Bahan Perkerasan (3 SKS)
Eka Faisal Nurhidayatullah, S.T., M.T.
Mata Kuliah
: Bahan Perkerasan
Pengampu
: Eka Faisal Nurhidatayatullah, S.T., M.T.
Semester
: V
Bobot SKS
: 3 SKS
Kelas
: E
Hari/Jam
: Rabu/11.10 - 13.40 WIB
Perancangan Struktur Perkerasan
Metode AASHTO 1972
–
Sejarah & perspektif
AASHO
(American Assoc. of State Highway
Organizations)
Road Test
tahun 1956
–
1962
Tujuan:
"...to study the performance of
pavement structures of known thickness
under moving loads of known magnitude and
frequency.
“
Lokasi: Interstate Hwy 80, Ottawa, Illinois,
USA
Investasi USD 27 juta
Objek studi: perkerasan beraspal, perkerasan
PCC, dan beberapa tipe jembatan bentang
pendek
Performance Measurements :
The following measurements of performance were collected:
•Roughness and visual distress (both Flexible Pavement and Rigid Pavement (PCC)) •Deflections, strains, etc.
•Pavement Serviceability Index (PSI)
Perancangan Struktur Perkerasan Metode AASHTO 1972
Perancangan Struktur Perkerasan Metode
AASHTO 1972
–
Prinsip-prinsip desain
AASHO Road Test
menghasilkan
“
hubungan-hubungan
(empiris, dibantu teori-teori & data-data
praktikal)
yang menunjukkan bagaimana
kinerja perkerasan
dipengaruhi oleh
desain strukturalnya
dan
pembebanan
yang didukungnya
”
Desain struktural direpresentasikan oleh
ketebalan
komponen struktural perkerasan
Pembebanan direprentasikan oleh
berat
dan
frekuensi
gandar (axle load)
Konsep
Structural Number (SN)
Structural Number
(SN) menggambarkan
kebutuhan struktural keseluruhan
(overall structural
requirement) yang diperlukan untuk mendukung pembebanan lalulintas.
SN adalah
angka abstrak
yang menggambarkan
kekuatan
struktur suatu perkerasan yang
diperlukan sebagai akibat dari kombinasi antara:
(1)
daya dukung tanah
,
(2)
total pembebanan
,
(3)
tingkat layanan akhir
, dan
Konsep Structural Number (SN) … (lanjutan)
SN = a
1D
1+ a
2m
2D
2+ a
3m
3D
3
SN dikonversikan menjadi
ketebalan aktual
lapis-lapis
perkerasan (misal 150 mm beton aspal) menggunakan
koefisien lapisan
(a)
yang menggambarkan kekuatan
relatif material yang digunakan pada lapisan tersebut.
Selain koefisien lapisan, semua lapisan di bawah lapis
permukaan
memiliki
koefisien
drainasi
(m)
yang
menggambarkan kehilangan kekuatan relatif pada lapisan
tersebut akibat karakteristik drainasinya dan waktu total
lapisan tsb terpapar kondisi kelembaban mendekati jenuh
(near-saturation moisture)
Koefisien drainasi (m) belum dimasukkan ke dalam persamaan yang dibangun tahun 1972
Sering dianggap bernilai = 1.0, meski ada lapisan “quick-draining”
dapat memiliki nilai m hingga 1.4, atau hingga 0.4 untuk lapisan “slow
-draining”
Perancangan Struktur Perkerasan
Metode AASHTO 1972
–
Prinsip-prinsip desain
a1Perancangan Struktur Perkerasan Metode
AASHTO 1972
–
Prinsip-prinsip desain
Konsep
Pembebanan lalulintas (
traffic loading
)
Persamaan-persamaan
yang
dihasilkan
dari
AASHO Road Test
diperloleh berdasarkan
aplikasi berbagai beban menggunakan
satu
macam
kendaraan (truk)
Beban yang dijadikan referensi (standar) adalah
beban gandar tunggal 18 kips (80 kN
)
Perancangan Struktur Perkerasan Metode AASHTO 1972
–
Prinsip-prinsip desain
Konsep
Dukungan Tanah Dasar (
soil support
)
Kinerja struktur perkerasan berkait langsung dengan sifat-sifat fisik dan kondisi tanah dasar
Metode AASHTO untuk perkerasan lentur mengasumsikan bahwa pada umumnya sifat fisik dan
kondisi tanah dasar untuk keperluan perkerasan jalan cukup diwakili oleh satu kuantitas yang
disebut
Soil support value (S)
Tanah dasar dengan nilai
S
kecil akan berakibat pada lebih tebalnya perkerasan yang harus
digelar di atasnya
Problem terkait tanah dasar
perlu perbaikan tanah utk mendukung kinerja perkerasan
Ada tanah yg sangat ekspansif, organik, resilien
ketidak seragaman daya dukung tanah yang disebabkan oleh variasi jenis dan kondisi tanah.
