SKRIPSI
ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN KREDIT
INVESTASI DI INDONESIA
OLEH:
AGUSTIO FERDINAND
080501098
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
Sejumlah faktor sangat mempengaruhi permintaan dan penawaran kredit investasi di Indonesia . penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh suku bunga kredit perbankan dan inflasi terhadap permintaan kredit investasi dan bagaimana pengaruh NPL, Bunga Kredit Perbankan dan DPK terhadap Penawaran Kredit Investasi.
Dalam penelitian ini, data di dapat dari Bank Indonesia dan sumber penelitian lainnya. Penelitian ini menggunakan metode Two Stage Least Square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bunga kredit perbankan dan inflasi berpengaruh negatif terhadap permintaan kredit investasi, sementara bunga kredit perbankan, DPK dan NPL berpengaruh positif terhadap penawaran kredit invetasi.
Pada estimasi nilai R-squared bahwa variabel suku bunga kredit investasi, DPK dan NPL mampu menjelaskan penawaran kredit investasi sebesar 97 % sedangkan estimasi model permintaan nilai R-squared pada persamaan permintaan kredit investasi bahwa variabel suku bunga kredit dan inflasi mampu menjelaskan permintaan kredit investasi sebesar 92 %.
ABSTRACT
Some of factors affect the demand and supply of credit investments in Indonesia. This study aims to see how the effect rates of bank and inflation to demand for investment credit and how effect rates of bank, Third Party funds and NPL to Supply of Credit Invesment.
In this study, data obtained from Bank Indonesia and other sources that is research result .The study using Two Stage Least Square method.
The results showed that rates of bank and inflation has negatively effect to demand credit invesment, while rates of bank, Third Party Fund and NPL has positive effect to supply of credit invesment .
Value estimates In the R-squared that variable rates of bank, Third Party Fund and NPL were able to explain supply of credit investment for 97%, while the estimated demand model R-squared value of the demand of credit investment equation that variable rates of bank the demand of credit investment for 92%.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis Ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa Atas
Berkat dan Perlindungannya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga akhirnya
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Penawaran dan Permintaan Kredit Investasi di Indonesia”. Penulisan skripsi ini merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ekonomi Pembangunan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
Teristimewa penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua
orangtua tersayang Ayahanda Maruli S.P Simatupang dan Ibunda R.S. Maria
Butarbutar atas segala doa, dukungan, motivasi dan kasih sayang serta kesabaran
yang luar biasa yang tidak terhingga kepada penulis.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum. M.Ec, Ac, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, Mec dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution,
M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Irsyad, SE. M.Soc.Sc. Ph.D dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku
Ketua dan Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
4. Bapak Prof. DR Ramli, SE, MS selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan memberikan arahan kepada penulis selama masa
penyusunan skripsi.
5. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Dosen Pembaca Penilai skripsi ini.
6. Kepada Bapak/Ibu dosen Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama
mengikuti perkuliahan.
7. Seluruh staff Administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utrara yang
telah banyak membantu penulis dalam setiap administrasi yang diperlukan oleh
penulis.
8. Kepada Kakakku yang selama ini memberi dukungan.
9. Kepada teman-teman di Ekonomi Pembangunan stambuk 2008.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan peneliti lainnya.
Medan, Juli 2014
Penulis
Halaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
2.9 Kerangka Konseptual ... 29
2.10 Hipotesis ... 29
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Permintaan dan Penawaran Kredit Investasi di Indonesia ... 37
4.2 Variabel Penelitian ... 37
4.2.1 Variabel Permintaan Kredit Investasi ... 38
4.2.2 Variabel Penawaran Kredit Investasi ... 38
4.2.3 Variabel Bunga Kredit Perbankan ... 38
4.2.4 Variabel Inflasi ... 42
4.2.5 Variabel NPL ... 44
4.2.6 Variabel DPK ... 46
4.3 Hasil Regresi Penawaran Kredit Investasi Terhadap Suku Bunga, DPK dan NPL ... 47
4.4 Hasil Regresi Permintaan Kredit Investasi Terhadap Suku Bunga dan Inflasi ... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 52
5.2 Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 54
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Kriteria Penilaian tingkat kesehatan ratio NPL ... 25 4.5 Hasil Regresi Penawaran Kredit Investasi Terhadap
Suku Bunga, DPK dan NPL ... 47 4.6 Hasil Regresi Permintaan Kredit Investasi Terhadap
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
1.1 Perkembangan Perkembangan Kredit Bank Umum Indonesia Desember 2008 – 2010
Yoy (dalam miliar) ... 4
1.2 Perkembangan Inflasi di Indonesia... 6
2.1 Tingkat Bunga Menurut Klasik ... 22
2.2 Keranga Konseptual Penawaran dan Permintaan Kredit Investasi ... 29
4.1 Perkembangan Suku Bunga Kredit ... 42
4.2 Perkembangan Inflasi ... 44
4.3 Perkembangan Non Performing Loan ... 46
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1 Data Variabel Penelitian ... 54 2 Hasil Regresi Two Stage Least Square
Terhadap Permintaan ... 55 3 Hasil Regresi Two Stage Least Square
ABSTRAK
Sejumlah faktor sangat mempengaruhi permintaan dan penawaran kredit investasi di Indonesia . penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh suku bunga kredit perbankan dan inflasi terhadap permintaan kredit investasi dan bagaimana pengaruh NPL, Bunga Kredit Perbankan dan DPK terhadap Penawaran Kredit Investasi.
Dalam penelitian ini, data di dapat dari Bank Indonesia dan sumber penelitian lainnya. Penelitian ini menggunakan metode Two Stage Least Square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bunga kredit perbankan dan inflasi berpengaruh negatif terhadap permintaan kredit investasi, sementara bunga kredit perbankan, DPK dan NPL berpengaruh positif terhadap penawaran kredit invetasi.
Pada estimasi nilai R-squared bahwa variabel suku bunga kredit investasi, DPK dan NPL mampu menjelaskan penawaran kredit investasi sebesar 97 % sedangkan estimasi model permintaan nilai R-squared pada persamaan permintaan kredit investasi bahwa variabel suku bunga kredit dan inflasi mampu menjelaskan permintaan kredit investasi sebesar 92 %.
ABSTRACT
Some of factors affect the demand and supply of credit investments in Indonesia. This study aims to see how the effect rates of bank and inflation to demand for investment credit and how effect rates of bank, Third Party funds and NPL to Supply of Credit Invesment.
In this study, data obtained from Bank Indonesia and other sources that is research result .The study using Two Stage Least Square method.
The results showed that rates of bank and inflation has negatively effect to demand credit invesment, while rates of bank, Third Party Fund and NPL has positive effect to supply of credit invesment .
Value estimates In the R-squared that variable rates of bank, Third Party Fund and NPL were able to explain supply of credit investment for 97%, while the estimated demand model R-squared value of the demand of credit investment equation that variable rates of bank the demand of credit investment for 92%.
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Hampir semua ahli ekonomi berpendapat bahwa modal merupakan faktor yang
penting dalam mewujudkan pembangunan ekonomi suatu negara. Papanek (2004)
mengatakan bahwa jika ada satu-satunya faktor tunggal yang penting untuk
pembangunan ekonomi suatu negara maka faktor tersebut adalah modal. Modal bisa
berasal dari sumber dana domestik atau bantuan dari negara lain. Lembaga perbankan
merupakan pemain utama dalam penyediaan sumber dana domestik di Indonesia
sehingga memiliki peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu Negara.
Lembaga perbankan merupakan lembaga intermediasi yang menghimpun dana dari
masyarakat yang kelebihan dana (pihak surplus) dan menyalurkannya kepada
masyarakat yang memerlukan dana (pihak defisit). Salah satu jasa pelayanan
perbankan yang utama adalah penyaluran kredit. Kredit merupakan salah satu jasa
perbankan yang terkait langsung dengan sektor riil sebagai modal pembiayaan, baik
pembiayaan investasi, modal kerja maupun investasi yang pada akhirnya akan
mempengaruhi pertumbuhan sektor riil dan peningkatan output nasional.
Investasi menjadi salah satu kata kunci dalam setiap upaya menciptakan
pertumbuhan ekonomi baru bagi perluasan penciptaan lapangan kerja, peningkatan
pendapatan dan penanggulangan kemiskinan. Melalui peningkatan kegiatan
menjadi faktor pengungkit yang sangat dibutuhkan bagi suatu negara dalam
menggerakan mesin ekonomi mengawal pertumbuhan yang berkelanjutan.
Tahun 2012 tampaknya merupakan tonggak emas sejarah kinerja investasi
Indonesia, meskipun dibayang-bayangi kondisi perekonomian global yang kurang
menguntungkan bagi ekspansi peningkatan kegiatan investasi, namun kinerja
investasi di Indonesia dalam tahun-tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang
sangat menggembirakan.
Data yang dilansir Kantor BKPM (22/10), membuktikan hal tersebut, hal ini
terlihat dari kinerja investasi pada triwulan II atau hingga September 2012, yang
telah menembus angka Rp 229 triliun atau 81,1% dari target tahun ini, realisasi
investasi tersebut meningkat sekitar 27% dibandingkan periode yang sama tahun
lalu. Hal ini berdampak positip terhadap penambahan pendapatan (produk domestik
bruto/PDB). Kinerja investasi Rp 229,9 triliun tersebut merupakan akumulasi
realisasi penanaman modal, baik penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun
penanaman modal asing (PMA), pada periode Januari–September 2012, PMDN
mencapai Rp 65,7 triliun dan PMA mencapai Rp164,2 triliun.
Salah satu hal yang menggembirakan dalam struktur realisasi investasi di
Indonesia tersebut adalah mulai terjadinya pemerataan, tercermin dari porsi investasi
di luar Jawa yang terus naik. Pada Januari–September 2012, investasi di luar Jawa
mencapai Rp107,0 triliun atau 46,5 persen di antara total investasi. Angka tersebut
persen di antara total realisasi investasi, pemerataan investasi ini sangat penting untuk
mendorong pemerataan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
` Capaian kinerja investasi tersebut di atas, sesungguhnya menunjukkan
indikator mulai berhasilnya berbagai upaya perbaikan iklim investasi yang telah
dilakukan pemerintah dalam meningkatkan investasi dan memberikan nilai tambah
dan daya saing perekonomian nasional, di sisi lain, kinerja investasi menunjukkan
meningkatkan kepercayaan dunia usaha kepada Indonesia, jumlah penduduk yang
besar serta meningkatnya jumlah kelas menengah menjadi daya tarik utama bagi
kegiatan investasi, disamping terus membaiknya makro ekonomi Indonesia.
Pertumbuhan perekonomian suatu negara juga tidak terlepas dari peranan
industri perbankan. Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 “Bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak” (Perubahan
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan).
Salah satu fungsi bank adalah fungsi intermediasi. Fungsi intermediasi adalah
bank sebagai pemberi kredit. Apabila proses intermediasi tersebut berjalan dengan
baik, maka semua pihak baik bank, pihak yang kelebihan dana, dan pihak yang
kekurangan dana akan memperoleh manfaat dari keberadaan suatu bank (Suseno dan
Abdullah, 2004).
dihimpun oleh bank yang disalurkan oleh bank kepada masyarakat, atau biasa disebut
Loan to Deposit Ratio (LDR).
Kredit dalam perekonomian berfungsi sebagai sumber permodalan untuk
menjaga dan meningkatkan kegiatan usaha ekonomi, meningkatkan daya beli
masyarakat, meningkatkan kecepatan peredaran, lalu lintas uang dan sebagai
jembatan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di satu negara.
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Gambar 1.1 Perkembangan Kredit Bank Umum Indonesia Desember 2008 – 2010 yoy (dalam miliar)
Berdasarkan grafik 1.1 penyaluran kredit mengalami kenaikan dari tahun
2008 yaitu sekitar Rp. 1.300 Triliun sampai 2010 yang mencapai sekitar Rp. 1.765
Triliun. Hal ini berarti fungsi Bank sebagai intermediasi mengalami kemajuan. Jika
dilihat grafik di atas penyaluran kredit ke sektor produktif lebih besar dibandingan
kepada sektor konsumsi. Pada tahun 2010 penyaluran kredit investasi mengalami
pertumbuhan sebesar 25% dibandingkan tahun sebelumnya.
Permintaan kredit investasi di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Salah satunya adalah tingkat suku bunga kredit yang ditetapkan bank umum di
Indonesia. Biasanya faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat suku bunga
kredit antar bank umum adalah kebijaksanaan pemerintah, target laba yang
diinginkan oleh bank dan lain-lain. Jika pada suatu bank memiliki suku bunga kredit
yang tinggi, maka permintaan kredit yang dilakukan masyarakat akan menjadi
menurun. Di sisi lain, suku bunga yang tinggi pada suatu bank maka pihak bank akan
semakin berani dalam menawarkan kredit kepada masyarakat. Suku bunga kredit
investasi bank umum di Indonesia sepanjang 2012 cenderung fluktuatif berkisar di
angka 11%.
Dalam permintaan kredit, inflasi juga ikut berperan mempengaruhi
permintaan kredit investasi di Indonesia. Naik turunnya inflasi biasanya di sebabkan
oleh harga-harga barang dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar Rupiah (Rp) terhadap
Dollar Amerika (US$). bila melihat inflasi yang terjadi di Indonesia pada tahun
Sumber : Bank Indonesia
Gambar 1.1 Perkembangan inflasi di Indonesia
Sedangkan dari sisi penawaran, besar kecilnya jumlah kredit di Indonesia
dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah Dana Pihak Ketiga (DPK).
Menurut data Bank Indonesia pada bulan Desember 2009, DPK yang terkumpul
sekitar Rp. 1.973 Triliun dan pada Desember 2010 DPK mengalami pertumbuhan
sekitar 18% yaitu sebesar Rp. 2.338 Triliun.
Salah satu acuan bank dalam memberikan kredit kepada masyarakat adalah
Non Performing Loan (NPL). Bank Indonesia sebagai bank sentral menetapkan ratio
NPL sebesar 5% dari kredit yang disalurkan oleh bank. NPL merupakan hambatan
bagi bank untuk menyalurkan kredit karena pihak bank tidak ingin mengalami
kerugian yang dikarenakan ketidaksanggupan debitor untuk membayar kredit. Oleh
karena itu bank menerapkan prinsip kehati-hatian atau melakukan penilaian dengan
memperhatikan character (watak), capacity (kemampuan), capital (modal), collateral
mengalami penurunan, tetapi penurunan jumlah rasio NPL tidak diimbangi dengan
jumlah kredit yang bermasalah sebenarnya.
Berdasarkan uraian dan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian skripsi dengan judul “Analisis Permintaan dan Penawaran Kredit Investasi di Indonesia’’.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka ada rumusan masalah
yang dikaji dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh bunga kredit dan Inflasi terhadap permintaan kredit
investasi di Indonesia.
