SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
DINDA TIARA ALFIANTI NIM: 1112051000102
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
i
Dzawin Nur Ikram memang dikenal karena penampilan stand up comedy nya yang berbeda dengan comica yang lain karena Dzawin sering menyelipkan unsur dakwah di dalam penampilannya. Sejak kemunculannya di acara audisi
Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) 4 yang disiarkan di Kompas TV, tahun 2014
lalu. Dan dakwahnya dengan melalui stand up comedy dapat diterima oleh masyarakat, khususnnya para remaja. Dan dengan retorika dakwahnya melalui
stand up comedy tersebut, Dzawin berhasil memperoleh juara 3 dan sekarang
sering dipanggil diberbagai stasiun TV terkenal. Dengan retorika dakwah melalui
stand up comedy nya banyak remaja yang mulai tertarik dengan penampilan
Dzawin yang tidak terkesan menggurui dan monoton, di zaman sekarang ini banyak remaja yang sudah malas untuk mendengarkan ceramah tetapi dengan adanya penampilan stand up comedy Dzawin, secara tidak langsung remaja dapat mendengarkan ceramah melalui stand up comedy.
Dari pemaparan di atas tersebut maka rumusan masalahnya sebagai berikut : Bagaimana retorika Dzawin Nur Ikram dalam mengemas materi dakwahnya melalui stand up comedy? Apa saja pesan dakwah yang terkandung dalam materi
stand up comedy Dzawin Nur Ikram?
Dalam melakukan penelitian ini untuk memperoleh hasil yang objektif, maka penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Dengan menggunakan metodologi deskriptif analisis bahwa data yang dikumpulkan berupa kata, gambar, dan bukan angka-angka. Dan yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dengan narasumber dan dokumentasi yang akan ditafsirkan oleh penulis.
ii
memanjatkan puja serta syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
kenikmatan dan anugerah-Nya. Shalawat serta salam semoga Allah limpahkan
kepada Rasulullah Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabat, para
tabi‟ut tabi‟in, dan mudah-mudahan kepada kita semua.
Dengan ridho Allah SWT penulis mendapatkan kemampuan untuk
menyelesaikan skripsi ini, yang menjadi impian orang-orang terdekat, dan
khususnya impian penulis. Tidak ada satupun karya manusia yang tidak ada ikut
campur tangan manusia lainnya, dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak
mendapatkan bantuan, bimbingan dan motivasi.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Dr. H. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
2. Suprapto, M.Ed, Ph. D, selaku Wakil Dekan I. Dr. Hj Roudhonah M.Ag.,
selaku Wakil Dekan II. Dan Dr. Suhaimi M.Si selaku Wadek III Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
3. Bapak Drs. Masran, M.A, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam beserta Ibu Fita Faturohmah, M.Si, selaku Sekretaris
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
4. Ibu Dr. Roudhonah, M.A selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberi
iii
yang telah membantu penulis dalam hal administrasi selama perkuliahan
dan penelitian skripsi ini.
7. Kepada Mama dan Ayah tercinta, Mama Evi Ruliati dan Ayah Alfian
Kartim yang telah memberikan kebahagiaan dan semangat penulis sejak
kecil hingga berhasil menjadi sarjana.
8. Dzawin Nur Ikram dan teman-teman komunitas Stand Up UIN Jakarta
yang sudah meluangkan waktu kepada penulis untuk diwawancarai walau
di tengah kesibukannya.
9. Kakak dan adik-adik tercinta, Virga Agesta, Ranti Dewi Asti dan Ibnu
Mahardika Sakhi. Yang selalu memberikan kebahagiaan dan semangat
kepada penulis.
10.Sahabat terbaik, sahabat seperjuangan Nurul Latifah, Noni Wildasari,
Savinatunnajah, Natasha Anissa dan Mutia Sholeha yang selalu belajar
bersama penulis sejak semester awal hingga akhir.
11.Teman-teman seangkatan seperjuangan kelas KPI D 2012, yang telah ikut
andil dalam memberikan bantuan dan dorongan semangat kepada penulis.
12.Keluarga besar KKN CETAR, Faqih, Arab, Dhiba, Azila, Tasha, Rinrin,
Noni, Irul, Ali, Latif, Fahmi, Tohir, Rahmat, Adila, Pandy, Fakhri, Syem.
iv
14.Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah
membantu kelancaran penulisan skripsi ini.
Begitu besar ucapan terimakasih yang penulis sampaikan untuk mereka
tersayang, baik yang selalu disamping penulis maupun pelukan dari do‟a do‟a
yang dikirimkan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah
diberikan, Amin ya Rabbal‟alamin.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kekurangan.
Karena itu, kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat
memberikan kontribusi positif, memperluas wawasan keilmuan serta menambah
Khazanah perpustakaan.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 6 Juni 2016 Penulis
v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah...5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...6
D. Metodologi Penelitian ...7
E. Tinjauan Pustaka ...9
F. Sistematika Penulisan ...10
BAB II LANDASAN TEORI A. Ruang Lingkup Retorika ...12
1. Pengertian Retorika ...12
2. Tujuan dan Fungsi Retorika ...14
3. Lima Hukum Retorika ...17
4. Pembagian Retorika ...19
B. Dakwah dan Ruang Lingkupnya ...20
1. Pengertian Dakwah ...20
2. Unsur-Unsur Dakwah ...22
C. Ruang Lingkup Stand Up Comedy ...30
1. Pengertian Stand Up Comedy ...30
2. Sejarah Singkat Stand Up Comedy ...32
BAB III PROFIL DZAWIN NUR IKRAM A. Profil Dzawin Nur Ikram ...40
vi
1. Model Retorika Dzawin Nur Ikram ...50
2. Penerapan Retorika dalam Stand Up Comedy Dzawin
Nur Ikram ...52
B. Isi Pesan Dakwah Dzawin Nur Ikram ...56
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...67
B. Saran – Saran...68
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dakwah pada dasarnya adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh umat
Islam untuk menyebarkan dan menyiarkan ajaran Islam. Berdakwah merupakan
aktifitas lisan yang mampu dilakukan oleh umat muslim untuk mengajak
seseorang ke jalan Allah SWT. Semua manusia dapat berdakwah sesuai bidang
pekerjaannya masing-masing, seperti seorang dokter yang berdakwah dalam
mengobati pasien yang sakit, dengan cara memulai pengobatan dengan membaca
basmalah terlebih dahulu, lalu seorang guru yang berdakwah melalui
pendidikannya, begitu pula seorang pedagang yang berdakwah dengan cara
berdagang dengan cara yang jujur kepada pembelinya.
Dengan demikian kegiatan berdakwah merupakan kewajiban semua umat
muslim, seperti yang tercantum dalam Al-Qur‟an surat Ali Imran ayat 110:
هَلل ب نّْؤت ركْن ْلا ع ْ ْنت ف رْع ْل ب رّْأت س َنلل ْتجرْخأ ةَّأ رْيخ ْمتْنك
ّآ ْ ل
) قس فْلا مهرثْكأ نّْؤ ْلا م ْنّ ْم ل اًرْيخ كل تكْلا لْهأ
١١١
(
“ kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara
mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang
Selain itu berdakwah juga bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti
bernyanyi dengan lirik dan syair lagu yang Islami, bisa juga dengan menggunakan
acara hiburan Stand Up Comedy yang sekarang ini sedang marak disiarkan di
berbagai televisi. Seperti, Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV, Stand Up
Comedy Akademi di Indosiar, Stand Up Comedy Show di Metro TV, dan masih
banyak lagi.
Stand Up Comedy adalah sebuah genre di dalam komedi biasanya satu
orang di atas panggung melakukan monolog yang lucu dan memberikan
pengamatan, pendapat, atau pengalaman pribadinya, mengutarakan keresahan,
mengangkat kenyataan, memotret kehidupan sosial masyarakat, dan
menyuguhkan kembali kepada masyarakat dengan jenaka.1
Seorang komika (orang yang melakukan stand up comedy) yang baik
adalah komika yang tidak hanya menyampaikan materi yang jenaka saja hanya
untuk hiburan semata, melainkan juga harus memasukkan pesan moral yang baik,
sehingga apa yang disampaikan di atas panggung bukan hanya untuk menghibur
saja, melainkan juga dapat memberikan pelajaran dan nilai-nilai moral penting
bagi pendengarnya. Sehingga setelah menyaksikan acara stand up comedy
penonton bukan hanya terhibur melainkan juga dapat mendapat pelajaran penting
untuk diambil manfaatnya.
