• Tidak ada hasil yang ditemukan

Retorika Kritik Sosial dalam Stand Up Comedy Abdur Arsyad

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Retorika Kritik Sosial dalam Stand Up Comedy Abdur Arsyad"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)RETORIKA KRITIK SOSIAL DALAM STAND UP COMEDY ABDUR ARSYAD. SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Minat Utama Komunikasi Massa. Oleh : Vinna Rizki Putri 145120201111032. JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018.

(2) LEMBAR PENGESAHAN. RETORIKA KRITIK SOSIAL DALAM STAND UP COMEDY ABDUR ARSYAD. SKRIPSI. Disusun Oleh: VINNA RIZKI PUTRI NIM. 145120201111032. Telah diuji dan dinyatakan LULUS dalam ujian Sarjana pada tanggal 24 Juli 2018. Tim Penguji Ketua Sidang,. Arif Budi Prasetya, S.I.Kom., M.I.Kom NIP. 2014058606241001 Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Prof. Dr. Unti Ludigdo, S.E., M.Si.AK NIP. 19690814 19940210 01.

(3) LEMBAR DAFTAR PENGUJI SKRIPSI. Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji pada tanggal 24 Juli 2018 dengan daftar penguji sebagai berikut: NO. NAMA. JABATAN PENGUJI. 1. Arif Budi Prasetya, S.I.Kom., M.I.Kom. Ketua Majelis Sidang. 2. Dewanto Putra Fajar, S.Sos., M.Si. Anggota Sidang Majelis Penguji 1. 3. Isma Adila, S.I.Kom., M.A.. Anggota Sidang Majelis Penguji 2.

(4) PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI. Nama. : Vinna Rizki Putri. NIM. : 145120201111032. Jurusan/Peminatan. : Ilmu Komunikasi/Komunikasi Massa. Menyatakan. dengan. sesungguhnya. bahwa. skripsi. yang. berjudul. “RETORIKA KRITIK SOSIAL DALAM STAND UP COMEDY ABDUR ARSYAD” adalah benar-benar karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya sendiri dalam skripsi ini diberi tanda sitasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang saya peroleh dari skripsi tersebut.. Malang, 12 Juli 2018 Yang Membuat Pernyataan. VINNA RIZKI PUTRI NIM: 145120201111032. i.

(5) ABSTRAK Vinna Rizki Putri (2018). Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya Malang. Retorika Kritik Sosial dalam Stand Up Comedy Abdur Arsyad. Dosen Pembimbing: Arif Budi Prasetya, S.I.Kom., M.I.Kom. Skripsi ini berjudul Retorika Kritik Sosial Stand Up Comedy Abdur Arsyad. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan unsur retorika ethos, pathos dan logos serta alasan mengapa Abdur Arsyad menyampaikan kritik sosial melalui penampilan stand up comedy-nya pada kompetisi Stand Up Comedy Indonesia season IV yang ditayangkan oleh Kompas TV. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan konsep retorika Aristoteles. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Abdur telah menerapkan unsur-unsur retorika dan memuat materi kritik sosial pada penampilan stand up comedy-nya. Dari hasil penelitian pada unsur ethos, Abdur berhasil menerapkan apa yang dikatakan Aristoteles bahwa kredibilitas dapat dilihat dari 3 aspek yaitu, intelegensi, karakter dan niat baik melalui untuk menyampaikan kiritk sosial melalui penampilan stand up comedy-nya. Unsur pathos ditampilkan dalam reaksi penonton terhadap penampilan stand up comedy Abdur. Unsur pathos tersebut juga didukung oleh unsur pathos, dimana unsur pathos dalam stand up comedy Abdur merupakan argumen-argumen logis dan masuk akal yang mampu memperkuat materi kritik sosial yang ada pada penampilan stand up comedy-nya. Alasan Abdur menyampaikan kritik sosial melalui stand up comedy yaitu karena menurut Abdur panggung stand up comedy adalah tempat ideal bagi dirinya untuk menyampaikan argumen-argumen dan pandangannya mengenai kehidupan. Kata Kunci: Retorika, Aristoteles, Abdur Arsyad, Stand Up Comedy, Kritik Sosial.. ii.

(6) ABSTRACT Vinna Rizki Putri (2018). Departement of Communication Studies, Faculty of Social and Political Sciences, Brawijaya University Malang. Rhetoric of Social Critisism in Abdur Arsyad’s Stand Up Comedy. Lecturer: Arif Budi Prasetya, S.I.Kom., M.I.Kom. This study entitled Rhetoric of Social Critisism in Abdur Arsyad’s Stand Up Comedy. This study aims to determine the application of ethos rhetoric elements, pathos and logos and the reason why Abdur Arsyad present social criticism through his stand up comedy show on Stand Up Comedy Indonesia season IV which was broadcasted by Kompas TV. This research uses descriptive qualitative research method using Aristotelian rhetoric concept. The results of this study indicate that Abdur has applied the elements of rhetoric and contains material social criticism on the appearance of his stand up comedy. From the results of research on elements of ethos, Abdur managed to apply what Aristotle said that credibility can be seen from 3 aspects, namely, intelligence, character and good intentions through to deliver social kiritk through the appearance of his stand up comedy. The pathos element is displayed in the audience reaction to the stand up comedy Abdur appearance. The pathos element is also supported by the pathos element, where the pathos element in stand up comedy Abdur are logical and reasonable arguments that can reinforce social criticism material in the stand up comedy. The reason Abdur presents social criticism material in a stand up comedy show is because stage is a ideal place for him to deliver his arguments and his views on life. Keywords: Rhetoric, Aristotle, Abdur Arsyad, Stand Up Comedy, Social Criticism.. iii.

(7) KATA PENGANTAR. Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melipahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “RETORIKA KRITIK SOSIAL DALAM STAND UP COMEDY ABDUR ARSYAD” dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mendapatkan gelar sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Brawijaya. Dalam melakukan penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, semangat, serta dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, pada kesempatakan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada berbagai pihak sebagai berikut : 1. Allah SWT yang dimanapun dan kapanpun menjadi tempat bagi penulis untuk memohon pertolongan dan kemudahan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini sesuai target. 2. Keluarga yang sangat penulis cintai dan banggakan, yaitu Bapak Suseno, Ibu Luluk, Mbak Elsa, Vira, Iqbal, Baby Edgar yang senantiasa memberikan dukungan baik moril maupun materil, serta doa yang terus dipanjatkan. 3. Bapak Arif Budi Prasetya, S. I.Kom., M.I.Kom., selaku dosen pembimbing. Terimakasih atas kesabarannya dalam membimbing dan. iv.

(8) terimakasih atas waktu yang diberikan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya. 4. Bapak Dewanto Putra Fajar S.Sos., M.Si dan Ibu Isma Adila, S.I.Kom., MA selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan-masukan baru guna membuat skripsi ini menjadi lebih baik. 5. Abdurrahim Arsyad yang telah mengizinkan saya melakukan penelitian tentang dirinya dan meluangkan waktunya untuk dapat bertukar pikiran demi berjalannya proses penyusunan skripsi ini. 6. Stand Up Indo Malang yang telah mengundang Abdur ke Malang dan mengadakan acara-acara pertunjukan stand up comedy yang sangat menghibur di Kota Malang. 7.. Teman spesial penulis yang tidak hentinya menanti kabar dan setia menunggu penulis untuk segera pulang dan menyelesaikan perkuliahan, yaitu Harum, Mega, dan Iqbal.. 8. Teman-teman kelompok belajar Pejuang Tangguh, Zuyyina, Fiid, Putri, Denia, Putri, Santi, Kistin, Oppa yang selalu menuntun penulis agar menjalani perkuliahan dengan baik dan benar. 9. Teman-teman Grup Lucu, Dinda, Nadia, Jibran, Qinanta, Satria, dan Joseph yang membuat penulis termotivasi untuk segera menyelesaikan skripsi. 10. Teman-teman organisasi (HUMAS, HIMANIKA dan BLIDZ), serta seluruh teman-teman kepanitiaan yang penulis ikuti dalam perkuliahan. 11. Alifiana dan Rakata yang telah meringankan beban kegalauan penulis.. v.

(9) 12. Teman-teman serta pihak lain yang telah membantu selama ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Skripsi ini disusun dengan sebaik-baiknya, namun penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan. Maka dari itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Malang, 11 Juli 2018. Penulis. vi.

(10) DAFTAR ISI PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI............................................................ ii ABSTRAK ................................................................................................................... ii ABSTRACT .................................................................................................................iii KATA PENGANTAR ................................................................................................ iv DAFTAR ISI .............................................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. ix DAFTAR BAGAN....................................................................................................... x DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xi BAB I .............................................................................. Error! Bookmark not defined. PENDAHULUAN .......................................................... Error! Bookmark not defined. 1.1. Latar Belakang Masalah ............................... Error! Bookmark not defined.. 1.1. Rumusan Masalah ........................................ Error! Bookmark not defined.. 1.2. Tujuan ........................................................... Error! Bookmark not defined.. 1.3. Manfaat Penelitian ........................................ Error! Bookmark not defined.. 1.3.1. Manfaat Teoritis .................................... Error! Bookmark not defined.. 1.3.2. Manfaat Praktis ..................................... Error! Bookmark not defined.. BAB II ............................................................................ Error! Bookmark not defined. TINJAUAN PUSTAKA ................................................ Error! Bookmark not defined. 2.1. Retorika ........................................................ Error! Bookmark not defined.. 2.1.1. Sejarah Retorika .................................... Error! Bookmark not defined.. 2.1.2. Retorika Aristoteles ............................... Error! Bookmark not defined.. 2.2. Stand Up Comedy di Indonesia .................... Error! Bookmark not defined.. 2.3. Retorika dalam Stand Up Comedy ............... Error! Bookmark not defined.. 2.4 Stand Up Comedy sebagai Kritik Sosial............ Error! Bookmark not defined. 2.5. Penelitian Terdahulu ..................................... Error! Bookmark not defined.. 2.6. Kerangka Pemikiran ..................................... Error! Bookmark not defined.. BAB III ........................................................................... Error! Bookmark not defined. METODE PENELITIAN ............................................. Error! Bookmark not defined. 3.1 Paradigma Penelitian ......................................... Error! Bookmark not defined.. vii.

(11) 3.2 Jenis Penelitian ................................................. Error! Bookmark not defined. 3.3. Fokus Penelitian ........................................... Error! Bookmark not defined.. 3.4. Sumber dan Jenis Data ................................. Error! Bookmark not defined.. 3.5. Teknik Pengumpulan Data ........................... Error! Bookmark not defined.. 3.6. Unit Analisis Data ........................................ Error! Bookmark not defined.. 3.7. Teknik Analisis Data .................................... Error! Bookmark not defined.. BAB IV ........................................................................... Error! Bookmark not defined. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................... Error! Bookmark not defined. 4.1. Gambaran Umum ......................................... Error! Bookmark not defined.. 4.1.1. Stand Up Comedy Indonesia .................... Error! Bookmark not defined.. 4.1.2. Abdur Arsyad sebagai Seorang Comic ..... Error! Bookmark not defined.. 4.2. Sajian Data ................................................... Error! Bookmark not defined.. 4.2.1 Penerapan Unsur Retorika - Ethos dalam Penampilan Stand Up Comedy Abdur Arsyad ............................................ Error! Bookmark not defined. 4.2.2 Penerapan Unsur Retorika - Pathos dalam Penampilan Stand Up Comedy Abdur Arsyad ........................................ Error! Bookmark not defined. 4.2.3 Penerapan Unsur Retorika - Logos dalam Penampilan Stand Up Comedy Abdur Arsyad ........................................ Error! Bookmark not defined. 4.3. Diskusi Hasil ................................................ Error! Bookmark not defined.. BAB V............................................................................. Error! Bookmark not defined. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA .................................................... Error! Bookmark not defined. DAFTAR LAMPIRAN ............................................... Error! Bookmark not defined.3. viii.

(12) DAFTAR GAMBAR. Gambar 1.1 Pemeringkatan Menonton Program Komedi periode 2016Error! Bookmark not defi Gambar 4.1 Abdur Arsyad .......................................... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.2 Irisan Tiga Himpunan ............................. Error! Bookmark not defined.. ix.

(13) DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran ................................... Error! Bookmark not defined.. x.

(14) DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu.................................... Error! Bookmark not defined. Tabel 3.1 Unsur Retorika dalam Penelitian ............... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.1 Aspek Ethos show 1 ...................................... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.2 Aspek Ethos show 6 ...................................... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.3 Aspek Ethos show 9 ...................................... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.4 Aspek Ethos Grand Final ............................ Error! Bookmark not defined. Tabel 4.5 Aspek Pathos show 1 .................................... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.6 Aspek Pathos show 6 .................................... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.7 Aspek Pathos show 9 .................................... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.8 Aspek Pathos Grand Final .......................... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.9 Aspek Logos show 1 ..................................... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.10 Aspek Logos show 6 ................................... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.11 Aspek Logos show 9 ................................... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.12 Aspek Logos Grand Final .......................... Error! Bookmark not defined.. xi.

(15) DAFTAR LAMPIRAN Transkrip Materi Stand Up Comedy Abdur Arsyad IError! Bookmark not defined. Transkrip Materi Stand Up Comedy Abdur II.......... Error! Bookmark not defined. Transkrip Materi Stand Up Comedy Abdur Arsyad IIIError! Bookmark not defined. Transkrip Materi Stand Up Comedy Abdur Arsyad IVError! Bookmark not defined. Transkrip Wawancara bersama Abdur Arsyad ........ Error! Bookmark not defined. Transkrip Wawancara bersama Ulwan Fakhri ......... Error! Bookmark not defined. Surat Permohonan Izin Penelitian .............................. Error! Bookmark not defined. Lembar Persetujuan Informan I ................................. Error! Bookmark not defined. Lembar Persetujuan Informan II ................................ Error! Bookmark not defined.. xii.

(16) BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia saat ini karena televisi dapat memberikan informasi, hiburan, pengetahuan, serta kepuasan bagi khalayaknya. Hingga saat ini, televisi masih banyak diminati oleh masyarakat. Hal tersebut dikarenakan televisi dapat menampilkan visual berupa gambar bergerak beserta dengan audio atau suaranya, berbeda dengan radio yang hanya dapat didengar atau media massa cetak yang hanya bisa dibaca. Menurut Mar’at dalam (Efendy, 2002) acara televisi pada umumnya dapat mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan masyarakat. Khalayak kini memiliki kesadaran akan kebutuhan serta alasan mereka dalam menggunakan media dan mengkonsumsi sebuah tayangan televisi, sehingga televisi dituntut untuk menyajikan program-program yang semakin variatif guna memenuhi kebutuhan khalayak yang beragam melalui program siarannya. Keragaman tersebut menyebabkan para produsen media berlomba-lomba menciptakan program yang mampu menarik perhatian khalayak penonton (Soedarsono, 2012). Stand up comedy merupakan salah satu bentuk dari program hiburan yang saat ini populer di kalangan masyarakat. Sebagai sebuah program acara, stand up comedy di Indonesia dimunculkan dalam bentuk show (pertunjukan) atau. 1.

(17) 2. kompetisi. Hal ini dibuktikan dengan hasil survei KPI mengenai indeks kualitas program siaran televisi yang dirilis pada tahun 2016.. Gambar 1.1 Pemeringkatan Menonton Program Komedi periode 2016 Sumber : Hasil Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi Periode I Tahun 2016. Berdasarkan Gambar 1.1, tercatat pada tahun 2016, program acara komedi yang paling banyak ditonton yaitu Stand Up Comedy Indonesia (Kompas TV) dengan perolehan sebanyak 53,1%, Stand Up Comedy Show (Metro TV), 47,8%, dan OKJEK (Net TV) sebanyak 34,6%. Secara umum, stand up comedy adalah sebuah lawakan atau komedi yang dilakukan diatas panggung oleh seseorang yang.

(18) 3. melontarkan serangkaian lelucon berdurasi 10 menit sampai dengan 45 menit. Stand up comedy adalah sebuah genre di dalam komedi yang biasanya satu orang diatas panggung melakukan monolog yang lucu dan memberikan pengamatan, pendapat, atau pengalaman pribadinya, mengutarakan keresahan, mengangkat kenyataan, memotret kehidupan sosial masyarakat, dan menyuguhkan kembali kepada masyarakat dengan jenaka (Pragiwaksono, 2012). Di Indonesia, komedi tunggal dengan kemasan stand up comedy diperkenalkan oleh Ramon Papana. Menurut Burhanuddin (2015) Ramon papana memperjuangkan stand up comedy di Indonesia sejak tahun 1992, namun stand up comedy belum terlalu populer pada saat itu. Kepopuleran stand up comedy di Indonesia mulai naik pada tahun 2011. Hal tersebut dikarenan pada saat itu Kompas TV membuat sebuah program acara pencarian bakat dengan judul “Stand Up Comedy Indonesia” atau yang lebih dikenal dengan sebutan SUCI. Dari program acara inilah nama-nama besar dalam dunia stand up comedy mulai dikenal oleh masyarakat seperi Pandji Pragiwaksono, Raditya Dika, Ryan Adriani, Ernest Prakasa, Ge Pamungkas, Abdur Arsyad dan lain-lain. Perkembangan yang pesat dan cepat di dunia stand up comedy, membuat stand up comedy mendapatkan perhatian yang lebih di tengah masyarakat Indonesia. Stand up comedy merupakan format komedi yang membebaskan individu-individu untuk berbagi tentang keresahan-keresahannya. Kebebasan yang dimaksud adalah bebas dari tekanan dan represi, serta bebas yang bertanggung jawab. Bahwa seseorang bisa bercanda sebagai bagian dari kebebasan berekspresi dan membahas apa pun selamat semangatnya positif (Pragiwaksono, 2012)..

(19) 4. Stand up comedy merupakan sebuah bentuk pertunjukan seni komedi yang dibawakan secara monolog oleh seorang comic (Anjani, 2013). Dalam bukunya yang berjudul Buku Besar Stand Up Comedy Indonesia, Ramon Papana menjelaskan bahwa comic Indonesia sempat menyebut diri mereka dengan sebutan “komika”, istilah tersebut merupakan istilah untuk “merendahkan diri sendiri” sebagai comic dengan aliran “bawah” yang menggunakan materi “blue” dan “low class”. Komika adalah singkatan dari Komik Katrok (bahasa slang yang berarti comic yang kampungan atau ketinggalan zaman) yang ingin belajar dengan benar ilmu stand up comedy agar dapat menjadi comic profesional (Papana, 2016). Namun, seiring dengan perkembangan stand up comedy di Indonesia yang semakin pesat, kini banyak orang yang menyebut comic dengan sebut komika. Menurut (Alfianti, 2016) seorang komika yang baik adalah komika yang tidak hanya menyampaikan materi stand up comedy yang jenaka hanya untuk hiburan semata, tetapi juga harus memasukkan pesan moral yang baik. Materi yang disampaikan oleh komika diatas panggung tidak hanya bertujuan untuk menghibur saja, tetapi juga dapat memberikan pelajaran dan nilai-nilai moral penting bagi pendengarnya. Hal tersebut dilakukan supaya para penonton yang menyaksikan acara stand up comedy bukan hanya mendapatkan hiburan, melainkan juga mendapat pelajaran penting yang dapat diambil manfaatnya. Penyampaian materi dari seorang komika timbul dari keresahan dan kejujuran para komika mengenai pengalaman pribadinya. Selain itu, materi yang disampaikan dapat berupa pesan yang berasal dari observasi yang dilakukan oleh komika itu sendiri atau berasal dari orang-orang di sekitarnya, seperti keluarga,.

(20) 5. teman, dan kerabat lainnya mengenai berbagai hal. Hal tersebut yang menjadikan seorang komika dapat menyuarakan kata-kata sebagai representasi realitas sosial dan kritik sosial dari sebuah kalangan tertentu. Menurut (Alam, 2016) materi atau konten lawakan setiap komika disajikan dengan berbagai gaya dan model. Kebanyakan lebih menyentuh kepada pencerdasan dan ajaran perubahan atau perbaikan secara moral terhadap kondisi terkini yang ada di sekitar, mulai dari hal yang ringan, seperti pergaulan anak muda, kebiasaan-kebiasaan aneh, trend, fashion, film, dan lain-lain. Selain itu ada pula materi berat semacam kritik sosial dan politik. Salah satu komika yang menyampaikan materi tentang kritik sosial melalui stand up comedy yaitu Abdurahhim Arsyad atau yang dikenal dengan nama panggung Abdur Arsyad. Berbeda dengan komika-komika lainnya, Abdur merupakan salah seorang komika yang sering membawakan materi mengenai kritik sosial terutama kritik yang dilemparkan kepada pemerintah mengenai apa yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia bagian timur. Wulandari (2016) menyebutkan bahwa materi stand up yang disampaikan oleh Abdur berisikan kritik terhadap pemerintah mengenai diskriminasi orang timur dan permasalahan sosial dan kekecewaan terhadap pemerintah tentang peristiwa di timur yang kurang diperhatikan oleh pemerintah. Permasalahan tersebut yaitu masalah pendidikan, pembangunan, kebutuhan masyarakat, teknologi informasi, dan ketimbangan sosial dalam kesejahteraan masyarakat kecil yang masih belum terpenuhi. Selain itu, terdapat juga permasalahan seperti seni budaya Indonesia yang saat ini masih kurang dilestarikan di masyarakat, serta prestasi olahraga yang masih kurang dan.

(21) 6. kurangnya bantuan pemerintah dalam memantau kesehatan masyarakat di desa terpencil. Retorika menurut pandangan (Littlejohn & Foss, 2012) adalah seni penyusunan argumen dan pembuatan naskah pidato. Bahkan (Littlejohn & Foss, 2012) juga menyebutkan bahwa tradisi retorika merupakan pelopor terciptanya disiplin ilmu komunikasi, retorika mencakup segala cara manusia dalam menggunakan simbol untuk mempengaruhi lingkungan di sekitarnya dan untuk membangun dunia tempat mereka tinggal. Retorika merupakan seni berbicara yang digunakan untuk menyampaikan sebuah pesan baik secara lisan maupun tertulis. Oleh karena itu, metode komunikasi yang biasa digunakan dalam aktivitas praktis retorika, tentu saja tidak hanya bersifat auditif, melainkan juga bisa menggunakan metode komunikasi yang bersifat audio dan audio visual (Syamsuddin, 2014). Salah satu praktik retorika yang menggunakan metode komunikasi audio visual yaitu stand up comedy. Andrea Greenbaum menjelaskan dalam jurnalnya mengenai hubungan stand up comedy dengan retorika, ia menjelaskan bahwa “stand-up comedy is an inherently rhetorical discourse; it strives not only to entertain, but to persuade, and stand-up comics can only be successful in their craft when they can convince an audience to look at the world through their comic vision.” (Greenbaum, 1999). Di dalam stand up comedy, seorang komika membutuhkan seni berbicara yang baik, hal tersebut sangat berkaitan dengan retorika. Seorang komika yang baik pasti memiliki kemampuan seni berbicara yang baik, agar penampilannya di atas panggung dapat menarik perhatian penonton yang menyaksikan. Selain itu,.

(22) 7. dengan seni berbicara yang baik, pesan yang disampaikan oleh komika melalui materi stand up comedy akan diterima dengan baik pula oleh penonton. Menurut (Alfianti, 2016) jika seorang komika memiliki retorika yang baik, dapat dipastikan pesan yang disampaikannya pasti akan cepat sampai ke hati para pendengarnya. Begitu pula dengan retorika yang dilakukan oleh Abdur Arsyad, ia menyampaikan pesan berupa kritik sosial melalui penampilan stand up comedy nya dan dapat menarik perhatian masyarakat Indonesia. Penyampaian kritik sosial dalam stand up comedy harus didukung dengan penggunaan teknik retorika yang baik agar pesan dapat disampaikan dan diterima secara efektif oleh penonton.. Berbekal materi stand up comedy yang berisikan kritik sosial serta kemampuan retorikanya dalam berbicara di atas panggung, Abdur Arsyad berhasil meraih juara 2 dalam program acara Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV. Program tersebut merupakan sebuah program ajang pencarian bakat dalam bidang stand up comedy. Berdasarkan artikel yang dimuat di Kompas.com dengan judul “SUCI 4” : Mari Menertawakan Indonesia yang ditulis oleh Aryo Wisanggeni pada tahun 2014, dijelaskan bahwa Abdur menjadikan cara pandangnya sebagai orang dari kawasan timur Nusantara untuk menertawakan Indonesia. “Abdur memunculkan kekhasan orang timur yang lugas menyoroti ketimpangan Indonesia. Abdur lahir di Kupang, besar di Nusa Tenggara Timur, menimba ilmu di Malang, Jawa Timur. Semua pengalaman itu membuat Abdur jeli mengolok Indonesia yang melulu Jakarta. Abdur memang kerap terlalu sepenuh hati “membajak” panggung open-mic jadi panggung sikap politiknya yang kritis, lugas, bahkan pedas. Namun, ia tetaplah komika yang jenaka dan mampu memikat orang untuk memakai kacamata baru dalam menertawakan Indonesia.” (Wisanggeni, 2014)..

(23) 8. Seperti di salah satu penampilannya pada Stand Up Comedy Indonesia yang ditayangkan di Kompas TV season 4 pada show 1, “Dari pertama kali saya belajar stand up comedy, saya selalu percaya bahwa stand up comedy bukan hanya panggung untuk mencari hiburan, tapi panggung ini adalah panggung dimana suara-suara minoritas disuarakan….” Selain itu, terlihat pula pada penampilan di show 4, Abdur juga menyampaikan kritik sosialnya melalui stand up comedy dengan menggunakan analogi tribun, “Di Malang itu temen-temen, saya suka sekali nonton arema di stadion, dan arema disana itu mulai ada kubu-kubunya, jadi ada aremania tribun utara, tribun selatan, tribun ekonomi, manajemen, akuntansi, weh macam-macam. Akhirnya saya berpikir, eh kayanya saya harus buat kubu sendiri, saya kasih nama Aremania Tenggara Timur Laut. Yang lain bawa terompet, kami bawa kompas. Ini Tenggara Timur Laut dibagian mana? Begitu dapat tempat duduk ada yang protes, ah disini bukan Tenggara Timur Laut, disini ini Selatan Barat Daya. Akhirnya cari lagi, begitu dapat tempat duduk yang benar pertandingan sudah bubar. Tapi teman-teman, paling tidak enak itu menonton dari tribun Timur. Karena kalo di tribun barat itu, nonton pake lampu, cahaya terang, kelap-kelip dimana-mana, tapi di tribun timur itu masih gelap, listrik tidak ada. Tidak ada. Di tibun barat itu dikasih kursi, dikasih sofa, makan enak-enak tapi di tribun timur itu masih beralaskan tanah, makan seadanya. Bahkan orang dari tribun barat berteriak ke tribun timur, woi kalian yang di tribun timur sabar saja nanti kami bangun kursi disitu kami kasih makan enak, tapi sampai pertandingan berakhir tidak ada yang datang.” (Arsyad A. , 2014) Abdur menyampaikan materi stand up comedy dengan cara yang berbeda dengan komika lainnya. Abdur Arsyad dapat menarik perhatian penonton dengan materi yang tidak membosankan, yaitu materi yang menceritakan tentang kesenjangan sosial yang dirasakan oleh masyarakat timur. Jadi sebagai komika, Abdur tidak hanya menyampaikan lawakan di atas panggung stand up comedy,.

(24) 9. Abdur menyampaikan pesan penting di dalam materi stand up comedy nya yang berupa kritik sosial. Apa yang dilakukan oleh Abdur sesuai dengan pendapat Pragiwaksono (2012), bahwa komedi sering kali menjadi obat untuk luka sosial yang disebabkan oleh ketidakadilan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji secara mendalam mengenai retorika kritik sosial dalam stand up comedy Abdur Arsyad.. 1.1 Rumusan Masalah Berdasarkan penjabaran latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana. penerapan. unsur-unsur. retorika. Aristoteles. dalam. pertunjukan stand up comedy Abdur Arsyad? 2. Mengapa Abdur Arsyad menggunakan stand up comedy sebagai media untuk menyampaikan kritik sosial?. 1.2 Tujuan Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui penerapan unsur-unsur retorika dalam penampilan stand up comedy Abdur Arsyad dan penyampaian materi kritik sosial dalam materi stand up comedy Abdur Arsyad..

(25) 10. 1.3 Manfaat Penelitian 1.3.1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada studi retorika. dan stand up comedy pada bidang disiplin ilmu komunikasi di Indonesia. 1.3.2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi mahasiswa,. komika, dan masyarakat luas mengenai penerapan retorika dan penyampaian kritik sosial dalam stand up comedy. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian mengenai penerapan retorika dalam stand up comedy maupun media lainnya..

(26) BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Retorika 2.1.1. Sejarah Retorika Menurut Ecchols dalam (Syamsuddin, 2014), retorika berasal dari kata. “rhetoric” (bahasa inggris) yang berarti kepandaian berbiara atau berpidato. Lain halnya dengan pendapat Wojowasito dalam (Syamsuddin, 2014), dalam bahasa Belanda, istilah retorika disebut dengan “retorica” yang mengandung definisi sebagai ilmu pidato dalam hal pemakaian kata-kata dengan gaya yang indah. Retorika yang dikenal sekarang ini memiliki perjalanan yang amat panjang. Sejak muncul, hingga memasuki abad ke-20, perkembangan retorika dapat dibagi atas zaman/tonggak-tonggak waktu, yakni zaman klasik, zaman menjelang abad pertengahan, zaman abad pertengahan, zaman renaisan, retorika baru, dan retorika abad ke-20. Pada setiap babak itu, retorika memiliki ciri perkembangannya sendiri-sendiri yang dapat dibedakan satu dengan lainnya. Demikian juga corak yang muncul pada babak itu, cenderung diwarnai oleh perkembangannya masingmasing (Marta, 2014). Retorika dimulai di Syracuse, sebuah pulau di Sisilia ketika ada sebuah kasus sengketa tanah setelah penguasa tirani di Sisilia digulingkan. Tirani dimanapun dan pada zaman apa pun seneng menggusur tanah. Kasus tersebut membuat pemilik tanah yang lama dan pemilik tanah saat ini berdebat di pengadilan mengenai siapa yang berhak menguasai tanah tersebut. Di bawah sistem hukum Yunani pada saat itu, masing-masing individu atau warga harus. 12.

