• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH PADA SISWA KELAS V SDN SEKARAN02 SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH PADA SISWA KELAS V SDN SEKARAN02 SEMARANG"

Copied!
399
0
0

Teks penuh

(1)

MELALUI MODEL

THINK PAIR SHARE

BERBANTUAN

MACROMEDIA FLASH

PADA SISWA KELAS V SDN SEKARAN02 SEMARANG

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Desiana Nur Indahsari 1401409156

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

nama : Desiana Nur Indahsari

NIM : 1401409156

prodi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

judul Skripsi : Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Model Think Pair Share Berbantuan Macromedia Flash pada Siswa Kelas V SDN Sekaran 02 Semarang.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

(3)

Think Pair Share Berbantuan Macromedia Flash pada Siswa Kelas V SDN Sekaran 02 Semarang”, ditulis oleh Desiana Nur Indahsari NIM: 1401409156, telahdisetujuiolehpembimbinguntukdiajukankeSidangPanitiaUjianSkripsi,

Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Jum’at

(4)

Model Think Pair Share Berbantuan Macromedia Flash pada Siswa Kelas V SDN Sekaran 02 Semarang”, ditulis oleh Desiana Nur Indahsari NIM: 1401409156, telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang pada:

(5)

“Disaat orang lain meragukan kemampuan kita, disitulah kekuatan kita mestinya semakin tumbuh”(Mario Teguh)

Persembahan :

Dengan mengucap rasa syukur atas nikmat dari Allah SWT skripsi ini saya

per-sembahkan kepada:

1. Kedua orang tua tercinta (bapak Hindarto dan almahumah ibu Partini) yang selalu memberikan kasih sayang, doa, serta motivasi untuk selalu bersabar dan pantang menyerah.

2. Kakak-kakakku tersayangSri Handayani, Arif Budiarto, Agus Prasetyo dan Yulia Ratnawati yang selalu memberikan doa dan dukungan.

(6)

hidayah-Nya karena peneliti mendapat bimbingan dan kemudahan dalam menye-lesaikan proses skripsi yang berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Model Think Pair Share Berbantuan Macromedia Flash pada Siswa Kelas V SDN Sekaran 02 Semarang.”

Dalam penyusunan skripsi ini peneliti banyak mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathurohman, S.Pd, M. Sn.,Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melanjutkan studi. 2. Drs. Hardjono, M. Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah

memberikan ijin dan rekomendasi penelitian.

3. Dra. Hartati, M. Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah membantu jalannya penelitian dan penyusunan skripsi..

4. Drs. Purnomo, M.Pd, selakuDosen Penguji Utama Skripsi, yang telah menguji dengan teliti dan sabar serta memberikan banyak masukan kepada penulis

5. Dra. Florentina Widihastrini, M.Pd., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

(7)

membantu penulis sebagai kolaborator dalam pelaksanaan penelitian.

9. Seluruh guru dan karyawan serta siswa SDN Sekaran 02 yang telah membantu penulis melaksanakan penelitian.

10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Semarang, 19 Juli 2013

Peneliti  

 

(8)

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing (1) Dra. Florentina Widihastrini, M. Pd. dan (2) Dr. Sri Sulistyorini, M.Pd.

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas V SDN Sekaran 02 Semarang. Hal ini ditunjukkan dengan data pencapaian hasil belajar siswa kelas V SDN Sekaran 02 Semarang dalam pembelajaran IPA dimana sebanyak 13 dari 25 siswa yang nilainya masih di bawah KKM yang ditetapkan sekolah yaitu ≤ 70. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran IPA melalui model Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah model Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa kelas V SDN Sekaran 02? Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan guru dan aktivitas siswa, serta meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui model Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash siswa kelas V SD.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan prosedur, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan atau observasi, dan refleksi. Penelitian dilakukan di SDN Sekaran 02 Semarang. Subjek penelitian ini adalah guru dan 13 siswa kelas V SDN Sekaran 02 Semarang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi, wawancara, dokumentasi, angket, dan catatan lapangan. Teknik analisis data dengan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan kualitas pembelajaran IPA dapat meningkat, meliputi: (1) keterampilan guru siklus I memperoleh skor 21,5, pada siklus II meningkat dengan skor 27 dan pada siklus III meningkat menjadi 30,5 (2) Aktivitas siswa siklus I memperoleh skor 19,43, pada siklus II meningkat dengan skor 23,66 dan pada siklus III memperoleh skor 26,85 (3) Ketuntasan hasil belajar siswa meningkat, pada siklus I hasil belajar siswa mendapat nilai rata-rata 70,98 dengan ketuntasan belajar 62%,pada siklus II diperoleh rata-rata 74,61 dengan ketuntasan 74%, pada siklus III diperoleh rata-rata 87,03 dengan ketuntasan belajar 80%.

Adapun simpulan penelitian ini, melalui model Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa kelas V SDN Sekaran 02. Saran dalam penelitian yaitu Disarankan bagi guru untuk menerapkan model ini dalam pembelajaran IPA sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang inovatif.

(9)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN…... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR DIAGRAM ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori ... 11

2.1.1. Hakekat Belajar dan Pembelajaran ... 11

2.1.2. Kualitas Pembelajaran... 15

2.1.3. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam ... 37

2.1.4. Pembelajaran IPA di SD ... 41

2.1.5. Hakekat Model Pembelajaran Kooperatif... 44

2.1.6. Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share... 46

(10)

2.2. Kajian Empiris ... 58

2.3. Kerangka Berfikir ... 61

2.4. Hipotesis Tindakan ... 63

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian ... 64

3.2. Perencanaan Tahap Penelitian ... 67

3.3. Subjek Penelitian ... 75

3.4. Tempat Penelitian ... 75

3.5. Variabel Penelitian ... 75

3.6. Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 78

3.7. Teknik Analisis Data ... 83

3.8. Indikator Keberhasilan ... 89

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 90

4.2. Pembahasan ... 194

BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan ... 216

5.2. Saran ... 217

(11)

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Data Kualitatif ... 87

Tabel 3.3 KriteriaPenilaian Keterampilan Guru ... 87

Tabel 3.4 KriteriaPenilaian Aktivitas Siswa ... 88

Tabel 3.5 KriteriaPenilaian Setiap Indikator ... 80

Tabel 4.1 Hasil Observasi Keterampilan Guru siklus I pertemuan 1 ... 91

Tabel 4.2 Hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan 1 ... 97

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus 1 Pertemuan 1.... 102

Tabel 4.4 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I Pertemuan 2 …... 108

Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa siklus I pertemuan 2 ……... 114

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 2.... 120

Tabel 4.7 Hasil Observasi Keterampilan Guru dalam Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1 ... 126

Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II Pertemuan ... 132

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 1 ... 137

Tabel 4.10 Data Hasil Observasi Keterampilan Guru dalam Pembelajaran Siklus II Pertemuan2 ... 143

Tabel 4.11 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II Pertemuan2 ... 149

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 2 ... 154

(12)

Tabel4.16

III Pertemuan 2... 177 Tabel 4.17 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus III

(13)
(14)

Pertemuan 1... 91 Diagram 4.2 Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1

Pertemuan 1 ... 98 Diagram 4.3 Diagram Analisis Hasil Evaluasi Siswa Siklus 1 Pertemuan

1 ... 102 Diagram 4.4 Diagram Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 1

Pertemuan 2 ... 109 Diagram 4.5 Skor Keterampilan Guru antara Siklus 1 Pertemuan 1 dan