Dari sekian banyak komika yang dapat menarik perhatian penikmat stand
up comedy adalah Dzawin Nur Ikram (selanjutnya disebut Dzawin), Dzawin
adalah salah seorang komika yang mempunyai karakter pembeda, ia adalah
1
satunya komika yang selalu menjadikan bahan lawakannya menjadi suatu metode
dakwah karena di dalamnya terdapat pesan-pesan agamis dan berbau dunia
pesantren. Berbeda dengan komika lainya yang biasanya hanya tampil agar
membut penonton tertawa saja, Dzawin memiliki ciri khas yang lain sehingga ia
sering dijuluki oleh juri-juri “Komika Syariah” sewaktu ia menjadi peserta dalam
acara Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) 4 yang disiarkan di Kompas TV tahun
20014 lalu.2
Retorika adalah suatu teknik pemakaian bahasa sebagai seni, yang
didasarkan pada suatu pengetahuan yang tersusun baik.3 Dalam stand up comedy seorang komika membutuhkan seni berbicara yang baik, hal itu sangat berkaitan
dengan retorika. Retorika atau kesenian dalam berbicara sangat berperan penting
dalam penampilan seseorang di atas panggung. Terlebih lagi seorang komika,
seorang komika yang baik pasti memiliki kesenian berbicara yang baik agar
penampilannya di atas panggung dapat menarik perhatian penonton yang
menyaksikannya. Jika seorang komika memiliki retorika yang baik, dapat
dipastikan pesan yang disampaikannya pasti akan cepat sampai ke hati para
pendengarnya. Begitu pula retorika yang dilakukan Dzawin di atas panggung, ia
menyampaikan pesan dakwah di dalam penampilan stand up comedy nya dan
menarik perhatian remaja untuk mendengarkan dakwah melalui acara stand up
comedy.
2
http://www.lpminstitut.com/2014/05/dzawin-berpesan-dalam-guyonan.html, Dikutip pada tanggal 02 Mei 2016 pukul 17:00.
3
Dengan materi dan retorikanya dalam berbicara di atas panggung, Dzawin
berhasil meraih juara 3 dalam acara tersebut. Dengan latar belakang
pendidikannya yang merupakan lulusan dari Pondok Pesantren Latansa dan
sekarang kuliah di UIN Jakarta, Dzawin mempunyai keinginan bahwa selain
untuk menghibur ia juga ingin memberikan pesan penting di dalam
penampilannya.4
Seperti di salah satu penampilannya ia berkata “cewek-cewek jaman
sekarang itu percaya sama yang namanya produk-produk kecantikan, biar keliatan
cantik. Eh kata siapa mbak? Lagian mbak, kalo mau cantik jangan pake produk
kecantikan. Mbak ambil wudhu, mbak pake jilbab, mbak cantik deh mbak. Emang
mbak uang tidak mengalir, tapi pahalanya mengalir mbak. Jaminannya bukan
pesiar, tapi surga.”5
Dan di penampilannya yang lain ia berkata “Jujur, waktu gua pertama kali
keluar pesantren bingung pa arti fashion, karena menurut gua pakaian itu ya yang
penting harus menutup aurat terserah mau bahannya jeans, spandek, lateks,
baliho, poster, banner kek ya sama aja gitu. Sekarang banyak banget cewek yang
pake celana hotpants, supaya keliatan gaul. Astaghfirullah sebenernya pake
pakaian apa aja yaudah terserah karena yang nilai pakaian kita itu cuma Allah,
asiiik….”6
Dengan kepandaian retorikanya, Dzawin dapat tampil stand up comedy
dengan cara yang berbeda dengan komika yang lain. Dzawin dapat menarik
4
Wawancara Pribadi dengan Dzawin Nur Ikram pada tanggal 7 April 20016 pukul 15:00 di Kampus UIN Jakarta, Ciputat. Tangerang Selatan.
5
https://www.youtube.com/watcah?v=Mg1YJW12WHk&spfreload=10. Diakses pada
hari Juma‟at, 4 Maret 2016 Pukul 19:00. 6
perhatian penonton dengan materinya yang tidak membosankan, dan mengandung
pesan penting di dalamnya. Jadi bukan hanya untuk melucu saja di atas panggung,
tetapi ada isi pesan dakwah dalam penampilan stand up comedy nya.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik
mengangkat judul skripsi ini dengan judul “Retorika Dakwah Dzawin Nur
Ikram dalam Stand Up Comedy”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Merujuk pada latar belakang yang telah dijabarkan oleh di atas, maka
penulis membatasi penelitian pada konteks retorika dakwah yang dilakukan oleh
Dzawin Nur Ikram melalui stand up comedy.
Sedangkan rumusan masalah yang diangkat pada penelitian skripsi ini
adalah:
1. Bagaimana retorika Dzawin Nur Ikram dalam mengemas materi
dakwahnya melalui stand up comedy?
2. Apa saja pesan dakwah yang terkandung dalam materi stand up comedy
Dzawin Nur Ikram?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk mendapatkan pemahaman
yang mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial dengan
menginterprestasikan bagaimana subjek memperoleh makna dari lingkungan
mendeskripsikan bagian permukaan dari suatu realitas seperti yang dilakuka
peneliti kuantitatif dengan positivismenya.7 Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana cara penyampaian Dzawin Nur Ikram dalam
materi berdakwahnya melalui stand up comedy.
b. Untuk mengetahu apa saja pesan dakwah yang terkandung dalam materi
stand up comedy Dzawin Nur Ikram.
2. Manfaat penelitian
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi yang positif pada
khazanah keilmuan dalam bidang dakwah, melalui media cetak, khususnya
menempatkan retorika dakwah yang baik di dalam segala bidang sesuai dengan
ajaran Islam.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan menambah
wawasan untuk Islam, mahasiswa dan elemen masyarakat luas serta para praktisi
dakwah dan menunjukan bahwa setiap muslim dapat berperan aktif dalam
mengembangkan retorika, salah satunya melalui stand up comedy yang baik.
7
D. Metodologi Penelitian
Agar data yang diperoleh sesuai yang diperlukan, maka metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yaitu
penelitian yang hasilnya berupa data-data deskriptif melalui fakta-fakta dari
kondisi alami sebagai sumber langsung dengan instrumen dari peneliti sendiri.8 Mengapa jenis penelitian ini yang dipilih? Karena penelitian ini bisa
menunjukkan data kualitas atau mutu dari sesuatu yang ada, berupa keadaan
proses, kejadian atau peristiwa dan lain-lain yang dinyatakan dalam bentuk
perkataan.9
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Dzawin Nur Ikram dan sebagai objeknya
adalah retorika dakwah Dzawin Nur Ikram dalam penampilannya melalui stamd
up comedy.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi menurut Cartwright & Cartwright mendefinisikan sebagai suatu
proses melihat, mengamati dan mencermati serta “merekam” perilaku secara
sistematis untuk suatu tujuan tertentu.10
8
Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, 2005), hal. 4.
9
Nyoman Kuta Ratna, Metodologi Penelitian: Kajian Buadaya dan Ilmu Sosial Humanioran Pada Umumnya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal. 21.
10
Observasi yang dilakukan oleh penulis adalah mengamati bagaimana retorika
dakwah Dzawin Nur Ikram dan apa saja pesan dakwah yang terkandung dalam
materi stand up comedy Dzawin Nur Ikram. Dalam penelitian ini penulis
melakukan pengamatan denagn cara observasi langsung menyaksikan penampilan
stand up comedy Dzawin.
b. Wawancara
Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap
muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawanara, dimana
pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.
c. Dokumentasi
Pengambilan foto-foto dan rekaman acara stand up comedy yang
dilakukan penulis untuk menggambarkan bagaimana retorika dakwah yang
dilakukan oleh Dzawin.
E. Tinjauan Pustaka
Untuk menulis skripsi ini, penulis mengadakan tinjauan kepustakaan ke
Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk mengetahui apakah ada
kesamaan dengan judul skripsi yang serupa dengan judul yang diambil penulis
yaitu: Retorika Dakwah Dzawin Nur Ikram dalam Stand Up Comedy.
