Permanganometri merupakan metode titrasi menggunakan kalium permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagi titran. Titrasi ini didasarkan atas titrasi reduksi dan oksidasi atau redoks. Analisa permanganometri ini merupakan salah satu dari banyak metode analisis kuantitatif lainnya, sehingga penggunaan analisa ini cukup erat hubungannya dengan disiplin ilmu keteknikkimiaan. Percobaan ini merupakan aplikasi dari prinsip-prinsip umum mengenai permenganometri yang didapat dikuliah, sehingga praktek yang sebenarnya sangat membantu pemahaman mahasiswa.
Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis.
MnO4- + 8H+ + 5e → Mn 2+ + 4H2O
Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator, dan umumnya titrasi dilakukan dalam suasan asam karena karena akan lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit, sulfida, sulfida dan tiosulfat .
Reaksi dalam suasana netral yaitu MnO4 + 4H+ + 3e → MnO4 +2H2O
Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi kekanan Reaksi dalam suasana alkalis :
MnO4- + 3e →
MnO42-MnO42- + 2H2 O + 2e → MnO2 + 4OH-MnO4- + 2H2 O + 3e → MnO2
+4OH-Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan netral. Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim adalah untuk memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan mendiamkannya diatas penangas uap selama satu /dua jam lalu menyaring larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang telah dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser.
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa banyak reaksi permanganat berjalan lambat, akan lebih banyak
kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam penggunaan reagen ini sebagai contoh, permanganat adalah agen unsur pengoksida, yang cukup kuat untuk mengoksida Mn(II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan
3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O → 5MnO2 + 4H+
Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2 .
Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan permanganat. Mangan dioksidasi mengkatalisis dekomposisi larutan permanganate. Jejak-jejak dari MNO2 yang semula ada dalam permanganat. Atau terbentuk akibat reaksi antara permanganat dengan jejak-jejak dari agen-agen produksi didalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan ini biasanya berupa larutan
kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi yang dapat direduksi dan penyaringan melalui asbestos atau gelas yang disinter untuk menghilangkan MNO2. Larutan tersebut kemudian distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa bulan.
Penentuan besi dalam biji-biji besi adalah salah satu aplikasi terpenting dalam titrasi-titrasi
permanganat. Asam terbaik untuk melarutkan biji besi adalah asam klorida dan timah (II) klorida sering ditambahkan untuk membantu proses kelarutan.
Sebelum dititrasi dengan permanganat setiap besi (III) harus di reduksi menjadi besi (II). Reduksi ini dapat dilakukan dengan reduktor jones atau dengan timah (II) klorida. Reduktor jones lebih disarankan jika asam yang tersedia adalah sulfat mengingat tidak ada ion klorida yang masuk .
Jika larutannya mengandung asam klorida seperti yang sering terjadi reduksi dengan timah (II) klorida akan lebih memudahkan. Klorida ditambahkan kedalam larutan panas dari sampelnya dan
perkembangan reduksi diikuti dengan memperhatikan hilangnya warna kuning dari ion besi.
Biji besi terutama adalah oksida atau oksida terhidrasi, taitu hematite (Fe2O3), magnetit (Fe2O3), geofit(Fe2O3.3hO)dan limonit (2Fe2O3.3H2O)juga terdapat karbonat FeCO3 (siderite), dan FeS2(pirit). Untuk analisa besi dalam mineral tersebut, besi harus dilarutkan dengan pelarut tertentu (asam). Asam terbaik untuk melarutkan bijih-bijih ini adalah asam klorida . Oksidasi terhidrasi mudah larut, sedangkan magnetit dan hematite melarut agak lambat. Penambahan timah (II) klorida membantu dalam
melarutkan oksida-oksida terhidrasi ini.
Salah satu metoda yang digunakan untuk analisi kadar besi dalam suatu sampel adalah titrasi permanganometri. Pada metoda ini digunakan KMnO4 sebagai larutan standar sekaligus sebagai indicator(autoindikator). Titik akhir saat terjadi perubahan warna KMnO4 dari ungu menjadi merahmuda.
3.Prosedur Kerja 3.1.Alat yang digunakan
·Buret 50 ml ·Erlemeyer 125 ml ·Hot plate ·Pipet takar 25 ml ·Pipet gondok 10 ml ·Gelas ukur 25 ml
3.2.Bahan yang digunakan ·Sampel ·H2SO4 (1:8) ·KMnO4 0,1 N ·H2C2O4.2H2O ·H3PO4 pekat 3.3.Cara Kerja ·Percobaan A
Standarisasi larutan kalium permanganate dengan asam oksalat
1.Timbang (analitis) 0,03 – 0,04 g asam oksalat kedalam erlemeyer 125 ml. Tambahkan 15 ml air suling sampai larut.
2.Tambahkan asam sulfat 15 ml (1:8)
3.Panaskan dalam hamper mendidih (70-80o)
4.Dalam keadaan panas titrasi dengan larutan KMnO4 sampai timbul warna merah muda, yang tidak hilang pada pengocokan selanjutnya.
5.Hitung kenormalan larutan kalium permanganate anda ·Percobaan B
Menentukan konsetrasi Fe++
1.Pipet 10 ml larutan sampel besi dalam erlemeyer
2.Tambahkan 10 ml asam sulfat (1:8) dan 1 ml H3PO4 pekat
3.Titrasi dengan larutan KMnO4 yang konstentrasinay telah ditentukan 4.Hitung konstentrasi besi dalam sampel
4. Data dan perhitungan serta reaksi ·Percobaan A
Standarisasi larutan kalium permanganate dengan asam oksalat
No Langkah Kerja Pengamatan Reaksi
1 Masukkan larutan KMnO4 ke dalam buret 50 ml
2 Timbang 0,03 – 0, 04 g asam oksalat kedalam erlemeyer. Tambahkan 15 ml air suling
3 Tambahkan asam sulfat 15
ml Setelah beberapa saat di pusingkan kedua larutan tersebut larut
H2SO4
4 Larutan tersebut dipanaskan Larutan
dipanaskan hingga (70 – 80o C)
5 Dalam keadaan panas titrasi dengan larutan KMnO4 tetes demi tetes Setelah beberapa tetes larutan mengalami perbuhan warna menjadi warna merah muda 2 KMnO4 + 5 H2C2O4 + 3 H2SO4
2 MnSO4 10CO2 + 8H2O
5 Hitung kenormalan larutan
kalium Larutan KMnO4 terpakai sebanyak 2,8 ml saat warna larutan menjadi merah muda ketika volume KMnO4 2,8
Percobaan B
Menentukan konstentrasi FE++
No Langkah kerja Pengamatan Reaksi
1 Masukkan 10ml larutan sampel besi dalam erlemeye
2 Tambahkan 10 ml asam sulfat (1:8) dan 1 ml H3PO4 pekat
H2So4 , H3PO4
3 Titrasi dengan larutan KMnO4 Warna kuning menghilang ketika Volume KMnO4 0,9 ml 8H+ + 5Fe2+ MnO4 -5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O 5. Pembahasan
1.Standarisasi larutan kalium permanganat (KMnO4) dengan larutan asam oksalat (H2C2O4 . 2H2O).
Mula-mula 0,035 ml H2C2O4 . 2H2O ditambahkan dengan 15 mL larutan asam sulfat (H2SO4) dan dipanaskan sampai suhu 70-80°C pada saat ini larutan tidak berwarna (bening). Setelah dititrasi dengan larutan
kalium permanganat (KMnO4) menghasilkan larutan yang bewarna ungu .Dan berubah ke warna merah muda saat pemakaian KMnO4 sebanyak 2,8 ml . Dan pada saat itu titrasi harus dihentikan, karena ketika awal perubahan warna menjadi merah muda, berarti telah mencapai titik ekivalen.
Dari data percobaan,
Diketahui: - massa H2C2O4 . 2H2O (Mr: 126) = 0,035 gr -Volume KMnO4 yang terpakai = 2,8 ml = 2,8 x 10-3 L Reaksi:
16H+ + 5C2O42- + 2MnO4- 10CO2+2Mn2++8H2O Sehingga,
Mol H2C2O4 . 2H2O = = 0,000278 mol Maka, mol KMnO4 =
Sehingga didapat, M KMnO4 = = 0,028 M Jadi, konsentrasi KMnO4 adalah 0,028 M
2.Menentukan konsentrasi Fe2+
Mula-mula 10 ml larutan sampel besi ditambahkan 10 ml H2SO4 (1:8) dan 1 ml H3PO4 pekat. Pada keadaan awal ini campuran berwarna kuning. Setelah dititrasi dengan larutan kalium permanganat (KMnO4) yang telah ditentukan konsentrasinya, warna kuning menghilang ketika volume KMnO4 yang terpakai 1,1 ml. Dan pada saat itu titrasi harus dihentikan, karena ketika warna kuning menghilang, ini menunjukkan telah mencapai titik ekivalen.
Dari data percobaan,
Diketahui: -volume KMnO4 yang terpakai =0,9 ml =0,9 x 10-3 L -volume Fe2+ = 10 ml
Reaksi :
8H+ + 5Fe2+ + MnO4 - 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O Sehingga,
Mol KMnO4 = 0,028 M x 0,9 x 10-3 L = 0,0252 x 10-3 mol
Maka, mol Fe2+ = 5 x 0,0252 x 10-3 mol = 0,1260 mmol [Fe2+] = = 0,01260 M
Dan, massa besi = 0,1260 mmol x 56 gr.mol-1 = 7,056 mg Jadi konsentrasi besi dalam sampel adalah 0,01260 M 6. Kesimpulan dan Saran
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.Titrasi permanganometri ini adalah berdasarkan reaksi oksidaasi dan reduksi. Ini dikarenakan titrasi permanganometri ini merupakan bagian dari titrasi redoksometri.
2.Larutan kalium permanganat (KMnO4) adalah merupakan larutan standard sekunder karenanya harus dititrasi dengan larutan standard primer yaitu asam oksalat (H2C2O4 . 2H2O).
3.Standarisasi larutan kalium permanganat (KMnO4) dengan menggunakan larutan asam oksalat (H2C2O4 . 2H2O) didapatkan harga molaritas KMnO4 sebesar 0,028 M.
4.Kadar besi dapat dihitung dari hasil titrasi larutan sampel besi dengan larutan permanganate (KMnO4) yang konsentrasinya telah ditentukan sebelumnya. Dari hasil titrasi ini di dapat kadar besi dalam sampel sebanyak 0,01260 M.
·Dalam titrasi permanganometri atau titrasi yang lain sangat dibutuhkan ketelitian dari kita untuk melihat perubahan warna yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Iryani dan Edi Nasra . 2011 . Penuntun Pratikum Kimia Dasar 2 . Padang LAMPIRAN
http://pustakatambang.blogspot.com/2012/01/penentuan-besi-dengan-titrasi.html
Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi
antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4 sudah dikenal lebih dari
seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion
logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti:
(1) ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat
secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
(2) ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci,
dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4berlebih. Sebagian
Fe2+ dioksidasi oleh khromat tersebutdan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan
menitrasinya dengan KMnO4.
Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi ini, ion MnO4
bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4- akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam.
Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu sample. Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi.
Kalium Permanganat distandarisasikan dengan menggunakan natrium oksalat atau sebagai arsen (III) oksida standar-standar primer. Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan kalium permanganat menggunakan natrium oksalat adalah:
5C2O4- + 2MnO4- + 16H+ → 10CO2 + 2Mn2++ 8H2O
Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan permanganat.
B.
TUJUAN
1. Melakukan pembakuan KMnO4
C.
RUMUSAN MASALAH
Apa pengertian titrasi ?
Pengertian titrasi permanganometri ?
Bagaimana cara kerja dari titrasi permanganometri ? Apa manfaat dan kegunaan dari titrasi permanganometri ? Apa kelebihan dan kekurangan dari titrasi permanganometri ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
TITRASI
Tirasi adalah Mereaksikan suatu zat dengan zat lain dengan menggunakan buret.  Titrasi terdiri dari beberapa macam, antara lain :
 Titarsi asam basa
 Titrasi bebas air
 Titrasi permanganometri
 Titrasi iodometri dan iodimetri
 Titrasi bomometri dan bromodometri
 Tirasi argentometri
 Titrasi kompleksometri
B.
TITRASI PERMANGANOMETRI
Permanganometri adalah penetapan kadar zat berdasarkan hasil oksidasi dengan KMnO4.
Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis.
MnO4- + 8H+ + 5e → Mn 2+ + 4H2O
Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indicator, jadi titrasi permanganometri ini tidak memerlukan indikator, dan umumnya titrasi dilakukan dalam suasana asam karena karena
akan lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit, sulfida, sulfida dan tiosulfat .
Reaksi dalam suasana netral yaitu MnO4 + 4H+ + 3e → MnO4 +2H2O
Kenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi kekanan Reaksi dalam suasana alkalis :
MnO4- + 3e → MnO4
2-MnO42- + 2H2 O + 2e → MnO2 + 4OH
-MnO4- + 2H2 O + 3e → MnO2 +4OH
-Reaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan netral. Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim adalah untuk memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan mendiamkannya diatas penangas uap selama satu/dua jam lalu menyaring larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang telah dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser.
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa banyak reaksi permanganat berjalan lambat, akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam penggunaan reagen ini sebagai contoh, permanganat adalah agen unsur pengoksida, yang cukup kuat untuk mengoksida Mn(II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan
3Mn2+ + 2MnO
4- + 2H2O → 5MnO2 + 4H+
Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2 .
Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan permanganat. Mangan dioksidasi mengkatalisis dekomposisi larutan permanganate. Jejak-jejak dari
MnO2 yang semula ada dalam permanganat. Atau terbentuk akibat reaksi antara permanganat
dengan jejak-jejak dari agen-agen produksi didalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan ini biasanya berupa larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi yang dapat direduksi dan penyaringan melalui asbestos atau gelas yang disinter untuk menghilangkan MnO2. Larutan tersebut kemudian distandarisasi dan jika disimpan dalam gelap dan tidak
Penentuan besi dalam biji-biji besi adalah salah satu aplikasi terpenting dalam titrasi-titrasi permanganat. Asam terbaik untuk melarutkan biji besi adalah asam klorida dan timah (II) klorida sering ditambahkan untuk membantu proses kelarutan.
Sebelum dititrasi dengan permanganat setiap besi (III) harus di reduksi menjadi besi (II). Reduksi ini dapat dilakukan dengan reduktor jones atau dengan timah (II) klorida. Reduktor jones lebih disarankan jika asam yang tersedia adalah sulfat mengingat tidak ada ion klorida yang masuk .
Jika larutannya mengandung asam klorida seperti yang sering terjadi reduksi dengan timah (II) klorida akan lebih memudahkan. Klorida ditambahkan kedalam larutan panas dari sampelnya dan perkembangan reduksi diikuti dengan memperhatikan hilangnya warna kuning dari ion besi.
C.
PROSEDUR KERJA
A. Pembakuan Larutan Kalium Permanganat
1. Diambil 10 ml larutan Na2C2O4 dengan menggunakan pipet volum 10 ml. Dititrasi dengan
larutan KMnO4 0,1 N. Dilakukan duplo.
B. Penentuan Kalsium (Ca
2+) dalam CaCO
31. Ditimbang 0,1 gram padatan CaCO3dengan menggunakan neraca analitik. Dimasukkan ke dalam
2. Aquades ditambahkan sampai volume menjadi 100 ml. Ditambahkan beberapa tetes indikator metil merah ke dalam larutan. Dipanaskan larutan tersebut sampai mendidih.
3. Ditambahkan larutan dari 0,75 gram NH4oksalat dalam 12,5 ml aquades secara
perlahan-lahan. Dipanaskan pada temperatur 70-80°C selama 15 menit.
4. 3 tetes larutan amonia (1:1) ditambahkan sambil diaduk secara perlahan. Dibiarkan larutan dalam keadaan panas selama 1 jam. Disaring endapan dengan menggunakan kertas saring Whatman No.540.
5. Dicuci endapan dengan aquades hingga bebas dari oksalat. Dilubangi kertas saring dengan menggunakan pengaduk.
6. Dibilas endapan dengan larutan asam sulfat (1:8) ke dalam erlenmeyer yang lain.Dicuci kertas saring dengan aquades panas sampai volume 50 ml. Dititrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N setelah
semua endapan larut.
D.
Standarisasi Larutan KmnO4
Larutan KMnO4 dapat distandarisasi dengan larutan standar denhgan larutan standar
H2C2O4 atau Na2C2O4 dengan mereaksikan 10 mL H2C2O4 0,05M dengan 0 mL larutan H2SO4 1M
ke dalam erlenmeyer. Selanjutnya dipanaskan dengan kompor listrik dalam ruang asam hingga suhu 700C warna dari H2SO4dan H2C2O4 mula-mula tidak berwarna kemudian dititrasi dengan
KMnO4 tetes demi tetes. Pemanasan dilakukan karena reaksi dengan permanganatt lambat pada
suhu kamar. Oleh karena itu dipanaskan hingga suhu 700C. Setelah itu suhu dipertinggi rekasi memulai lambat tetapi kecepatan meningkat setelah Mn2+ terbentuk. Mn2+ bertindak sebagai
katalis dihasilkan oleh reaksinya sendiri. Setelah dilakukan pemanasan larutan tersebut dititrasi dengan KMnO4 hingga diperoleh warna merah muda permanen. Setelah itu menghitung jumlah
KMnO4 yang digunakan dan mengulangi percobaan 2x. Dan pada percobaan I diperoleh volume
sebesar 10 mL dan berwarna coklat kemerahan. Disini bisa timbul warna coklat kemerahan karena sebelum dititasi dengan KMnO4larutan H2C2O4 + H2SO4 harus didinginkan setelah
dipanaskan.Berbeda dengan percobaan I, percobaan II diperoleh volume sebesar 8,3mL dan warna yang ditimbulkan adalah merah muda yang konstan (karena sudah didiamkan terlebih dahulu). Larutan standarisasiyang digunakan asam oksalat CH2C2O4 0,05M yang oleh
KMnO4 akan dioksidasi menjadi CO2 menurut reaksi sebagai berikut:
2MnO4-(aq) + 6H+(aq)+5H2C2O4(aq) 2Mn2+(aq)+8H2O(l)+10CO2(g)
Dalam percobaan ini, sebagai pengasam digunakan larutan H2SO4 encer dan bukan
larutan yang lain, misalnya HCl encer yang tidak boleh digunakan sebab fdapat dioksisdasi oleh KmnO4 menjadi Cl2sebagai berikut:
Dalam titasi permanganometri, tidak dibutuhkan indikator karena perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda menunjukan titik akhir suatu titrasi warna yang diperoleh pun harus sudah dalam keadaan tetap, artinya saat melakukan pengadukan, warna merah muda yang muncul tidak hilang, hal ini menunjukan titik kestabilan. Dalam hal ini terjadi reaksi oksidasi dan reduksi:
Oksidasi : H2C2O4 CO2 + 2H+ +2e
-Reduksi : MnO4- + 8 H+ Mn2+ + 4 H2O
Dan dalam percobaan standarisasi larutan KMnO4 diperoleh molaritasnya sebesar 0,021M.
D.
KELEBIHAN
DAN
KEKURANGAN
TITRASI
PERMANGANOMETRI
A. KELEBIHAN TITRASI PERMANGANOMETRI
Titrasi permanganometri ini lebih mudah digunakan dan efektif, karena reaksi ini tidak memerlukan indicator, hal ini dikarenakan larutan KMnO4 sudah berfungsi sebagai indicator,
yaitu ion MnO4- berwarna ungu, setelah diredukdsi menjadi ion Mn-tidak berwarna, dan disebut
juga sebagai autoindikator.
B. KEKURANGAN TITRASI PERMANGANOMETRI
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada: Larutan pentiter KMnO4¬pada buret Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama,
larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik
akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan
berwarna merah rosa. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti
H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan
H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+. MnO4- +
3Mn2++ 2H
2O ↔ 5MnO2 + 4H+ Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti
H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan
H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk
peroksida yang kemudian terurai menjadi air. H2C2O4 + O2↔ H2O2 + 2CO2↑
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi yang pada
akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan.
E.
MANFAAT TITRASI PERMANGANOMETRI
Untuk mengetahui kadar dari zat-zat yang bilangan oksidasinya masih dapat dioksidasi. Dalam bidang industri, metode ini dapat dimanfaatkan dalam pengolahan air, dimana secara permanganometri dapat diketahui kadar suatu zat sesuai dengan sifat oksidasi reduksi yang dimilikinya, sehingga dapat dipisahkan apabila tidak diperlukan atau berbahaya.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1. Titrasi permanganometri merupakan titasi yang menggunkan KMnO4sebagai titan.
2. Titrasi permanganometri harus dilakukan dalam lingkungan asam sehingga terjadi rekasi
sebahgai berikut:
3. Standarisasi larutan KMnO4 : larutan KMnO4 distandarisasi dengan larutan H2C2O4, larutan
H2C2O4 dioksidasi oleh KMnO4 menjadi CO2 menurut reaksi:
2MnO4-(aq) + 6H+(aq)+5H2C2O4(aq) 2Mn2+(aq)+8H2O(l)+10CO2(g)
4. Diperoleh molaritas KMnO4 adalah 0,021M
5. Pada titrasi permanganometri tidak diperlukan indikator karena perubahan warna KMnO4 telah
menandakan titik akhir.
6. Titik akhir titrasi permanganometri ditandai dengan perubahan warna yaitu pada percobaan 1
dan 2 dari tidak berwarna menjadi merah muda. Sedangkan pada percobaan ke 3 dari kuning pucat menjadi orange pekat.
B.
SARAN
Dalam hal ini penulis berharap, apabila melakukan percobaan mengenai titrasi permanganometri ini harus lebih teliti dan hati-hati. Selain itu harus teliti dalam melihat dan mengukur volume KMnO4yang digunakan pada buret dan selalu menjaga suhu larutan konstan
pada saat melakukan standarisasi.
http://syadharzyarga.blogspot.com/2011/02/titrasi-permanganometri.html
Kalium permanganat telah lama digunkan dalam analisa redoks. Hal ini disebabkan karena KMnO4 merupakan oksidator kuat yang dapat mengoksidasi sebagian besar reduktor secara kuantitatif
bila ditambahkan dalam jumlah ekivalen. Warna ungu tua ion permanganatnya sendiri sebagai indicator pada titrasinya. Satu tetes berlebih sudah dapat menghasilkan warna yang terang meskipun dalam larutan yang besar volumenya. Hidrogen peroksida merupakan pereaksi oksidasi yang baik dengan potensial standar positif yang besar.
Persamaan reaksinya adalah: H2O2 + 2 H
+
2 H2O E0 = 1,77 Volt
Sifat-sifat kalium permanganate adalah:
Kalium permanganate banyak digunakan sebagai pengoksidasi reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan tidak membutuhkan indicator kecuali untuk larutan yang sangat encer. Satu tetes 0,1 N permanganate memberikan warna merah muda yang jelas pada volume larutan yang biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi. Warna ini dipergunkan untuk mengindikasi kelebihan reagen tersebut. Permanganat mengalami berbabgai macam reaksi kimia, Karena mangan dapat hadir dalma kondisi-kondisi oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7. REaksi yang paling umum ditemukan dalam laboratorium adalah reaksi-reaksi yang terjadi dalam larutan-larutan yang bersifta asam 0,1 N atau lebih besar.
Persamaan reaksinya adalah: MnO4
+ 8H+ + 5e Mn2+ + 4H2O E 0
= +1,51 V
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan reaksi ini. Namun beberapa substansi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk
mempercepat terjadinya reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa banyak reaksi permanganate berjalan lambat akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan yang akan digunakan dari reagen ini. Sebagai contoh permanganate adalah agen unsure pengoksidasi yang cukup kuat untuk mengoksidasi Mn (II) menjadi MnO2 sesuai persamaannya adalah:
3 Mn2+ + 2 MnO4
+ 2 H2O 5 MnO2(s) + 4 H +
Kelebihan sedikit dari permanganate yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2. Bagaimanapun juga mengingat reaksinya
berjalan lambat MnO2 tidak diendapan secara normal pada titik akhir dari titrasi-titrasi permanganometri.
Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan permanganate. Mangan dioksida mengkatalisis di komposisi larutan permanganate. Jejak-jejak dari MnO2 yang semula ada dalam
permanganate, atau terbentuk akibat reaksi antara permanganate dengan jejak-jejak dari agen-agen pereduksi di dalam air mengarah pada dekomposisi. Tindakan-tindakan ini biasanya berupa larutan kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi-substansi yang dapat direduksi, dan penyaringan melalui asbestos atau gelas dan tidak diasamkan, konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa bulan. Larutan permanganate yang bersifat asam tidak stabil karena asam permanganate terdekomposisi sesuai dengan persamaan reaksinya:
4 MnO4- + 4H+ 4 MnO2(s) + 3 O2(g) + 2 H2O
ANALISIS DATA
A. Penentuan Jumlah Air Kristal Dalam H2C2O4.XH2O
Pada percobaan pertama 25 ml H2C2O4.XH2O yang telah diencerkan ditambah 25 ml aquadest,
dan katalis H2SO4 untuk mempercepat reaksi karena reaksi biasanya berjalan lambat sehingga
substansinya memerlukan penggunaan katalis. Campuran dititrasi dalam keadaan panas dengan KMnO4 sampai muncul warna ungu yang permanent. Volume KMnO4 untuk dititrasi yang digunakan
adalah ± 46,35 ml yang merupakan volume rata-rata. Berdasarkan perhitungan didapat massa molekul H2C2O4.XH2O dari pengenceran awal sebanyak 25 ml adalah +2.
B. Pengaruh Warna Botol Penyimpanan Terhadap Kadar H2O2
H2O2 adalah reduktor dalam keadaan oksidator kuat seperti perak oksida dan kalium
permanganat. Reaksi H2O2 dengan KMnO4 adalah:
2 MnO4
+ 5 H2O2 + 6 H +
2 Mn2+ + 8 H2O + 5 O2 (g)
Dalam penggunaannya H2O2 dilaboratorium dipakai sebagai oksidator dengan konsentrasi 6%
seperti mengoksidasi Pbs menjadi PbSO4. H2O2 dalam keadaan murni merupakan cairan berwarna biru
mendidih disertai dengan penguraian pada 1500C.
Pada percobaan yang dilakukan pada larutan hydrogen peroksida pada keadaan penyimpanan gelap dalam ditambah dengan aquadest dan katalis berupa H2SO4 5 ml. Pada saat dititrasi dengan
KMnO4 samapi warna merah muda volume rata-rata yang terpakai pada titrasi adalah 0,425 ml.
H2O2 pada botol gelap luar volume rata-rata KMnO4 adalah 1,3 ml. H2O2 pada botol terang luar volume
rata-rata yang terpakai 1,4125 M dan volume rata-rata KMnO4 pada terang dalam adalah 1,3375 ml.
Dilihat dari hasil pengamatan percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa proses titrasi dengan larutan KMnO4 terhadap kondisi ruangan di tempat gelap maupun terang, kondisi ini berpengaruh pada
kadar H2O2. Tempat penyimpanan ditempat terang sangat memungkinkan cahaya yang masuk lebih
banyak sebaliknya botol yang disimpan ditempat gelap cahaya yang masuk lebih sedikit. Semakin banyak cahaya yang masuk mengenai botol penyimpanan maka volume KMnO4 yang diperlukan untuk
H2O2 pada gelap luar dan terang luar. Kondisi ruangan tersebut juga berpengaruh pada kadar H2O2 yang
dihasilkan. Dari perhitungan didapat: - Kadar H2O2 botol gelap dalam = 10,21%
- Kadar H2O2 botol gelap luar = 31,66%
- Kadar H2O2 botol terang dalam = 32,69%
- Kadar H2O2 botol terang luar = 34,73%
Kadar yang diperoleh dari hasil perhitungan botol yang berada di dalam lebih sedikit dibnadingkan dengan tempat penyimpanan botol yang ada diluar. Kondisi botol penyimpan tidak berpengaruh melainkan banyak tidaknya cahaya yang masuk atau tempat penyimpannya. Penyimpanan ditempat terang harusnya menghasilkan kadar yang lebih sedikit karena adanya sinar matahari/ cahaya yang masuk menyebabkan H2O2 yang dititrasi tidak murni lagi bereaksi dengan oksigen dan uap air dan
udara sekitar menyebabkan H2O2 yang bersifat reduktor dan terjadi penguraian air dan oksigen.
Sedangkan kadar ynag diperlukan lebih banyak yang menandakan adanya kesalahan praktikkan dalma melakukan praktikum.
H2O2 yang disimpan ditempat tertutup, memungkinkan tidak terjadi reaksi dengna oksigen dan
uap air. Karena tidak adanya reaksi maka sifat reduktornya lebih kuat sehingga memerlukan KMnO4 lebih banyak sedangkan pada hasil pengamatan lebih sedikit.
Mengenai penitrasian dengan KMnO4 tanpa penyimpanan volume titrasi yang digunakan relative
besar, volume rata-ratanya mencapai 46,35 ml. Disini terjadi lagi kesalahan praktikan yang seharusnya volume yang digunakan harus lebih kecil karena H2O2 tanpa penyimpanan tidak sempat bereaksi banyak
dengan lingkungan sekitar yaitu reaksi antara oksigen dan uap air.
VI. KESIMPULAN
1. Titrasi permanganometri adalah titrasi yang menggunakan kalium permanganate sebagai oksidator kuat
dimana dalam titrasi ini terjadi peristiwa reduksi.
2. KMnO4 merupakan oksidator kuat dalam larutan asam, telah digunakan secara meluas Karena mudah
diperoleh, murah, dan tidak memerlukan indicator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer. 3. Dalam larutan yang bersifat asam lemah, netral, dan basa lemah, ion permanganate tereduksi menjadi
mangan bervalensi empat sesuai dengan persamaan reaksinya: MnO4
+ 4 H+ + 3 e MnO2 (s) + 4 H20
4. Dalam larutan yang bersifat basa, ion permanganate tereduksi menjadi ion manganat yang berwarna
hijau, dengan persamaan reaksi: MnO4
+ e MnO4
2 MnO
4-+ 5 C
2O
42-+ 6 H
+10 CO
2+ 2 Mn
2++ 8 H
2O
Titrasi permanganometri terhadap H2O2
2 MnO
4-+ 5 H
2O
2+ 6 H
+2 Mn
2++ 5 O
2+ 8 H
2O
6. Warna botol penyimpanan serta proses penyimpanannya berpengaruh terhadap kadar H2O2 dimana
kadar H2O2 dalam botol terang lebih banyak dibandingkan botol dalam.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Cotton, F. Albert dan Geoffrey Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI Press. Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI Press.
S. M. Kopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Tim Dosen Kimia Analisis. 2005. Petunjuk Praktikum Kimia Analisis. Banjarmasin. FKIP UNLAM.
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
1. Penentuan Jumlah Air Kristal Dalam H2C2O4.XH2O
Diketahui:
V KMnO4 yang dipakai adalah = (44,5 + 48,2) ml
2 = 46,35 ml M KMnO4 = 0,01 M
m. H2C2O4.XH2O = 0,6309 gram
Ditanya: Jumlah air kristal dalam H2C2O4.XH2O ?
Penyelesaian: 2 MnO4 + 5 C2O4 + 16 H+ 2 Mn2+ + 10 CO2 + 8 H2O +7 Reduksi 5 +2 +6 Oksidasi +2 +8
Jadi, 2 mol KMnO4 setara dengan 5 mol C2O4
2-H2C2O4 ∞ KMnO4
Mol ekivalen H2C2O4 = Mol ekivalen K MnO4
M H2C2O4 x V H2C2O4 x 2 = M KMnO4 x V KMnO4 x 5
M H2C2O4 x 60 ml x 2 = 0,01 M x 46,35 ml x 5
M H2C2O4 x 120 ml = 2,3175 M. ml
M H2C2O4 = 0,0193
Pada pengenceran awal M1 X V1 = M2 X V2
M1 X 25 ml = 0,0193 M x 60 ml
M1 x 25 ml = 1,158 M. ml
M = gr x 1000 Mr P = 0,6309 gr x 1000 0,046 M 100 = 126,18 gr/ mol Mr H2C2O4 = 126,18 gr/ mol
2Ar. H + 2Ar C + 4Ar O + X (Ar H20) = 126,18 gr/ mol
2.1 + 2. 12 + 4. 16 + X. 18 = 126,18 gr/mol 2 + 24 + 64 + X. 18 = 126,18 gr/mol 90 + X. 18 = 126,18 gr/mol 18 X gr/mol = (126,18-90)gr/mol 18 X gr/mol = 36,18 gr/mol X = 36,18 18 = 2,01 X ∞ 2
2. Pengaruh warna botol penyimpanan terhadap kadar H2O2
Persamaan reaksi 2 MnO4 + 5 H2O2 + 6 H + 2 Mn2+ + 5 O2 + 8 H2O
2 mol KMnO4 setara dengan 5 mol H2O
M KMnO4 = 0,01 M
a. Botol gelap luar
V KMnO4 = (1,3 + 1,6 + 1,3) ml
4 = 1,3 ml MKMnO4 = 0,01 M
V H2O2 = 105 ml
n.ekivalen H2O2 ∞ n. ekivalen KMnO4
M H2O2 x V H2O2 x 2 = M KMnO4 x V KMnO4 x 5 M H2O2 x 105 ml x 2 = 0,01 M x 1,3 ml x 5 M H2O2 x 210 ml = 0,065 M. ml M H2O2 = 3,1. 10 -4 M
b. Botol terang dalam
V KMnO4 = (1,1 + 1,5 + 1,25 + 1,5) ml
4 = 1,3375 ml
MKMnO4 = 0,01 M
V H2O2 = 105 ml
n.ekivalen H2O2 ∞ n. ekivalen KMnO4
M H2O2 x V H2O2 x 2 = M KMnO4 x V KMnO4 x 5 M H2O2 x 105 ml x 2 = 1,3375 x 0,01 M x 5 M H2O2 x 210 ml = 0,0668 M. ml M H2O2 = 3,2. 10 -4 M
c. Botol gelap dalam
V KMnO4 = (0,5 + 0,4 + 0,5 +0,3) ml
4 = 0,425 ml MKMnO4 = 0,01 M
V H2O2 = 105 ml
n.ekivalen H2O2 ∞ n. ekivalen KMnO4
M H2O2 x V H2O2 x 2 = M KMnO4 x V KMnO4 x 5 M H2O24 x 105 ml x 2 = 0,425 ml x 0,01 M x 5 M H2O2 x 210 ml = 0,02125 M. ml M H2O2 = 1. 10 -4 M
d. Botol terang luar
V KMnO4 = (1,4 + 1,75 + 1,2 +1,3) ml
4 = 1,4125 ml MKMnO4 = 0,01 M
V H2O2 = 105 ml
n.ekivalen H2O2 ∞ n. ekivalen KMnO4
M H2O2 x V H2O2 x 2 = M KMnO4 x V KMnO4 x 5 M H2O24 x 105 ml x 2 = 1,4125 ml x 0,01 M x 5 M H2O2 x 210 ml = 0,0706 M. ml M H2O2 = 3,4. 10 -4 M # H2O2 tanpa penyimpanan V KMnO4 = (44,5 + 48,2) ml 2 = 46,35 ml MKMnO4 = 0,01 M V H2O2 = 105 ml
M H2O2 x V H2O2 x 2 = M KMnO4 x V KMnO4 x 5
M H2O24 x 105 ml x 2 = 46,35 ml x 0,01 M x 5
M H2O2 x 210 ml = 2,3175 M. ml
M H2O2 = 0,01 M
# Menghitung konsentrasi H2O2 mula-mula:
Diketahui: P = 1,11 gr/mol V = 25 ml V1 = 250 ml % = 30 % Mr H2O2 = 34 gr/mol Ditanya: M=…………..? Penyelesaian: V = V1 x Mr x M 10% x P 25 ml = 250 ml x 34 gr/ml x M 10 x 30% x 1,11gr/ml 83,25 gr = 8500 ml x gr/ml x M M1 = 9,79. 10-3 M #Menghitung kadar H2O2
a. Botol gelap luar
M2 = 3,1.10 -4 M % H2O2 = M2 x 100% M1 = 3,1. 10-4 M x 100% 9,79. 10-3 M = 3,17%
b. Botol terang dalam
M2 = 3,2.10 -4 M % H2O2 = M2 x 100% M1 = 3,2. 10-4 M x 100% 9,79. 10-3 M = 3,27%
c. Botol gelap dalam M2 = 1.10 -4 M % H2O2 = M2 x 100% M1 = 1. 10-4 M x 100% 9,79. 10-3 M = 1,02%
d. Botol terang luar
M2 = 3,4.10 -4 M % H2O2 = M2 x 100% M1 = 3,4. 10-4 M x 100% 9,79. 10-3 M = 3,47%
e. Botol tanpa penyimpanan
M2 = 0,01 M % H2O2 = M2 x 100% M1 = 0,01 M x 100% 9,79. 10-3 M = 102,15% JAWABAN PERTANYAAN:
1. Jika pada penentuan normalitas KMnO4 dengan larutan baku natrium oksalat titrannya dikerjakan pada
temperature lebih rendah dari 600C hasil normalitasnya, terlampau tinggi, Karena pada suhu yang lebih rendah dari 600C berarti zat itu (KMnO4) kurang dapat bereaksi dengan H2C2O4. Hal ini disebabkan
KMnO4 tidak cepat terurai atau terdekomposisi dalam larutan tersebut karena seperti yang diketahui
KMnO4 lebih cepat beraksi dengan H2C2O4dalam kondisi asam dan panas, lagi pula kalau suhunya lebih
rendah, maka volume KMnO4yang digunakan akan lebih banyak dan tidak sempat terjadi penguapan
kalau penggoyangan saat titrasinya bagus. 2. Diket: M KMnO4 = 0,03 M V H2O2 = 5 ml = 5.10 -3 L P asam = 1,01g/l M H2O2 = 3,05 g Dit: V KMnO4 =………..?
Jawab: 2 MnO4 + 5 H2O2 + 6 H + 2 Mn2+ + 5 O2 + 8 H2O +7 + 5e +2 0 -2 +2e
Jadi, 2 mol KMnO4 setara dengan 5 mol H202
n H2O2 = gr = 3,05 gr = 0,0897 mol Mr 34 gr/mol M H2O2 = n = 0,0897 mol = 17,94 M V 5.10-3 L H2O2 ∞ KMnO4
n. ekivalen H2O2 = n. ekivalen X KMnO4
M H2O2 X V H2O2 X ekivalen H2O2 = MKMnO4 X V KMnO4 X ekivalen KMnO4
V KMnO4 = 1,196 L.
Jadi volume KMnO4 yang diperlukan adalah 1,196 L.