(27) 13. mempresentasikan kasus mereka sendiri di pengadilan untuk mendapatkan haknya. Mereka tidak dapat mempekerjakan seorang pengacara untuk mewakili mereka berbicara di pengadilan, hal itu membuat individu tersebut untuk memiliki keahlian dalam seni retorika (Foss, 2012). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan retorika Aristoteles untuk menganalisis bagaimana Abdur Arsyad menggunakan retorika untuk menyampaikan kritik sosial melalui stand up comedy. 2.1.2. Retorika Aristoteles Retorika telah mengalami perjalanan yang amat panjang. Dalam. perjalannya,. retorika. telah. dimaknai. oleh. beberapa. tokoh. yang. mengembangkannya, seperti Corax, Tirias, para kaum sophis, Ciero, Quintilian, Aristoteles, dan lain-lain. Aristoteles merupakan tokoh yang paling penting dalam retorika karena ia mencoba menegakkan retorika sebagai ilmu (Marta, 2014). Aristoteles lebih tertarik untuk mempelajari apa yang ada di dunia saat ini. Ia mencapai cara pandang yang logis, realistis, dan rasional mengenai masyarakat. Aristoteles mengemukakan definisi retorika sebagaai alat-alat komunikasi yang tersedia. Aristoteles berpendapat bahwa retorika adalah kemampuan untuk menggunakan alat persuasi, dan pemilihan alat itu disesuaikan dengan situasinya (Marta, 2014). Hal tersebut berarti bahwa seorang pembicara harus pandai-pandai memilih alat untuk menyampaikan pesan komunikasinya. Alat yang digunakan adalah alat yang paling efektif agar lawan bicara dapat memahami dan menerima pesan dari pembicara atau pembuat pesan. Alat persuasi itu menurut Aristoteles adalah bukti (proof). Dengan bukti itu pembicara dapat menunjang pesan.

(28) 14. komunikasinya. Ahli retorika dapat menggunakan bukti yang berupa pengalaman, pengetahuan, kemampuan berpikirnya, atau dengan menggunakan bukti yang telah ada. Bukti atau alat persuasi yang dimaksudkan oleh Aristoteles yaitu ethos (etika/kredibilitas), pathos (emosi), logos (logika). Bukti retoris ini sangat dipertimbangkan oleh pembicara jika ingin mempersuasi pendengar atau khalayaknya dengan baik. 1.. Ethos. Ethos merujuk pada karakter, intelegensi, dan niat baik yang dipersepsikan dari seorang pembicara ketika hal-hal ini ditunjukkan melalui pidatonya (West & Turner, 2008). Menurut (Maarif, 2015) kepribadian pembicara menjadi faktor penting dalam kesuksesan beretorika. Seorang pembicara publik tetap harus memastikan bahwa jati dirinya masih dalam batas aman. Seharusnya, seorang pembicara publik hanya mengatakan kebaikan yang sudah ia lakukan, namun sebagai pembicara publik akan terlihat tidak etis jika apa yang disampaikannya bertolak belakang dengan apa yang ia perbuat. Karakter kepribadian akan menjadi magnet tersendiri bagi penerimaan para pendengar atas perkataannya. 2. Pathos Pathos berkaitan dengan emosi yang dimunculkan dari para pendengar. Aristoteles berargumen bahwa para pendengar menjadi alat pembuktian ketika emosi mereka digugah, para pendengar menilai dengan cara berbeda ketika mereka dipengaruhi oleh rasa bahagia, sakit, benci, atau takut (West & Turner, 2008). Menurut Maarif (2015) peran pathos dalam retorika adalah untuk mempelajari psikologi komunikan yang mendeskripsikan unsur-unsur kejiwaan.

(29) 15. pendengar yang harus diketahui oleh pembicara. Unsur kejiwaan yang sangat diperhatikan oleh Aristoteles adalah emosi dan karakter pendengar. Adanya perbedaan. karakter. pendengar. dapat. mempengaruhi. perbedaan. cara. berkomunikasi mereka. 3. Logos Logos adalah bukti-bukti logis yang digunakan oleh pembicara, atau argumen, rasionalisasi, dan wacana. Bagi Aristoteles, logos mencakup penggunaan beberapa praktik termasuk menggunakan klaim logis dan bahasa yang jelas (West & Turner, 2008). Menurut Aristoteles dalam Maarif (2015) logos berisi format pesan yang dibuat dan disampaikan oleh orator untuk mempersuasif audien. Seorang pembicara atau orator harus dapat memiliki (1) pengetahuan fakta historis, (2) kemampuan membuat analogi, (3) kemampuan membuat fiksi, (4) kemampuan untuk berlogika. Jika hal tersebut dapat dengan mudah dikuasai, maka logos dapat direalisaskan untuk mempersuasi komunikan dari unsur pesan. Ketiga hal tersebut sangat penting untuk mendukung suksesnya persuasi yang dilakukan kepada pendengar. Dengan adanya perpaduan dari kepercayaan pendengar terhadap kredibilitaa pembicara, mampunya pembicara dalam mengikutsertakan pendengar melalui sisi emosial dalam retorika yang dilakukannya, serta keakuratan dan kejelasan data yang disampaikan oleh pembicara akan menjadi senjata yang ampuh untuk menyampaikan suatu pesan yang persuasif dengan retorika. Hal penting yang juga menjadi perhatian utama dari tradisi retorika yaitu adanya lima hukum retorika atau yang biasa disebut dengan kanon retorika..

(30) 16. Berikut penjelasan lima kanon retorika tersebut menurut Aristoteles dalam West & Turner (2008): 1. Penciptaan (invention) Pemberian makna terhadap data melalui interpretasi. Suatu pengakuan terhadap fakta, bahwa kita tidak sekadar menemukan apa yang ada tetapi menciptakannya melalui kategori interpretasi yang kita gunakan. Menurut Littlejohn & Foss (2012) invention merupakan tahapan awal dimana seorang pembicara harus dapat menemukan topik atau permasalahan yang akan diangkat ke dalam pidatonya. Tahap ini erat kaitannya dengan proses konseptualisasi seorang pembicara terhadap permasalahan tersebut. Dalam tahap ini, pembicara mengumpulkan data dan kemudian melakukan interpretasi dari sudut pandang pribadi si pembicara. 2. Pengaturan (arrangement) Proses mengorganisasi simbol, mengatur informasi yang terkait dengan hubungan di antara manusia, simbol, dan konteks yang terlibat. Littlejohn & Foss (2012) menyebutkan bahwa pengaturan adalah sebuah proses pengorganisasian simbol, yaitu mengatur informasi yang terkait dengan hubungan antar manusia, simbol, dan konteks yang terlibat. 3. Gaya (style) Menurut Littlejohn & Foss (2012) gaya adalah segala hal yang terkait dengan bagaimana cara menyampaikan atau presentasi simbol, mulai dari pemilihan sistem, simbol hingga makna yang berkaitan terhadap simbol termasuk.

(31) 17. perilaku simbolis mulai dari kata dan tindakan, pakaian yang dikenakan hingga perabotan yang digunakan. 4. Penyampaian (delivery) Dalam tahap ini pembicara harus dapat menyakinkan khalayak dengan berbagai macam cara. Menurut Littlejohn & Foss (2012) penyampaian merupakan perwujudan simbol ke dalam bentuk fisik yang mencakup berbagai pilihan mulai dari nonverbal, bicara, tulisan hingga pesan yang diperantarai (mediated message). Kesesuaian informasi yang disampaikan oleh pembicara dengan aksi yang ditampilkan akan meningkatkan efektivitas pidato terhadap khalayaknya. 5. Ingatan (memory) Dalam tahap ini seorang pembicara harus mengingat naskah atau teks yang telah disusun untuk kemudian disampaikan kepada khalayak. Tahap ini merupakan tahap yang paling penting untuk kesuksesan si pembicara dalam menyampaikan pidatonya di depan khalayak. Littlejohn & Foss (2012) menjelaskan bahwa ingatan tidak lagi hanya mengacu kepada ingatan sederhana terhadap suatu pidato atau ucapan namun mengacu pada sumber ingatan budaya (resercoirs of cultural memory) yang lebih luas termasuk juga proses persepsi yang mempengaruhi bagaimana kita memperoleh dan mengolah informasi. Sebelum berbicara, seorang pembicara harus menemukan ide atau gagasan, bagaimana mengorganisasi gagasan, bagaimana membingkai gagasan ke dalam bahasa, menyampaikan gagasan dan akhirnya bagaimana agar apa yang disampaikan itu dapat menjadi ingatan bagi orang yang menerimanya. Tidak peduli pada pilihan simbol dan medium yang digunakan, retorika selalu.

(32) 18. melibatkan seorang pembicara atau pengguna simbol, yang menciptakan teks yang ditujukan kepada audiens tertentu, tergantung pada berbagai situasi yang sedang dihadapi. Peneliti menggunakan tinjauan pustaka mengenai retorika dikarenakan dalam suatu pertunjukkan stand up comedy, seorang komika menggunakan retorika untuk menyampaikan suatu pesan melalui materi stand up comedy nya. Penyampaian pesan oleh seorang komika juga menyangkut dengan apa yang terjadi dalam retorika, yaitu sebuah seni berbicara. Retorika digunakan sebagai alat persuasi, dalam hal ini persuasi dapat disampaikan melalui pertunjukkan stand up comedy. Untuk penelitian ini, peneliti menggunakan retorika Aristoteles, dikarenakan dalam retorika Aristoteles terdapat ethos, pathos, logos yang dijadikan sebagai bukti dari alat persuasi yang dapat menunjang suatu pesan yang akan disampaikan oleh pembicara, dalam hal ini yaitu Abdur Arsyad selaku komika. Selain itu, dalam retorika Aristoteles juga terdapat lima kanon yang terdiri dari penciptaan, pengaturan, gaya, penyampaian, dan memori. Dengan demikian, maka selanjutnya peneliti akan mengalisis lebih dalam mengenai retorika yang ada dalam stand up comedy Abdur Arsyad.. 2.2 Stand Up Comedy di Indonesia Pandji Pragiwaksono, salah satu stand up comedian di Indonesia menjelaskan definisi stand up comedy sebagai berikut, “Stand up comedy adalah sebuah genre di dalam komedi yang biasanya satu orang diatas panggung melakukan monolog yang lucu dan memberikan pengamatan, pendapat, atau pengalaman pribadinya, mengutarakan keresahan, mengangkat kenyataan,.

(33) 19. memotret kehidupan sosial masyarakat, dan menyuguhkan kembali kepada masyarakat dengan jenaka.” (Pragiwaksono, 2012). Menurut. Burhanuddin. (2015). di. Indonesia,. stand. up. comedy. diperkenalkan oleh beberapa tokoh seperti Ramon Papana, Taufik Savalas dan Iwel Wel. Ramon papana memperjuangkan stand up comedy di Indonesia sejak tahun 1992 dengan mendirikan sebuah kafe bernama “Comedy Cafe” di daerah Kemang, Jakarta. Kafe ini memiliki konsep yang berbeda dari kebanyakan kafe pada saat itu, dimana selain menyuguhkan makanan dan minuman kafe tersebut menyuguhkan sebuah hiburan berupa pertunjukkan stand up comedy yang diisi oleh Ramon dan teman-temannya, namun stand up comedy belum terlalu populer dan belum mendapat respon yang baik dari masyarakat pada saat itu. Taufik Savalas merupakan salah satu teman dekat dari Ramon Papana. Taufik Savalas juga menjadi salah satu orang yang rutin menjadi penampil di panggung “Comedy Cafe”. Meskipun Taufik tidak menampilkan stand up comedy dalam aksi panggungnya, melainkan joke telling, namun menurut Pragiwaksono (2012) Taufik berperan penting dalam mengenalkan aksi comedian yang mengadalkan joke verbal dan dilakukan secara tunggal di atas panggung. Selain itu, Iwel Wel yang juga merupakan teman dekat dari Ramon Papana dan Taufik Savalas mulai aktif menggeluti stand up comedy pada tahun 1998. Iwel Wel juga pernah mengisi sebuah program acara salah satu televisi nasional yang berjudul “Jayus Plis Dong Ah”, dimana dalam program tersebut ia menampilkan sebuah pertunjukkan stand up comedy. Kepopuleran stand up comedy di Indonesia mulai naik pada tahun 2011. Hal tersebut dikarenan pada saat itu Kompas TV membuat sebuah program acara.

(34) 20. pencarian bakat dengan judul “Stand Up Comedy Indonesia” atau yang lebih dikenal dengan sebutan SUCI. Burhanuddin (2015) menyebutkan melalui program Stand Up Comedy Indonesia lahirlah banyak komika komika dengan berbagai macam karakter yang dapat menyedot perhatian penonton di Indonesia. Beberapa nama komika yang sudah dikenal di masyarakat antara lain seperti Raditya Dika, Pandji Pragiwaksono, Ernest Prakasa, Ge Pamungkas, Dodit Mulyanto, Kemal Palevi, Abdur Arsyad, dan lain-lain. Dengan adanya perhatian dari para penonton tersebut, stand up comedy berkembang dengan pesat dan semakin di kenal oleh khalayak luas dan menjadi hiburan komedi yang paling banyak ditonton. Tinjauan pustaka mengenai stand up comedy digunakan untuk mengetahui bagaimana perkembangan stand up comedy di Indonesia. Dengan berkembangnya stand up comedy di Indonesia, stand up comedy telah melahirkan komika-komika dengan berbagai karakter, persona dan gaya tersendiri dalam menyampaikan materinya. Salah satu komika yang memiliki gaya yang berbeda dari komika lainnya yaitu Abdur Arsyad.. 2.3 Retorika dalam Stand Up Comedy Retorika (rhetoric) didefinisikan sebagai kemampuan yang dimiliki oleh pembicara untuk mempengaruhi khalayaknya (West & Turner, 2008). Pada perkembangannya retorika dapat digunakan di berbagai bidang seperti bidang hukum, agama, seni, dan lain-lain. Dunia seni merupakan bidang kehidupan yang tidak lepas dari retorika. Apalagi seni yang dimaksudkan untuk “mendidik”.

(35) 21. penontonnya (Marta, 2014). Retorika juga dimanfaatkan pada pertunjukan seperti seni drama, teater, film, dan stand up comedy. Pada kesenian-kesenian tersebut, bahasa dan gaya bahasa dipilih dengan benar, kemudian ditata dengan baik, selanjutnya ditampilkan di depan penonton. Cara kerja memilih, menemukan, menata, dan menampilkan benar-benar merupakan langkah-langkah seperti dalam retorika. Retorika memiliki aspek “memengaruhi” yang dilakukan melalui persuasi. Hal tersebut yang menjadikan memiliki kekuatan yang berbeda dengan pembicaraan biasa. Menurut Greenbaum (1999) stand up comedy juga berhubungan erat dengan retorika. Stand up comedy tidak hanya berusaha untuk menghibur tetapi juga untuk membujuk. Seorang komika dapat dikatakan sukses atau berhasil apabila mereka bisa meyakinkan penonton untuk melihat dunia melalui visi atau sudut pandang yang sama dengan komika tersebut. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh (Syamsuddin, 2014), retorika dapat digunakan oleh manusia dalam mengembangkan bakat-bakat tertingginya, yakni rasio dan cita rasa lewat bahasa yang selanjutnya memberikan kemampuan berkomunikasi kepada manusia agar dapat. menuangkan isi. pikirannya secara jelas. Seorang. komika. menyampaikan isi pikirannya melalui sebuah pertunjukan stand up comedy guna mempengaruhi dan menjadi penonton memandang suatu realitas yang ada sesuai dengan sudut pandang komika tersebut. Begitu pula dengan apa yang disampaikan oleh Greene (2012) stand up comedy bukan hanya tentang meyakinkan penonton bahwa anda lucu, tetapi juga tentang bagiamana seorang komika mendapatkan perhatian penonton dan membuat penonton dapat memikirkan sesuatu seperti.

(36) 22. yang telah ditetapkan oleh seorang komika atau sesuai dengan sudut pandang komika tersebut. Stand up comedy sejatinya akan mendengarkan lelucon dimanamana dan oleh karena itu ia akan menemukan lelucon dimana-mana, hal tersebut sama sseperti seorang ahli retorika yang benar, ia akan mendengarkan dan menemukan persuasi di mana-mana. Retorika dalam stand up comedy melihat bagaimana seorang komika dapat menyampaikan sebuah pesan dari sudut pandang komika tersebut dan dapat mempengaruhi penontonnya. Dalam penelitian ini, Abdur Arsyad menyampaikan kritik sosial mengenai ketimpangan yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia bagian timur melalui penampilan stand up comedy nya. Dengan memahami disiplin ilmu stand up comedy dan bagaimana penggunaan retorika dalam stand up comedy, kita dapat memberikan apresiasi yang penuh atas apa yang telah dilakukan oleh komika, tidak hanya untuk masyarakat luas, tetapi juga untuk individu komika itu sendiri.. 2.4 Stand Up Comedy sebagai Kritik Sosial Televisi memiliki peranan penting untuk memberikan informasi dan membantu dalam hubungan masyarakat. Dengan menggunakan media televisi, penyebarluasan informasi bukan saja sangat luas, melainkan juga cepat dan serentak. Televisi dalam mengemban tugas sebagai penyebar informasi, mendidik, menghibur, kontrol sosial, harus dapat menyampaikan pesan agar masyarakat dapat memperoleh infromasi yang jelas, lengkap, jujur, beretika, dan bermoral secara objektif, sehingga tidak timbul seolah-olah itu “dipaksakan” dari atas ke.

(37) 23. bawah (Unde, 2014). Menurut Wijaya dalam Unde (2014) televisi Indonesia harus membuka dirinya terhadap khalayak, berani berdialog dengan masyarakat, dan selalu berani dan memerhatikan terhadap usul, saran, kritik, dan pendapat dari masyarakat atau khalayaknya. Sebagai sebuah media, televisi dapat menyebarkan informasi melalui program acaranya. Menurut Vivian (2008) televisi pada awalnya membuat pola program acaranya berdasarkan kesuksesan radio, bahkan mengadaptasi acara radio ke dalam layar dengan format video. Kebanyakan berupa acara komedi dan variety shows. Menurut Smith dalam Greenbaum (1999) humor dapat dijadikan sebagai salah satu cara argumentasi dan persuasi yang efektif dalam budaya masyarakat. Humor adalah bagian yang tidak terpisahkan dari budaya masyarakat dikarenakan humor dapat menjadi alat argumentasi bagi orang biasa untuk menentang pandangan yang dominan dalam sebuah tatanan sosial. Hal tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan Pandji Pragiwaksono dalam bukunya yang berjudul Merdeka dalam Bercanda, dalam buku tersebut ia mengatakan, “komedi sering kali jadi obat untuk luka sosial yang disebabkan oleh ketidakadilan” (Pragiwaksono, 2012). Salah satu acara komedi yang saat ini populer di kalangan masyarakat yaitu stand up comedy. Stand up comedy dianggap sebagai komedi yang mampu menampilkan sebuah lelucon yang cerdas (Anjani, 2013). Stand up comedy menjadi ruang kreatif bagi orang-orang yang karyanya memberi wawasan bagi kehidupan dan memperdalam pemahaman dan apresiasi kita tentang kehidupan. Ciri khusus yang dimiliki oleh stand up comedy yaitu materi yang dihasilkan atau.

(38) 24. dibuat oleh para komika melalui pemikiran dan sudut pandang dari komika itu sendiri. Materi yang dibuat memiliki tujuan khusus yang ingin disampaikan kepada para penonton. “Stand up” sendiri artinya bukan berdiri, melaikan lebih kepada mengutarakan dan membela opini serta pandangannya (Pragiwaksono, 2012). Penentangan terhadap pandangan dominan dalam sebuah tatanan sosial tersebut dapat menimbulkan adanya sebuah kritik sosial. Kritik sosial adalah salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang bertujuan atau berfungsi sebagai kontrol terhadap jalannya suatu sistem sosial (Sugiwardana, 2014). Stand up comedy sebagai kritik sosial digunakan peneliti untuk mengetahui bagaimana sebuah kritik sosial disampaikan melalui sebuah pertunjukkan stand up comedy. Sebagai sebuah media penyampai pesan, stand up comedy tidak hanya dijadikan sebagai sebuah media yang menghibur, tetapi juga digunakan untuk menyampaikan sebuah kritik sosial yang bertujuan untuk melakukan kontrol sosial. Dalam kaitannya dengan dunia stand up comedy, seorang komika merupakan sosok yang menyisipkan pandangannya terhadap dunia melalui materi stand up comedy nya. Abdur Arsyad menyampaikan kritik sosial mengenai ketimpangan yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia bagian timur. Hal tersebut dikarenakan ia berasal dari Larantuka, Nusa Tenggara Timur.. 2.5 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang peneliti ambil untuk dijadikan panduan dan referensi membahas mengenai kritik sosial dalam stand up comedy dan retorika dalam stand up comedy. Hal tersebut dikarenakan peneliti ingin menampilkan.

(39) 25. penelitian terdahulu yang sedekat mungkin dengan tema penelitian yang akan diteliti, namun terdapat beberapa perbedaan seperti pada metode penelitian dan objek penelitiannya. Dalam mengerjakan penelitian ini, peneliti banyak belajar dari penelitian-penelitian terdahulu yang dicantumkan. Penelitian terdahulu yang dicantumkan di tabel terdiri atas dua buah skripsi dan satu jurnal internasional. Penelitian terdahulu yang pertama yang digunakan oleh peneliti adalah skripsi yang ditulis oleh Burhanuddin. Penelitian yang berjudul Representasi Kritik Sosial dalam Tayangan Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV membahas mengenai kritik sosial dalam dunia stand up comedy. Penelitian tersebut merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang menggunakan semiotika dekonstruksi Jacques Deridda dengan metode analisis isi untuk menganalisis penelitiannya. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa materi Abdur dalam beberapa penampilannya di kompetisi Stand up comedy Indonesia season IV, lahir berdasarkan konteks sosial budaya yang melatarbelakanginya. Penelitian terdahulu yang kedua yaitu skripsi yang ditulis oleh Dinda Tiara Alfianti. Penelitian tersebut berjudul Retorika Dakwah Dzawin Nur Ikram dalam Stand up comedy. Hasil penelitian tersebut menjelaskan mengenai retorika dakwah yang dilakukan oleh komika dalam dunia stand up comedy. Dalam penelitian ini, komika yang dijadikan objek penelitian yaitu Dzawin Nur Ikram. Dzawin memiliki kemampuan mengemas materi semenarik mungkin sehingga materi dakwah dapat mudah dipahami oleh penonton. Dalam pembawaan materinya, Dzawin menggunakan humor yang membuat suasana terlihat lebih.

(40) 26. santai. Penelitian tersebut merupakan penelitian kualitatif dengan metodologi deskriptif. Penelitian terdahulu yang ketiga yaitu jurnal internasional yang ditulis oleh Grace F. Greene pada tahun 2012. Penelitian tersebut melihat mengenai peranan retorika dalam dunia komedi. Bagaimana komedi bertindak sebagai alat retoris atau persuasif bagi masyarakat, menggunakan teori pelanggaran harapan. Selain itu, penelitian tersebut juga melihat faktor apa yang dapat membangun hubungan antara komedian (pelawak) dengan penontonnya. Penelitian tersebut juga menggunakan teori superiority, incongruity, dan relief theory. No. Kriteria Judul 1. Peneliti 2 Tahun Metode 3. Hasil 4. Penelitian 1 Representasi Kritik Sosial dalam Tayangan Stand up comedy Indonesia Kompas TV Burhanuddin. Penelitian 2 Retorika Dakwah Dzawin Nur Ikram dalam Stand up comedy. Dinda Tiara Alfianti 2015 2016 Kualitatif Kualitatif deskriptif dengan menggunaka metodologi n semiotika deskriptif. dekonstruksi Jacques Deridda dengan metode analisis isi. Hasil Dzawin penelitian ini memiliki menunjukkan kemampuan bahwa materi mengemas Abdur dalam materi beberapa semenarik. Penelitian 3 Rhetoric in Comedy : How Comedians Use Persuasion and How Society Uses Comedians Grace Greene 2012 Kualitatif. Relevansi Retorika Kritik Sosial dalam Stand up comedy Abdur Asyad. F. Vinna Rizki Putri 2018 Kualitatif dengan metodologi desktiptif.. Hasil dari penelitian ini Bagaimana komedi bertindak sebagai alat.

(41) 27. penampilann ya di kompetisi Stand up comedy Indonesia season IV, lahir berdasarkan konteks sosial budaya yang melatarbelak anginya.. Persamaan 5. -Penelitian Kualitatif Deskriptif -Membahas mengenai stand up comedy sebagai kritik sosial. Menganalisis materi stand up comedy Abdur Arsyad. -Teknik pengumpulan data menggunaka n dokumentasi.. Perbedaan 6. Menggunaka n semiotika dekontruksi Jacques Deridda. mungkin sehingga materi dakwah dapat mudah dipahami oleh penonton. Dalam pembawaan materinya, Dzawin menggunakan humor yang membuat suasana terlihat lebih santai. -Penelitian Kualitatif Deskriptif -Membahas mengenai retorika dalam stand up comedy -Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi.. retoris atau persuasif bagi masyarakat dan juga melihat faktor apa yang dapat membangun hubungan antara komedian (pelawak) dengan penontonnya.. Menjadikan Dzawin Nur Ikram sebagai subjek penelitian dan Retorika. -Menggunakan teori pelanggaran harapan. -Menggunakan superiority,. -Penelitian Kualitatif -Membahas mengenai retorika dalam komedi.. -Penelitian Kualitatif -Membahas mengenai retorika dalam stand up comedy. Menggunaka n retorika aristoteles dalam menganalisis retorika dalam stand up comedy. -Teknik pengumpulan data menggunaka n observasi, wawancara, dan dokumentasi. Menjadikan Abdur Arsyad sebagai subjek penelitian.

(42) 28. dengan metode analisis isi untuk menganalisis representasi kritik sosial dalam stand up comedy. Menjadikan tayangan stand up comedy sebagai subjek penelitian dan stand up comedy sebagai objek penelitian.. Dakwah incongruity, Dzawin Nur dan relief Ikram sebagai theory. objek penelitian.. dan Retorika Kritik Sosial sebagai objek penelitian.. -. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Sumber : Data Diolah Penulis. 2.6 Kerangka Pemikiran Kerangka berpikir ini berangkat dari stand up comedy yang merupakan sebuah program hiburan yang saat ini popular di masyarakat Indonesia. Stand up comedy tidak hanya berfungsi untuk menghibur tetapi juga dapat digunakan sebagai. media. dalam. melakukan. kritik. sosial.. Sebagai. media. untuk. menyampaikan kritik sosial, stand up comedy digunakan oleh para komika untuk mempengaruhi penonton tersebut dalam melihat suatu realita sosial berdasarkan dari sudut pandang komika tersebut. Penyampaian materi dari seorang komika timbul dari keresahan dan kejujuran para komika mengenai pengalaman pribadinya. Salah satu komika yang.

(43) 29. menyampaikan kritik sosial dalam materi stand up comedy nya adalah Abdur Arsyad. Abdur membawakan materi mengenai kritik sosial terutama kritik yang dilemparkan kepada pemerintah mengenai apa yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia bagian timur. Hal tersebut dikarenakan Abdur berasal dari sebuah daerah bernama Lamakera di Nusa Tenggara Timur. Penggunaan konsep Retorika yang dicetuskan oleh Aristoteles dalam penelitian ini dikarenakan retorika Aristoteles merupakan sebuah alat persuasi. Sebagai sebuah alat persuasi, retorika dapat ditampilkan dalam sebuah pertunjukan stand up comedy. Retorika dalam stand up comedy melihat bagaimana seorang komika dapat menyampaikan sebuah pesan dari sudut pandang komika tersebut dan dapat mempengaruhi penontonnya. Dalam penelitian ini, peneliti membentuk kerangka pemikiran yang didasari oleh tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui bagaimana kritik sosial dapat disampaikan dalam materi stand up comedy Abdur Arsyad..

(44) 30. Stand up comedy. Kritik Sosial. Stand up comedy Abdur Arsyad. Retorika Aristoteles. Ethos. Pathos. Retorika Kritik Sosial dalam Stand up comedy Abdur Arsyad. Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran Sumber : Data Diolah Peneliti. Logos.

(45) BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini yaitu paradigma konstruktivistik. Paradigma penelitian merupakan sudut pandang peneliti dalam memandang suatu realitas yang diteliti. Menurut Pujileksono (2015), paradigma konstruktivistik memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Paradigma penelitian yang melihat suatu realita dibentuk oleh berbagai macam latar belakang sebagai bentuk konstruksi oleh realita tersebut. Realita yang dijadikan sebagai objek penelitian merupakan suatu tindakan sosial oleh aktor sosial. Dalam penelitian ini, objek penelitian merupakan tindakan Abdur Arsyad yang menggunakan teknik retorika dalam penampilan stand up comedy nya dan menjadikan stand up comedy sebagai media untuk menyampaikan kritik sosial. b. Latar belakang yang mengkontruksi realita tersebut dilihat dalam bentuk konstruksi mental berdasarkan pengalaman sosial yang dialami oleh aktor sosial sehingga sifatnya lokal dan spesifik. Dalam penelitian ini, pengalaman pribadi Abdur sebagai seorang komika yang menggunakan teknik retorika pada penampilan stand up comedy nya, selain itu pengalaman pribadi Abdur sebagai seseorang yang berasal dari sebuah daerah di Indonesia bagian timur juga menjadi faktor. 32.

(46) 33. pendorong. yang menyebabkan ia menggunakan stand up comedy. untuk menyampaikan kritik sosial. c. Penelitiannya mempertanyakan „mengapa‟ (why)? Penelitian ini mempertanyakan bagaimana penerapan unsur-unsur retorika dalam penampilan stand up comedy Abdur Arsyad dan mengapa Abdur menyampaikan kritik sosial melalui penampilan stand up comedy nya? d. Realita berada di luar peneliti namun dapat memahami melalui interaksi dengan realita sebagai objek penelitian. Peneliti bukanlah seorang komika seperti Abdur Arsyad yang menjadi objek penelitan dalam penelitian ini, tetapi peneliti mampu memahami realita melalu interaksi yang dilakukan peneliti dengan objek penelitian baik melalui observasi dan wawancara yang peneliti lakukan untuk mendapatkan data-data dalam penelitian ini. e. Jarak antara peneliti dan objek penelitian tidak terlalu dekat, peneliti tidak terlibat namun interaksi dengan objek penelitian. Seperti yang sudah dijelaskan pada poin sebelumnya, Peneliti bukanlah seorang komika seperti Abdur Arsyad yang menjadi objek penelitan dalam penelitian ini, sehingga peneliti memiliki jarak dengan objek penelitian dalam penelitian ini. f. Paradigma penelitian konstruktivistik sifatnya kualitatif, peneliti memasukkan nilai-nilai pendapat ke dalam penelitiannya. Penelitian dengan paradigma ini sifatnya subjektif. Penelitian ini menganalisis secara mendalam bagaimana kritik sosial disampaikan melalui.

(47) 34. penampilan stand up comedy oleh Abdur Arsyad, sehingga penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dengan paradigm konstruktivistik. g. Tujuan untuk memahami apa yang menjadi konstruksi suatu realita. Oleh karena itu peneliti harus dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendorong suatu realita dapat terjadi dan menjelaskan bagaimana faktor-faktor itu merekonstruksi realita tersebut. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui penerapan unsur-unsur retorika dalam penampilan stand up comedy Abdur Arsyad dan penyampaian materi kritik sosial dalam materi stand up comedy Abdur Arsyad.. 3.2 Jenis Penelitian Penelitian ini membahas tentang retorika stand up comedy Abdur Arsyad yang memuat mengenai kritik sosial. Penelitian ini menganalisis bagimana penerapan unsur-unsur retorika dalam penampilan stand up comedy Abdur Arsyad dan mengapa Abdur Arsyad menyampaikan kritik sosialnya melalui stand up comedy, sehingga penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Kriyantono (2014), penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalamdalamnya. Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling, bahkan populasi dan samplingnya terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Dalam penelitian kualitatif yang lebih ditekankan adalah.

(48) 35. persoalan kedalaman (kualitas) data buka banyaknya (kuantitas) data. Denzin dan Lincoln dalam Pujileksono (2015) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif melibatkan penggunaan dan pengumpulan berbagai bahan empiris, seperti studi kasus, pengalaman pribadi, intropeksi, riwayat hidup, wawancara, pengamatan, teks sejarah, interaksional dan visual: yang menggambarkan momen rutin dan problematis, serta maknanya dalam kehidupan individual dan kolektif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk melakukan penafsiran terhadap realitas sosial atau fenomena sosial. Pujileksono (2015) mengatakan bahwa metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah multi metodologi, sehingga sebenarnya tidak ada metodologi khusus yang digunakan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis tekstual kualitatif yang membahas mengenai cara persuasi pada suatu proses komunikasi. Analisis tekstual berpusat pada pesan. Hal ini berarti bahwa analisis tekstual berfokus pada kata-kata atau simbol yang digunakan dalam beberapa jenis wacana (West & Turner, 2008). Analisis tekstual mengharuskan seorang peneliti untuk dapat mengidentifikasi suatu teks tertentu secara cermat. Teks yang diteliti dapat diartikan dan berupa apa saja seperti pidato kepresidenan, tuturan, film, acara televisi, iklan, atau segala jenis wacana yang ingin diteliti oleh peneliti, termasuk penampilan stand up comedy. Analisis tekstual menggabungkan metode dan teori karena analisis tekstual tidak mementingkan prediksi atau hubungan sebab-akibat, sebaliknya, metode ini berfokus pada gambaran menyeluruh dan pemahaman mengenai praktik-praktik komunikasi. (West & Turner, 2008) juga menjelaskan bahwa pengikut tradisi retoris juga dapat menggunakan metode analisis tekstual,.

(49) 36. sehingga dalam penelitian ini peneliti menggunakan retorika Aristoteles yang di dalamnya terdapat tiga hukum retorika yaitu ethos, pathos, logos untuk menganalisis penerapan unsur-unsur retorika yang terdapat dalam penampilan stand up comedy Abdur Arsyad.. 3.3 Fokus Penelitian Menurut Sugiyono (2015) dalam pandangan penelitian kualitatif, peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi sinergis. Dalam penelitian kualitatif terdapat batasan masalah yang disebut dengan fokus. Fokus penelitian berisi pokok masalah yang masih bersifat umum. Fokus penelitian dimaksudkan untuk membatasi studi bagi seorang peneliti dan menentukan sasaran penelitian sehingga dapat mengklarifikasikan data yang dikumpulkan, diolah, dianalisis, dalam suatu penelitian (Moleong, 2012). Fokus penelitian akan membatasi studi dalam penelitian sehingga objek yang akan diteliti tidak melebar dan terlalu luas. Pembatasan dalam penelitian kualitatif lebih didasarkan pada tingkat kepentingan, urgensi, dan masalah yang akan dipecahkan. Fokus pada penelitian ini adalah penerapan unsur-unsur retorika dalam materi stand up comedy Abdur arsyad yang memuat mengenai kritik sosial. Kritik sosial dalam materi stand up comedy Abdur Arsyad menceritakan tentang kesenjangan sosial yang dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di Indonesia bagian timur..

(50) 37. 3.4 Sumber dan Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Menurut Sugiyono (2016) data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber data. Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, sedangkan data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau melalui dokumen. Data primer menurut Kriyantono (2014) merupakan data yang diperoleh dari sumber data pertama atau tangan pertama di lapangan. Pada penelitian ini, sumber data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan Abdur arsyad dan dokumentasi transkrip materi stand up comedy Abdur yang didapatkan dengan menonton beberapa video stand up comedy Abdur arsyad pada Stand Up Comedy Indonesia season IV yaitu show 1, show 6, show 9, dan pada saat grand final “sajak kapal tua”. Sedangkan data sekunder atau data pelengkap diperoleh dari wawancara dengan Ulwan Fakhri yang merupakan perwakilan dari Stand Up Indo Malang. Selain itu data sekunder juga didapatkan dari literatur-literatur seperti buku, jurnal, dan sumber lain yang berkaitan dengan penelitian ini.. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam sebuah penelitian. Hal tersebut dikarenakan tujuan utama dari penelitian adalah untuk mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang sesuai dan memenuhi standar data.

(51) 38. yang ditetapkan. Pemilihan dan penggunaan teknik pengumpulan data ditentukan oleh kebutuhan peneliti untuk mendapatkan data yang diperlukan. Selain itu teknik pengumpulan data juga disesuaikan dengan sumber daya peneliti, seperti dana, jangkauan, dan penguasaan secara teknis. Pujileksono (2015) menyebutkan bahwa penelitian analisis teks dengan paradigma konstruktivistik lebih sesuai menggunakan teknik pengumpulan data dokumentasi dan seterusnya. Begitu pula dengan Sugiyono (Sugiyono, 2015) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut : 1. Dokumentasi Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan dokumen-dokumen. yang. dapat. mendukung. penelitian.. Dokumen. merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2015). Dokumen yang digunakan penulis guna menunjang penelitian ini yaitu video stand up comedy Abdur pada Stand Up Comedy Season IV, yang terdiri dari show 1, show 6, show 9, dan grand final “sajak kapal tua”. Video stand up comedy Abdur merupakan salah satu transkrip acara TV dengan nama acara Stand Up Comedy Season IV. Menurut Kriyantono (2014) transkrip acara TV merupakan salah satu contoh dokumen yang berupa dokumen publik..

(52) 39. 2. Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab secara lisan, baik langsung atau tidak langsung dengan sumber data (Pujileksono, 2015). Menurut Sugiyono (2015) wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Dengan melakukan wawancara, peneliti dapat mengetahui halhal yang mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. Dalam penelitian ini, penulis mewawancarai Abdur Arsyad untuk mengetahui lebih dalam mengenai alasan Abdur Arsyad menggunakan stand up comedy sebagai media untuk menyampaikan kritik sosial. Selain itu, peneliti juga mewawancarai beberapa komika dari komunitas Stand Up Indo Malang, yaitu Ulwan Fakhri selaku ketua Stand Up Indo Malang tahun 2017 untuk mengetahui bagaimana pendapatnya terhadap Abdur Arsyad.. 3.6 Unit Analisis Data Unit analisis data dapat diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan fokus penelitian. Unit analisis data dalam penelitian ini adalah transkrip dari video penampilan stand up comedy Abdur Arsyad pada show 1, show 6, show 9, dan grand final “sajak kapal tua” di Stand Up Comedy Indonesia season IV yang.

(53) 40. ditayangkan oleh Kompas TV. Selain itu, terdapat unit analisis data yang lain yaitu data yang diperoleh dari wawancara yang dilakukan dengan Abdur Arsyad dan Ulwan Fakhri.. 3.7 Teknik Analisis Data Analisis data merupakan salah satu langkah penting dalam sebuah penelitian. Moleong (2012) menyebutkan bahwa analisis data dapat dikatakan sebagai sebuah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Menurut Kriyantono (2014) cara berpikir induktif yaitu cara berpikir yang berangkat dari hal-hal yang khusus (fakta empiris) menuju hal-hal yang umum (tataran konsep). Analisis dilakukan pada data yang telah diperoleh dari observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi literatur yang telah dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode rhetorical analysis, yaitu metode analisis tekstual kualitatif yang membahas mengenai cara persuasi pada suatu proses komunikasi. Analisis retorika menggunakan retorika Arsitoteles yang difokuskan untuk melihat unsur ethos, pathos, logos pada materi stand up comedy Abdur Arsyad pada show 1, show 6, show 9, dan pada saat grand final. Ethos. Ethos merujuk pada karakter, intelegensi, dan niat baik yang dipersepsikan dari seorang pembicara.

(54) 41. ketika hal-hal ini ditunjukkan melalui pidatonya. Dalam Ethos, wawasan, karakter, dan etika dari seorang pembicara akan mempengaruhi kredibiltas pembicara di mata khalayak. Pathos. Pathos berkaitan dengan emosi yang dimunculkan dari para pendengar. Pathos mempelajari psikologi komunikan. yang. mendeskripsikan. unsur-unsur. kejiwaan pendengar yang harus diketahui oleh pembicara. Logos. Logos adalah bukti-bukti logis yang digunakan oleh pembicara, atau argumen, rasionalisasi, dan wacana. Logos. mencakup. penggunaan. beberapa. praktik. termasuk menggunakan klaim logis dan bahasa yang jelas Logos berisi format pesan yang dibuat dan disampaikan oleh orator untuk mempersuasif audien. Tabel 3.1 Unsur Retorika dalam Penelitian Sumber : Data Diolah Peneliti.

(55) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Pada bab ini peneliti akan menjabarkan data terkait dengan objek penelitian yaitu video penampilan stand up comedy oleh Abdur Arsyad pada Stand Up Comedy Indonesia season IV yang ditayangkan oleh Kompas TV. Program acara tersebut ditayangkan pada tahun 2014. Abdur Arsyad merupakan salah satu finalis acara kompetisi Stand Up Comedy Indonesia season IV yang berhasil meraih juara 2. 4.1.1. Stand Up Comedy Indonesia Stand up comedy merupakan acara hiburan yang saat ini popular di. kalangan masyarakat Indonesia. Menurut Marlin, Warouw, & Kalangi (2017) stand up comedy merupakan aliran dalam seni pertunjukan komedi yang menampilkan seorang comic yang berdiri sendiri dan melakukan monolog yang lucu. Monolog yang disampaikan oleh seorang komika berisikan pengalaman dan pengamatan yang dilakukan oleh komika mengenai dirinya sendiri atau lingkugan di sekitarnya. Hasil dari pengalaman dan pangamatan tersebut disusun dan dijadikan sebuah materi stand up comedy yang disampaikan oleh seorang komika secara lucu. Marlin, Warouw, & Walangi (2017) juga menjelaskan bahwa stand up comedy berbeda dengan komedi lainnya, stand up comedy memiliki beberapa aturan yang telah disepakati untuk menampilkan pertunjukan. Aturan tersebut. 42.

(56) 43. seperti adanya set up dan punchline. Set up adalah sebuah bagian yang tidak lucu dari sebuah bit, biasanya set up merupakan premis dari bit tersebut. Jika set up adalah bagian yang tidak lucu, maka punchline adalah bagian yang lucu dari sebuah bit. Punchline biasanya membalikkan premis atau memberikan sesuatu yang mengejutkan sebagai penutup dari set up atau premis tadi. Disebut punchline karena kalimat tersebut harus bersifat menonjok. Selain bit, set up, dan punchline, terdapat beberapa istilah lain dalam dunia stand up comedy yang perlu diketahui menurut Alam (2016), yaitu : 1. Set. : satuan pertunjukan stand up comedy yang biasanya terdiri. atas sejumlah bit. 2. Bit. : satuan materi yang terdiri atas set up dan punchline.. 3. Set up. : bagian penjelasan dari sebuah bit yang bukan untuk. ditertawakan (bagian tidak lucu dari sebuah bit). 4. Punchline : bagian lucu dari sebuah materi. Di bagian ini seharusnya penonton tertawa. 5. Delivery. : cara seorang comic membawakan stand up comedy, bukan. hanya suara tapi meliputi wajah, tangan, tubuh. 6. Act out. : gerakan tubuh atau mimic muka yang tidak dilakukan oleh. seorang comic dalam penampilannya, membawakan/memperkuat joke. 7. Angle. : pandangan seorang comic terhadap suatu tema tertentu.. 8. Hook. : ciri khas dari seorang comic yang membedakan dengan. yang lain..

(57) 44. 9. Character : kepribadian atau peran yang dimainkan oleh comic di atas panggung. 10. Persona. : peran sosial atau karakter yang dimainkan oleh seorang. comic di atas panggung. 11. Inside jokes: joke yang hanya dimengerti oleh orang-orang tertentu. 12. Street jokes: humor yang umum yang sudah sering di dengar orang banyak. 13. Blue material: bahan atau materi dari komika yang mengandung kata yang jorok atau membicarakan tentang hal yang menjijikkan. 14. Callback : sebuah joke yang mengacu pada joke sebelumnya dalam satu penampilan. 15. Bomb. : tampil gagal, tidak ada yang tertawa.. 16. Kill. : tampil sukses, penonton menyukai dan tertawa di. sepanjang set.. Di Indonesia, stand up comedy sudah diperjuangkan oleh Ramon Papana sejak tahun 1992, namun pada saat itu stand up comedy belum mendapatkan perhatian dari masyarakat Indonesia. Stand up comedy berhasil mendapatkan perhatian dan menjadi popular sejak tahun 2011. Hal tersebut dikarenakan pada tahun 2011 Kompas TV membuat sebuah ajang pencarian bakat di bidang stand up comedy yang diberi nama Stand Up Comedy Indonesia atau yang biasa dikenal dengan sebutan SUCI. Perkembangan serta kepopuleran stand up comedy di Indonesia juga tidak terlepas dari peranan Pandji Pragiwaksono dan Raditya Dika.

(58) 45. yang kemudian dijadikan presenter pada acara Stand Up Comedy Indonesia atau SUCI. Pandji Pragiwaksono melalukan hal-hal di luar jobdesc nya sebagai presenter untuk membuat Stand Up Comedy Indonesia sukses dan semakin dikenal oleh masyarakat luas. Pandji mempromosikan dan memberi kabar mengenai audisi pertama yang akan dilakukan oleh Stand Up Comedy Indonesia di blog pribadinya. Stand up comedy Indonesia mengadakan audisi di beberapa kota besar di Indonesia guna mendapatkan komika-komika yang akan tampil menjadi finalis. Beberapa kota tersebut diantaranya Bandung, Surabaya, Medan, Yogyakarta, dan Jakarta. Pragiwaksono (2012) juga mengatakan bahwa pada saat audisi SUCI season I stand up comedy belum terlalu dikenal oleh masyarakat Indonesia, sehingga kebanyakan peserta audisi masih melakukan joke telling atau melempar anekdot dan lawakan yang sudah umum atau hanya berlagak gila di depan juri tanpa menyadari bahwa lucu dan gila itu jauh berbeda. Namun Stand Up Comedy Indonesia menunjukkan indikasi yang positif untuk sebuah ajang pencarian bakat atau kompetisi yang diadakan oleh sebuah stasiun televisi. SUCI memutuskan untuk menggunakan juri sebagai orang yang menilai dan juga menjadi penentu bagi penampilan para komika, tidak menggunakan SMS voting. Hal tersebut yang membuat SUCI masih bertahan hingga memasuki season ke VIII pada tahun ini. Melalui Stand Up Comedy Indonesia di Kompas TV lahirlah komikakomika berkualitas dengan berbagai materi dan gaya yang berbeda dalam menampilkan pertunjukan stand up comedy nya. Beberapa nama yang dikenal melalui Stand Up Comedy Indonesia seperti Ernest Prakasa, Ge Pamungkas, Babe.

Gambar

Gambar 1.1 Pemeringkatan Menonton Program Komedi periode 2016Error! Bookmark not defined.
Gambar 1.1 Pemeringkatan Menonton Program Komedi periode 2016  Sumber : Hasil Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi Periode I Tahun 2016
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu  Sumber : Data Diolah Penulis
Tabel 3.1 Unsur Retorika dalam Penelitian  Sumber : Data Diolah Peneliti
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adik Triwulan Purnomo, L100080153, Pengaruh Tayangan Stand Up Comedy Show Terhadap Wawasan Mahasiswa Mengenai Masalah Sosial (Studi Eksperimen Tentang Pengaruh Tayangan

Penelitian ini menjadikan video Stand Up Special Pandji Pragiwaksono “Mesakke Bangsaku” sebagai objek penelitian yang dianalisis menggunakan metode semiotika John

The objectives of this study were to find out which utterances in stand-up comedy performances in Indonesia show the function of stand-up comedy, to describe the types of

Ngomong soal Google, saya ingat materi stand up comedy tentang pendidikan paling ngaco yang pernah saya baca.. Kalau tak

Peneliti ingin membahas tentang bagaimana penyampaian kritik sosial yang terdapat pada stand up comedy Pandji Pragiwaksono ‘Pragiwaksono World Tour’” Tujuan dari

Pada tahun 1979, petenis Inggris Peter Rosengard (Peter Rosengard) mendirikan grup stand- up comedy dengan gaya Amerika. Grup ini menjadi penggagas munculnya grup

Hal tersebut merupakan hasil dari observasi yang dilakukan oleh keduanya dalam membuat materi Stand Up Comedy yang kemudian dibumbui dengan kepiawian mengolah kata-kata

Gaya Bahasa yang digunakan peserta Stand Up Comedy Piala DPRD Pacitan dalam penelitian ini terdapat 30 data yang mengandung 14 gaya bahasa yaitu gaya bahasa