2. Bagaimana pengaruh Bunga Kredit, Dana Pihak Ketiga dan Non Performing
Loan (NPL) terhadap penawaran kredit Investasi di Indonesia.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian adalah:
1. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh Bunga kredit dan Inflasi
terhadap permintaan kredit investasi di Indonesia.
2. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh Bunga kredit, Dana Pihak
Ketiga dan Non Performing Loan (NPL) terhadap penawaran kredit Investasi
di Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa
Fakultas Ekonomi terutama departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin
melakukan penelitian selanjutnya.
2. Sebagai bahan masukan bagi pemangku kepentingan/stakeholder untuk
mengambil keputusan dalam pengambilan kredit.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak bank dalam menawarkan kredit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi
2.1.1 Pengertian Investasi
Secara umum investasi diartikan sebagai penanaman uang atau modal dalam
perseorangan, suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan.
Contoh investasi: pembelian aset seperti saham, pembelian barang modal untuk
produksi dalam suatu usaha, maupun berupa property seperti rumah atau tanah.
Menurut sadono sakirno (1997) Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran
atau pembelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli
barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambahkemampuan
memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian.
2.1.2 Jenis-jenis investasi
Menurut cara pembagiannya, investasi dibagi menjadi delapan jenis yang
terkelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu (Rosyidi:1995):
1. Autonomous investment dan induced investment.
Atonomous investment (investasi otonom) adalah investasi yang besar
kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan, tetapi dapat berubah oleh karena adanya
perubahan-perubahan faktor-faktor diluar pendapatan. misalnya tingkat teknologi,
kebijaksanaan pemerintah dan sebagainya. sedangkan induced investment (investasi
terimbas) sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan.
Public investment adalah investasi atau penanaman modal yang dilakukan
oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah. sedangkan private
investment adalah investasi yang dilaksanakan oleh swasta. di dalam private
investment keuntungan merupakan prioritas sementara public investment lebih
diarahkan kepada melayani dan menciptakan kesejahteraan bagi rakyat banyak.
3. Domestic investment dan foreign investment.
Domestic investment adalah penanaman modal di dalam negeri sedangkan
foreign investment adalah penanaman modal asing.
4. Gross investment dan net investment.
Gross investment (investasi bruto) adalah total seluruh investasi yang
diadakan atau yang dilaksanakan pada suatu waktu. sedangkan net investment
(investasi netto) adalah selisih antara investasi bruto dengan penyusutan. contoh:
investasi bruto tahun ini adalah Rp. 25 juta sedangkan penyusutan yang terjadi
selama tahun lalu adalah sebesar Rp. 10 juta itu berarti investasi netto tahun ini
adalah sebesar Rp. 15 tahun.
2.2 Bank
2.2.1Pengertian Bank
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak
(Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun
Menurut G.M Verryn Stuart yang ditulis Dendiwijaya Bank adalah suatu
badan yang bertujuan untuk memaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat
pembayarannya sendiri atau dengan ang yang diperoleh dari orang lain, maupun
dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.
Bank adalah Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun
dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta
memberikan jasa bank lainnya (Kasmir, 2000:11).
2.2.2 Jenis-Jenis Bank
Dewasa ini jenis bank dapat ditinjau dari berbagai segi antara lain :
a) Bank berdasarkan Fungsinya
Mengikuti Undang-Undang Perbankan No.10 Tahun 1998, maka bank dari segi
fungsinya dibedakan menjadi :
1. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
b) Bank berdasarkan Kepemilikannya
1. Bank milik pemerintah adalah dimana akte pendirian maupun modalnya
dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank dimiliki oleh
pemerintah.
2. Bank milik swasta nasional adalah bank yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki swasta serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta
begitu pula pembagian keuntungan diambil oleh swasta.
3. Bank milik asing adalah merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri
baik milik swasta maupun pemerintah asing atau negara.
4. Bank milik campuran merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki
oleh pihak asing dan pihak swasta nasional, dimana kepemilikan sahamnya
secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia.
c) Bank berdasarkan segi Status
Bank dilihat dari segi status bank dibedakan menjadi :
1. Bank Devisa merupakan bank yang dapat melakukan transaksi keluar negeri
atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.
Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia
setelah memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
2. Bank Non Devisa merupakan bank yang belum mempunyai ijin untuk
melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat
melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi bank non devisa
dalam melakukan transaksi masih dalm batas-batas negara.
Jenis bank berdasarkan caranya menentukan harga, baik harga jual maupun beli
terdapat dalam dua kelompok, yaitu :
1. Bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional, yaitu bank yang dalam
aktivitasnya, baik penghimpun dana maupun dalam rangka penyaluran
dananya , memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau
sejumlah imbalan dalam persentase tertentu dari dana untuk suatu periode
tertentu. Periode tertentu ini biasanya ditetapkan pertahun.
2. Bank Syariah, yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpun dana
maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan
imbalan atau dasar prinsip syariah yaitu jaul beli dan bagi hasil.
2.1.3 Fungsi dan Peranan Bank 2.1.3.1 Fungsi Bank
Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat
luas dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman atau kredit untuk
berbagai tujuan. Fungsi bank dalam perekonomian suatu negara diklasifikasikan
sebagai berikut (Lubis, 2010:10) :
1. Fungsi Bank sebagai Agent of Trust
Maksudnya adalah bahwa bank sebagai financial intermediary menjalankan fungsinya atas dasar kepercayaan yang diterima oleh bank dari masyarakat.
Kepercayaan masyarakat yang diberikan berupa amanat agar bank mengelola dan
sebagai agent of trust ini tentu tidak terlepas dari prinsip saling mengntungkan
bagi kedua belah pihak.
2. Fungsi Bank sebagai Agent of Development
Guna mewujudkan pembangunan dan kesejahteraan dalam perekonomian, bank
dianggap sebagai lembaga yang cukup berperan signifikan. Hal ini dikarenakan
aktivitas bank sebagai financial intermediary dapat mempertemukan sektor riil dan sektor moneter untuk berinteraksi. Sebagian besar peredaran uang dalam
perekonomian terjadi melalui institusi perbankan sehingga interaksi sektor riil
dan sektor moneter diharapkan berjalan dengan baik demi mendukung proses
pembangunan.
3. Fungsi Bank sebagai agent of service
Bank diketahui juga sebagai lembaga yang bergerak dibidang jasa yang lebih
beragam, dengan kata lain aktivitas perbankan tidak hanya terbatas dalam hal
menghimpun dana dan menyalurkan dana ditengah masyarakat. Beragamnya
jenis jasa yang ditawarkan oleh bank menjadikan institusi perbankan juga
dianggap sebagai agent of service.
2.2.3 Peranan Bank
Bank dan lembaga keuangan bukan bank mempunyai peranan yang sangat
penting dalam sistem keuangan yaitu:
a. Pengalihan asset (Asset Transmutation)
Bank mendirikan pinjaman kepada pihak yang membutuhkan dana dalam jangka
pengalih aset yang likuid dari unit surplus (lenders) kepada unit defisit (borrowers).
b. Transaksi (Transaction)
Bank memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk
melakukan transaksi barang dan jasa. Transaksi barang dan jasa tidak pernah
terlepas dari transaksi keuangan, produk-produk yang dikeluarkan oleh bank
merupakan pengganti uang dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran.
c. Likuiditas (Liquidity)
Lembaga keuangan bank memberikan fasilitas pengelolaan likuiditas kepada
pihak yang mengalami surplus likuiditas. Disisi lain bank juga akan dapat
memberikan fasilitas tambahan likuiditas kepada pihak-pihak yang mengalami
kekurangan likuiditas.
d. Efisiensi (Efficiency)
Peranan bank sebagai broker adalah menemukan peminjam dan pengguna modal tanpa mengubah produknya. Bank dapat menurunkan biaya transaksi dengan
jangkauan pelayanan. Peranan bank untuk memperlancar dan mempertemukan
pihak-pihak yang saling membutuhkan.
2.3 Kredit
2.3.1 Pengertian Kredit
Menurut UU No. 10 Tahun 1998 kredit adalah penyediaan uang atau tagihan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Menurut Jhonson yang ditulis Julius Latumerissa, kredit adalah kemampan
untuk memperoleh barang-barang atau jasa-jasa dengan memberikan janji akan
membayar dengan uang (atau barang) seketika diminta pembayarannya atau pada
suatu hari tertentu di kemudian hari.
Dalam bahasa latin kredit berasal dari kata “credere” yang artinya percaya. Itu
artinya si pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang
diberikan akan dikembalikan sesuai dengan perjanjian.
2.3.2 Unsur-unsur kredit
Unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah
sebagai berikut.
1. Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang
diberikan akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa datang.
2. Kesepakatan, dimana kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian
dimana masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya
masing-masing.
3. Jangka waktu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang
telah disepakati.
4. Risiko, adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan satuu
5. Balas jasa, merupakan suatu kentungan atas pemberian kredit atau jasa tersebut
yang dikenal dengan nama bunga.
2.3.3 Jenis-Jenis Kredit
Kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk
masyarakat terdiri dari, sebagai berikut (Kasmir 2008:103).
a) Dilihat Dari Segi Kegunaan
1. Kredit Investasi
Merupakan kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk keperluan
perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan
rehabilitasi.
2. Kredit Modal Kerja
Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi
dalam operasionalnya.
b) Dilihat Dari Segi Tujuan Kredit
1. Kredit Produktif
Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha/produksi/ investasi. Kredit
ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa.
2. Kredit Konsumtif
Kredit yang digunakan untuk konsumsi pribadi. Dalam kredit ini tidak ada
pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan karena memang untuk
Merupakan kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk
membiayai aktivitas perdagangannya seperti untuk membeli barang
dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil kredit ini sering
diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli
barang dalam jumlah besar.
c) Dilihat Dari Segi Jangka Waktu
1. Kredit Jangka Pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun dan
biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.
2. Kredit Jangka Menengah
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu berkisar antara 1 tahun
sampai dengan 3 tahun dan biasanya kredit ini digunakan untuk melakukan
investasi.
3. Kredit Jangka Panjang
Merupakan kredit yang pengembaliannya paling panjang, jangka waktu
pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini digunakan
untuk investasi jangka panjang seperti : perkebunan karet, kelapa sawit,
manufaktur atau kredit konsumtif seperti kredit perumahan.
d) Dilihat Dari Segi Sektor Usaha
Merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau sektor
pertanian. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka jangka pendek atau
jangka panjang.
2. Kredit Peternakan
Merupakan kredit yang diberikan untuk sektor peternakan, baik jangka
pendek maupun jangka panjang.
3. Kredit Industri
Merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana, baik industri
kecil, industri menengah, dan industri besar.
4. Kredit Pertambangan
Merupakan kredit yang diberikan untuk usaha tambang, jenis tambang yang
dibiayai biasanya dalam jangka panjang seperti tambang emas, minyak, dan
timah.
5. Kredit Pendidikan
Merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana
pendidikan atau dapat pula kredit untuk para mahasiswa.
6. Kredit Profesi
Merupakan kredit yang diberikan kepada para kalangan profesional seperti
dosen, dokter atau pengacara.
7. Kredit Perumahan
2.4 Suku Bunga
2.4.1 Pengertian Suku Bunga
Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang
berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual
produknya. Bunga bagi bank juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar
kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan harga yang harus dibayar oleh
nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).
2.4.2. Jenis Bunga
Ada 2 macam bunga yang diberikan kepada nasabah dalam kegiatan perbankan
konvensional, yaitu:
1. Bunga Simpanan
Merupakan harga beli yang harus dibayar bank kepada nasabah pemilik
simpanan. Bunga ini diberikan sebagai rangsangan ata balas jasa, kepada nasabah
yang menyimpan uangnya di bank.
2. Bunga Pinjaman
Merupakan bunga yang dibebankan kepada para peminjam (debitur) atau harga
jual yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank.
2.4.3 Jenis Pembebanan Suku Bunga Kredit
Jenis-jenis pembebanan suku bunga kredit dan rumus perhitungan
1. Suku Bunga Effektif
Pengertian effektif/anuitas ini adalah bahwa bunga pinjaman selalu dihitung dari
bulan adalah berbeda (semakin kecil) karena seiring dengan cicilan yang
dilakukan sisa pokok pinjaman akan berkurang.
Rumus perhitungan :
�������������= �����������������
��
Keterangan :
Bunga Angsuran : bunga bulan yang bersangkutan. Sisa pokok : sisa pokok pinjaman.
Bunga : suku bunga pinjaman efektif per tahun 2. Suku Bunga Flat
Pengertian flat adalah bahwa bunga pinjaman selalu dihitung dari pokokawal
pinjaman. Dengan demikian jumlah bunga yang dibayar setiap bulan adalah
sama.
Rumus perhitungan :
�������� = �����+ (����� ������������)
�����
Keterangan :
Angsuran : jumlah angsuran per bulan Pokok : pokok awal pinjaman
Bunga : suku bunga pinjaman flat per tahun Tahun : jangka waktu pinjaman dalam tahun Bulan : jangka waktu pinjaman dalam bulan
3. Floating rate
Jenis ini membebankan bunga dikaitkan dengan bunga yang ada di pasar uang
sehingga bunga yang dibayar setiap bulan sangat tergantung dari bunga pasar uang
2.4.4 Teori Klasik Tingkat Bunga
Tabungan, menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga. makin tinggi
tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat akan mendorong untuk
mengorbankan pengeluaran konsumsi guna menambah tabungan.
investasi merupakan fungsi dari tingkat bunga. makin tinggi tingkat bunga, keinginan
untuk melakukan investasi juga makin kecil. seseorang akan menambah pengeluaran
investasi apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat
bunga yang harus dibayar untuk dana investasi tersebut.
Gambar 2.1 Tingkat bunga menurut klasik
Keseimbangan tingkat bunga ada di titik I0, dimana jumlah tabungan sama dengan
investasi. Apabila tingkat bunga berada di titik i1, maka jumlah tabungan melebihi
keinginan penguasaha untuk berinvestasi. Para penabung akan meminjamkan
dananya sehingga akan menekan tingkat bunga turun kembali ke titik i0. Sebaliknya,
Tabungan
Rupiah yang diinvestasikan & ditabung
apabila tingkat bunga berada di titik i2, maka para pengusaha akan berusaha untuk
memperoleh dana yang jumlahnya relatif kecil sehingga persaingan ini akan
mendorong tingkat bunga naik ke posisi i0.
2.5 Dana Pihak Ketiga (DPK) 2.5.1 Pengertian Dana Pihak Ketiga
Dana pihak ketiga (simpanan) yang dijelaskan dalam UU Perbankan RI No.
10 tahun 1998 tentang perbankan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat
kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito,
sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
2.5.2. Sumber-sumber Dana Pihak Ketiga
Sumber dana pihak ketiga tersebut berupa:
1. Giro ( Demand Deposit )
Giro adalah simpanan dari pihak ketiga kepada bank yang penarikannya
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, surat perintah pembayaran
lainnya atau dengan pemindahbukuan.
