• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Anatomi Normal Rongga Mulut Rahang Atas Di Tinjau dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Denpasar Bali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Anatomi Normal Rongga Mulut Rahang Atas Di Tinjau dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Denpasar Bali"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUANMAHASISWAKEPANITERAAN KLINIK

TERHADAP ANATOMI NORMAL RONGGA MULUT

RAHANG ATAS DITINJAU DARI RADIOGRAFI

PANORAMIK PADA SALAH SATUFAKULTAS

KEDOKTERAN GIGIDI DENPASARBALI

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

MAYLISA KARMINA SARI NIM : 100600012

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Radiologi Tahun 2014

Maylisa Karmina Sari

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Anatomi Normal Rongga Mulut Rahang Atas Di Tinjau dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Denpasar Bali

xii + 35 halaman

Radiografi sangat berperan penting dalam kedokteran gigi sebagai alat membantu penegakan diagnosis, rencana perawatan dan evaluasi hasil perawatan.Radiografi dibutuhkan apabila pemeriksaan klinis sukar untuk memastikan suatu penyakit.Dalam mendiagnosis yang tepat, setiap dokter harus mengetahui anatomi normal yang baik sehingga dapat diinterpretasi.Hal inilah yang mendasari peneliti ingin melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali.

Penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana dengan cross sectional study di salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali dengan jumlah sampel 100 mahasiswa kepaniteraan klinik.Untuk memperoleh data responden dilakukan dengan pengisian kuisioner.

Hasil yang diperoleh 94% mahasiswa kepaniteraan klinik menjawab dengan benar mengenai pengetahuan anatomi sinus maksilaris, dinding sinus maksilaris, fossa nasal.

Kesimpulan penelitian ini pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jakarta tentang anatomi normal pada radiografi panoramik dikategorikan baik sebesar 71%.

(3)

PENGETAHUANMAHASISWAKEPANITERAAN KLINIK

TERHADAP ANATOMI NORMAL RONGGA MULUT

RAHANG ATAS DITINJAU DARI RADIOGRAFI

PANORAMIK PADA SALAH SATUFAKULTAS

KEDOKTERAN GIGIDI DENPASARBALI

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

MAYLISA KARMINA SARI NIM : 100600012

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 28 Januari 2014

Pembimbing: Tanda tangan

Dr. Trelia Boel, drg., M.kes., Sp.RKG (K) NIP : 19650214 199203 2 004

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini dipertahankan di hadapan penguji pada tanggal 28 Januari 2014

TIM PENGUJI

KETUA : Dr. Trelia Boel, drg., M.kes., Sp.RKG (K) ANGGOTA : 1. H. Amrin Thahir, drg

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan rahmatnya kepada penulis sehingga skripsi dapat selesai disusun untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih terdalam kepada Ayahanda Syahrial Karo-karo dan Ibunda Primadona Silawati yang memberi kasih sayang, didikan, dan dukungan secara moral dan materil kepada penulis. Kakak tersayang Siska Anggeriana Sari dan Yuliana Sari, dan adik tersayang Rizky Tarenta Sari serta seluruh keluarga besar tercinta atas doa dan semangat yang diberikan selama ini. Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing, Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes, Sp.RKG(K), yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga dan kesabaran dalam membimbing penulis selama penyelesaian skripsi ini.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini pula, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes, Sp.RKG(K) selaku Ketua Departemen Radiologi Kedokteran Gigi dan sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk, dorongan serta penghargaan yang berharga kepada penulis.

3. H. Amrin Thahir, drg selaku dosen berpengalaman di Departemen Radiologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

4. Cek Dara Manja, drg., M.Kes, Sp.RKG, Dewi Kartika, drg., Maria Novita Helen Sitanggang, drg., selaku staf pengajar Departemen Radiologi Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

(7)

6. Kepada seluruh dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik, membantu, memberikan ilmu selama perkuliahan penulis.

7. Kepada seluruh staf bagian Radiologi Kedokteran Gigi yang selama ini sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

8. Kepada sahabat penulis Mila, Mala, Zulmi, Rizka, Dedi, Fandra, Shinta, Ridho dan semua anggota tim skripsi Departemen Radiologi yang telah memberikan perhatian dan semangatnya kepada penulis.

9. Kepada keluarga besar KMUS FKG USU yang telah mengajarkan pengalaman hidup yang sangat berharga dimana penulis tidak dapat memperolehnya selama pendidikan di FKG-USU.

10. Kepada teman-teman stambuk 2010 yang selama ini berjuang bersama penulis dalam menuntut ilmu di FKG-USU.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, maka dengan kerendahan hati dan lapang dada penulis menerima kritikan dan saran dari berbagai pihak

Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat dalam pengembangan wawasan penulis di bidang Radiologi Kedokteran Gigi dan juga memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi khususnya Departemen Radiologi Kedokteran Gigi serta masyarakat.

Medan, 28 Januari 2014 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengetahuan ... 4

2.2 Radiografi Kedokteran Gigi ... 5

2.3 Klasifikasi Radiografi Kedokteran Gigi ... 6

2.4 Radiografi Panoramik ... 7

2.4.1 Kriteria Penggunaan Radiografi Panoramik ... 8

2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Radiografi Panoramik ... 8

2.4.3 Anatomi Normal Rahang Atas Radiografi Panoramik ... 10

2.4.3.1 Rongga Orbita ... 11

2.4.3.2 Sinus Maksilaris ... 12

2.4.3.3 Fossa Nasal ... 12

2.4.3.4 Arkus Zigomatik ... 13

2.4.3.5 Dinding Sinus Maksilaris ... 13

2.4.3.6 Inferior Nasal Concha ... 13

2.4.3.7 Tuberositas Maksila ... 13

2.4.3.8 Prosesus Mastoid ... 14

2.4.3.9 Prosesus Styloid ... 15

(9)

2.4.4 Interpretasi Patologi pada Radiografi Panoramik ... 15

2.5 Kerangka Teori ... 17

2.6 Kerangka Konsep ... 18

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 19

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

3.3 Populasi dan Sampel ... 19

3.3.1 Populasi ... 19

3.3.2 Sampel ... 19

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 20

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 21

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Responden BerdasarkanJenis Kelamin ... 24

4.2Pengetahuan Tentang Anatomi Rongga Orbita ... 24

4.3 Pengetahuan Tentang Anatomi Sinus Maksilaris ... 25

4.4 Pengetahuan Tentang Anatomi Fossa Nasal ... 25

4.5 Pengetahuan Tentang Anatomi Arkus Zigomatik ... 25

4.6 Pengetahuan Tentang Anatomi Dinding Sinus Maksilaris ... 26

4.7 Pengetahuan Tentang Anatomi Inferior Nasal Concha ... 26

4.8 Pengetahuan Tentang Anatomi Prosesus Styloid ... 26

4.9 Pengetahuan Tentang Anatomi Tuberositas Maksila ... 27

4.10 Pengetahuan Tentang Anatomi Prosesus Mastoid ... 27

4.11 Pengetahuan Tentang Anatomi Spina Angular ... 27

4.12 Tingkat Pengetahuan Secara Individu Tentang Anatomi Normal Rongga Mulut Rahang Atas ... 28

BAB 5 PEMBAHASAN ... 29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 33

6.2 Saran ... 33

(10)
(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Frekuensi Responden BerdasarkanJenis Kelamin ... 24 2. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang

Anatomi Rongga Orbita pada Radiografi Panoramik ... 24 3. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang

Anatomi Sinus Maksilaris pada Radiografi Panoramik ... 25 4. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang

Anatomi Fossa Nasal pada Radiografi Panoramik ... 25 5. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang

Anatomi Arkus Zigomatik pada Radiografi Panoramik ... 25 6. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang

Anatomi Dinding Sinus Maksilaris pada Radiografi Panoramik. . 26 7. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang

Anatomi Inferior Nasal Concha pada Radiografi

Panoramik ... 26 8. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang

Anatomi Prosesus Styloid pada Radiografi Panoramik ... 26 9. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang

Anatomi Tuberositas Maksila pada Radiografi Panoramik ... 27 10. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang

Anatomi Prosesus Mastoid pada Radiografi Panoramik ... 27 11. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Struktur Anatomi pada Radiografi Panoramik ... 11

2. Rongga Orbita pada Radiografi Panoramik ... 12

3. Tuberositas Maksila pada Radiografi Panoramik ... 13

(13)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1. Tingkat Pengetahuan Secara Individu TentangAnatomi Normal

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner Penelitian

2. Surat Persetujuan Komisi Etik (Ethical Clearance) 3. Data Hasil Perhitungan SPSS

4. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian 5. Informed Consent

(15)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Radiologi Tahun 2014

Maylisa Karmina Sari

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Anatomi Normal Rongga Mulut Rahang Atas Di Tinjau dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Denpasar Bali

xii + 35 halaman

Radiografi sangat berperan penting dalam kedokteran gigi sebagai alat membantu penegakan diagnosis, rencana perawatan dan evaluasi hasil perawatan.Radiografi dibutuhkan apabila pemeriksaan klinis sukar untuk memastikan suatu penyakit.Dalam mendiagnosis yang tepat, setiap dokter harus mengetahui anatomi normal yang baik sehingga dapat diinterpretasi.Hal inilah yang mendasari peneliti ingin melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali.

Penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana dengan cross sectional study di salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali dengan jumlah sampel 100 mahasiswa kepaniteraan klinik.Untuk memperoleh data responden dilakukan dengan pengisian kuisioner.

Hasil yang diperoleh 94% mahasiswa kepaniteraan klinik menjawab dengan benar mengenai pengetahuan anatomi sinus maksilaris, dinding sinus maksilaris, fossa nasal.

Kesimpulan penelitian ini pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jakarta tentang anatomi normal pada radiografi panoramik dikategorikan baik sebesar 71%.

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Radiografi kedokteran gigi merupakan alat yang bermanfaat dan sangat dibutuhkan dalam perawatan kedokteran gigi. Radiografi kedokteran gigi memungkinkan untuk dapat melakukan diagnosis kondisi fisik pada kasus yang sangat sulit dibedakan, menentukan prognosis, memandu dalam perawatan, mengevaluasi dan mengobservasi hasil perawatan, serta membantu perencanaan perawatan penyakit mulut seperti karies, penyakit periodontal dan kelainan rongga mulut lainnya.1 Terdapat dua macam jenis radiografi yang ada dikedokteran gigi yaitu: radiografi intra oral (film berada didalam mulut pasien) dan radiografi ekstra oral (film berada diluar mulut pasien. Panoramik termasuk dalam radiografi ekstra oral yang paling umum digunakan oleh dokter gigi.2-4

Gambaran panoramik akan memperlihatkan daerah yang lebih luas dibandingkan radiografi intra oral, karena proyeksi panoramik meliputi antara tulang wajah dan gigi, dan juga dapat menggambarkan berbagai struktur anatomi luar rahang.2,3 Panoramik sering digunakan untuk membantu mendeteksi perkembangan tulang yang abnormal, lesi patologis pada gigi, rahang dan fraktur tulang. Disamping itu, panoramik juga sering digunakan oleh dokter gigi untuk melihat posisi dari molar ketiga, melihat kehilangan tulang yang disebabkan penyakit periodontal maupun resorpsi tulang pada pasien edentulous.5

Pada praktik kedokteran gigi, diagnosa ditegakkan setelah melakukan anamnesis, pemeriksaan subjektif, pemeriksaan objektif dan pemeriksaan pendukung (pemeriksaan radiografi), dalam hal ini seorang praktisi kedokteran gigi harus memiliki pengetahuan mengenai antomi normal dari kepala dan leher, agar mampu menginterpretasi struktur – struktur anatomi normal yang terdapat pada gambaran panoramik,3 sehingga diagnosa dapat ditegakkan dengan tepat.

(17)

oklusal.7Berdasarkan survei yang telah dilakukan Sheerwood (2010) lebih dari 80% dokter gigi tidak dapat mengidentifikasi akar berlebih dan lengkung akar bukal, dan tidak ada dokter gigi yang dapat menginterpretasi lebar ligament periodontal, lamina dura, dan variasi kanal.8

Berdasarkan penelitian-penelitian diatas yang menunjukkan banyaknya kesalahan-kesalahan dalam menginterpretasi hasil radiografi, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap anatomi normal rongga mulut rahang atas ditinjau dari radiografi panoramik pada salah satu fakultas kedokteran gigi di Denpasar Bali.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap anatomi normal rongga mulut pada rahang atas dengan menggunakan radiografi panoramik pada Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap radiografi anatomi normal rongga mulut pada rahang atas dengan menggunakan radiografi panoramik pada Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis adalah hasil penelitian akan memberikan gambaran pengetahuan terhadap anatomi normal rongga mulut pada rahang atas dan dengan menggunakan radiografi panoramik dari mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali.

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengetahuan

Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan lingkungannya.Wujudnya dapat berupa pengetahuan, sikap, dan tindakan.Perilaku mulai dibentuk dari pengetahuan atau ranah (domain) kognitif.Subjek atau individu mengetahui adanya rangsangan yang berupa materi atau objek diluar dirinya, kemudian terbentuk pengetahuan baru. Pengetahuan baru ini akan menimbulkan tanggapan batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang diketahuinya tadi.9

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, baik indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.10 Pengetahuan merupakan domain kognitif yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).9,10 Pengetahuan dapat diperoleh secara alami maupun terencana yaitu melalui proses pendidikan.9

Pengetahuan merupakan ranah kognitif yang mempunyai tingkatan, yaitu:9,10

1.Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau terhadap suatu rangsangan tertentu. Oleh karena itu, ‘tahu’ merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa seseorang ‘tahu’ tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2.Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

(19)

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4.Analisis (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih berkaitan satu dengan lainnya. Kemampuan analisis ditandai dengan penggunaan kata kerja diantaranya dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5.Sintesis (synthesis), yaitu kemampuan menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Sintesis juga dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori yang telah ada.

6.Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada, misalnya dapat membandingkan, menanggapi, menafsirkan dan sebagainya.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur, dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas.9,10

2.2 Radiografi Kedokteran Gigi

Radiografi kedokteran gigi merupakan alat yang membantu dalam mendiagnosa dan menentukan rencana perawatan penyakit dalam rongga mulut seperti karies, penyakit periodontal dan kelainan patologis lainnya yang ada pada rongga mulut. Dalam penatalaksanaan perawatan gigi, sangat baik jika dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiografi sehingga tahapan dalam pengobatan bisa berjalan sebaik mungkin.1,11,12

Radiografi kedokteran gigi memiliki banyak kegunaan diantaranya:4 1.Untuk mendeteksi lesi.

2.Untuk membuktikan suatu diagnosa penyakit.

(20)

5.Untuk mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi. 6.Untuk melihat adanya karies, penyakit periodontal dan trauma.

7.Sebagai dokumentasi dan rekam medis yang dapat diperlukan sewaktu-waktu.

2.3 Klasifikasi Radiografi Kedokteran Gigi

Radiografi di kedokteran gigi ada dua macam yaitu:2,4 A. Radiografi intra oral

Radiografi intra oral adalah radiografi yang memperlihatkan gigi dan struktur disekitarnya.Pemeriksaan intraoral adalah pokok dari dental radiografi.Pada radiografi intra oral film diletakkan didalam mulut pasien. Tipe-tipe radiografi intra oral secara umum:2

1. Periapikal radiografi

Bertujuan untuk memeriksa gigi (crown and root) serta jaringan disekitarnya. Indikasi utama dalam menggunakan radiografi jenis ini adalah; untuk mendeteksi infeksi/ inflamasi dari apikal, menilai status periodontal, untuk melihat kondisi trauma pada gigi dan tulang alveolar, untuk melihat adanya gigi yang belum erupsi serta posisinya, untuk melihat morfologi dari bentuk akar sebelum dilakukan pencabutan, observasi pada perawatan endodontik,dan lain-lain.4

2. Interproksimal radiografi (Bitewing radigrafi)

Bertujuan untuk memeriksa crown, crest alveolar di maksila dan mandibula dalam satu film. Film yang dipakai adalah film khusus.2 Indikasi utama dalam penggunaan radiografi jenis ini adalah; untuk mendeteksi karies interproksimal (terutama karies dini), untuk menilai kondisi crest alveolar anatara dua gigi untuk memantau perkembangan karies gigi, untuk menilai kondisi dari restorasi serta untuk menilai status periodontal.4

3. Oklusal radiografi

Bertujuan untuk melihat area yang lebih luas lagi yaitu maksila atau mandibula dalam satu film. Film yang digunakan adalah film khusus.2,4 Oklusal radiografi digunakan dengan tujuan melihat:

•Lokasi akar gigi.

•Lokasi supernumerary,tidak erupsi, atau gigi yang impaksi.

•Salivary stone di saluran kelenjar submandibular.

(21)

•Evaluasi basis sinus maksilaris.

•Evaluasi fraktur di maksila dan mandibula.

Pemeriksaan daerah cleft palate.

•Mengukurperubahan dalam bentuk dan ukuran dari maksila dan mandibula.

B. Radiografi Ekstra Oral

Radiografi ekstra oral merupakan pemeriksaan radiografi yang lebih luas dari kepala dan rahang. Film berada diluar mulut.2 Tipe radiografi ekstra oral yaitu; panoramik, lateral jaw, lateral cephalometric, postero-anterior, proyeksi submentovertec, proyeksi waters dan lain-lain.2,4

Panoramik merupakan tipe dari radiografi ekstra oral yang paling banyak digunakan.2,3,4

2.4Radiografi Panoramik

Radiografi panoramik, disebut juga pantomography atau dental panoramic tomography, merupakan teknik radiografi yang menghasilkan satu gambaran tomografi struktur wajah termasuk lengkung gigi maksila dan mandibula beserta struktur pendukungnya.4,13Teknik ini adalah variasi kurvilinier dari tomografi konvensional dan berlandaskan pada prinsip pergerakan resiprokal sumber sinar-x dan sebuah reseptor gambar di sekitar point sentral, disebut image layer, yang menjadi lokasi objek berada. Objek pada bagian depan atau belakang layer tidak

tertangkap dengan jelas karena pergerakannya relatif menuju pusat rotasi reseptor sinar-x.13

2.4.1 Kriteria Penggunaan Radiografi Panoramik

Kriteria-kriteria yang direkomendasikan untuk penggunaan radiografi panoramik pada praktik kedokteran gigi dalam situasi sebagai berikut:4

a. Lesi tulang atau gigi yang tidak erupsi dimana ukuran dan posisinya tidak dapat terlihat oleh radiografi intra oral.

b. Bagian dari pemeriksaan tulang alveolar pada periodontitis dengan poket lebih dari enam mm.

c. Penilaian sebelum dilakukannya intervensi bedah.

(22)

Sebagai tambahan penggunaan radiografi panoramik di rumah sakit berguna untuk menilai:

a. Fraktur di seluruh bagian mandibula kecuali regio anterior.

b. Penyakit pada antral, khususnya bagian dinding dasar, dinding posterior dan dinding media.

c. Penyakit destruktif pada permukaan artikular sendi temporomandibular.

d. Penilaian tinggi vertikal tulang alveolar sebagai bagian dari perencanaan pra-implantasi.

2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Radiografi Panoramik

Kelebihan utama dari penggunaan radiografi panoramik adalah mengulas secara luas tulang-tulang wajah dan gigi, dosis radiasi yang rendah dan waktu yang singkat dalam pengambilan gambar yaitu sekitar 3-4 menit, termasuk waktu memposisikan pasien dan waktu pemaparan.13 Kelebihan lainnya dari radiografi panoramik adalah:4

a. Gambaran area yang luas dan seluruh jaringan ditampilkan.

b. Radiografi panoramik dapat dengan mudah dipahami pasien, sehingga bermanfaat menjadi sarana edukasi bagi pasien.

c. Pengambilan posisi relatif sederhana.

d. Pandangan keseluruhan rahang memberikan penilaian cepat pada penyakit, bahkan mungkin penyakit yang tidak dicurigai sebelumnya.

e. Pandangan kedua sisi mandibula dalam satu film bermanfaat dalam menilai fraktur dan cukup nyaman dilakukan pada pasien yang terluka atau sakit.

f. Dinding dasar antral, juga dinding posterior dan media dapat terlihat dengan baik. g. Kedua prosesus kondiloideus dimunculkan dalam satu film sehingga memudahkan dalam melakukan perbandingan.

(23)

Kerugian lain dari radiografi panoramik dapat diuraikan dalam poin-poin sebagai berikut:4

a. Gambaran tomografi ini hanya menampilkan satu bagian dari pasien, sehingga struktur atau kejanggalan yang tidak mencolok tidak terlihat jelas.

b. Jaringan lunak dan rongga udara dapat terhalangi oleh jaringan keras. c. Bayangan artefaktual dapat menghalangi gambaran struktur yang penting.

d. Penggunaan indirect-action film dan intensifying screen menghasilkan penurunan kualitas gambar tapi resolusinya dapat ditingkatkan dengan menggunakan digital imaging receptor.

e. Teknik ini tidak cocok pada pasien anak dibawah umur enam tahun atau pasien yang mempunyai kemampuan terbatas karena panjangnya siklus pemaparan.

f. Beberapa pasien tidak dapat menyesuaikan diri sehingga beberapa struktur dapat keluar dari fokus.

g. Pergerakan pasien selama pemaparan dapat menyebabkan distorsi sehingga menyulitkan interpretasi.

2.4.3 Anatomi Normal Rahang Atas Pada Radiografi Panoramik

Secara garis besar yang termasuk kedalam struktur anatomi normal rahang atas pada radiografi panoramik adalah: batas kortikal maksila, termasuk posterior borderdan ridge alveolar, fisura pterygomaksilaris; sinus maksilaris; kompleks zygomatikus, termasuk pinggiran

lateral dan inferior orbita, prosesus zygomatikus, dan bagian anterior arkus zygomatikus; nasal cavity dan conchae, gigi geligi maksila dan tulang alveolar.13

(24)

Gambar 1. Struktur anatomi pada radiografi panoramik2

Keterangan : 1. Rongga orbita, 2. Rongga hidung, 3. Septum nasi, 4. Sinus maksilaris, 4a. Dinding sinus maksilaris 5.Prosesus palatinus, 6.Kanal insisivum, 7.Arkus zigomatikus, 8.Spina angular, 9.Prosesus kondilus mandibula, 10.Prosesus koronoid mandibula, 11.Tuberositas maksila, 12.Lateral pterygoid plate with superimposition of the coronoid process of mandible and zygomtic arc, 13. Coronoid notch, 14.Fossa glenoidalis, 15.Prosesus styloid, 16.Prosesus mastoid, 17.Oblique ridge of the mandible, 18.Foramen mandibula, 19.Kanal mandibula inferior, 20.Foramen mentalis, 21.Tuberkel genial, 22.Inferior border of the mandible, 23.Sudut mandibula, 24.Panorex chin rest, 25. Middle cranial fossa, 26. Hamulus

2.4.3.1 Rongga Orbita

(25)

Gambar 2. Rongga orbita pada radiografi panoramik14

2.4.3.2 Sinus Maksilaris

Sinus maksilaris berbentuk seperti piramida, yaitu rongga yang berisi udara yang menempati sebagian besar rahang atas gigi posterior pada setiap sisi. Sinus maksilaris juga terletak pada setiap bagian samping dari fossa hidung, dan meluas sampai bagian dekat akar gigi rahang atas bagian posterior.13,14

Pada gambaran radiografi, sinus maksilaris tampak sebagai area radiolusen yang dibatasi oleh garis radiopak tipis. Walaupun penting untuk membandingkan bagian kanan dan kiri dari sinus maksilaris ketika mencari kelainan, penting untuk diingat bahwa sinus sering tampak tidak simetris terhadap bentuk dan ukuran.13

2.4.3.3 Fossa Nasal

(26)

2.4.3.4 Arkus Zigomatik

Pada gambaran radiografi panoramik, arkus zigomatik biasanya tampak sebagai radiopacity yang berbentuk segitiga yang memanjang dekat dari daerah posterior sinus maksilaris sampai ke sudut atas gambaran radiograf.Kepadatan arkus zigomatik cukup homogen. Sutura zigomatiko-temporal terlihat pada daerah ini sebagai garis radiolusen yang dapat terlihat seperti garis fraktur pada arkus zigomatik.14

2.4.3.5 Dinding Sinus Maksilaris

Gambaran radiografi panoramik dari sinus maksilaris adalah radiolusen.Pada area apeks premolar dan molar rahang atas terlihat garis radiopak tulang kortikal yang merupakan dinding dari sinus maksilaris.Perluasan dinding dari sinus maksilaris yang berukuran kecil biasanya meluas dari premolar dua sampai molar dua. Bila sinus besar bisa terlihat dari kaninus atau premolar satu sampai lebih dari molar tiga rahang atas.14

2.4.3.6 Inferior Nasal Concha

Inferior nasal concha meluas secara horizontal sepanjang dinding lateral nasal cavity.Inferior nasal concha memiliki dua permukaan, dua dinding dan dua ektremitas. Permukaan lateral berbentuk konkaf dan membentuk bagian dari inferior meatus.15

2.4.3.7 Tuberositas Maksila

(27)

Gambar 3.Tuberositas maksila pada gambaran radiografi panoramik14

2.4.3.8 Prosesus mastoid

(28)

Gambar 4.Prosesus mastoid pada gambaran radiografi panoramik14

2.4.3.9 Prosesus styloid

Prosesus styloid adalah tulang yang berkembang dari tulang temporal dan terletak di bagian depan foramen stylomastoid. Prosesus styloid memiliki bentuk runcing yang menonjol dibagian bawah telinga, berfungsi sebagai syaraf-syaraf bicara pada suatu membran yang nantinya akan dihubungkan dengan pita suara pada manusia. Prosesus styloid terlihat radiopak dari gambaran radiografi panoramik.14

2.4.3.10 Spina Angular

Pada gambaran radiografi panoramik spina angular diproyeksikan pada bagian posterior dari greater wing tulang sphenoid pada kedua sisi, terletak pada posterolateral dari foramen spinosum. Spina angular dapat memberikan perlekatan pada ligament sphenomandibular.14

2.4.4 Interpretasi Patologi pada Radiografi Panoramik

(29)
(30)

2.5 Kerangka Teori

Radiografi Kedokteran Gigi

Radiografi Intraoral Radiografi

Ekstraoral

Periapikal

Bitewing

Oklusal

Panoramik Lateral Jaw Posteroanterior Chepalometrik Proyeksi Waters

(31)

2.6 Kerangka Konsep

Radiografi panoramik Pengetahuan Anatomi normal Rahang Atas dari gambaran Panoramik

Rongga orbita

Sinus maksilaris

Fossa Nasal

Arkus zigomatik

Dinding sinus maksilaris

Inferior nasal concha

Tuberositas maksila

Kurang Sedang Baik

Prosesus mastoid

Prosesus styloid

(32)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional, dimana penelitian dilakukan dengan mengambil sampel dari suatu populasi tertentu

dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di klinik salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali, waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2013.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali. Metode sampel yang digunakan adalah simple random sampling, dimana seluruh mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas

Kedokteran Gigi di Denpasar Bali memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sebagai sampel. Maka besar sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut:

n

= d2

(33)

Keterangan rumus : n : Jumlah sampel

Z : Derajat kepercayaan. (95% = 1,96) P : Proporsi populasi penelitian. (0,5) Q : Selisih antara populasi. (1-P) d : Selang kepercayaan. (10%) Cara Perhitungan Sampel Minimum

n

=

(0,1)2 (1,96)2 (0,5) (1-0,5)

n =

96, 04

Jadi, besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan terhadap anatomi normal rongga mulut pada rahang atas ditinjau dari radiografi panoramik yang di definisikan sebagai hasil pemikiran dan interpretasi tentang anatomi normal rongga mulut pada rahang atas dari hasil gambaran radiografi panoramik.Pengetahuan responden dapat diukur dengan kusioner, jawaban yang benar diberi nilai 1, jawaban yang salah diberi nilai 0. Kemudian jumlah skor setiap responden dihitung sebagai berikut:

Persentase skor = (jumlah skor benar) x 100% (jumlah seluruh pertanyaan) Baik = skor >75%

(34)

3.5 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mendatangi dan menyebar kuesioner pada mahasiswa kepaniteraan klinik. Prosedur pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Meminta izin kepada Dekan pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali dan Ketua dari tiap – tiap Departemen untuk melakukan penelitian;

2. Menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali;

3. Pengisian kuesioner oleh mahasiswa kepaniteraan klinik dan kemudian peneliti menunggu sampai kuesioner selesai diisi;

4. Pengumpulan kuesioner dan pemeriksaan kelengkapan jawaban, kemudian dilakukan analisa.

3.6 Pengolahan dan Analisa Data

3.6.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan sistem komputer.

3.6.2 Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan menghitung skor masing-masing tiap responden, kemudian dimasukkan kedalam persentase dimana jika >75% maka termasuk kedalam kategori berpengetahuan baik, jika persentase masuk kedalam kategori 60-75% maka termasuk kedalam kategori berpengetahuan sedang dan jika persentase masuk kedalam kategori <60% maka masuk kedalam kategori berpengetahuan kurang.

3.7 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup: 1. Lembar persetujuan (informed consent)

Peneliti melakukan pendekatan dan memberikan lembar persetujuan kepada responden kemudian menjelaskan terlebih dahulu tujuan penelitian, tindakan yang akan dilakukan serta menjelaskan manfaat yang diperoleh dari hal-hal lain yang berkaitan dengan penelitian.

(35)
(36)

3.8 Alur Penelitian

Pembuatan kuesioner

Peneliti menyebarkan kuesioner mengenai pengetahuan terhadap anatomi normal rongga mulut pada rahang atas ditinjau dari radiografi panoramik kepada mahasiswa kepaniteraan klinik

Mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu FKG di Bali mengisi kuesioner yang telah diberikan

Setelah data diperoleh maka dilakukan tabulasi data dengan mengelompokkan data dalam table frekuensi dan

melakukan coding data

(37)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Dalam penelitian ini sampel yang didapat berjumlah 100 orang.Responden berasal dari mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali.Adapun hasil penelitian tertera pada tabel-tabel dibawah ini.

Tabel 1. Frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin

Frekuensi Persentase

Laki-laki 26 26.0

Perempuan 74 74.0

Total 100 100.0

4.2 Pengetahuan Tentang Anatomi Rongga Orbita

Tabel 2. Frekuensi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang anatomi rongga orbita pada radiografi panoramik

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Rongga Orbita pada Radiografi Panoramik

Frekuensi Persentase

Benar 93 93.0

Salah 7 7.0

(38)

4.3 Pengetahuan Tentang Anatomi Sinus Maksilaris

Tabel 3. Frekuensi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang anatomi sinus maksilaris pada radiografi panoramik

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Sinus Maksilaris pada Radiografi Panoramik

Frekuensi Persentase

Benar 94 94.0

Salah 6 6.0

Total 100 100.0

4.4 Pengetahuan Tentang Anatomi Fossa Nasal

Tabel 4. Frekuensi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang anatomifossa nasal pada radiografi panoramik

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Fossa Nasal pada Radiografi Panoramik

Frekuensi Persentase

Benar 94 94.0

Salah 6 6.0

Total 100 100.0

4.5 Pengetahuan Tentang Anatomi Arkus Zigomatik

Tabel 5. Frekuensi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang anatomi arkus zigomatik pada radiografi panoramik

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Arkus Zigomatik pada Radiografi Panoramik

Frekuensi Persentase

Benar 91 91.0

Salah 9 9.0

(39)

4.6 Pengetahuan Tentang Anatomi Dinding Sinus Maksilaris

Tabel 6. Frekuensi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang anatomi dinding sinus maksilaris pada radiografi panoramik

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Dinding Sinus Maksilaris pada Radiografi Panoramik

Frekuensi Persentase

Benar 94 94.0

Salah 6 6.0

Total 100 100.0

4.7 Pengetahuan Tentang Anatomi Inferior Nasal Concha

Tabel 7. Frekuensi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang anatomiinferior nasal conchapada radiografi panoramik

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anantomi Inferior Nasal Concha pada Radiografi Panoramik

Frekuensi Persentase

Benar 2 2.0

Salah 98 98.0

Total 100 100.0

4.8 Pengetahuan Tentang Anatomi Prosesus Styloid

Tabel 8. Frekuensi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang anatomi prosesus styloid pada radiografi panoramik

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Prosesus Styloid pada Radiografi Panoramik

Frekuensi Persentase

Benar 59 59.0

Salah 41 41.0

(40)

4.9 Pengetahuan Tentang Anatomi Tuberositas Maksila

Tabel 9. Frekuensi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang anatomi tuberositas maksila pada radiografi panoramik

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi Tuberositas Maksila pada Radiografi Panoramik

Frekuensi Persentase

Benar 40 40.0

Salah 60 60.0

Total 100 100.0

4.10 Pengetahuan Tentang Anatomi Prosesus Mastoid

Tabel 10. Frekuensi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang anatomiprosesus mastoid pada radiografi panoramik

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anantomi Prosesus Mastoid pada Radiografi Panoramik

Frekuensi Persentase

Benar 77 77.0

Salah 23 23.0

Total 100 100.0

4.11 Pengetahuan Tentang Anatomi Spina Angular

Tabel 11. Frekuensi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang anatomi spina angular pada radiografi panoramik

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anantomi Spina Angular pada Radiografi Panoramik

Frekuensi Persentase

Benar 81 81.0

Salah 19 19.0

(41)

4.12 Tingkat Pengetahuan Secara Individu Tentang Anatomi Normal Rongga Mulut Rahang Atas

Grafik 1. Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik secara individu tentang anatomi normal rongga mulut rahang atas pada radiografi panoramik

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%

(42)

BAB 5 PEMBAHASAN

Radiografi panoramik merupakan teknik radiografi yang menghasilkan satu gambaran tomografi struktur wajah termasuk lengkung gigi maksila dan mandibula beserta struktur pendukungnya.4,13 Pengetahuan dasar mengenai anatomi normal rongga mulut mutlak diperlukan dalam menginterpretasi hasil radiografi untuk menunjang didapatnya kesimpulan diagnosa yang tepat.3

Penelitian ini telah dilakukan pada mahasiswa kepaniteraan klinik di salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali.Untuk memperoleh data dari responden dilakukan wawancara dengan bantuan kuesioner.Jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 100 orang yang terdiri dari 26 orang laki-laki dan 74 orang perempuan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan (Tabel 1) terdapat 26% responden dengan jenis kelamin laki-laki dan 74% responden dengan jenis kelamin perempuan. Bila dibandingkan dengan hasil penelitian Emilia Mestika (2012) yang melakukan penelitian di salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Utara dengan responden wanita sebanyak 72,5%.17 Penelitian lainnya yang dilakukan olehSergio Lins de-Azevedo-Vaz,dkk (2013) diperoleh hasil 24,1% frekuensi mahasiswa berjenis kelamin laki-laki.18 Hal ini memperlihatkan bahwa Fakultas Kedokteran Gigi lebih banyak diminati oleh wanita.

Pengetahuan responden tentang anatomi rongga orbita pada radiografi panoramik (Tabel 2) dikategorikan baik karena 93% responden menjawab dengan benar.Masih terdapat beberapa mahasiswa kepaniteraan klinik yang menginterpretasikan rongga orbita sebagai fossa nasal dikarenakan kedua anatomi ini terlihat radiolusen pada radiografi panoramik.

Secara radiografi rongga orbita tampak sebagai ruang radiolusen berbentuk lingkaran yang terletak lebih superior dari sinus maksilaris dan dikelilingi oleh garis radiopak yang tipis. Rongga orbita berfungsi sebagai tempat untuk bola mata yang dikelilingi oleh ridges untuk melindungi mata.14

(43)

menjawab pertanyaan tentang anatomi yang dimaksud. Berdasarkan penelitian M. Tasar, dkk,(2007) dari dua kasus hipoplasia dan aplasia bilateral sinus maksilaris yang dilaporkan ditemukan salah satunya akan berkaitan dengan abonormalitas sinus paranasal, sehingga sering terjadi kesalahan diagnosa.19

Sinus maksilaris berbentuk seperti piramida, yaitu rongga yang berisi udara yang menempati sebagian besar rahang atas gigi posterior pada setiap sisi.Sinus maksilaris juga terletak pada setiap bagian samping dari fossa hidung, dan meluas sampai bagian dekat akar gigi rahang atas bagian posterior.13 Sinus maksilaris pada radiografi panoramik radiolusen berbatas jelas dengan garis radiopak tipis di sekelilingnya.

Frekuensi responden yang menjawab benar tentang anatomi fossa nasal sebanyak 94% (Tabel 4) dan dikategorikan baik.Gambaran radiografi dari fossa nasal adalah radiolusen, dan beberapa mahasiswa kepaniteraan klinik salah menginterpretasikan fossa nasal sebagai sinus maksilaris dan rongga orbita.

Fossa nasal merupakan saluran udara dari hidung dimana gambaran radiografi panoramik terlihat dengan jelas ruang terbuka di daerah hidung yang merupakan lekukan lubang hidung. Terdapat dua ruang atau fossa yang dibatasi oleh midline.14

Frekuensi responden yang menjawab benar tentang anatomi arkus zigomatik sebanyak 91% (Tabel 5) dan dikategorikan baik.Beberapa mahasiswa menginterpretasikan arkus zigomatik sebagai tuberositas maksila karena kedua antomi tersebut terlihat radiopak pada gamabaran radiografi panoramik.

Arkus zigomatik tampak sebagai radiopacity yang berbentuk segitiga yang memanjang dekat dari daerah posterior sinus maksilaris sampai ke sudut atas gambaran radiograf. Kepadatan arkus zigomatik cukup homogen.14

Frekuensi responden yang menjawab benar tentang anatomi dinding sinus maksilaris sebanyak 94% (Tabel 6) dan dikategorikan baik.Beberapa mahasiswa menginterpretasikan dinding sinus maksilaris sebagai palatum keras karena kedua anatomi tersebut terlihat radiopak.

(44)

Frekuensi responden yang menjawab benar tentang anatomi inferior nasal concha adalah 2%(Tabel 7) dan dikategorikan kurang, karena hampir seluruh responden menjawab inferior nasal concha sebagai nasal septum. Nasal septum terletak pada midline, sementara inferior nasal concha terletak di kedua sisi dari midline.

Inferior nasal concha meluas secara horizontal sepanjang dinding lateral nasal cavity.Inferior nasal concha memiliki dua permukaan, dua dinding dan dua ektremitas. Permukaan lateral berbentuk konkaf dan membentuk bagian dari inferior meatus.15 Anatomi ini jarang menjadi perhatian karena anatomi ini jarang mengalami kelainan. Inferior nasal concha pada gambaran panoramik terlihat radiopak.

Frekuensi responden yang menjawab benar tentang anatomi prosesus styloid adalah 59%(Tabel 8)dan dikategorikan sedang, karena banyak responden yang menginterpretasikan prosesus styloid sebagai eminensia artikular dan fisura pterigomaksilaris.

Prosesus styloid adalah tulang yang berkembang dari tulang temporal dan terletak di bagian depan foramen stylomastoid. Prosesus styloid memiliki bentuk runcing yang menonjol di bagian bawah telinga, berfungsi sebagai syaraf-syaraf bicara pada suatu membran yang nantinya akan dihubungkan dengan pita suara pada manusia.14 Prosesus styloid pada gambaran panoramik terlihat radiopak.

Frekuensi responden yang menjawab benar tentang anatomi tuberositas maksila adalah 40% (Tabel 9) dan dikategorikan kurang, karena banyak responden yang menjawab hamulus pada anatomi tuberositas maksila, karena keduanya terlihat radiopak.

Tuberositas maksila merupakan bagian ujung distal dari tulang alveolar rahang atas dan ujung paling distal dari molar adalah eminensia tulang yang berbentuk bulat, tuberositas maksila terlihat radiopak dengan batas cembung pada distal rahang atas.14

Frekuensi responden yang menjawab benar tentang anatomi prosesus mastoid adalah 77% (Tabel 10) dan dikategorikan baik.Banyak responden yang salah menginterpretasikan prosesus mastoid sebagai prosesus styloid, karena letaknya dan keduanya terlihat radiopak.

(45)

Frekuensi responden yang menjawab benar tentang anatomi spina angular adalah 81% (Tabel 11) dan dikategorikan baik.Beberapa mahasiswa kepaniteraan klinik salah menginterpretasikan spina angular sebagai prosesus koronoid.

Spina angular diproyeksikan pada bagian posterior dari greater wing tulang sphenoid pada kedua sisi, terletak pada posterolateral dari foramen spinosum.Spina angular dapat memberikan perlekatan pada ligament sphenomandibular.14 Spina angular pada gambaran panoramik terlihat radiopak.

(46)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali memiliki kategori pengetahuan baik tentang anatomi normal rongga mulut pada radiografi panoramik, yaitu sebesar 71%, kategori sedang 21%, dan hanya 8% dengan kategori kurang.

6.2 Saran

Saran untuk bagian radiologi dental Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali berdasarkan hasil penelitian ini adalah :

1. Perlunya meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang anatomi normal rongga mulut rahang atas terutama inferior nasal concha, prosesus styloid dan tuberositas maksila

(47)

DAFTAR PUSTAKA

1. The use of dental radiographs. J American Dent Assoc 2006; 137: 1304-5.

2. Boel T. Dental Radiografi Prinsip dan Teknik. Medan: USU Press. 2013: 20-9, 56.

3. Perschbacher S. Interpretation of panoramic radiographs. J Australian Dent Assoc 2014; 57: 40-1.

4. Whaites E. Radiography and Radiology for Dental Care Professionals. 2nd ed. London: Elsevier, 2005: 83, 137-141, 147-9, 151-165.

5. Stefanac S, Nesbit S. Treatment Planning in Dentistry. 2nd America: Elsevier, 2007: 16-7. 6. Kuzmanovic D, Payne A, Kieser J, Dias G. Anterior loop of the mental nerve: a

morphological and radiographic study. J Clin Oral Impl 2003; 14: 464.

7. Pretty I, Maupome G. A Closer Look at Diagnosis in Clinical Dental Practice: Part 3. Effectiveness of Radiographic Diagnostic Procedures. J Can Dent Assoc 2004; 70: 388-90.

8. Sherwood I. Pre-operative diagnostic radiograph interpretation by general dental practitioners for root canal treatment. J Dentomaxillofacial Radiology 2014; 41: 43-4. 9. Budiarto. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta:

EGC, 2009: 1-4, 18-9.

10.Notoatmodjo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta, 2007:143-6. 11.Georgescu CE, Tanase G, Mihai A. Normal Radiographic Anatomy- Maxillary Lateral

Area. J OHDMBSC 2008; 7:13.

12.Raitz R, Junior JN, Correa L, Pereira MF. Parameter in Panoramic Radiography for Differentiation of Radiolucent Lesions. J Appl Oral Sci 2009; 17: 381-2.

13.White SC, Pharoah MJ. eds. Oral radiology: principles and interpretation, 6th ed. St Louis: Elsevier, 2009: 161-5, 175, 186-9.

14.Ludlow JB, Tyndall DA. Anatomy of the Panoramic Radiograph. Carolina: University of North Carolina School of Dentistry, 2003.

15.Human Anatomy.

(48)

16.Koong B. The Basic Principles of radiological Interpretation. J Australian Dental 2012; 57: 33, 35-8.

17.Mestika E. Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Terhadap Prosedur Penggunaan Radiografi Dental dalam Melakukan Perawatan Gigi. 2012. 18-30 (skripsi belum terpublikasi)

18.Azevedo-Vaz SL, Vasconcelos KF, Rovaris K, Ferreira NP, Neto FH. A survey on dental undergraduates knowledge of oral radiology. Braz J Oral Sci. 2013 ; Volume (12) ; 109-113.

(49)

Lampiran 1

DEPARTEMEN RADIOLOGI DENTAL FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TERHADAP

ANATOMI NORMAL RONGGA MULUT RAHANG ATAS DITINJAU

DARI RADIOGRAFI PANORAMIK PADA SALAH SATU FAKULTAS

KEDOKTERAN GIGI DI DENPASAR BALI

No. Responden : Tanggal : Jenis Kelamin : L / P

PETUNJUK PENGISIAN :

1. Pengisian kuesioner dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan klinik di FKG Denpasar Bali.

2. Jawablah setiap pertanyaan yang tersedia dengan melingkari jawaban yang dianggap benar.

3. Semua pertanyaan harus dijawab.

4. Setiap pertanyaan diisi dengan satu jawaban.

(50)

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TERHADAP ANATOMI NORMAL RONGGA MULUT RAHANG ATAS DITINJAU DARI RADIOGRAFI PANORAMIK PADA SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DI BALI

1. Menurut anda anatomi apakah yang terdapat pada angka 1? a. Fossa nasal

b. Prosesus palatinus c. Rongga orbital

2. Menurut anda anatomi apakah yang terdapat pada angka 4? a. Sinus maksilaris

b. Foramen insisivum c. Prosesus palatinus

3. Menurut anda anatomi apakah yang terdapat pada angka 2? a. Fossa nassal

b. Orbital

c. Sinus maksilaris

4. Menurut anda anatomi apakah yang terdapat pada angka 7? a. Tuberositas maksila

b. Arkus zigomatik c. Prosesus koronoid

(51)

b. Palatum keras c. Prosesus palatinus

6. Menurut anda anatomi apakah yang terdapat pada angka 3? a. Nasal septum

b. Inferior nasal concha c. Rongga nasal

7. Menurut anda anatomi apakah yang terdapat pada angka 15? a. Prosesus styloid

b. Fisura pterigomaksilaris c. Eminensia artikular

8. Menurut anda anatomi apakah yang terdapat pada angka 11? a. Prosesus koronoid

b. Hamulus

c. Tuberositas maksila

9. Menurut anda anatomi apakah yang terdapat pada angka 16? a. Middle cranial fossa

b. Prosesus mastoid c. Prosesus styloid

10.Menurut anda anatomi apakah yang terdapat pada angka 8? a. Spina angular

(52)
(53)

Lampiran 3

Frequency Table

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Laki-laki 26 26.0 26.0 26.0

Perempuan 74 74.0 74.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi

Rongga Orbita pada Radiografi Panoramik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 7 7.0 7.0 7.0

Benar 93 93.0 93.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi

Sinus Maksilaris pada Radiografi Panoramik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 6 6.0 6.0 6.0

Benar 94 94.0 94.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi

Fossa Nasal pada Radiografi Panoramik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

(54)

Benar 94 94.0 94.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi

Arkus Zigomatik pada Radiografi Panoramik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 9 9.0 9.0 9.0

Benar 91 91.0 91.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi

Dinding Sinus Maksilaris pada Radiografi Panoramik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 6 6.0 6.0 6.0

Benar 94 94.0 94.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi

Inferior Nasal Concha pada Radiografi Panoramik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 98 98.0 98.0 98.0

Benar 2 2.0 2.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi

Prosesus Styloid pada Radiografi Panoramik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

(55)

Benar 59 59.0 59.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi

Tuberositas maksila pada Radiografi Panoramik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 60 60.0 60.0 60.0

Benar 40 40.0 40.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi

Prosesus Mastoid pada Radiografi Panoramik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 23 23.0 23.0 23.0

Benar 77 77.0 77.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Anatomi

Spina Angular pada Radiografi Panoramik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 19 19.0 19.0 19.0

Benar 81 81.0 81.0 100.0

(56)

Lampiran4

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi Teman-teman,

Saya yang bernama Maylisa Karmina Sari, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU, ingin melakukan penelitian tentang “Pengetahuan Mahasiswa

Kepaniteraan Klinik Terhadap Anatomi Normal Rongga Mulut Rahang Atas DiTinjau Dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Denpasar Bali”.

Pada kesempatan ini, saya ingin teman-teman mengetahui dan memahami tujuan serta manfaat penelitian ini, sehingga memahami apa yang akan dilakukan, diperiksa dan didapatkan sebagai hasil penelitian ini. Dengan demikian, saya berharap Anda bersedia menjadi subjek penelitian ini dan saya percaya bahwa partisipasi Anda akan bermanfaat bagi Anda sendiri.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaranPengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Anatomi Normal Rongga Mulut Rahang Atas DiTinjau Dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Denpasar Bali.

Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi mengenaiPengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Anatomi Normal Rongga Mulut Rahang Atas DiTinjau Dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Denpasar Bali.

Pada penelitian ini Anda diminta untuk mengisi kuesioner yang akan diberikan kepada Anda.

(57)

Jika anda bersedia, surat pernyataan kesediaan menjadi subjek penelitian terlampir harap ditandatangani secara sadar dan tanpa paksaan dan dikembalikan kepada pihak peneliti. Perlu diketahui bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat dan Anda dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian ini berlangsung.

Demikian, mudah-mudahan keterangan di atas dapat dimengerti dan atas kesediaan Anda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

(58)

Lampiran5

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :

NIM :

Setelah membaca dan mendapatkan penjelasan serta memahami sepenuhnya mengenai apa yang akan dilakukan dan didapatkan pada penelitian yang berjudul:

“Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Anatomi Normal Rongga Mulut Rahang Atas DiTinjau Dari Radiografi Panoramik Pada Salah

Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Denpasar Bali.”

Maka saya menyatakan bersedia ikut berpartisipasi menjadi salah satu subjek penelitian untuk mengisi kuesioner yang diberikan kepada saya. Pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan.

Denpasar,...

Yang menyetujui, Subjek penelitian

(59)

Lampiran 6

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

No. Kegiatan

Waktu Penelitian

Oktober 2013 November 2013 Desember 2013 Januari 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Penyusunan

Proposal 2 Seminar

Proposal 3 Pengumpulan

Data 4 Pengolahan

dan Analisis Data

(60)

Lampiran 7

ANGGARAN BIAYA PENELITIAN

”Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Anatomi Normal Rongga Mulut Rahang Atas di Tinjau Dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas

Kedokteran Gigi di Denpasar Bali”

Besar biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian ini sebesar Rp 4.600.000 dengan rincian sebagai berikut:

1. Biaya penyiapan proposal Rp 100.000

2. Biaya pembuatan kuesioner Rp 300.000

3. Biaya alat tulis, kertas, tinta printer Rp 300.000 4. Biaya penjilidan dan penggandaan laporan Rp 200.000

5. Biaya transportasi Rp 3.000.000

6. Biaya tempat tinggal Rp 500.000

7. Biaya Konsumsi Rp 200.000

Total Rp 4.600.000

Anggaran biaya ditanggung oleh peneliti sendiri.

Peneliti

(61)

Lampiran 8

DATA PERSONALIA

Riwayat Peneliti

Nama Lengkap : Maylisa Karmina Sari Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Kutacane, Indonesia / 21 Mei 1992 Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum menikah

Alamat : Jalan Sumarsono no. 3 Medan Telepon/Hp : 085275344418

Email : elsakarokaro@ymail.com

Riwayat Pendidikan

1998-2004 : SDS Muhammadiyah Kutacane 2004-2007 : SMPN 1Kutacane

2007-2010 : SMAN PERISAI Kutacane

Gambar

Gambar 1. Struktur anatomi pada radiografi panoramik2
Gambar 2. Rongga orbita pada radiografi panoramik14
Gambar 3.Tuberositas maksila pada gambaran radiografi panoramik14
Gambar 4.Prosesus mastoid pada gambaran radiografi panoramik14
+6

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan telah membaca lembar penjelasan kepada subjek penelitian dan sudah mengerti serta bersedia untuk turut serta sebagai subjek penelitian, dalam penelitian atas nama

Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari komisi etik (Health Research Ethical Committee of North Sumatera) dengan nomor surat 262/KOMET/FK USU/2013 dengan judul

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan cross sectional study dengan jumlah sampel adalah 136 mahasiswa kepaniteraan klinik, yaitu 80

Radiografi bitewing adalah radiografi yang digunakan untuk melihat permukaan gigi yang meliputi mahkota gigi, interproksimal dan puncak alveolar pada maksila dan mandibula

Menyatakan telah membaca lembar penjelasan kepada subjek penelitian dan sudah mengerti serta bersedia untuk turut serta sebagai subjek penelitian, dalam penelitian atas nama Dessi

Saya adalah mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan kedokteran gigi di Fakultas Kedokteran Gigi USU Medan, ingin melakukan penelitian tentang “Pengetahuan Kepaniteraan

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Anatomi Normal Rongga Mulut Ditinjau dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Jawa Barat..

GAMBARAN RADIOGRAFI ANATOMI NORMAL RONGGA MULUT Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa preklinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas