HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Sajian Data
4.2.1 Penerapan Unsur Retorika - Ethos dalam Penampilan Stand Up Comedy Abdur Arsyad
yang ditayangkan oleh Kompas TV pada tahun 2014. Unsur-unsur retorika
tersebut didasarkan pada konsep retorika yang dicetuskan oleh Aristoteles yang
terdiri dari ethos, pathos, dan logos. Dalam menganalisis, peneliti memunculkan
data dalam bentuk transkrip materi stand up comedy yang kemudian dibagi ke
dalam beberapa kategori yang telah ditentukan dan disesuaikan dengan tema
penelitian yaitu retorika kritik sosial dalam stand up comedy Abdur Arsyad.
4.2.1 Penerapan Unsur Retorika - Ethos dalam Penampilan Stand Up Comedy Abdur Arsyad
a) Show 1
No Kategorisasi Transkrip Aspek Ethos
1 Ras
(Warna Kulit)
Penayangan pre-show
perdana kemarin, itu
akhirnya mama saya
percaya kalo saya masuk
TV. Iya, cuman mama saya,
Abdur membawakan
materi yang mengkritik
mengenai perbedaan
warna kulit, hal tersebut
yang tidak dia percaya itu
kok anak saya itu putih
sekali. Ya wajarlah ya
teman-teman, finalis yang
lain itu dikasih bedak, saya
dan Yudha Keling dikasih
batu kapur.
kulit orang timur yang
rata-rata berwarna gelap.
Penekanan mengenai
warna kulit terdapat pada kalimat “finalis
yang lain itu dikasih
bedak, saya dan Yudha
Keling dikasih batu
kapur”.
2 Suara
Minoritas
Dari pertama kali saya
belajar tentang stand up
comedy, saya selalu percaya
bahwa panggung stand up
comedy ini, bukan hanya
panggung untuk mencari
hiburan, tapi panggung ini
adalah panggung dimana
suara-suara minoritas
disuarakan.
Abdur meyakini bahwa
panggung stand up
comedy merupakan
sebuah panggung
dimana suara-suara
minor atau kritik sosial
dari kaum minoritas
seperti dirinya dapat
tersalurkan.
Abdur merasa dirinya
dikarenakan ia berasal
dari wilayah di
Indonesia bagian timur,
tepatnya provinsi Nusa
Tenggara Timur.
3 Bencana Alam Wajar kalo teman-teman
tidak tau, karena memang
berita Rokatenda meletus
pada waktu itu, itu tertutup
dengan banjir Jakarta.
Abdur menyampaikan
kritik sosialnya terhadap
ketimpangan pada
pemberitaan mengenai
bencana alam.
Ketimpangan yang
dirasakan karena adanya
perbedaan sikap
pemerintah yang tidak
peduli pada meletusnya
gunung Rokatenda yang
sudah berlangsung
selama 14 bulan, namun
menjadikan banjir
Jakarta sebagai bencana
nasional.
Tabel 4.1 Aspek Ethos show 1
a) Show 6
No Kategorisasi Transkrip Aspek Ethos
1 Kompetisi Ini semua bukan masalah
tentang kompetisi, atau
komentar para juri, atau
berebut juara untuk jadi
MC.
Abdur menyindir
kompetisi yang sedang
berjalan di Kompas TV,
dimana para pemenang
dalam tradisi biasanya
dijadikan MC pada
season selanjutnya.
Abdur menyampaikan
argumen tersebut karena
ia berada di babak
Grand Final, yang
berarti Abdur adalah
calon pemenang dalam
kompetisi tersebut.
2 Persatuan Ini semua adalah tentang
inspirasi, bersatu dalam satu
mimpi untuk Indonesia
yang lebih harmoni.
Aspek Ethos dalam
bagian ini terlihat dari
niat baik Abdur yang
menginginkan adanya
lebih harmoni.
3 Pemerintahan Teman-teman sudah enam
belas tahun kita tertatih
dalam reformasi, ditipu oleh
para politisi yang katanya
berikan bukti bukan janji,
tapi begitu ada tangis suara
minor di pelosok negeri,
mereka sibuk mencari
koalisi bukan solusi.
Abdur menyampaikan
kritik sosialnya kepada
pemerintahan dengan
menggunakan kalimat “ditipu oleh politisi”.
Kritik sosial tersebut
disampaikan karena ia
merasa Indonesia bagian
timur masih menjadi
minoritas yang luput
dari perhatian
pemerintah.
4 Anggota DPR Teman-teman, ada 6.608
orang yang berebut kursi di
DPR RI, 560 kursi. Ini
berarti, satu orang itu cuma
punya peluang menang
delapan persen, delapan
persen. Memang tidak
semua, tapi ada orang yang
menghabiskan uang banyak
Abdur menyampaikan
kritik sosialnya terhadap
anggota DPR yang sejak
awal sudah
memperebutkan jabatan
dengan perhitungan
peluang kemenangan
yang sangat tipis, yaitu
untuk mendapatkan posisi
ini. Pertanyaannya sekarang
adalah orang gila mana
yang mau menghabiskan
uang banyak untuk investasi
yang peluang dia kalah itu
92%.
Abdur menyampaikan
perhitungan secara
matang didasarkan pada
latar belakang
pendidikannya yaitu
pendidikan Matematika.
6 Pendidikan Masyarakat di sana kan
rata-rata masih buta huruf.
Jangankan mau memilih,
huruf A besar macam
gunung Krakatau saja
mereka pikir lam alif.
Abdur menyampaikan
kritik sosialnya terhadap
ketimpangan pendidikan
di Indonesia timur. Ia
menyebutkan bahwa
rata-rata masyarakat di
Indonesia timur masih
buta huruf.
8 Pendidikan Teman-teman menurut saya
selama pendidikan di
Indonesia tidak merata,
demokrasi kita akan selalu
rusak.
Menurut Abdur
demokrasi tidak akan
berjalan dengan baik
apabila pendidikan tidak
merata. Hal tersebut
dikarenakan suara orang
suara orang yang tidak
berpendidikan
sama-sama dihitung satu
suara, sehingga
pemilihan ditentukan
berdasarkan kuantitas
bukan kualitas.
Tabel 4.2 Aspek Ethos show 6
Sumber : Data Diolah Peneliti
b) Show 9
No Kategorisasi Transkrip Aspek Ethos
1 Sepak Bola Ketika Jakarta itu punya
Persija Jakarta, Malang
punya Arema Malang,
Kupang itu juga punya,
namanya Persatuan Sepak
Bola Kupang, disingkat
PSK Kupang. Sumpah,
dengerin, Beta suwer ini,
memang ada.
Abdur menyindir nama
tim sepak bola Kupang
yang tidak dikenal oleh
masyarakat Indonesia.
Hal tersebut dikarenakan
Abdur berasal dari Nusa
Tenggara Timur, dimana
Kupang adalah ibu kota
provinsi Nusa Tenggara
2 Sepak Bola Tidak dipungkiri kalo anak
timur itu kebanyakan dari
kami memang rata-rata
hebat main bola. Kalau ada
yang tidak hebat main bola,
paling tidak dia hebat
bicara bola.
Sebagai anak timur,
Abdur menceritakan
bahwa rata-rata anak
timur pandai bermain
bola. Jika tidak pandai
bermain bola, paling
tidak mereka pandai
berbicara mengenai
bola.
3 Kerusuhan Anak timur itu kalo bicara
bola itu macam kerusuhan
begitu.
Abdur menyampaikan
kritik sosialnya terhadap
stereotype yang melekat
pada anak timur, dimana
anak timur diidentikkan
dengan kerusuhan. Hal
tersebut dikarenakan
gaya berbicara/intonasi
suara anak timur yang
cenderung tinggi.
4 Kerusuhan Di kampung saya itu, kalo
kita bermain bola itu, kita
tidak pernah berpatokan
Abdur menyampaikan
kritik sosialnya terhadap
pada waktu 2 x 45 menit.
Permainan bola hanya akan
berakhir jika sudah terjadi
baku pukul.
pada anak timur, dimana
anak timur diidentikkan
dengan kerusuhan. Hal
tersebut digambarkan
melalui pertandingan
sepak bola yang baru
diakhiri ketika sudah
terjadi baku pukul atau
kerusuhan.
5 Perbedaan Di Malang itu
temen-temen, saya sering, suka
sekali nonton arema di
stadion, dan arema disana
itu mulai ada
kubu-kubunya, jadi ada aremania
tribun utara, tribun selatan,
tribun ekonomi,
manajemen, akuntansi, weh
macam-macam,
macam-macam.
Abdur menyampaikan
kritik sosialnya
mengenai perbedaan
yang terdapat pada
penonton Arema yang
terbagi ke dalam
kubu-kubu. Materi tersebut
dibawakan berdasarkan
pengalaman Abdur yang
pernah tinggal di Kota
6 Perbedaan Akhirnya saya berpikir, eh
kayanya saya harus buat
kubu sendiri, saya kasih
nama Aremania Tenggara
Timur Laut. Yang lain
bawa terompet, kami bawa
kompas. Ini Tenggara
Timur Laut di bagian
mana?
Abdur menyampaikan
kritik sosialnya
mengenai perbedaan
dengan membuat kubu
penonton sendiri.
Namun tidak seperti
penonton pada
umumnya, Abdur dan
kubunya membawa
kompas yang merupakan
sindiran terhadap hal-hal
di Indonesia bagian
timur yang jarang
diketahui oleh
masyarakat pada
umumnya.
7 Pembangunan Tapi teman-teman, paling
tidak enak itu kalo kalian
nonton dari tribun Timur.
Karena kalo di tribun barat
itu, di tribun barat itu
nonton pake lampu, cahaya
Abdur menyampaikan
kritik sosialnya
mengenai pembangunan
yang dibeda-bedakan
antara kubu timur yang
terang, kelap-kelip
dimana-mana, tapi di tribun timur
itu masih gelap, listrik tidak
ada.
Indonesia bagian timur
dam kubu barat yang
menggambarkan
Indonesia bagian timur.
Kategorisasi
pembangunan
ditampilkan pada
kalimat “di tribun barat
itu nonton pake lampu,
cahaya terang,
kelap-kelip dimana-mana, tapi
di tribun timur itu masih gelap, listrik tidak ada”.
8 Pembangunan Di tibun barat itu dikasih
kursi, dikasih sofa, makan
enak-enak tapi di tribun
timur itu masih beralaskan
tanah, makan seadanya.
Abdur menyampaikan kritik sosialnya mengenai ketimpangan pembangunan. Ketimpangan yang dimaksudkan terdapat pada ketimpangan pembangunan sarana dan prasarana.
9 Pembangunan Bahkan orang dari tribun
barat berteriak ke tribun
timur, woi kalian yang di
tribun timur sabar saja nanti
kami bangun kursi disitu
kami kasih makan enak,
tapi sampai pertandingan
berakhir tidak ada yang
datang.
“Teriakan” yang
dimaksud dalam materi
tersebut merupakan
penggambaran janji-janji
pemerintah yang akan
melakukan pemerataan
pembangunan di
Indonesia bagian timur.
Tabel 4.3 Aspek Ethos show 9
Sumber : Data Diolah Peneliti
c) Grand Final – Sajak Kapal Tua
No Kategorisasi Transkrip Aspek Ethos
1 Indonesia Sebagai anak nelayan dari
Lamakera, saya melihat
Indonesia itu seperti Kapal
Tua, yang berlayar tak tahu
arah.
Abdur menganalogikan
Indonesia sebagai
sebuah Kapal Tua. Hal
tersebut didasarkan pada
latar belakang Abdur
yang merupakan
seorang anak nelayan.
Nahkoda kita yang tidak
bisa membaca. Mungkin dia
bisa membaca tapi tertutup
hasrat membabi buta, hasrat
hidupi keluarga, saudara,
kolega, dan mungkin istri
muda.
pemimpin atau presiden
Indonesia sebagai
seorang nahkoda yang
menentukan arah untuk
kapalnya. Abdur
memberikan sindiran
kepada para pemimpin
yang menyimpang
dikarenakan adanya
tuntutan untuk
menghidupi orang-orang
disekitarnya.
3 Persatuan Indonesia itu memang
seperti Kapal Tua dengan penumpang berbagai rupa, Ada dari Sumatera, Jawa, Madura, Sumbawa hingga Papua. Bersatu dalam Nusantara.
Abdur menganalogikan
masyarakat Indonesia
sebagai penumpang
kapal yang bersatu
dalam satu kapal namun
berasal dari latar
belakang dan daerah
yang berbeda-beda.
4 Pemimpin Enam kali sudah kita ganti
Nahkoda tapi masih jauh
Abdur menyampaikan
dari kata sejahtera. mengenai Indonesia
yang sudah berganti
kepemimpinan selama
enam kali, tetapi
kesejahteraan di Negara
Indonesia belum
tercapai. Hal tersebut
disampaikan karena
Abdur merasa masih ada
ketimpangan yang
dirasakan oleh
masyarakat Indonesia
bagian timur dalam
berbagai aspek.
5 Pembangunan Saya heran pembangunan
itu selalu dibeda-bedakan,
selalu dibeda-bedakan.
Padahal kita ini kan satu Ibu
Pertiwi teman-teman, satu
Ibu Pertiwi.
Abdur mengkritik
pembangunan yang
dibeda-bedakan. Hal
tersebut dikarenakan
Abdur masih merasakan
adanya ketimpangan
pembangunan di
yang berbeda dengan
Indonesia bagian barat
walaupun sama-sama
satu negara yaitu
Indonesia.
Tabel 4.4 Aspek Ethos Grand Final
Sumber : Data Diolah Peneliti
Analisis :
Berdasarkan tabel penyajian data di atas, peneliti melihat bagaimana aspek
Ethos ditampilkan dalam konteks penyampaian kritik sosial melalui penampilan stand up comedy Abdur Arsyad. Arsitoteles dalam Supratman dan Mahadian
(2018) ethos merupakan cara untuk menunjukkan bahwa seorang pembicara
memiliki kredibilitas, pengetahuan, kehormatan, dan dapat dipercaya. Ethos
merujuk pada kemampuan seorang pembicara untuk dapat meyakinkan khalayak.
Kemampuan seorang pembicara dalam menyampaikan bukti-bukti bahwa dirinya
kredibel sangat penting dalam sebuah praktik retorika.
Menurut Aristoteles dalam West & Turner (2018) kredibilitas seorang
pembicara bisa diperoleh dengan menampilkan tiga karakteristik, yaitu character
(karakter), intelligence (intelegensi), dan goodwill (niat baik). Peneliti akan
menjabarkan tiga karakterisitik yang ditampilkan Abdur berdasarkan analisis yang
Karakteristik yang pertama yaitu karakter, menurut Aristoteles dalam
Puspa (2012) karakter adalah bagaimana seorang pembicara bisa membangun
citra tentang dirinya sebagai sosok yang jujur, bermoral, dan dapat dipercaya. Jika
dalam persepsi khalayak seorang pembicara memiliki citra yang baik atau positif,
maka peluang untuk dapat mempersuasi khalayaknya akan semakin besar.
Berdasarkan definsi karakter yang dikemukakan oleh Aristoteles tersebut, karakter
merujuk pada sifat dari seorang pembicara. Karakter yang ditampilkan Abdur
dalam penampilan stand up comedy-nya yaitu sebagai seorang komika yang
memiliki sifat kritis. Hal tersebut dikarenakan ia memiliki karakter sebagai
seorang komika yang berasal dari Indonesia bagian timur yang menceritakan
pengalaman pribadi dan menyampaikan kritik sosialnya mengenai ketimpangan
yang dirasakan melalui penmapilan stand up comedy-nya. Ketimpangan tersebut
seperti ketimpangan dalam bidang pendidikan, pembangunan, penangan bencana
alam, dan lain sebagainya.
Karakteristik kedua yaitu intelegensi. Menurut Aristoteles dalam Puspa
(2012) intelegensi yang dimaksud bukanlah intelegensi dalam artian kecerdasan
otak atau kepintaran, melainkan lebih diartikan sebagai perpsepsi audiens
terhadap ada tidaknya kesamaan pandangan antara pembicara dengan
khalayaknya terhdap isu yang tengah disampaikan. Hal tersebut dapat diartikan
bahwa intelegensi seorang pembicara dalam stand up comedy telihat dari
kecerdasan seorang komika dalam menyampaikan materinya, sehingga
penontonnya. Walupun berisikan tentang kritik sosial, Abdur mampu
menyampaikan materi dengan baik, serta mendapatkan tawa dari penontonnya.
Karakteristik yang terakhir yaitu niat baik. Niat baik menurut Aristoteles
dalam Puspa (2012) merujuk pada persepsi khalayak bahwa komunikator yang
tengah beretorika memang benar-benar memiliki niatan yang tulus untuk berbuat
'kebaikan', serta tidak dicurigai memiliki agenda-agenda tersembunyi di baliknya.
Niat baik yang ditampilkan oleh Abdur yaitu untuk menjadi penyalur suara-suara
minor atau kritik sosial yang hendak disampaikan melalui sebuah penampilan
stand up comedy seperti yang ditunjukkan pada show 1.
4.2.2 Penerapan Unsur Retorika - Pathos dalam Penampilan Stand Up