2. Deposito
Secara garis besar deposito dapat dibagi kedalam tiga jenis, yaitu (Julius,
2011:247)
a) deposito berjangka (time deposit)
Adalah simpanan pihak ketiga di bank yang penarikannya hanya dapat
dilakukan setelah jangka wakt tertentu menurut perjanjian antara pihak
diterbitkan atas nama deposan tertentu sehingga tidak dapat dipindah
tangankan ata diperjual belikan.
b) deposito harian (deposit on call)
Adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang memiliki jangka waktu 1
sampai 30 hari yang pencairannya dapat dilakukan setiap hari dengan
pemberitahuan sebelumnya kepada pihak bank akan maksud tersebut.
c) sertifikat deposito (certificate deposit)
Adalah suatu bentuk simpanan berjangka yang diterbitkan oleh bank yang
dapat diperjualbelikan ata dipindah tangankan kpada pihak ketiga.
3. Tabungan ( Saving Deposit )
Tabungan adalah simpanan dari masyarakat atau pihak ke 3 kepada bank yang
penarikannya dapat di lakukan sewaktu-waktu.
2.6 Non Performing Loan (NPL)
Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang dipergunakan untuk
mengukur kemampuan bank dalam mengukur resiko kegagalan pengembalian
kredit oleh debitur. Kredit bermasalah atau problem loan dapat diartikan sebagai
pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan
atau karena faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur.
Jika tingkat rasio NPL tinggi maka pihak bank akan berhati-hati dalam
menyalurkan kredit ke masyarakat.. Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio NPL
Tabel 2.1
Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio NPL
Rasio Predikat
NPL ≤ 5% Sehat
NPL > 5% Tidak Sehat
Sumber : Bank Indonesia
Berdasarkan tabel di atas, Bank Indonesia menetapkan nilai NPL maksimum
adalah sebesar 5%, apabila bank melebihi batas yang diberikan maka bank tersebut
dikatakan tidak sehat. Meningkatnya NPL akan menggurangi jumlah modal bank,
Karena pendapatan yang diterima bank akan digunakan untuk menutupi NPL
tersebut. Selain itu, meningkatnya NPL akan mempengaruhi bank dalam
menyalurkan kredit kepada masyarakat pada periode selanjutnya.
Banyak faktor yang seringkali memicu munculnya masalah ini diantaranya
adalah dampak krisis multidimensional yang hingga saat ini membuat banyak dari
para debitur bank tidak mampu menyelesaikan masalah kredit mereka yang macet.
Faktor lain yang juga seringkali memicu masalah ini adalah tidak adanya itikad baik
dari para debitur untuk segera menyelesaikan masalah ini. Akibatnya tidak jarang
bank atau lembaga keuangan akan menerima dampaknya dari kondisi ini. Tingginya
suku bunga memang seringkali menjadi beban berat bagi para debitor untuk
menyelesaikan kewajiban mereka pada bank, Sehingga mereka tidak mampu
menyelesaikan kredit sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat.
Untuk menjaga bank tetap dalam kondisi yang aman, maka sistem manajemen
manajemen yang baik dalam berbagai kegiatan operasional bank terutama untuk
hal-hal yang terkait dengan kredit ini, akan membantu menjaga kestabilan kondisi dalam
bank.
2.7 Inflasi
2.7.1 Pengertian Inflasi
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus
menerus. dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata
uang secara terus menerus.
Menurut Boediono definisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari
harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu
atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas
kepada sebagian besar dari harga barang-barang lain.
2.7.2 Jenis-jenis Inflasi
Berdasarkan asal dari inflasi dibagi menjadi:
1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)
Inflasi yang berasal dari dalam negeri timbul misalnya karena defisit anggaran
belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, panenan gagal dan
sebagainya.
2. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)
Inflasi yang timbul karena kenaikan harga-harga diluar negeri atau di
negeri ini dapat mudah terjadi pada negara-negara yang perekonomiannya
terbuka.
2.7.3 Dampak Inflasi
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu
negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat
spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit
neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan
masyarakat.
1. Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan.
Ini dikarenakan pada saat inflasi maka harga barang-barang akan cenderung
naik sedangkan pendapatan tidak mengalami kenaikan.
2. Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata
uang semakin menurun. apabila masyarakat cenderung tidak menabung maka
dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Ini dikarenakan dunia usaha
membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
3. Bagi produsen, inflasi dapat menyebabkan terhentinya kegiatan produksi
barang. Ini terjadi dikarenakan biaya produksi yang meningkat dikarenakan
inflasi sehingga biaya produksi lebih besar dibandingkan dengan
pendapatannya.
Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang kredit
perbankan berikut dengan kesimpulan dari masing-masing penelitian.
Peneliti Judul Variabel Hasil
Ratih Pranita Investasi, ROA, LDR, DPK
Penawaran kredit investasi dipengaruhi secara positif oleh suku bunga kredit, ROA, dan LDR. Sedangkan permintaan kredit investasi dipengaruhi secara negatif oleh suku bunga kredit dan inflasi, dan juga dipengaruhi secara positif oleh GDP dan kredit investasi periode Investasi, DPK, CAR, LDR, NPL
Penawaran kredit investasi dipengaruhi secara positif oleh suku bunga kredit, DPK dan LDR. Dan juga dipengaruhi secara negatif oleh CAR dan NPL. Sedangkan permintaan kredit investasi dipengaruhi secara negatif oleh suku bunga kredit dan inflasi, dan juga dipengaruhi secara positif oleh GDP dan Nilai tukar rupiah terhadap dolar.
2.9 Kerangka Konseptual.
Gambar 2.3
Kerangka Konseptual Permintaan dan Penawaran Kredit Investasi
Melalui gambar 2.3 ini dapat dilihat bahwa penawaran kredit investasi dipengaruhi
oleh Bunga kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing Loan (NPL)
Sedangkan permintaan kredit investasi dipengaruhi oleh variabel Suku Bunga kredit
dan Inflasi.
2.10 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penulis membuat hipotesis
sebagai berikut:
1. Bunga Kredit Perbankan dan Inflasi berpengaruh negatif terhadap Permintaan
Kredit Investasi.
Kredit Investasi
Inflasi Penawaran Kredit
Investasi
Bunga Kredit
NPL DPK
2. NPL berpengaruh negatif terhadap Penawaran Kredit Investasi, Bunga Kredit
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian deskriptif dan penelitian
kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha
menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan data yang sebenarnya.
Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah dan sistemastis terhadap bagian-bagian
dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah
untuk mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori atau
hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam.
3.2 Batasan Operasional
Penelitian ini membahas tentang Bunga kredit dan Inflasi yang mempengaruhi
permintaan kredit investasi di Indonesia, dan Bunga kredit, Dana Pihak Ketiga dan
Non Performing Loan (NPL) terhadap penawaran kredit investasi di Indonesia.
3.3 Defenisi Operasional
1. Permintaan kredit investasi adalah sejumlah dana yang dipinjam oleh masyarakat
kepada pihak bank.
2. Penawaran kredit investasi adalah sejumlah dana yang disalurkan oleh pihak
bank kepada masyarakat dalam bentuk kredit.
3. Suku bunga kredit adalah suku bunga yang ditetapkan oleh pihak bank kepada
4. Inflasi adalah suatu kenaikan harga secara terus menerus dalam tingkat harga
umum.
