Asuhan Keperawatan pada An.A dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan Dasar Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
di Kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
FAJAR AMANAH ARIGA 102500101
Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah Tuhan yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
(KTI) dengan judul “Asuhan Keperawatan pada An.A dengan Prioritas Masalah
kebutuhn dasar nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di Kelurahan Harjosari I Kecamatan
Medan Amplas” Karya Tulis Ilmiah (KTI) merupakan salah satu syarat yang harus
dibuat untuk dapat menyelesaikan pendidikan DIII fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah
memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan dalam proses penyelesaian penulisan
karya tulis ilmiah (KTI), sebagai berikut:
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku ketua prodi DIII Keperawatan
4. Ibu Siti Zahara, S.Kp, MNS selaku Dosen Pembimbing KTI, yang senantiasa
memberikan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan yang sangat
berharga dalam penulisan karya tulis ilmiah (KTI) sehingga dapat diselesaikan.
5. Ibu Lutfiani Skep, Ns, M.Kes selaku penguji
6. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.
7. Terima kasih yag sedalam-dalamnya kepada Ayahanda tercinta Anjasmara, Ibunda
Asnita Poerba tercinta, kakak-kakaku tersayang, Rita Nosara Ariga, Reni Asmara
Ariga, Selviani Ariga, Sri Budi Astuti Ariga, Dian Mayasari Ariga, Hijrah Purnama
Sari Ariga, abangku Sapaat Ramadan Ariga, Kahairul Yasin Ariga, yang selalu
mendoakan dan menyayangi, memberikan dukungan dan nasehat, serta senantiasa
8. Kepada sahabat-sahabatku,Wijaya Pranata, Samsul Bahri, Aulia Baitur Rahmah,
dan semua teman-teman Fakultas Keperawatan stambuk 2010, serta seluruh pihak
yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu yang selalu membantu dan
mendukung dalam penyelesaian karya tulis ilmiah (KTI) dan perkuliahanku, terima
kasih atas dukungan, kritik, dan saran kalian semua.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu mencurahkan karuniaNya kepada semua
pihak yang telah membantu mendukung penulis. Harapan penulisan Karya Tulis Ilmiah
ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan.
Medan, Juni 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 2
1.2.1 Tujuan Umum ... 2
1.2.2 Tujuam Khusus ... 3
1.3 Manfaat ... 3
BAB II PENGELOLAAN KASUS ... 4
2.1 Konsep Dasar ... 4
2.1.1 Defenisi Nutrisi ... 4
2.1.2 Sistem tubuh yang berperan dalam pemenuhan nutrisi ... 4
2.1.3 Fungsi Nutrisi ... 8
2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Nutrisi ... 9
2.1.5 Zat-zat yang Diperlukan Tubuh ... 10
2.1.6 Masalah Kebutuhan Nutrisi ... 18
2.1.7 Faktor-faktor Penyebab Gizi Kurang... 19
2.1.8 Penilaian Status Gizi ... 20
2.2Asuhan Keperawatan ... 21
2.2.1 Pengkajian ... 21
2.2.2 Diagnosa ... 23
2.2.3 Perencanaan ... 24
2.3. Asuhan Keperawatan Kasus ... 27
2.3.2 Analisa data ... 28
2.3.3 Rumusan Masalah ... 29
2.3.4 Diagnosa Keperawatan Prioritas ... 29
2.3.5 Perencanaan Keperawatan ... 30
2.3.6 Implementasi dan Evaluasi ... 32
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ... 34
3.1 Kesimpulan ... 34
3.2 Saran ... 34
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang
sangat penting. Dilihat dari kegunaannya nutrisi merupakan sumber energi untuk
segala aktivitas dalam sistem tubuh. Sumber nutrisi dalam tubuh berasal dari dalam
tubuh sendiri seperti glikogen yang terdapat dalam otot dan hati ataupun protein dan
lemak dalam jaringan dan sumber lain yang berasal dari luar tubuh seperti yang
sehari – hari dimakan oleh manusia ( Hidayat, 2006).
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh
tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh
(Hidayat, 2006). Tubuh memerlukan energi untuk fungsi-fungsi organ tubuh,
pergerakan tubuh, mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian
sel yang rusak (Tarwoto, 2006). Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak akan
sangat berguna dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan ( Hidayat,
2005).
Masalah nutrisi erat kaitanya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umum faktor yang mempengaruhi
kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untuk kebutuhan metabolisme basal, faktor
patofisiologi seperti adanya penyakit tertentu yang mengganggu pencernaan atau
meningkatkan kebutuhan nutrisi, faktor sosioekonomi seperti adanya kemampuan
individu. Status gizi seseorang muncul dari gabungan beberapa faktor yakni faktor
lingkungan, genetik dan juga perilaku individu. Perilaku merupakan faktor terbesar
kedua yang mempengaruhi status kesehatan seseorang. Untuk mengatasi gizi kurang
diperlukan perubahan sosial baik gaya hidup, aktivitas fisik, perilaku makan dan
disertai penyiapan lingkungan yang kondusif (Notoatmodjo, 2003).
Dalam keluarga biasanya seorang ibu akan berperan dalam mengatur makanan
seluruh anggota keluarga. Oleh karena itu ibu adalah sasaran utama pendidikan gizi
keluarga. Masalah gizi karena pengetahuan dapat terlihat dari pengetahuan ibu
tentang memasak, kesulitan dalam memberi makan anak- anaknya, penyediaan bahan
dan jenis masakan yang tidak beragam sehingga memberi efek kebosanan dan cara
memperlakukan bahan pangan dalam pengolahan (Khumaidi, 1994). Seorang ibu
rumah tangga yang bukan ahli gizi juga harus dapat menyusun dan menilai hidangan
yang disajikan kepada anggota keluarganya agar anggota keluarga yang
mengkonsumsinya tertarik dan dapat mempertahankan kesehatan
(Sediaoetama,1988).
Pada tahun 2006, selama periode Januari sampai Oktober, jumlah total kasus
gizi buruk di Indonesia dilaporkan dan ditangani petugas kesehatan sebanyak 20.580
kasus dan 186 diantaranya menyebabkan kematian. Jumlah tersebut menurun di
bandingkan pada 2005, yang mencapai 76.178 kasus. Pada tahun 2007, sekitar
19.799 balita dari 5.543.944 balita yang ada di seluruh indonesia diperkirakan
menghadapi masalah gizi buruk dan gizi kurang (Kementerian Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat, 2007).
Berdasarkan laporan organisasi kesehatan dunia (WHO/ World Health
Organization) ini menyebutkan angka kejadian gizi buruk dan kurang pada Balita di
tahun 2002 masing-masing meningkat menjadi 8,3% dan 27,5% Pada tahun 2005
naik lagi menjadi masing-masing 8,8% dan 28% dan Hasil Riskesdas Pada tahun
2010 naik lagi menjadi masing-masing 17,9% dan 4,9% dan kondisi ini cukup
mengkhawatirkan. Alasannya selain berdampak pada pertumbuhan dan
perkembangan anak, kekurangan gizi juga termasuk salah satu penyebab utama
kematian balita (Dina, 2008).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran asuhan keperawatan pada An. A dengan
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi masalah nutrisi pada An. A
2. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi masalah nutrisi pada An. A
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi kegiatan belajar mengajar
Dapat menambah pengetahuan bagi tenaga pengajar dalam proses belajar
mengajar
1.3.2 Bagi praktek keperawatan
Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan keluarga pada anak yang mengalami gangguan nutrisi
1.3.3 Bagi keluarga dan masyarakat
Menjadi pedoman bagi keluarga untuk mengatasi gangguan nutrisi pada
BAB II
PENGELOLAAN KASUS 2.1 Konsep Dasar
2.1.1. Defenisi Nutrisi
Kata “gizi” berasal dari bahasa Arab “ghidza” , yang berarti makanan. Zat gizi
(nutritients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya,
yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur
proses-proses kehidupan (Almatsier, 2001).
