ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERMINTAAN KAKAO
SUMATERA UTARA OLEH AMERIKA
SERIKAT
TESIS
Oleh
ERWIN JUHAL MARAJATUA DAMANIK
097018022/MEP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERMINTAAN KAKAO
SUMATERA UTARA OLEH AMERIKA SERIKAT
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
OLEH
ERWIN JUHAL MARAJATUA DAMANIK
097018022/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KAKAO
SUMATERA UTARA OLEH AMERIKA SERIKAT Nama : ERWIN JUHAL MARAJATUA DAMANIK
NIM : 097018022
Program Studi : EKONOMI PEMBANGUNAN
Menyetujui :
Komisi Pembimbing
(Dr. Murni Daulay,SE,Msi) (Prof.Dr.Sya’ad Afifuddin,MEc Ketua Anggota
)
Ketua Program Studi Direktur
Telah diuji pada
Tanggal : Januari 2013
Panitia Penguji Tesis :
Ketua
: Dr.Murni Daulay,SE,Msi
Anggota
: Prof.Dr.Sya’ad Afifuddin,MEc
Prof.Dr.Ramli,MS
Dr.Rahmanta,Msi
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERMINTAAN KAKAO
SUMATERA UTARA OLEH AMERIKA SERIKAT
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil karya saya
sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun. Sepanjang pengetahuan
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan
dalam referensi. Dan apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak
benar maka saya sanggup menerima hukuman / sanksi apapun sesuai peraturan
yang berlaku.
Medan, 31 Januari 2013
Penulis
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERMINTAAN KAKAO SUMATERA UTARA OLEH
AMERIKA SERIKAT
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor – faktor yang
mempengaruhi permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat dengan
menggunakan data triwulan selama tahun 2002 sampai 2010. Variabel terikat di
dalam penelitian ini adalah permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika
Serikat, sedangkan variabel bebasnya adalah harga biji kakao internasional, kurs,
ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat 6 bulan sebelumnya, harga biji
kakao internasional 3 bulan sebelumnya dan GDP Amerika Serikat.
Metode analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS)
dengan menggunakan perangkat lunak SPSS v.18.
Dari hasil penelitian diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 50,6% yang berarti variabel bebas seperti harga biji kakao internasional, kurs,
ekspor kopi Sumatera Utara ke AS periode sebelumnya, harga biji kakao periode
sebelumnya dan GDP Amerika Serikat dapat menjelaskan permintaan kakao
Sumatera Utara oleh Amerika Serikat sebesar 50,6% dan sisanya sebesar 49,4%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini.
ANALYZING THE INFLUENCE FACTORS ON NORTH
SUMATRA’S COCOA DEMAND BY UNITED STATES (US)
ABSTRACT
The aim of this research is to analyze the influence factors on North
Sumatra’s cocoa demand by United States (US) using three months cycle data
since 2002 until 2010. The dependant factor is North Sumatra’s cocoa demand by
US and the independent factors are the cocoa beans price, exchange rate, coffee
export from North Sumatra of six months before, cocoa beans price of three
months before, and US’ GDP.
The method of this research is analyzed by Ordinary Least Square (OLS)
using SPSS v.18.
From this research, the coefficent of determination (R2) is scaled about 50,6% which means that all the independent variabel such as cocoa beans price,
exchange rate, coffee export from North Sumatra of six months before, cocoa
beans price of three months before, and US’ GDP can explain the dependant
variabel for about 50,6% and the rest is explained by other variabel which not be
included in this research.
KATA PENGANTAR
Pertama – tama penulis mengucapkan syukur dan pujian ke hadirat Tuhan
Yang Maha Kuasa, yang dengan kekuatan dan pertolonganNya telah
mengaruniakan kepada penulis kemampuan untuk menyelesaikan tesis yang
berjudul “Faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Tesis ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan maupun
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menghaturkan terima kasih
yang sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak Prof.Dr.dr Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM), SpA(K) selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Prof.Dr.Ir. A.Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Prof.Dr.Syaad Afifuddin,MEc selaku ketua Program Studi
Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
dan juga sebagai anggota pembimbing yang telah memberikan bimbingan
kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan
4. Ibu Murni Daulay,SE, Msi selaku ketua pembimbing yang banyak
5. Bapak Prof.Dr.Ramli,MS , Bapak Dr.Rahmanta,Msi dan Bapak Dr.Satia
Negara Lubis, MEc selaku tim pembanding yang banyak memberikan
saran dan masukan dalam penulisan tesis ini
6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas
Sumatera Utara
7. Bapak dan Ibu staf administrasi Program Studi Ekonomi Pembangunan
Universitas Sumatera Utara
8. Rekan – rekan mahasiswa angkatan XVIII yang telah bersama – sama
mengikuti perkuliahan di Program Studi Ekonomi Pembangunan
9. Isteriku tercinta, Ruth Wietta Nainggolan. Tuhan Yesus memberkati
keluarga kecil kita.
Semoga Tuhan memberikan berkat dan sukacita melimpah kepada kita semua.
Amin
Medan 31 Januari 2013
RIWAYAT HIDUP
Nama : Erwin Juhal Marajatua Damanik
Tempat/tgl lahir : Medan/5 Agustus 1978
Agama : Kristen
Jenis Kelamin : Laki – laki
Warga Negara : Indonesia
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
Alamat : Komplek Tasbi 2 blok 3 no 29 Medan
Nama Isteri : Ruth Wietta Nainggolan
Nama Ayah : Drs. B.M Damanik (+)
Nama Ibu : Lasmawati Gultom
Sekolah Dasar : SD Methodist Pematangsiantar 1985 – 1991 Riwayat Pendidikan Formal
Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 1 Pematangsiantar 1991 – 1994
Sekolah Menengah Atas : SMA Negeri 5 Bandung 1994 – 1997
Sarjana : Teknik Fisika ITB 1997 – 2003
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 14
1.3 Tujuan Penelitian ... 15
1.4 Manfaat Penelitian ... 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 16
2.1 Teori Permintaan dan Ekspor ... 16
2.2 Perdagangan Internasional ... 21
2.3 Nilai Tukar Mata Uang (Kurs) ... 27
2.4 Gross Domestic Product ... 29
2.5 Tingkat Harga ... 30
2.6 Barang Subtitusi ... 31
2.8 Kerangka Konseptual ... 35
2.9 Hipotesis Penelitian ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 38
3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 38
3.2 Jenis dan Sumber Data ... 38
3.3 Model Analisis ... 38
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 39
3.5 Batasan Operasional ... 40
3.6 Alat Analisis Data ... 40
3.7 Pengujian Model ... 42
3.8 Uji Statistik ... 45
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 49
4.1 Keadaan Umum Variabel Penelitian ... 49
4.2 Hasil Estimasi dengan menggunakan OLS ... 58
4.3 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 61
4.4 Pembahasan ... 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 71
5.1 Kesimpulan ... 71
DAFTAR PUSTAKA ... 73
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERMINTAAN KAKAO SUMATERA UTARA OLEH
AMERIKA SERIKAT
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa faktor – faktor yang
mempengaruhi permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat dengan
menggunakan data triwulan selama tahun 2002 sampai 2010. Variabel terikat di
dalam penelitian ini adalah permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika
Serikat, sedangkan variabel bebasnya adalah harga biji kakao internasional, kurs,
ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat 6 bulan sebelumnya, harga biji
kakao internasional 3 bulan sebelumnya dan GDP Amerika Serikat.
Metode analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS)
dengan menggunakan perangkat lunak SPSS v.18.
Dari hasil penelitian diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 50,6% yang berarti variabel bebas seperti harga biji kakao internasional, kurs,
ekspor kopi Sumatera Utara ke AS periode sebelumnya, harga biji kakao periode
sebelumnya dan GDP Amerika Serikat dapat menjelaskan permintaan kakao
Sumatera Utara oleh Amerika Serikat sebesar 50,6% dan sisanya sebesar 49,4%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model penelitian ini.
ANALYZING THE INFLUENCE FACTORS ON NORTH
SUMATRA’S COCOA DEMAND BY UNITED STATES (US)
ABSTRACT
The aim of this research is to analyze the influence factors on North
Sumatra’s cocoa demand by United States (US) using three months cycle data
since 2002 until 2010. The dependant factor is North Sumatra’s cocoa demand by
US and the independent factors are the cocoa beans price, exchange rate, coffee
export from North Sumatra of six months before, cocoa beans price of three
months before, and US’ GDP.