Setelah penulis menelusurinya ada beberapa judul skripsi yang terdahulu, ada
1. Leiza Sixmansyah, Retorka Dakwah K.H. Muchammad Syarif Hidayat,
Skripsi S1, KPI, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Jakarta, 2014. Garis besar dari isi skripsi ini adalah menjelaskan tentang
aktifitas dakwah K.H.Muchammad Syarif Hidayat, beliau selalu
menyampaikan dakwah sesuai dengan keadaan masyarakat setempat dan
juga terkadang menyelipkan humor di dalam dakwahnya sesuai dengan
materi dakwahnya.11
2. Ari Pratama Putra, Retorika Dakwah K.H. Ahmad Damanhuri di Depok,
Skripsi S1, KPI Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta,
2011. Garis besar dari skripsi ini adalah menjelaskan aktifitas dakwah
K.H. Ahmad Damanhuri, dan retorika beliau dengan menggunakan bahasa
sehari-hari dan intonasi yang berapi-api dengan diikuti bahasa tubuh agar
terlihat berwibawa.12
3. Dina Damayanti, Strategi Dakwah Ustadz Riza di Kalangan Remaja
Masjid Al-Ikhlas Bintaro Sektor Sembilan, Skripsi S1, KPI Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, 2011. Garis besar dari skripsi
ini adalah membahas bagaimana strategi dalwah ustadz Riza dengan
menggunakan stand up comedy untuk menarik minat remaja yang zaman
sekarang sedikit minatnya terhadap acara dakwah, karena dengan cara ini
lebih terlihat tidak menggurui dan tidak monoton.13
11
Leiza Sixmansyah, Retorika Dakwah K.H. Muchammad Syarif Hidayat, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, 2014).
12
Ari Pratama Putra, Retorika Dakwah K.H. Ahmad Damanhuri di Depok, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakrta, 2011).
13
F. Sistematika Penulisan
Agar lebih mudah dalam penyusunan penelitian, dalam skripsi ini penulis
merumuskan sistematika penulisan “Retorika Dakwah Dzawin Nur ikram dalam
Stand Up Comedy” yang terdiri atas dari lima bab dan dari setiap bab terdiri dari
sub bab, yaitu sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode
penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasa teoritis retorika dan dakwah, terdiri dari ruang lingkup retorika, yang membahas pengertian retorika, tujuan dan fungsi retorika,
lima hukum retorika. Ruang lingkup dakwah, yang membahas pengertian
dakwah, unsur-unsur dakwah, tujuan dakwah. Ruang lingkup stand up
comedy, yang membahas pengertian stand up comedy, sejarah singkat stand
up comedy di Indonesia, teknik penyampaian stand up comedy.
BAB III : Profil Dzawin Nur Ikram dan perjalananya selama menjadi seorang komika memaparkan profil Dzawin Nur Ikram, meliputi riwayat
hidup, riwayat pendidikan, karya-karya dan aktifitasnya selama menjadi
komika.
BAB IV : Analisis Retorika Dakwah Dzawin Nur Ikram dalam Stand Up
Comedy. Hasil analisis yang akan diperoleh, meliputi bagaimana cara
penyampaian Dzawin Nur Ikram dalam metri dakwahnya melalui stand up
comedy. Dan pesan dakwah apa saja yang terkandung dalam materi stand up
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Ruang Lingkup Retorika 1. Pengertian Retorika
Ditinjau dari segi bahasa retorika berasal dari bahasa Yunani yaitu rhetor yang
berarti seorang juru pidato, yang mempunyai sinonim orator.14 Dalam bahasa
Arab disebut fannul khitabah, sedangkan retorika menurut Encyclopedia Britania,
seperti yang dikutip Datuk Tombak Alam, retorika adalah kesenian menggunakan
bahasa untuk menghasilkan kesan yang diinginkan terhadap pembaca dan
pendengar.15
Definisi retorika menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah, keterampilan
berbahasa secara efektif dalam karang mengarang atau seni berpidato yang
muluk-muluk dan bombastis.16 Dalam arti yang sempit berarti retorika adalah bagaimana seseorang menggunakan tutur bahasa yang baik dan jelas agar dapat
mempengaruhi orang lain dengan tujuan dan maksud tertentu.
Banyak para pakar yang mengungkapkan definisi retorika dari segi istilah,
beberapa pendapat antara lain:
a. Jalaluddin Rakhmat, berpendapat bahwa retorika adalah pemekaran
bakat-bakat tertinggi manusia, yakni rasio dan cita rasa lewat bahasa selaku
kemampuan untuk berkomunikasi dalam medan pikiran.17
14
M.H. Israr, Retorika Dakwah Islam Era Modern, (Jakarta: CV. Firdaus, 1993), Cet. Ke-1, hal.10.
15
Datuk Tombak Alam, Kunci Sukses Penerangan dan Dakwah, (Jakarta: PT. Rhineka Cipta), hal. 36.
16
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), Edisi ke-3, Cet. Ke-2, hal. 953.
17
b. Gorys Keraf, berpendapat bahwa retorika adalahsuatu teknik pemakaian
bahasa sebagai seni, baik lisan maupun tertulis yang berdasarkan pada
pengetahuan yang bersusun baik.18
c. Wahidin saputra, berpendapat bahwa retorika adalah ilmu yang mempelajari
tentang bagaimana bertutur kata dihadapan orang lain dengan sistematis, logis,
untuk memberikan pemahaman dan meyakinkan orang lain.19
d. Dean J Champion, berpendapat bahwa retorika adalah seni berkomunikasi
secara lisan yang dilakukan oleh seseorang kepada sejumlah orang secara
langsung bertatap muka, oleh karena itu, istilah retorika seringkali disamakan
dengan istilah pidato atau ceramah. Yang dapat meningkatkan kualitas
eksistensi (keberadaan) di tengah-tengah orang lain, bukanlah sekedar
berbicara, tetapi berbicara yang menarik (atraktif), bernilai (informatif),
menghibur (rekreatif), dan berpengaruh (persuasif). Dengan kata lain, manusia
mesti berbicara berdasarkan seni berbicara yang dikenal dengan istilah
retorika.20
e. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, retorika adalah keterampilan bahasa
secara efektif dalam karang-mengarang atau seni berpidato yang muluk-muluk
dan bombastis.21
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, retorika menurut penulis
adalah seni berbicara yang dimiliki oleh seseorang untuk berbicara di hadapan
18
M.H. Israr, Retorika dan Dakwah Islam di Era Modern, (Jakarta: CV. Firdaus, 1993), Cet ke-6, h.10.
19
Wahidin Saputra, Retorika Dakwah Lisan (Teknik Kitabah), (Buku Ajar Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006), h.2.
20
Dean J Champion, Metode dan Masalah Penelitian, (Bandung: Refika Aditama, 1998)
21
orang banyak yang bertujuan untuk memberikan informasi, hiburan, dan ajakan
yang baik kepada penonton yang menyaksikannya.
2. Tujuan dan Fungsi Retorika
a. Tujuan Retorika
Retorika pada awalnya berkaitan dengan persuasi, sehingga retorika adalah
seni penyusunan argumentasi dan pembuatan naskah pidato. Persuasi dapat
diartikan sebagai metode komunikasi berupa ajakan, permohonan, atau bujukan
yang lebih menyentuh emosi, yaitu aspek afeksi dari manusia.22
Ketika Aristoteles di sekitar abad ke-4 SM, menampilkan retorika sebagai
ilmu yang berdiri sendiri, dikatakan bahwa tujuannya adalah pesuasi, yang
dimaksudkan persuasi dalam hubungan ini adalah yakinnya penanggap tutur akan
kebenaran gagasan topik tutur.