2 ... 113 Diagram 4.6 Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1

Pertemuan 2... 115 Diagram 4.7 Aktivitas Siswa Siklus 1 Pertemuan 1 dan 2 ... 119 Diagram 4.8 Diagram Analisis Hasil Evaluasi Siswa Siklus 1 Pertemuan

2... 120 Diagram 4.9 Ketuntasan Klasikal Antara Siklus 1 Pertemuan 1 dan 2

... 122 Diagram 4.10 Diagram Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II

Pertemuan 1 ... 127 Diagram 4.11 Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

Pertemuan 1... 133 Diagram 4.12 Diagram Analisis Hasil Evaluasi Siswa Siklus II Pertemuan

1... 137 Diagram 4.13 Diagram Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II

Pertemuan 2... 144 Diagram 4.14 Skor Keterampilan Guru antara Siklus II Pertemuan 1 dan

(15)

2... Diagram 4.18 Ketuntasan Klasikal Antara Siklus II Pertemuan 1 dan 2.... 156 Diagram 4.19 Diagram Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus III

Pertemuan 1... 162 Diagram 4.20 Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III

Pertemuan 1... 168 Diagram 4.21 Diagram Analisis Hasil Evaluasi Siswa Siklus III

Pertemuan

1... 172 Diagram 4. 22 Diagram Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus III

Pertemuan 2... 178 Diagram 4. 23 Skor Keterampilan Guru antara Siklus III Pertemuan 1 dan

2 ... 182 Diagram 4.24 Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III

Pertemuan 2 ... 184 Diagram 4.25 Aktivitas Siswa Siklus III Pertemuan 1 dan 2... 188 Diagram 4.26 Diagram Analisis Hasil Evaluasi Siswa Siklus III

(16)

Lampiran 2 Instrumen Penelitian ... Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... Lampiran 4 Data Hasil Penelitian ... Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian ... Lampiran 6 Surat-Surat Penelitian ...

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

(18)

Pembelajaran IPA dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD (2006: 454), yaitu IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang bersifat fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hakekat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses melalui kegiatan menemukan dan menganalisis masalah.

(19)

siswa pada proses pembelajaran akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang di-capai oleh siswa.

Menurut kurikulum 2006 (Depdiknas, 2006: 1) pembelajaran Ilmu Pe-ngetahuan Alam bertujuan mengembangkan kemahiran atau kecakapan Ilmu Pengetahuan Alam yang diharapkan dicapai seperti berikut: (1) menunjukkan pe-mahaman konsep Ilmu Pengetahuan Alam yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. (2) menggunakan penalaran pada pola, sifat, atau melakukan manipulasi Ilmu Pengetahuan Alam dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan ilmiah. (3) menunjukkan kemampuan strategik dalam membuat (merumuskan), me-nafsirkan, dan menyelesaikan model Ilmu Pengetahuan Alam dalam pemecahan masalah. (4) memiliki sikap menghargai kegunaan Ilmu Pengetahuan Alam dalam kehidupan.

(20)

(39/42 dengan nilai 406) berada di bawah Palestina, Malaysia, Thailand dsb. Singapore peringkat pertama (nilai 590). Nilai yang diperoleh Indonesia juga menurun dibandingkan hasil tahun 2007 (peringkat 36/49 dengan nilai 427). Nilai rata-rata 500.Dari data tersebut telihat bahwa kualitas belajar peserta didik anak Indonesia masih berada dibawah bangsa lain. Beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan sains adalah kemampuan membaca, kemampuan matematika dan fasilitas pendidikan.

(21)

yang inovatif dan tepat akan dapat menarik minat siswa dan mengembangkan bakat serta kreativitas siswa dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil analisis terhadap nilai rata-rata ulangan harian tahun 2012/2013 pada siswa kelas V SDN Sekaran 02 pada mata pelajaran IPA belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 70. Nilai rata-rata ulangan harian tahun 2012/ 2013pada siswa kelas V SDN Sekaran 02 , pada mata pelajaran IPA diperoleh nilai terendah 40, nilai tertinggi 92 dan nilai rata-rata 70,094. Dari 25 siswa, hanya 12 siswa yang mencapai KKM.

Dari hasil analisis tersebut maka perlu dilakukan upaya perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran IPA agar kualitas pembelajaran IPA dapat meningkat.Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran maka peneliti bersama tim kolaborasi berinisiatif menerapkan solusi untuk memperbaiki kualitas pembelajaran IPA. Dengan berpijak pada teori konstruktivisme, tim kolaborasi menetapkan alternatif tindakan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif jenis Think Pair Share dan penggunaan Macromedia Flash. Alasan memilih model Think Pair Share dalam pembelajaran IPA karena dalam Think Pair Share siswa akan memiliki waktu yang lebih banyak untuk berpikir, merespon dan bekerjasama dalam keompok, selain itu juga untuk meningkatkan percaya diri siswa, komunikasi di depan kelas maupun dengan pasangan diskusinya. Terlebih dengan penggunaan Macromedia Flash akan menambah motivasi siswa dalam belajar karena tampilannya yang menarik.

(22)

yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Model Think Pair Share ini akan memberikan siswa waktu yang lebih banyak untuk berpikir, merespon dan saling bekerja sama dalam kelompok. Langkah-langkah yang digunakan dalam Think Pair Share membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir untuk saling merespon dan saling membantu dalam kerja kelompok (Trianto, 2009: 81). Model pembelajaran Think Pair Share memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri sekaligus bekerjasama dengan orang lain. Keunggulan model ini dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa untuk berkomunikasi di depan kelas maupun dengan pasangan diskusinya. Adapun langkah-langkah yang dilakukan guru yaitu: Berpikir (Thinking), ber-pasangan (Pairing) dan berbagi (Sharing) (Trianto 2009: 81-82).

(23)

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelliti akan mengkaji melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui model Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash pada Siswa Kelas V SDN Sekaran 02 Semarang”.

1.2.

PERUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH

1.2.1. Perumusan Masalah

Masalah yang ingin dipecahkan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini secara umum adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPA melalui Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash pada siswa kelas V SDN Sekaran 02?”

Adapun rumusan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

1) Apakah melalui model Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPA pada kelas V SDN Sekaran 02 Semarang?

2) Apakah melalui model Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA pada kelas V SDN Sekaran 02 Semarang?

(24)

1.2.2. Pemecahan Masalah

Sesuai dengan rumusan permasalahan tersebut maka akan diterapkan strategi Think Pair Share dengan bantuan Macromedia Flash. Adapun langkah-langkah pembelajaran IPA dengan mengadaptasi pendapat Arends, peneliti menerapkan modelThink Pair Share (Trianto, 2009: 81-82) dengan menggunakan Macromedia Flash (Pramono, 2009:3) yang akan dijadikan tindakan dalam penelitian ini adalah:

a) Guru menjelaskan materi dengan berbantuan Macromedia Flash

b) Guru memberikan pertanyaan seputar materi yang telah ditampilkan meng-gunakan Macromedia Flash.

c) Siswa diminta saling berpasangan dengan teman secara heterogen dengan bimbingan guru

d) Siswa diminta secara bergantian menggunakan waktu untuk berpikir sendiri mengenai materi yang disampaikan melalui Macromedia Flash

e) Siswa berpasangan dengan teman untuk berdiskusi mengenai materi yang ditampilkan Macromedia Flash dan mengerjakan LK yang diberikan. Inter-aksi selama waktu yang disediakan dapat saling membantu mencari jawaban. f) Guru memintapasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas

(25)

1.3.

TUJUAN PENELITIAN

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah meningkatkan kualitas pembelajaran IPA melalui Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash pada siswa kelas V SDN Sekaran 02 Semarang.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mendeskripsikan keterampilan guru dalam pembelajaran IPA melalui model Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash pada siswa kelas V SDN Sekaran 02 Semarang.

b. Untuk mendeskripsikan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA melalui model Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash pada siswa kelasV SDN Sekaran 02 Semarang.

c. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui model Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash pada siswa kelas V SDN Sekaran 02 Semarang.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Pada penelitian ini diharapkan akan mendapatkan manfaat berupa peningkatan hasil belajar siswa dan perbaikan proses pembelajaran IPA. Adapun manfaat yang ingin dicapai yaitu:

1.4.1. Manfaat Teoretis

(26)

1.4.2. Manfaat Praktis a. Siswa

Penerapan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash dalam pembelajaran IPA dapat menarik minat siswa dan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan serta kondusif. Dengan Think Pair Share siswa memiliki waktu lebih banyak untuk berpikir, saling merespon dalam mengerjakan lembar kerja dan bekerjasama dalam kelompok. Kepercayaan diri siswa juga akan meningkat dalam berkomunikasi dikelas maupun dikelompok. Motivasi belajar siswa akan meningkat dengan penggunaan Macromedia Flash sebagai media pembelajaran. Keaktifan siswa dapat memaksimalkan pemahanam konsep pengetahuan yang didapat untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Guru

Dengan penerapan Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash guru dapat memperbaiki kualitas pembelajaran serta memiliki wawasan tentang model pembelajaran dan media pembelajaran untuk pelaksanaan pembelajaran inovatif yang menarik dan menyenangkan.

c. Sekolah

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN

TEORI

2.1.1 Hakekat Belajar dan Pembelajaran 2.1.1.1 Pengertian Belajar

Belajar adalah peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Hamdani (2011: 21) belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan. Misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya. Sedangkan menurut Sudjana (dalam Rusman, 2012: 1) belajar dapat dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu.

Lapono (2008:1-12) menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu beriteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan belajar menurut teori konstruktivisme adalah proses mengkonstruksi pengetahuan melalui proses internal seseorang dengan orang lain (Winataputra, 2008:6.15). Sehingga perubahan tingkah laku yang diperoleh individu dalam belajar tidak hanya berupa sikap atau kemampuan, tetapi juga pengetahuan.

(28)

berbagai kegiatan yang harus ditempuh untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman.

2.1.1.2Prinsip-Prinsip Belajar

Belajar membutuhkan suatu prinsip supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai harapan. Menurut Suprijono (2009: 4) terdapat 3 prinsip belajar yang harus diketahui oleh para guru, prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

1) Prinsip belajar adalah perubahan perilaku

Tujuan belajar adalah untuk mengubah perilaku individu agar menjadi lebih baik. Seseorang akan mengalami perubahan perilaku ketika mereka belajar dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (a) sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari; (b) kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya; (c) fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup; (d) positif atau berakumulasi; (e) aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan, (f) permanen atau tetap; (g) bertujuan dan terarah; (h) mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.

2) Belajar merupakan proses

(29)

menghasilkan suatu respon dan akhirnya akan berdampak pada perubahan perilaku yang membentuk suatu pengalaman.

3) Belajar merupakan bentuk pengalaman

Belajar membentuk suatu pengalaman hasil dari interaksi peserta didik dengan lingkungannya. Pengalaman inilah yang akan berpengaruh pada tingkat kognitif, afektif, maupun psikomotor peserta didik. Pengalaman yang baik akan mengarah pada perubahan perilaku yang baik begitu pula sebaliknya. Oleh sebab itu, dalam proses belajar hendaknya peserta didik selalu diberikan rangsangan-rangsangan positif sehingga akan menghasilkan pengalaman yang positif pula.

Sedangkan berdasarkan konsep, kategori dan teori-teori belajar dapat ditarik sejumlah prinsip belajar sebagai berikut: (1) belajar senantiasa bertujuan yang berkenaan dengan pengembangan perilaku siswa; (2) belajar didasarkan atas kebutuhan dan motivasi tertentu; (3) belajar dilaksanakan dengan latihan daya-daya, membentuk hubungan asosiasi, dan melalui pengalaman; (4) belajar bersifat keseluruhan; (5) belajar membutuhkan bimbingan; (6) belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan luar individu; (7) belajar serinmg dihadapkan pada masalah yang perlu dipecahkan; (8) hasil belajar dapat ditransfer ke dalam situasi lain (Hamalik, 2009).

(30)

siswa. Stimulus yang positif dalam proses belajar akan membentuk pengalaman belajar yang positif bagi individu.

2.1.1.3Tujuan Belajar

Tujuan belajar sangat banyak dan bervariasi. Tujuan-tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, yang berbentuk pengetahuan dan keterampilan (Suprijono, 2009: 5). Tujuan belajar pada prinsipnya sama, yakni perubahan tingkah laku yang berbeda cara atau usaha pencapaiannya. Pengertian ini menitikberatkan pada interaksi antara individu dengan lingkungannya (Hamalik, 2001: 28).

Sedangkan tujuan belajar menurut Sumantri (1999: 21) adalah sebagai berikut: (1) menjadikan anak senang belajar; (2) memperbaiki berpikir kreatif anak, sifat keingintahuan, kerja sama, harga diri dan rasa percaya diri; (3) mengembangkan sikap positif anak; (4) mengembangkan afeksi dan kepekaan terhadap peristiwa yang terjadi di lingkungannya.

Setelah mengkaji pengertian tujuan belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar merupakan deskripsi perubahan tingkah laku melalui interaksi individu dan lingkungannya dari suatu pembelajaran yang diusahakan untuk memperbaiki pola pikir anak dan mengembangkan sikap positif anak untuk mencapai pengetahuan dan keterampilan.

2.1.1.4 Hakekat Pembelajaran

(31)

Menurut Suprijono (2009: 13) pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif, bukan mekanis seperti halnya pengajaran. Sedangkan menurut Gagne (dalam Rifa’I, 2010: 192) pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal peserta didik yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar.

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan dimana pelaksanaannya harus memperhatikan komponen-komponennya, yaitu: (a) tujuan; (b) subjek belajar; (c) materi pelajaran; (d) strategi pembelajaran; (e) media pembelajaran; dan (f) penunjang (Anni, 2010: 194).

Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses belajar oleh siswa sebagai pebelajar dan guru sebagai pembelajar yang terjadi secara interaktif dengan proses konstruktif melalui komponen-komponen pembelajaran sebagai pendukungnya.

2.1.2 Kualitas Pembelajaran

Kualitas pembelajaran artinya mempersoalkan bagaimana kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama ini berjalan dengan baik serta menghasilkan luaran yang baik pula (Hamzah, 2009: 153). Sedangkan Hamdani (2011: 194) menjelaskan bahwa kualitas dimaknai sebagai mutu atau keefektifan. Sedangkan efektivitas belajar merupakan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran, termasuk pembelajaran seni. Pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan ketrampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran.

(32)

belajar siswa, iklim belajar, materi pembelajaran yang berkualitas, kualitas media dan sistem pembelajaran. Semua indikator saling mempengaruhi kualitas pembelajaran. Sedangkan pandangan teori konstruktivisme terhadap pembelajaran adalah proses yang terjadi dalam pembelajaran bertujuan untuk mendukung proses belajar aktif yang berguna untuk membentuk pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan (Winataputra, 2008: 6.15).

Bedasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran merupakan tolak ukur dari komponen dalam pembelajaran yang berjalan dengan baik dan dapat menghasilkan proses serta hasil belajar yang optimal sesuai dengan tujuan pembelajaran, yakni peningkatan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan serta pengembangan sikap. Dalam pembelajaran IPA melalui model Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash ini indikator kualitas pembelajaran adalah keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar. 2.1.2.1 Keterampilan Guru

Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan menghubungkan beberapa aspek. Untuk menciptakan suatu pembelajaran yang aktif, inovatif dan kreatif diperlukan keterampilan mengajar.Keterampilan guru merupakan karakteristik umum dari seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diwujudkan melalui tindakan (Rusman, 2012: 80).

(33)

keterampilan mengajar yang berperan dalam menentukan kualitas pembelajaran yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas serta mengajar kelompok kecil dan perseorangan. Berikut penjelasan mengenai 8 keterampilan mengajar tersebut:

2.1.2.1.1 Keterampilan Bertanya

(34)

Manfaat keterampilan bertanya menurut Rusman (2012) adalah (1) meningkatkan partisipasi siswa; (2) membangkitkan minat dan rasa ingin tahu; (3) mengembangkan pola pikir dan cara belajar aktif; (4) menuntun proses berpikir siswa; (5) memusatkan perhatian siswa.

Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan bertanya mampu membuat interaksi antara guru dan siswa. Komponen-komponen keterampilan bertanya turut menunjang pemusatan perhatian siswa dan pemngembangan pola pikir siswa.

2.1.2.1.2 Keterampilan Memberi Penguatan

Menurut Mulyasa (2009: 77) penguatan adalah respon terhadap perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut. Penguatan dapat berbentuk verbal maupun non verbal yang dapat memberikan informasi atau umpan balik bagi penerima atas perbuatannya sebagai suatu tindakan dorongan atau koreksi.

Tujuan pemberian penguatan menurut Mulyasa (2009: 78) adalah (1) meningkatkan perhatian siswa; (2) merangsang dan meningkatkan motivasi siswa; (3) meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa yang produktif.

Menurut Djamarah (2010: 120-122) dalam memberikan penguatan diperlukan penggunaan komponen keterampilan yang tepat. Komponen tersebut adalah sebagai berikut:

(35)

Ucapan tersebut dapat berupa kalimat atau kata-kata, seperti: bagus, baik, betul, benar, tepat, dan lain-lain.

b. Penguatan Gestural adalah pemberian penguatan dengan semua gerakan tubuh. Penguatan gestural dapat dilakukan dengan mimik yang cerah, senyum, mengangguk, acungan jempol, tepuk tangan, memberi salam, menaikkan bahu, geleng-geleng kepala, dan lain-lain. c. Penguatan Kegiatan adalah bentuk penguatan yang terjadi bila guru

menggunakan suatu kegiatan atau tugas, sehingga siswa dapat memilihnya atau menikmatinya sebagai suatu hadiah atas suatu pekerjaannya. Contoh penguatan kegiatan adalah pulang lebih dulu, menjadi ketua kelas, diberikan waktu istirahat yang lebih lama, dan lain-lain yang menyenangkan.

d. Penguatan Mendekati adalah penguatan yang dilakukan guru dengan cara memberikan perhatian kepada siswa dengan menunjukkan bahwa guru tertarik atau secara fisik guru mendekati siswa. Contohnya guru berdiri di samping siswa, berjalan mendekat, duduk dekat kelompok diskusi dan lain-lain.

e. Penguatan Sentuhan adalah penguatan yang terjadi bila guru secara fisik menyentuh siswa, misalnya menepuk bahu, berjabat tangan, mengusap kepala, yang semuanya ditujukan untuk penghargaan penampilan, tingkah laku atau kerja siswa.

(36)

penghargaan terhadap suatu penampilan, tingkah laku atau kerja siswa. Contoh penguatan tanda yang berbentuk tulisan misalnya piagam, sertifikat, ijazah, dan tanda penghargaan. Dapat pula berupa suatu benda seperti piala, bintang, dan medali.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian penguatan baik secara verbal maupun non verbal akan memberikan informasi atau umpan balik yang dapat meningkatkan motivasi dan kegiatan belajar siswa.

2.1.2.1.3 Keterampilan Mengadakan Variasi

Variasi dalam pembelajaran adalah perubahan yang dilakukan dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan (Mulyasa, 2009: 78).Mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar, ditujukan dengan adanya perubahan gaya mengajar, media yang digunakan dan perubahan pola interaksi. Menurut Rahman (2012: 85) peserta didik adalah individu unit, heterogen dan memiliki interes yang berbeda-beda. Karena itulah guru harus mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran, guru harus memiliki kemampuan untuk mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran.

Menurut Rusman (2012: 86) tujuan dan manfaat keterampilan variasi yaitu:

(37)

d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenangi.

Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan memberikan variasi yang dilakukan guru untuk membuat pembelajaran lebih menarik, menghilangkan kejenuhan dan mampu meningkatkan motivasi belajar dan memberikan kesempatan untuk berkembangnya bakat siswa.

2.1.2.1.4 Keterampilan Menjelaskan

Keterampilan menjelaskan diperlukan dalam pengajaran hampir pada semua topik yang terdapat dalam kurikulum. Keterampilan menjelaskan menurut Djamarah (2010: 131) merupakan pemberian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan sebab akibat, antara yang sudah dialami dengan yang belum dialami. Sedangkan menurut Mulyasa (2009: 80) ada beberapa komponen yang harus diperhatikan dalam keterampilan menjelaskan yaitu (1) perencanaan; (2) penyajian.

(38)

memberikan penjelasan kepada siswa dengan baik maka akan dapat membimbing anak untuk mengetahui dan memahami fakta, definisi, dan prinsip secara objektif dan benar dari pelajaran yang telah diajarkan. Penggunaan penjelasan dalam pembelajaran memiliki beberapa komponen-komponen sebagai berikut:

a. Merencanakan

Dalam kegiatan pembelajaran ada tiga kegiatan, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Dalam pelaksanaannya, semua kegiatan tersebut memerlukan keterampilan menjelaskan. Penjelasan yang dilakukan perlu direncanakan dengan baik, terutama berkenaan dengan isi materi maupun aktivitas siswa.

b. Penyajian suatu penjelasan

Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) kejelasan, dalam memberikan penjelasan hendaknya menggunakna bahasa yang mudah dimengerti; (2) penggunaan contoh ilustrasi; (3) pemberian tekanan, dalam memberikan penjelasan guru harus memusatkan perhatian siswa kepada topik utama; (4) penggunaan balikan, hendaknya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merespon, menunjukkan perhatian atau ketidakmengertian saat penjelasan diberikan.

(39)

perencanaan dan penyajian informasi yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan suatu hubungan sebab akibat.

2.1.2.1.5 Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Membuka dan menutup pelajaran harus dilakukan secara profesional untuk memberikan dampak positif dalam kegiatan pembelajaran. Membuka pelajaran adalah usaha guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan pra kondisi bagi siswa untuk memusatkan perhatian dan mental terhadap apa yang akan dipelajari (Rusman, 2009: 80).

Adapun komponen dalam membuka pelajaran menurut Usman (2009: 92-93) adalah (1) menarik perhatian siswa; (2) menimbulkan motivasi; (3) memberi acuan dalam berbagai usaha; (4) membuat kaitan atau hubungan antara metri yang dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki siswa.

Menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran (Rusman, 2012: 92). Ada beberapa komponen dalam menutup pelajaran yaitu: (1) meninjau kembali penguasaan inti pelajaran; (2) mengevaluasi.

Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengkondisian perhatian dan mental siswa untuk menjalani pembelajaran dan mencapai tujuan belajar yang akan dicapai pada akhir pembelajaran.

2.1.2.1.6 Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

(40)

memecahkan masalah (Mulyasa, 2009: 89).Tidak semua pembicaraan dalam kelompok kecil itu selalu dapat dikatakan diskusi, tetapi yang dimaksud dengan diskusi kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok individu dalam suatu interaksi tatap muka secara kooperatif yang bertujuan membagi informasi, membuat keputusan, dan memecahkan masalah. Diskusi kelompok kecil ini sangat bermanfaat untuk memberikan pengalaman pendidikan bagi anak didik yang terlibat di dalamnya. Guru sebagai pembimbing sebaiknya menciptakan suasana diskusi yang terbuka, memilih topik yang sesuai dengan kemampuan anak didik, memusatkan perhatian anak, dan membagi partisipasi dalam berpendapat.

Komponen-komponen dalam diskusi kelompok kecil menurut Usman (2009: 94) adalah (1) memusatkan perhatian siswa topik diskusi; (2) memperluas masalah atau urunan pendapat; (3) menganalisis pandangan siswa; (4) meningkatkan pendapat siswa; (5) menyebarkan kesempatan berpartisipasi; (6) menutup diskusi.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa diskusi kelomok kecil adalah interaksi tatap muka sekelompok orang yang saling berpartisipasi untuk mengambil kesimpulan atau memecahkan masalah.

2.1.2.1.7 Keterampilan Mengelola Kelas

(41)

pengelolaan kelas merupakan kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses interaksi edukatif.

Menurut Usman (2009: 98) ada dua komponen dalam pengelolaan kelas yakni: (1) keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal; (2) keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara iklim pembelajaran yang kondusif.

2.1.2.1.8 Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan

Pembelajaran individual adalah pembelajaran paling humanis untuk memenuhi kebutuhan dan interes siswa (Rusman, 2012: 91). Guru berperan sebagai organisator, motivator, narasumber, konselor, sekaligus sebagai peserta kegiatan. Sedangkan menurut Mulyasa (2008: 92) mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian kepada setiap peserta didik.

Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih banyak akrab antara guru dengan siswa (Usman, 2009: 103).

(42)

Jadi dapat disimpulkan bahwa kecakapan atau keterampilan guru memiliki andil yang besar dalam membimbing siswa untuk mengembangkan motivasi, minat dan bakat yang ada dalam diri siswa agar mampu berkembang dan menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Guru hendaknya memiliki keterampilan inovatif untuk membimbing siswa dalam proses perkembangannya.

Dari kajian teori tersebut, peneliti telah merumuskan indikator-indikator yang harus ada dalam keterampilan mengajar guru yaitu: (1) keterampilan membuka pelajaran; (2) keterampilan bertanya; (3) keterampilan penguatan; (4) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil dan perseorangan; (5) keterampilan mengadakan variasi; (6) keterampilan menjelaskan; (7) keterampilan mengelola kelas; (8) keterampilan menutup pelajaran.

(43)

2.1.2.2Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa yang sejati adalah belajar sambil bekerja. Dengan bekerja, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat (Hamalik, 2001: 172).

Djamarah (2008:2) berpendapat bahwa aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisional. Djamarah menyebutkan aktivitas siswa dalam kelas adalah mendengarkan, memandang, meraba, menulis, membaca, membaca ringkasan, mengamati tabel atau bagan-bagan, menyusun kertas kerja, berpikir, mengingat dan praktek.

Sementara itu Whipple (dalam Hamalik, 2011: 173) membagi kegiatan-kegiatan murid menjadi 7 kelompok yaitu: (a) bekerja dengan alat-alat visual, (b) ekskursi dan trip, (c) mempelajari masalah-masalah, (d) mengapresiasi literatur, (e) ilustrasi dan konstruksi, (f) bekerja menyajikan informasi, dan (g) cek dan tes. Sedangkan Dierich (dalam Hamalik, 2001: 172) membagi aktivitas belajar dalam delapan kelompok, yaitu: aktivitas visual, aktivitas oral, aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, aktivitas menggambar, aktivitas metric, aktivitas mental, aktivitas emosional lebih jelasnya keterangan mengenai kegiatan tersebut antara lain:

(44)

2)Oral activities: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3)Listening activities: mendengarkan, uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4)Writing activities: menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. 5)Drawing activities: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6)Motor activities: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7)Mental activities: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8)Emotional activities: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Jadi dengan klasifikasi aktivitas seperti diuraikan tersebut, menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Apabila aktivitas-aktivitas siswa tersebut dapat diterapkan di sekolah, maka kegiatan pembelajaran pun akan lebih dinamis dan kondusif.

Adapun indikator aktivitas siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1)kegiatan visual (visual activities); (2) kegiatan lisan (oral activities); (3) kegiatan mendengarkan (listening activities); (4) kegiatan menulis (writing activities); (5) kegiatan metric (motor activities); (6) kegiatan emosional (emotional activities) dan (7) kegiatan mental (mental activities).

(45)

mengembangkan keterampilan yang bermakna dalam pembelajaran IPA melalui model Think Pair Share berbantuan Macromedia Flashyang indikatornya: (1) mempersiapkan diri untuk menerima pembelajaran (Motor activities); (2) keterlibatan siswa dalam pembelajaran (Motor activities); (3) bertanya dan menjawab pertanyaan guru mengenai rangkaian Macromedia Flash yang ditayangkan (Visual acitivities ); (4) memperhatikan penjelasan guru mengenai Macromedia Flash dan materi pembelajaran (Listening activities); (5) berdiskusi dengan teman sebangku (Oral activities); (6) mengerjakan lembar kerja (Writing activities); (7) mempresentasikan hasil diskusi (Oral activities); (8) memberikan pendapat atas hasil diskusi teman (Mental activities); (9) kemampuan mengerjakan soal evaluasi (Emotional activities); (10) membuat rangkuman materi dan menyimpulkan (Writing activities).

2.1.2.3 Iklim Belajar

Iklim adalah suatu kondisi, pengaruh, dan rangsangan dari luar yang meliputi pengaruh fisik, sosial, dan intelektual yang mempengaruhi siswa. Iklim pembelajaran mencakup aspek-aspek yang meliputi: 1) suasana kelas yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kegiatan pembelajaran yang menarik, menantang, menyenangkan dan bermakna bagi pembentukan profesionalitas kependidikan; dan 2) perwujudan nilai dan semangat ketauladanan, prakarsa, dan kreativitas guru (Depdiknas, 2004:9).

(46)

kumulatif; (b) mempelajari nama-nama peserta didik secara langsung; (c) mempertimbangkan lingkungan pembelajaran dan lingkungan peserta didik; (d) memberikan tugas yang jelas, dapat dipahami, sederhana dan tidak bertele-tele; (e) menyiapkan kegiatan sehari-hari agar apa yang dilakukan dalam pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan, tidak terjadi banyak penyimpangan; (f) bergairah dan semangat dalam melakukan pembelajaran; (g) berbuat sesuatu yang berbeda dan bervariasi, jangan monoton sehingga membantu disiplin dan gairah belajar peserta didik; (h) menyesuaikan argumentasi dengan kemampuan peserta didik, jangan memaksakan peserta didik sesuai dengan pemahaman guru atau mengukur peserta didik dari kemampuan gurunya.

Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa iklim pembelajaran adalah segala situasi yang muncul antara guru dan peserta didik atau antar peserta didik yang menjadi ciri khusus dari kelas dan mempengaruhi proses belajar mengajar..

2.1.2.4 Kualitas Media Pembelajaran

Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media yang baik akan mengaktifkan siswa dalam memberikan tanggapan, umpan balik, dan mendorong siswa untuk melakukan praktik-praktik yang benar (Hamdani, 2010:73).

(47)

perantara komunikasi dalam pembalajaran menurut Gerlach dan Ely (dalam Daryanto, 2010:9) sebagai berikut.

1) Kemampuan fiksatif, yaitu kemampuan untuk menangkap, menyimpan dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian. Melalui kemampuan ini peristiwa atau objek yang telah terjadi dapat disimpan agar dapat ditampilkan kembali sebagai sarana belajar siswa.

2) Kemampuan manipulatif, yaitu media dapat menampilkan kembali peristiwa atau objek yang dimanipulasi agar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

3) Kemampuan distributif, yaitu media dapat disajikan untuk siswa dalam jumlah yang lebih besar secara serempak.

(48)

2.1.2.5 Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan (Depdiknas,2008). Bahan ajar atau materi pembelajaran secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.

Menurut Depdiknas (2004:9), materi pembelajaran yang berkualitas tampak dari: (1) kesesuaiannya dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus dikuasai siswa; (2) ada keseimbangan antara keluasaan dan kedalaman materi dengan waktu yang tersedia; (3) materi pembelajaran sistematis dan kontekstual; (4) dapat mengakomodasikan partisipasi aktif siswa dalam belajar semaksimal mungkin; (5) dapat menarik manfaat yang optimal dari perkembangan dan kemajuan bidang ilmu, teknologi, dan seni; (6) materi pembelajaran memenuhi kategori filosofis, profesional, psiko-pedagogis dan praktis.

(49)

2.1.2.6 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh oleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Aspek-aspek perubahan perilaku tersebut diperoleh melalui apa yang dipelajari oleh peserta didik (Rifa’i, 2010: 85).

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan-keterampilan. Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensinya kemanusiaan saja (Suprijono, 2009: 5)

Secara umum kompetensi dampak hasil belajar adalah sebagai berikut (1) memiliki persepsi dan sikap positif terhadap belajar (2) mau dan mampu mendapatkan dan mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta membangun sikapnya (3) mau dan mampu memperluas serta memperdalam pengetahuan dan keterampilan serta membangun sikapnya (4) mau dan mampu menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya secara bermakna (5) Mau dan mampu membangun kebiasaan berpikir, bersikap, dan bekerja produktif (Depdiknas, 2004:8).

(50)

(dalam Hamdani, 2011:68), perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk sebagai berikut:

1) Informasi verbal, yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun tulisan.

2) Kecakapan intelektual, yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol.

3) Strategi kognitif, yaitu kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya.

4) Sikap, yaitu hasil pembelajaran berupa kecakapan individu untuk memilih jenis tindakan yang akan dilakukan.

5) Kecakapan motorik, yaitu hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.

Bloom (dalam Sardiman, 2011: 23) menetapkan tiga domain/ ranah sebagai hasil belajar, yaitu:

2.1.2.6.1 Ranah kognitif (Kognitif Domain)

(51)
(52)

2.1.2.6.2Ranah Afektif (Affective Domain)

Ranah afektif merupakan ranah yang berkenaan dengan sikap, kemam-puan, dan penguasaan segi-segi emosional, seperti perasaan, sikap, dan nilai yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Adapun kategori dalam ranah afektih terdiri atasreceiving (sikap menerima),responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi) dan characterization (karakterisasi).

2.1.2.6.2 Ranah Psikomotorik (Psychomotor Domain)

Ranah ini berkenaan dengan suatu keterampilan-keterampilan atau gerakan-gerakan fisik. Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Kata operasional untuk aspek psikomotorik menunjuk pada aktualisasi kata-kata yang dapat diamati yang meliputi: (1) muscular or motor skill; mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil, melompat, menggerakkan dan menampilkan; (2) manipulations of materials or objects; mereparasi, menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan, dan membentuk; (3) neuromus-cular coordination; mengamati, menerapkan, menghubungkan, menggandeng, memadukan, memasang, memotong, menarik, dan menggunakan.

(53)

disini adalah peningkatan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki siswa setelah pembelajaran IPA melalui Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash dengan indikator yang mencakup tiga ranah tersebut diantaranya ranah kognitif diantaranya (1) mempelajari struktur bumi, (2) mempelajari proses pembentukan bumi; (3) menjelaskan lapisan bumi dan strukturnya (4) mengerjakan lembar kerja; (5) menanggapi teman yang sedang mempresentasikan hasil diskusinya. Sedangkan ranah afektif meliputi (1) kesiapan dalam menerima pembelajaran; (2) memperhatikan penjelasan materi; (3) kedisiplinan siswa dalam pembelajaran; (4) partisipasi siswa saat pembelajaran. Dan ranah psikomotorik adalah (1) membuat hasil karya berupa lembar portofolio yang akan dipajang di kelas; dan (2) membuat ringkasan materi yang telah disajikan.

2.1.3 Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam

Pada hakekatnya IPA merupakan makna alam dan berbagai fenomenanya/perilaku/kartakteristik yang dikemas menjadi sekumpulan teori maupun konsep melalui serangkaian proses ilmiah yang dilakukan manusia (Mariana, 2009:13). Sedangkan menurut Sulistyorini (2006) ada tiga dimensi dalam pembelajaran IPA, yang akan dijabarkan sebagai berikut:

1) IPA sebagai produk

(54)

yaitu dimensi “proses”, maksudnya proses mendapatkan ilmu pengetahuan alam itu sendiri.

2) IPA sebagai proses

IPA sebagai proses yaitu proses mendapatkan IPA melalui suatu proses/ model ilmiah. Ada tujuh tahap dalam mengembangkan model ilmiah yaitu:

a) Observasi/pengamatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan panca indra.

b) Klasifikasi yaitu proses pengumpulan hasil pengamatan berdasarkan perbedaan dan persamaan yang dimiliki.

c) Interpretasi yaitu penafsiran terhadap data-data yang telah diperoleh dari hasil pengamatan.

d) Prediksi yaitu memperkirakan apa yang akan terjadi berdasarkan kecenderungan atau pola hubungan yang terdapat pada data yang telah diperoleh.

e) Hipotesis yaitu suatu pernyataan berupa dugaan sementara tentang kenyataan-kenyataan yang ada di alam melalui perkiraan.

f) Mengendalikan variabel yaitu mengukur variabel sehingga ada perbedaan pada akhir eksperimen karena pengaruh variabel yang diteliti.

(55)

3) IPA sebagai pemupukan sikap

IPA sebagai pemupukan sikap ilmiah terhadap alam sekitar. Setidaknya ada sembilan aspek ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia sekoah dasar, yaitu:

a) Sikap ingin tahu (curiousity) maksudnya adalah suatu sikap yang selalu ingin tahu mendapatkan jawaban yang benar dari objek yang diamatinya. b) Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality)

Sikap ini bertitik tolak dari kesadaran bahwa jawaban yang telah mereka peroleh dari rasa ingin tahuitu tidaklah bersifat final atau mutlak, tetapi masih bersifat sementara. Hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan berfikir maupun keterbatasan pengamatan panca indra manusia untuk menetapkan suatu kebenaran. Sikap anak usia SD seperti itu dapat dipupuk dengan cara mengajaknya melakukan pengamatan langsung pada objek-objek yang terdapat di lingkungan sekolah. Data yang mereka peroleh akan dapat memberikan sesuatu yang baru baginya tentang objek yang diamatinya itu.

c) Sikap kerja sama (cooperation)

(56)

d) Sikap tidak putus asa (persevernce)

Suatu usaha apapun, biasanya ada saja hambatannya.adalah tugas guru memberikan motivasi bagi anak didik yang mengalami kegagalan dalam upayanya menggali ilmu dalam bidang IPA agar tidak putus asa.

e) Sikap tidak berprasangka (open mindedness)

Sejak awalnya IPA mengajarkan kepada kita untuk menetapkan kebenaran berdasarkan dua kategori yaitu rasionalitas dan objektivitas. Sikap tidak berprasangka dapat dikembangkan secara dini kepada anak usia SD dengan jalan melakukan observasi adn eksperimen dalam mencari kebenaran ilmu.

f) Sikap mawas diri (self criticism)

Anak usia SD harus dikembangkan sikapnya untuk jujur pada dirinya sendiri, menjunjung tinggi kebenaran, dan berani melakukan koreksi pada dirinya sendiri.

g) Sikap bertanggung jawab (responsibility)

Berani mempertanggungjawabkan apa yang telah diperbuatnya adalah suatu sikap yang mulia. Sikap bertanggungjawab harus dikembangkan sejak usia SD, misalnya dengan membuat dan melaporkan hasil pengamatan, hasil eksperimen ataupun hasilkerjanya yang lain.

h) Sikap kedisiplinan diri (self dicipline)

(57)

Sedangkan Muhtadin (2010) menambahkan hakekat IPA sebagai teknologi. Perkembangan teknologi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari menjadi bagian penting dari belajar sains. Sains bersifat praktis sebagai bekal yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Siswa harus terlibat dalam pembelajaran sains yang berkaitan dengan masalah kehidupan sehari-hari dan juga dalam memahami dampak sains dan teknologi pada masyarakat.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tinjauan utama pembelajaran IPA ialah agar siswa memahami konsep-konsep IPA yang sederhana dan saling keterkaitannya, serta mampu menggunakan model ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dengan lebih menyadari kebesaran dan kebiasaan pencipta alam semesta. Siswa tidak hanya dituntut memahami konsep-konsep IPA, tetapi juga dituntut untuk merefleksikan pengetahuan yang diperoleh kedalam bentuk teknologi yang mampu mensejahterakan kehidupan mereka serta generasi berikutnya tanpa meninggalkan nilai-nilai positif, agama, budaya serta pendidikan.

2.1.4 Pembelajaran IPA di SD

(58)

tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakekat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakekat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan.

Pembelajaran Sains atau IPA sebaiknya dilakukan secara inkuiri ilmiah (scientific inqury). Hal ini untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA SD menekankan pemberian secara langsung melalui pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Depdiknas, 2006). Adapun ruang lingkup bahan kajian IPA SD berdasarkan kurikulum 2006 meliputi aspek-aspek, seperti; makhluk hidup dan proses kehidupan, benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya, energi dan perubahannya dan bumi dan alam semesta.

(59)

pencapaian kompetensi untuk penilaian. Sehingga setiap kegiatan pendidikan formal di SD harus mengacu pada kurikulum tersebut.

Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

Adapun ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD / MI yang disebutkan dalam BSNP (2006: 18) meliputi aspek-aspek berikut:

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia , hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.

2) Benda / Materi , sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. 3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

(60)

Dari beberapa kajian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA yang dilaksanakan di SD bertujuan untuk mengetahui, mempelajari dan mensyukuri karunia dan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa dengan mengembangkan sikap positif dan menggunakan teknologi sebagai wujud kesadaran untuk menjaga dan melestarikan lingkungan dan menerapkan kegiatan positif dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.5 Hakekat Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (Rusman, 2012: 202).

Model pembelajaran kooperatif menurut Slavin(dalam Rusman, 2012: 205)merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi siswa, meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain. Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru (Suprijono, 2009: 54).

(61)

1) Hasil belajar akademik, yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalm tugas-tugas akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit.

2) Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam latar belakang.

3) Pengembangan keterampilan social, yaitu untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam kelompok.

Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan (Hamdani, 2010: 30). Unsur yang harus dipenuhi dalam pembelajaran kooperatif menurut Roger dan Johnson (dalam Lie, 2002:31-37) adalah sebagai berikut.

1) Saling ketergantungan positif, yaitu dalam kelompok terdapat ketergantungan antara kelompok dengan anggotanya, karena keberhasilan kelompok bergantung pada usaha setiap anggota.

2) Tanggung jawab perseorangan, yaitu pada pembelajaran kooperatif, setiap siswa dalam satu kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sama.

(62)

4) Komunikasi antar anggota, yaitu guru harus mampu mendorong siswa untuk aktif mengemukakan pendapatnya saat kegiatan diskusi sehingga terjadi pertukaran informasi yang akan menambah pengetahuan bagi masing-masing anggota.

5) Evaluasi proses kelompok, yaitu evaluasi proses kelompok bertujuan untuk mengukur sejauh mana proses kerja kelompok dan hasil kerja kelompok, agar selanjutnya dapat bekerja sama dengan lebih baik.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok kecil yang saling membantu untuk memecahkan atau menyelesaikan masalah dan diarahkan oleh guru utnuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Model pembelajaran kooperatif sangat bermacam-macam, akan tetapi prinsip dari pembelajaran ini adalah kerjasama kelompok, baik kelompok besar maupun hanya berpasangan. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model Think Pair Share.

2.1.6 Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share

(63)

Pairing” pada tahap ini guru meminta peserta didik berpasang-pasangan.Hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangannya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Tahap ini disebut “Sharing”.

Kelebihan pembelajaran Think Pair Share juga diungkapkan oleh Huda (2011: 136) yaitu: (1) memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain; (2) mengoptimalkan partisipasi siswa; (3) memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain; (4) bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.

Sedangkan menurut Lie (dalam Fitraini, 2011) kelebihan dari strategi Think Pair Share ini antara lain: (1) meningkatkan kemandirian siswa; (2) meningkatkan partisipasi siswa untuk menyumbangkan pemikiran karena merasa leluasa dalam mengungkapkan pendapatnya; (3) membentuk kelompoknya lebih mudah dan lebih cepat; dan (4) melatih kecepatan berpikir siswa.

(64)

jawaban juga dapat meningkat; akuntabilitas siswa berkembang karena siswa harus saling melaporkan hasil pemikiran masing-masing dan berdiskusi dengan pasangannya, kemudian pasangan-pasangan tersebut harus berbagi dengan seluruh kelas. Jumlah anggota kelompok yang kecil mendorong setiap anggota untuk terlibat secara aktif, sehingga siswa jarang atau bahkan tidak pernah berbicara di depan kelas paling tidak memberikan ide atau jawaban karena pasangannya.

Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran Think Pair Share menurut Trianto (2009: 81-82) adalah:

1) Berfikir (Thinking) guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.

2) Berpasangan (Pairing) guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh dan mengerjakan LK.

3) Berbagi (Sharing) guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Dalam hal ini siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.

2.1.6.1 Teori Konstruktivisme yang MendukungModel Pembelajaran KooperatifThink Pair Share

1. Piaget

(65)

tidak sesuai lagi. Perspektif kognitif-konstruktivis, yang menjadi landasan Think Pair Sharebanyak mengadopsi pendapat Piaget (Arends, 2008: 46-47). Perspektif ini menyatakan bahwa pelajar dengan umur berapapun terlibat secara aktif dalam proses mendapatkan informasi dan mengontruksikan pengetahuannya sendiri. Pengetahuan tidak statis, tetapi berevolusi dan berubah secara konstan selama pelajar mengkontruksikan pengalaman-pengalaman baru yang memaksa mereka untuk mendasarkan diri pada dan memodifikasi pengetahuan sebelumnya.

2. Vygotsky

Vygotsky (Arends, 2008: 47) seperti halnya Piaget yang percaya bahwa intelek berkembang ketika individu menghadapi pengalaman baru dan membingungkan, ketika mereka berusaha mengatasi diskrepansi yang ditimbulkan oleh pengalaman-pengalaman. Model Pembelajaran Kooperatif didasari oleh teori belajar Konstruktivisme, Vigotsky (dalam Trianto, 2009: 226) menyatakan bahwa dalam teori belajar konstruktivisme siswa harus

menemukan

sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.

3. Konstruktivisme dan Think Pair Share

(66)

siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi stimulus untuk merangsang siswa ke pemahaman yang lebih tinggi.

Dalam membangun sendiri pengetahauannya, peserta didik dapat memperoleh pengetahuan melalui kegiatan yang beraneka ragam dengan guru sebagai fasilitator. Kegiatan itu dapat berupa diskusi kelompok kecil, diskusi kelas, mengerjakan tugas kelompok, tugas untuk mengerjakan kedepan 2-3 siwa dalam waktu yang sama dan untuk soal yang sama dan tugas menyampaikan penjelasan atau mengkomunikasikan pendapat atau presentasi tentang sesuatu yang terkait dengan materi. Dengan kegiatan yang beraneka ragam peserta didik akan membangun pengetahuan sendiri melalui membaca, diskusi, tanya jawab, kerja kelompok, pengamatan, pencatatan, pengerjaan dan presentasi.

Teori belajar konstruktivisme mendukung pendekatan kooperatif tipe Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash karena dalam proses pembelajaran siswa akan diberikan stimulus oleh guru baik berupa strategi belajar, penciptaan lingkungan belajar dan media pembelajaran agar siswa lebih antusias dalam belajar dan dapat membangun pengetahuannya sendiri.

2.1.7 Macromedia Flash

(67)

salah satu program aplikasi yang digunakan untuk mendesain animasi yang banyak digunakan saat ini. Saat membuka situs atau halaman internet tertentu, biasanya terdapat animasi objek grafis yang bergerak dari besar menjadi kecil, dari terang menjadi redup, dari bentuk satu menjadi bentuk lain, dan masih banyak lagi yang lain. Adapun animasi-animasi objek grafis tersebut dapat dikerjakan dengan Macromedia Flash (Asyhar,2012:187).

Macromedia Flash memiliki beberapa keunggulan daripada software lain, yakni animasi dapat dibentuk, dijalankan dan dikontrol sesuai dengan materi pembelajaran yang dikehendaki. Selain itu gambar Flash adalah gambar vector sehingga tidak akan pecah meski dizoom beratus kali (Pramono, 2004: 12).

Media yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah media Audiovisual melalui software Macromedia Flash dengan didukung oleh media projektor. Menurut Daryanto (2010: 67-68) media presentasi Audiovisual merupakan media yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau materi melalui perangkat alat saji seperti komputer atau proyektor. Materi yang disampaikan dalam media presentasi biasanya dikemas dalam bentuk teks, gambar, animasi dan Macromedia Flash yang dikombinasikan antara satu dengan yang lainnya secara utuh. Kelebihan dari media presentasi dibandingkan media yang lain adalah kemampuan untuk menampilkan unsur audiovisual dalam pembelajaran.

(68)

2) Hasil akhir file flash memiliki ukuran yang lebih lain dibandingkan file yang lain

3) Flash mampu mengimpor hampir semua file gambar dan file-file audio sehingga presentasi dengan flsh dapat lebih hidup.

4) Flash mampu membuat file exe

5) Font presenetasi tidak akan berubah meskipun PC yang digunkan tidak memliki font tersebut

6) Gambar flash merupakan gambar vektor sehingga tidak akan pernah pecah-pecah

7) Flash dapat dijalankan pada smua sistem windows maupun macintohs

8) Hasil akhir dapat disimpan dalam berbagai macam bentuk file. Misalnya, swf, exe, dll.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Macromedia Flash merupakan salah satu program aplikasi yang digunakan untuk mendesain animasi berupa grafis, dapat dibentuk, dikontrol sesuai materi pembelajaran yang dikehendaki. Adapun langkah-langkah penggunaan Macromedia Flash dalam pembelajaran IPA adalah sebagai berikut:

1) Mempersiapkan MacromediaFlash. Sebelum dimulai pembelajaran pastikan bahwa media siap ditampilkan, cek juga urutannya apakah sudah benar, dan perlu atau tidaknya media lain untuk membantu.

(69)

5) Penayangan judul materi, 6) Penayangan isi materi.

2.1.8 Model Think Pair Share Berbantuan Macromedia Flash

2.1.8.1 Pengertian Model Think Pair Share Berbantuan Macromedia Flash.

Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash merupakan suatu penggabungan antara model pembelajaran yang membantu siswa untuk membangun keterkaitan makna dalam proses belajar melalui media (Trianto, 2012:104).Pendekatan ini membantu siswa menemukan dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuannya untuk memperoleh keterampilan melalui kegiatan yang beraneka ragam, proses bermain sambil belajar serta proses interaksinya dengan penggunaan Macromedia Flash. Pendekatan ini diharapkan mampu meningkatkan keterampilan guru dalam mengajar, minat dan aktivitas siswa dalam belajar sehingga mereka akan memperoleh hasil belajar yang maksimal.

2.1.8.2 Karakteristik Model Think Pair Share Berbantuan Macromedia Flash 2.1.8.2.1 Langkah-langkah Pembelajaran

Gambar

Gambar 3.1Alur Tahapan PTK (Arikunto, 2009: 16)
Tabel 3.1 Tabel 3.1  Nilai Ketuntasan Individual
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Data Kualitatif
Tabel 3.5 KriteriaPenilaian Setiap Indikator
+7

Referensi

Dokumen terkait

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara pasti prosedur pemberian kredit pemilikan rumah kepada karyawan swasta di PT.Bank Tabungan Negara Kantor Cabang

Hasil rata-rata tingkat nyeri menstruasi sebelum senam dysmenorhea sebesar 4,17 atau 50,0 % hal ini menunjukkan tingkat nyeri menstruasi yang dirasakan pada

Guru dituntut tidak hanya mengetahui teori-teori tentang demokrasi dan menciptakan pembelajaran hanya sebagai sebuah transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi

1) Adaptasi terhadap kenaikan harga BBM, yaitu deskripsi respon nelayan garuk untuk menentukan opsi rasional dan efektif dalam menangani dampak kenaikan harga BBM pada

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pengembangan produk berupa bahan ajar lingkungan sahabat kita berbasis Problem Based Learning

Pergeseran ke pendekatan terarah di waktu yang tepat dapat diterapkan di Aceh dan Nias untuk mengatasi kawasan yang kacau, sementara meningkatnya jumlah lembaga, dengan dana

Penulis mengambil tema kumpulan cerita rakyat indonesia, karena sekarang ini anak-anak lebih mengenal cerita yang berasal dari budaya asing dari pada cerita-cerita rakyat yang