• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penawaran Dan Permintaan Kredit Investasi Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Penawaran Dan Permintaan Kredit Investasi Di Indonesia"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN KREDIT

INVESTASI DI INDONESIA

OLEH:

AGUSTIO FERDINAND

080501098

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

Sejumlah faktor sangat mempengaruhi permintaan dan penawaran kredit investasi di Indonesia . penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh suku bunga kredit perbankan dan inflasi terhadap permintaan kredit investasi dan bagaimana pengaruh NPL, Bunga Kredit Perbankan dan DPK terhadap Penawaran Kredit Investasi.

Dalam penelitian ini, data di dapat dari Bank Indonesia dan sumber penelitian lainnya. Penelitian ini menggunakan metode Two Stage Least Square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bunga kredit perbankan dan inflasi berpengaruh negatif terhadap permintaan kredit investasi, sementara bunga kredit perbankan, DPK dan NPL berpengaruh positif terhadap penawaran kredit invetasi.

Pada estimasi nilai R-squared bahwa variabel suku bunga kredit investasi, DPK dan NPL mampu menjelaskan penawaran kredit investasi sebesar 97 % sedangkan estimasi model permintaan nilai R-squared pada persamaan permintaan kredit investasi bahwa variabel suku bunga kredit dan inflasi mampu menjelaskan permintaan kredit investasi sebesar 92 %.

(3)

ABSTRACT

Some of factors affect the demand and supply of credit investments in Indonesia. This study aims to see how the effect rates of bank and inflation to demand for investment credit and how effect rates of bank, Third Party funds and NPL to Supply of Credit Invesment.

In this study, data obtained from Bank Indonesia and other sources that is research result .The study using Two Stage Least Square method.

The results showed that rates of bank and inflation has negatively effect to demand credit invesment, while rates of bank, Third Party Fund and NPL has positive effect to supply of credit invesment .

Value estimates In the R-squared that variable rates of bank, Third Party Fund and NPL were able to explain supply of credit investment for 97%, while the estimated demand model R-squared value of the demand of credit investment equation that variable rates of bank the demand of credit investment for 92%.

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis Ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa Atas

Berkat dan Perlindungannya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga akhirnya

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Penawaran dan Permintaan Kredit Investasi di Indonesia”. Penulisan skripsi ini merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ekonomi Pembangunan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara.

Teristimewa penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua

orangtua tersayang Ayahanda Maruli S.P Simatupang dan Ibunda R.S. Maria

Butarbutar atas segala doa, dukungan, motivasi dan kasih sayang serta kesabaran

yang luar biasa yang tidak terhingga kepada penulis.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum. M.Ec, Ac, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, Mec dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution,

M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad, SE. M.Soc.Sc. Ph.D dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku

Ketua dan Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

(5)

4. Bapak Prof. DR Ramli, SE, MS selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan memberikan arahan kepada penulis selama masa

penyusunan skripsi.

5. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Dosen Pembaca Penilai skripsi ini.

6. Kepada Bapak/Ibu dosen Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama

mengikuti perkuliahan.

7. Seluruh staff Administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utrara yang

telah banyak membantu penulis dalam setiap administrasi yang diperlukan oleh

penulis.

8. Kepada Kakakku yang selama ini memberi dukungan.

9. Kepada teman-teman di Ekonomi Pembangunan stambuk 2008.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

menyempurnakan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca

dan peneliti lainnya.

Medan, Juli 2014

Penulis

(6)

Halaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

(7)

2.9 Kerangka Konseptual ... 29

2.10 Hipotesis ... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Permintaan dan Penawaran Kredit Investasi di Indonesia ... 37

4.2 Variabel Penelitian ... 37

4.2.1 Variabel Permintaan Kredit Investasi ... 38

4.2.2 Variabel Penawaran Kredit Investasi ... 38

4.2.3 Variabel Bunga Kredit Perbankan ... 38

4.2.4 Variabel Inflasi ... 42

4.2.5 Variabel NPL ... 44

4.2.6 Variabel DPK ... 46

4.3 Hasil Regresi Penawaran Kredit Investasi Terhadap Suku Bunga, DPK dan NPL ... 47

4.4 Hasil Regresi Permintaan Kredit Investasi Terhadap Suku Bunga dan Inflasi ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 52

5.2 Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Kriteria Penilaian tingkat kesehatan ratio NPL ... 25 4.5 Hasil Regresi Penawaran Kredit Investasi Terhadap

Suku Bunga, DPK dan NPL ... 47 4.6 Hasil Regresi Permintaan Kredit Investasi Terhadap

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

1.1 Perkembangan Perkembangan Kredit Bank Umum Indonesia Desember 2008 – 2010

Yoy (dalam miliar) ... 4

1.2 Perkembangan Inflasi di Indonesia... 6

2.1 Tingkat Bunga Menurut Klasik ... 22

2.2 Keranga Konseptual Penawaran dan Permintaan Kredit Investasi ... 29

4.1 Perkembangan Suku Bunga Kredit ... 42

4.2 Perkembangan Inflasi ... 44

4.3 Perkembangan Non Performing Loan ... 46

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1 Data Variabel Penelitian ... 54 2 Hasil Regresi Two Stage Least Square

Terhadap Permintaan ... 55 3 Hasil Regresi Two Stage Least Square

(11)

ABSTRAK

Sejumlah faktor sangat mempengaruhi permintaan dan penawaran kredit investasi di Indonesia . penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh suku bunga kredit perbankan dan inflasi terhadap permintaan kredit investasi dan bagaimana pengaruh NPL, Bunga Kredit Perbankan dan DPK terhadap Penawaran Kredit Investasi.

Dalam penelitian ini, data di dapat dari Bank Indonesia dan sumber penelitian lainnya. Penelitian ini menggunakan metode Two Stage Least Square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bunga kredit perbankan dan inflasi berpengaruh negatif terhadap permintaan kredit investasi, sementara bunga kredit perbankan, DPK dan NPL berpengaruh positif terhadap penawaran kredit invetasi.

Pada estimasi nilai R-squared bahwa variabel suku bunga kredit investasi, DPK dan NPL mampu menjelaskan penawaran kredit investasi sebesar 97 % sedangkan estimasi model permintaan nilai R-squared pada persamaan permintaan kredit investasi bahwa variabel suku bunga kredit dan inflasi mampu menjelaskan permintaan kredit investasi sebesar 92 %.

(12)

ABSTRACT

Some of factors affect the demand and supply of credit investments in Indonesia. This study aims to see how the effect rates of bank and inflation to demand for investment credit and how effect rates of bank, Third Party funds and NPL to Supply of Credit Invesment.

In this study, data obtained from Bank Indonesia and other sources that is research result .The study using Two Stage Least Square method.

The results showed that rates of bank and inflation has negatively effect to demand credit invesment, while rates of bank, Third Party Fund and NPL has positive effect to supply of credit invesment .

Value estimates In the R-squared that variable rates of bank, Third Party Fund and NPL were able to explain supply of credit investment for 97%, while the estimated demand model R-squared value of the demand of credit investment equation that variable rates of bank the demand of credit investment for 92%.

(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Hampir semua ahli ekonomi berpendapat bahwa modal merupakan faktor yang

penting dalam mewujudkan pembangunan ekonomi suatu negara. Papanek (2004)

mengatakan bahwa jika ada satu-satunya faktor tunggal yang penting untuk

pembangunan ekonomi suatu negara maka faktor tersebut adalah modal. Modal bisa

berasal dari sumber dana domestik atau bantuan dari negara lain. Lembaga perbankan

merupakan pemain utama dalam penyediaan sumber dana domestik di Indonesia

sehingga memiliki peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu Negara.

Lembaga perbankan merupakan lembaga intermediasi yang menghimpun dana dari

masyarakat yang kelebihan dana (pihak surplus) dan menyalurkannya kepada

masyarakat yang memerlukan dana (pihak defisit). Salah satu jasa pelayanan

perbankan yang utama adalah penyaluran kredit. Kredit merupakan salah satu jasa

perbankan yang terkait langsung dengan sektor riil sebagai modal pembiayaan, baik

pembiayaan investasi, modal kerja maupun investasi yang pada akhirnya akan

mempengaruhi pertumbuhan sektor riil dan peningkatan output nasional.

Investasi menjadi salah satu kata kunci dalam setiap upaya menciptakan

pertumbuhan ekonomi baru bagi perluasan penciptaan lapangan kerja, peningkatan

pendapatan dan penanggulangan kemiskinan. Melalui peningkatan kegiatan

(14)

menjadi faktor pengungkit yang sangat dibutuhkan bagi suatu negara dalam

menggerakan mesin ekonomi mengawal pertumbuhan yang berkelanjutan.

Tahun 2012 tampaknya merupakan tonggak emas sejarah kinerja investasi

Indonesia, meskipun dibayang-bayangi kondisi perekonomian global yang kurang

menguntungkan bagi ekspansi peningkatan kegiatan investasi, namun kinerja

investasi di Indonesia dalam tahun-tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang

sangat menggembirakan.

Data yang dilansir Kantor BKPM (22/10), membuktikan hal tersebut, hal ini

terlihat dari kinerja investasi pada triwulan II atau hingga September 2012, yang

telah menembus angka Rp 229 triliun atau 81,1% dari target tahun ini, realisasi

investasi tersebut meningkat sekitar 27% dibandingkan periode yang sama tahun

lalu. Hal ini berdampak positip terhadap penambahan pendapatan (produk domestik

bruto/PDB). Kinerja investasi Rp 229,9 triliun tersebut merupakan akumulasi

realisasi penanaman modal, baik penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun

penanaman modal asing (PMA), pada periode Januari–September 2012, PMDN

mencapai Rp 65,7 triliun dan PMA mencapai Rp164,2 triliun.

Salah satu hal yang menggembirakan dalam struktur realisasi investasi di

Indonesia tersebut adalah mulai terjadinya pemerataan, tercermin dari porsi investasi

di luar Jawa yang terus naik. Pada Januari–September 2012, investasi di luar Jawa

mencapai Rp107,0 triliun atau 46,5 persen di antara total investasi. Angka tersebut

(15)

persen di antara total realisasi investasi, pemerataan investasi ini sangat penting untuk

mendorong pemerataan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

` Capaian kinerja investasi tersebut di atas, sesungguhnya menunjukkan

indikator mulai berhasilnya berbagai upaya perbaikan iklim investasi yang telah

dilakukan pemerintah dalam meningkatkan investasi dan memberikan nilai tambah

dan daya saing perekonomian nasional, di sisi lain, kinerja investasi menunjukkan

meningkatkan kepercayaan dunia usaha kepada Indonesia, jumlah penduduk yang

besar serta meningkatnya jumlah kelas menengah menjadi daya tarik utama bagi

kegiatan investasi, disamping terus membaiknya makro ekonomi Indonesia.

Pertumbuhan perekonomian suatu negara juga tidak terlepas dari peranan

industri perbankan. Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 “Bank adalah

badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak” (Perubahan

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan).

Salah satu fungsi bank adalah fungsi intermediasi. Fungsi intermediasi adalah

bank sebagai pemberi kredit. Apabila proses intermediasi tersebut berjalan dengan

baik, maka semua pihak baik bank, pihak yang kelebihan dana, dan pihak yang

kekurangan dana akan memperoleh manfaat dari keberadaan suatu bank (Suseno dan

Abdullah, 2004).

(16)

dihimpun oleh bank yang disalurkan oleh bank kepada masyarakat, atau biasa disebut

Loan to Deposit Ratio (LDR).

Kredit dalam perekonomian berfungsi sebagai sumber permodalan untuk

menjaga dan meningkatkan kegiatan usaha ekonomi, meningkatkan daya beli

masyarakat, meningkatkan kecepatan peredaran, lalu lintas uang dan sebagai

jembatan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di satu negara.

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Gambar 1.1 Perkembangan Kredit Bank Umum Indonesia Desember 2008 – 2010 yoy (dalam miliar)

Berdasarkan grafik 1.1 penyaluran kredit mengalami kenaikan dari tahun

2008 yaitu sekitar Rp. 1.300 Triliun sampai 2010 yang mencapai sekitar Rp. 1.765

Triliun. Hal ini berarti fungsi Bank sebagai intermediasi mengalami kemajuan. Jika

dilihat grafik di atas penyaluran kredit ke sektor produktif lebih besar dibandingan

kepada sektor konsumsi. Pada tahun 2010 penyaluran kredit investasi mengalami

pertumbuhan sebesar 25% dibandingkan tahun sebelumnya.

(17)

Permintaan kredit investasi di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Salah satunya adalah tingkat suku bunga kredit yang ditetapkan bank umum di

Indonesia. Biasanya faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat suku bunga

kredit antar bank umum adalah kebijaksanaan pemerintah, target laba yang

diinginkan oleh bank dan lain-lain. Jika pada suatu bank memiliki suku bunga kredit

yang tinggi, maka permintaan kredit yang dilakukan masyarakat akan menjadi

menurun. Di sisi lain, suku bunga yang tinggi pada suatu bank maka pihak bank akan

semakin berani dalam menawarkan kredit kepada masyarakat. Suku bunga kredit

investasi bank umum di Indonesia sepanjang 2012 cenderung fluktuatif berkisar di

angka 11%.

Dalam permintaan kredit, inflasi juga ikut berperan mempengaruhi

permintaan kredit investasi di Indonesia. Naik turunnya inflasi biasanya di sebabkan

oleh harga-harga barang dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar Rupiah (Rp) terhadap

Dollar Amerika (US$). bila melihat inflasi yang terjadi di Indonesia pada tahun

(18)

Sumber : Bank Indonesia

Gambar 1.1 Perkembangan inflasi di Indonesia

Sedangkan dari sisi penawaran, besar kecilnya jumlah kredit di Indonesia

dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah Dana Pihak Ketiga (DPK).

Menurut data Bank Indonesia pada bulan Desember 2009, DPK yang terkumpul

sekitar Rp. 1.973 Triliun dan pada Desember 2010 DPK mengalami pertumbuhan

sekitar 18% yaitu sebesar Rp. 2.338 Triliun.

Salah satu acuan bank dalam memberikan kredit kepada masyarakat adalah

Non Performing Loan (NPL). Bank Indonesia sebagai bank sentral menetapkan ratio

NPL sebesar 5% dari kredit yang disalurkan oleh bank. NPL merupakan hambatan

bagi bank untuk menyalurkan kredit karena pihak bank tidak ingin mengalami

kerugian yang dikarenakan ketidaksanggupan debitor untuk membayar kredit. Oleh

karena itu bank menerapkan prinsip kehati-hatian atau melakukan penilaian dengan

memperhatikan character (watak), capacity (kemampuan), capital (modal), collateral

(19)

mengalami penurunan, tetapi penurunan jumlah rasio NPL tidak diimbangi dengan

jumlah kredit yang bermasalah sebenarnya.

Berdasarkan uraian dan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian skripsi dengan judul “Analisis Permintaan dan Penawaran Kredit Investasi di Indonesia’’.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka ada rumusan masalah

yang dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh bunga kredit dan Inflasi terhadap permintaan kredit

investasi di Indonesia.

2. Bagaimana pengaruh Bunga Kredit, Dana Pihak Ketiga dan Non Performing

Loan (NPL) terhadap penawaran kredit Investasi di Indonesia.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian adalah:

1. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh Bunga kredit dan Inflasi

terhadap permintaan kredit investasi di Indonesia.

2. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh Bunga kredit, Dana Pihak

Ketiga dan Non Performing Loan (NPL) terhadap penawaran kredit Investasi

di Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

(20)

1. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa

Fakultas Ekonomi terutama departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin

melakukan penelitian selanjutnya.

2. Sebagai bahan masukan bagi pemangku kepentingan/stakeholder untuk

mengambil keputusan dalam pengambilan kredit.

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak bank dalam menawarkan kredit

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi

2.1.1 Pengertian Investasi

Secara umum investasi diartikan sebagai penanaman uang atau modal dalam

perseorangan, suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan.

Contoh investasi: pembelian aset seperti saham, pembelian barang modal untuk

produksi dalam suatu usaha, maupun berupa property seperti rumah atau tanah.

Menurut sadono sakirno (1997) Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran

atau pembelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli

barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambahkemampuan

memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian.

2.1.2 Jenis-jenis investasi

Menurut cara pembagiannya, investasi dibagi menjadi delapan jenis yang

terkelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu (Rosyidi:1995):

1. Autonomous investment dan induced investment.

Atonomous investment (investasi otonom) adalah investasi yang besar

kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan, tetapi dapat berubah oleh karena adanya

perubahan-perubahan faktor-faktor diluar pendapatan. misalnya tingkat teknologi,

kebijaksanaan pemerintah dan sebagainya. sedangkan induced investment (investasi

terimbas) sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan.

(22)

Public investment adalah investasi atau penanaman modal yang dilakukan

oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah. sedangkan private

investment adalah investasi yang dilaksanakan oleh swasta. di dalam private

investment keuntungan merupakan prioritas sementara public investment lebih

diarahkan kepada melayani dan menciptakan kesejahteraan bagi rakyat banyak.

3. Domestic investment dan foreign investment.

Domestic investment adalah penanaman modal di dalam negeri sedangkan

foreign investment adalah penanaman modal asing.

4. Gross investment dan net investment.

Gross investment (investasi bruto) adalah total seluruh investasi yang

diadakan atau yang dilaksanakan pada suatu waktu. sedangkan net investment

(investasi netto) adalah selisih antara investasi bruto dengan penyusutan. contoh:

investasi bruto tahun ini adalah Rp. 25 juta sedangkan penyusutan yang terjadi

selama tahun lalu adalah sebesar Rp. 10 juta itu berarti investasi netto tahun ini

adalah sebesar Rp. 15 tahun.

2.2 Bank

2.2.1Pengertian Bank

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan

atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak

(Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun

(23)

Menurut G.M Verryn Stuart yang ditulis Dendiwijaya Bank adalah suatu

badan yang bertujuan untuk memaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat

pembayarannya sendiri atau dengan ang yang diperoleh dari orang lain, maupun

dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar baru berupa uang giral.

Bank adalah Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun

dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta

memberikan jasa bank lainnya (Kasmir, 2000:11).

2.2.2 Jenis-Jenis Bank

Dewasa ini jenis bank dapat ditinjau dari berbagai segi antara lain :

a) Bank berdasarkan Fungsinya

Mengikuti Undang-Undang Perbankan No.10 Tahun 1998, maka bank dari segi

fungsinya dibedakan menjadi :

1. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan

usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

b) Bank berdasarkan Kepemilikannya

(24)

1. Bank milik pemerintah adalah dimana akte pendirian maupun modalnya

dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank dimiliki oleh

pemerintah.

2. Bank milik swasta nasional adalah bank yang seluruh atau sebagian besar

modalnya dimiliki swasta serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta

begitu pula pembagian keuntungan diambil oleh swasta.

3. Bank milik asing adalah merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri

baik milik swasta maupun pemerintah asing atau negara.

4. Bank milik campuran merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki

oleh pihak asing dan pihak swasta nasional, dimana kepemilikan sahamnya

secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia.

c) Bank berdasarkan segi Status

Bank dilihat dari segi status bank dibedakan menjadi :

1. Bank Devisa merupakan bank yang dapat melakukan transaksi keluar negeri

atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.

Persyaratan untuk menjadi bank devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia

setelah memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

2. Bank Non Devisa merupakan bank yang belum mempunyai ijin untuk

melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat

melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. Jadi bank non devisa

dalam melakukan transaksi masih dalm batas-batas negara.

(25)

Jenis bank berdasarkan caranya menentukan harga, baik harga jual maupun beli

terdapat dalam dua kelompok, yaitu :

1. Bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional, yaitu bank yang dalam

aktivitasnya, baik penghimpun dana maupun dalam rangka penyaluran

dananya , memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau

sejumlah imbalan dalam persentase tertentu dari dana untuk suatu periode

tertentu. Periode tertentu ini biasanya ditetapkan pertahun.

2. Bank Syariah, yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpun dana

maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan

imbalan atau dasar prinsip syariah yaitu jaul beli dan bagi hasil.

2.1.3 Fungsi dan Peranan Bank 2.1.3.1 Fungsi Bank

Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat

luas dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman atau kredit untuk

berbagai tujuan. Fungsi bank dalam perekonomian suatu negara diklasifikasikan

sebagai berikut (Lubis, 2010:10) :

1. Fungsi Bank sebagai Agent of Trust

Maksudnya adalah bahwa bank sebagai financial intermediary menjalankan fungsinya atas dasar kepercayaan yang diterima oleh bank dari masyarakat.

Kepercayaan masyarakat yang diberikan berupa amanat agar bank mengelola dan

(26)

sebagai agent of trust ini tentu tidak terlepas dari prinsip saling mengntungkan

bagi kedua belah pihak.

2. Fungsi Bank sebagai Agent of Development

Guna mewujudkan pembangunan dan kesejahteraan dalam perekonomian, bank

dianggap sebagai lembaga yang cukup berperan signifikan. Hal ini dikarenakan

aktivitas bank sebagai financial intermediary dapat mempertemukan sektor riil dan sektor moneter untuk berinteraksi. Sebagian besar peredaran uang dalam

perekonomian terjadi melalui institusi perbankan sehingga interaksi sektor riil

dan sektor moneter diharapkan berjalan dengan baik demi mendukung proses

pembangunan.

3. Fungsi Bank sebagai agent of service

Bank diketahui juga sebagai lembaga yang bergerak dibidang jasa yang lebih

beragam, dengan kata lain aktivitas perbankan tidak hanya terbatas dalam hal

menghimpun dana dan menyalurkan dana ditengah masyarakat. Beragamnya

jenis jasa yang ditawarkan oleh bank menjadikan institusi perbankan juga

dianggap sebagai agent of service.

2.2.3 Peranan Bank

Bank dan lembaga keuangan bukan bank mempunyai peranan yang sangat

penting dalam sistem keuangan yaitu:

a. Pengalihan asset (Asset Transmutation)

Bank mendirikan pinjaman kepada pihak yang membutuhkan dana dalam jangka

(27)

pengalih aset yang likuid dari unit surplus (lenders) kepada unit defisit (borrowers).

b. Transaksi (Transaction)

Bank memberikan berbagai kemudahan kepada pelaku ekonomi untuk

melakukan transaksi barang dan jasa. Transaksi barang dan jasa tidak pernah

terlepas dari transaksi keuangan, produk-produk yang dikeluarkan oleh bank

merupakan pengganti uang dan dapat digunakan sebagai alat pembayaran.

c. Likuiditas (Liquidity)

Lembaga keuangan bank memberikan fasilitas pengelolaan likuiditas kepada

pihak yang mengalami surplus likuiditas. Disisi lain bank juga akan dapat

memberikan fasilitas tambahan likuiditas kepada pihak-pihak yang mengalami

kekurangan likuiditas.

d. Efisiensi (Efficiency)

Peranan bank sebagai broker adalah menemukan peminjam dan pengguna modal tanpa mengubah produknya. Bank dapat menurunkan biaya transaksi dengan

jangkauan pelayanan. Peranan bank untuk memperlancar dan mempertemukan

pihak-pihak yang saling membutuhkan.

