• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Anatomi Normal Rongga Mulut Ditinjau Dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Anatomi Normal Rongga Mulut Ditinjau Dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN

KLINIK TERHADAP ANATOMI NORMAL

RONGGA MULUT DITINJAU DARI

RADIOGRAFI PANORAMIK PADA

SALAH SATU FAKULTAS

KEDOKTERAN GIGI

DI JAWA BARAT

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

BLISA NOVERTASARI .S

NIM : 100600141

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Radiologi

Tahun 2013

Blisa Novertasari .S

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Anatomi Normal

Rongga Mulut Ditinjau dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas

Kedokteran Gigi Di Jawa Barat

X+36 halaman

Radiografi kedokteran gigi sangat berperan sebagai alat penunjang

penegakkan diagnosis, rencana perawatan dan evaluasi hasil perawatan. Radiografi

kedokteran gigi sering digunakan untuk melihat keadaan rongga mulut dan jaringan

sekitarnya yang tidak tampak pada pemeriksaan klinis, sehingga dalam pembacaan

hasil radiografi memerlukan pengetahuan dan kemampuan dalam menginterpretasi

anatomi yang terlihat. Pada saat ini masih banyak mahasiswa kepaniteraan klinik

yang belum dapat menginterpretasikan anatomi normal pada hasil radiografi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa

kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jawa Barat.

Penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana dengan cross sectional

study di salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jawa Barat dengan jumlah sampel

100 mahasiswa kepaniteraan klinik. Untuk memperoleh data responden dilakukan

dengan pengisian kuisioner.

Hasil yang diperoleh mengenai pengetahuan orbital, kavum nasal, sinus

maksilaris, kondilus mandibula dan prosesus koronoid mandibula yaitu lebih dari

90% mengetahuinya. Lebih dari 80% mengetahui anatomi tuberositas maksila, dan

prosesus styloid. Sedangkan 43% mengetahui anatomi foramen mandibula, 76%

mengetahui anatomi kanal mandibula, dan 59% mengetahui anatomi foramen

(3)

Kesimpulan penelitian ini pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada

salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jawa Barat tentang anatomi normal pada

radiografi panoramik dikategorikan baik sebesar 71%.

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 21 Oktober 2013

Pembimbing: Tanda Tangan

H. Amrin Thahir, drg. ...

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini dipertahankan di hadapan tim penguji

Pada tanggal 21 Oktober 2013

TIM PENGUJI

KETUA : 1. H. Amrin Thahir, drg

ANGGOTA : 1.. Dr. Trelia Boel, drg., M.kes., Sp.RKG(K)

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan rahmatnya

kepada penulis sehingga skripsi dapat selesai disusun untuk memenuhi kewajiban

penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih terdalam

kepada Ayahanda Suharsono dan Ibunda Margianti yang memberi kasih sayang,

didikan, dan dukungan secara moral dan materil kepada penulis. Adik tersayang Dwi

Oktaviani dan Bima Maulama dan seluruh keluarga besar tercinta atas doa dan

semangat yang diberikan selama ini. Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih

kepada dosen pembimbing, Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes, Sp.RKG(K), yang telah

meluangkan banyak waktu, tenaga dan kesabaran dalam membimbing penulis selama

penyelesaian skripsi ini.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dari

berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan

ini pula, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Trelia Boel, drg., Sp.RKG(K) selaku Ketua Departemen Radiologi

Kedokteran Gigi yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan

bimbingan, petunjuk, dorongan serta penghargaan yang berharga kepada penulis.

3. H. Amrin Thahir, drg., selaku dosen senior di Departemen Radiologi Kedokteran

Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

4. Cek Dara Manja, drg., M.Kes, Sp.RKG, Dewi Kartika, drg., Maria Novita Helen

Sitanggang, drg., selaku staf pengajar Departemen Radiologi Kedokteran Gigi di

(7)

5. Astrid Yudith, drg., M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan dan dorongan kepada penulis selama menjalani program

akademik.

6. Kepada seluruh dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

yang telah banyak mendidik, membantu, memberikan ilmu selama perkuliahan

penulis.

7. Kepada seluruh staf bagian Radiologi Kedokteran Gigi yang selama ini sangat

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

8. Kepada orang terdekat dan sahabat tercinta penulis Gantara, Ghina, Amy, Gebby,

dan semua anggota tim skripsi Departemen Radiologi yang telah memberikan

perhatian dan semangatnya kepada penulis.

9. Kepada keluarga besar GAMADIKSI-USU dan IMKR-Medan yang telah

mengajarkan pengalaman hidup yang sangat berharga dimana penulis tidak dapat

memperolehnya selama pendidikan di FKG-USU.

10. Kepada teman-teman stambuk 2010 yang selama ini berjuang bersama penulis

dalam menuntut ilmu di FKG-USU.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat

kekurangan dan kelemahan, maka dengan kerendahan hati dan lapang dada penulis

menerima kritikan dan saran dari berbagai pihak

Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat dalam pengembangan wawasan

penulis di bidang Radiologi Kedokteran Gigi dan juga memberikan sumbangan

pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi khususnya Departemen

Radiologi Kedokteran Gigi serta masyarakat.

Medan, Oktober 2013

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... ... vi

DAFTAR TABEL ... ... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi... ... 4

2.1.1 Radiografi Intraoral ... ... 5

2.1.2 Radiografi Ekstraoral... ... 7

2.1.2.1 Radiografi Panoramik ... ... 7

(9)

2.2.7 Prosesus Koronoid Mandibula ... ... 16

2.2.8 Foramen Mandibula... ... 16

2.2.9 Kanal Mandibula ... ... 16

2.2.10 Foramen Mentalis ... ... 17

2.3 Kerangka Konsep ... ... 20

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... ... 21

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... ... 21

3.3 Populasi dan Sampel ... ... 21

3.3.1 Populasi ... ... 21

3.3.2 Sampel ... ... 21

3.4 Variabel dan Definisi Operasional ... ... 22

3.5 Metode Pengumpulan Data ... ... 22

3.6 Pengolahan dan Analisis Data ... ... 23

3.6.1 Pengolahan Data ... ... 23

3.6.2 Analisis Data ... ... 23

3.7 Proses Penelitian ... ... 24

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Responden Berdasarkan Umur ... ... 25

4.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... ... 25

4.3 Pengetahuan tentang Anatomi Orbital ... ... 26

4.4 Pengetahuan tentang Anatomi Kavum Nasal ... ... 26

4.5 Pengetahuan tentang Anatomi Sinus Maksilaris ... ... 26

4.6 Pengetahuan tentang Anatomi Kondilus Mandibula ... ... 27

4.7 Pengetahuan tentang Anatomi Tuberositas Maksila ... ... 27

4.8 Pengetahuan tentang Prosesus Koronoid Mandibula ... ... 27

4.9 Pengetahuan tentang Prosesus Styloid ... ... 28

4.10 Pengetahuan tentang Foramen Mandibula ... ... 28

4.11 Pengetahuan tentang Kanal Mandibula ... ... 28

4.12 Pengetahuan tentang Foramen Mentalis ... ... 29

4.13 Tingkat Pengetahuan tentang Anatomi Normal Rongga Mulut 29 BAB 5 PEMBAHASAN ... ... 30

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... ... 34

6.2 Saran ... ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... ... 35

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Frekuensi Responden Berdasarkan Umur ... 25

2. Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 25

3. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang

Anatomi Orbital pada Radiografi Panoramik... 26

4. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang

Anatomi Kavum Nasal pada Radiografi Panoramik... 26

5. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang

Anatomi Sinus Maksilaris pada Radiografi Panoramik... 26

6. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang

Anatomi Kondilus Mandibula pada Radiografi Panoramik... ... 27

7. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang

Anatomi Tuberositas Maksila pada Radiografi Panoramik... .... 27

8. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang

Anatomi Prosesus Koronoid Mandibula pada Radiografi Panoramik... . 27

9. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang

Anatomi Prosesus Styloid pada Radiografi Panoramik... . 28

10. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang

Anatomi Foramen Mandibula pada Radiografi Panoramik...28

11. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang

Anatomi Kanal Mandibula pada Radiografi Panoramik...28

12. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Anatomi Panoramik Normal ... 9