The method of this research is analyzed by Ordinary Least Square (OLS)
using SPSS v.18.
From this research, the coefficent of determination (R2) is scaled about 50,6% which means that all the independent variabel such as cocoa beans price,
exchange rate, coffee export from North Sumatra of six months before, cocoa
beans price of three months before, and US’ GDP can explain the dependant
variabel for about 50,6% and the rest is explained by other variabel which not be
included in this research.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor pertanian masih menjadi salah satu primadona Indonesia untuk
jenis ekspor non-migas. Indonesia tidak bisa menggantungkan ekspornya kepada
sektor migas saja sebab migas adalah jenis sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.
Oleh karena itu sektor pertanian haruslah dikembangkan untuk dapat menopang
ekspor Indonesia. Beberapa jenis sektor pertanian yang masih menjadi andalan
Indonesia antara lain minyak kelapa sawit, kopi, kakao, tembakau, teh, karet dan
yang lainnya.
Kakao adalah salah satu komoditas ekpor pertanian andalan Indonesia.
Tahun 2011, nilai ekspor kakao olahan ditargetkan meningkat 61 persen,
sedangkan untuk biji kakao, nilai ekspornya ditargetkan meningkat 22 persen.
Demikian diungkapkan Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu. "Kakao dan
minyak kelapa sawit prospeknya cukup baik karena permintaan tinggi, kopi juga
punya potensi yang besar untuk diekspor ke Amerika," kata Wakil Menteri
Pertanian Bayu Krisnamurthi usai bertemu Wakil menteri pertanian AS di kantor
kementerian perekonomian, Jl Lapangan Banteng, Selasa (5/4/2011) (detik.com).
Berdasarkan dua pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa perkebunan kakao di
Kualitas biji kakao Indonesia sebenarnya tidak kalah dengan biji kakao
terbaik dunia yang berasal dari Ghana. Pada umumnya petani kakao Indonesia
tidak melakukan fermentasi pada biji kakao yang baru dipanen. Ketika biji kakao
dikeluarkan dari buahnya, untuk hasil yang terbaik seharusnya dilakukan
fermentasi terlebih dahulu sebelum dilakukan pengeringan tetapi pada umunya
petani kakao Indonesia langsung melakukan pengeringan tanpa proses fermentasi.
Hal inilah yang merendahkan citra mutu kakao Indonesia.
Perkembangan ekspor kakao dan produk kakao Indonesia cukup pesat.
Hampir sekitar 80% dari produksi kakao nasional diekspor karena daya serap
industri pengolahan dalam negeri relatif rendah. Namun citra mutu kakao
Indonesia yang dikenal rendah serta rendahnya kapasitas industri pengolahan
dapat menghambat peningkatan daya saing kakao dan kakao olahan Indonesia.
Daya saing produk kakao Indonesia di samping dipengaruhi oleh besarnya
pemintaan dunia juga ditentukan oleh harga produk kakao Indonesiayang relatif
lebih murah karena mutunya yang rendah, murahnya tenaga kerja, dan alam yang
cukup produktif dibandingkan dengan negara pesaing. Selain itu, kondisi sosial
budaya, situasi politik dan hubungan kelembagaan perdagangan internasional juga
mempengaruhi daya saing produk kakao Indonesiadi pasar dunia.
Produk olahan biji kakao di dalam negeri biasanya dikemas dalam bentuk
coklat batangan, bubuk kakao, mentega, lemak kakao, susu coklat dan bentuk
lainnya. Permintaan dalam negeri akan produk olahan kakao setiap tahunnya
semakin meningkat, tetapi Indonesia masih tergolong rendah dalam kategori
Berikut adalah tabel yang menunjukkan produksi biji kakao beberapa
[image:18.595.113.514.189.516.2]negara di dunia :
Tabel 1.1 Produksi biji kakao oleh beberapa negara di dunia
Produksi biji kakao dunia (ribu ton)
Negara 2005/06 2006/07 2007/08 2008/09 2009/10
Pantai Gading 1407,8 1229,3 1382,4 1223,2 1190,0
Kamerun 171,1 169,1 184,8 226,6 205,0
Ghana 740,5 614,5 729,0 662,4 645,0
Nigeria 210,0 220,0 230,0 250,0 260,0
Brazil 161,6 126,2 170,5 157,0 158,0
Indonesia 585,0 545,0 485,0 490,0 525,0
Ekuador 117,5 123,5 111,0 130,0 140,0
Togo 73,0 78,0 111,0 105,0 110,0
Dominica 45,9 42,2 45,3 55,0 55,0
Venezuela 19,5 22,6 16,6 20,5 20,0
Malaysia 33,9 32,8 30,6 22,4 18,0
PNG 51,1 49,3 51,5 51,0 57,0
Peru 31,4 31,4 34,0 35,9 35,0
Dunia 3810,7 3439,3 3732,3 3592,6 3596,3
Sumber : Laporan Tahunan ICCO (International Cocoa Organization) 2005 - 2010
Dari data di atas dapat ditentukan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke tiga
produsen kakao terbesar di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Indonesia
menyumbang sekitar 16 persen produksi kakaonya untuk dunia. Produksi kakao
Indonesia berdasarkan tabel di atas bersifat fluktuatif. Dari rentang tahun 2005
sampai dengan tahun 2010,puncak produksi kakao Indonesia terjadi pada sekitar
Berikut adalah tabel yang menunjukkan konsumsi kakao negara – negara di dunia
Tabel 1.2 Konsumsi kakao oleh beberapa negara di dunia
Konsumsi kakao dunia (ribu ton)
Negara 2003/04 2004/05 2005/06 2006/07 2007/08 2008/09
Perancis 229,9 246,3 239,2 250,0 235,0 230,0
Jerman 307,1 277,7 310,0 315,0 317,0 310,0
Italy 100,7 108,7 111,1 95,0 105,6 89,6
Inggris 219,7 220,0 222,0 223,0 225,0 230,0
Rusia 177,4 183,6 178,1 195,1 200,0 182,0
Brazil 94,0 88,4 99,3 128,9 143,4 161,2
Amerika Serikat 775,0 781,0 800,0 795,0 750,0 710,1
Jepang 162,6 152,6 165,0 167,0 165,7 157,4
Meksiko 62,0 59,7 55,0 60,0 60,0 58,0
Kanada 71,6 63,1 74,3 75,7 69,7 83,5
Dunia 3240,0 3305,0 3441,0 3577,0 3633,0 3516,0
Sumber : Laporan Tahunan ICCO 2005 - 2010
Dari tabel di atas diketahui bahwa negara Amerika Serikat adalah
pengonsumsi kakao terbesar di dunia. Amerika Serikat mengkonsumsi sekitar 20
persen dari seluruh konsumsi kakao dunia. Konsumsi kakao oleh negara Amerika
Serikat berdasarkan tabel di atas bersifat fluktuatif. Dari rentang tahun 2003
sampai tahun 2009, puncak konsumsinya terjadi sekitar tahun 2005 – 2006 yaitu
sekitar 800 ribu ton kakao. Dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 terdapat
penurunan konsumsi kakao setiap tahunnya dan terendah terjadi pada tahun 2008
Harga biji kakao internasional setiap hari tercatat di bursa New York dan
London dan bersifat fluktuatif. Fluktuasi harga biji kakao internasional sangat
bergantung pada permintaan biji kakao dunia dan produksi biji kakao dunia.
Apabila produksi biji kakao negara Pantai Gading atau Ghana merosot tajam
maka harga akan naik, begitu juga jika permintaan terhadap kakao meningkat
maka harga kakao akan naik. Harga biji kakao di pasaran Sumatera Utara
ditentukan oleh fluktuasi harga biji kakao Internasional. Eksportir dan pedagang
pengumpul menentukan harga dengan cara mengikuti fluktuasi harga biji kakao
internasional. Berikut data yang menunjukkan fluktuasi harga biji kakao
internasional dari tahun ke tahun :
Tabel 1.3 Data triwulan harga kakao internasional tahun 2002-2010
Sumber : Laporan Tahunan ICCO (International Cocoa Organization) 2000 - 2010
Tahun Harga Internasional ($) Tahun Harga Internasional ($)
2002.1 1541,21 2006.3 1617,50
2002.2 1609,77 2006.4 1604,96
2002.3 1999,56 2007.1 1812,43
2002.4 2017,39 2007.2 2049,14
2003.1 2136,78 2007.3 1999,26
2003.2 1746,82 2007.4 2001,29
2003.3 1582,60 2008.1 2462,28
2003.4 1546,09 2008.2 2782,13
2004.1 1565,64 2008.3 2323,12
2004.2 1417,81 2008.4 2239,12
2004.3 1612,11 2009.1 2587,78
2004.4 1607,42 2009.2 2598,64
2005.1 1677,75 2009.3 2970,55
2005.2 1544,68 2009.4 3423,12
2005.3 1491,57 2010.1 3296,10
2005.4 1464,64 2010.2 3205,94
2006.1 1555,88 2010.3 3058,75
Grafik 1.1 Data triwulan harga biji kakao internasional tahun 2002-2010
Sumber : Laporan Tahunan ICCO (International Cocoa Organization) 2000 - 2010
Harga biji kakao internasional mulai tahun 2003 sampai 2009 mengikuti
trend naik dan puncaknya pada triwulan terakhir tahun 2009. Pada awal tahun
2008 sempat merosot apabila dibandingkan pada harga akhir tahun 2007, namun
seiring waktu harga terus merangkak naik dan mencapai puncaknya sekitar tahun
2009.
Berdasarkan laporan Departemen Perindustrian tahun 2007, Sumatera
Utara menduduki peringkat ke empat daerah penghasil biji kakao terbesar di
Indonesia setelah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara
dengan menyumbang sekitar 7,85% dari seluruh produksi kakao nasional.
Menurut data di atas, dapat dikatakan Sumatera Utara bisa menjadi lumbung biji
kakao Indonesia. Hanya saja akhir – akhir ini beberapa petani kakao mengubah
lahan pertanian kakaonya menjadi lahan sawit karena serangan hama banyak
menyerang tanaman kakao. Mudahnya proses penanaman serta pemeliharaan
kelapa sawit membuat beberapa petani kakao mengubah haluan menjadi petani
0 1000 2000 3000 4000
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
sawit. Berikut tabel yang menunjukkan ekspor kakao Sumatera Utara untuk
beberapa tahun :
Tabel 1.3 Volume ekspor kakao Sumatera Utara
Tahun Berat bersih (kg) Nilai FOB
2002 34.014.854 41.585.320
2003 25.797.851 36.937.451
2004 33.622.046 44.891.642
2005 34.417.993 43.762.723
2006 39.523.299 47.060.307
2007 46.594.479 70.244.184
2008 47.820.752 102.567.021
2009 51.515.968 126.680.245
2010 58.051.000 163.908.000
Sumber : BPS Sumatera Utara tahun 2002 – 2010
[image:22.595.140.462.188.401.2]Grafik 1.2 Volume Ekspor Kakao Sumatera Utara 2002 – 2010 Sumber : BPS Sumatera Utara tahun 2002 – 2010
Hampir setiap tahunnya ekspor kakao Sumatera Utara menunjukkan
kecenderungan meningkat, kecuali terjadi penurunan pada tahun 2003 jika
dibandingkan dengan tahun 2002. Pada tahun 2010 ekspor kakao Sumatera
mencapai puncaknya jika dibandingkan dengan tahun – tahun sebelumnya. Kakao
yang dimaksudkan data di atas adalah biji kakao dan produk olahannya. Produk
0 10000000 20000000 30000000 40000000 50000000 60000000 70000000
olahan biji kakao yang diekspor oleh Sumatera Utara ke beberapa negara adalah
bubuk kakao, pasta kakao, mentega kakao, lemak kakao, minyak kakao dan
produk coklat dalam bentuk batangan maupun tablet. Dari data di atas, secara
umum ekspor kakao Sumatera Utara menunjukkan peningkatan yang cukup
berarti, baik dari segi berat maupuan dari nilai FOBnya. Penurunan hanya terjadi
pada tahun 2003 saja. Penurunan kemungkinan dipicu oleh merosotnya harga biji
kakao internasional pada sekitar tahun 2003.
Kenaikan produksi kakao Sumatera Utara tentu saja dipicu oleh meluasnya
lahan pertanian kakao rakyat di provinsi ini. Untuk memiliki kebun kakao, tidak
membutuhkan areal yang luas seperti halnya kebun sawit. Hal inilah yang
menyebabkan banyak petani – petani kecil menanam kebunnya yang tidak begitu
luas dengan tanaman kakao. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan luas lahan
[image:23.595.113.518.490.741.2]kakao rakyat di provinsi Sumatera Utara :
Tabel 1.4 Luas lahan kakao rakyat di provinsi Sumatera Utara dari tahun ke tahun
Tahun Belum
Produktif (ha) Produktif (ha) Tidak Produktif (ha) Total (ha)
2001 6.169 20.687 1.458 28.314
2002 7.505 21.112 889 29.635
2003 9.239 22.205 1.179 32.623
2004 9.746 21.362 1.196 32.304
2005 13.027,33 30.414,24 1.074,40 44.515,97
2006 13.433,47 34.320,47 1.418,00 49.171,94
2007 15.786,30 38.098,73 2.543,45 56.428,48
2008 18.906,73 39.667,74 1.646,75 60.221,22
2009 19.744,94 42.618,26 3.727,75 66.090,95
2010 16.976,53 39.822,77 2.571,60 59.370,90
Data di atas menunjukkan bahwa setiap tahunnya luas lahan kakao rakyat di
Sumatera Utara semakin meningkat dan puncaknya pada tahun 2009. Hal ini
mengindikasikan sampai tahun 2009 semakin banyak petani di Sumatera Utara
yang menanami lahannya dengan tanaman kakao. Namun pada tahun 2010 lahan
kakao berkurang jika dibandingkan dengan tahun 2009. Hal ini disebabkan
banyaknya petani kakao yang mengalihkan perkebunan kakaonya menjadi
perkebunan kelapa sawit.
Sumatera Utara mengekspor kakaonya ke beberapa negara, antara lain
China, Thailand, Singapura, Filiphina, Malaysia, Amerika Serikat, Spanyol dan
negara lainnya. Tahun 2009 tujuan ekspor terbesar biji kakao terbesar Sumatera
Utara adalah negara Malaysia disusul oleh Amerika Serikat dan Singapura. Setiap
tahunnya Amerika Serikat masih menjadi tujuan utama ekspor kakao Sumatera
Utara. Sebagai pengonsumsi kakao terbesar di dunia, sudah sepantasnya Amerika
tetap menjadi salah satu tujuan utama ekspor kakao Sumatera Utara.
Berdasarkan data dari ICCO, impor biji kakao Amerika Serikat dari
beberapa negara berfluktuatif setiap tahunnya. Fluktuasi kemungkinan terjadi
akibat beberapa faktor di dalam negeri Amerika Serikat. Berikut ini adalah data
Tabel 1.5 Volume impor biji kakao Amerika Serikat
Sumber : ICCO tahun 2004-2009
[image:25.595.159.477.117.500.2]
Grafik 1.3 Impor Biji Kakao Amerika Serikat Sumber : ICCO tahun 2004-2009
Amerika Serikat memiliki beberapa perusahaan pengimpor biji kakao dunia, di
mana perusahaan – perusahaan tersebut mengolah biji kakao menjadi produk
turunan untuk dapat dinikmati oleh penduduk Amerika Serikat maupun diekspor
kembali ke beberapa negara lain. Adapun perusahaan – perusahaan yang
dimaksud adalah Berdex International, Blomer Chocolate, Pacon Express, Cocoa
Barry US Inc, Van Leer Chocolate Inc, General Cocoa, Nestle, dan Prudent
Trading.
0 200 400 600 800
2004/05 2005/06 2006/07 2007/08 2008/09
Impor Biji Kakao AS (ribu ton)
Tahun Impor Kakao (Ribu ton)
2004/05 741,61
2005/06 750,05
2006/07 611,87
2007/08 565,06
Masyarakat di benua Eropa merupakan masyarakat yang paling tinggi
konsumsi kakaonya. Konsumsi rata - rata per jiwa kakao masyarakat Amerika
Serikat juga tergolong tinggi di dunia. Negara – negara lain yang konsumsi rata –
rata per jiwa kakaonya lebih tinggi dari Amerika Serikat adalah Belgia, Inggris,
Norwegia, Swiss, Denmark, Jerman, dan Irlandia. Adapun konsumsi rata - rata per
jiwa kakao masyarakat Amerika Serikat setiap tahun adalah
Tabel 1.6 Data konsumsi rata-rata per jiwa kakao AS
Tahun Konsumsi (kg/jiwa)
2000/01 2,463
2001/02 2,302
2002/03 2,372
2003/04 2,643
2004/05 2,640
2005/06 2,678
2006/07 2,636
2007/08 2,467
2008/09 2,328
Sumber : ICCO tahun 2000-2009
Grafik 1.4 Data konsumsi rata-rata per jiwa kakao AS Sumber : ICCO tahun 2000-2009
2,1 2,2 2,3 2,4 2,5 2,6 2,7
Berdasarkan data tentang areal perkebunan kakao rakyat di Sumatera Utara yang
meningkat setiap tahunnya dan data yang menunjukkan bahwa Amerika Serikat
adalah negara pengimpor biji kakao terbanyak di dunia, maka ekspor kakao
Sumatera Utara ke Amerika Serikat merupakan hal yang sangat penting untuk
diperhatikan dan diperhitungkan. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan data
[image:27.595.127.491.303.514.2]ekspor biji kakao dan produk olahannya dari Sumatera Utara ke Amerika Serikat
Tabel 1.7 Data volume ekspor kakao Sumatera Utara ke Amerika Serikat
Tahun Berat bersih (kg) Nilai FOB (US$)
2002 605.318 1.087.786
2003 660.347 1.804.551
2004 6.980.000 11.153.861
2005 5.319.166 9.404.606
2006 3.136.886 7.574.397
2007 7.363.391 13.653.594
2008 7.061.145 20.606.659
2009 13.505.452 33.669.316
2010 9.131.117 26.336.501
Grafik 1.5 Volume Ekspor Kakao Sumatera Utara ke Amerika Serikat 2002 - 2010 Sumber : BPS (Badan Pusat Statistik) Prov Sumatera Utara tahun 2002 – 2010
Berdasarkan tabel di atas, volume ekspor kakao Sumatera Utara ke Amerika
Serikat berfluktuatif sekitar tahun 2004 – 2009. Kenaikan harga biji kakao
internasional ternyata tidak serta merta mengangkat ekspor kakao Sumatera Utara
ke Amerika Serikat. Salah satu faktor yang juga turut mempengaruhi ekspor
kakao adalah pertumbuhan ekonomi negara pengimpor. Di bawah ini adalah data
tahunan persentase perubahan GDP Amerika Serikat.
Tabel 1.8 Tabel perubahan GDP AS tahun 2002 - 2010
Tahun Perubahan GDP AS (%)
2002 3,5
2003 4,7
2004 6,4
2005 6,5
2006 6,0
2007 4,9
2008 1,9
2009 -2,5
2010 4,2
Sumber : Badan Statistik Amerika Serikat tahun 2002 - 2010
0 2.000.000 4.000.000 6.000.000 8.000.000 10.000.000 12.000.000 14.000.000 16.000.000
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada tahun 2005 dan 2006 masih
menunjukkan angka positif, tetapi ekspor kakao Sumatera Utara ke Amerika
Serikat justru menurun pada masa itu. Sebaliknya pertumbuhan ekonomi Amerika
Serikat menunjukkan angka negatif pada tahun 2009 ketika terjadinya krisis
ekonomi global tetapi pada tahun itu permintaan ekspor kakao Sumatera Utara
oleh Amerika Serikat justru meningkat. Ini mengindikasikan masih ada beberapa
faktor lainnya yang mempengaruhi permintaan kakao oleh Amerika serikat.
Faktor GDP , ekspor barang substitusi dari kakao, kurs Rupiah terhadap Dollar
menjadi faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor kakao Sumatera
Utara dari Amerika Serikat. Hal inilah yang menjadi pembahasan pada penelitian
ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut :
a) Apakah ada pengaruh tingkat harga biji kakao internasional terhadap
permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat ?
b) Apakah ada pengaruh kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat terhadap
permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat ?
c) Apakah ada pengaruh volume ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika
Serikat periode sebelumnya terhadap permintaan kakao Sumatera Utara oleh
Amerika Serikat ?
d) Apakah ada pengaruh harga biji kakao internasional periode sebelumnya
e) Apakah ada pengaruh GDP Amerika Serikat terhadap permintaan kakao
Sumatera Utara oleh Amerika Serikat ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini antara lain yaitu :
a) Untuk menganalisis pengaruh tingkat harga biji kakao internasional terhadap
permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat
b) Untuk menganalisis pengaruh kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat
terhadap permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat
c) Untuk menganalisis pengaruh volume ekspor kopi Sumatera Utara ke
Amerika Serikat periode sebelumnya terhadap permintaan kakao Sumatera
Utara oleh Amerika Serikat
d) Untuk menganalisis pengaruh harga biji kakao periode sebelumnya terhadap
permintaan kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat
e) Untuk menganalisis pengaruh GDP Amerika Serikat terhadap permintaan
kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitia ini diharapkan mendapat manfaat antara lain :
1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi peneliti khususnya
mengenai ekspor kakao
2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintahan provinsi Sumatera Utara
sebagai pengambil keputusan untuk memberikan kebijakan yang tepat
dalam hal ekspor produk biji kakao dan kakao olahan di daerah
3. Sebagai bahan referensi bagi pihak – pihak yang ingin melakukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Permintaan dan Ekspor
Di dalam ilmu ekonomi, permintaan pada dasarnya didefenisikan sebagai
sejumlah barang atau jasa yang diminta oleh individu atau kelompok pada waktu
tertentu pada berbagai tingkat harga. Permintaan adalah suatu fungsi yang
menunjukkan kepada skedul tingkat pembelian yang direncanakan. Permintaan itu
sendiri terdiri atas dua yaitu permintaan yang diikuti oleh kemampuan untuk
membayar yang disebut dengan permintaan efektif dan permintaan yang tidak
diikuti oleh kemampuan untuk membayar yang disebut dengan permintaan
absolut, dengan kata lain permintaan ditentukan oleh daya beli individu atau
kelompok. Daya beli itu sendiri ditentukan oleh pendapatan yang dapat
dibelanjakan dan tingkat harga barang atau jasa tersebut.
Hukum permintaan menyatakan bahwa dalam keadaan ceteris paribus
apabila harga suatu barang naik maka permintaan terhadap barang tersebut akan
turun, demikian sebaliknya apabila harga suatu barang turun maka permintaan
terhadap barang tersebut akan naik (Nicholson,1999). Adapun faktor – faktor
yang mempengaruhi permintaan, antara lain :
1. Harga barang itu sendiri
2. Selera konsumen
3. Pendapatan / daya beli masyarakat
5. Jumlah penduduk
6. Ekspektasi harga mendatang
7. Nilai tukar riil
Dari batasan masalah yang telah diuraikan oleh penulis dalam bab sebelumnya
bahwa variabel – variabel yang digunakan sebagai faktor yang mempengaruhi
permintaan ekspor kakao Sumatera Utara ke Amerika Serikat adalah harga biji
kakao internasional, kurs, ekspor kopi periode sebelumnya, harga biji kakao
internasional periode sebelumnya, dan GDP Amerika Serikat. Berdasarkan teori
permintaan tentang faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan, variabel
harga biji kakao internasional termasuk faktor harga barang itu sendiri, sedangkan
kurs termasuk faktor harga tukar riil. Variabel ekspor kopi Sumatera Utara ke
Amerika Serikat termasuk faktor selera masyarakat, sedangkan variabel harga biji
kakao periode sebelumnya termasuk faktor ekspektasi harga mendatang. Variabel
GDP Amerika Serikat termasuk faktor pendapatan atau daya beli masyarakat.
Hukum permintaan (Law of Demand) berbunyi : pada hakikatnya semakin
mahal harga suatu barang maka semakin sedikit permintaan konsumen akan
barang tersebut dan apabila semakin murah harga suatu barang maka akan
semakin banyak permintaan konsumen terhadap barang tersebut. Dari hipotesis
tersebut dapat disimpulkan bahwa :
1. apabila harga suatu barang naik, maka konsumen akan mencari barang lain
yang dapat digunakan sebagai pengganti barang tersebut, tetapi sebaliknya
jika harga barang tersebut turun maka konsumen akan menambah
2. kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil konsumen berkurang,
sehingga memaksa konsumen untuk mengurangi pembelian, terutama
barang yang akan naik harganya
Ekspor adalah proses transportasi
ke negara lain. Proses ini seringkali digunakan oleh perusahaan dengan skala
bisnis kecil sampai menengah sebagai strategi utama untuk bersaing di tingkat
internasional. Strategi ekspor digunakan karena risiko lebih rendah, modal lebih
kecil dan lebih mudah bila dibandingkan dengan strategi lainnya. Strategi lainnya
misalnya
Kegiatan ekspor terbagi menjadi dua, yaitu:
1.
Ekspor langsung adalah cara menjual barang atau jasa melalui perantara/ Ekspor langsung
Penjualan dilakukan melalui distributor dan perwakilan penjualan
perusahaan. Keuntungannya adalah produksi terpusat di negara asal dan
kontrol terhadap distribusi lebih baik, namun kelemahannya adalahh biaya
transportasi lebih tinggi untuk produk dalam skala besar dan adanya
hambatan perdagangan serta
2.
Ekspor tidak langsung adalah teknik dimana barang dijual melalui
perantara
Ekspor tidak langsung
melalui perusahaan manajemen ekspor ( export management companies )
adalah sumber daya produksi terkonsentrasi dan tidak perlu menangani
ekspor secara langsung namun kelemahannya adalah kontrol terhadap
distribusi kurang dan pengetahuan terhadap operasi di negara lain kurang.
2.2 Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan
bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu
dengan individu), antara individu denga
pemerintah suat
perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan
Menurut
sebagai berikut.
• Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri
Banyak faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan hasil produksi di
setiap negara. Faktor-faktor tersebut di antaranya : Kondisi
tingkat penguasaan iptek dan lain-lain. Dengan adanya perdagangan
internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan yang tidak
diproduksi sendiri.
• Memperoleh keuntungan dari spesialisasi
Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh
dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang
diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara
tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri.
• Memperluas pasar dan menambah keuntungan
Terkadang, para
produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi
kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya
Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan
mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan produk tersebut
keluar negeri.
• Transfer teknologi modern
Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari
teknik produksi yang lebih efesien dan cara-car
modern.
2.2.1 Teori Perdagangan Internasional Merkantilisme
Ajaran merkantilisme dominan sekali diajarkan di seluruh sekolah Eropa
pada awal periode modern (dari abad ke-16 sampai ke-18, era di mana kesadaran
bernegara sudah mulai timbul). Peristiwa ini memicu, untuk pertama kalinya,
intervensi suatu negara dalam mengatur perekonomiannya yang akhirnya pada
zaman ini pula sistem kapitalisme mulai lahir. Kebutuhan akan pasar yang
diajarkan oleh teori merkantilisme akhirnya mendorong terjadinya banyak
dimulai. Sistem ekonomi merkantilisme mulai menghilang pada akhir abad ke-18,
seiring dengan munculnya teori ekonomi baru yang diajukan oleh Adam Smith
dalam bukunya The Wealth of Nations, ketika sistem ekonomi baru diadopsi oleh
Inggris, yang notabene saat itu adalah negara industri terbesar di dunia.
Merkantilisme pada prinsipnya merupakan suatu paham yang menganggap
bahwa penimbunan uang, atau logam mulia yang akan ditempa menjadi uang
emas ataupun perak haruslah dijadikan tujuan utama kebijakan nasional. Pada saat
merkantilisme lahir, sistem masyarakat pada saat itu berdasarkan feodalisme.
Sistem feodal pada dasarnya menanggapi kebutuhan penduduk akan perlindungan
terhadap gangguan perampok. Jaminan keselamatan tersebut diberikan oleh para
raja terhadap para bangsawan, kerabat, dan bawahannya. Sistem inilah yang
melahirkan tuan tanah, bangsawan, kaum petani, dan para vassal yaitu raja-raja
kecil yang diharuskan untuk membayar upeti terhadap raja besar. Ketika
merkantilisme mulai berkembang, sistem feodalisme yang usang sedikit demi
sedikit mulai terkikis, hak-hak istimewa yang dimiliki oleh para tuan tanah dan
para bangsawan mulai dihapus, lapisan-lapisan sosial yang melekat pada sistem
feodal mulai dihilangkan, cara produksi dan distribusi gaya feodal pun mulai
ditinggalkan.
2.2.2 Keunggulan Mutlak Adam Smith (Absolute Advantage / Absolute Cost)
Adam Smith mengajukan teori perdagangan internasional yang dikenal
dengan teori keunggulan absolut. Ia berpendapat bahwa jika suatu negara
menghendaki adanya persaingan, perdagangan bebas dan spesialisasi di dalam
Karena hal itu ia mengusulkan bahwa sebaiknya semua negara lebih baik
berspesialisasi dalam komoditi-komoditi di mana ia mempunyai keunggulan yang
absolut dan mengimpor saja komoditi-komoditi lainnya.
Teori absolute advantage ini didasarkan kepada beberapa asumsi pokok antara
lain:
• Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja saja.
• Kualitas barang yang diproduksi kedua negara sama.
• Pertukaran dilakukan secara barter atau tanpa uang.
• Biaya transport ditiadakan.
Teori ini memusatkan perhatiannya pada variabel riil seperti misalnya nilai
suatu barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk
menghasilkan barang. Makin banyak tenaga kerja yang digunakan akan makin
tinggi nilai barang tersebut.
2.2.3 Keunggulan komparatif JS Mill dan David Ricardo (Comparative Cost)
Teori perdagangan internasional yang lain diperkenalkan oleh David
Ricardo yang dikenal dengan nama teori keunggulan komparatif. Berbeda dengan
teori keunggulan absolut yang mengutamakan keunggulan absolut dalam produksi
tertentu yang dimiliki oleh suatu negara dibandingkan dengan negara lain, teori ini
berpendapat bahwa perdagangan internasional dapat terjadi walaupun satu negara
tidak mempunyai keunggulan absolut, asalkan harga komparatif di kedua negara
berbeda. Ricardo berpendapat sebaiknya semua negara lebih baik berspesialisasi
mengimpor saja komoditi-komoditi lainnya. Teori ini menekankan bahwa
perdagangan internasional dapat saling menguntungkan jika salah satu negara
tidak usah memiliki keunggulan absolut atas suatu komoditi seperti yang
diungkapkan oleh Adam Smith, namun cukup memiliki keunggulan komparatif di
mana harga untuk suatu komoditi di negara yang satu denganyang lainnya relatif
berbeda.
2.2.4 Model Ricardian
merupakan konsep paling penting dalam teori pedagangan internasional. Dalam
sebuah model Ricardian, negara mengkhususkan dalam memproduksi apa yang
mereka paling baik produksi. Tidak seperti model lainnya, rangka kerja model ini
memprediksi dimana negara-negara akan menjadi spesialis secara penuh
dibandingkan memproduksi bermacam barang komoditas. Juga, model Ricardian
tidak secara langsung memasukan faktor pendukung, seperti jumlah relatif dari
buruh dan modal dalam negara.
2.2.5 Model Heckhser – Ohlin
dan dasar kelebihan komparatif. Mengesampingkan kompleksitasnya yang jauh
lebih rumit model ini tidak membuktikan prediksi yang lebih akurat.
Bagaimanapun, dari sebuah titik pandangan teoritis model tersebut tidak
memberikan solusi yang elegan dengan memakai mekanisme harga neoklasikal
Teori ini berpendapat bahwa pola dari perdagangan internasional
ditentukan oleh perbedaan dalam
kalau negara-negara akan me
dari faktor pemenuh kebutuhan dan akan mengimpor barang yang akan
menggunakan faktor lokal yang langka secara intensif. Masalah empiris dengan
model H-o, dikenal sebagai
mengekspor barang buruh intensif dibanding memiliki kecukupan modal
Teori perdagangan oleh Hecksher – Ohlin pada dasarnya berlandaskan
pada asumsi - asumsi sebagai berikut (Salvatore,1997) :
• Hanya terdapat dua negara saja (negara X dan negara Y), dua komoditi saja
(komoditi A dan komoditi B), dan dua faktor produksi (tenaga kerja dan
modal) saja di dalam dunia ini
• Kedua negara memakai ataupun memiliki tingkat teknologi yang hampir
sama
• Pada kedua negara (X dan Y), komoditi A secara umum bersifat padat karya
atau padat tenaga kerja, sedangkan komoditi B bersifat padat modal
• Pada kedua negara komoditi A dan komoditi B secara bersama – sama
diproduksi berdasarkan skala hasil yang konstan
• Negara X dan negara Y tetap memproduksi kedua jenis komoditi tersebut
secara sekaligus meskipun dalam komposisi yang berbeda, dengan kata lain
spesialisasi produksi yang berlangsung di kedua negara secara bersama –
• Selera konsumen akan permintaan pada kedua negara tersebut persis sama
• Terdapat kompetisi sempurna dalam pasar produk (tempat perdagangan
kedua jenis komoditas) dan juga dalam pasar faktor (tempat bertemunya
kekuatan penawaran dan permintaan atas berbagai faktor produksi). Harga
semata – mata terbentuk oleh kekuatan pasar
• Terdapat mobilitas faktor yang sempurna dalam ruang lingkup masing –
masing negara namun tidak ada mobilitas faktor antar negara.
• Tidak terdapat biaya – biaya transportasi, tarif atau berbagai bentuk hambatan
lainnya yang dapat mengurangi kebebasan arus perdagangan barang yang
berlangsung di antara kedua negara.
• Semua sumber daya produktif atau faktor produksi yang ada di masing –
masing negara dapat dikerahkan secara penuh
2.2.6 Teori Purchasing Power Parity (PPP)
Paritas daya beli atau dalam bahasa Inggris disebut Purchasing Power
Parity (PPP) dalam ilm
menghitung sebuah alternatif
mengukur berapa banyak sebuah mata uang dapat membeli dalam pengukuran
internasional (biasanya dolar), karena barang dan jasa memiliki harga berbeda di
beberapa negara.
Nilai tukar PPP digunakan dalam perbandingan internasional dari
perbandingan antara dua negara membutuhkan konversi mata uang. Perbandingan
merefleksikan perbedaan harga antar negara. Perbedaan antara PPP dan nilai tukar
nyata bisa berbeda banyak. Misalny
sedangkan berdasarkan PPP adalah sekitar AS$6.200. Sedangkan PDB nominal
per kapitanya adalah sekitar AS$37.600, tetapi PPP-nya hanya AS$31.400
2.3 Nilai Tukar Mata Uang (Kurs)
Pertukaran suatu mata uang dengan mata uang lainnya disebut transaksi
valas atau foreign exchange transaction (Kuncoro,1996). Harga suatu mata uang
terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau nilai tukar mata uang
(Salvatore,1997). Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs dalam keuangan
adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap
pembayaran saat kini atau di kemudian hari, antara dua mata uang masing-masing
negara atau wilayah.
Nilai tukar yang berdasarkan pada kekuatan pasar akan selalu berubah
disetiap kali nilai-nilai salah satu dari dua komponen mata uang berubah. Sebuah
mata uang akan cenderung menjadi lebih berharga bila permintaan menjadi lebih
besar dari pasokan yang tersedia. nilai akan menjadi berkurang bila permintaan
kurang dari suplai yang tersedia.
Peningkatan permintaan terhadap mata uang adalah yang terbaik karena
dengan meningkatnya permintaan untuk transaksi uang, atau mungkin adanya
peningkatan permintaan uang yang spekulatif. Transaksi permintaan uang akan
sangat berhubungan dengan tingkat aktivitas bisnis negara berkaitan, produk
domestik bruto (PDB) (gross domestic product (GDP) atau grossdomestic income
suatu negara akan semakin sedikit masyarakatnya yang secara keseluruhan akan
dapat menghabiskan uang pada belanja pengeluaran untuk pembelian barang dan
jasa dan Bank Sentral, di Indonesia dalam hal ini dilakukan oleh Bank Indonesia
biasanya akan sedikit kesulitan dalam melakukan penyesuaian pasokan uang yang
dalam persediaan untuk mengakomodasi perubahan dalam permintaan uang
berkaitan dengan transaksi bisnis. Nominal nyata atau real exchange rate ( RER )
dinyatakan sebagai,
Dimana Pf adalah tingkat harga luar negeri dan P dengan tingkat harga domistik, P dan Pf harus memiliki nilai yang sama dalam beberapa acak pilihan dengan dasar tahun. Oleh karena itu, dasar tahun adalah RER = e
RER sebenarnya hanya ada pada teori ideal. Dalam praktik, terdapat
banyak mata uang asing dan harga ke tingkat nilai yang dipertimbangkan.
bersamaan dengan ini, model perhitungan semakin menjadi lebih rumit. Selain itu,
model ini didasarkan pada
.
sebuah konstan dari RER. secara empiris dalam penentuan nilai konstan RER
tidak akan bisa disadari, karena keterbatasan pada data. dalam PPP akan
menyiratkan bahwa RER adalah tingkat di mana suatu organisasi dapat
memperdagangkan barang dan jasa dari satuan ekonomi (misalnya negara) untuk
orang perorang yang lain. Misalnya, jika harga yang meningkat 10% di
Sedangkan bagi orang di Inggris masih akan tetap berkaitan dengan kenaikan
harga 10% di dalam negerinya. Ini juga menyebutkan bahwa harga atau nilai dasar
tarif yang ditetapkan pemerintah dapat merupakan ikutan dalam memengaruhi
nilai tukar, untuk membantu untuk mengurangi tekanan harga. PPP akan terus
muncul hanya dalam jangka panjang (3-5 tahun), ketika harga akhir menjadi sama
terhad
2.4 Gross Domestic Product(GDP)
Gross Domestick Product (GDP) atau yang disebut juga dengan Produk
Domestik Brutto (PDB) adalah pendapatan nasional yang diukur dari sisi
pengeluaran yaitu jumlah pengeluaran sektor konsumsi, investasi, belanja
pemerintah (government expenditure), dan net export (Lipsey,1995). PDB juga
diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di
dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). PDB
berbeda dari
produksi dari luar negeri yang bekerja di negara tersebut. Sehingga PDB hanya
menghitung total produksi dari suatu negara tanpa memperhitungkan apakah
produksi itu dilakukan dengan memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak.
Sebaliknya, PNB memperhatikan asal usul faktor produksi yang digunakan.
PDB dikategorikan atas dua jenis yaitu PDB nominal dan PDB riil. PDB
Nominal merujuk kepada nilai PDB tanpa memperhatikan pengaruh harga.
Sedangkan PDB riil (atau disebut PDB Atas Dasar Harga Konstan) mengoreksi
PDB dapat dihitung atau diukur dengan tiga jenis pendekatan yaitu
pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran.
Menurut pendekatan produksi, PDB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir
yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka
waktu setahun. Menurut pendekatan pendapatan, PDB adalah jumlah balas jasa
yang diterima oleh faktor – faktor produksi yang turut serta dalam proses produksi
di wilayah suatu negara dalam jangka waktu setahun. Balas jasa produksi
dimaksud meliputi upah , dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan.
Semuanya dihitung sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung
lainnya. Dalam defenisi ini, PDB juga mencakup penyusutan dan pajak – pajak
tak langsung netto. Adapan menurut pendekatan pengeluaran, PDB adalah jumlah
seluruh komponen permintaan akhir meliputi pengeluaran konsumsi rumah tangga
dan lembaga swasta yang tidak mencari keuntungan, pembentukan modal tetap
domestic bruto dan perubahan stok, pengeluaran konsumsi pemerintah, serta
ekspor netto dalam jangka waktu setahun.
2.5 Tingkat Harga
Harga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam pemasaran
suatu produk karena harga adalah salah satu dari empat bauran pemasaran yaitu
produk, harga, distribusi, dan promosi. Harga adalah suatu nilai tukar dari produk
barang maupun jasa yang dinyatakan dalam satuan moneter. Menetapkan harga
terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun, namun jika harga
terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh oleh produsen.
permintaan yang merupakan suatu hipotesa : “Semakin tinggi harga suatu barang
maka permintaan akan barang tersebut akan menurun, dan sebaliknya semakin
rendah harga suatu barang maka permintaan akan barang tersebut akan meningkat
(ceteris paribus)” (Sadono Sukirno,2003)
2.6 Barang substitusi
Barang ekonomi ditinjau dari segi pemakaiannya terbagi atas dua yaitu
barang komplementer dan barang substitusi. Barang komplementer adalah barang
yang pemakaianya harus secara bersamaan, sedangkan barang substitusi adalah
barang yang bisa saling menggantikan pemakaiannya. Harga barang d pengganti
(substitusi) ikut mempengaruhi jumlah barang yang diminta. Apabila harga dari
barang substitusi lebih murah maka orang akan beralih pada barang substitusi
tersebut. Akan tetapi jika harga barang substitusi naik maka orang akan tetap
menggunakan barang yang semula.
2.7 Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan referensi dan pertimbangan bagi penulis, terdapat beberapa
penelitian yang terkait dengan faktor – faktor yang mempengaruhi volume ekspor,
antara lain :
Anggraini (2006) dengan judul penelitian “Faktor – faktor yang
mempengaruhi permintaan ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat” . Variabel
terikat atau dependen pada penelitian ini adalah volume ekspor kopi Indonesia,
sedangkan variabel bebasnya adalah pendapatan perkapita Amerika Serikat, harga
kopi dunia, harga teh dunia, konsumsi kopi tahun sebelumnya, kurs riil dan
bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor kopi
Indonesia ke Amerika Serikat adalah harga kopi dunia, harga teh dunia, konsumsi
kopi Amerika Serikat tahun sebelumnya,dan jumlah penduduk Amerika Serikat,
sedangkan variabel pendapatan perkapita penduduk Amerika Serikat dan variabel
kurs dollar terhadap Rupiah tidak berpengaruh signifikan. Variabel harga kopi
dunia berpengaruh negatif secara signifikan terhadap volume ekspor kopi
Indonesia ke Amerika Serikat dengan elastisitas sebesar -0,301047, sedangkan
variabel harga teh dunia, variabel konsumsi kopi Amerika, dan jumlah penduduk
Amerika Serikat berpengaruh positif terhadap volume ekspor kopi Indonesia ke
Amerika Serikat dengan elastisitas 0,507878 ; 0,871061 dan 2,076102. Teknik
analisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analis regresi berganda dan
metode yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least
Square (OLS)
Tuty (2009) dengan judul penelitian “Analisis Permintaan Ekspor Biji
Kakao Sulawesi Tengah oleh Malaysia” . Fokus dari penelitian ini adalah
menganalisis permintaan biji kakao Sulawesi Tengah oleh Malaysia dengan
menggunakan model ECM (Error Correction Model). Variabel terikat atau
dependen pada penelitian ini adalah variabel volume eskpor kakao Sulawesi
Tengah ke Malaysia, sedangkan variabel bebasnya adalah tingkat harga kakao di
tingkat eksportir di Sulawesi Tengah (PCR), volatilitas harga biji kakao
internasional (VPITR), inflasi Malaysia (IFLM), nilai tukar Rupiah terhadap
Dollar (ER) dan tingkat pertumbuhan ekonomi Malaysia (EGRWT). Kesimpulan
signifikan baik pengukuran jangka panjang maupun pengukuran jangka pendek
namun dengan hasil uji tanda tidak sesuai dengan teori. Variabel VPITR
berpengaruh signifikan secara negatif terhadap volume ekspor kakao Sulawesi
Tengah ke Malaysia. Berdasarkan estimasi yang dilakukan, dengan makin tidak
stabilnya harga kakao internasional akan mengakibatkan turunnya ekspor biji
kakao Sulawesi Tengah ke Malaysia. Variabel IFLM berpengaruh negatif tetapi
tidak signifikan dan variabel EGRWT berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
terhadap permintaan kakao Sulawesi Tengah oleh Malaysia. Variabel ER
berpengaruh positif tetapi tidak signifikan baik jangka panjang maupun jangka
pendek.
Samanhudi (2009) dengan judul penelitian “Analisis Faktor – faktor yang
mempengaruhi ekspor produk pertanian Indonesia ke Amerika Serikat”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis faktor – faktor yang
mempengaruhi ekspor produk pertanian Indonesia ke Amerika Serikat dengan
menggunakan data panel untuk komoditas karet, coklat dan CPO dalam kurun
waktu triwulanan selama tahun 1999 – 2007. Metode analisis yang digunakan
adalah metode Generalized Least Square (GLS) dengan Model Effek Tetap
(MET) setelah terlebih dahulu melakukan uji Chow. Variabel dependen pada
penelitian ini adalah ekspor produk pertanian Indonesia ke Amerika Serikat,
sedangkan variabel bebasnya adalah harga produk pertanian, kurs Rupiah
terhadap Dollar, GDP Amerika Serikat, dan jumlah penduduk Amerika Serikat.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah jika harga produk pertanian Indonesia naik
Variabel GDP Amerika Serikat berpengaruh positif terhadap volume ekspor
produk pertanian Indonesia. Variabel kurs berpengaruh signifikan terhadap
volume ekspor tetapi variabel jumlah penduduk Amerika Serikat tidak
berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor pertanian Indonesia.
Siagian (2010) dengan judul penelitian “Analisis Faktor – faktor yang
Mempengaruhi Volume Ekspor Yoghurt Indonesia”. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi volume ekspor yoghurt
Indonesia dengan menggunakan data – data aktual di Indonesia selama periode
1994 – 2009. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah nilai tukar internasional
(EXR), tingkat harga internasional HRG), investasi domestik (INV), dan inflasi
(IFI) sementara itu variabel tidak bebas adalah volume ekspor yoghurt Indonesia
(VEY). Penelitian ini menggunakan model Regresi Linier Berganda, metode
Ordinary Least Square (OLS) dan perangkat lunak program Eviews versi 4.1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan variabel independen
memberikan pengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara statistik. Nilai
tukar internasional berpengaruh signifikan secara positif dengan koefisien
4.274361, tingkat harga internasional berpengaruh signifikan secara negatif
dengan koefisien -1.320459, investasi domestik tidak berpengaruh signifikan
dengan koefisien 0.127035 dan inflasi tidak berpengaruh signifikan dengan
koefisien -0.085099.
Marbun (2006) dengan judul penelitian “Analisis Faktor – faktor yang
Mempengaruhi Ekspor Nonmigas Indonesia Tahun 1970 – 2004”,dengan variabel
bebas yaitu nilai investasi domestik, nilai kurs rupiah, nilai koefisien tingkat suku
bunga deposito dan tingkat pertumbuhan perdagangan internasional. Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa nilai investasi
domestik memberikan pengaruh yang positif terhadap ekspor nonmigas sebesar
1,197914. Koefisien regresi yang bertanda positif ini sesuai dengan hipotesis yang
menyatakan apabila nilai investasi ditingkatkan,ceteris paribus, maka akan
meningkatkan ekspor nonmigas. Demikian juga dengan nilai kurs rupiah terhadap
dollar Amerika Serikat mempunyai pengaruh positif terhadap ekspor nonmigas
sebesar 0,367938. Koefisien regresi bertanda positif ini sesuai dengan hipotesis
yang menyatakan apabila rupiah lebih banyak dikorbankan untuk mendapatkan
dollar Amerika Serikat,ceteris paribus, maka akan meningkatkan ekspor
nonmigas. Sementara itu nilai koefisien tingkat suku bunga deposito memberikan
pengaruh negatif terhadap ekspor nonmigas sebesar -0,299005. Koefisien regresi
yang bertanda negatif ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan apabila suku
bunga dinaikkan,ceteris paribus, maka akan menurunkan ekspor nonmigas.
2.8 Kerangka Konseptual
Menurut teori ekspor dari sisi permintaan, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi banyaknya ekspor yang terjadi. Dalan penelitian ini faktor – faktor
yang dikemukakan oleh penulis adalah harga biji kakao internasional, kurs Rupiah
terhadap Dolar, ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat periode
sebelumnya, harga biji kakao internasional periode sebelumnya, dan pendapatan
Harga biji kakao internasional
Volume Ekspor Kakao Sumatera Utara ke Amerika Serikat
[image:51.595.106.505.113.301.2]
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Analisis Faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat
2.9 Hipotesis Penelitian
Harga biji kakao tingkat internasional berpengaruh negatif terhadap
permintaan ekspor kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat, ceteris
paribus
Kurs berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor kakao Sumatera
Utara oleh Amerika Serikat, ceteris paribus
Ekspor kopi ke Amerika Serikat periode sebelumnya berpengaruh negatif
terhadap permintaan ekspor kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat,
ceteris paribus
Harga kakao tingkat internasional periode sebelumnya berpengaruh negatif
terhadap permintaan ekspor kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat,
ceteris paribus
Kurs Rupiah terhadap Dolar
Ekspor kopi Sumatera Utara ke AS periode sebelumnya
Harga biji kakao internasional periode sebelumnya
GDP Amerika Serikat berpengaruh positif terhadap permintaan ekspor
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sumatera Utara dimulai Juli 2011 dengan
memfokuskan kepada faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor
kakao Sumatera Utara dari Amerika Serikat antara lain harga kakao internasional,
kurs Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat, volume ekspor kopi Sumatera Utara
ke Amerika Serikat periode sebelumnya, harga kakao di pasaran internasional
periode sebelumnya dan GDP Amerika serikat.
3.2 Jenis dan sumber data
Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh penulis dari
publikasi – publikasi resmi seperti The International Cocoa Organization (ICCO),
Badan Pusat Statistik (BPS), website Badan Statistik Amerika Serikat, website
Badan Statistik Malaysia, Bank Indonesia (BI), Dinas Perkebunan provinsi
Sumatera Utara, dan sumber – sumber lain yang dipublikasikan serta penelitian –
penelitian sebelumnya. Rentang waktu data adalah sejak tahun 2002 sampai
dengan tahun 2010 dengan jenis data time series triwulan.
3.3 Model Analisis
Penelitian ini menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan
ekspor kakao Sumatera Utara oleh Amerika Serikat dengan menggunakan metode
kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS)
Fungsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Kemudian model di atas dispesifikasikan menjadi model sebagai berikut :
LnVKSU= b1LnPc+b2LnER+ b3LExC + b4LnPcS + b5GDP + µ...(3.2)
Penggunaan Logaritma natural pada fungsi penelitian ini adalah bertujuan untuk
menghindari terjadinya data yang tidak normal dan ketidaklinieran hasil regresi.
LnVKSU = Logaritma Natural Volume Ekspor Biji Kakao Sumatera Utara
LnPc = Logaritma Natural harga biji kakao di pasaran internasional
LnER = Logaritma Natural kurs Rupiah terhadap Dolar Amerika Serika
LnExC = Logaritma Natural ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat
periode sebelumnya, dalam hal adalah periode 6 bulan sebelumnya
LnPcS = Logaritma Natural harga biji kakao di pasaran internasional periode
sebelumnya, dalam hal ini adalah periode 3 bulan sebelumnya
LnGDP = Logaritma Natural Pendapatan nasional Amerika Serikat
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang
dikeluarkan oleh badan – badan maupun institusi – institusi yang berkompeten
dan berwenang dalam bidangnya. Data berupa data runtut waktu (time series)
triwulan yang merupakan kumpulan data historis dari tahun yang berurutan.
Jenis – jenis data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. Volume ekspor kakao Sumatera Utara ke Amerika Serikat
2. GDP Amerika Serikat
3. Volume ekspor kopi Sumatera Utara ke Amerika Serikat
4. Kurs Rupiah terhadap Dollar
3.5 Batasan Operasional
Berikut dijelaskan beberapa batasan operasional dalam penelitian ini :
1. Permintaan kakao adalah kuantitas ekspor biji kakao dan produk
olahannya dari Sumatera Utara ke Amerika Serikat dalam satuan ton
dan variabel ini merupakan variabel dependen (terikat).
2. Tingkat harga adalah harga biji kakao yang berlaku di pasaran
internasional dalam satuan Dolar dan ini merupakan variabel
independen (bebas).
3. Kurs adalah perbandingan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar dan ini
merupakan variabel independen (bebas).
4. Volume ekspor kopi periode sebelumnya adalah kuantitas ekspor kopi
Sumatera Utara ke Amerika Serikat periode 3 bulan sebelumnya
dalam satuan ton dan ini merupakan variabel independen (bebas)
5. Tingkat harga periode sebelumnya adalah harga biji kakao yang
berlaku di pasaran internasional pada periode 6 bulan sebelumnya
dalam satuan Dolar dan ini merupakan variabel independen (bebas).
6. GDP adalah pendapatan nasional Amerika Serikat dalam satuan Dolar
dan ini merupakan variabel independen (bebas).
3.6 Alat Analisis Data
Dalam penelitian ini perangkat lunak yang digunakan untuk mengolah data
adalah SPSS v.18 dengan metode Ordinary Least Square (OLS) untuk
menganalisis regresi linier berganda.
ekonomi dimana hubungan tersebut digunakan untuk memprediksi pengaruh satu
variabel terhadap variabel lainya OLS merupakan metode yang paling populer
yang digunakan untuk mempelajari hubungan diantara varibel ekonomi. Dalam
pengggunaan OLS sebagai suatu metode maka harus dipenuhi asumsi-asumsi agar
mencapai hasil yang maksimum. Menurut gujarati (2003) asumsi yang harus
dipenuhi dalam OLS adalah :
1) Linier regression model, model diasumsikan mempunyai linieritas dalam
parameternya.
2) X value are fixed in repeated sampling, bahwa variabel penjelas bersifat
nonstocastic atau dalam setiap pengambilan sampel, nilai yang diambil
dianggap tetap atau dekat dengan nilai rata-ratanya atau dapat dikatakan
bahwa variabel penjelas bersifat nonstocastic
3) Zero mean value of disturbance µi : E (µi/ Xi) = 0 dimana nilai dari
kesalahan pengganggu, yang bersifat random adalah 0.
4) Homoscedasticity equal variance of µi, jika variabel dependen dihubungkan
dengan beberapa variabel independen varianya tetap sama.
5) No autocorrelation between the disturbances, bahwa diantara variabel
penjelas tidak berkorelasi
6) Zero covariance between µi and Xi, asumsi ini menyatakan tidak ada
korelasi diantara penjelas dan kesalahan pengganggu.
7) The number of observasions an must greater than the number of parameter
to be estimated, bahwa jumlah observasi harus lebih besar dibandingkan
8) Variability in X values, bahwa variasi di dalam nilai X
9) The regression model is correctly specified, bahwa model yang digunakan
tidak memiliki spesifikasi yang bias.
10) There is no perfect multicolinearity, bahwa tidak ada hubungan linier
sempurna diantara variabel penjelas.
Untuk memenuhi asumsi-asumsi tersebut sehingga memperoleh hasil OLS
yang optimal, maka perlu dilakukan uji stasineritas data untuk mengetahui apakah
data yang digunakan stasioner (nonstochastic), hal tersebut sangat penting
dilakukan untuk menghindari terjadinya regresi lancung dan untuk menentukan
model yang digunakan.
3.7. Pengujian model 3.7.1. Uji Teori Ekonomi
Uji teori ekonomi dilakukan untuk melihat apakah hasil estimasi yang
dilakukan sesuai dengan prinsip dan teori ekonomi. Jika tanda dari parameter
tidak sesuai, maka hasil pengujian ditolak kecuali terdapat alasan-alasan khusus
yang mendukung hasil estimasi yang diperoleh.
3.7.2. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Agar model regresi yang diajukan menunjukkan persamaan hubungan
yang valid atau BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), model tersebut harus
memenuhi asumsi-asumsi dasar klasik Ordinary Least Square (OLS). Asumsi-
asumsi tersebut adalah :1) Tidak terdapat otokorelasi (adanya hubungan antara
masing-masing residual observasi); 2) Tidak terjadi multikolinearitas (adanya
yang tidak konstan dari variable pengganggu). Oleh karena itu pengujian
asumsi-asumsi klasik perlu dilakukan (Gujarati, 2003).
1) Multikolinearitas
Multi korelasi/multikolinearitas artinya kondisi dimana terdapat
korelasi yang tinggi antara dua atau lebih variabel independent dalam satu model
regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas tersebut dalam suatu
model regresi berganda dapat dilihat melalui koefisien korelasi antara variable
bebas yang satu dengan variabel bebas yang lain dengan kriteria apabila koefisien
korelasi lebih besar dari 0,8 maka perlu diuji kembali antara dua variabel yang
dianggap memiliki korelasi yang tinggi. Apabila hasil pengujian pada persamaan
y = a + bx ternyata pada koefisien b ≠ 0 berarti tid