• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air dan Sifat-sifatnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air dan Sifat-sifatnya"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air dan Sifat-sifatnya

Air merupakan suatu persenyawaan kimia yang sangat sederhana yang terdiri dari dua atom hidrogen (H) yang berikatan dengan satu atom oksigen (O). Secara simbolik air dinyatakan dengan H2O. Ini berarti didalam air tidak pernah dalam

kondisi yang benar-benar murni. Bahan-bahan yang larut selalu terdapat didalamnya, yang berasal dari tanah, udara dan dari metabolisme jasad-jasad didalam air. Bahkan air hujan pun mengandung sedikit sekali bahan-bahan organik dan anorganik serta jenuh akan gas-gas pada tekanan udara yang bersangkutan. Jumlah dan jenis garam yang larut seringkali menentukan suasana komunitas jasad di suatu perairan.

Pengaruhnya terhadap lingkungan yang ada didalamnya, yaitu :

a. Dengan sifat-sifat fisiknya yaitu sebagai medium tempat hidup tumbuh-tumbuan dan hewan.

b. Dengan sifat-sifat kimianya sebagai pembawa zat-zat hara yang diperlukan bagi bahan-bahan organik oleh tumbuh-tumbuhan dengan produksi primernya. (Gufron, M., 2007)

.

2.2. Sumber Air a. Air laut

(2)

b. Air atmosfir

Dalam keadaan murni, sangat bersih, karena dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri/debu dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada penampungan air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih banyak mengandung kotoran.

Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak reservoir, sehingga hal ini akan menyebabkan terjadinya korosi (karatan). Juga air hujan ini mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.

c. Air permukaan

Adalah air hujan yang mengalir dipermukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan sebagainya.

Beberapa pengotoran ini untuk masing-masing air permukaan akan berbeda-beda, tergantung pada daerah pengaliran air permukaan ini. Jenis pengotornya adalah merupakan kotoran fisik, kimia dan bakteriologi.

Air permukaan ada 2 macam yaitu : 1. Air sungai

(3)

2. Air rawa/danau.

Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-zat organis yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning yang coklat.

Dengan adanya pembusukan kadar zat organis tinggi, maka umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula dan dalam keadaan kelarutan O2 kurang sekali (anaerob),

maka unsur-unsur Fe dan Mn akan larut. Pada permukaan air akan tumbuh alga (lumut) karena adanya sinar matahari dan O2.

Jadi untuk pengambilan air, sebaiknya dalam kedalaman tertentu ditengah-tengah agar endapan-endapan Fe dan Mn tak terbawa, demikian pula dengan lumut yang ada pada permukaan rawa/telaga.

d. Air tanah

Air tanah terbagi atas : 1. Air tanah dangkal

(4)

2. Air tanah dalam

Terdapat setelah lapis rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam, tak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman (biasanya antara 100-300 m) akan didapatkan suatu lapisan air.

Jika tekanan air tanah ini besar, maka air dapat menyembur ke luar dan dalam keadaan ini, sumur ini disebut dengan sumur artetis . Jika air tak dapat ke luar dengan sendirinya, maka digunakanlah pompa untuk membantu pengeluaran air tanah dalam ini. Kualitas pada air tanah pada umumnya mencukupi (tergantung pada lapisan keadaan tanah) dan sedikit pengaruh oleh perubahan musim.

3. Mata air

Adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah, mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitasnya sama dengan keadaan air dalam. (Sutrisno,C.T.,2006)

2.3. Syarat-Syarat Air Minum

Pada umumnya ditentukan beberapa standar disetiap negara menurut : - Kondisi negara masing-masing

- Perkembangan ilmu pengetahuan - Perkembangan teknologi.

Dengan demikian dikenal beberapa standar air minum : 1. American Drinking Water Standard

(5)

Dari segi kualitas air minum harus memenuhi : a. Syarat fisik

Adapun syarat-syarat fisik yang ditentukan, yaitu : - Air tak boleh berwarna

- Air tak boleh berasa - Air tak boleh berbau

- Suhu air hendaknya (suhu udara ± 3o C) - Air harus jernih.

b. Syarat kimia

Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan. (Sutrisno,C,T., 2006) c. Syarat biologi

Kualitas air ditentukan oleh kehadiran dan jumlah Coli didalamya, yaitu air minum dan untuk air lainnya. Penentuan kehadiran mikroba didalam air, berdasarkan kebutuhannya untuk mengetahui ada tidaknya jenis yang berbahaya sebagai penyebab penyakit, penghasil toksin dan penyebab pencemaran air. (Suriawiria,U.,1993)

2.4. Proses pengolahan air 1. Bendungan

(6)

2. Intake (tempat masuknya air baku)

Bendungan ini adalah saluran bercabang dua yang dilengkapi dengan bar screen (saringan kasar) dan fine screen (saringan halus) yang berfungsi untuk

mencegah masuknya kotoran-kotoran yang terbawa arus sungai. Masing-masing saluran dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air (sluice gate) dan penggerak elektromotor. Pemeriksaan maupun pembersihan saringan dilakukan secara periodik untuk menjaga kestabilan air masuk.

3. Raw Water Tank (RWT)

RWT (bak pengendap) dibangun setelah intake yang terdiri dari dua buah unit. Setiap unitnya berdimensi 23,3 m x 20 m, tinggi 5 m, dilengkapi dengan dua bua outlet gate dan pintu bilas dua buah berfungsi sebagai tempat pengendapan lumpur

dan pasir yang bersifat sedimen. 4. Raw Water Pump (RWP)

RWP (pompa air baku) berfungsi untuk memompa air dari RWP ke splitter box (tempat pembubuhan koagulan) berupa alum, dengan dosis normal rata-rata 20 –

25 g/m3 air dan pendistribusian air kemasing-masing clearator yang terdiri dari 5 unit pompa air baku.

5. Clearator (proses penjernihan air)

(7)

6. Filter (penyaringan)

Dari clearator dilairkan ke filter untuk menyaring kekeruhan berupa flok-flok halus dan kotoran-kotoran lain yang lolos dari clearator melalui pelekatan pada media filter. Dimensi masing-masing filter ini adalah lebar 4 m, panjang 8,25 m, tinggi 6,25 m, tinggi permukaan air maksimum 5,05 m, tebal media filter 114 cm, dengan lapisan-lapisan sebagai berikut :

a. Pasir kwarsa, 0,45 – 1,20 mm, dengan ketebalan 61 cm. b. Pasir kwarsa, 1,80 – 2,00 mm, dengan ketebalan 15 cm. c. Kerikil halus, 4,75 – 6,30 mm, dengan ketebalan 8 cm. d. Kerikil sedang, 6,30 – 10,00 mm, dengan ketebalan 7,5 cm. e. Kerikil kasar, 20,00 – 40,00 mm, dengan ketebalan 15 cm.

Dalam jangka waktu tertentu filter ini harus dibersihkan dari endapan yang mengganggu proses penyaringan dengan menggunakan elektromotor.

7. Reservoir (tempat penampung air bersih)

Reservoir ini berupa bendungan beton berdimensi panjang 50 m, lebar 40 m dan tinggi 7 m berfungsi untuk menampung air bersih atau air hasil olahan setelah melewati media filter dengan kapasitas ± 12.000 m3 dan kemudian di distribusikan kepelanggan melalui reservoir-reservoir distribusi berbagai cabang. Air bersih yang mengalir dari filter ke reservoir dibubuhi klor (post chlorination) dan untuk netralisasi dibutuhkan larutan kapur jenuh (soda ash).

8. Finish Water Pump (FWP)

(8)

9. Sludge lagoon (tempat penampungan air buangan)

Daur ulang adalah cara paling tepat dan aman dalam mengatasi dan meningkatkan kualitas lingkungan. Prinsip ini telah mendorong perusahaan untuk membangun sarana pengolahan limbah berupa sludge lagoon. Lagoon ini berfungsi sebagai media penampung air buangan bekas pencucian sistem pengolah dan kemudian air tersebut disalurkan kembali ke RWT untuk diproses kembali.

10. Monitoring System (sistem pengawasan)

Metode pengawasan selama proses pengolahan dimasing-masing unit oleh petugas dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Fasilitas ini dapat memperlihatkan secara langsung kondisi proses pengolahan dari ruang tertentu baik terhadap kuantitas, kualitas maupun kontinuitas olahan. Fasilitas ini didesain sedemikian rupa sehingga dapat mempermudah pengawasan terhadap proses pengolahan air menurut standar dan ketentuan yang berlaku. (Katalog PDAM Tirtanadi Medan)

2.5. Penyediaan Air Bersih

Upaya penyediaan air bersih, khususnya pada daerah yang berpenduduk padat dan daerah yang sulit memperoleh air dapat dilakukan dengan memanfaatkan berbagai sumber air yang diolah dengan teknik tertentu.

Secara umum untuk berbagai pemanfaatan ditetapkan adanya peraturan pemerintah R.I. (24/LA-18/1981) tentang kriteria dan standar kualitas nasional yang membagi air dan kegunaannya dalam empat golongan yaitu :

a. Golongan A

(9)

b. Golongan B

Air baku yang baik untuk air minum maupun rumah tangga serta dapat dimanfaatkan untuk keperluan lainnya namun tidak sesuai dengan golongan A

c. Golongan C

Air baku yang baik untuk kepentingan perikanan dan peternakan serta masih dapat dimanfaatkan untuk keperluan lainnya, akan tetapi tidak sesuai seperti golongan A dan B.

d. Golongan D

Air baku untuk keperluan pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri listrik, tenaga air, serta untuk keperluan lainnya tetapi tidak sesuai untuk keperluan golongan A, B, dan C. (Ryadi, A.,1996).

2.6. Permanganometri

Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi

yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah

dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe2+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti:

1. Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga

(10)

berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh kromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.

2.6.1. Oksidasi Dengan Kalium Permanganat

Zat pengoksidasi yang yang berharga dan sangat kuat ini paling mula diperkenalkan dalam analisis titrimetri oleh F. Margueritte untuk titrasi besi (II), dalam larutan-larutan asam, reduksi ini dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :

MnO4- + 8H+ + 5e Mn2+ + 4H2O

Sehingga ekuivalennya adalah seperlima mol, yaitu 158,03/5, atau 31,606. Potensial standar dalam larutan asam menurut perhitungan adalah 1,51 volt, maka ion permanganat dalam larutan asam adalah zat pengoksidasi yang kuat.

Asam sulfat adalah asam yang paling sesuai, karena tak bereaksi terhadap permanganat dalam larutan encer. Dengan asam klorida, ada kemungkinan terjadi reaksi :

2MnO4- + 10Cl- + 16H+ 2Mn2+ + 5Cl2 + 8H2O

Kalium permanganat bukanlah suatu standar primer. Zat ini sukar diperoleh sempurna murni dan bebas sama sekali dengan mangan dioksida. Lagi pula air suling yang biasa mungkin mengandung zat-zat pereduksi (runutan bahan-bahan organik, dan sebagainya), yang akan bereaksi dengan kalium permanganat itu dengan mangan oksida. Adanya zat yang disebut diakhir ini sangatlah mengganggu, karena ia mengkatalisis penguraian sendiri dari larutan permanganat setelah didiamkan. (Vogel,A.I.,1994)

(11)

Larutan dalam air tidak stabil dan air teroksidasi dengan cara : 4MnO4- + 2H2O 4MnO2 + 3O2 + 4OH-

Penguraiannya dikatalisis oleh cahaya panas asam-basa, ion Mn(II) dan MnO2.

MnO2 biasanya terbentuk dari dekomposisinya sendiri dan bersifat auto-katalitik.

Untuk mempersiapkan larutan standar KMnO4, harus dihindarkan adanya MnO2.

KMnO4 dapat distandarkan terhadap H2C2O4 :

2MnO4- + 5H2C2O4 + 6H+ 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O

(Khopkar,S.M.,2003)

2.6.2. Sumber Kesalahan Permanganometri

Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada larutan pentiter KMnO4 pada buret. Apabila percobaan dilakukan dalam waktu

yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2

sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitasi coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa. Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat

pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung

menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+ :

MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O

5MnO2 + 4H+

Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan

H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena

membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air. H2C2O4 + O2 H2O2 + 2CO2

(12)

Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis:

MnO4- + 8H+ + 5e Mn2+ + 4H2O

Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator dan umumnya titrasi dilakukan dalam suasana asam karena akan lebih mudah mengalami titik akhir titrasinya.

Reaksi dalam suasana netral yaitu :

MnO4- + 4H+ + e MnO4 + 2H2O

Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi kekanan dalam suasana alkalis :

MnO4- + e MnO4

2-MnO42- + 2H2O + 2e MnO2 + 4OH

-MnO4- + 2H2O + 3e MnO2 + 4OH-

Larutan ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan netral. Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan jumlah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam air lebih lazim adalah untuk memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan mendiamkannya dipenangas uap selama satu/dua jam lalu menyaring larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi yang telah dimurnikan atau melalui kain saring dari kaca maser.

(13)

pada titik akhir titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya endapan sejumlah MnO2. Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan

permanganat. Mangan dioksida mengkatalisis dekomposisi larutan permanganat, jejak-jejak dari MnO2 yang ada dalam permanganat atau dari agen-agen pereduksi

didalam air mengarah kepada dekomposisi. Tindakan ini biasanya berupa larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi yang dapat direduksi dan penyaringan melalui gelas yang disenter untuk menghilangkan MnO2..

(http://medicafarma.bogspot.com/2008/04/permanganometri.html)

2.6.3. Zat Organik (Sebagai KMnO4)

Zat organik yang terdapat di alam bisa berasal dari :

a. Alam misalnya minyak, tumbuh-tumbuhan, serat-serat minyak dan lemak hewan, alkohol, selulosa, gula, pati dan sebagainya.

b. Sintesa misalnya berbagai persenyawaan dan buah-buahan yang dihasilkan dari proses-proses dalam pabrik.

c. Fermentasi misalnya alkohol, aseton, gliserol, antibiotik, asam-asam dan sejenisnya yang berasal dari kegiatan mikroorganisme terhadap bahan-bahan organik.

Dengan melihat proses asal terjadinya bahan-bahan organik tersebut dapat diketahui bahwa sumber utama dari bahan-bahan tersebut adalah kegiatan-kegiatan rumah tangga dan proses-proses industri, tanpa mengkesampingkan adanya bahan-bahan organik yang berasal dari kegiatan-kegiatan dalam bidang pertanian, peternakan dan pertambangan.

(14)

kekeruhan yang tidak diinginkan. Adanya zat organik dalam air dapat diketahui dengan menentukan angka permanganatnya. Walaupun KMnO4 sebagai oksidator

yang dipakai tidak dapat mengoksidasi semua zat organik yang ada, namun cara ini sangat praktis dan cepat pengerjaanya. Standar kandungan bahan organik dalam air-minum menurut Dep. Kes. R.I. maksimal yang diperbolehkan adalah 10 mg/L. Pengaruh terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh penyimpangan terhadap standar ini adalah timbulnya bau yang tidak sedap pada air minum, dan dapat menyebabkan sakit perut. (Sutrisno,C.T., 2006)

2.6.4. Uji Nilai Permanganat

Nilai permanganat adalah jumlah miligram kalium permanganat yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat organik dalam 1000 ml air pada kondisi mendidih. Penentuan nilai permanganat dengan metode oksidasi suasana asam dalam contoh air yang mempunyai kadar klorida kurang dari 300 mg/L Cl-. Prinsip pengujian adalah zat organik didalam air dioksidasi dengan KMnO4 direduksi oleh asam oksalat berlebih.

Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4. Menurut reaksi :

a. Reaksi oksidasi KMnO4 dalam kondisi asam sebagai berikut :

2KMnO4 + 3H2SO4 2MnSO4 + K2SO4 + 5On + 3H2O

b. Oksidasi KMnO4 dalam kondisi basa sebagai berikut :

2KMnO4 + H2O 2MnO2 + 2KOH + 3On + 3H2O

c. Zat organik dapat dioksidasi dengan reaksi sebagai berikut :

Referensi

Dokumen terkait

Formula sederhana (tidak lengkap) hanya mengandung NaCl dan sukrosa atau karbohidrat lain, misalnya larutan gula garam, larutan air tajin garam, larutan tepung beras garam,

Kalau zat tersebut memang sangat beracun hingga bakteri-bakteri tidak bisa hidup sama sekali atau sukar berkembang, maka hanya sebagian jumlah bakteri akan aktif dalam oksidasi zat

Modifikasi permukaan serat sisal menggunakan larutan alkali (6 % NaOH selama satu dan tiga jam pada temperature 100˚C) melarutkan sebagian besar lignin yang terkandung dalam serat

Jumlah oksigen yang diperlukan untuk reaksi oksidasi terhadap bahan buangan organik sama dengan jumlah kalium bichromat yang dipakai pada reaksi tersebut di atas.. Makin banyak

Pada penyakit-penyakit tertentu, obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan ini lebih ampuh dari obat yang berasal dari obat yang berasal dari zat-zat kimia, misalnya digitalis

Pada pembuatan pulp larutan NaOH berfungsi untuk melarutkan lignin dan ekstraktif lainnya yang terdapat dalam bahan baku kayu, sehingga serat selulosa terlepas dari

Selain itu, sabun juga merupakan pembersih yang dapat dibuat dengan reaksi kimia antara kalium atau natrium dengan asam lemak dari minyak nabatai atau

Jumlah zat kimia dalam asap rokok sendiri bukan merupakan hal yang paling penting karena yang menjadi masalah adalah toksisitas dan konsentrasi dari zat kimia tersebut (Action