• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Tinjauan Pustaka Berat Badan Lahir dengan Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB II Tinjauan Pustaka Berat Badan Lahir dengan Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1. Pengertian Berat Badan Lahir

Berat badan lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir. Berdasarkan hubungan antara berat lahir dengan umur kehamilan, berat bayi lahir dapat dikelompokkan menjadi Sesuai Masa Kehamilan (SMK), Kecil Masa Kehamilan (KMK) dan Besar Masa Kehamilan (BMK) dan dengan cara yang sama berdasarkan umur kehamilan saja bayi-bayi dapat digolongkan menjadi bayi kurang bulan, cukup bulan dan lebih bulan (Kosim, 2012).

Pengukuran berat badan bayi lahir harus segera dilakukan pada satu jam pertama kelahiran bayi. Hal ini dilaksanakan untuk mendapatkan berat lahir bayi yang akurat sebelum terjadinya penurunan berat badan setelah lahir yang signifikan pada bayi baru lahir (WHO, 2004).

Menurut Kosim (2010) ada beberapa klasifikasi pada berat badan lahir, yaitu :

a. Klasifikasi berdasarkan berat lahir 1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

BBLR adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir <2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Dahulu bayi ini dikatakan prematur kemudian disepakati disebut Low Birth Weight Infant atau BBLR karena bayi tersebut tidak selamanya prematur tetapi dapat cukup bulan maupun lebih bulan. Istilah BBLR telah digunakan oleh WHO (World Health

Organization) sejak tahun 1961 dan disetujui dalam World Health Assembly ke 29 pada tahun 1976.

(2)

2) Berat Lahir Normal

Bayi berat lahir normal adalah bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir > 2500 - 4000 gram.

3) Berat Lahir Lebih

Bayi berat lahir lebih adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir lebih > 4000 gram.

b. Klasifikasi berdasarkan masa gestasi atau umur kehamilan : 1) Bayi Kurang Bulan (BKB)

Bayi dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (< 259 hari).

2) Bayi Cukup Bulan (BCB)

Bayi dilahirkan dengan masa gestasi 37- 42 minggu (259-293 hari).

3) Bayi Lebih Bulan (BLB)

Bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (294 hari).

Menurut Saifuddin (2009), diklasifikasikan berdasarkan berat badan waktu lahir, yaitu :

a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi lahir dengan berat 1.500-2.500 gram

b. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi lahir dengan berat <1.500 gram

c. Bayi Berat Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir dengan berat <1.000 gram.

2. Berat Badan Lahir Normal a. Pengertian

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 – 42 minggu dan berat badannya 2500 – 4000 gram (Dewi, 2010).

(3)

Menurut Dewi (2010), ciri-ciri bayi normal yaitu lahir aterm antara 37–42 minggu, berat badan 2500–4000 gram, panjang badan 48–52 cm, lingkar dada 30–38 cm, lingkar kepala 33–35 cm, lingkar lengan 11–12 cm, frekuensi denyut jantung 120–160 x/menit, pernafasan ± 40–60 x/menit, kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup, rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai apgar > 7, gerak aktif, bayi lahir langsung menangis kuat, reflek rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik, reflek sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik, reflek morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik, reflek grasping (reflek menggenggam) sudah baik, genitalia pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis yang berlubang, pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora, eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecokelatan.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan lahir

Menurut Pantiawati (2011), faktor yang mempengaruhi berat badan bayi lahir adalah genetik, asupan nutrisi (makan, minum, dan kudapan), penyerapan dan pengeluaran usus, aktifitas fisik, metabolisme tubuh dan hormon, penyakit kronik, seperti jantung, Infeksi Saluran Kemih (ISK), dan TBC, kadar air dan lemak tubuh.

(4)

berat janin. Berat badan lahir memiliki hubungan yang berarti dengan berat plasenta dan juga berhubungan dengan luas permukaan villus plasenta. Disfungsi plasenta yang sering terjadi berakibat pada gangguan pertumbuhan janin. Ibu yang mengalami malnutrisi juga berpengaruh terhadap pertumbuhan janin. Infeksi virus tertentu berhubungan dengan gangguan pertumbuhan janin. Bayi-bayi yang menderita infeksi rubella dan sitomegalovirus umumnya mengalami gangguan pertumbuhan janin. Faktor genetik juga berpengaruh terhadap pertumbuhan janin. Diperkirakan 40% dari seluruh variasi berat badan lahir berkaitan dengan kontribusi genetik ibu dan janin. Hubungan yang berarti antara berat badan lahir ibu dan janin berlaku pada semua ras.

