• Tidak ada hasil yang ditemukan

"Analisis Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening: (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Indeks LQ45 Periode 2009-2014)"

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan ""Analisis Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening: (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Indeks LQ45 Periode 2009-2014)""

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL

TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA

KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI

KASUS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DALAM

INDEKS LQ45 PERIODE 2009-2014)”

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Oleh:

Achmad Fauzi 1112081000062

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Achmad Fauzi

No. Induk Mahasiswa : 1112081000062

Jurusan/ Konsentrasi : Manajemen/ Keuangan

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu memgembangkan dan

mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau

tanpa pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.

Jikalau dikemudian hari terdapat tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 9 Juli 2016 Yang menyatakan,

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI

Nama : Achmad Fauzi

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/ 20 Mei 1995

Agama : Islam

Alamat : Jl. Gudang Baru RT 007/004 No.13 Kel.Ciganjur

Kec Jagakarsa Kota. Jakarta Selatan

Telp/ HP : 021 7270733/ 087886911310

Email : fauzi20@ymail.com

PENDIDIKAN FORMAL

2000 – 2006 SDN 02 Ciganjur

2006 – 2009 SMPN 175 Jakarta

2009 – 2012 MAN 13 Jakarta

2012 – 2016 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PENDIDIKAN NON FORMAL

2012 Peserta Kuliah Umum Sosialisasi Hemat Energi

yang diselenggarakan oleh BEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

2014 Peserta Seminar Pasar Modal yang diselenggarakan

(7)

vi

2014 Peserta International Seminar dengan materi

Toward ASEAN Economic Community 2015; Fair Governments Policies in Islamic Finance Sectors Among ASEAN Countries”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2014 Peserta seminar “ ASEAN Economic Community

2015 “ Threat or Opportunity? Prepare Yourself!!!”, diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen.

PENGALAMAN ORGANISASI

2010 – 2013 Panitia Divisi Olahraga di Karang Taruna

RT 007/004

2013 Panitia dalam Management Camp “Together with

Management Bring Your Kingdom to The Future”, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2014 Anggota Divisi Olahraga Himpunan Mahasiswa

Jurusan Manajemen periode tahun 2013 – 2014

2013 Peserta terbaik dalam Masa Penerimaan Anggota

Baru Organisasi PMII, “Rapatkan Barisan Melanjutkan Langkah Pergerakan”.

PENGALAMAN BEKERJA

(8)

vii

ABSTRACT

This research is purpose to analyze the influence of intellectual capital on corporate value and financial performance as an intervening variable in a company registered in LQ 45 period 2009-2014. This study examined the relationship of intellectual capital variables ie Value Added Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU), Structural Capital Value Added (STVA). The company's financial performance variables measured by using Return on Assets (ROA) and Return On Equity (ROE). And variable values firm Price Book Value (PBV) and Price Earning Ratio (PER).

Sample selection method used in this research is purposive sampling method, in which 21 companies were included in the LQ 45 as sample. Secondary data used were obtained from the annual financial statements, books, journals and other reading sources. The data obtained were processed with Microsoft Excel Software and Software lisrel 8.80 to examine the influence of the independent variables, dependent and intervening variables.

The results of this research that there is a direct influence of intellectual capital on the financial performance also between intellectual capital on firm value. and financial performance also directly affect the value of the company. the results of this study also shows that financial performance can mediate the relationship between intellectual capital and firm value.

(9)

viii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara intellectual capital

terhadap nilai perusahaan dengan kinerja keuangan sebagai variabel intervening pada perusahaan yang terdaftar di indeks LQ 45 periode 2009-2014. Penelitian ini

menguji hubungan variabel intellectual capital yaitu Value Added Capital

Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU), Structural Capital Value Added (STVA). Variabel kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan

menggunakan Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE). Dan variabel

nilai perusahaan Price Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER).

Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

purposive sampling, dimana 21 perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ 45

menjadi sampel penelitian. Data sekunder yang digunakan diperoleh dari laporan keuangan tahunan, buku, jurnal, dan sumber bacaan lainya. Data-data yang diperoleh diolah dengan Software Microsoft Excel dan Software Lisrel 8.80 untuk menguji pengaruh antara variabel independen, dependen dan variabel intervening. Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat pengaruh secara langsung antara

intellectual capital terhadap kinerja keuangan juga antara intellectual capital

terhadap nilai perusahaan. lalu kinerja keuangan juga berpengaruh secara langsung terhadap nilai perusahaan. hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa

kinerja keuangan dapat memediasi hubungan antara intellectual capital dan nilai

perusahaan.

(10)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam proses penyusunan skripsi yang

berjudul “Analisis Pengaruh Intelectual Capital Terhadap Nilai Perusahaan

Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Indeks LQ 45 Periode 2009-2014)”,

semata-mata bukanlah hasil usaha penulis sendiri, melainkan dari berbagai pihak yang memberikan bantuan, dorongan, bimbingan, dan motivasi. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, yang selalu menjadi inspirasi dan mendampingi

penulis melalui doa-doanya. Yang telah merawat dan membesarkan penulis dengan kasih sayang, serta selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

2. Kakak-kakak yang saya banggakan, Iwan Setiadi, Achmad Sofyan, Wahyu

Hidayat, terima kasih karena selalu mengingatkan untuk segera menyelesaikan skripsi ini dan memberikan dukungan dalam bentuk hal apapun.

3. Bapak Dr. Arief Mufrainy. Lc. M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan dukungan serta motivasi kepada penulis selama menimba ilmu di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Titi Dewi Warninda, M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tiada henti memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis sejak awal perkuliahan hingga akhir.

5. Ibu Dr. Hj. Pudji Astuty, SE., MM, selaku dosen pembimbing I yang telah

(11)

x

6. Bapak Taridi Kasbi Ridho, SE., MBA, sebagai dosen pembimbing II yang

telah bersedia membantu membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dari sejak awal penulisan hingga skripsi ini selesai.

7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

Jakartayang telah sabar dan ikhlas mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis. Insya Allah ilmu yang diberikan dapat bermanfaat.

8. Seluruh staf pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

9. Lia Nurfitriana, SE, yang selalu memberikan semangat, inspirasi dan bantuan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Hersinta Pusdika, Annisa Rivelia, Fikri Choirunnisa, Yulvie Sabriani, Asri

Lestari, yang sejak awal perkuliahan sudah menjadi teman terbaik, tempat berbagi suka dan duka.

11. Muhammad Andi Fauzi, Lutfi Wijaya, dan Alifikram Mughofir yang telah

bersedia menjadi teman baik dan mau direpotkan oleh penulis sejak masuk ke dalam kelas keuangan.

12. Rekan Manajemen Keuangan 2012 yang sudah memberikan warna indah

pertemanan bagi penulis.

13. Sahabat/i Manajemen 2012 seperjuangan, yang selama ini sudah bersedia

bertukar pikiran, saling memberi semangat dan motivasi, dan memberi warna pada kehidupan perkuliahan penulis. Kesuksesan menunggu kita di depan!

Akhir kata, dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga segala bentuk bantuan yang telah diberikan mendapat pahala yang berlipat dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis serta pembaca.

Jakarta, 7 Juli 2016

(12)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRACT ... vii

ABSTRAk ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu ... 15

1. Landasan Teori ... 15

(13)

xii

b. Legitimacy Theory ... 16

c. Resources Based Theory ... 17

d. Intellectual Capital ... 18

e. Value Added Intellectual Capital (VAICTM) ... 34

f. Kinerja Keuangan ... 39

g. Nilai Perusahaan ... 44

2. Penelitian Terdahulu ... 48

B. Kerangka Pemikiran ... 59

C. Hipotesis Penelitian ... 59

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 63

B. Metode Penentuan Sampel ... 63

C. Metode Pengumpulan Data ... 64

D. Metode Analisis Data ... 65

1. Structural Eqation Model (SEM) ... 65

2. Statistik Deskriptif ... 70

3. Uji Koefiseien Determinasi (R2) ... 70

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 71

1. Variabel Independen ... 71

2. Variabel Dependen ... 72

3. Variabel Intervening ... 75

(14)

1. Sejarah Perkembangan Pasar Modal ... 77

2. Gambaran Umum Perusahaan-perusahaan Indeks LQ 45 ... 80

B. Analisis dan Pembahasan ... 87

1. Deskriptif Sampel ... 87

2. Deskriptif Variabel ... 88

a. Perkembangan Value Added Capital Employed (VACA) ... 89

b. Perkembangan Value Added Human Capital (VAHU) ... 91

c. Perkembangan Structural Capital Value Added (STVA) ... 92

d. Perkembangan Price Book Value (PBV) ... 94

e. Perkembangan Price Earning Ratio (PER) ... 96

f. Perkembangan Return On Asset (ROA) ... 98

g. Perkembangan Return On Equity (ROE) ... 100

3. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 102

4. Hasil Pengujian Goodness of Fit Model ... 105

5. Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 106

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 112

B. Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA ... 115

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Perkembangan Variabel dari Tahun 2009-2014 7

Tabel 2.1 Metode Pengukuran Intellectual Capital 30

Tabel 2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu 53

Tabel 3.1 Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria 64

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel 76

Tabel 4.1 Nama Sampel Perusahaan 87

Tabel 4.2 Nilai VACA Masing-masing Perusahaan 90

Tabel 4.3 Nilai VAHU Masing-masing Perusahaan 91

Tabel 4.4 Nilai STVA Masing-masing Perusahaan 93

Tabel 4.5 Nilai PBV Masing-masing Perusahaan 95

Tabel 4.6 Nilai PER Masing-masing Perusahaan 97

Tabel 4.7 Nilai ROA Masing-masing Perusahaan 99

Tabel 4.8 Nilai ROE Masing-masing Perusahaan 101

Tabel 4.9 Descriptve Statistics 103

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Goodness of Fit Model 105

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 59

Gambar 4.1 Nilai VACA Masing-masing Perusahaan 89

Gambar 4.2 Nilai VAHU Masing-masing Perusahaan 91

Gambar 4.3 Nilai STVA Masing-masing Perusahaan 93

Gambar 4.4 Nilai PBV Masing-masing Perusahaan 95

Gambar 4.5 Nilai PER Masing-masing Perusahaan 97

Gambar 4.6 Nilai ROA Masing-masing Perusahaan 99

Gambar 4.7 Nilai ROE Masing-masing Perusahaan 101

Gambar 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) 107

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Daftar Sampel Perusahaan 118

Lampiran 2 Daftar Rincian Data Perusahaan 2009-2014 119

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dalam bidang ekonomi membawa dampak perubahan

yang cukup signifikan terhadap pengelolaan suatu bisnis ataupun penentuan

strategi bersaing. Kini para pelaku bisnis mulai menyadari bahwa

kemampuan bersaing tidak hanya terletak pada kepemilikan aktiva berwujud,

tetapi lebih menekankan pada inovasi, sistem informasi, pengelolaan

organisasi dan sumber daya manusia yang dimilikinya (aset tak berwujud).

Selain itu, saat ini Indonesia sudah memasuki periode MEA (Masyarakat

Ekonomi ASEAN), yang akan semakin membuat persaingan antar pelaku

bisnis semakin ketat kedepanya. Oleh karena itu, organisasi bisnis saat ini

harus menitikberatkan akan pentingnya knowledge asset (aset pengetahuan)

sebagai salah satu bentuk aset tak berwujud, guna meningkatkan keunggulan

kompetitif mereka dibanding organisasi bisnis lainya.

Di Indonesia penjelasan mengenai aset yang tak berwujud dapat

ditemukan di dalam Penyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.19

(revisi 2000). Menurut PSAK No.19, aset tidak terwujud adalah aset non

meter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta

dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang dan

(19)

2 Pengetahuan adalah salah satu bagian penting dalam aset tak berwujud.

pengetahuan diakui sebagai komponen esensial bisnis dan sumber daya

strategis yang lebih sustainable (berkelanjutan) untuk memperoleh dan

mempertahankan keunggulan kompetitif yang dimiliki para pelaku bisnis.

Bahkan pengetahuan telah menjadi bagian dalam pengembangan suatu bisnis.

Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran

knowledge asset (aset pengetahuan) tersebut adalah intellectual capital yang

telah menjadi fokus perhatian dalam berbagai bidang, baik manajemen,

teknologi informasi, sosiologi maupun akuntansi.

Perhatian pelaku bisnis terhadap pengelolaan intellectual capital

beberapa tahun terakhir ini semakin besar. Hal ini disebabkan adanya

kesadaran bahwa intellectual capital merupakan landasan bagi perusahaan

untuk unggul dan bertumbuh. Kesadaran ini antara lain ditandai dengan

semakin seringnya istilah knowledge based company muncul dalam wacana

bisnis. Istilah tersebut ditujukan terhadap perusahaan yang lebih

mengandalkan pengelolaan intellectual capital sebagai sumber keunggulan

dan pertumbuhan jangka panjangnya.

Knowledge based company adalah perusahaan yang diisi oleh komunitas

yang memiliki pengetahuan, keahlian, dan keterampilan. Komunitas ini

memiliki kemampuan belajar, daya inovasi, dan kemampuan problem solving

yang tinggi. Ciri lainnya adalah perusahaan ini lebih mengandalkan

(20)

semakin mengecilnya investasi yang dialokasikannya untuk physical goods,

sementara untuk soft factor mendapat alokasi investasi yang semakin besar.

Firer dan Williams, (2003) mendefinisikan intellectual capital sebagai

kekayaan perusahaan yang merupakan kekuatan dibalik penciptaan nilai

perusahaan. intellectual capital terdiri dari 3 komponen yaitu, Human Capital

(HC), Customer Capital (CC) dan Structural Capital (SC). Dalam sebuah

forum Organisation For Economic Co-Opertaion and Development (OECD)

pada bulan Juni 1999 (Ulum, 2009) menyepakati bahwa intellectual capital

adalah aset yang sangat penting bagi perusahaan dalam menciptakan nilai

(value) perusahaan dan memenangkan persaingan. Sedangkan menurut

Bontis (1998) modal intelektual adalah seperangkat tak berwujud

(sumber daya, kemampuan dan kompetensi) yang menggerakkan kinerja

organisasi dan penciptaan nilai.

Dalam dunia bisnis modern, intellectual capital telah menjadi aset yang

sangat bernilai. Hal ini menimbukan tantangan bagi para akuntan untuk

mengidentifikasi, mengukur dan mengungkapkanya dalam laporan keuangan

(Sawarjuwono, 2003). Lalu dalam riset yang dilakukan oleh Purnomoshidi

(2006) menemukan bahwa rata-rata jumlah atribut IC yang diungkapkan

dalam laporan tahunan perusahaan publik di Indonesia sebesar 56%.

Persentase ini menggambarkan bahwa perusahaan publik telah memiliki

kesadaran terhadap arti penting IC bagi peningkatan keunggulan kompetitif,

(21)

4 kerja yang ada serta praktik pengungkapan IC diantara perusahaan masih

bervariasi (Purnomoshidi, 2006).

Menurut Pulic (1998) tujuan utama dalam ekonomi yang berbasis

pengetahuan adalah untuk menciptakan value added, sedangkan untuk

mendapatkan value added dibutuhkan ukuran yang tepat tentang physical

capital (yaitu dana-dana keuangan) dan intelectual potential (dipresentasikan

oleh karyawan dengan segala potensi dan kemampuan yang melekat pada

mereka) dan menyatakan bahwa VAIC menunjukan bagaimana kedua sumber

daya tersebut (physical capital dan intelectual potential) telah secara efisien

dimanfaatkan oleh perusahaan..

Intellectual capital dapat menghasilkan value added bagi perusahaan.

Kapasitas intelektual yang dimiliki perusahaan akan meningkatkan rasa

percaya diri investor, dan hal tersebut akan berdampak akan meningkatnya

nilai dari perusahaan. Nilai suatu perusahaan dapat tercermin dari harga yang

dibayar investor atas sahamnya dipasar. Semakin meningkatnya perbedaan

antara harga saham dengan nilai buku aktiva yang dimiliki perusahaan

menunjukkan adanya hidden value. Penghargaan lebih atas suatu perusahaan

dari para investor tersebut diyakini disebabkan oleh modal intelektual yang

dimiliki perusahaan (Chen et.al, 2005). Berkurangnya atau bahkan hilangnya

aktiva tetap dalam neraca perusahaan tidak menyebabkan hilangnya

penghargaan pasar terhadap perusahaan (Rupert, 1998), hal tersebut tercermin

(22)

signifikan dalam laporan keuangan namun penghargaan pasar atas

perusahaan-perusahaan tersebut sangat tinggi.

Oleh karena itu intellectual capital telah menjadi aset yang sangat

bernilai dalam dunia bisnis modern. Hal ini menimbulkan tantangan bagi para

akuntan untuk mengidentifikasi, mengukur dan mengungkapkannya dalam

laporan keuangan. Akuntansi tradisional yang digunakan sebagai dasar

pembuatan laporan keuangan dirasa gagal dalam memberikan informasi

mengenai IC (Sawarjuwono, 2003). Dilain pihak, para pengguna laporan

keuangan membutuhkan informasi kuantifatif dan kualitatif sebagai evaluasi

kinerja perusahaan serta informasi mengenai IC yang dimiliki perusahaan.

Praktik akuntansi tradisional hanya mampu mengakui intellectual

property sebagai aset tak berwujud dalam laporan keuangannya, seperti paten,

merk dagang dan goodwill (Starovic et.al, 2003). Intangible baru seperti

kompetensi staf, hubungan pelanggan, model simulasi, sistem komputer dan

administrasi tidak memperoleh pengakuan dalam model keuangan tradisional,

ungkap Stewart (1997) dalam Tan et al., 2007. Pengakuan terhadap modal

intelektual yang merupakan penggerak nilai perusahaan dan keunggulan

kompetitif makin meningkat, meskipun demikian pengukuran yang tepat atas

modal intelektual masih terus dicari dan dikembangkan (Chen et.al, 2005).

Ada beberapa indikator yang mencerminkan nilai perusahaan,

diantaranya Price Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER). PBV

(23)

6 yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek perusahaan ke depan.

PBV juga dapat menunjukan seberapa jauh sebuah perusahaan mampu

menciptakan nilai perusahaan dengan jumlah modal yang diinvestasikan oleh

perusahaan. Perusahaan yang baik memiliki PBV diatas 1, semakin tinggi

PBV mencerminkan harga saham yang tinggi dibandingkan nilai buku per

lembar saham. Semakin tinggi harga saham, semakin berhasil perusahaan

dalam menciptakan nilai bagi para pemegang sahamnya (Simanungkalit,

2015).

Sedangkan PER adalah merupakan perbandingan antara harga saham per

lembar dengan laba bersih per saham. Kegunaan PER adalah untuk melihat

bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan yang dincerminkan oleh

earning per share nya.

PER menunjukan hubungan antara pasar saham biasa dengan earning per

share. Makin besar price earning ratio suatu saham maka harga saham

tersebut akan semkin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya. Angka

rasio ini biasa digunakan investor untuk memprediksi kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang.

Adanya pengungkapan intellectual capital dalam laporan keuangan dapat

mencerminkan kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan dapat

mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dalam jangka

(24)

nilai perusahaan dimata para investor. Kinerja keuangan perusahaan diukur

dengan menggunakan Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE).

ROA digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba bersih dengan menggunakan total aset yang dimiliki oleh

perusahaan untuk menghitung pengembalian atas total aset setelah bunga dan

pajak (Simanungkalit, 2015). Semakin tinggi nilai ROA semakin baik, karena

hal tersebut mengidikasikan bahwa perusahaan dapat memanfaatkan secara

efektif dan efisien total aset yang dimilikinya guna mendapatkan laba.

Sedangkan ROE digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba bersih dengan menggunakan total modal yang dimiliki

oleh perusahaan, untuk menghitung pengembalian atas total modal setelah

bunga dan pajak. Penggunaan seluruh aset perusahaan yang efisien, baik aset

yang berwujud maupun aset tidak berwujud (intellectual capital) akan

meningkatkan laba perusahaan. Semakin tinggi tingkat laba yang diperoleh

oleh perusahaan maka semakin tinggi nilai ROA dan ROE. Tingginya nilai

ROA dan ROE tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Tabel 1.1

Perkembangan Variabel dari Tahun 2009-2014.

Variabel 2009 2010 2011 2012 2013 2014

VACA 0,313 0,297 0,291 0,285 1,292 0,261

VAHU 4,429 4,029 4,465 4,212 3,729 3,593

STVA 0,658 0,668 0,669 0,685 0,641 0,637

ROA 0,1450 0,1369 0.1575 0,1411 0,1149 0.1097

(25)

8

PBV 4,723 5,772 4,918 5,124 5,407 5,385

PER 18,562 23,648 14,765 16,244 16,942 18,190

Sumber: BEI 2009-2014, data diolah sendiri

Berdasarkan tabel 1.1 tersebut dapat diketahui bahwa variabel VACA

mengalami penurunan dari tahun 2009-2012, kemudian pada tahun

2012-2013 VACA mengalami kenaikan. Hal tersebut sedikit berbeda dengan

variabel STVA yang mengalami peningkatan pada tahun 2009-2012,

kemudian mengalami penurunan pada tahun 2013-2014. Nilai variabel ROA

mengalami penurunan pada tahun 2012-2014, hal tersebut juga dialami pada

variabel ROE yang mengalami penurunan pada tahun yang sama. Variabel

VAHU mengalami kenaikan dan penurunan pada tahun 2009-2014. Pada

variabel PBV terdapat kenaikan dari tahun 2011-2013, hal tersebut juga

dialami pada variabel PER yang mengalami kenaikan dari tahun 2011-2014.

Value Added Capital Employed (VACA) merupakan kemampuan

perusahaan dalam mengelola sumber daya berupa capital asset yang jika

dikelola dengan baik dapat menambah nilai perusahaan (Pramelasari, 2010).

Value Added Human Capital (VAHU) mengindikasikan kemampuan human

capital dalam menciptakan value added dalam perusahaan (Tan et.al, 2007).

Human capital merupakan individual knowledge stock suatu organisasi yang

tercermin dari karyawannya (Bontis et. Al., 1998). Structural Capital Value

Added (STVA) merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi proses

(26)

menghasilkan kinerja bisnis dan kinerja intelektual yang optimal secara

keselurahan (Dewi, 2011).

Pasar modal merupakan salah satu penggerak perekonomian suatu

negara. Karena pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan

akumulasi dana jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan

pastisipasi masyarakat dalam penggerakan dana guna menunjang pembiayaan

pembangunan nasional. Selain itu, pasar modal juga merupakan representasi

untuk menilai kondisi perusahaan-perusahaan di suatu negara. Karena hampir

semua industri di suatu negara terwakili oleh pasar modal. Pasar modal yang

sedang mengalami peningkatan atau mengalami penurunan terlihat dari naik

turunnya harga-harga saham yang tercatat dan tercermin melalui suatu

pergerakan indeks atau lebih dikenal dengan Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG). IHSG merupakan nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja

gabungan seluruh saham (perusahaan/emiten) tercatat di Bursa Efek

Indonesia (BEI).

Pasar modal menjadi alternatif investasi bagi para investor selain

alternatif investasi lainya seperti menabung di bank, membeli emas, asuransi,

tanah, bangunan dan sebagainya. Sebagaimana dipahami pasar modal

merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum

perdagangan efek yang diterbitkanya, serta lembaga dan profesi yang

(27)

10 antara para investor dengan perusahaan ataupun insititusi pemerintah melalui

perdagangan sekuritas.

Bentuk sekuritas yang dikenal dan diperdagangkan di pasar modal adalah

saham. Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah

perusahaan yang berbetuk Perseroan Terbatas (PT) atau emiten. Saham

tersebut menandakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik

sebagian dari perusahaan itu dan memiliki hak untuk ikut serta dalam setiap

pemgambilan keputusan di perusahaan

. Ada 2 keuntungan yang mungkin akan didapatkan investor apabila

berinvestasi dalam bentuk saham, pertama, investor dapat mendapatkan

capital gain. Capital gain adalah suatu keuntungan yang diperoleh dari

selisih harga saham pada saat investor membeli dengan pada saat invesor

menjual harga saham tersebut. Kedua, investor dapat memperoleh dividen.

Dividen adalah sebuah keuntungan yang didapatkan dari perusahaan tempat

dimana kita membeli saham tersebut. Namun pemberian dividen kepada para

pemegang saham tersebut, sifatnya tidak mutlak atau pasti, dikarenakan

tergantung dengan kebijakan serta keadaan yang sedang dialami oleh

perusahaan tersebut.

Membaiknya kondisi perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI)

mampu menarik kebali para investor untuk meramaikan perdagangan saham

di lantai bursa bahkan mampu menarik masyarakat umum untuk

(28)

mulai sadar bahwa dengan berinvestasi di pasar saham jauh lebih

menguntungkan dibandingkan dengan hanya menyimpan dana mereka di

bank.

Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ 45 tahun 2009-2014. Peneliti

memilih indeks LQ 45 karena indeks LQ 45 terdiri dari 45 saham pilihan

yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan serta memiliki likuiditas

tinggi dan kapitalisasi pasar yang besar. Indeks LQ 45 berisi 45 saham yang

disesuaikan setiap enam bulan (awal bulan Februari dan Agustus). Indeks LQ

45 diluncurkan pada bulan Februari 1997 ukuran utama likuiditas transaksi

adalah transaksi di pasar reguler. Indeks LQ 45 bertujuan untuk menyediakan

sarana yang obyektif dan terpercaya bagi analisis keuangan, manajer

investasi, investor dan pemerhati pasar modal dalam memonitor pergerakan

harga dari saham-saham yang aktif diperdagangkan.

Beberapa penelitian sebelumnya telah membuktikan pengaruh dari

intellectual capital terhadap nilai perusahaan dan kinerja keuangan.

Pramelasari, (2010) meneliti mengenai pengaruh intellectual capital terhadap

nilai perusahaan dan kinerja keuangan pada perusahaan yang listing di BEI

tahun 2004-2008. Hasil penelitian menunjukan bahwa VACA memiliki

pengaruh negatif terhadap nilai perusahaan sedangkan dua komponen lain

(29)

12 penelitian yang dilakukan Harahap, (2014) yang menunjukan bahwa VACA

memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Penelitian Pramelasari, (2010) menemukan adanya pengaruh negatif

antara VAHU dengan kinerja keuangan perusahaan. sedangkan penelitian

yang dilakukan oleh Tan et.,al (2007) membuktikan bahwa VAHU

berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan.

Berdasarkan fenomena di atas serta hasil penelitian sebelumnya yang

tidak konsisten, maka penulis akan melakukan penelitian yang berjudul

“Analisis Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Nilai Perusahaan

Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Pada Indeks LQ 45 Periode 2009-2014)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah intellectual capital berpengaruh secara langsung terhadap

kinerja keuangan di perusahaan yang terdaftar di LQ 45?

2. Apakah kinerja keuangan berpengaruh secara langsung terhadap nilai

perusahaan di perusahaan yang terdaftar di LQ 45?

3. Apakah intelectual capital berpengaruh secara langsung terhadap nilai

perusahaan yang terdaftar di LQ 45?

4. Apakah intellectual capital berpengaruh secara tidak langsung terhadap

(30)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah disebutkan di atas,

maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah intellectual capital berpengaruh secara

langsung terhadap kinerja keuangan di perusahaan yang terdaftar di LQ

45.

2. Untuk mengetahui apakah kinerja keuangan berpengaruh secara langsung

terhadap nilai perusahaan di perusahaan yang terdaftar di LQ 45.

3. Untuk mengetahui apakah intelectual capital berpengaruh secara

langsung terhadap nilai perusahaan yang terdaftar di LQ 45.

4. Untuk mengetahui apakah intellectual capital berpengaruh secara tidak

langsung terhadap nilai perusahaan di perusahaan yang terdaftar di LQ

45.

D. Manfaat Penelitian

Ada beberapa pihak yang akan dapat memanfaatkan hasil dari penelitian

ini, diantaranya:

1. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana bagi peneliti untuk

menambah pengetahuan, khususnya pengetahuan yang sifatnya empiris

mengenai faktor-faktor penentu nilai perusahaan di LQ 45.

2. Manfaat Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penilitian diharapkan dapat menjadi referensi untuk para

(31)

14

mengenai pengaruh intellectual capital terhadap nilai perusahaan di LQ

45.

3. Manfaat Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber tambahan referensi

informasi kepada manajemen perusahaan sebagai bahan pertimbangan

dalam melakukan keputusan penerapan intellectual capital di perusahaan

untuk dapat menciptakan nilai perusahaan.

4. Manfaat Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi dan dasar

pertimbangan dalam pengambilan keputusan sebelum melakukan

investasi dengan mengukur kinerja intellectual capital yang selanjutnya

(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu

Dalam sub bab ini menjelaskan teori yang menjadi landasan penulis

dalam perumusan hipotesis dan hasil penelitian terdahulu yang menjadi

landasan penulis dalam merumuskan hipotesis.

1. Landasan Teori

Teori yang menjadi landasan penulis adalah stakeholder theory,

legitimacy theory, resourced based theory, intellectual capital, Value Added

Intelectual Coefficient (VAICᵀ ᴹ), kinerja keuangan dan nilai perusahaan.

a. Stakeholder Theory

Berdasarkan theory stakeholder, manajemen organisasi

diharapkan untuk melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh

stakeholder mereka dan melaporkan kembali aktivitas-aktivitas

tersebut kepada para stakeholder. Teori ini menyatakan bahwa

seluruh stakeholder memiliki hak untuk disediakan informasi tentang

bagaimana aktivitas organisasi mempengaruhi mereka (sebagai

contoh melalui sponsorship, inisiatif pengamanan dan lain-lain),

bahkan ketika mereka memilih untuk tidak menggunakan informasi

tersebut dan bahkan ketika mereka tidak dapat secara langsung

memainkan peran yang konstruktif dalam kelangsungan hidup

(33)

16 Lebih lanjut Deegan (2004) menyatakan bahwa teori

stakeholder menekankan akuntabilitas organisasi jauh melebihi

kinerja keuangan atau ekonomi sederhana. Teori ini menyatakan

bahwa organisasi akan memilih secara sukarela mengungkapkan

informasi tentang kinerja lingkungan, sosial dan intelektual mereka,

melebihi dan di atas permintaan wajibnya, untuk memenuhi

ekspektasi sesungguhnya atau diakui oleh stakeholder.

Tujuan utama dari theory stakeholder adalah untuk membantu

manajer korporasi mengerti lingkungan stakeholder mereka dan

melakukan pengelolaan dengan lebih efektif di antara keberadaan

hubungan-hubungan di lingkungan perusahaaan mereka. Namun

demikian, tujuan yang lebih luas dari theory stakeholder adalah

untuk menolong manajer korporasi dalam meningkatkan nilai dari

dampak aktifitas-aktifitas mereka, dan meninimalkan

kerugian-kerugian bagi stakeholder.

b. Legitimacy Theory

Teori legitimasi berhubungan erat dengan theory stakeholder.

Teori legitimasi menyatakan bahwa organisasi secara berkelanjutan

mencari cara untuk menjamin operasi mereka berada dalam batas

dan norma yang berlaku di masyarakat (Deegan, 2004). Menurut

Deegan (2004), dalam perspektif teori legitimasi, suatu perusahaan

akan secara sukarela melaporkan aktifitasnya jika manajemen

(34)

legitimasi bergantung pada premis bahwa terdapat “kontrak sosial”

antara perusahaan dengan masyarakat di mana perusahaan tersebut

beroperasi. Kontrak sosial adalah suatu cara untuk menjelaskan

sejumlah besar harapan masyarakat tentang bagaimana seharusnya

organisasi melaksanakan operasinya, harapan sosial ini tidak tetap,

namun berubah seiring berjalannya waktu. Hal ini menuntut

perusahaan untuk responsif terhadap lingkungan di mana mereka

beroperasi (Deegan, 2004)

c. Resource Based Theory

Resources Based Theory (RBT) adalah suatu teori yang

membahas mengenai sumber daya yang dimiliki perusahaan dan

bagaimana perusahaan tersebut dapat mengolah dan

memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya dengan baik

(Bontis, 2000). Teori ini menjelaskan bahwa kinerja perusahaan

yang baik menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penggunaan

yang efektif dan efisien dari aset berwujud maupun tak berwujud

yang dimiliki oleh perusahaan atau intellectual ability. RBT dapat

menjelaskan bahwa perusahaan dengan kemampuan mengelola

intellectual capital dengan maksimal dalam hal ini seluruh sumber

daya yang dimiliki perusahaan, baik karyawan (human capital), aset

fisik (physical capital) maupun structural capital dapat menciptakan

nilai bagi perusahaan tersebut. Asumsi dari teori ini adalah

(35)

18 dengan mengelola sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan

kemampuan perusahaan. penciptaan nilai tambah bagi perusahaan

akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

d. Intellectual capital

Menurut Bontis (1998) modal intelektual adalah

seperangkat tak berwujud (sumber daya, kemampuan dan

kompetensi) yang menggerakkan kinerja organisasi dan penciptaan

nilai.

Sangkala (2006) mendefinisikan Intellectual Capital sebagai

hasil dari proses transformasi pengetahuan atau pengetahuan itu

sendiri yang di transformasikan dalam aset yang bernilai bagi

perusahaan. Salah satu area yang menarik perhatian akademisi

maupun praktisi adalah terkait dengan kegunaan IC sebagai salah

satu alat untuk menentukan nilai perusahaan (Edvinsson dan Malone,

1997 dalam Ulum (2008)).

Bontis et al. (2000) menyatakan bahwa secara umum, para

peneliti mengidentifikasi tiga konstruk utama dari modal intelektual,

yaitu: Human Capital (HC), Structural Capital (SC), dan Customer

Capital (CC). Menurut Bontis et al. (2000), secara sederhana HC

merepresentasikan individual knowledge stock suatu organisasi yang

(36)

genetic inheritance, education, experience, and attitude tentang

kehidupan dan bisnis.

Mengacu pada pandangan Bontis dalam Sanchez et.al., Cut

Zurnali (2008) mengemukakan bahwa modal intelektual dibentuk

dari sistem hubungan antar blok (system of inter-relational blocks),

sebagai berikut:

1) Modal Manusia (Human Capital)

Pengetahuan individual yang tak terlihat dari para

anggota yang dimiliki organisasi. Human capital ini

didefinisikan sebagai kombinasi dari pendidikan

(education), warisan genetik (genetic inheritance),

pengalaman dan sikap (experience and attitudes) terhadap

hidup dan pekerjaan. Ini diukur sebagai fungsi volume

(function of volume).

2) Modal Struktural (Structural Capital)

Pengetahuan tak terlihat yang merangkul organisasi

(tacit knowledge that embraces the organization). Ini

mengenal keberagaman yang sangat besar dari pemenuhan

hubungan untuk mengelola perusahaan dalam sebuah cara

yang terkoordinasi (a coordinated manner). Tanpa ini,

(37)

20

3) Modal Pelanggan (Customer Capital)

Pengetahuan yang komprehensif dalam bidang

pemasaran (marketing) dan hubungan dengan pelanggan

(customer relations). Hal ini mencakup pengembangan

pengetahuan mengenai pelanggan, pemasok dan asosiasi

industrial atau yang berkaitan dengan pemerintah. Customer

capital ini dapat diukur sebagai sebuah fungsi lamanya usia

perusahaan (function of longevity).

Namun, menurut Cut Zurnali (2008), modal intektual lebih dari

sekedar penjumlahan ketiga elemen ini. Hal ini berkaitan dengan

bagaimana membiarkan pengetahuan dari sebuah perusahaan bekerja dan

menciptakan nilai. Modal intelektual mampu menghasilkan peningkatan

nilai organisasi dan dimaksudkan untuk membolehkan perusahaan

mendapatkan keuntungan dari peluang yang ada lebih baik dari yang

didapatkan para pesaing dan memberikan peningkatan penghasilan

dimasa depan.

Menurut Cut Zurnali, dalam kaitannya dengan organisasi publik

seperti instansi-instansi pemerintah dan universitas, maka

komponen-komponen yang tepat untuk mengukur modal intelektual adalah sebagai

berikut: Human Capital– the set of explicit and tacit knowledge of the

institutions’personnel acquired through formal and informal educational

and actualization processes embodied in their activities (seperangkat

(38)

institusi melalui proses pendidikan formal dan informal yang diterapkan

dalam kegiatan-kegiatan mereka); Structural Capital – the explicit

knowledge related to the internal process of dissemination,

communication and management of scientific and technical knowledge in

the institution (can be both institutional and technological) (pengetahuan

yang terlihat yang berkaitan dengan proses internal dari penyebaran,

pengkomunikasian dan manajemen ilmiah dan pengetahuan teknis dalam

organisasi atau dapat dua-duanya yaitu keorganisasian dan teknologi);

dan Relational Capital – gathers the wide set of economical, political

and institutional relationships developed and maintained by institution

(perangkat yang luas secara ekonomi, politik dan hubungan institusional

yang dikembangkan dan dipelihara oleh institusi).

Sebagai tambahan, menurut Cut Zurnali (2008),

organisasi-organisasi publik mempunyai permintaan eksternal yang terus-menerus

untuk transparansi dan informasi yang lebih besar dalam hal penggunaan

dana publik. Dan dengan adanya otonomi daerah atau otonomi kampus,

tuntutan ini menjadi lebih besar lagi terhadap organisasi, manajemen dan

alokasi anggaran mereka. Situasi ini memerlukan sistem pelaporan dan

manajemen yang baru (new management and reporting systems).

Mengacu pada pendapat Elena (2004), Cut Zurnali (2008)

menjelaskan bahwa intellectual capital management dan knowledge

management menyediakan metodologi yang efisien untuk

(39)

22

inilah yang disebut dengan suatu cara yang pantas (a proper way) untuk

memperbaiki transparansi dan manajemen internal. Intellectual Capital

Management (ICM) dan Knowledge Management (KM) adalah

seperangkat kegiatan manajerial yang ditujukan pada pengidentifikasian

dan pemberian nilai asset-aset pengetahuan (knowledge assets)

organisasi. Pengaruh asset-aset ini melalui pembagian pengetahuan dan

menciptakan pengetahuan baru (Easterby-Smith and Lyles, 2003;

Holsapple, 2003).

Menurut Cut Zurnali (2008), sistem pelaporan dan manajemen baru

akan membolehkan organisasi berada dalam posisi menciptakan

transparansi dalam penggunaan dana publik, menjelaskan pencapaian

riset, pelatihan, inovasi dan manfaat lainnya kepada para stakeholder dan

mengilustrasikan pengembangan aset tak terlihat.

Lebih lanjut Bontis et al. (2000) menyebutkan bahwa SC meliputi

seluruh non-human storehouses of knowledge dalam organisasi.

Termasuk dalam hal ini adalah database, organizational charts, process

manuals, strategies, routines dan segala hal yang membuat nilai

perusahaan lebih besar dari nilai materialnya. Customer Capital (CC)

merupakan pengetahuan yang melekat dalam marketing channels dan

customer relationship dimana suatu organisasi mengembangkan hal

(40)

Ulrich (1998) dan Nasih (2012) memberikan lima alasan mengapa

modal intelektual merupakan isu dan aset penting bagi perusahaan, yakni :

a) Modal intelektual merupakan satu-satunya kekayaan perusahaan

yang bernilai (appreciable). Aset lain seperti bangunan, pabrik,

peralatan, mesin, dan sebagaimana harus didepresiasi begitu aset

tersebut digunakan, sedangkan modal intelektual justru bertambah

begitu digunakan.

b) Pekerjaan yang berhubungan dengan pengetahuan semakin

bertambah jumlahnya. Hal tersebut diindikasikan oleh semakin

banyaknya lapangan kerja yang muncul dari sektor jasa.

Perekonomian jasa tumbuh pesat secara langsung dalam industri

jasa seperti ritel, investasi, informasi, pendidikan, konsultasi, dan

hiburan; serta secara tidak langsung dalam industri manufaktur

tradisional seperti otomotif, barang dalam kemasan, dan peralatan

instalasi. Pada umumnya jasa bertumpu pada jalinan relasi yang

didasari kompetensi dan komitmen individu. Oleh sebab itu, arti

penting modal intelektual semakin meningkat seiring dengan

pertumbuhan perekonomian jasa.

c) Personil dengan modal intelektual tinggi menjadi volunteer,

karena sebagai yang terbaik memiliki peluang besar untuk

mencari kesempatan kerja di sejumlah perusahaan (Drucker,

(41)

24 (tanpa bayaran), namun mereka memiliki banyak pilihan tempat

bekerja sehingga mereka menjadi volunteer di perusahaan

tertentu. Komitmen para volunteer cenderung terbentuk karena

ikatan emosional mereka pada suatu perusahaan. Mereka lebih

tertarik pada aspek makna dan tantangan pekerjaan daripada

imbalan finansial. Para karyawan yang memiliki mind-set seperti

umumnya lebih cenderung berpindah ke perusahaan lain.

d) Intensitas persaingan dan maraknya kebijakan downsizing serta

delayering menyebabkan tuntutan, tekanan, dan stres kerja

meningkat drastis. Bila hal itu tidak diimbangi dengan perbaikan

kualitas kehidupan kerja, maka akan banyak karyawan berbakat

dan berpotensi tinggi yang tidak betah dan memilih untuk pindah

perusahaan.

e) Sebagian besar investasi pada modal intelektual yang dilakukan

saat ini salah fokus. Di bawah corporate citizenship, banyak

eksekutif senior yang membicarakan isu-isu pekerjaan dan

keluarga. Program semacam itu menyiratkan bahwa setelah

semua urusan bisnis dirampungkan, barulah disediakan waktu

untuk keperluan citizenship karyawan. Padahal, modal intelektual

(42)

1) Pengukuran Intellectual Capital

Metode pengukuran intellectual capital dapat dikelompokkan ke

dalam dua kategori, yaitu: pengukuran non moneter dan pengukuran

moneter (Tan et al., 2007). Hartono (2001) menguraikan beberapa

keunggulan menggunakan pengukuran non moneter dalam mengukur

intangible assets perusahaan. keunggulan tersebut adalah sebagai berikut:

a) Pengukuran secara non moneter akan mudah menunjukan

unsur-unsur yang membangun intellectual capital dalam perusahaan,

sedangkan secara moneter hal itu akan sulit dilakukan.

b) Pengaruh internal development dalam pembentukan intellectual

capital tidak dapat diukur dengan pengukuran atribut moneter.

c) Pengkapitalisasian biaya menjadi aset akan mengakibatkan

adanya manipulasi terhadap laba.

Luthy (1998) mengelompokkan metode pengukuran intellectual

capital ke dalam dua kelompok besar, yaitu: metode yang dilakukan

dengan component by component evaluation dan metode pengukuran

yang dilakukan dengan mengukur nilai intelectual assets dalam istilah

keuangan pada tingkat organisasi tanpa mengacu pada

komponen-komponen individual intellectual capital.

Luthy (1998) mengungkapkan bahwa dalam metode component by

component evaluation terdapat dua cara yang digunakan untuk

(43)

26 model Edvinsson/Malone yang merupakan dasar dari pendekatan

Skandia “Navigator”. Pendekatan ini telah diilustrasikan dan

dipublikasikan dalam suplemen laporan tahunan Skandia kepada para

pemegang saham. Model Brooking yang menjadi dasar “Dream Ticket”

dan pendekatan target yang diilustrasikan sebagai bagian dari audit

intellectual capital. Sedangkan dalam metode pengukuran dengan

menggunakan dasar keuangan pada tingkatan perusahaan (luthy, 1998)

menganjurkan penggunaan metode Market to Book Value, Tobin’s “Q”

dan Calculated Intangible Value.

Seiring dengan semakin banyak riset terhadap metode pengukuran

Intellectual capital, (Sveiby, 2001) mencoba mengklasifikasikan 21

metode pengukuran yang ada ke dalam empat kelompok besar. Keempat

kelompok itu adalah sebagai berikut (Luthy, 1998):

a) Direct Intellectual capital Methods (DIC)

Estimasi nilai dolar dari aset tidak berwujud dilakukan dengan

cara mengidentifikasi komponen-komponen yang bervariasi. Sekali

komponen ini dapat diidentifikasikan,

komponen-komponen tersebut langsung dapat dievaluasi baik sscara individu

(44)

b) Market Capitalization Methods (MCM)

Perhitungan terhadap perbedaan antara kapitalisasi pasar

perusahaan dengan ekuitas pemegang sahamnya sebagai nilai dari

intellectual capital atau intangible assets perusahaan.

c) Return On Assets (ROA)

Rata-rata laba sebelum pajak dalam suatu periode dibagi dengan

nilai aset berwujud. Hasil dari pembagian ini merupakan retun on

assets perusahaan yang dapat dibandingkan dengan rata-rata industri.

d) Scorecard Methods (SC)

Komponen-komponen dari aset tidak berwujud atau intellectual

capital diidentifikasikan. Dan indikator-indikator yang ada

dilaporkan dalam bentuk scorecards atau grafik. Metode scorecard

ini hampir sama dengan metode direct intellectual capital yang

mengharapkan tidak ada estimasi yang dibuat dari nilai dollar asset

tidak berwujud.

Metode-metode ini memiliki manfaat sebagai berikut (Sveiby,

2001):

1) Metode-metode yang menawarkan penilaian dalam dolar seperti

return on asset dan market capitalization method digunakan

dalam situasi merger, akuisisi dan penilaian harga pasar saham.

Metode ini juga dapat digunakan untuk membandingkan

perusahaan yang berada dalam industri yang sama. Metode ini

(45)

28 tidak berwujud. Metode ini telah mengalami pembuktian yang

cukup lama dalam bidang akuntansi sehingga mudah

dikomunikasikan di antara para praktisi akuntansi. Kelemahan

metode ini adalah perubahan segala sesuatu ke dalam nilai uang

akan memberi kedangkalan makna (Sawarjuwono dan Kadir,

2003)

2) Manfaat directintellectual capital dan metode scorecard adalah

kemampuannya untuk menghasilkan gambaran yang lebih

komprehensif dari kondisi kesehatan setiap level organisasi.

Metode-metode ini lebih menggambarkan kejadian yang

sebenarnya dan pelaporan dapat lebih cepat dan lebih akurat

pada pengukuran keuangan. Metode-metode ini sangat berguna

bagi organisasi non laba, departemen internal, organisasi sektor

publik dan untuk tujuan yang berhubungan dengan kegiatan

sosial maupun lingkungan. Kelemahan metode ini terletak pada

indikator-indikator yang bersidat kontekstual dan harus sesuai

untuk setiap organisasi dan setiap tujuan, di mana

perbandingannya sangat sulit (Sawarjuwono dan Kadir, 2003).

Metode-metode ini masih baru sehingga tidaklah mudah untuk

diterima oleh para manajer yang biasa melihat segala sesuatu

dari perspektif keuangan.

Tidak satupun metode yang dapat memenuhi semua tujuan yang

(46)

satu tujuan dengan satu situasi dan audience yang berbeda.

Pengelompokkan yang lainya dilakukan terhadap metode pengukuran

intellectual capital (Luu et al., 2001) dari Australia. Mereka

mengelompokan intellectual capital ke dalam dua kelompok, yaitu

external measures dan internal measures.

Suatu metode dikelompokkan ke dalam pengukuran internal, karena

pengukuran dan pelaporan terhadap aktiva tidak berwujud. Dengan

metode ini ditujukan untuk memperbaiki manajemen dalam hal

pengambilan keputusan bisnis. Fokus lebih pada penganggaran, training

dan sumber daya manusia. Metode-metode yang dikelompokkan ke

dalam kelompok ini adalah human resources accounting, the intangible

aseet monitor, the skandia navigator, dan balance scorecards.

Sedangkan metode yang dikelompokkan ke dalam pengukuran eksternal

merupakan metode yang menilai bagaimana pengaruh aktiva tidak

berwujud terhadap kinerja perusahaan yang merupakan faktor utama

penyebab perbedaan yang sangat besar antara nilai pasar dan nilai buku

perusahaan yang ada pada pasar modal. Metode-metode yang

dikelompokkan dalam kelompok ini adalah market to book value, tobin’s

“Q”, calculated intangible value, dan pendekatan yang baru yaitu real

(47)

30

Tabel 2.1 Metode Pengukuran Intellectual Capital

LABEL PENGANJUR

Nilai intellectual capital

suatu perusahaan ditaksir berdasarkan pada analisis

diagnostik dari respon

perusahaan terhadap 20

pertanyaan yang meliputi

empat komponen utama

intellectual capital.

Citation-Weighted

Patents

Bontis (1996) Direct

Intellectual capital Methods

(DIC)

Faktor teknologi dihitung

berdasarkan pada

pengembangan paten oleh

perusahaan. intellectual

capital dan kinerjanya diukur

berdasarkan pada upaya

pengembangan riset atas

serangkaian indeks, seperti jumlah paten dan biaya paten

terhadap perputaran

penjualan, yang menjelaskan paten perusahaan

Menggunakan hirarki dari

weighted indicator yang

dikombinasikan, dan fokus pada nilai relatif daripada

nilai absolut. Kombinasi

value added = monetary value added dikombinasikan

dengan intangible value

added

mengalokasikan nilai kepada

lima jenis intangible:

(48)

process

Metode untuk menaksir nilai

dari intelectual property.

Suatu proyek inisiatif oleh

canadian institute of chartered accountants. TVC

menggunakan discounted

arus kas diproyeksikan untuk menguji kembali bagaimana

peristiwa mempengaruhi

Suatu sistem dari projected

discounted cash-flows.

Perbedaan antara AFTF pada akhir dan awal periode

“Q” adalah rasio dari nilai pasar saham perusahaan dibagi dengan biaya

pengganti (replacement cost)

aset. Perubahan pada “Q” merupakan proksi untuk dan membaginya kepada

intangible capital + (Realized

IC + IC Erosion + SCA

(Sustanaible Competitive Advantage)

Nilai intellectual capital

diperhitungkan dari

perbedaan antara nilai pasar

(49)

32

Stewart (1997) Return On

Assets (ROA)

Dihitung dengan

menyesuaikan laba yang

diungkap perusahaan dengan beban yang berhubungan

dengan intangible. Perubahan

dalam EVA merupakan

indikasi apakah intellectual

capital perusahaan produktif atau tidak.

tersembunyi dari beban

terkait HR dengan penurunan laba perusahaan. Penyesuaian

dibuat terhadap P&L.

Intellectual capital diukur

dengan menghitung

kontribusi human assets yang

dimiliki perusahaan dibagi

dengan pengeluaran gaji

yang dikapitalisasi.

Calculated menentukan proporsi dari return yang bisa dihubungkan

pada intangible assets.

Knowledge Capial Earnings

Lev (1999) Return On

Assets (ROA)

Knowledge capital earnings

dihitung sebagai porsi atas

kelebihan normalized

earnings dan tambahan expected earnings yang bisa

dihubungkan kepada book

assets.

Mengukur seberapa dan

bagaimana efisiensi

intellectual capital dan capital employed

(50)

berdasar pada hubungan tiga komponen utama, yaitu: 1)

Capital employed. 2) Human capital, 3) Structural capital.

Human

Perangkat indikator human

capital dikumpulkan dan di benchmark terhadap

database. Mirip seperti

HTCA.

Intellectual capital diukur melalui analisis 164 ukuran

metrik (91 berbasis

intelektual dan 73 tradisional metrik) yang mencakup lima

Lev B. (2002) Scorecards

Methods (SC)

Suatu matrik dari indikator non-keuangan yang disusun tiga kategori menurut siklus pengembangan; indikator individual yang mempresentasikan

intellectual property dan komponen-komponen kepada satu indeks. Perubahan pada

indeks kemudian

dihubungkan dengan

perubahan di dalam penilaian pasar perusahaan.

Intangible Asset Monitor

Sveiby (1997) Scorecards

Methods (SC)

Manajemen memilih

(51)

34 3) Utilisasi/efisiensi, dan 4) Pengurangan risiko/stabilitas.

Balance

Kinerja perusahaan diukur

dengan indikator-indikator

yang meliputi empat

perspektif, yaitu: 1)

Financial perspective, 2)

Customer perspective, 3)

Internal process perspective,

dan 4) Learning Perspective.

Sumber: Sveiby (2001)

e. Value Added Intelectual Coefficient (VAICTM)

Metode VAICTM dikembangkan oleh Pulic (1998), didesain

untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari

aset berwujud (tangible assets) dan aset tidak berwujud (intangible

assets) yang dimiliki perusahaan. VAICᵀ ᴹ merupakan instrumen

untuk mengukur kinerja intellectual capital perusahaan. pendekatan

ini relatif mudah dan sangat mungkin untuk dilakukan, karena

dikontruksi dari akun-akun dalam laporan keuangan perusahaan

(neraca, laba rugi).

Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk

menciptakan value added. Value Added (VA) adalah indikator paling

objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value creation). VA

dihitung sebagai selisih antara output dan input.

Output mempresentasikan revenue dan mencakup seluruh

(52)

seluruh beban yang digunakan dalam memperoleh revenue. Hal

penting dalam model ini adalah bahwa beban karyawan (labour

expenses) tidak termasuk di dalam input. Karena peran aktifnya

dalam proses value creation, intelectual potential (yang

direpresentasikan dengan labour expenses) tidak dihitung sebagai

biaya (cost) dan tidak masuk dalam komponen input. Karena itu,

aspek kunci dalam model Pulic adalah memperlakukan tenaga kerja

sebagai entitas penciptaan nilai (value creating entity).

VA dipengaruhi oleh efisiensi dari Human Capital (HC) dan

Structural Capital (SC). Hubungan lainya dari VA adalah Capital

Employed (CE), yang dalam hal ini dilabeli dengan VACA. VACA

adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari

physical capital. Pulic mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari CE

menghasilkan return yang lebih besar daripada perusahaan yang

lain, berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CE

(dana yang tersedia).

Hubungan selanjutnya adalah VA dan HC. Value Added Human

Capital (VAHU) menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan

dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. VAHU

mengindikasikan kemampuan dari HC untuk menciptakan nilai

(53)

36

Hubungan yang ketiga adalah Structural Capital Value Added

(STVA) yang menunjukkan kontribusi Structural Capital (SC)

dalam penciptaan nilai. STVA mengukur jumlah SC yang

dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA, dan merupakan

indikasi bagaimana kontribusi SC dalam penciptaan nilai. SC

bukanlah ukuran yang independen sebagaimana HC, ia dependen

terhadap value creation (Pulic, 1999). Artinya semakin besar

kontribusi HC dalam value creation, maka akan semakin kecil

kontribusi SC dalam hal tersebut. SC adalah VA dikurangi HC.

Koefisien yang telah dihitung sebelumnya akan dijumlahkan dan

hasil penjumlahan tersebut diformulasikan dalam indikator yang

baru yaitu VAIC.

Rasio terakhir adalah menghitung kemampuan intelektual

perusahaan dengan menjumlahkan koefisien-koefisien yang telah

dihitung sebelumnya. Hasil penjumlahan tersebut diformulasikan

dalam indikator baru yang unik, yaitu VAICTM (Tan et al., 2007).

Secara lebih ringkas, formulasi dan tahapan perhitungan

VAICᵀ ᴹ adalah sebagai berikut:

Tahap Pertama: Menghitung Value Added (VA)

Va dihitung sebagai selisih antara output dan input (Pulic,

1999).

(54)

Di mana:

a. OUT = Output : total penjualan dan pendapatan

b. IN = Input : beban penjualan dan biaya-biaya lain (selain beban

karyawan).

Tahap Kedua: Menghitung Value Added Capital Empoyed (VACA)

VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu

unit dari physical capital. Rasio ini menunjukan kontribusi yang

dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value added organisasi.

VACA = VA/CE

Di mana:

a. VACA = Value Added Capital Employed : rasio dari VA terhadap

CE.

b. VA = Value Added

c. CE = Capital Employed : dana yang tersedia (ekuitas, laba bersih)

Tahap Ketiga: Menghitung Value Added Human Capital (VAHU)

VAHU menujukan berapa banyak VA yang dapat dihasilkan

dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini

menunjukan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang

(55)

38

VAHU = VA/HC

Di mana:

a. VAHU = Value Added Human Capital : rasio dari VA terhadap HC.

b. VA = Value Added

c. HC = Human Capital : beban karyawan.

Tahap Keempat: Menghitung Structural Capital Value Added

(STVA)

Rasio ini mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk

menghasilkan 1 rupiah dari Va dan merupakan indikasi bagaimana

keberhasilan SC dalam penciptaan nilai.

STVA = SC/VA

Di mana:

a. STVA = Structural Capital Value Added : rasio dari SC terhadap

VA.

b. SC = Structural Capital : VA - HC

c. VA = Value Added

Tahap Kelima: Menghitung Value Added Intelectual Coefficient (VAICTM)

VAICTM mengindikasikan kemampuan intelektual organisasi

yang dapat juga dianggap sebagai BPI (Business Performance

Indicator). VAICTM merupakan penjumlahan dari 3 komponen

Gambar

Gambar 2.1    Kerangka Pemikiran
Tabel 1.1 Perkembangan Variabel dari Tahun 2009-2014.
Tabel 2.1 Metode Pengukuran Intellectual Capital
figur ini sebagai dasar untuk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Salep Salwa Efektif Kempeskan Ambeien Luar - Gejala pertama penyakit Ambeien atau wasir ini adalah muncul benjolan kecil disekitar anus yang bila tidak diobati

Perkembangan bahasa Sosioemosi di Masa Kanak-kanak dan Penugasan mandiri merangkum, menyimpulkan, dan mengidentifi- kasi isu-isu dan persoalan terkait pokok bahasan

Dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa pengawasan layanan asuransi berada pada level 2 ( repeatable but intuitive ), yang berarti perusahaan telah memiliki pola yang

Tujuan dari penelitian ini adalah membuat suatu aplikasi diagnosa awal penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang diharapkan mampu menjadi alternatif

Hal ini berarti bahwa hipotesis ditolak yang artinya tidak ada perbedaan dalam menggunakan metode Problem Focused Coping pada subyek pria dan wanita dalam menghadapi pacaran

[r]

Baik model pembelajaran Problem Based Instruction maupun model Discovery Learning , siswa dengan kemampuan komunikasi matematika yang tinggi memiliki prestasi belajar

instrumen yaitu validitas butir dengan menggunakan koefisien korelasi antara skor. butir dengan skor