pemadatan tambahan oleh beban lalulintas terhadap tanah yang pemadatannya kurang
sempurna ketika dikonstruksi.dan
Perancangan Struktur Perkerasan Metode AASHTO 1972
–
Prinsip-prinsip desain
Konsep
Indeks Tingkat Pelayanan (
Serviceability Index
)
Tingkat pelayanan perkerasan (
pavement serviceability
) dipahami sebagai kemampuan
perkerasan untuk melayani lalulintas kendaraan berat (truk) berkecepatan tinggi.
Present Serviceability Index (PSI)
berskala
0
–
5
dikembangkan selama periode
pengujian AASHO Road Test berdasarkan opini ahli (
expert opinion
); 0 menggambarkan
index terendah, 5 index tertinggi.
Penilaian PSI pada dasarnya merupakan penilaian kualitas berkendara (
ride quality)
oleh
panel ahli yang dikorelasikan dengan hasil pengukuran fisik permukaan perkerasan jalan
(misal:
slope variance, rutting, pothole, dan cracking
).
Perancangan Struktur Perkerasan
Metode AASHTO 1972
–
Prinsip-prinsip desain
Konsep
Indeks Tingkat Pelayanan (
Serviceability Index
)
Nilai PSI 4,2 dan 1,5 diperoleh dari kondisi perkerasan jalan awal dan akhir pengujian pada AASHO Road Test
Jumlah Repetisi Beban Gandar Tunggal Ekivalen (ESAL) Skala Log
0 4.2
P f
1.5
P S I
P 0
Konsep
Indeks Tingkat Pelayanan (
Serviceability Index
)
Dari grafik PSI vs Beban lalulintas di atas:
Rasio (dalam logaritma) antara kehilangan tingkat pelayanan pada waktu t terhadap
kehilangan tingkat pelayanan pada saat Pt = 1,5
dilambangkan dengan Gt
Hubungan antaraGtdengan jumlah repetisi beban ESAL pada akhir waktut (dilambangkan dengan Wt) dan akumulasi beban ESAL pada saat Pt = 1,5 didefinisikan sebagai:
b merupakan suatu fungsi desain (SN) dan variabel-variabel pembebanan (L1 dan L2) yang mempengaruhi bentuk kurva tingkat pelayanan:
r merupakan suatu fungsi desain (SN) dan variabel-variabel pembebanan (L1 dan L2) yang menunjukkan besarnya akumulasi beban repetisi (ESAL) yang diharapkan terjadi pada saat Pt = 1,5:
Perancangan Struktur Perkerasan
Metode AASHTO 1972
Perancangan Struktur Perkerasan Metode AASHTO 1972
–
Prinsip-prinsip desain
Rumus utama di atas hanya berlaku pada kondisi cuaca dan tanah yang serupa dengan kondisi pada AASHO Road Test. Untuk memperhitungkan variasi kondisi cuaca di luar kondisi pengujian, rumus tersebut dikoreksi dengan suatuFaktor Regional (R)
Setelah dikoreksi dengan kedua faktor di atas, persamaan utama yang menghubungkan antara akumulasi repetisi beban standar (sumbu tunggal 18 kips) , Wt18, pada suatu tingkat pelayanan tertentu, Pt, dengan kebutuhan struktural keseluruhannya (SN) dengan mempertimbangkan faktor cuaca regional (R) dan nilai daya dukung tanah (Si)menjadi:
Untuk memperhitungkan variasi kondisi tanah di luar kondisi pengujian, rumus tersebut dikoreksi berdasarkan kondisi dukungan tanah setempat (Si)
Nilai daya dukung tanah (DDT) metode AASHTO 1986 dinyatakan dalam modulus resilien (Mr) atau korelasi dengan CBR, sedangkan
Perancangan Struktur Perkerasan Metode AASHTO
–
Prinsip-prinsip desain
Konsep
Ekuivalensi beban lalulintas
Beban lalulintas (beban gandar aktual) harus dikonversikan ke dalam beban standar
gandar tunggal 18 kips (= 80 kN = 8,2 Ton)
Equivalent 18-kips Single Axle Loads
(ESAL)
Ekivalensi diperoleh dengan membandingkan besarnya repetisi beban Lx dan L18 yang
memberikan tingkat kerusakan yang sama, yaitu sebesar log Wt
x/
Wt
18
Persamaan ekuivalensi:
Perancangan Struktur Perkerasan Metode AASHTO
–
Prinsip-prinsip desain
Konsep
Ekuivalensi beban lalulintas
Contoh hitungan: Berapa nilai ekivalensi suatu gandar tandem dengan berat 40.000 lb (178 KN) pada perkerasan dengan SN = 5 dan Pt = 2,5?
Jawaban: 2,08
Perhitungan:
G = b
40= b18=
Latihan Soal:
Perancangan Struktur Perkerasan
Metode AASHTO
–
Tahapan desain
Faktor pertumbuhan lalu lintas (
Growth Factor
)
Jumlah kendaraan dari tahun ke tahun akan terus bertambah
selama umur rencana karena :
Faktor perkembangan daerah
Kemampuan masyarakat membeli kendaraan dan lain-lain
Faktor
ini
di
nyatakan
dalam
persen
pertahun
dengan
persamaan:
Dengan:
Angka PSI diperoleh dari pengukuran kekasaran (roughness), dan pengukuran kerusakan (distress) seperti retak – retak, amblas, alur, dan tipe kerusakan lain selama masa pelayanan.
Roughness merupakan faktor dominan dalam menentukan PSI
Tingkat pelayanan dibagi menjadi dua yaitu tingkat pelayanan awal (pi) dan tingkat pelayanan akhir (pt).
Tingkat pelayanan awal berdasar AASHTO diharuskan sama atau lebih dari 4,0. Nilai tingkat pelayanan awal (pi) yang direkomendasikan oleh AASHTO Road Test adalah 4,2 untuk flexibel pavement.
Angka PSI pada akhir umur rencana (pt) adalah angka yang masih dapat diterima sebelum dilakukannya pelapisan ulang (overlay).
o Angka antara 2,5 atau 3,0 adalah yang disarankan untuk digunakan pada jalan kelas tinggi,
o Angka 2,0 untuk jalan kelas rendah.
o Angka 1,5 dapat dapat digunakan atas dasar pertimbangan ekonomi.
Δ
PSI dihitung dengan perhitungan sebagai
berikut:
Δ
PSI=p
i- p
tDengan :
p
i= Indeks pelayanan pada awal umur rencana
p
t= Indeks pelayanan pada akhir umur rencana
Faktor
–
faktor yang mempengaruhi PSI dari
perkerasan :
Lalu-lintas kendaraan
Umur Jalan
Lingkungan
(Tanah,
Cuaca,
Temperatur,
aliran air dll
AASHTO menghitung angka ekivalen (Ex) sebagai
perbandingan umur perkerasan akibat beban lalulintas standar (18 kips) terhadap umur perkerasan akibat beban lalulintas non standar (x kips), dan besarnya tergantung dari jenis sumbu, indeks pelayanan akhir (pt), serta besarnya angka structural number (SN).
