• Tidak ada hasil yang ditemukan

Yang Muda Yang Menulis Sastra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Yang Muda Yang Menulis Sastra"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

44 26 SHAFAR - 11 RABIULAWAL 1432 H

S

ekali waktu, saya diundang oleh salah satu sekolah yayasan Islam untuk menjadi (semacam) dewan juri pada lomba baca puisi berskala nasional yang mereka laksanakan selama sehari penuh dan menghadirkan para pelajar (remaja putra dan putri) dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Setelah melewati beberapa acara seremonial, para remaja yang masih belia itu bergantian melangkah ke panggung, membacakan puisi-puisi Penyair D. Zawawi Imron, KH. A. Mustafa Bisri, WS. Rendra, Hamdi Salad, serta sajak Ahmadun Yosi Herfanda dan lain-lain. Sementara untuk finalnya, panitia memilih dua sajak Taufik Ismail. Kedua sajak inilah yang mengantarkan puluhan peserta menjadi sembilan nominasi juara.

Melihat fenomena yang demikian, kita tentu dapat berharap bahwa dengan mendekatkan aktifitas sastra budaya dengan para remaja putra dan putri kita, khususnya remaja putra putri Islam yang menjadi garda depan pelaksanaan berbagai ivent sastra adalah merupakan langkah alternatif dalam menyuguhkan media-media positip terhadap remaja Islam sebagai penggenggam obor kesinambungan kejayaan Islam di masa datang dengan seabrek tantangan yang jauh lebih berat dari yang kita hadapi kini. Sehingga perlu ada jembatan dalam berbagai gerakan syiar Islam yang kelak akan menyampaikan mereka kepada cita-cita kejayaan Islam sebagai rahmatan lil alamin.

Beberapa kalangan seringkali memperdebatkan, apakah sastra Islam atau sastra Islami? Meskipun antara ‘Islam’ dan ‘Sastra’ tidaklah dapat dipisahkan dalam relasi kebudayaan yang tumbuh selama berabad-abad dalam perjalanan Islam hingga ke Nusantara. Sebab jika sastera akan dimasukkan ke dalam salah satu sumber ilmu pengetahuan yang menopang penyiaran Islam di Nusantara, maka ia tentu akan diletakkan sejajar dengan beberapa perangkat dakwah Islam lainnya, terutama di pulau Jawa, kususnya di zaman para wali.

Tetapi baiklah. Untuk mengerti lebih jauh apa itu sastra Islam atau sastra Islami, ada baiknya mengetahuai pengertian mendasar kedua variabel tersebut, agar sedari awal dapat menjadi acuan mendasar bagi remaja Islam yang memiliki atensi terhadap gerakan apresiasi sastra budaya; membaca, menulis dan mengembangkannya. Mengapa hal ini penting menjadi pondasi awal, sebab ideologi Islam mengajarkan segala sesuatu apapun

aktifitas manusia, termasuk dalam ber-sastra, seharusnya terus menerus menyandarkan segalanya kepada Allah dan tidak menduakan-Nya dengan yang lain. Meskipun perangkat-perangkat kebudayaan seperti apresiasi terhadap gerakan sastra budaya menjadi sangat penting sebagai media syiar Islam yang kini sedang menjadi media alternatif positip dan terus menerus menyedot perhatian remaja Muslim dimana-mana.

Islam sebagai agama wahyu yang menjadi penuntun dunia-akhirat umat muslim, antara lain didefenisikan sebagai: Al-Islam wahyun ilahiyun unzila ila nabiyyi Muhammadin sallallahu alaihi wasallama lisa’adati al-dunya wa al-akhirah (Islam adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. sebagai pedoman untuk kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat: Mudzhar: 1998: 19). Sedangkan menurut bahasa, para ahli linguistik bahasa arab menyatakan bahwa kata ‘Islam’ berasal dari kata ‘aslama’, berarti ‘patuh’ dan ‘menyerahkan diri’. Kata ini berakar pada kata ‘silm’, berarti ‘selamat sejahtera’, mengandung arti ‘damai’. Orang yang menyatakan dirinya Islam atau berserah diri, tunduk dan patuh pada kehendak penciptanya (Allah swt) disebut ‘muslim’. Kedua, asal kata Islam yakni ‘Aslama’ dan ‘Silm’ mempunyai hubungan pengertian yang mendasar. Adanya kata pertama karena kata kedua, adanya penyerahan diri (=kata aslama) karena adanya tujuan hidup damai (=kata silm) (Majid dkk: 1991: 43).

Islam tidak mengajarkan konsep-konsep kebudayaan secara parsial. Islam tidak membedakan antara urusan dunia dan akhirat dalam pemisahan yang ketat. Artinya Islam memandang segala gerak manusia dan alamnya di bumi (berkebudayaan) dari hal terkecil hingga yang paling besar sebagai sebuah kesatuan yang saling berdialektika dan menghasilkan sebuah rajutan kebudayaan universal.

Atas dasar itulah, bagi sastrawan Muslim yang faham makna kehadirannya di muka bumi sebagai khalifatan fil ard (khalifa di muka bumi) menjadi sangat penting untuk secara terus menerus mendasarkan segala gerak kebudayaanya kepada Zat yang Esa Allah swt. sebagai sumber segala sumber, penjabaran dari Al-Islam wahyun ilahiyun unzila ila nabiyyi Muhammadin sallallahu alaihi wasallama lisa’adati al-dunya wa al-akhirah (Islam adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. sebagai pedoman untuk kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat).

HUMANIORA

Rubrik Humaniora ini dipersembahkan oleh UHAMKA Jakarta, LSBOR PP Muhammadiyah, dan Suara Muhammadiyah

Yang Muda

Yang Menulis Sastra

BUSTAN BASIR MARAS

De

m

o (Vi

si

t ht

tp:

//www.pdfspl

itm

erge

r.c

om

(2)

45 SUARA MUHAMMADIYAH 03 / 96 | 1 - 15 FEBRUARI 2011

HUMANIORA

Dalam konteks sastra, perdebatan panjang mengenai sastra Islam atau sastra Islami, hampir tak ada matinya. Definisi, rumusan dan segudang perbincangan teoritik lainnya telah berulang-ulang diperdebatkan meski, tentu, tak dapat dipaksakan pendapat mana atau defenisi yang mana yang paling tepat dalam merumuskan genre sastra yang satu ini. Sebagian pendapat mengatakan bahwa sastra Islam itu tidak ada. Yang ada hanyalah sastra Islami. Perbe-daannya memang cukup tipis. Sebab sastra Islami adalah karya sastra yang dilahirkan dari rahim ideologi Islam, sedangkan sastra Islam adalah sastra yang lahir dari apa yang disebut dengan sastra Islami. Sastra Islami ya, itulah sastra Islam. Begitulah kira-kira jalan pintasnya.

Beberapa contoh sastra Islami yang kemudian ditarik ke da-lam genre sastra Isda-lam dapat ditemukan dada-lam berbagai perpusta-kaan sastra dunia maupun di tanah air. Bahkan di awal penyebaran Islam dari masa nabi hingga di masa para wali di tanah air, ada ribuan bahkan mungkin jutaan karya sastra yang pernah lahir dari tangan-tangan dingin sastrawan Muslim. Bahkan di awal dak-wah Nabi Muhammad saw. ada sebuah tradisi bersastra di kalang-an bkalang-angsa Arab. Setiap sore menjelkalang-ang senja, sepulkalang-ang dari ak-tifitas berdagang dan lain semacamnya, mereka suka menuliskan dan mengumpulkan syair-syair mereka dan menempelkannya di dinding Ka’bah lalu diapresiasi bersama-sama sambil memuja kebesaran Allah dan kemuliaan Nabi Muhammad saw. Meskipun dalam situasi seperti ini, Allah swt kemudian menurunkan perinagatannya kepada para penyair melalui surah Assyuara (Qs. 26. 224-227) agar lebih berhati-hati dan tak lupa diri.

Pasca nabi hingga ke periode para tabiin, terus bermunculan banyak sastrawan dari kalangan muslim, seperti Rabiah Al-Ada-wiyah, Jalaluddin Rumi , Muahmmad Iqbal dan lain-lain. Semen-tara itu di NusanSemen-tara sendiri muncul beberapa penyair Islam yang hebat, seperti Raja Ali haji dari Melayu bersama Hamzah Fanzuri, di Jawa ada banyak syair yang kemudian menjadi lagu yang bermunculan dari tangan para wali, seperti Syeh Maulana Malik Ibrahim, Sunan Kalijaga, Sunan Ampel dan beberapa lagi yang lainnya. Bahkan di periode selanjutnya bermunculan sastrawan yang menggunakan sastra, baik puisi maupun cerpen dan roman sebagai salah satu media dakwahnya.

Buya Hamka yang bernama lengkap Haji Abdul Malik Karim Amrullah, tentu tidak dapat diragukan lagi kemampuannya dalam dunia sastra. Sastrawan muslim yang lahir di Maninjau, Sumatera Barat ini lahir dari seorang ayah bernama Syeikh Abdul Karim bin Amrullah atau dikenal dengan Haji Rasul, seorang pelopor Gerak-an Islah (tajdid) di MinGerak-angkabau. Ayahnya juga adalah seorGerak-ang pendiri gerakan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di sinilah Hamka banyak belajar Islam, bahasa Arab, ilmu fikih dan lain se-macamnya.

Hamka dalam karir intelektual dan kepenulisannya, lebih banyak belajar sendiri dan melakukan banyak penelitian, meliputi pelbagai bidang ilmu pengetahuan seperti falsafah, kesusasteraan, sejarah,

sosiologi dan politik Islam ataupun Barat. Hamka juga terutama banyak aktif dalam gerakan Islam di tubuh organisasi moderen Muhammadiyah. Beliau memulai karirnya di organisasi ini sejak tahun 1925, menentang khurafat, bidah, tarekat dan kebatinan sesat di Padang Panjang. Ia pernah menjadi tokoh Muhammadiyah yang bergerak di Sulawesi Selatan (Makassar). Di sinilah ia melahirkan banyak karya sastra dan mendirikan beberapa sekolah Muhammadiyah hingga ke Mandar (Sekarang Sulawesi Barat). Dalam perjalanan panjang Hamka berdakwah dan mengembangkan organisasi Muhammadiyah hingga ke pelosok Tanah Mandar, nun di Kecamatan Pamboang yang penduduknya mayoritas Muslim dan nelayan, Hamka merampungkan romannya yang fenomenal:

Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang menginpirasi banyak pemuda Islam ketika itu.

Tak lama berselang pasca kepopuleran Hamka sebagai salah satu tokoh sastrawan Islam terkenal Indonesia, muncul pula nama-nama lain setelah melalui proses kretif yang cukup panjang, seperti Taufik Ismail, KH. A. Mustofa Bisri, Abdul Hadi WM, Hamid Jabbar, Danarto, Emha Ainun Nadjib, bahkan muncul pula dalam sajak-sajak di hari tuanya, WS. Rendra, Sutardji Calzoum Bahcri, bahkan yang paling mutakhir, semangat Islam bermunculan pula dalam karya-karya Abidah Elkhaliqi, Helvi Tiana Rosa, Habiburrahman Elzirazi, Andrea Hirata dan beberapa lagi lainnya yang tidak mungkin dapat saya sebutkan satu persatu di sini.

Dari tahun ke tahun, terus bermunculan nama-nama sastrawan yang karya-karyanya dilambari nafas Islam. Entah itu oleh kreatornya sejak awal diniati sebagai media dakwah sebagaimana karya-karya Emha Ainun Nadjib, Taufik Ismail, Mustofa Bisri dan beberapa lagi lainnya, atau secara tidak sengaja. Tetapi kelahiran beberapa karya sastra dari tangan beberapa sastrawan yang saya sebutkan di atas, tentu tidak lepas dari materi historis masing-masing penulisnya yang secara sadar atau tidak terus berpengaruh ke dalam karya-karya yang dilahirkannya. Sudah saatnya bagi para remaja muslim mengambil dan menjemput tongkat estapet kesusastraan Islam yang terus bergemuruh kini dan sedang menjadi salah satu maenstrim sastra Indonesia yang banyak diminati kalangan remaja. Kesempatan ini adalah kesempatan emas bagi putra putri Islam untuk terus mengasah diri, melakukan apresiasi satra, membaca, menulis dan berkarya, melakukan berbagai aktifitas kesusastraan, sebagaimana yang saya kisahkan di awal tulisan ini. Percayalah bahwa dengan menulis sastra, anda telah turut mengambil bagian dari sirah nabi dan menapak secara terus menerus di balik telapak kaki Nabi Muhammad saw. Ayolah!l

_______________________________________________________ *Penulis adalah Penyair dan Pemerhati Sastra Budaya. Pen-damping Komunitas Gubuk Indonesia (KGI) Yogyakarta,lahir di tanah Mandar, alumnus Pascasarjana Antropologi UGM, banyak menulis puisi, esai dan cerpen dan dimuat di media lokal dan nasional. Sering berkeliling Indonesia untuk menghadiri perte-muan sastrawan dan membacakan karya-karyanya.

Rubrik Humaniora ini dipersembahkan oleh UHAMKA Jakarta, LSBOR PP Muhammadiyah, dan Suara Muhammadiyah

De

m

o (Vi

si

t ht

tp:

//www.pdfspl

itm

erge

r.c

om

Referensi

Dokumen terkait

Surveilans reduksi campak merupakan salah satu kegiatan surveilans khusus dan global, sehingga semua pihak harus dapat berperan untuk mensukseskan komitmen global yang telah

Tujuan penelitian ini merupakan mengembangkan KMS budidaya hidroponik melalui identifikasi pengetahuan baik tacit (pengetahuan yang belum digali) maupun explicit

25.000.000 /Senior Manager Bonus Jabatan dihitung dari Omzet Poin Founder dikalikan dengan Prosentase Posisi Jabatan dan dibagikan secara proposional / merata kepada Jabatan

Pada penelitian deformasi plastis nilon termoplastik setelah direndam dalam ekstrak biji kopi robusta ini menggunakan lama perendaman selama 4 hari dan 19 hari yang setara

Menahan bola merupakan kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam permainan sepakbola. Apabila dilihat dari pergerakan menahan bola, maka sebenarnya gerakan

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa stres kerja adalah sebuah kondisi dimana terjadi ketidakseimbangan / ketidakharmonisan antara tuntutan-tuntutan

dalam bentuk senyawa yang lebih kecil atau disebut juga ion sianida (CN) - ,.. hydrogen sianida (HCN),

Jadi variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini ialah kinerja auditor, locus of control eksternal, intensi turnover, tekanan anggaran waktu, serta