2.3 Kredit

2.3.1 Pengertian Kredit

Menurut UU No. 10 Tahun 1998 kredit adalah penyediaan uang atau tagihan

(28)

pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak untuk

melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Menurut Jhonson yang ditulis Julius Latumerissa, kredit adalah kemampan

untuk memperoleh barang-barang atau jasa-jasa dengan memberikan janji akan

membayar dengan uang (atau barang) seketika diminta pembayarannya atau pada

suatu hari tertentu di kemudian hari.

Dalam bahasa latin kredit berasal dari kata “credere” yang artinya percaya. Itu

artinya si pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang

diberikan akan dikembalikan sesuai dengan perjanjian.

2.3.2 Unsur-unsur kredit

Unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah

sebagai berikut.

1. Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang

diberikan akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa datang.

2. Kesepakatan, dimana kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian

dimana masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya

masing-masing.

3. Jangka waktu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang

telah disepakati.

4. Risiko, adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan satuu

(29)

5. Balas jasa, merupakan suatu kentungan atas pemberian kredit atau jasa tersebut

yang dikenal dengan nama bunga.

2.3.3 Jenis-Jenis Kredit

Kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk

masyarakat terdiri dari, sebagai berikut (Kasmir 2008:103).

a) Dilihat Dari Segi Kegunaan

1. Kredit Investasi

Merupakan kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk keperluan

perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan

rehabilitasi.

2. Kredit Modal Kerja

Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi

dalam operasionalnya.

b) Dilihat Dari Segi Tujuan Kredit

1. Kredit Produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha/produksi/ investasi. Kredit

ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa.

2. Kredit Konsumtif

Kredit yang digunakan untuk konsumsi pribadi. Dalam kredit ini tidak ada

pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan karena memang untuk

(30)

Merupakan kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk

membiayai aktivitas perdagangannya seperti untuk membeli barang

dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil kredit ini sering

diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli

barang dalam jumlah besar.

c) Dilihat Dari Segi Jangka Waktu

1. Kredit Jangka Pendek

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun dan

biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.

2. Kredit Jangka Menengah

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu berkisar antara 1 tahun

sampai dengan 3 tahun dan biasanya kredit ini digunakan untuk melakukan

investasi.

3. Kredit Jangka Panjang

Merupakan kredit yang pengembaliannya paling panjang, jangka waktu

pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini digunakan

untuk investasi jangka panjang seperti : perkebunan karet, kelapa sawit,

manufaktur atau kredit konsumtif seperti kredit perumahan.

d) Dilihat Dari Segi Sektor Usaha

(31)

Merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau sektor

pertanian. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka jangka pendek atau

jangka panjang.

2. Kredit Peternakan

Merupakan kredit yang diberikan untuk sektor peternakan, baik jangka

pendek maupun jangka panjang.

3. Kredit Industri

Merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana, baik industri

kecil, industri menengah, dan industri besar.

4. Kredit Pertambangan

Merupakan kredit yang diberikan untuk usaha tambang, jenis tambang yang

dibiayai biasanya dalam jangka panjang seperti tambang emas, minyak, dan

timah.

5. Kredit Pendidikan

Merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana

pendidikan atau dapat pula kredit untuk para mahasiswa.

6. Kredit Profesi

Merupakan kredit yang diberikan kepada para kalangan profesional seperti

dosen, dokter atau pengacara.

7. Kredit Perumahan

(32)

2.4 Suku Bunga

2.4.1 Pengertian Suku Bunga

Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang

berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual

produknya. Bunga bagi bank juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar

kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan harga yang harus dibayar oleh

nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).

2.4.2. Jenis Bunga

Ada 2 macam bunga yang diberikan kepada nasabah dalam kegiatan perbankan

konvensional, yaitu:

1. Bunga Simpanan

Merupakan harga beli yang harus dibayar bank kepada nasabah pemilik

simpanan. Bunga ini diberikan sebagai rangsangan ata balas jasa, kepada nasabah

yang menyimpan uangnya di bank.

2. Bunga Pinjaman

Merupakan bunga yang dibebankan kepada para peminjam (debitur) atau harga

jual yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank.

2.4.3 Jenis Pembebanan Suku Bunga Kredit

Jenis-jenis pembebanan suku bunga kredit dan rumus perhitungan

1. Suku Bunga Effektif

Pengertian effektif/anuitas ini adalah bahwa bunga pinjaman selalu dihitung dari

(33)

bulan adalah berbeda (semakin kecil) karena seiring dengan cicilan yang

dilakukan sisa pokok pinjaman akan berkurang.

Rumus perhitungan :

�������������= �����������������

��

Keterangan :

Bunga Angsuran : bunga bulan yang bersangkutan. Sisa pokok : sisa pokok pinjaman.

Bunga : suku bunga pinjaman efektif per tahun 2. Suku Bunga Flat

Pengertian flat adalah bahwa bunga pinjaman selalu dihitung dari pokokawal

pinjaman. Dengan demikian jumlah bunga yang dibayar setiap bulan adalah

sama.

Rumus perhitungan :

�������� = �����+ (����� ������������)

�����

Keterangan :

Angsuran : jumlah angsuran per bulan Pokok : pokok awal pinjaman

Bunga : suku bunga pinjaman flat per tahun Tahun : jangka waktu pinjaman dalam tahun Bulan : jangka waktu pinjaman dalam bulan

3. Floating rate

Jenis ini membebankan bunga dikaitkan dengan bunga yang ada di pasar uang

sehingga bunga yang dibayar setiap bulan sangat tergantung dari bunga pasar uang

(34)

2.4.4 Teori Klasik Tingkat Bunga

Tabungan, menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga. makin tinggi

tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat akan mendorong untuk

mengorbankan pengeluaran konsumsi guna menambah tabungan.

investasi merupakan fungsi dari tingkat bunga. makin tinggi tingkat bunga, keinginan

untuk melakukan investasi juga makin kecil. seseorang akan menambah pengeluaran

investasi apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat

bunga yang harus dibayar untuk dana investasi tersebut.

Gambar 2.1 Tingkat bunga menurut klasik

Keseimbangan tingkat bunga ada di titik I0, dimana jumlah tabungan sama dengan

investasi. Apabila tingkat bunga berada di titik i1, maka jumlah tabungan melebihi

keinginan penguasaha untuk berinvestasi. Para penabung akan meminjamkan

dananya sehingga akan menekan tingkat bunga turun kembali ke titik i0. Sebaliknya,

Tabungan

Rupiah yang diinvestasikan & ditabung

(35)

apabila tingkat bunga berada di titik i2, maka para pengusaha akan berusaha untuk

memperoleh dana yang jumlahnya relatif kecil sehingga persaingan ini akan

mendorong tingkat bunga naik ke posisi i0.

2.5 Dana Pihak Ketiga (DPK) 2.5.1 Pengertian Dana Pihak Ketiga

Dana pihak ketiga (simpanan) yang dijelaskan dalam UU Perbankan RI No.

10 tahun 1998 tentang perbankan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat

kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito,

sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

2.5.2. Sumber-sumber Dana Pihak Ketiga

Sumber dana pihak ketiga tersebut berupa:

1. Giro ( Demand Deposit )

Giro adalah simpanan dari pihak ketiga kepada bank yang penarikannya

dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, surat perintah pembayaran

lainnya atau dengan pemindahbukuan.

2. Deposito

Secara garis besar deposito dapat dibagi kedalam tiga jenis, yaitu (Julius,

2011:247)

a) deposito berjangka (time deposit)

Adalah simpanan pihak ketiga di bank yang penarikannya hanya dapat

dilakukan setelah jangka wakt tertentu menurut perjanjian antara pihak

(36)

diterbitkan atas nama deposan tertentu sehingga tidak dapat dipindah

tangankan ata diperjual belikan.

b) deposito harian (deposit on call)

Adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang memiliki jangka waktu 1

sampai 30 hari yang pencairannya dapat dilakukan setiap hari dengan

pemberitahuan sebelumnya kepada pihak bank akan maksud tersebut.

c) sertifikat deposito (certificate deposit)

Adalah suatu bentuk simpanan berjangka yang diterbitkan oleh bank yang

dapat diperjualbelikan ata dipindah tangankan kpada pihak ketiga.

3. Tabungan ( Saving Deposit )

Tabungan adalah simpanan dari masyarakat atau pihak ke 3 kepada bank yang

penarikannya dapat di lakukan sewaktu-waktu.

2.6 Non Performing Loan (NPL)

Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang dipergunakan untuk

mengukur kemampuan bank dalam mengukur resiko kegagalan pengembalian

kredit oleh debitur. Kredit bermasalah atau problem loan dapat diartikan sebagai

pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan

atau karena faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur.

Jika tingkat rasio NPL tinggi maka pihak bank akan berhati-hati dalam

menyalurkan kredit ke masyarakat.. Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio NPL

(37)

Tabel 2.1

Kriteria penilaian tingkat kesehatan rasio NPL

Rasio Predikat

NPL ≤ 5% Sehat

NPL > 5% Tidak Sehat

Sumber : Bank Indonesia

Berdasarkan tabel di atas, Bank Indonesia menetapkan nilai NPL maksimum

adalah sebesar 5%, apabila bank melebihi batas yang diberikan maka bank tersebut

dikatakan tidak sehat. Meningkatnya NPL akan menggurangi jumlah modal bank,

Karena pendapatan yang diterima bank akan digunakan untuk menutupi NPL

tersebut. Selain itu, meningkatnya NPL akan mempengaruhi bank dalam

menyalurkan kredit kepada masyarakat pada periode selanjutnya.

Banyak faktor yang seringkali memicu munculnya masalah ini diantaranya

adalah dampak krisis multidimensional yang hingga saat ini membuat banyak dari

para debitur bank tidak mampu menyelesaikan masalah kredit mereka yang macet.

Faktor lain yang juga seringkali memicu masalah ini adalah tidak adanya itikad baik

dari para debitur untuk segera menyelesaikan masalah ini. Akibatnya tidak jarang

bank atau lembaga keuangan akan menerima dampaknya dari kondisi ini. Tingginya

suku bunga memang seringkali menjadi beban berat bagi para debitor untuk

menyelesaikan kewajiban mereka pada bank, Sehingga mereka tidak mampu

menyelesaikan kredit sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat.

Untuk menjaga bank tetap dalam kondisi yang aman, maka sistem manajemen

(38)

manajemen yang baik dalam berbagai kegiatan operasional bank terutama untuk

hal-hal yang terkait dengan kredit ini, akan membantu menjaga kestabilan kondisi dalam

bank.

2.7 Inflasi

2.7.1 Pengertian Inflasi

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus

menerus. dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata

uang secara terus menerus.

Menurut Boediono definisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari

harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu

atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas

kepada sebagian besar dari harga barang-barang lain.

2.7.2 Jenis-jenis Inflasi

Berdasarkan asal dari inflasi dibagi menjadi:

1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)

Inflasi yang berasal dari dalam negeri timbul misalnya karena defisit anggaran

belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, panenan gagal dan

sebagainya.

2. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)

Inflasi yang timbul karena kenaikan harga-harga diluar negeri atau di

(39)

negeri ini dapat mudah terjadi pada negara-negara yang perekonomiannya

terbuka.

2.7.3 Dampak Inflasi

Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu

negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat

spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit

neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan

masyarakat.

1. Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan.

Ini dikarenakan pada saat inflasi maka harga barang-barang akan cenderung

naik sedangkan pendapatan tidak mengalami kenaikan.

2. Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata

uang semakin menurun. apabila masyarakat cenderung tidak menabung maka

dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Ini dikarenakan dunia usaha

membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.

3. Bagi produsen, inflasi dapat menyebabkan terhentinya kegiatan produksi

barang. Ini terjadi dikarenakan biaya produksi yang meningkat dikarenakan

inflasi sehingga biaya produksi lebih besar dibandingkan dengan

pendapatannya.

(40)

Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang kredit

perbankan berikut dengan kesimpulan dari masing-masing penelitian.

Peneliti Judul Variabel Hasil

Ratih Pranita Investasi, ROA, LDR, DPK

Penawaran kredit investasi dipengaruhi secara positif oleh suku bunga kredit, ROA, dan LDR. Sedangkan permintaan kredit investasi dipengaruhi secara negatif oleh suku bunga kredit dan inflasi, dan juga dipengaruhi secara positif oleh GDP dan kredit investasi periode Investasi, DPK, CAR, LDR, NPL

Penawaran kredit investasi dipengaruhi secara positif oleh suku bunga kredit, DPK dan LDR. Dan juga dipengaruhi secara negatif oleh CAR dan NPL. Sedangkan permintaan kredit investasi dipengaruhi secara negatif oleh suku bunga kredit dan inflasi, dan juga dipengaruhi secara positif oleh GDP dan Nilai tukar rupiah terhadap dolar.

(41)

2.9 Kerangka Konseptual.

Gambar 2.3

Kerangka Konseptual Permintaan dan Penawaran Kredit Investasi

Melalui gambar 2.3 ini dapat dilihat bahwa penawaran kredit investasi dipengaruhi

oleh Bunga kredit, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing Loan (NPL)

Sedangkan permintaan kredit investasi dipengaruhi oleh variabel Suku Bunga kredit

dan Inflasi.

2.10 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penulis membuat hipotesis

sebagai berikut:

1. Bunga Kredit Perbankan dan Inflasi berpengaruh negatif terhadap Permintaan

Kredit Investasi.

Kredit Investasi

Inflasi Penawaran Kredit

Investasi

Bunga Kredit

NPL DPK

(42)

2. NPL berpengaruh negatif terhadap Penawaran Kredit Investasi, Bunga Kredit

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian deskriptif dan penelitian

kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha

menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan data yang sebenarnya.

Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah dan sistemastis terhadap bagian-bagian

dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah

untuk mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori atau

hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam.

3.2 Batasan Operasional

Penelitian ini membahas tentang Bunga kredit dan Inflasi yang mempengaruhi

permintaan kredit investasi di Indonesia, dan Bunga kredit, Dana Pihak Ketiga dan

Non Performing Loan (NPL) terhadap penawaran kredit investasi di Indonesia.

3.3 Defenisi Operasional

1. Permintaan kredit investasi adalah sejumlah dana yang dipinjam oleh masyarakat

kepada pihak bank.

2. Penawaran kredit investasi adalah sejumlah dana yang disalurkan oleh pihak

bank kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

3. Suku bunga kredit adalah suku bunga yang ditetapkan oleh pihak bank kepada

(44)

4. Inflasi adalah suatu kenaikan harga secara terus menerus dalam tingkat harga

umum.

5. Dana pihak ketiga (DPK) adalah sejumlah dana yang dihimpun oleh bank dari

masyarakat.

6. Non Performing Loan (NPL) adalah tingkat resiko dalam pemberian kredit

kepada debitur.

3.4 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam

bentuk time series yang bersifat kuantitatif yaitu data-data yang berbentuk

angka-angka dan sumber datanya diperoleh dari Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik

(BPS). Disamping itu, data lainnya yang diperoleh untuk penelitian ini bersumber

dari buku-buku bacaan, karya-karya ilmiah serta website-website yang mendukung

penelitian.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

metode penelitian kepustakaan (library research) yang berasal dari publikasi Bank Indonesia berupa tulisan ilmiah, jurnal, artikel dan laporan-laporan penelitian ilmiah

lainnya.

