• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kelengkapan Pemberian Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaramai Kota Medan Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kelengkapan Pemberian Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaramai Kota Medan Tahun 2013"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KELENGKAPAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS SUKARAMAI KOTA MEDAN TAHUN 2013

TESIS

Oleh

Maimunah. R 107032226/IKM

PRORAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

THE INFLUENCE OF SOCIAL SUPPORT ON THE COMPLETENESS OF BASIC IMMUNIZATION ADMINISTRATION IN THE WORKING AREA

OF PUSKESMAS SUKARAMAI, THE CITY OF MEDAN IN 2013

THESIS

By

Maimunah. R 107032226/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KELENGKAPAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS SUKARAMAI KOTA MEDAN TAHUN 2013

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

Maimunah. R 107032226/IKM

PRORAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Judul Tesis : PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL

TERHADAP KELENGKAPAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKARAMAI KOTA MEDAN TAHUN 2013

Nama Mahasiswa : Maimunah. R Nomor Induk Mahasiswa : 107032226

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D) (dr. Ria Masniari Lubis, M.Si)

Ketua Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 28 Mei 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D Anggota : 1. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si

(6)

PERNYATAAN

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KELENGKAPAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS SUKARAMAI KOTA MEDAN TAHUN 2013

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2013 Penulis

(7)

ABSTRAK

Imunisasi dasar lengkap adalah pemberian lima vaksin imunisasi sesuai jadwal yang telah ditentukan untuk bayi di bawah satu tahun. Pentingnya imunisasi untuk bayi yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindung dari beberapa penyakit berbahaya dan akan mencegah penularan.

Jenis penelitian adalah survey explanatory yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial terhadap kelengkapan pemberian imunisasi dasar. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita usia 1-2 tahun yang masih bersuami di wilayah kerja Puskesmas Sukaramai Kota Medan yang berjumlah 852 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Simple Random Sampling dan diperoleh sampel sebanyak 180 orang. Beberapa variabel yang diduga mempengaruhi dianalisis dengan uji statistik chi-square dan regresi logistik pada taraf kepercayaan 95% (p<0,05).

Hasil penelitian kelengkapan pemberian imunisasi dari 180 responden terdapat 97 orang (53,9%) memberikan imunisasi lengkap kepada bayinya, variabel yang berpengaruh (p<0,05) adalah dukungan informasional, dukungan penghargaan dan dukungan emosi. Variabel dukungan emosi merupakan variabel yang paling dominan dengan nilai β 3,200.

Kesimpulan bahwa Dukungan sosial (dukungan informasional, dukungan penghargaan dan dukungan emosi) berpengaruh terhadap kelengkapan pemberian imunisasi dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaramai Kota Medan Tahun 2013 sedangkan dukungan instrumental dan dukungan integrasi sosial tidak berpengaruh. Disarankan Puskesmas sebaiknya menginformasikan kepada suami atau anggota keluarga untuk melengkapi informasi tentang imunisasi dasar lengkap agar informasi yang diperoleh dari suami atau anggota keluarga efektif, Puskesmas sebaiknya memberikan motivasi kepada suami dan anggota keluarga agar memberikan dukungan penghargaan dan dukungan emosi kepada ibu sehingga ibu membawa anaknya untuk diimunisasi dasar lengkap.

(8)

ABSTRACT

The Complete basic immunization is in the form of administration of five immunization vaccines according to the schedule made for the baby less than one year old. It is important for the babies immunization because they can be protected from several dangerous diseases and prevented of being transmitted.

The purpose of this explanatory survey aimed at determining the influence of social support on the completeness of basic immunization administrative.

The population in this study was all of 852 married mothers with children of 1-2 years of age in the working area of Puskesmas Sukaramai Medan, and 180 of them were selected to be the samples for this study through simple random sampling technique. Several variables thought to have influence were statistically analyzed by Chi-square test and logistic regression at confidence level of 95% (p <0.05).

The results of this study showed that 97 people (53.9%) gave their babies complete immunization and the remaining 83 people (46.1%) gave incomplete immunization to their babies, the influential variables (p <0.05) were informational, award and emotional supports. Emotional support was the most dominant variable with β value of 1.163.

The Conclusion is that social support (informational, emotional and award support) had influence on the completeness of basic immunization in the working area of Puskesmas Sukaramai Medan in 2013 while instrumental and social integration support has no effect. It is recommended that the Puskesmas inform patients’ husbands or family members to complete a fully basic immunization information so that the information obtained from them become effective, the Puskesmas should motivate the patients’ husband and family members to provide award and emotional support to the mother so that the mothers took their children to have complete basic immunization. Support award given is that the husband responds and praises their wives when they brought the child to have basic complete immunization. The motivation given by husbands or family members was to encourage, and to give special attention and care when the mother brought the baby to have a complete basic immunization.

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Kelengkapan Pemberian Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaramai Kota Medan Tahun 2013”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan.

Dalam penulisan ini, saya menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya sebagai manusia yang tidak luput dari segala kekurangan.

Tesis ini merupakan wujud persembahan penulis dari proses belajar yang telah diterima selama belajar di Proram Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan dalam rangka memperoleh gelar Magister Kesehatan Masyarakat.

Bersamaan dengan kesempatan ini penulis mengucapan banyak terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTMH, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(10)

4. Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D yang telah banyak meluangkan waktu untuk penulis selaku dosen pembimbing penulis.

5. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si yang telah banyak meluangkan waktu dan memotivasi untuk penulis selaku dosen pembimbing penulis.

6. Dr. Drs. R Kintoko Rochadi, M.K.M selaku dosen penguji I yang telah banyak memberikan kritik dan saran yang dapat membangun tesis ini menjadi lebih baik. 7. dr. Taufik Ashar, M.K.M selaku dosen penguji II juga telah banyak memberikan

kritik dan saran yang dapat membangun tesis ini menjadi lebih baik.

8. Seluruh staf dosen dan staf pendidikan PS S2 IKM FKM USU yang telah banyak memberikan masukan dan membantu penulis selama proses pengerjaan tesis. 9. dr. Erwina Zaini sealaku kepala Puskesmas Sukaramai, atas segala pengertian

serta izin yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

10. Kepada Ketua STIKes Flora, Puket-puket, Dosen dan Staf di STIKes Flora Medan yang banyak membantu baik moril maupun materil kepada penulis.

(11)

penulis. Seluruh keluarga tersayang yang telah banyak membantu, memberikan dukungan serta mendo’akan penulis selama ini.

12. Kepada teman-teman yulia safitri, pratiwi syah putri, rahmad diono, kakak ade ira, kakak christen, kakak nopita yanti, kakak karsi, kakak monika, kakak ria, kakak ratna, yurlis, nurhaida, wilda, ummi, dermi, kakak desi, kakak windu, ibu bintang, abang ardi, kakak sahlan, ibu heni triana, ibu nana, ibu minarlin dan teman-teman dari keperawatan serta teman-teman di PS S2 IKM minat studi kesehatan reproduksi.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama penulisan tesis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tesis ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Medan, Juli 2013

Penulis

Maimunah. R

(12)

RIWAYAT HIDUP

Maimunah. R lahir di Medan/ 20 Agustus 1985, agama islam, status belum menikah. Alamat di Jl. Bromo No. 1 Medan. Pendidikan formal penulis, sekolah di SD AL-ITTIHADIYAH Medan tamat tahun 1998, SLTP NURUL ISLAM INDONESIA Medan tamat tahun 2001, SMU AL-ULUM Medan tamat tahun 2004,, DIII Kebidanan Politeknik Kesehatan Depkes RI Medan tamat tahun 2007 selanjutnya DIV Bidan Pendidik Politeknik Kesehatan Depkes RI Medan tamat tahun 2009.

(13)

DAFTAR ISI

2.2.2. Faktor yang Memengaruhi Dukungan sosial ... 26

(14)

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 37

3.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 37

3.5. Definisi Operasional... 39

4.3.2. Kelengkapan Pemberian Imunisasi Dasar ... 57

4.4. Analisis Bivariat ... 59

4.5. Analisis Multivariat ... 62

BAB 5. PEMBAHASAN ... 65

5.1. Pengaruh Dukungan Instrumental terhadap Kelengkapan Pemberian Imunisasi Dasar ... 65

5.2. Pengaruh Dukungan Informasional terhadap Kelengkapan Pemberian Imunisasi Dasar ... 66

5.3. Pengaruh Dukungan Penghargaan terhadap Kelengkapan Pemberian Imunisasi Dasar ... 67

5.4. Pengaruh Dukungan Emosi terhadap Kelengkapan Pemberian Imunisasi Dasar ... 68

5.5. Pengaruh Dukungan Integrasi Sosial terhadap Kelengkapan Pemberian Imunisasi Dasar ... 69

5.6. Faktor yang paling Berpengaruh terhadap Kelengkapan Pemberian Imunisasi Dasar ... 69

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

6.1. Kesimpulan ... 71

6.2. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(15)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman 2.1. Cara Pemberian Imunisasi Dasar ... 15

2.2 Waktu yang Tepat untuk Pemberian Imunisasi Dasar ... 15 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrument Penelitian (Kuesioner) di

Puskesmas Medan Area Kota Medan ... 38

4.1 Pencapaian Imunisasi Puskesmas Immunisasi Kecamatan Medan Area Tahun 2011 ... 46

4.2 Distribusi Karakteristik Responden di Wilayah Kerja Puskesmas

Sukaramai Kota Medan Tahun 2013 ... 47 4.3 Distribusi Dukungan Instrumental di Wilayah Kerja Puskesmas

Sukaramai Kota Medan Tahun 2013 ... 48 4.4 Distribusi Kategori Dukungan Instrumental di Wilayah Kerja

Puskesmas Sukaramai Kota Medan Tahun 2013 ... 49

4.6 Distribusi Kategori Dukungan Informasional di Wilayah Kerja

Puskesmas Sukaramai Kota Medan Tahun 2013 ... 51

4.7 Distribusi Dukungan Penghargaan di Wilayah Kerja Puskesmas

Sukaramai Kota Medan Tahun 2013 ... 52

4.8 Distribusi Kategori Dukungan Penghargaan di Wilayah Kerja

Puskesmas Sukaramai Kota Medan Tahun 2013 ... 53

4.9 Distribusi Dukungan Emosi di Wilayah Kerja Puskesmas

Sukaramai Kota Medan Tahun 2013 ... 53

4.10 Distribusi Kategori Dukungan Emosi di Wilayah Kerja

(16)

4.11 Distribusi Dukungan Integrasi Sosial di Wilayah Kerja

Puskesmas Sukaramai Kota Medan Tahun 2013 ... 55

4.12 Distribusi Kategori Dukungan Integrasi Sosial di Wilayah Kerja

Puskesmas Sukaramai Kota Medan Tahun 2013 ... 57

4.13 Distribusi Kelengkapan Pemberian Immunisasi Dasar di Wilayah

Kerja Puskesmas Sukaramai Kota Medan Tahun 2013 ... 57

4.14 Distribusi Kategori Kelengkapan Pemberian Imunisasi Dasar di

Wilayah Kerja Puskesmas Sukaramai Kota Medan Tahun 2013 ... 59

4.15 Hubungan Dukungan Sosial dengan Kelengkapan Pemberian Immunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaramai Kota

Medan Tahun 2013 ... 61

4.16. Pengaruh Dukungan Sosial (dukungan informasional, dukungan penghargaan, dukungan emosi) terhadap Kelengkapan Pemberian

(17)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman 2.1. Kerangka Teori ... 33

(18)

ABSTRAK

Imunisasi dasar lengkap adalah pemberian lima vaksin imunisasi sesuai jadwal yang telah ditentukan untuk bayi di bawah satu tahun. Pentingnya imunisasi untuk bayi yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindung dari beberapa penyakit berbahaya dan akan mencegah penularan.

Jenis penelitian adalah survey explanatory yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial terhadap kelengkapan pemberian imunisasi dasar. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita usia 1-2 tahun yang masih bersuami di wilayah kerja Puskesmas Sukaramai Kota Medan yang berjumlah 852 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Simple Random Sampling dan diperoleh sampel sebanyak 180 orang. Beberapa variabel yang diduga mempengaruhi dianalisis dengan uji statistik chi-square dan regresi logistik pada taraf kepercayaan 95% (p<0,05).

Hasil penelitian kelengkapan pemberian imunisasi dari 180 responden terdapat 97 orang (53,9%) memberikan imunisasi lengkap kepada bayinya, variabel yang berpengaruh (p<0,05) adalah dukungan informasional, dukungan penghargaan dan dukungan emosi. Variabel dukungan emosi merupakan variabel yang paling dominan dengan nilai β 3,200.

Kesimpulan bahwa Dukungan sosial (dukungan informasional, dukungan penghargaan dan dukungan emosi) berpengaruh terhadap kelengkapan pemberian imunisasi dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaramai Kota Medan Tahun 2013 sedangkan dukungan instrumental dan dukungan integrasi sosial tidak berpengaruh. Disarankan Puskesmas sebaiknya menginformasikan kepada suami atau anggota keluarga untuk melengkapi informasi tentang imunisasi dasar lengkap agar informasi yang diperoleh dari suami atau anggota keluarga efektif, Puskesmas sebaiknya memberikan motivasi kepada suami dan anggota keluarga agar memberikan dukungan penghargaan dan dukungan emosi kepada ibu sehingga ibu membawa anaknya untuk diimunisasi dasar lengkap.

(19)

ABSTRACT

The Complete basic immunization is in the form of administration of five immunization vaccines according to the schedule made for the baby less than one year old. It is important for the babies immunization because they can be protected from several dangerous diseases and prevented of being transmitted.

The purpose of this explanatory survey aimed at determining the influence of social support on the completeness of basic immunization administrative.

The population in this study was all of 852 married mothers with children of 1-2 years of age in the working area of Puskesmas Sukaramai Medan, and 180 of them were selected to be the samples for this study through simple random sampling technique. Several variables thought to have influence were statistically analyzed by Chi-square test and logistic regression at confidence level of 95% (p <0.05).

The results of this study showed that 97 people (53.9%) gave their babies complete immunization and the remaining 83 people (46.1%) gave incomplete immunization to their babies, the influential variables (p <0.05) were informational, award and emotional supports. Emotional support was the most dominant variable with β value of 1.163.

The Conclusion is that social support (informational, emotional and award support) had influence on the completeness of basic immunization in the working area of Puskesmas Sukaramai Medan in 2013 while instrumental and social integration support has no effect. It is recommended that the Puskesmas inform patients’ husbands or family members to complete a fully basic immunization information so that the information obtained from them become effective, the Puskesmas should motivate the patients’ husband and family members to provide award and emotional support to the mother so that the mothers took their children to have complete basic immunization. Support award given is that the husband responds and praises their wives when they brought the child to have basic complete immunization. The motivation given by husbands or family members was to encourage, and to give special attention and care when the mother brought the baby to have a complete basic immunization.

(20)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang perlu diwujudkan

sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui

Pembangunan Nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Pembangunan kesehatan idealnya diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan,

keseimbangan, manfaat, pelindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan,

gender dan nondiskriminatif dan norma-norma agama. Pembangunan kesehatan haruslah

bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi

bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes

RI, 2005)

Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber

daya manusia yang sehat, terampil dan ahli, serta disusun dalam satu program kesehatan

dengan perencanaan terpadu yang didukung oleh data dan informasi epidemiologi yang valid.

Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double

burden). Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara penyakit degeneratif juga

muncul sebagai masalah. Penyakit menular tidak mengenal batas wilayah administrasi,

sehingga menyulitkan pemberantasannya. Dengan tersedianya vaksin yang dapat mencegah

penyakit menular tertentu, maka tindakan pencegahan untuk mencegah berpindahnya

penyakit dari satu daerah atau negara ke negara lain dapat dilakukan dalam waktu relatif

(21)

Sejak penetapan the Expanded Program on Immunisation (EPI) oleh WHO, cakupan

imunisasi dasar anak meningkat dari 5% hingga mendekati 80% di seluruh dunia.

Sekurang-kurangnya ada 2,7 juta kematian akibat campak, tetanus neonatorum dan pertusis serta

200.000 kelumpuhan akibat polio yang dapat dicegah setiap tahunnya. Vaksinasi terhadap 7

penyakit telah direkomendasikan EPI sebagai imunisasi rutin di negara berkembang antara

lain: BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B (Muhammad, 2003).

Pemberantasan penyakit menular di Indonesia maka perlu diperhatikan keberhasilan

program imunisasi dalam kerangka mencegah penyebaran penyakit menular tersebut.

Sebagaimana diketahui imunisasi merupakan salah satu upaya preventif untuk mencegah

penyakit melalui pemberian kekebalan tubuh, harus dilaksanakan secara terus menerus,

menyeluruh, dan dilaksanakan sesuai standar sehingga mampu memberikan perlindungan

kesehatan dan memutus mata rantai penularan. Vaksinasi adalah suatu cara untuk

meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak

ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut (Depkes RI,

2005).

Program imunisasi terdiri dari dua tahapan yakni program imunisasi dasar dan

program imunisasi lanjutan. Program imunisasi dasar dimaknai sebagai pemberian imunisasi

awal untuk mencapai kadar kekebalan di atas ambang perlindungan, sementara program

imunisasi lanjutan adalah imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat kekebalan di atas

ambang perlindungan atau untuk memperpanjang masa perlindungan. Upaya imunisasi

diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Mulai tahun 1977, upaya imunisasi diperluas

(22)

Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu, tuberkulosis, difteri, pertusis,

campak, polio, tetanus serta hepatitis B (Depkes RI, 2005).

Dari Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 di dapatkan bahwa prevalensi

Tuberkulosis paru klinis yang tersebar di seluruh Indonesia adalah 1,0 %. Insiden saat ini

berada pada ranking ke lima negara dengan beban TB tertinggi di dunia. Estimasti prevalensi

TB semua kasus adalah 566.000 atau 244 per 100.000 populasi (Kemenkes RI, 2011).

Uraian data di atas baru menampilkan gambaran penyakit menular tuberkulosis dan

belum termasuk difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B yang sebenarnya

bisa dicegah dengan imunisasi atau vaksinasi yakni tindakan yang mengakibatkan seseorang

mempunyai ketahanan tubuh yang lebih baik, sehingga mampu mempertahankan diri

terhadap penyakit atau masuknya kuman dari luar.

Pencapaian pelaksanaan program imunisasi, Pemerintah Republik Indonesia

mengikuti kebijakan Internasional mengenai cakupan imunisasi yang disebut dengan

Universal Child Immunization. Universal Child Immunization yang selanjutnya disebut UCI

adalah suatu keadaan tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada semua bayi.

Kementerian Kesehatan menargetkan pada tahun 2014 seluruh desa/kelurahan mencapai

100% UCI (Universal Child Immunization) dan seluruh bayi di desa/kelurahan tersebut

memperoleh imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG, Hepatitis B, DPT- HB, Polio dan

Campak. Pencapaian UCI desa/kelurahan di Indonesia sampai tahun 2009 masih sangat

rendah, yaitu 69,6%. Sementara bila dilihat data hasil penelitian riset kesehatan dasar tahun

2010 maka dapat disampaikan bahwa pencapaian pemberian imunisasi dasar lengkap hanya

53,8 %, imunisasi dasar tidak lengkap 33,5% dan tidak mendapatkan imunisasi dasar 12,7 %

(23)

Khusus untuk Propinsi Sumatera Utara, masih berdasarkan hasil laporan riset

kesehatan dasar tahun 2010, disebutkan bahwa persentase anak umur 12-23 bulan yang

mendapatkan imunisasi dasar lengkap baru mencapai 33,3 %, imunisasi dasar tidak lengkap

43,1 % dan tidak mendapatkan imunisasi dasar sebesar 23,6 % (Depkes RI, 2010). Kembali

ke permasalahan capaian program imunisasi dasar, khusus untuk wilayah Kota Medan

tercatat data persentase desa/kelurahan UCI sebesar 97,35 % dan persentase drop out

imunisasi mencapai 109,74 % (Dinas Kesehatan Kota Medan, 2009).

Data tersebut dapat dinyatakan bahwa masih ada permasalahan program imunisasi

dasar di Kota Medan mengingat masih belum tercapainya target ideal persentase

desa/kelurahan UCI. Target ideal UCI yaitu 100 % Berdasarkan standar pelayanan minimal

yang telah ditetapkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI, 2010).

Usaha-usaha yang dilakukan Dinas Kesehatan masih banyak mengalami kendala

diantaranya dukungan orang tua untuk mengimunisasikan bayinya. Para orang tua

berangapan bahwa jumlah vaksin yang harus diberikan terlalu banyak, serangan kesakitan

yang dialami oleh bayi karena suntikan imunisasi (www.pikiran rakyat.com.2004).

Melihat data terkait imunisasi dasar lengkap tersebut dapat dikatakan bahwa

pencapaian program imunisasi dasar lengkap masih jauh dari target ideal. Kondisi ini

disebabkan antara lain karena kurang perhatian dan dukungan dari pemerintah daerah

terhadap program imunisasi, kurangnya dana operasional untuk imunisasi baik rutin maupun

tambahan, dan tidak tersedianya fasilitas dan infrastruktur yang adequat. Selain itu juga

kurangnya koordinasi lintas sektor termasuk pelayanan kesehatan swasta, kurang sumber

daya yang memadai serta kurangnya pengetahuan masyarakat tentang program dan manfaat

(24)

Imunisasi dasar lengkap adalah pemberian lima vaksin imunisasi sesuai jadwal yang

telah ditentukan untuk bayi di bawah satu tahun. Pentingnya imunisasi untuk bayi yang

mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindung dari beberapa penyakit berbahaya dan

akan mencegah penularan. Imunisasi akan meningkatkan kekebalan tubuh bayi dan anak

sehingga mampu melawan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin tersebut. Polio dapat

meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap penyakit Polio. Polio dapat

menyebabkan akibat yang fatal, pertumbuhan bayi dapat terhambat bahkan menimbulkan

cacat permanen pada bayi jika terserang virus Polio. Untuk meningkatkan kekebalan

seseorang secara aktif terhadap penyakit campak, sehingga mencegah penularan campak.

Gejala campak antara lain demam tinggi, batuk, pilek, ruam kulit (Soedjatmiko, 2009).

Sebagaimana yang diungkapkan sebelumnya bahwa salah satu penyebab rendahnya

pencapaian program imunisasi dasar lengkap adalah dikarenakan kurangnya pengetahuan

masyarakat tentang program dan manfaat imunisasi. Rendahnya pengetahuan masyarakat

tersebut menimbulkan minimnya dukungan untuk kesuksesan pelaksanaan program imunisasi

dasar lengkap. Dukungan yang dimaksudkan disini adalah perhatian, penghargaan atau

bantuan akan pelaksanaan program imunisasi dasar lengkap. Dukungan sosial adalah

kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang diperoleh individu dari orang lain,

dimana orang lain disini dapat diartikan sebagai individu perorangan atau kelompok.

Puskesmas Sukaramai merupakan salah satu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan

Kota Medan yang tentunya juga berperan serta dalam pelaksanaan program imunisasi dasar

di Kota Medan yang memiliki wilayah kerja meliputi 4 kelurahan yang terbagi dalam 43

(25)

tahun 2011, tercatat Puskesmas Sukaramai sudah mencapai 100 % desa/kelurahan UCI

dengan pencapaian imunisasi dasar hingga 99 % (Puskesmas Sukaramai, 2012).

Data yang diperoleh peneliti dari studi pendahuluan tidak sama dengan data dari

Puskesmas Sukaramai. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, ternyata

masih ada ditemukannya bayi yang tidak mendapat imunisasi dasar lengkap. Dari 50 bayi

yang di observasi oleh peneliti terdapat 30 bayi (60%) yang mendapat imunisasi dasar tidak

lengkap, 13 bayi (28%) yang mendapat imunisasi dasar lengkap dan terdapat 7 (14%) bayi

yang tidak mendapat imunisasi dasar sama sekali. Sementara dari data Puskesmas Sukaramai

menyebutkan bahwa pencapaian imunisasi Hepatitis B mencapai 694 bayi dari 852 sasaran

bayi (81,4%), pencapaian imunisasi BCG mencapai 851 bayi dari 852 sasaran bayi (99,8%)

dan pencapaian yang sama untuk imunisasi DPT, Polio serta Campak yang mencapai 851

bayi dari 852 sasaran bayi (99,8%).

Beranjak dari target imunisasi yang belum tercapai di wilayah kerja Puskesmas

Sukaramai dan ada kemungkinan hal ini disebabkan kurangnya dukungan sosial. Penelitian

yang dilakukan Pulungan (2011) di Kelurahan Sayurmatinggi Kabupaten Tapanuli Selatan

menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan status imunisasi

pada bayi maka dipandang perlu untuk dilakukan penelitian mengenai pengaruh dukungan

sosial terhadap kelengkapan pemberian imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas

Sukaramai Kota Medan Tahun 2013.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan survey awal masih ditemukan bayi yang tidak mendapat imunisasi dasar

lengkap. Dari 50 bayi yang di observasi oleh peneliti masih banyak bayi yang mendapat

(26)

dasar lengkap dan tidak mendapat imunisasi dasar sama sekali. Beranjak dari target imunisasi

yang belum tercapai di wilayah kerja Puskesmas Sukaramai dan ada kemungkinan hal ini

disebabkan kurangnya dukungan sosial.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial (dukungan instrumental, dukungan

informasional, dukungan penghargaan, dukungan emosi, dukungan integrasi sosial) terhadap

kelengkapan pemberian imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Sukaramai Kota Medan

Tahun 2013.

1.4 Hipotesis

Ada pengaruh dukungan sosial (dukungan instrumental, dukungan informasional,

dukungan penghargaan, dukungan emosi, dukungan integrasi sosial) terhadap kelengkapan

pemberian imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Sukaramai Tahun 2013.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini :

1. Sebagai bahan masukan bagi Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara untuk meningkatkan capaian kegiatan imunisasi.

2. Dapat digunakan sebagai masukan dalam menyusun perencanaan pelayanan kesehatan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular terutama dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian.

(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Imunisasi

Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan / meningkatkan kekebalan seseorang

secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut

tidak akan sakit atau sakit ringan. Sasaran imunisasi adalah Bayi (di bawah satu tahun),

Wanita Usia Subur (WUS) ialah wanita berusia 15-39 tahun termasuk ibu hamil (Bumil) dan

calon pengantin (catin) serta anak usia sekolah tingkat dasar. Program imunisasi sendiri

diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Mulai tahun 1977, upaya imunisasi diperluas

menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap

Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu, tuberkulosis, difteri, pertusis,

campak, polio, tetanus serta hepatitis B (Depkes RI, 2005).

Vaksin adalah kuman hidup yang dilemahkan / kuman mati / zat yang bila

dimasukkan ke tubuh menimbulkan kekebalan terhadap penyakit tertentu. Imunisasi

bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit : Poliomyelitis (kelumpuhan),

Campak (measles), Difteri (indrak), Pertusis (batuk rejan / batuk seratus hari), Tetanus,

Tuberculosis (TBC), Hepatitis B dan untuk mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak

yang disebabkan oleh wabah yang sering berjangkit (Imani, 2012).

Imunisasi dasar lengkap adalah pemberian 5 (lima) vaksin imunisasi sesuai jadwal

yang telah ditentukan untuk bayi dibawah satu tahun, meliputi:

(28)

menderita penyakit tersebut. Penyakit akut yang menyebabkan peradanagan hati, muntah dan penyakit kuning.

2. BCG untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. Pemberian BCG meruopakan pemberian imunisai yang diberikan pada bayi untuk mencegah penyakit TBC. Penyakit TBC yang disebabkan oleh infeksi mycobacterium tuberculosis diketahui dapat menyebar ke seluruh tubuh lainnya dan bias berdampak pada terhambatnya pertumbuhan anak.

3. DPT-Hepatitis B meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. Imunisasi DPT bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit seperti difetri, tetanus dan pertusis.

4. Polio untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. Polio dapat menyebabkan akibat yang fatal, pertumbuhan bayi dapat terhambat bahkan menimbulkan cacat permanen pada bayi jika terserang virus polio.

5. Campak untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga mencegah penularan campak. Campak antara lain ; demam tinggi, batuk, pilek, ruam kulit.

Selain itu, terkait program imunisasi Indonesia juga terikat dengan beberapa

kesepakatan internasional mengenai imunisasi, antara lain :

1. WHO Tahun 1988 dan UNICEF melalui World Summit for Children pada tahun 1990

tentang ajakan untuk mencapai target cakupan imunisasi, eliminasi tetanus neonatorum

(29)

2. Himbauan UNICEF, WHO dan UNFPA tahun 1999 untuk mencapai target Eliminasi

Tetanus Maternal dan Neonatal pada tahun 2005 di negara berkembang;

3. Himbauan dari WHO; bahwa negara dengan tingkat endemisitas tinggi > 8% pada tahun

1997 diharapkan telah melaksanakan program imunisasi hepatitis B ke dalam program

imunisasi rutin;

4. WHO/UNICEF/UNFPA tahun 1999 tentang Joint Statement on the Use of Autodisable

Syringe in Immunization Services;

5. Konvensi Hak Anak: Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak Anak dengan Keputusan

Presiden Nomor 36 Tahun 1999 tanggal 25 Agustus 1990, yang berisi antara lain tentang

hak anak untuk memperoleh kesehatan dan kesejahteraan dasar;

6. Resolusi Majelis Kesehatan Dunia (World Health Assembly) tahun 1988 dan tahun 2000

yang diperkuat dengan hasil pertemuan The Eight Technical Consultative Group Vaccine

Preventable Disease in SEAR tahun 2001 untuk mencapai Eradikasi Polio pada tahun

2004 untuk regional Asia Tenggara dan sertifikasi bebas polio oleh WHO tahun 2008;

7. The Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2003 yang meliputi tujuan empat

: tentang pengurangan angka kematian anak, tujuan lima : tentang peningkatan kesehatan

ibu, tujuan enam : tentang pemberantasan HIV/AIDS dan malaria;

8. Resolusi WHA 56.20, 28 Mei 2003 tentang Reducing Global Measles Mortality, yang

mendesak negara-negara anggota untuk melaksanakan The WHO-UNICEF Strategic

Plan for Measles Mortality Reduction 2001-2005 di negara-negara dengan angka

kematian campak tinggi sebagai bagian EPI;

9. Cape Town Measles Declaration, 17 Oktober 2003, yang menekankan pentingnya

(30)

tahun 2002 dan World Health Assembly (WHA) tahun 2003 untuk menurunkan kematian

akibat campak menjadi 50 % pada akhir tahun 2005 dibandingkan keadaan pada tahun

1999; dan mencapai target The United Millenium Development Goals untuk mereduksi

kematian campak pada anak usia kurang dari 5 tahun menjadi 2/3 pada tahun 2015 serta

mendukung The WHO/UNICEF Global Strategic Plan for Measles Mortality Reduction

and Regional Elimination 2001-2005;

10. Pertemuan The Ninth Technical Consultative Group on Polio Eradication and Polio

Eradication and Vaccine Preventable Diseases in South-East Asia Region tahun 2003

untuk menyempurnakan proses sertifikasi eradikasi polio, reduksi kematian akibat

campak menjadi 50% dan eliminasi tetanus neonatal, cakupan DPT3 80% di semua

negara dan semua kabupaten, mengembangkan strategi untuk Safe Injections and Waste

Disposal di semua negara serta memasukkan vaksin hepatitis B di dalam Program

Imunisasi di semua negara;

11. WHO-UNICEF tahun 2003 tentang Joint Statement on Effective Vaccine Store

Management Initiative (Depkes RI, 2005)

2.1.1 Sasaran Program Imunisasi

Program imunisasi secara keseluruhan memiliki sasaran pencegahan jenis-jenis

penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dan jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah

melalui pemberian imunisasi meliputi penyakit menular tertentu. Jenis-jenis penyakit

menular tertentu sebagaimana dimaksud meliputi antara lain penyakit Tuberculosis, Difteri,

Pertusis, Campak, Polio, Hepatitis B, Hepatitis A, Meningitis meningokokus, Haemophilus

influenzae tipe b, Kolera, Rabies, Japanese encephalitis, Tifus abdominalis, Rubbella,

(31)

Jenis-jenis penyakit menular yang saat ini masuk kedalam program imunisasi adalah Tuberculosis,

Difteri, Pertusis, Polio, Campak, Tetanus dan Hepatitis (Depkes RI, 2005).

Berdasarkan usia yang diimunisasi, sasaran yang ingin dicapai meliputi; Imunisasi

rutin (bayi dibawah satu tahun, wanita usia subur berusia 15 – 39 tahun, termasuk ibu hamil

dan calon pengantin serta anak usia sekolah dasar). Imunisasi tambahan (bayi dan anak).

Berdasarkan tingkat kekebalan yang ditimbulkan, sasaran yang ingin dicapai meliputi;

Imunisasi dasar (bayi), Imunisasi lanjutan (anak usia sekolah dasar dan wanita usia subur).

2.1.2 Imunisasi Dasar

Program imunisasi dasar merupakan langkah penting bagi terbentuknya anak yang

sehat dan terlindungi dari serangan penyakit menular. Imunisasi dasar lengkap adalah

pemberian lima vaksin imunisasi sesuai jadwal yang telah ditentukan untuk bayi dibawah

satu tahun, meliputi Hepatitis-B, BCG, DPT, Polio, Campak (Puspitasari, 2009). Selanjutnya

terkait dengan cara dan waktu pemberian imunisasi dasar, Kementerian Kesehatan (2000)

melalui Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi di Indonesia telah memberikan keterangan

cara dan waktu pemberian imunisasi dasar sebagai berikut dalam tabel.

Tabel 2.1. Cara Pemberian Imunisasi Dasar

Vaksin Dosis Cara Pemberian

BCG 0,05 cc Intrakutan tepat di insersio muskulus deltoideus kanan DPT 0,5 cc Intramuskular

Polio 2 tetes Diteteskan ke mulut

Campak 0,5 cc Subkutan, biasanya di lengan kiri atas Hepatitis B 0,5 cc Intramuskular pada paha bagian luar

(32)

Tabel 2.2 Waktu yang Tepat untuk Pemberian Imunisasi Dasar

Vaksin Pemberian Imunisasi

Selang Waktu Pemberian Umur Pemberian

BCG 1 kali 0-11 Bulan

DPT 3 kali 4 Minggu 2-11 Bulan

Polio 4 kali 4 Minggu 0-11 Bulan

Campak 1 kali 9-11 Bulan

Hepatitis B 4 kali 4 Minggu 0-11 Bulan

Sumber : Depkes RI, 2005

Menurut Puspitasari (2009), dengan pemberian imunisasi dasar diharapkan dapat

dicegah beberapa penyakit menular, yaitu:

a. Tuberkulosis

Sampai saat ini di beberapa negara, tuberkulosis masih merupakan penyebab kematian.

Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang sebagian besar menyerang

masyarakat dengan kelas sosial ekonomi rendah karena umumnya masyarakat ini mengalami

gangguan nutrisi sehingga daya tahan tubuh rendah dan tinggal di pemukiman yang padat dan

tidak sehat sehingga mudah terjadi penularan penyakit. Apabila seorang anak terkena

tuberkulosis, organ tubuh yang dapat terkena adalah paru-paru, kelenjar, kulit, tulang, sendi,

dan selaput otak. Cara penularan adalah melalui droplet atau percikan air ludah, sedangkan

reservoar adalah manusia. Imunisasi yang dapat mencegah penyakit ini adalah BCG. Ada

kesulitan untuk menilai dampak imunisasi BCG terhadap angka kejadian tuberkulosis karena

banyaknya faktor yang mempengaruhi, seperti pemukiman yang padat dan tidak sehat dan

banyaknya sumber penularan di masyarakat yang tidak mendapat pengobatan dengan tepat.

Walaupun demikian, dampak vaksinasi BCG paling tidak apabila terkena penyakit, akan

lebih ringan sehingga menurunkan angka kematian atau kecacatan.

(33)

Penyakit infeksi ini disebabkan oleh Coryneabacterium dyptheriae tipe gravis, milis, dan

intermedius, yang menular melalui percikan ludah yang tercemar. Anak yang terkena difteri

akan menunjukkan gejala ringan sampai berat. Gejala ringan dapat berupa membran pada

rongga hidung dan gejala berat apabila terjadi obstruksi jalan napas karena mengenai laring,

saluran napas bagian atas, tonsil, dan kelenjar sekitar leher membengkak (bull neck).

c. Pertusis

Penyakit infeksi ini disebabkan oleh Bordetella pertusis dengan penularan melalui droplet.

Masyarakat awam mengenalnya dengan istilah batuk rejan atau batuk 100 hari. Bahaya dari

pertusis adalah pneumonia yang dapat menimbulkan kematian. Gejala awal berupa batuk

pilek, kemudian setelah hari ke-10 batuk bertambah berat dan seringkali disertai muntah.

Untuk itu, imunisasi DPT adalah salah satu cara pencegahan yang dapat dilakukan karena

kekebalan dari ibu tidak bersifat protektif.

d. Poliomielitis

Sesuai dengan namanya, penyebab infeksi ini adalah virus polio tipe satu, dua dan tiga, yang

menyerang mielin atau serabut otot. Gejala awal tidak jelas, dapat timbul gejala demam

ringan dan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), kemudian timbul gejala paralisis yang

bersifat flaksid yang mengenai sekelompok serabut otot sehingga timbul kelumpuhan.

Kelumpuhan dapat terjadi pada anggota badan, saluran napas, dan otot menelan. Penularan

penyakit ini adalah melalui droplet atau fekal, dan reservoarnya adalah manusia yang

menderita polio. Pencegahan dapat dilakukan dengan imunisasi dengan menggunakan

(34)

e. Campak

Penyebab penyakit infeksi ini adalah virus morbili yang menular melalui droplet. Gejala awal

ditunjukkan dengan adanya kemerahan pada kulit yang mulai timbul pada bagian belakang

telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota badan. Selain itu, timbul gejala seperti flu

disertai mata berair dan kemerahan (konjungtivitis). Setelah 3-4 hari, kemerahan pada kulit

mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2

minggu dan apabila sembuh, kulit akan tampak seperti bersisik. Imunisasi diberikan pada

anak usia sembilan bulan dengan rasional kekebalan dari ibu terhadap penyakit campak

berangsur akan hilang sampai usia sembilan bulan. Komplikasi yang harus dicegah adalah

otitis media, konjungtivitis berat, enteritis, dan pneumonia, terlebih pada anak dengan status

gizi buruk.

f. Hepatitis B

Penyakit ini disebabkan oleh virus Hepatitis tipe B yang menyerang kelompok resiko secara

vertikal, yaitu bayi dan ibu pengidap, sedangkan secara horizontal tenaga medis dan

paramedis, pecandu narkotika, pasien hemodialisis, pekerja laboratorium, pemakai jasa atau

petugas akupunktur. Gejala yang dapat muncul tidak khas, seperti anoreksia, mual, dan

kadang-kadang ikterik. Sejak tahun 1992, vaksin Hepatitis B menjadi bagian dari program di

Indonesia walaupun belum merata di semua provinsi dapat menjalankannya karena harga

vaksin yang cukup mahal sehingga dilakukan secara bertahap.

g. Tetanus

(35)

setelah lahir bayi mendadak tidak dapat menetek karena mulut sulit dibuka diikuti kaku seluruh tubuh dan kejang. Dan pada anak biasanya timbul melalui luka yang tercemar Clostridium Tetani, mulut kaku dan sukar dibuka, punggung kaku dan melengkung mulai dari bahu sampai pimggul, kejang seluruh tubuh terutama bila ada rangsangan cahaya atau bunyi.

2.1.3 Kebijakan dan Strategi Program Imunisasi

Menurut Depkes RI (2005), dalam melaksanakan program imunisasi Pemerintah

Republik Indonesia mengambil kebijakan:

1. Penyelenggaraan Imunisasi dilaksanakan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat,

dengan mempertahankan prinsip keterpaduan antara pihak terkait.

2. Mengupayakan pemerataan jangkauan pelayanan imunisasi baik terhadap sasaran

masyarakat maupun sasaran wilayah.

3. Mengupayakan kualitas pelayanan yang bermutu.

4. Mengupayakan kesinambungan penyelenggaraan melalui perencanaan program dan

anggaran terpadu.

5. Perhatian khusus diberikan untuk wilayah rawan sosial, rawan penyakit (KLB) dan

daerah-daerah sulit secara geografis.

Melaksanakan kebijakan tersebut Pemerintah Republik Indonesia menerapkan

beberapa strategi, yakni:

1. Memberikan akses (pelayanan) kepada swasta dan masyarakat.

2. Membangun kemitraan dan jejaring kerja.

(36)

4. Menerapkan sistem Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) untuk menentukan prioritas

kegiatan serta tindakan perbaikan.

5. Pelayanan imunisasi dilaksanakan oleh tenaga profesional/terlatih.

6. Pelaksanaan sesuai dengan standar.

7. Memanfaat perkembangan metoda dan teknologi.

8. Meningkatkan advokasi, fasilitasi dan pembinaan.

2.1.4 Mekanisme Penyelenggaraan Program Imunisasi

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2005) Nomor

1611/MENKES/SK/XI/2005 telah ditetapkan pedoman penyelenggaran program imunisasi

yang terdiri dari:

1. Penyusunan Perencanaan Program Imunisasi

Perencanaan merupakan bagian yang sangat penting dalam pengelolaan program

imunisasi. Masing-masing kegiatan terdiri dari analisa situasi, alternatif pemecahan

masalah, alokasi sumber daya (tenaga, dana, sarana dan waktu) secara efisien untuk

mencapai tujuan program. Termasuk di dalam perencanaan dirumuskan penentuan

jumlah sasaran, penentuan target cakupan, cara pencapaian target, penentuan kebutuhan

vaksin, penentuan kebutuhan peralatan cold chain.

2. Pelaksanaan Pelayanan Program Imunisasi

Proses pelaksanaan pelayanan program imunisasi meliputi persiapan petugas, persiapan

masyarakat, pemberian pelayanan imunisasi, dan terakhir koordinasi pelaksanaan.

Termasuk di dalam persiapan petugas adalah inventarisasi sasaran, persiapan vaksin dan

(37)

Selanjutnya untuk mensukseskan pelayanan imunisasi, persiapan dan penggerakkan

masyarakat mutlak harus dilakukan. Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan kerjasama

lintas program, lintas sektoral, organisasi profesi, LSM dan petugas masyarakat/kader.

Kegiatan pelayanan imunisasi terdiri dari kegiatan imunisasi rutin dan tambahan. Dengan

semakin mantapnya unit pelayanan imunisasi, maka proporsi kegiatan imunisasi

tambahan semakin kecil.

Program imunisasi dituntut untuk melaksanakan ketentuan program secara efektif dan

efisien. Untuk itu pengelola program imunisasi harus dapat menjalankan fungsi

koordinasi dengan baik. Ada dua macam fungsi koordinasi, yaitu vertikal dan horizontal.

Koordinasi horizontal terdiri dari kerjasama lintas program dan kerjasama lintas sektoral.

3. Pengelolaan Rantai Vaksin

Pengelolaan rantai vaksin meliputi pengelolaan sensitivitas vaksin terhadap suhu,

pengadaan, penyimpanan, pemakaian dan distribusi vaksin.

4. Penanganan Limbah

Penyuntikan dan penanganan limbah alat suntik dalam Program Imunisasi memenuhi

harus memnuhi standar “safe injection practices and safe waste disposal management”.

5. Standar Tenaga dan Pelatihan Teknis

Pemenuhan standar yang memenuhi kualifikasi terkait dengan imunisasi dengan tugas

pemberian penyuluhan dan pelaksanaan imunisasi.

6. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan dalam manajemen program imunisasi memegang peranan

penting dan sangat menentukan. Selain menunjang pelayanan imunisasi juga menjadi

(38)

7. Supervisi dan Bimbingan Teknis

Tingginya cakupan saja tidak cukup untuk mencapai tujuan akhir program imunisasi

yaitu menurunkan angka kesakitan dan kematian terhadap PD3I. Cakupan yang tinggi

harus disertai dengan mutu program yang tinggi pula. Untuk meningkatkan mutu

program pembinaan dari atas (supervisi) sangat diperlukan.

8. Penelitian dan Pengembangan

Dalam melaksanakan program imunisasi, kegiatan pengembangan yang didukung dengan

penelitian dan pengembangan perlu diprogramkan. Kegiatan pengembangan ini

dimaksudkan untuk menemukan, meneliti dan mencari pemecahan masalah yang timbul,

sehingga kegiatan program dapat berjalan optimal dan berkembang sesuai dengan

perkembangan epidemiologi, perkembangan ilmu dan teknologi

2.1.5 Kartu Menuju Sehat (KMS)

Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah suatu kartu yang digunakan untuk mencatat berat badan bayi dan anak balita, setiap kali ditimbang secara teratur pada tiap-tiap bulan. Berat badan anak dicantumkan dalam KMS dalam bentuk titik (.), disebut titik berat badan. Titik-titik tersebut dirangkai sehingga membentuk grafik yang menunjukan pertumbuhan anak. Kegunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah untuk mengontrol pertumbuhan berat badan anak, digunakan sebagai alat untuk mengetahui keadaan kesehatan anak (Dura, 2012).

(39)

berusia 5 tahun, sedangkan menurut Soekirman (2000), fungis KMS ditetapkan hanya untuk memantau pertumbuhan bukan untuk penilaian status gizi. Artinya penting untuk memantau apakah berat badan anak naik atau turun, tidak untuk menentukan status gizinya kurang atau baik.

2.2. Dukungan Sosial

Pierce dalam Kail dan Cavanaugh (2000) mendefinisikan dukungan sosial sebagai

sumber emosional, informasional atau pendampingan yang diberikan oleh orang-orang

disekitar individu untuk menghadapi setiap permasalahan dan krisis yang terjadi sehari-hari

dalam kehidupan. Diamtteo (1991) mendefinisikan dukungan sosial sebagai dukungan atau

bantuan yang berasal dari orang lain seperti teman, keluarga, tetangga, teman kerja dan orang

–orang lainnya.

Selanjutnya Sarafino (2008), mengatakan bahwa dukungan sosial adalah

kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang diperoleh individu dari orang lain,

dimana orang lain disini dapat diartikan sebagai individu perorangan atau kelompok. Hal

tersebut menunjukkan bahwa segala sesuatu yang ada di lingkungan menjadi dukungan sosial

atau tidak, tergantung pada sejauh mana individu merasakan hal tersebut sebagai dukungan

sosial.

Menurut Sarason (1991), dukungan sosial adalah keberadaan, kesediaan, kepedulian

dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai dan menyayangi kita. Sarason

berpendapat bahwa dukungan sosial itu selalu mencakup dua hal yaitu :

1. Jumlah sumber dukungan sosial yang tersedia, merupakan persepsi individu terhadap

sejumlah orang yang dapat diandalkan saat individu membutuhkan bantuan (pendekatan

(40)

2. Tingkatan kepuasan akan dukungan sosial yang diterima, berkaitan dengan persepsi

individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (pendekatan berdasarkan kualitas).

Dukungan sosial didefinisikan oleh Taylor (2009), sebagai transaksi interpersonal

yang melibatkan satu atau lebih aspek-aspek yang terdiri dari perhatian emosional, bantuan

instrumental, pemberian informasi, dan adanya penilaian atau penghargaan. Sedangkan

menurut Gottlieb dalam Smet (1999) menyatakan dukungan sosial terdiri dari informasi atau

nasehat verbal maupun non verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang didapat karena

kehadiran orang lain dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak

penerima. Sarafino (1998) menyatakan bahwa dukungan sosial mengacu pada memberikan

kenyamanan pada orang lain, merawatnya, atau menghargainya. Pendapat senada juga

diungkapkan oleh Sarason dalam Smet (1999) yang menyatakan bahwa dukungan sosial

adalah adanya transaksi interpersonal yang ditunjukkan dengan memberikan bantuan pada

individu lain, dimana bantuan itu umumnya diperoleh dari orang yang berarti bagi individu

yang bersangkutan. Dukungan sosial dapat berupa pemberian informasi, bantuan tingkah

laku, ataupun materi yang didapat dari hubungan sosial akrab yang dapat membuat individu

merasa diperhatikan, bernilai dan dicintai.

2.2.1 Sumber Dukungan Sosial

Menurut Rook dan Dooley dalam Kuntjoro (2002), ada dua sumber dukungan sosial,

yaitu :

1. Sumber Artifisial

Sumber artifisial adalah dukungan sosial yang dirancang ke dalam kebutuhan primer

seseorang, misalnya dukungan sosial akibat bencana alam.

(41)

Sumber natural adalah dukungan sosial yang natural diterima seseorang melalui interaksi

seseorang dalam kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada

disekitarnya, misalnya anggota keluarga (anak, istri, suami, dan kerabat), teman

dekat/relasi.

Dukungan sosial yang natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam

kehidupan secara spontan dengan orang-orang yang berada di sekitarnya. Dukungan sosial ini

bersifat formal sedangkan dukungan sosial artifisial adalah dukungan yang dirancang

kedalam kebutuhan primer seseorang misalnya dukungan sosial akibat bencana alam melalui

berbagai sumbangan sehingga sumber dukungan sosial natural mempunyai berbagai

perbedaan jika dibandingkan dengan dukungan sosial artifisial. Perbedaan itu terletak pada:

1. Keberadaan sumber dukungan sosial keluarga natural bersifat apa adanya tanpa di

buat-buat sehingga mudah diperoleh dan bersifat spontan

2. Sumber dukungan sosial keluarga yang natural mempunyai kesesuaian dengan nama

yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan

3. Sumber dukungan sosial keluarga natural berakar dari hubungan yang berakar lama

4. Sumber dukungan natural mempunyai keragaman dalam penyampaian dukungan, mulai

dari pemberian barang yang nyata hanya sekedar menemui seseorang dengan

menyampaikan salam

5. Sumber dukungan sosial keluarga natural terbatas dari beban dan label psikologis.

2.2.2 Faktor yang Memengaruhi Dukungan Sosial

Menurut Friedman (1998), faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan sosial

(42)

atau pekerjaan dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan

lebih demokratis dan adil.

Faktor- faktor yang mempengaruhi dukungan sosial adalah sebagai berikut :

1. Kebutuhan Fisik

Kebutuhan fisik dapat mempengaruhi dukungan sosial. Adapun kebutuhan fisik meliputi

sandang, pangan dan papan. Apabila seseorang tidak tercukupi kebutuhan fisiknya maka

seseorang tersebut kurang mendapat dukungan sosial.

2. Kebutuhan Sosial

Dengan aktualisasi diri yang baik maka seseorang lebih kenal oleh masyarakat daripada

orang yang tidak pernah bersosialisasi di masyarakat. Orang yang mempunyai aktualisasi diri

yang baik cenderung selalu ingin mendapatkan pengakuan di dalam kehidupan masyarakat.

Untuk itu pengakuan sangat diperlukan untuk memberikan penghargaan.

3. Kebutuhan Psikis

Dalam kebutuhan psikis pasien pre operasi di dalamnya termasuk rasa ingin tahu, rasa aman,

perasaan religius, tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Apalagi jika orang

tersebut sedang menghadapi masalah baik ringan maupun berat, maka orang tersebut akan

cenderung mencari dukungan sosial dari orang- orang sekitar sehingga dirinya merasa

dihargai, diperhatikan dan dicintai.

2.3 Landasan Teori

Menurut Berns (2007) mengatakan bahwa struktur dasar yang petama yang menjadi

mikrosistem dan memberikan hubungan yang signifikan dengan perkembangan manusia

meliputi dukungan sosial dari keluarga, sekolah, kelompok teman sebaya, masyarakat dan

(43)

anggota keluarga dan lingkungan luar (masyarakat), sehingga dapat mempengaruhi

faktor-faktor tercapainya suatu kegiatan. Sedangkan menurut Sarafino (2008) menyatakan bahwa

terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi apakah seseorang akan menerima dukungan

sosial atau tidak. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah :

1. Faktor dari Penerima Dukungan (Recipient)

Seseorang tidak akan menerima dukungan sosial dari orang lain jika ia tidak suka

bersosial, tidak suka menolong orang lain, dan tidak ingin orang lain tahu bahwa ia

membutuhkan bantuan. Beberapa orang terkadang tidak cukup asertif untuk memahami

bahwa ia sebenarnya membutuhkan bantuan dari orang lain, atau merasa bahwa ia

seharusnya mandiri dan tidak mengganggu orang lain, atau merasa tidak nyaman saat

orang lain menolongnya, atau tidak tahu kepada siapa dia harus meminta pertolongan.

Sasaran dalam penerima dukungan : anak balita, anak usia sekolah, anak remaja, ibu

hamil, ibu menyusui, keluarga dan masyarakat.

2. Faktor dari Pemberi Dukungan (Providers)

Seseorang terkadang tidak memberikan dukungan sosial kepada orang lain ketika ia

sendiri tidak memiliki sumberdaya untuk menolong orang lain, atau tengah menghadapi

stres, harus menolong dirinya sendiri, atau kurang sensitif terhadap sekitarnya sehingga

tidak menyadari bahwa orang lain membutuhkan dukungan darinya. Sasaran dalam

pemberi dukungan : keluarga, sekolah, teman sebaya, masyarakat dan media.

Keluarga memberikan konteks penting bagi suatu keluarga ketika menghadapi

sebuah perkembangan anak dan meskipun terdapat keadaan yang diluar harapan yang

menjadi stressor persamaan yang luas mengenai keluarga, yang signifikan bagi keluarga

(44)

memungkinkan kehidupan keluarga adalah unik. Keluarga juga merupakan lingkungan

pertama dan utama dalam proses tumbuh kembang anak, karena anak belum dapat melakukan

sesuatu dengan sendirinya, sehingga keluarga berperan terhadap tumbuh kembang anak.

Keluarga yang harmonis akan memberikan dampak yang positif terhadap optimalnya

perkembangan anak namun tentu saja tidak ada keluarga tanpa konflik, tanpa dinamika, tanpa

masalah. Keluarga akan memberikan dukungan fisik, emosi, dan ekonomi.

Sekolah mengajarkan anak membaca, menulis, berhitung, ilmu pengetahuan dan

sebagainya guna mendukung perkembangan berbagai keterampilan dan perilaku dengan

modal peran yang dapat memberikan motivasi bagi anak-anak yang lulus dalam belajar

(Berns, 2007).

Teman sebaya merupakan persepsi seseorang terhadap dukungan yang diberikan

orang lain dalam jaringan sosial (misal keluarga dan teman) yang membantu meningkatkan

kemampuan diri untuk bertahan dari pengaruh-pengaruh yang merugikan. Dukungan sosial

meliputi dukungan emosional, informasi atau materi alat bantu yang diberikan.

Masyarakat (lingkungan sekitar) adalah suatu proses yang melalui proses tersebut

individu memperoleh pengetahuan, kemampuan (skills) dan terkait kepribadian yang

memungkinkan untuk beradaptasi sebagai anggota kelompok dan masyarakat yang efektif.

Konsep sosialisasi meliputi pengasuhan anak dan perkembangan sosial.

Media yang meliptu televisi, film, video, buku, majalah, musik, dan komputer. Saat

ini orang sudah cukup akrab dengan media massa, segala informasi tersedia dalam media

massa. Sebagai makhluk sosial, manusia juga melakukan komunikasi satu dengan lainnya

(45)

cara adalah dengan memberi informasi yang berguna, melalui media massa, komunikasi

interpersonal, dan dukungan sosial (Berns, 2007).

Struktur mikrosistem dalam teori Berns (2007), dijelaskan dalam gambar 2.1, dimana

anak-anak tidak dapat dengan sendirinya memanipulasi objek atau melakukan sesuatu apa

yang baik untuk dirinya. Keadaan ini seharusnya didukung oleh peran yang ada disekitarnya

yaitu keluarga, masyarakat, sekolah, media dan teman sebaya atau kelompok-kelompk

dimana dia bisa bersama. Dasar teori ini menjadi pemikiran akan dilaksanakannya suatu

penelitian ini, tetapi dalam penelitian ini hanya melihat dukungan dari keluarga yang diukur

dari dimensi dukungan sosial.

Menurut Orford (1992), dimensi dukungan sosial yang diberikan adalah

1. Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental adalah dukungan berupa bantuan dalam bentuk nyata atau

dukungan material. Menurut Jacobson dalam Orford (1992) dukungan ini mengacu pada

penyediaan benda-benda dan layanan untuk memecahkan masalah praktis. Wills dalam

Orford (1992) menyatakan bahwa dukungan ini meliputi aktivitas-aktivitas seperti

penyediaan benda-benda, misalnya alat-alat kerja, buku-buku, meminjamkan atau

memberikan uang dan membantu menyelesaikan tugas-tugas praktis.

2. Dukungan Informasional

Dukungan informasional adalah dukungan berupa pemberian informasi yang dibutuhkan

oleh individu. Douse dalam Orford (1992) membagi dukungan ini ke dalam 2 (dua)

bentuk. Pertama, pemberian informasi atau pengajaran suatu keahlian yang dapat

memberi solusi pada suatu masalah. Kedua adalah appraisal support, yaitu pemberian

(46)

Wills dalam Orford (1992) menambahkan dukungan ini dapat berupa pemberian

informasi, nasehat, dan bimbingan.

3. Dukungan Penghargaan

Dukungan penghargaan adalah dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang

positif terhadap individu. Menurut Cohent dan Wils dalam Orford (1992), dukungan ini

dapat berupa pemberian informasi kepada seseorang bahwa dia dihargai dan diterima,

dimana harga diri seseorang dapat ditingkatkan dengan mengkomunikasikan kepadanya

bahwa ia bernilai dan diterima meskipun tidak luput dari kesalahan.

4. Dukungan Emosi

Dukungan emosi adalah dukungan yang berhubungan dengan hal yang bersifat emosional

atau menjaga keadaan emosi, afeksi/ekspresi. Menurut Tolsdorf dan Wills dalam Orford

(1992), tipe dukungan ini lebih mengacu kepada pemberian semangat, kehangatan, cinta,

kasih, dan emosi. Leavy dalam Orford (1992) menyatakan dukungan sosial sebagai

perilaku yang memberi perasaan nyaman dan membuat individu percaya bahwa dia

dikagumi, dihargai, dan dicintai dan bahwa orang lain bersedia memberi perhatian dan

rasa aman.

5. Dukungan Integrasi Sosial

Dukungan integrasi sosial adalah perasaan individu sebagai bagian dari kelompok.

Menurut Cohen dan Wills dalam Orford (1992), dukungan ini dapat berupa

menghabiskan waktu bersama-sama dalam aktivitas, rekreasional di waktu senggang.

Dukungan ini dapat mengurangi stress dengan memenuhi kebutuhan afiliasi dan kontak

dengan orang lain membantu mengalihkan perhatian seseorang dari masalah yang

(47)

Ainlay dalam Orford (1992), dukungan ini dapat meliputi membuat lelucon,

membicarakan minat, melakukan kegiatan yang mendatangkan kesenangan.

Society

Gambar 2.1. Kerangka Teori

Sumber : Berns, 2007

2.4 Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori Berns (2007) dan Orford (1992) maka dapat digambarkan

secara skematis kerangka konsep penelitian. Menurut Berns (2007) ada lima faktor pemberi

dukungan sosial yang tercakup di dalam mikrosistem yaitu keluarga, sekolah, teman sebaya,

masyarakat dan media. Dalam kerangka konsep penelitian ini dukungan yang digunakan

Peers

Family

School

Media

Community

(48)

yaitu dukungan yang bersumber dari keluarga, dimensi dukungan yang digunakan yaitu

dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penghargaan, dukungan emosi

dan dukungan integrasi sosial. Sehingga dengan terbentuknya dukungan-dukungan tersebut

dapat tercapainya kelengkapan pemberian imunisasi dasar pada anak.

Dimensi dukungan sosial yang berasal dari keluarga dalam penelitian ini merupakan

variable independen/bebas, yang diukur dengan menggunakan kuesioner tertutup yang

dirancang sendiri, sedangkan kelengkapan pemberian imunisasi dasar merupakan variable

dependen/terikat yang dilihat dari catatan imunisasi yang ada dalam Kartu Menuju Sehat

(KMS).

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Dimensi Dukungan Sosial :

- Dukungan Intstrumental - Dukungan Informasional - Dukungan Penghargaan - Dukungan Emosi

- Dukungan Integrasi Sosial

Kelengkapan Pemberian Imunisasi Dasar Keluarga

(49)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah survey explanatory. Survey explanatory yaitu untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial terhadap kelengkapan pemberian imunisasi dasar (Sulistyaningsih, 2011).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah wilayah kerja Puskesmas Sukaramai Kota Medan, dengan pertimbangan masih rendahnya cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Sukaramai Kota Medan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama empat bulan dimulai dari bulan Desember 2012 sampai Maret 2013.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi

(50)

mempunyai balita usia 1-2 tahun yang masih bersuami di wilayah kerja Puskesmas Sukaramai Kota Medan yang berjumlah 852 orang.

3.3.2. Sampel

Besar sampel dihitung berdasarkan uji hipotesis proporsi populasi tunggal (Lameshow, et.al., 1997), memakai rumus sebagai berikut :

n = 2

Po : Proporsi yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap 0,333 ( Depkes RI, 2010)

Pa : Proporsi yang diharapkan = 0,433

(51)

=

n 179,659 = 180

Berdasarkan rumus tersebut di atas, maka didapatkan besar sampel sebesar 179,659 digenapkan menjadi 180 orang ibu yang mempunyai balita 1-2 tahun. Kriteria inklusi dalam penelitian ini, yaitu ibu yang mempunyai balita usia 1-2 tahun yang masih bersuami, ibu kandung dari anak, dan memiliki KMS, karena diharapkan akan memperoleh data yang lebih baik terkait dengan pengalaman ibu dalam memberikan imunisasi dasar lengkap kepada bayinya. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Simple Random Sampling menggunakan bantuan komputer.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan ibu dengan berpedoman pada kuesioner dan observasi KMS untuk melihat kelengkapan imunisasi. Data sekunder diperoleh melalui studi dokumentasi dari Dinas Kesehatan Kota Medan dan Puskesmas Sukaramai Kota Medan.

3.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum melakukan penelitian dilakukan uji validitas dan reliabilitas di Puskesmas Medan Area, tujuannya adalah untuk mengetahui apakah kuesioner tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur yang dilakukan di Puskesmas Medan Area Kecamatan Medan Area Kota Medan sejumlah 30 orang.

(52)

dengan melihat nilai corrected item total correlation , dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid dan sebaliknya. Nilai r tabel dalam penelitian ini menggunakan critical value of the product moment pada taraf signifikan 95%, maka untuk sampel 30 orang yang diuji nilai r-tabelnya adalah sebesar 0,361.

Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, dengan ketentuan, jika nilai r Alpha > r tabel, maka dinyatakan relialibel (Sugiyono, 2004).

Hasil uji validitas dan reliabilitas instrument penelitian (kuesioner) dapat dilihat pada tabel 3.1. berikut ini:

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrument Penelitian (Kuesioner) di Puskesmas Medan Area Kota Medan

(53)

Dukungan

1. Dukungan sosial adalah dimensi dukungan yang diberikan terkait program pemberian imunisasi dasar yang terdiri dari dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan penghargaan, dukungan emosi dan dukungan integrasi sosial.

a. Dukungan instrumental adalah dukungan yang diberikan kepada ibu dari keluarga untuk melengkapi imunisasi dasar bayi yang mencakup bantuan langsung, dapat berupa jasa, waktu atau uang.

(54)

b. Dukungan informasional adalah dukungan yang diberikan kepada ibu untuk melengkapi imunisasi dasar bayi yang mencakup pemberian nasehat, petunjuk-petunjuk, saran ataupun umpan balik. Dukungan informative juga membantu individu mengambil keputusan karena mencakup mekanisme penyediaan informasi, pemberian nasehat dan petunjuk.

c. Dukungan penghargaan adalah dukungan yang terjadi lewat ungkapan yang positif untuk individu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan positif individu dengan individu yang lain. Jenis dukungan ini membantu individu merasa dirinya berharga, mampu dan dihargai.

d. Dukungan emosi adalah dukungan yang mencakup kepedulian, semangat, cinta kasih dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan. Dukungan emosional merupakan ekspresi dari kepercayaan, perhatian dan perasaan di dengarkan.

e. Dukungan integrasi sosial adalah dukungan masyarakat luas kepada ibu yang membawa bayi untuk mengikuti imunisasi dasar. Dukungan yang mencakup perasaan keanggotan dalam kelompok. Dukungan integrasi sosial merupakan perasaan keanggotaan dalam satu kelompok, saling berbagi kesenangan dan aktivitas sosial.

Gambar

Tabel 2.2 Waktu yang Tepat untuk Pemberian Imunisasi Dasar
Gambar 2.1. Kerangka Teori
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrument Penelitian (Kuesioner) di Puskesmas Medan Area Kota Medan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menyatakan bahwa pasangan usia subur dengan jumlah anak 0-2 berpeluang lebih tinggi tidak menggunakan MKJP dibandingkan dengan pasangan usia subur yang

Hubungan antara uang saku, karakteristik keluarga, pengetahuan gizi, kebiasaan sarapan, aktivitas fisik dengan densitas energi konsumsi, status gizi dan daya ingat

Peneliti berkeinginan untuk mengatasi permasalahan absensi tersebut dengan memanfaatkan metode data mining, khususnya metode market basket analysis, untuk mendeteksi

Metode yang digunakan adalah dengan metode sosialisasi dan kuisioner pada masyarakat sekitar kawasan hutan untuk menghimpun pendapat dan keinginan masyarakat terhadap sistem

satu dari dua hal atau lebih. Kata-kata konjungsi itu ada yang menghubungkan hal-hal yang setara .Contoh.. kata: apabila, bila, bilamana, demi, hingga, ketika,

Mata kuliah ini memberikan pengetahuan dan pengertian tentang peranan akuntansi dalam perencanaan dan pengendalian biaya serta membantu memberikan informasi yang berkaitan

The empirical results (n = 1,028) identify entertainment value as well as information value as the strongest drivers of the acceptance of the mobile phone as an innovative medium

The SCANSITES 3D ® is based on the combination of the SCANSITES ® method, an advanced tool which provides numeric defect inspection of large structures, a new wide ranged