• Tidak ada hasil yang ditemukan

Retorika Dakwah Dzawin Nur Ikram Dalam Stand Up Comedy

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Retorika Dakwah Dzawin Nur Ikram Dalam Stand Up Comedy"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

DINDA TIARA ALFIANTI NIM: 1112051000102

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Dzawin Nur Ikram memang dikenal karena penampilan stand up comedy nya yang berbeda dengan comica yang lain karena Dzawin sering menyelipkan unsur dakwah di dalam penampilannya. Sejak kemunculannya di acara audisi

Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) 4 yang disiarkan di Kompas TV, tahun 2014

lalu. Dan dakwahnya dengan melalui stand up comedy dapat diterima oleh masyarakat, khususnnya para remaja. Dan dengan retorika dakwahnya melalui

stand up comedy tersebut, Dzawin berhasil memperoleh juara 3 dan sekarang

sering dipanggil diberbagai stasiun TV terkenal. Dengan retorika dakwah melalui

stand up comedy nya banyak remaja yang mulai tertarik dengan penampilan

Dzawin yang tidak terkesan menggurui dan monoton, di zaman sekarang ini banyak remaja yang sudah malas untuk mendengarkan ceramah tetapi dengan adanya penampilan stand up comedy Dzawin, secara tidak langsung remaja dapat mendengarkan ceramah melalui stand up comedy.

Dari pemaparan di atas tersebut maka rumusan masalahnya sebagai berikut : Bagaimana retorika Dzawin Nur Ikram dalam mengemas materi dakwahnya melalui stand up comedy? Apa saja pesan dakwah yang terkandung dalam materi

stand up comedy Dzawin Nur Ikram?

Dalam melakukan penelitian ini untuk memperoleh hasil yang objektif, maka penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Dengan menggunakan metodologi deskriptif analisis bahwa data yang dikumpulkan berupa kata, gambar, dan bukan angka-angka. Dan yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dengan narasumber dan dokumentasi yang akan ditafsirkan oleh penulis.

(6)

ii

memanjatkan puja serta syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

kenikmatan dan anugerah-Nya. Shalawat serta salam semoga Allah limpahkan

kepada Rasulullah Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabat, para

tabi‟ut tabi‟in, dan mudah-mudahan kepada kita semua.

Dengan ridho Allah SWT penulis mendapatkan kemampuan untuk

menyelesaikan skripsi ini, yang menjadi impian orang-orang terdekat, dan

khususnya impian penulis. Tidak ada satupun karya manusia yang tidak ada ikut

campur tangan manusia lainnya, dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak

mendapatkan bantuan, bimbingan dan motivasi.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Dr. H. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi.

2. Suprapto, M.Ed, Ph. D, selaku Wakil Dekan I. Dr. Hj Roudhonah M.Ag.,

selaku Wakil Dekan II. Dan Dr. Suhaimi M.Si selaku Wadek III Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

3. Bapak Drs. Masran, M.A, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam beserta Ibu Fita Faturohmah, M.Si, selaku Sekretaris

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

4. Ibu Dr. Roudhonah, M.A selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberi

(7)

iii

yang telah membantu penulis dalam hal administrasi selama perkuliahan

dan penelitian skripsi ini.

7. Kepada Mama dan Ayah tercinta, Mama Evi Ruliati dan Ayah Alfian

Kartim yang telah memberikan kebahagiaan dan semangat penulis sejak

kecil hingga berhasil menjadi sarjana.

8. Dzawin Nur Ikram dan teman-teman komunitas Stand Up UIN Jakarta

yang sudah meluangkan waktu kepada penulis untuk diwawancarai walau

di tengah kesibukannya.

9. Kakak dan adik-adik tercinta, Virga Agesta, Ranti Dewi Asti dan Ibnu

Mahardika Sakhi. Yang selalu memberikan kebahagiaan dan semangat

kepada penulis.

10.Sahabat terbaik, sahabat seperjuangan Nurul Latifah, Noni Wildasari,

Savinatunnajah, Natasha Anissa dan Mutia Sholeha yang selalu belajar

bersama penulis sejak semester awal hingga akhir.

11.Teman-teman seangkatan seperjuangan kelas KPI D 2012, yang telah ikut

andil dalam memberikan bantuan dan dorongan semangat kepada penulis.

12.Keluarga besar KKN CETAR, Faqih, Arab, Dhiba, Azila, Tasha, Rinrin,

Noni, Irul, Ali, Latif, Fahmi, Tohir, Rahmat, Adila, Pandy, Fakhri, Syem.

(8)

iv

14.Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah

membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

Begitu besar ucapan terimakasih yang penulis sampaikan untuk mereka

tersayang, baik yang selalu disamping penulis maupun pelukan dari do‟a do‟a

yang dikirimkan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah

diberikan, Amin ya Rabbal‟alamin.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kekurangan.

Karena itu, kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat

memberikan kontribusi positif, memperluas wawasan keilmuan serta menambah

Khazanah perpustakaan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 6 Juni 2016 Penulis

(9)

v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...6

D. Metodologi Penelitian ...7

E. Tinjauan Pustaka ...9

F. Sistematika Penulisan ...10

BAB II LANDASAN TEORI A. Ruang Lingkup Retorika ...12

1. Pengertian Retorika ...12

2. Tujuan dan Fungsi Retorika ...14

3. Lima Hukum Retorika ...17

4. Pembagian Retorika ...19

B. Dakwah dan Ruang Lingkupnya ...20

1. Pengertian Dakwah ...20

2. Unsur-Unsur Dakwah ...22

C. Ruang Lingkup Stand Up Comedy ...30

1. Pengertian Stand Up Comedy ...30

2. Sejarah Singkat Stand Up Comedy ...32

BAB III PROFIL DZAWIN NUR IKRAM A. Profil Dzawin Nur Ikram ...40

(10)

vi

1. Model Retorika Dzawin Nur Ikram ...50

2. Penerapan Retorika dalam Stand Up Comedy Dzawin

Nur Ikram ...52

B. Isi Pesan Dakwah Dzawin Nur Ikram ...56

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ...67

B. Saran – Saran...68

(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dakwah pada dasarnya adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh umat

Islam untuk menyebarkan dan menyiarkan ajaran Islam. Berdakwah merupakan

aktifitas lisan yang mampu dilakukan oleh umat muslim untuk mengajak

seseorang ke jalan Allah SWT. Semua manusia dapat berdakwah sesuai bidang

pekerjaannya masing-masing, seperti seorang dokter yang berdakwah dalam

mengobati pasien yang sakit, dengan cara memulai pengobatan dengan membaca

basmalah terlebih dahulu, lalu seorang guru yang berdakwah melalui

pendidikannya, begitu pula seorang pedagang yang berdakwah dengan cara

berdagang dengan cara yang jujur kepada pembelinya.

Dengan demikian kegiatan berdakwah merupakan kewajiban semua umat

muslim, seperti yang tercantum dalam Al-Qur‟an surat Ali Imran ayat 110:

هَلل ب نّْؤت ركْن ْلا ع ْ ْنت ف رْع ْل ب رّْأت س َنلل ْتجرْخأ ةَّأ رْيخ ْمتْنك

ّآ ْ ل

) قس فْلا مهرثْكأ نّْؤ ْلا م ْنّ ْم ل اًرْيخ كل تكْلا لْهأ

١١١

(

“ kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh

kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.

Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara

mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang

(12)

Selain itu berdakwah juga bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti

bernyanyi dengan lirik dan syair lagu yang Islami, bisa juga dengan menggunakan

acara hiburan Stand Up Comedy yang sekarang ini sedang marak disiarkan di

berbagai televisi. Seperti, Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV, Stand Up

Comedy Akademi di Indosiar, Stand Up Comedy Show di Metro TV, dan masih

banyak lagi.

Stand Up Comedy adalah sebuah genre di dalam komedi biasanya satu

orang di atas panggung melakukan monolog yang lucu dan memberikan

pengamatan, pendapat, atau pengalaman pribadinya, mengutarakan keresahan,

mengangkat kenyataan, memotret kehidupan sosial masyarakat, dan

menyuguhkan kembali kepada masyarakat dengan jenaka.1

Seorang komika (orang yang melakukan stand up comedy) yang baik

adalah komika yang tidak hanya menyampaikan materi yang jenaka saja hanya

untuk hiburan semata, melainkan juga harus memasukkan pesan moral yang baik,

sehingga apa yang disampaikan di atas panggung bukan hanya untuk menghibur

saja, melainkan juga dapat memberikan pelajaran dan nilai-nilai moral penting

bagi pendengarnya. Sehingga setelah menyaksikan acara stand up comedy

penonton bukan hanya terhibur melainkan juga dapat mendapat pelajaran penting

untuk diambil manfaatnya.