3.6 Teknik Analisis Data

Model ini terdiri dari satu persamaan identitas yang kemudian dibagi menjadi

(45)

Ls = Ld = Lt

Model persamaan dari permintaan dan penawaran kredit investasi di Indonesia

dirumuskan sebagai berikut:

Permintaan Kredit Investasi

Ld = �10 + �11��+ �12��� + �1�……….…………...…..(1)

Penawaran Kredit Investasi

LS = �20 + �21�� + �22��� + �24���+ �2�……….(2)

Dimana :

Lt = Jumlah aktual kredit investasi (milyar rupiah)

Ld = Jumlah Permintaan kredit investasi (milyar rupiah)

Ls = Jumlah Penawaran kredit investasi (milyar rupiah)

ß_10, ß_20 = intercept

DPK = Dana Pihak Ketiga (milyar rupiah)

SB = Suku Bunga kredit investasi (persen)

INF = Inflasi (persen)

NPL = Non Performing Loan (persen)

u_1t ,u_2t = error term

Dari model persamaan diatas terdapat tiga variabel endogen yaitu Ld, Ls dan

SB. Oleh karena itu model persamaan diatas termasuk persamaan simultan, yaitu

model dimana terdapat lebih dari satu satu variabel endogen atau tidak bebas dan

(46)

3.6.1 Identifikasi Persamaan

Ada tiga masalah identifikasi pada persamaan simultan, dimana dari

masing-masing permasalahan identifikasi tersebut kita dapat mengetahui metode apa yang

tepat menyelesaikan suatu sistem persamaan simultan yang kita temui. Ketiga

masalah tersebut adalah:

1. Under identified. Pada kasus ini kita tidak dapat menyelesaikan sistem persamaan simultan yang ada, karena kita kekurangan informasi yang

menyangkut tentang variabel predetermine.

2. Exactly identified. Pada kasus ini sistem persamaan simultan yang ada dapat diselesaikan dengan metode OLS.

3. Over identified. Pada kasus ini sistem persamaan simultan yang ada justru kelebihan informasi yang menyangkut variabel predetermine. Jika metode OLS digunakan untuk permasalahan ini, maka nilai parameter yang didapat mungkin

tidak akan bersifat tunggal. Oleh karena itu, metode seperti TSLS (Two Stage

Least Square) dapat digunakan menyelesaikan masalah ini.

Identifikasi sistem persamaan simultan dapat menggunakan prosedur pengujian

order condition. Mekanisme prosedur pengujian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

( K – k ) = ( m – 1 ) : exactly identified

( K – k ) > ( m – 1 ) : over identified

( K – k ) < ( m – 1 ) : under identified

(47)

K = Jumlah predetermined variables meliputi current exogenous variables dan

lagged endogenous variables dalam model

k = Jumlah predetermined variables dalam persamaan struktural tertentu

M = Jumlah current endogenous variables dalam model

m = Jumlah current endogenous variables dalam persamaan tertentu

Model yang dirumuskan terdiri dari dua persamaan yaitu:

Model Permintaan

 Ld = �10+ �11�� + �13��� + �1�

3 – 1 > 2 - 1

2 > 1 over identified

Model Penawaran

 Ls = �20 + �21 ��+ �22 ��� + �24 ���+ �2�

3 – 2 > 2 - 1

1 > 1 exactly identified

Dari model di atas kita bisa melihat bahwa model penawaran adalah exactly

identified, sedangkan model permintaan adalah over identified. Karena model

permintaan yang over identified tidak dapat diestimasi dengan ILS maka metode

(48)

Keistimewaan dari 2SLS (Gujarat dan Dawn, 2012):

1. Dapat diaplikasikan pada persamaan individu dalam sistem tanpa secara langsung

mempertimbangkan persamaan lain apapun dalam sistem.

2. Menyediakan hanya satu estimasi per parameter

3. Cukup mudah untuk digunakan karena yang perlu diketahui adalah jumlah total

dari variabel eksogen atau predetermined dalam sistem tanpa mengetahui variabel

lainnya dalam sistem

4. Walaupun didesain secara khusus untuk mengatasi persamaan yang over identified,

metode ini juga dapat digunakan pada persamaan yang secara tepat diidentifikasi.

5. Jika nilai R2 dalam regresi reduced-form (regresi tahap I) sangat tinggi, katakanlah

(49)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Permintaan dan Penawaran Kredit Investasi di Indonesia

Dalam hukum ekonomi permintaan akan menciptakan penawaran dan

begitupula sebaliknya. Permintaan dan penawaran investasi demikian juga.

Permintaan dan penawaran kredit investasi memiliki beberapa hal yang

mempengaruhinya, diantaranya adalah inflasi, suku bunga dan lain-lain.

Jumlah penawaran kredit investasi dari tahun ke tahun mulai mengalami

peningkatan, namun dalam perkembangannya belum berjalan seperti yang

diharapkan. Fenomena saat ini menunjukkan perbankan lebih cenderung untuk

menyalurkan kredit jangka pendek dibandingkan kredit jangka panjang. Lambannya

penurunan suku bunga kredit investasi disebabkan terutama oleh masih tingginya

persepsi risiko perbankan terhadap penyaluran kredit jangka panjang, tercermin dari

pertumbuhan kredit investasi yang rendah. Rendahnya pertumbuhan kredit investasi

jika melihat dari sisi permintaan mencerminkan masih tingginya risiko dunia usaha

dan jika ditinjau dari struktur dana perbankan juga indikasi bahwa bank memiliki

keterbatasan kemampuan untuk menyalurkan kredit berjangka panjang karena

DPK didominasi oleh dana jangka pendek.

4.2 Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini ada beberapa variabel yaitu variabel Y (dependen) adalah

(50)

4.2.1 Variabel Permintaan Kredit Investasi

Permintaan kredit investasi adalah dana yang dipinjam oleh

masyarakat/investor dari bank, dimana dana tersebut dijadikan sebagai modal untuk

membuka usaha baru atau menambah modal usaha.

Permintaan kredit investasi akan sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

suatu negara termasuk Indonesia. Semakin tinggi permintaan kredit investasi maka

pertumbuhan ekonomi juga akan mengalami peningkatan. Permintaan kredit investasi

dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti suku bunga kredit, inflasi jumlah dana bank

dan Jumlah Industri. Tetapi dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah suku

bunga perbankan dan inflasi.

4.2.2 Variabel Penawaran Kredit Investasi

Penawaran kredit investasi adalah adalah sejumlah dana yang disalurkan oleh

pihak bank kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Terdapat banyak faktor yang

mempengaruhi keputusan bank umum untuk menyalurkan kredit kepada masyarakat.

Selain dana yang tersedia ( DPK ), perilaku penawaran kredit perbankan juga

dipengaruhi oleh persepsi bank terhadap prospek usaha debitor dan kondisi

perbankan itu sendiri, seperti permodalan ( CAR ), jumlah kredit macet ( NPL ), dan

Loan to Deposi Ratio ( LDR ). Dalam penelitian ini menggunakan variabel suku bunga perbankan, Dana Pihak Ketiga dan Non performing Loan.

4.2.3 Variabel Bunga Kredit Perbankan

Suku bunga merupakan salah satu faktor yang cukup menarik bagi pemilik

(51)

diberikan hendaknya dapat bersaing dengan tingkat suku bunga yang diberikan bank

lain. Tingkat suku bunga biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase dari jumlah

yang dipinjamkan dan dengan dasar tahunan (annual basis/perannum).

Agar keuntungan yang diperoleh dapat maksimal, maka pihak manajemen bank

harus pandai dalam menentukan besar kecilnya komponen suku bunga. Menurut

Kasmir (2008:137-140), faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya

penetapan suku bunga adalah sebagai berikut:

1. Kebutuhan Dana

Faktor kebutuhan dana dikhususkan untuk dana simpanan, yaitu seberapa besar

kebutuhan dana yang diinginkan. Apabila bank kekurangan dana, sementara

permohonan pinjaman meningkat, yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut

cepat terpenuhi adalah dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Namun,

peningkatan suku bunga simpanan akan pula meningkatkan suku bunga pinjaman.

Sebaliknya, apabila dana yang ada dalam simpanan di bank banyak, sementara

permohonan pinjaman sedikit, maka bunga simpanan akan turun karena hal ini

merupakan beban.

2. Target Laba yang diinginkan

Faktor ini dikhususkan untuk bunga pinjaman. Hal ini disebabkan target laba

merupakan salah satu komponen dalam menentukan besar kecilnya suku bunga

pinjaman.

(52)

Kualitas jaminan juga diperuntukkan untuk bunga pinjaman. Semakin likuid

jaminan (mudah dicairkan) yang diberikan, semakin rendah bunga kredit yang

dibebankan dan sebaliknya.

4. Kebijaksanaan Pemerintah

Dalam menentukan baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman bank

tidak boleh melebihi batasan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

5. Jangka Waktu

Faktor jangka waktu sangat menentukan. Semakin panjang jangka waktu

pinjaman, akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya

kemungkinan resiko macet di masa mendatang. Demikian pula sebaliknya, jika

pinjaman berjangka pendek, bunganya relatif rendah.

6. Reputasi Perusahaan

Reputasi perusahaan juga sangat menentukan suku bunga terutama untuk bunga

pinjaman. Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat

menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya

perusahaan yang bonafid kemungkinan resiko kredit macet di masa mendatang

relatif kecil.

7. Produk yang Kompetitif

Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika

dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif. Hal ini disebabkan produk

yang kompetitif tingkat perputaran produknya tinggi sehingga pembayarannya

(53)

8. Hubungan Baik

Biasanya bunga pinjaman dikaitkan dengan faktor kepercayaan kepada seseorang

atau lembaga. Dalam praktiknya, bank menggolongkan nasabah antara nasabah

utama dan nasabah biasa. Penggolongan ini didasarkan kepada keaktifan serta

loyalitas nasabah yang bersangkutan kepada bank. Nasabah yang memiliki

hubungan baik dengan bank tentu penentuan suku bunganya pun berbeda dengan

nasabah biasa.

9. Persaingan

Dalam kondisi tidak stabil dan bank kekurangan dana, sementara tingkat

persaingan dalam memperebutkan dana simpanan cukup ketat, maka bank harus

bersaing keras dengan bank lainnya. Untuk bunga pinjaman, harus berada di

bawah bunga pesaing agar dana yang menumpuk dapat tersalurkan, meskipun

margin laba mengecil.

10. Jaminan Pihak Ketiga

Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada bank untuk menanggung

segala risiko yang dibebankan kepada penerima kredit. Biasanya apabila pihak

yang memberikan jaminan bonafide, baik dari segi kemampuan membayar, nama

baik, maupun loyalitasnya terhadap bank, bunga yang dibebankan pun juga

berbeda. Begitu pun sebaliknya.

Penyaluran kredit baru dan tingginya suku bunga kredit investasi pada kondisi

(54)

kredit investasi baru menunjukkan sedikit penurunan sejak Agustus 2010 seiring

dengan adanya penurunan pada tingkat bunga SBI dan tingkat bunga deposito. Tapi

dengan tingkat bunga kredit investasi yang masuk dalam kategori tinggi jika

dibandingkan dengan SBI. Diharapkan jika terjadi penurunan SBI yang diikuti

dengan menurunnya suku bunga kredit investasi mampu meningkatkan investasi di

dalam negeri yang merangsang pertumbuhan ekonomi.

Sumber: Hasil Pengolahan Data Bank Indonesia, 2010-2012 Gambar 4.1 Perkembangan Suku Bunga Kredit

4.2.4 Variabel Inflasi

Suku bunga dan dan inflasi menjadi dua faktor penting yang mempengaruhi

(55)

aktivitas penyaluran kredit. Keduanya tidak hanya mendorong suku bunga kredit

tetapi juga membuat risiko kredit macet menjadi lebih besar dan dalam kondisi

seperti ini kegiatan kredit perbankan harus tetap berlangsung. Di lain sisi kontrol BI

atas inflasi juga sangat terbatas, karena inflasi dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh

karena itu, BI selalu melakukan perkiraan terhadap perkembangan perekonomian,

khususnya terhadap kemungkinan tekanan inflasi.

Tingkat inflasi di Indonesia sejak tahun 2010 mengalami naik turun, tapi

tingkat investasi paling buruk dalam kurun waktu 3 tahun tersebut tahun 2011 adalah

tahun dengan tingkat inflasi yang paling tinggi yaitu pada bulan Januari menyentuh

angka 7,02% sedangkan tingkat inflasi paling rendah adalah pada bulan Maret 2010

yaitu sebesar 3,43%.

Laju perubahan inflasi perlu mendapat perhatian serius oleh Bank Indonesia

dan pemerintah untuk memberikan kepastian iklim bisnis di dalam negeri. Investasi

yang cenderung stabil akan memampukan investor membaca iklim bisnis sehingga

pengusaha berminat untuk melakukan penanaman modal di Indonesia, baik investasi

penanaman modal asing maupun dalam negeri.

Di bawah ini disajikan tingkat inflasi di Indonesia dalam waktu 3 tahun sejak

(56)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Bank Indonesia, 2010-2012

Gambar 4.2 Perkembangan Inflasi

4.2.5 Variabel Non Performing Loan

Non performing loan atau biasa disebut NPL ini merupakan kredit bermasalah yang merupakan salah satu kunci untuk menilai kualitas kinerja bank. Ini

artinya NPL merupakan indiakasi adanya masalah dalam bank tersebut yang mana

jika tidak segera mendapatkan solusi maka akan berdampak bahaya pada bank.

Bagaimana tidak, meningkatnya NPL ini jika dibiarkan secara terus menerus akan

memberikan pengaruh negatif pada bank. Dampak negatif tersebut salah satunya

adalah mengurangi jumlah modal yang dimiliki oleh bank.

Suku bunga memang merupakan salah satu sumber income bank yang mana

jika bank tidak lagi menerima angsuran sesuai dengan jangka waktu yang telah

ditentukan, maka dikhawatirkan hal ini akan terus memperburuk kondisi bank.

(57)

Melihat kasus seperti ini, maka pihak bank memang dituntut untuk melakukan analisa

kredit sehingga bisa melakukan seleksi klien mana yang pantas untuk menerima dana

pinjaman dari bank.

NPL yang juga dikenal dengan kredit bermasalah ini memang bisa berdampak

pada berkurangnya modal bank. Jika hal ini dibiarkan, maka yang pasti akan

berdampak pada penyaluran kredit pada periode berikutnya. Sebagaimana fungsi

bank atau lembaga keuangan yang memang difungsikan untuk menghimpun dan juga

menyalurkan dana dari dan untuk rakyat. Untuk memaksimalkan hal ini dan tetap

terkoordinir dengan baik, maka pihak bank memang harus membuat sistem

manajemen pada berbagai aspek dan pihak yang terlibat.

Langkah ini merupakan upaya yang cukup bagus dalam melakukan

manajemen seluruh kegiatan operasional bank, diantaranya adalah untuk mengurangi

resiko gagal kredit atau kredit macet yang akhirnya bisa menyebabkan bank tidak

sehat. NPL pada perbankan Indonesia mengalami perbaikan yang sangat baik dimana

dapat kita dilihat pada tabel 4.3 bahwa NPL mengalami penurunan setiap tahun. Hal

ini sangat memberikan angin segar pada dunia perbakan yang pada akhirnya akan

(58)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Bank Indonesia, 2010-2012 Gambar 4.3 Perkembangan Non Performing Loan

4.2.6 Variabel Dana Pihak Ketiga

Salah satu fungsi bank adalah menghimpun dana dan menyalurkannya

kembali. Semakin besar tingkat simpanan masyarakat di bank maka dapat dikatakan

tingkat kesejahteraan di suatu daerah tersebut tinggi. Sebab masyarakat yang lebih

sejahtera cenderung lebih menyimpan dananya atau simpanannya ke bank.

Secara umum perkembangan dana pihak ketiga mengalami kenaikan dari

tahun 2010 sampai tahun 2012. Titik terendah DPK berada di bulan Januari 2010

sebesar Rp 1.948 triliun. Sedangkan titik tertinggi berada pada bulan Desember 2012

hingga mencapai Rp 3.225 triliun. keadaan ini disebabkan oleh meningkatnya

pendapatan masyarakat dan juga semakin membaiknya perekonomian di Indonesia

(59)

Sumber: Hasil Pengolahan Data Bank Indonesia, 2010-2012 Gambar 4.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga

4.3 Hasil Regresi Penawaran Kredit Investasi Terhadap Suku Bunga, DPK dan NPL

Berdasarkan hasil regresi Two Stage Least Square pada persamaaan penawaran kredit investasi diperoleh estimasi sebagai berikut :

Tabel 4.5

Hasil Regresi TSLS Penawaran Kredit Investasi Terhadap Suku Bunga, DPK dan NPL

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -20.49058 6.412895 -3195216 0.0031

Suku Bunga 1.920312 1.268686 1.513623 0.1399

(60)

Adjusted

R-Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Lampiran Hasil Regresi

Berdasarkan tabel diatas dapat dibuat hasil model estimasi sebagai berikut:

Ls = -20.49058 + 1.920312 (SB) + 1.934285 (DPK) + 0.210789 (NPL)

t-sig = (0.0031 ) (0.1399 ) (0.0000) (0.1710 ) Fsig = 0.000000

R2 = 0.979473

Hasil model estimasi diatas dapat diintrepretasikan sebagai berikut:

1. Pada estimasi di atas nilai R-squared sebesar 0,97 yang berarti bahwa jumlah

kredit yang ditawarkan dapat dijelaskan oleh variabel suku bunga kredit

investasi, DPK dan NPL sebesar 97%. Sedangkan sisanya dijelaskan oleh

faktor-faktor di luar persamaan.

2. Uji F-hitung, pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah semua variabel

independen secara bersamaan berpengaruh nyata terhadap variabel dependen

dilihat dari nilai probabilitas F–hitung menggunakan taraf nyata = 0,1. Hasil

hitung menunjukkan bahwa persamaan tersebut memiliki probabilitas

F-hitung lebih kecil dari nilai, maka dapat disimpulkan seluruh variabel

independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara

(61)

3. Hasil estimasi koefisen suku bunga kredit perbankan sesuai dengan hipotesis

penelitian, yaitu berpengaruh positif. Nilai koefisien suku bunga kredit sebesar

1.9203 ini berarti jika suku bunga kredit naik sebesar 1 %, maka jumlah

penawaran kredit investasi naik sebesar 1.92%

4. Hasil estimasi koefisien Dana Pihak Ketiga (DPK) menunjukkan bahwa sesuai

dengan hipotesis penelitian, yaitu bernilai positif. Nilai koefisien Dana Pihak

Ketiga (DPK) sebesar 1.9342 yang artinya, apabila terjadi kenaikan inflasi

sebesar 1%, maka akan membuat jumlah penawaran kredit investasi naik

sebesar 1,9342 %.

5. Hasil estimasi koefisien Non Performing Loan (NPL) bernilai positif. Ini

menunjukkan bahwa variabel Non Performing Loan tidak sesuai dengan

hipotesis. Nilai koefisien Non Performing Loan (NPL) sebesar 0.2107 yang

artinya, apabila terjadi kenaikan inflasi sebesar 1 %, maka akan membuat

jumlah penawaran kredit investasi naik sebesar 0,2107 %.

4.4 Hasil Regresi Permintaan Kredit Investasi Terhadap Suku Bunga dan Inflasi

Hasil estimasi persamaan permintaan kredit investasi dengan metode Two

Stage Least Squares disajikan pada Tabel 4.6.

(62)

Hasil Regresi TSLS Permintaan Kredit Investasi Terhadap Suku Bunga dan Inflasi

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 34.37808 1.025423 33.52575 0.0000

Suku Bunga -8.559210 0.417365 -20.50775 0.0000 Inflasi -0.230635 0.048309 -4.774153 0.0000

Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Lampiran Hasil Regresi

Berdasarkan tabel diatas dapat dibuat hasil model estimasi sebagai berikut:

Ld = 34.37808 + (-8.559210) SB + (-0.230635) INF

t-sig = (0.0000 ) (0.0000 ) (0.0000) Fsig = 0.000000

R2 = 0.929712

Hasil model estimasi diatas dapat diintrepretasikan sebagai berikut:

1. Pada estimasi model permintaan di atas nilai R-squared sebesar 0,92 yang

berarti persamaan permintaan kredit investasi dapat dijelaskan oleh variabel

suku bunga kredit dan inflasi sebesar 92%, sedangkan sisanya dijelaskan

(63)

2. Uji F-hitung, pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah semua variable

independen secara bersamaan berpengaruh nyata terhadap variabel

dependen dilihat dari nilai probabilitas F–hitung menggunakan taraf nyata =

0,5. Hasil F-hitung menunjukkan bahwa persamaan tersebut memiliki

probabilitas F-hitung lebih kecil dari nilai, maka dapat disimpulkan seluruh

variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen

secara bersamaan dengan derajat kepercayaan mendekati 95%.

3. Hasil estimasi koefisen suku bunga kredit perbankan sesuai dengan hipotesis

penelitian, yaitu berpengaruh negatif. nilai koefisien suku bunga kredit

sebesar -8.559 ini berarti jika suku bunga kredit naik sebesar 1%, maka

jumlah permintaan kredit investasi turun sebesar 8,559%.

4. Hasil estimasi koefisien inflasi menunjukkan bahwa sesuai dengan hipotesis

penelitian, yaitu bernilai negatif. nilai koefisien inflasi sebesar -0.2306 yang

artinya, apabila terjadi kenaikan inflasi sebesar 1%, maka akan membuat

jumlah kredit investasi yang diminta turun sebesar 0,2306%.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka peneliti

mengambil kesimpulan adalah sebagai berikut:

Gambar

Gambar 1.1 Perkembangan Kredit Bank Umum Indonesia Desember 2008 –
Gambar 1.1 Perkembangan inflasi di Indonesia
Gambar 2.1 Tingkat bunga menurut klasik
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual Permintaan dan Penawaran Kredit Investasi
+5

Referensi

Dokumen terkait

 Melalui tanya jawab, siswa dapat menjelaskan prosedur bergerak secara seimbang dominan statis dalam rangka pengembangan kebugaran jasmani melalui

Berdasarkan uraian di atas, bila diteliti ketentuan tentang tindak pidana korupsi yang terdapat dalam Pasal 3 UU PTPK sebagaimana disebutkan, akan ditemukan

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak

hal ini menunjukkan bahwa variable bebas (pendapatan, jumlah keluarga, umur, persepsi terhadap AF, persepsi terhadap tutupan tajuk, luas lahan) mampu menjelaskan

Objek yang akan diteliti dalam penulisan ini adalah strategi Public Relations PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region V Surabaya dalam mempertahankan

Dengan itu, dapatan kajian ini diharapkan dapat membantu penyelidik sendiri serta pelbagai pihak untuk menyelami dan memahami dengan lebih baik berapakah masa yang harus

ABSTRAK : Objektif kajian ini adalah untuk mengenalpasti gaya pembelajaran yang diamalkan oleh pelajar tingkatan 4 Sek Men Teknik Perdagangan Johor Bahru bagi

Hal ini dilakukan oleh setiap sekolah karena dengan adanya hasil yang dicapai, pihak sekolah maupun pihak orangtua dari murid-murid tersebut dapat mengetahui