseleksi dengan cara

direndam pada air bersih, biji yang mengambang dibuang, karena biji

tersebut termasuk kualitas buruk.

2) Persemaian benih dilakukan menggunakan media arang sekam.

(32)

3) Dari dasar wadah, jarak tanam benih antar larikan 4 cm. Setelah

media tanam siap, biji sawi ditanam pada lubang tanam dengan jarak

0,5 cm dari permukaan media dan diberi kompos tipis sebagai unsur

hara bagi biji. Setiap lubang diisi 1-3 biji sawi. Lama persemaian

adalah 3 minggu atau setelah benih berdaun 3-4 helai dengan tinggi

awal tanaman yang seragam.

c. Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan berupa campuran tanah dengan

pupuk kandang. Masukan media ke dalam wadah sampai penuh. Sisakan

jarak sekitar 1 cm dari bibir wadah. Wadah tanam yang digunakan adalah

polybag yang berukuran 30x30 cm.

d. Pemupukan

Menurut Wiwin Setiawati, dkk. (2007) Pemupukan dasar berupa

pupuk kandang sebanyak 10 ton/ hektar (50 gram/polybag), Urea sebanyak

130 kg/hektar (0,65 gram/polybag), Sedangkan menurut Cahyono dalam

Asep Sandi (2015) pemupukan SP 36 sebanyak 73 kg/hektar

(0,37gram/polybag) dan kcl sebanyak 73 kg/hektar (0,37 gram/polybag).

Hal tersebut dilakukan ± 7 hari sebelum tanam. Pemupukan susulan sama

dengan pupuk dasar yakni memberikan setengah dosis dari sisa

(33)

e. Penanaman

Bibit yang telah berumur 3 minggu atau setelah benih berdaun 3-4

helai dengan tinggi awal tanaman yang seragam. Penanaman akan

dilakukan pagi atau sore hari.

f. Pemeliharaan

Penyiangan dan pengendalian gulma biasanya dilakukan 2-4 kali

selama masa penanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan

gulma pada polybag penanaman.. Pada fase awal pertumbuhan, perlu

penyiraman (pengairan) secara rutin 1-2 kali sehari, terutama bila keadaan

tanah cepat kering dan di musim kemarau. Pengairan selanjutnya

berangsur-angsur dikurangi, tetapi keadaan tanahnya tidak boleh

kekeringan. Waktu penyiraman (pengairan) sebaiknya pagi hari atau sore

hari. Penyulaman dilakukan 1 hari setelah tanam sampai umur tanaman

berusia dua minggu. Bibit yang tidak tumbuh, rusak, dan mati harus segera

diganti dengan bibit baru (disulam). Penyulaman dilakukan maksimal dua

minggu setelah tanam.

g. Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)

Untuk mencegah timbulnya hama dan penyakit, perlu diperhatikan

sanitasi lahan, drainase yang baik dan apabila diperlukan tanaman dapat

disemprot dengan menggunakan pestisida. Adapun beberapa organisme

pengganggu tanaman (OPT) yang sering meyerang tanaman sawi sebagai

(34)

1) Ulat Tanah (Agrotis sp.)

Berwarna coklat sampai coklat kehitaman, menyerang tanaman

yang masih kecil/muda setelah ditanam di lahan. Serangan biasanya

terjadi pada malam hari, hal tersebut disebabkan karena ulat ini takut

sinar matahari. Pangkal batang tanaman yang masih sangat sukulen

digerek hingga putus, akibatnya tanaman mati karena sudah tidak

memiliki titik tumbuh. Apabila ditemukan gejala awal serangan, segera

berantas dengan insektisida berbentuk butiran (granul). Caranya dengan

menaburkan sedikit insektisida tersebut di samping pokok tanaman,

dengan dosis 0,3 - 0,4 gr per tanaman atau 6 kg insektisida granul per

hektar. Insektisida granul yang dapat diaplikasikan di antaranya Furadan

3 G dan Curater 3 G.

2) Ulat Grayak (Spodoptera litura dan Spodoptera exigua)

Spodoptera litura berukuran sekitar 15-25 mm, berwarna hijau tua

kecoklatan dengan totol-totol hitam di setiap ruas buku badannya.

Sedangkan Spodoptera exigua, mempunyai ukuran yang sama dengan

Spodoptera litura tetapi warna tubuhnya hijau sampai hijau muda tanpa

totol-totol hitam di ruas buku badannya. Kedua jenis ulat ini sering

menyerang tanaman dengan cara memakan daun hingga menyebabkan

daun berlubang-lubang terutama pada daun muda. Apabila tanaman

ditemukan telah terserang ulat ini, segera semprot dengan insektisida yang

tepat yaitu Matador 25 EC, Curacron 500 EC dan Buldok 25 EC. Dosis

(35)

3) Leaf Miner (Liriomyza sp.)

Serangga ini termasuk hama penggorok daun. Serangga dewasa

meletakkan telur di daun, selanjutnya larva yang berukuran sangat kecil

masuk ke dalam daun. Larva ini memakan daging daun dan hanya

menyisakan kulit daunnya. Akibatnya, di permukaan daun tampak bercak

kuning kecoklatan melingkar-lingkar ke segala arah yang sebenarnya

merupakan jalur larva memakan daging daun. Bila sudah nampak gejala

serangan, segera semprot dengan insektisida sistemik karena sasaran hama

berada di dalam daging daun. Insektisida sistemik yang dapat digunakan di

antaranya Trigard 75 WP dan Proclaim 5 SG. Dosis penggunaannya sesuai

dengan anjuran yang terdapat pada label kemasan.

4) Penyakit Busuk Daun (Phytoptora sp.)

Gejala serangan ditandai dengan bercak basah coklat kehitaman di

daun. Bentuk bercak tidak beraturan, awalnya kecil, lalu melebar dan

akhirnya busuk basah. Serangan akan semakin parah jika suhu dan

kelembaban udara terlalu tinggi. Umumnya kondisi ini terjadi ketika hujan

sehari diikuti panas atau terik pada beberapa hari berikutnya. Bila sudah

tampak gejala serangan, segera semprot dengan fungisida yang tepat yaitu

Bion M 1/48 WP, Topsin M 70 WB dan Kocide 60 WDG. Dosis yang

(36)

5) Penyakit Akar Gada (Plasmodiophora brassicae)

Penyakit ini menyerang perakaran tanaman. Gejala serangan

ditunjukkan dengan tanaman tampak layu hanya pada siang hari yang

cerah dan panas. Sebaliknya, pada pagi hari kondisi tanaman segar.

Pertumbuhan tanaman yang terserang penyakit ini akan terhambat.

Apabila tanaman dicabut, akan tampak benjolan-benjolan besar seperti

kanker di perakarannya. Bila tanaman sudah terserang penyakit ini,

seharusnya dilakukan pemberantasan. Sampai saat ini belum ditemukan

fungisida untuk memberantas penyakit akar gada, khususnya setelah

tanaman terserang. Dengan demikian hal yang perlu diperhatikan adalah

melakukan pengawasan dan pencegahan.

6) Panen dan Pasca Panen

Panen dapat dilakukan setelah tanaman berumur 45–50 hari dengan

cara mencabut atau memotong pangkal batangnya. Tanda sawi siap panen

daun dan pelepah muda berukuran besar (maksimal) dan cukup keras

tetapi belum berbunga. Pemanenan yang terlambat dilakukan

menyebabkan tanaman cepat berbunga. Tanaman yang baru dipanen

ditempatkan di tempat yang teduh, dan dijaga agar tidak cepat layu dengan

cara diperciki air. Penyimpanan bisa mengggunakan wadah berupa

keranjang bambu, wadah plastik atau karton yang berlubang-lubang untuk

(37)

D. Hipotesis

Perlakuan 0,32 gram urea/ tanaman + 1,05 gram pupuk granul limbah ikan

laut/tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman sawi varietas

tosakan. Hal ini berdasarkan hasil penelitian Yudi Sastro (2010) pupuk organik

granul (POG) berbahan baku limbah organik pasar mampu mengurangi takaran

pemupukan NPK hingga 50% pada sawi, selada, dan kangkung dan berkisar 25%

(38)

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni 2016 - 15 Juli 2016 di Green House

Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih sawi varietas

tosakan, limbah ikan laut, tanah liat, pupuk Urea, SP36, KCl, tanah regosol,

bambu dan polybag.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu timbangan analitik, panci,

kompor, tampah, penggaris, dan oven.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode rancangan lingkungan RAL

(Rancangan Acak Lengkap) perlakuan tunggal yang terdiri dari 5 perlakuan,

masing-masing perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 15 unit percobaan

setiap unit percobaan terdapat 3 tanaman, sehingga terdapat 45 tanaman. Adapun

beberapa perlakuan percobaan sebagai berikut:

P1 : 0,65 gram Pupuk Urea/tanaman

P2 : 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman

(39)

D. Cara Penelitian

Cara penelitian yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan tepung ikan

Pembuatan pupuk organik granul dilakukan di Green house Fakultas

Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan cara sebagai

berikut,

Seperti yang dilakukan Murwanto (2000) dalam Achmad Fathony (2015)

yaitu :

a. Perebusan bahan baku dengan bantuan alat perebus sekitar 2-5 menit

untuk menghilangkan lemak.

b. Pencacahan limbah ikan laut menjadi potongan-potongan sesuai

ukuran yang telah ditentukan.

c. Pengeringan bahan baku yang telah mengalami proses pencacahan.

d. Penggilingan bahan baku yang telah dikeringkan dan hasil dari proses

ini adalah tepung ikan yang sudah sesuai ukuran yang diinginkan.

2. Pembuatan granul

Proses pembuatan granul menurut Niwa Utari, dkk. (2014) adalah

sebagai berikut :

(40)

3. Pembuatan Sungkup

Pembuatan sungkup menggunakan plastik dan bambu dengan ukuran

panjang 5 meter dan lebar 2 meter.

4. Penyemaian benih

Penyemaian benih dilakukan oleh rumah pembibitan yang berada di

Kabupaten Sleman (Trubus)

5. Persiapan Media Tanam

Persiapam media tanam dilakukan di Green House Fakultas

Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Persiapan media yang

dilakukan adalah dengan mencampur tanah dengan pupuk kandang dan

pupuk anorganik. Sebelum tanah dimasukkan ke dalam polybag ada

beberapa hal yang harus dilakukan yaitu sebagai berikut :

a. Mengambil tanah lalu dikering anginkan ± 2 minggu di dalam Green

House. Setelah itu tanah disaring untuk memisahkan antar batu dan

tanah.

b. Tanah yang sudah disaring dimasukkan ke dalam polybag lalu

ditimbang 8 kg/polybag.

c. Pupuk yang digunakan berupa Urea, SP36, KCl, dan Pupuk Granul

Limbah Ikan Laut.

d. Pupuk Urea dan Pupuk Granul Limbah Ikan Laut diberikan sesuai

dengan perlakuan penelitian. Sedangkan pupuk SP6 dan KCl diberikan

(41)

e. Dosis pupuk dasar diberikan ½ jumlah perlakuan dan kemudian pupuk

susulan diberikan ½ jumlah sisa perlakuan setelah 2 minggu setelah

tanam.

f. Polybag yang berisi tanah dicampur rata dengan pupuk sesuai dengan

perlakuan penelitian. Setelah itu tanah yang telah tercampur di

inkubasi selama 1 minggu.

6. Penanaman

Penanaman dilakukan dengan memindahkan bibit yang telah

disemai ke dalam polybag. Bibit sawi varietas tosakan yang digunakan

berusia 3 minggu atau setelah berdaun 3-4 helai dengan tinggi awal

tanaman yang seragam.

7. Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi penyiangan, pengendalian gulma,

penyiraman, pemupukan susulan, penyulaman dan pengendalian

organisme pengganggu tanaman.

a. Penyiangan dan pengendalian gulma

Dilakukan 2-4 kali selama masa penanaman sawi, disesuaikan dengan

kondisi keberadaan gulma pada polybag penanaman.

b. Penyiraman

Pada fase awal pertumbuhan, perlu penyiraman (pengairan) secara

rutin 1-2 kali sehari, terutama bila keadaan tanah cepat kering dan di

(42)

tetapi keadaan tanahnya tidak boleh kekeringan. Waktu penyiraman

(pengairan) sebaiknya pagi hari atau sore hari

c. Pemupukan susulan

Pemupukan susulan dilakukan saat tanaman berusia 2 minggu setelah

penanaman. Dosis pemupukan susulan disesuaikan dengan perlakuan

penelitian pupuk susulan diberikan ½ jumlah sisa perlakuan.

d. Penyulaman

Penyulaman dilakukan 1 hari setelah tanam sampai umur tanaman

berusia dua minggu. Bibit yang tidak tumbuh, rusak, dan mati harus

segera diganti dengan bibit baru (disulam). Penyulaman dilakukan

maksimal dua minggu setelah tanam.

e. Pengendalian organisme pengganggu tanaman

Untuk mencegah timbulnya hama dan penyakit, perlu diperhatikan

sanitasi, drainase yang baik dan apabila diperlukan tanaman dapat

disemprot dengan menggunakan pestisida.

8. Panen

Pemanenan dilakukan saat berusia 45–50 hari setelah tanam.

Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh tanaman beserta

akarnya. Tanda sawi siap panen daun dan pelepah muda berukuran besar

(43)

E. Parameter Pengamatan 1. Tinggi tanaman

Pengamatan tinggi tanaman dilakukan 3 hari sekali dengan

menggunakan penggaris atau meteran dengan satuan cm. Tinggi tanaman

diukur mulai dari pangkal tanaman hingga ujung tanaman atau batang

paling tinggi.

2. Jumlah daun

Pengamatan jumlah daun diamati setiap 3 hari sekali. Pengamatan

dilakukan dengan menghitung jumlah daun yang tumbuh pada masing-

masing tanaman dengan satuan helai.

3. Luas Daun

Pengamatan luas daun dihitung dengan menggunakan LAM (Leaf

Area Meter) dan dapat diketahui luas daunnya. Perhitungan luasan daun

dilakukan pada saat pengamatan selesai tanaman di panen.

4. Berat segar tanaman

Pengamatan berat segar tanaman dilakukan setelah panen.

Pengamatan berat segar tanaman meliputi berat segar akar dan berat segar

daun. Berat segar dihitung dengan menggunakan timbangan analitik

dengan satuan gram.

5. Berat kering tanaman

Pengamatan berat kering tanaman dilakukan setelah tanaman

dikering anginkan ataupun dioven. Pengamatan berat kering tanaman

meliputi kering akar dan kering daun. Berat kering dihitung dengan

(44)

F. Analisis Data

Hasil pengamatan disidik ragam pada taraf nyata 5%. Jika terdapat

(45)

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Pengaruh Pupuk Granul Limbah Ikan Laut terhadap Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, dan Luas daun

Dari hasil sidik ragam terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, dan luas

daun menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji Jarak

Ganda Duncan 5% disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Uji Jarak Ganda Duncan (UJGD) 5% terhadap Tinggi Tanaman (cm), Jumlah Daun (helai), dan Luas Daun (cm²) 41 HST

Perlakuan Tinggi Tanaman Jumlah Daun Luas Daun (cm) (helai) (cm²)

P1= 0,65 gram Urea/tanaman 42, 289 b 22, 222 b 2358, 5 b

P2= 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman 49, 289 a 25, 222 a 3512, 2 a

P3= 0,16 gram Urea/tanaman + 1,58 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman 43, 222 b 21, 889 b 2319, 9 bc

P4= 0,32 gram Urea/Tanaman + 1,05gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman 42, 556 b 22, 778 b 1957, 2 c

P5= 0,48 gram Urea/tanaman + 0,52 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman 45, 289ab 24, 278 ab 2458, 2 b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf sama pada kolom masing masing perlakuan menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata.

Hasil UJGD 5% tertinggi terhadap tinggi tanaman ditunjukkan pada

pengaruh perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman

tetapi berbeda tidak nyata dengan pengaruh perlakuan (P5) 0,48 gram Urea/

Tanaman + 0,52 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut /tanaman. Namun

pengaruh perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/ tanaman

nyata lebih tinggi daripada pengaruh perlakuan (P1) 0,65 gram Urea/tanaman,

pengaruh perlakuan (P4) 0,32 gram Urea/tanaman + 1,5 gram Pupuk Granul

(46)

1,58 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman. Jadi hasil terbaik ada pada

pengaruh perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman.

Hasil UJGD 5% tertinggi terhadap jumlah daun ditunjukkan pada

pengaruh perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman

tetapi berbeda tidak nyata dengan pengaruh perlakuan (P5) 0,48 gram Urea/

Tanaman + 0,52 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut /tanaman. Namun

pengaruh perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/ tanaman

nyata lebih tinggu daripada pengaruh perlakuan (P3) 0,16 gram Urea/tanaman +

1,58 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut, pengaruh perlakuan (P1) 0,65 gram

Urea/tanaman, dan pengaruh perlakuan (P4) 0,32 gram Urea/tanaman + 1,5 gram

Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman. Hasil terbaik didapatkan pada

pengaruh perlakuan P2 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman.

pengaruh perlakuan (P5) 0,48 gram Urea/ Tanaman + 0,52 gram Pupuk Granul

Limbah Ikan Laut /tanaman.

Hasil UJGD 5% tertinggi terhadap luas daun ditunjukkan pada pengaruh

perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman nyata lebih

luas daripada pengaruh perlakuan (P4) 0,32 gram Urea/tanaman + 1,5 gram Pupuk

Granul Limbah Ikan Laut/tanaman, pengaruh perlakuan (P3) 0,16 gram

Urea/tanaman + 1,58 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut, pengaruh perlakuan

(P1) 0,65 gram Urea/tanaman, dan pengaruh perlakuan (P5) 0,48 gram Urea/

(47)

Hasil UJGD 5% pada pada pengaruh perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk

Granul Limbah Ikan Laut/tanaman ternyata memiliki hasil tinggi tanaman,

jumlah, daun dan luas daun yang lebih tinggi. Pupuk granul limbah ikan laut

merupakan limbah perikanan laut yang berasal dari kulit, tulang, kepala, ekor, dan

jeroan. Selain itu Pupuk Granul Limbah Ikan Laut merupakan tambahan bahan

organik yang berfungsi sebagai (1) Mengubah struktur tanah, (2) meningkatkan

daya serap dan daya simpan tanah terhadap air, dan (3) memperbaiki kehidupan

mikroorganisme tanah Marsono (2001).

Hal ini menunjukkan bahwa pada perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul

Limbah Ikan Laut/tanaman kandungan Nitrogen sebesar 14,19% mampu

menyuplai kebutuhan Nitrogen tanaman sawi. Nitrogen merupakan pembentuk

protein, asam nukleat, klorofil dan secara umum untuk pertumbuhan tanaman

(Adams et al. 1995 dalam Liferdi 2016). Menurut Tisdale (1965) dalam Fajar

Arifin (2013) N merupakan unsur penting dalam pertumbuhan tanaman.

Peningkatan ketersediaan unsur N dengan meningkatnya dosis pupuk N

berpengaruh baik terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman. Pada fase

pertumbuhan vegetatif, tanaman membutuhkan banyak N terutama untuk

pembentukan batang dan daun.

Hal ini didukung dengan hasil penelitian Budi, dkk. (2009) bahwa

peningkatan serapan N tanaman akan diikuti oleh peningkatan tinggi tanaman,

jumlah daun, bobot segar, bobot kering tanaman dan kadar N tanaman. Adanya

hubungan tersebut karena fungsi unsur N sangat bermanfaat pada fase vegetatif.

(48)

sejumlah senyawa organik penting, seperti asam amino, protein, nucleoprotein,

berbagai enzim, purin, dan primidin yang sangat dibutuhkan untuk pembesaran

dan pembelahan sel, sehingga pemberian nitrogen optimum dapat meningkatkan

pertumbuhan vegetatif tanaman.

Nitrogen merupakan unsur hara yang bersifat mudah bergerak (mobile)

dan berubah bentuk menjadi gas dan unsur lain serta hilang melalui penguapan

(volatilisasi) dan pencucian (leaching). Nitrogen hadir di lingkungan dalam

berbagai bentuk kimia termasuk nitrogen organik, ammonium (NH4+), nitrit

(NO2), nitrat (NO3-), dan gas nitrogen (N2). Bentuk Nitrogen yang dapat

digunakan oleh tanaman adalah ion nitrat (NO3-) dan ion ammonium (NH4+).

Oleh karena itu diduga unsur Nitrogen yang terkandung didalam Pupuk Granul

Limbah Ikan Laut diserap oleh akar tanaman sawi dalam bentuk ion ammonium

(NH4+). Hal ini disebabkan Pupuk Granul Limbah Ikan laut merupakan bahan

organik yang berasal dari hewan mati.

Proses pembentukan amonifikasi menjadi ion (NH4+) dapat terjadi apabila

bahan organik pembentuknya berasal dari tumbuhan dan hewan yang mati.

Nitrogen organik dalam tumbuhan dan hewan mati diubah menjadi ion

ammonium (NH4+) oleh bakteri dan jamur. Ion-ion ini kemudian membentuk

material kompleks seperti asam-asam amino dan asam-asam nukleat yang dapat

langsung diserap dan digunakan oleh tanaman. Menurut Mengel dan Kirby (1987)

serta Rosmarkam dan Yuwono (2002) dalam Silvikultur (2016) pada pH tanah

yang rendah ion nitrat lebih cepat diserap oleh tanaman dibandingkan ion

(49)

cepat dibandingkan ion nitrat dan pada pH netral kemungkinan penyerapan

keduanya berlangsung seimbang.

Penyerapan unsur hara (ion-ion NH4+) oleh akar melalui dua cara yakni

aliran massa air dan difusi. Aliran massa merupakan air yang mengalir kearah

akar atau melalui akar itu sendiri. Air tanah yang mengalir ini mengandung unsur

hara (ion amonium NH4+). Sedangkan difusi merupakan sebuah pergerakan

partikel yang bukan disebabkan oleh pergerakan air, namun akibat adanya

perbedaan konsentrasi dalam akar dan diluar akar tanaman, dimana zat akan

bergerak dari tempat yang konsentrasinya tinggi ke tempat yang konsentrasinya

rendah. Dalam hal ini, unsur hara bergerak masuk ke dalam akar tanaman karena

konsentrasi dalam tanaman lebih tinggi dari konsentrasi tanah. Setelah itu air dan

unsur hara (NH4+) diserap oleh akar dalam bentuk ion melalui proses aliran massa

air dan difusi lalu di angkut oleh jaringan pembuluh xylem dan hasil fotosintesis

dibagikan oleh pembuluh floem ke seluruh bagian tanaman berupa larutan

organik. Sehingga N yang terkandung dalam Pupuk Granul Limbah Ikan laut

diserap dan digunakan oleh tanaman proses pembentukan protein, asam nukleat,

klorofil dan secara umum untuk pertumbuhan tanaman. Buckman dan Brady

(1982) dalam Agni dkk. (2016) menambahkan bahwa unsur nitrogen bermanfaat

untuk pertumbuhan vegetatif tanaman yaitu pembentukan sel-sel baru seperti

daun, cabang dan mengganti sel-sel yang rusak. Hal ini diperkuat dengan hasil

penelitian Noveritta (2016) perlakuan pemberian pupuk nitrogen berpengaruh

(50)

Bila pasokan N cukup, daun tanaman akan tumbuh besar dan memperluas

permukaan yang tersedia untuk proses fotosintesis. Pasokan nitrogen yang tinggi

akan mempercepat pengubahan karbohidrat menjadi protein dan dipergunakan

menyusun dinding sel. Pada sisi lain, bila pasokan N terlalu besar, peningkatan

ukuran sel dan penambahan ketebalan dinding menyebabkan daun dan batang

tanaman lebih sukulen dan kurang keras (Marschner, 1986 dalam Fajar Arifin

dkk., 2010). Berdasarkan penelitian Kadarwati (2006 ) dalam Ikrar Nusantara

(2016) dapat diketahui bahwa nitrogen merupakan unsur hara makro yang paling

banyak dibutuhkan tanaman dan unsur nitrogen sangat berperan dalam fase

vegetatif tanaman. Sejalan dengan hasil penelitian (Humphries dan wheeler 1963)

dalam Gardner dkk. (1985) bahwa pemupukan nitrogen mempunyai pengaruh

nyata terhadap peluasan daun, terutama pada lebar dan luas daun. Tanaman akan

meningkatkan laju pertumbuhan daunnya supaya bisa menangkap cahaya secara

maksimal sehingga proses fotosintesis di dalam daun dapat berjalan dengan lancar

(Setyanti,2013 dalam Putri Bella, 2016).

Selain itu dalam pupuk granul Limbah Ikan laut terdapat kandungan P

sebesar 9,97% yang sangat berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman sawi.

Menurut, Hardjowigeno (2003) unsur-unsur P di dalam tanah berasal dari bahan

organik (pupuk kandang dan sisa-sisa tanaman), pupuk buatan (TSP dan

DS) dan mineral-mineral di dalam tanah (apatit). Peranan fosfat yang penting

ialah dalam proses fotosintesis, perubahan-perubahan karbohidrat dan

senyawa-senyawa yang berhubungan dengannya, glikolisis, metabolisme asam amino,

(51)

dalam proses hidup. Fosfor betul-betul merupakan unsur yang sangat penting

dalam proses transfer energi, suatu proses vital dalam hidup dan pertumbuhan

(Leiwakabessy dkk., 2003 dalam Nur Hikmah 2009). Hal ini didukung hasil

penelitian Liferdi (2010) Fosfor memberikan pengaruh nyata terhadap

pertumbuhan bibit manggis, terutama untuk peubah tinggi tanaman, panjang

cabang, jumlah cabang, dan jumlah daun.

Pupuk Granul Limbah Ikan Laut merupakan tambahan bahan organik bagi

tanaman sawi. Bahan organik yang terkandung di dalam Pupuk Granul Limbah

Ikan Laut merupakan salah satu asal unsur-unsur P yang di butuhkan oleh

tanaman. Tanaman menyerap unsur hara Phospor dalam bentuk ion ortofosfat. Ion

ortofosfat terbentuk melalui enzim fosfatase yang dihasilkan oleh berbagai

mikroba yang berada dalam tanah. Ion ortofosfat diserap oleh akar melalui proses

difusi yakni merupakan sebuah pergerakan partikel yang bukan disebabkan oleh

pergerakan air, namun akibat adanya perbedaan konsentrasi dalam akar dan diluar

akar tanaman, dimana zat akan bergerak dari tempat yang konsentrasinya tinggi

ke tempat yang konsentrasinya rendah. Setelah itu air dan unsur hara diserap oleh

akar dalam bentuk ion melalui proses difusi lalu diangkut oleh jaringan pembuluh

xylem dan hasil fotosintesis dibagikan oleh pembuluh floem ke seluruh bagian

tanaman berupa larutan organik. Ukuran dan kerapatan meristem perakaran sangat

penting dalam proses penyerapan unsur hara P.

Selain kandungan N dan P dalam limbah ikan laut terdapat kandungan

unsur K sebesar 0,43% yang bermanfaat bagi tanaman sawi. Menurut Gardner

(52)

langsung meningkatkan pertumbuhan dan indeks luas daun, dan karenanya juga

meningkatkan asimilasi CO² serta meningkatkan translokasi hasil fotosintesis

keluar daun (Wolf dkk., 1976) dalam Gardner dkk., (1985). Produk fotosintesis

digunakan untuk cadangan makanan, struktur, respirasi, dan pertumbuhan. Unsur

hara K dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang besar, terbesar kedua setelah

unsur hara N. Unsur K siap diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+.

Di dalam tubuh tanaman kalium bukanlah sebagai penyusun jaringan

tanaman, tetapi lebih banyak berperan dalam proses metabolisme tanaman seperti

mengaktifkan kerja enzim, membuka dan menutup stomata (dalam

pengaturan penguapan dan pernapasan), transportasi hasil-hasil fotosintesis

(karbohidrat), meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan dan

penyakit tanaman. Sejalan dengan hasil penelitian Bambang dkk. (2016) bahwa

perlakuan dosis pupuk kalium meningkatkan luas daun, dan berat brangkasan

kering. Penyerapan unsur hara K oleh tanaman dalam bentuk ion K+ melalui

proses aliran massa dan difusi. Setelah itu air dan unsur hara diserap oleh akar

dalam bentuk ion melalui proses difusi lalu di angkut oleh jaringan pembuluh

xylem dan hasil fotosintesis dibagikan oleh pembuluh floem ke seluruh bagian

tanaman berupa larutan organik.

Tabel 2 juga memperlihatkan hasil tinggi tanaman, jumlah daun, dan luas

daun terendah ditunjukkan oleh pengaruh perlakuan (P1) 0,65 gram

Urea/tanaman, pengaruh perlakuan (P3) 0,16 gram Urea/tanaman + 1,58 gram

Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman, dan pengaruh perlakuan (P4) 0,32

(53)

Diduga hal ini dikarenakan sifat Urea yang tidak menguntungkan menurut

Hardjowigeno (1995) dalam Nitha (2010) tingkat kehilangan N didalam tanah

cukup tinggi akibat dari sifat nitrogen yang sangat mobile, hilangnya nitrogen

dalam tanah disebabkan oleh (1) digunakan sendiri oleh tanaman dan juga

sebagian digunakan mikroorganisme tanah untuk aktivitas metabolisme, (2)

Nitrogen dalam bentuk NH4+ dapat diikat oleh mineral liat sehingga tidak dapat

digunakan oleh tanaman, (3) Nitrogen dalam bentuk NO3- rendah karena mudah

dicuci oleh bagian bawa perakaran dan masuk kedalam ground water.

Hal ini menunjukkan bahwa jika unsur hara nitrogen dalam Urea tersedia

dalam bentuk NH4+ maka akan diikat oleh mineral liat sehingga tidak dapat

digunakan oleh tanaman. Namun jika unsur nitrogen dalam Urea tersedia dalam

bentuk NO3- maka akan mengalami proses pencucian (leaching) dan juga karena

sifat urea yang higroskopis mudah larut dalam air. Untuk dapat diserap tanaman

Urea harus mengalami proses amonifikasi dan nitrifikasi terlebih dahulu. Cepat

dan lambatnya perubahan bentuk amide dari Urea ke bentuk senyawa N yang

dapat diserap tanaman sangat tergantung pada beberapa faktor antara lain

populasi, aktifitas mikroorganisme, kadar air dari tanah, temperatur tanah dan

banyaknya pupuk Urea yang diberikan.

Pupuk Granul Limbah Ikan Laut merupakan tambahan bahan organik bagi

tanaman. Bentuk granul dalam limbah ikan laut memiliki kelebihan dibandingkan

pupuk Urea yaitu memiliki kepadatan tertentu sehingga tidak mudah diterbangkan

angin, terbawa air dan proses pelepasan bahan aktif lebih lambat (slow release).

(54)

0

mampu mencukupi kebutuhan unsur hara Nitrogen Sawi.

Hasil ini sejalan dengan Engelstad (1997) mengatakan bahwa pemberian

optimal dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan pertumbuhan

tanaman, meningkatkan sintesis protein, pembentukan klorofil yang menyebabkan

warna daun menjadi hijau, dan meningkatkan laju pertumbuhan tanaman. Diduga

juga bahwa unsur hara P dan K pada tanaman sawi sudah mencukupi. Hal ini

dikarenakan semua perlakuan penelitian diberikan unsur hara P dan K sesuai

dengan kebutuhan tanaman sawi. Sedangkan kandungan unsur hara P dan K yang

terkandung didalam Pupuk Granul Limbah Ikan laut merupakan tambahan nutrisi

bagi tanaman sawi

Pola pertumbuhan tinggi tanaman sawi dari hari ke 3 sampai ke 39 dapat

(55)

Berdasarkan gambar 2, pengaruh perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul

Limbah Ikan Laut/ tanaman dan pengaruh perlakuan (P5) 0,48 gram Urea/

Tanaman + 0,52 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut /tanaman memiliki laju

pertumbuhan tanaman yang lebih baik. Pengaruh perlakuan P2 sudah terjadi pada

hari ke 6 hingga hari ke 39 sedangkan pengaruh perlakuan P5 mulai terjadi pada

hari ke 18 hingga ke 39. Pada pengaruh perlakuan (P3) 0,16 gram Urea/tanaman

+ 1,58 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut, pengaruh perlakuan (P4) 0,32 gram

Urea/tanaman + 1,5 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman, dan ,

pengaruh perlakuan (P1) 0,65 gram Urea/tanaman cenderung memiliki laju

pertumbuhan yang hampir sama dari hari ke 18 hingga hari ke 39. Penambahan

tinggi tanaman yang cukup signifikan diduga dikarenakan semua perlakuan

tanaman sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan. Selain itu tanaman sudah

mampu menyerap hara yang terkandung di dalam perlakuan pupuk urea maupun

pupuk granul limbah ikan laut.

Berdasarkan Gambar 3, pengaruh perlakuan (P2) 14,7 gram Pupuk Granul

Limbah Ikan Laut/ tanaman dan pengaruh perlakuan (P5) 0,48 gram Urea/

Tanaman + 0,52 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut /tanaman memiliki laju

pertumbuhan tanaman yang lebih baik. Pengaruh perlakuan P2 sudah terlihat pada

hari ke 33 hingga 39 sedangkan pada pengaruh perlakuan P5 sudah terlihat pada

hari ke 15 hingga hari ke 36. Pada pengaruh perlakuan (P3) 0,16 gram

Urea/tanaman + 1,58 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut, pengaruh perlakuan

(P4) 0,32 gram Urea/tanaman + 1,5 gram Pupuk Granul Limbah Ikan

(56)

0 memiliki laju pertumbuhan yang hampir sama dari hari ke 18 hingga hari ke 39.

Penambahan jumlah daun diduga karena kandungan unsur hara nitrogen yang

mampu memacu pertumbuhan dan penambahan daun pada tanaman sawi.

Peningkatan ketersediaan unsur N dengan meningkatnya dosis pupuk N

berpengaruh baik terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman. Pada fase

pertumbuhan vegetatif, tanaman membutuhkan banyak N terutama untuk

pembentukan batang dan daun.

Pola pertumbuhan jumlah daun pada tanaman sawi dari hari ke 3 sampai

hari ke 39 dapat dilihat pada gambar 3.

(57)

0

Limbah Ikan Laut/ tanaman memiliki luas daun tertinggi dari setiap ulangannya.

Sedangkan luas daun terendah pada pengaruh perlakuan (P4) 0,32 gram

Urea/tanaman + 1,5 gram Pupuk Granul Limbah Ikan Laut/tanaman.

Hal ini diduga karena pengaruh dari kandungan nitrogen yang berada di

limbah ikan laut sebesar 14,19 % yang mampu memacu pertumbuhan luas daun

tanaman sawi. Bila pasokan N cukup, daun tanaman akan tumbuh besar dan

memperluas permukaan yang tersedia untuk proses fotosintesis. Pasokan nitrogen

yang tinggi akan mempercepat pengubahan karbohidrat menjadi protein dan

dipergunakan menyusun dinding sel. Sejalan dengan hasil penelitian (Humphries

dan wheeler 1963) dalam Gardner dkk. (1985) bahwa pemupukan nitrogen

mempunyai pengaruh nyata terhadap peluasan daun, terutama pada lebar dan luas

daun. Pola pertumbuhan luas daun pada tanaman sawi pada setiap perlakuan dapat

dilihat pada gambar 4.

Gambar

Tabel 1. Hasil Analisis Pupuk Granul Limbah Ikan Laut dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta
Gambar 1. Proses
Tabel 2. Hasil Uji Jarak Ganda Duncan   (UJGD) 5% terhadap Tinggi Tanaman     (cm), Jumlah Daun (helai), dan Luas Daun (cm²) 41 HST
Gambar 2. Grafik Tinggi Tanaman
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, aplikasi dan panduan Analisis Kebutuhan Siswa Menggunakan SMS Bagi Konselor Sekolah telah memenuhi kriteria akseptabilitas pengguna dan ahli sehingga

❑ Sebagian besar (lebih separuh) hasil/ output litbang Sosial Humainora dan Pendidikan yang disampaikan menjadi dasar/pertimbangan untuk regulasi / kebijakan atau

(2) Pengelolaan Arsip Inaktif bagi arsip yang memiliki jangka simpan kurang dari 10 (sepuluh) tahun dilaksanakan oleh Unit Kearsipan unit utama, pusat-pusat, dan

Dalam penelitian ini limbah ikan laut akan dijadikan sebagai sumber pupuk N-organik yang dibuat dalam bentuk granul dan akan diaplikasikan pada tanaman

Penelitian ini merupakan penelitian R & D (Penelitian dan Pengembangan) yang meliputi tiga tahap penelitian yaitu: 1) Studi Pendahuluan, 2) Pengembangan bahan

Hasil wawancara yang dilakukan kepada kepala desa membuktikan bahwa di desa Cilandak terdapat Tim pengembang kebijakan pengelolaan desa berbasis kearifan lokal. Bukti

Ayat pendukung yang menjelaskan hal serupa bahwa dalam proses awal pembentukan janin melalui tahap nutfah atau air mani yaitu: surah At-Taariq (86:6), “ dia

Pada baterai, karbon aktif digunakan sebagai bahan anoda baterai litium dimana kemampuan sebagai karbon aktif dalam menyerap energi sangat baik karena memiliki luas