Dari sekian banyak komika yang dapat menarik perhatian penikmat stand

up comedy adalah Dzawin Nur Ikram (selanjutnya disebut Dzawin), Dzawin

adalah salah seorang komika yang mempunyai karakter pembeda, ia adalah

1

(13)

satunya komika yang selalu menjadikan bahan lawakannya menjadi suatu metode

dakwah karena di dalamnya terdapat pesan-pesan agamis dan berbau dunia

pesantren. Berbeda dengan komika lainya yang biasanya hanya tampil agar

membut penonton tertawa saja, Dzawin memiliki ciri khas yang lain sehingga ia

sering dijuluki oleh juri-juri “Komika Syariah” sewaktu ia menjadi peserta dalam

acara Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) 4 yang disiarkan di Kompas TV tahun

20014 lalu.2

Retorika adalah suatu teknik pemakaian bahasa sebagai seni, yang

didasarkan pada suatu pengetahuan yang tersusun baik.3 Dalam stand up comedy seorang komika membutuhkan seni berbicara yang baik, hal itu sangat berkaitan

dengan retorika. Retorika atau kesenian dalam berbicara sangat berperan penting

dalam penampilan seseorang di atas panggung. Terlebih lagi seorang komika,

seorang komika yang baik pasti memiliki kesenian berbicara yang baik agar

penampilannya di atas panggung dapat menarik perhatian penonton yang

menyaksikannya. Jika seorang komika memiliki retorika yang baik, dapat

dipastikan pesan yang disampaikannya pasti akan cepat sampai ke hati para

pendengarnya. Begitu pula retorika yang dilakukan Dzawin di atas panggung, ia

menyampaikan pesan dakwah di dalam penampilan stand up comedy nya dan

menarik perhatian remaja untuk mendengarkan dakwah melalui acara stand up

comedy.

2

http://www.lpminstitut.com/2014/05/dzawin-berpesan-dalam-guyonan.html, Dikutip pada tanggal 02 Mei 2016 pukul 17:00.

3

(14)

Dengan materi dan retorikanya dalam berbicara di atas panggung, Dzawin

berhasil meraih juara 3 dalam acara tersebut. Dengan latar belakang

pendidikannya yang merupakan lulusan dari Pondok Pesantren Latansa dan

sekarang kuliah di UIN Jakarta, Dzawin mempunyai keinginan bahwa selain

untuk menghibur ia juga ingin memberikan pesan penting di dalam

penampilannya.4

Seperti di salah satu penampilannya ia berkata “cewek-cewek jaman

sekarang itu percaya sama yang namanya produk-produk kecantikan, biar keliatan

cantik. Eh kata siapa mbak? Lagian mbak, kalo mau cantik jangan pake produk

kecantikan. Mbak ambil wudhu, mbak pake jilbab, mbak cantik deh mbak. Emang

mbak uang tidak mengalir, tapi pahalanya mengalir mbak. Jaminannya bukan

pesiar, tapi surga.”5

Dan di penampilannya yang lain ia berkata “Jujur, waktu gua pertama kali

keluar pesantren bingung pa arti fashion, karena menurut gua pakaian itu ya yang

penting harus menutup aurat terserah mau bahannya jeans, spandek, lateks,

baliho, poster, banner kek ya sama aja gitu. Sekarang banyak banget cewek yang

pake celana hotpants, supaya keliatan gaul. Astaghfirullah sebenernya pake

pakaian apa aja yaudah terserah karena yang nilai pakaian kita itu cuma Allah,

asiiik….”6

Dengan kepandaian retorikanya, Dzawin dapat tampil stand up comedy

dengan cara yang berbeda dengan komika yang lain. Dzawin dapat menarik

4

Wawancara Pribadi dengan Dzawin Nur Ikram pada tanggal 7 April 20016 pukul 15:00 di Kampus UIN Jakarta, Ciputat. Tangerang Selatan.

5

https://www.youtube.com/watcah?v=Mg1YJW12WHk&spfreload=10. Diakses pada

hari Juma‟at, 4 Maret 2016 Pukul 19:00. 6

(15)

perhatian penonton dengan materinya yang tidak membosankan, dan mengandung

pesan penting di dalamnya. Jadi bukan hanya untuk melucu saja di atas panggung,

tetapi ada isi pesan dakwah dalam penampilan stand up comedy nya.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik

mengangkat judul skripsi ini dengan judul “Retorika Dakwah Dzawin Nur

Ikram dalam Stand Up Comedy”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Merujuk pada latar belakang yang telah dijabarkan oleh di atas, maka

penulis membatasi penelitian pada konteks retorika dakwah yang dilakukan oleh

Dzawin Nur Ikram melalui stand up comedy.

Sedangkan rumusan masalah yang diangkat pada penelitian skripsi ini

adalah:

1. Bagaimana retorika Dzawin Nur Ikram dalam mengemas materi

dakwahnya melalui stand up comedy?

2. Apa saja pesan dakwah yang terkandung dalam materi stand up comedy

Dzawin Nur Ikram?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk mendapatkan pemahaman

yang mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial dengan

menginterprestasikan bagaimana subjek memperoleh makna dari lingkungan

(16)

mendeskripsikan bagian permukaan dari suatu realitas seperti yang dilakuka

peneliti kuantitatif dengan positivismenya.7 Tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana cara penyampaian Dzawin Nur Ikram dalam

materi berdakwahnya melalui stand up comedy.

b. Untuk mengetahu apa saja pesan dakwah yang terkandung dalam materi

stand up comedy Dzawin Nur Ikram.

2. Manfaat penelitian

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi yang positif pada

khazanah keilmuan dalam bidang dakwah, melalui media cetak, khususnya

menempatkan retorika dakwah yang baik di dalam segala bidang sesuai dengan

ajaran Islam.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan menambah

wawasan untuk Islam, mahasiswa dan elemen masyarakat luas serta para praktisi

dakwah dan menunjukan bahwa setiap muslim dapat berperan aktif dalam

mengembangkan retorika, salah satunya melalui stand up comedy yang baik.

7

(17)

D. Metodologi Penelitian

Agar data yang diperoleh sesuai yang diperlukan, maka metode

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yaitu

penelitian yang hasilnya berupa data-data deskriptif melalui fakta-fakta dari

kondisi alami sebagai sumber langsung dengan instrumen dari peneliti sendiri.8 Mengapa jenis penelitian ini yang dipilih? Karena penelitian ini bisa

menunjukkan data kualitas atau mutu dari sesuatu yang ada, berupa keadaan

proses, kejadian atau peristiwa dan lain-lain yang dinyatakan dalam bentuk

perkataan.9

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Dzawin Nur Ikram dan sebagai objeknya

adalah retorika dakwah Dzawin Nur Ikram dalam penampilannya melalui stamd

up comedy.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi menurut Cartwright & Cartwright mendefinisikan sebagai suatu

proses melihat, mengamati dan mencermati serta “merekam” perilaku secara

sistematis untuk suatu tujuan tertentu.10

8

Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, 2005), hal. 4.

9

Nyoman Kuta Ratna, Metodologi Penelitian: Kajian Buadaya dan Ilmu Sosial Humanioran Pada Umumnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal. 21.

10

(18)

Observasi yang dilakukan oleh penulis adalah mengamati bagaimana retorika

dakwah Dzawin Nur Ikram dan apa saja pesan dakwah yang terkandung dalam

materi stand up comedy Dzawin Nur Ikram. Dalam penelitian ini penulis

melakukan pengamatan denagn cara observasi langsung menyaksikan penampilan

stand up comedy Dzawin.

b. Wawancara

Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap

muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai,

dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawanara, dimana

pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

c. Dokumentasi

Pengambilan foto-foto dan rekaman acara stand up comedy yang

dilakukan penulis untuk menggambarkan bagaimana retorika dakwah yang

dilakukan oleh Dzawin.

E. Tinjauan Pustaka

Untuk menulis skripsi ini, penulis mengadakan tinjauan kepustakaan ke

Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk mengetahui apakah ada

kesamaan dengan judul skripsi yang serupa dengan judul yang diambil penulis

yaitu: Retorika Dakwah Dzawin Nur Ikram dalam Stand Up Comedy.

Setelah penulis menelusurinya ada beberapa judul skripsi yang terdahulu, ada

(19)

1. Leiza Sixmansyah, Retorka Dakwah K.H. Muchammad Syarif Hidayat,

Skripsi S1, KPI, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Jakarta, 2014. Garis besar dari isi skripsi ini adalah menjelaskan tentang

aktifitas dakwah K.H.Muchammad Syarif Hidayat, beliau selalu

menyampaikan dakwah sesuai dengan keadaan masyarakat setempat dan

juga terkadang menyelipkan humor di dalam dakwahnya sesuai dengan

materi dakwahnya.11

2. Ari Pratama Putra, Retorika Dakwah K.H. Ahmad Damanhuri di Depok,

Skripsi S1, KPI Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta,

2011. Garis besar dari skripsi ini adalah menjelaskan aktifitas dakwah

K.H. Ahmad Damanhuri, dan retorika beliau dengan menggunakan bahasa

sehari-hari dan intonasi yang berapi-api dengan diikuti bahasa tubuh agar

terlihat berwibawa.12

3. Dina Damayanti, Strategi Dakwah Ustadz Riza di Kalangan Remaja

Masjid Al-Ikhlas Bintaro Sektor Sembilan, Skripsi S1, KPI Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, 2011. Garis besar dari skripsi

ini adalah membahas bagaimana strategi dalwah ustadz Riza dengan

menggunakan stand up comedy untuk menarik minat remaja yang zaman

sekarang sedikit minatnya terhadap acara dakwah, karena dengan cara ini

lebih terlihat tidak menggurui dan tidak monoton.13

11

Leiza Sixmansyah, Retorika Dakwah K.H. Muchammad Syarif Hidayat, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, 2014).

12

Ari Pratama Putra, Retorika Dakwah K.H. Ahmad Damanhuri di Depok, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakrta, 2011).

13

(20)

F. Sistematika Penulisan

Agar lebih mudah dalam penyusunan penelitian, dalam skripsi ini penulis

merumuskan sistematika penulisan “Retorika Dakwah Dzawin Nur ikram dalam

Stand Up Comedy” yang terdiri atas dari lima bab dan dari setiap bab terdiri dari

sub bab, yaitu sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode

penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasa teoritis retorika dan dakwah, terdiri dari ruang lingkup retorika, yang membahas pengertian retorika, tujuan dan fungsi retorika,

lima hukum retorika. Ruang lingkup dakwah, yang membahas pengertian

dakwah, unsur-unsur dakwah, tujuan dakwah. Ruang lingkup stand up

comedy, yang membahas pengertian stand up comedy, sejarah singkat stand

up comedy di Indonesia, teknik penyampaian stand up comedy.

BAB III : Profil Dzawin Nur Ikram dan perjalananya selama menjadi seorang komika memaparkan profil Dzawin Nur Ikram, meliputi riwayat

hidup, riwayat pendidikan, karya-karya dan aktifitasnya selama menjadi

komika.

BAB IV : Analisis Retorika Dakwah Dzawin Nur Ikram dalam Stand Up

Comedy. Hasil analisis yang akan diperoleh, meliputi bagaimana cara

penyampaian Dzawin Nur Ikram dalam metri dakwahnya melalui stand up

comedy. Dan pesan dakwah apa saja yang terkandung dalam materi stand up

(21)
(22)

12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Ruang Lingkup Retorika 1. Pengertian Retorika

Ditinjau dari segi bahasa retorika berasal dari bahasa Yunani yaitu rhetor yang

berarti seorang juru pidato, yang mempunyai sinonim orator.14 Dalam bahasa

Arab disebut fannul khitabah, sedangkan retorika menurut Encyclopedia Britania,

seperti yang dikutip Datuk Tombak Alam, retorika adalah kesenian menggunakan

bahasa untuk menghasilkan kesan yang diinginkan terhadap pembaca dan

pendengar.15

Definisi retorika menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah, keterampilan

berbahasa secara efektif dalam karang mengarang atau seni berpidato yang

muluk-muluk dan bombastis.16 Dalam arti yang sempit berarti retorika adalah bagaimana seseorang menggunakan tutur bahasa yang baik dan jelas agar dapat

mempengaruhi orang lain dengan tujuan dan maksud tertentu.

Banyak para pakar yang mengungkapkan definisi retorika dari segi istilah,

beberapa pendapat antara lain:

a. Jalaluddin Rakhmat, berpendapat bahwa retorika adalah pemekaran

bakat-bakat tertinggi manusia, yakni rasio dan cita rasa lewat bahasa selaku

kemampuan untuk berkomunikasi dalam medan pikiran.17

14

M.H. Israr, Retorika Dakwah Islam Era Modern, (Jakarta: CV. Firdaus, 1993), Cet. Ke-1, hal.10.

15

Datuk Tombak Alam, Kunci Sukses Penerangan dan Dakwah, (Jakarta: PT. Rhineka Cipta), hal. 36.

16

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), Edisi ke-3, Cet. Ke-2, hal. 953.

17

(23)

b. Gorys Keraf, berpendapat bahwa retorika adalahsuatu teknik pemakaian

bahasa sebagai seni, baik lisan maupun tertulis yang berdasarkan pada

pengetahuan yang bersusun baik.18

c. Wahidin saputra, berpendapat bahwa retorika adalah ilmu yang mempelajari

tentang bagaimana bertutur kata dihadapan orang lain dengan sistematis, logis,

untuk memberikan pemahaman dan meyakinkan orang lain.19

d. Dean J Champion, berpendapat bahwa retorika adalah seni berkomunikasi

secara lisan yang dilakukan oleh seseorang kepada sejumlah orang secara

langsung bertatap muka, oleh karena itu, istilah retorika seringkali disamakan

dengan istilah pidato atau ceramah. Yang dapat meningkatkan kualitas

eksistensi (keberadaan) di tengah-tengah orang lain, bukanlah sekedar

berbicara, tetapi berbicara yang menarik (atraktif), bernilai (informatif),

menghibur (rekreatif), dan berpengaruh (persuasif). Dengan kata lain, manusia

mesti berbicara berdasarkan seni berbicara yang dikenal dengan istilah

retorika.20

e. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, retorika adalah keterampilan bahasa

secara efektif dalam karang-mengarang atau seni berpidato yang muluk-muluk

dan bombastis.21

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, retorika menurut penulis

adalah seni berbicara yang dimiliki oleh seseorang untuk berbicara di hadapan

18

M.H. Israr, Retorika dan Dakwah Islam di Era Modern, (Jakarta: CV. Firdaus, 1993), Cet ke-6, h.10.

19

Wahidin Saputra, Retorika Dakwah Lisan (Teknik Kitabah), (Buku Ajar Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006), h.2.

20

Dean J Champion, Metode dan Masalah Penelitian, (Bandung: Refika Aditama, 1998)

21

(24)

orang banyak yang bertujuan untuk memberikan informasi, hiburan, dan ajakan

yang baik kepada penonton yang menyaksikannya.

2. Tujuan dan Fungsi Retorika

a. Tujuan Retorika

Retorika pada awalnya berkaitan dengan persuasi, sehingga retorika adalah

seni penyusunan argumentasi dan pembuatan naskah pidato. Persuasi dapat

diartikan sebagai metode komunikasi berupa ajakan, permohonan, atau bujukan

yang lebih menyentuh emosi, yaitu aspek afeksi dari manusia.22

Ketika Aristoteles di sekitar abad ke-4 SM, menampilkan retorika sebagai

ilmu yang berdiri sendiri, dikatakan bahwa tujuannya adalah pesuasi, yang

dimaksudkan persuasi dalam hubungan ini adalah yakinnya penanggap tutur akan

kebenaran gagasan topik tutur.

Kemudian yang dimaksud dari retorika yang bertujuan berbicara kepada

massa dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) To inform, yaitu memberikan penerangan dan pengertian kepada massa, guna

memberikan penerangan yang mampu menanamkan pengertian dengan

sebaik-baiknya.

b) To convine, yaitu meyakinkan atau menginsyafkan

c) To Inspire, yaitu menimbulkan inspirasi dengan teknik dan sistem

penyampaian yang baik dan bijaksana.

d) To entertain, yaitu menggembirakan, menghibur atau menyenangkan dan

memuaskan

22

(25)

e) To actuate ( to put into action), yaitu menggerakan dan mengarahkan mereka

untuk bertindak mereaisi dan melaksanakan ide yang telah dikomunikasikan

oleh orator dihadapan massa.23

Jadi tujuan dari retorika pada dasarnya adalah untuk mengajak atau

meyakinkan kepada penonton bahwa apa yang disampaikan oleh pembicara

(orator) adalah hal yang penting untuk didengarkan, karena di dalamnya terdapat

pesan untuk memberikan informasi, mengarahkan ke arah yang benar, dan juga

untuk menghibur massa.

b. Fungsi Retorika

Menurut Plato, retorika bertujuan untuk memberikan kemampuan dalam

menggunakan bahasa yang sempurna, dan merupakan jalan bagi seseorang untuk

memperoleh pengetahuan yang luas.24

Sedangkan menurut Aristoteles, menampilkan retorikas sebagai ilmu yang

berdiri sendiri, yang dikatakan tujuannya adalah untuk mempengaruhi orang

(persuasif).25

Aristotels menyebutkan tiga cara untuk mempengaruhi orang lain:

a. Ethos: anda harus bisa dan sanggup menunjukan pada khalayak bahwa anda

memiliki pengetahuan yang luas dan status terhormat.

b. Phatos: anda mampu menyentuh hati, khalayak (perasaan, emosi, harapan,

Onong Uchana Effendi, Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditia Bakti, 2003), hal.55.

25

(26)

c. Logos: anda harus meyakinkan khalayak dengan mengajukan bukti. Pada

situasi ini anda harus mendekati khalayak melalui otak atau pola pikir

mereka.26

I Gusti Ngurah Oka menjelaskan bahwa retorika adalah untuk:

a. Menyediakan gambaran yang jelas tentang manusia terutama dalam

hubungan kegiatan bertuturnya, termasuk ke dalam gambaran ini antara lain

gambaran proses kejiwaan ketika ia terdorong untuk bertutur ketika ia

mengidentifikasi pokok persoalan dan retorika bertutur ditampilkan.

b. Menampilkan gambaran yang jelas tentang bahasa atau benda yang bisa

diangkat menjadi topik tutur, misalnya gambaran tentang hakikatnya,

strukturnya, fungsi dan sebagainya.

c. Mengemukakan gambaran yang terperinci tentang masalah tutur misalnya,

dikemukakan tentang hakikatnya, strukturnya , bagian-bagian dan

sebagainya.

d. Bersama-sama dengan penampilan gambaran ketiga hal tersebut di atas

disiapkan pula bimbingan tentang:

a) Cara memilih topik

b) Cara-cara memandang dan menganalisa topik tutur untuk menentukan

sasaran ulasan yang persuasif dan objektif.

c) Pemilihan jenis tutur yang disesuaikan dan tujuan yang hendak dicapai.

d) Pemilihan materi bahasa serta penyusunan menjadi kalimat-kalimat yang

padu, utuh, mantap, dan bervariasi. Pemilihan gaya bahasa dan gaya tutur

dalam penampilan tuturnya.27

26

(27)

3. Lima Hukum Retorika

Ada lima tahap penyusunan pidato atau yang sering dikenal dengan (the five

connons rethoric) atau lima hukum retorika. Menurut Aristoteles dalam buku

diksi dan gaya bahasa yang ditulis oleh Gorys Keraf, berikut pejelasannya.

a. Invension atau Heuresis, yaitu penemuan atau penelitian materi-materi.

Langkah ini sebenarnya mencakup kemampuan untuk menemukan,

mengumpulkan, menganalisis dan memilih materi yang cocok untuk pidato,

menurut Aristoteles argumen-argumen harus dicari melalui rasio, moral dan

afeksi. Karena ini dianggap sebagai bagian yang sangat penting.

b. Disposition atau Taxis atau Oikonomia, adalah penyusunan dan pengurutan

materi (argumen) dalam sebuah pidato.

c. Elocution atau Lexis, yaitu pengungkapan atau penyajian gagasan dalam

bahasa yang sesuai. Ada tiga hal yang menjadi dasar elucutio, yaitu

komposisi, kejelasan, dan langgam bahasa; kemegahan, hiasan pikiran

dengan upaya retorika.

d. Memoria atau Mneme yaitu menghafalkan pidato, latihan untuk mengingat

gagasan-gagasan dalam pidato yang sudah disusun.

e. Action Hypokrisis, yaitu menyajikan pidato, penyajian efektif dari sebuah

pidato akan ditentukan juga oleh suara, sikap, dan gerak-gerik tubuh.28 Ada 3 prinsip pidato atau yang biasa disebut trisila pidato yaitu:

a. Pelihara kontak visual dan kontak mental dengan khalayak (kontak).

27

I Gusti Ngurah Oka, Retorika Sebuah Tinjauan Pengantar, hal. 65.

28

(28)

b. Gunakan lambang-lambang audiktif atau usahakan agar suara anda

memberikan makna yang lebih baik kaya pada bahasa anda (olah vokal).

c. Berbicaralah dengan seluruh kepribadian anda: dengan wajah, tangan, dan

tubuh anda (olah visual).29

Dari tiga prinsip pidato di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pidato

adalah suatu bakat yang dapat dipelajari oleh seseorang yang ingin memiliki

retorika yang baik dengan cara menguasai trisila pidato tersebut.

4. Pembagian Retorika

Mengenai pembagian retorika P Dori Wuwur Hendrikus membagi kedalam 3

bentuk, yaitu:

1. Gaya retorika monologika atau monolog. Seni berbicara secara monolog

dimana hanya ada seorang saja yang berbicara, dalam model komunikasi

ini biasanya terjadi dalam proses pidato yang bersifat satu arah, sebab

hanya satu orang yang berbicara (komunikator), dan yang lain hanya

sebagai pendengar (komunikan).

2. Dialogika, seni berbicara secara dialog, dimana dua orang atau lebih

berbicara mengambil bagian dalam suatu proses pembicaraan. Gaya

retorika ini biasanya memang jarang ditemui dalam acara-acara pidato

atau orasi politik yang dihadiri banyak orang (massa) di sebuah lapangan

terbuka.

29

(29)

3. Pembinaan teknik berbicara. Efektifitas monologika dan dialogika

tergantung pada teknik bicara. Bahkan teknik bicara ini menjadi syarat

penting dalam retorika. Mulai dari bagaimana cara ia mengatur

pernafasan, teknik membina suara dan berbicara. Semua harus

diperhatikan dan diatur agar bicaranya bias menjadi efektif.30

Sedangkan menurut Jalaluddin Rakhmat, retorika dibagi menjadi tiga bentuk

yaitu:

a. Informatif

Pidato informatif, seperti namanya, bertujuan untuk menyampaikan informasi.

Pidato informatif merupakan upaya untuk menanamkan pengertian. Karena itu,

secara keseluruhan, pidato informatif harus jelas, logis, dan sistematis.

b. Persuasif

Pidato persuasif adalah pidato yang memiliki tujuan untuk menarik perhatian,

meyakinkan dan menyentuh atau menggerakkan hati pendengarnya untuk

mengikuti apa yang disampaikan oleh orator.

c. Rekreatif

Pidato rekreatif adalah pidato yang bertujuan untuk menggembirakan,

melepaskan ketegangan, menggairahkan suasana atau sekedar memberikan

selingan yang enak setelah rangkaian acara yang melelahkan. Pidato rekreatif

tidak selalu melucu. Orator dapat menceritakan pengalaman yang luar biasa,

eksotik, atau cerita yang aneh tetapi nyata atau aneh tetapi tidak nyata. 31

30

P. Dori Wuwur Hendrikus, Retorika Terampil Berpidato, Berdiskusi, Beragumentasi, Bernegosiasi, hal. 16-17.

31

(30)

B. Dakwah dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Dakwah

Dilihat dari segi bahasa kata dakwah berasal dari bahasa Arab yaitu bentuk

isim masdar dari kata da’a-yad’u-da’watan yang artinya menyeru, memanggil,

mengajak dan menjamu.32 Toha Yahya Umar menegaskan, bahwa dakwah berasal dari bahasa Arab yang berarti, seruan, panggilan atau undangan.33 Yang dimaksud dakwah menurut Islam adalah, mengajak dengan cara bijaksana kepada jalan yang

benar sesuai dengan perintah Allah, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka

di dunia dan di akhirat.

Sedangkan menurut istilah, dakwah mengandung beberapa makna yang

berbeda namun tujuan dan arti dakwah itu sendiri sama, sedangkan dakwah secara

terminology dapat kita lihat dari berbagai pendapat ulama, yaitu:

a. M. Arifin menyatakan bahwa dakwah adalah suatu kajian dalam seruan, baik

dengan lisan, tulisan maupun tingkah laku yang dilakukan secara sadar dan

berencana untuk mempengaruhi orang lain agar timbul suatu pengertian,

kesadaran, penghayatan serta pengamalan ajaran agama tanpa adanya unsur

paksaan.34

b. Ahmad Mubarok, memahami dakwah sebagi upaya untuk menumbuhkan

kecenderungan dan ketertarikan, oleh karena itu dalam dakwah tidak hanya

terbatas pada aktifitas lisan semata, akan tetapi mencakup seluruh aktifitas

lisan maupun perbuatan yang ditujukan dalam rangka menumbuhkan

32

Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah, 1973), hal. 127.

33

Toha Umar Yahya, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1983), Cet Ke-3, hal.1.

34

(31)

kecenderungan dan ketertarikan terhadap Islam. Artinya tujuan dakwah

adalah bagaimana kita mengajak orang lain agar senantiasa mengamalkan

yang diperintahkan oleh Allah SWT, yang timbul dari kemauan mereka

sendiri.35

c. Quraish Shihab berpendapat, bahwa dakwah adalah seruan atau ajakan

kepada jalan keinsyafan atau mengubah situasi yang kurang baik menjadi

lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.36

d. Sedangkan dakwah menurut H.N.S Nasrudin Latif, dakwah artinya setiap

usaha atau aktifitas dengan lisan atau tulisan yang bersifat menyeru,

mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah

SWT, sesuai dengan garis-garis aqidah dan syariah serta akhlak islamiyah.

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dakwah itu

menyampaikan dan memanggil serta mengajak manusia ke jalan Allah SWT,

untuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dalam mencapai

kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat, sesuai dengan tuntutan dan contoh

Rasulullah SAW.

2. Unsur-Unsur Dakwah a. Da’i

Da‟i secara bahasa diambil dari bahasa Arab, bentuk isim fa’il dari asal

kata da’a-yad’u-da’watan, artinya orang yang melakukan dakwah. Secara

35

Ahmad Mubarok, Dakwah Islam, (Bogor: Thariqul Izzah, 2002), Cet. Ke-1, hal.13.

36

(32)

terminology, da‟i yaitu setiap muslim yang berakal mukallaf (akil baligh) dengan

kewajiban dakwah.37

Jadi da‟i adalah seorang yang melaksanakan dakwah baik lisan maupun

tulisan ataupun perbuatan baik secara individu, kelompok, berbentuk organisasi

ataupun lembaga. Kata da‟i ini secara umum sering disebut dengan sebutan

maubaligh atau muballighih (orang yang menyempurnakan agama Islam).38

Adapun syarat atau kemampuan yang harus dimiliki seorang da‟i adalah:

a) Memiliki pemahaman agama Islam secara tepat dan benar

b) Memiliki pemahaman hakekat gerakan dan tujuan dakwah

c) Memiliki akhlakul karimah

d) Mengetahui perkembangan pengetahuan yang relatif luas

e) Mencintai audiens atau mad‟u dengan luas

f) Mengenal kondisi dengan baik.39

Setiap muslim yang hendak menyampaikan dakwah, khususnya da‟i

seyogyanya memiliki kepribadian yang baik untuk menunjang keberhasilan

dakwah, bai kepribadian yang bersifat rohaniah (psikologis) atau kepribadian

yang bersifat jasmaniah (fisik).40

37

Quraish Shihab, membumian Al-Quran Fungsi Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1999), Cet. Ke, XIXI, hal. 194.

38

Nurul Badruttamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta: Grafindo, 2005), Cet. Ke-1. h. 101.

39

Abdul Munir Mulkham, Idiologi Gerakan Dakwah, (Yogyakarta: Sipress, 1996), h. 237-239.

40

(33)

b. Objek Dakwah (Mad’u)

Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima

dakwah, baik individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama

Islam maupun tidak, atau dengan kata lain, manusia secara keseluruhan.41

Objek dakwah adalah manusia yang dijadikan sasaran untuk menerima

dakwah yang sedang dilakukan oleh da‟i. keberadaan objek dakwah yang sering

dikenal dengan mad’u, yang sangat heterogen baik ideology, pendidikan, status sosial, kesehatan dan sebagainya.42

Menurut Muhammad Abduh dalam buku manajemen dakwah karangan M.

Munir dan Wahyu Ilahi mad’u menjadi tiga golongan43, yaitu:

a) Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat berpikir secara

kritis, dan cepat dapat menangkap persoalan

b) Golongan awam, yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berpikir secara

kritis dan mendalam, serta belum dapat menangkap pengertian-pengertian

yang tinggi

c) Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut, mereka senang

membahas sesuatu tapi hanya dalam batas tertentu saja, dan tidak mampu

membahas secara mendalam

Sedangkan mad’u menurut Imam Habib Abdullah Haddad dapat dikelompokan dalam delapan rumpun, yaitu44:

Nurul Badrutamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta: Grafindo, 2005), Cet. Ke-1, hal. 107.

43

(34)

a. Para ulama

b. Ahli zuhud dan ahli ibadah

c. Penguasa dan pemerintah

d. Kelompok ahli perniagaan, industry dan sebagainya

e. Fakir miskin dan orang lemah

f. Anak, istri dan kaum hamba

g. Orang awam yang taat dan berbuat maksiay

h. Orang yang tidak beriman kepada Allah dan rasulnya

c. Materi Dakwah

Materi dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang disampaikan da‟i

pada mad‟u pada dasarnya bersumber dari al-Qur‟an dan Hadits sebagai sumber

utama45 yang meliputi akidah, syariah, dan akhlak. Hal yang perlu disadari bahwa ajaran yang diajarkan itu bukanlah semata-mata beraitan dengan eksistensi dan

wujud Allah SWT, namun bagaimana menumbuhkan kesadaran mendalam agar

mampu memanifestasikan akidah, syariah, dn akhlak dalam ucapan, pikiran, dan

tindakan dalam kehidupan sehari-hari.

Materi dakwah yang merupakan isi pesan atau isi dakwah yang

dikomunikasikan secara efektif kepada penerima dakwah harus disesuaikan

dengan kebutuhan masyarakat. Materi yang disampaikan oleh seorang da‟i

haruslah sesuai dengan kemampuan seseorang dalam memahami sesuatu. Seorang

44

Munzier Suparta dan Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2006), Cet. Ke-2, ed. Rev, hal. 106.

45

(35)

yang intelektualnya rendah disampaikan dengan bahasa dan contoh yang dapat

dimengerti oleh para mad‟u.

d. Metode Dakwah

Metode adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentng cara-cara atau jalan

yang ditempuh untuk mencapai tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien.

Efektif artinya antara biaya, tenagan dan waktu dapat seimbang. Sedangkan

efisien atau sesuatu yang berkenaan degan pencapaian suatu hasil. Jadi metode

dakwah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari cara-cara berdakwah untuk

mencapai suatu tujuan dakwah yang efektif dan efisien.46

Sekurang-kurangnya ada tiga metode yang digambarkan dalam al-Quran yang

tertera dalam surat an-Nahl:

125

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmahdan pelajaran

yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu

dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan

dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

(an-Nahl:125)

Dakwah dengan hikmah, menurut pendapat M. Abduh dalam buku metode

dakwah yang dikarang oleh Munzier Suparta dan Harjani Hefni47 bahwa. Hikmah

46

Asmuni Syakir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), hal. 21.

47

(36)

adalah mengetahui rahasia-rahasia dan faedah di dalam arti ucapan yang sedikit

lafazh akan tetapi banyak makna ataupun diartikan meletakkan sesuatu pada

tempat atau semestinya.

Dakwah dengan nasehat yang baik, menurut pakar bahasa, nasehat

mengandung arti teguran atau peringatan. Menurut ashfani, dengan mengutip

pendapat Imam Khalil yang ditulis oleh A. Ilyas Ismail48, menyatakan bahwa nasehat adalah memberikan peringatan (al-tadzkir) dengan kebaikan yang dapat

menyentuh hati. Jadi, makna terpenting dari nasehat adalah mengingatkan

(tadzkir) dan membuat peringatan (dzikra) kepada umat manusia. Menurut Sayyid

Qutub nasehat yang baik, adalah nasehat yang dapat masuk dalam jiwa manusia

serta dapat menyejukan hati, bukan nasehat yang dapat memerahkan telinga

karena penuh dengan kecaman dan caci-maki yang tidak pada tempatnya.

Dakwah dengan dialog yang baik, perdebatan dengan cara yang baik

dengan bertujuan mencari kebenaran bukan kemenangan.Yaitu diskusi terbatas

pada iede. Dilakukan dengan menyerang daan menjatuhkan

argumentasi-argumentasi yang bathil, lalu memberikan argumentasi-argumentasi-argumentasi-argumentasi yang jitu dan

benar.49 Menurut Qutub, dakwah yang baik (jadal husna) adalah jadal yang tidak mengandungunsur penganiayaan karena adanya unsur pemaksaan kehendak, juga

tidak mengandung unsur merendhkan dan melecehkan lawan dialog.

48

A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Qutub, (Jakarta: Pemadani, 2006), Cet. Ke-1, Hal. 249-250.

49

(37)

e. Media Dakwah

Media dakwah adalah peralatan yang digunakan untuk menyampaikan atau

menyalurkan materi dakwah.50 Dewasa ini, jenis-jenis media atau saran dakwah sangat banyak jumlahnya antara lain, radio, video, rekaman, televisi, surat kabar,

majalah, tabloid dan bahkan jaringan informasi melalui komputer internet.

Media dakwah merupakan sarana untuk menyampaikan pesan agama dengan

mendayagunakan alat-alat atau temuan teknologi modern yang ada pada zaman

ini. dengan begitu banyaknya media dakwah yang tersedia. Maka seorang da‟i

memilih salah satu atau beberapa media saja sesuai dengan tujuan yang hendak

dicapai sehingga apa yang menjadi tujuannya dapat tercapai dengan efektif dan

efisien.

f. Tujuan Dakwah

Unsur lain yang tidak kalah pentingnyaa adalah tujuan dakwah, bagaimanapun

dakwah merupakan suatu kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, karena

tanpa tujuan dakwah yang disampaikan akan sia-sia. Menurut Asmuni Syukir

dalam buku dasar-dasar strategi dakwah Islam, tujuan dakwah terbagi menjadi

dua macam, yaitu:

1) Tujuan Umum Dakwah

Tujuan umum dakwah adalah mengajak manusia meliputi orang mu‟min

maupun orang kafir atau musyrik kepada jalan yang benar yang diridhai Allah

SWT. Agar dapat hidup bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akhirat.

Kebahagiaan di dunia maupun di akhirat merupakan titik tujuan hidup manusia,

maka dakwah pun mengajak kita untuk mengarah kepada kebajikan.

50

(38)

2) Tujuan Khusus Dakwah

Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan sebagai perincian

daripada tujuan umum. Tujuan ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan seluruh

aktifitas dakwah dapat jelas diketahui kemana arahnya, ataupun jenis kegiatan apa

yang hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah, dengan cara yang bagaimana

dan sebagaimana secara terperinci. Dibawah ini disajikan beberapa tujuan khusus

dakwah.

a. Mengajak ummat manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk selalu

meningkatkan taqwanya kepada Allah SWT. Tujuan ini pun dibagi lagi

kedalam tujuan yang lebih khusus

a) Menganjurkan dan menunjukan perintah-perintah Allah

b) Menunjukan larangan-larangan Allah

c) Menunjukan keuntungan-keuntungan bagi kaum yang mau bertaqwa

kepada Allah

d) Menunjukan ancaman Allah bagi kaum yang ingkar kepadanya.

g. Hubungan Retorika dengan Dakwah

Hubungan retorika dengan dakwah sangatlah erat. Dalam komponen

kegiatan dakwah dan retorika memiliki keterkaitan. Terutama hal ini dapat dilihat

dari segi media yang digunakan.

Dalam bukunya “Dasar-dasar Retorika Komunikasi dan Informasi” T.A

Latief Rosydi menyebutkan hubungan retorika dengan dakwah, kemampuan

dalam kemahiran menggunakan ahasa adalah masalah pokok dalam

(39)

Kesuksesan seorang da‟i dalam berdakwah lebih banyak ditunjang dan

ditentulan oleh kemampuan retorika yang dimiliki oleh da‟i tersebut. Berdasarkan

uraian di atas maka sangatlah jelas bahwa retorika dan dakwah sangat erat

hubungannya. Retorika dapat dikatakan sebagai alat dan saran untuk mencapai

tujuan dakwah tersebut. Dengan kata lain keberhasilan dan kegagalan da‟i dalam

berdakwah tergantung pada retorika nya karena retorika sama dengan pidato.

C. Ruang Lingkup Stand Up Comedy 1. Pengertian Stand Up Comedy

Stand Up Comedy merupakan bentuk dari seni komedi atau melawak yang

disampaikan secara monolog kepada penonton. Biasanya ini dilakukan secara live

dan komedia akan melakukan one man show. Meskipun disebut dengan Stand Up

Comedy, comedian tidaklah selalu berdiri dalam menyampaikan komedinya. Ada

beberapa comedian yang melakukanya dengan duduk di kursi persis seperti orang

yang sedang bercerita.

Stand Up adalah suatu seni pertunjukan yang dimaksudkan untuklangsung

memancing tawa dari penonton. Tidak seperti theatrical comedy, dimana

menciptakan comedy dari sebuah drama terstruktural dengan karakter-karakter

dan situasi tertentu.51

Para penampil ini biasanya disebut sebagai comic, stand up comic, stand

up comedian, atau hanya stand up saja. Biasanya, para comedian membawakan

cerita singkat yang lucu, jokes singkat (disebut dengan “bit”), dan one-liners,

51

Ramon Papana, Kiat Tahap Awal Belajar Stand Up Comedy Indonesia Kitab Suci,

(40)

yang lazimnya tipe ini disebut dengan aksi pertunjukan monologue, atau comedy

routine.

Stand Up Comedy seringnya ditampilkan di comedy clubs, bars, gedung

pertunjukan, kampus-kampus, dan gedung teater, tetapi tidak ada batasan di mana

seharusnya pertunjukan comedy itu digelar. Seringkali sekarang para comic

terkenal mengadakan pertunjukan di gedung besar, hall, ballroom, bahkan stadion

atau outdoor. Clean stand up comedy seringnya dibawakan oleh seorang

comedian professional di luar tempat pertunjukan yang biasanya, seperti

perkumpulan tertentu, acara-acara korporat, malam pengumpulan dana,

konferensi, bahkan tempat ibadah.

Dalam masalah penampilan, pertunjukan ini bisa dikatan tidaklah terlalu

susah mengaturnya. Begitu sederhananya pertunjukan ini, seorang comedian bisa

tampil meski dengan hanya memakai t-shirt dan celana pendek. Meski demikian,

tetaplah tidak mudah untuk menjadi pelaku Stand Up Comedy. Selain factor harus

bisa melucu, tekanan mental juga pasti akan hadir selama penampilan. Jika

lelucon yang diberikan tidak dimengerti tau bahkan tidak dianggap lucu, para

audiens tentu tidak akan tertawa dan yang lebih parah mereka malah mencibir

comedian yang tampil.

Para comic ini biasanya memberikan beragam cerita humor, lelucon

pendek atau kritik-kritik berupa sindiran terhadap sesuatu hal yang sifatnya

cenderung umum dengan berbagai macam sajian gerakan dan gaya. Beberapa

comic bahkan menggunakan alat peraga untuk meningkatkan performa mereka di

(41)

Dalam Stand Up Comedy, seorang comic seharusnya memiliki konsep atau

materi sebagai bahan lelucon. Dan tak mustahil jika terdapat lelucon yang berbau

cabul, rasis, dan vulgar di Stand Up Comedy. Mereka membuat script dan catatan

kecil dalam rangka untuk mempermudah mereka dalam berkomedi. Seiring

berjalannya waktu komunitas-komunitas dan pertunjukan Stand Up Comedy

menyebar keseluruhan dunia termasuk Indonesia.52

2. Sejarah Singkat Stand Up Comedy a. Stand Up Comedy di Amerika

Stand up comedy mulai lahir sekitar tahun 1800an di Amerika yang saat itu

untuk pertama kalinya masih berwujud teater. Dahulu di Amerika ada sebuah

teater yang bernama The Minstrel Show yang diselenggarakan oleh Thomas

Darmouth “Daddy” Rice.53

The Minstrel Show memulai kiprahnya tapat sebelum terjadi perang saudara

di Amerika. Meskipun lawakannya masih berbentuk lawakan yang sangat simple,

akan tetapi justru mendapatkan animo yang sangat besar dari warga Amerika saat

itu terutama dari warga Amerika dengan kalangan menengah ke atas.

Pada saat itu mic belum lahir, para comic melucu dengan cara slapstick atau

yang lebih dikenal sekarang dengan physical joke. Meskipun begitu, acara ini

mampu bertahan hingga memasuki abad ke-20.

Seiring berjalannya waktu, perkembangan The Minstrel Show semakin lama

justru semakin menjurus ke arah teater musikal bertema komedi pada segmen

52

Pandji Nugroho, Potret Stand Up Comedy: Strategi Menjadi Comedian Handal,

(Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2011), hal. 1-4.

53

(42)

pertamanya. Pada segmen kedua ada sebuah acara yang disebut The Olio yang

dibawakan oleh sebuah grup yang berjumlah dua orang bernama “The Endmen” yang dalam aksinya mereka melakukan sejenis pidato yang dalam isinya bersifat

menyindir para politisi atau hanya sekedar membahas kehidupan sehari-hari. Dan

justru dari sinilah dimulainya awal kehidupan stand up comedy.54

Seiring berkembangnya teknologi maka ditemukanlah mic, Vaudeville

kembali berjaya melalui comic Will Rogers yang mana salah satu komedian

pertama yang menjadi Political Stand Up Comedy. Kemudian, seiiring

berkembangnya teknologi dengan munculnya radio dan televisi.

Dan pada akhirnya ada beberapa stasiun televisi yang bersedia ,e,buat

sebuah acara dengan format stand up comedy seperti, The Ed Sullivian Show, The

Tonight Show, hingga akhirnya pada tahun 1959 lahirlah sebuah acara The Steve

Allen Show yang menampilkan seorang comic bernama Lenny Bruce.

b. Stand Up Comedy di Indonesia

Seiring berjalannya waktu komunitas-komunitas dan pertunjukan Stand

Up Comedy menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Di kawasan asia

banyak comic-comic terkenal yang muncul dari seni Stand Up Comedy ini,

contohnya Akmal Saleh dari Malaysia, Paul Ogata dari Singapura, Johny Lever

dari India, Dany Cho dari Korea Selatan.

Ada beberapa nama, yang tidak bisa dilepas dari budaya Stand Up Comedy

di Indonesia. Menurut Pandji Pragiwaksono dalam bukunya Merdeka Dalam

54

(43)

Bercanda ada 7 nama yang tidak bisa terlepaskan dari Stand Up Comedy di

Indonesia. Berikut adalah 7 nama tersebut.

1) Warkop

Memang, ini bukan Stand Up Comedy, tapi evolusi menuju Stand Up

Comedy di Indonesia berawal 3 orang (awalnya 4 tapi kemudian meninggal)

Dono, Kasino, Indro yang memperkenalkan kepadaIndonesia komedi yang

mengandalkan ucapan. Bukan gesture dan slapstick. Untuk generasi muda, yang

hanya tau warkop dari film dan acaranya di TV, tentu akan bingung.

Sesungguhnya, format mereka yang merupakan idealism mereka bisa ditemui di

radio dan di panggung. Mas Indro pernah bilang “Panggung, adalah “sakral" bagi

kami”, disitulah idealism keluar. Ketika masuk ke film dan TV, mereka

menyuguhkan kebutuhan untuk pasar yang lebih luas.

Susah untuk mengklaim warkop adalah yang pertama di Indonesia unuk

mengenalkan komedi cerdas yang mengandalkan omongan, tapi pantas untuk

diakusi, merekalah yang berhasil mempenetrasi kultur.55 2) Taufik Savalas

Alasannya serupa dengan mengapa warkop masuk daftar ini, walau

almarhum masuknya ke Joke Telling, tapi evolusinya berawal juga dari sini.

Kalau Warkop adalh yang mengenalkan konsep komedi lewat ucapan, Almarhum

mengenalkan konsep komedi lewat ucapan, dan sendirian di panggung. Joke

Telling, berbeda dengan Stand Up Comedy. Joke Telling itu menceritakan

anekdot, lelucon umum, tebak-tebakan. Seperti “Ada orang Amerika, Jepang dan

55

Pandji Nugroho, Potret Stand Up Comedy: Strategi Menjadi Komedian Handal,

(44)

orang Indonesia masuk ke bar”, atau “Sapi, sapi apa yang bisa nempel di tembooook? Sapi- dermaaaan”.

Sementara Stand Up Comedy itu monolog lucu yang menceritakan ulang

fenomena sosial yang ada di masyarakat. Mengambil sample dari kehidupan dan

diceritakan kembali kepada penonton. Oleh karena itu, Indro pada saat peluncuran

Kompas TV pernah berkata “Stand Up Comedy itu komedi yang serius, seperti

Skripsi. Ada analisa, ada pemikiran”.

Nah, almarhum Taufik Savalas waktu itu di TV dan di Comedy Cafe

melakukan Joke Telling, dan walau itu bukan stand up, tetapi beliau pertama kali

melucu sendiri di atas panggung.56 3) Ramon Papana

Bang Ramon adalah pendiri dan pemilik Comedy Cafe yang sejak 1997

sudah menyediakan cafe tersebut sebagai tempat open mic. Bisa dibayangkan

konsistensi dan keteguhan beliau. Bertahan walaupun Stand Up Comedy sendiri

belum membudaya. Beliau sendiri suka mengisi open mic dan juga bisa jadi

merupakan salah satu orang paling tepat untuk berguru Stand Up Comedy tanpa

kehadiran beliau, Sand Up Comedy tidak akan pernah punya rumah.

4) Iwel Wel

Welnadi atau lebih dikenal dengan nama Iwel Wel adalah pelawak

Indonesia. Iwel Wel lebih dalam menghibur penonton menggunakan cara Stand

Up Comedy. Awal karier di dunia lawak dengan mengikuti lomba lawak

56

Pandji Nugroho, Potret Stand Up Comedy: Strategi Menjadi Comedian Handal,

(45)

RRI/TVRI se-Sumatera Barat. Awal karier di Ibu kota dilakukan dengan menimba

ilmu kepada S. Bagio, Eddy Sud, Serta personal radio SK.57

Menekuni sejak 98, Iwel akhirnya punya kesempatan untuk Stand Up di TV

nasional tahun 2005 untuk acara Bincang Bintang di RCTI. Awalnya, 6 Maret

2004 Iwel, pentas Stand Up di GKJ. Bulan Mei dia diminta TV7 (Sekarang

Trans7) untuk mengisi Stand Up di acara Jayus Plis Dong Ah, pertama tayang 21

Mei 2004. Di situ, Iwel menampilkan Stand Up Comedy sebagai opsi pilihan

komedi yang ditawarkan.

Berbekal dengan rekaman untuk program tersebut, Iwel datang ke RCTI

mencari Indra Yudhistira untuk menawarkan dirinya sebagai Comic. Dan setelah

itu, Iwel adalah orang pertama yang benar-benar membawa Stand Up Comedy dan

penetratif kepada kultur pop Indonesia.58 5) Indra Yudistira

Sewaktu di RCTI, mas Indra yang saat itu adalah kepala diisi produksi

RCTI meluncurkan program TV “Bincang Bintang” dengan produser Dicky

Setiawan, yang untuk pertama kalinya mendesain acara tersebut dengan Stand

Up Comedy dan Iwel sebagai Comic-nya.

Kini, beliau meninggalkan jabatan di RCTI sebagai Kepala Divisi

Produksi dan bergabung ke kompas TV sebagai Direktur Produksi dan

programming Kompas TV. Beliau mendorong ide agar ada acara TV yang

benar-benar tentang Stand Up Comedy. Meneruskan cita-citanta ketika di

57

http://id.wikipedia.org/wiki/Welnadi, (Diakses pada hari Kamis, 31 Maret 2016. Jam 21.48)

58

Pandji Nugroho, Potret Stand Up Comedy: Strategi Menjadi Comedian Handal,

(46)

Bincang Bintang dulu. Acara TV inilah yang akhirnya membuat booming Stand

Up Comedy di Indonesia.

6) Agus Mulyadi

Kontribusi Agus Mulyadi, terhadap Stand Up Comedy, akan terasa, ketika

acara TV Stand Up Show tayang di Metro TV setiap Kamis Jam 22.30. kalau

Kompas TV sifatnya pencarian bakat, di Metro TV bentuknya benar-benar show.

Di acara ini beberapa Comic tampil selama beberapa menit, bergantian dengan

yang lain. Agus Mulyadi, yang merupakan Manajer Produksi dan Kreatif Metro

TV sudah sejak lama ingin membuat acara TV Stand Up Comedy, tahun 2010, dia

pernah datang ke Twivate Concert sadaya dan menonton saya Stand Up. Tahun

ini, akhirnya terealisasi. Karena, akhirnya para comic punya tempat untuk

menunjukkan kemampuannya dan kelihatannya, Stand Up Comedy akan jelas

segera menjadi sebuah profesi.

7) Raditya Dika

Dika Angkasaputra Moerwani atau yang biasa dikenal dengan nama

Raditya Dika adalah seorang penulis asal Indonesia. Di Indonesia Raditya Dika

dikenal sebagai penulis buku-buku jenaka. Tulisan – tulisan itu berasa dari blog

pribadinya kemudian dibukukan. Buku pertamanya berjudul Kambing Jantan

yang masuk dalam best seller. Buku tersebut menamilkan kehidupan Raditya

Dika saat kuliah di Australia.

Raditya Dika sukses menjadi penulis dengan keluar dari arus utama. Dia

tampil dengan genre baru yang segar. Yang membuat beda dari penulis lainnya

(47)

pertama hingga terbaru, semua judulnya mengandung nama binatang, bagi Radit

ini adalah selling point- nya. Menurutnya yang perlu dilakukan adalah terus

berekreasi dan bertindak kreatif. Baginya adalah kompetisi yang ada adalah kunci

berinovasi. Tekanan competitor bisa menjadi motivasi untuk terus memberikan

ide – ide baru dan menggali kemampuan.59

Sehingga saat ini, Raditya Dika adalah nama dengan pengaruh terbesar

dalam Stand Up Comedy di Indonesia. Ada yang bilang, karena banyaknya Comic

yang gayanya mirip Radit, jadi ada genre sendiri namanya Raditisme. Radit dan

pengaruhnya di Internet yang dengan cepat menyebarkan Stand Up Comedy

secara luas lewat bukan hanya video Youtube milik di, tapi juga video Youtube

lainnya. Untuk saat ini, Radit adalah orang yang benar – benar belajar tentang

Stand Up Comedy. Waktu dia kuliah di Australia, dia pernah ikutan seperti short

course tentang Stand Up Comedy. Bahan tersebut membuat dia jadi sumber ilmu

yang tepat untuk siapapun yang ingin belajar. Sekarang, dia nama terbesar yang

dimiliki Stand Up Comedy Indonesia.

Itulah, 7 nama yang tidak terlepaskan dari Stand Up Comedy di Indonesia.

Dulu Stand Up Comedy kurang mendapat respon dari masyarakat, mungkin pada

saat itu masyarakat cenderung lebih menyukai komedi yang berbentuk drama dua

orang atau lebih daripada Stand Up Comedy. Namun sekarang Stand Up Comedy

hadir untuk memberi alternatif hiburan di tengah semaraknya hiburan komedi

yang kelihatannya hanya “begitu –begitu saja”.

59

(48)

Sejak kemunculan Stand Up Comedy di Indonesia pecinta Stand Up

Comedy mengambil bagian dengan membentuk komunitas pecinta Stand Up

Comedy. Di Indonesua kita kenal dengan Stand Up Comedy Indonesia (twitter

account: @standupindo). Stand Up Indo adalah sebuah komunitas yang didirikan

oleh beberapa orang yang sebelumnya sudah memiliki ketertarikan dengan dunia

Stand Up Comedy. Sebut saja Ernest Prakasa dan Ryan Adriandhy adalah dua

orang yang dipertemukan dalam audisi Stand Up Comedy Indonesia yang

diselenggarakan oleh Kompas TV. Mereke yang kemudian menjadi finalis acara

ini berpikir bahwa mereka mebutuhkan wadah untuk berlatih mempersiapkan diri

untuk menghadapi ajang ini. berawal dari pertemanan di jejaring sosial akhirnya

mereka melibatkan Pandji Pragiwaksono dan Raditya Dika dan seorang penulis

humor Isman H. Suryaman untuk mendirikan komunitas ini. sebagai informasi

sebelum komunitas ini terbentuk Pandji dan Raditya Dika sudah lebih dulu

dikenal aksi – aksi Stand Up Comedy – nya melalui video yang mereka unggah sendiri di kenal Youtube Mereka.60

60

Pandji Nugroho, Potret Stand Up Comedy: Strategi Menjadi Comedian Handal,

(49)

40

BAB III

PROFIL DZAWIN NUR IKRAM

A. Profil Dzawin Nur Ikram

Dzawin Nur Ikram adalah sosok pribadi yang kenal dengan jiwa sosial.61 Lahir di Bogor pada tanggal 22 Agustus 1991, akrab disapa dengan Dzawin.

Mulai meminati bidang dakwah sejak ia masih sekolah di Pondok Pesantren

Latansa, dan sering mewakili pondok pesantrennya untuk ikut serta dalam lomba

berdakwah. Yang paling membanggakan adalah pada tahun 2007, Dzawin

berhasil menjadi memperoleh peringkat 2 dalam lomba dakwah se-Provinsi

Banten yang diikuti oleh 35 orang peserta.62

Keluarga Dzawin dari kalangan yang biasa-biasa saja. Ayah Dzawin

bernama Bapak Kosasih dan ibundanya bernama Ibu Rosmaini63, ayahnya sudah meninggal dunia, sejak Dzawin kecil, sedangkan ibunya berprofesi sebagai guru

mengaji dan guru agama Islam di suatu sekolah. Menurut Bachrul, adik kelasnya

sewaktu di Pondok Pesantren, Dzawin adalah sosok kaka kelas yang pantas

menjadi panutan dan menginsipirasi karena sikapnya yang baik dan mempunyai

rasa perduli yang tinggi dengan lingkungan sosial sekitarnya.64

Setelah lulus dari Pondok Pesantren Latansa, Dzawin melanjutkan

pendidikan perguruan tinggi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta fakultas

61

Wawancara Pribadi dengan Bachrul, Pada tanggal 7 April 2016 pukul 15:00 di Kampus UIN Jakarta, Ciputat, Tangerang Selatan.

62

Wawancara Pribadi dengan Dzawin Nur Ikram pada tanggal 7 April 2016 pukul 15:00 di Kampus UIN Jakarta, Ciputat. Tangerang Selatan.

63

Wawancara Pribadi dengan Dzawin Nur Ikram pada tanggal 7 April 2016 pukul 15:00 di Kampus UIN Jakarta, Ciputat. Tangerang Selatan.

64

(50)

Tarbiyah, jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Karena cita-citanya yang ingin

menjadi guru, dan suka berbicara di depan umum serta ingin mengikuti jejak sang

ibu yang berprofesi sebagai guru.

Di masa kuliahnya ia menemukan hal baru tentang berbicara di depan

orang banyak, dan kali ini diluar dari kebiasaanya berdakwah sewaktu ia

pesantren dulu, yaitu dunia stand up comedy. Ia mulai mengawali karir sebagai

comica berawal dari coba-coba mengisi acara stand up comedy yang diadakan

oleh organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang digelutinya, dan

dalam acara tersebut Dzawin berhasil membuat para penonton tertawa dengan

lelucon yang dia bawakan di atas panggung.65

Setelah berhasil dalam penampilannya tersebut, Dzawin mulai menyukai

pertunjukan komedi tunggal ini. kemudian, ia tertarik untuk belajar stand up

comedy lebih dalam lagi. Namun, pada awal perjalannya di dunia stand up

comedy, ia mendapat pengalaman buruk. Dzawin diundang untuk mengisi acara

ulang tahun Fakultas Adab dan Humaniora. Saat itu, tidak satupun penonton yang

tertawa dengan penampilannya. “ Diliatin orang dari lantai 1 sampai lantai 7,

mereka nggak ada yang ketawa, disitu ngerasa down banget karena gagal ngelucu.

Itu adalah pengalaman bomb (penampilan yang tidak lucu dalam stand up

comedy)yang pertama yang bikin malu banget,” kenangnya.66

Karena penampilan yang sempat gagal itu, Dzawin sempat vakum dari

stand up comedy. Setelah satu tahun, Dzawin akhirnya mencoba memulai

65

Wawancara Pribadi dengan Dzawin Nur Ikram pada tanggal 7 April 2016 pukul 15:00 di Kampus UIN Jakarta, Ciputat. Tangerang Selatan.

66

Gambar

gambaran proses kejiwaan ketika ia terdorong untuk bertutur ketika ia

Referensi

Dokumen terkait

Pemaknaan Comic Terhadap Lelucon dalam Stand Up Comedy: Studi Fenomenologi Mengenai Pemaknaan Comic (Pandji Pragiwaksono, Mosidik Zamzami, dan Ernest Prakasa) Terhadap

Analisis praanggapan pernyataan humor dalam stand up comedy Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.2 Sumber Data

Konsep sastra lisan modern pada stand up comedy merupakan bagian dari kebudayaan barat dan adanya unsur-unsur modernitas dalam pertunjukkan sedangkan tradisional di Indonesia

Peneliti memfokuskan penelitian ini pada 3 episode yang terdapat dalam tayangan stand up comedy academy 3 di indosiar dengan menggunakan enam jenis praanggapan,

Berdasakan hasil analisis mengenai wujud penyimpangan prinsip kerja sama dan kritik sosial yang terdapat dalam stand up comedy yang disampaikan oleh Abdurrahum Arsyad

Gaya Bahasa yang digunakan peserta Stand Up Comedy Piala DPRD Pacitan dalam penelitian ini terdapat 30 data yang mengandung 14 gaya bahasa yaitu gaya bahasa

Batasan Masalah Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah adanya wujud dan fungsi tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi yang terdapat dalam acara Stand Up Comedy

Anggi Triandana, Rengki Afria: Pelanggaran Maksim Kerjasama dalam Stand-Up Comedy Chris Rock 99 111 CR: Every time I see Barack, I'm like, "So when you getting back with New Edition?"