• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Rute Distribusi Barang Yang Optimal Menggunakan Algoritma Heuristik Pada PT. Pos Indonesia Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penentuan Rute Distribusi Barang Yang Optimal Menggunakan Algoritma Heuristik Pada PT. Pos Indonesia Medan"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN RUTE DISTRIBUSI BARANG YANG OPTIMAL

MENGGUNAKAN ALGORITMA HEURISTIK

PADA PT. POS INDONESIA MEDAN

T U G A S S A R J A N A

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

HERIANTO SIMANJUNTAK NIM : 070403080

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan

kasih Karunia-Nya Laporan Tugas Sarjana ini dapat diselesaikan dengan baik.

Tugas Sarjana merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi untuk

mendapatkan gelar sarjana S-1 di kampus Universitas Sumatera Utara.

Tugas sarjana ini berjudul “Penentuan Rute Distribusi Barang Yang

Optimal Menggunakan Algoritma Heuristik Pada PT. Pos Indonesia Medan”.

Tugas sarjana ini disusun berdasarkan sumber literatur mengenai pendistribusian

barang agar dihasilkan suatu usulan suatu rute distribusi barang yang optimal pada

PT. Pos Indonesia Medan.

Penulis menyadari bahwa laporan Tugas Sarjana ini masih jauh dari

kesempurnaan, penulis selalu terbuka untuk saran dan kritik yang bersifat

membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan tulisan ini kedepan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA, MEDAN PENULIS

MARET 2012

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan Tugas Sarjana ini, penulis telah banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, baik berupa arahan, bimbingan,

informasi maupun administrasi. Oleh karena itu, sudah selayaknya penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Poerwanto, MSc., selaku Dosen Pembimbing I, yang telah

memberikan waktu, bimbingan, ilmu dan masukan selama pelaksanaan

dan pengerjaan Laporan Tugas Sarjana.

2. Ibu Tuti Sarma Sinaga, ST, MT selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan waktu, bimbingan, ilmu dan bantuan selama pelaksanaan dan

pengerjaan Laporan Tugas Sarjana.

3. Bapak Juneidi selaku Manajer HRD yang telah memberi bantuan berupa

informasi dan data selama melakukan penelitian di perusahaan.

4. Bapak T.Siregar selaku karyawan perusahaan yang telah memberikan

informasi, arahan dan bantuan selama menjalankan penelitian di PT. Pos

Indonesia Medan.

5. Wandy Azhari selaku teman stambuk 2007 yang telah membantu dalam

pengumpulan data yang diperlukan untuk penyelesaian Laporan Tugas

Sarjana.

Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaian

laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis mengucapkan

(8)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKAT SIDANG ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

ABSTRAK ... xvi

I PENDAHULUAN ... I-1

1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1

1.2. Perumusan Masalah ... I-4

1.3. Tujuan Penelitian ... I-5

1.4. Manfaat Penelitian ... I-5

1.5. Asumsi dan Batasan Masalah ... I-6

1.5.1. Asumsi Masalah ... I-6

1.5.2. Batasan Masalah ... I-7

(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1

2.2. Visi dan Misi Perusahaan ... II-3

2.3. Lokasi Perusahaan ... II-4

2.4. Kegiatan Usaha Perusahaan ... II-4

2.5. Bentuk Logo dan Makna Logo ... II-6

2.6. Organisasi dan Manajemen ... II-8

2.6.1. Struktur Organisasi PT. Pos Indonesia Medan ... II-8

2.6.2. Uraian Jabatan ... II-9

2.6.3. Tenaga Kerja ... II-10

2.6.4. Jam Kerja... II-11

2.7. Proses Pendistribusi Barang ... II-12

III LANDASAN TEORI ... III-1

3.1. Manajemen Logistik ... III-1

3.2. Konsep Logistik Terpadu... III-2

3.3. Sistem Transportasi ... III-5

3.4. Travelling Salesman Problem ... III-8

3.5. Vehicle Routing Problem ... III-9

(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.5.1. Metode Saving Matriks ... III-11

3.5.2. Metode Nearest Neighbor ... III-14

3.7. Pengembangan Algoritma Heuristik ... III-15

3.8. Pengukuran Waktu Kerja ... III-24

3.8.1. Langkah-Langkah Sebelum Melakukan

Pengukuran Waktu... III-25

3.8.2. Melakukan Pengukuran Waktu Kerja ... III-28

3.8.3. Penentuan Waktu Standar ... III-31

3.8.4. Cara Menentukan Waktu Standar ... III-34

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1. Tempat dan waktu Penelitian ... IV-1

4.2. Jenis Penelitian ... IV-1

4.3. Objek Penelitian ... IV-1

4.4. Identifikasi Variabel Penelitian ... IV-1

4.4.1. Variabel Independen ... IV -1

4.4.2. Variabel Dependen ... IV -2

4.5. Kerangkan Konseptual... IV-2

4.6. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... IV -3

(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.8. Metode Pengumpulan Data ... IV-5

4.9. Metode Pengolahan Data ... IV-6

4.10. Metode Analisis Data ... IV-8

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1

5.1. Pengumpulan Data ... V-1

5.1.1. Pola Distribusi PT. Pos Indonesia Medan ... V-1

5.1.2. Data Lokasi Kantor Pos Pemeriksa ... V-3

5.1.3. Data Jumlah Pengiriman Barang ... V-3

5.1.4. Hari Kerja dan Waktu Kerja ... V-6

5.1.5. Sarana Pengiriman ... V-6

5.1.6. Jarak Antar Kantor Pos Pemeriksa ... V-7

5.2. Pengolahan Data ... V-7

5.2.1. Time Window ... V-7

5.2.2. Pengujian Keseragaman Data Waktu Loading

dan Unloading ... V-9

5.2.3. Pengujian Kecukupan Data ... V-17

5.2.3.1. Pengujian Kecukupan Data Waktu Loading

(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.3.2. Pengujian Kecukupan Data Waktu Unloading

Barang ... V-18

5.2.4. Perhitungan Waktu Siklus ... V-19

5.2.4.1. Perhitungan Waktu Siklus Loading Barang .... V-19

5.2.4.2. Perhitungan Waktu Siklus Unloading Barang V-20

5.2.5. Pengolahan Data Graph (Rute) Awal ... V-21

5.2.6. Sub Rute yang Terbentuk ... V-45

5.2.6.1. Pengolahan Data Sub Rute 1 ... V-45

5.2.6.2. Pengolahan Data Sub Rute 2 ... V-50

5.2.7. Penentuan Biaya Transportasi Sub Rute ... V-54

5.2.7.1. Penentuan Biaya Transportasi Sub Rute 1 ... V-55

5.2.7.2. Penentuan Biaya Transportasi Sub Rute 2 ... V-55

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH... VI-1

6.1. Analisis Sub Rute Distribusi ... VI-1

6.2. Analisis Jarak Tempuh ... VI-2

6.3. Perhitungan Utilisasi ... VI-4

(13)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1. Kesimpulan ... VII-1

7.2. Saran ... VII-2

(14)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Formasi Susunan Pegawai Divre-1 Kantor Pos Medan ... II-10

2.2. Jam Kerja PT.Pos Indonesai (Persero) Medan ... II-12

2.3. Jam Kerja Bagian Pengiriman Barang Paket Pos Biasa ... II-12

2.4. Jumlah Kprk dan Kpc Lk PT. Pos Indonesia Medan ... II-13

5.1. Lokasi Kantor Pos Pemeriksa PT. Pos indonesia Medan ... V-3

5.2. Jumlah Pengiriman Barang ke Kprk Bulan Desember 2011 ... V-4

5.3. Hari Kerja dan Waktu-waktu Kerja ... V-6

5.4. Spesifikasi Mobil Angkut ... V-6

5.5. Jarak Kantor Pusat ke Kantor Pemeriksa dan Jarak

Antar Kantor Pemeriksa ... V-8

5.6. Pengukuran Waktu Loading Mobil Kapasitas 7 ton ... V-10

5.7. Pengukuran Waktu Loading Mobil Kapasitas 2 ton ... V-11

5.8. Pengukuran Waktu Unloading Mobil Kapasitas 2 Ton ... V-13

5.9. Pengukuran Waktu Unloading Mobil Kapasitas 2 ton ... V-15

5.10. Jarak Antar Kantor Pos Pemeriksa ... V-20

5.11. Jumlah Pengiriman dengan Horizon Perencanan Bulan

Desember 2011 ... V-30

5.12. Waktu Total Horizon Perencanaan Bulan Desember 2011 ... V-31

5.13. Jumlah Armada Setiap Horizon Perencanaan ... V-32

(15)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.15. Matriks Penghematan Jarak Antar Kprk ... V-36

5.16. Langkah Awal Semua Kprk Memiliki Rute Terpisah ... V-37

5.17. Pengabungan Rute Sbg dengan Psn ... V-38

5.18. Pengabungan Rute Trg dengan Sbg ... V-38

5.19. Pengabungan Rute Trg dengan Blg... V-39

5.20. Pengabungan Rute Ksr dengan Rpt... V-40

5.21. Pengabungan Rute Psr dengan Blg ... V-41

5.22. Pengabungan Rute Ttg dengan Rpt ... V-41

5.23. Pengabungan Rute Bji, Lpm dan Kjh dengan Rute 1 ... V-42

5.24. Rekapitulasi Perhitungan Pemeriksaan Waktu Tersedia ... V-44

5.25. Jarak Antar Kantor Pos Pemeriksa Pada Sub Rute 1 ... V-46

5.26. Jarak Antar Kantor Pos Pemeriksa Pada Sub Rute 2 ... V-50

5.27. Rute Usulan Yang Terbentuk Untuk Distribusi

PT. Pos Indonesia Medan ... V-52

6.1. Perbandingan Sub Rute distribusi ... VI-1

6.2. Perbandingan Jarak Distribusi ... VI-3

6.3. Estimasi Feabilitas ... VI-4

6.4. Demand Dan Kapasitas Alat Angkut Setiap Sub Rute ... VI-6

6.5. Utilisasi Alat Angkut Masing-Masing Sub Rute ... VI-7

(16)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Logo PT. Pos Indonesia... II-7

2.2. Gambar 2.2. Struktur Organisasi PT. Pos Indonesia Medan ... II-9

3.1. Contoh Travelling Salesman Problem ... III-9

3.2. Bentuk Solusi Vehicle Routing Problem ... III-18

3.3. Pengurangan Jarak Tempuh Melalui Penggabungan

Tempat Perhentian dalam Rute ... III-21

4.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-3

4.2. BlockDiagram Langkag-langkah Penelitian ... IV-4

4.3. Blok Diagram Pengolahan Data dengan Metode

Algoritma Heuristik... IV-8

5.1. Block Diagram Pendistribusian Barang PT. Pos Indonesia Medan ... V-2

5.2. Peta Kendali Waktu Loading Mobil Kapasitas 7 Ton ... V-11

5.3. Peta Kendali Waktu Loading Mobil Kapasitas 2 Ton ... V-12

5.4. Peta Kendali Waktu Unloading Mobil Kapasitas 7 ton ... V-14

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

(18)

ABSTRAK

PT. Pos Indonesia Medan merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa, salah satunya adalah layanan logistik pengiriman barang. Perusahaan melakukan proses pengiriman barang ke pihak penerima (konsumen) melalui Kantor Pos Pemeriksa (Kprk) dan Kantor Pos Cabang Luar Kota (Kpc LK). Pada bulan Desember 2011, perusahaan melakukan pengiriman barang dengan menggunakan 3 sub rute yang kurang seimbang. Sub rute 1 terdiri dari 3 Kprk yang dikunjungi dengan jarak tempuh 687 km dengan rata-rata utilitas mobil angkut 19,03%, Sub rute 2 terdiri dari 2 Kprk yang dikunjungi dengan jarak tempuh 197 km dengan rata-rata utilitas mobil angkut 22,13%, dan sub rute 3 terdiri dari 6 Kprk yang dikunjungi dengan jarak tempuh 890 km dengan rata-rata utilitas mobil angkut 35,42%. Hal ini mengindikasikan proses pendistribusian barang belum dilakukan dengan optimal.

Dalam penelitian ini, disajikan penentuan rute distribusi dengan menggunakan algoritma heuristik pada jenis layanan paket pos biasa. Melalui metode ini memungkinkan perusahaan menentukan rute distribusi yang optimal dengan mempertimbangkan jarak tempuh perjalanan dan kapasitas alat angkut yang digunakan, sehingga dapat mengoptimalkan proses pengiriman barang dengan penggunaan kapasitas mobil angkut yang lebih maksimal dan biaya distribusi yang lebih minimum.

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada proses pengiriman barang diperoleh rute pendistribusian yang lebih baik. Rute distribusi terdiri dari 2 sub rute, dimana sub rute 1 terdiri dari 6 Kprk dengan jarak tempuh 802 km dengan rata-rata utilitas alat angkut 90,90% dan sub rute 2 terdiri dari 5 Kprk dengan jarak tempuh 890 km dengan utilitas alat angkut sebesar 67,75%. Perbaikan yang dilakukan berdampak pada pengurangan biaya distribusi yang dikeluarkan perusahaan dengan pengurangan biaya sebesar Rp. 324.000 atau sebesar 4,45%.

(19)

ABSTRAK

PT. Pos Indonesia Medan merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa, salah satunya adalah layanan logistik pengiriman barang. Perusahaan melakukan proses pengiriman barang ke pihak penerima (konsumen) melalui Kantor Pos Pemeriksa (Kprk) dan Kantor Pos Cabang Luar Kota (Kpc LK). Pada bulan Desember 2011, perusahaan melakukan pengiriman barang dengan menggunakan 3 sub rute yang kurang seimbang. Sub rute 1 terdiri dari 3 Kprk yang dikunjungi dengan jarak tempuh 687 km dengan rata-rata utilitas mobil angkut 19,03%, Sub rute 2 terdiri dari 2 Kprk yang dikunjungi dengan jarak tempuh 197 km dengan rata-rata utilitas mobil angkut 22,13%, dan sub rute 3 terdiri dari 6 Kprk yang dikunjungi dengan jarak tempuh 890 km dengan rata-rata utilitas mobil angkut 35,42%. Hal ini mengindikasikan proses pendistribusian barang belum dilakukan dengan optimal.

Dalam penelitian ini, disajikan penentuan rute distribusi dengan menggunakan algoritma heuristik pada jenis layanan paket pos biasa. Melalui metode ini memungkinkan perusahaan menentukan rute distribusi yang optimal dengan mempertimbangkan jarak tempuh perjalanan dan kapasitas alat angkut yang digunakan, sehingga dapat mengoptimalkan proses pengiriman barang dengan penggunaan kapasitas mobil angkut yang lebih maksimal dan biaya distribusi yang lebih minimum.

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada proses pengiriman barang diperoleh rute pendistribusian yang lebih baik. Rute distribusi terdiri dari 2 sub rute, dimana sub rute 1 terdiri dari 6 Kprk dengan jarak tempuh 802 km dengan rata-rata utilitas alat angkut 90,90% dan sub rute 2 terdiri dari 5 Kprk dengan jarak tempuh 890 km dengan utilitas alat angkut sebesar 67,75%. Perbaikan yang dilakukan berdampak pada pengurangan biaya distribusi yang dikeluarkan perusahaan dengan pengurangan biaya sebesar Rp. 324.000 atau sebesar 4,45%.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Permasalahan pendistribusian barang merupakan salah satu permasalahan

yang penting bagi suatu perusahaan. Proses pengiriman barang yang dilakukan

dengan tepat waktu akan meningkatkan kepuasan pelanggan. Penentuan rute

pendistribusian barang akan berpengaruh pada biaya yang ditimbulkan selama

perjalanan, dimana semakin jauh jarak yang ditempuh dalam pengiriman barang

akan menimbulkan waktu pengiriman yang lama dan mengakibatkan biaya

operasional yang semakin tinggi. Oleh karena itu, penentuan rute distribusi yang

tepat akan meningkatkan efisiensi suatu perusahaan.

Permasalahan penentuan suatu rute distibusi erat kaitannya dengan

penentuan perjalanan dari suatu titik atau cabang ke suatu titik atau cabang lain

dalam suatu rute distribusi. Permasalahan penentuan rute distribusi ini sering

disebut dengan istilah vehicle Routing Problem atau Traveling Salesman Problem.

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi dalam proses pendistribusian barang

dari titik awal ke titik akhir antara lain kapasitas alat angkut, volume permintaan

dan jarak yang ditempuh dalam proses pendistribusian. Rute distribusi barang

harus dapat menggunakan alat angkut secara efisien untuk dapat memenuhi

permintaaan konsumen.

Proses pendistribusian barang pada PT. Pos Indonesia Medan dilakukan

(21)

disediakan oleh perusahaan. Pendistribusian barang dilakukan dari daerah asal

yaitu kantor pusat di jalan pos no 1 Medan ke daerah tujuan pengiriman. Proses

pendistribusian barang yang dilakukan perusahaan belum mempertimbangkan

kapasitas alat angkut. Rata-rata utilitas dari mobil angkut yang digunakan adalah

20,58% untuk mobil berkapasitas 2 ton dan 35,42% untuk mobil berkapasitas 7

ton. Hal tersebut menandakan bahwa sering terjadi pemanfaatan kapasitas mobil

angkut yang belum optimal dan penggunaan jumlah mobil angkut yang terlalu

banyak.

Penerapan rute distribusi yang selama ini dilakukan oleh PT. Pos

Indonesia Medan juga belum dipertimbangkan secara ilmiah. Proses

pendistribusian barang dilakukan melalui 3 sub rute yang tidak seimbang dari segi

Jarak tempuh dan jumlah Kantor Pos yang dikunjungi. Dari segi jarak tempuh,

pada sub rute 1 jarak yang ditempuh adalah 687 km, sub rute 2 adalah 197 km dan

sub rute 3 adalah 890 km. Sedangkan dari segi jumlah Kantor Pos Pemeriksa yang

dikunjungi, sub rute 1 terdiri dari 3 Kantor Pos Pemeriksa, sub rute 2 terdiri dari 2

Kantor Pos Pemeriksa dan sub rute 3 terdiri dari 6 Kantor Pos Pemeriksa. Hal ini

menyebabkan proses pengiriman barang belum dilaksanakan dengan optimal.

Untuk mengatasi masalah tersebut maka dilakukan penentuan rute distribusi

dengan menggunakan algoritma heuristik dengan mempertimbangkan kapasitas

alat angkut dan jarak tempuh. Sehingga dihasilkan suatu rute pendistribusian

(22)

Permasalahan tentang Vehicle Routing Problem pernah dibahas dalam

menentukan jalur distribusi karung pada pelanggan (Ngatilah dan Septian, 2008).

Pada permasalahan ini, proses distribusi dalam satu kali pengiriman produk hanya

dilakukan pada satu pelanggan. Hal ini menyebabkan jalur pengiriman yang

ditempuh semakin panjang tanpa melihat kapasitas alat angkut dan jarak yang

akan ditempuh. Dengan menggunakan metode heuristik, permasalahan tersebut

dapat diatasi dan menghasilkan penghemataan rute dari 12 rute menjadi 8 rute,

penghematan jarak tempuh sebesar 24,20 %, dan penghematan biaya transportasi

sebesar 29,53 %.

Metode Traveling Salesman Problem juga pernah digunakan dalam

pengiriman suatu produk terhadap berbagai daerah pemasaran (Wirdianto, 2007).

Dalam penelitian ini digambarkan adanya kapasitas yang berlebih yang

seharusnya dapat dimanfaatkan untuk mensuplai daerah yang lain. Hal ini

menyebabkan rute distribusi makin panjang dan penggunaan alat angkut yang

berlebihan. Dengan menggunakan Metode heuristik yaitu simulated annealing,

permasalahan distribusi ini dapat diatasi dengan mempertimbangkan kuantiti muat

maksimum kendaraan, waktu loading dan unloading kendaraan, volume

kebutuhan pelanggan. Sehingga didapatkan rute kendaraan yang efisien yang

dapat mengurangi jarak tempuh 65,82 km dan mengurangi 2 unit kendaraan.

Pembahasan lain mengenai vehicle routing problem adalah tentang

penyelesaian masalah distribusi BBM, dimana sering kapal tanker digunakan

mengangkut BBM dengan jumlah yang lebih kecil dari kapasitas alat angkut

(23)

tempuh dan biaya operasional yang digunakan untuk mendistribusikan BBM

dapat diminimumkan. Selain itu, tingkat utilitas alat angkut yang digunakan

semakin tinggi sehingga proses distribusi dapat dilakukan secara efisien dan

efektif.

Dalam penelitian ini, penulis mencoba menggunakan metode heuristik

karena dapat menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan Traveling

Salesman Problem ataupun Vehicle Routing Problem. Melalui penggunaan

metode ini, diharapkan dapat meminimumkan jarak tempuh rute distribusi dan

dapat meningkatkan penggunaan utilitas alat angkut yang digunakan oleh PT. Pos

Indonesia Medan.

1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan yang dihadapi oleh PT. Pos Indonesia Medan selama ini

adalah penentuan rute distribusi barang yang belum optimal. Dalam melakukan

proses pendistribusian barang, perusahaan kurang mempertimbangkan kapasitas

alat angkut yang digunakan sehingga menyebabkan penggunaan alat angkut yang

berlebihan. Selain itu, PT. Pos Indonesia Medan juga kurang mempertimbangkan

jarak tempuh secara ilmiah dalam penentuan rute pendistribusi barang. Hal ini

menyebabkan proses pendistribusian barang kurang efisien dan efektif.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu diadakan penelitian untuk

perencanaan rute yang optimal dengan mempertimbangkan kapasitas alat angkut

dan jarak tempuh supaya proses pengiriman barang dapat dilakukan lebih efisien

(24)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dilaksanakan adalah:

1. Untuk merancang rute yang optimal dalam proses pendistribusian barang dari

titik awal ke titik akhir.

2. Untuk mengetahui utilitas mobil angkut yang digunakan dalam setiap rute

distribusi.

3. Untuk menentukan jarak tempuh yang minimum dari setiap rute

pendistribusian barang.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian, antara lain:

1. Bagi Mahasiswa

a. Dapat membandingkan dan mengembangkan ilmu yang telah diperoleh

selama di bangku perkuliahan dengan permasalahan yang ada di lapangan.

b. Mendapatkan peluang untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan

selama perkuliahan dalam memecahkan masalah di perusahaan.

c. Mendapatkan pengalaman dalam menyelesaikan suatu permasalahan

dalam suatu perusahaan

2. Bagi Departemen Teknik Industri USU

a. Mempererat hubungan antara pihak universitas dengan pihak perusahaan

tempat dilakukannya penelitian.

b. Memperkenalkan Departemen Teknik Industri sebagai forum disiplin ilmu

(25)

3. Bagi Perusahaan

a. Penentuan rute distribusi barang yang lebih optimal.

b. Penghematan biaya dan waktu dalam proses pengiriman barang dari

Kantor Pos Pusat ke setiap Kantor Pos Pemeriksa yang disebabkan oleh

pengurangan jarak tempuh lintasan.

c. Peningkatan mutu pelayanan perusahaan untuk para konsumen melalui

proses pengiriman barang yang lebih cepat.

d. Peningkatan kepercayaan konsumen pada perusahaan dan juga

meningkatkan daya saing perusahaan terhadap perusahaan yang sejenis.

1.5. Asumsi dan Batasan Masalah

Asumsi dan batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1.5.1. Asumsi Masalah

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Kecepatan waktu loading dan unloading adalah konstan untuk setiap Kantor

Pos Pemeriksa yang dikunjungi.

2. Kapasitas mobil angkut yang digunakan diberikan nilai toleransi untuk

spesifikasi dan volume barang yang didistribusikan.

3. Distributor berpengalaman dan benar-benar memahami tugasnya dalam

mendistribusikan barang pada cabang yang dituju.

4. Kendaraan dan alat angkut yang digunakan dalam pengiriman barang dalam

(26)

5. Faktor kemacetan tidak dipertimbangkan dalam proses pendistribusian

barang.

6. Kondisi kerja dalam keadaan normal yaitu tidak terjadi kecelakaan, kerusakan

yang menggangu proses pendistribusian dan juga kondisi jalan dalam

keadaan baik.

1.5.2. Batasan Masalah

Pembatasan masalah perlu dilakukan untuk mencegah agar pemecahan

masalah tidak menyimpang dari ruang lingkup penelitian. Pada penelitian ini,

batasan masalah adalah sebagai berikut:

1. Fokus dari penelitian ini adalah rute pendistribusian barang pada tipe layanan

paket pos biasa.

2. Titik awal proses pendistribusian barang adalah dari Kantor Pusat PT. Pos

Indonesia Medan di Jl. Pos No.1 Medan.

3. Setiap Kantor Pos Pemeriksa hanya dikunjungi satu kali dalam satu rute

distribusi dan akan kembali ke titik awal setelah semua Kantor Pos Pemeriksa

dalam satu rute dikunjungi.

4. Objek penelitian adalah setiap Kantor Pos Pemeriksa yang terdapat di setiap

Kota di wilayah Sumatera Utara.

5. Penelitian hanya dilakukan pada proses pengiriman barang dari Kantor Pos

(27)

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Sistematika penulisan laporan tugas sarjana ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, pembatasan masalah dan asumsi penelitian, serta sistematika

penulisan tugas akhir.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Menguraikan sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang usaha, lokasi

perusahaan, daerah pemasaran, organisasi dan manajemen, struktur

organisasi, pembagian tugas dan tanggung jawab, jumlah tenaga kerja dan

jam kerja serta sistem pengupahan dan fasilitas lainnya.

BAB III LANDASAN TEORI

Menyajikan tinjauan-tinjauan kepustakaan yang berisi teori-teori yang

berhubungan dengan masalah dan pemecahan masalah penelitian. Dasar

teori diperoleh dari buku-buku literatur yang berhubungan dengan

perencanaan jalur distribusi dan metode algoritma heuristik yang

digunakan dalam penentuan rute distribusi.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Menjelaskan tahapan-tahapan penelitian mulai dari persiapan hingga

(28)

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Memuat data hasil penelitian yang diperoleh dari hasil pengamatan dan

pengukuran yang dilakukan di lapangan sebagai bahan untuk melakukan

pengolahan data yang digunakan sebagai dasar pada pemecahan masalah.

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Menganalisis hasil pengolahan data dan mencari solusi untuk pemecahan

masalah penelitian.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Memberikan kesimpulan secara keseluruhan penelitian dan disertai

pemecahan masalah serta saran-saran yang bermanfaat bagi pihak

(29)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Pos Indonesia (Persero) merupakan suatu bentuk Badan Usaha Milik

Negara yang didirikan pertama kali pada tanggal 26 Agustus 1746 oleh Gubernur

Jendral G. W Barron Van Inhoff di kota Batavia (yang dikenal saat ini dengan

kota Jakarta). Pentingnya komunikasi merupakan alasan didirikannya kantor pos

ini untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar dapat melakukan komunikasi

yang lebih mudah dengan relasi atau orang lain yang berada jauh dari lokasi

tempat tinggal mereka.

Pada tahun 1901 kantor pos didirikan di Medan dan dinamakan sebagai

Kantor Pos Medan. Seiring dengan perkembangan peranan Kantor Pos dalam

masyarakat dan dengan munculnya berbagai teknologi baru seperti telegraf dan

telepon (tahun 1907), dibentuklah Jawatan Pos, Telegraf, dan Telepon (Jawatan

PTT). Jawatan ini merupakan bagian dari departemen perusahaan milik Kolonial

Belanda (berdasarkan UU Perusahaan Negara Hindia Belanda).

Kemudian pada saat kedatangan Jepang ke Indonesia maka kekuasaan

daripada jawatan ini pun jatuh ke tangan Jepang. Menurut struktur organisasi yang

dianut oleh jepang, jawatan ini dibagi menjadi beberapa bagian antara lain

jawatan PTT Sumatera, PTT Jawa dan PTT Sulawesi. Kemudian jawatan ini

kembali diambil oleh Indonesia tepatnya kantor PTT Pusat. Pada saat Proklamasi

(30)

pertama Soeharto dan R.Dirja sebagai wakilnya. Kantor PTT pertama

berkedudukan di Welterverden (Gambir Jakarta) antara tahun 1922-1923 dan

dipindahkan ke gedung Dinas Pekerjaan Umum Bandung.

Dalam perkembangan selanjutnya PTT dinyatakan memenuhi syarat untuk

berubah status Perusahaan Negara (PN) sesuai dengan peraturan pemerintah

Pengganti Undang-Undang (Perpu) No.19 tahun 1960. Berdasarkan PP No.19

1961 status jawatan PTT diubah menjadi PN Pos dan Telekomunikasi (PN

Postel).

Pada tahun 1965 PN Ponsel dipecah menjadi dua perusahaan bidang pos

dan telekomunikasi yaitu PN Pos dan Giro berdasarkan PP No.30 tahun 1965.

Selanjutnya status Pos dan Giro menjadi Perum Pos dan Giro berdasarkan PP No.

19 tahun 1978, dan diperbaharui dengan PP No.24 tahun 1984. Berdasarkan PP

No. 5 tahun 1995 tentang perubahan status Perum Pos dan Giro ditetapkan

menjadi PT. Pos Indonesia (Persero) adalah UU No.1 tahun 1995 tentang

perusahaan perseroan. Peraturan pemerintah No 5 tahun 1995 tentang pengalihan

bentuk Umum (Perum) Pos dan Giro menjadi perusahaan (Persero), lembaga

Negara RI tahun 1995 nomor 11.

Anggapan dasar PT. Pos Indonesia (Persero) yang tercantum dalam akta

notaris Sujipto Nomor 117 tanggal 20 Juni 1995 tentang pendirian perusahan

persero PT. Pos Indonesia sebagaimana telah diubah dengan akta notaris Sujipto,

SH Nomor 89 tanggal 21 September 1998 dan Nomor 11 tanggal 21 September

1998.

(31)

2.2. Visi dan Misi Perusahaan

Dalam menjalankan segala kegiatan perusahaan, PT. Pos Indonesia

(Persero) telah memiliki visi dan misi yang harus diketahui, dihayati dan

dilaksanakan oleh setiap karyawan yang terdiri dari:

a) Visi

Senantiasa menjadi penyedia sarana komunikasi komunikasi kelas dunia,

yang peduli terhadap lingkungan, dikelola oleh sumber daya manusia yang

profesional. Yang kemudian dapat memberikan pelayanan pada

masyarakat serta tumbuh dan berkembang sesuai dengan konsep bisnis

yang sehat.

b) Misi

Misi PT. Pos Indonesia antara lain:

1. Berkomitmen kepada pelanggan untuk menyediakan layanan yang

selalu tepat waktu dan nilai terbaik.

2. Berkomitmen kepada karyawan untuk memberikan iklim kerja yang

aman, nyaman, dan menghargai kontribusi.

3. Berkomitmen kepada pemegang saham untuk memberikan hasil usaha

yang menguntungkan dan terus bertumbuh.

4. Berkomitmen untuk berkontribusi positif kepada masyarakat.

5. Berkomitmen untuk berperilaku transparan dan terpercaya kepada

(32)

2.3. Lokasi Perusahaan

PT. Pos Indonesia Medan adalah salah satu outlet pos terbesar dan terbaik

umumnya di Indonesia dan khususnya di Sumatera Utara. Kedudukan outlet

terletak di Jalan Pos No.1 Medan dengan letak yang yang strategis yaitu ditengah

keramaian kota.

2.4. Kegiatan Usaha Perusahaan

PT. Pos Indonesia Medan adalah suatu perusahaan yang bergerak di

bidang jasa. Adapun jenis layanan yang diselenggarakan oleh PT. Pos Indonesia

Medan dibagi menjadi beberapa kelompok produk/bisnis sebagai berikut:

1. Bisnis komunikasi

Jasa layanan dari bisnis komunikasi antara lain:

a. Jenis layanan standar terdiri dari

1) Surat biasa

2) Surat/tercatat

3) Kartu pos dan surat balasan kartu pos

4) Warkat pos/Aerogram

5) Barang cetakan Braile

6) Perlakuan khusus

b. Jenis layanan prioritas terdiri dari:

1) Surat kilat

2) Surat kilat khusus

(33)

4) Pos Express

5) Perlakuan khusus

2. Bisnis logistik

a. Jenis layanan standar yang terdiri dari:

1) Paket pos biasa (darat/udara)

2) Paket pos perlakuan khusus yaitu point to point dan curah

b. Jenis layanan prioritas yang terdiri dari:

1) Paket pos kilat khusus

2) Paket pos cepat luar negeri

3) Paket pos perlakuan khusus yaitu point to point dan curah

3. Bisnis keuangan

a. Jenis layanan standar yang terdiri dari:

1) Wesel pos biasa

2) Wesel pos kemitraan

3) Giro pos On Line

4) Giro pos kemitraan

b. Jenis layanan prioritas yang terdiri dari:

1) Wesel pos prima

2) Wesel pos kemitraan

3) Wesel pos instan

4) Western Union

4. Bisnis keagenan

(34)

a Penerimaan setoran pajak

b Penerimaan setoran tabungan seperti tabungan e’Batara-Pos (BTN),

Shar’e (Muamalat), Pos BNI (BNI 46)

c. Penjualan akta agrarian dan materai

d. Penyaluran dana JPS dari Diknas, Depkes dan Depag.

e. Pembayaran pensiunan dari Taspen, Asabri, BRI-BTPN-BPR dan

lain-lain.

f. Post Pay seperti penerimaan tagihan telepon, PDAM, kartu pasca

bayar telkomsel dan indosat, angsuran ADIRA, FIT, BAF, kartu kredit

CityBank, AMRO dan lain-lain.

5. Bisnis filateli

Bisnis filateli terdiri dari:

a Penjualan benda-benda pos

b. Penjualan benda filateli dan perangko Prisma.

2.5. Bentuk Logo dan Makna Logo

Setiap perusahaan dan organisasi memiliki logonya masing-masing yang

berfungsi sebagai lambang atau tanda pengenal dari pada perusahaan atau

organisasi. Dalam hal ini, PT. Pos Indonesia juga memiliki logonya sendiri dan

juga makna yang terkandung di dalamnya. Lambang daripada PT. Pos Indonesia

(35)
[image:35.595.219.405.113.245.2]

Gambar 2.1. Logo PT. Pos Indonesia

Makna logo dari lambang PT. Pos Indonesia sebagai berikut:

1. Burung merpati dengan posisi terbang dan pandangan lurus ke depan, lima

bulu sayap sebagai lambang kecepatan, melambangkan pancasila,

mengutamakan kecepatan dan kepercayaan dari masyarakat.

2. Bola dunia melambangkan peran daripada PT. Pos Indonesia sebagai

penyedia pelayanan yang mampu menjadi sarana komunikasi dalam ruang

lingkup nasional maupun internasional.

3. Bentuk tulisan Pos Indonesia menunjukkan ciri khas kelas dunia yang

mengantar PT. Pos Indonesia ke abad yang baru.

4. Warna orange cemerlang melambangkan modernitas, kedinamisan, dan

kecepatan. Sedangkan warna abu-abu melambangkan kesan modern dalam

(36)

2.6. Organisasi dan Manajemen

Organisasi dan manajemen PT. Pos Indonesia Medan adalah sebagai

berikut:

2.6.1. Struktur Organisasi PT. Pos Indonesia Medan

Struktur organisasi PT. Pos Indonesia (Persero) Medan berkembang secara

dinamis karena didorong faktor internal dan eksternal. Struktur organisasi di PT.

Pos Indonesia (Persero) Medan masih bersifat sentralisasi sehingga semua

keputusan, kebijakan, dan wewenang menjadi tanggung jawab Kepala Kantor.

Berdasarkan hierarki organisasi, pegawai dengan jabatan lebih rendah secara

otomatis bertanggung jawab langsung kepada pegawai yang memiliki jabatan

diatasnya.

Struktur organisasi di PT. Pos Indonesia (Persero) Medan ditetapkan

dalam suatu keputusan tersendiri dengan mengikuti pola struktur fungsional dan

staff. Secara keseluruhan PT. Pos Indonesia (Persero) Medan dipimpin oleh

seorang Kepala Kantor yang dibantu oleh Wakil Kepala Kantor. Adapun bagan

(37)

KEPALA KANTOR POS

WAKIL KEPALA KANTOR POS BIDANG OPERASI DAN

PELAYANAN

WAKIL KEPALA KANTOR POS BIDANG SDM, KEUANGAN DAN

SARANA

MANAJER SUMBER DAYA MANUSIA

MANAJER SARANA DAN TEKNOLOGI

MANAJER KEUANGAN DAN BPM

MANAJER AKUNTANSI

MANAJER PENGAWASAN PELAYANAN LUAR DAN

AGEN POS MANAJER PELAYANAN

JASA SURATPOS DAN POS EXPRESS

MANAJER PAKET POS

MANAJER PELAYANAN JASA KEUANGAN

MANAJER GIRO DAN PENYALURAN DANA

MANAJER SENTRA LAYANAN PELANGGAN

KORPORAT

MANAJER PROSES DAN DISTRUBUSI

MANAJER ANTARAN

MANAJER PEMASARAN

MANAJER AUDIT DAN MUTU

MANAJER PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN DAERAH

[image:37.595.126.497.108.483.2]

KANTOR POS CABANG

Gambar 2.2. Struktur Organisasi PT. Pos Indonesia Medan

2.6.2. Uraian Jabatan

Adapun uraian jabatan dari departemen yang ada di PT. Pos Indonesia

(38)

2.6.3. Tenaga Kerja

Dalam memberikan layanan pada pelanggan, PT.Pos Indonesai (Persero)

Medan memiliki pegawai sebanyak 499 orang. Pegawai tetap PT. Pos Indonesia

berjumlah 378 karyawan dan pegawai tidak tetap berjumlah 112 pekerja. Susunan

[image:38.595.95.532.278.701.2]

pegawai PT.Pos Indonesai (Persero) Medan dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Formasi Susunan Pegawai Divre-1 Kantor Pos Medan

Keterangan Pegawai Organik (Orang) Pegawai OS (Orang) PKWT/PHL (Orang) Jumlah (Orang) Formasi Struktural - Kepala Kantor Pusat - Wakil Kepala Kantor Pusat - Manajer

- Asisten Manajer - Pengembangan

- Kepala kantor pos cabang Jumlah 1 2 22 - 5 32 1 2 22 - 5 32

62 - - 62

Formasi Non Struktural - Bagian Pelayanan - Bagian Proses

- Bagian Customer Service - Bagian Pemasaran

- Bagian Paket - Bagian SDM - Bagian Sarana/IT - Bagian Angkutan - Bagian Keuangan - Audit

- Bagian Kantor Pos Cabang - Pembantu Kantor Pos Cabang - Bagian antaran Kantor Pos Pemeriksa

- Bagian antaran Kantor Pos Cabang 37 94 2 6 13 6 4 4 5 1 6 24 87 6 9 25 1 1 8 26 15 2 5 1 34 15 61 119 3 9 18 6 5 4 5 1 6 66 128 6

Jumlah 295 70 72 437

Jumlah Total 357 70 72 499

(39)

2.6.4. Jam Kerja

Penentuan waktu kerja, istirahat kerja dan lembur diatur dalam Pasal 28

pada Perjanjian Kerja Bersama PT. Pos Indonesia (Persero).

1. Hari kerja ditetapkan 5 (lima) hari dalam satu minggu di Kantor Pusat dan

Wilayah Usaha Pos (Wilpos) mulai hari Senin sampai dengan Jumat atau 6

(enam) hari dalam satu minggu di Unit Pelaksana Teknis (UPT) mulai hari

Senin sampai Sabtu, dengan jumlah jam kerja produktif yaitu 7 (tujuh) jam

dalam satu hari atau 8 (delapan) jam dalam satu hari dan tidak melebihi 40

(empat puluh) jam dalam satu minggu.

2. Untuk pekerjaan yang memerlukan kesinambungan kerja secara bergilir

(shift) diatur dengan penetapan oleh manajemen setempat disesuaikan

dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini.

3. Fleksibilitas hari kerja, jam kerja, dan waktu istirahat kerja diatur oleh

manajemen setempat setelah dimusyawarahkan dengan serikat pekerja

dengan tetap memperhatikan kapasitas operasional, kondisi geografis, dan

tingkat persaingan usaha serta dengan mempertimbangkan waktu libur dan

istirahat karyawan, produktivitas, efektivitas dan efisiensi.

4. Jam kerja selama bulan Ramadhan diatur oleh perusahaan.

Sesuai dengan Pasal 28 tersebut maka PT.Pos Indonesai (Persero) Medan

menetapkan kebijakan bahwa hari kerja dilaksanakan selama 6 (enam) hari dalam

1 minggu yaitu hari senin sampai dengan hari sabtu. Sedangkan kebijakan jam

kerja dapat dilihat pada Tabel 2.2. Jam istirahat setiap pegawai adalah selama 30

(40)

mengalami kekosongan pegawai sehingga layanan terhadap pelanggan tetap dapat

dilakukan.

Tabel 2.2. Jam Kerja Bagian Loket PT.Pos Indonesai (Persero) Medan

Hari Jam Kerja

Senin s/d Kamis 07.30-15.30 WIB

Jumat 07.30-11.30 WIB

Sabtu 07.30-13.30 WIB

Sumber: Bagian Umum PT.Pos Indonesai (Persero) Medan

Untuk karyawan bagian pengiriman barang paket pos biasa, jam kerja

pengiriman terdapat pada tabel 2.3.

Tabel 2.3. Jam Kerja Bagian Pengiriman Paket Pos Biasa

No Hari Kerja Waktu Kerja

Jam Kerja (menit)

Istirahat (menit)

Waktu Distribusi (menit)

1 Minggu 08.00-06.00 1320 360 960

2 Senin 08.00-06.00 1320 360 960

3 Selasa 08.00-06.00 1320 360 960

4 Rabu 08.00-06.00 1320 360 960

5 Kamis 08.00-06.00 1320 360 960

6 Jumat 08.00-06.00 1320 360 960

Sumber : PT. Pos Indonesia Medan

2.7. Proses Pendistribusian Barang

Dalam melakukan proses pendistribusian barang ke pihak penerima

(konsumen), PT. Pos Indonesia Medan mendistribusikan barang tersebut dari

Kantor Pos Medan ke setiap kantor Kantor Pos cabang di setiap kota yang disebut

(41)

Kemudian Kantor Pos Pemeriksa mendistribusikan barang ke setiap Kantor Pos

Cabang Luar Kota. Setelah itu, Kantor Pos Cabang Luar Kota mendistribusikan

barang ke pihak penerima (konsumen) yang menjadi tujuan pengiriman.

Kantor Pos Pusat Medan memiliki tugas untuk melakukan pengiriman

barang ke setiap Kantor Pos Pemeriksa. Kantor Pos Pemeriksa yang terdapat di

setiap kota bertanggung jawap dalam melakukan pengiriman ke setiap kantor

cabang (Kantor Pos Cabang Luar kota) yang menjadi wewenangnya. Jumlah

Kantor Pos dibawah naungan Kantor Pos Pusat Medan dan jumlah Kantor Pos

[image:41.595.179.446.388.668.2]

Luar Kota dibawah naungan Kantor Pos pemeriksa dapat dilihat pada tabel 2.4.

Tabel 2.4. Jumlah Kprk dan Kpc Lk PT. Pos Indonesia Medan

No Kprk Kpc Lk

1 Balige 12 unit

2 Binjai 13 unit

3 Kaban jahe 16 unit

4 Kisaran 18 unit

5 Padang Sidempuan 22 unit

6 Pematang Siantar 21 unit

7 Rantau Parapat 11 unit

8 Sibolga 7 unit

9 Tarutung 14 unit

10 Tebing Tinggi 11 unit

11 Lubuk Pakam 8 unit

(42)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Manajemen Logistik1

Logistik dapat juga diartikan sebagai proses perencanaan, implementasi,

pengendalian secara efisien, aliran biaya yang efektif, penyimpanan barang

mentah, inventori barang dalam proses, barang jadi dan informasi terkait dari titik

asal ke titik konsumsi untuk tujuan memenuhi kebutuhan konsumen. Ada lima

komponen yang membentuk sistem logistik, yaitu: struktur lokasi fasilitas,

transportasi, persediaan (inventory), komunikasi, penanganan (handling) dan

penyimpanan (storage). Dalam suatu jaringan, transportasi merupakan suatu

rantai penghubung. Manajemen transport dan lalu lintas telah mendapat banyak

perhatian dalam tahun-tahun ini. Pada umumnya, suatu perusahaan mempunyai 3

alternatif untuk menetapkan kemampuan transportasinya. Pertama armada

peralatan swasta yang dapat dibeli atau disewa atau disebut dengan private. Yang Manajemen logistik merupakan proses pengelolaan yang strategis terhadap

perpindahan dan penyimpanan barang, suku cadang dan barang jadi dari para

supplier, diantara fasilitas-fasilitas perusahaan, dan kepada para langganan.

Tujuan dari logistik adalah menyampaikan barang jadi dan bermacam-macam

material dalam jumlah yang tepat pada waktu yang dibutuhkan, dalam keadaan

yang dapat dipakai, ke lokasi dimana dia dibutuhkan, dan dengan total biaya

terendah.

(43)

kedua kontrak khusus yang dapat diatur dengan spesialis transport untuk

mendapatkan kontrak jasa-jasa pengangkutan. Dan yang ketiga adalah suatu

perusahaan dapat memperoleh jasa-jasa dari perusahaan transport berijin yang

menawarkan pengangkutan dari suatu tempat ke tempat tertentu dengan biaya

tertentu atau disebut dengan angkutan umum. Dilihat dari sudut pandang logistik,

terdapat tiga faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan

kemampuan pelayanan transport, yaitu: biaya, kecepatan, dan konsistensi.

Kegiatan logistik akan berjalan dengan efektif dan efisien apabila

memenuhi 4 syarat, yaitu: tepat jumlah, tepat mutu, tepat ongkos dan tepat

waktu.2

Dekade sekarang ini manajemen logistik dalam perkembangannya menuju

pada manajemen logistik terpadu. Kalau dilihat sebelum tahun 1950, organisasi

perusahaan hanya menangani manajemen logistik secara terpisah. Pada tahun

1970-1978 merupakan periode perubahan prioritas. Dalam periode prioritas ini

pihak manajemen mulai merumuskan rencana terhadap penyimpanan atau Tujuan logistik adalah menyediakan produk dalam jumlah yang tepat,

kualitas yang tepat, pada waktu yang tepat dengan biaya yang rendah. Ciri utama

kegiatan logistik adalah tercapainya sistem yang integral dari berbagai dimensi

dan tujuan kegiatan terhadap pemindahan (movement) serta penyimpanan

(storage) secara strategis di dalam pengelolaan perusahaan.

3.2. Konsep Logistik Terpadu

(44)

pergudangan, pengangkutan, pengolahan, dan bukan hanya merencanakan operasi

untuk bereaksi terhadap permintaan pasar.

(Bowersok,1978,p.24) konsep logitik terpadu terdiri dari 2 usaha yang

berkaitan yaitu :

1. Operasi logistik

Aspek operasional logistik ini adalah mengenai manajemen pemindahan dan

penyimpanan material dan produk jadi perusahaan. Jadi operasi logistik itu dapat

dipandang berawal dari pengangkutan pertama material atau

komponen-komponen dari sumber perolehannya dan berakhir pada penyerahan produk yang

dibuat atau diolah pada langganan atau konsumen. Operasi logistik dapat dibagi

dalam 3 kategori yaitu :

a. Manajemen distribusi fisik

Proses manajemen distribusi fisis adalah menyangkut pengangkutan produk

kepada pelangan. Dalam distribusi fisis, langganan dipandang sebagai

pemberhentian terakhir dalam saluran pemasaran. Jika produk yang tepat

tidak dapat diserahkan pada waktu yang dibutuhkan dengan cara yang

ekonomis, maka mungkin banyak usaha pemasaran yang berada dalam

bahaya. Melalui proses distribusi fisik inilah waktu dan ruang dalam

pelayanan nasabah menjadi bagian yang internal dari pemasaran. Jadi

distribusi fisik menghubungkan suatu perusahaan dengan nasabahnya.

b. Manajemen material

Manajemen material adalah menyangkut perolehan dan pengangkutan

(45)

tempat pembuatan atau perakitan, gudang, atau toko pengecer. Seperti halnya

distribusi fisik, manajemen material berkenaan dengan penyediaan jenis

material yang dikehendaki di tempat dan pada waktu yang dibutuhkan. Kalau

distribusi fisik adalah mengenai pengiriman keluar yaitu nasabah, maka

manajemen material adalah mengenai pergerakan ke dalam yaitu pembuatan,

penyortiran atau perakitan.

c. Internal Inventory Transfer

Proses pemindahan persediaan barang di dalam perusahaan adalah mengenai

pengawasan terhadap komponen-komponen setengah jadi pada waktu

mengalir diantara tahap-tahap manufacturing, dan pengangkutan dari produk

jadi ke gudang atau saluran pengecer. Yang terpenting dari manajemen

terpadu adalah koordinasi dari ketiga jenis pergerakan tersebut. Ketiga

pergerakan tersebut tergabung untuk memberikan manajemen operasional

bagi material, komponen setengah jadi, dan produk-produk yang bergerak

diantara berbagai lokasi, sumber suplai, dan para langganan dari perusahaan

secara keseluruhan. Dalam pengertian ini, maka logistik adalah mengenai

manajemen strategi dari keseluruhan pergerakan dan dan penyimpanan.

2. Koordinasi logistik

Koordinasi logistik adalah mengenai identifikasi kebutuhan pergerakan dan

penetapan rencana untuk memadukan seluruh kegiatan operasi logistik.

Koordinasi logistik adalah menyangkut perencanaan dan pengawasan terhadap

(46)

memastikan bahwa seluruh pergerakan dan penyimpanan diselesaikan se-efektif

dan se-efisien mungkin.

Prestasi logistik diukur dengan 3 variabel, yaitu :

1. Penyediaan (availability) adalah menyangkut kemampuan perusahaan untuk

secara konsisten memenuhi kebutuhan material/bahan produksi. Jadi hal ini

menyangkut level persediaan atau variabel persediaan. Semakin rendah

frekuensi pengeluaran untuk stok yang direncanakan, berarti semakin tinggi

investasi yang harus disiapkan.

2. Kemampuan (capability) adalah menyangkut jarak waktu antara penerimaan

suatu pesanan dengan pengantaran barang yang dipesan. Kemampuan ini

terdiri dari keecepatan pengantaran dan konsistensinya dalam jangka waktu

tertentu.

3. Mutu (quality) adalah menyangkut seberapa jauh sebaiknya tugas logistik

secara keseluruhan dilaksanakan, besarnya kerusakan, item-item yang betul,

pemecahan masalah yang timbul. Jadi, quality menyangkut penjagaan

terhadap tingkat kesalahan yang rendah dan pemecahan masalah-masalah pada

waktunya.

3.3. Sistem Transportasi3

Sistem adalah suatu bentuk keterkaitan antara suatu variabel lainnya dalam

tatanan yang terstruktur. Sedangkan transportasi itu sendiri adalah kegiatan

pemindahan barang-barang/penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.

(47)

Sehingga sistem transportasi dapat diartikan sebagai gabungan dari beberapa

komponen atau obyek yang saling berkaitan dalam hal pengangkutan

barang/manusia oleh berbagai jenis kendaraan sesuai dengan kemajuan teknologi.

Transportasi memberikan manfaat geografis pada sistem logistik dengan

menghubungkan fasilitas-fasilitas dengan pasar. Pada banyak perusahaan,

pengeluaran untuk transport lebih besar dari pengeluaran untuk unsur lainnya.

Biaya transport industri yang menghasilkan produk bernilai tinggi adalah rendah

persentasenya terhadap penjualan. Sebaliknya, biaya transport batu bara, bijih

besi, bahan-bahan kimia dasar dan pupuk adalah relatif tinggi. Kebutuhan

pelayanan industri sangat berbeda-beda dari industri ke industri. Banyak pilihan

transpotasi tersedia bagi pengangkutan produk atau bahan mentah dalam system

logistik. Disamping itu, perusahaan dapat memutuskan untuk mengusahakan

transportasi sendiri, atau mengadakan perjanjian dengan spesialis transport.

Sistem logistik memandang kegiatan transportasi dengan 4 faktor yang

memegang peranan penting, yaitu4

1. Biaya

:

Biaya transportasi merupakan pembanyaran sesunguhnya yang harus

dikeluarkan guna mengganti balas jasa pengangkutan barang yang telah

dilkeluarkan, jadi bukan berarti metode transportasi yang termurah itu

merupakan yang pasti dikehendaki.

4Gitosudarmo, Indriyo, o

(48)

2. Kecepatan

Faktor kecepatan merupakan waktu yang dibutuhkan guna menyelesaikan

suatu tugas pengangkutan di antara tempat asal barang ke tempat tujuan yang

dikehendaki. Faktor kecepatan harus selalu dikaitkan dengan kondisi barang

yang dipindahkan agar jangan sampai terjadi kerusakan walau mungkin dari

segi waktu lebih cepat dari penggunaan transportasi lainnya. Bisa dikatakan

waktu yang paling cepat dalam kegiatan transportasi suatu barang belum

menjamin tercapainya kegiatan logistik yang baik.

c. Pelayanan

Faktor pelayanan merupakan suatu kegiatan servis yang diberikan terhadap

barang perusahaan selama dalam kegiatan pemindahan barang. Pelayanan atau

servis datangnya dari berbagai pihak, baik pengangkutan barang itu dikelola

oleh perusahaan sendiri atau dengan cara menyewa dari perusahaan

pengangkutan yang resmi. Pelayanan barang datangnya dari para karyawan

yang membawa, mengendalikan alat transportasi para petugas yang

berhubungan dengan alat transportasi. Pelayanan yang terbaik yang diharapkan

tercapai dengan tidak menambah biaya transportasi dari biaya yang normal.

d. Konsistensi

Konsistensi pelayanan merupakan hal yang cukup penting di bidang

transportasi dengan menunjukkan prestasi waktu yang teratur.

Sistem yang digunakan untuk mengangkut barang-barang dengan

menggunakan alat angkut tertentu dinamakan moda transportasi (mode of

(49)

moda transportasi. Lima cara utama tersebut adalah kereta api, jalan raya, jalan

air, saluran pipa, dan penerbangan. Masing-masing alat transportasi ini

mempunyai kebaikan dan kelemahan terhadap kegiatan logistik di perusahaan.

3.4. Travelling Salesman Problem

Dalam sistem jaringan manufaktur, dimungkinkan terdapatnya satu unit

gudang induk bahan baku dan beberapa unit produksi yang terpisah satu dengan

yang lain. Dalam literatur, masalah rute kendaraan ini disebut sebagai

permasalahan distribusi bahan baku dari satu gudang induk ke beberapa unit

produksi yang saling terpisah.

Secara rutin sebuah perusahaan melakukan pengiriman barang kepada

konsumen di atas area geografis yang dilayani oleh fasilitas-fasilitas perusahaan.

Dalam hal ini, perusahaan melakukan pengiriman barang dengan sejumah armada

kendaraan. Pengelilingan kendaraan meliputi perencanaan operasi armada

kendaraan untuk mengirim barang untuk menghasilkan pelayanan.

Masalah pengelilingan kendaraan atau penyusunan rute kendaraan disadari

berbeda dalam hal ukuran dan kerumitan. Masalah penyusunan rute ini dapat

menjadi sulit untuk operasi-operasi yang lebih besar sesuai dengan banyaknya

fasilitas yag dimiliki, banyaknya pelanggan, area pelayanan, dan ukuran armada

atau kemampuan jangkauan armada. Kunci keputusan penyelesaian masalah rute

kendaraan adalah mendesain rute-rute kendaraan. Rute adalah tempat

pemberhentian-pemberhentian dimana sebuah kendaraan mengunjungi antara dua

(50)

pemberhentian berturut-turut terhadap depot dan proses perencanaan dari titik

awal (Perusahaan) ke titik konsumsi (Kosumen) untuk memenuhi kebutuhan

konsumen. Solusi optimal adalah pencarian atau penyelesaian masalah yang baik

dalam penentuan rute dan penjadwalan kendaraan yang paling efisien. Urutan

masalah penyusunan rute yang paling mudah terjadi ketika melihat rute tunggal

yang mengunjungi semua pelanggan dan minimisasi waktu total perjalanan. Hal

inilah yang disebut masalah perjalanan salesman (Travelling Salesman Problem)

yang dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Contoh Travelling Salesman Problem

3.5. Vehicle Routing Problem

Vehicle Routing Problem terkait dengan permasalahan bagaimana

mendatangi pelanggan dengan menggunaka peralatan yang ada. Istilah lain untuk

masalah ini adalah Vehicle Sceduling Problem, Vehicle Dispathing Problem,

Delivery Problem. Vehicle Routing Problem adalah sebuah hard combinatorial

optimisation problem. Permasalahan ini erat kaitannya dengan permasalahan

Travelling Salesman Problem. Vehicle Routing Problem menjadi Travelling 45

25

Depot

40 25

50

60

(51)

Salesman Problem pada saat hanya terdapat satu alat angkut yang kapasitasnya

tak hingga.

Dalam permasalahan vehicle routing, jika setiap alat angkut dapat

menempuh trip/rute majemuk selama horizon perencanaan maka ini disebut

sebagai Multi Trip Vehicle routing Problem.5 Bentuk dari solusi Vehicle routing

Problem dasar dapat dilihat pada gambar 3.2.

Gambar 3.2. Bentuk Solusi Vehicle Routing Problem

3.6. Metode Pemilihan Rute

Masalah pencarian solusi yang baik dalam penentuan rute dan

penjadwalan kendaraan menjadi sulit dengan adanya pembatas-pembatas

tambahan dari masalah. Time windows, jumlah truk yang banyak dengan

perbedaan kapasitas, total maksimum waktu distribusi yang diizinkan dalam rute,

perbedaan kecepatan dalam zona yang berbeda, rintangan/penghalang dalam

5Ballou, Ronald, Busines Logistics management (New jersey : Prentice-hall International, Inc, 1999), pp. 199

(52)

perjalanan (sungai, belokan, gunung), dan waktu istirahat untuk pengemudi adalah

beberapa pertimbangan yang diperlukan dalam penentuan rancangan rute.

3.6.1. Metode Saving Matriks

Tujuan dari metode saving matriks adalah untuk menimisasi total jarak

perjalanan semua kendaraan dan untuk meminimisasi secara langsung jumlah

kendaraan yang diperlukan untuk melayani semua tempat pemberhentian. Logika

dari metode ini bermula dari kendaraan yang melayani setiap pemberhentian dan

kembali ke depot sepeti terlihat pada gambar 3.3.(a). Hal ini memberikan jarak

maksimum dalam masalah penentuan rute. Kemudian dua tempat pemberhentian

digabung dalam dua rute yang sama sehingga satu kendaraan tersebut dieliminasi

dan jarak tempuh dapat dikurangi yang dapat dilihat pada gambar 3.3.(b).

Pendekatan savings mengizinkan bayak pertimbangan yang sangat

penting dalam aplikasi yang realistis. Sebelum tempat pemberhentian dimasukkan

dalam sebuah rute, rute tempat pemberhentian selanjutnya harus dilihat. Sejumlah

pertanyaan tentang perancangan rute dapat ditayakan, seperti apakah waktu rute

melebihi waktu distribusi maksimum pengemudi yang diizinkan, apakah waktu

untuk istirahat pengemudi telah dipenuhi, apakah kendaraan cukup besar untuk

melakukan volume rute yang tersedia. Pelanggaran terhadap kondisi-kondisi

tersebut dapat menolak tempat pemberhentian dari rute keseluruhan. Tempat

perhentian selanjutnya dapat dipilih menurut nilai savings terbesar dan proses

(53)

dengan mempertimbangkan masalah kompleks yang ada, solusi yang baik dapat

dicari.6

Stop

d0, A

d0, B

dB, 0 dA, 0

Stop

A

B

d0, A

dB, 0

dA, B A

B 0

Depot

(a) Rute Awal (b) Menggabungkan dua tempat perhentian

Jarak tempuh = d0,A+dA,0+d0,B+dB,0 Jarak tempuh = d0,A+dA,B+dB,0

Gambar 3.3. Pengurangan Jarak Tempuh Melalui Penggabungan Tempat Perhentian dalam Rute

Metode saving matriks pada hakikatnya adalah metode untuk meminimumkan

jarak atau waktu dan ongkos dengan mempertimbangkan kendala-kendala yang

ada7

1. Identifikasi Matriks Jarak

. Berikut ini langkah-langkah pembentukan sub-rute distribusi dengan

menggunakan metode saving matriks, yaitu:

Pada langkah ini, diperlukan jarak antara gudang dan ke masing-masing toko

dan jarak antar toko. Untuk menyederhanakan permasalahan, lintasan terpendek

digunakan sebagai jarak antar lokasi. Jadi, dengan mengetahui koordinat

masing-masing lokasi maka jarak antar dua lokasi bisa dihitung dengan menggunakan

rumus jarak standar. Apabila jarak riil antar lokasi diketahui, maka jarak tersebut

6Ibid., pp. 204-209.

(54)

lebih baik digunakan dibanding dengan jarak teoritis dengan menggunakan rumus.

Jarak dari gudang ke masing-masing toko dan jarak antar toko akan digunakan

untuk menentukan matriks penghematan (saving matriks) yang akan dikerjakan

pada langkah berikutnya.

2. Mengidentifikasi matriks penghematan ( saving matriks)

Pada langkah ini, diasumsikan bahwa setiap toko akan dikunjungi oleh satu

armada secara eksklusif. Saving matriks merepresentasikan penghematan yang

bisa direalisasikan dengan menggabungkan dua pelanggan ke dalam satu rute.

Untuk perhitungan penghematan jarak dapat mengunakan persamaan:

S(x,y) = J (G, x) + J(G,y) – J(x,y)

Dimana:

S(x,y) = Penghematan Jarak

J (KPM,x) = Jarak gudang ke toko x

J (KPM,y) = Jarak gudang ke toko y

J (x,y) = Jarak toko x ke toko y

3. Mengalokasikan Kantor Pos Pemeriksa ke rute

Dengan menggunakan tabel penghematan jarak, dapat dilakukan

pengalokasian toko ke kendaraan atau rute. Pada tahap awal, tiap toko alokasikan

ke rute yang berbeda, namun toko-toko tersebut bisa digabungkan sampai pada

batas kapasitas truk yang ada. Penggabungan akan dimulai dari nilai penghematan

(55)

3.6.2. Algoritma nearest neighbor

Metode nearest neighbor merupakan metode yang pertama digunakan

untuk mendapatkan solusi vehicle routing proble. Metode ini sangat mudah dan

cepat untuk diimplementasikan. Prinsip dari metode ini adalah selalu

menambahkan satu titik tujuan yang paling dekat jaraknya dengan lokasi yang

terakhir dikunjungi. Caranya adalah dipilih satu titik konsumen sebagai titik awal

lalu bergerak ke kota selanjutnya yang terdekat

Algoritma nearest neighbor adalah sebuah metode untuk melakukan

klasifikasi terhadap objek berdasarkan data pembelajaran yang jaraknya paling

dekat dengan objek tersebut. Algoritma nearest neighbor adalah pendekatan untuk

mencari kasus dengan menghitung kedekatan antara kasus baru dengan kasus

lama. Tujuan dari algoritma ini untuk mengklasifikasikan objek baru berdasarkan

atribut dan training sample.

Dalam makalah ini, penulis menggunakan algoritma tetangga terdekat,

dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Tentukan kota pertama sebagai kota awal keberangkatan (simpul awal)

2. Ambil kota lain sebagai tujuan perjalanan dengan syarat biaya/jarak dari kota

asal yang paling minimal.

3. Ambil kota lain sebagai tujuan perjalanan selanjutnya dengan syarat biaya/jarak

paling minimal dari kota kedua dengan syarat belum pernah dikunjungi.

4. Ulangi langkah kedua dan ketiga sampai semua kota (simpul) sudah dilalui.

(56)

3.7. Pengembangan Algoritma Heuristik

Beberapa penelitian telah mencoba mencari solusi bagi permasalahan

MTVRP (Multi Trip Vehicle Routing Problem). Pada umumnya

algoritma-algoritma ini menggunakan prosedur heuristik, mengingat kompleksitas

permasalahan pada MTVRP. Pengembangkan algoritma multi trip yang terdiri

atas tiga bagian :

1. Pembangkitan sejumlah besar rute yang telah memenuhi pembatas VRP

(Vehicle Routing Problem).

2. Memilih subset dari sejumlah besar rute ini dengan menggunakan algoritma

enumeratif.

3. Menyusun rute terpilih dalam sebuah horizon perencanaan yang feasible.

Brandao dan Mercer (1998) mengusulkan metode yang terdiri atas

prosedur konstruktif dan improvement. Metode ini terdiri atas 3 fasa yaitu:

1. Fasa inisial yang membangkitkan solusi yang feasible untuk permasalahan

routing tetapi tidak harus feasible untuk permasalahan penjadwalan.

2. Fasa ini mencari solusi feasible dengan waktu perjalanan minimum.

3. Fase ini mencari solusi dengan biaya paling murah.

Berikut ini akan disajikan beberapa defenisi yang terkait dengan MTVRP.

a. Pelanggan dan depot

Sebuah permasalahan MTVRP terdiri atas n pelanggan (dituliskan sebagai

1,2,...,n) dan sebuah depot tunggal (dituliskan sebagai 0). Himpunan (0,1,...,n)

yang mewakili semua konsumen dan depot disebut site. Jarak antara site i dan j

(57)

waktu pelayanan si ≥ 0. Waktu pelayanan juga didefenisikan pada depot, s0 ≥ 0,

yang menggambarkan waktu muat di depot.

b. Alat angkut

Permasalahan ini didefenisikan pada sejumlah tak hingga alat angkut.

Masing-masing alat angkut memiliki kapasitas Q dan kecepatan V yang seragam.

Bersama dengan jarak antar site, dij , kecepatan V menentukan waktu tempuh

antar site tij .

c. Time window

Untuk site i, time window dispesifikasikan oleh sebuah interval [ei ,li],

dimana ei menggambarkan waktu siap (ready time) dan li menggambarkan waktu

tenggat (deadline time). Waktu mulai untuk pelayanan di site i, disimbolkan oleh

αi didefenisikan sebagai :

αi = max (ei, δ i-1 + ti-1,i) (1)

dimana δi-1 merupakan waktu keberangkatan dari site sebelumnya dan tii-1,i adalah

waktu perjalanan menuju site i dari site sebelumnya.

Waktu keberangkatan untuk alat angkut pada site i, disimbolkan oleh

δi = αi+ s1 (2)

Waktu tunggu alat angkut di site i, disimbolkan oleh wi,diberikan oleh

wi (3)

Sebuah rute dikatakan memenuhi pembatas waktu untuk site i

(58)

Dalam konteks ini, li merupakan waktu maksimum suatu site/gudang

belum dikunjungi. Jika waktu kunjungan melebihi li, maka gudang i akan

kekurangan barang. Atau,

li = (5)

dimana Ci menunjukkan kapasitas gudang pada site i, dan di menunjukkan laju

permintaan barang di gudang site i. Secara khusus li dapat disebut sebagai daya

tahan gudang site i.

d. Planning horizon

Sebuah horizon perencanaan menggambarkan waktu kerja untuk alat angkut.

Horizon perencanaan ini membatasi total waktu (meliputi waktu perjalanan,

waktu tunggu, dan waktu pelayanan) yang harus dipenuhi oleh alat angkut dalam

perjalanan menyelesaikan tugasnya. Jika diasumsikan horizon perencanaan

dimulai pada e0 maka horizon perencanaan, disimbolkan dengan Hi adalah

panjang time window depot, yaitu:

Hi = l0-e0 (6)

e. Rute

Sebuah rute menggambarkan urutan kunjungan ke pelanggan-pelanggan,

berawal dan berakhir di depot. Rute, disimbolkan oleh R, dapat dituliskan sebagai:

R = {0,...,i...,0} (7)

Total angkutan pada masing-masing rute tidak boleh melebihi kapasitas

alat angkut,

(59)

f. Tour

Sebuah tour terdiri atas satu set rute,

T = {R1,...,RNT} (9)

di mana NT menunjukkan jumlah rute dalam suatu tour. Waktu penyelesaian

suatu tour (CT) tidak boleh melebihi horison perencanaan.

CTi < H (10)

g. Jumlah alat angkut

Dalam MTVRP, masing-masing tour dilakukan oleh sebuah alat angkut.

Maka permasalahan penentuan jumlah alat angkut sama ekivalen dengan

permasalahan penentuan jumlah tour.

Solusi bagi permasalahan MTVRP adalah rencana rute:

σ = { t1, t2,... tNT}

Yang memenuhi pembatas kapasitas dan waktu pelayanan (time window)

dan mencapai tujuan: minimisasi jumlah alat angkut, total waktu tour, serta

utilitas alat angkut.

Pengembangan agoritma heuristik dengan prinsip divide and conquer telah

dikembangkan oleh titah Yudistira, Suprayogi dan Abdul Hakim Halim (2003)

yang terdiri atas langkah iterative yakni:

1. Mencari rute terbaik yang belum tentu feasible (mengikuti jalur yang ada)

2. Jika solusi satu tidak feasible, membagi permasalahan awal dengan 2 sub

masalah

Demikian kedua langkah ini terus berulang sampai didapatkan solusi yang

(60)

1. Dari grafh permasalahan yang diberikan, cari rute terpendek menurut

traveling salesman problem (alat angkut mengelilingi semua site dan kembali

lagi ke depot dalam sekali jalan).

2. Hitung horizon perencanaan, yaitu jadwal pengiriman (shipping) yang sama

berulang pada suatu site. Dalam hal ini horizon perencanaan sama dengan

waktu pengiriman mengikuti rute pada langkah 1 diatas.

3. Hitung waktu teoritis (estimasi) yang diperlukan untuk memenuhi permintaan

di semua pelanggan selama horizon perencanaan. Perhatikan bahwa jumlah

pengiriman minimal pada masing-masing site harus sama dengan jumlah

demand selama horizon perencanaan.

4. Jika feasible waktu teoritis (horizon perencanaan) terapkan algoritma

penugasan (yang sudah mempersiapkan waktu pelayanan). Jika tidak, pecah

graph yang bersangkutan menjadi sub graph dan kembali ke langkah 1.

5. Hasil penerapan algoritma penugasan bisa saja menjadi tidak feasible. Kalau

ini terjadi pecah graph dan kembali ke langkah 1.

Adapun ukuran performansi yang ingin dicapai dari algoritma ini adalah :

1. Utilisasi alat angkut yang dapat dihitung dengan rumus-rumus :

Utilisasi per rute = muatan yang dimuat/total kapasitas alat angkut

Utilitas rata-rata tiap tour = Σ utilitas per rute/ jumlah rute dalam satu tour

Ur =

Utilitas rata-rata tiap tour = ∑ utilitas per rute/ jumlah rute dalam satu tour

(61)

Utilitas rat-rata keseluruhan armada = ∑ utilitas per alat angkut/jumlah alat

angkut

U =

2. Jarak tempuh total : bisa dihitung dari total jarak tempuh pada rute terbaik pada

algoritma diatas.8

1. Hitung jarak total dari depot (sumber) ke depot (sumber) kembali sesuai

dengan rute terbaik yang dipecahkan dengan metode pemecahan masalah

Traveling Salesman Problem (TSP). Dalam hal ini beberapa algoritma

heuristik dapat diterapkan.

Adapun rincian algorima heuristik yang digunakan adalah sebagai berikut:

Langkah 0 :

2. Tetapkan horizon perencanaan, yaitu jarak (selisih) waktu jadwal pngiriman

yang sama berulang. Misalkan jika horison perencanaan adalah 10 hari, kalau

pada tanggal 1 dilakukan pengiriman sejumlah q1, maka pada tanggal 11

kembali dilakukan kembali pengiriman kembali ke site 1 sejumlah q1. Pada

dasarnya, semakin kecil horizon perencanaan semakin baik. Tetapi semakin

kecil horizon perencanan artinya dibutuhkan waktu yang lebih cepat dalam

pendistribusian barang teradap permintaan barang yang ada. Pada dasarnya

horison perencanaan dapat dibuat dengan trial and error. Tetapi untuk

mengurangi usaha trial and error tersebut dapat dipakai patokan berikut:

a. Untuk graph awal : horison perencanaan sama dengan daya tahan terkecil

(62)

b. Untuk sub-graph

1. Horison perencanaan tidak mungkin lebih besar dari daya tahan terkecil

pada sub-graph yang bersangkutan

2. Hitung demand total pada sub-graph yang bersangkutan selama horison

perencanaan.

Gambar

Gambar 2.1. Logo PT. Pos Indonesia
Gambar 2.2. Struktur Organisasi PT. Pos Indonesia Medan
Tabel 2.1. Formasi Susunan Pegawai Divre-1 Kantor Pos Medan
Tabel 2.4. Jumlah Kprk dan Kpc Lk PT. Pos Indonesia Medan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penentuan rute berdasarkan daerah pengiriman menghasilkan jarak yang hampir sama dengan penentuan rute dengan metode nearest neighbor dan saving matriks namun menghasilkan

Penentuan rute berdasarkan daerah pengiriman menghasilkan jarak yang hampir sama dengan penentuan rute dengan metode nearest neighbor dan saving matriks namun menghasilkan

Hasil akhir dalam penelitian ini adalah perusahaan dapat mengetahui waktu loading kendaraan alat angkut, berapa jarak yang akan di tempuh kendaraan alat angkut, waktu

apotik selanjutnya.Setiap rute distribusi berawal dan berakhir di pabrik dengantidak mempunyai rute yang tetap yang mempertimbangkan apakah rute yang ditempuh sudah memiliki

apotik selanjutnya.Setiap rute distribusi berawal dan berakhir di pabrik dengantidak mempunyai rute yang tetap yang mempertimbangkan apakah rute yang ditempuh sudah memiliki

Algoritma Tabu Search dapat digunakan untuk mencari solusi optimal VRP yaitu rute yang memiliki total jarak tempuh minimum dengan mempertimbangkan kapasitas kendaraan..

Tujuan dari algoritma greedy pada permasalahan ini adalah untuk menentukan rute yang terbaik dari suatu titik ke titik lain dengan mempertimbangkan jarak tempuh dan

Penelitian ini menggunakan pendekatan dengan metode Saving Matrix untuk menentukan rute gabungan distribusi barang dengan mempertimbangkan kapasitas angkut barang dan jam kerja