• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Rute Distribusi Produk Menggunakan Vehicle Routing Problem (VRP) di PT. Varia Sekata Pharmaceutical (Varse)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Rute Distribusi Produk Menggunakan Vehicle Routing Problem (VRP) di PT. Varia Sekata Pharmaceutical (Varse)"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Anbuudayansankar, S.P, 2014, Models for Practical Routing Problems in Logistics, Springer : New York

Ballou H. Ronald, 2000 Business Logistics Management, Prentice-Hall : International, United State.

Bowersox J., Donald, 1996. Manajemen Logistik, PT Bumi Aksara : Jakarta Gitosarmo, Indriyo dan Agus Mulyono, 2004, Manajemen Bisnis Logistik, BPFE:

Yogyakarta.

Mahardika, Amri dkk 2012 `Penyelesaian Vehicle Routing Problem dengan Menggunakan Metode Nearest Neighbour Studi Kasus MTP Nganjuk Distributor Coca Cola` UB

Pujawan, I Nyoman. 2005. Supply Chain Management. Edisi Pertama. Surabaya: Guna Widya.

Salim Abbas, 2005. Manajemen Transportasi. Edisi I, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sinulingga, Sukaria.2009. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Graha Ilmu: Yogyakarta.

Sutalaksana, Iftikar Z. 1979.Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: ITB.

Toth,P. & Vigo, D.2002. The Vehicle Routing Problem, Philadeelphia: Society for Industrial and Applied Mathematics.

(2)
(3)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Manajemen Logistik

Logistik merupakan seni dan ilmu mengatur dan mengontrol arus barang, energi, informasi, dan sumber daya lainnya, seperti produk, jasa, dan manusia, dari sumber produksi ke pasar dengan tujuan mengoptimalkan penggunaan modal. Manufaktur dan marketing akan sulit dilakukan tanpa dukungan logistik. Logistik juga mencakup integrasi informasi, transportasi, inventori,dan pergudangan.

1

1

Gitosudarmo, Indriyo, Manajemen Bisnis Logistik (1998)

(4)

3.2. Konsep Logistik Terpadu

Dekade sekarang ini manajemen logistik dalam perkembangannya menuju pada manajemen logistik terpadu. Kalau kita lihat sebelum tahun 1950 organisasi perusahaan hanya menangani manajemen logistik secara terpisah. Pada tahun 1970-1978 merupakan periode perubahan prioritas. Dalam periode prioritas ini pihak manajemen mulai merumuskan rencanaterhadap penyimpanan atau pergudangan, pengangkutan, pengolahan, dan bukan hanya merencanakan operasi untuk bereaksi terhadap permintaan pasar. Konsep logistik terpadu terdiri dari 2 usaha yang berkaitan yaitu(Bowersox,1978,p.24) :

1. Operasi Logistik

Aspek operasional logistik ini adalah mengenai manajemen pemindahan dan penyimpanan material dan produk jadi perusahaan. Jadi operasi logistik itu dapat dipandang berawal dari pengangkutan pertama material atau komponen-komponen dari sumber perolehannya dan berakhir pada penyerahan produk yang dibuat atau diolah pada langganan atau konsumen. Operasi logistik dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu :

a. Manajemen Distribusi Fisik

(5)

nasabah menjadi bagian yang internal dari pemasaran. Jadi distribusi fisik menghubungkan suatu perusahaan dengan nasabahnya.

b. Manajemen Material

Manajemen material adalah menyangkut perolehan dan pengangkutan material, suku cadang, dan persediaan barang jadi dari tempat pembelian ke tempat pembuatan atau perakitan, gudang, atau toko pengecer. Seperti halnya distribusi fisik, manajemen material berkenaan dengan penyediaan jenis material yang dikehendaki ditempat dan pada waktu yang dibutuhkan. Sedangkan distribusi fisik adalah mengenai pengiriman keluar yaitu nasabah, maka manajemen material adalah mengenai pergerakan ke dalam yaitu pembuatan, penyortiran atau perakitan.

c. Internal Inventory Transfer

(6)

2. Koordinasi Logistik

Koordinasi logistik adalah mengenai identifikasi kebutuhan pergerakan dan penetapan rencana untuk memadukan seluruh kegiatan operasi logistik. Koordinasi logistik adalah menyangkut perencanaan dan pengawasan terhadap masalah-masalah operasional. Fungsi koordinasi logistik adalah untuk memastikan bahwa seluruh pergerakan dan penyimpanan diselesaikan seefektif dan seefisien mungkin.

Prestasi logistik diukur dengan tiga variabel, yaitu :

a. Penyediaan (availability) adalah menyangkut kemampuan perusahaan untuk secara konsisten memenuhi kebutuhan material/bahan produksi. Jadi hal ini menyangkut level persediaan atau variabel persediaan, semakin rendah frekuensi pengeluaran untuk stok yang direncanakan, berarti semakin tinggi investasi yang harus disiapkan.

b. Kemampuan (capability) adalah menyangkut jarak waktu antara penerimaan suatu pesanan dengan pengantaran barang yang dipesan. Kemampuan ini terdiri dari kecepatan pengantaran dan konsistensinya dalam jangka waktu tertentu.

c. Mutu (quality) adalah menyangkut seberapa jauh sebaiknya tugas logistik secara keseluruhan dilaksanakan, besarnya kerusakan, item-item yang betul, pemecahan

(7)

3.3. Sistem Transportasi2

Faktor kecepatan merupakan waktu yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu tugas pengangkutan di antara tempat asal barang ke tempat tujuan yang dikehendaki. Faktor kecepatan harus selalu dikaitkan dengan kondisi barang yang dipindahkan agar jangan sampai terjadi kerusakan walau mungkin dari segi waktu lebih cepat dari penggunaan transportasi lainnya. Bisa dikatakan waktu yang paling cepat dalam kegiatan transportasi suatu barang belum menjamin tercapainya kegiatan logistik yang baik.

Peran proses transportasi sendiri di dalam pengaturan rantai pasok dirasakan cukup besar. Hal itu disebabkan karena pengaturan rantai pasoktidak dapat berjalan dengan baik apabila tidak ada proses transportasi yangbaik. Sistem transportasi dapat diartikan sebagai gabungan dari beberapa komponen atau obyek yang saling berkaitan dalam hal pengangkutan barang/manusia oleh berbagai jenis kendaraan sesuai dengan kemajuan teknologi.

Sistem logistik memandang kegiatan transportasi dengan empat faktor yang memegang peranan penting, yaitu :

a. Biaya

Biaya transportasi merupakan pembanyaran sesungguhnya yang harus dikeluarkan guna mengganti balas jasa pengangkutan barang yang telah dikeluarkan, jadi bukan berarti metode transportasi yang termurah itu merupakan metode yang pasti dikehendaki

b. Kecepatan

2

(8)

c. Pelayanan

Faktor pelayanan merupakan suatu kegiatan servis yang diberikan terhadap barang perusahaan selama dalam kegiatan pemindahan barang. Pelayanan atau servis datangnya dari berbagai pihak, baik pengangkutan barang itu dikelola oleh perusahaan sendiri atau dengan cara menyewa dari perusahaan pengangkutan yang resmi. Pelayanan barang datangnya dari para karyawan yang membawa, mengendalikan alat transportasi para petugas yang berhubungan dengan alat transportasi. Pelayanan yang terbaik yang kita harapkan dengan tidak menambah biaya transportasi dari biaya yang normal.

d. Konsistensi

Sistem yang digunakan untuk mengangkut barang-barang dengan menggunakan alat angkut tertentu dinamakan moda transportasi (mode of transportasion). Ada lima cara utama transportasi yang biasa disebut dengan moda transportasi. Lima cara utama tersebut adalah kereta api, jalan raya, jalan air, saluran pipa dan penerbangan.Masing-masing alat transportasi ini mempunyai kebaikan dan kelemahan terhadap kegiatan logistik di perusahaan.

3.4. Optimalisasi Kombinatorial3

Masalah optimasi sangat penting dalam dunia industri maupun dunia akademis. Contoh dari masalah-masalah optimasi adalah penjadwalan rute kereta yang bertujuan untuk menentukan jadwal kedatangan kereta yang efisien dengan jumlah kereta yang telah ditetapkan, penjadwalan waktu, optimasi bentuk, dan desain jaringan telekomunikasi. Aplikasi optimasi dalam dunia industri sebagai contoh

3

(9)
(10)

3.5. Vehicle Routing Problem4

Secara sederhana, VRP merupakan permasalahan yang meliputi konstruksi rute-rute dari sejumlah kendaraan yang dimulai dari suatu depot utama menuju ke lokasi sejumlah konsumen dengan jumlah permintaan tertentu. Tujuannya adalah untuk meminimumkan biaya total tanpa melebihi kapasitas kendaraan.VRP merupakan manajemen distribusi barang yang memperhatikan pelayanan, periode waktu tertentu, sekelompok konsumen dengan sejumlah kendaraan yang berlokasi pada satu atau lebih depot yang dijalankan oleh sekelompok pengendara dengan menggunakan road network yang sesuai. VRP dapat didefinisikan sebagai suatu pencarian solusi yang meliputi penentuan sejumlah rute, dimana masing-masing rute dilalui oleh satu kendaraan yang berawal dan berakhir di depot asalnya,sehingga kebutuhan/permintaan semua pelanggan terpenuhi dengan tetap

Vehicle Routing Problem (VRP), atau dapat juga disebut dengan Vehicle Scheduling Problem, berhubungan dengan distribusi produk atau barang jadi antara depot dengan konsumen. VRP pertama kali diperkenalkan oleh Dantzig dan Ramser pada tahun 1959.VRP ini memegang peranan penting pada manajemen distribusi dan telah menjadi salah satu permasalahan dalam optimasi kombinasi yang dipelajari secara luas. Model dan algoritmanya dapat digunakan secara efektif tidak hanya untuk pengiriman dan pengambilan barang, tetapi juga dapat diaplikasikan untuk masalah sistem transportasi sehari-hari, misalnya untuk perencanaan rute bis sekolah, pengumpulan sampah, pembersihan jalan, rute untuk penjual keliling, dan lainnya.

4

(11)

memenuhi kendala operasional yang ada, juga dengan meminimalisasi biaya transportasi global.

Karakteristik konsumen dalam VRP:

1. Menempatkan road graph dimana konsumen berada.

2. Adanya demand dalam berbagai tipe dan harus diantarkan ke tempat konsumen.

3. Terdapat periode waktu (time window) dimana konsumen dapat dilayani. 4. Waktu yang dibutuhkan untuk mengantarkan barang ke lokasi konsumen

(loading time), hal tersebut dapat berhubungan dengan jenis kendaraan. 5. Sekelompok kendaraan tersedia digunakan untuk melayani konsumen.

Dalam membuat konstruksi rute, terdapat beberapa kendala yang harus dipenuhi, seperti jenis barang yang diangkut, kualitas dari pelayanan, juga karakteristik konsumen dan kendaraan. Beberapa kendala operasional yang sering ditemui misalnya sebagai berikut:

1.Pada tiap rute, besar muatan yang diangkut oleh kendaraan tidak boleh melebihi kapasitas kendaran tersebut.

2.Konsumen yang dilayani dalam sebuah rute dapat hanya merupakan pengiriman atau pengambilan, atau mungkin keduanya.

3.Konsumen mungkin hanya dapat dilayani dalam rentang waktu tertentu (time windows) dan jam kerja dari pengemudi kendaraan yang melayaninya.

(12)

VRP with backhauls dimana pengambilan baru dapat dilakukan setelah semua pengiriman selesai dikarenakan kesulitan dalam mengatur peletakan muatan. Terdapat empat tujuan umum VRP (Toth and Vigo, 2002) , yaitu :

1. Meminimalkan biaya transportasi global, terkait dengan jarak dan biaya tetap yang berhubungan dengan kendaraan

2. Meminimalkan jumlah kendaraan (pengemudi) yang dibutuhkan untuk melayani semua konsumen

3. Menyeimbangkan rute, untuk waktu perjalanan dan muatan kendaraan 4. Meminimalkan penalti akibat service yang kurang memuaskan dari

konsumen

3.5.1. Klasifikasi Routing Problem5

a) Depot Tungal

3.5.1.1. Berdasarkan Sumber

Permasalahan depot tunggal adalah yang umum pada TSP atau VRP yang dimana harus mencari rute kendaraan dalam pengiriman barang berdasarkan pusat depot untuk melayani semua konsumen dengan total jarak minimum.

b) Multidepot

Pada permasalahan multidepot, armada kendaraan dapat berasal dari banyak

depot. Tetapi kendaraan harus berawal dan berakhir pada satu depot, contohnya

seperti pada sistem pengiriman pesanan pizza kepada pelanggan.

5

(13)

3.5.1.2. Kendala Kendaraan

a) Kapasitas Kendaraan Sejenis

Permasalahan rute dengan karakteristik kapasitas kendaraan yang sama. b) Kapasitas Kendaraan yang bervariasi.

Permasalahan rute dengan karakteristik kapasitas kendaraan yang bervariasi.

3.5.1.3. Tipe Distribusi

Casco (1988) menyatakan permasalahan pada sistem pengiriman. Sebagian besar masalah didominasi dengan keterbatasan dalam kemampuan kapasitas aktivitas pengangkutan. Masalah pengangkutan dan pengiriman memiliki karakteristik dengan aktivitas yang simultan yaitu pengiriman dan penjemputan dilakukan pada satu titik. Bagaimana cara mengatur berbagai kombinasi dalam penugasan dalam pengiriman ke konsumen.

a) Murni Pengiriman b) Murni Penjemputan

c) Kombinasi Pengiriman dan Penjemputan

(14)

VRP bersifat deterministik jika muatan dan waktu bersifat tetap (konstan), dengan kata lain jumlah permintaan dan waktu sudah terjadwal sebelumnya. VRP stokastik jika memenuhi tiga kendala berikut yaitu muatan yang tetap dan waktu bervariasi, muatan yang bervariasi dan waktu yang tetap serta waktu dan muatan yang bervariasi.

Banyak komponen yang menentukan dalam VRP lainnya seperti penjadwalan kendaraan, titik pengiriman atau pembagian rute berdasarkan wilayah pengiriman.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat kendala dalam konfigurasi rute pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Kendala dalam Konfigurasi Rute

3.5. 2. Vehicle Routing and Scheduling

Vehicle routing and scheduling merupakan perluasan dari vehicle routingproblem. Beberapa batasan yang realistis yang termasuk di dalamnya adalahsebagai berikut :

1. Dalam setiap titik pemberhentian, ada sejumlah volume yang diambil dan dikirim.

(15)

3. Pelaksanaan pengambilan maupun pengiriman hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu (time windows).

Beberapa batasan di atas menambah kompleksitas permasalahan sehingga sulit

untuk menemukan solusi yang optimal. Untuk menemukan solusi yang paling optimal

dapat diperoleh dengan cara menerapkan beberapa panduan untuk menghasilkan

routing yang baik atau beberapa prosedur logical heuristic dengan pertimbangan kendaraan memulai perjalanan dari depot menuju ke beberapa titik pemberhentian

untuk melakukan pengiriman dan kembali ke depot pada hari yang sama.Pengembangan

rute kendaraan yang bagus dapat dilakukan denganmengaplikasikan delapan prinsip

dasar berikut6

1.Mengisi truk sebanyak volume pemberhentian yang akan didatangi dimanatitik-titik

pemberhentian tersebut letaknya berdekatan satu sama lain. Setelahitu titik-titik

pemberhentian yang berdekatan perlu dibuat kelompok rute untuk :

meminimumkan jarak antar pemberhentian, sehingga total waktu dalam saturute menjadi minimum dengan demikian total waktu perjalanan dalam rute

tersebut juga diminimumkan.

2. Dalam pembuatan rute dimulai dari titik pemberhentian terjauh dari depot

agarmendapatkan rute yg efisien. Rute yang efisien dapat dikembangkan dengan

dimulai dari titik pemberhentian paling jauh dari depot ke titik yg paling dekat.

3.Saat titik pemberhentian terjauh dari depot teridentifikasi, kapasitas yang tersisa dari

kendaraan yang ditugaskan sebaiknya diisi dengan memilih sekelompok yang

berdekatan dengan titik pemberhentian tersebut. Setelah kendaraan ditugaskan

untuk volume titik-titik pemberhentian tersebut, mulailah membuat rute dengan

6

(16)

kendaraan lain dan identifikasi titik-titik pemberhentian terjauh dari sisa titik-titik

pemberhentian yg belum ditugaskan pada kendaraan. Terus lakukan prosedur ini

sampai seluruh titik pemberhentian telah ditugaskan pada kendaraan.

4.Urutan pemberhentian pada sebuah rute sebaiknya membentuk pola air mata(tear drop pattern). Hal ini ditujukan agar tidak ada jalur yang bersilangan.

5.Rute yang paling efisien dibangun dengan menggunakan kendaraan dengankapasitas

terbesar. Idealnya, penggunaan truk berkapasitas besar untukmelayani banyak titik

pemberhentian dalam satu rute akan meminimalkan jaraktempuh kendaraan.

Sehingga, truk dengan kapastitas terbesar harusdialokasikan terlebih dahulu.

6. Pengambilan barang (pick up) sebaiknya digabungkan dengan rute pengirimanbarang (delivery), daripada pengambilan barang baru dilakukan setelah semuapengiriman dilakukan. Hal ini guna meminimalkan jalur yg bersilangan yangdapat terjadi bila

pengambilan dilakukan setelah seluruh pengiriman dilakukan.

7.Titik pemberhantian yang terpisah dari pengelompokan rute adalah kandidatterbaik

untuk penggunaan alat transportasi lain. Titik pemberhentian yangterpisah dari

pengelompokan, terutama titik pemberhentian dengan volumeyang kecil, dilayani

dengan waktu dan biaya yang relatif besar. Menggunakankendaraan berkapasitas

kecil untuk melayani titik pemberhentian tersebut dapatlebih ekonomis.

8.Batasan time windows titik pemberhentian yang berdekatan harus dihindari.Batasan

time windows yang sangat dekat di antara pemberhentian dapatmemaksa pembentukan urutan pemberhentian jauh dari pola ideal. Oleh karenatime windows

tidak bersifat mutlak maka sebaiknya dilakukan negosiasiterhadap titik

(17)

3.6. Vehicle Routing Problem Time Window

Vehicle routing problem with time windows (VRPTW) merupakan perluasan dari VRP yang paling sering ditemukan dalam pengambilan keputusan mengenai distribusi barang. Setiap kendaraan yang bertugas pada VRP jenis ini hanya dapat keluar dari depot pada jam kerja depot dan melayani konsumen pada jangka waktu tertentu yang ditentukan oleh pihak konsumen. Tiap kendaraan juga harus kembali lagi ke depot sebelum jam kerja depot berakhir. Tujuan dari VRPTW adalah menentukan sejumlah rute untuk melayani seluruh konsumen dengan biaya terkecil (dalam hal ini yang dimaksud dengan biaya adalah jarak tempuh) tanpa melanggar batasan kapasitas dan waktu tempuh kendaraan serta batasan waktu yang diberikan oleh pihak pelanggan. Jumlah rute yang ditentukan tidak boleh melebihi jumlah kendaraan yang ada.

3.7. Heuristik7

7

Anbuudayasankar.S.P, Models for Practical Routing Problem in Logistics (2014)

Heuristik adalah sebuah teknik yang mengembangkan efisiensi dalam proses pencarian, namun dengan kemungkinan mengorbankan kelengkapan(completeness). Fungsi heuristic digunakan untuk mengevaluasi keadaan-keadaan problema individual dan menentukan seberapa jauh hal tersebut dapat digunakan untuk mendapat solusi yang diinginkan.

(18)

1. Heuristik Konstruktif a) Nearest Neigbour

Diawali dengan penentuan titik di sumber(depot), cari titik terdekat dari titik sebelumnnya sampai semua titik saling terhubung. Membutuhkan waktu komputasi yang sangat tinggi

b) Saving ProcedureMetode ini akan membentuk suatu solusi, dengan menghitung penghematan dari pembentukan rute yang baru, yang akan menghasilakan rute yang akan lebih optimal.

2. Heuristik 2 Fase

a) Cluster-first, route-second procedure b) Route-first, cluster-second procedure 3. Local Search Improvement

a) Insertion Procedure b) Improvement Procedure

3.8. Algoritma nearest neighbor

(19)

data pembelajaran yang jaraknya paling dekat dengan objek tersebut (Widiarsana, 2011). Menurut Kusrini dan Emha (2009) algoritma nearest neighbor adalah pendekatan untuk mencari kasus dengan menghitung kedekatan antara kasus baru dengan kasus lama.Tujuan dari algoritma ini untuk mengklasifikasikan objek baru berdasarkan atribut dan training sample.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan algoritma nearest neigbour, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Tentukan kota pertama sebagai kota awal keberangkatan (simpul awal)

2. Ambil kota lain sebagai tujuan perjalanan dengan syarat biaya/jarak dari kota asal yang paling minimal.

3. Ambil kota lain sebagai tujuan perjalanan selanjutnya dengan syarat biaya/jarak paling minimal dari kota kedua dengan syarat belum pernah dikunjungi.

4. Ulangi langkah kedua dan ketiga sampai semua kota (simpul) sudah dilalui. Hitung semua rute yang telah didapatkan.

3.9. Metode Saving Matriks8

Tujuan dari metode saving matriks adalah untuk meminimisasi total jarak perjalanan semua kendaraan dan untuk meminimisasi secara langsung jumlah kendaraan yang diperlukan untuk melayani semua tempat pemberhentian. Logika dari metode ini bermula dari kendaraan yang melayani setiap pemberhentian dan kembali ke depot sepeti terlihat pada Gambar 3.3.(a). Hal ini memberikan jarak

8

(20)

maksimum dalam masalah penentuan rute. Kemudian dua tempat pemberhentian digabung dalam dua rute yang sama sehingga satu kendaraan tersebut dieliminasi dan jarak tempuh dapat dikurangi yang dapat dilihat pada Gambar 3.3.(b).Pendekatan savings mengizinkan bayak pertimbangan yang sangat penting dalam aplikasi yang realistis. Sebelum tempat pemberhentian dimasukkan dalam sebuah rute, rute tempat pemberhentian selanjutnya harus dilihat. Sejumlah pertanyaan tentang perancangan rute dapat ditanyakan, seperti apakah waktu rute melebihi waktu distribusi maksimum pengemudi yang diizinkan, apakah waktu untuk istirahat pengemudi telah dipenuhi, apakah kendaraan cukup besar untuk melakukan volume rute yang tersedia. Pelanggaran terhadap kondisi-kondisi tersebut dapat menolak tempat pemberhentian dari rute keseluruhan. Tempat perhentian selanjutnya dapat dipilih menurut nilai savings terbesar dan proses pertimbangan diulangi. Pendekatan ini tidak menjamin solusi yang optimal, tetapi dengan mempertimbangkan masalah kompleks yang ada, solusi yang baik dapat dicari.

(21)

Metode saving matriks pada hakikatnya adalah metode untuk minimumkan jarak atau waktu dan ongkos dengan mempertimbangkan kendala-kendala yang ada. Berikut ini langkah-langkah pembentukan sub-rute distribusi dengan menggunakan metode saving matriks, yaitu9

1. Identifikasi Matriks Jarak

:

Pada langkah ini, diperlukan jarak antara gudang dan ke masing-masing toko dan jarak antar toko. Untuk menyederhanakan permasalahan, lintasan terpendek digunakan sebagai jarak antar lokasi. Jadi, dengan mengetahui koordinat masing-masing lokasi maka jarak antar dua lokasi bisa dihitung dengan menggunakan rumus jarak standar. Apabila jarak riil antar lokasi diketahui, maka jarak tersebut lebih baik digunakan dibanding dengan jarak teoritis dengan menggunakan rumus. Jarak dari gudang ke masing-masing toko dan jarak antar toko akan digunakan untuk menentukan matriks penghematan (saving matriks) yang akan dikerjakan pada langkah berikutnya.

2. Mengidentifikasi matriks penghematan ( saving matriks)

Pada langkah ini, diasumsikan bahwa setiap toko akan dikunjungi oleh satu armada secara eksklusif. Saving matriks merepresentasikan penghematan yang bisa direalisasikan dengan menggabungkan dua pelanggan ke dalam satu rute. Untuk perhitungan penghematan jarak dapat mengunakan persamaan:

S(x,y) = J (G, x) + J(G,y) – J(x,y)

9

(22)

Dimana:

S(x,y) = Penghematan Jarak J (G,x) = Jarak gudang ke toko x J (G,y) = Jarak gudang ke toko y

3. Mengalokasikan Distributor ke rute

Dengan menggunakan tabel penghematan jarak, dapat dilakukan pengalokasian toko ke kendaraan atau rute. Pada tahap awal, tiap toko alokasikanke rute yang berbeda, namun toko-toko tersebut bisa digabungkan sampai pada batas kapasitas truk yang ada. Penggabungan akan dimulai dari nilai penghematan terbesar karena diupayakan memaksimumkan penghematan

3.9. Pengembangan Algoritma Heuristik

Beberapa penelitian telah mencoba mencari solusi bagi permasalahan MTVRP (Multi Trip Vehicle Routing Problem). Pada umumnya algoritma-algoritma ini menggunakan prosedur heuristik, mengingat kompleksitas permasalahan pada MTVRP. Taillard et.al. (1996) mengembangkan algoritma multi trip yang terdiri atas tiga bagian :

1. Pembangkitan sejumlah besar rute yang telah memenuhi pembatas VRP (Vehicle Routing Problem).

2. Memilih subset dari sejumlah besar rute ini dengan menggunakan algoritma enumeratif.

(23)

prosedur konstruktif dan improvement. Metode ini terdiri atas 3 fasa yaitu: 1. Fasa inisial yang membangkitkan solusi yang feasible untuk permasalahan

routing tetapi tidak harus feasible untuk permasalahan penjadwalan. 2. Fasa ini mencari solusi feasible dengan waktu perjalanan minimum. 3. Fase ini mencari solusi dengan biaya paling murah.

Berikut ini akan disajikan beberapa defenisi yang terkait dengan MTVRP.

a. Pelanggan dan depot

Sebuah permasalahan MTVRP terdiri atas n pelanggan (dituliskan sebagai 1,2,...,n) dan sebuah depot tunggal (dituliskan sebagai 0). Himpunan (0,1,...,n) yang mewakili semua konsumen dan depot disebut site. Jarak antara site i dan j dituliskan sebagai dy. Tiap konsumen i memiliki permintaan (demand) qi≥ 0 dan waktu pelayanan si ≥ 0. Waktu pelayanan juga didefenisikan pada depot, s0 ≥ 0, yang menggambarkan waktu muat di depot.

b. Alat angkut

Permasalahan ini didefenisikan pada sejumlah tak hingga alat angkut. Masing-masing alat angkut memiliki kapasitas Q dan kecepatan V yang seragam. Bersama dengan jarak antar site, dij , kecepatan V menentukan waktu tempuh antar site tij .

c. Time window

(24)

disimbolkan oleh αi didefenisikan sebagai :

��= max( ��,��−1+��−1,�) (1) dimana δi-1 merupakan waktu keberangkatan dari site sebelumnya dan tii-1,i adalah waktu perjalanan menuju site i dari site sebelumnya.Waktu keberangkatan untuk alat angkut pada site i, disimbolkan oleh

�� =��+� (2) Waktu tunggu alat angkut di site i, disimbolkan oleh wi,diberikan oleh

Wi = {0} jika ��≤ (��−1 + ��−1,�)

{ ��≤ (��−1 + ��−1,�) jika ��≥ (�1 + ��−1,�) (3)

Sebuah rute dikatakan memenuhi pembatas waktu untuk site I jika δi< li (4) Dalam konteks ini, li merupakan waktu maksimum suatu site/gudang belum dikunjungi. Jika waktu kunjungan melebihi li, maka gudang i akan kekurangan barang.

li = (5)

dimana Ci menunjukkan kapasitas gudang pada site i, dan di menunjukkan laju permintaan barang di gudang site i. Secara khusus li dapat disebut sebagai daya tahan gudang site i.

d. Planning horizon

(25)

Hi = l0-e0 (6) e. Rute

Sebuah rute menggambarkan urutan kunjungan ke pelanggan-pelanggan, berawal dan berakhir di depot. Rute disimbolkan oleh R, dapat dituliskan sebagai:

R = {0,...,i...,0} (7) (7)

Total angkutan pada tiap rute tidak boleh melebihi kapasitas alat angkut,

∑i€Rqi≤Q (8)

f. Tour

Sebuah tour terdiri atas set rute,

T = {R1,….RNT} (9)

di mana NT menunjukkan jumlah rute dalam suatu tour. Waktu penyelesaian suatu tour (CT) tidak boleh melebihi horison perencanaan.

CTi < H (10) g. Jumlah alat angkut

Dalam MTVRP, masing-masing tour dilakukan oleh sebuah alat angkut. Maka permasalahan penentuan jumlah alat angkut sama ekivalen dengan permasalahan penentuan jumlah tour. Solusi bagi permasalahan MTVRP adalah rencana rute: σ = { t1, t2,... tNT} yang memenuhi pembatas kapasitas dan waktu

pelayanan (time window) dan mencapai tujuan: minimisasi jumlah alat angkut, total waktu tour, serta utilitas alat angkut.

(26)

1. Mencari rute terbaik yang belum tentu feasible (mengikuti jalur yang ada) 2. Jika solusi satu tidak feasible, membagi permasalahan awal dengan 2 sub

masalah

Demikian kedua langkah ini terus berulang sampai didapatkan solusi yang feasible. Algoritma ini dapat dibagi kedalam lima langkah yang lebih rinci yaitu: 1. Dari graph permasalahan yang diberikan, cari rute terpendek menurut

traveling salesman problem (alat angkut mengelilingi semua site dan kembalilagi ke depot dalam sekali jalan).

2. Hitung horizon perencanaan, yaitu jadwal pengiriman (shipping) yang sama berulang pada suatu site. Dalam hal ini horizon perencanaan sama dengan waktu pengiriman mengikuti rute pada langkah 1 diatas.

3. Hitung waktu teoritis (estimasi) yang diperlukan untuk memenuhi permintaan di semua pelanggan selama horizon perencanaan. Perhatikan bahwa jumlah pengiriman minimal pada masing-masing site harus sama dengan jumlah demand selama horizon perencanaan.

4. Jika feasible waktu teoritis (horizon perencanaan) terapkan algoritma penugasan (yang sudah mempersiapkan waktu pelayanan). Jika tidak, pecah graph yang bersangkutan menjadi sub graph dan kembali ke langkah 1. 5. Hasil penerapan algoritma penugasan bisa saja menjadi tidak feasible. Kalau

ini terjadi pecah graph dan kembali ke langkah 1.

Adapun ukuran performansi yang ingin dicapai dari algoritma ini adalah : 1. Utilisasi alat angkut yang dapat dihitung dengan rumus-rumus :

(27)

��= ∑ ����� �

Utilitas rata-rata tiap tour = ∑ utilitas per rute/ jumlah rute dalam satu tour ��= ∑ ���

��

Utilitas rat-rata keseluruhan armada = ∑ utilitas per alat angkut/jumlah alat angkut. � = ∑ ���

∑ �

2. Jarak tempuh total : bisa dihitung dari total jarak tempuh pada rute terbaik pada algoritma diatas.

Adapun rincian algorima heuristik yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Hitung jarak total dari depot (sumber) ke depot (sumber) kembali sesuai dengan rute terbaik yang dipecahkan dengan metode pemecahan masalah Traveling Salesman Problem (TSP). Dalam hal ini beberapa algoritma

heuristik dapat diterapkan.

2. Tetapkan horizon perencanaan, yaitu jarak (selisih) waktu jadwal pngiriman yang sama berulang. Misalkan jika horison perencanaan adalah 10 hari, kalau pada tanggal 1 dilakukan pengiriman sejumlah q1, maka pada tanggal 11 kembali dilakukan kembali pengiriman kembali ke site 1 sejumlah q1. Pada dasarnya, semakin kecil horizon perencanaan semakin baik. Tetapi semakin kecil horizon perencanan artinya dibutuhkan waktu yang lebih cepat dalam pendistribusian barang teradap permintaan barang yang ada. Pada dasarnya horison perencanaan dapat dibuat dengan trial error. Tetapi untuk mengurangi usaha trial error tersebut dapat dipakai patokan berikut:

(28)

b. Untuk sub-graph

1. Horison perencanaan tidak mungkin lebih besar dari daya tahan terkecil pada sub-graph yang bersangkutan.

2. Hitung demand total pada sub-graph yang bersangkutan selama horison perencanaan. Demand total merupakan penjumlahan dari demand pada tiap site selama horison perencanaan.

3. Bagi demand total dengan kapasitas alat angkut yang ada. Angka ini menunjukkan frekuensi kapal harus diisi ( jumlah rute dalam satu tour).

NT = �

4. Hitung waktu untuk menjalankan tour (semua site dikunjungi) penuh.

5. Jika waktu yang diturunkan lebih kecil dari horizon perencanaan hari siklus x 24 jam), maka tetapkan horizon perencanaan tersebut feasible. 6. Lakukan langkah 1 untuk beberapa ari siklus yang diperkirakan feasible. 7. Jika tidak ada yang feasible, berarti jumlah alat angkut kurang. Sub-graph

yang bersangkutan dipecah lagi menjadi sub-sub graph.Demand total yang lebih kecil dari kapasitas kapal lebih dari m, prioritas total demand yang lebih kecil. Lanjutkan ke langkah (c)

c. Jika sudah tidak ada jenis produk dengan demand yang lebih kecil dari kapasitas kapal dibagi m, pilih sembarang produk dan buat trip untuk mendistribusikan produk tersebut sejumlah kapasitas alat angkut (atau yang paling mendekati). Pendistribusian ini mulai dari site yang terjauh.

(29)

Jika feasibel, cek apakah waktu total untuk sub-graph ini tidak melampaui jam availibilitas alat angkut. Jika melampaui kembali ke langkah 3, tambah n menjadi n+1.

3.10. Pengukuran Waktu Kerja10

Pengukuran kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Pengukuran waktu kerja ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja untuk menyelesaikan satu siklus dari suatu kegiatan yang dilakukan menurut metode kerja tertentu, pada kecepatan normal

Pada umumnya teknik-teknik pengukuran waktu terdiri atas dua bagian, pertama teknik pengukuran secara langsung dan kedua secara tidak langsung. Teknik pengukuran secara langsung dilakukan langsung pada tempat dimana pekerjaan yang bersangkutan dilaksanakan. Sedangkan teknik pengukuran tidak langsung yaitu melakukan perhitungan waktu tanpa harus berada ditempat pekerjaan.Cara jam henti dan sampling pekerjaan adalah cara pengukuran kerja secara langsung. Pengukuran waktu dengan jam henti terutama sekali baik diaplikasikan untuk pekerjaan yang singkat dan berulang-ulang.Teknik sampling kerja adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktifitas kerja dari mesin, proses dan pekerja. Dari hasil

10

(30)
(31)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada PT. Varia Sekata Pharmaceutical (Varse)yang beralamat di Jalan. Letjen Jamin Ginting, KM 19,5 Pancur Batu, Medan – Brastagi . Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2016.

4.2 Jenis Penelitian11

Jenis penelitian ini adalah deskriptif researchdimana penelitian dilakukan untuk memaparkan pemecahan masalah terhadap suatu masalah yang ada sekarang secara

sistematis dan faktual berdasarkan data-data. Penelitian ini meliputi proses

pengumpulan, penyajian, dan pengolahan data, serta analisis dan interpretasi.

4.3 Objek Penelitian

Objek penelitian yang diamati adalah perencanaan dan kegiatan proses pendistribusian produk pada PT. Varia Sekata Pharmaceutical (Varse).

4.4 Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah:

11

(32)

Variabel Independen

a. Jarak antar setiap distributor, variabel ini menunjukkan jarak yang harus dilalui

mobil angkut dari kantor cabang ke distributor maupun dari satu distributor ke

distributor lain

b. Kapasitas alat angkut, variabel ini menunjukkan batas maksimum volume barang

dalam mobil angkut yang dinyatakan dalam satuan m3

c. Waktu yang tersedia,variabel ini menunjukkan waktu yang tersedia bagi

perusahaan untuk mengantarkan produk ke distributor

d. Jumlah produk yang dikirimkan,variabel ini menunjukkan jumlah yang harus

didistribusikan perusahaan ke tiap distributor

e. Waktu Perjalanan, variabel ini menunjukkan waktu yang dibutuhkan perusahaan

untuk menempuh satu rute perjalan.

f. Waktu Bongkar-muat, variabel ini menunjukkan waktu yang dibutuhkan

operator untuk memuat barang ke kendaraan pengangkut dan menurunkan

barang di toko distributor.

g. Waktu Pengiriman, yaitu total waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan

produk untuk sampai ke distributor.

h. Biaya Penggunaan BBM, variabel ini menunjukkan jumlah biaya penggunaan

yang dikeluarkan perusahaan dalam proses pendistribusian.

2. Variabel Dependen

a. Rute Distribusi Optimal, adalah variabel dependen yaitu rute distribusi yang memiliki jarak tempuh, waktu dan biaya distribusi yang minimum.

(33)

Penelitian dapat terlaksana secara terstruktur dan menjadi lebih mudah apabila tersedia kerangka konseptualpenelitian yang akan dilakukan. Kerangka konseptual merupakan konsep awal bagi penelitidalam melaksanakan penelitian. Kerangka konseptual penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Rute Distribusi Optimal Kapasitas Alat

Angkut

Waktu Pengiriman Waktu Bongkar

Muat

Waktu Perjalanan Jarak Jumlah Produk Waktu Tersedia

[image:33.595.122.504.224.439.2]

Biaya Penggunaan BBM

Gambar 4.1 Kerangka Konseptual Penelitian

4.6 Rancangan Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan terlebih dahulu melakukan penelitian pendahuluan pada perusahaan. Tujuan dilakukan penelitian pendahuluan adalah untuk mendapatkan permasalahan yang terdapat di perusahaan.

(34)

dan menganalisis data yang telah dikumpulkan. Kemudian hasil pengolahan data akan dijadikan acuan untuk dibandingkan dengan rute distribusi sebelumnya.

4.7. Instrumen Penelitian

Instrumen yang dipakai dalam pengumpulan data pada penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan dan penelitian langsung terhadap objek penelitian di lapangan. Data primer yang akan dikumpulkan adalah sebagai berikut :

a. Jarak antar pabrik dan apotik

Sumber data : Google Earth

Metode pengumpulan data : Observasi Alat pengumpulan data : Worksheet b. Kapasitas Alat pengangkut.

Sumber data : Gudang pengiriman Metode pengumpulan data : Observasi

Alat pengumpulan data : Meteran dan Worksheet c. Waktu bongkar muat barang

Sumber data : Gudang pengiriman dan Apotik Metode pengumpulan data : Observasi dan wawancara Alat pengumpulan data : Worksheet

(35)

Sumber data : Gudang pengiriman Metode pengumpulan data : Observasi

Alat pengumpulan data : Meteran dan Worksheet

2. Data Sekunder

Data sekunder yang akan dikumpulkan adalah sebagai berikut : a. Data Permintaan Produk dan Biaya Pengiriman

Sumber data : Dokumen Perusahaan. Metode pengumpulan data : Dokumentasi

Alat pengumpulan data : Pedoman dokumentasi

4.8. Metode Pengolahan Data

Data yang primer dan data sekunder yang diperoleh akan diolah dengan berpedoman pada landasan teori. Landasan teori yang digunakan dalam menganalisa dan memecahkan permasalahan yang ada berdasarkan pada metode algoritma heuristik.

Metode pengolahan data dengan menggunakan algoritma heuristik adalah sebagai berikut :

1. Hitung jarak total dari kantor cabang ke setiap distributor dan kembali ke kantor cabang sesuai dengan rute terbaik yang dipecahkan dengan metode nearest neighbor.

(36)

3. Menghitung waktu teoritis yang dibutuhkan untuk melayani total permintaan. 4. Menghitung batas minimum jumlah alat angkut minimum yang dibutuhkan

dengan menggunakan rumus: Nmin = waktu total/waktu availabilitas mobil angkut.

5. Membagi graph (rute)menjadi n buah sub-graf (sub-rute) dan diusahakan agar masing-masing sub graf seimbang. Pembentukan sub-rute ini menggunakan metode saving matriks dengan mempertimbangkan jumlah demand dan kapasitas mobil angkut

6. Mengulangi kembali langkah penerapan algoritma ini mulai langkah 1.

7. Uji feasibilitas, jika feasible maka dapat dilakukan perhitungan utilitas. Jika tidak, maka kembali ke langkah 5 dan menambah n menjadi n + 1.

8. Perhitungan biaya distribusi pada rute distribusi yang terbentuk.

4.9. Analisis Pemecahan Masalah

(37)

4.10. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

[image:37.595.201.468.255.718.2]

Penelitian hanya dapat menghasilkan suatu hasil yang baik apabila dilakukan dengan urutan langkah-langkah pelaksanaan yang sistematis dan benar.Langkah-langkah dalam pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Block Diagram Langkah-langkah Penelitian

Perumusan Permasalahan dan Penetapan T j

Identifikasi Variabel Penelitian

Analisis Pemecahan Masalah

Kesimpulan dan Saran Pengumpulan Data

1. Kecepatan bongkar muat 2. Jarak antar distributor 3. Jumlah Permintaan

4. Jenis dan Kapasitas alat angkut 5. Hari dan Jam kerja perusahaan 6. Biaya Bahan Bakar

Pengolahan Data:

1.Perhitungan waktu standar bongkar-muat barang 2.Penentuan rute terpendek

3.Penentuan waktu siklus

4.Penentuan waktu total distribusi 5.Perhitungan jumlah alat angkut 6.Pembagian rute menjadi sub rute

(38)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

5.1.1. Pola Distribusi PT Varia Sekata (Varse)

Dalam melakukan proses pendistribusian produk ke beberapa apotik, PT. Varia Sekata (Varse) mendistribusikan barang tersebut dari pabrik di Jl. Jamin Ginting Pancur Batu langsung ke konsumennya yang telah bekerjasama yaitu di apotik-apotik di daerah Medan dan sekitarnya.

5.1.2. Data Lokasi Apotik

(39)
[image:39.595.117.500.117.359.2]

Gambar 5.1. Peta Lokasi Apotik Tujuan Distribusi PT Varia Sekata (Varse) di Medan dan Sekitarnya

Tabel 5.1. Alamat Apotik PT Varia Sekata (Varse) di Medan dan Sekitarnya

Kode Nama Apotik Alamat

A1 Apotik Bakti Jl. Letjend. Jamin Ginting 128 A2 Apotik Karya Raya Jl. Karya Jaya No. 187-C A3 Apotik Mitra Agung Jl. Sunggal No. 252A

A4 Apotik Bromo Jl. Bromo No. 63A

A5 Apotik Jawak Farma Jl. GapertaNo. 129 A6 Apotik Dian Farma Jl. Letda Sujono No. 3

A7 Apotik Bilal Jl. Bilal No. 138

A8 Apotik Kalimas Jl. Setia Budi No.133

A9 Apotik Deli Jl. Deli Tua No.28

A10 Apotik Peringgan Jl. Iskandar Muda 48

A11 Apotik Menteng Jalan Rakyat No.53-A, Sidorame Timur A12 Apotik Asean Jaya Jalan Asia No.68 / 114, Sei Rengas I A13 Apotik City Jl. KL. Yos Sudarso No. 1-A Tanjung Mulia A14 Apotik Pinang Baris Jl. Pinang Baris No. 18

A15 Apotik Satria Jl. SM. Raja No.359 B

[image:39.595.114.507.442.722.2]
(40)
[image:40.595.182.443.174.501.2]

5.1.4. Permintaan Produk

Tabel 5.2. Data Permintaan Produk Tanggal 18 April 2016

Kode Nama Apotik

Jumlah Permintaan (��) 18 April

A1 Apotik Bakti 2,14

A2 Apotik Karya Raya 2,36

A3 Apotik Mitra Agung 2,41

A4 Apotik Bromo 3,23

A5 Apotik Jawak Farma 2,56

A6 Apotik Dian Farma 3,07

A7 Apotik Bilal 1.68

A8 Apotik Kalimas 2,34

A9 Apotik Deli 2,25

A10 Apotik Peringgan 2,21 A11 Apotik Menteng 2,22 A12 Apotik Asean Jaya 3,34

A13 Apotik City 2,20

A14 Apotik Pinang Baris 2,22

A15 Apotik Satria 3.69

A16 Apotik Kowiba 3,23

Jumlah 41,15

Sumber : PT . Varia Sekata (Varse)

Pada Tabel 5.2 adalah jumlah permintaan pada tanggal 18 April 2016 dari tiap tiap apotik yang telah dikonversikan dalam satuan m3. Dengan dimensi kotak produk obat tablet 35cm x 20 cm x 40 cm, obat kapsul 40 cm x 40 cm x 50 cm dan obat cair 40 cm x 25 cm x 60 cm.

5.1.4. Hari dan Waktu Kerja

(41)
[image:41.595.77.549.141.308.2]

Tabel 5.3. Hari dan Waktu Kerja

No Hari Kerja Waktu Kerja Jam Kerja (Menit)

Waktu Istirahat

(Menit)

Waktu Distribusi

(Menit)

1 Senin 09:30-16:30 420 60 360

2 Selasa 09:30-16:30 420 60 360

3 Rabu 09:30-16:30 420 60 360

4 Kamis 09:30-16:30 420 60 360

5 Jumat 09:30-16:30 420 90 330

6 Sabtu 09:30-15:30 360 60 300

Sumber : PT . Varia Sekata (Varse)

5.1.5. Sarana Pendistribusian

Dalam melakukan proses pengiriman barang, perusahaan menggunakan sarana transportasi berupa mobil angkut. Spesifikasi dari armada kendaraan digunakan dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Spesifikasi Armada Kendaraan

No Jenis Kendaraan Kapasitas

Dimensi Jumlah (

Unit)

1 Suzuki Mega Carry

Box 7 m

3 2.39 m x 1.63 m x

1.8 m 6 Unit

Sumber : PT . Varia Sekata (Varse)

5.1.6. Jarak Antar Apotik

(42)
[image:42.842.78.789.112.524.2]

Tabel 5.5. Jarak PT Varia Sekata (Varse) ke Apotik dan Jarak Antar Apotik (meter)

VARSE A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A16

VARSE 13900 17400 17800 22600 18900 26900 22100 15400 16200 17600 23900 22000 25300 18800 20400 29100 A1 7000 6600 9100 10000 13400 11500 5700 12300 3800 10300 8400 13200 11300 9300 18300 A2 12000 8800 14700 14300 13100 11300 6000 8900 12000 9000 15700 15200 6700 15200

A3 8800 3500 11600 8400 1500 16600 3800 8000 7800 8900 4700 9000 21100

A4 11400 4700 8100 8600 12700 6500 5600 3200 11100 13500 4200 16500

A5 11800 7100 5000 19900 7000 6700 9000 7600 4700 12400 25500

A6 6900 10700 16300 9000 3900 4500 12300 13100 8100 20200

A7 9800 17100 8100 3100 5400 3900 11700 9600 21800

A8 16000 2800 9300 7500 10900 6700 8400 20600

A9 14100 15900 12800 19100 20900 10500 18900

A10 6700 5100 9500 7600 6100 18300

A11 2900 6700 11400 7100 19200

A12 8000 10700 4600 16700

A13 13200 12900 25000

A14 13400 25500

A15 12100

A16

A1: Bakti A4: Bromo A7: Bilal A10: Peringgan A13: City A16:Kowiba A2: Karya Raya A5: Jawak Farma A8: Kalimas A11: Menteng A14: Pinang Baris

(43)

5.1.7. Waktu Loading dan Unloading

Waktu loading (Mengisi Barang) merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengisi/memuat barang ke dalam mobil angkut. Waktu unloading (Membongkar Barang) merupakan waktu yang dibutuhkan untuk membongkar barang dari mobil angkut. Proses loading dilakukan oleh karyawan perusahaan di pabrik dan unloading dilakukan di toko apotik.Proses loading (mengisi barang ke alat angkut) dilakukan di gudang PT Varia Sekata (Varse)oleh karyawan sesuai dengan permintaan dari apotik.

[image:43.595.189.432.472.602.2]

a. Waktu Loading di Gudang PT Varia Sekata (Varse) untuk armada kendaraan kapasitas 7m3. Pengukuran waktu loading barang dengan mobil kapasitas 7m3 dilakukan selama 6 hari, sehingga dibagi menjadi 6 subgroup dengan perhitungan waktu rata-ratanya dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6. Pengukuran Waktu Loading

Sub Volume Waktu Waktu

Grup (m3) (menit) Per �� (menit)

1 2,3 15,82 6,88

2 2,95 18,85 6,39

3 2,09 13,74 6,57

4 2,59 14,97 5,78

5 2,7 17,11 6,34

6 3,23 19,87 6,15

Jumlah 38,11

b. Waktu unloading di Toko Apotik

Pemilihan toko apotik dilakukan secara simple random sampling yaitu dikatakan simple karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan

secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi sampel yang dipilih

(44)
[image:44.595.197.437.177.305.2]

Waktu pengukuran Unloading barang dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7. Pengukuran Waktu Unloading

Sub Volume Waktu Waktu

Grup (��) (menit) Per �� (menit)

1 2,21 4,12 1,86

2 2,42 4,35 1,80

3 2,23 4,17 1,87

4 2,54 4,17 1,64

5 2,67 4,76 1,78

6 2,12 3,94 1,86

Jumlah 10,81

5.2. Pengolahan Data

5.2.1. Time Window

Time window (batasan waktu pengiriman) adalah angka yang menunjukkan jumlah hari, dimana barang yang akan dikirimkan tidak boleh melebihi dari jumlah hari yang telah ditetapkan. Pada PT. Varia Sekata (Varse), time window yang ditentukan untuk proses pendistribusian barang ke apotik adalah satu hari. Ini menunjukkan bahwa standar pengiriman barang ke setiap apotik adalah satu hari.

5.2.2. Pengujian Keseragaman Data Waktu Distribusi

Pengujian keseragaman data dilakukan sebelum perhitungan waktu standar.

5.2.2.1. Waktu Antar Apotik

(45)

Waktu = �����

��������� dengan asumsi bahwa kecepatan rata-rata adalah 40 km/jam.

5.2.2.2. Waktu Loading dan Unloading

1. Waktu Loading

Dari pengumpulan data di atas didapat rata-rata waktu pengukuran atau besarnya waktusiklus sebagai berikut:

X � = ∑xi

=

38,11

6

= 6,35

Standard deviasi waktu pengukuran adalah sebagai berikut:

=

�∑

(xj

x

)

2

� −

1

=

(6,88

6,35)

2

+ (6,39

6,35)

2

+ … . . +(6,15

6,35)

2

6

1

=

0,37

Nilai tengah, Batas Kendali Atas (BKA) dan Batas Kendali Bawah (BKB) dengan Tingkat Kepercayaan 95 % (k = 2) adalah sebagai berikut:

X

�= 6,35

BKA = �� + k

= 6,35+2(0,37) = 7,10

BKA = �� + k

= 6,35 -2(0,37) = 5,61

(46)
[image:46.595.128.498.112.339.2]

Gambar 5.2 Peta Kontrol Waktu Loading

Dari Gambar 5.2. di atas dapat dilihat bahwa keseluruhan data tidak ada yang berada di luar batas kendali atas dan batas kendali bawah, sehingga keseluruhan data adalah seragam. Waktu unloading (membongkar barang) dilakukan di toko apotik. Waktu unloading ini dipengaruhi oleh banyaknya barang yang akan dibongkar di setiap apotik.

2. Waktu Unloading

Dari data di atas didapat rata-rata waktu pengukuran atau besarnya waktu siklus sebagai berikut:

X � = ∑xi

� =

10,81

6 = 1,80

Standard deviasi waktu pengukuran adalah sebagai berikut:

5,50 5,70 5,90 6,10 6,30 6,50 6,70 6,90 7,10 7,30

1 2 3 4 5 6

W a k tu ( m en it )

Peta Kontrol Waktu Loading

DATA

BKA

(47)

=

�∑

(xj

x

)

2

� −

1

=

(1,86

1,80)

2

+ (1,80

1,80)

2

+ … . . +(1,86

1,80)

2

6

1

(48)

Nilai tengah, Batas Kendali Atas (BKA) dan Batas Kendali Bawah (BKB) dengan Tingkat Kepercayaan 95 % (k=2) adalah sebagai berikut:

X

�= 1,97

[image:48.595.113.497.283.518.2]

BKA = �� + k � = 1,80 +2(0,09) = 1,98 BKA = �� + k � = 1,80 -2(0,09) = 1,62

Gambar 5.3. Peta Kontrol Waktu Unloading

5.2.3. Pengujian Kecukupan Data

Jumlah pengukuran waktu kerja yang sebenarnya diperlukan dengan tingkat ketelitian 5% dan tingkat kepercayaan 95% dihitung dengan menggunakan rumus:

1,60 1,65 1,70 1,75 1,80 1,85 1,90 1,95 2,00

1 2 3 4 5 6

DATA

BKA

(49)

N’= ⎣ ⎢ ⎢

⎡40��∑X2(∑ �)2 ∑X ⎦ ⎥ ⎥ ⎤ 2 dimana :

N’ = Jumlah pengukuran yang sebenarnya diperlukan n = Jumlah data setelah dilakukan uji keseragaman data

Jika diperoleh dari pengujian tersebut ternyata N’ > N, maka diperlukan pengukuran tambahan, tapi jika N’ < N maka data pengukuran pendahuluan sudah mencukupi.

5.2.3.1. Pengujian Kecukupan Data Waktu Loading Barang

Pengujian kecukupan data waktu loading

N’= �40�6 � 242,77−(1452,44)

38,11 �

2

N’= 4,59

N’ = 4,59 < N = 6, maka jumlah pengamatan telah mencukupi.

5.2.3.2. Pengujian Kecukupan Data Waktu Unloading Barang

Pengujian kecukupan data waktu Unloading

N’= �40�6 � 19,53−(116,958)

10,81 �

N’= 3,09

N’ = 3,09 < N = 6, maka jumlah pengamatan telah mencukupi.

5.2.4. Pengolahan data Graph (Rute) Awal

(50)

Horizon perencanaan menggambarkan waktu kerja untuk armada yang digunakan dan membatasi total waktu yang digunakan untuk waktu perjalanan, waktu Loading dan Unloading yang harus dipenuhi dalam perjalanan menyelesaikan tugasnya. Penentuan waktu siklus (horizon perencanaan) untuk graph awal menggunakan teori dari algoritma yang telah dijabarkan, yaitu horizon perencanaan sama dengan jarak atau selisih waktu jadwal pengiriman yang sama berulang. Dalam layanan pengiriman barang, proses pengiriman barang dari pabrik Varia Sekata (Varse) ke setiap apotik dilakukan setiap satu hari, maka horizon perencanaan dapat ditentukan selama satu hari.

2. Pembentukan Subrute

Penyusunan sub rute didasarkan oleh data masukan, yaitu:

a. Jumlah pengiriman ke setiap apotik

Jumlah pengiriman ke setiap apotik dapat dilihat pada 5.2 yang terdapat pada

pengumpulan data.

b. Jumlah dan kapasitas alat angkut kendaraan.

Kendaraan yang digunakan untuk melakukan proses pengiriman berjumlah 5 unit

dengan kapasitas armada alat angkut 7 m3.

c. Waktu tersedia untuk distribusi pada PT Varia Sekata (Varse) dalam satu hari adalah:

Waktu total kerja- waktu istirahat

Untuk Senin sampai Kamis

Waktu distribusi = 420 – 60 = 360 menit

Untuk hari Jumat

(51)

Untuk hari Sabtu

Waktu distribusi = 360 – 60 = 300 menit

d. Jarak antar lokasi adalah hasil perhitungan menggunakan googlemaps Jarak antar lokasi terdapat pada Tabel 5.5.

e. Dalam pembentukan sub rute digunakan metode saving matriks. Metode saving matriks pada hakikatnya adalah metode untuk meminimumkan jarak atau waktu dan ongkos dengan mempertimbangkan kendala-kendala yang ada. Berikut ini

langkah-langkah pembentukan subrute distribusi dengan menggunakan metode

saving matriks, yaitu:

1. Identifikasi Matriks Jarak

Pada langkah pertama ini diperlukan jarak antara PT Varia Sekata (Varse)

dengan setiap apotik dan jarak antar apotik. Jarak riil yang akan digunakan untuk

pembentukan sub rute dapat dilihat pada Tabel 5.8.

2. Mengidentifikasi Matriks Penghematan (saving matriks)

Saving Matriks mempresentasikan penghematan yang biasa direalisasikan dengan menggabungkan dua atau lebih apotik dalam satu rute.Untuk perhitungan

penghematan jarak dapat menggunakan persamaan.

S(x,y) = J (Pabrik, x) + J (Pabrik, y) – J (x,y)

Dimana: S(x,y) = Penghematan Jarak

J (Pabrik, x) = Jarak Pabrik ke apotik x

J (Pabrik, y) = Jarak Pabrik ke apotik y

J (x, y) = Jarak Apotik x ke apotik y

Berikut contoh perhitungan penghematan jarak antar apotik Bakti (D1) dan Karya Raya

(52)

S(D1,D2) = J (Pabrik ke D1) + J (Pabrik ke D2) – J(D1 ke D2)

(53)
[image:53.842.80.800.112.418.2]

Tabel 5.8. Matriks Penghematan Jarak Antar Apotik

Apotik A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 A14 A15 A16

A1 24300 25100 27400 22800 27400 24500 23600 17800 27700 27500 27500 26000 21400 25000 24700 A2 23200 31200 21600 30000 26400 21500 27600 26100 29300 30400 27000 21000 31100 31300 A3 31600 33200 33100 31500 31700 17400 31600 33700 32000 34200 31900 29200 25800 A4 30100 44800 36600 29400 26100 33700 40900 41400 36800 27900 38800 35200

A5 34000 33900 29300 15200 29500 36100 31900 36600 33000 26900 22500

A6 42100 31600 26800 35500 46900 44400 39900 32600 39200 35800

A7 27700 21200 31600 42900 38700 43500 29200 32900 29400

A8 15600 30200 30000 29900 29800 27500 27400 23900

A9 19700 24200 25400 22400 14100 26100 26400

A10 34800 34500 33400 28800 31900 28400

A11 43000 42500 31300 37200 33800

A12 39300 30100 37800 34400

A13 30900 32800 29400

A14 25800 22400

A15 37400

A16

Permintaan

(54)

6. Mengalokasikan Apotik ke Rute

1. Horizon perencanaan (Tanggal 18 April 2016)

Dengan menggunakan Tabel 5.8. dapat dilakukan alokasi apotik ke dalam rute. Dari rute yang terbentuk dapat dilakukan pengabungan sampai pada batas kapasitas armada yang digunakan. Dimana armada yang digunakan adalah mobil dengan kapasitas 7m3. Penggabungan akan dilakukan dari nilai penghematan yang paling besar. Penghematan terbesar dimulai dari 46.900 meter yang merupakan penghematan jarak dari penggabungan Apotik Dian Farma (A6) dengan Apotik Menteng (A11). Jumlah beban adalah (3,07 m3 + 2,22 m3) = 5,29 m3 ≤ 7m3 sehingga penggabungan layak dilakukan penambahan beban. Maka, dipilih Apotik Bilal (A7) karena lebih dekat dengan Apotik Dian Farma (A6) dan Apotik Menteng (A11) dengan penggabungan ini maka jumlah beban menjadi (5,29 m3 + 1,68m3) = 6,97 m3 ≤ 7 m3

Kapasitas maksimal alat angkut adalah 7m3, sedangkan beban dari ketiga apotik yang digabungkan adalah 6,97m3, sehingga subrute yang terbentuk tidak layak lagi ditambah dengan apotik lain.

Untuk menentukan urutan apotik yang akan dilalui untuk pembentukan sub rute 1 yang terbentuk digunakan metode nearest neighbor dengan dari melihat graph awal.

Iterasi 1

Perjalanan dari pabrik ke subrute yang terbentuk memiliki 3 kemungkinan untuk

kunjungan pertama, yaitu:

(55)

2. Menuju apotik Apotik Bilal (A7) dengan jarak 22.100 meter

3. Menuju apotik Apotik Menteng (A11) dengan jarak 23.900 meter

Dari 3 kemungkinan untuk kunjungan pertama dari pabrik adalah Apotik Apotik Bilal

(A7) karena memiliki jarak paling dekat dengan pabrik dengan jarak 22.100 meter dan

urutan sementara sub rute adalah :

(Pabrik → A7)

Iterasi 2

Perjalanan dari Apotik Bilal (A7) memiliki 2 kemungkinan untuk kunjungan berikutnya ,

yaitu:

1. Menuju apotik Apotik Dian Farma (A6) dengan jarak 6.900 meter

2. Menuju apotik Apotik Menteng (A11) dengan jarak 3.100 meter

Dari 2 kemungkinan untuk kunjungan berikutnya dari Apotik Bilal (A7) adalah Apotik

Menteng (A11) karena memiliki jarak paling dekat dengan jarak 3.100 meter dan urutan

sementara sub rute adalah :

(Pabrik → A7→ A11)

Maka untuk kunjungan berikutnya dari Apotik Menteng (A11) adalah Apotik Dian

Farma (A6) dengan jarak 3.900 meter, Maka subrute 1 adalah:

(56)
[image:56.595.128.497.125.463.2]

Gambar 5.4. Subrute 1

Tabel 5.10. Matriks Penghematan Setelah Pembentukan Subrute 1

Apotik A1 A2 A3 A4 A5 A8 A9 A10 A12 A13 A14 A15 A16

A1 24300 25100 27400 22800 23600 17800 27700 27500 26000 21400 25000 24700 A2 23200 31200 21600 21500 27600 26100 30400 27000 21000 31100 31300 A3 31600 33200 31700 17400 31600 32000 34200 31900 29200 25800

A4 30100 29400 26100 33700 41400 36800 27900 38800 35200

A5 29300 15200 29500 31900 36600 33000 26900 22500

A8 15600 30200 29900 29800 27500 27400 23900

A9 19700 25400 22400 14100 26100 26400

A10 34500 33400 28800 31900 28400

A12 39300 30100 37800 34400

A13 30900 32800 29400

A14 25800 22400

A15 37400

A16

Permintaan

(57)

Penghematan terbesar selanjutnya setelah apotik A6,A7, dan A11 dihapus dari

matriks penghematan adalah 41.000 meter yang merupakan penghematan jarak dari

Apotik Bromo (A4) dengan Apotik Asean Jaya (A12). Jumlah beban adalah (3,23 m3 +

3,34 m3) = 6,57 m3 ≤ 7 m3 dan rute tersebut telah memenuhi kapasitas maksimal

kendaraan angkut.

Sehingga didapatkan subrute 2 :

[image:57.595.111.508.308.641.2]

(Pabrik → A12 → A4 → Pabrik)

(58)
[image:58.595.88.535.122.346.2]

Tabel 5.11. Matriks Penghematan Setelah Pembentukan Subrute 2

Apotik A1 A2 A3 A5 A8 A9 A10 A13 A14 A15 A16

A1 24300 25100 22800 23600 17800 27700 26000 21400 25000 24700 A2 23200 21600 21500 27600 26100 27000 21000 31100 31300 A3 33200 31700 17400 31600 34200 31900 29200 25800

A5 29300 15200 29500 36600 33000 26900 22500

A8 15600 30200 29800 27500 27400 23900

A9 19700 22400 14100 26100 26400

A10 33400 28800 31900 28400

A13 30900 32800 29400

A14 25800 22400

A15 37400

A16

Permintaan

(m3) 2,14 2,36 2,41 2,56 2,34 2,25 2,21 2,20 2,22 3,69 3,23

Penghematan terbesar selanjutnya setelah apotik A4, A6,A7,A11, dan A12 dihapus dari matriks penghematan adalah 37.400 meter yang merupakan penghematan jarak dari Apotik Satria (A15) dengan Apotik Kowiba (A16). Jumlah beban adalah (3,69 m3 + 3,23 m3) = 6,29 m3≤ 7 m3. Untuk menentukan urutan apotik yang akan dilalui untuk pembentukan sub rute 3 yang terbentuk digunakan metode nearest neighbor atau melihat graph awal. Sehingga didapatkan subrute 3

(59)
[image:59.595.111.518.121.432.2]

Gambar 5.6 Subrute 3

Tabel 5.12. Matriks Penghematan Setelah Pembentukan Subrute 3

Apotik A1 A2 A3 A5 A8 A9 A10 A13 A14

A1 24300 25100 22800 23600 17800 27700 26000 21400 A2 23200 21600 21500 27600 26100 27000 21000

A3 33200 31700 17400 31600 34200 31900

A5 29300 15200 29500 36600 33000

A8 15600 30200 29800 27500

A9 19700 22400 14100

A10 33400 28800

A13 30900

A14

Permintaan

(m3) 2,14 2,36 2,41 2,56 2,34 2,25 2,21 2,20 2,22

(60)

Jumlah beban adalah (2,56 m3+ 2,20 m3) = 4,76 m3≤ 7 m3 Dilihat dari jumlah beban tersisa, sub rute yang terbentuk masih layak lagi ditambah dengan apotik lain. Maka, dipilih Apotik Pinang Baris (A14) karena lebih dekat dengan Apotik Jawak Farma (A5), maka jumlah beban yang dihasilkan (4,76 m3 + 2,22 m3) = 6,98 m3≤ 7 m3. Untuk menentukan urutan apotik yang akan dilalui untuk pembentukan sub rute 4 yang terbentuk digunakan metode nearest neighbor atau melihat graph awal.

Iterasi 1

Perjalanan dari pabrik ke subrute yang terbentuk memiliki 3 kemungkinan untuk

kunjungan pertama, yaitu:

1. Menuju Apotik Jawak Farma (A5) dengan jarak 18.900 meter

2. Menuju Apotik City (A13) dengan jarak 25.300 meter

3. Menuju Apotik Pinang Baris (A14) dengan jarak 18.800 meter

Dari 3 kemungkinan untuk kunjungan pertama dari pabrik adalah Apotik Apotik

Pinang Baris (A14) karena memiliki jarak paling dekat dengan pabrik dengan jarak

18.800 meter dan urutan sementara sub rute adalah :

(Pabrik → A14)

Iterasi 2

Perjalanan dari Apotik Pinang Baris (A14) memiliki 2 kemungkinan untuk kunjungan

berikutnya , yaitu:

1. Menuju Apotik Jawak Farma (A5) dengan jarak 4.700 meter

(61)

Dari 2 kemungkinan untuk kunjungan berikutnya dari Apotik Pinang Baris (A14)

adalah Apotik Jawak Farma (A5) karena memiliki jarak paling dekat dengan jarak 4.700

meter dan urutan sementara sub rute adalah :

(Pabrik → A14→ A5)

Maka untuk kunjungan berikutnya dari Jawak Farma (A5) adalah Apotik City (A13)

dengan jarak 7.600 meter, Maka subrute 4 adalah:

[image:61.595.116.501.320.687.2]

( Pabrik→ A14→ A5 → A13→ Pabrik)

Gambar 5.7 Subrute 4

Tabel 5.13. Matriks Penghematan Setelah Pembentukan Subrute 4

(62)

A1 24300 25100 23600 17800 27700 A2 23200 21500 27600 26100

A3 31700 17400 31600

A8 15600 30200

A9 19700

A10

Permintaan

(m3) 2,14 2,36 2,41 2,34 2,25 2,21

Penghematan terbesar selanjutnya setelah apotik A4, A5,A6,A7,A11, A12,A3,A14, A15 dan A16 adalah 31.700 meter yang merupakan penghematan jarak Apotik Mitra Agung (A3) dan Apotik Kalimas (A8) dengan jumlah beban (2,41 m3 + 2,34 m3) = 4,75 m3 ≤ 7 m3 maka layak untuk dapat ditambahkan beban lagi, Dan, dipilih Apotik Peringgan (A10) karena lebih dekat dengan Apotik Kalimas (A8) dengan jumlah beban (4,75 m3 + 2,21 m3 ) = 6,96 m3≤ 7 m3, Untuk menentukan urutan apotik yang akan dilalui untuk pembentukan sub rute 5 terbentuk digunakan metode nearest neighbor atau melihat graph awal yaitu:

Iterasi 1

Perjalanan dari pabrik ke subrute yang terbentuk memiliki 3 kemungkinan untuk

kunjungan pertama, yaitu:

1. Menuju Apotik Mitra Agung (A3) dengan jarak 17.800 meter

2. Menuju Apotik Kalimas (A8) dengan jarak 15.400 meter

3. Menuju Apotik Peringgan (A10) dengan jarak 17.600 meter

Dari 3 kemungkinan untuk kunjungan pertama dari pabrik adalah Apotik Kalimas

(A8) karena memiliki jarak paling dekat dengan pabrik dengan jarak 15.400 meter dan

urutan sementara sub rute adalah :

(63)

Iterasi 2

Perjalanan dari Apotik Kalimas (A8) memiliki 2 kemungkinan untuk kunjungan

berikutnya , yaitu:

1. Menuju apotik Apotik Mitra Agung (A3) dengan jarak 1.500 meter

2. Menuju Apotik Peringgan (A10) dengan jarak 2.800 meter

Dari 2 kemungkinan untuk kunjungan berikutnya dari Apotik Kalimas (A8) adalah

Apotik Mitra Agung (A3) karena memiliki jarak paling dekat dengan jarak 1.500 meter

dan urutan sementara sub rute adalah :

(Pabrik → A8→ A3)

Maka untuk kunjungan berikutnya dari Mitra Agung (A3) adalah Apotik Peringgan

(A10) dengan jarak 3.800 meter, Maka subrute 5 adalah:

(64)
[image:64.595.149.501.163.306.2]

Gambar 5.8 Subrute 5

Tabel 5.14. Matriks Penghematan Setelah Pembentukan Subrute 5

Apotik A1 A2 A9

A1 24300 17800

A2 27600

A9

Permintaan

(m3) 2,14 2,36 2,25

Penghematan terbesar selanjutnya setelah apotik A3,A4,A5,A6,A7,A8,A10,A11, A12,A3,A14, A15 dan A16 adalah 27.600 meter yang merupakan penghematan jarak Apotik Karya Raya (A2) dan Apotik Deli (A9) dengan jumlah beban (2,36 m3 + 2,25 m3) = 4,61 m3 ≤ 7 m3 maka layak untuk dapat ditambahkan beban lagi, dipilih yang tersisa yaitu Apotik Bakti (A1) karena lebih dekat dengan Apotik Karya Raya (A2) dengan jumlah beban (4,61 m3 + 2,14 m3 ) = 6,75 m3 ≤ 7 m3, Untuk menentukan urutan apotik yang akan dilalui untuk pembentukan sub rute 6 terbentuk digunakan metode nearest neighbor atau melihat graph awal yaitu:

Iterasi 1

Perjalanan dari pabrik ke subrute yang terbentuk memiliki 3 kemungkinan untuk

kunjungan pertama, yaitu:

1. Menuju Apotik Karya Raya (A2) dengan jarak 17.400 meter

2. Menuju Apotik Deli (A9)dengan jarak 16.200 meter

3. Menuju Apotik Bakti (A1) dengan jarak 13.900 meter

Dari 3 kemungkinan untuk kunjungan pertama dari pabrik adalah Apotik Bakti (A1)

(65)

(Pabrik → A1)

Iterasi 2

Perjalanan dari Apotik Bakti (A1) memiliki 2 kemungkinan untuk kunjungan berikutnya ,

yaitu:

1. Menuju Apotik Karya Raya (A2) dengan jarak 7.000 meter

2. Menuju Apotik Deli (A9) dengan jarak 12.300 meter

Dari 2 kemungkinan untuk kunjungan berikutnya dari Bakti (A1) adalah Apotik Karya

Raya (A2) karena memiliki jarak paling dekat dengan jarak 7.000 meter dan urutan

sementara sub rute adalah :

(Pabrik → A1→ A2)

Maka untuk kunjungan berikutnya dari Karya Raya (A2) adalah Apotik Deli (A9)

dengan jarak 6.000 meter, Maka subrute 6 adalah:

[image:65.595.133.494.489.741.2]

(Pabrik→ A1→ A2 → A9→ Pabrik)

(66)

7 . Pemeriksaan Waktu Tersedia

Berikut merupakan perhitungan waktu total pada Horizon. a. Sub rute 1 (Armada 1)

Maka subrute 1 ( Pabrik→ A7→ A11 → A6→ Pabrik) Jumlah Permintaan = 6,97 m3

Jarak total = (22.100 + 3.100 + 3.900 + 26.900) = 56.000 meter

Perhitungan waktu total

Waktu perjalanan total = 56.000/40 km per jam= 1,4 jam = 84 menit

Waktu loading = 6,97 x 6,35 = 44,25 menit

Waktu unloading = 6,97 m3 x 1,80 = 12,54 menit

Waktu total = (84+ 44,25 + 12,54 ) = 140,79 menit

b. Sub rute 2 (Armada 2)

Maka subrute 2 (Pabrik → A12 → A4→ Pabrik)

Jumlah Permintaan = 6,57 m3

Jarak total = (22.000 + 3.200 + 22.600) = 47.800 meter

Perhitungan waktu total

Waktu perjalanan total = 47.800 /40 km per jam= 1,19 jam = 71,7 menit

Waktu loading = 6,57 m3 x 6,35 menit = 41,71 menit

Waktu unloading = 6,57 m3 x 1,80 menit = 11,82 menit

(67)

Maka subrute 3 (Pabrik → A15 → A16→ Pabrik)

Jumlah Permintaan = 6,29 m3

Jarak total = (20.400 + 12.100 + 29.100) = 61.600 meter

Perhitungan waktu total

Waktu perjalanan total = 61.600 /40 km per jam= 1,54 jam = 92,4 menit

Waktu loading = 6,29 m3 x 6,35 = 39,94 menit

Waktu unloading = 6,29 m3 x 1,80 = 11,32 menit

Waktu total = (92,4 + 39,94 + 11,32 ) = 143,66 menit d. Sub rute 4 ( Armada 4)

Maka subrute 4 ( Pabrik→ A14→ A5 → A13→ Pabrik)

Jumlah Permintaan = 6,98 m3

Jarak total = (18.800 + 4.700 +7.600 + 25.300) = 56.400 meter

Perhitungan waktu total

Waktu perjalanan total = 56.400 /40 km per jam= 1,41 jam = 84,6 menit

Waktu loading = 6,98 m3 x 6,35= 44,32 menit

Waktu unloading = 6,98 m3 x 1,80 = 125,64 menit

Waktu total = (84,6 + 44,32 + 125,64) = 254,56 menit

e. Sub rute 5 (Armada 5)

Maka subrute 5 ( Pabrik→ A8→ A3 → A10→ Pabrik)

Jumlah Permintaan = 6,96 m3

(68)

Waktu perjalanan total = 38.300 /40 km per jam= 0,95 jam = 57,45 menit

Waktu loading = 6,96 m3 x 6,35 = 44,19 menit

Waktu unloading = 6,96 m3 x 1,80 = 12,52 menit

Waktu total = (57,45 + 44,19 + 12,52 ) = 114.16 menit

f. Sub rute 6 (Armada 6)

Maka subrute Subrute 6 ( Pabrik→ A1→ A2 → A9→ Pabrik) Jumlah Permintaan = 6,75 m3

Jarak total = (13.900 + 7.000 + 12.300) = 33.200 meter Perhitungan waktu total

Waktu perjalanan total = 33.200 /40 km per jam= 0,83 jam = 49,8 menit

Waktu loading = 6,75 m3 x 6,35= 42,86 menit

Waktu unloading = 6,75 m3 x 1,80 = 12,15 menit

[image:68.595.167.457.542.776.2]

Waktu total = (4,98 + 42,86 + 12,15) = 59,99 menit

Tabel 5.15. Rekapitulasi Perhitungan Pemeriksaan Waktu Tersedia

Subrute Jarak

(m)

Waktu Distribusi

(menit)

Waktu Tersedia

1 56.000 14

Gambar

Gambar 4.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Gambar 4.2.
Tabel 5.1. Alamat  Apotik PT Varia Sekata (Varse) di Medan dan Sekitarnya
Tabel 5.2. Data Permintaan Produk Tanggal 18 April 2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perlu diadakan penelitian untuk perencanaan rute yang optimal dengan mempertimbangkan rute distribusi dan kapasitas kendaraan angkut

Melalui metode ini memungkinkan perusahaan menentukan rute distribusi yang optimal dengan mempertimbangkan jarak tempuh perjalanan dan kapasitas alat angkut yang digunakan,

Dihasilkan rute distribusi dengan algoritma carke &amp; wright adalah tiga rute dengan total jarak tempuh 180,7 km, rute dengan model penyelesaian Vehicle Routing Problem

LAMPIRAN 1 Data Biaya Aktual Distribusi Unit Sepeda Motor Jabodetabek LAMPIRAN 2 Data Permintaan Selama 1 Bulan di Zona Jakarta Pusat LAMPIRAN 3 Data Permintaan Selama 1 Bulan

Proses selanjutnya yakni melakuakan pendistribusian produk oleh pihak PT. Proses Pendistribusian ke customer dilakukan setiap armada. Setiap armada pmemiliki zona

Tujuan dari penentuan rute distribusi ini adalah mengoptimalkan jarak tempuh penggunaan kendaraan yang digunakan untuk proses pendistribusian BBM demi memenuhi

Permasalahan pada perusahaan penggunaan alat angkut yang tidak efisien serta jarak tempuh yang tidak efektif pada rute distribusi produk Quelle yang dimiliki oleh perusahaan

Hal- 3 ANALISIS RUTE DISTRIBUSI DENGAN METODE CAPACITY VEHICLE ROUTING PROBLEM CVRP PADA PRODUK COCA COLA DI PUSAT DISTRIBUSI BANDUNG Agus Purnomo Program Studi D4 Logistik