2. Radiografi Panoramik ... 10

3. Radiografi Panoramik ... 10

4. Kondilus Mandibula... 15

5. Kanal Mandibula... 17

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Persetujuan komisi etik

2. Lembar penjelasan kepada calon responden dan informed consent

3. Kuisioner

4. Hasil Perhitungan

5. Jadwal Penelitian

6. Rincian Biaya Penelitian

(13)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Radiologi

Tahun 2013

Blisa Novertasari .S

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Anatomi Normal

Rongga Mulut Ditinjau dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas

Kedokteran Gigi Di Jawa Barat

X+36 halaman

Radiografi kedokteran gigi sangat berperan sebagai alat penunjang

penegakkan diagnosis, rencana perawatan dan evaluasi hasil perawatan. Radiografi

kedokteran gigi sering digunakan untuk melihat keadaan rongga mulut dan jaringan

sekitarnya yang tidak tampak pada pemeriksaan klinis, sehingga dalam pembacaan

hasil radiografi memerlukan pengetahuan dan kemampuan dalam menginterpretasi

anatomi yang terlihat. Pada saat ini masih banyak mahasiswa kepaniteraan klinik

yang belum dapat menginterpretasikan anatomi normal pada hasil radiografi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa

kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jawa Barat.

Penelitian yang digunakan adalah deskriptif sederhana dengan cross sectional

study di salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jawa Barat dengan jumlah sampel

100 mahasiswa kepaniteraan klinik. Untuk memperoleh data responden dilakukan

dengan pengisian kuisioner.

Hasil yang diperoleh mengenai pengetahuan orbital, kavum nasal, sinus

maksilaris, kondilus mandibula dan prosesus koronoid mandibula yaitu lebih dari

90% mengetahuinya. Lebih dari 80% mengetahui anatomi tuberositas maksila, dan

prosesus styloid. Sedangkan 43% mengetahui anatomi foramen mandibula, 76%

mengetahui anatomi kanal mandibula, dan 59% mengetahui anatomi foramen

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pada saat ini radiografi berperan besar dalam dunia kedokteran gigi yaitu

membantu dokter gigi dalam membuat rencana perawatan, evaluasi perawatan yang

telah dilakukan dan membantu dalam menegakkan diagnosis. Radiografi dibutuhkan

apabila pemeriksaan klinis sulit untuk memastikan suatu penyakit. Radiografi

kedokteran gigi merupakan salah satu bagian terpenting dari diagnosis oral modern.

Dalam menentukan diagnosis yang tepat, setiap dokter harus mengetahui gambaran

radiografi yang baik sehingga dapat diinterpretasi.

Radiografi yang banyak tersedia adalah radiografi dua dimensi dari suatu

obyek tiga dimensi dimana gambaran dari obyek tersebut diproyeksikan pada suatu

media perekam sebagai gambar dua dimensi.

1,2

3

Radiografi dalam kedokteran gigi ada 2

macam yaitu, radiografi intra oral dan ekstra oral. Panoramik merupakan salah satu

radiografi gigi ekstra oral yang biasa digunakan dalam praktik kedokteran gigi.

Radiografi panoramik menghasilkan gambaran yang memperlihatkan struktur fasial

termasuk mandibula dan maksila beserta struktur pendukungnya. Secara klinis sangat

bermanfaat untuk pasien-pasien yang membutuhkan gambaran yang luas dari rahang,

seperti untuk mengevaluasi trauma, penyakit gigi secara meluas atau penyakit tulang,

untuk melihat lesi yang luas/besar, lokasi dari molar ketiga, evaluasi gigi yang hilang,

status perkembangan gigi dan erupsi gigi, sisa gigi atau akar gigi pada pasien

edentulous, kelainan pada sinus maksila dan sendi temporomandibula dan

perkembangan anomali seperti prognati dan retrognati.1,4,5

Gambaran yang dihasilkan radiografi panoramik atau periapikal seorang

pasien bagi seorang dokter gigi sangat penting terutama untuk melihat adanya

kelainan-kelainan yang tidak tampak sehingga dapat diketahui secara jelas, hal ini

akan sangat membantu seorang dokter gigi dalam hal menentukan diagnosis serta

rencana perawatan.

1,3

(15)

dapat melihat kelainan berupa kalsifikasi arteri karotis yang berbentuk vertikolinier

yang terletak diantara C3 dan C4.6

Sebelum menegakkan diagnosis, seorang dokter gigi ataupun mahasiswa

kepaniteraan klinik harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai anatomi normal

rongga mulut sehingga menghasilkan interpretasi yang tepat dalam pembacaan

gambaran radiografi. Pada saat melakukan diagnosis penyakit oral dan maksilofasial,

klinis dan data radiologi memiliki peranan yang penting. Pada bagian ini, hanya

pemeriksaan klinis yang baik dengan disertai pemeriksaan radiologi sehingga dapat

menghasilkan diagnosis yang tepat. Diagnosis yang tepat dan evaluasi dari

pemeriksaan klinis biasanya didukung oleh pengetahuan yang baik mengenai anatomi

normal pada regio tersebut.

Praktisi klinis harus terbiasa dalam mengenali anatomi normal rongga mulut

sehingga dapat mengidentifikasi dan menginterpretasi dengan benar. Survei

menunjukkan jumlah yang tinggi dari kesalahan diagnosis disebabkan karena

pembacaan radiografi yang salah, sehingga perlu ditingkatkan pemahaman dalam

menginterpretasikan gambaran radiografi di kedokteran gigi. Sebuah survei yang

dilakukan oleh Stheeman dkk di Amsterdam tahun 1996 menyatakan bahwa dokter

gigi dapat mengidentifikasi 81% keadaan yang abnormal pada radiografi dan

kemudian dapat mendiagnosis 59% dari semua kondisi yang abnormal. Akan tetapi,

dokter gigi melakukan kesalahan dalam mengindentifikasi 55% lesi pada radiografi

yang dimana sebenarnya tidak terdapat keadaan yang abnormal pada radiografi

tersebut (False Negative).

1,7,8

9

Hal inilah yang mendasari peneliti ingin melakukan

penelitian, yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa kepaniteraan

klinik terhadap anatomi normal dalam menginterpretasi gambaran radiografi

(16)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini

adalah bagaimana pengetahuan dan kemampuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada

Fakultas Kedokteran Gigi di Jawa Barat dalam menginterpretasi anatomi normal

ronggal mulut pada radiografi panoramik.

1.3 Tujuan penelitian

Untuk mengetahui pengetahuan dan kemampuan mahasiswa kepaniteraan

klinik pada Fakultas Kedokteran Gigi di Jawa Barat dalam menginterpretasi anatomi

normal ronggal mulut pada radiografi panoramik.

1.4 Manfaat penelitian

Manfaat Teoritis : hasil penelitian akan memberikan gambaran pengetahuan

terhadap anatomi normal rongga mulut dan kemampuan dalam menginterpretasi

gambaran radiografi panoramik dari mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas

Kedokteran Gigi di Jawa Barat.

Manfaat Praktis : hasil penelitian diharapkan sebagai pedoman untuk

meningkatkan pengetahuan tentang anatomi normal rongga mulut yang nantinya akan

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Gibson et.al. kemampuan seseorang dapat dipengaruhi oleh

pengetahuan dan keterampilan, sedangkan pengetahuan dapat diperoleh melalui

latihan, pengalaman kerja maupun pendidikan, dan keterampilan dapat dipengaruhi

oleh berbagai faktor diantaranya sejenis pendidikan, kurikulum, pengalaman praktik

dan latihan. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden.