Polin RA dan Spitzer AR (2007) menambahkan secara garis besar faktor-faktor yang berhubungan dengan berat badan lahir dapat digolongkan menjadi empat faktor yaitu faktor ibu termasuk usia, paritas, jarak kelahiran, status gizi, penyakit ibu, anemia, teratogen, dan riwayat obstetri. Faktor plasenta meliputi implantasi plasenta abnormal, solusio plasenta, infark, infeksi dan anomali plasenta. Faktor janin meliputi kelainan kromosom, kelainan kongenital, jenis kelamin, kehamilan kembar, infeksi dan faktor lingkungan meliputi status sosioekonomi, stres, tempat tinggal dan pendidikan.

3. Bayi Berat Lahir Rendah a. Pengertian

(5)

rendah dari semestinya sekalipun cukup bulan atau karena kombinasi keduanya (Manuaba, 2010).

b. Etiologi

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Ada beberapa faktor penyebab BBLR, antara lain (Mitayani, 2009) :

1) Faktor ibu seperti : gizi saat hamil yang kurang, umur ibu <20 tahun atau >35 tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu dekat, penyakit menahun ibu seperti hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok), faktor pekerja yang terlalu berat. 2) Faktor kehamilan seperti : hamil dengan hidramnion, hamil

ganda, perdarahan antepartum, komplikasi hamil : preeklamsia atau eklampsia, ketuban pecah dini.

3) Faktor Janin seperti : cacat bawaan dan Infeksi dalam rahim. c. Pencegahan BBLR

Menurut Israr (2008), pada kasus Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun waktu kekamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga beresiko, terutama faktor resiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.

(6)

3) Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun reproduksi sehat (20-34 tahun). Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.

4. Penilaian Status Gizi Bayi a. Pengertian

Penilaian status gizi pada bayi dengan menggunakan indeks antropometri yaitu parameter antropometri. Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri, indeks antropometri yang sering digunakan untuk bayi yaitu dengan : 1) Berat badan menurut umur (BB/U) yaitu salah satu parameter

yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitive terhadap perubahan yang mendadak dan merupakan parameter antropometri yang sangat labil serta menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Supariasa et al, 2002).

2) Berat badan menurut panjang badan (BB/PB)

Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Indeks BB/PB adalah indeks yang independen terhadap umur dan merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat kini (Supariasa et al, 2002).

B. Kenaikan Berat Badan Ibu Hamil 1. Pengertian kehamilan

(7)

trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27) dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2011).

2. Penyebab kenaikan berat badan selama hamil

Kenaikan berat badan selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain (Solahuddin, 2010) :

a.

Cairan ketuban

Puncak volume air ketuban biasanya pada usia kehamilan 36-38 minggu. Cairan ketuban dikatakan kurang bila volumenya di bawah 500 cc. Kekurangan (oligohidramion) atau kelebihan cairan ketuban (polihidramion) dapat dijadikan indikator terjadinya sesuatu pada janinnya; apakah karena saluran cerna, kelainan tulang belakang dan lainnya. Adanya ketidaknormalan air ketuban ini baru terjadi setelah usia kehamilan 22 minggu atau sekitar 5 bulan.

b.

Pembesaran organ-organ

Ukuran ketebalan dinding rahim normal 1,25 cm, panjangnya 7,5 cm dengan lebar 5 cm, berat sekitar 50-80 gram. Sementara itu rahim ibu hamil ketebalan dindingnya sekitar 1,5 cm, berat 900-1000 gram, panjangnya 35 cm.

c.

Peningkatan jumlah cairan tubuh

Air merupakan komponen utama peningkatan berat badan selama kehamilan. Jumlah air yang teretensi pada kehamilan aterm (cukup bulan) dapat mencapai sekitar 6,5 liter. Setelah persalinan (nifas) akan terjadi penurunan berat badan sampai 2.300 gram dalam 10 hari. Penurunan berat badan ini tergantung 3 hal, yaitu jumlah cairan yang teretensi selama kehamilan, dehidrasi selama proses persalinan, dan kehilangan darah selama proses persalinan.

(8)

Terjadi peningkatan metabolisme sebesar 30% dibanding perempuan tidak hamil, yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan uterus dan janin.

e. Bertambahnya volume sel darah

Mulai usia kehamilan 10 minggu, volume sel darah meningkat sampai maksimal 30% pada usia kehamilan 30-32 minggu. Kemudian volume relatif stabil sampai kehamilan cukup bulan (38-40 minggu) Selain itu, terjadi pula peningkatan volume plasma (cairan darah), selama kehamilan hingga dapat mencapai maksimal sekitar 40%. Total peningkatan volume plasma dapat mencapai 1,3 liter.

3. Pengaruh gizi pada kehamilan

Menurut Pudjiadi (2005) dalam Sulistyoningsih (2012), keadaan gizi ibu sebelum dan selama hamil mempengaruhi status gizi ibu dan bayi. Pertumbuhan dan perkembangan janin sangat dipengaruhi oleh asupan gizi ibu, karena kebutuhan gizi janin berasal dari ibu. Berbagai risiko dapat terjadi jika ibu mengalami kurang gizi, diantaranya adalah perdarahan, abortus, bayi lahir mati, bayi lahir dengan berat rendah, kelainan kongenital, retardasi mental, dan lain sebagainya. Penelitian yang dilakukan terhadap 216 wanita hamil di sebuah klinik di Boston menunjukkan bahwa ibu hamil dengan gizi kurang dan buruk dapat melahirkan bayi dengan kondisi fisik kurang, beberapa bayi lahir mati, meninggal setelah beberapa hari lahir, dan sebagian besar lahir dengan cacat bawaan.

(9)

trimester terakhir cenderung akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (kurang dari 2500 gram), hal ini dikarenakan pada masa ini janin akan tumbuh dengan sangat cepat dan terjadi penimbunan jaringan lemak

4. Pemantauan status gizi ibu selama hamil

Pemantauan status gizi ibu hamil dapat dilakukan dengan melihat penambahan berat badan selama kehamilan. Kenaikan berat badan bisa dijadikan indikator kesehatan ibu dan juga janinnya. Laju pertambahan berat badan selama kehamilan merupakan petunjuk yang sama pentingnya dengan pertambahan berat itu sendiri. Oleh karena itu, sebaiknya ditentukan patokan besaran pertambahan berat sampai kehamilan berakhir, sekaligus memantau prosesnya dan dituliskan dalam KMS ibu hamil. Pemantauan yang sering dilakukan adalah dengan pemeriksaan antropometri yaitu dengan melakukan penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, dan penentuan berat badan ideal serta pola pertambahan berat. Upaya pemantauan status gizi ibu selama hamil memerlukan data berat badan sebelum hamil serta berat badan pada kunjungan pertama. Berat badan sekarang diperlukan untuk penentuan pola pertambahan berat badan ibu hamil. Hal ini sangat diperlukan sebagai pertimbangan prognosis serta perlu tidaknya intervensi gizi (Arisman (2004) dalam Sulistyoningsih (2012)).

(10)

selama hamil tidak mengalami kekurangan atau sebaliknya kelebihan. Ibu hamil dengan berat badan kurang harus mengatur asupan gizinya sehingga bisa mencapai berat badan normal, sedangkan ibu dengan berat badan berlebih tetap dianjurkan makanan yang seimbang dengan bahan makanan bervariasi, dengan mengurangi bahan makanan berkalori tinggi serta lemak (Sulistyoningsih, 2012).

5. Kebutuhan gizi ibu selama hamil

Kebutuhan gizi ibu hamil pada setiap trimester berbeda, hal ini disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan janin serta kesehatan ibu. Pemenuhan kebutuhan gizi pada trimester pertama lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas. Hal ini dikarenakan pada masa ini sedang terjadi pembentukan sistem saraf, otak, jantung dan organ reproduksi janin, selain itu pada masa ini tidak sedikit ibu yang mengalami mual muntah sehingga tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan gizi secara kuantitas. Pemenuhan kebutuhan gizi pada trimester II dan III, selain memperhatikan kualitas juga harus terpenuhi secara kuantitas (Kasdu, 2006).

Tabel 2.1

Kebutuhan vitamin dan mineral Ibu

Kebutuhan zat gizi Tidak hamil Hamil

Vitamin A 500 + 300

Vitamin B1 1 + 0,3

Vitamin B2 1,1 + 0,3

Niacin 14 + 4,0

Vitamin B12 2,4 + 0,2

Asam folat 400 + 200

Piridoksin 1,3 + 0,4

Vitamin C 75 + 10

Vitamin D 5 + 0

Vitamin E 15 + 0

Vitamin K 55 + 0

Kalsium 800 +150

(11)

Magnesium 240-270 + 30

Zat besi 26 + 30

Seng 9,8 + 1,7

Iodium 150 + 50

Selenium 30 + 5

Sumber : Daftar angka kecukupan Gizi yang dianjurkan, 2004

6. Pertambahan berat badan

Kenaikan berat badan setiap wanita hamil berbeda, tergantung dari tinggi badan dan berat badanya sebelum kehamilan, ukuran bayi dan plasenta, dan kualitas diet makan sebelum dan selama kehamilan. Berdasarkan dari perhitungan BMI (body mass index), peningkatan berat badan selama kehamilan tergantung dari berat badan sebelum hamil. Perhitungan BMI menggunakan ukuran berat badan dan tinggi badan untuk memperkirakan jumlah total lemak dalam tubuh. Dengan BMI juga dapat dipakai untuk menilai adanya risiko penyakit jantung, diabetes, dan penyakit lainya secara umum (Suririnah, 2008).

Berat badan sebelum kehamilan (kg) BMI =

Tinggi badan (m) × tinggi badan (m)

Misalnya:

Berat badan sebelum kehamilan = 50 kg, tinggi badan = 1,6 m. 50 50

Maka perhitungan BMI = = = 19,53 1,6× 1,6 2,56

(12)

berkurang, akan menghambat pertumbuhan janin dalam kandungan seperti BBLR dan gangguan kehamilan lainya (Suririnah, 2008).

Tabel 2.2

Peningkatan berat badan yang diharapkan selama kehamilan

Sumber : Institute of Medicine (2009)

Ibu hamil yang mempunyai peningkatan berat badan yang terlalu berlebihan akan beresiko terjadinya komplikasi kehamilan seperti diabetes gestasional (kenaikan kadar gula darah karena adanya proses kehamilan) atau terjadinya preeklampsia (keracunan kehamilan dimana terjadi peningkatan tekanan darah). Selain itu, penimbunan lemak tubuh yang berlebihan akan membuat berat badan sulit turun setelah melahirkan nantinya (Suririnah, 2008).

Tabel 2.3

Analisis penambahan berat badan berdasarakan proses fisiologis selama kehamilan 25 - 29,9 Berat badan berlebihan 6 - 11 Kg 18,5 - 24,9 Berat badan Ideal 11 - 15 Kg

(13)

Cairan amnion pertumbuhan dan perkembangan janin, pemeliharaan dan kesehatan ibu, serta persediaan untuk masa laktasi, baik untuk janin maupun ibu (misalnya, persediaan zat besi, protein, dan kalsium). Makanan harus seimbang dan mengandung semua zat gizi dalam jumlah yang cukup. Pada saat hamil, yang paling diperlukan adalah makanan yang banyak mengandung zat pembangun, vitamin, dan mineral (zat besi dan kalsium) (Saminem, 2008).

Penambahan berat badan per trimester lebih penting daripada penambahan berat badan keseluruhan. Pada trimester pertama peningkatan berat badan hanya sedikit, antara 0,7 - 1,4 kg. Pada trimester berikutnya akan terjadi peningkatan berat badan yang dapat dikatakan teratur, yaitu 0,35 - 0,4 Kg per minggu (Salmah, 2006).

7. Contoh menu makanan seimbang pada ibu hamil

Menurut Kristiyanasari (2010), contoh menu makanan seimbang pada ibu hamil, meliputi :

(14)

b) Makan siang : nasi 3 porsi (300 gram) dengan lauk, sayur dan buah sama dengan pagi. Makan selingan : susu 1 gelas dan buah 1 potong sedang.

c) Makan malam : nasi 2,5 porsi (250 gram) dengan lauk, sayur dan buah sama dengan paagi atau siang. Selingan susu 1 gelas.

8. Faktor yang mempengaruhi kenaikan berat badan pada kehamilan Menurut Arisman (2004), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kenaikan berat badan pada kehamilan yaitu :

a) Makan terlalu banyak

Makan terlalu banyak merupakan faktor kenaikan berat badan pada kehamilan. Pada trimester pertama biasanya mengalami mual di pagi hari dan tidak bisa menelan makanan. Pada trimester kedua indra perasa sudah mulai peka kembali, tidak lagi mengalami mual dan muntah ketika melihat makanan. Pada trimester ketiga selera makan mulai meningkat sehingga makan secara terus menerus dan terjadi peningkatan berat badan.

b) Kualitas makanan

Hal yang mempengaruhi masalah berat badan selama kehamilan bukan hanya berapa banyak yang kita makan, melainkan kualitas makanan yang kita makan, sehingga menyebabkan berat lebih dari kuantitasnya.

c) Selera makan yang besar

Hampir setiap perempuan hamil menyadari bahwa selera makannya meningkat dan mengalami serangan lapar yang hebat, terkadang juga mengidam yang aneh-aneh. Hal ini karena bukan hanya mencukupi kebutuhan ibunya saja melainkan untuk kebutuhan janinnya, sehingga memunculkan selera makan yang tinggi.

(15)

Ketika orang emosi, khawatir, cemas, frustasi, marah, maka akan mencari pelampiasan dengan memalingkan pada makanan. Kehamilan adalah saat ketika banyak perempuan mengalami berbagai emosi, dengan begitu akan menambah pola makan sehari – hari.

e) Usia

Dengan bertambahnya usia, kemungkinan besar akan mendapatkan kenaikan berat yang lebih banyak, selain itu kecepatan metabolisme melambat sehingga menyebabkan kenaikan berat badan mudah terjadi.

f) Olahraga

Saat hamil biasanya akan menurunkan tingkat kegiatan dengan begitu tidak banyak menggunakan energi dan energi banyak yang tersimpan sehingga kondisi demikian akan mempermudah terjadi kenaikan berat badan.

9. Hubungan Berat Badan Ibu Selama Kehamilan dengan Berat Badan Lahir

Idealnya hasil kehamilan adalah melahirkan bayi aterm yang sehat dengan berat badan lahir normal. Kisaran berat badan lahir dikaitkan dengan hasil ibu yang optimal dalam hal pencegahan komplikasi kehamilan, persalinan, kematian ibu dan hasil janin yang optimal dalam hal mencegah morbiditas dan mortalitas perinatal dan memungkinkan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin yang memadai (Williamson, 2006).

(16)

badan di luar rentang yang direkomendasikan (Taffel et al, 1993; Abrams et al, 2000, Groth, 2006 dalam IOM 2009)

Abrams dan Laros (1986) dalam Cunningham et al (2010) mempelajari efek pertambahan berat ibu terhadap berat lahir pada 2946 kehamilan dengan persalinan aterm. Pertambahan berat badan ibu mempengaruhi berat lahir. Wanita yang beratnya kurang, melahirkan bayi yang lebih kecil sedangkan yang sebaliknya berlaku pada wanita yang berat badannya berlebih.

Di Inggris kenaikan berat badan selama hamil umumnya mencapai 11-16 kg, tetapi angka ini sangat bervariasi. Rata-rata pertambahan berat badan dalam trimester kedua dan ketiga harus mencapai rata-rata 0,4 kg/minggu untuk wanita dengan berat badan normal, lebih kecil 0,3 kg/minggu untuk wanita dengan berat badan berlebih dan lebih besar 0,5 kg/minggu untuk wanita dengan berat badan kurang. Kenaikan berat badan yang berlebihan dikaitkan dengan bayi besar, sehingga meningkatkan risiko persalinan dan sebaliknya rendahnya pertambahan berat badan menimbulkan risiko berat lahir rendah dengan berbagai kemungkinan implikasi jangka panjang terhadap kesehatan (Barasi, 2009).

(17)

peningkatan hipertensi gestasional (OR=1,31) dan berat lahir ≥ 4000 g (OR=1,30). Pada wanita yang obesitas, kelebihan berat badan dikaitkan dengan tingkat peningkatan berat lahir ≥ 4000 gram (OR=1,20) dan kelainan metabolik neonatal (OR=1,31).

Martin et al (2009) dalam Cunningham et al (2010) mempelajari pengaruh penambahan berat badan ibu selama hamil dengan berat lahir dengan menggunakan data akta kelahiran tahun 2006. Terdapat 60% wanita hamil menambah berat sebesar 26 lb atau lebih. Penambahan berat ibu memperlihatkan korelasi positif dengan berat lahir dan wanita dengan risiko terbesar 14% untuk melahirkan bayi dengan berat kurang dari 2500 gr adalah mereka yang penambahan beratnya kurang dari 16 lb. Hampir 19% kelahiran dari wanita dengan penambahan berat badan yang rendah tersebut adalah persalinan kurang bulan.

