PENGARUH DANA BAGI HASIL (DBH) DAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) TERHADAP KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH PADA
KABUPATEN DAN KOTA DI SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
OLEH
TESSA SHINTIA NAOMI LUMBAN TOBING NIM : 7123220057
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Tessa Shintia Naomi Lumban Tobing, 7123220057. Pengaruh Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Kinerja Keuangan Pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara,Skripsi, Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Medan, 2016.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah besarnya pendanaan yang bersumber dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah membuat tingkat ketergantungan kepada pemerintah pusat semakin tinggi dan rendahnya kemandirian yang dimiliki daerah tersebut, sehingga tujuan dari otonomi daerah tidak dapat terpenuhi. Penelitian ini merupakan penelitian persepsi yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Khusus terhadap Kinerja keuangan pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara.
Penelitian ini dilakukan pada Kabupetan dan Kota di Sumatera Utara. Dengan populasi sebanyak 33 kabupaten dan kota dan 23 kabupaten dan kota yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan mengunduh laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah pada situs dirjen perimbangan, www.djpk.kemenkeu.go.id. Dan teknik analisis data dengan menggunakan beberapa pengujian yaitu uji normalitas data, analisis regresi linier berganda, dan uji koefisien determinasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) memiliki pengaruh signifikan terhadap Kemandirian Kauangan Daerah. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikan 0,006 < 0,05..Artinya semakin besar dana bagi hasil dan dana alokasi khusus yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah maka semakin rendah tingkat kemandirian daerah tersebut.
Kesimpulan penelitian ini terdapat pengaruh yang signifikan antara Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Kinerja keuangan pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara. Hasil koefisien determinasi (R2) diketahui bahwa Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) memberikan pengaruh terhadap kinerja keuangan pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara sebesar 17,5%
ABSTRACT
Tessa Shintia Naomi Lumban Tobing, 7123220057. Effect Product Shared Fund (DBH) and Special Allocation Fund (DAK) to the Financial Performance In the City and District of North Sumatra, Thesis, Department of Accounting, Faculty of Economics, University of Medan, 2016.
The problem in this research is the level of Product Shared Funding sourced from central government to local governments to make the level of dependency on the central government is getting higher and lower self-reliance owned the area, so that the goal of autonomy can not be met. This research is a perception that aims to determine the effect of Pruduct Shared Fund (DBH) and Special Allocation Product Shared Fund on the financial performance in the City and District of North Sumatra.
Research was conducted on Kabupetan and Cities in North Sumatra. With a population of 33 counties and cities and 23 counties and cities sampled in this study. Data collection techniques in this study by downloading the budget realization reports revenues and expenditures on a site director general balance, www.djpk.kemenkeu.go.id. And data analysis techniques using multiple testing which data normality test, multiple linear regression analysis, and test the coefficient of determination.
The results showed that simultaneous Product Shared Fund (DBH) and Special Allocation Product Shared Fund (DAK) has a significant influence on Independence Regional Kauangan. The coefficient of determination (R2) note that the Product Shared Fund (DBH) and Special Allocation Fund (DAK) to give effect to the financial performance in the City and District of North Sumatra 17,5%.It can be seen from the significant value of 0.006<0.05.
In conclusion, a significant difference between the Product Shared Fund (DBH) and Special Allocation Product Shared Fund (DAK) to the financial performance of the City and District of North Sumatra.
iii
KATA PENGANTAR
Terpujilah Allah Bapa atas kasih rahmatNya yang senantiasa baru setiap
hari. karyaMu luar biasa dalam Hidupku, menuntun langkah kakiku disetiap
waktu hidupku hingga aku dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi
Khusus (DAK) terhadap Kemandirian Daera Pada Kabupaten dan Kota di
Sumatera Utara”, dan disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen
Akuntansi Universitas Negeri Medan.
Skripsi ini penulis persembahkan untuk keluarga tercinta,keluarga yang
luar biasa bagi penulis yaitu orangtua penulis (Tony lumban Tobing (+) dan Esra
br Nainggolan (+)) Abang dan Adik penulis, Henry Anandar Lumban Tobing,
Marganda Lumban Tobing, Sahat Immanuel Lumban Tobing, dan Johannes
Lumban Tobing serta Bou Sumi, Mama P. Sihombing dan Bapak M. Lumban
Tobing yang sudah dianggap sebagai pengganti orangtua bagi penulis. Terima
kasih untuk segala hal yang boleh kalian berikan, kalian adalah orang yang
menjadi inspirasi dan kekuatan bagi penulis dalam menjalani kehidupan ini.
Dalam kesempatan ini penulis ini mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan, dorongan
semangat, nasihat dan bantuan selama proses penyusunan skripsi ini.
1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri
iv
2. Bapak Prof. Indra Maipita, M.Si, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Medan.
3. Bapak Dr. Eko Wahyu Nugrahadi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan.
4. Bapak Drs. La Ane M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan dan juga sebagai Dosen Penguji
Skripsi penulis.
5. Bapak Muhammad Ishak SE, M.Si, Ak, CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi.
6. Bapak Dr. Nasirwan, SE, M.Si, Ak, CA selaku Wakil Ketua Jurusan
Akuntansi dan juga sebagai Penguji penulis yang memberikan
masukan-masukan.
7. Bapak Drs. Jihen Ginting, M.Si, Ak, CA, selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing, mengarahkan,
memberi semangat dan dorongan kepada penulis selama proses penyusunan
skripsi ini.
8. Bapak Chandra Situmeang, SE, M.SM, Ak, CA, selaku Dosen Penguji
Skripsi penulis yang memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
9. Keluarga besar Tobing dan Nainggolan yang memberikan semangat,
dukungan, dan bantuannya kepada penulis.
10. Sister in Christ, Esra Ompusunggu, Febrina Miranti, Leni Lestari, Rosa
Tresia Kristina. Terima kasih untuk kebersamaan, motivasi, dukungan
fundamental maupun teknikal, dan kasih yang diberikan kepada penulis, aku
v
11. Keluarga IFRS (Impacting For ouR generationS), Alfaron, Refdy, Elshadai,
Debora, Asri, Jevon, Juni, Januar, Senang, Dicky, Etikat, Geby, Elisabet,
Dewi, Samaria, Rebeka, Yosep, dan Jekson, terima kasih untuk doa dan
semangat yang diberikan kepada penulis.
12. Vivi Afriliani, Melita Sari Lubis, Fitrin M Nasution, Leticia Simanjuntak,
Vanny Nabila, dan Pratiwi, untuk semangat dan bantuannya.
13. Teman-teman seperjuangan Akuntansi Kelas A yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu, terima kasih untuk kebersamaan yang kita lalui, untuk
semangat dan canda tawanya.
14. Pegawai Jurusan Akuntansi, Bang Riki. Atas kesabaran selama pengurusan
berkas skripsi penulis.
15. Dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu penulis selama proses penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan yang
disebabkan karena keterbatasan penulis dalam pegetahuan dan pengulasan skripsi.
Oleh karena itu penulis mengahrapkan kritik dan saran yang membangun
sehingga dapat dijadikan acuan dalam penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bahan bacaan yang
bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Maret 2016 Penulis,
vi DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Identifikasi Masalah ... 6
1.3Batasan Masalah ... 6
1.4Rumusan Masalah ... 7
1.5Tujuan Penelitian ... 7
1.6Manfaat Penelitian ... 7-8 BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
2.1Kerangka Teoritis ... 9
2.1.1Otonomi Daerah ... 9
2.1.2Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) ... 10
2.1.3Kinerja keuangan (Kmandirian Keuangan) ... 12
2.1.4Dana Bagi Hasil (DBH) ... 14
2.1.5Dana Alokasi Khusus (DAK) ... 19
2.1.6Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 25
2.2Penelitian Terdahulu ... 30
2.3Kerangka Berpikir ... 32
vii
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
3.1Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36
3.2Populasi dan Sampel ... 36
3.3Jenis dan Sumber Data ... 36
3.4Variabel dan Definisi Operasional ... 36
3.4.1 Variabel Dependen (Y): Kinerja Keuangan ... 37
3.4.2 Variabel Independen (X) ... 38
3.4.2.1 Dana Bagi Hasil (X1) ... 38
3.4.2.2 Dana Alokasi Khusus (X2) ... 38
3.5Teknik Pengumpulan Data ... 39
3.6Teknik Analisis Data ... 39
3.6.1Statistik Deskriptif ... 40
3.6.2Uji Normalitas Data ... 40
3.6.3Uji Asumsi Klasik ... 41
3.6.3.1Uji Heterokedastisitas ... 41
3.6.3.2Uji Multikolinearitas ... 41
3.6.3.3Uji Autokorelasi ... 41
3.6.4Analisis Regresi Linear Berganda ... 42
3.6.5Pengujian Hipotesis ... 43
3.6.5.1Uji F (Uji Simultan)... 43
3.6.5.2Koefisien Determinasi (R2) ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47
4.1Hasil Penelitian ... 47
4.1.1 Gambaran Umum Sampel ... 47
4.2Analisis Data 4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 47
4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 48
4.2.2.1 Uji Normalitas ... 48
4.2.2.2 Uji Heterokedastisitas ... 49
4.2.2.3 Uji Multikolinieritas ... 50
4.2.2.3 Uji Autokorelasi ... 51
4.2.3 Analisis Regresi Berganda ... 52
4.2.4 Analisis Koefisien Deretminasi ... 53
4.2.5 Pengujian Hipotesis ... 54
4.2.4.1 Uji F ... 54
Pembahasan Hasil Penelitian ... 57
viii
4.1Kesimpulan ... 59
5.2Keterbatasan Penelitian ... 60
5.3Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 61
ix
DAFTAR TABEL
2.1 Ringkasan PenelitianTerdahulu ... 31-33
3.1 Definisi Operasional ... 38-39
4.1 Pemilihan Sampel ... 46
4.2 Daftar Sampel Kabupaten dan Kota ... 47
4.3 Uji Statistik Deskriptif ... 47
4.4 Uji Normalitas ... 49
4.5 Uji Multikolinieritas ... 51
4.6 Uji Autokorelasi... 52
4.7 Uji Analisis Regresi Berganda... 52
4.8 Uji koefisien determinasi ... 54
x
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka Berpikir ... 34
xi
DAFTAR LAMPIRAN
A. Tabulasi Data Sampel dan Variabel
B. Hasil Analisis Data
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejak 1 Januari 2001 pemerintah Pusat dan Daerah diberi kewenangan
yang lebih luas, nyata, dan bertanggung jawab untuk mengatur dan mengelola
daerahnya sendiri, pada tahun ini juga tonggak sejarah reformasi manajemen
keuangan daerah. Jika sebelumnya APBD harus disahkan oleh presiden melalui
menteri dalam negeri, maka dengan otonomi dan desentralisasi fiskal APBD
cukup di sahkan oleh DPRD (Mahmudi, 2009: 4). Meskipun pemerintah daerah
telah diberi otonomi secara luas dan desentralisasi fiskal namun pelaksanaan
otonomi tersebut harus tetap berada dalam koridor hukum Negara Kesatuan
Repubik Indonesia (NKRI).
Keberadaan lokal yang bersifat otonom ditandai oleh pemberian
wewenang yang sekaligus menjadi kewajiban bagi daerah untuk mengatur dan
mengurus urusan rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, hak dan kewajiban untuk mengurus urusan rumah tangga
inilah yang disebut dengan otonomi. Untuk menyelenggarakan otonomi
pemerintah pusat menyerahkan sejumlah urusan pemerintah sebagai urusan rumah
tangga daerah otonom baik pada daerah provinsi maupun daerah Kabupaten dan
kota, berdasarkan kondisi politik, sosial dan budaya, pertahanan dan kemanan,
serta syarat-syarat keadaan dan kemampuan daerah otonom yang bersangkutan
2
Adapun otonomi daerah ini dilakukan adalah untuk meningkatkan
kemandirian daerah, memperbaiki transparansi dan akuntabilitas publik atas
pengelolaan keuangan daerah, meningkatkan responsivitas pemerintah terhadap
kebutuhuhan publik, meningkatkan partisipasi publik dalam pembangunan daerah,
meningkatkan efesiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan dan pelayanan
publik serta mendorong demokratisasi di daerah (Mahmudi, 2009: 2). Gambaran
citra kemandirian daerah dalam berotonomi daerah dapat diketahui melalui
seberapa besar kemampuan sumber daya keuangan daerah tersebut agar mampu
membangun daerahnya. Semakin sedikit sumbangan dari pusat, semakin tinggi
derajat kemandirian suatu daerah yang menunjukkan bahwa daerah tersebut
semakin mampu membiayai pengeluarannya sendiri tanpa bantuan dari
pemerintah pusat. Secara umum semakin tinggi kontribusi pendapatan asli daerah
dan semakin tinggi kemampuan daerah untuk membiayai kemampuannya sendiri
akan menunjukkan kinerja keuangan daerah yang positif. Kinerja keuangan positif
dapat diartikan sebagai kemandirian keuangan daerah dala m membiayai
kebutuhan daerah dan mendukung pelaksanaan otonomi daerah pada daerah
tersebut (Sutedi, 2009: 11).
Kemandirian keuangan daerah merupakan salah satu tujuan dari otonomi
daerah. Adanya otonomi daerah diharapkan masing-masing daerah dapat mandiri
dalam memenuhi kebutuhan daerahnya masing-masing. Untuk menyelenggarakan
otonomi daerah yang nyata dan bertanggungjawab, diperlukan kewenangan dan
kemampuan menggali sumber keuangan sendiri yang didukung oleh perimbangan
3
kabupaten/kota yang merupakan prasyarat dalam sistem pemerintahan daerah
(Bratakusumah dan Solihin, dalam kurniawan 2011).
Dalam bidang keuangan daerah, fenomena umum yang dihadapi oleh
sebagian besar pemerintah daerah di Indonesia adalah relatif kecilnya peranan
(kontribusi) Pendapatan Asli Daerah (PAD) didalam struktur Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dengan kata lain, peranan/kontribusi
penerimaan yang berasal dari pemerintah pusat dalam bentuk sumbangan dan
bantuan, bagi hasil pajak dan bukan pajak, mendominasi susunan APBD
(Tambunan, 2002 :2).
Berdasarkan data dari www.djpk.depkeu.go.id, fenomena mengenai
tingkat kemandirian keuangan daerah adalah ketergantungan pemerintah daerah
yang tinggi terhadap pemerintahan pusat, yang dapat dilihat dari aspek keuangan.
Ketergantungan terlihat dari relatif rendahnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
dominannya transfer dari pusat. Kemandirian keuangan daerah ditunjukkan oleh
besar kecilnya pendapatan asli daerah (PAD) dibandingkan dengan pendapatan
daerah yang berasal dari sumber lain seperti bantuan pemerintah pusat ataupun
dari pinjaman. Selain PAD, kemandirian keuangan daerah juga disebabkan oleh
banyak faktor diantaranya dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi
khusus.
PAD selalu dipandang sebagai salah satu indikator atau kriteria untuk
mengukur ketergantungan suatu daerah kepada pusat, pada prinsipnya semakin
4
ketergantungan daerah kepada pusat. Dengan demikian maka suatu daerah yang
kinerja keuangannya dinyatakan baik berarti daerah tersebut memiliki
kemampuan keuangan untuk membiayai pelaksanaan otonomi daerah.
Penelitian mengenai tingkat kemandirian keuangan daerah telah banyak
dilakukan, dimana menunjukkan hasil temuan yang berbeda-beda. Penelitian yang
dilakukan Muliana (2009) menunjukkan bahwa PAD mempunyai pengaruh
signifikan positif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah, sedangkan DAU
dan DAK mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap tingkat kemandirian
keuangan daerah kabupaten/kota di Sumatera Utara. Penelitian yang dilakukan
Ersyad (2011) menunjukkan bahwa PAD mempunyai pengaruh yang signifikan
positif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah. Penelitian yang dilakukan
Julitawati (2012) menunjukkan bahwa PAD dan dana perimbangan berpengaruh
terhadap kinerja keuangan pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Aceh.
Penelitian yang dilakukan Reza (2013) menunjukkan bahwa PAD berpengaruh
signifikan positif terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah, DBH dan DAU
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kemandirian keuangan
daerah, sedangkan DAK berpengaruh signifikan negatif terhadap tingkat
kemandirian keuangan daerah.
Dari beberapa peneliti terdahulu tersebut, maka PAD yang memiliki
pengaruh yang signifikan positif terhadap kemandirian keuangan apabila daerah
artinya PAD meningkat maka kemandirian keuangan daerah juga meningkat,
sebaliknya jika PAD rendah maka kemandirian keuangan daerah juga rendah.
5
daerah, jika DAU yang dialokasikan pemerintah pusat ke daerah relatif besar
maka daerah tersebut masih mengandalkan dana dari pemerintah sebagai
penerimaan utamanya.
DAK yang berpengaruh secara signifikan terhadap kemandirian keuangan
daerah berarti semakin besar DAK yang diterima oleh daerah maka kemandirian
keuangan daerah semakin rendah, sebaliknya semakin kecil DAK yang diterima
maka kemandirian keuangan semakin besar. Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Dana Alokasi Khusus (DAK) serta Dana Bagi Hasil (DBH) serta transfer lainnya
dari pemerintah pusat hanya bersifat pendukung bagi pelaksanaan pembangunan
di daerah.
Peenelitian terdahulu memiliki perbedaan hasil penelitian sehingga dengan
adanya perbedaan hasil yang didapatkan, penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian sejenis dengan mengambil sampel pemerintahan kabupaten dan kota di
Sumatera Utara dan hanya memfokuskan pada Dana Alokasi Khusus dan Dana
Bagi Hasil sebagai variable independen, dengan diterbitkannya Analisis dan
desktipsi APBD 2011 memberikan peraturan terbaru dalam perhitungan
kemandirian keuangan daerah. Sehingga PAD tidak diikut sertakan sebagai
variabel independen dalam penelitian ini.
Berdasarkan masalah yang telah diuraikan diatas maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Dana Bagi Hasil (DBH)
dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Terhadap Kemandirian Keuangan Daerah
6
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah pada
penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor apa yang mempengaruhi kemandirian
keuangan daerah kabupaten dan kota di Sumatera Utara.
2. Mengidentifikasi penyebab dana perimbangan dialokasikan sangat
besar pada kabupaten dan kota di Sumatera Utara.
3. Mengidentifikasi apakah Dana Alokasi Khusus (DAK) dapat
mempengaruhi kemandirian keuangan daerah kabupaten dan kota di
Sumatera Utara.
4. Mengidentifikasi apakah Dana Bagi Hasil (DBH) dapat mempengaruhi
kemandirian keuangan daerah kabupaten dan kota di Sumatera Utara.
5. Mengidentifikasi apakah Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi
Hasil (DBH) dapat mempengaruhi Kemandirian Keuangan daerah
kabupaten dan kota di Sumatera Utara.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, dan agar masalah yang diteliti
tidak meluas, maka penelitian ini dibatasi pada pengujian Dana Bagi Hasil (DBH)
dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Kemandirian Keuangan Daerah pada
7
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah Dana Bagi Hasil (DBH), dan Dana Alokasi Khusus (DAK)
berpengaruh terhadap Kemandirian Keuangan kabupaten dan kota di
Sumatera Utara?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi
Khusus (DAK terhadap Kemandirian Keuangan Daerah pada kabupaten
dan kota di Sumatera Utara.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini:
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti tentang pengaruh Dana
Bagi Hasil, Dana Alokasi Khusus terhadap Kemandirian Keuangan Daerah
pada kabupaten dan kota di Sumatera Utara.
2. Bagi Pembaca dan Peneliti Lain
Sebagai bahan tambahan bacaan bagi pembaca atau peneliti lainnya dalam
mencari informasi tentang kemandirian keuangan daerah pada pemerintah
8
pengaruh Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Khusus (DAK)
terhadap Kemandirian Keuangan pada Kabupaten dan Kota di Sumatera
Utara.
3. Bagi Teori
Sebagai tambahan literatur kepustakaan dibidang penelitian mengenai
pengaruh Dana Bagi Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Khusus (DAK)
terhadap Kemandirian Keuangan Daerah.
4. Bagi Pemerintah Kabupaten dan Kota
Penelitian ini menjadi sumber informasi bagi pemerintah daerah
Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara mengenai pengaruh Dana Bagi
Hasil (DBH) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Kemandirian
59
BAB V
KESIMPULAN
5.1Kesimpulan
Penelitian ini menguji pengaruh dari Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi
Khusus pada pemerintah daerah kabupaten dan kota di Sumatera Utara. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan dari Dana Bagi Hasil (DBH dan
Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh terhadap Kemandiria Daerah . Kesimpulan
ini didasarkan pada pengujian yang memberikan hasil nilai signifikan 0,006 yang
lebih kecil dari 0,05 yang berarti menerima hipotesis. Artinya bahwa, semakin besar
pendanaan Dana Bagi Hasil dan Dana Alokasi Khusus yang diberikan pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah maka semakin rendah tingkat kemandirian daerah
tersebut.
5.2Keterbatasan
Penelitian ini memiliki keterbatasan hanya sedikit dari populasi yang memenuhi
kriteria sampel. Secara matematis variabel dependen (Dana Bagi Hasil dan Dana
Alokasi Khusus) akan mempengaruhi Variabel Independen (Kemandirian
Keuangan Daerah), sehingga disarankan kepada peneliti lain untuk menggunakan
60
5.3Saran
Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan, peneliti menyarankan
beberapa hal berikut :
a. Peneliti selanjutnya disarankan agar mengambil kabupaten/kota di luar Provinsi
Sumatera Utara. Ini dimaksudkan agar dapat membandingkan apakah hasil
penelitian ini berlaku untuk kabupaten/kota di luar provinsi Sumatera Utara.
b. Peneliti menyarankan kepada pemerintah daerah untuk mandiri dalam
pengelolaan keuangan daerah. Sebab kemandirian merupakan tujuan dari
diadakannya otonomi daerah. Pemerintah daerah harus memahami bahwa daerah
yang dikatakan mandiri bukan hanya daerah yang memiliki PAD lebih tinggi dari
total pendapatan daerah. Melainkan daerah yang mandiri adalah daerah yang
melaksanakan pembangunan dari dana yang berasal dari PAD. Sehingga
pemerintah daerah tidak bergantung kepada sumber dana eksternal.
c.Peneliti selanjutnya dapat memilih objek peneliti Pada penelitian ini variabel
independen hanya mampu menjelaskan variabel dependen dengan 17,5%
sehingga 82,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Peneliti selanjutnya
sebaiknya dapat menambahkan variabel-variabel lain yang mempengaruhi
59
DAFTAR PUSTAKA
Aryanto, Rudi, 2011. Analisis Kemandirian Keuangan Daerah dan Pertumbuhan
Ekonomi Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan, Jurnal Ilmiah Volume III
No.2.
Bastian, Indra, 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar, Edisi Peratama Penerbit Erlangga, Jakarta.
Ersyad, Muhammad, 2011. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi
Umum, Dana Alokasi Khusus terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah (Studi Empiris pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat).
Skripsi FE UNP : Padang.
Imawan, Wahyudin (2014). Analisis kemandirian keuangan daerah provinsi jawa
tengah tahun anggaran 2010-2012. Accounting analisys Journal Volume
III No.2
Hidayah, Setiawaty (2014). Pengaruh Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus
Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Langsung Di Propinsi Jawa Tengah. Jurnal Akuntansi. Volume XVIII No. 1
Julitawati, et al, 2012. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,
Dana Alokasi Khusus terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah di Banda Aceh. Jurnal Akuntansi, Volume I No.1.
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Medan, 2015. Buku
Pedoman Penulisan Skripsi, Medan.
Maimunah, Mutiara, 2006. “Fly Paper Effect Pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten dan Kota di Pulau Sumatera”. Simposium Akuntansi IX, Padang
Muliana. 2009, “Pengaruh Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah di Provinsi Sumatera Utara”. Skripsi, Universitas
Sumatera Utara Fakultas Ekonomi, Medan
Nordiawan, Deddi. 2009. Akuntansi sektor Publik. Jakarta ; Salemba Empat
60
Plealu (2013). Pengaruh Dana Alokasi Khusus (Dak), Dan Pendapatan Asli
Daerah (Pad) Terhadap Belanja Modal Pemerintah Kota Manado Tahun 2003-2012. Jurnal EMBA. Volume 1 No.4
Republik Indonesia, 2004. Undang - Undang No 22 Tahun 1999 Tentang
Pemerintah Daerah.
Republik Indonesia, 2004. Undang - Undang No 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintah Daerah.
Republik Indonesia, 2004. Undang - Undang No 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Republik Indonesia, 2004. Undang - Undang No 34 Tahun 2004 Tentang Pajak
dan Retribusi Daerah.
Republik Indonesia, 2004. Peraturan Pemerintah RI No 58 Tahun 2005 Tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Republik Indonesia, 2004. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13/2006 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Reza Marizka, 2013. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil,
Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah pada Kabupaten dan Kota di Sumatera
Barat”. Skripsi,Universitas Padang, Padang.
Syafrizal H. Situmorang & Muslich Lufti. 2011. Analisis Data Untuk Riset