Nutrisi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme,
dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi (Supariasa
dkk, 2002).
Nutrisi merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh, yang
dikategorikan menjadi enam yakni air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral
(Potter and Perry, 2005).
2.1.2. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Sistem yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah sistem
pencernaan yang terdiri atas saluran pencernaan dan organ asesoris. Saluran pencernaan
dimulai dari mulut sampai usus halus bagian distal, sedangkan organ asesoris terdiri atas
hati, kantong empedu, dan pankreas. Ketiga organ ini membantu terlaksananya sistem
pencernaan makanan secara kimiawi ( Hidayat 2006).
2.1.2.1 Saluran Pencernaan 2.1.2.1.1 Mulut
Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan dan terdiri atas dua bagian
luar yang sempit (vestibula), yaitu ruang diantara gusi, gigi bibir, pipi dan bagian dalam,
yaitu rongga mulut. Di dalam mulut makanan mengalami proses mekanisme melalui
enzim amilase yang akan memecah amilium yang terkandung di dalam makanan
menjadi maltosa. Proses mengunyah ini merupakan kegiatan terkoordinasi antara lidah,
gigi dan otot-otot mengunyah. Di dalam mulut juga terdapat kelenjar saliva yang
menghasilkan saliva untuk proses pencernaan dengan cara mencerna hidrat arang,
khususnya amilase, melicinkan bolus sehingga mudah ditelan, menetralkan serta
mengencerkan bolus.
Dalam proses sekresi, saliva dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya faktor
mekanisme (seperti adanya benda-bolus-dalam mulut), faktor psikis (seperti bila
mencium atau mengingat makanan yang enak), dan faktor kimiawi (seperti bila
makanan terasa asam atau asin).
2.1.2.1.2 Faring dan Esofagus
Faring merupakan saluran pencernaan yang terletak di belakang hidung, mulut
dan laring. Faring berbentuk kerucut dengan bagian terlebar di bagian atas hingga
vertebra servikal keenam. Faring langsung berhubungan dengan esofagus, saluran
tabung yang memiliki otot dengan panjang kurang lebih 20-25 cm dan terletak di
belakang trakea, di depan tulang punggung, kemudian masuk melalui toraks menembus
diafragma yang berhubungan langsung dengan abdomen serta menyambung dengan
lambung.
Esofagus merupakan bagian yang berfungsi dengan menghantarkan makanan dari
faring menuju lambung. Esofagus berbentuk seperti silinder yang berongga dengan
pajang kurang lebih 2 cm dengan kedua ujungnya dilindungi oleh sfingter. Dalam
keadaan normal, sfingter bagian atas selalu tertutup, kecuali bila ada makanan masuk ke
dalam lambung. Keadaan ini berfungsi untuk mencegah gerakan balik sisi organ bagian
atas, yaitu esophagus. Proses penghantaran makanan dilakukan dengan cara peristaltik,
yaitu lingkaran serabut otot di depan makanan mengendor dan yang di belakang
2.1.2.1.3 Lambung
Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri atas bagian atas
(disebut fundus), bagian utama, dan bagian bawah yang berbentuk horizontal (antrum
pilorik). Lambung berhubungan langsung dengan esofagus melalui orifisium atau kardia
dengan duodenum melalui orifisium pilorik. Lambung terletak di bawah diafragma dan
di depan pancreas, sedangkan limpa menempel pada sebelah kiri fundus.
Fundus memiliki fungsi, yaitu fungsi motoris serta fungsi sekresi dan pencernaan.
Fungsi motoris lambung adalah sebagai reservoir untuk menampung makanan sampai
dicerna sedikit demi sedikit dan sebagai pencampur adalah memecah makanan menjadi
partikel-partikel kecil yang dapat bercampur dengan asma lambung. Fungsi sekresi dan
pencernaan adalah mensekresi pepsin dan HCl yang akan memecah protein menjadi
pepton., amilase memecak amilium menjadi maltosa lipase memecah lemak menjadi
asam lemak, dan gliserol membentuk sekresi gastrin, mensekresi faktor instrinsik yang
yang memungkinkan absorbsi vitamin B12 yaitu di uleum, dan mensekresi mucus yang bersifat protektif.
Makanan berada pada lambung selama 2-6 jam, kemudian bercampur dengan
getah lambung (cairan asam bening tak berwarna) yang mengandung 0,4 % HCl untuk
mengasamkan semua makanan serta bekerja sebagai antiseptik dan desinfektan.
2.1.2.1.4 Usus Halus
Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat denga panjang kurang lebih 2,5 m
dalam keadaan hidup. Kemudian, akan bertambah panjang menjadi kurang lebih 6 m
pada orang yang telah meninggal, akibat adanya relaksasi otot yang telah kehilangan
tonusnya.
Usus halus terletak diantara umbilicus dan dikelilingi oleh usus besar yang
memanjang dari lambung hingga katup ileo kolika. Usus halus terdiri atas tiga bagian,
yaitu duodenum dengan panjang kurang lebih 25 cm, jejunum dengan panjang kurang
lebih 2 m, dan ileum dengan panjang kurang lebih 1 m atau 3/5 akhir dari usus.
Fungsi usus halus pada umumnya adalah mencerna dan mengabsorbsi chime dari
pada duodenum, dan di sini terjadi absorbsi besi, kalsium dengan bantuan vitamin D,
vitamin A, D, E, dan K dengan bantuan empedu dan asam folat. (Hidayat, 2006).
2.1.2.1.5 Usus Besar
Usus besar atau juga disebut sebagai kolon merupakan sambungan dari usus halus
yang dimulai dari katup ileokolik atau ileosaekal yang merupakan tempat lewatnya
makanan. Usus besar memiliki panjang kurang lebih 1,5 meter. Kolon terbagi atas
asenden, transversum, desenden, sigmoid berakhir di rectum yang panjangnya kira-kira
10 cm dari usus besar, dimulai dari kolon sigmoideus dan berakhir pada saluran anal.
Fungsi utama usus besar adalah megabsorbsi air (kurang lebih 90%), elektrolit,
vitamin, dan sedikit glukosa. Kapasitas absorbsi air kurang lebih 5000 cc/hari. Flora
yang terdapat di usus besar berfungsi untu menyintesis vitamin K dan B serta
memungkinkan pembusukan sisa-sisa makanan. (Hidayat, 2006).
2.1.2.2Organ Asesoris 2.1.2.2.1 Hati
Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh yang terlatak di bagian paling
atas rongga abdomen, di sebelah kanan di bawah diafragma, dan memiliki berat kurang
lebih 1500 gram (kira-kira 2,5% orang dewasa). Hati terdiri atas dua lobus, yaitu lobus
kana dan kiri yang dipisahkan oleh ligament falsiformis. Pada lobus kanan bagian
belakang kantung empedu terdapat sel yang bersifat fagositosis terhadap bakteri dan
benda asing lain dalam darah. Fungsi hati adalah menghasilkan cairan empedu,
fagositosis bakteri, dan bend asing lainnya, memproduksi sel darah merah, dan
menyimpan glikogen.
2.1.2.2.2 Kantung Empedu
Kantung empedu merupakan sebuah organ berbentuk seperti kantung yang
terletak di bawah kanan hati atau lekukan permukaan bawah hati sampai pinggiran
depan yang memiliki panjang 8-12 cm dan berkapasitas 40-60 cm. kantung empedu
peritoneal, sebelah tengah jaringan berotot tak bergaris, dan sebelah dalam membran
mukosa.
Fungsi kantung empedu adalah tempat menyimpan cairan yang lain, memekatkan
cairan empedu yang berfungsi memberi pH sesuai dengan pH optimum enzim-enzim
pada usus halus, mengemulsi garam-garam empedu, mengemulasi lemak, mengekskresi
beberapa zat yang tak digunakan oleh tubuh, dan memberi warna pada feses, yaitu
kuning kehijau-hijauan (dihasilkan oleh pigmen empedu). Cairan empedu mengandung
air, garam empedu, lemak, koleterol, pigmen, fofolipid, dan sedikit protein. (Hidayat,
2006).
2.1.2.2.3 Pankreas
Pankreas merupakan kelenjar yang stukturnya sama seperti kelenjar ludah dan
memiliki panjang kurang lebih 5 cm. pankreas terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian
kepala pankreas yang paling lebar, badan pankreas yang letaknya dibelakang lambung
dan di depan vertebra lumbalis pertama, serta bagian ekor pankreas yang merupakan
bagian runcing disebelah kiri dan meyentuh limpah. Pankreas memiliki dua fungsi,
yaitu fungsi eksokrin dilaksanakan oleh sel sekretori yang membentuk getah pankreas
berisi enzim serta elektrolit dan fungsi endokrin yamg terbesar di antara alveoli
pankreas. (Hidayat, 2006).
2.1.3. Fungsi Nutrisi
Makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan semua zat gizi
yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Sebaliknya, bila makanan tidak dipilih
dengan baik, tubuh akan mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu. Zat-zat
gizi esensial adalah zat yang harus didatangkan dari makanan. Bila dikelompokkan ada
tiga fungsi zat gizi dalam tubuh, berikut akan dijelaskan lebih lanjut.
Fungsi pertama adalah memberi energi. Zat-zat gizi yang dapat memberikan
energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan
energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan/ aktivitas. Ketiga zat gizi
terdapat dalam jumlah paling banyak dalam bahan pangan. Dalam fungsi sebagai zat
pemberi energi, ketiga zat gizi tersebut dinamakan zat pembakar.
Fungsi kedua adalah pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh. Protein,
mineral, dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Olehkarena itu diperlukan untuk
membentuk sel-sel baru, memelihara, dan mengganti sel-sel yang rusak. Dalam fungsi
ini ketiga zat gizi (nutrients) tersebut dinamakan zat pembangun.
Fungsi ketiga adalah mengatur proses tubuh. Protein, mineral, air, dan vitamin
diperlukan untuk mengatur proses tubuh. Protein mengatur keseimbangan air didalam
sel, bertindak sebagai buffer dalam upaya memelihara netralitas tubuh dan membentuk
antibodi sebagai penangkal.
2.1.4. Faktor yang Mempengaruhi Nutrisi
faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi ialah pengetahuan,
prasangka, kebiasaan, kesukaan dan ekonomi.
Pengetahuan yang kurang tentang menfaat makanan bergizi dapat
mempengaruhi pola konsumsi makan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya
informasi sehingga dapat terjadi kesalahan dalam memahami kebutuhan gizi.
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan bergizi tinggi dapat
mempengaruhi status gizi seseorang. Misalnya, di beberapa daerah, tempe yang
merupakan sumber protein yang paling murah, tidak dijadikan bahan makanan yang
layak untuk dimakan karena masyarakat menganggap bahwa mengonsumsi makanan
tersebut dapat merendahkan derajat mereka.
Kebiasaan yang merugikan ataupun pantangan terhadap makanan tertentu juga
dapat mempengaruhi status gizi. Misalnya, dibeberapa daerah terdapat larangan
makanan pisang dan pepaya bagi para gadis remaja. Padahal, makanan tersebut
merupakan sumber vitamin yang sangat baik. Adapula larangan makanan ikan bagi
anak-anak karena ikan dianggap dapat mengakibatkan cacingan, padahal ikan
merupakan sumber protein yang sangat baik bagi anak-anak.
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat mengakibatkan
secara cukup. Kesukaan dapat mengakibatkan merosotnya gigi pada remaja bila nilai
giinya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Saat ini, para remaja dikota-kota besar
dinegara kita memiliki kecenderungan menyenangi makanan tertentu secara berlebihan,
seperti makanan cepat saji (junk food), bakso dan lain-lainnya. Makanan-makanan ini
tentu saja dapat berdampak buruk bagi kesehatan mereka jika dikonsumsi terlalu sering
dan berlebihan karena tidak memiliki asupan gizi yang baik.
Status ekonomi juga dapat mempengaruhi perubahan status gizi karena
penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit. Oleh karena
itu, masyarakat dengan kondisi perekonomian yang tinggi biasanya mampu mencukupi
kebutuhan gizi keluarganya dibandingkan masyarakat dengan kondisi perekonomian
rendah. (Hidayat, 2006).
2.1.5. Zat- Zat yang Diperlukan Tubuh 1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hampir seluruh penduduk di
dunia khususnya bagi penduduk negara yang sedang berkembang walaupun jumlah
kalori yang dihasilkan oleh 1 gram karbohidrat hanya 4 kalori. Karbohidrat mempunyai
fungsi sebagai sumber energi utama, membantu metabolisme lemak, sebagai energi
cadangan dalam bentuk glikogen dan serat yang terkandung berfungsi memperbaiki
kinerja peristaltik usus dan pemberi muatan pada sisa makanan.
Pada umumnya karbohidrat dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu
monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Monosakarida adalah gula paling
sederhana dan sangat sedikit ditemukan dalam makanan, misalnya glukosa, fruktosa,
dan galaktosa. Disakarida merupakan ikatan dua gula yang jumlahnya juga sedikit
dalam makanan yang terdiri dari sukrosa, laktosa, dan maltosa. Sedangkan polisakarida
terdiri dari pati, dekstrin, glikogen, dan polisakarida non pati.
Sumber karbohidrat berada pada jenis makanan yang berasal dari padi- padian
atau serealia, umbi- umbian, kacang- kacang kering dan gula. Bahan olahan sumber
sayuran juga mengandung karbohidrat seperti wortel dan bit. Bahan makanan hewani
juga ada yang mengandung karbohidrat seperti daging, ayam, ikan, telur dan susu.
Tabel 2.1Kadar nilai karbohidrat dalam berbagai makanan
Bahan makanan mg/100
gram
Bahan makanan mg/100 gram
Gula pasir 94 Kacang tanah 23,6
Gula kelapa 76 Tempe 12,7
Jelli/jam 64,5 Tahu 1,6
Pati 87,6 Pisang ambon 25,8
Bihun 82 Apel 14,9
Makaroni 78,7 Mangga
harumanis 11,9
Beras setengah giling 78,3
Jagung kuning 73,7
Kerupuk udang dengan pati 68,2 Wortel 9,3
Mie kering 50 Bayam 6,5
Roti putih 50 Kangkung 5,4
Ketela pohon 34,7 Tomat masak 4,2
Ubi jalar merah 27,9 Hati sapi 6
Kentang 19,2 Telur bebek 0,8
Kacang ijo 62,9 Telur ayam 0,7
Kacang merah 59,5 Susu sapi 4,3
Kacang kedelai 34,8 Susu kental
manis 4
(sumber: Almatsier, 2001)
2. Protein
Protein terdiri dari berbagai kombinasi asam amino yang diikat oleh ikatan
peptide. Protein memiliki fungsi membangun dan memelihara sel- sel dan jaringan
tubuh, membentuk ikatan- ikatan esensial tubuh, mengatur keseimbangan air,
memelihara netralitas tubuh, pembentukan antibodi, mengangkut zat- zat gizi dan
sebagai sumber energi. Sumber protein berada dalam bahan makanan hewani dan
nabati. Bahan makanan hewani yaitu telur, susu, daging, ikan dan kerang, sedangkan
bahan makanan nabati seperti tempe, tahu dan kacang- kacangan. Protein hewani
memiliki susunan asam amino yang paling sesuai terhadap kebutuhan manusia namun
Tabel 2.2Kadar nilai protein pada berbagai makanan (gram/100 gram)
Bahan makanan Nilai
protein
Bahan makanan Nilai
protein
Kacang kedelai
Kacang merah
Kacang tanah terkelupas
Kacang hijau
Biji jambu monyet
Tempe kacang kedelai murni
Ayam
Telur bebek
Telur ayam
Udang segar
Ikan segar
Tepung susu skim
Tepung susu
Beras setengah giling
Kentang
(sumber: Almatsier, 2001)
3. Lemak
Lemak berfungsi sebagai sumber energi, sumber asam lemak esensial, alat
pengangkut vitamin yang larut dalam lemak, menghemat penggunaan protein,
memberikan rasa kenyang dan kelezatan, melindungi organ tubuh, menjaga suhu tubuh
dan sebagai pelumas. Kebutuhan lemak menurut WHO (1990) menganjurkan konsumsi
lemak sebanyak 15-30% kebutuhan energi total yang dianggap baik untuk kesehatan.
Diantara lemak yang dikonsumsi sehari dianjurkan paling banyak 10% dari kebutuhan
energi total berasal dari lemak jenuh dan 3-7% dari lemak tidak jenuh ganda. Sumber
utama lemak yaitu minyak tumbuh- tumbuhan seperti kelapa, kacang tanah, kacang
kedelai, jagung, mentega dan lemak hewan seperti lemak daging, susu,keju, dan kuning
Tabel 2.3Kadar nilai lemak pada berbagai makanan
Bahan makanan Nilai
Lemak
Bahan makanan Nilai
Lemak
Minyak kacang tanah
Minyak kelapa sawit
Minyak kelapa
Ayam
Daging sapi
Telur bebek
Telur ayam
Sarden dalam kaleng
Tawes
Ikan segar
Udang segar
Kacang tanah terkelupas
Kelapa tua, daging
Kacang kedelai, kering
Tahu
Tempe kacang kedelai
murni
Cokelat manis, batang
Tepung susu
Keju
Susu kental manis
Susu sapi segar
Tepung susu skim
Biskuit
Mie kering
Jagung kuning, pipil
Roti putih
Beras setengah giling
Ketela pohon (singkong)
Apokat
(sumber: Almatsier, 2001)
4. Vitamin
Vitamin merupakan zat- zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah
sangat kecil dan tidak dibentuk oleh tubuh. Vitamin berfungsi dalam beberapa tahap
reaksi metabolisme energi, pertumbuhan, dan pemeliharaan tubuh. Vitamin
dikelompokkan menjadi vitamin larut lemak (vitamin A,D,E,K) dan vitamin larut air (B
dan C).
Vitamin A berperan dalam mengatur berbagai fungsi tubuh seperti untuk
penglihatan normal, kekebalan tubuh, memelihara fungsi reproduksi, membantu
pembentukan sel darah merah dengan berinteraksi dengan zat besi.
Sumber vitamin A yakni hati, kuning telur, susu, dan mentega, sayuran berwarna
hijau tua, sayuran dan buah- buahan berwarna kuning jingga seperti daun singkong,
daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis, wortel, tomat, jagung kuning,
pepaya, mangga, nangka dan jeruk.
Tabel 2.4Kadar nilai vitamin A pada berbagai makanan
Bahan Makanan RE Bahan Makanan RE
Hati sapi
Uning telur bebek
Kuning telur ayam
Ayam
Ginjal
Ikan sardin (kaleng)
Minyak ikan
Minyak kelapa sawit
Minyak hati ikan hiu
Wortel
Ubi jalar merah
Mentega
Margarin
Susu bubuk, “full cream”
Keju
Susu kental manis
Susu segar
Mangga masak pohon
Pisang raja
(sumber: Almatsier, 2001)
2. Vitamin D
Vitamin D dibentuk tubuh dengan bantuan sinar matahari. Vitamin D diabsorpsi
membantu pembentukan dan pemeliharaan tulang bersama vitamin A dan C, dan
pengerasan tulang dengan cara mengatur agar kalsium dan fospor tersedia di dalam
darah untuk diendapkan pada proses pengerasan tulang. Sumber vitamin D diperoleh
dari sinar matahari dan makanan. Makanan hewani yang merupakan sumber vitamin D
yaitu kuning telur, hati, krim, mentega dan minyak hati- ikan.
Tabel 2.5 Nilai vitamin D berbagai bahan makanan
Bahan makanan µg Bahan makanan µg
Minyak hati ikan
Margarin
Daging sapi, babi,
biri-biri
Unggas
Hati
Ikan air tawar
Ikan berlemak
Udang dan kerang
210
(sumber: Almatsier, 2001)
3. Vitamin E
Vitamin E berfungsi sebagai antioksidan yang larut dalam lemak, merangsang reaksi
kekebalan, mencegah penyakit jantung koroner, mencegah keguguran dan mencegah
gangguan menstruasi. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan hemolisis eritrosit dan
sindroma neurologik. Vitamin E diabsorpsi di usus dan bergantung pada garam empedu
dan lipase pankreas. Sumber vitamin E banyak terdapat pada makanan terutama minyak
tumbuh- tumbuhan misalnya, minyak kecambah, gandum dan biji-bijian.
Tabel 2.6 Nilai vitamin E total di dalam minyak tumbuh-tumbuhan
Kacang tanah
(sumber: Almatsier, 2001)
4. Vitamin K
Vitamin K berfungsi untuk membantu proses pembekuan darah. Vitamin K
diabsorpsi dalam usus halus dengan bantuan empedu dan cairan pankreas. Sumber
vitamin K adalah hati, sayuran daun berwarna hijau,kacang buncis, kacang polong, kol
dan brokoli, susu, daging, telur, serealia, dan buah- buahan.
Tabel 2.7Nilai vitamin K pada beberapa bahan makanan
Bahan makanan µg Bahan makanan µg
(sumber: Almatsier, 2001)
5.Vitamin C
Vitamin C berfungsi meningkatkan daya tahan terhadap infeksi, mencegah kanker
dalam bentuk larutan. Sumber vitamin C terdapat di dalam pangan nabati yaitu sayur
dan buah terutama yang asam seperti jeruk, nenas, rambutan, pepaya, gandaria dan
tomat. Akibat kekurangan vitamin C adalah penyakit skorbut.
Tabel 2.8Nilai vitamin C berbagai bahan makanan (mg/100 gram)
Bahan makanan Mg Bahan makanan Mg
Ketela pohon kuning
275
Jambu monyet buah
Gandaria
(sumber: Almatsier, 2001)
6.Vitamin B
Vitamin B terdiri dari vitamin B1 (thiamin), vitamin B2 (riboflavin), niacin,
pyridoksin, Biotin, asam panthotenat, asam folat dan vitamin B12 (cyanocobalamine).
Thiamin memiliki peranan penting dalam metabolisme karbohidrat, lemak,
protein dan asam nukleat. Sumber makanan yang mengandung thiamain yaitu serealia,
kacang- kacangan, daging organ, daging tanpa lemak, dan kuning telur. Tiamin
diabsorpsi secara aktif terutama di duodenum bagian atas yang bersuasana asam. Gejala
klinik kekurangan thiamin terutama menyangkut sistem saraf dan jantung yang dalam
keadaan berat dinamakan beri- beri.
Vitamin B2 (riboflavin) berfungsi membantu metabolisme dalam tubuh dan
berhubungan dengan integritas kulit, saluran pencernaan dan susunan saraf pusat.
Sumber niacin dapat diperoleh dari hati, jerohan, kacang- kacangan dan ikan.
Pyridoksin berfungsi untuk metabolisme protein dan asam amino. Sumber pyridoksin
dapat diperoleh dari daging dan telur.
Biotin berperan dalam fiksasi CO2. Sumber biotin dapat diperoleh dari telur dan
kacang- kacangan. Asam panthotenat berfungsi membantu berbagai proses metabolisme
dalam tubuh. Sumbernya dapat diperoleh dari hati, ginjal, telur dan susu. Asam folat
berfungsi untuk menghindarkan anemia dan berfungsi dalam sintesa protein dalam
tubuh dan dapat diperoleh dari bahan pangan hewani.
5. Mineral
Mineral memiliki banyak peranan penting untuk tubuh. Mineral yang diperlukan
tubuh antara lain:
1. Zat kapur (Ca) dan phosfor (P) diperlukan tubuh untuk memberikan sifat keras pada
tulang dan gigi. sumber Fosfor dapat diperoleh dari susu, keju, kuning telur, daging,
ikan,unggas dan kacang-kacangan.
2. Natrium dan Kalium diperlukan untuk mengatur keseimbangan air dan elektrolit
yang dapat diperoleh dari garam dapur, daging, ikan, unggas, susu dan telur.
3. Zat Fluor merupakan zat gizi yang diperlukan sebagai komponen jaringan keras
tulang dan gigi dan dapat diperoleh dari air minum yang mengandung Fluor.
4. Zat yodium merupakan zat penting untuk tubuh karena merupakan komponen utama
dari hormin tiroid.
5. Zat Chlor berfungsi membantu dalam pencernaan protein dan dapat diperoleh dari
garam dapur, daging, susu dan telur.
6. Zat Besi diperlukan tubuh untuk pembentuk hemoglobin yang disimpan dalam hati.
Sumber zat besi dapat diperoleh dari hati, daging, dan kuning telur, sayuran berdaun
7. Magnesium berfungsi sebagai unsur tulang dan gigi, mempengaruhi kepekaan otot
dan saraf dan bekerja pada beberapa enzim. Sumber Magnesium dapat diperoleh dari
tepung gandum, kakao, kacang- kacangan, daging, makanan dari laut dan susu.
8. Zat Seng (Zn) berfungsi membantu enzim melakukan fungsinya, sebagai antioksidan
dan berperan dalam fungsi membran. Dapat diperoleh dari tiram, makanan laut, hati,
lembaga gandum, ragi, daging, telur, unggas dan ikan.
9. Selenium berfungsi untuk membantu beberapa proses metabolisme dalam tubuh.
Sumber selenium dapat diperoleh dari ikan laut, kerang- kerangan. (Baliwati. dkk,
2006)
2.1.6. Masalah Kebutuhan Nutrisi
Gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekurangan nutrisi dan malnutrisi,
kelebihan nutrisi dan obesitas (Hidayat, 2006).. Kekurangan nutrisi merupakan keadaan
yang dialami seseorang dalam keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penuruna
berat badan akibat ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.
Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi pada
tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan zat gizi yang tidak sesuai
dengan kebutuhan. Gejal umumnya adalah berat badan rendah dengan asupan makanan
yang cukup atau asupan kurang dari kebutuhan tubuh, adanya kelemahan otot dan
penurunan energi pucat pada kulit, membran mukosa, konjungtiva, dan lain-lain.
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan dialami seseorang yang mempunyai
resiko peningkatan berat badan akibat asupan kebutuhan metabolisme secara berlebih.
Sedangkan obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai lebih
dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan metabolisme
karena kelebihan asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan kalori (Hidayat,
2006).
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang.
Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi
juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada
akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak tidak memperoleh
cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang
penyakit.
2.1.7.2Penyebab Tidak Langsung
Ada 3 penyebab tidak lansung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :
1. Ketahanan makanan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan
mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam
jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.
2. Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan masyarakat
diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak
agar dapat tumbuh kembang dengan baik, baik fisik, mental dan sosial.
3. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. System pelayanan
kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana
pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang
membutuhkan (Alimul, 2008).
Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan
keterampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan,
makin baik tingkat ketahanan makanan keluarga, makin baik pola pengasuhan maka
akan makin banyak keluarga yang memamfaatkan pelayanan kesehatan (Notoatmodjo,
2007).
2.1.8. Penilaian Status Gizi
Pada prinsipnya,penilaian status gizi anak serupa dengan penilaian pada periode
kehidupan lain. Pemeriksaan yang perlu lebih diperhatikan tentu saja bergantung pada
bentuk kelainan yang bertalian dengan kejadian penyakit tertentu. Kurang kalori
protein, misakan lazim menjangkiti anak. Oleh karena itu, pemeriksaan terhadap tanda
Anamnesis tentang asupan pangan harus mencantumkan pula ( selain wawancara
asupan pangan ) pertanyaan yang terkait dengan baik status gizi maupun kesehatan gigi:
asupan flior baik secara sistemik maupun topikal; frekuensi ngemil ( snacking ); jumlah
makanan yang di santap antara dua waktu makan; asupan minuman bergula, seperti jus,
kopi, teh, dan soda; obat atau kondisi yang mempengaruhi sekresi air ludah ( menambah
atau mengurangin ); penyakit keronis.
Pemeriksaan klinis diarahkan untuk mencari kemungkinan adanya bintik bitot,
xerosis, karies, gondok, serta hepato dan splenomegali. Penilaian antropometris yang
penting dilakukan ialah penimbangan berat dan pengukuran tinggi badan, lingkar lengan
dan lipatan kulit triseps. Pemeriksaan ini penting, terutama pada anak prasekolah yang
berkelas ekonomi dan sosial rendah. Pengamatan anak usia pengamatan anak usia
sekolah dipusatkan terutama pada pencepatan tumbuh. Uji pertumbuhan pada golongan
usia ini setidaknya diselenggarakan setahun sekali karena laju pertumbuhan pada fase
ini relatif lambat. Sebagai patokan, pertambahan berat anak usia 5-10 tahun berkisar
sampai 10%-nya, sementara tinggi badan hanya bertambah sekitar 2 cm setahun
(Arisman,2008).
2.2 Asuhan Keperawatan 2.2.1 Pengkajian
1. Riwayat keperawatan dan diet
a. Anggaran makan, makan kesukaan, waktu makan.
b. Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus?
c. Adakah penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa
lama periode waktunya?
d. Adakah status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet
seperti luka bakar dan demam?
e. Adakah toleransi makan/minum tertentu?
2. Faktor yang mempengaruhi diet
a. Status kesehatan.
c. Status sosial ekonomi.
d. Faktor psikologis.
e. Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet.
3. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan fisik : apatis, lesu.
b. Berat badan : obesitas, kurus (underweight).
c. Otot : flaksia/lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu
bekerja.
d. Sistem saraf : bingung, rasa terbakar, paresthesia, reflek
menurun.
e. Fungsi gastrointestinal : anoreksia, konstipasi, diare,
flatulensi, pembesaran liver.
f. Kardiovaskuler : denyut nadi lebih dari 100 kali/menit, irama
abnormal, tekanan darah rendah/tinggi.
g. Rambut : kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis,
pecah/patah-patah.
h. Kulit : kering, pucat, iritasi, petekhie, lemak disubkutan tidak
ada.
i. Bibir : kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis,
membran mukosa pucat.
j. Gusi : pendarahan, peradangan.
k. Lidah : edema, hiperemis.
l. Gigi : karies, nyeri, kotor.
m. Mata : konjungtiva pucat, kering, exotalmus, tanda-tanda
infeksi.
n. Kuku : mudah patah.
o. Pengukuran antropometri :
- Berat badan ideal : (TB – 100) ± 10%
- Lingkar lengan atas (MAC) :
Nilai normal Wanita : 28,5 cm
Pria : 28,3 cm
- Lipatan kulit pada otot trisep (TSF) :
Nilai normal Wanita : 16,5-18 cm
Pria : 12,5-16,5 cm
4. Laboratorium
a. Albumin (N : 4-5,5 mg/100 ml)
b. Transferin (N : 170-25 mg/100 ml)
c. Hb (N : 12 mg %)
d. BUN (N : 10-20 mg/100 ml)
e. Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N : laki-lakin: 0,6-1,3
mg/100 ml, wanita : 0,5-1,0 mg/100 ml)
2.2.2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi : Keadaan dimana intake nutrisi kurang dari kebutuhan
metabolisme tubuh
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. Efek dari pengobatan.
b. Mual/muntah.
c. Gangguan intake makanan.
d. Radiasi/kemoterapi.
e. Penyakit kronis.
Kemungkinan data yang ditemukan :
a. Berat badan menurun.
b. Kelemahan.
c. Kesulitan makan.
d. Nafsu makan berkurang.
e. Hipotensi.
g. Kulit kering.
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :
a. Anoreksia nervosa
b. AIDS
c. Pembedahan
d. Kehamilan
e. Kanker
f. Anemia
g. Marasmus
Tujuan yang diharapkan :
a. Terjadi peningkatan berat badan sesuai batasan waktu.
b. Peningkatan status nutrisi.
2.2.3. Perencanaan dan intervensi
Intervensi Rasional
1. Tingkat intake makanan melalui: - Mengurangi gangguan dari
lingkungan seperti berisik dan lain-lain.
- Jaga privasi pasien.
- Jaga kebersihan ruangan (barang-barang seperti sputum pot, urinal tidak berada dekat tempat tidur).
- Berikan obat sebelum makan jika ada indikasi.
2. Jaga kebersihan mulut pasien.
3. Bantu pasien makan jika tidak mampu.
4. Sajikan makanan yang mudah dicerna, dalam keadaan hangat, tertutup, dan berikan sedikit-sedikit tetapi sering.
1. Cara khusus untuk
meningkatkan nafsu makan.
2. Mulut yang bersih
5. Selingi makan dengan minum. 6. Hindari makanan yang banyak
mengandung gas.
7. Ukur intake makanan dan timbang berat badan.
8. Lakukan latihan pasif dan aktif. 9. Kaji tanda vital, sensori, bising
usus.
10. Monitor hasil lab, seperti glukosa, elektrolit, albumin, hemoglobin, kolaborasi dengan dokter.
11. Berikan umpan balik yang positif tentang peningkatan intake, berat badan.
12. Berikan pendidikan kesehatan tentang cara diet, kebutuhan kalori, dari tindakan keperawatan yang berhubungan dengan nutrisi jika pasien menggunakan NGT. 13. Cek kepatenan tube.
14. Pemberi cairan/makanan tidak lebih 150 cc sekali pemberian. 15. Cek temperatur makanan agar
tidak terlalu panas/dingin.
16. Atur posisi semifowler saat memberikan makanan.
17. Jelaskan bagaimana tube bekerja dan perawatannya.
3. Membantu pasien makan.
4. Meningkatkan selera makan dan intake makan.
5. Memudahkan makanan masuk. 6. Mengurangi rasa nyaman.
7. Observasi kebutuhan nutrisi.
8. Menambah nafsu makan.
9. Membantu mengkaji keadaan pasien.
10. Monitor status nutrisi.
11. Meningkatkan kepercayaan untuk meningkatkan makan.
12. Meningkatkan pengetahuan agar pasien lebih kooperatif.
13. Menghindari aspirasi dan obstruksi tube.
14. Menghindari aspirasi.
15. Mengurangi kram dan terbakar pada abdomen.
16. Mengurangi regurtasi.
2. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
Definisi : Pasien dengan risiko atau aktual mengonsumsi makanan
melebihi dari kebutuhan metabolisme tubuh.
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. Kelebihan intake.
b. Gaya hidup.
c. Perubahan kultur.
d. Psikologi untuk konsumsi tinggi kalori.
Kemungkinan data yang ditemukan :
a. 20% lebih berat dari badan ideal.
b. Pola makan yang berlebihan.
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :
a. Obesitas
b. Hipotiroidesme
c. Pasien dengan pemakaian kortikosteroid
d. Imobilisasi yang lama
e. Cushings syndrome
f. Bulimia
Tujuan yang diharapkan :
a. Teridentifikasinya kebutuhan nutrisi dan berat badan yang
terkontrol.
b. Perencanaan kontrol berat badan untuk yang akan datang.
c. Tidak terjadinya penurunan berat badan yang berlebihan.
Intervensi Rasional
1. Lakukan pengkajian kembali pola
makan pasien.
1. Informasi dasar untuk
2. Diskusikan dengan pasien tentang
kelebihan makan.
3. Diskusikan motivasi untuk
menurunkan berat badan.
4. Kolaborasi dengan ahli diet yang
tepat.
5. Ukur intake makanan dalam 24 jam.
6. Buat program latihan untuk
olahraga.
7. Hindari makanan yang banyak
mengandung lemak.
8. Berikan pengetahuan kesehatan
tentang :
- Program diet yang benar.
- Akibat yang mungkin timbul pada
kelebihan berat badan.
data.
2. Membantu mencapai tujuan.
3. Membantu memecahkan
masalah.
4. Menentukan makanan yang
sesuai dengan pasien.
5. Mengetahui jumlah kalori yang
masuk.
6. Meningkatkan kebutuhan
energi.
7. Makanan berlemak banyak
menghasilkan energi.
8. Memberikan informasi dan
mengurangi komplikasi.
2.3. Asuhan Keperawatan Kasus 2.3.1 Pengkajian
I. BOIDATA
An. A (perempuan), berusia 7 tahun, beragama islam,bertempat tinggal di jalan Garu
2B Gg. Jasa An. A seorang pelajar kelas 1 SD.
II. KELUHAN UTAMA
Saat dilakukan pengkajian, keluarga (ibu) mengatakan An. A tidak mau makan, dan
setelah diobservasi, diperoleh data An. A berusia 7 tahun dengan BB 10 kg dan TB
III.RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
An. A tidak mau makan karena kebiasaan jajan dan nafsu makan kurang. An. A baru
mau makan bila disulangi, masalah nutrisi yang dialaminya mengganggu
tumbuh-kembang dan aktivitas.
IV.RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
An. A pernah mengalami diare dan malnutrisi, keluarga mengatakan bila An. A sakit
dibawa berobat ke klinik, An.A tidak pernah dirawat/dioperasi sebelumnya dan tidak
ada riwayat alergi, serta imunisasi An. A lengkap.
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Saat dilakukan pengkajian, Ny. S dan Tn. I tidak memiliki penyakkit keturunan,
saudara kandung An. A (An. Ar, 1 tahun) tidak mengalami hal yang sama seperti
yang dialami An. A, tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa dan
tidak ada anggota keluarga yang meninggal.
VI.RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
An. A berharap kebutuhan nutrisinya terpenuhi sesuai dengan tumbuh kembangnya.
An. A terlihat kurus, warna rambut coklat (seperti rambut jagung), rambut tidak
merata, konjungtiva anemis, mukosa mulut kering. An. A inggin nafsu makannya
meningkat. Saat dikaji Keadaan emosi stabil, tidak ada hambatan dalam berhubungan
dengan orang lain. Kegiatan ibadah yang dilakukan An. A adalah mengaji.
VII. PEMERIKSAAN FISIK
Saat dilakukan pengkajian, keadaan An. A compos mentis, suhu tubuh 36,20c, nadi 96 x/menit, pernafasan 24 x/menit, TB 100 cm, dan BB 10 Kg. Penyebaran rambut
tidak merata, tidak berbau dan warna rambut coklat (seperti rambut jagung). Wajah
terlihat pucat dan struktur wajah lengkap. Konjungtiva anemis, dan tidak terdapat
oedema. Tidak terdapat sekret atau lendir pada hidung dan tidak terdapat pernafasan
cuping hidung. Serta bibir terlihat pecah-pecah.
VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
An.A biasa makan 2x sehari, tidak ada riwayat alergi terhadap semua jenis makanan,
An. A makan pada siang dan malam hari sebanyak ± 3 sendok makan dan biasanya
dan menyikat gigi setiap mandi. Memotong kuku kaki dan tangan bila sudah
panjang. Setiap hari belajar di sekolah dan bermain sepulang sekolah. An. A BAB
1-2 x sehari, dengan karakteristik feses lembek, warna kuning berbau khas, tida ada
riwayat perdarahan, saat dikaji An. A terakhir kali BAB tadi pagi, pernah mengalami
diare dan tidak pernah menggunakan laktasif. An. A BAK 2-5x sehari denga
karakteristik urine bening berbau khas, tidak ada keluhan nyeri/rasa
terbakar/kesulitan saat BAK. An. A biasanya tidur pada jam 9 malam dan bangun
jam 6 pagi, tidak ada masalah tidur atau gangguan tidur.
1.3.2. Diagnosa Keperawatan 1. Analisa data
Data Etiologi Masalah keperawatan
DO:
An. A tampak kurus
TB: 100cm
BB: 10kg
warna rambut coklat (
seperti rambut jagung),
rambut tidak merata,
mudah rontok, konjungtiva
anemis, mukosa mulut
kering
DS : An.A tidak mau
makan
Tidak mau makan
↓
Inteke nutrisi tidak
adekuat
↓
Nutrisi kurang
darikebutuhan
Gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
DO : An. A terlihat kurus
tidak mau makan
Intake nutrisi tidak
adekuat
Kurang pengetahuan tentang
DS: Ny. S mengatakan :
• An. A tidak mau makan Ny. S mengatakan ini
merupakan hal biasa
pada anak
• makanan pada anak
cukup nasi,kerupuk dan
kecap.
• Ny. S mengatakan
belum pernah
mendapatkan
pendidikan kesehatan
tentang nutrisi pada
anak
↓
An. A terlihat kurus
usia 7 tahun BB : 10
kg
TB 100 cm
↓
An. A tidak mau
makan
↓
Tidak pernah
mendapatkan
pendidikan kesehatan
tentang pemberian
nutrisi pada anak
↓
Kurang pengetahuan
2. Rumusan masalah
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2. Kurang pengetahuan tentang nutrisi
3. Diangnosa Keperawatan Prioritas
-Gangguan Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d perubahan intake nutrisi
tidak adekuat d/d Ny. S mengatakan putrinya An. A tidak mau
jagung), rambut tidak merata, mudah rontok, konjungtiva anemis,
mukosa mulut kering
-Kurang pengetahuan tentang nutrisi b/d kurangnya informasi tentang
pemberian gizi pada anak d/d Ny. S mengatakan putrinya An. A tidak
mau makan merupakan hal biasa pada anak,makanan pada anak cukup
nasi,kerupuk dan kecap.,Ny. S mengatakan belum pernah
mendapatkan pendidikan kesehatan tentang nutrisi pada anak atau
usia 7 tahun dengan BB 10 kg. TB 100 cm
4. Perencanaan Keperawatan
Diangnosa : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d perubahan intake nutrisi
tidak adekuat d/d Ny. S mengatakan putrinya An. A tidak mau makan
makan,Tb 100 cm dan BB 10kg . warna rambut coklat ( seperti rambut
jagung), rambut tidak merata, mudah rontok, konjungtiva anemis, mukosa
mulut kering
Tujuan : tidak terjadi gangguan nutrisi pada anak.
Kreteria hasil : peningkatan berat badan sesuai usia, rambut hitam merata,
rambut tidak rontok, mukosa mulut tidak kering dan anak tidak tampak
kurus
Intervensi
1. Timbang berat badan
2. Berikan makanan dalam keadaan
hangat
3. Anjurkan ibu memberikanan
makanan dalam porsi kecil tetapi
sering
4. Anjurkan ibu memberikan makan
yang bervariasi
5. Anjurkan ibu untuk memberikan
Rasional
1. Untuk mengetahuin
peningkatan berat badan
2. Meningkatkan nafsu makan
anak
3. Untuk mengurangin kelelahan
anak pada saat makan
makanan selingan makan dan mengurangin
kebosanan
5. Meningkatakan jumlah kalori
ke dalam tubuh anak sehingga
kebutuhan kalorinya bisa
terpenuhi
2. Kurang pengetahuan tentang nutrisi b/d kurangnya informasi tentang
pemberian gizi pada anak d/d Ny. S mengatakan putrinya An. A tidak mau
makan merupakan hal biasa pada anak makanan pada anak cukup nasi,kerupuk
dan kecap.
Ny. S mengatakan belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang
nutrisi pada anak atau usia usia 7 tahun dengan BB 10 kg. TB 100cm
Tujuan : meningkatkan pengetahuan keluarga tentang status gizi pada
anak
Kreteria hasil : keluarga dapat mengulanggin penjelasan tentang nutrisi
1. Gali pengetahuan keluarga tentang
gizi anak dan gizi kurang.
2. Diskusikan dengan keluarga
tentang gizi pada anak dan gizi
kurang.
3. jelaskan kepada keluarga terutama
Ny. S tentang cara mengatasi/
1. Mengetahui pengetahuan
keluarga tentang gizi pada
anak.
2. Meningkatkan pengetahuan
keluarga tentang gizi pada
anak.
menanggulangi gizi kurang pada
anak.
4. jelaskan kepada keluarga Ny. S
tentang cara pengolahan makanan
yang baik.
5. jelaskan kepada keluarga terutama
Ny. S tentang cara memodifikasi
menu makanan guna meningkatkan
gizinkeluarga
6. Berikan kepada keluarga
kesempatan untuk mengulangi
kembali penjelasan yang telah
diberikan.
7. Berikan reinforcement yang posifit
kepada keluarga.
keluarga tentang gizi pada
anak tanda dan penyebab
gizi kurang
4. Memberikan masukan kepada
Ny. S cara pengolan makanan
5. Menambah pengetahuan Ny.
S tentang cara memodifikasi
makanan yang dapat
meningkatkan gizi keluarga
6. Mengevaluasi pengetahuan
keluarga terutama Ny. S
tentang nutrisi pada anak
7. Meningkatkan motifasi ibu
untuk mengatasi anak sulit
makan
5.Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP)
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan
b/d perubahan intake nutrisi
tidak adekuat d/d Ny. S
mengatakan putrinya An. A
tidak mau makan ,TB: 100 cm
dan BB: 10kg warna rambut
1. Timbang berat
badan kaji
tanda-tanda kurang
nutrisi
2. Anjurkan ibu
coklat ( seperti rambut jagung),
rambut tidak merata, mudah
rontok, konjungtiva anemis,
mukosa mulut kering
makanan dalam
keadaan hangat
3. Anjurkan ibu
memberikanan
makanan dalam
porsi kecil tetapi
sering
4. Anjurkan ibu
memberikan
makan yang
bervariasi
5. Anjurkan ibu
untuk
porsi kecil tapi
sering dan
pengetahuan tentang nutrisi b/d kurangnya informasi tentang pemberian gizi pada anak d/d Ny. S mengatakan putrinya An. A. sulit dikasih makan
merupakan hal biasa pada anak makanan pada anak cukup nasi,kerupuk dan kecap.
Ny. S mengatakan belum pernah mendapatkan
pendidikan kesehatan tentang nutrisi pada anak atau usia 7 tahun dengan BB 10 kg
kurang.
3. jelaskan kepada keluarga terutama Ny. S tentang cara mengatasi/ menanggulangi gizi kurang pada anak.
4. jelaskan kepada keluarga Ny. S tentang cara pengolahan
makanan yang baik.
5. jelaskan kepada keluarga terutama
6. Berikan kepada keluarga A: masalah teratasi P: intervensi
dihentikan
BAB III
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 17 -19 juni 2013
di Kel. Harjosari 1 Kec. Medan Amplas bahwa yang menjadi prioritas masalah
keperawatan pada An. A dengan keluhan utama tidak mau makan Data-data yang
mendukung yaitu: An. A tampak kurus, warna rambut coklat(seperti rambut jagung),
rambut tidak merata. Rontok konjungtiva anemis, mukosa mulut kering.
Intervensi yang diimplementasikan terkait kebutuhan dasar nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh. Timbang berat badan, berikan makanan dalam keadaan hangat,
anjurkan ibu memberikan makanan dalam porsi kecil tetapi sering, anjurkan ibu
memberikan makanan yang bervariasi, anjurkan ibu untuk memberikan makanan
selingan
Dari implementasi yang dilakukan diperoleh hasil evaluasi bahwa masalah
teratasi sebagian nafsu makan An. A meningkat.
3.2. SARAN
3.2.1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang
kebutuhan nutrisi pada anak, khususnya bagi mata kuliah keperawatan keluarga,
sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif
terhadap masalah kebutuhan nutrisi pada anak.
3.2.2. Bagi Praktek Keperawatan
Sebaiknya peran perawat lebih dioptimalkan dalam memberikan intervensi
yang tepat melalui penyuluhan tentang nutrisi pada anak, sehingga dapat mencegah
masalah nutrisi pada anak. Dan orang tuanya lebih peduli dengan anaknya terutama
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. (2001). Prinsip Ddasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka
Utama : Jakarta
Arisman. (2010). Gizi Dalam Daur Ulang Kehidupan. EG : Edisi 2. Jakarta
Hidayat. (2006). Pengantar Kebutuhan dasar Manusia : Salemba Medika.
Jakarta
Hidayat dan Musrifatul Uliyah. (2004). Buku Saku Kebutuhan Dasar
manusia. EGC : Jakarta
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Konsep,
Proses dan Praktik. Edisi 4. Volume 1. EGC : Jakarta
Setyowati dan Arita Muwarni. (2008). Asuhan Keperawatan Keluarga.
Mitra Cendikia : Jogjakarta
Soekirman. (2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta
Supriasa., dkk. (2002). Penilaian Status Gizi. EGC : Jakarta
Lampiran
CATATAN PERKEMBANGAN
Diagnosa Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi Dx 1 18 Juni 2013 1. Menggali pengetahuan
keluarga tentang gizi
anak dan gizi kurang.
2. Mendiskusikan dengan
keluarga tentang gizi
pada anak dan gizi
kurang.
3. Menjelaskan kepada
keluarga terutama Ny.S
tentang cara mengatasi/
menanggulangi gizi
kurang pada anak.
4. Menjelaskan kepada
keluarga Ny.S tentang
cara pengolahan
makanan yang baik.
5. Menjelaskan kepada
keluarga terutama Ny.S
tentang cara
memodifikasi menu
makanan guna
meningkatkan gizi
keluarga.
6. Memberikan kepada
keluarga kesempatan
gizi kurang, cara
mengolah makanan
- Pengertian gizi
pada anak dan gizi
kurang.
- Tanda dan gejala
gizi kurang.
- Cara mengatasi dan
menanggulangi
gizi kurang.
- Cara mengolahan
dan memodifikasi
makanan.
A : Masalah teratasi
sebagian
kembali penjelasan yang
telah diberikan.
7. Memberikan
reinforcement yang
posifit kepada keluarga.
dilanjutkan
Dx 2 19 Juni 2013 1. Menimbang berat badan.
2. Memberikan makanan
dalam keadaan hangat.
3. Menganjurkan ibu
memberikanan makanan
dalam porsi kecil tetapi
sering.
4. Menganjurkan ibu
memberikan makan
yang bervariasi.
5. Menganjurkan ibu
untuk memberikan
makanan selingan.
S : Ny.S mengatakan
akan sering
memberikan
anaknya makan
dalam porsi kecil
tetapi sering.
O : Ny.S dapat
menyebutkan
Tentang:
Pemberian
makanan dalam
porsi kecil tapi
sering dan
memberikan
makanan yang
bervariasi
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi