Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Salah SatuSyaratMencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Syifa Fauziyah 1111011000089
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
iv
Pembelajaran Akidah Akhlak memiliki pengaruh penting dalam kaitannya dengan pendidikan anak. Kerapkali kemunduran anak di sekolah sering disebabkan oleh keadaan pembelajaran di sekolah. Melalui pembelajaran akidah akhlak maka akan sangat membantu anak untuk berprilaku yang baik atau berakhlakul karimah. Baik buruknya pembelajaran akidah akhlak turut mempengaruhi terhadap perilaku siswa, karena sekolah ikut serta dalam upaya membentuk karakter seorang anak berdasarkan study penelitian si SDI Darul Mu’minin Ciledug Kota Tangerang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara Pembelajaran Akidah Akhlak terhadap perilaku siswa, seberapa besar kontribusi yang diberikan, dan apakah hal tersebut memiliki signifikansi atau tidak.
Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa perilaku siswa memiliki ketergantungan terhadap pembelajaran akidah akhlak. Dari asumsi tersebut, maka diajukan suatu hipotesis bahwa “ semakin efektif pembelajaran akidah akhlak di sekolah maka semakin baik perilaku siswa ”. Untuk membuktikan hipotesis tersebut, di adakan penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif, dan teknik pengambilan datanya dilakukan dengan angket dan kuesioner. Sedangkan teknik analisis datanya melalui analisis regresi.
v
Learning Akidah Akhlak has important influence in relation to the child's education. These setbacks in school is often caused by circumstances of learning at school. Through the moral soundness of learning it will be very helpful for children to behave is good or berakhlakul karimah. Good bad the moral soundness of plundering of learning affect against the student behavior, because the school participated in an attempt to form a child's character is based on a research study the SDI Darul Mu'minin Ciledug Tangerang.
This research aims to find out whether there is influence between the Moral soundness of Learning towards student behavior, how big the contributions provided, and whether it has significance or not.
In this study it is assumed that the student as a dependency behavior towards learning moral creed. From that assumption, then proposed a hypothesis that "the more effective learning moral creed at school then the better student behavior". To prove the hypothesis, in the conduct of research using quantitative methods, and techniques where data retrieval is done with question form and questionnaire. While its data analysis techniques through regression analysis.
vi
telah memberikan banyak rahmat, nikmat, dan hidayah sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Hanya kepada-Nya penulis memohon
pertolongan dan kemudahan dalam segala urusan. Allahumma shali ‘alaa
sayyidina Muhammad wa ‘alaa sayyidinaa Muhammad. Shalawat serta salam tidak lupa saya kirimkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, makhuk mulia
yang penuh cinta dan kasih sayang kepada sesama manusia dan membawa kita
pada jalan yang di ridhai Allah SWT. Terimakasih yang teramat banyak kepada
kedua orang tua tercinta Ayahanda Nasril Latief dan Ibunda Rodiyah Widyaningrat,atas segala pengorbanan dan kasih sayang yang tercurahkan, yang telah mengajarkan penulis kebaikan, arti cinta, makna kehidupan dan yang telah
mendidik penulis dengan kasih sayang. Semoga kita selalu dikumpulkan dalam
rahmah-Nya di dunia maupun di akhirat.Allahumma ij’alna jam’an hadza jam’an marhuman wa tafarruqana mim ba’dihi tafarruqan ma’shuman.
Dalam proses penyusunan skripsi dan belajar di Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), penulis banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materi, maka
penulis mengucapkan terima kasih juga kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. H. Majid Khon, MA. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Marhamah Saleh. Lc. MA. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Drs. Achmad Gholib, M.Ag Dosen pembimbing yang selalu meluangkan
vii
dan Gina Rahelia Maqbillah, serta seluruh keluarga yang telah memberikan
dukungan dan mendoakan kepada penulis selama ini.
7. Teruntuk Darojatul Adzkaa, Deri Ardito Satria dan Nisa Colica Sri Rizki
kalian adalah sahabat-sahabat super terimakasih sudah menjadi sahabat
sekaligus pembimbing skripsi ini, hingga akhirnya skripsi ini selesai.
8. Sahabat-sahabat ku Iis Sudiyanti, Huda Tsaniati Zidni, Astrid Brenda
Maharani Chaniago, Nada Rohmah, Nuni Nuraeni Zahro, Fitri Alfiani,
Anila Safitri, serta Sahabat yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
9. Teman-teman PSM UIN Jakarta Opera, Subito, Isaka, Laja, Tehyan,
Mujazz, Gupa, Parda, Lullaby, Gisti, Apis, Adante, Mpo Tira, Guji, Orato,
Senandung, Angelom, Onike, Laning, Miwaltz, Ody, Landu, Tembang,
Sabrin, serta teman-teman PSM yang tidak bisa disebutkan satu persatu,
terimakasih sudah memberikan warna yang berbeda dalam proses
pengerjaan skripsi ini, canda, tawa, tangis, serta berbagai pengalaman yang
kita jalani bersama sangat berharga tak ternilai harganya dan akan selalu di
kenang. Saya bangga menjadi bagian dari kalian PSM UIN Jakarta.
10. Teman-teman seperjuangan PAI C 2011yang senantiasa membantu dalam
penyelesaian skripsi ini baik motivasi dan doa dari kalian semua.
11. Adik-adik kelas V SDI Darul Mu’minin yang telah mendukung proses
viii
Jakarta, 22 Juni 2016
ix
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING……...……… ii
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ………. iii
ABSTRAK ……….. iv
KATA PENGANTAR ……… v
DAFTAR ISI……… ix
DAFTAR TABEL ……… xi
BAB I PENDAHULUAN
……….. 1A. Latar Belakang Masalah……….. 1
B. Identifikasi Masalah………. 7
C. Pembatasan Masalah……… 7
D. Rumusan Masalah……… 8
E. Tujuan Penalitian………. 8
F. Kegunaan Penelitian………. 8
BAB II KAJIAN TEORI
……….10
A. Tinjauan Pembelajaran Akidah Akhlak ……… 10
1. Pengertian Pembelajaran AkidahAkhlak ………... 10
2. Ruang Lingkup Akidah Akhlak ……….. 14
a. Ruang Lingkup Akidah ………. 14
b. Ruang Lingkup Akhlak ………. 15
3. Aspek-aspek Akidah Akhlak ……….. 17
a. Aspek Akidah ………... 17
b. AspekAkhlak ………... 17
x
1. Pengertian Perilaku ………. 21
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Siswa …………... 23
3. Indikator Perilaku Siswa ……….…… 26
a. Hubungan Manusia dengan Allah ………. 26
b. Hubungan Manusia dengan Sesama Manusia ………. 30
c. Hubungan Manusia dengan Alam Sekitar ……...…………. 34
C. Pengaruh Pembelajaran Aqidah Akhlak terhadapa Perilaku Siswa .. 37
D. Penelitian yang Relevan……… 37
E. Kerangka Berpikir ………..………….. 39
F. Hipotesis Penelitian ……….. 40
BAB III METODE PENELITIAN
………. 41A. Tempat dan Waktu Penelitian………...……… 41
B. Metode Penelitian ………. 41
C. Variabel Penelitian ……… 42
D. Populasi dan Sample ………. 42
E. Teknik Pengumpulan Data ……… 42
F. Teknis Analisis Data ………. 45
G. Hipotesis Statistik ……….. 48
BAB IV HASIL PENELITIAN
………...……….. 49A. Profil Darul Mu’minin ……… 49
B. Deskripsi Data ……… 51
C. Analisis Regresi Linier Sederhana ………. 70
D. Uji Koefisien Regresi Sederhana (Uji t)………. 77
xi
DAFTAR PUSTAKA………... xiii
xii
Tabel 2 Pemahaman siswa terhadap materi Aqidah Akhlak………... 52
Tabel 3 Guru mengajarkan agar selalu menghormati kedua Orang tua…… 52
Tabel 4 Guru menggunakan metode saat belajar………. 53
Tabel 5 Siswa mengerti pelajaran yang disampaikan Guru ………. 53
Tabel 6 Suasana belajar Aqidah Akhlak………. 54
Tabel 7 Guru menggunakan metode ceramah ………. 54
Tabel 8 Guru menggunakan metode tanya jawab……….. 55
Tabel 9 Guru memberikan pertanyaan di akhir pelajaran……….. 55
Tabel 10 Guru memberikan latihan soal setelah menyampaikan materi….. 56
Tabel 11 Guru Aqidah Akhlak memberikan tugas pada pertengahan semester.56 Tabel 12 Guru Aqidah Akhlak menilai tugas siswa……….…………. 57
Tabel 13 Guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar……… 58
Tabel 14 Siswa mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru……. 58
Tabel 15 Suasana belajar menyenangkan dan tidak membosankan…………. 58
Tabel 16 Daftar jawaban responden untuk Variabel X ……… 59
Tabel 17 Siswa langsung melaksanakan sholat ketika adzan berkumandang .. 61
Tabel 18 Siswa mengerjakan sholat Sunnah……… 61
xiii
Tabel 23 Jika bertemu dengan Guru siswa memberikan salam………... 64
Tabel 24 Siswa membantu temannya ketika mengalami kesulitan………….. 64
Tabel 25 Siswa membiarkan temannya ketika sedang tidur di kelas………... 65
Tabel 26 Siswa memarahi temannya yang meminta maaf………... 65
Tabel 27 Siswa mengerjakan PR di rumah……….. 66
Tabel 28 Siswa membuang sampah pada tempatnya……….….. 66
Tabel 29 Siswa turut memelihara tanaman agar dapat tumbuh dengan baik ... 67
Tabel 30 Siswa membiarkan tanaman tumbuh tanpa perawatan………….….. 67
Tabel 31 Siswa tidak menyakiti hewan yang ditemui……….…. 68
Tabel 32 Siswa mengganggu hewan……… 69
Tabel 33 Daftar Jawaban Responden untuk Variabel Y ……….. 69
Tabel 34 Tabulasi Data Penelitian………... 65
Tabel 35 Tabel Variable yang di masukkan………. 69
Tabel 36 Nilai Korelasi……… 70
Tabel 37 Table ANOVA……….. 70
1
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat
ditinggalkan dalam kehidupan setiap manusia. Hal itu dikarenakan bahwa
dengan pendidikan manusia mampu mengangkat harkat martabat dirinya
menuju kepada peradaban budaya dan pola berfikir yang lebih maju, dinamis
dan ilmiah.
Berkaitan dengan pendidikan yang berlandaskan ketuhanan, pendidikan
Agama Islam merupakan upaya untuk menanamkan ajaran Agama Islam
kepada manusia, salah satunya adalah mempelajari dan menanamkan Akidah
dan Akhlak yang baik agar tercermin pribadi muslim yang baik, selain
dipelajari akhlak tersebut wajib diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan Akhlak adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa agar
memahami ajaran Islam (knowing) terutama dalam aspek Akidah (tauhid) dan
Akhlak, terampil melakukan ajaran Islam (doing), dan melakukan ajaran Islam
dalam kehidupan sehari-hari (being) sehingga mencerminkan ajaran Agma
Islam yangRahmatan lil alamin.1
Ajaran Islam membimbing umat manusia dimulai dengan memperbaiki
akhlak. Apabila akhlak manusia baik, maka keluarga, masyarakat dan
bangsanya akan baik pula. Islam senantiasa mengajarkan agar setiap umat
selalu berusaha memperbaiki akhlak pribadi dan masyarakatnya. Lingkungan
masayarakat yang rusak agar segera di ubah akhlaknya, sehingga perbuatan
dan perilakunya menjadi baik.
1
Dalam kehidupan sehari-hari akhlak merupakan hal yang sangat penting
dalam bertingkah laku. Dengan akhlak yang baik seseorang tidak akan
terpengaruh hal-hal yang negatif. Dalam Agama Islam telah diajarkan kepada
semua pemeluknya agar dirinya menjadi manusia berguna untuk dirinya serta
berguna bagi orang lain. Manusia yang berakhlak dapat menghiasi dirinya
dengan sifat kemanusiaan yang sempurna, menjadi manusia yang shaleh
dalam arti yang sebenarnya, selalu menjaga kualitas kepribadiaanya sesuai
dengan tuntunan Allah SWT. dan Rasul-Nya.
Perhatian terhadap pentingnya akhlak itu semakin kuat, yaitu disaat
manusia dizaman modern ini dihadapkan pada masalah moral dan akhlak yang
serius, kalau dibiarkan akan menghancurkan masa depan bangsa yang
bersangkutan. Praktik hidup yang menyimpang dan penyalahgunaan
kesempatan dengan mengambil bentuk perbuatan sadis dan merugikan orang
lain tumbuh subur di wilayah yang tak berakhlak. Korupsi, kolusi,
penodongan, perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, tawuran antar pelajar
dan warga, dan perampasan hak-hak asasi manusia pada umumnya terlalu
banyak yang dapat dilihat dan disaksikan. Cara mengatasianya bukan hanya
dengan uang, ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi harus dibarengi dengan
penenangan dibidang mental spiritual (menanamkan akidah yang kuat) dan
akhlak yang mulia.2 Seiring berkembangnya ilmu sains dan teknologi,
membuat manusia terseret ikut tenggelam dalam dunia yang transparan tanpa
rahasia. Manusia dihadapkan pada perubahan cepat dalam berbagai dimensi
kehidupan.3
Banyak hal yang melatarbelakangi perubahan atau kemerosotan perilaku
mental akidah dan akhlaknya tidak sesuai dengan ajaran Islam. Yang
ironisnya lagi melanda siswa dimana nilai-nilai akhlakul karimah atau akhlak
terpuji sudah sering ditinggalkan seperti adab kepada Allah, orang tua, guru,
teman, makhluk lainnya, kurang sopan, berkata kasar/jorok, berbohong, rasa
2
Aminuddin dkk,Pendidikan Agama Islam,(Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002), h. 157 3
takut kepada selain Allah yang secara berlebihan dan lain-lain. Pada zaman
sekarang dari sudut akhlak mulia kita mengamati fenomena yang
memprihatinkan. Dihadapan mata kita terpampang realitas yang sering tidak
masuk akal. Akhlak mulia dan budi pekerti luhur baik pada tingkat individual
maupun sosial, seolah-olah tenggelam. Kemerosotan akhlak di kalangan
masyarakat makin menjadi-jadi.
Menurut Mudzakin Hafidz dalam artikelnya tentang perbedaan siswa
zaman dahulu yaitu di era 90 an kebawah dengan siswa sekarang yaitu di
akhir 90an hingga sekarang. Menurut opininya siswa zaman dahulu seperti:
1. Lebih patuh dan hormat kepada guru dan senantiasa menjaga
kesopanannya.
2. Ketika diberitahu/dinasehati mendengarkannya dengan seksama.
3. Lebih perhatian kepada guru, jika ada guru yang sakit langsung
menjenguknya
4. Ketika diperintah guru langsung mendengarkan dan bahkan malu kalau ke
sekolah sebelum mengerjakan tugas tersebut
5. Siswa dulu menganggap guru adalah orang tua sehingga sangat
menghormatinya, meskipun guru itu kadang keras.
6. Mengganggap hukuman adalah pelajaran dan konsekuensi dari sebuah
kesalahan.
Siswa Sekarang:
1. kurang menghormati guru bahkan cenderung berani
2. Ketika diberitahu/dinasehati tidak langsung mendengar bahkan kadang
membantah
3. Kurang perhatian kepada guru, bahkan lebih senang kalau gurunya tidak
hadir.
4. Ketika diperintahkan guru untuk mengerjakan tugas, menggerutu, kalau
SD ia meminta tolong kepada orang tua/guru kelasnya
6. Kalau dihukum/diberitahu malah menantang, bahkan tidak jarang jika
dihukum malah senang.
7. Menganggap guru sebagai teman, bukan orang tua. bahkan tak jarang ada
yang panggil bukan sebagai pak guru misalnya dibeberapa sekolah SMA
memanggil dengan gurauan
Dan ada beberapa hal yang mempengaruhi keadaan perilaku siswa seperti
sekarang:
1. Karena arus informasi dan teknologi, sehingga mempengaruhi pemikiran
para siswa.
2. Karena keikhlasan guru mulai luntur, guru sekarang seperti jualan ada
uang ada barang, coba kita perhatikan guru dulu diberi berapapun ia tetap
ikhlas. hal ini mempengaruhi martabat dan kehormatan guru.
3. Guru lebih takut pada orang tua, terutama pada sekolah-sekolah yang
berbiaya mahal, karena disana murid adalah nasabah, sebagaimana
nasabah dalam Bank, yang harus dihormati dan dilayani.
4. Kurangnya sifat keteladanan pada guru, murid dilarang merokok, guru
merokok, murid dilarang mencontek, guru malah memberitahu dll.
5. Guru takut pada hukum dan peraturan secara berlebihan, sehingga
cenderung membiarkan saja ketika siswanya kurang benar. bahkan kadang
guru merasa bingung untuk berbuat ketika salah satu siswanya
berulangkali melanggar.4
Demikian opini yang disampaikan oleh Mudzakin Hafidz berkaitan
dengan keadaan siswa dahulu dan siswa saat ini.
Pendidikan akhlak merupakan salah satu aspek yang sangat fundamental
dalam kehidupan masayarakat. Karena sepintar-pintarnya seorang anak didik
tanpa dilandasi dengan akhlak yang baik maka tidak dapat mencerminkan
kepribadian yang baik pula. Masalah akhlak merupakan masalah yang penting
4
bagi ajaran Islam dan bagi kehidupan umatnya. Akhlak adalah nilai pribadi
dan harga diri seseorang, maka orang yang tidak berakhlak akan hilang harga
dirinya dihadapan Allah SWT dan masyarakat. Semua itu tidak dapat
dipungkiri perkembangan keduanya merupakan hasil dari pendidikan dan
pengajaran. Pendidikan dan pengajaran sangat dibutuhkkan oleh manusia
karena tanpa pendidikan dan pengajaran manusia bisa terjerumus dalam
jurang kehancuran, serta akan selalu mengedepankan hawa nafsunya saja.
Sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. sepatutnya manusia harus dapat
mengendalikan diri dari hal-hal yang buruk. Akhlak merupakan sifat yang
meresap dalam jiwa yang mencerminkan prilaku spontan tanpa dibuat-buat.
Seseorang yang berakhlak baik maka ia akan mendapatkan ketenangan,
kebahagiaan dan kemashlahatan baik bagi dirinya maupun orang lain.
Dengan demikian jelas bahwa pembelajaran Akidah Akhlak merupakan
tahap dasar penerapan keyakinan dan juga bagian integral dari sistem
pendidikan nasional.5 Memang pendidikan akhlak di Sekolah bukanlanlah
satu-satunya faktor yang mempengaruhi terhadap tingkah laku siswa. Namun
di samping itu, pendidikan akhlak juga sangat berpengaruh terhadap
perkembangan tingkahlaku siswa. Pendidikan akidah dan akhlak merupakan
dasar dari setiap pendidikan, juga merupakan pondasi serta benteng dari
perkembangan zaman yang tidak lepas dari budaya luar yang menyesatkan.
Maka dari itu, pendidikan Akidah Akhlak mempunyai arti dan peranan
penting dalam pembentukan tingkah laku siswa. Sebab dalam pendidikan
Akidah akhlak ini siswa tidak hanya diarahkan kepada kebahagiaan hidup di
dunia saja, tetapi juga untuk kebahagiaan hidup di akhirat.
Pada akhirnya dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pendidikan akidah
akhlak dapat dipandang sebagai suatu wadah untuk membina dan membentuk
tingkah laku siswa dalam mengembangkan pengetahuan (kognitif), sikap
(afektif) serta pembiasaan (psikomotorik).
5
Dan untuk mewujudkan tujuan di atas tentunya harus di tunjang dengan
berbagai faktor, seperti guru atau pendidik, lingkungan, motivasi dan sarana
yang relevan. Perkembangan dan pertumbuhan tingkahlaku siswa berjalan
cepat atau lambat tergantung pada sejauh mana faktor–faktor pendidikan
Akidah Akhlak dapat disediakan dan difungsikan sebaik mungkin. Dalam hal
ini, lembaga sekolah tidak hanya menyangkut kecerdasan anak semata,
melainkan juga menyangkut tingkah dan perilaku serta kepribadian anak.
Karena melihat pembelajaran Akidah Akhlak penting ditanamkan sejak
dini, maka sekolah merupakan salah satu tempat membina, mempersiapkan
anak didik dan tempat anak bergaul teman sebaya serta tempat berkumpul
para guru. Oleh karena itu, sangat perlu sekali jika pembinaan perilaku
tersebut dilakukan melalaui pembelajaran Akidah Akhlak di sekolah, di
samping dalam kehidupan keluarga, karena pembelajaran Akidah Akhlak
banyak memuat materi-materi yang mengarahkan siswa untuk selalu
bertingkah laku baik dan menjauhkan tingkah laku yang buruk.
Sekolah Dasar Islam Darul Mu’minin adalah salah satu lembaga pendidikan yang berbasis Islam yang ingin mencetak para siswanya agar
mempunyai akhlak yang mulia karena seseorang yang berakhlak mulia sudah
tentu dilandasi dengan akidah yang kuat. Dalam materi Akidah Akhlak kelas
V SD terutama di sekolah SDI Darul Mu’minin pada materi akidah terdapat materi kalimat thayyibah, Asmaul Husna, ciri-ciri beriman kepada Allah, Rasul dan Kitab-Nya. Sedangkan pada materi akhlak terdapat pembelajaran
mengenai akhlak terpuji dan tercela, adab bekerja dan adab kepada orang tua,
dan sifat optimis. Dari penjabaran materi tersebut siswa kelas V SDI Darul
Mu’minin diharapkan dapat mengaplikasikan pembelajaran tersebut kedalam kehidupan sehari-hari.
Atas dasar alasan tersebut diatas maka penulis mencoba mengangkatnya
dalam bentuk penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh Pembelajaran
yang signifikan antara pembelajaran Akidah Akhlak dalam upayanya
membentuk perilaku peserta didiknya yang menjunjung tinggi nilai-nilai
akhlakul karimah sebagai akhlak yang terpuji sesuai dengan ajaran agama
islam.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka masalah-masalah yang
dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran Akidah Akhlak kurang memberikan kontribusi dalam
membentuk perilaku siswa, disebabkan kurangnya pendidikan akhlak yang
diterima siswa
2. Pendidikan agama khususnya pembelajaran Akidah Akhlak kurang
mendapatkan perhatian dan dukungan dari pemerintah dan masyarakat.
3. Karena arus informasi dan teknologi yang begitu bebasnya sehingga
mempengaruhi pemikiran para siswa.
4. Banyaknya siswa yang mempelajari Akidah Akhlak namun belum
terbentuk perilaku yang mencerminkan muslim yang teladan.
5. Perilaku siswa yang telah dilanda problem akan berdampak pada masa
depannya.
C. Pembatasan Masalah
Dari hasil identifikasi masalah di atas terdapat berbagai penyebab yang
dapat mempengaruhi perilaku siswa. Agar pembahasan skripsi ini tidak terlalu
meluas dan pemabahasannya lebih terarah maka penulis membatasi
peneliatian ini hanya pada penguasaan siswa terhadap materi Akidah Akhlak
yang telah dipelajari di SDI Darul Mu’minin khususnya kelas V, sebagai berikut:
1. Pendidikan akhlak yang dimaksud adalah penguasaan materi Akidah
Akhlak dalam pengetahuan siswa, pemahaman siswa, penerapan siswa,
2. Perilaku siswa yang dimaksudakan adalah setiap gerak-gerik siswa sebagai
hasil belajar materi Akidah Akhlak.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembelajaran Akidah Akhlak di SDI Darul Mu’minin Ciledug Kota Tangerang?
2. Bagaimana perilaku siswa di SDI Darul Mu’Minin Ciledug Kota Tangerang?
3. Adakah pengaruh pembelajaran Akidah Akhlak di SDIDarul Mu’minin Ciledug Kota Tangerang?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat diketahui tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui proses pembelajaran Akidah Akhlak di SDI Darul
Mu’mininCiledug Kota Tangerang
2. Untuk mengetahui perilaku siswa di SDI Darul Mu’minin Ciledug Kota Tangerang
3. Untuk mengetahui adakah pengaruh pembelajaran Akidah Akhlak di SDI
Darul Mu’mininCiledug Kota Tangerang
F. Kegunaan Penelitian
Dengan adanya penelitian yang menjadi salah satu syarat untuk
menyelesaikan program pendidikan strata satu (S1) pada jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini berguna untuk:
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi para upendidik dalam
menerapkan mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi pengaruh
10
A. Tinjauan Pembelajaran Aqidah Akhlak
1. Pengertian Pembelajaran Aqidah AkhlakPembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses
perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik.1 Dalam pemebelajaran Aqidah Akhlak pembelajaran
yang berisi dapat dapat mengarahkan kepada pencapaian kemampuan
dasar peserta didik untuk memahami rukun iman dengan sederhana serta
pengamalan dan pembiasaan berakhlak islami sederhana pula, untuk dapat
dijadikan perilaku dalam sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang
pendidikan berikutnya.
Kata Aqidah secara etimologi berasal dari Bahasa Arabﺪﻘﻋ ,ﺪﻘﻌﯾ ,ةﺪﯿﻘﻋ yang berarti menghubungkan ujung sesuatu dengan ujung sesuatu lainnya
sehingga menjadi suatu ikatan yang kuat dan sulit terbuka.2
1
Wikepedia,Pembelajaran dalam Dunia Pendidikan,
https://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran,diakses pada 23 November 2015, jam 10.24 WIB 2
Adalapun secara istilah adalah menurut Sutrisna dan Rafi’udin dalam bukunya mengatakan bahwa Aqidah: suatu kesatuan keyakinan yang utuh dan murni dalam hati dan perbuatan yang tersusun mulai yakin akan ke-Esa-an Allah, Malaikat-Nya, Kitab–Nya, Rasul-Nya hari pembalasan dan Takdir baik dan buruk semuanya dari Allah. Dan ini merupakan syarat tercapainya penghambaan diri dan diterimanya semua amal manusia.3
Sedangkan Syekh Al-Banna menyatakan Aqidah sebagai sesuatu yang
seharusnya hati membenarkannya sehingga menjadi ketenangan jiwa, yang
menjadikannya kepercayaan bersih dari kebimbangan.4Menurut ahli tafsir
Indonesia M. Quraisy Shihab dalam bukunya Wawasan AlQur’an ia mengatakan bahwa pokok-pokok Al-Qur’an yang diturunkan Allah dan
Rasulnya terdapat bab keimanan menyangkut tentang: Tuhan, Kenabian,
takdir, kematian, hari akhir dan keadilan serta kesejahteraan.5Dengan kata
lain, keyakinan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan apapun pada
orang yang menyakininya. Dan harus sesuai dengan keyataannya yang
tidak menerima keraguan atau prasangka. Jika hal tersebut tidak sampai
pada singkat keyakinan yang kokoh maka tidak dinamakan aqidah karena.
Dinamakan Aqidah, karena orang mengikat hatinya diatas hal tersebut.
Berdasarkan kutiapan tersebut diatas, maka ayat dapat dijadikan dasar
dalam Aqidah adalah dalam firman Allah:
benar penegak keadilan, menjadi saksi Karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu Karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka
3
Sutrisna & Rafi’udin,Pedoman Pendidikan Aqidah Remaja,(Jakarta: Pustaka Quantum, 2002), h. 33.
4
A. Syihab,Aqidah AkhusSunnah,(Jakarta: Bumi Aksara, 1998), h. 1 5
Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.”(Q.S. An-Nisaa,4:135)
Dari berbagai pendapat diatas mengenai Aqidah, dapat diketahui
bahwa pengertian Aqidah adalah pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan
pengertian keimanan, karena pokok-pokok ajaran yang disampaikan sama.
Yaitu mengenai kepercayaan kepada Allah SWT. kepada
malaikat-malaikatnya, kepada kitab-kitabnya, kepada rasul-rasulnya, kepada hari
akhir dan takdir. Dan menurut pendapat lainnya aqidah adalah hal-hal
yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa merasa tentram kepadanya,
sehingga menjadi keyakinan kukuh yang tidak tercampur oleh keraguan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata Akhlak diartikan sebagai
budi pekerti atau kelakuan.6
Menurut Ali Abdul Halim Mahmud (2004:28) dengan merujuk pada pendapat Imam al-Ghazali, mengatakan menurut Bahasa kata al-Khalaq (fisik) danal-Khuluq(Akhlak) adalah dua kata yang sering dipakai secara bersamaan. Seperti redaksi Bahasa Arab ini, “Fulan husnu al-khalaq wa al-khuluq” yang artinya: “seseorang baik lahirnya dan batinnya “ sehingga yang dimaksud al-khalaqadalah bentuk lahirnya. Hal ini karena manusia yang tersusun dari dua unsur fisik dan non fisik. Unsur fisik dapat dilihat oleh mata kepala. Sedangkan unsur non fisik dpat dilihat oleh mata batin. Dimana kedua-duanya membbawa bentuk dan gambaran ada yang buruk dan ada pula yang baik. Dan jiwa yang di tangkap oleh mata batin ini lebih tinggi nilainya daripada fisik yang ditangkap dengan mata kepala.7
Menurut sebagian ahli bahwa akhlak tidak perlu dibentuk, karena
akhlak adalah insting. Bagi golongan ini bahwa masalah akhlak adalah pembawaan dari manusia sendiri, yaitu kecenderungan kepada kebaikan
atau fitrah yang ada dalam diri manusia. 8Selanjutnya ada pula pendapat
yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan,
pembinaan dan perjuangan keras dan sungguh-sungguh. Kelompok yang
mendukung pendapat kedua ini umumnya datang dari Ulama-ulam islam
6
Heri Gunawan,Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi,(Bandung, Alfabeta, 2012), h. 4
7
Ibid,h. 5 8
yang cenderung pada akhlak seperti Ibnu Maskawih. Menurut Ibnu
Maskawih akhlak adalah perangrai itu adalah keadaan gerakan jiwa yang
mendorong kearah melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan
pikiran.9Dan al-Ghazali juga menjelaskan bahwa akhlak adalah gambaran
dari keadaan di dalam jiwa yang tertanam kokoh (terintenalisasi), dimana
perilaku menyandar padanya dengan gampang dan mudah tanpa
membutuhkan pemikiran dan pertimbangan lagi.10
Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin, ada beberapa perkara yang menguatkan pendidikan akhlak dan meninggikannya. (1) Meluaskan lingkungan fikiran, (2) Berkawan dengan orang yang terpilih, (3) Membaca dan menyelidiki perjalanan para pahlawan dan yang berfikiran luar biasa, (4) Mendorong diri agar selalu berperilaku baik, (5) Membiasakan jiwa agar taat, dan memelihara kekuatan penolak sehingga diterima ajakan baik dan ditolak ajakan buruk.11
Sebagaimana pendapat-pendapat yang berkembang dimasyarakat
bahwa aqidah akhlak adalah suatu hal yang dapat berdiri sendiri maka
penulis mempunyai kesimpulan bahwa antar aqidah dan akhlak dalah
suatu hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Dan hubungannya penulis
dapatkan sebagai berikut:
1) Akidah merupakan pondasi dasar untuk manusia mengerti segala
keyakinan pada suatu yang telah digariskan oleh Allah SWT. Apabila
manusia mengikuti garis-garis tersebut ia tidak akan celaka.
2) Sementara Akhlak yang mempunya arti tingkah laku, watak, tabiat,
moral atau budi pekerti yang dihasilkan secara sadar, dari usaha-usaha
manusia untuk berbuat baik ataupun buruk.
Dari dua analisa diatas, hubungan antara aqidah dan akhlak adalah
apabila manusia beraqidah dengan baik maka dengan aqidah yang kuat
tersebut dapat mempengaruhi perilakunya. Untuk berbuat baik dan buruk
9
Gunawan.loc. cit. 10
Jurnal Pendidikan Agama Islam, (Jakarta, Jurusan Pendidikan Agama Islam, 2009)Volume III, h. 2
11
seseorang dapat dipengaruhi oleh kuat lemahnya iman seseorang terhadap
Allah SWT.
Dengan demikian pembelajaran Aqidah Akhlak adalah Agar siswa
memiliki pengetahuan, penghayatan, dan keinginan yang kuat untuk
mengamalkan ahlak yang baik dan berusaha sekuat tenaga untuk
meninggalkan akhlak yang buruk, baik dalam hubungannya dengan Allali
SWT, diri sendiri, antar manusia maupun hubungannya dengan alam
lingkungan.
2. Ruang Lingkup Akidah Akhlak a. Ruang Lingkup Akidah
Akidah Islamiyah bisa disamakan artinya dengan keimanan dan
tauhid. Sayyid Sabiq membagi aqidah islam dalam arti keimanan
menjadi enam bagian:
1) Mengenal kepada Allah.
2) Percaya tentang alam gaib yang ada di balik alam semsta ini. 3) Mengenal dan memahami kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah
kepada para Rasul.
4) Mengenal kepada kisah Rasul-rasul yang di utus Allah. 5) Percaya akan berakhirnya seluruh makhluk atau hari akhir. 6) Percaya kepada taqdir (Qodho dan Qadar).12
Cak Nur lebih lanjut menyatakan, bahwa ilmu Tauhid menempati posisi yang cukup terhormat dalam tradisi keilmuan kaum Muslimin. Hal itu, terbukti dar jenis-jenis penyebutan lain ilmu tersebut, yaitu sebutan sebagai ilmu Aqa’id (Ilmu Aqidah-Aqidah, yakni simpulan-simpul [kepercayaan], ilmu Kalam (ilmu tentang firman [Allah]), dan ilmu Ushul al-Din (Ushuludin, yakni Ilmu pokok-pokok Agama).13
Landasan Akidah Islam adalah beriman kepada Allah,
malaikat-malakat, kitab-kitab, para Rasul, hari akhir, dan beriman kepada Qodho
(takdir), yang baik ataupun yang buruk sebagimana Firman Allah :
12
Khalimi, Op.cit. h. 129 13
“Bukanlah menghadapkan wajahmu kearah timur dan barat itu suatu kebajikan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, Nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan sholat, dan menunaikan za kat , dan orang0orang yang menempati janjinya apabila ia berjanji, dan orangorang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya): dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”(QS. Al-Baqarah,2:177)
Dengan demikian dalam ruang lingkup Aqidah atau Tauhid
bisa dipahami sebagai ilmu yang mengkaji persoalan keesaan dan
eksistensi Allah berikut seluruh unsur yang tercakup didalamnya:
suatu kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa.
b. Ruang Lingkup Akhlak
Jika defenisi tentang Ilmu akhlak tersebut kita perhatikan dengan
seksama, akan tampak bahwa ruang lingkup pembahasan Ilmu Akhlak
adalah membahas tentang perbuatan-perbuatan manusia, kemudian
menetapkannya apakah perbuatan tersebut tergolong perbuatan yang
baik atau perbuatan yang buruk. Ilmu akhlak dapat pula disebut
sebagai ilmu yang berisi pembahasan dalam upaya mengenal tingkah
laku manusia, kemudian memberikan nilai atau hukum kepada
perbuatan tersebut, yaitu apakah perbuatan tersebut tergolong baik atau
Ruang lingkup Akhlak dalam pandangan syariat Islam sangat luas.
Akhlak tidak berhenti pada pembahasan masalah etika pergaulan dan
tata sopan santun belaka, tapi mencankup semua pola pikir, selera,
pandangan, sikap, perilaku, kecenderungan, dan keinginan yang ada
pada seseorang. Semua itu masuk dalam kategori akhlak.
Tepatlah ketika Aisyah ra. ditanya tentang Akhlak Rasulullah saw.
beliau menjawab dengan jawaban yang singkat dan padat, “Akhlak
Rasullulah saw. itu adalah Al-Qur’an”. Jadi ruang lingkupnya menjadi tidak terbatas, karena semua sikap, tindakan, perilaku dan apapun yang
dikerjakan manusia, tidak bisa lepas masalah akhlak. Semua yang
dilakukan dan diajarkan oleh sosok Rasulullah saw. itu menjadi
teladan bagi umatnya. Allah SWT. Berfirman:
“sesungguhnya telah ada pada diri Rasullulah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. Al-Ahzab, 33:21)
Akan tetapi perbuatan yang bersifat alami, dan perbuatan yang
dilakukan tidak karena senagaja, atau khilaf tidak termasuk perbuatan
akhlak, karena dilakukan atas dasar pilihan.
Dengan memperhatikan keterangan tersebut, kita dapat memahami
bahwa yang dimaksud dengan akhlak adalah ilmu yang mengkaji suatu
perbuatan yang dilakukan manusia dalam keadaan sadar, kemauan
sendiri, tidak terpaksa, dan sungguh-sungguh atau sebenarnya, bukan
3. Aspek-aspek Akidah Akhlak a. Aspek Akidah
Aspek dalam Akidah (keimanan) meliputi:
1) Kalimat Thoyyibah sebagai materi pembiasaan, yaitu kalimat Laa ilaaha illallah, basmalah, Alhmadulillah Subhanallah, Allahu Akbba, ta’awwudz, asslamualaikum, Shalawat, tarji’, Laa haula
wala quwwata illa billah dan istigfar
2) Al-Asma Al-Husna sebagai materi pembiasaan, meliputi: al-Ahad, al-Kahliq, ar-Rahman, ar-Rahim, as-Sami’, ar-Razak, al-Mughny, Hamid, asy-Syakur, Quddus, ash-Shomad, Muhaimin, al-‘Adhim, al-Karim, Kabir, Malik, Bathin, Waly, al-Mujib, al-Wahab, al-‘Alim, adh-Dhahir, ar-Rasyid, al-Hadi, As-Salam, al-Mu’min, al-Latif, Baqi, Bashir, Muhyi, al-Mumit, al-Qowy, al-Hakim, al-Jabbar, al-Mushawwir, al-Qadir, al-Ghafur, al-Afuww, ash-Shabbur dan al-Halim.
3) Pengenalan terhadap sholat lima waktu sebagai manifestasi Iman
kepada Allah
4) Menyakini Rukun Iman yaitu, Iman kepada Allah, kita Allah,
percaya kepada Malaikat, Iman kepada Rasul, Iman kepada hari
Akhir, percaya Takdir.14
b. Aspek Akhlak
1) Akhlak Karimah (mahmudah) secara berurutan disajikan pada
setiap semester dan jenjang kelas, yaitu: disiplin, hidup bersih,
ramah, sopan santun, syukur nikmat, hidup sederhana, rendah hati,
jujur, rajin, percaya diri, kasih saying, taat, rukun, tolong
menolong, hormat, dan patuh, siddiq, amanah, tabligh, fathonah,
tanggung jawab, adil, bijaksana, teguh pendirian, dermawan,
optimis, qonaah dan tawakal.
14
2) Menghindari Akhlak Sayi’ah (madzmumah) secara berurutan
disajikan pada setiap semester dan jenjang kelas, yaitu: hidup
kotor, berbicara jorok/kasar, bohong, sombong, malas, durhaka,
khianat, iri, dengki, membangkang, munafik, hasud, kikir, serakah,
pesimis, putus asa, marah, fasik dan murtad.
c. Aspek Adab Islami
1) Adab terhadap diri sendiri yaitu: adab mandi, tidur, buang air
besar/kecil, berbicara, meludah, berpakaian, makan dan minum,
bersin, belajar, dan bermain.
2) Adab terhadapa Allah yaitu mengaji, adab di masjid, dan adab
beribadah.
3) Adab terhadap sesama, yaitu: kepada orang tua, saudara, guru,
teman dan tetangga.
4) Adab terhadap lingkungan yaitu kepada binatang, tumbuhan, di
tempat umum dan di jalan.
d. Aspek Kisah Teladan
Aspek kisah teladan, meliputi kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhan,
Nabi Sulaiman dengan tentara semut, masa kecil Nabi Muhammad
saw. masa remaja Nabi Muhammad saw. Nabi Ismail, Kan’an,
kelicikan saudara-saudara Nabi Yusuf a.s, Tsa’labah, Mashithah, Ulul
Azmi’ Abu Lahab, Qarun, Nabi Sulaiman dan umatnya, Ashabul
Kahfi, Nabi Yunus dan Nabi Ayub. Materi kisah-kisah telada ini
disajikan sebagai penguat terhadap isi materi yaitu Aqidah dan Akhlak,
sehingga tidak ditampilkan dalam Standar Kompetensi, tapi
ditampilkan dalam Kompetensi, tapi ditampilkan dlam Kompetensi
4. Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang mulia karena
karunia yang diberikan Allah kepadanya berupa akal pikiran yang
membedakannya dengan makhluk-makhluk lainnya. Akhlak merupakan
mutiara hidup yang mebedakan manusia dengan manusia lainnya. Tanpa
Akhlak, manusia akan kehilangan derajat kemanusiaanya yang mulia dan
akan turun ke derajat binatang, atau bahkan lebih rendah. Sebab dengan
potensi akalnya manusia bias berbuat lebih hina dan lebih jahat daripada
binatang.
Bedasarkan Permenag No. 2 Tahun 2008 tentang tujuan pembelajaran
Aqidah Akhlak adalah: memberikan kemampuan dasar kepada siswa
tentang Aqidah Islam untuk mengembangkan kehidupan beragama
sehingga menjadi muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
serta berakhlak mulia sebagai pribadi, sebagai anggota masyarakat dan
sebagai warga negara.15
Tujuan dari pendidikan akhlak dalam Islam adalah untuk membentuk
manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan
perbuatan, mulia dalam tingkah laku perangai, bersifat bijaksana,
sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci. Dengan kata lain
pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan manusia yang memiliki
keutamaan (al-fadhilah).16
Berdasarkan tujuan ini, maka setiap saat, keadaan, pelajaran, aktifitas,
merupakan sarana pendidikan akhlak. Dan setiap pendidik harus
memelihara akhlak dan memperhatikan akhlak di atas
segala-galanya.Bedasarkan penegrtian diatas, pada sub bab ini penulis
menghubungkan antara pengertian Aqidah Akhlak denga tujuan
dipelajarinta kedua materi tersebut, baik secara formal di sekolah-sekolah
yang berciri khas kan Islam, ataupun sekolah umum yang memasukan
15
Kementrian Agama RI, 2008,Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta, SKK Kemenag.
16
materi Aqidah Akhlak pada bidang studi Agama Islam dan juga secara
kehidupan umum di tengah-tengah kehidupan masyarakat kita pada
perinsipnya pemabelajaran ataupun penanaman Aqidah Akhlak
mempunyai tujuan untuk membersihkan hati dan perbuatan manusia dari
syirik menyekutukan Allah swt. dan dari sikap teguh kukuh pada
keyakinan dan ajaran-ajaran Allah swt. yang disampaikan Nabi-nabi
beserta Rasulnya, maka akan tercermin sikap positif menjadi tabiat dalam
diri mereka tersebut.
Tujuan Aqidah Akhlak dalam membersihkan hati manusia dari
perbuatan syirik kepada Allah swt. dapat kita lihat dari materi yang
diajarkan pada bidang studi Aqidah Akhlak, sebagai berikut:
a. Pengertian Aqidah Akhlak
b. Kewajiban Manusia
c. Adab pergaulan: dengan masyarakat, dengan orangtua, dengan teman
sebaya, dengan teman yang lebih muda, dengan yang berbeda agama,
dengan makhluk hidup, adab berbicara, adab berpakaian, adab makan
dan minum, serta adab memandang.
d. Sifat-sifat terpuji dan tercela
e. Rukun Iman yang 6 perkara. Berdasarkan pemaparan materi tersebut di
atas, maka penulis menyimpulkan bahwa tujuan pembelajaran Aqidah
Akhlak adalah membuat hati manusia bersih dari sifat syirik dan
menciptakan manusia sebagai makhluk Allah yang mempunyai sifat
terpuji dan menjauhi sifat tercela.
Akhlak secara umum, mempunya faedah yang signifikan dalam
kehidupan manusia, diantaranya manusia adalah:
a. Meningkatkan derajat manusia.
b. Menuntun kepada kebaikan.
c. Menunjukan manifestasi kesempurnaan iman.
d. Menjadi unsur penolong di hari kiamat kelak.17
17
5. Materi Pembelajaran Akidah Akhlak Kelas V di SDI Darul Mu’minin Ada beberapa materi yang di pelajari di kelas V di SDI Darul Mu’minin
yaitu:
Materi Aqidah
a. KalimatThayyibah(Alhamdulillah dan Allahu Akbar)
b. Asmaul Husna (Ar-Razaq, Al-Mughni, Al-Fattah, Al-Wahab, dan Asy Syakur)
c. Ciri-ciri beriman kepada Allah, Rasul dan Kitab
d. Syukur Nikmat
Materi Akhlak
a. Akhlak terpuji (optimis, qana’ah dan tawakal)
b. Akhlak tercela (pesimis,bergantung, serakah/tama’ dan putus asa)
c. Adab bekerja
d. Adab pada orang tua
e. Sifat optimis, teliti, cermat Nabi Sulaiman atau tokoh lain)
f. Tokoh yang berakhlak tercela putus asa/ tama’18
B. Perilaku Siswa
1. Pengertian PerilakuMenurut bahasa kata perilaku berasal dari kata “peri” dan “laku”. Peri
berarti cara berbuat kelakuan perbuatan, dan laku berarti perbuatan,
kelakuan, cara menjalankan. Dan menurut istilah Perilaku adalah respon
individu terhadapa suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati
dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun
tidak.19
18
Tim Bina Guru,Bina Akidah dan Akhlak,(Jakarta: Earlangga, 2009), h. 5-119 19
Psikologi memandang perilaku manusia (human behavior) sebagai
reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks.20 .Pada
manusia, perilaku operan atau psikologis inilah yang dominan. Sebagian
terbesar perilaku ini merupakan perilaku yang dibentuk, perilaku yang
diperoleh perilaku yang dikendalikan oleh pusat kesadaran atau otak
(kognitif). Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu
kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan.21
Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah sebuah respon
individu terhadap stimus yang reaksinya bersifat sederhana atau kompleks.
Dan sebagian besar perilaku adalah dibentuk dan dikendalikan oleh pusat
kesadaran atau otak. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu
aktivitas manusia itu sendiri.
Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang
sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan
sebagainya. Bahkan kegiatan internal sperti berpikir, persepsi dan emosi
juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis
dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh
organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak
langsung.
Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku
merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan
(respon) dan respons. Ia membedakan adanya 2 respons, yakni:
a. Respondent Respons atau Reflexive Respons
Adalah respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan
tertentu. Respondent respons (respondent behavior) ini mencangkup
juga emosi respons atau emotional behaviour. Emotional respons ini
timbul karena hal yang kurang mengenakan organisme yang
bersangkutan.
b. Operant Respons atau Instrumental Respons
20
Saifuddin Azwar,Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013), hal. 11
21
Adalah respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh
perangsang tertentu. Perangsang semacam ini disebut reinforcement.
Reinforcement adalah proses di mana akibat atau perubahan yang
terjadi dalam lingkungan memperkuat perilaku tertentu dimasa datang.
Misalnya, jika kapan saja kita selalu terseyum kepada orang asing
(yang belum kita kenal sebelumnya) dan mereka terseyum kembali
kepada kita, maka muncul kemungkinan bahwa jika dikemudian hari
kita bertemu dengan orang asing maka kita akan terseyum. Dan
refinforcement atau penguat, bisa bersifat negatif atau positif.22
Oleh sebab itu, perangsang yang demikina itu mengikuti atau
memperkuat suatu perilaku yang telah dilakukan. Apabila seorang anak
belajar atau telah melakukan suatu perbuatan kemudian memperoleh
hadian makan ia akan menjadi lebih giat belajar atau akan lebih baik lagi
melakukan perbuatan tersebut. Dengan kata lain responnya akan lebih
intensif atau lebih kuat lagi.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Siswa
Secara garis besar ada 2 faktor yang mempengaruhi perilaku manusia.
Faktor internal dan factor eksternal. Faktor internal yaitu factor yang
berasal dari dir sendiri dan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari
lingkungan di luar dirinya bahwa dalam tingkah laku organisme tidak
lepas dari pengaruh organisme itu sendiri.23
Setiap perilaku manusia yang bersifat Iradah, mempunyai tujuan tertentu. Tiap tindakan manusia (suluk) mempunyai pendorong tersendiri
(ba’its).
Manusia sebagai makhluk terbaik ciptaan Allah mempunyai keunikan
dalam berprilaku. Keunikan yang dimaksud dikarenakan adanya
22
Hasan Mustafa,Perilaku Manusia dalam Perspektif Sosiologi, (Jurnal: UNPAR), 27 Januari 2012
23
perpaduan perbedaan fisik dan mental ini yang akan melahirkan perilaku
yang beralasan.
Untuk melahirkan perilaku yang baik yang dapat dirasakan oleh orang
lain dalam berinteraksi memerlukan persiapan fisik dan mental yang
selaras, karena apabila keselarasan tidak terjadi akan menciptakan
ketidakseimbangan antara kesanggupan penghayatan dan kesanggupan
pengalaman agama. Setipa kelakuan dan tindakan manusia berasal dari
sebuah kehendak yang digerakan oleh naluri. Naluri ini merupakan sesuatu
yang dibawa manusia sejak lahir dan merupakan pembawaan asli manusia
sebagai makhluk hidup dan makhluk sosial. Dalam kehidupannya manusia
harus menyalurkan nalurinya sesuia dengan norma dan ajaran agama untuk
menghasilkan perilaku yang baik. Apabila manusia menyalurkan nalurinya
dengan salah akan menghasilkan perilaku yang buruk dan akibat yang
merugikan.
Naluri yang menjadi pendorong tingkah laku manusia salah satunya
adalah naluri bertuhan. Yaitu berupa tabiat manusia mencari dan
merindukan penciptanya yang mengaur dan memberikan rahmat
kepadanya, naluri ini disalurkan kedalam hidup beragama.24 Dengan
demikian, kebutuha manusia untuk beragama tidak dapat dihindarkan.
Karena pada dasarnya manusia akan merasakan ada sebuah kekuatan yang
melebihi selain dirinya. Ketika ia sedang berada dalam kesulitan dan
orang-orang yang beriman akan menjalankan perintah Allah secara Kaffah
yang direalisasikan dalam perilaku.
Adapun dengan kebiasaan itu, dimaksudkan dengan perbuatan yang
selalu berulang-ulang sehingga menjadi mudah untuk dikerjakan. Karena
seseorang ingin mengubah kebiasaan lama dengan sebuah perilaku yang
baru yang lebih baik, tentu akan membutuhkan waktu dalam
pelaksanannya. Hal itu dikarenakan kuatnya pengaruh kebiasaan lama
yang apabila ada perubahan akan menimbulkan reaksi dari dalampribadi
itu sendiri.
24
Dalam berprilaku, reaksi yang timbul itu diredam dengan usaha
pemahaman terhadap ajaran Agama, dengan demikian maka kesadaran
pengalamannya dalam hal ini berprilaku akan terlaksana dengan baik juga.
Islam mengajarkan, baik buruk seseorang tergantung hatinya, bila
hatinya baik maka akan baik seluruh perilakunya dan bila hatinya buruk
maka buruk pula seluruh perilakunya. Hati tidak akan terlihat
kebaikannya. Apabila pemiliknya hanya mengikuti hawa nafsunya saja,
hal ini akan menyebabkan hati tertutup dalam menerima pncaran cahaya
kebenaran, sedangkan hati yang selalu dituntun untuk meninggalkan
kegelapan akan menjadi landasan bagi pola tingkah laku yang baik.
Manusia dilahirkan dengan mewarisi sifat-sifat yang diturunkan orang
tuanya, adapun yang diturunkan bukanlah sifat yang dimiliki yang tumbuh
dengan matang karena pengaruh lingkungan, adat atau pendidikan,
melainkan sifat-sifat bawaan sejak lahir, sifat-sifat ini berupa sifat
jasmaniah dan sifat rohaniah. Orang yang mewarisi kekuatan fisik
tentunya berbeda dengan orang yang tidak memiliki kekuatan fisik dalam
bertindak. Demikian pula orang yang memiliki kekuatan rohaniah dengan
orang yang tidak memiliki kekuatan rohaniah akan memperlihatkan
perbedaan dalam bersikap. Orang yang memiliki kekuatan fisik dan
kesehatan rohani akan memiliki perilaku yang diwujudkan dalam aktifitas
yang energik cerdas dan terkendali.
Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan terlepas dari lingkungan
sekitarnya, lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan alam dan
lingkungan pergaulan, orang yang hidup dilingkungan alam yang subur
akan berbeda dengan orang yang hidup dilingkungan yang tidak subur,
orang yang hidup dlingkungan kurang subur akan cenderung lebih bisa
menghadapi kesulitan dan tantang hidup, begitupun dalam kehidupan
pergaulan, setiap lingkungan dimana individu berada akan mempengaruhi
karakter dan perilakunya. Perilaku akan muncul bila lingkungan
Dengan gambaran diatas dapat difahami faktor yang memepengaruhi
perilaku pada seseorang meliputi faktor internal dan eksternal. Yang
termasuk kedalam perilau internal adalah manusai sebagai pelaku akhlak,
insting, kehendak dan suara hati. Sedangkan faktor eksternal adalah
mencakup keturunan, pergaulan dan lingkungan.
3. Indikator Perilaku Siswa
Agama islam sebagai agama yang sempurna memiliki seorang Rasul
yang mulia, Rasulullah selain di utus untuk menbarkan ajaran agama islam
beliau juga di utus untuk menyempurnakan akhlak mulia. Di dalam islam
akhlak atau perilaku di bagi menjadi tiga yang meliputi, hubungan
individu dengan Allah, hubungan individu dengan sesame manusia,
hubungan individu dengan lingkungan.
Perilaku yang religius atau islami sepanjang ajaran agama berkisar
pada perbuatan ibadah, dan akhlak mulia baik secara vertikal maupun
horizontal terhadap sesama makhluk.25
Adapun Indikator perilaku menurut Moh. Ardani dalam bukunya antara lain sebagai berikut:
a. Hubungan individu dengan Allah diantaranya Shalat dan Shaum b. Hubungan individu dengan sesame manusia antara lain berbuat
baik kepada orang tua, berbuat baik kepada guru, berbuat baik kepada teman, dan berbuat baik kepada diri sendiri.
c. Hubungan individu dengan alam sekitar seperti menjaga kebersihan dan memelihara tanaman dan hewan.26
Berdasarkan pendapat diatas dapat di tentukan bahwa indikator
perilaku siswa yaitu:
a. Hubungan Manusia dengan Allah SWT.
Allah adalah pencipta segala sesuatu. Dia menciptakan manusia
dalam bentuk sebaik-baik kejadian dan menganugrahkan kedudukan
terhormat pada manusia di hadapan ciptaan-Nya yang lain.
25
M. Hafi,Dasar-dasar Ilmu Jiwa,Surabaya: Usaha Nasional, 1991, Hal. 48 26
Kedudukan seperti itu ditandai dengan pemberian daya fikir,
kemampuan berkreasi dan kesadaran moral. Potensi itulah yang
memungkinkan manusia memerankan fungsi sebagai khalifah dan
hamba Allah. Dalam kehidupan sebagai khalifah, manusia
memberanikan diri untuk mengemban amanat berat yang oleh Allah
ditawarkan kepada makhluk-Nya. Sebagai hamba Allah, manusia harus
melaksanakan ketentuan-ketentauan-Nya. Untuk itu, manusia
dilengkapi dengan kesadaran moral yang selalu harus dirawat, jika
manusia tidak ingin terjatuh ke dalam kedudukan yang rendah.
Dengan demikian, dalam kehidupan manusia sebagai ciptaan
Allah, terdapat dua pola hubungan manusia dengan Allah,
yaitu pola yang didasarkan pada kedudukan manusia sebagai khalifah
Allah dan sebagai hamba Allah. Kedua pola ini dijalani secara
seimbang, lurus dan teguh, dengan tidak menjalani yang satu sambil
mengabaikan yang lain. Sebab memilih salah satu pola saja akan
membawa manusia kepada kedudukan dan fungsi kemanusiaan yang
tidak sempurna. Sebagai akibatnya manusia tidak akan dapat
mengejawentahkan prinsip tauhid secara maksimal.
Sifat hubungan antara manusia dengan Allah SWT dalam ajaran
Islam bersifat timbal-balik, yaitu bahwa manusia melakukan hubungan
dengan Tuhan dan Tuhan juga melakukan hubungan dengan manusia.
Tujuan hubungan manusia dengan Allah adalah dalam rangka
pengabdian atau ibadah. Dengan kata lain, tugas manusia di dunia ini
adalah beribadah, sebagaimana firman Allah swt:
“Dan tidak aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada ku.”(Q.S. Adz-Dzariat, 51:56)
Dari penjelasan dia ats maka wajiblah manusia mengadakan
tunduk, dan menyerahkan semua keputusan di dalam kehidupannya
kepada Allah SWT.
Bukti hubungan manusia dengan Allah dalam ajaran agama
direalisasikan dalam ibadah shalat, shaum dan lainnya.
1) Shalat
Shalat secara Bahasa adalah doa. Adapun secara istilah sholat
adalah perbuatan yang diajarkan oleh syara’ yang dimulai dari
takbir dan diakhiri dengan salam.27
Shalat merupakan rukun Islam yang kedua yang wajib dikerjakan
oleh setiap mukallaf. Shalat fardhu sebagai ibadah paling utama
yang banyak mengandung faidah dan hikmah bagi yang
mengerjakannya, diantaranya adalah shalat dapat memberikan
ketenangan jiwa, mencegah dari perbuatana keji dan munkar serta
menjaga kesucian jasmani. Sebagaimana Firman Allah SWT.
dalam surat Al-Ankabut ayat 45.
“Bacalah apa yang diwahyukan keapdamu, yaitu al-Kitab (Al-Qur’an)dan dirikan shalat. Sesungguhnya Shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat lain) dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(Q.S Al-Ankabut, 29:45)
2) Shaum
Shaum menurut bahasa adalah menahan diri dari sesuatu yang
membatalkannya, dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari,
dengan niat dan beberapa syarat.28Sebagaimana Allah berfirman:
27
M. Hafi Anshari. Op cit. hal. 149 28
“Dihalakan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasaanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campuri mereka dan ikutilah apa yang ditetapkan Allah untukmu, makan dan minumlah hingga terang bagimu dari benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian semprnakannlah puasa itu sampai datang (malam), (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang beri’tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.”(Q.S. Al-Baqarah, 1:187)
Berpuasa di bulan Ramadhan merupakan kewajiban ummat
Islam sebagai pelaksanaan rukun islam sebagaimana Firman Allah
swt:
“Hai orang-orang yang beriman, di wajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diawajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”(Q.S. Al-Baqarah, 1:183)
Perintah yang terkandung dalam ayat diatas adalah puasa
Ramadhan itu diwajibkan bagi tiap-tiap mukallaf selama satu
Bulan penuh di bulan Ramadhan, adapun hikmahnya yang dapat
a) Disiplin rohani
b) Pembentukan Akhlak Karimah
c) Pengembangan nilai-nilai sosial
d) Penjelasan tentang psikologis manusia yang berpengaruh dalam
kondisi fisiknya.29
b. Hubungan manusia dengan sesama manusia
Pada hakikatnya, tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri
tanpa berhubungan dengan orang lain. Manusia memiliki naluri untuk
hidup berkelompok dan berinteraksi dengan orang lain.30 Karena pada
dasarnya, setiap manusia memiliki kemampuan dasar yang
berbeda-beda dan memiliki ciri khas tersendiri yang dapat dijadikan sebagai
alat tukar menukar pemenuhan kebutuhan hidup.
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk
bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang
berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan
manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan
manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan
selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan
sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya.
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri
manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi)
dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai
manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa
berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa
menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa
mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
29
Maila Dinia Husni Rahim, Op Cit, hal. 187 30
Menurut Yatimin Abdullah dalam bukunya, seorang muslim harus mencintai saudaranya sebagaimana mencintai diri sendiri, maka dari itu akhlak yang harus dikembangkan adalah
1) Jangan menyakiti hatinya baik dengan tindakan atau perbuatan; 2) Harus bersikaptawadhu(rendah hati);
3) Jangan memasuki rumah orang lain tanpa seizinnya;
4) Menghormati orang tua dan kasih saying terhadap yang kecil.31
Sebagai seorang muslim harus menjaga perasaan orang lain, tidak
boleh membedakan sikap terhadap seseorang baik dia yang berpangkat
atau rakyat jelata, saling merahasiakan rahasia sesama muslim, tidak
boleh menggemborkan kesalahan orang lain baik lisan maupun tulisan,
harus saling tolong menolong dalam kabaikan dan ketakwaan pada
AllaH SWT. Adapun akhlak sesame manusia dapat diperincikan
sebagai berikut:
1) Akhlak kepada Orang Tua
Sebagai anak wajib, berbakti kepada orang tua, setelah takwa
kepada Allah. Orang tua telah bersusah payah memelihara,
mengasuh, mendidik sehingga menjadi orang yang berguna dan
berbahagia. Karena itu anak wajib menghormatinya, menjunjung
tinggi titahnya, mencintai mereka dengan ikhlas, berbuat baik
kepada mereka, lebih-lebih bila usia mereka lebih lanjut. Jangan
berkata keras dan kasar dihadapan mereka.32
Allah berfirman:
M. Yatimin Abdullah,Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an,Jakarta: AMZAH, 2007, Hal. 213
32
“Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil.”(Q.S. Al-Isra’17:23-24)
2) Akhlak Kepada Guru
Selain kepada Orang tua, seorang anak pun harus berbuat baik
kepada Guru. Guru adalah seorang manusia yang mengabdikan
sebagian hidupnya untuk kepantingan anka didik, diakui atau tidak
jsanya tidak ternilai yakni mendidik siswa sampai tahu segala hal.
Melalui tangan halus dan sikap lemah lembut mereka, siswa yang
tidak tahu apa-apa menjadi tahu, gurulah yang mendidik jiwa,
memelihara otak, menunjukan kepada kebaikan dan kebahagiaan.
Guru mengajarkan anak didiknya menulis, membaca,
mengajarkan aneka pengetahuan, melatih erbagai ilmu
keterampilan, dan lainnya sebagainya. oleh karena itu hendaklah
sepatutnya siswa mentaati, mematuhi, dan menghormati gurunya,
terlebih lagi Guru Agama, karena Guru Agama selain mengajarkan
membaca, menulis, juga telah mengenalkan kepada Allah sang
pencipta alam, mengajarkan kit acara beribadah, menunjukan
segala sifat kesempurnaan dan sifat terpuji.
3) Akhlak Terhadap Teman
Salah satu kewajiban muslim adalah tidak mengganggu
muslim lainnya, manusia sebagai makhluk sosial memerlukan
orang lain dalam kehidupannya, manusia membutuhkan teman
untuk bergaul dan berbudaya, teman sangat besar berpengaruhnya
untuk mengetahui bagaimana seseorang itu maka lihatlah siapa
temannya, dalam Al-Quran pun Allah SWT. berfirman:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.”(Q.S. An-Nisaa, 4:36)
4) Akhlak terhadap Diri Sendiri
Manusia mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri. Islam
melarang manusia mencelakakan dirinya tidak peduli dengan
keadaan diri dan masa depannya, dengan menjaga dirinya dari
hal-hal buruk, itu menandakan manusia sedang mensyukuri karunia
Allah. Berbuat baik kepada diri sendiri ini meliputi aspek jasmani
dan rohani, manusia dilarang membiarkan jasmaninya kotor dan
rusak juga tidak menjaga jasmaninya. Membiarkan diri tidak
bertambah ilmu dan mengikuti hawa nafsu adalah merupakan hal
yang menyebabkan rohani tidak sehat, perintah berbuat baik
terhadap diri sendiri tercantum dalam Al-Qur’an.
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. “(QS. At-Tahrim, 66:6)
c. Hubungan Manusia dengan Alam Sekitar
Hubungan manusia dengan alamnya mengandung beberapa aspek,
antara lain manusia tidak lepas dari interaksinya bersama
sesama manusia juga dengan hewan,tumbuhan, lingkungan / alam.
Karena aspek-aspek tersbeut sangat berarti bagi manusia, karena
manusia adalah mahluk yang tidak dapat hidup sendiri, tanpa bantuan
disekitar lingkungan hidupnya. Selain itu juga manusia diciptakan oleh
Tuhan untuk beribadah sebagaimana mestinya seperti ketentuan yang
telah diberikan Tuhan dalam kitab kepercayaan masing-masing agama.
Sungguh terlalu bila manusia tidak bersyukur atas segala apa yang
diberikan oleh Tuhan, manusia diciptakan sebagai khalifah dimuka
bumi ini, sebagai penguasa alam semesta, karena diciptakan oleh
Tuhan sebagai mahluk yang paling sempurna dibandingkan mahluk
hidup lainnya. Manusia dapat bersyukur pada Tuhanya dengan cara
beribadah yang rajin menjauhi segala larangannya dan mentaati segala
perintah- Nya.
Di alam dunia ini kita manusia diciptakan berpasang-pasangan,
ada laki-laki ada perempuan, dan uniknya manusia memiliki sifat
yang beragam, ada yang baik, jahat, pemarah, pemalu, sabar, dan tidak
sabar dalam menghadapi masalah.
Walaupun setiap manusia mempunyai sifat yang berbeda-beda
namun kita sebagai manusia harus saling menghormati dengan
manusia lainnya, sebab dengan terjalinnya hubungan yang baik antar
manusia dengan manusia, maka akan tercipta ketentraman hidup.
Bayangkan bila manusia di dunia ini tidak saling menghormatidan
mengerti dengan segala kepentingan dan kesibukannya? Mungkin
tidak akan tercipta ketentraman hidup dan dunia ini akan semrawut