5. Dana pihak ketiga (DPK) adalah sejumlah dana yang dihimpun oleh bank dari
masyarakat.
6. Non Performing Loan (NPL) adalah tingkat resiko dalam pemberian kredit
kepada debitur.
3.4 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam
bentuk time series yang bersifat kuantitatif yaitu data-data yang berbentuk
angka-angka dan sumber datanya diperoleh dari Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik
(BPS). Disamping itu, data lainnya yang diperoleh untuk penelitian ini bersumber
dari buku-buku bacaan, karya-karya ilmiah serta website-website yang mendukung
penelitian.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
metode penelitian kepustakaan (library research) yang berasal dari publikasi Bank Indonesia berupa tulisan ilmiah, jurnal, artikel dan laporan-laporan penelitian ilmiah
lainnya.
3.6 Teknik Analisis Data
Model ini terdiri dari satu persamaan identitas yang kemudian dibagi menjadi
Ls = Ld = Lt
Model persamaan dari permintaan dan penawaran kredit investasi di Indonesia
dirumuskan sebagai berikut:
Permintaan Kredit Investasi
Ld = �10 + �11���+ �12���� + �1�……….…………...…..(1)
Penawaran Kredit Investasi
LS = �20 + �21��� + �22���� + �24����+ �2�……….(2)
Dimana :
Lt = Jumlah aktual kredit investasi (milyar rupiah)
Ld = Jumlah Permintaan kredit investasi (milyar rupiah)
Ls = Jumlah Penawaran kredit investasi (milyar rupiah)
ß_10, ß_20 = intercept
DPK = Dana Pihak Ketiga (milyar rupiah)
SB = Suku Bunga kredit investasi (persen)
INF = Inflasi (persen)
NPL = Non Performing Loan (persen)
u_1t ,u_2t = error term
Dari model persamaan diatas terdapat tiga variabel endogen yaitu Ld, Ls dan
SB. Oleh karena itu model persamaan diatas termasuk persamaan simultan, yaitu
model dimana terdapat lebih dari satu satu variabel endogen atau tidak bebas dan
3.6.1 Identifikasi Persamaan
Ada tiga masalah identifikasi pada persamaan simultan, dimana dari
masing-masing permasalahan identifikasi tersebut kita dapat mengetahui metode apa yang
tepat menyelesaikan suatu sistem persamaan simultan yang kita temui. Ketiga
masalah tersebut adalah:
1. Under identified. Pada kasus ini kita tidak dapat menyelesaikan sistem persamaan simultan yang ada, karena kita kekurangan informasi yang
menyangkut tentang variabel predetermine.
2. Exactly identified. Pada kasus ini sistem persamaan simultan yang ada dapat diselesaikan dengan metode OLS.
3. Over identified. Pada kasus ini sistem persamaan simultan yang ada justru kelebihan informasi yang menyangkut variabel predetermine. Jika metode OLS digunakan untuk permasalahan ini, maka nilai parameter yang didapat mungkin
tidak akan bersifat tunggal. Oleh karena itu, metode seperti TSLS (Two Stage
Least Square) dapat digunakan menyelesaikan masalah ini.
Identifikasi sistem persamaan simultan dapat menggunakan prosedur pengujian
order condition. Mekanisme prosedur pengujian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
( K – k ) = ( m – 1 ) : exactly identified
( K – k ) > ( m – 1 ) : over identified
( K – k ) < ( m – 1 ) : under identified
K = Jumlah predetermined variables meliputi current exogenous variables dan
lagged endogenous variables dalam model
k = Jumlah predetermined variables dalam persamaan struktural tertentu
M = Jumlah current endogenous variables dalam model
m = Jumlah current endogenous variables dalam persamaan tertentu
Model yang dirumuskan terdiri dari dua persamaan yaitu:
Model Permintaan
Ld = �10+ �11��� + �13���� + �1�
3 – 1 > 2 - 1
2 > 1 over identified
Model Penawaran
Ls = �20 + �21 ���+ �22 ���� + �24 ����+ �2�
3 – 2 > 2 - 1
1 > 1 exactly identified
Dari model di atas kita bisa melihat bahwa model penawaran adalah exactly
identified, sedangkan model permintaan adalah over identified. Karena model
permintaan yang over identified tidak dapat diestimasi dengan ILS maka metode
Keistimewaan dari 2SLS (Gujarat dan Dawn, 2012):
1. Dapat diaplikasikan pada persamaan individu dalam sistem tanpa secara langsung
mempertimbangkan persamaan lain apapun dalam sistem.
2. Menyediakan hanya satu estimasi per parameter
3. Cukup mudah untuk digunakan karena yang perlu diketahui adalah jumlah total
dari variabel eksogen atau predetermined dalam sistem tanpa mengetahui variabel
lainnya dalam sistem
4. Walaupun didesain secara khusus untuk mengatasi persamaan yang over identified,
metode ini juga dapat digunakan pada persamaan yang secara tepat diidentifikasi.
5. Jika nilai R2 dalam regresi reduced-form (regresi tahap I) sangat tinggi, katakanlah
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Permintaan dan Penawaran Kredit Investasi di Indonesia
Dalam hukum ekonomi permintaan akan menciptakan penawaran dan
begitupula sebaliknya. Permintaan dan penawaran investasi demikian juga.
Permintaan dan penawaran kredit investasi memiliki beberapa hal yang
mempengaruhinya, diantaranya adalah inflasi, suku bunga dan lain-lain.
Jumlah penawaran kredit investasi dari tahun ke tahun mulai mengalami
peningkatan, namun dalam perkembangannya belum berjalan seperti yang
diharapkan. Fenomena saat ini menunjukkan perbankan lebih cenderung untuk
menyalurkan kredit jangka pendek dibandingkan kredit jangka panjang. Lambannya
penurunan suku bunga kredit investasi disebabkan terutama oleh masih tingginya
persepsi risiko perbankan terhadap penyaluran kredit jangka panjang, tercermin dari
pertumbuhan kredit investasi yang rendah. Rendahnya pertumbuhan kredit investasi
jika melihat dari sisi permintaan mencerminkan masih tingginya risiko dunia usaha
dan jika ditinjau dari struktur dana perbankan juga indikasi bahwa bank memiliki
keterbatasan kemampuan untuk menyalurkan kredit berjangka panjang karena
DPK didominasi oleh dana jangka pendek.
4.2 Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini ada beberapa variabel yaitu variabel Y (dependen) adalah
4.2.1 Variabel Permintaan Kredit Investasi
Permintaan kredit investasi adalah dana yang dipinjam oleh
masyarakat/investor dari bank, dimana dana tersebut dijadikan sebagai modal untuk
membuka usaha baru atau menambah modal usaha.
Permintaan kredit investasi akan sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
suatu negara termasuk Indonesia. Semakin tinggi permintaan kredit investasi maka
pertumbuhan ekonomi juga akan mengalami peningkatan. Permintaan kredit investasi
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti suku bunga kredit, inflasi jumlah dana bank
dan Jumlah Industri. Tetapi dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah suku
bunga perbankan dan inflasi.
4.2.2 Variabel Penawaran Kredit Investasi
Penawaran kredit investasi adalah adalah sejumlah dana yang disalurkan oleh
pihak bank kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi keputusan bank umum untuk menyalurkan kredit kepada masyarakat.
Selain dana yang tersedia ( DPK ), perilaku penawaran kredit perbankan juga
dipengaruhi oleh persepsi bank terhadap prospek usaha debitor dan kondisi
perbankan itu sendiri, seperti permodalan ( CAR ), jumlah kredit macet ( NPL ), dan
Loan to Deposi Ratio ( LDR ). Dalam penelitian ini menggunakan variabel suku bunga perbankan, Dana Pihak Ketiga dan Non performing Loan.
4.2.3 Variabel Bunga Kredit Perbankan
Suku bunga merupakan salah satu faktor yang cukup menarik bagi pemilik
diberikan hendaknya dapat bersaing dengan tingkat suku bunga yang diberikan bank
lain. Tingkat suku bunga biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase dari jumlah
yang dipinjamkan dan dengan dasar tahunan (annual basis/perannum).
Agar keuntungan yang diperoleh dapat maksimal, maka pihak manajemen bank
harus pandai dalam menentukan besar kecilnya komponen suku bunga. Menurut
Kasmir (2008:137-140), faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya
penetapan suku bunga adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan Dana
Faktor kebutuhan dana dikhususkan untuk dana simpanan, yaitu seberapa besar
kebutuhan dana yang diinginkan. Apabila bank kekurangan dana, sementara
permohonan pinjaman meningkat, yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut
cepat terpenuhi adalah dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Namun,
peningkatan suku bunga simpanan akan pula meningkatkan suku bunga pinjaman.
Sebaliknya, apabila dana yang ada dalam simpanan di bank banyak, sementara
permohonan pinjaman sedikit, maka bunga simpanan akan turun karena hal ini
merupakan beban.
2. Target Laba yang diinginkan
Faktor ini dikhususkan untuk bunga pinjaman. Hal ini disebabkan target laba
merupakan salah satu komponen dalam menentukan besar kecilnya suku bunga
pinjaman.
Kualitas jaminan juga diperuntukkan untuk bunga pinjaman. Semakin likuid
jaminan (mudah dicairkan) yang diberikan, semakin rendah bunga kredit yang
dibebankan dan sebaliknya.
4. Kebijaksanaan Pemerintah
Dalam menentukan baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman bank
tidak boleh melebihi batasan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
5. Jangka Waktu
Faktor jangka waktu sangat menentukan. Semakin panjang jangka waktu
pinjaman, akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya
kemungkinan resiko macet di masa mendatang. Demikian pula sebaliknya, jika
pinjaman berjangka pendek, bunganya relatif rendah.
6. Reputasi Perusahaan
Reputasi perusahaan juga sangat menentukan suku bunga terutama untuk bunga
pinjaman. Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat
menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya
perusahaan yang bonafid kemungkinan resiko kredit macet di masa mendatang
relatif kecil.
7. Produk yang Kompetitif
Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika
dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif. Hal ini disebabkan produk
yang kompetitif tingkat perputaran produknya tinggi sehingga pembayarannya
8. Hubungan Baik
Biasanya bunga pinjaman dikaitkan dengan faktor kepercayaan kepada seseorang
atau lembaga. Dalam praktiknya, bank menggolongkan nasabah antara nasabah
utama dan nasabah biasa. Penggolongan ini didasarkan kepada keaktifan serta
loyalitas nasabah yang bersangkutan kepada bank. Nasabah yang memiliki
hubungan baik dengan bank tentu penentuan suku bunganya pun berbeda dengan
nasabah biasa.
9. Persaingan
Dalam kondisi tidak stabil dan bank kekurangan dana, sementara tingkat
persaingan dalam memperebutkan dana simpanan cukup ketat, maka bank harus
bersaing keras dengan bank lainnya. Untuk bunga pinjaman, harus berada di
bawah bunga pesaing agar dana yang menumpuk dapat tersalurkan, meskipun
margin laba mengecil.
10. Jaminan Pihak Ketiga
Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada bank untuk menanggung
segala risiko yang dibebankan kepada penerima kredit. Biasanya apabila pihak
yang memberikan jaminan bonafide, baik dari segi kemampuan membayar, nama
baik, maupun loyalitasnya terhadap bank, bunga yang dibebankan pun juga
berbeda. Begitu pun sebaliknya.
Penyaluran kredit baru dan tingginya suku bunga kredit investasi pada kondisi
kredit investasi baru menunjukkan sedikit penurunan sejak Agustus 2010 seiring
dengan adanya penurunan pada tingkat bunga SBI dan tingkat bunga deposito. Tapi
dengan tingkat bunga kredit investasi yang masuk dalam kategori tinggi jika
dibandingkan dengan SBI. Diharapkan jika terjadi penurunan SBI yang diikuti
dengan menurunnya suku bunga kredit investasi mampu meningkatkan investasi di
dalam negeri yang merangsang pertumbuhan ekonomi.
Sumber: Hasil Pengolahan Data Bank Indonesia, 2010-2012 Gambar 4.1 Perkembangan Suku Bunga Kredit
4.2.4 Variabel Inflasi
Suku bunga dan dan inflasi menjadi dua faktor penting yang mempengaruhi
aktivitas penyaluran kredit. Keduanya tidak hanya mendorong suku bunga kredit
tetapi juga membuat risiko kredit macet menjadi lebih besar dan dalam kondisi
seperti ini kegiatan kredit perbankan harus tetap berlangsung. Di lain sisi kontrol BI
atas inflasi juga sangat terbatas, karena inflasi dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh
karena itu, BI selalu melakukan perkiraan terhadap perkembangan perekonomian,
khususnya terhadap kemungkinan tekanan inflasi.
Tingkat inflasi di Indonesia sejak tahun 2010 mengalami naik turun, tapi
tingkat investasi paling buruk dalam kurun waktu 3 tahun tersebut tahun 2011 adalah
tahun dengan tingkat inflasi yang paling tinggi yaitu pada bulan Januari menyentuh
angka 7,02% sedangkan tingkat inflasi paling rendah adalah pada bulan Maret 2010
yaitu sebesar 3,43%.
Laju perubahan inflasi perlu mendapat perhatian serius oleh Bank Indonesia
dan pemerintah untuk memberikan kepastian iklim bisnis di dalam negeri. Investasi
yang cenderung stabil akan memampukan investor membaca iklim bisnis sehingga
pengusaha berminat untuk melakukan penanaman modal di Indonesia, baik investasi
penanaman modal asing maupun dalam negeri.
Di bawah ini disajikan tingkat inflasi di Indonesia dalam waktu 3 tahun sejak
Sumber: Hasil Pengolahan Data Bank Indonesia, 2010-2012
Gambar 4.2 Perkembangan Inflasi
4.2.5 Variabel Non Performing Loan
Non performing loan atau biasa disebut NPL ini merupakan kredit bermasalah yang merupakan salah satu kunci untuk menilai kualitas kinerja bank. Ini
artinya NPL merupakan indiakasi adanya masalah dalam bank tersebut yang mana
jika tidak segera mendapatkan solusi maka akan berdampak bahaya pada bank.
Bagaimana tidak, meningkatnya NPL ini jika dibiarkan secara terus menerus akan
memberikan pengaruh negatif pada bank. Dampak negatif tersebut salah satunya
adalah mengurangi jumlah modal yang dimiliki oleh bank.
Suku bunga memang merupakan salah satu sumber income bank yang mana
jika bank tidak lagi menerima angsuran sesuai dengan jangka waktu yang telah
ditentukan, maka dikhawatirkan hal ini akan terus memperburuk kondisi bank.
Melihat kasus seperti ini, maka pihak bank memang dituntut untuk melakukan analisa
kredit sehingga bisa melakukan seleksi klien mana yang pantas untuk menerima dana
pinjaman dari bank.
NPL yang juga dikenal dengan kredit bermasalah ini memang bisa berdampak
pada berkurangnya modal bank. Jika hal ini dibiarkan, maka yang pasti akan
berdampak pada penyaluran kredit pada periode berikutnya. Sebagaimana fungsi
bank atau lembaga keuangan yang memang difungsikan untuk menghimpun dan juga
menyalurkan dana dari dan untuk rakyat. Untuk memaksimalkan hal ini dan tetap
terkoordinir dengan baik, maka pihak bank memang harus membuat sistem
manajemen pada berbagai aspek dan pihak yang terlibat.
Langkah ini merupakan upaya yang cukup bagus dalam melakukan
manajemen seluruh kegiatan operasional bank, diantaranya adalah untuk mengurangi
resiko gagal kredit atau kredit macet yang akhirnya bisa menyebabkan bank tidak
sehat. NPL pada perbankan Indonesia mengalami perbaikan yang sangat baik dimana
dapat kita dilihat pada tabel 4.3 bahwa NPL mengalami penurunan setiap tahun. Hal
ini sangat memberikan angin segar pada dunia perbakan yang pada akhirnya akan
Sumber: Hasil Pengolahan Data Bank Indonesia, 2010-2012 Gambar 4.3 Perkembangan Non Performing Loan
4.2.6 Variabel Dana Pihak Ketiga
Salah satu fungsi bank adalah menghimpun dana dan menyalurkannya
kembali. Semakin besar tingkat simpanan masyarakat di bank maka dapat dikatakan
tingkat kesejahteraan di suatu daerah tersebut tinggi. Sebab masyarakat yang lebih
sejahtera cenderung lebih menyimpan dananya atau simpanannya ke bank.
Secara umum perkembangan dana pihak ketiga mengalami kenaikan dari
tahun 2010 sampai tahun 2012. Titik terendah DPK berada di bulan Januari 2010
sebesar Rp 1.948 triliun. Sedangkan titik tertinggi berada pada bulan Desember 2012
hingga mencapai Rp 3.225 triliun. keadaan ini disebabkan oleh meningkatnya
pendapatan masyarakat dan juga semakin membaiknya perekonomian di Indonesia
Sumber: Hasil Pengolahan Data Bank Indonesia, 2010-2012 Gambar 4.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga
4.3 Hasil Regresi Penawaran Kredit Investasi Terhadap Suku Bunga, DPK dan NPL
Berdasarkan hasil regresi Two Stage Least Square pada persamaaan penawaran kredit investasi diperoleh estimasi sebagai berikut :
Tabel 4.5
Hasil Regresi TSLS Penawaran Kredit Investasi Terhadap Suku Bunga, DPK dan NPL
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -20.49058 6.412895 -3195216 0.0031
Suku Bunga 1.920312 1.268686 1.513623 0.1399
Adjusted
R-Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Lampiran Hasil Regresi
Berdasarkan tabel diatas dapat dibuat hasil model estimasi sebagai berikut:
Ls = -20.49058 + 1.920312 (SB) + 1.934285 (DPK) + 0.210789 (NPL)
t-sig = (0.0031 ) (0.1399 ) (0.0000) (0.1710 ) Fsig = 0.000000
R2 = 0.979473
Hasil model estimasi diatas dapat diintrepretasikan sebagai berikut:
1. Pada estimasi di atas nilai R-squared sebesar 0,97 yang berarti bahwa jumlah
kredit yang ditawarkan dapat dijelaskan oleh variabel suku bunga kredit
investasi, DPK dan NPL sebesar 97%. Sedangkan sisanya dijelaskan oleh
faktor-faktor di luar persamaan.
2. Uji F-hitung, pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah semua variabel
independen secara bersamaan berpengaruh nyata terhadap variabel dependen
dilihat dari nilai probabilitas F–hitung menggunakan taraf nyata = 0,1. Hasil
hitung menunjukkan bahwa persamaan tersebut memiliki probabilitas
F-hitung lebih kecil dari nilai, maka dapat disimpulkan seluruh variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara
3. Hasil estimasi koefisen suku bunga kredit perbankan sesuai dengan hipotesis
penelitian, yaitu berpengaruh positif. Nilai koefisien suku bunga kredit sebesar
1.9203 ini berarti jika suku bunga kredit naik sebesar 1 %, maka jumlah
penawaran kredit investasi naik sebesar 1.92%
4. Hasil estimasi koefisien Dana Pihak Ketiga (DPK) menunjukkan bahwa sesuai
dengan hipotesis penelitian, yaitu bernilai positif. Nilai koefisien Dana Pihak
Ketiga (DPK) sebesar 1.9342 yang artinya, apabila terjadi kenaikan inflasi
sebesar 1%, maka akan membuat jumlah penawaran kredit investasi naik
sebesar 1,9342 %.
5. Hasil estimasi koefisien Non Performing Loan (NPL) bernilai positif. Ini
menunjukkan bahwa variabel Non Performing Loan tidak sesuai dengan
hipotesis. Nilai koefisien Non Performing Loan (NPL) sebesar 0.2107 yang
artinya, apabila terjadi kenaikan inflasi sebesar 1 %, maka akan membuat
jumlah penawaran kredit investasi naik sebesar 0,2107 %.
4.4 Hasil Regresi Permintaan Kredit Investasi Terhadap Suku Bunga dan Inflasi
Hasil estimasi persamaan permintaan kredit investasi dengan metode Two
Stage Least Squares disajikan pada Tabel 4.6.
Hasil Regresi TSLS Permintaan Kredit Investasi Terhadap Suku Bunga dan Inflasi
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 34.37808 1.025423 33.52575 0.0000
Suku Bunga -8.559210 0.417365 -20.50775 0.0000 Inflasi -0.230635 0.048309 -4.774153 0.0000
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Lampiran Hasil Regresi
Berdasarkan tabel diatas dapat dibuat hasil model estimasi sebagai berikut:
Ld = 34.37808 + (-8.559210) SB + (-0.230635) INF
t-sig = (0.0000 ) (0.0000 ) (0.0000) Fsig = 0.000000
R2 = 0.929712
Hasil model estimasi diatas dapat diintrepretasikan sebagai berikut:
1. Pada estimasi model permintaan di atas nilai R-squared sebesar 0,92 yang
berarti persamaan permintaan kredit investasi dapat dijelaskan oleh variabel
suku bunga kredit dan inflasi sebesar 92%, sedangkan sisanya dijelaskan
2. Uji F-hitung, pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah semua variable
independen secara bersamaan berpengaruh nyata terhadap variabel
dependen dilihat dari nilai probabilitas F–hitung menggunakan taraf nyata =
0,5. Hasil F-hitung menunjukkan bahwa persamaan tersebut memiliki
probabilitas F-hitung lebih kecil dari nilai, maka dapat disimpulkan seluruh
variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
secara bersamaan dengan derajat kepercayaan mendekati 95%.
3. Hasil estimasi koefisen suku bunga kredit perbankan sesuai dengan hipotesis
penelitian, yaitu berpengaruh negatif. nilai koefisien suku bunga kredit
sebesar -8.559 ini berarti jika suku bunga kredit naik sebesar 1%, maka
jumlah permintaan kredit investasi turun sebesar 8,559%.
4. Hasil estimasi koefisien inflasi menunjukkan bahwa sesuai dengan hipotesis
penelitian, yaitu bernilai negatif. nilai koefisien inflasi sebesar -0.2306 yang
artinya, apabila terjadi kenaikan inflasi sebesar 1%, maka akan membuat
jumlah kredit investasi yang diminta turun sebesar 0,2306%.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka peneliti
mengambil kesimpulan adalah sebagai berikut: