• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Keberadaan Tempat Pengolahan Sampah 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) Vipa Mas Terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Bambu Apus Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak Keberadaan Tempat Pengolahan Sampah 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) Vipa Mas Terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Bambu Apus Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

MASYARAKAT DI KELURAHAN BAMBU APUS

KECAMATAN PAMULANG KOTA TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

NURLELA

NIM 1112015000048

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF

HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Jakarta: Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak keberadaan tempat pengolahan sampah 3R (reduce, reuse, recycle) Vipa Mas terhadap lingkungan sosial ekonomi masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kualitatif dengan model grounded research, populasi penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kelurahan Bambu Apus di RW 06, 07 dan 04. Instrumen penelitian yang digunakan adalah wawancara. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi dan catatan lapangan. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah bahwa dampak keberadaan tempat pengolahan sampah

3R (reduce, reuse, recycle) Vipa Mas ini memiliki dampak positif dan negatifnya,

yaitu tertatanya lingkungan menjadi bersih dan nyaman, meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, terbentuknya bank sampah pada setiap RW nya, selain itu memang ada masyarakat yang merasa terganggu mengenai cerobong asap dari mesin pencacah sampah yang kurang tinggi. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa keberadaan Tempat Pengolahan Sampah 3R (reduce, reuse,

recycle) Vipa Mas memiliki dampak positif yang lebih banyak dibandingkan

dampak negatifnya.

(6)

ii

Sosicial Science Faculty of Tarbiyah and Teaching State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah 2016.

This study aims to determine the impact of the existence of a waste treatment 3R (reduce, reuse, recycle) Vipa Mas to the socioeconomic environment. This research is a qualitative approach with a model grounded research, this study population was the whole village community Bambu Apus in RW 06, 07 and 04. The research instrument used was the interview. Data collection techniques using observation, interviews, documentation and field notes. The results found in this study is that the impact of the existence of a waste treatment 3R (reduce, reuse, recycle) Vipa Mas has positive and negative impacts, namely the well-organized environment to be clean and comfortable, increased public awareness of the environment, the formation of waste bank on every RW her, other than that there is a community who feel disturbed about the chimney of a thrasher waste that is not high enough. Finally it can be concluded that the existence Waste Management 3R (reduce, reuse, recycle) Vipa Mas has a more positive impact than negative impact.

(7)

iii

Assalamu’alaikum, Wr. Wb

Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik dan lancar. Tak lupa shalawat dan salam selalu tercurah limpahkan kepada nabi besar Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya dan para pengikutnya.

Penelitian ini dilakukan guna memenuhi persyaratan kelulusan guna memeproleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), jurusan Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penulisan penelitian skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya masih terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Namun berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya penelitian skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun penelitian pendidikan ini. Ucapan terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada:

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materiil, maka penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu sabar membimbing mahasiswa/i P.IPS.

(8)

iv selama empat tahun menjalani perkuliahan.

5. Andri Noor Ardiansyah, selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan saran dalam pembuatan skripsi ini. 6. Neng Sri Nuraeni, M.Pd, selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah memberikan motivasi, bimbingan, dorongan, pengarahan, dan saran sertado’a dalam pembuatan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

8. Seluruh civitas akademi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Kepala Kantor Kelurahan Bambu Apus Ibu Hj. Siti Akbari, A.Md dan jajarannya yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di wilayahnya.

10.Kepala Kantor Dinas Kebersihan Pertanaman dan Pemakaman Bapak Yepi dan jajarannya yang telah merekomendasikan dan mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di TPS 3R Vipa Mas.

11.Bapak/Ibu para informan yang telah bersedia menjadi narasumber untuk penelitian ini.

(9)

v

semangat, senantiasa memanjatkan do’a untuk kesuksesan penulis.

14.Keluarga Besar HMJ Pendidikan IPS yang telah memberikan pelajaran penting pada hidup penulis tentang kepemimpinan, kekeluargaan, kebersamaan dan pengalaman yang tidak akan terlupakan bagi penulis.

15.Teman-teman seperjuangan pendidikan IPS, terlebih khusus untuk Pendidikan Geografi 2012 kalian semua telah memberikan motivasi dan warna dalam hidup penulis.

16.Keluarga Uin Jakarta Basketball terimakasih telah memberikan semangat dan kebahagian yang begitu erat.

17.Keluarga Besar BIDIKMISI Uin Jakarta 2012 yang bersama-sama berjuang di awal dua tahun perkuliahan beban kuliah dari pagi sampai malam, terimakasih telah memberi banyak pengalaman yang sangat berharga selama kita satu atap di asrama tercinta.

18.Eka Putri Hanamutia, M. Ikrom Rosyidin, Winda Septi Kusuma, Maulida Wulandari sahabat yang selalu ada memberi bantuan, motivasi dan semangat ketika penulis dalam kesusahan. Terimakasih atas segala bantuannya kawan. 19.Masruroh, M.Pd., CHC, Ardi Muhammad Arsyad, S.Pd, Muhammad Faishal

Ramdhan, Mulyadi, S.Pd, dan Achmad Fauzi, S.pd, kakak-kakak panutan terimakasih banyak atas segala masukan, semangat dan banyak memberikan inspirasi.

20.Keluarga Gengs Zahidah Zein, Siti Syarofah, Aris Widodo dan Nur Purna Subana yang selalu memberikan semangat dan candaan ketika penulis sedang putus semangat dalam menulis. Semoga persahabatan ini selalu terjalin dengan baik atas ridho-Nya.

(10)

vi

23.Keluarga besar BAKORNAS LEPPAMI PB HMI terimakasih telah memberikan banyak pengalaman yang berguna untuk penulis.

24.Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun semua yang kalian berikan sangat berarti bagi penulis.

Atas bantuan mereka yang sangat berharga, penulis berdo'a semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda sebagai amal shaleh dan ketaatan kepada-Nya, Amin.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait khusunya dan bagi seluruh pembaca pada umumnya. Akhirnya penulis mohon maaf apabila banyak kesalahan yang telah penulis lakukan selama ini. Semoga penelitian ini dapat diterima dengan baik dan sebagai pelajaran bagi semuanya. Terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, Desember 2016

(11)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR HALAMAN

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA SIDANG

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 5

C.Pembatasan Masalah ... 5

D.Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A.Sampah ... 7

1. Defini Sampah ... 7

2. Sumber Sampah ... 8

(12)

viii

4. Bentuk Sampah ... 10

5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Sampah ... 10

B.Konsep Persampahan 3R (reduce, reuse, recycle) ... 12

C.Pengelolaan Sampah ... 13

D.Dampak Sampah ... 16

E. Lingkungan Sosial dan Ekonomi Masyarakat ... 18

1. Lingkungan Sosial ... 18

2. Ekonomi Masyarakat ... 20

F. Penelitian Relevan ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

1. Tempat Penelitian... 29

2. Waktu Penelitian ... 30

B. Latar Penelitian ... 30

C. Metode Penelitian ... 31

D. Populasi dan Sampel ... 32

E. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 33

1. Sumber Data ... 33

2. Teknik dan Pengumpulan Data ... 34

F. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ... 37

G. Analisis Data ... 40

1. Data Reduction (Reduksi Data) ... 40

2. Data Display (Penyajian Data) ... 41

(13)

ix

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ... 46

B. Hasil Penelitian ... 52

C. Pembahasan ... 78

BAB V KESIMPULAN, SARAN A. Kesimpulan ... 83

B. Implikasi ... 84

C. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... xiii

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(14)

x Table 3.2 : Progres Kegiatan Penelitian Tabel 3.3 : Kisi-kisi Pedoman Wawancara

Tabel 4.1 : Jumlah Penduduk Kelurahan Bambu Apus Tabel 4.2 : Karakteristik Informan

(15)

xi

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota Tangerang Selatan yang terus meningkat disertai dengan peningkatan kualitas dan kuantitas kegiatan masyarakat sehari-hari akan memberi pengaruh bagi lingkungan di sekitarnya.

Seperti akan bertambahnya jumlah sampah di masyarakat akan menimbulkan banyak masalah di masyarakat, oleh karena itu masyarakat harus tetap menjaga lingkungan agar terasa nyaman dan sejuk.

Ada berbagai definisi sampah diantaranya yaitu, sampah dapat didefinisikan sebagai suatu benda yang tidak digunakan atau tidak dikehendaki dan harus dibuang, yang dihasilkan oleh kegiatan manusia.1

Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah menjelaskan bahwa Sampah adalah “sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat”. 2

Jadi sampah menjadi suatu permasalahan yang sangat memerlukan perhatian bagi kota, sampah yang tidak ditangani dengan serius pasti akan terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan penduduk. Sampah yang terus meningkat terjadi tiap tahun itu bisa memperpendek penggunaan lahan TPA dan dapat membawa dampak pada pencemaran lingkungan, baik air, tanah, maupun udara.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ni Komang Ayu Artiningsih yang berjudul Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus Di Sampangan Dan Jomblang, Kota Semarang, bahwa pengelolaan sampah rumah tangga yang berbasis masyarakat di Sampangan dan Jomblang dapat mereduksi timbulan sampah yang dibuang ke TPA,

(17)

namun belum optimal dilaksanakan baik dalam pemilahan dan atau dalam pengomposan karena keterbatasan sarana dan prasarana.3

Tempat pembuangan akhir sampah (TPAS) yang ada di kota Tangerang Selatan bernama TPA Cipeucang yang terletak di Desa Keranggan Kecamatan Setu. Saat ini TPA Cipeucang memiliki luas lahan 5,6 hektare dengan menampung 150 ton sampah per hari yang kondisi saat ini melebihi kapasitas.4 Semua penduduk Kota Tangerang Selatan yang terdiri dari 7 Kecamatan yaitu, Setu, Serpong, Ciputat, Ciputat Timur, Pondok Aren, Serpong Utara dan Pamulang membuang sampahnya ke TPA Cipeucang, tetapi tidak saat ini banyak tempat-tempat pengolahan sampah terpadu yang ada di Kota Tangerang Selatan.

Konsep pengelolaan sampah terpadu merupakan cara terbaik untuk mengolah sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse, dan recycle). Sebelum diolah, jenis sampah dipilah antara yang bisa digunakan lagi dan yang benar-benar dibuang. Kota Tangerang Selatan sudah memiliki 41 Tempat Pengolahan Sampah 3R (reduce, reuse, dan recycle) yang sudah tersebar setiap kelurahan yang salah satunya terdapat di Kelurahan Bambu Apus Kecamatan Pamulang.5

Warga di Kelurahan Bambu Apus memilki tempat pengolahan sampah 3R yang bernama Vipa Mas yang pada awalnya hanya tempat pembuangan sampah liar, para warga RW 06 berinisiatif untuk membersihkan sampah-sampah yang mengganggu di lingkungan rumah mereka dengan cara mengolah sampah dan membuat lembaga swadaya masyarakat yang dibentuk tahun 2011 sebagai salah satu syarat untuk mendirikan tempat pengolahan sampah di RW 06.

3

Ni Komang Ayu Artiningsih, “Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus Di Sampangan Dan Jomblang, Kota Semarang”, Tesis pada Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang, Semarang, 2008, h. 7.

4Hambali, “TPA Ciepucang Tangsel Akan diperluas”, http://news.okezone.com/read/2015/08/26/338/1202564/tpa-cipeucang-tangsel-akan-diperluas, di akeses 17 September 2015 Pukul 12.20 WIB

(18)

Menurut bapak Tarmizi selaku pengurus Tempat Pengolahan Sampah 3R

(reduce, reuse, dan recycle) sumber sampah yang berada di TPS 3R Vipa

Mas kini berasal dari 3 RW yaitu RW 06, 07 dan 04 dengan jumlah 587 rumah. Upaya yang dilakukan oleh warga Kelurahan Bambu Apus antara lain dengan cara memilah sampah yang dihasilkan oleh warga di daerah tersebut. Sampah dipilah bedasarkan sifatnya, yaitu sampah organik yang mudah diuraikan melalui proses alami, dan sampah anorganik yang tidak dapat diurai oleh alam. Sampah organik tidak menjadi masalah jika dibuang di alam.

Sedangkan sampah anorganik yang tidak dapat diuraikan secara alami inilah yang kemudian berusaha diolah kembali oleh warga setempat agar menghasilkan suatu barang yang memiliki nilai guna. Namun, sampah organik yang bisa diuraikan secara alami bukan berarti tidak memiliki nilai guna apapun dan hanya bisa dibuang begitu saja. Sampah organik juga bisa diolah agar menghasilkan sesuatu yang lebih berguna dan bernilai ekonomis seperti kompos dan makanan ternak.

Konsep pengolahan sampah berbasis masyarakat sendiri harus disertai dengan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dalam hal ini adalah menjadikan masyarakat agar memiliki daya atau kekuatan untuk dapat mengelola sampah agar menjadi sesuatu yang berguna dan bernilai jual.

Warga Kelurahan Bambu Apus juga memiliki bank sampah yang menghasilkan suatu karya dari sampah non organik seperti kertas dan plastik yang memiliki nilai jual dan berguna namun belum maksimal. Adapun pengolahan sampah organik seperti sampah basah dan sampah dapur diolah menggunakan mesin juga menghasilkan kompos yang baru saja berjalan 1 tahun.

(19)

Sesuai Undang-Undangan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Pasal-1, menjelaskan bahwa lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup lain.6

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.7

Dari kedua teori di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan tidak dapat dipisahkan dengan manusia yang ada didalamnya yang saling berkaitan satu sama lain dan kodratnya manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia membentuk kelompok-kelompok sosial agar bisa mempertahankan hidupnya, kemudian dalam kelompok itulah menghasil interaksi sosial yang melahirkan sesuatu yang dinamakan lingkungan sosial.

Lingkungan sosial adalah keterkaitan antara seluruh komponen yang terdapat dalam lingkungan hidup, bukan semata-mata interaksi sosial an sich beserta pranata, simbol, nilai dan normanya saja tetapi juga kaitannya dengan unsur-unsur lingkungan hidup lainnya, alam dan lingkungan binaan atau buatan.8

Dalam hal sampah dan lingkungan sosial ekonomi sangat berkaitan juga satu dengan yang lainnya, karena sampah dapat menghasilkan nilai ekonomis yang menjadi suatu penghasilan masyarakat dan tentu berdampak baik bagi lingkungan yaitu berkurangnya jumlah sampah.

Masalah sampah dalam lingkungan mutlak harus ditangani secara bersama-sama dari pihak masyarakat ataupun pemerintah setempat. Dari beberapa permasalahan sampah tersebut, oleh karena itu penting untuk dilakukan penelitian mengenai Dampak Keberadaan Tempat Pengolahan

6 HR. Mulyanto, Ilmu Lingkungan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 1. 7 Karden Eddy, Pengelolaan Lingkungan Hidup, h. 31.

(20)

Sampah 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) Vipa Mas Terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah dapat di identifikasi sebagai berikut:

1. Lebihnya kapasitas di TPA Cipeucang (Pengelolaan sampah yang dilakukan masih kurang efektif)

2. Adanya keluhan masyarakat sekitar tentang pengolahan menggunakan mesin

3. Masih minimnya masyarakat dalam mengolah sampah menggunakan prinsip 3R (reduce, reuse, dan recycle).

C. Pembatasan Masalah

Keterbatasan peneliti dalam waktu, tenaga dan biaya, serta untuk memudahkan pembahasan skripsi ini, menjaga agar penelitian lebih fokus dan terarah, tidak menimbulkan keraguan dan salah penafsiran, maka diperlukan adanya pembatasan masalah, oleh karena itu penelitian dibatasi pada “Dampak Keberadaan TPS 3R Vipa Mas Terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat di Kelurahan Bambu Apus”

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka pertanyaan peneliti dinyatakan sebagai berikut:

(21)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka penelitian ini mempunyai tujuan, diantaranya :

Untuk mengetahui dampak keberadaan TPS 3R (reduce, reuse, dan

recycle) Vipa Mas terhadap lingkungan sosial ekonomi masyarakat di

Kelurahan Bambu Apus Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini ini dapat memberi sumbangan yang dapat berharga pada perkembangan ilmu Geografi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah khususnya, dan mahasiswa universitas lain pada umumnya, terutama untuk meningkatkan pemahaman dibidang lingkungan dan sampah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengalaman ilmu dibidang lingkungan, Sosiologi - Antropologi, dan Geografi Lingkungan.

b. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan memberikan informasi bahwa lingkungan sangat berperan penting dalam kelangsungan hidup dan memberikan motivasi untuk bersimpati dan berpartisipasi dalam mencegah dampak dari sampah dan sadar terhadap kepedulian lingkungan.

c. Bagi Lembaga Pemerintahan, diharapkan penelitian ini memberikan rekomendasi untuk kepentingan pemerintahan.

(22)

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Sampah

1. Definisi Sampah

Sampah pada dasarnya suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam.

Sampah dapat didefinisikan sebagai suatu benda yang tidak digunakan atau tidak dikehendaki dan harus dibuang, yang dihasilkan oleh kegiatan manusia.1

Adapun menurut Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah menjelaskan bahwa “Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat”.2

WHO (World Health Organization) juga mendefinisikan tentang sampah sebagai berikut sampah adalah “sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya”.3

Definisi sampah menurut Tchobanoglous dalam Soekmana Soma, sampah adalah “semua jenis bahan buangan baik yang berasal dari manusia atau binatang yang biasanya berbentuk padat”.4

Berdasarkan definisi sampah di atas maka dapat dikatakan bahwa sampah adalah bahan-bahan hasil dari kegiatan manusia atau binatang yang tidak digunakan lagi dan umumnya berupa benda padat, baik yang membusuk maupun yang tidak mudah membusuk, kecuali kotoran yang keluar dari tubuh manusia, yang ditinjau dari segi keindahan dapat mengganggu dan

1 Karden Eddy, Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Jakarta: Djambatan, 2009), h. 67. 2 Perundangan Tentang Lingkungan Hidup, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2010), h. 59. 3 Budiman Chandra, Pengantar Kesehatan Lingkungan, (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2005), h. 111.

(23)

mengurangi nilai estetika dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian lingkungan.

2. Sumber Sampah

Sampah yang dihasilkan oleh masyarakat tentu memiliki sumber yang berbeda menurut Gilbert dalam Artiningsih, sumber-sumber timbulan sampah adalah sebagai berikut :

a.Sampah dari pemukiman penduduk.

Pada suatu pemukiman biasanya sampah dihasilkan oleh suatu keluarga yang tinggal disuatu bangunan atau asrama. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya cendrung organik, seperti sisa makanan atau sampah yang bersifat basah, kering, abu plastik dan lainnya.

b. Sampah dari tempat – tempat umum dan perdagangan.

Tempat- tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul dan melakukan kegiatan. Tempat – tempat tersebut mempunyai potensi yang cukup besar dalam memproduksi sampah termasuk tempat perdagangan seperti pertokoan dan pasar. Jenis sampah yang dihasilkan umumnya berupa sisa – sisa makanan, sampah kering, abu, plastik, kertas, dan kaleng- kaleng serta sampah lainnya.

c. Sampah dari sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah.

Yang dimaksud di sini misalnya tempat hiburan umum, pantai, masjid, rumah sakit, bioskop, perkantoran, dan sarana pemerintah lainnya yang menghasilkan sampah kering dan sampah basah.

d. Sampah dari industri.

(24)

e. Sampah Pertanian.

Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang daerah pertanian, misalnya sampah dari kebun, kandang, ladang atau sawah yang dihasilkan berupa bahan makanan pupuk maupun bahan pembasmi serangga tanaman.5

Jadi dapat disimpulkan bahwa sampah bersumber dari banyak kegiatan masyarakat seperti kegiatan industri, pertanian, tempat wisata dan lain sebagainya, dari sumber-sumber sampah inilah menghasilkan jenis-jenis sampah yang berbeda pula.

3. Jenis Sampah

Dari berbagai sumber sampah yang ada di masyarakat maka jenis sampahnya pun beragam, berdasarkan jenis khususnya sampah padat dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Sampah organik merupakan jenis sampah yang terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lainnya. Sampah ini dengan mudah diuraikan dengan proses alami. Contohnya daun-daun kering, kayu, sayur-sayuran busuk, buah-buahan busuk, dan jenis lain yang mudah diuraikan dengan proses alami dan dapat dijadikan kompos.

b. Sampah anorganik merupakan jenis sampah yang berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi atau dihasilkan dari proses industri. Beberapa bahan seperti ini tidak terdapat di alam, yaitu plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian yang lain hanya diuraikan secara lambat. Sampah

(25)

jenis ini pada tingkat rumah tangga berupa: botol, botol plastik, tas plastik, kaleng, dan kaca.6

4. Bentuk Sampah

Begitupun dengan bentuk sampah berdasarkan bentuknya, sampah digolongkan kepada tiga kelompok besar, yaitu :

a. Sampah padat, yaitu sampah yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan,kotoran ataupun benda-benda lain yang bentuknya padat.

b. Sampah cair, yaitu sampah yang berasal dari buangan pabrik, industri, pertanian, perikanan, peternakan ataupun manusia yang berbentuk cair, missal air buangan, air seni, dan sebagainya.

c. Sampah gas, yaitu sampah yang berasal dari knalpot kendaraan bermotor, cerobong pabrik, dan sebagainya yang kesemuanya berbentuk gas atau asap.7

5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Jumlah Sampah

Sampah memang suatu hal yang tidak bisa dipisahkan dengan manusia sebagai penghasilnya, maka berikut beberapa faktor yang dapat memengaruhi jumlah sampah:

a. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk bergantung pada aktivitas dan kepadatan penduduk. Semakin padat penduduk, sampah semakin menumpuk karena tempat menampung sampah kurang. Semakin meningkat aktivitas penduduk, sampah yang dihasilkan semakin banyak, misalnya pada aktivitas pembangunan, perdagangan, industri, dan sebagainya. Oleh karena itu jumlah penduduk

6Mayun Nadiasa, Dewa Ketut Sudarsana, dan I Nyoman Yasmara, Manajemen Pengangkutan Sampah Di Kota Amlapura, Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 13, No. 2, Juli 2009, h. 122.

(26)

sangat memengaruhi jumlah sampah yang ada dan setiap tahunnya pasti pertumbuhan penduduk suatu kota meningkat. b. Sistem pengumpulan atau pembuangan sampah yang dipakai.

Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak lebih lambat jika dengan dibandingkan dengan truk. Hal ini faktor yang sangat penting juga, karena apabila sampah tidak diangkut dengan cepat, sampah pasti akan terus menumpuk.

c. Pengambilan bahan-bahan yang ada pada sampah untuk dipakai kembali.

Metode itu dilakukan karena bahan tersebut masih memiliki nilai ekonomi bagi golongan tertentu. Frekuensi pengambilan dipengaruhi oleh keadaan, jika harganya tinggi, sampah yang tertinggal sedikit. Pengambilan bahan-bahan ini juga faktor yang sangat penting karena bisa mengurangi timbunan sampah di tempat pembuangan akhir.

d. Faktor geografis.

Lokasi tempat pembuangan apakah di daerah pegunungan, lembah, pantai, atau di daratan rendah, karena lokasi pembuangan sampah yang ideal itu tidak mengganggu aktifitas dalam masyarakat.

e. Faktor waktu.

Bergantung pada faktor harian, mingguan, bulanan, atau tahunan. Jumlah sampah per hari bervariasi menurut waktu. Contoh, jumlah sampah pada siang hari lebih banyak daripada jumlah di pagi hari, sedangkan sampah di daerah perdesaan tidak begitu bergantung pada faktor waktu.

f. Faktor sosial ekonomi dan budaya.

Contoh, adat istiadat dan taraf hidup dan mental masyarakat.. g. Faktor musim.

(27)

h. Kebisaan masyarakat.

Contoh, jika seseorang suka mengonsumsi satu jenis makanan atau tanaman sampah makanan itu akan meningkat. Kebiasaan dalam masyarakat itu sulit untuk dihilangkan, maka dari itu faktor ini juga memengaruhi peningkatan jumlah sampah.

i. Kemajuan teknologi.

Akibat kemajuan teknologi, jumlah sampah dapat meningkat. Contoh plastik, kardus, rongsokan, AC, TV, kulkas, dan sebagainya. Itu semua akan memberikan dampak bertambahnya jumlah sampah.

j. Jenis sampah.

Makin maju tingkat kebudayaan suatu masyarakat, semakin kompleks. Karena apapun yang telah dipakai oleh masyarakat akan menjadi sampah.8

B. Konsep Persampahan 3R (reduce, reuse, recycle)

Kota Tangerang Selatan memiliki salah satu program untuk mengurangi beban sampah yang akan dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Cipeucang yaitu dengan cara membangun TPS 3R di setiap kelurahan.

Menurut Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Cipta Karya, dalam Dinas Kebersihan Pertanaman dan Pemakaman Kota Tangerang Selatan, pengertian pengelolaan sampah 3R secara umum adalah upaya untuk mengurangi sampah sejak dari sumbernya, melalui program mengurangi

(Reduce), menggunakan kembali (Reuse), dan mendaur ulang (Recycle).

1. Reduce atau reduksi sampah yaitu mengurangi segala sesuatu yang

menyebabkan timbulnya sampah di lingkungan sumber bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah dihasilkan. Setiap sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah dengan cara merubah pola hidup konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari yang boros dan

(28)

menghasilkan banyak sampah menjadi hematefisien dan sedikit sampah.

2. Reuse berarti menggunakan kembali bahan atau material agar tidak

menjadi sampah (tanpa melalui proses pengelolaan), menggunakan kertas bolak-balik, menggunakan kembali botol bekas seperti minuman untuk tempat air, mengisi kaleng susu dengan susu isi ulang (refill) menggunakan kembali wadah kantong yang dapat digunakan berulang-ulang, menggunakan baterai yang dapat discharge kembali dan lain-lain.

3. Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna

(sampah) menjadi bahan lain setelah melalui proses pengelolaan seperti sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki, dan sebagainya atau mengolah botol atau plastik bekas menjadi biji plastik untuk dicetak kembali menjadi ember, hanger, pot dan sebagainya serta mengolah kertas bekas menjadi bubur kertas dan kembali dicetak menjadi kertas dengan kualitas lebih rendah, sampah basah yang dapat diolah menjadi kompos dan lain-lain.9

C. Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah yang masih kurang maksimal di beberapa kota yang ada Indonesia ini membuat pemerintah mengeluarkan Pasal 1 Ayat 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah menjelaskan bahwa “Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah”.10

Pengelolaan sampah adalah “sebuah upaya komprehensif menangani sampah-sampah yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia”.11

9Dinas Kebersihan Pertanaman dan Pemakaman Kota Tangerang Selatan, Tempat Pengolahan Sampah 3R (TPS 3R) Berbasis Masyarakat, h. 1

(29)

Pengelolaan persampahan didefinisikan sebagai kontrol terhadap timbulan sampah, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, proses, dan pembuangan akhir sampah.12

Menurut Sudrajat, Model pengelolaan sampah di Indonesia ada dua macam, yaitu Urugan dan tumpukan. Urugan atau model buang dan pergi merupakan cara yang paling sederhana dengan membuang sampah di lembah atau cekungan tanpa memberikan perlakuan, umumnya dilakukan untuk kota yang menghasilkan volume sampah tidak terlalu besar. Pengelolaan sampah yang kedua yang biasanya diterapkan di kota besar, yaitu tumpukan yang perlu dilakukan secara lengkap dengan teknologi aerobic yang memenuhi prasyarat kesehatan lingkungan.13

Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir, adapun kegiatan pengelolaan sampah meliputi:

1) Penimbulan sampah (solid wasre generated)

Pada dasarnya sampah itu tidak diproduksi, tetapi ditimbulkan. Oleh karena itu dalam menentukan metode penanganan yang tepat, penentuan besarnya timbulan sampah sangat ditentukan oleh jumlah pelaku dan jenis kegiatannya. Jumlah penduduk merupakan pelaku yang menimbulkan sampah itu sendiri.

2) Penanganan di tempat (on site handling)

Adapun yang dimaksud dengan penanganan sampah di tempat atau pada sumbernya adalah semua perlakuan terhadap sampah yang dilakukan sebelum sampah ditempatkan di lokasi tempat pembuangan. Kegiatan tahap ini bervariasi antara lain pemilahan, pemanfaatan kembali, dan daur ulang. Tujuan dari kegiatan ini untuk mengurangi besarnya jumlah sampah.

3) Pengumpulan (collecting)

Pengumpulan ini merupakan tindakan pengumpulan sampah dari sumbernya menuju ke TPS dengan menggunakan gerobak dorong atau

12 Mayun Nadiasa, Dewa Ketut Sudarsana, dan I Nyoman Yasmara, Manajemen Pengangkutan Sampah Di Kota Amlapura, h. 123.

(30)

mobil pick-up khusus sampah. Sumber sampah merupakan dari warga atau masyarakat di sekitar TPS.

4) Pengangkutan (transfer/transport)

Pengangkutan merupakan usaha pemindahan sampah dari TPS menuju TPA dengan menggunakan truk sampah. Itulah proses pemindahan sampah-sampah dari sumbernya yaitu warga/masyarakat.

5) Pengolahan (treatment)

Sampah dapat diolah tergantung pada jenis dan komposisinya. Berbagai alternatif yang tersedia dalam proses pengolahan sampah di antaranya adalah sebagai berikut:

a) Transformasi fisik, meliputi pemisahan sampah dan pemadatan yang bertujuan untuk mempermudah penyimpanan dan pengangkutan.

b)Pembakaran (incinerate), merupakan teknik pengolahan sampah yang dapat mengubah sampah menjadi bentuk gas.

c) Pembuatan kompos (composting), yaitu mengubah sampah melalui proses mikrobiologi menjadi produk lain yang dapat dipergunakan. Output dari proses ini adalah kompos dan gas bio.

d)Energy recovery, yaitu transformasi sampah menjadi energi, baik

energi panas maupun energi listrik.14 6) Pembuangan akhir

Pembuangan akhir sampah harus memenuhi syarat kesehatan dan kelestarian lingkungan. Ada dua teknik yang bisa dilakukan di tempat pembuangan akhir, pertama yaitu open dumping, yaitu sampah yang ada hanya ditempatkan begitu saja hingga kapasitasnya tidak lagi terpenuhi, namun teknik ini sudah jarang dilakukan karena mengganggu masyarakat sekitarnya. Kedua yaitu teknik sanitary landfill, yaitu pada lokasi TPA dilakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mengolah timbunan sampah. Sedangkan sanitary landfill menurut Karden Eddy

(31)

adalah pembuangan sampah di TPA yang diikuti dengan penimbunan sampah dengan tanah.15

D. Dampak Sampah

Dampak dapat bersifat positif maupun negatif, akan tetapi kebanyakan orang lebih memeperhatikan dampak negatif daripada dampak positif. Menurut Otto dalam Jean Anggraini, Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas.16

Adapun dampak sampah terhadap manusia dan lingkungan menurut Gilbert dalam Indra Yones yaitu:

1. Dampak terhadap Kesehatan

Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:

a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic

fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang

pengelolaan sampahnya kurang memadai.

b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit). c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah

satu contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.

15 Karden Eddy, Pengelolaan Lingkungan Hidup, h. 70.

16 Jean Anggraini, “Dampak Bank Sampah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat dan

(32)

d. Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.

2. Dampak terhadap Lingkungan

Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.

3. Dampak terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi

Dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.

b. Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.

c. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat. Hal penting di sini adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas).

d. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain.

(33)

sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.17

Selain itu juga sampah memiliki dampak positif seperti yang diungkapkan Asti Yunita, adapun dampak positif sampah apabila dikelola secara optimal antara lain:

a.Sampah dapat dipakai untuk menimbun tanah.

b.Dapat digunakan untuk pupuk sebagai penyubur tanah dan mempercepat pertumbuhan tanaman.

c.Dapat digunakan sebagai pakan ternak.

d.Dapat dimanfaatkan kembali setelah didaur ulang.

e.Gas-gas yang dihasilkan mempunyai nilai ekonomi karena dapat dikonversi menjadi tenaga listrik.

f. Proses pengolahan sampah dapat membuka lapangan kerja.18

Jadi dapat disimpulkan bahwa sampah memiliki begitu banyak dampak, dampak positif maupun dampak negatif yang masing-masing memiliki solusi apabila semua dilakukan dengan pegelolaan yang optimal.

E. Lingkungan Sosial dan Ekonomi Masyarakat

1. Lingkungan Sosial

Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa hidup seorang diri begitupun lingkungan dan masyarakat adalah suatu hal yang tidak bisa dipisahkan. Penggunaan istilah lingkungan sering kali digunakan secara bergantian dengan istilah lingkungan hidup meskipun secara harfiah dapat dibedakan, tetapi umumnya digunakan dengan makna yang sama.

17Indra Yones, “Kajian Pengelolaan Sampah di Kota Ranai Ibu Kota Kabupaten Natuna

Propinsi Kepulauan Riau” Tesis pada Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang, Semarang, 2007, h. 41-42.

(34)

Lingkungan secara umum dapat diartikan sebagai hubungan antara suatu obyek (entity) dengan sekitarnya yang bersifat aktif maupun pasif, dinamis ataupun statis.19

Lingkungan yang bersifat aktif tentu di dalamnya terdapat manusia yang juga sesuai UU RI No. 23 1997 Bab 1 pasal 1: Lingkungan hidup adalah “kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.”20

Ternyata tidak hanya manusia saja yang hidup dalam suatu lingkungan juga ada jasad-jasad hidup lainnya seperti yang diungkapkan Munadjat Danusaputro dalam Muahammad Akib, lingkungan hidup adalah semua benda dan daya serta kondisi, termasuk didalamnya manusia dan tingkah-perbuatannya, yang terdapat dalam ruang di mana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad-jasad hidup lainnya.21

Sementara menurut Otto Soemarwoto dalam Muhammad Akib, lingkungan hidup diartikan sebagai ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan benda hidup dan tak hidup di dalamnya.22

Apabila diperhatikan dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan tidak lain adalah ruang di mana baik makhluk hidup maupun tak hidup berada dalam satu kesatuan.

Sosial menurut Soekanto dalam Dadang “berkenaan dengan perilaku interpersonal, atau berkaitan dengan proses-proses sosial”.23

Sedangkan menurut Shadily dalam Ricky, sosial berasal dari bahasa Inggris yaitu society, asal katanya socious yang berarti kawan, perkataan society dalam arti umum diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan masyarakat, yaitu suatu badan atau

19 Djauhari Noor, Geologi Lingkungan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), h. 5. 20 Eva Banowati, Geografi Sosial,(Yogyakarta: Ombak, 2013), h. 42.

21 Muhammad Akib, Hukum Lingkungan Perspektif Global dan Nasoinal, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 1

(35)

kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai anggota masyarakat, yang biasanya dianggap sebagai suatu golongan, terbagi-bagi dalam berbagai kelas menurut kedudukan dalam masyarakat itu.24

Dapat disimpulkan bahwa sosial adalah masyarakat yang berkumpul yang hidup bersama dan memiliki proses-proses sosial.

Lingkungan sosial yaitu berupa kultur, adat-istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama, sikap, standar dan gaya hidup, pekerjaan, kehidupan kemasyarakatan, organisasi sosial dan politik.25

Lingkungan sosial adalah keterkaitan antara seluruh komponen yang terdapat dalam lingkungan hidup, bukan semata-mata interaksi sosial an sich beserta pranata, simbol, nilai dan normanya saja tetapi juga kaitannya dengan unsur-unsur lingkungan hidup lainnya, alam dan lingkungan binaan/buatan.26

Jadi lingkungan sosial adalah satu kesatuan manusia berkelompok yang disebut masyarakat yang memiliki aktifitas interaksi yang didalammya terdapat adat istiadat, agama , norma dan sebagainya.

2. Ekonomi Masyarakat

Ekonomi atau Economic dalam beberapa litertur ekonomi disebutkan berasal dari bahasa Yunani yaitu kata oikos atau oiku dan Nomos yang berarti aturan rumah tangga, dan secara umum mengandung pengertian usaha manusia.27

24 Ricky Pratama Putra, “Kondisi Sosial Ekonomi Dalam Perubahan Status Kota Tangerang Selatan”, Skripsi Pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013, h. 9.

25 Karden Eddy, Pengelolaan Lingkungan Hidup, h. 10.

26 Jonny Purba, Pengelolaan Lingkungan Sosial, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 14.

(36)

Ilmu ekonomi “mempelajari perilaku individu dan masyarakat dalam menentukan pilihan untuk menggunakan sumber daya-sumber daya yang langka (dengan dan tanpa uang), dalam upaya meningkatkan hidupnya”.28

Menurut Paul Anthony Samuelson dalam Apridar, Ilmu Ekonomi adalah studi tentang manusia dalam kegiatan hidup mereka sehari-hari untuk mendapat dan menikmati kehidupan.29

Ilmu yang mempelajari bagaimana tiap rumah tangga atau masyarakat mengelola sumber daya yang mereka miliki untuk memenuhi kebutuhan mereka disebut ilmu ekonomi.30

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana agar warganya dapat saling berinteraksi.31

Masyarakat adalah kumpulan manusia yang hidup dalam suatu daerah tertentu yang telah cukup lama, yang mempunyai aturan-aturan yang mengatur mereka, untuk menuju kepada tujuan yang sama.32

Menurut Bungin dalam Putri Ekasari dan Arya Hadi Dharmawan Masyarakat adalah kelompok-kelompok orang yang menempati sebuah wilayah (teritorial) tertentu, yang hidup dalam waktu relatif lama, saling berkomunikasi, memiliki simbol-simbol dan aturan tertentu serta sistem hukum yang mengontrol tindakan anggota masyarakat, memiliki sistem stratifikasi, sadar sebagai bagian dari anggota masyarakat tersebut, serta relatif dapat menghidupi dirinya sendiri.33

Jadi dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ekonomi masyarakat adalah suatu usaha manusia yang saling berinteraksi dan

28 Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi: Mikroekonomi dan Makroekonomi, ed 3, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2008) h. 1.

29 Apridar, Teori Ekonomi: Sejarah dan perkembangannya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h. 5.

30 Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 2. 31 Koentjaraningrat, Ilmu Antropologi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), h. 116. 32 Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 53.

(37)

memiliki aturan-aturan atau sistem hukum dalam meningkatkan kehidupan yang lebih baik. Dan lingkungan sosial dan ekonomi masyarakat tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, karena saling berkaitan dan dapat disimpulkan lingkungan sosial ekonomi masyarakat adalah suatu hubungan kegiatan masyarakat yang didalamnya terdapat interaksi sosial dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya untuk kesejahteraan yang lebih baik.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi menurut Sukirno dalam Bambang yaitu:

a. Tanah dan kekayaan alam lain

Kekayaan alam akan mempermudah usaha untuk membangun perekonomian suatu negara, terutama pada masa-masa permulaan dari proses pertumbuhan ekonomi.

b. Jumlah dan mutu penduduk dan tenaga kerja

Penduduk yang bertambah akan mendorong maupun menghambat pertumbuhan ekonomi. Akibat buruk dari pertambahan penduduk kepada pertumbuhan ekonomi dapat terjadi ketika jumlah penduduk tidak sebanding dengan faktor-faktor produksi yang tersedia.

c. Barang-barang modal dan tingkat teknologi

Barang-barang modal penting artinya dalam mempertinggi efisiensi pertumbuhan ekonomi, barang-barang modal yang sangat bertambah jumlahnya dan teknologi yang telah menjadi bertambah modern memegang peranan yang penting dalam mewujudkan kemajuan ekonomi yang tinggi.

d. Sistem sosial dan sikap masyarakat

(38)

e. Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan

Adam Smith telah menunjukkan bahwa spesialisasi dibatasi oleh luasnya pasar, dan spesialisasi yang terbatas membatasi pertumbuhan ekonomi.34

F. Hasil Penelitian yang Relevan

1 Dalam penelitian Ni Ayu Komang Artiningsih. Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus Di Sampangan dan Jomblang, Kota Semarang). Tesis. Universitas Diponegoro. 2008. Adapun rumusan masalahnya yaitu a) Bagaimana proses perencanaan pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat yang telah berjalan di wilayah Sampangan dan wilayah Jomblang? b) Apa tantangan dan peluang dalam pengelolaan sampah rumah tangga yang berbasis masyarakat yang telah berjalan di wilayah Sampangan dan wilayah Jomblang? c). Seberapa besar kontribusi dalam mengurangi jumlah sampah di Sampangan dan Jomblang?. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud mendeskripsikan fenomena yang terjadi dilokasi penelitian. Teknik pengumpulan data meliputi wawancara, kuesioner, observasi dan dokumentasi, sedangkan analisis data menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga yang berbasis masyarakat di Sampangan dan Jomblang dapat mereduksi timbulan sampah yang dibuang ke TPA, namun belum optimal dilaksanakan baik dalam pemilahan dan atau dalam pengomposan karena keterbatasan sarana dan prasarana. Komposisi timbulan sampah di Jomblang terdiri dari: sampah organic 50.75%, plastik 17.14%, kertas 19.42%, kaca/logam 12,70%, sedangkan di Sampangan terdiri dari: sampah organik 49.52%, Plastik 18.06%, kertas 19.29%, kaca/logam 12,52 %. Sampah organik yang dimanfaatkan menjadi kompos akan mengurangi timbulan sampah

34Bambang Prishardoyo, “Analisis Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Dan Potensi Ekonomi

(39)

maupun mengurangi beban lingkungan, sedangkan hasil pemilahan selain dapat mengurangi timbulan sampah juga dapat dijual atau dikelola sehingga dapat menambah pendapatan. Saran berdasarkan hasil penelitian dapat diberikan sebagai berikut: (1) Pemerintah perlu lebih banyak mengadakan sosialisasi tentang pengelolaan sampah. (2) Pengelolaan sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle), dimana pengurus APL diharapkan dapat menyisihkan keuntungan untuk membantu penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan warga dalam mengelola sampah. (3) Pengurus APL (Alam Pesona Lestari) seyogyanya dapat memfasilitasi warga dalam pemasaran kompos yang sudah jadi sehinga dapat menambah pendapatan.35

2 Dalam penelitian Yohanes Nanda Setiawan. Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat dengan Program 3R Reduce, Reuse, Recycle (Suatu Studi Evaluasi Tentang Pengelolaan Sampah Berdasarkan Peraturan Menteri Pu No.21/Prt/M/2006 Di Kelurahan Jember Kidul, Kebonsari, Jember Lor, Kabupaten Jember). Skripsi. Universitas Jember. 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan pengelolaan sampah program 3R di eks kotatif Jember oleh Dinas PU Cipta Karya dengan suatu studi evaluasi program. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Lokasi penelitian ini berada di Dinas PU Cipta Karya dan di daerah percontohan eks kotatif Jember. Fokus penelitian ini menggunakan metode teknologi program 3R dalam petunjuk pelaksanaan DAK Sub Bidang Sanitasi untuk pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Untuk metode pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah dari Miles dan Huberman yang meliputi tiga alur kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian yaitu untuk sistem pewadahan,pengkomposan dan daur

(40)

ulang sampah skala rumah tangga dikatakan tepat tetapi untuk di sinkronkan dengan juklak dari kementerian pekerjaan umum masih belum terlaksana secara keseluruhan karena masyarakat hanya melakukan metode tersebut sepengertian mereka dan tidak pernah tahu tentang standarisasi dalam metode pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang keluarkan oleh PU dalam juklaknya. Sedangkan untuk bantuan alat mesin pencacah sampah organik bagi warga untuk melaksanakan metode pengkomposan terlihat tidak berjalan semestinya atau dapat dikatakan tidak tepat sasaran bagi penerima bantuan tersebut.36

3 Dalam penelitian Siti Khoiriyah. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah 3R di Rw. II,III, dan V Kelurahan Sampangan Kota Semarang. Skripsi. Universitas Diponegoro. 2012. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah dan faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam pengelolaan sampah sistem 3R di Kelurahan Sampangan. Metode penelitian yang dilakukan dengan menggunakan yaitu metode kuantitatif. Adapun teknik analisis yang diigunakan berupa deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua teknik, yaitu teknik primer meliputi kuisioner, wawancara, observasi dan dokumentasi, sedangkan teknik sekunder dilakukan dengan survey ke instansi-instansi terkait. Metode penentuan sampel dengan Stratified Proporsional Random Sampling dengan menganggap semua subjek sama jadi diambil secara acak dengan data 66 responden untuk mengetahui karakteristik masyarakat dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah 3R. Data yang didapat kemudian diolah menggunakan analisis deskriptif crosstab untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel yang diujikan dalam penelitian . Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa faktor usia, jenis kelamin, pendidikan,

36 Yohanes Nanda Setiawan, “Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Dengan Program 3r Reduce, Reuse, Recycle (Suatu Studi Evaluasi Tentang Pengelolaan Sampah Berdasarkan Peraturan Menteri Pu No.21/Prt/M/2006 Di Kelurahan Jember Kidul, Kebonsari, Jember Lor,

(41)

pekerjaan, dan penghasilan ternyata hasilnya tidak semua faktor tersebut mempengaruhi di dalam melakukan pengelolaan sampah 3R. Rata-rata faktor mempunyai tingkat hubungan yang sedang. Faktor yang paling mempengaruhi di dalam pengelolaan sampah yaitu faktor pendidikan, karena pendidikan yang tinggi maka tingkat kepedulian masyarakat untuk ikut serta dalam pengelolaan sampah 3R juga akan semakin tinggi pula, begitu juga sebaliknya.37

4 Dalam penelitian Suzi Grace Hilda. Analisis Dampak Pengelolaan Sampah Di TPA Bakung Terhadap Kesehatan Mayarakat (Studi Kasus Warga Rt. 01, Lk 03, Tpa Bakung, Kecamatan Teluk Betung Barat Bandar Lampung). Skripsi. Universitas Lampung. 2013. secara umum penelitian ini bertujuan unutuk menganalisis dampak pengelolaan sampah di TPA terhadap kesehatan masyarakat. Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif dimana tekhnik penentuan informan menggunakan tekhnk sampel yang dilakukan dengan mengambil subyek secara sengaja, yaitu yang berkompeten dan memahami permasalahan. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan tekhnik observasi, dokumentasi dan interview. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif dengan cara mereduksi data, menyajikan dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian menyimpulkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bakung belum menggunakan sanitary landfill tetapi masih menggunakan open

dumping atau pembuangan terbuka dimana sampah hanya dihamparkan

pada satu lokasi dibiarkan terbuka tanpa pengamanan dan tindakan setelah lokasi tersebut penuh. Pembuangan sampah seperti ini sangat tidak maksimal. Pada awalnya pengelolaan sampah di TPA Bakung menggunakan system sanitary landfill namun pada kenyataannya tidak hal ini disebabkan karena berbagai kendala yaitu keterbatasan lahan untuk TPA, jumlah tenaga kerja, biaya yang dibutuhkan, terkendala dengan

37 Siti Khoiriya, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam

(42)

jumlah kendaraan serta kondisi peralatan yang telah tua,oleh karena itu system open dumping yang digunakan.Namun pengelolaan TPA dengan cara seperti itu belum sesuai dengan kaidah-kaidah yang ramah lingkungan. Hal ini memberikan dampak terhadap kesehatan masyarakat. Penyakit yang diderita yaitu penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan, diare, demam berdarah. Mengenai masalah tersebut pemerintah melakukan penanganan sampah dengan cara mendaur ulang sampah namun belum terealisasi.

Tabel 2.1

Penelitian yang relevan

No Nama Peneliti

Judul Persamaan Perbedaan

(43)

No Nama Peneliti

Judul Persamaan Perbedaan

(44)

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilakukan di Tempat Pengolahan Sampah (TPS 3R) Vipa Mas Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan.

Gambar 3.1

(45)

2. Waktu Penelitian

Secara keseluruhan penelitian ini dilakukan selama empat bulan yaitu mulai bulan September sampai bulan Desember 2016. Adapun rincian kegiatannya seperti terlihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1

B. Latar Penelitian (Setting)

Telah dipaparkan sebelumnya penelitian ini dilakukan di Tempat Pengolahan Sampah (TPS 3R) Vipa Mas Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, alasan memilih tempat ini di karenakan ada masyarakat terganggu oleh asap polusi dan suara mesin yang bising saat pengolahan sampah semua itu berdampak terhadap masyarakat. Sehingga penting untuk diteliti bagaimana hal ini bisa terjadi dan apa dampak dari hal tersebut.

(46)

C. Metode Penelitian

Penelitian Kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah.1

Metode penelitian kualitatif adalah meode penelitian yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), yaitu peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.2

Metode kualitatif ini sering disebut sebagai penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan dalam kondisi yang alamiah (natural setting). Selain itu disebut juga sebagai metode Etnografi karena pada awalnya, metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang Antropologi Budaya disebut sebagai metode kualitatif juga karena data yang terkumpul dan analisisnya bersifat kualitatif.3

Strauss dan Corbin dalam Afrizal juga mendifinisikan metode kualitatif sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.4

Berdasarkan tujuan penelitian kualitatif, maka prosedur sampling yang penting adalah bagaimana menemukan informasi kunci (key informant). Orientasi mengenai responden adalah bukan berapa jumlah masyarakat yang di jadikan responden tetapi apakah data yang terkumpul sudah mencukupi atau belum. Sementara itu, untuk model penelitiannya penulis menggunakan model grouded research.

(47)

ini juga berharap teori-teori mereka akhirnya akan berhubungan dengan teori-teori lainnya di dalam disiplin-disiplin yang mereka perhatikan dalam suatu cara kumulatif, dan bahwa teori tersebut akan memiliki implikasi yang bermanfaat.5

Dan adapun aspek-aspek alam grounded theory yaitu:

1) Tujuan penelitian adalah untuk menghasilkan sebuah teori

dengan menggunakan pendekatan “orientasi pengembangan”/

construct oriented (atau kategori)

2) Prosedur yang digunakan benar-benar didiskusikan dan sistematik

3) Peneliti menyajikan model visual, diagram berkode dari teori 4) Bahasa dan kesannya ilmiah dan objektif tapi berhubungan

dengan topic yang sensitive secara mencolok.6

Gambar 3.1 Proses Penelitian Grounded (Stuart A. Schlegel)7

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Kata populasi (population), juga disebut universum, universe dan

universe of discourse. Menurut Gregory (Djailani) secara lebih tajam

mengartikan populasi sebagai keseluruhan objek yang relevan dengan masalah yang diteliti.8 Sedangkan menurut Beni populasi merupakan keseluruhan sampel.9 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kelurahan Bambu Apus di Rw 06, 07 dan 04.

Konsep sampel dalam penelitian adalah bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili

5 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 192.

6Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Peneltian Kualitatif, h. 35.

7 Husaini Usman dan Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Ed. 2, Cet 1, h. 81.

(48)

populasinya secara representatif.10 Sedangkan menurut Sugioyono bahwa,

”sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut”.11

Sampel menurut Suharsimi Arikunto adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel adalah suatu prosedur pengambilan data dimana hanya sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan sampel apabila kita bermaksud untuk meng-generalisasikan hasil penelitian sampel.12

Subjek penelitian dalam pendekatan kualitatif dilakukan dengan teknik

purposive sampling, purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel

sumber data dengan pertimbangan tertentu misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguaa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti.13 Jadi sampel dari penelitian ini yaitu terdiri dari 9 masyarakat dari tiga kelurahan yaitu RW. 06, 07, dan 04.

E. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Sumber Data

Dalam penelitian ini menurut Beni Ahmad Saebani dan Kadar Nurjaman

bahwa ”pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta

fakta yang ditemukan pada saat penelitian dilapangan, oleh karena itu analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan

kemudian dapat dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori”.14

Data merupakan sebuah hal yang sangat penting dan menjadi dasar keabsahan atau

10Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Peneltian Kualitatif, h. 46. 11 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 117.

12 Suharsimi Akunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:PT Asdi Mahasatya, 2006), cet.13 h. 131.

13 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitataif, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 53-54.

(49)

kevalidan dan kekuatan dalam penelitian. Data merupakan bahan yang belum diolah atau dapat disebut juga bahan mentah yang berkaitan dengan fakta. Sumber dan jenis-jenis data terbagi menjadi :

a) Data primer, yaitu data dari penelitian yang langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer didapat melalui metode wawancara dan pengamatan langsung (observasi). Data primer penelitian ini diperoleh dari masyarakat di sekitar TPS 3R Vipa Mas. b) Data sekunder, merupakan rujukan yang akan dipergunakan untuk

analisa kajian referensi, literatur dan standarisasi yang menyangkut tentang dampak sampah terhadap masyarakat. Data sekunder penelitian ini adalah data yang diperoleh dari data monografi Kelurahan Bambu Apus, dan data tentang sampah diperoleh dari Dinas Kebersihan kota Tangerang Selatan.

2. Teknik dan Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data dapat dikumpulkan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Observasi

Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi atau pengamatan, langkah ini digunakan demi melengkapi data dengan cara survei langsung kemasyarakat lalu mengamati lingkungan masyarakat di sekitar TPS 3R Vipa Mas. Menurut Nasution dalam Sugiyono menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.15 Observasi adalah pengamatan dan

(50)

pencatatan sesuatu obyek dengan sistematika fenomena yang diselidiki.16

Observasi menurut Bungin adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit.17

Observasi ini dilakukan untuk melihat dan mengamati lebih dekat apa yang terjadi di masyarakat terkait dampak dari tempat pengolahan sampah secara langsung.

2) Wawancara

Setelah proses observasi atau pengamatan selesai, maka langkah selanjutnya adalah kegiatan wawancara. Wawancara ini dilakukan untuk menggali informasi lebih mendalam dari masyarakat yang berada di sekitar PS 3R Vipa Mas. Menurut Esterberg dalam Sugiyono wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu.18

Menurut Moloeng, wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.19 Wawancara pada penelitian kualitatif merupakan pembicaraan yang mempunyai tujuan dan didahului beberapa pertanyaan informal. Wawancara penelitian lebih dari sekedar percakapan dan berkisar dari informal ke formal.20 Dengan kata lain, wawancara merupakan suatu kegiatan tanya jawab dengan tatap muka

16 Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012), Cetakan keempat, h. 69.

17 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), Ed 1, Cet.3, h. 115.

18 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitataif, h. 72.

19 Haris Herdiyansyah, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 118.

20

(51)

antara pewawancara dan yang diwawancarai tentang masalah yang diteliti, dimana pewawancara bermaksud memperoleh persepsi, sikap dan pola pikir yang diwawancarai yang relevan dengan masalah yang diteliti.21

Kegiatan wawancara ini bertujuan untuk mengetahui dampak apa saja yang ditimbulkan dari keberadaan TPS 3R Vipa Mas dalam lingkungan sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan Bambu Apus Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan.

3)Dokumentasi

Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah melakukan pengumpulan data dengan metode dokumentasi tentang keadaan sebenarnya yang ada di tempat penelitian guna tanda bukti yang sah mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan. Dokumentasi dapat berupa buku, artikel, media masa, foto, dan lainnya. Gottschalk menyatakan bahwa dokumen (dokumentasi) dalam pengertiannya yang lebih luas berupa setiap proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu yang bersifat tulisan, lisan, gambaran, atau arkeologis.22

Oleh karena itu, langkah terakhir penelitian akan dimulai dengan pendokumentasian data-data dari narasumber yang berasal dari masyarakat di sekitar TPS 3R Vipa Mas Kelurahan Bambu Apus. 4)Catatan Lapangan

Selain dokumentasi berupa rekaman suara, video, dan gambar, peneliti juga dapat mencatat temuannya. Catatan lapangan merupakan catatan yang ditulis secara rinci, cermat luas, dan mendalam yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti.23 Dengan catatan lapangan maka peneliti dapat

21

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik , (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), Cet. 1, h.162.

22 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik,h. 175.

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian yang relevan
Gambar 3.1 Peta Sebaran Sampel dan Lokasi Penelitian
Tabel 3.1
Gambar 3.1 Proses Penelitian Grounded (Stuart A. Schlegel)7
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alkaloid semu yaitu basa tumbuhan yang mengandung nitrogen heterosiklik, memiliki aktifitas dan tidak mempunyai hubungan biosintesis dengan asam amino.. Alkaloid semu diturunkan

Mengetahui interaksi antara metode pembelajaran (menggunakan media virtual PowToon dengan recitation method dan media konvensional) dan minat belajar (tinggi dan rendah)

Pakan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha peternakan. Salah satu permasalahan pakan yang sering dihadapi oleh peternak adalah fluktuasi

tersebut telah dikembalikan terdakwa kembali kepada AMINAH, kemudian terdakwa bertemu kembali dengan SRI RAHMA (DPO) di Pajak Terminal Sibolga, setelah itu SRI

Persen kejadian dan tingkat keparahan penyakit dari ketiga plot pengamatan selama musim hujan dan kemarau bersifat dinamis dengan kerusakan yang paling tinggi dijumpai pada Petak

Menurut Adrianus dan Yufiarti, tujuan pembelajaran outbound adalah untuk : (a) mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri siswa; (b) berekspresi sesuai dengan

Berdasarkan hasil penelitian, efisiensi penyisihan BOD, COD dan TSS dari lindi TPA Jatibarang yang optimum yaitu dosis ozon 100 ppm dengan waktu optimum

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, yang dikatakan pelayan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan