• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit adalah minyak yang diperoleh dari proses ekstraksi daging buah kelapa sawit (mesocarp) tanaman Elais guineensis Jacq. Kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak yaitu Crude Palm Oil (CPO) dan palm

kernel oil (PKO). CPO adalah minyak yang berasal dari daging buah

(mesocarp) kelapa sawit, sedangkan PKO adalah minyak yang berasal dari inti (kernel). Minyak kelapa sawit menghasilkan berbagai produk turunan yang kaya manfaat sehingga dapat dimanfaatkan di berbagai industri, mulai dari industri pangan dan non pangan. Bahkan limbahnya masih dapat dimanfaatkan untuk industri mebel, oleokimia, bioenergi hingga pakan ternak.

Table 2.1 Komponen dalam minyak sawit

No Komponen Kuantitas

1 Asam lemak bebas (%) 3,0-4,0

2 Karoten (ppm) 500-700

3 Fosfolipid (ppm) 500-1000

4 Dipalmitro stearin (%) 1,2

5 Tripalmitrin (%) 0,5

6 Dipalmitolein (%) 37,2

7 Palmito stearin olein (%) 10,7

8 Palmito stearin (%) 42,8

9 Triolein linole (%) 3,1

Sumber : Pahan (2006)

Kebutuhan minyak sawit sebesar 90% digunakan untuk bahan pangan seperti minyak goreng, margarin, shortening, pengganti lemak kakao dan untuk kebutuhan industri roti, cokelat, es krim, biskuit, dan makanan ringan. Kebutuhan 10% dari minyak sawit lainnya digunakan untuk industri oleokimia yang menghasilkan asam lemak, fatty alcohol, gliserol, dan metil ester serta surfaktan.

(2)

5

Komponen penyusun minyak sawit terdiri dari campuran trigliserida dan komponen lainnya yang merupakan komponen minor. Trigliserida terdapat dalam jumlah yang besar sedangkan komponen minor terdapat dalam jumlah yang relatif kecil namun keduanya memegang peranan dalam menentukan kualitas minyak sawit. Minyak kelapa sawit terdiri atas berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak yang panjang dan jenisnya berbeda-beda. Dengan demikian, sifat minyak kelapa sawit ditentukan oleh perbandingan dan komposisi trigliserida tersebut. Karena kandungan asam lemak yang terbanyak ialah asam lemak tak jenuh oleat dan linoleat, maka minyak kelapa sawit masuk golongan minyak asam oleat-linoleat. Asam oleat merupakan asam lemak tidak jenuh rantai panjang dengan memiliki satu ikatan rangkap. Asam linoleat bersifat tidak jenuh, merupakan asam lemak omega-6, dan memiliki rantai 18-karbon panjang.

Tabel 2.2 Komposisi asam lemak pada minyak sawit *)

Asam lemak Persen terhadap asam lemak total

Kisaran Rata-rata Asam laurat (C12:0) 0.1 –1.0 0.2 Asam miristat (C14:0) 0.9 0 1.5 1.1 Asam palmitat (C16:0) 41.8 –45.8 44.0 Asam palmitoleat C16:1) 0.1 –0.3 0.1 Asam stearat (C18:0) 4.2 –5.1 4.5 Asam oleat (C18:1) 37.3 –40.8 39.2 Asam linoleiat (C18:2) 9.1 –11.0 10.1 Asam linolenat (C18:3) 0.0 –0.6 0.4 Asam arakidonat (C20:0) 0.2 –0.7 0.4

*) asam lemak dinyatakan dengan notasi Cm:n, dimana m adalah panjang rantai karbon dan n adalah jumlah ikatan rangkap

(3)

6 2.2 Palm Fatty Acid Destillate (PFAD)

Palm fatty acid distillate (PFAD) adalah salah satu produk samping dari

tahap akhir pemurnian dalam industri minyak goreng. Adapun tahapan pemurnian yang digunakan adalah proses degumming, proses netralisasi, proses bleaching, dan proses deodorisasi. Pada proses pemurnian fisik diperoleh 5% PFAD dari berat minyak sawit. Selama proses pemurnian PFAD merupakan by-product pada tahap deasidifikasi-deodorisasi yang mengandung beberapa bahan fitokimia.

Tabel 2.3 Komposisi Palm Fatty Acid Distillate (PFAD)

Komponen Kadar (%)* Kadar (%)**

Asam lemak bebas 81,70 40

Gliserida 14,40 28,50 Trigliserida 4,10 13,20 Digliserida 7,10 10,50 Monogliserida 2,70 0,30 Sterol 0,37 Stigmasterol 0,01 Kampesterol 0,09 β sitosterol 0,21 Hidrokarbon 1,47 0,50 Squalene 0,76 6,00 Lain-lain 0,71 Tokoferol + tokotrienol 0,48 1,00 Lain-lain 1,60

Sumber : *Pitoyo (1991), **Lewis J (2001)

Asam lemak yang terkandung dalam PFAD berupa asam lemak jenuh dan tidak jenuh. Secara umum asam lemak jenuh berwujud padat pada suhu kamar sedangkan asam lemak tidak jenuh berwujud cair. Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal di anatara atom-atom karbon penyusunnya, sementara asam lemak tak jenuh memiliki paling sedikit satu ikatan ganda di antara atom-atom karbon penyusunnya.

(4)

7

2.2.1 Karakterisasi Palm Fatty Acid Distillate(PFAD) Tabel 2.4 Karakterisasi Palm Fatty Acid Distillate (PFAD)

Senyawa Jumlah (%) Asam laurat (C:12-0) Asam miristat (C:14-0) Asam palmitat (C:16-0) Asam palmitoleat (C:16-1) Asam stearat (C:18-0) Asam oleat (C:18-1) Asam lenoleat (C:18-2) Asam lenolenat (C:18-3) Asam arasidat (C:20-0) Asam eikosanoat (C:20-1) 0,4984 0,9709 46,5279 0,1100 3,9285 38,3851 9,0140 0,2658 0,2209 0,0785 Sumber : (Rangkuti, 2017)

Dari tabel diatas terdapat asam palmitat yang sangat tinggi dengan jumlah 46,5279 %. Asam Palmitat merupakan asam lemak yang mempengaruhi kekerasan, menghasilkan busa yang lembut, berpengaruh juga terhadap tingkat kebersihan sabun mandi yang dihasilkan dan memiliki masa tingkat kadaluarsa yang panjang

 Asam oleat memiliki jumlah 38,3851%, yang memiliki fungsi untuk menambah kelembapan pada sabun mandi. Asam lemak ini lebih stabil terhadap oksidasi, sehingga memiliki waktu kadaluarsa yang panjang.

 Asam lenoleat memiliki jumlah 9,0140%, yang merupakan asam lemak yang memiliki fungsi hampir sama dengan asam oleat pada sabun mandi yang dihasilkan. Dalam formulasi sabun mandi, biasanya digunakan dalam jumlah yang sangat sedikit.

 Asam stearat memiliki jumlah 3,9285%, memiliki fungsi yang hampir sama dengan asam palmitat. Asam lemak ini juga bisa menghasilkan sabun yang lebih tahan lama saat pemakaian.

 Asam miristat memiliki jumlah 0,9709%, memiliki fungsi yang hampir sama dengan asam laurat. Menghasilkan sabun yang keras, kemampuan membersihkan dan menghasilkan busa yang melimpah.

(5)

8

 Asam laurat memiliki jumlah 0,4984%, merupakan asam lemak yang berkontribusi terhadap kemampuan membersihkan dan menghasilkan busa yang melimpah. Selain itu juga asam lemak ini mempengaruhi tingkat kekerasan pada sabun.

 Asam lenolenat memiliki jumlah 0,2658%, memiliki fungsi yang hampir sama dengan asam linoleat pada sabun. Biasanya digunakan dalam jumlah yang sangat sedikit.

 Asam arasidat memiliki jumlah 0,2209%, yang merupakan asam lemak omega-6 cair yang dalam jumlah kecil penting bagi tubuh manusia.

 Asam palmitoleat memiliki jumlah 0,1100%, merupakan Asam lemak tak jenuh tunggal yang memilik manfaat bagi kesehatan.

 Asam eikosanoat memiliki jumlah 0,0785%. Merupakan lemak dengan bentuk cair ini termasuk lemak yang cukup baik untuk tubuh (Rangkuti, 2017).

2.3 Sabun / Saponifikasi

Sabun dibuat melalui proses saponifikasi lemak / minyak dengan larutan alkali. Lemak minyak yang digunakan dapat berupa lemak hewani, minyak nabati, lilin, ataupun minyak ikan laut. Pada saat ini teknologi sabun telah berkembang pesat. Sabun dengan jenis dan bentuk yang bervariasi dapat diperoleh dengan mudah dipasaran seperti sabun mandi, sabun cuci baik untuk pakaian maupun untuk perkakas rumah tangga, hingga sabun yang digunakan dalam industri. Kandungan zat-zat yang terdapat pada sabun juga bervariasi sesuai dengan sifat dan jenis sabun. Larutan alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun bergantung pada jenis sabun tersebut. Larutan alkali yang biasa yang digunakan pada sabun keras adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan alkali yang biasa digunakan pada sabun lunak adalah Kalium Hidroksida (KOH).

(6)

9 Tabel 2.5 Syarat Mutu Sabun Padat

No Kriteria Uji Satuan Mutu

1 2 3 4 5 6 7 Kadar air Total lemak

Bahan tak larut dalam etanol Alkali bebas (dihitunng sebagai NaOH)

Asam lemak bebas (dihitung sebagai Asam Oleat)

Kadar klorida

Lemak tidak tersabunkan

% fraksi masa % fraksi masa % fraksi masa % fraksi masa % fraksi masa % fraksi masa % fraksi masa Maks. 15.0 Min. 65.0 Maks. 5.0 Maks. 0.1 Maks. 2.5 Maks. 1.0 Maks. 0.5 Sumber : SNI Sabun Mandi Padat 3532:2016

Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis antara basa-basa alkali dengan asam

lemak yang akan menghasilkan gliserol dan garam yang disebut sebagai sabun. Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (Latin sapon, = sabun dan –fy adalah akhiran yang berarti membuat). Bangsa Romawi kuno mulai membuat sabun sejak 2300 tahun yang lalu dengan memanaskan campuran lemak hewan dengan abu kayu. Pada abad ke-16 dan 17 di Eropa sabun hanya digunakan dalam bidang pengobatan, kemudian pada abad ke-19 penggunaan sabun baru meluas (Rohman, 2009). Reaksi saponifikasi dan struktur dasar senyawa sabun yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut:

(7)

10 2.3.1 Sifat-Sifat Sabun

Sifat – sifat sabun yaitu :

a. Sabun bersifat basa. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak sukutinggi sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air bersifat basa.

CH3(CH2)16COONa + H2O → CH3(CH2)16COOH + NaOH

b. Sabun menghasilkan buih atau busa. Jika larutan sabun dalam air diaduk maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi pada air sadah. Dalam hal ini sabun dapat menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air mengendap.

CH3(CH2)16COONa + CaSO4 →Na2SO4 + Ca(CH3(CH2)16COO)2 Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai rantai hidrogen CH3(CH2)16 yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak suka air) dan larut dalam zat organic sedangkan COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air (Naomi, 2013).

c. Sabun merupakan salah satu jenis pembersih yang dapat dibuat dengan reaksi kimia antara basa natrium dengan kalium natrium dengan minyak nabati atau lemak hewani. Surfaktan mempunyai struktur

bipolar, bagian kepala bersifat hidrofilik dan bagian ekor bersifat

hidrofobik. Karena sifat itulah sabun mampu mengangkat kotoran (biasanya lemak) dari badan atau pakaian. Selain itu, sabun juga merupakan pembersih yang dapat dibuat dengan reaksi kimia antara kalium atau natrium dengan asam lemak dari minyak nabatai atau lemak hewani.

(8)

11 2.4 Buah Kersen (Muntingia calabura L.)

Kersen adalah nama sejenis pohon dan buahnya yang kecil dan manis. Pada beberapa daerah seperti di Jakarta, buah ini juga dinamai Ceri. Nama-nama lainnya di beberapa negara adalah: datiles, aratiles, manzanitas (Filipina), khoom sômz, takhôb (Laos), krâkhôbbarang (Kamboja); dan kerukup siam (Malaysia). Juga dikenal sebagai capulin blanco, cacaniqua, nigua, niguito (bahasa Spanyol), Jamaican cherry, Panama berry, Singapore cherry (Inggris) dan Japanse kers (Belanda), yang lalu dari sini diambil menjadi kersen dalam bahasa Indonesia. Nama ilmiahnya adalah Muntingia calabura L.

Klasifikasi tanaman ini adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Malvales Famili : Muntingiaceae Genus : Muntingia

Spesies : Muntingia calabura L.

Buah kersen merupakan sumber antioksidan, karena mempunyai kandungan vitamin C yang cukup tinggi yaitu sekitar 80,5 mg. Buah Kersen juga terdapat kandungan flavonoid, saponin, fenol, niasin dan betakaroten yang berfungsi sebagai antioksidan. Antioksidan yang terdiri dari vitamin C, vitamin E, mineral selenium, seng, dan tembaga bekerja dengan menghalangi terjadinya stres oksidan dari radikal bebas dan memperbaiki kerusakan endothel (Kholifatullrokhmah et al, 2016). Kandungan lain pada buah Kersen dapat dilihat pada Tabel 2.5.

(9)

12 Tabel 2.6 Kandungan Pada Buah Kersen

Kandungan Jumlah (gram)

Air Protein Lemak Karbohidrat Serat Abu Kalsium Fosfor Besi Karoten Tianin Ribofalin Niacin Vitamin C 77.8 0.384 1.56 17.9 4.6 1.14 1.246 0.084 0.118 0.019 0.065 0.037 0.554 0.805

Pohon Kersen tumbuh liar di Indonesia, namun masih banyak yang belum mengetahui manfaat buah Kersen sebagai antioksidan yang kaya manfaat. Buah Kersen mengandung senyawa aktif berupa vitamin C yang dapat berfungsi sebagai antioksidan dan menangkap radikal bebas (Dwi et al, 2004). Pemanfaatan buah kersen pada sabun diharapkan dapat mengoptimalkan pemanfaatan buah Kersen yang kurang maksimal dapat dijadikan sebagai salah satu sumber belajar yang bersifat resourcesby

Referensi

Dokumen terkait

Šių dienų supratimo apie medžiagas ir jų kitimus švie­ soje matome, kad flogistono teorija buvo viską apvertusi aukštyn kojomis: metalai, siera ir kitos

Ditambah lagi ujian nasional dianggap sebagai pelanggaran terhadap undang-undang (UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas), karena seharusnya kelulusan adalah wewenang

Gambar 8 menjelaskan Proses CRUD data SLB oleh Operator Dinas dimulai dengan masuk kedalam sistem, kemudian sistem akan menampilkan menu utama, operator

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian kombinasi pupuk anorganik dan biokultur kotoran sapi berpengaruh nyata terhadap bobot segar konsumsi, jumlah

5 Namun pada atherosklerosis pada pembuluh darah tepi pada ekstremitas bawah, beberapa penelitian menunjukkan hasil yang tidak konsisten, sklerosis yang terjadi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis (Ha) yang digunakan dalam penelitian ini

1) Dalam pembuatan video klip dengan menggunakan teknik animasi stop motion terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan agar hasil yang didapat sesuai dengan

Rujukan iu hamil dan neonatus yang eresiko tinggi merupakan komponen Rujukan iu hamil dan neonatus yang eresiko tinggi merupakan komponen yang penting dalam sistem