Kemudian yang dimaksud dari retorika yang bertujuan berbicara kepada
massa dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) To inform, yaitu memberikan penerangan dan pengertian kepada massa, guna
memberikan penerangan yang mampu menanamkan pengertian dengan
sebaik-baiknya.
b) To convine, yaitu meyakinkan atau menginsyafkan
c) To Inspire, yaitu menimbulkan inspirasi dengan teknik dan sistem
penyampaian yang baik dan bijaksana.
d) To entertain, yaitu menggembirakan, menghibur atau menyenangkan dan
memuaskan
22
e) To actuate ( to put into action), yaitu menggerakan dan mengarahkan mereka
untuk bertindak mereaisi dan melaksanakan ide yang telah dikomunikasikan
oleh orator dihadapan massa.23
Jadi tujuan dari retorika pada dasarnya adalah untuk mengajak atau
meyakinkan kepada penonton bahwa apa yang disampaikan oleh pembicara
(orator) adalah hal yang penting untuk didengarkan, karena di dalamnya terdapat
pesan untuk memberikan informasi, mengarahkan ke arah yang benar, dan juga
untuk menghibur massa.
b. Fungsi Retorika
Menurut Plato, retorika bertujuan untuk memberikan kemampuan dalam
menggunakan bahasa yang sempurna, dan merupakan jalan bagi seseorang untuk
memperoleh pengetahuan yang luas.24
Sedangkan menurut Aristoteles, menampilkan retorikas sebagai ilmu yang
berdiri sendiri, yang dikatakan tujuannya adalah untuk mempengaruhi orang
(persuasif).25
Aristotels menyebutkan tiga cara untuk mempengaruhi orang lain:
a. Ethos: anda harus bisa dan sanggup menunjukan pada khalayak bahwa anda
memiliki pengetahuan yang luas dan status terhormat.
b. Phatos: anda mampu menyentuh hati, khalayak (perasaan, emosi, harapan,
Onong Uchana Effendi, Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditia Bakti, 2003), hal.55.
25
c. Logos: anda harus meyakinkan khalayak dengan mengajukan bukti. Pada
situasi ini anda harus mendekati khalayak melalui otak atau pola pikir
mereka.26
I Gusti Ngurah Oka menjelaskan bahwa retorika adalah untuk:
a. Menyediakan gambaran yang jelas tentang manusia terutama dalam
hubungan kegiatan bertuturnya, termasuk ke dalam gambaran ini antara lain
gambaran proses kejiwaan ketika ia terdorong untuk bertutur ketika ia
mengidentifikasi pokok persoalan dan retorika bertutur ditampilkan.
b. Menampilkan gambaran yang jelas tentang bahasa atau benda yang bisa
diangkat menjadi topik tutur, misalnya gambaran tentang hakikatnya,
strukturnya, fungsi dan sebagainya.
c. Mengemukakan gambaran yang terperinci tentang masalah tutur misalnya,
dikemukakan tentang hakikatnya, strukturnya , bagian-bagian dan
sebagainya.
d. Bersama-sama dengan penampilan gambaran ketiga hal tersebut di atas
disiapkan pula bimbingan tentang:
a) Cara memilih topik
b) Cara-cara memandang dan menganalisa topik tutur untuk menentukan
sasaran ulasan yang persuasif dan objektif.
c) Pemilihan jenis tutur yang disesuaikan dan tujuan yang hendak dicapai.
d) Pemilihan materi bahasa serta penyusunan menjadi kalimat-kalimat yang
padu, utuh, mantap, dan bervariasi. Pemilihan gaya bahasa dan gaya tutur
dalam penampilan tuturnya.27
26
3. Lima Hukum Retorika
Ada lima tahap penyusunan pidato atau yang sering dikenal dengan (the five
connons rethoric) atau lima hukum retorika. Menurut Aristoteles dalam buku
diksi dan gaya bahasa yang ditulis oleh Gorys Keraf, berikut pejelasannya.
a. Invension atau Heuresis, yaitu penemuan atau penelitian materi-materi.
Langkah ini sebenarnya mencakup kemampuan untuk menemukan,
mengumpulkan, menganalisis dan memilih materi yang cocok untuk pidato,
menurut Aristoteles argumen-argumen harus dicari melalui rasio, moral dan
afeksi. Karena ini dianggap sebagai bagian yang sangat penting.
b. Disposition atau Taxis atau Oikonomia, adalah penyusunan dan pengurutan
materi (argumen) dalam sebuah pidato.
c. Elocution atau Lexis, yaitu pengungkapan atau penyajian gagasan dalam
bahasa yang sesuai. Ada tiga hal yang menjadi dasar elucutio, yaitu
komposisi, kejelasan, dan langgam bahasa; kemegahan, hiasan pikiran
dengan upaya retorika.
d. Memoria atau Mneme yaitu menghafalkan pidato, latihan untuk mengingat
gagasan-gagasan dalam pidato yang sudah disusun.
e. Action Hypokrisis, yaitu menyajikan pidato, penyajian efektif dari sebuah
pidato akan ditentukan juga oleh suara, sikap, dan gerak-gerik tubuh.28 Ada 3 prinsip pidato atau yang biasa disebut trisila pidato yaitu:
a. Pelihara kontak visual dan kontak mental dengan khalayak (kontak).
27
I Gusti Ngurah Oka, Retorika Sebuah Tinjauan Pengantar, hal. 65.
28
b. Gunakan lambang-lambang audiktif atau usahakan agar suara anda
memberikan makna yang lebih baik kaya pada bahasa anda (olah vokal).
c. Berbicaralah dengan seluruh kepribadian anda: dengan wajah, tangan, dan
tubuh anda (olah visual).29
Dari tiga prinsip pidato di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pidato
adalah suatu bakat yang dapat dipelajari oleh seseorang yang ingin memiliki
retorika yang baik dengan cara menguasai trisila pidato tersebut.
4. Pembagian Retorika
Mengenai pembagian retorika P Dori Wuwur Hendrikus membagi kedalam 3
bentuk, yaitu:
1. Gaya retorika monologika atau monolog. Seni berbicara secara monolog
dimana hanya ada seorang saja yang berbicara, dalam model komunikasi
ini biasanya terjadi dalam proses pidato yang bersifat satu arah, sebab
hanya satu orang yang berbicara (komunikator), dan yang lain hanya
sebagai pendengar (komunikan).
2. Dialogika, seni berbicara secara dialog, dimana dua orang atau lebih
berbicara mengambil bagian dalam suatu proses pembicaraan. Gaya
retorika ini biasanya memang jarang ditemui dalam acara-acara pidato
atau orasi politik yang dihadiri banyak orang (massa) di sebuah lapangan
terbuka.
29
3. Pembinaan teknik berbicara. Efektifitas monologika dan dialogika
tergantung pada teknik bicara. Bahkan teknik bicara ini menjadi syarat
penting dalam retorika. Mulai dari bagaimana cara ia mengatur
pernafasan, teknik membina suara dan berbicara. Semua harus
diperhatikan dan diatur agar bicaranya bias menjadi efektif.30
Sedangkan menurut Jalaluddin Rakhmat, retorika dibagi menjadi tiga bentuk
yaitu:
a. Informatif
Pidato informatif, seperti namanya, bertujuan untuk menyampaikan informasi.
Pidato informatif merupakan upaya untuk menanamkan pengertian. Karena itu,
secara keseluruhan, pidato informatif harus jelas, logis, dan sistematis.
b. Persuasif
Pidato persuasif adalah pidato yang memiliki tujuan untuk menarik perhatian,
meyakinkan dan menyentuh atau menggerakkan hati pendengarnya untuk
mengikuti apa yang disampaikan oleh orator.
c. Rekreatif
Pidato rekreatif adalah pidato yang bertujuan untuk menggembirakan,
melepaskan ketegangan, menggairahkan suasana atau sekedar memberikan
selingan yang enak setelah rangkaian acara yang melelahkan. Pidato rekreatif
tidak selalu melucu. Orator dapat menceritakan pengalaman yang luar biasa,
eksotik, atau cerita yang aneh tetapi nyata atau aneh tetapi tidak nyata. 31
30
P. Dori Wuwur Hendrikus, Retorika Terampil Berpidato, Berdiskusi, Beragumentasi, Bernegosiasi, hal. 16-17.
31
B. Dakwah dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Dakwah
Dilihat dari segi bahasa kata dakwah berasal dari bahasa Arab yaitu bentuk
isim masdar dari kata da’a-yad’u-da’watan yang artinya menyeru, memanggil,
mengajak dan menjamu.32 Toha Yahya Umar menegaskan, bahwa dakwah berasal dari bahasa Arab yang berarti, seruan, panggilan atau undangan.33 Yang dimaksud dakwah menurut Islam adalah, mengajak dengan cara bijaksana kepada jalan yang
benar sesuai dengan perintah Allah, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka
di dunia dan di akhirat.
Sedangkan menurut istilah, dakwah mengandung beberapa makna yang
berbeda namun tujuan dan arti dakwah itu sendiri sama, sedangkan dakwah secara
terminology dapat kita lihat dari berbagai pendapat ulama, yaitu:
a. M. Arifin menyatakan bahwa dakwah adalah suatu kajian dalam seruan, baik
dengan lisan, tulisan maupun tingkah laku yang dilakukan secara sadar dan
berencana untuk mempengaruhi orang lain agar timbul suatu pengertian,
kesadaran, penghayatan serta pengamalan ajaran agama tanpa adanya unsur
paksaan.34
b. Ahmad Mubarok, memahami dakwah sebagi upaya untuk menumbuhkan
kecenderungan dan ketertarikan, oleh karena itu dalam dakwah tidak hanya
terbatas pada aktifitas lisan semata, akan tetapi mencakup seluruh aktifitas
lisan maupun perbuatan yang ditujukan dalam rangka menumbuhkan
32
Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah, 1973), hal. 127.
33
Toha Umar Yahya, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1983), Cet Ke-3, hal.1.
34
kecenderungan dan ketertarikan terhadap Islam. Artinya tujuan dakwah
adalah bagaimana kita mengajak orang lain agar senantiasa mengamalkan
yang diperintahkan oleh Allah SWT, yang timbul dari kemauan mereka
sendiri.35
c. Quraish Shihab berpendapat, bahwa dakwah adalah seruan atau ajakan
kepada jalan keinsyafan atau mengubah situasi yang kurang baik menjadi
lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.36
d. Sedangkan dakwah menurut H.N.S Nasrudin Latif, dakwah artinya setiap
usaha atau aktifitas dengan lisan atau tulisan yang bersifat menyeru,
mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah
SWT, sesuai dengan garis-garis aqidah dan syariah serta akhlak islamiyah.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dakwah itu
menyampaikan dan memanggil serta mengajak manusia ke jalan Allah SWT,
untuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dalam mencapai
kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat, sesuai dengan tuntutan dan contoh
Rasulullah SAW.
2. Unsur-Unsur Dakwah a. Da’i
Da‟i secara bahasa diambil dari bahasa Arab, bentuk isim fa’il dari asal
kata da’a-yad’u-da’watan, artinya orang yang melakukan dakwah. Secara
35
Ahmad Mubarok, Dakwah Islam, (Bogor: Thariqul Izzah, 2002), Cet. Ke-1, hal.13.
36
terminology, da‟i yaitu setiap muslim yang berakal mukallaf (akil baligh) dengan
kewajiban dakwah.37
Jadi da‟i adalah seorang yang melaksanakan dakwah baik lisan maupun
tulisan ataupun perbuatan baik secara individu, kelompok, berbentuk organisasi
ataupun lembaga. Kata da‟i ini secara umum sering disebut dengan sebutan
maubaligh atau muballighih (orang yang menyempurnakan agama Islam).38
Adapun syarat atau kemampuan yang harus dimiliki seorang da‟i adalah:
a) Memiliki pemahaman agama Islam secara tepat dan benar
b) Memiliki pemahaman hakekat gerakan dan tujuan dakwah
c) Memiliki akhlakul karimah
d) Mengetahui perkembangan pengetahuan yang relatif luas
e) Mencintai audiens atau mad‟u dengan luas
f) Mengenal kondisi dengan baik.39
Setiap muslim yang hendak menyampaikan dakwah, khususnya da‟i
seyogyanya memiliki kepribadian yang baik untuk menunjang keberhasilan
dakwah, bai kepribadian yang bersifat rohaniah (psikologis) atau kepribadian
yang bersifat jasmaniah (fisik).40
37
Quraish Shihab, membumian Al-Quran Fungsi Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1999), Cet. Ke, XIXI, hal. 194.
38
Nurul Badruttamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta: Grafindo, 2005), Cet. Ke-1. h. 101.
39
Abdul Munir Mulkham, Idiologi Gerakan Dakwah, (Yogyakarta: Sipress, 1996), h. 237-239.
40
b. Objek Dakwah (Mad’u)
Mad’u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima
dakwah, baik individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama
Islam maupun tidak, atau dengan kata lain, manusia secara keseluruhan.41
Objek dakwah adalah manusia yang dijadikan sasaran untuk menerima
dakwah yang sedang dilakukan oleh da‟i. keberadaan objek dakwah yang sering
dikenal dengan mad’u, yang sangat heterogen baik ideology, pendidikan, status sosial, kesehatan dan sebagainya.42
Menurut Muhammad Abduh dalam buku manajemen dakwah karangan M.
Munir dan Wahyu Ilahi mad’u menjadi tiga golongan43, yaitu:
a) Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat berpikir secara
kritis, dan cepat dapat menangkap persoalan
b) Golongan awam, yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berpikir secara
kritis dan mendalam, serta belum dapat menangkap pengertian-pengertian
yang tinggi
c) Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut, mereka senang
membahas sesuatu tapi hanya dalam batas tertentu saja, dan tidak mampu
membahas secara mendalam
Sedangkan mad’u menurut Imam Habib Abdullah Haddad dapat dikelompokan dalam delapan rumpun, yaitu44:
Nurul Badrutamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta: Grafindo, 2005), Cet. Ke-1, hal. 107.
43
a. Para ulama
b. Ahli zuhud dan ahli ibadah
c. Penguasa dan pemerintah
d. Kelompok ahli perniagaan, industry dan sebagainya
e. Fakir miskin dan orang lemah
f. Anak, istri dan kaum hamba
g. Orang awam yang taat dan berbuat maksiay
h. Orang yang tidak beriman kepada Allah dan rasulnya
c. Materi Dakwah
Materi dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang disampaikan da‟i
pada mad‟u pada dasarnya bersumber dari al-Qur‟an dan Hadits sebagai sumber
utama45 yang meliputi akidah, syariah, dan akhlak. Hal yang perlu disadari bahwa ajaran yang diajarkan itu bukanlah semata-mata beraitan dengan eksistensi dan
wujud Allah SWT, namun bagaimana menumbuhkan kesadaran mendalam agar
mampu memanifestasikan akidah, syariah, dn akhlak dalam ucapan, pikiran, dan
tindakan dalam kehidupan sehari-hari.
Materi dakwah yang merupakan isi pesan atau isi dakwah yang
dikomunikasikan secara efektif kepada penerima dakwah harus disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat. Materi yang disampaikan oleh seorang da‟i
haruslah sesuai dengan kemampuan seseorang dalam memahami sesuatu. Seorang
44
Munzier Suparta dan Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2006), Cet. Ke-2, ed. Rev, hal. 106.
45
yang intelektualnya rendah disampaikan dengan bahasa dan contoh yang dapat
dimengerti oleh para mad‟u.
d. Metode Dakwah
Metode adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentng cara-cara atau jalan
yang ditempuh untuk mencapai tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien.
Efektif artinya antara biaya, tenagan dan waktu dapat seimbang. Sedangkan
efisien atau sesuatu yang berkenaan degan pencapaian suatu hasil. Jadi metode
dakwah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari cara-cara berdakwah untuk
mencapai suatu tujuan dakwah yang efektif dan efisien.46
Sekurang-kurangnya ada tiga metode yang digambarkan dalam al-Quran yang
tertera dalam surat an-Nahl:
125
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmahdan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(an-Nahl:125)
Dakwah dengan hikmah, menurut pendapat M. Abduh dalam buku metode
dakwah yang dikarang oleh Munzier Suparta dan Harjani Hefni47 bahwa. Hikmah
46
Asmuni Syakir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), hal. 21.
47
adalah mengetahui rahasia-rahasia dan faedah di dalam arti ucapan yang sedikit
lafazh akan tetapi banyak makna ataupun diartikan meletakkan sesuatu pada
tempat atau semestinya.
Dakwah dengan nasehat yang baik, menurut pakar bahasa, nasehat
mengandung arti teguran atau peringatan. Menurut ashfani, dengan mengutip
pendapat Imam Khalil yang ditulis oleh A. Ilyas Ismail48, menyatakan bahwa nasehat adalah memberikan peringatan (al-tadzkir) dengan kebaikan yang dapat
menyentuh hati. Jadi, makna terpenting dari nasehat adalah mengingatkan
(tadzkir) dan membuat peringatan (dzikra) kepada umat manusia. Menurut Sayyid
Qutub nasehat yang baik, adalah nasehat yang dapat masuk dalam jiwa manusia
serta dapat menyejukan hati, bukan nasehat yang dapat memerahkan telinga
karena penuh dengan kecaman dan caci-maki yang tidak pada tempatnya.
Dakwah dengan dialog yang baik, perdebatan dengan cara yang baik
dengan bertujuan mencari kebenaran bukan kemenangan.Yaitu diskusi terbatas
pada iede. Dilakukan dengan menyerang daan menjatuhkan
argumentasi-argumentasi yang bathil, lalu memberikan argumentasi-argumentasi-argumentasi-argumentasi yang jitu dan
benar.49 Menurut Qutub, dakwah yang baik (jadal husna) adalah jadal yang tidak mengandungunsur penganiayaan karena adanya unsur pemaksaan kehendak, juga
tidak mengandung unsur merendhkan dan melecehkan lawan dialog.
48
A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Qutub, (Jakarta: Pemadani, 2006), Cet. Ke-1, Hal. 249-250.
49
e. Media Dakwah
Media dakwah adalah peralatan yang digunakan untuk menyampaikan atau
menyalurkan materi dakwah.50 Dewasa ini, jenis-jenis media atau saran dakwah sangat banyak jumlahnya antara lain, radio, video, rekaman, televisi, surat kabar,
majalah, tabloid dan bahkan jaringan informasi melalui komputer internet.
Media dakwah merupakan sarana untuk menyampaikan pesan agama dengan
mendayagunakan alat-alat atau temuan teknologi modern yang ada pada zaman
ini. dengan begitu banyaknya media dakwah yang tersedia. Maka seorang da‟i
memilih salah satu atau beberapa media saja sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai sehingga apa yang menjadi tujuannya dapat tercapai dengan efektif dan
efisien.
f. Tujuan Dakwah
Unsur lain yang tidak kalah pentingnyaa adalah tujuan dakwah, bagaimanapun
dakwah merupakan suatu kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, karena
tanpa tujuan dakwah yang disampaikan akan sia-sia. Menurut Asmuni Syukir
dalam buku dasar-dasar strategi dakwah Islam, tujuan dakwah terbagi menjadi
dua macam, yaitu:
1) Tujuan Umum Dakwah
Tujuan umum dakwah adalah mengajak manusia meliputi orang mu‟min
maupun orang kafir atau musyrik kepada jalan yang benar yang diridhai Allah
SWT. Agar dapat hidup bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akhirat.
Kebahagiaan di dunia maupun di akhirat merupakan titik tujuan hidup manusia,
maka dakwah pun mengajak kita untuk mengarah kepada kebajikan.
50
2) Tujuan Khusus Dakwah
Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan sebagai perincian
daripada tujuan umum. Tujuan ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan seluruh
aktifitas dakwah dapat jelas diketahui kemana arahnya, ataupun jenis kegiatan apa
yang hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah, dengan cara yang bagaimana
dan sebagaimana secara terperinci. Dibawah ini disajikan beberapa tujuan khusus
dakwah.
a. Mengajak ummat manusia yang sudah memeluk agama Islam untuk selalu
meningkatkan taqwanya kepada Allah SWT. Tujuan ini pun dibagi lagi
kedalam tujuan yang lebih khusus
a) Menganjurkan dan menunjukan perintah-perintah Allah
b) Menunjukan larangan-larangan Allah
c) Menunjukan keuntungan-keuntungan bagi kaum yang mau bertaqwa
kepada Allah
d) Menunjukan ancaman Allah bagi kaum yang ingkar kepadanya.
g. Hubungan Retorika dengan Dakwah
Hubungan retorika dengan dakwah sangatlah erat. Dalam komponen
kegiatan dakwah dan retorika memiliki keterkaitan. Terutama hal ini dapat dilihat
dari segi media yang digunakan.
Dalam bukunya “Dasar-dasar Retorika Komunikasi dan Informasi” T.A
Latief Rosydi menyebutkan hubungan retorika dengan dakwah, kemampuan
dalam kemahiran menggunakan ahasa adalah masalah pokok dalam
Kesuksesan seorang da‟i dalam berdakwah lebih banyak ditunjang dan
ditentulan oleh kemampuan retorika yang dimiliki oleh da‟i tersebut. Berdasarkan
uraian di atas maka sangatlah jelas bahwa retorika dan dakwah sangat erat
hubungannya. Retorika dapat dikatakan sebagai alat dan saran untuk mencapai
tujuan dakwah tersebut. Dengan kata lain keberhasilan dan kegagalan da‟i dalam
berdakwah tergantung pada retorika nya karena retorika sama dengan pidato.
C. Ruang Lingkup Stand Up Comedy 1. Pengertian Stand Up Comedy
Stand Up Comedy merupakan bentuk dari seni komedi atau melawak yang
disampaikan secara monolog kepada penonton. Biasanya ini dilakukan secara live
dan komedia akan melakukan one man show. Meskipun disebut dengan Stand Up
Comedy, comedian tidaklah selalu berdiri dalam menyampaikan komedinya. Ada
beberapa comedian yang melakukanya dengan duduk di kursi persis seperti orang
yang sedang bercerita.
Stand Up adalah suatu seni pertunjukan yang dimaksudkan untuklangsung
memancing tawa dari penonton. Tidak seperti theatrical comedy, dimana
menciptakan comedy dari sebuah drama terstruktural dengan karakter-karakter
dan situasi tertentu.51
Para penampil ini biasanya disebut sebagai comic, stand up comic, stand
up comedian, atau hanya stand up saja. Biasanya, para comedian membawakan
cerita singkat yang lucu, jokes singkat (disebut dengan “bit”), dan one-liners,
51
Ramon Papana, Kiat Tahap Awal Belajar Stand Up Comedy Indonesia Kitab Suci,
yang lazimnya tipe ini disebut dengan aksi pertunjukan monologue, atau comedy
routine.
Stand Up Comedy seringnya ditampilkan di comedy clubs, bars, gedung
pertunjukan, kampus-kampus, dan gedung teater, tetapi tidak ada batasan di mana
seharusnya pertunjukan comedy itu digelar. Seringkali sekarang para comic
terkenal mengadakan pertunjukan di gedung besar, hall, ballroom, bahkan stadion
atau outdoor. Clean stand up comedy seringnya dibawakan oleh seorang
comedian professional di luar tempat pertunjukan yang biasanya, seperti
perkumpulan tertentu, acara-acara korporat, malam pengumpulan dana,
konferensi, bahkan tempat ibadah.
Dalam masalah penampilan, pertunjukan ini bisa dikatan tidaklah terlalu
susah mengaturnya. Begitu sederhananya pertunjukan ini, seorang comedian bisa
tampil meski dengan hanya memakai t-shirt dan celana pendek. Meski demikian,
tetaplah tidak mudah untuk menjadi pelaku Stand Up Comedy. Selain factor harus
bisa melucu, tekanan mental juga pasti akan hadir selama penampilan. Jika
lelucon yang diberikan tidak dimengerti tau bahkan tidak dianggap lucu, para
audiens tentu tidak akan tertawa dan yang lebih parah mereka malah mencibir
comedian yang tampil.
Para comic ini biasanya memberikan beragam cerita humor, lelucon
pendek atau kritik-kritik berupa sindiran terhadap sesuatu hal yang sifatnya
cenderung umum dengan berbagai macam sajian gerakan dan gaya. Beberapa
comic bahkan menggunakan alat peraga untuk meningkatkan performa mereka di
Dalam Stand Up Comedy, seorang comic seharusnya memiliki konsep atau
materi sebagai bahan lelucon. Dan tak mustahil jika terdapat lelucon yang berbau
cabul, rasis, dan vulgar di Stand Up Comedy. Mereka membuat script dan catatan
kecil dalam rangka untuk mempermudah mereka dalam berkomedi. Seiring
berjalannya waktu komunitas-komunitas dan pertunjukan Stand Up Comedy
menyebar keseluruhan dunia termasuk Indonesia.52
2. Sejarah Singkat Stand Up Comedy a. Stand Up Comedy di Amerika
Stand up comedy mulai lahir sekitar tahun 1800an di Amerika yang saat itu
untuk pertama kalinya masih berwujud teater. Dahulu di Amerika ada sebuah
teater yang bernama The Minstrel Show yang diselenggarakan oleh Thomas
Darmouth “Daddy” Rice.53
The Minstrel Show memulai kiprahnya tapat sebelum terjadi perang saudara
di Amerika. Meskipun lawakannya masih berbentuk lawakan yang sangat simple,
akan tetapi justru mendapatkan animo yang sangat besar dari warga Amerika saat
itu terutama dari warga Amerika dengan kalangan menengah ke atas.
Pada saat itu mic belum lahir, para comic melucu dengan cara slapstick atau
yang lebih dikenal sekarang dengan physical joke. Meskipun begitu, acara ini
mampu bertahan hingga memasuki abad ke-20.
Seiring berjalannya waktu, perkembangan The Minstrel Show semakin lama
justru semakin menjurus ke arah teater musikal bertema komedi pada segmen
52
Pandji Nugroho, Potret Stand Up Comedy: Strategi Menjadi Comedian Handal,
(Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2011), hal. 1-4.
53
pertamanya. Pada segmen kedua ada sebuah acara yang disebut The Olio yang
dibawakan oleh sebuah grup yang berjumlah dua orang bernama “The Endmen” yang dalam aksinya mereka melakukan sejenis pidato yang dalam isinya bersifat
menyindir para politisi atau hanya sekedar membahas kehidupan sehari-hari. Dan
justru dari sinilah dimulainya awal kehidupan stand up comedy.54
Seiring berkembangnya teknologi maka ditemukanlah mic, Vaudeville
kembali berjaya melalui comic Will Rogers yang mana salah satu komedian
pertama yang menjadi Political Stand Up Comedy. Kemudian, seiiring
berkembangnya teknologi dengan munculnya radio dan televisi.
Dan pada akhirnya ada beberapa stasiun televisi yang bersedia ,e,buat
sebuah acara dengan format stand up comedy seperti, The Ed Sullivian Show, The
Tonight Show, hingga akhirnya pada tahun 1959 lahirlah sebuah acara The Steve
Allen Show yang menampilkan seorang comic bernama Lenny Bruce.
b. Stand Up Comedy di Indonesia
Seiring berjalannya waktu komunitas-komunitas dan pertunjukan Stand
Up Comedy menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Di kawasan asia
banyak comic-comic terkenal yang muncul dari seni Stand Up Comedy ini,
contohnya Akmal Saleh dari Malaysia, Paul Ogata dari Singapura, Johny Lever
dari India, Dany Cho dari Korea Selatan.
Ada beberapa nama, yang tidak bisa dilepas dari budaya Stand Up Comedy
di Indonesia. Menurut Pandji Pragiwaksono dalam bukunya Merdeka Dalam
54
Bercanda ada 7 nama yang tidak bisa terlepaskan dari Stand Up Comedy di
Indonesia. Berikut adalah 7 nama tersebut.
1) Warkop
Memang, ini bukan Stand Up Comedy, tapi evolusi menuju Stand Up
Comedy di Indonesia berawal 3 orang (awalnya 4 tapi kemudian meninggal)
Dono, Kasino, Indro yang memperkenalkan kepadaIndonesia komedi yang
mengandalkan ucapan. Bukan gesture dan slapstick. Untuk generasi muda, yang
hanya tau warkop dari film dan acaranya di TV, tentu akan bingung.
Sesungguhnya, format mereka yang merupakan idealism mereka bisa ditemui di
radio dan di panggung. Mas Indro pernah bilang “Panggung, adalah “sakral" bagi
kami”, disitulah idealism keluar. Ketika masuk ke film dan TV, mereka
menyuguhkan kebutuhan untuk pasar yang lebih luas.
Susah untuk mengklaim warkop adalah yang pertama di Indonesia unuk
mengenalkan komedi cerdas yang mengandalkan omongan, tapi pantas untuk
diakusi, merekalah yang berhasil mempenetrasi kultur.55 2) Taufik Savalas
Alasannya serupa dengan mengapa warkop masuk daftar ini, walau
almarhum masuknya ke Joke Telling, tapi evolusinya berawal juga dari sini.
Kalau Warkop adalh yang mengenalkan konsep komedi lewat ucapan, Almarhum
mengenalkan konsep komedi lewat ucapan, dan sendirian di panggung. Joke
Telling, berbeda dengan Stand Up Comedy. Joke Telling itu menceritakan
anekdot, lelucon umum, tebak-tebakan. Seperti “Ada orang Amerika, Jepang dan
55
Pandji Nugroho, Potret Stand Up Comedy: Strategi Menjadi Komedian Handal,
orang Indonesia masuk ke bar”, atau “Sapi, sapi apa yang bisa nempel di tembooook? Sapi- dermaaaan”.
Sementara Stand Up Comedy itu monolog lucu yang menceritakan ulang
fenomena sosial yang ada di masyarakat. Mengambil sample dari kehidupan dan
diceritakan kembali kepada penonton. Oleh karena itu, Indro pada saat peluncuran
Kompas TV pernah berkata “Stand Up Comedy itu komedi yang serius, seperti
Skripsi. Ada analisa, ada pemikiran”.
Nah, almarhum Taufik Savalas waktu itu di TV dan di Comedy Cafe
melakukan Joke Telling, dan walau itu bukan stand up, tetapi beliau pertama kali
melucu sendiri di atas panggung.56 3) Ramon Papana
Bang Ramon adalah pendiri dan pemilik Comedy Cafe yang sejak 1997
sudah menyediakan cafe tersebut sebagai tempat open mic. Bisa dibayangkan
konsistensi dan keteguhan beliau. Bertahan walaupun Stand Up Comedy sendiri
belum membudaya. Beliau sendiri suka mengisi open mic dan juga bisa jadi
merupakan salah satu orang paling tepat untuk berguru Stand Up Comedy tanpa
kehadiran beliau, Sand Up Comedy tidak akan pernah punya rumah.
4) Iwel Wel
Welnadi atau lebih dikenal dengan nama Iwel Wel adalah pelawak
Indonesia. Iwel Wel lebih dalam menghibur penonton menggunakan cara Stand
Up Comedy. Awal karier di dunia lawak dengan mengikuti lomba lawak
56
Pandji Nugroho, Potret Stand Up Comedy: Strategi Menjadi Comedian Handal,
RRI/TVRI se-Sumatera Barat. Awal karier di Ibu kota dilakukan dengan menimba
ilmu kepada S. Bagio, Eddy Sud, Serta personal radio SK.57
Menekuni sejak 98, Iwel akhirnya punya kesempatan untuk Stand Up di TV
nasional tahun 2005 untuk acara Bincang Bintang di RCTI. Awalnya, 6 Maret
2004 Iwel, pentas Stand Up di GKJ. Bulan Mei dia diminta TV7 (Sekarang
Trans7) untuk mengisi Stand Up di acara Jayus Plis Dong Ah, pertama tayang 21
Mei 2004. Di situ, Iwel menampilkan Stand Up Comedy sebagai opsi pilihan
komedi yang ditawarkan.
Berbekal dengan rekaman untuk program tersebut, Iwel datang ke RCTI
mencari Indra Yudhistira untuk menawarkan dirinya sebagai Comic. Dan setelah
itu, Iwel adalah orang pertama yang benar-benar membawa Stand Up Comedy dan
penetratif kepada kultur pop Indonesia.58 5) Indra Yudistira
Sewaktu di RCTI, mas Indra yang saat itu adalah kepala diisi produksi
RCTI meluncurkan program TV “Bincang Bintang” dengan produser Dicky
Setiawan, yang untuk pertama kalinya mendesain acara tersebut dengan Stand
Up Comedy dan Iwel sebagai Comic-nya.
Kini, beliau meninggalkan jabatan di RCTI sebagai Kepala Divisi
Produksi dan bergabung ke kompas TV sebagai Direktur Produksi dan
programming Kompas TV. Beliau mendorong ide agar ada acara TV yang
benar-benar tentang Stand Up Comedy. Meneruskan cita-citanta ketika di
57
http://id.wikipedia.org/wiki/Welnadi, (Diakses pada hari Kamis, 31 Maret 2016. Jam 21.48)
58
Pandji Nugroho, Potret Stand Up Comedy: Strategi Menjadi Comedian Handal,
Bincang Bintang dulu. Acara TV inilah yang akhirnya membuat booming Stand
Up Comedy di Indonesia.
6) Agus Mulyadi
Kontribusi Agus Mulyadi, terhadap Stand Up Comedy, akan terasa, ketika
acara TV Stand Up Show tayang di Metro TV setiap Kamis Jam 22.30. kalau
Kompas TV sifatnya pencarian bakat, di Metro TV bentuknya benar-benar show.
Di acara ini beberapa Comic tampil selama beberapa menit, bergantian dengan
yang lain. Agus Mulyadi, yang merupakan Manajer Produksi dan Kreatif Metro
TV sudah sejak lama ingin membuat acara TV Stand Up Comedy, tahun 2010, dia
pernah datang ke Twivate Concert sadaya dan menonton saya Stand Up. Tahun
ini, akhirnya terealisasi. Karena, akhirnya para comic punya tempat untuk
menunjukkan kemampuannya dan kelihatannya, Stand Up Comedy akan jelas
segera menjadi sebuah profesi.
7) Raditya Dika
Dika Angkasaputra Moerwani atau yang biasa dikenal dengan nama
Raditya Dika adalah seorang penulis asal Indonesia. Di Indonesia Raditya Dika
dikenal sebagai penulis buku-buku jenaka. Tulisan – tulisan itu berasa dari blog
pribadinya kemudian dibukukan. Buku pertamanya berjudul Kambing Jantan
yang masuk dalam best seller. Buku tersebut menamilkan kehidupan Raditya
Dika saat kuliah di Australia.
Raditya Dika sukses menjadi penulis dengan keluar dari arus utama. Dia
tampil dengan genre baru yang segar. Yang membuat beda dari penulis lainnya
pertama hingga terbaru, semua judulnya mengandung nama binatang, bagi Radit
ini adalah selling point- nya. Menurutnya yang perlu dilakukan adalah terus
berekreasi dan bertindak kreatif. Baginya adalah kompetisi yang ada adalah kunci
berinovasi. Tekanan competitor bisa menjadi motivasi untuk terus memberikan
ide – ide baru dan menggali kemampuan.59
Sehingga saat ini, Raditya Dika adalah nama dengan pengaruh terbesar
dalam Stand Up Comedy di Indonesia. Ada yang bilang, karena banyaknya Comic
yang gayanya mirip Radit, jadi ada genre sendiri namanya Raditisme. Radit dan
pengaruhnya di Internet yang dengan cepat menyebarkan Stand Up Comedy
secara luas lewat bukan hanya video Youtube milik di, tapi juga video Youtube
lainnya. Untuk saat ini, Radit adalah orang yang benar – benar belajar tentang
Stand Up Comedy. Waktu dia kuliah di Australia, dia pernah ikutan seperti short
course tentang Stand Up Comedy. Bahan tersebut membuat dia jadi sumber ilmu
yang tepat untuk siapapun yang ingin belajar. Sekarang, dia nama terbesar yang
dimiliki Stand Up Comedy Indonesia.
Itulah, 7 nama yang tidak terlepaskan dari Stand Up Comedy di Indonesia.
Dulu Stand Up Comedy kurang mendapat respon dari masyarakat, mungkin pada
saat itu masyarakat cenderung lebih menyukai komedi yang berbentuk drama dua
orang atau lebih daripada Stand Up Comedy. Namun sekarang Stand Up Comedy
hadir untuk memberi alternatif hiburan di tengah semaraknya hiburan komedi
yang kelihatannya hanya “begitu –begitu saja”.
59
Sejak kemunculan Stand Up Comedy di Indonesia pecinta Stand Up
Comedy mengambil bagian dengan membentuk komunitas pecinta Stand Up
Comedy. Di Indonesua kita kenal dengan Stand Up Comedy Indonesia (twitter
account: @standupindo). Stand Up Indo adalah sebuah komunitas yang didirikan
oleh beberapa orang yang sebelumnya sudah memiliki ketertarikan dengan dunia
Stand Up Comedy. Sebut saja Ernest Prakasa dan Ryan Adriandhy adalah dua
orang yang dipertemukan dalam audisi Stand Up Comedy Indonesia yang
diselenggarakan oleh Kompas TV. Mereke yang kemudian menjadi finalis acara
ini berpikir bahwa mereka mebutuhkan wadah untuk berlatih mempersiapkan diri
untuk menghadapi ajang ini. berawal dari pertemanan di jejaring sosial akhirnya
mereka melibatkan Pandji Pragiwaksono dan Raditya Dika dan seorang penulis
humor Isman H. Suryaman untuk mendirikan komunitas ini. sebagai informasi
sebelum komunitas ini terbentuk Pandji dan Raditya Dika sudah lebih dulu
dikenal aksi – aksi Stand Up Comedy – nya melalui video yang mereka unggah sendiri di kenal Youtube Mereka.60
60
Pandji Nugroho, Potret Stand Up Comedy: Strategi Menjadi Comedian Handal,
40
BAB III
PROFIL DZAWIN NUR IKRAM
A. Profil Dzawin Nur Ikram
Dzawin Nur Ikram adalah sosok pribadi yang kenal dengan jiwa sosial.61 Lahir di Bogor pada tanggal 22 Agustus 1991, akrab disapa dengan Dzawin.
Mulai meminati bidang dakwah sejak ia masih sekolah di Pondok Pesantren
Latansa, dan sering mewakili pondok pesantrennya untuk ikut serta dalam lomba
berdakwah. Yang paling membanggakan adalah pada tahun 2007, Dzawin
berhasil menjadi memperoleh peringkat 2 dalam lomba dakwah se-Provinsi
Banten yang diikuti oleh 35 orang peserta.62
Keluarga Dzawin dari kalangan yang biasa-biasa saja. Ayah Dzawin
bernama Bapak Kosasih dan ibundanya bernama Ibu Rosmaini63, ayahnya sudah meninggal dunia, sejak Dzawin kecil, sedangkan ibunya berprofesi sebagai guru
mengaji dan guru agama Islam di suatu sekolah. Menurut Bachrul, adik kelasnya
sewaktu di Pondok Pesantren, Dzawin adalah sosok kaka kelas yang pantas
menjadi panutan dan menginsipirasi karena sikapnya yang baik dan mempunyai
rasa perduli yang tinggi dengan lingkungan sosial sekitarnya.64
Setelah lulus dari Pondok Pesantren Latansa, Dzawin melanjutkan
pendidikan perguruan tinggi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta fakultas
61
Wawancara Pribadi dengan Bachrul, Pada tanggal 7 April 2016 pukul 15:00 di Kampus UIN Jakarta, Ciputat, Tangerang Selatan.
62
Wawancara Pribadi dengan Dzawin Nur Ikram pada tanggal 7 April 2016 pukul 15:00 di Kampus UIN Jakarta, Ciputat. Tangerang Selatan.
63
Wawancara Pribadi dengan Dzawin Nur Ikram pada tanggal 7 April 2016 pukul 15:00 di Kampus UIN Jakarta, Ciputat. Tangerang Selatan.
64
Tarbiyah, jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Karena cita-citanya yang ingin
menjadi guru, dan suka berbicara di depan umum serta ingin mengikuti jejak sang
ibu yang berprofesi sebagai guru.
Di masa kuliahnya ia menemukan hal baru tentang berbicara di depan
orang banyak, dan kali ini diluar dari kebiasaanya berdakwah sewaktu ia
pesantren dulu, yaitu dunia stand up comedy. Ia mulai mengawali karir sebagai
comica berawal dari coba-coba mengisi acara stand up comedy yang diadakan
oleh organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang digelutinya, dan
dalam acara tersebut Dzawin berhasil membuat para penonton tertawa dengan
lelucon yang dia bawakan di atas panggung.65
Setelah berhasil dalam penampilannya tersebut, Dzawin mulai menyukai
pertunjukan komedi tunggal ini. kemudian, ia tertarik untuk belajar stand up
comedy lebih dalam lagi. Namun, pada awal perjalannya di dunia stand up
comedy, ia mendapat pengalaman buruk. Dzawin diundang untuk mengisi acara
ulang tahun Fakultas Adab dan Humaniora. Saat itu, tidak satupun penonton yang
tertawa dengan penampilannya. “ Diliatin orang dari lantai 1 sampai lantai 7,
mereka nggak ada yang ketawa, disitu ngerasa down banget karena gagal ngelucu.
Itu adalah pengalaman bomb (penampilan yang tidak lucu dalam stand up
comedy)yang pertama yang bikin malu banget,” kenangnya.66
Karena penampilan yang sempat gagal itu, Dzawin sempat vakum dari
stand up comedy. Setelah satu tahun, Dzawin akhirnya mencoba memulai
65
Wawancara Pribadi dengan Dzawin Nur Ikram pada tanggal 7 April 2016 pukul 15:00 di Kampus UIN Jakarta, Ciputat. Tangerang Selatan.
66