Fungsi logaritma dari perbandingan antara kehilangan tingkat pelayanan dari po sampai pt dengan kehilangan tingkat pelayanan po = 4,2 dan pt = 1,5 dinyatakan sebagai nilai G.
Ekivalensi Beban Lalu Lintas
Jumlah Repetisi Beban Gandar Tunggal Ekivalen (ESAL) Skala Log 0
4.2
P f
1.5
P S R
P 0
P t
Dengan:
Fungsi desain dan
variasi beban sumbu kendaraan
yang
menyatakan jumlah perkiraan
banyaknya sumbu kendaraan
yang
akan
diperlukan
sehingga
permukaan
perkerasan
mencapai tingkat pelayanan = 1,5 dinyatakan sebagai
β
.
dengan:
β = faktor desain dan variasi beban sumbu SN = structural number
Lx = beban sumbu yang akan dievaluasi (kips) L18 = beban sumbu standar (18 kips)
L 2x = notasi konfigurasi sumbu
Dengan:
Β
= faktor desain dan variasi beban sumbu
SN
= structural number
Lx
= beban sumbu yang akan dievaluasi (kips)
L18
= beban sumbu standar (18 kips)
L 2x
= notasi konfigurasi sumbu
Nilai faktor ESAL (LEF) dapat dihitung setelah Wx/W18 diketahui.
Sebagai contoh, LEF untuk kendaraan golongan 2 & 3 adalah sebagai berikut:
Dengan:
LEF = Faktor ESAL
Lalu Lintas Rencana
Lalu Lintas Pada Lajur Rencana
Faktor distribusi arah ditetapkan sebesar 0,5 dan faktor distribusi lajur sebesar 1 untuk mendapatkan lalulintas rencana kumulatif (w18). Perhitungannya adalah sebagai berikut:
W18=DD×DL×
( 18)
D
engan:DD= faktor distribusi berdasarkan arah DL= faktor distribusi berdasarkan jumlah
18 = Lalulintas Rencana ESAL kumulatis selama UR Nilai DD biasanya ditentukan sebesar 0,5 (50%) pada kebanyakan jalan. Pembuktian telah menunjukan bahwa DD dapat bervariasi dari 0,3 sampai 0,7 tergantung pada arah yang “terisi beban” dan yang “tidak terisi beban”
Lalulintas Rencana
Lalulintas rencana : LHR X GF X 365
Dengan :
LHR = LHR pada awal jalan dibuka = Growth Factor
365 = hari dalam satu tahun
Lalulintas Rencana ESAL
Standar Deviasi
Standar deviasi keseluruhan (S
0) adalah gabungan simpangan
standar dari perkiraan lalulintas dan pelayanan perkerasan.
Besarnya nilai standar deviasi keseluruhan pada AASHTO ini
tergantung jenis perkerasan dan variasi lalulintas.
Kisaran standar deviasi (S
0) yang disarankan untuk perkerasan lentur
adalah 0,35
–
0,45.
So = 0,30
–
0,40 : Rigid pavement
Reliabilitas adalah nilai profitabilitas dari
kemungkinan tingkat pelayanan yang dipandang
dari sudut pemakai jalan. Dapat juga diartikan
sebagai
penggabungan
beberapa
tingkat
kepastian pada proses perencanaan untuk
memastikan bahwa berbagai alternatif rencana
akan bertahan pada periode analisa. Tingkat
reliabilitas yang disarankan untuk berbagai
klasifikasi
jalan
sesuai
dengan
fungsinya
ditunjukan pada
Penerapan
konsep
reliability
harus
memperhatikan langkah-langkah berikut ini :
Definisikan
klasifikasi
fungsi
jalan
dan
tentukan apakah merupakan jalan perkotaan
atau jalan antar kota
Pilih tingkat reliabilitas dari rentang yang
diberikan
Deviasi Standar (So) harus dipilih mewakili
kondisi setempat So = 0,40
–
0,50
Karakteristik mutu tanah dasar pada perencanaan
perkerasan lentur ditentukan oleh nilai
resilient
modulus
(M
R)
.
Resilient Modulus
adalah nilai hubungan dinamis
antara tegangan dan regangan yang mempunyai
karakteristik nonlinear.
Dengan menggunakan persamaan dari
Heukelom
and Klomp (1962)
korelasi antara nilai CBR
Corps
of Engineer
dan nilai
resilient modulus
(M
R)
dihitung seperti berikut:
(
�
)=1500×
(
�
)
Dengan:
Mr = Modulus Resilien
CBR =
california bearing ratio
SN (Structural number
) rencana ditentukan dengan persaan sebagai berikut :
Dengan:
W18 = perkiraan nilai kumulatif ekivalen beban kendaraan dari aplikasi ESAL (Equivalent Single Axle Load)
ZR = deviasi normal yang mewakili nilai relialibilitas (R) S0 = gabungan kesalahan baku dari perkiraan beban
lalulintas dan kinerja suatu perkerasan jalan
SN = Structural number, Nilai korelasi total suatu tebal perkerasan yang dibutuhkan
ΔPSI = selisih antara indeks pelayanan awal dan akhir MR = resilient modulus (psi)
Structural Number (SN) rencana
Base
Subgrade
Subbase
Wearing Course
Binder Course
Koefisien Drainase (m)
Nilai koefisien drainase merupakan fungsi dari
kualitas drainase
dan
persen waktu selama setahun
struktur perkerasan akan
dipengaruhi oleh
kadar air yang mendekati jenuh
Definisi umum kualitas drainase :
Base
Subgrade
Subbase
Wearing Course
Koefisien Kekuatan Relatif (a)
AASHTO Memberikan korelasi antara nilai koefisien kekuatan
relatif dan Modulus Resilien (M
R)
Estimasi koefisien kekuatan relatif dikelompokkan ke dalam 5
kategori, diantaranya :
- Beton aspal (Asphalt concrete)
- Lapis fondasi granular (granular base)
- Lapis fondasi bawah granular (granular subbase)
- Cement-Treated Base (CTB)
a
2= 0,249(log10E
bs)
–
0,977
a
2= 0,227(log10E
sb)
–
0,839
Lapis fondasi bawah granular
(granular subbase)
Contoh Soal
Rencanakan:
Tebal perkerasan untuk jalan arteri 2 jalur umur rencana 10 tahun. Dengan data lalu lintas tahun 2011 seperti di bawah.
CBR tanah dasar = 3,25 %
Data-data:
Kendaraan ringan (MP) 2 ton...1063 kendaraan Kendaraan sedang (Angkutan) 5,3 ton...368 kendaraan Bus kecil (1.2) 8 ton... 57 kendaraan Bus besar (1.2) 14,2 ton... 19 kendaraan Truk Ringan (1.2L) 8,3 ton ...427 kendaraan Truk Berat (1.2H) 15,1 ton...49 kendaraan Truk (1.2.2) 26 ton... 30 kendaraan
---LHR 2011 = 2012 kendaraan/hari/2 jalur
Perkembangan lalu lintas (i) : ...untuk 10 tahun = 6,5 % Bahan-bahan perkerasan:
1. Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas
Besarnya pertumbuhan lalulintas telah ditetapkan sebesar 6,5 % untuk semua jenis kendaraan
selama umur rencana. Faktor Pertumbuhan lalulintas dihitung dengan persamaan :
Dengan:
g = persentase pertumbuhan lalulintas (%)
n = umur rencana (tahun)
2. Tingkat Pelayanan
Nilai tingkat pelayanan awal (Pi) yang direkomendasikan oleh AASHTO
Road Test
adalah. 4,2
Nilai indeks pelayanan akhir (Pt) ditetapkan berdasar volume lalulintas ADT = 2012 sebesar 2,0
Selanjutnya
Δ
PSI dapat dihitung dengan perhitungan sebagai berikut:
Δ
�
=
�
−
�
=4,2
−
2,0=2,2
3. Standar Deviasi
Untuk perkerasan lentur digunakan standar deviasi keseluruhan (So) sebesar 0,45.
4. Faktor ESAL
Nilai G dapat dilihat pada perhitungan berikut:
Perhitungan βx dengan mengasumsikan nilai SN= 3,65. Nilai SN digunakan untuk menghitung βx dan β18. Contoh perhitungan βx untuk kendaraan ringan (MP) dengan berat sumbu depan 1 ton = 2,2046 Kips.
Dengan:
β = faktor desain dan variasi beban sumbu SN = structural number
Lx= beban sumbu yang akan dievaluasi (kips)
L 18= beban sumbu standar (18 kips) L 2= notasi konfigurasi sumbu
1 = sumbu tunggal 2 = sumbu ganda 3 = sumbu tripel :
Dengan:
Hasil perhitungan nilai β18 dengan SN 3,65 adalah sebagai berikut:
Nilai Wx/W18 dapat dihitung setelah nilai G, β18, dan βx .Sebagai contoh perhitungan Wx/W18 untuk kendaraan ringan (MP) sumbu depan 1 ton=2,2046 kips adalah sebagai berikut:
Dengan:
W = ekivalen beban sumbu standar (W= 18.000 lbs (80 kN)) G = faktor perbandingan kehilangan tingkat pelayanan
Lx= beban sumbu yang akan dievaluasi (kips) L 18= beban sumbu standar (18 kips)
L 2 = notasi konfigurasi sumbu
Faktor ESAL (LEF) dapat dihitung setelah Wx/W18diketahui. Sebagai contoh, LEF untuk kendaraan ringan (MP) sumbu depan adalah sebagai berikut:
Dengan:
LEF = Faktor ESAL
Hasil perhitungan faktor ESAL (LEF) sumbu depan
Hasil perhitungan faktor ESAL (LEF) sumbu belakang
Jenis Kendaraan Beban Depan
Ton Kips L2 β18 βx Wx/W18 LEF
Kendaraan ringan (MP) 2 ton 1 2,204623 1 0,774888 0,401195 3941,369 0,000254
Kendaraan sedang (Angkutan) 5,3 ton 1,8 3,968321 1 0,774888 0,404924 484,7479 0,002063
Bus kecil (1.2) 8 ton 2,7 5,952481 1 0,774888 0,414576 98,0899 0,010195
Bus besar (1.2) 14,2 ton 4,8 10,58219 1 0,774888 0,475783 9,068086 0,110277
Truk Ringan (1.2L) 8,3 ton 2,8 6,172943 1 0,774888 0,416122 84,6215 0,011817
Truk Berat (1.2H) 15,1 ton 5,1 11,24358 1 0,774888 0,490671 7,041489 0,142015
Truk (1.2.2) 26 ton 6,5 14,33005 1 0,774888 0,587427 2,569496 0,389181
Jenis Kendaraan Beban Belakang (L1) L2 β18 βx Wx/W18 LEF Ton Kips
Kendaraan ringan (MP) 2 ton 1 2,204623 1 0,774888 0,401195 3941,369 0,000254 Kendaraan sedang (Angkutan) 5,3 ton 3,5 7,716179 1 0,774888 0,430254 33,81654 0,029571
Bus kecil (1.2) 8 ton 5,3 11,6845 1 0,774888 0,501648 5,998353 0,166712
Total LEF kendaraan ringan (MP) :
� = � � + � � � �
� =0,000254+0,000254=0,000507
Jenis Kendaraan GVW LEF Total
(ton) Kips Depan Belakang Lain LEF
Kendaraan ringan (MP) 2 ton 2 4,409 0,000254 0,000254 0,000507
Kendaraan sedang (Angkutan) 5,3 ton 5,3 11,684 0,002063 0,029571 0,031634
Bus kecil (1.2) 8 ton 8 17,637 0,010195 0,166712 0,176907
Bus besar (1.2) 14,2 ton 14,2 31,305 0,110277 1,798195 1,908472
Truk Ringan (1.2L) 8,3 ton 8,3 18,298 0,011817 0,194516 0,206334
Truk Berat (1.2H) 15,1 ton 15,1 33,289 0,142015 2,332082 2,474098
Truk (1.2.2) 26 ton 26 57,320 0,389181 2,883553 3,272735
5. Lalulintas Rencana ESAL
� � � �n�� � = × ×365
� � � � �� � =1063×13,5×365=5233903
� � � � �� � = � � � � �� �× � � � � �� �
= 5233903×0,000507
Jenis Kendaraan LHR GF Lalulintas Faktor
Lalulintas Rencana 2011 Rencana ESAL ESAL
Kendaraan ringan (MP) 2 ton 1063 13,5 5233903 0,000507 2655,881
Kendaraan sedang (Angkutan) 5,3 ton 368 13,5 1812223 0,031634 57328,33
Bus kecil (1.2) 8 ton 57 13,5 278804 0,176907 49322,34
Bus besar (1.2) 14,2 ton 19 13,5 95047 1,908472 181393,9
Truk Ringan (1.2L) 8,3 ton 427 13,5 2103699 0,206334 434064,1
Truk Berat (1.2H) 15,1 ton 49 13,5 240785 2,474098 595725,3
Truk (1.2.2) 26 ton 30 13,5 145738 3,272735 476962,5
Total (Wt) 1797452 ESAL
Faktor distribusi arah ditetapkan sebesar 0,5 dan faktor distribusi lajur sebesar 1 untuk
mendapatkan lalulintas rencana kumulatif (w
18). Perhitungannya adalah sebagai berikut:
18 =
×
×
18
=0,5
×
1
×
1797452=898726,2
Dengan:
D
D= faktor distribusi berdasarkan arah
6. Reliabilitas
Berdasarkan Tabel untuk jalan kolektor pada
daerah
rural, maka nilai reliabilitas berkisar
antara 75
–
95 %.
Dengan
pendekatan
nilai
rencana
ESAL
antara 898726,2 sesuai Tabel nilai reliabilitas
dapat ditetapkan sebesar 85 %.
CBR rencana sebesar 3,25%. Dengan menggunakan persamaan dari Heukelom and Klomp (1962) korelasi antara nilai CBR Corps of Engineer dan nilai resilient modulus (MR) dihitung seperti berikut:
MR ( �)=1500× ( �)
=1500×3,25
=4875 �
7. Modulus resilient tanah dasar
Lapis Permukaan
Jenis Lapisan =
Aspal beton (AC) 2500 MPa= 362592,5 Psi
Koeisien kekuatan relatif = 0,4
Tebal Minimum Perkerasan = 3 inch
Lapis Fondasi Atas
Jenis Lapisan = bahan butiran (granular) Koeisien kekuatan relatif = 0,13
CBR = 70 % Modulus Elastisitas = 27500 psi Tebal Minimum Perkerasan = 6 Inch
Koeisien drainase (m) = 1
Lapis Fondasi Bawah
Jenis Lapisan = bahan butiran (granular) Koeisien kekuatan relatif = 0,13
CBR = 70 % Modulus Elastisitas = 18500 psi Tebal Minimum Perkerasan = 6 Inch
Koeisien drainase (m) = 1
a
2= 0,249(log10E
bs)
–
0,977
a
2= 0,227(log10E
sb)
–
0,839
Lapis fondasi bawah granular
Tugas dikumpulkan awal pertemuan minggu depan!
Rencanakan:
Tebal perkerasan untuk jalan arteri 2 jalur umur rencana 12 tahun. Dengan data lalu lintas tahun 2016 seperti di bawah.
CBR tanah dasar = 3,5 %
Data-data:
Kendaraan ringan (MP) 2 ton...1100 kendaraan Kendaraan sedang (Angkutan) 5,3 ton...370 kendaraan Bus kecil (1.2) 8 ton... 52 kendaraan Bus besar (1.2) 14,2 ton... 21 kendaraan Truk Ringan (1.2L) 8,3 ton ...440 kendaraan Truk Berat (1.2H) 15,1 ton...60 kendaraan Truk (1.2.2) 26 ton... 35 kendaraan
---LHR 2016 = 2078 kendaraan/hari/2 jalur
Perkembangan lalu lintas (g) : ...untuk 12 tahun = 5 %
Bahan-bahan perkerasan: