! !
"
!"
"
#
"
$ %&'(& )(* "
(∅+ ,∅%(
∅+ - (. $
$ , *+( /
%& ,% / ) 01
2
. / %1 & /
( ,, 2
! "
# $
% &
'# (# ! # ) # * !
+ #
,# (# ! # ) # * !
- $ + $ #
.# ) # / !
$ + $ #
0# ) # (
) # # # #
1) ! ( !
-$ + $
!
-$ + $ #
2# 3 3 3 !
$ $ #
4# 5 ! # 6 #7# # # ) #
8
3 +
#
9# 7 7 ( 6 : 6
#
;# ,<'' ! # # $ $ + = >
+ ( ( ? @ 6 A /
# ) # ) # # 3
= :# >3 % 3 @ )+ # >3
)? + @ :#
#
B# # ' ! + - C
D % A ) + )
3 #
'<# 8 %
#
''# ,<<; ,<<B ,<'<
# ',#
#
3 # 5
) ( E 3
#
% #
( % #
!
" #$ %
&
" ' !
"
(
( )
( %
( ' * ( +& ,
-. ! / '
0 0
% $ '# / 1 2 1 2 )
) $ '# * / 1 2 1 2
$
$
2 0
!/ 3 / 0
0
%
%
%
)
2
2 * &
# &
0
% &
% (
% (
% 0
4 (
4 (
4 (
4 ' ( 2 2
4 * 2
4 * 1
4 /
2 )
4 /
1
4 ( 2 2
4 ( 2 2
2
4 ( 2 2
1 %
4 0
4 1 0
4 * 5 00
4 00
4 ( 2 %
* 4 5 (
* 4 5 (
* 4 5 (
* 4 5 ' 2
* 4 5 ' 1
* 4 5 2 %
6 * ! * * 2
6 * ! * * 1
6 * " #$ %
6 * &
6 * * ( & %
6 * 1
6 * 1 * *
6 * 1
6 * - . )
6 * - .
6 * 0 7 3 (
6 * 4 2
6 * 4 1
6 * 4 ' * * 2
6 * 4 6 8 2 0
6 * 4 2 * * 2
! %
6 * 4 6 8 1 0)
6 * 4 6 8 2
- 2 0
6 * 4 0 6 8 1
- 2 0
6 * 4 % 00
6 * 4 ) 6 0%
2 *
'
'9
*
*
* 2 2 *
* 2
* 2
8
∆ * * * 2
∆ * *
∆
∅ 2
-$ *
- *
8$9 *
2 $ *
/ 2
8/ *
8/9 *
8/2 2 *
* *
5 2 2 *
8 8 8
2 2
2 2 8 8
2 2
! 2 2
"
M$ * * *
%
%
% 2 * * *
* 3*
&' /
* * 2
q * * * * *
) * * * * *
* + + + *
*,$- + + + . 2
*/0+
*
1+ 2 / / * 2
* 2 *
3 *
45 *
6 2 2 8
!"
"
#
"
$ %&'(& )(* "
(∅+ ,∅%(
∅+ - (. $
$ , *+( /
%& ,% / ) 01
2
. / %1 & /
( ,, 2
!
"
#
$
%
& ' (
# &
!
"
( #
" !
! ( "
$
) * +
, $
# *
, (
" !
% - & . /& !
%
) ! % - & . /&
0
0
0
0
) 1 ! !
% - & . /& *
*
)
# )2 ! 3 2 !
" ! 2 ,
* (!4 * ( *
2 )
)
5 "
, /
!" # $
" 7&7
!" % & $ ! '
′
Pelat baja
( )
" !
&
&
*
% !
%
7 - "8 #7'1917
7 -- +- :717 "1%+7$7
( & (
7 --- *8+;#;9;<- "8 89-+-7
!
+ , )- .
Mulai
Studi Literatur
Balok Tanpa Perkuatan Balok dengan Perkuatan
Pelat Baja
Data
Perencanaan tebal
pelat
Perencanaan shear
connector Desain Data :
PANJANG BENTANG=3.2 m
DIMENSI BALOK=15x25 cm
BEBAN=5 Ton dan 15 Ton
Perencanaan tulangan balok
Penyiapan Bahan
Pembuatan Benda Uji
Data
Pengujian bahan
Hasil Penelitian
Kesimpulan
Selesai Pengujian
Data
Konstruksi beton di Indonesia saat ini sudah sangat umum digunakan
bahkan hampir semua gedung dan bangunan yang ada menggunakan konstruksi
beton. Hal ini tentu saja bukan tanpa alasan, karena konstruksi beton memiliki
beberapa kelebihan yang dirasa lebih menguntungkan antara lain :
1. Ketersediaan (availability) material dasar
a. Pengadaan material pembuat beton seperti agregat dan air mudah
didapatkan karena banyak tersedia di alam. Semen juga dapat
diproduksi dengan mudah di dalam negeri. Dengan ketersediaan
material yang cukup, maka pembuatan beton menjadi relatif lebih
murah.
b. Hal ini berbeda dengan konstruksi baja, dimana profil#profil baja
hanya dapat di buat di pabrik dan mungkin juga harus mengimpor
dari luar negeri. Dengan begitu dibutuhkan transportasi yang
memadai untuk membawa material baja ke lokasi konstruksi,
apalagi jika lokasi konstruksi sulit untuk dijangkau. Berbeda
dengan konstruksi beton yang mana material penyusunnya dapat
diangkut terpisah.
c. Ada masalah lain dengan struktur kayu. Meski problemnya tidak
seberat struktur baja, namun penggunaan secara massal akan
di alam dan waktu yang dibutuhkan untuk menanam pohon sampai
mencapai umur yang sesuai untuk ditebang cukup lama.
2. Kemudahan untuk digunakan (versatility)
a. Pengangkutan bahan mudah, karena masing#masing material
penyusun dapat diangkut terpisah.
b. Beton dapat dipakai untuk berbagai jenis struktur, seperti gedung
bertingkat, jembatan, landasan pacu, jalan, pondasi, bendungan dan
bangunan perlindungan. Beton ringan dapat dipakai untuk panel.
Beton arsitektural dapat dipakai untuk keperluan dekoratif.
c. Beton bertulang bisa dipakai untuk berbagai struktur yang lebih
berat,seperti tandon air, bangunan maritim, pondasi lepas pantai,
instalasi militer dengan beban kejut besar dam sebagainya.
3. Kemampuan beradaptasi (adaptability)
a. Beton bersifat monolit sehingga tidak memerlukan sambungan
seperti struktur baja dan kayu.
b. Beton dapat dicetak dalam bentuk apapun sesuai kebutuhan
misalnya, struktur cangkang (shell) maupun bentuk khusus lainnya.
c. Beton dapat diproduksi dengan berbagai cara yang disesuaikan
dengan situasi sekitar. Dari cara sederhana yang tidak memerlukan
ahli khusus seperti untuk konstroksi non#struktural sampai alat
modern di pabrik yang menggunakan sistem komputer.
d. Konsumsi energi minimal per kapasitas jauh lebih rendah dari baja,
4. Kebutuhan pemeliharaan yang minimal
Secara umum, ketahanan (durability) beton cukup tinggi, lebih tahan karat
sehingga tidak perlu di cat seperti struktur baja, dan tidak lapuk seperti
struktur kayu, dan lebih tahan terhadap bahaya kebakaran terutama
dibanding struktur kayu.
Dengan berbagai kelebihan tersebut, tidak heran jika konstruksi beton
sudah banyak dipakai. Namun saat ini, banyak bangunan dari beton yang sudah
tua sehingga banyak kerusakan yang terjadi. Penghancuran dan pemakaian
kembali material beton dirasa sulit dan tidak ekonomis. Dengan situasi seperti ini,
banyak ahli telah mengembangkan berbagai perkuatan agar struktur beton yang
ada bisa digunakan kembali. Perkuatan ini juga bisa diaplikasikan untuk
konstruksi beton yang masih dalam keadaaan baik guna menambah kekuatan
apabila akan ada perubahan fungsi gedung atau untuk perkuatan akibat gempa.
Perkuatan konstruksi beton untuk mempertahankan atau menambah
kekutan sebenarnya sudah sangat lama dikembangkan, sehingga saat ini banyak
cara yang dapat dipakai untuk memperkuat struktur.
Beberapa cara perkuatan yang umum digunakan antara lain :
1. Memberi selubung pada konstruksi beton atau disebut dengan
jacketing menggunakan material Fiber Reinforced Polymer (FRP)
2. Memperbesar dimensi struktur
3. Menambah lapisan beton yang baru
4. Memberikan penulangan tambahan dari luar atau externally
Pada penelitian ini dipilih cara yang ke#empat yaitu memberikan
penulangan tambahan dari luar atau externally reinforcement untuk memperkuat
kuat lentur dari balok.
Beton polos didapat dengan mencampurkan semen, agregat halus, agregat
kasar, air, dan kadang ditambah campuran lain untuk maksud tertentu. Beton
merupakan material yang tahan terhadap tegangan tekan namun lemah terhadap
tegangan tarik. Ketahanan beton terhadap tegangan tekan inilah yang
dimanfaatkan dalam sebuah struktur. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kekuatan beton antara lain faktor air#semen, porositas dan faktor intrinsik lainnya.
Air yang terlalu banyak pada campuran beton akan menempati ruang di
mana pada waktu beton sudah mengeras dan terjadi penguapan, maka ruang yang
tadi terisi oleh air akan meninggalkan pori#pori. Untungnya porositas kapiler dari
beton yang dipadatkan secara baik pada derajat hidrasi manapun ditentukan oleh
faktor air#semen. D.A. Abrams pada tahun 1918 menyatakan bahwa “untuk
material yang diberikan, kekuatan beton hanya tergantung pada satu faktor saja,
yaitu faktor air#semen dari pasta”.
Faktor utama yang mempengaruhi kekuatan dari material getas adalah
terisi cairan,semuanya pasti berpengaruh. Namun yang jelas adalah bahwa
kekuatan terutama tergantung pada porositas.
A. N. Talbot pada tahun 1921 mengatakan kekuatan beton ditentukan oleh
faktor ruang kosong/semen. Ide ini adalah pada kasus di mana faktor air#semen
atau faktor semen#air tidak bisa diterapkan seperti :
a. Beton yang kurang pasta semen,
b. Beton yang kaku (stiff) dengan pemadatan yang tidak memadai,
c. Beton air#entrain yang kandungan udaranya tidak dapat ditentukan.
Kekuatan beton tergantung pada :
a. Kekuatan agregat, khususnya agregat kasar
b. Kekuatan pasta semen
c. Kekuatan ikatan/lekatan antara semen dengan agregat
Beton adalah material komposit, kekuatannya tergantung dari kekuatan
material penyusunnya yaitu semen dan agregat serta interaksi antar komponen.
Setiap material penyusun mempunyai kurva tegangan#regangan yang cukup lurus,
namun modulus elastisitasnya berbeda. Ini menyebabkan respon terhadap beban
berbeda dan mengakibatkan sifat inelastis sehingga kurva tegangan#regangan
tidak linier. Ketidak#linieran ini juga disebabkan oleh lekatan yang tidak
sempurna antar material penyusun. Beton yang makin kuat, kurvanya makin
Ada berbagai alasan untuk melakukan pengujian beton keras :
a. Untuk mengamati hukum fisik tentang sifat beton.
Mencari hubungan antara sifat fisik dan mekanik dari material beton dan
sifat elastis dari kekuatan beton keras.
b. Menentukan sifat mekanis dari beton jenis tertentu untuk penerapan
khusus.
Uji ini dilakukan dengan simulasi kondisi yang akan dialami oleh beton
tersebut.
c. Bila hukum fisik telah diketahui, perlu dilakukan evaluasi atas konstanta
fisik, misalnya modulus elastisitas.
d. Sebagai pengujian kontrol kualitas. Kecepatan dan kemudahan pengujian
dapat lebih penting daripada akurasi yang sangat tinggi.
Kekuatan tekan beton ditentukan oleh pengaturan dari perbandingan
semen, agregat kasar dan halus, air, dan berbagai jenis campuran. Perbandingan
dari air terhadap semen merupakan faktor utama didalam penentuan kekuatan
beton. Semakin rendah perbandingan air#semen, semakin tinggi kekuatan tekan.
Suatu jumlah tertentu air diperlukan untuk memberikan aksi kimiawi didalam
pengerasan beton; kelebihan air meningkatkan kemampuan pengerjaaan akan
tetapi menurunkan kekuatan. Suatu ukuran dari pengerjaan beton ini diperoleh
Karena sifat bahan beton yang hanya mempunyai nilai kuat tarik relatif
rendah, maka pada umumnya hanya diperhitungkan bekerja dengan baik di daerah
tekan pada penampangnya, dan hubungan regangan#tegangan yang timbul karena
pengaruh gaya tekan tersebut digunakan sebagai dasar pertimbangan.
! "#
Kuat tekan beton diwakili oleh tegangan tekan maksimum fc’ dengan
satuan N/mm2 atau Mpa (Mega Pascal). Sebelum diberlakukannya sistem satuan
SI di Indonesia, nilai tegangan menggunakan satuan kgf/cm2. Kuat tekan beton
pada umur 28 hari berkisar antara nilai ± 10#65 Mpa. Untuk struktur beton
bertulang pada umumnya menggunakan beton dengan kuat tekan berkisar 17#30
Mpa sedangkan untuk beton prategang digunakan beton dengan kuat tekan lebih
tinggi, berkisar antara 30#45 Mpa. Untuk keadaan dan keperluan struktur khusus,
memproduksi beton kuat tekan tinggi tersebut umumnya dilaksanakan dengan
pengawasan ketat dalam laboratorium.
Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui tata#cara pengujian standar,
menggunakan mesin uji dengan cara memberikan beban tekan bertingkat dengan
kecepatan peningkatan beban tertentu atas benda uji silinder beton (diameter 150
mm, tinggi 300 mm) sampai hancur. Tata cara pengujian yang umumnya dipakai
adalah standar ASTM (American Society for Testing Materials) C39#86. Kuat
tekan masing#masing benda uji ditentukan oleh tegangan tekan tertinggi (fc’) yang
dicapai benda uji umur 28 hari akibat beban tekan selama percobaan. Dengan
demikian seperti tampak pada Gambar 2.1, bahwa tegangan fc’ bukanlah tegangan
yang timbul pada saat benda uji hancur melainkan tegangan maksimum pada saat
regangan beton (εb) mencapai nilai ±0,002.
Dengan mengamati bermacam kurva tegangan#regangan kuat beton
berbeda, tampak bahwa umumnya kuat tekan maksimum tercapai pada saat nilai
satuan regangan tekan ε’ mencapai ±0,002. Selanjutnya nilai tegangan fc’ akan
turun dengan bertambahnya nilai regangan sampai benda uji hancur pada nilai ε’
mencapai 0,003#0,005. Beton kuat tinggi lebih getas dan akan hancur pada nilai
regangan maksimum yang lebih rendah dibandingkan dengan kuat beton yang
lebih rendah.
Tidak seperti pada kurva tegangan#regangan baja, kemiringan awal kurva
pada beton sangat beragam dan umumnya sedikit agak melengkung. Kemiringan
teori elastisitas, secara umum kemiringan kurva pada tahap awal menggambarkan
nilai modulus elastisitas suatu bahan. Karena kurva pada beton berbentuk
lengkung maka nilai regangan tidak berbanding lurus dengan nilai tegangannya
berarti bahan beton tidak sepenuhnya bersifat elastis, sedangkan nilai modulus
elastisitas berubah#ubah sesuai dengan kekuatannya dan tidak dapat ditetapkan
melalui kemiringan kurva.
Bahan beton bersifat elasto plastis dimana akibat dari beban tetap yang
sangat kecil sekalipun, disamping memperlihatkan kemampuuan elastis bahan
beton juga menunjukkan deformasi permanen. Didalam perkembangannya di
berbagai negara, sejalan dengan semakin berkembangnya penggunaan beton
ringan dipandang perlu untuk menyertakan besaran kerapatan (density) pada
penetapan modulus elastisitas bahan beton. Sehingga pada penerapannya
digunakan rumus#rumus empiris yang menyertakan besaran berat disamping kuat
betonnya.
Sesuai dengan SNI 03#2847#2002 pasal 10.5.1 nilai modulus elastisitas
beton adalah sebagai berikut :
= , 0,043 ′
Dimana:
Ec= modulus elastisitas beton tekan (Mpa)
wc= berat isi beton (kg/m3)
fc’= kuat tekan beton (Mpa)
Rumus empiris tersebut hanya berlaku untuk beton dengan berat isi
berkisar antara 1500 kg/m3 dan 2500 kg/m3. Sedangkan untuk beton normal
dengan berat isi antara 2200 kg/m3 sampai 2500 kg/m3 dapat digunakan nilai :
= 4700 ′
Nilai kuat tekan dan tarik beton tidak berbanding lurus, setiap usaha
perbaikan mutu kekuatan tekan hanya disertai peningkatan kecil nilai kuat
tariknya. Suatu perkiraan kasar dapat dipakai, bahwa nilai kuat tarik bahan beton
normal hanya berkisar antara 9%#15% dari kuat tekannya. Kuat tarik bahan beton
yang tepat sulit untuk diukur. Suatu nilai pendekatan yang umum dilakukan
dengan menggunakan modulus of rupture, ialah tegangan tarik lentur beton yang
timbul pada pengujian hancur balok beton polos (tanpa tulangan), sebagai
pengukur kuat tarik sesuai teori elastisitas.
Kuat tarik bahan beton juga ditentukan melalui pengujian split cilinder
yang umumnya memberikan hasil yang lebih baik dan lebih mencerminkan kuat
berulang kali mencapai kekuatan 0,50#0,60 kali ′ , sehingga untuk beton
normal digunakan nilai 0,57 ′ . Pengujian tersebut menggunakan benda uji
silinder beton berdiameter 150 mm dan panjang 300 mm, diletakkan pada arah
memanjang diatas alat penguji kemudian beban tekan diberikan merata arah tegak
dari atas pada seluruh panjang silinder. Tegangan tarik yang timbul sewaktu
benda uji terbelah disebut sebagai split cilinder strength , diperhitungkan sebagai
berikut :
=2
Dimana:
ft= kuat tarik belah (N/m2)
P= beban pada waktu belah (N) L= panjang benda uji silinder (m) D= diameter benda uji silinder (m)
% &
Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa
mengalami retak#retak. Untuk itu, agar beton dapat bekerja dengan baik dalam
suatu sistem struktur, perlu dibantu dengan memberinya perkuatan penulangan
yang terutama akan mengemban tugas menahan gaya tarik yang akan timbul di
dalam sistem. Untuk keperluan penulangan tersebut, digunakan bahan baja yang
memiliki sifat teknis menguntungkan, dan baja tulangan yang digunakan dapat
berupa batang baja lonjoran ataupun kawat rangkai las (wire mesh) yang berupa
batang kawat baja yang dirangkai (dianyam) dengan teknik pengelasan.
Wire mesh terutama dipakai untuk plat dan cangkang tipis atau struktur
spasi, dan selimut beton sesuai dengan persyaratan pada umumnya. Bahan batang
baja rangkai dengan pengelasan yang dimaksud, didapat dari hasil penarikan baja
pada suhu dingin dan dibentuk dengan pola ortogonal, bujur sangkar, atau persegi
empat, dengan dilas pada semua titik pertemuannya.
Untuk penulangan beton prategang digunakan kawat, baik tunggal
ataupun sebagai kumpulan kawat membentuk strand . Tersedia banyak variasi
kawat dan strand dari kekuatan dan sifat yang berbeda#beda, yang paling
menonjol dan lebih sering dipakai adalah strand yang berisi 7 batang kawat (satu
batang ditengah, enam mengelilingi secara heliks). Kuat tarik ultimate minimum
untuk strand mutu 170 adalah 1700 Mpa dan mutu 180 adalah 1800 Mpa, dengan
titik luluh yang tidak jelas. Dalam strata pelayanan beban kerja, strand
prategangan mempunyai nilai tegangan 1000 Mpa sampai 1100 Mpa.
Agar dapat berlangsung lekatan erat antara baja tulangan dengan beton,
selain batang polos berpenampang bulat (BJTP) juga digunakan batang
deformasian (BJTD), yaitu batang tulangan baja yang permukaannya dikasarkan
secara khusus, diberi sirip teratur dengan pola tertentu, atau batang tulangan yang
dipilin pada proses produksinya. Pola permukaan yang dikasarkan atau pola sirip
sangat beragam tergantung pada mesin giling atau cetak yang dimiliki oleh
produsen, asal masih dalam batas#batas spesifikasi teknik yang diperkenankan
oleh standar. Baja tulangan polos (BJTP) hanya digunakan untuk tulangan
pengikat sengkang atau spiral, umumnya diberi kait pada ujungnya.
Sifat fisik batang tulangan baja yang paling penting untuk digunakan
modulus elastisitas (Es). Suatu diagram hubungan tegangan#regangan tipikal untuk
batang baja tulangan dapat dilihat pada Gambar 2.3. Tegangan luluh (titik luluh)
baja ditentukan melalui prosedur pengujian standar sesuai SII 0136#84 dengan
ketentuan bahwa tegangan luluh adalah tegangan baja pada saat mana
meningkatnya tegangan tidak disertai lagi dengan peningkatan regangannya.
'! " $(
Modulus elastisitas baja tulangan ditentukan berdasarkan kemiringan awal
kurva tegangan#regangan di daerah elastik dimana antara mutu baja yang satu
dengan yang lainnya tidak banyak bervariasi. Berdasarkan SNI 03#2847#2002
pasal 10.5.2 , modulus elastisitas untuk tulangan non#prategang Es adalah 200.000
Mpa, sedangkan untuk modulus elastisitas untuk tendon prategang, Es ditentukan
Kerjasama antara bahan beton dengan baja tulangan hanya dapat terwujud
dengan didasarkan pada keadaan#keadaan :
1. Lekatan sempurna antara batang tulangan baja dengan beton keras yang
membungkusnya sehingga tidak terjadi penggelinciran diantara keduanya
2. Beton yang mengelilingi batang tulangan baja bersifat kedap sehingga
mampu melindungi dan mencegah terjadinya karat pada baja
3. Angka muai kedua bahan hampir sama, dimana setiap kenaikan suhu satu
derajat Celcius angka muai beton 0,000010 sampai 0,000013 sedangkan
baja 0,000012 , sehingga tegangan yang timbul karena perbedaan nilai
dapat diabaikan
Sebagai konsekuensi dari lekatan sempurna antara kedua bahan, didaerah
tarik suatu komponen struktur akan terjadi retak#retak beton di dekat baja tulangan.
) &
Bila suatu penampang yang dibebani lentur murni dianalisis, perlu dipakai
sejumlah kriteria agar penampang itu mempunyai probabilitas keruntuhan yang
layak pada keadaan batas hancur. Berdasarkan SNI 03#2847#2002 pasal 12.2
dalam merencanakan komponen struktur terhadap beban lentur atau aksial atau
kombinasi dari beban lentur dan aksial, digunakan asumsi sebagai berikut :
1. Regangan pada tulangan dan beton harus diasumsikan berbanding lurus
dengan jarak dari sumbu netral
2. Regangan maksimum yang dapat dimanfaatkan pada serat tekan beton
3. Tegangan pada tulangan yang nilainya lebih kecil daripada kuat leleh fy
harus diambil sebesar Es dikalikan regangan baja. Untuk regangan yang
nilainya lebih besar dari regangan leleh yang berhubungan dengan fy ,
tegangan pada tulangna harus diambil sama dengan fy
4. Dalam perhitungan aksial dan lentur beton bertulang, kuat tarik beton
harus diabaikan
5. Hubungan antara ditribusi tegangan tekan beton dan regangan beton boleh
diasumsikan berbentuk persegi, trapesium, parabola, atau bentuk lainnya
yang menghasilkan perkiraan kekuatan yang cukup baik bila dibandingkan
dengan hasil pengujian
Hubungan distribusi tegangan#regangan beton dapat dipenuhi oleh suatu
distribusi tegangan beton persegi ekuivalen yang didefinisikan sebagai berikut :
1. Tegangan beton sebesar 0,85 fc’ diasumsikan terdestribusi secara merata
pada daerah tekan ekuivalen yang dibatasi oleh tepi penampang dan suatu
garis lurus yang sejajar dengan sumbu netral sejarak = dari serat
dengan regangan tekan maksimum
2. Jarak c dari serat dengan regangan maksimum ke sumbu netral harus
diukur dalam arah tegak lurus terhadap sumbu tersebut
3. Faktor harus diambil sebesar 0,85 untuk beton dengan nilai kuat tekan
fc’ lebih kecil daripada atau sama dengan 30 Mpa. Untuk beton dengan
nilai kuat tekan diatas 30 Mpa, harus direduksi sebesar 0,05 untuk
setiap kelebihan 7 Mpa diatas 30 Mpa, tetapi tidak boleh diambil
Tinjauan sebuah balok beton bertulang tertumpu bebas dengan dua beban
terpusat P di atasnya, bila berat balok sendiri diabaikan, maka diagram gaya
lintang dan diagram momen lentur disajikan dalam gambar sebagai berikut:
% (# '! ! & "$ $ !
Untuk pengujian kuat lentur, benda uji yang digunakan berbentuk prisma.
Pembebanan pada 1/3 bentang untuk mendapatkan lentur murni tanpa gaya geser.
Kuat lentur beton (modulus of rupture) untuk keruntuhan dibagian tengah bentang
dapat dihitung dengan rumus :
= .
Sedangkan untuk keruntuhan pada bagian tarik diluar tengah bentang,
dihitung dengan rumus :
=3 .
Dimana :
L= panjang bentang b= lebar spesimen d= tinggi spesimen
a= jarak rata#rata dari garis keruntuhan dan titik perletakan terdekat diukur pada bagian tarik spesimen
) & &
Dengan menggunakan prinsip keseimbangan statika dapat ditentukan besar
momen dan geser yang terjadi pada setiap penampang balok yang bekerja
menahan beban. Perhatian lebih lanjut tentunya menentukan kemampuan balok
tersebut untuk menahan beban dengan cara memperhitungkan tegangan#tegangan
yang timbul di dalamnya. Distribusi tegangan pada penampang balok sebenarnya
rumit, dan hasil perhitungan yang tepat dapat diperoleh berdasarkan teori
elastisitas.
Akan tetapi dengan menggunakan asumsi#asumsi dan penyederhanaan
tertentu dapat dikembangkan hubungan matematik cukup tepat untuk ungkapan
tegangan#tegangan lentur dan geser tersebut. Seperti diketahui, bahwa untuk balok
dari sebarang bahan homogen (serba sama) dan elastik berlaku rumus lenturan
sebagai berikut :
=!"
Dimana :
f=tegangan lentur
M=momen yang bekerja pada balok
Sehingga berdasarkan rumus lenturan tersebut, dihitung momen
maksimum yang dapat disediakan oleh penampang balok, atau dalam hal ini
disebut sebagai momen tahanan,
!# = $"
Dimana :
Mr=momen tahanan fb=tegangan lentur ijin
Langkah tersebut dapat dilakukan secara langsung untuk balok dari
sebarang bahan serba#sama dengan bentuk dan ukuran penampang tertentu
dimana momen inersia dapat dihitung dengan mudah. Lain halnya dengan balok
beton bertulang, penggunaan rumus lentur tersebut akan menghadapi masalah
terutama sehubungan sifat bahan beton bertulang yang tidak homogen dan tidak
berperilaku elastik pada seluruh jenjang kekuatannya.
Konsep lain ialah konsep kopel momen dalam, yang jika digunakan untuk
menganalisa kuat balok akan bersifat lebih umum dan dapat digunakan baik untuk
bahan balok homogen ataupun tidak, juga untuk balok yang mempunyai distribusi
tegangan linear maupun non#linear. Konsep tersebut akan memudahkan bila
digunakan untuk menjabarkan mekanisme gaya#gaya dalam balok beton bertulang
karena mampu menggambarkan pola tahanan dasar yang terjadi.
Pada Gambar 2.5, d=tinggi efektif penampang yang diukur dari serat tekan
tekan terluar ke centroid tulangan. Kuat lentur nominal penampang diasumsikan
mencapai nilai yang lebih besar atau lebih kecil dari Ɛy, tergantung pada proporsi
tulangan terhadap luas penampang beton.
) '!
) & &
Kuat lentur suatu balok beton tersedia karena berlangsungnya mekanisme
tegangan#tegangan dalam yang timbul di dalam balok yang pada keadaan tertentu
dapat diwakili oleh gaya#gaya dalam. Resultante gaya tekan dalam (ND)
merupakan resultante seluruh gaya tekan pada daerah diatas garis netral.
Sedangkan NT adalah resultante gaya tarik dalam, merupakan jumlah seluruh gaya
tarik yang diperhitungkan untuk daerah di bawah garis netral.
Kedua gaya ini, arah garis kerjanya sejajar, sama besar, tetapi berlawanan
arah dan dipisahkan dengan jarak z sehingga membentuk kopel momen tahanan
dalam dimana nilai maksimumnya disebut sebagai kuat lentur atau momen
Momen tahanan dalam tersebut yang akan menahan atau memikul momen
lentur rencana aktual yang ditimbulkan oleh beban luar. Untuk itu dalam
merencanakan balok pada kondisi pembebanan tertentu harus disusun komposisi
dimensi balok beton dan jumlah serta besar (luas) tulangannya sedemikian rupa
sehingga dapat menimbulkan momen tahanan dalam paling tidak sama dengan
momen lentur maksimum yang ditimbulkan oleh beban.
Untuk menentukan momen tahanan dalam, yang penting adalah
mengetahui terlebih dahulu resultante total gaya beton tekan ND, dan letak garis
kerja gaya dihitung terhadap serat tepi tekan terluar, sehingga jarak z dapat
dihitung. Kedua nilai tersebut dapat ditentukan melalui penyederhanaan bentuk
distribusi tegangan lengkung digantikan dengan bentuk ekivalen yang lebih
sederhana, dengan menggunakan nilai intensitas tegangan rata#rata sedemikian
sehingga nilai dan letak resultante tidak berubah.
Seperti terlihat pada Gambar 2.5, bentuk blok tegangan pada kondisi
ultimate dapat dinyatakan melalui 3 konstanta, yaitu:
k1= rasio tegangan tekan rata#rata terhadap tegangan maksimum (rasio luas
tegangan yang diarsir pada Gambar 2.5c terhadap luas segiempat c k3 fc’)
k2= rasio jarak antara serat tekan ekstrim ke resultan gaya tekan terhadap
tinggi daerah tekan c
k3= rasio tegangan maksimum fc” pada zona tekan, terhadap kuat silinder
beton, % → '( =))*" *%
Untuk distribusi blok tegangan diatas, k1=0,85 dan k2=0,425
Berdasarkan bentuk empat persegi panjang seperti tampak pada Gambar
2.5, intensitas tegangan tekan beton rata#rata ditentukan sebesar 0,85 fc’ dan
dianggap bekerja pada daerah tekan dari penampang balok sebesar b dan sedalam
a, yang mana besarnya ditentukan dengan rumus :
a = β1.c
Dimana :
c = jarak serat terluar ke garis netral
- (# !, (
Jadi, hanya perlu digunakan dua parameter, yaitu d dan untuk dapat
menggambarkan blok tegangan#tekan persegi ekivalen. Berdasarkan distribusi
tegangan tersebut, kekuatan lentur dihitung sebagai berikut:
, = 0,85 %
/ = 01 2
(tulangan diasumsikan sudah leleh sebelum beton mencapai regangan batas
tekannya)
Syarat keseimbangan → , = / sehingga
=0,85 ′01 2
Sehingga,
) . & ' / & 0
Keruntuhan lentur dapat terjadi dalam tiga cara yang berbeda :
1. Keruntuhan Tarik, terjadi bila jumlah tulangan baja relatif sedikit sehingga
tulangan tersebut akan leleh terlebih dahulu sebelum betonnya pecah, yaitu
apabila regangan baja (εs) lebih besar dari regangan beton (εy). Penampang
seperti itu disebut penampang under reinforced, perilakunya
keruntuhannya adalah daktail (terjadinya deformasi yang besar sebelum
runtuh). Semua balok yang direncanakan sesuai peraturan diharapkan
berperilaku seperti itu.
2. Keruntuhan Tekan, terjadi bila jumlah tulangan relatif banyak maka
keruntuhan dimulai dari beton sedangkan tulangan bajanya masih elastis,
yaitu apabila regangan baja (εs) lebih kecil dari regangan beton (εy).
Penampang seperti itu disebut penampang over reinvorced, sifat
keruntuhannya adalah getas (non daktail). Suatu kondisi yang berbahaya
karena penggunaan bangunan tidak melihat adanya deformasi yang besar
yang dapat dijadikan pertanda bilamana struktur tersebut mau runtuh,
sehingga tidak ada kesempatan untuk menghindarinya terlebih dahulu.
3. Keruntuhan Seimbang, jika baja dan beton tepat mencapai kuat batasnya,
yaitu apabila regangan baja (εs) sama besar denga regangan beton (εy).
Jumlah penulangan yang menyebabkan keruntuhan balans dapat dijadikan
acuan untuk menentukan apakah tulangan relatif sedikit atau tidak,
1 !+ !+ $ "$2 & "$
* 3 & 4 '
Saat ini banyak dijumpai bangunan dengan struktur beton bertulang.
Banyak diantaranya yang mulai rusak yang ditandai dengan timbulnya retak#retak
halus, lendutan yang berlebihan, bahkan tulangan sudah terlihat dari luar. Hal ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : kondisi gedung yang sudah
tua, elemen yang tidak sengaja terbebani diatas desain rencana, struktur yang
berubah fungsi dengan adanya beban tambahan, kerusakan akibat gempa, dan
keadaan tanah yang tidak baik yang menyebabkan terjadinya penurunan yang
berbeda.
Dengan adanya kerusakan#kerusakan ini, maka perlu dilakukan
Sebelum memutuskan suatu konstruksi harus diperbaiki atau tidak, perlu
dilakukan evaluasi terhadap stuktur.
Kebutuhan evaluasi dari kekuatan beton in#situ lahir dari kondisi dibawah ini :
1. Elemen struktur selama konstruksi
a) Dicurigai adanya kegagalan dalam memenuhi syarat kokoh
karakteristik beton melalui spesimen kontrol, atau material beton
dibawah standar atau bercacat
b) Cacat yang tampak oleh mata karena cara kerja yang jelek (seperti
terjadinya sarang tawon), khususnya ketika ditemui pada bagian 2
yang kritis (misalnya momen maksimum atau tempat gaya geser), atau
elemen struktur misalnya kolom
c) Elemen yang tidak sengaja terbebani diatas desain rencana, misalnya
jalan diatas parkir mobil bawah tanah untuk kondominium oleh truk
berat, tidak ada atap atau podium yang bisa dilewati untuk tahapan
pembangunan blok menara atau penyimpanan material bangunan
d) Pembebanan elemen yang primatur, sebelum kokoh yang disyaratkan
dicapai untuk beban tertentu, misalnya terlalu dini melepas bekisting
e) Elemen yang rusak karena kecelakaan, misalnya tertubruk oleh
kendaraan
f) Jaminan kualitas atau evaluasi elemen yang dilakukan secara rutin
g) Penilaian langsung dari elemen untuk tahap konstruksi, misalnya
2. Elemen stuktural pada umur kemudian, setelah satu periode pemanfaatan :
a) Kehancuran akibat agen lingkungan yang berbahaya
b) Kesalahan desain atau konstruksi yang tidak disengaja, yang
mengakibatkan kinerja yang tidak memuaskan. Misalnya, salah
komputasi yang mengakibatkan underdesain
c) Kenaikan peraturan pelaksanaan (Code of Practice), misalnya
perubahan syarat geser antara CP 110 dengan BS 8110
d) Perubahan pemakaian, misalnya pertambahan beban karena peralatan
baru atau fasilitas yang di#upgrade
e) Konversi oleh retrofitting, misalnya penguatan untuk memberikan
kompensasi dari kehancuran
- & &
Beberapa cara perkuatan yang umum digunakan antara lain :
1. Memberi selubung pada konstruksi beton atau disebut dengan jacketing
menggunakan material Fiber Reinforced Polymer (FRP)
2. Memperbesar dimensi struktur
3. Menambah lapisan beton yang baru
4. Memberikan penulangan tambahan dari luar atau externally reinforcement
Ketiga metode ini memiliki kelebihan masing#masing, diantaranya :
1. Perkuatan dengan FRP
a) Perkuatan dengan FRP dapat menambah kekuatan lentur dan geser tanpa
mempengaruhi berat sendiri struktur karena bahannya yang sangat ringan
b) Tidak mengalami korosi sehingga bisa digunakan untuk struktur yang
berhubungan dengan asam ataupun zat korosif lainnya
c) Dapat diaplikasikan untuk berbagai bentuk struktur karena tersedia dalam
bentuk lembaran maupun pelat
d) Distribusi bahan yang mudah karena dapat digulung dan tidak berat
2. Memperbesar dimensi struktur
a) Biayanya murah
b) Tidak memerlukan keahlian khusus
c) Tahan terhadap korosi
d) Tahan terhadap api
3. Memberikan penulangan tambahan dengan baja
a) Biayanya lebih murah dari FRP
b) Tidak terlalu mempengaruhi berat sendiri struktur dibanding pemberian
lapisan beton baru (memperbesar dimensi struktur)
c) Tulangan eksternal dapat berupa pelat tipis maupun berbagai bentuk profil
Namun perkuatan dengan metode diatas juga memiliki kekurangan, yaitu :
1. Perkuatan dengan FRP
a) Metode jacketing memang mudah untuk dilaksanakan namun memerlukan
biaya awal yang sangat mahal
b) Material FRP tidak tahan terhadap api
c) Dibutuhkan keahlian khusus dalam pemasangannya
2. Memperbesar dimensi struktur
a) Penambahan lapisan beton akan menambah beban sendiri struktrur karena
berat jenis beton yang cukup besar
b) Memerlukan perancah sampai struktur bisa berfungsi dengan baik
c) Dibutuhkan waktu yang lebih lama sampai struktur bisa berfungsi dengan
baik dibanding dengan FRP
3. Memberikan penulangan tambahan dengan baja
a) Pemberian tulangan tambahan dari luar menggunakan pelat maupun profil
baja umumnya dilekatkan menggunakan epoxy, hal ini tidak efektif karena
ikatan antara balok dengan pelat atau profil bisa lepas (slip)
1 '
Berdasarkan kelebihan dan kekurangan beberapa metode perkuatan
tersebut, peneliti memilih perkuatan dengan penambahan tulangan eksternal.
Banyak penelitian yang sudah dilakukan tentang perkuatan ini baik yang
menggunakan FRP maupun dengan pelat atau profil baja, diantaranya :
Lamanna, Bank dan Scott (2001) meneliti perkuatan lentur balok beton
percobaan ini, digunakan balok dengan kekuatan berbeda yaitu 21 Mpa dan 42
Mpa dengan dimensi 153x153 mm dan panjang 1220 mm. Balok yang digunakan
berjumlah 9 buah dengan perlakuan berbeda untuk lebar FRP, jumlah baris baut
dan mutu beton. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan : untuk mutu beton yang
lebih tinggi diperlukan perkuatan yang lebih kecil dan kenaikan momen ultimate
dapat dicapai apabila potongan FRP terikat kuat.
Jumaat dan Alam (2006) meneliti masalah terkait metode penyatuan pelat
dari perkuatan balok beton bertulang. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan :
penggunaan FRP 10 kali lebih mahal dari perkuatan dengan pelat baja dan FRP
tidak tahan terhadap api, sehingga penggunaannya masih terbatas sedangkan
untuk perkuatan dengan pelat baja terdapat 3 jenis retak yaitu retak lentur, geser
dan axial. Namun retak ini dapat diatasi dengan pengaplikasian baut untuk
mengikat pelat dengan beton.
Pangestuti dan Handayani (2009) meneliti penggunaan carbon fiber
reinforced plate sebagai tulangan eksternal pada struktur balok beton. Pada
percobaan ini, balok yang digunakan berdimensi 150x250 mm dan panjang
2000mm dengan dua perlakuan. Balok pertama diberi tulangan tunggal yang
digunakan sebagai balok kontrol dan balok kedua tanpa tulangan dan diberi
lapisan CFRP (Carbon Fiber Reinforced Plate). Dari penelitian ini diperoleh
kesimpulan : penggunaan CFRP sebagai tulangan eksternal tidak efisien karena
regangan yang dicapai hanya 41% dari regangan maksimum yang mungkin
dicapai. Ini dikarenakan terjadinya debonding failure antara CFRP dan balok
Al#Hassani, Al#Ta’an dan Mohammed (2013) meneliti perilaku balok
beton bertulang yang telah retak yang diperkuat dengan pelat baja eksternal. Pada
percobaan ini, digunakan 15 buah balok, dimana 9 buah balok dibebani dengan
beban ultimate kemudian diperkuat dan dibebani lagi hingga runtuh, 3 buah balok
sebagai kontrol dan 3 buah balok dibebani sampai runtuh, diperkuat dan dibebani
lagi sampai runtuh. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan : beban ultimate
meningkat sekitar 1#17 % dengan perkuatan menggunakan pelat tebal 1 mm dan
70#94 % dengan perkuatan menggunakan pelat tebal 3 mm, dan efek dari
preloading dapat diabaikan karena nilainya kecil.
Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian diatas, pada penelitian ini
dipilih perkuatan balok beton bertulang dengan memberikan penulangan
tambahan dari luar (externally reinforcement ) untuk memperkuat lentur dari
balok. Penulangan eksternal yang digunakan adalah pelat baja. Dimana pelat baja
yang digunakan akan dibaut pada balok untuk mendapatkan ikatan yang baik
antara balok dan pelat baja.
5 6 7 & 4 ' ' & &
Sebuah balok persegi dengan dimensi 150x250 mm, dengan tulangan
tekan 2∅6 (As=56,57 mm2) dan tulangan tarik 4∅12 (As=452,57 mm2), diameter
tulangan sengkang ∅6, selimut beton P=25 mm. Mutu beton fc’ 20 Mpa, tegangan
leleh baja fy 240 Mpa, elastisitas baja Es 200.000 Mpa. Hitunglah Momen ultimate
Diketahui :
H=250 mm fc’ 20 Mpa
B=150 mm fy 240 Mpa
P=25 mm Es 200.000 Mpa
Tulangan tekan 2∅6 (As’=56,57 mm2)
Tulangan tarik 4∅12 (As=452,57 mm2)
Spasi antar tulangan=50 mm
Penyelesaian :
= : 5 5 ; 5 1 2= 5 1 2= >? >@ AB C BDE AF A = 250 5 25 5 6 5 1 2= . 12 5 1 2= . 50 = 182 HH
% = I ; I 1 2=
% = 25 I 6 I 1 2= . 6 = 34 HH
1. Periksa rasio tulangan
J = 0. =1 150 K 182 = 0,016578452,57
J′ = . L 501′ % =150 K 250 5 34 = 0,0017556,57
JMN3 =1,4 2 =
1,4
240 = 0,005833
J = 0,016578 O JMN3 = 0,005833 → P'
2. Cek tulangan tekan sudah luluh atau belum
' =0,85 % %
2.
600 600 5 2=
0,85 K 0,85 K 20 K 34
240 K 182 600 5 240 = 0,018746600
J Q ', tulangan tekan belum luluh
Maka,
1%= 600 71 50,85 % %
J 2 9 = 600 ]1 5
0,85 K 0,85 K 20 K 34 0.014505 K 240 K 182^
1%= 144,754 !?
3. Cek nilai a
=01 20,85 ′5 01′1′=452,57 K 240 5 56,57 K0,85 K 20 K 150 144,754= 39,380 HH
4. Cek kembali nilai fs’
= =39,3800,85 = 46,33 HH
_1′
0,003 = 5
%
_1% =0,003 46,33 5 3446,33 = 0,000793
1%= _1% 1 = 0,000793 K 200000 = 159,681 !?
Digunakan fs’=159,681 Mpa
5. Cek J terhadap JM`a
J$ bc`3d`3 b3dd`c =0,85 ′ 2
600 600 I 2=
0,85 K 20 K 0,85
240 600 I 240 = 0,043600
Jefg bc`3d`3 h`3di`j= 0,75J$I J% 1′
2 = 0,75 0,043 I0,00175
159,681 240 Jefg bc`3d`3 h`3di`j= 0,03341
J = 0,016578 Q JM`a=0,03341→ P'
6. Tentukan kembali nilai a dengan fs’ 159,681 Mpa
7. Menentukan Mu yang dapat dipikul
!b = kl01 25 01′ 1′m 4 5 26 I 01′ 1′ 5 % n
!b = k 452,57 K 240 5 56,57 K 159,681 4182 539,0526 I 56,57 K
159,681 182 5 34 n
!b = 17,517 opH
8 6 7 & 4 ' ' & &
Balok diatas terletak diatas perletakan sendi#rol dengan jarak 3 m dan
cantilever 0,1 m. Beban terpusat pada bentang 1/3 L dan 2/3 L. Hitunglah beban P
yang dapat dipikul balok.
Diketahui :
H=250 mm
B=150 mm
a=0,1 m
b=3 m
Berat jenis beton= 24 Kn/m
Penyelesaian :
Momen luar = 1 3= P b I 1 8= q b 5 4a
vC B >vA @C@ EP' = w = K L K x vBPA = 0,15 K 0,25 K 24 = 0,9 op H⁄
!PHvA ED C = !PHvA E H
1= P. 3 I 1 83 = . 0,9 3 5 4. 0,1 = 17,517 opH
Didapat = 16,509 op
6
Jika beban akan dinaikkan menjadi 3.5 P, rencanakan perkuatan dengan
penambahan pelat baja.
Diketahui :
P=16,509 KN
P’=3,5 P=57,783 KN
Penyelesaian :
Momen luar = 1 3= P b I 1 8= q b 5 4a
Momen luar = 1 3= 57,783 .3 I 1 8= . 0,9 3 5 4. 0,1 = 58,791 KNm
Momen dalam berdasarkan gaya tarik :
!b% = p|4 5`6
58,791 K 10}= 0
1. 24 5`6 I 0j. 24L I ~5`6
58,791 K 10}= 0
1. 24 5`6 I j. Bj. 24L I ~5`6
58,791
K 10
6=
•452,57 K 240
l182 5
38,9972 m€
I
•150 K B
?K 240
l250 I
B?2
5
38,9972 m€Bj = 4,905HH
Digunakan tebal pelat 5 mm
6
Rencanakanlah shear connector untuk perkuatan tersebut
Diketahui :
P=16,509 KN
P’=3,5 P=57,783 KN
bp =150 mm
tp=5 mm
Penyelesaian :
Momen luar = 1 3= P b I 1 8= q b 5 4a
Momen luar = 1 3= 57,783 .3 I 1 8= . 0,9 3 5 4. 0,1 = 58,791 KNm
Momen dalam berdasarkan gaya pelat tarik :
!b% = p|4 5`6
!b% = 01. 24 5`6 I /`3 •‚h4 ′ 5`6
Untuk perencanaan shear connector, jarak d’ adalah jarak dari tepi serat tekan
!b% = 01. 24 5`6 I /`3 •‚h4L 5`6
Untuk perencanaan awal, nilai a diasumsikan 40 mm
58,791
K 10
6=
•452,57 K 240
l182 5
402m€
I
•/`3 •‚hl250 5
402m€/`3 •‚h
=
58,791K 10
6
5
•452,57 K 240
l182 5
40 2mۥl
250 5
402m€ = 183088,556 N
Dengan nilai /`3 •‚h hitung kembali nilai a
% =01. 2I /`3 •‚h
0,85 ′ =
452,57 K 240 I
0,85 K 20 K 150183088,556= 114,39 HHKemudian hitung kembali nilai /`3 •‚h dengan nilai a’
/`3 •‚h
=
58,791K 10
6
5
•452,57 K 240
l182 5
ƒ,(„ 2 m€•l
250 5
ƒ,(„2 m€ = 240864,933 N
Hitung kembali nilai a
% =01. 2I /`3 •‚h
0,85 ′ =
452,57 K 240 I
0,85 K 20 K 150240864,933 = 137,052 HHHitung kembali nilai /`3 •‚h
/`3 •‚h
=
58,791K 10
6
5
•452,57 K 240
l182 5
(…, 2 m€•l
250 5
(…,2 m€ = 263300,433 N
Dengan beberapa kali iterasi, didapat
/`3 •‚h = 279748,433p
Nilai /`3 •‚h digunakan untuk menghitung shear connector yang diperlukan
Kekuatan satu buah baut yang memikul geser, VR
†# = 0,5 01 b
Dimana fu adalah kuat tarik ultimate
Untuk perencanaan ini digunakan tulangan ∅12 dengan hef 9 cm sebagai
pengganti baut
Fu=370 Mpa
As=113,04 mm2
Maka,
†# = 0,5 01 b = 0,5 K 113,04 K 370 = 20912,4 N
Jumlah shear connector yang diperlukan, n
A =/`3 •‚h†
# =
279748,433
20912,4 = 13,38 D L ≅ 14 D L
Shear connector dipasang di sepanjang bentang
Jarak antar baut, l
! "
"
#
$
"
%
& ' % (
! " &
) *+' , , ,
&
"
-" ,
$
"
.
%
# " #
% % & '
$
% $ " /
* )
/ ) 0
1 % 2
3 4" 2 5" 4
0 % *
+ 6
7 $
# & '
"
*
/ %
1 #
3
0 #
+
%
7
*
/ )
1 8
3 +
0 9
+ ) "
: & * ; * ; *'
: & * ; +'
#
* " "
/ 9
1
3
0 # # $ & '
+ #
% $ "
, ( "
! "
< % % % $ (
# $ "
= ,
>
) ? # "
. "
&' $ "
) "
&' $ "
) # "
? ++ ? ++
* % @ . "
"
/ % @ ) "
"
1 % - ! . "
3 % - ! ) "
##!" "
# "
$ " "
"
*+ =
(
$ $
$ " "
* ; * ; * * ;
+ " 1 "
"
! "
* ; * ; + : "
: = "
=
"
" ∅ "
∅/ # / +
* *
" = "
"*
!
* 9
9 =9 ;
/ 9 =9 "
" ) "
1 * ; * ; *
* ; +
$
9 "
# "
$
# " "
-* # "
/ #
1 $ "
# "
!
%
1 1" *
!
∅12 +
"
"
* ; * ; *
* ; +
%
% "
"
& ' "
; ++
++
9 $ ++ )?
9
( 9 $ ++ )?"
& '
* 9 " & '
/ - " "
1
= )? &) '
3 " "
"
#$%&'()$ )*+, - )*+, )$.) #*)/ )')0
% @ & '
% $ *
"
%
! ( & = '
" = < <"" = < A
, @
"
* ! ( >
) $ , @
(
/ # "
+"*
1 # +"*
3
#$%&'()$ )*+, - )*+, #$%)$ #*)/ )')0
& '
!
% @@ & '
% $ *
"
%
! ( & = '
" = < <"" = < A
, @
"
* ! ( >
) $ , @
(
/ # "
+"*
3
Untuk mendapatkan kuat tekan beton karakteristik, yang harus diketahui
antara lain :
! " ! # $ %
=
Dimana:
σb = kuat tekan benda uji (kg/cm2)
P = beban tekan (kg)
A = luas penampang benda uji (cm2)
& # ' ( "(
=Σ
Dimana:
σbm = kuat tekan benda uji rata"rata (kg/cm2)
∑σb = jumlah kuat tekan benda uji (kg/cm2)
n = jumlah benda uji
) ! $ ( $ * !
= Σ( −− 1 )
Dimana:
SD = standar deviasi
σbm = kuat tekan benda uji rata"rata (kg/cm2)
σb = kuat tekan benda uji (kg/cm2)
# ' ( ( !
= − 1,64
Jika jumlah seluruh benda uji kurang dari 20 buah, maka untuk
menghitung kuat tekan beton karakteristik adalah:
= + 0,82
Data dan perhitungan hasil pengujian kuat tekan benda uji dapat dilihat
seperti dibawah ini :
No Sampel Slump (cm) Umur (hari) Faktor bentuk P (kg) σb
(kg/cm2)
σbm
(kg/cm2)
(σb" σbm)2
(kg/cm2)
1 12 28 1 42800 242,32
267,127
615,387
2 12 28 1 47600 269,498 5,622
3 12 28 1 50000 283,086 254,690
4 12 28 0,83 70000 258,221 79,317
5 12 28 0,83 75000 276,664 90,954
6 12 28 0,83 74000 272,97 34,141
Jumlah 1602,759 1080,11
# + '
Dari data diatas diperoleh :
=√ , = 6,573 kg/cm2
= 267,127 − 1,64#6,573 = 256,347 kg/cm2
Untuk benda uji kurang dari 20 buah :
& ,
Hasil pengujian kuat tarik tulangan baja adalah:
No
Diameter benda uji dari
pabrik (mm) Diameter benda uji (mm) Fy (N) Fu
(N) N/mm
σ
y 2σ
u N/mm2$
%
1 % 12 12 32679,
864
48426, 336
289,1 428,4 29,40
2 % 6 6 12103,
758
17134, 038
428,3 606,3 16,61
# + & ( +
) ,
Hasil pengujian kuat tarik pelat baja adalah:
No Jenis bahan
Ukuran benda uji
(mm2)
Fy
(N)
Fu
(N) N/mm
σ
y 2σ
u N/mm2$
%
1 Pelat t=5mm 5x10 16675 23005 333,5 460,1 27,00
# + ) ( + %
,
Data"data :
H=250 mm fc’ 26,71 Mpa
B=150 mm fy’ 428,3 Mpa
P=25 mm fy 289,1 Mpa
Es 200.000 Mpa fyp 333,5 Mpa
Tulangan tekan 2∅6 (As’=56,57 mm2)
Tulangan tarik 4∅12 (As=452,57 mm2)
Spasi antar tulangan=50 mm
Penyelesaian :
& = ' − − − 1 2( − 1 2( )*+), + -+. -/0+ 1+ & = 250 − 25 − 6 − 1 2( . 12 − 1 2( . 50 = 182 33 &4 = + + 1 2(
&4 = 25 + 6 + 1 2( . 6 = 34 33
1. Periksa rasio tulangan
5 =7. & =6 150 8 182 = 0,016578452,57
5 ;< =1,4=>′ =428,3 = 0,0032691,4
5 = 0,016578 @ 5 ;< = 0,003269 → BC
2. Cek tulangan tekan sudah luluh atau belum
C =0,85D ==>′. &E4&4600 − =600 >′ =0,85 8 0,85 8 26,71 8 34428,3 8 182 600 − 428,3600
C = 0,029417
5 = 5 − 54 = 0,016578 − 0,00175 = 0,01483
5 F C, tulangan tekan belum luluh
Maka,
=64= 600 R1 −0,85D =E 4&4
5 =>′& S = 600 T1 −
0,85 8 0,85 8 26,71 8 34
0,014838 428,3 8 182 U =64= 259,450 V*+
3. Cek nilai a
+ = 6=0,85=>− 6′=6′
E′7 =
452,57 8 289,1 − 56,57 8259,450
0,85 8 26,71 8 150 = 34,109 33
4. Cek kembali nilai fs’
W =D =+ 34,1090,85 = 40,129 33
$6′
0,003 =W − &
4
W
$64 =0,003(40,129 − 34)40,129 = 0,000458
=64= $64X6 = 0,000458 8 200000 = 91,639 V*+
Digunakan fs’=91,639 Mpa
5. Cek 5 terhadap 5 YZ
5 [\]Y<^Y< [\<^^Y] =0,85==E′D >
600 600 + =>=
0,85 8 26,71 8 0,85
289,1 600 + 289,1600
5 [\]Y<^Y< [\<^^Y] = 0,045
5_`a [\]Y<^Y< bY<^ Yc= 0,755 + 54==6′
5_`a [\]Y<^Y< bY<^ Yc= 0,03412
5 = 0,016578 F 5 YZ=0,03412→ BC
6. Tentukan kembali nilai a dengan fs’ 91,639 Mpa
+ = 6=0,85=>− 6′=6′
E′7 =
452,57 8 289,1 − 56,57 8 91,639
0,85 8 26,71 8 150 = 36,897 33
7. Menentukan Mu yang dapat dipikul
V\ = de 6=>− 6′=6′f g& −+2h + ( 6′=6′)(& − &4)i
V\ = d(452,57 8 289,1 − 56,57 8 91,639) g182 −36,897 h + (56,57 8
91,639)(182 − 34)i
V\ = 21,318jk3
8. Beban yang dapat dipikul balok
Momen luar = 1 3( P b + 1 8( q (b − 4a )
7q.+- )q &,., 7+0BC = r = 7 8 : 8 s7q-B = 0,15 8 0,25 8 24 r = 0,9 jk 3⁄
Momen luar = 1 3( P. 3 + 1 8( . 0,9(3 − 4. 0,1 ) VB3q 0/+. = VB3q &+0+3
1( P. 3 + 1 83 ( . 0,9(3 − 4. 0,1 ) = 21,318 jk3
Didapat = 20,31 jk
Data"data :
H=250 mm fc’ 26,71 Mpa
B=150 mm fy’ 428,3 Mpa
P=25 mm fy 289,1 Mpa
Es 200.000 Mpa fyp 333,5 Mpa
Tulangan tekan 2∅6 (As’=56,57 mm2)
Tulangan tarik 4∅12 (As=452,57 mm2)
Spasi antar tulangan=50 mm
Penyelesaian :
& = ' − − − 1 2( − 1 2( )*+), + -+. -/0+ 1+ & = 250 − 25 − 6 − 1 2( . 12 − 1 2( . 50 = 182 33 &4 = + + 1 2(
&4 = 25 + 6 + 1 2( . 6 = 34 33
1. Periksa rasio tulangan
5 =7. & =6 150 8 182 = 0,016578452,57
5 ;< =1,4=>′ =428,3 = 0,0032691,4
5 = 0,016578 @ 5 ;< = 0,003269 → BC
2. Cek tulangan tekan sudah luluh atau belum
C =0,85D ==>′. &E4&4600 − =600 >′ =0,85 8 0,85 8 26,71 8 34428,3 8 182 600 − 428,3600
C = 0,029417
5 = 5 − 54 = 0,016578 − 0,00179 = 0,01479
5 F C, tulangan tekan belum luluh
Maka,
=64= 600 R1 −0,85D =E 4&4
5 =>′& S = 600 T1 −
0,85 8 0,85 8 26,71 8 34
0,014798 428,3 8 182 U =64= 258,529 V*+
3. Cek nilai a
+ = 6=0,85=>− 6′=6′
E′7 =
452,57 8 289,1 − 56,57 8258,529
0,85 8 26,71 8 150 = 34,124 33
4. Cek kembali nilai fs’
W =D =+ 34,1240,85 = 40,147 33
$6′
0,003 =W − &
4
W
$64 =0,003(40,147 − 34)40,147 = 0,000459
=64= $64X6 = 0,000459 8 200000 = 91,867 V*+
Digunakan fs’=91,867 Mpa
5. Cek 5 terhadap 5 YZ
5 [\]Y<^Y< [\<^^Y] =0,85==E′D >
600 600 + =>=
0,85 8 26,71 8 0,85
289,1 600 + 289,1600
5 [\]Y<^Y< [\<^^Y] = 0,045
5_`a [\]Y<^Y< bY<^ Yc= 0,755 + 54==6′
>4= 0,75(0,045) +0,00179
91,867
5_`a [\]Y<^Y< bY<^ Yc= 0,03413
5 = 0,016578 F 5 YZ=0,03413→ BC
6. Tentukan kembali nilai a dengan fs’ 91,867 Mpa
+ = 60,85==>− 6′=6′
E′7 =
452,57 8 289,1 − 56,57 891,867
0,85 8 26,71 8 150 = 36,893 33
7. Menentukan Mu yang dapat dipikul berdasarkan normal tarik
V\4 = kug& −Yh V\4 = 6. =
>g& −Yh + c. =>cg: +[v−Yh V\4 = 6. =>e& −w
xf + 7c. -c. =>ce: − -c+yvx −wxf V\4 = 452,57 8 289,1e182 −36,893
x f + 150 8 5 8 333,5e250 − 5 +zx−36,893x f V\4 = 78,691 jk
8. Beban yang dapat dipikul balok
Momen luar = 1 3( P b + 1 8( q (b − 4a )
7q.+- )q &,., 7+0BC = r = (7 8 : 8 s7q-B ) + (7 8 -c8 s7+{+)
r = (0,15 8 0,245 8 24) + (0,15 8 0,005 8 785) = 1,471 jk 3⁄
Momen luar = 1 3( P. 3 + 1 8( . 1,471(3 − 4. 0,1 ) Momen luar=Momen dalam
1( P. 3 + 1 83 ( . 1,471(3 − 4. 0,1 ) = 78,691 jk3
) . ,
Data"data :
H=250 mm fc’ 26,71 Mpa
B=150 mm fy’ 428,3 Mpa
P=25 mm fy 289,1 Mpa
Es 200.000 Mpa fyp 333,5 Mpa
Tulangan tekan 2∅6 (As’=56,57 mm2)
Tulangan tarik 4∅12 (As=452,57 mm2)
& = ' − − − 1 2( − 1 2( )*+), + -+. -/0+ 1+ & = 250 − 25 − 6 − 1 2( . 12 − 1 2( . 50 = 182 33 &4 = + + 1 2(
&4 = 25 + 6 + 1 2( . 6 = 34 33
XE = 4700 =E′ = 4700 26,713 = 24291,772 V*+
=X6XE =24291,772 = 8,233200000
7q.+- )q &,., 7+0BC = r = 7 8 : 8 s7q-B = 0,15 8 0,25 8 24 = 0,9 jk 3⁄
1. Mencari letak titik penampang transformasi
| =7. |. | + .7. | + . 64. &4+ . 6. & 64+ . 6
7. | + . 64. | + . 6. | =12 7. | + . 64. &4+ . 6. & 1
2 7. | + . 46. | + . 6. | − . 46. &4− . 6. & = 0
75| + 465,741| + 3726,009| − 15835,188 − 678133,603 = 0 75| + 4191,75| − 693968,791 = 0
| + 55,89| − 9252,917 = 0 | = 72,224 33
2. Menghitung inersia penampang retak
}Eb =~7. |~+ . 6. (& − |) + . 6′. (| − &′)
}Eb =~8 150 8 72,224~+ 8,233 8 452,57 8 (182 − 72,224) +8,233 8 56,57 8 (72,224 − 34)
}Eb = 64418882,58 33•
3. Mencari titik pusat penampang
| =7. :. : + ( − 1).7. : + ( − 1).64. &4+ ( − 1). 6. & 64+ ( − 1). 6
=150 8 250 8 250 + (8,233 − 1) 8 56,57 8 34 + (8,233 − 1) 8 452,57 8 182150.250 + (8,233 − 1) 8 56,57 + (8,233 − 1) 8 452,57
| = 128,627 33
|€Y6Yb = : − | = 250 − 128,627 = 121,373 33
4. Menghitung momen inersia gross
}^ = 7. :~ = 8 150 8 250~= 195312500 33•
Retak terjadi saat modulus pecah beton dicapai pada dasar serat.
5. Menghitung modulus pecah beton
=b = 0,7 =E′ = 0,7 26,71 = 3,618 V*+ = 0,003618 jk/33
6. Menghitung momen yang terjadi saat retak awal
VEb =|€Y6Yb=b}^ =0,003618 8 195312500121,373
= 5822,058 jk33 = 5,822 jk3 M`= 1 3( P b
M` = 1 3( 20,311 8 3 = 20,311 jk3
7. Menghitung momen inersia efektif
}‚= TVEVYU~}^+ ƒ1 − TVEVYU ~
„ }Eb
}‚= T20,311U5,822 ~195312500 + ƒ1 − T20,311U5,822 ~„ 64418882,58
= 67501428,69 33•
8. Menghitung lendutan seketika
∆† 6=384XE}‚r 67 (57 − 24+ )
=384 8 24291,772 8 67501428,69 (5 8 3000 − 24 8 100 )0,9 8 3000
= 0,5758 33
Ditengah bentang
∆‡=648XE}‚23 7~ =648 8 24291,772 8 67501428,69 = 11,87 3323 8 20311 8 3000~
Maka, lendutan total
∆[ˆ[Y]= 0,5758 + 11,87 = 12,446 33
Lendutan di ¼ L akibat beban terpusat
. ,
Data"data :
H=250 mm fc’ 26,71 Mpa
B=150 mm fy’ 428,3 Mpa
P=25 mm fy 289,1 Mpa
Es 200.000 Mpa fyp 333,5 Mpa
Tulangan tekan 2∅6 (As’=56,57 mm2)
Tulangan tarik 4∅12 (As=452,57 mm2)
& = ' − − − 1 2( − 1 2( )*+), + -+. -/0+ 1+ & = 250 − 25 − 6 − 1 2( . 12 − 1 2( . 50 = 182 33 &4 = + + 1 2(
&4 = 25 + 6 + 1 2( . 6 = 34 33
XE = 4700 =E′ = 4700 26,713 = 24291,772 V*+
=X6XE =24291,772 = 8,233200000
7q.+- )q &,., 7+0BC = r = (7 8 : 8 s7q-B ) + (7 8 -c8 s7+{+)
r = (0,15 8 0,245 8 24) + (0,15 8 0,005 8 785) = 1,471 jk 3⁄
1. Mencari letak titik penampang transformasi
| =7. |. | + .7. | + .64. &4+ . 6. & + . ce: − -c+ -cf
64+ . 6+ . c
7. | + . 64. | + . 6. | + . c. | =12 7. | + . 64. &4+ . 6. & + . c. : −‰
1
2 7. | + . 46. | + . 6. | + . c. | − . 64. &4− . 6. & − . c. :
+ . c. -c= 0
d 8 150 8 | + 8,233 8 56,57 8 | + 8,233 8 452,57 8 | + 8,233 8 750 8 | − 8,233 8 56,57 8 34 − 8,233 8 452,57 8 182 − 8,233 8 750 8
250 +‰
x8,233 8 750 8 5i = 0
75| + 465,741| + 3726,009| + 6174,75| − 15835,188 − 678133,603 −1543687,5 + 15436,875 = 0
75| + 10366,5| − 2222219,416 = 0 | + 138,22| − 29629,592 = 0 | = 116,378 33
2. Menghitung inersia penampang retak
}Eb =~7. |~+ . 6. (& − |) + . 6′. (| − &′) + . c. (: − -c+ -c− |)
}Eb = g~8 150 8 116,378~h + Š8,233 8 452,57 8 (182 − 116,378) ‹ +Œ8,233 8 56,57 8 (116,378 − 34) •
+Œ8,233 8 750(250 − 5 + 2,5 − 116,378) •
}Eb = 204178284,2 33•
3. Mencari titik pusat penampang
| =7. :. : + ( − 1).7. : + ( − 1).64. &4+ ( − 1). 6. & + ( − 1). c. (: − -c) 64+ ( − 1). 6+ ( − 1). c
Ž 8 Ž 8‰x Ž •( , ~~ )8Ž ,Ž•8~••( , ~~ )8•Ž ,Ž•8 •( , ~~ )8•Ž 8( Ž ,Ž)
Ž . Ž •( , ~~ )8Ž ,Ž••( , ~~ )8•Ž ,Ž••( , ~~ )8•Ž
| = 142,463 33
|€Y6Yb = : − | = 250 − 142,463 = 107,537 33
4. Menghitung momen inersia gross
}^ = 7. :~ = 8 150 8 250~= 195312500 33•
5. Menghitung modulus pecah beton
=b = 0,7 =E′ = 0,7 26,71 = 3,618 V*+ = 0,003618 jk/33
6. Menghitung momen yang terjadi saat retak awal
VEb =|€Y6Yb=b}^ =0,003618 8 195312500107,537 = 6571,139 jk33
= 6,571 jk3
M`= 1 3( P b = 77,043 jk
M` = 1 3( 77,043 8 3 = 77,043 jk3
7. Menghitung momen inersia efektif
}‚= TVYVEU~}^+ ƒ1 − TVYVEU~„ }Eb
}‚= T77,043U6,571 ~195312500 + ƒ1 − T77,043U6,571 ~„ 204178284,2
= 204172783,6 33•
8. Menghitung lendutan seketika
∆† 6=384XE}‚r 67 (57 − 24+ )
=384 8 24291,772 8 204172783,6 (5 8 3000 − 24 8 100 )1,471 8 3000
= 0,311 33
Ditengah bentang
Maka, lendutan total
∆[ˆ[Y]= 0,311 + 14,886 = 15,197 33
Lendutan di ¼ L akibat beban terpusat
/ , ,
/ , ,
# ( ) $ ' - $ +' # # (- ! $ (
$ (
Lendutan akibat beban terpusat :
∆‡=648XE}‚23 7~ =648 8 24291,772 8 67501428,69 = 11,87 3323 8 8 3000~
= 20311 k = 2031,1 C1
# + + ! '( ! - ( +' - + %