Wanita yang memulai kehamilannya saat masih obesitas atau yang mengalami peningkatan berat badan berlebihan selama kehamilan akan berisiko mengalami gangguan hipetensi, termasuk hipertensi akibat kehamilan. Ibu juga berisiko tinggi mengalami diabetes gestasional dan kedua kondisi ini menyebabkan ibu cenderung akan melahirkan secara seksio sesaria. Ibu juga dapat melahirkan bayi yang berukuran kecil atau lebih besar dari usia kehamilan yang seharusnya. Jika menderita kekurangan nutrisi, ibu berisiko tinggi mengalami anemia, kelahiran prematur dan retriksi pertumbuhan intrauterin dan kematian perinatal (Fraser dan Cooper, 2009).

(18)

plasenta tidak berkembang dengan baik sehingga tidak mampu menyuplai zat gizi dalam jumlah cukup untuk kebutuhan janin. Akibat yang mungkin terjadi adalah pertumbuhan janin terhambat, bayi cacat sejak lahir, keguguran atau bayi lahir mati, bayi prematur atau berat badan lahir rendah. Ibu yang mengalami gizi lebih sebelum kehamilan berisiko tinggi terhadap penyakit tekanan darah tinggi, diabetes melitus, penyakit jantung dan hal ini akan berdampak buruk bagi bayi yang dilahirkan (Almatsier, 2011).

Williamson (2006) menyebutkan bahwa wanita dengan berat badan sebelum kehamilan normal telah terbukti berhubungan dengan risiko rendah dari komplikasi selama kehamilan dan persalinan dan dengan penurunan risiko memiliki berat lahir bayi rendah. Berat badan kehamilan rendah meningkatkan risiko memiliki bayi BBLR, sedangkan berat badan yang berlebihan selama kehamilan meningkatkan risiko kelebihan berat badan dan obesitas pada ibu setelah melahirkan dan bayi yang dilahirkan besar. Makrosomia dikaitkan dengan komplikasi obstetri, trauma kelahiran dan tingkat yang lebih tinggi morbiditas dan kematian neonatal. BBLR juga dikaitkan dengan peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas neonatal. BBLR adalah penyebab utama kematian bayi, hal ini terkait dengan defisit dalam pertumbuhan dan perkembangan kognitif kemudian hari serta penyakit paru, diabetes dan penyakit jantung.

(19)

C. KERANGKA TEORITIS

Faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan lahir meliputi :

Gambar 2.1 Kerangka teori faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan lahir dari Koepp (2011), Kosim (2012) dan Wong (2003).

Menurut Koepp (2011) :

- IMT sebelum hamil

- Kenaikan berat Badan ibu selama Kehamilan

Menurut Kosim (2012) : - Plasenta

- Malnutrisi - Infeksi - Genentik

Berat Badan Lahir

Menurut Wong (2003) :

- Faktor Ibu

Gambar

Tabel 2.1Kebutuhan vitamin dan mineral Ibu
Tabel 2.2Peningkatan berat badan yang diharapkan selama kehamilan
Gambar 2.1  Kerangka teori faktor-faktor yang mempengaruhi berat badanlahir dari Koepp (2011), Kosim (2012) dan Wong (2003).

Referensi

Dokumen terkait

Dan dapat memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada kehamilan persalinan nifas bayi baru lahir dan keluarga berencana sesuai dengan standar dalam melaksanakan

Tanggal Penandatanganan Akta Penggabungan 21 Januari 2011 Periode pembelian saham dari pemegang saham publik ICON yang 25 – 27 Januari 2011 tidak setuju terhadap

Karena penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai penerapan levels of inquiry dalam pembelajaran, maka diperlukan kelompok yang diberi perlakuan dan

Mall yang tergabung dalam Agung Sedayu Group, memiliki program undian berhadiah setiap tahunnya. Mall Agung Sedayu Group sebelumnya telah memiliki sistem undian

Penata sangat menyadari tanpa bantuan dari pihak-pihak lain karya ini tidak akan berjalan dengan baik, tanpa bantuan dan dukungan dari pihak–pihak yang telah

Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan jurnal-jurnal diatas adalah variabel yang digunakan tidak hanya tingkat inflasi, tingkat PDRB dan jumlah pengangguran, tetapi

SKL Ekspor Impor Page 29 Terkait dengan kursus dan pelatihan Ekspor Impor Level IV sesuai KKNI, maka. pembelajaran lampau yang dapat diakui sebagai bagian dari

Umbi belah empat menghasilkan tanaman yang lebih tinggi dibanding umbi belah dua dan lapisan suberin yang lebih tebal terdapat pada umbi bibit yang direndam