Radiografi adalah alat yang digunakan dalam menegakkan diagnosis, rencana

pengobatan penyakit, dan evaluasi terhadap penyakit umum maupun penyakit mulut

tertentu. Meskipun dosis radiasi dalam radiografi rendah, bila memungkinkan

paparan radiasi harus diminimalkan. Dokter harus mempertimbangkan manfaat dari

radiografi terhadap meningkatnya konsekuensi paparan radiasi pada pasien, yaitu

efek yang terakumulasi dari beberapa sumber dari waktu ke waktu. Dokter harus

mengikuti prinsip-prinsip untuk meminimalkan paparan radiasi.

10

1,2

2.1 Radiografi Kedokteran Gigi

Radiografi kedokteran gigi adalah alat yang membantu dalam menegakkan

diagnosis dan rencana perawatan penyakit mulut mulai dari karies, penyakit

periodontal dan patologi oral. Radiologi ini merupakan langkah awal pendeteksi

keparahan penyakit. Dalam tindakan perawatan gigi sangat baik jika dilakukan

radiologi dental sebagai penunjang dari pemeriksaan klinis sehingga tahapan atau

langkah dalam pengobatan bisa sebaik mungkin.

Di bidang kedokteran gigi, pemeriksaan radiografi mempunyai peranan yang

sangat penting. Hampir semua perawatan gigi dan mulut membutuhkan data

dukungan pemeriksaan radiografi agar perawatan yang dilakukan mencapai hasil

(18)

yang optimal.11 Jenis radiografi dental yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua, yaitu radiografi intraoral dan ekstraoral. Pada radiografi intraoral film

diletakkan di dalam mulut pasien, contohnya adalah radiografi periapikal, bitewing

dan oklusal. Pada teknik ekstraoral, film diletakkan di luar mulut pasien, contohnya

adalah radiografi panoramik, radiografi lateral dan cephalometri.

Ada beberapa tujuan dari radiografi dental, yaitu :

1,4,5

a. Untuk mendeteksi adanya lesi

1,3,12

b. Untuk melihat ada tidaknya kerusakan tulang terutama pada kasus fraktur

mandibula

c. Untuk membantu menegakkan diagnosis suatu penyakit

d. Untuk melihat lokasi lesi atau benda asing yang tedapat dalam rongga mulut

e. Untuk memberikan informasi yang menunjang prosedur perawatan

f. Untuk mengevaluasi pertumbuhan gigi geligi

g. Sebagai dokumentasi data rekam medis yang dapat diperlukan sewaktu-waktu

2.1.1 Radiografi Intraoral

Radiografi intraoral adalah pemeriksaan gigi dan jaringan sekitarnya dengan

film yang diletakkan di dalam mulut pasien. Pemeriksaan intraoral merupakan pokok

dari radiografi kedokteran gigi.5 a. Radiografi periapikal

Radiografi intraoral terdiri atas beberapa jenis yaitu:

Radiografi periapikal adalah radiografi yang berguna untuk melihat gigi

geliligi secara individual mulai dari keseluruhan mahkota, akar gigi dan jaringan

pendukungnya. Indikasi penggunaan radiografi antara lain untuk melihat infeksi pada

apikal, status periodontal, lesi-lesi pada periapikal dan lainnya.

Radiografi periapikal dibagi menjadi dua teknik yaitu paralel dan bisekting.

1,3,5,11

Pada teknik parallel film diletakan pada pegangan film (film holder) dan diposisikan

sejajar dengan sumbu gigi. Pada teknik bisekting tidak menggunakan pegangan film

(film holder) tetapi menggunakan jari tangan pasien untuk memposisikan film dalam

(19)

Teknik radiografi periapikal paralel dan bisekting memiliki kelebihan dan

kekurangan yaitu teknik bisekting dianggap lebih mudah dan praktis dalam

pelaksanaannya dibandingkan dengan teknik paralel (kesejajaran).Keuntungan teknik

bisekting yaitu teknik ini dapat digunakan tanpa film holder. Kerugian teknik

bisekting yaitu distorsi mudah terjadi dan masalah angulasi (banyak angulasi yang

harus diperhatikan).

Keuntungan teknik paralel yaitu tidak ada distorsi, gambar yang dihasilkan

sangat representatif dengan gigi sesungguhnya, mudah dipelajari dan digunakan serta

mempunyai validitas yang tinggi. Kerugian teknik paralel yaitu pemakaian film

holder mengenai jaringan sekitar sehingga mengurangi kenyamanan serta kesulitan

meletakkan film holder didalam rongga mulut terutama pada anak-anak dan pasien

yang mempunyai mulut yang kecil.

1,5

b. Radiografi Bitewing 1,5

Radiografi bitewing adalah radiografi yang digunakan untuk melihat

permukaan gigi yang meliputi mahkota gigi, interproksimal dan puncak alveolar di

maksila dan mandibula daerah anterior maupun posterior dalam satu film khusus.

Radiografi ini juga dapat digunakan untuk mengetahui status jaringan periodontal dan

efektif untuk melihat kalkulus pada interproksimal. Pada teknik radiografi bitewing

tidak menggunakan pegangan film (film holder) melainkan dengan cara pasien

menggigit sayap film untuk stabilisasi film di dalam rongga mulut. Pada radiografi

bitewing lebih akurat menunjukkan tingkat kerusakan tulang dari pada radiografi

periapikal.

Radiografi bitewing memiliki kelemahan yaitu periapikal dan ujung akar tidak

terlihat serta pasien sulit mengoklusikan maksila dan mandibula sehingga mulut tetap

terbuka. Selain itu radiografi bitewing juga memiliki kelebihan yaitu dapat

mendeteksi karies dini, puncak tulang alveolar terlihat jelas dan memudahkan pasien

yang memiliki refleks muntah yang tinggi.

1,3,5

c. Radiografi Oklusal

1,5

Radiografi oklusal adalah radiografi yang digunakan untuk melihat anatomi

(20)

oklusal juga dapat mendeteksi adanya fraktur, celah di langit-langit, sialolit pada

ductus Stenson dan kelainan yang terjadi pada area luas. Film yang digunakan adalah

film oklusal. Teknik yang digunakan untuk pengambilan radiografi yaitu instuksikan

pasien untuk mengoklusikan atau menggigit bagian film.1,3,5

2.1.2 Radiografi Ekstraoral

Radiografi ekstra oral merupakan pemeriksaan yang menggunakan film yang

lebih besar dan berada diluar mulut sewaktu pemaparan sinar-x yang bertujuan untuk

melihat area pada kepala dan rahang. Radiografi ekstra oral biasanya digunakan

untuk kegunaan perawatan ortodonti dan bedah mulut untuk melihat lokasi serta

bentuk dari rahang seseorang.Radiografi ekstraoral terdiri atas radiografi panoramik,

Lateral Jaw, Lateral Cephalometric, Posterior-anterior, Submentovertec, Waters

View, dan sebagainya.1,3,5

2.1.2.1 Radiografi Panoramik

Panoramik merupakan salah satu radiografi ekstraoral yang telah digunakan

secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan

maksilofasial. Radiografi panoramik pertama dikembangkan oleh tentara Amerika

Serikat sebagai cara untuk mempercepat mendapatkan gambaran seluruh gigi untuk

mengetahui kesehatan mulut tentaranya. Radiografi panoramik juga disarankan

kepada pasien pediatrik, pasien cacat jasmani atau pasien dengan gag refleks. Salah

satu kelebihan panoramik adalah dosis radiasi yang relatif kecil dimana dosis radiasi

yang diterima pasien untuk pertama kali radiografi panoramik hampir sama dengan

dosis empat kali radiografi intraoral.

Pada radiografi panoramik akan dihasilkan sebuah gambaran tomografi yang

memperlihatkan struktur fasial mencakup rahang maksila dan mandibula beserta

struktur pendukungnya dengan distorsi dan overlap minimal dari detail anatomi pada

sisi kontralateral. Radiografi panoramik adalah sebuah radiografi dimana gambaran

seluruh jaringan gigi ditemukan dalam satu film. Radiografi panoramik dikenal juga

dengan panorex atau othopantomogram dan menjadi sangat populer di kedokteran

(21)

gigi karena teknik yang sederhana, gambaran mencakup seluruh gigi dan rahang

dengan dosis yang rendah. Radiografi panoramik dapat menunjukkan hasil yang

buruk dikarenakan kesalahan posisi pasien yang dapat menyebabkan distorsi.

Prinsip kerja radiografi panoramik menggunakan tiga pusat putaran. Hasilnya

sangat memuaskan karena dapat mengatasi masalah-masalah yang ada sebelumnya

yaitu terjadi banyak superposisi pada gigi bagian posterior. Pada pesawat ini pasien

dalam keadaan diam, sumber sinar–x dan film berputar mengelilingi pasien, gerakan

kurva film berputar pada sumbunya dan bergerak mengelilingi pasien. Sumber

sinar-x dan tempat film bergerak bersamaan dan berlawanan satu sama lain. Celah sempit

pada tabung mengeluarkan sinar yang menembus kesetiap bagian kepala pasien

mengenai film yang berputar berturut-turut pada tiga sumbu rotasi, satu sumbu

konsentris untuk regio anterior pada rahang dan dua sumbu rotasi eksentris untuk

bagian samping rahang, tepatnya di belakang molar tiga kiri dan kanan. Jadi, pada

saat pengambilan radiografi, posisi tabung akan bergerak mengelilingi kepala pasien.

Posisi film -pasien-tabung roentgen akan selalu sejajar dan berotasi di sekeliling

kepala pasien. Pada saat bergerak, tabung roentgen akan memancarkan sinarnya

secara terus-menerus, menembus kesetiap bagian kepala, dan sinar tersebut

selanjutnya akan mengenai film panoramik (berbentuk panjang ukuran 18x30 cm).

Pada saat dikenai sinar, film roentgen akan berotasi secara simultan, sehingga setiap

berkas sinar yang menembus bagian-bagian kepala akan terpapar secara bertahap

pada daerah film.

1,3,12,13

(22)

Gambar 1. Anatomi panoramik normal

Keterangan : 1. Rongga orbita, 2. Rongga hidung, 3. Septum nasi, 4. Sinus maksilaris, 5. Prosesus palatinus, 6. Kanal insisivum, 7. Arkus zigomatikus, 8. Spina angular, 9. Prosesus kondilus mandibula, 10. Prosesus koronoid mandibula, 11. Tuberositas maksila, 12. Lateral pterygoid plate with superimposition of the coronoid process of mandible and zygomtic arc, 13. Coronoid notch, 14. Fossa glenoidalis, 15. Prosesus styloid, 16. Prosesus mastoid, 17. Oblique ridge of the mandible, 18. Foramen mandibula, 19. Kanal mandibula inferior, 20. Foramen mentalis, 21. Tuberkel genial, 22. Inferior border of the mandible, 23. Sudut mandibula, 24. Panorex chin rest.

5

Untuk dapat menginterpretasi radiografi panoramik, terlebih dahulu harus

mengenali anatomi normal dari hasil radiografi panoramik, hal ini disebabkan antara

lain karena hasil radiografi panoramik mencakup struktur anatomi yang kompleks,

ditambah dengan adanya penumpukan bayangan dengan berbagai variasi struktur

anatomi, dan juga dengan adanya perubahan dimensi dan orientasi proyeksi pada

(23)

Gambar 2. Radiografi Panoramik15

(24)

Keterangan Gambar 2 dan Gambar 3 :15

Indikasi panoramik sangat luas, meliputi evaluasi umum untuk:

a. Rekam medis

1,3

b. Evaluasi awal kelainan periodontal

c. Penilaian perawatan ortodonti

d. Membandingkan gambaran radiografi sisi kiri dan kanan (sinus maksilaris,

TMJ, dan lain-lain)

e. Perluasan lesi atau kelainan di rahang (kista, tumor, kelaian sistemik, dan

tumbuh kembang)

f. Pertumbuhan benih gigi tetap dan susunan geligi

g. Fraktur kompleks, gigi impaksi, sinus maksilaris, dan kasus-kasus bedah

mulut lainnya

h. Kondisi (kualitas dan kuantitas tulang rahang), termasuk perawatan implan.

Beberapa kelebihan dari radiografi panoramik adalah :

1. Dapat memberi gambaran yang lebih luas dari lengkung gigi dan struktur

pendukungnya.

1,16

2. Menghasilkan gambar anatomi yang secara relatif tidak distorsi.

(25)

4. Prosedur yang sederhana dan cepat.

5. Prosedur kontrol infeksi yang minimal.

6. Mampu mendeteksi karies, penyakit periodontal, dan kelainan periapikal yang

berhubungan dengan pulpa.

Beberapa kekurangan dari radiografi panoramik yaitu :

1.

Bayangan jaringan lunak dan udara dapat menimpa struktur jaringan keras

yang diperlukan.

1,17

2.

Teknik ini tidak cocok untuk anak-anak berusia di bawah 5 tahun atau pada

pasien cacat karena panjangnya siklus paparan.

3. Gerakan pasien selama paparan dapat menimbulkan kesulitan dalam

interpretasi radiograf.

2.2 Anatomi Normal Rongga Mulut

Radiografi konvensional baik radiografi intraoral maupun radiografi

ekstraoral seperti radiografi panoramik, jaringan dan struktur normal rongga mulut

dapat dilihat secara makroskopis. Pengetahuan dasar mengenai anatomi normal

rongga mulut mutlak diperlukan dalam menginterpretasi hasil radiografi. Struktur

radiopak yang normal dan patologis, serta benda asing diluar dari bidang fokus dapat

memberikan efek pada hasil radiografi yang mana akan menghambat interpretasi atau

bahkan menyebabkan kesimpulan diagnosis yang salah.14

2.2.1 Septum Nasal

Septum nasal merupakan dinding medial rongga hidung yang membatasi

rongga hidung kanan dan kiri. Septum nasal berfungsi sebagai penompang batang

hidung (dorsum nasi). Septum nasal dibagi atas dua daerah anatomi antara lain bagian

anterior, yang tersusun dari tulang rawan, dan bagian posterior yang tersusun dari

lamina perpendikularis os ethmoidalis dan vomer, dilapisi oleh perikondrium dan

(26)

2.2.2 Kavum Nasal

Rongga hidung atau kavum nasal berbentuk terowongan dari depan ke

belakang dipisahkan oleh nasal septum dibagian tengahnya sehingga menjadi kavum

nasal kanan dan kiri. Setiap kavum nasal memiliki 4 buah dinding yaitu dinding

medial, lateral, inferior, dan superior. Bagian dari kavum nasal yang letaknya sesuai

ala nasi, tepatnya dibelakang nares anterior, disebut sebagai vestibulum. Vestibulum

ini dilapisi oleh kulit yang memiliki banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut yang

disebut dengan vibrise.14 Gambaran radiografi panoramik dari kavum nasal adalah radiolusen.

2.2.3 Sinus Maksilaris

Sinus maksilaris merupakan sinus paranasal yang terbesar. Sinus paranasal

merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit dideskripsikan karena

bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu.

Secara anatomis, oral dan sinus adalah dua bagian yang dekat namun terpisah

satu dengan yang lain. Sinus berbentuk ruangan kosong yang terletak di bawah orbita

kiri dan kanan. Bagian medial dari sinus dibatasi oleh dinding lateral dari rongga

hidung dan bagian dasar dibatasi oleh tulang alveolar rahang atas yaitu tempat

dimana gigi-gigi berada. Dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus

maksilaris adalah dasar sinus yang sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas,

yaitu apeks premolar (P

18

1 dan P2) dan molar (M1 dan M2) kiri dan kanan, sehingga

terkadang juga dapat memberikan kesan bahwa satu atau lebih akar menonjol ke

dalam sinus.

Beberapa fungsi sinus maksilaris antara lain:

14,18

1. Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning). Sinus berfungsi sebagai

ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur kelembaban udara inspirasi.

14,18

2. Sebagai penahan suhu (thermal insulator). Sinus berfungsi sebagai penahan

(buffer) panas, melindungi orbita dan fossa selebri dari suhu rongga hidung yang

(27)

3. Membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang muka.

4. Membantu resonansi (kualitas) suara.

5. Sebagai peredam perubahan tekanan udara yang besar dan mendadak,

misalnya pada waktu bersin.

6. Membantu produksi mukus yang efektif untuk membersihkan partikel yang

turut masuk dengan udara inspirasi.

7. Mengandung saraf olfaktori yang mempunyai reseptor penciuman.

Radiografi panoramik dapat digunakan sebagai sarana pemeriksaan mengenai

hubungan antara sinus maksilaris dan gigi rahang atas. Gambaran radiografi

panoramik dari sinus maksilaris adalah radiolusen. Pada area apeks premolar dan

molar rahang atas. Dasar sinus terdiri dari tulang kortikal yang terlihat seperti garis

yang radiopak. Perluasan dasar sinus maksilaris yang berukuran kecil biasanya

meluas dari premolar kedua sampai molar kedua. Bila sinus besar bisa terlihat dari

kaninus atau premolar pertama sampai lebih dari molar ketiga rahang atas.1,14,18

2.2.4 Tuberositas Maksila

Tuberositas maksila adalah tulang keras, besar dan bulat pada permukaan luar

rahang atas. Berlokasi di area gigi posterior, dibelakang gigi molar dan ditutupi oleh

jaringan keras gusi. Masalah dapat dihasilkan pada bagian mulut ini selama prosedur

dental, seperti pencabutan gigi. Saraf alveolar posterior superior biasanya menembus

permukaan belakang tuberositas maksila. Saraf alveolar superior adalah saraf yang

menyebabkan seseorang memiliki sensasi pada gigi molar kedua dan ketiga, serta

disebagian besar akar gigi molar pertama. Gambaran radiografi tuberositas maksila

adalah radiopak dengan batas cembung pada distal rahang atas.14

2.2.5 Kondilus Mandibula

Kondilus mandibula adalah tulang dengan struktur elipsoid melekat pada

ramus mandibula. Berbentuk cembung pada seluruh permukaan, walaupun sedikit

(28)

lebar pada daerah mediolateral daripada anteroposterior. Kondilus berbentuk lonjong

dan mempunyai poros yang berorientasi mediolateral. Permukaan tulang artikular

terdiri atas cekungan fossa artikular dan bagian dari eminensia artikular.1,19

Gambar 4. Kondilus mandibula19

Radiografi panoramik memberikan gambaran kondilus, ramus, dan badan

mandibula dalam satu radiografi. Gambaran ini biasanya penting untuk mengevaluasi

kondilus yang mengalami erosi tulang yang luas, pertumbuhan atau patahan dari

fraktur. Selain itu, di dalam radiografi panoramik terlihat regio prosesus kondilaris

dan subkondilaris pada kedua sisi sehingga bisa langsung dilakukan perbandingan

antara kondilus kanan dan kiri. Hal ini sangat bermanfaat untuk mendiagnosis fraktur

kondilus.14,19

2.2.6 Prosesus Styloid

Prosesus styloid adalah tulang yang berkembang dari tulang temporal dan

terletak di bagian depan foramen stylomastoid. Prosesus styloid memiliki bentuk

runcing yang menonjol dibagian bawah telinga, berfungsi sebagai tempat perlekatan

otot, tendon, dan ligamen untuk membantu pergerakan lidah dan laring pada saat

(29)

2.2.7 Prosesus Koronoid Mandibula

Prosesus koronoid mandibula biasanya dapat terlihat melalui radiografi

periapikal pada region molar maksila. Ketika membuka mulut maka prosesus ini akan

bergerak maju. Oleh sebab itu, prosesus ini dapat terlihat ketika rongga mulut terbuka

maksimal saat dilakukan radiografi. Gambarannya berupa daerah radiopak yang

berbentuk lonjong atau segitiga terkadang superimposisi pada gigi molar mandibula

dan maksila. Pada beberapa kasus terutama ketika bayangan yang dihasilkan padat

dan homogen, prosesus koronoid salah diinterpretasikan oleh dokter gigi sebagai

suatu fragmen akar. Bayangan yang benar dapat dengan mudah dibuktikan dengan

melakukan dua radiografi dengan kondisi mulut dalam posisi yang berbeda dan

mencatat perubahan posisi bayangan yang dicurigai.1,14

2.2.8 Foramen Mandibula

Foramen mandibula adalah sebuah lubang dirahang bawah atau dimandibula.

Foramen mandibula berfungsi sebagai pintu masuk untuk pembuluh darah dan saraf

pada alveolar mandibula. Secara khusus foramen mandibula terletak di ramus

mandibula. Saraf inferior alveolar masuk masuk ke rahang bawah melalui foramen

mandibula.1,14

Pada radiografi panoramik foramen mandibula terlihat sebagai daerah

radiolusen pada pertengahan ramus mandibula.

2.2.9 Kanal Mandibula

Kanal mandibula merupakan saluran dalam mandibula yang mengandung

pembuluh darah dan saraf yang melewati gigi-gigi rahang bawah yaitu inferior

alveolar neurovascular bundle yang terdiri dari arteri dan vena alveolar inferior, serta

saraf alveolar inferior. Kanal mandibula bermula dari foramen mandibula pada bagian

medial ramus. Kanal ini berjalan dalam arah ke bawah dan ke depan dalam ramus dan

kemudian secara horizontal dalam badan mandibula sampai foramen mentalis. Kanal

mandibula mempunyai beberapa variasi diantaranya lokasi kanal mandibula dari

(30)

Radiografi kanal mandibula adalah radiolusen dengan batas linier radiopak

tipis dimana batas tersebut dapat terlihat tipis atau tidak terlihat sama sekali. Tepi

superior dan inferior terdiri dari tulang lamella yang berhubungan langsung dengan

kanal. Penjalaran kanal ini jelas kelihatan dari foramen mandibula hingga foramen

mentalis. Jarang dapat dilihat gambaran kelanjutan kanal mandibula di anterior yang

menuju ke garis tengah pada radiograf.3,14

Gambar 5. Kanal Mandibula3

2.2.10 Foramen Mentalis

Foramen mentalis adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula.

Melalui foramen mentalis dapat keluar pembuluh darah dan saraf, yaitu arteri, vena,

dan nervus mentalis yang merupakan cabang nervus alveolaris inferior. Foramen

mentalis ini terletak bilateral pada anterolateral rahang bawah sampai ke alveolar

margin.

Gambaran foramen mentalis kemungkinan dapat menutupi apeks gigi,

sehingga dapat disalahartikan sebagai suatu lesi periapikal. Namun demikian, suatu

lamina dura yang utuh pada daerah radiolusen dapat mendukung interpretasi yang

baik terhadap foramen mentalis.

1,14,20

(31)

Foramen mentalis tidak selalu dapat divisualisasikan dalam radiografi.

Foramen mentalis dapat diamati gambarannya pada pemeriksaan rutin radiografi.

Foramen mentalis juga terbukti lebih sering terlihat pada mandibula yang edentulus.

Jika tulang alveolar mengalami resorbsi yang nyata dan atrofi, maka kemungkinan

letak foramen mentalis berada di dekat batas superior dari tulang alveolar. Secara

anatomis ada satu foramen mentalis pada setiap sisi mandibula yang merupakan

tempat lewatnya arteri, vena, dan nervus mentalis.

Radiografi dari foramen mentalis dapat dilihat sebagai suatu daerah radiolusen

oval atau bulat di regio premolar. Lokasinya dapat bervariasi sehubungan dengan

akar premolar dan gambarannya dapat dijumpai lebih rendah, sama atau lebih tinggi

dari apeks akar premolar.

21

Pengetahuan tentang foramen mentalis bermanfaat dalam hal pemberian

anastesi lokal untuk tujuan pembedahan dan perawatan endodonti. Agar dapat

melakukan interpretasi radiografi dengan baik, maka pengetahuan mengenai keadaan

foramen mentalis yang normal harus dimiiki, dengan menyadari adanya variasi

3,14,20

(32)

struktural luas yang masih dalam batas normal. Beberapa penelitian telah

memaparkan bahwa foramen mentalis dapat lebih mudah dilihat dengan radiografi

(33)

2.3 Kerangka Konsep

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

Radiografi Ekstraoral (Panoramik) Radiologi Dental

Anatomi Normal Rongga Mulut

Prosesus Styloid

Prosesus Koronoid Mandibula

Foramen Mandibula

Kanal Mandibula

Foramen Mentalis Kondilus Mandibula Tuberositas Maksila

Sinus Maksilaris Septum Nasal

Kavum Nasal

(34)

BAB 3

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan

pendekatan cross sectional. Menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Klinik salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di

Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2013.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa di salah satu Fakultas

Kedokteran Gigi di Jawa Barat.

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa kepaniteraan klinik di salah satu

Fakultas Kedokteran Gigi di Jawa Barat. Jumlah sampel didapatkan dengan

menggunakan metode simple random sampling. Maka besar sampel penelitian

diperoleh dengan perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut :

=

ɑ

2

2

Keterangan :

n : jumlah sampel

Z : tingkat kepercayaan (95% = 1,96)

(35)

d : Selang kepercayaan (10%)

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 100 orang

3.4 Variabel dan Definisi Operasional

Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap anatomi normal rongga

mulut pada radiografi panoramik didefinisikan sebagai hasil pemikiran dan

interpretasi mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap gambaran anatomi normal

rongga mulut yang terlihat pada radiografi panoramik. Pengetahuan mahasiswa

kepaniteraan klinik terhadap anatomi normal pada radiografi panoramik diukur

menggunakan kuisioner sebanyak 10 pertanyaan dengan skala ordinal. Jawaban yang

benar bernilai 1 dan jawaban yang salah bernilai 0. Kriteria pengukuran adalah

apabila 8-10 pertanyaan dalam kuisioner dijawab dengan benar maka pengetahuan

mahasiswa kepaniteraan klinik dinilai baik. Apabila 5-7 pertanyaan dalam kuisioner

dijawab dengan benar maka pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik dinilai

cukup. Kemudian apabila kurang dari 5 pertanyaan dalam kuisioner yang dijawab

benar maka pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik dinilai kurang.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan cara penyebaran kuisioner, dimana kuisioner

diberikan secara langsung kepada responden, yaitu mahasiswa kepaniteraan klinik

dan diisi langsung oleh responden. Setelah diisi diserahkan kepada peneliti saat itu

juga.

Prosedur pengumpulan data :

1. Peneliti meminta ijin kepada Dekan Fakultas Kedokteran Gigi di Jawa Barat,

(36)

2. Peneliti menyebarkan kuisioner kepada mahasiswa kepaniteraan klinik pada

salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jawa Barat

3. Mahasiswa kepaniteraan klinik tersebut mengisi kuisioner yang diberikan

sesuai dengan petunjuk

4. Kuisioner yang telah diisi, kemudian dikumpulkan dan diperiksa

kelengkapannya oleh peneliti kemudian dilakukan analisa

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

3.6.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputerisasi.

3.6.2 Analisis Data

a. Dihitung total skor pada kuisioner masing-masing responden dimana skor 0

jika jawaban salah dan skor 1 jika jawaban benar.

b. Dikategorikan nilai hasil kuisioner yang mana ≥ 80% jawaban yang benar,

maka dimasukkan ke dalam kategori berpengetahuan baik, 50-70% jawaban yang

benar, maka dimasukkan ke dalam kategori berpengetahuan sedang dan ≤ 5 0%

(37)

3.8 Proses Penelitian

Pembuatan Kuisioner

Peneliti menyebarkan kuisioner mengenai pengetahuan terhadap anatomi normal ditinjau dari radiografi panoramik kepada mahasiswa

kepaniteraan klinik

Mahasiswa kepaniteraan klinik FKG di Jawa Barat mengisi kuisioner yang telah diberikan

Setelah data diperoleh maka dilakukan tabulasi data dengan mengelompokkan data dalam tabel frekuensi dan melakukan coding

data

(38)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Responden Berdasarkan Umur

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang. Responden berasal dari

mahasiswa kepaniteraan klinik pada 8 departemen yaitu departemen prostodonsia,

departemen ortodonsia, departemen bedah mulut, departemen pedodonsia,

departemen periodonsia, departemen konservasi, departemen kesehatan masyarakat,

dan departemen penyakit mulut salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jawa Barat.

Tabel 1. Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

Umur Frekuensi Persentasi

20-22 tahun

4.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 2. Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentasi

(39)

4.3 Pengetahuan Tentang Anatomi Orbital

Tabel 3. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang

Anatomi Orbital pada Radiografi Panoramik

Jawaban Frekuensi Persentasi

Benar

4.4 Pengetahuan Tentang Anatomi Kavum Nasal

Tabel 4. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang

Anatomi Kavum Nasal pada Radiografi Panoramik

Jawaban Frekuensi Persentasi

Benar

4.5 Pengetahuan Tentang Anatomi Sinus Maksilaris

Tabel 5. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang

Anatomi Sinus Maksilaris pada Radiografi Panoramik

Jawaban Frekuensi Persentasi

(40)

4.6 Pengetahuan Tentang Anatomi Kondilus Mandibula

Tabel 6. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang

Anatomi Kondilus Mandibula pada Radiografi Panoramik

Jawaban Frekuensi Persentasi

Benar

4.7 Pengetahuan Tentang Anatomi Tuberositas Maksila

Tabel 7. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang

Anatomi Tuberositas Maksila pada Radiografi Panoramik

Jawaban Frekuensi Persentasi

Benar

4.8 Pengetahuan Tentang Anatomi Prosesus Koronoid Mandibula

Tabel 8. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang

Anatomi Prosesus Koronoid Mandibula pada Radiografi Panoramik

Jawaban Frekuensi Persentasi

(41)

4.9 Pengetahuan Tentang Anatomi Prosesus Styloid

Tabel 9. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang

Anatomi Prosesus Styloid pada Radiografi Panoramik

Jawaban Frekuensi Persentasi

Benar

4.10 Pengetahuan Tentang Anatomi Foramen Mandibula

Tabel 10. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang

Anatomi Foramen Mandibula pada Radiografi Panoramik

Jawaban Frekuensi Persentasi

Benar

4.11 Pengetahuan Tentang Anatomi Kanal Mandibula

Tabel 11. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang

Anatomi Kanal Mandibula pada Radiografi Panoramik

Jawaban Frekuensi Persentasi

(42)

4.12 Pengetahuan Tentang Anatomi Foramen Mentalis

Tabel 12. Frekuensi Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang

Anatomi Foramen Mentalis pada Radiografi Panoramik

Jawaban Frekuensi Persentasi

Benar

Salah

59

41

59%

41%

Total 100 100%

4.13 Tingkat Pengetahuan Tentang Anatomi Normal Rongga Mulut

Diagram 1. Frekuensi Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

Tentang Anatomi Normal Rongga Mulut Pada Radiografi Panoramik

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%

(43)

BAB 5

PEMBAHASAN

Radiografi panoramik merupakan radiografi konvensional ekstraoral yang

dapat memperlihatkan gambaran anatomi maksila dan madibula secara luas dan

keseluruhan dan satu film dimana jaringan dan struktur normal rongga mulut dapat

dilihat secara makroskopis. Pengetahuan dasar mengenai anatomi normal rongga

mulut mutlak diperlukan dalam menginterpretasi hasil radiografi untuk menunjang

didapatnya kesimpulan diagnosis yang tepat.

Pada penelitian ini dilakukan pengambilan sampel dari mahasiswa

kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jawa Barat. Untuk

memperoleh data dari responden dilakukan dengan bantuan kuisioner. Jumlah sampel

pada penelitian ini berjumlah 100 orang yang terdiri dari 26 orang laki-laki dan 74

orang perempuan.

1,4,8

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan (Tabel 1) terdapat 56%

responden pada rentang umur 23-25 tahun. Hal ini disebabkan karena pada saat

penelitian ini dilakukan, yang sedang menjalani kepaniteraan klinik rata-rata

mahasiswa angkatan 2007-2008. Terdapat 35% responden yang berusia 20-22 tahun

yang merupakan mahasiswa yang baru memasuki masa kepaniteraan klinik atau yang

baru menyelesaikan pendidikan sarjananya. Sedangkan 9% responden yang berusia

26-28 tahun dikarenakan oleh faktor keterlambatan dalam menyelesaikan pendidikan

sarjana dan keterlambatan dalam menyelesaikan kasus pada departemen tertentu.

Berdasarkan jenis kelamin terdapat 26% responden dengan jenis kelamin

laki-laki dan 74% responden dengan jenis kelamin perempuan. Lebih banyak persentase

responden perempuan, sehingga dari perbandingan ini dapat kita lihat bahwa Fakultas

Kedokteran Gigi di Jawa Barat lebih banyak diminati oleh perempuan daripada

(44)

Pengetahuan responden tentang anatomi orbital pada radiografi panoramik

(Tabel 3) dikategorikan baik karena 94% responden mengetahuinya. Masih terdapat

beberapa mahasiswa kepaniteraan klinik yang menyangka orbital merupakan fossa

nasal dikarenakan kedua anatomi ini terlihat radiolusen pada radiografi panoramik.

Orbital merupakan rongga yang bertujuan untuk melindungi bola mata.

Orbital memiliki dinding medial yang dibentuk oleh apparatus nasal dan os

etmoidalis, serta dinding lateral. Pada bagian superior orbital berbatasan dengan sinus

frontalis, sedangkan pada inferior berbatasan dengan sinus maksilaris. Pada radiografi

panoramik akan terlihat radiolusen diatas rongga hidung.

Frekuensi responden yang menjawab benar tentang anatomi kavum nasal

sebanyak 94% (Tabel 4) dan dikategorikan baik. 6% sisanya masih menjawab salah

dengan menjawab anatomi yang dimaksud adalah foramen insisivum. Gambaran

radiografi kavum nasal dan foramen insisivus adalah radiolusen, sehingga

menyebabkan beberapa mahasiswa kepaniteraan klinik salah dalam menjawab

pertanyaan anatomi yang dimaksud. Kavum nasal merupakan rongga di daerah

hidung yang berada di kanan dan kiri, sedangkan bagian tengahnya dipisahkan oleh

septum nasal. Foramen insisivum adalah saluran tempat keluarnya pembuluh darah

dan saraf di daerah gigi insisivus.

22

Pengetahuan responden mengenai sinus maksilaris (Tabel 5) dikategorikan

baik karena 96% mahasiswa kepaniteraan klinik mengetahuinya. Sebanyak 4%

mahasiswa kepaniteraan klinik yang salah dengan menjawab orbital, karena

gambaran radiografi keduanya terlihat radiolusen dan berada di sisi kanan dan kiri.

Sinus maksilaris merupakan sinus paranasal terbesar berupa ruangan kosong yang

terletak di bawah orbital kiri dan kanan dan terlihat radiolusen pada radiografi

panoramik. Sinus maksilaris terkadang bisa menyebabkan kesalahan dalam

menginterpretasikan adanya kista di rahang atas.

14,20

1,14,18

Pengetahuan responden tentang anatomi kondilus mandibula pada radiografi

panoramik (Tabel 6) dikategorikan baik karena 92% responden mengetahuinya.

Masih terdapat beberapa mahasiswa yang menyangka kondilus mandibula adalah

(45)

radiografi panoramik dan terletak di mandibula. Kondilus mandibula merupakan

tulang berbentuk cembung pada seluruh permukaannya dan terletak di bagian

posterior ramus mandibula.1,20

Frekuensi responden yang menjawab benar tentang anatomi tuberositas

maksila sebanyak 81% (Tabel 7) dan dikategorikan baik. 19% diantaranya masih

menjawab salah dengan menjawab anatomi yang dimaksud adalah prosesus palatinus

dan arkus zigomatikus. Tuberositas maksila adalah tulang keras, besar dan bulat pada

permukaan rahang atas. Berlokasi di area gigi posterior, dibelakang gigi molar

.

14

Berbeda dengan arkus zigomatikus yang merupakan sepasang tulang di daerah muka

yang terdiri dari tulang maksila dibagian depan, tulang frontal di superior, dan tulang

temporal di belakang.23

Pengetahuan responden mengenai prosesus koronoid mandibula (Tabel 8)

dikategorikan baik karena 97% mahasiswa kepaniteraan klinik menjawab dengan

benar. Prosesus koronoid mandibula merupakan daerah radiopak yang berbentuk

lonjong atau segitiga terkadang superimposisi pada gigi molar mandibula dan

maksila.

Juga berbeda dengan prosesus palatinus yang terletak di

palatina.

Pengetahuan responden tentang anatomi prosesus styloid pada radiografi

panoramik (Tabel 9) dikategorikan baik karena 87% responden menjawab dengan

benar. Prosesus styloid merupakan tulang yang berbentuk runcing dan menonjol di

bawah telinga serta terlihat radiopak pada radiografi.

1,14

Frekuensi responden yang mengetahui anatomi foramen mandibula pada

radiografi panoramik sebanyak 43% (Tabel 10) dikategorikan berpengetahuan

kurang. Responden yang mengetahui anatomi kanal mandibula pada radiografi

panoramik sebanyak 76% (Tabel 11) dikategorikan berpengetahuan cukup. Serta

responden yang mengetahui anatomi foramen mentalis pada radiografi panoramik

sebanyak 59% (Tabel 12) dikategorikan berpengetahuan cukup. Berdasarkan hasil

penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa banyak mahasiswa kepaniteraan klinik

yang tidak dapat membedakan antara lokasi dan bentuk anatomi dari foramen

mandibula, kanal mandibula, dan foramen mentalis.

(46)

Foramen mandibula adalah sebuah lubang dimandibula sebagai pintu masuk

untuk pembuluh darah dan saraf pada alveolar mandibula dan terlihat radiolusen pada

pertengahan ramus mandibula.1,14 Kanal mandibula merupakan saluran dalam mandibula yang mengandung pembuluh darah dan saraf yang melewati gigi-gigi

rahang bawah, terletak di bagian medial ramus yang terlihat radiolusen dengan batas

linier radiopak tipis.3,14 Sedangkan foramen mentalis adalah suatu daerah radiolusen oval atau bulat di regio premolar. Kemampuan mahasiswa dalam membedakan

anatomi foramen mandibula, kanal mandibula, dan foramen mentalis sangat

diperlukan karena bermanfaat dalam hal pemberian anastesi lokal untuk tujuan

(47)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa kepaniteraan klinik

pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jawa Barat memiliki kategori

pengetahuan baik tentang anatomi normal rongga mulut pada radiografi panoramik,

yaitu sebesar 71%, kategori cukup 28%, dan hanya 1% dengan kategori kurang. Hal

ini dikarenakan selama pendidikan sarjana mahasiswa mendapatkan pembelajaran

yang cukup mengenai radiologi dental terutama tentang anatomi normal rongga mulut

pada radiografi panoramik.

6.2 Saran

Saran untuk bagian radiologi dental Fakultas Kedokteran Gigi di Jawa Barat

berdasarkan hasil penelitian ini adalah :

1. Perlunya meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang anatomi normal

rongga mulut yang dapat terlihat pada radiografi panoramik yaitu anatomi yang ada

di rahang atas dan rahang bawah.

2. Perlunya dilakukan penelitian yang serupa di Fakultas Kedokteran Gigi

(48)

DAFTAR PUSTAKA

1. White SC, Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 6th

2. J Am Dent Assoc. The Use Of Dental Radiographs 2006; 137: 1304-1312 ed.

Canada: University of Toronto, 2009: 109-206

3. Masyrifah N. Prinsip Interpretasi Radiografi Panoramik pada Fraktur

Mandibula. Skripsi. Makassar: Universitas Hasanuddin, 2011: 7-23.

4. Ghom. Textbook of Oral Radiology. India: Elsevier India, 2008: 191-212

5. Boel T. Dental Radiografi Prinsip dan Teknik. Medan: USU Press. 2011: 9-30

6. Dong Gu. The Prevalence of Corelation of Carotid Artery Calcification on

Panoramic Radiographs and Pheripheral Arterial Disease in a Population

From the Republic of Korea. Dentomaxillofacial Radiology J. 2012; 42: 2-6

7. Vuchkova J, Maybury T, Farah CS. Digital Interactive Learning of Oral

Radiograph Anatomy. European J of Dent Education. 2012; 16: 79-87

8. Ahmad M. Protocols in Panoramic Radiographic Interpretation. 11 Oktober

9. Stheeman SE, Mileman PA. Room for Improvement? The Accuracy of Dental

Practitioners Who Diagnose Bony Pathose With Radiograph. Departement of

Oral Radiology, Academic Centre for Dentistry Amsterdam, The Netherlands.

1996; 8 (2): 251-4

10.Suriasumantri YS. Dasar-dasar Pengetahuan. <http://www.staff..unila.ac.id>.

11.Altug HA, Ozkan A, ed. Diagnostic Imaging in Oral and Maxillofacial

Pathology. Croatia: Intech Europe. 2011: 216-26 (11 Mei 2013)

12.Jose M, Varghese J. Panoramic Radiograph A Valuable Diagnostic Tool in

Dental Practice-Report of Three Cases. International Journal of Dental Clinics

2011; 3: 47-49.

13.S Perschbacher.Interpretation of Panoramik Radiographs. Australian Dent J

(49)

14.Ludlow JB, Tyndall DA. Anatomy of the Panoramic Radiograph. Carolina:

University of North Carolina School of Dentistry, 2003.

15.Pasler FA, Visser H. Pocket Atlas of Dental Radiology. Jerman: Thieme,

2007: 10-15

16.Langland OE, Langlais RP, Preece JW. Principles of Dental Imaging.

Philadelphia: Lippincott William & Wilkins, 2002: 201-13, 339.

17.Whaites E. Radiography and Radiology for Dental Care Professionals. 2nd

18.Wahyuni ES. Perluasan Dasar Sinus Maksilaris Ditinjau Secara Radiografi

Panoramik pada Masyarakat Di Kecamatan Medan Selayang. Skripsi. Medan:

Universitas Sumatera Utara, 2013: 4-9 (Belum dipublikasikan)

ed.,

Philadelphia: Elsevier, 2010: 151-70.

19.Epsilawati L, Firman RN. Diagnosis Kelainan Sendi Temporomandibular

dengan Memanfaatkan Panoramik Foto. <http://pustaka.unpad.ac.id>. (6 Juli

2013)

20.Juodzbalys G, Wang HL, Sabalys G. Anatomy of Mandibular Vital Structure

Part II: Mandibular Incisive Canal, Mental Foramen and Associated

Neurovascular Bundles in Relation with Dental Implantology. J Oral

Maxillofac Res. 2010; 1(1): 1-6

21.Josiah A. Landmark on Maxillar and Mandibular. <http://armymedical.

tpub.com>. (8 Juli 2013)

22.Reztaputra R. Anatomi Mata.

23.Lubis SM. Penatalaksanaan Fraktur Arkus Ziomatikus.

(50)

LAMPIRAN 1

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Kepada Yth:

Saudara/Saudari

...

Bersama ini saya, Blisa Novertasari (umur 20 thn), yang sedang menjalani

program pendidikan sarjana pada fakultas kedokteran gigi, Universitas Sumatera

Utara, memohon kesediaan Saudara/i untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian

saya yang berjudul :

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TERHADAP

ANATOMI NORMAL RONGGA MULUT DITINJAU DARI RADIOGRAFI

PANORAMIK PADA SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DI JAWA

BARAT

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa

kepaniteraan klinik terhadap anatomi normal rongga mulut yang interpretasinya

sangat berperan dalam membantu menegakkan diagnosa bila pemeriksaan klinis tidak

dapat memastikan suatu penyakit. Dimana radiografi panoramik merupakan salah

satu radiografi ekstraoral yang diambil dengan cara pasien ditempatkan didalam bilik

radiografi kemudian pasien didudukkan di kursi dan film berada diluar mulut pasien,

lalu dilakukan pengambilan radiografi.

Penelitian ini bersifat deskriptif dimana akan dilakukan survey pada subjek

penelitian. Pada penelitian tersebut, saudara/i sebagai subjek penelitian akan

menerima kuesioner yang berisi 10(sepuluh) soal yang akan dijawab oleh saudara/i

sebagai subjek penelitian dan diberi waktu ± 20 menit. Kemudian kuesioner tersebut

akan dikumpulkan kembali ke peneliti dan akan dikoreksi.Pada penelitian ini peneliti

dibantu oleh dua orang rekan peneliti. Identitas Saudara/i sebagai subjek

(51)

Jika Saudara/i sudah mengerti isi dari lembar penjelasan ini dan bersedia

untuk menjadi subjek penelitian, maka mohon kiranya Saudara/i untuk mengisi dan

menandatangani surat pernyataan persetujuan sebagai subjek penelitian yang

terlampir pada lembar berikutnya. Perlu Saudara/i ketahui, bahwa surat kesediaan

tersebut tidak mengikat dan Saudara/i dapat mengundurkan diri dari penelitian ini bila

Saudara/i merasa keberatan.

Demikian lembar penjelasan ini saya perbuat, semoga keterangan ini dapat

dimengerti dan atas kesediaan Saudara/i untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya

ucapkan terima kasih.

Medan, ...2013

(52)

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis kelamin : L / P

Alamat :

Menyatakan telah membaca lembar penjelasan kepada subjek penelitian dan sudah mengerti serta bersedia untuk turut serta sebagai subjek penelitian, dalam penelitian atas nama Blisa Novertasari yang berjudul “Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Anatomi Normal Rongga Mulut Ditinjau Dari Radiografi

Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Jawa Barat” dan

menyatakan tidak keberatan maupun melakukan tuntutan di kemudian hari.

Demikian pernyataan ini saya perbuat dalam keadaan sehat, penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Bandung, Agusutus 2013

Pembuat pernyataan

(...)

Tanda tangan dan Nama jelas

(53)

LAMPIRAN 2

DEPARTEMEN RADIOLOGI DENTAL

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK

TERHADAP ANATOMI NORMAL RONGGA MULUT DITINJAU

DARI RADIOGRAFI PANORAMIK PADA SALAH SATU

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

DI JAWA BARAT

No. Responden :

Tanggal :

Usia :

Jenis Kelamin : L / P

PETUNJUK PENGISIAN :

1. Pengisian kuesioner dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan klinik di FKG

Jawa Barat

2. Jawablah setiap pertanyaan yang tersedia dengan melingkari jawaban yang

dianggap benar

3. Semua pertanyaan harus dijawab

4. Setiap pertanyaan diisi dengan satu jawaban.

5. Bila ada pertanyaan yang kurang mengerti silahkan ditanyakan kepada

(54)

LINGKARI JAWABAN YANG BENAR MENURUT ANDA PADA PILIHAN

JAWABAN YANG TERSEDIA BERDASARKAN GAMBAR YANG

TERTERA !

Gambar Radiografi Panoramik

1. Menurut anda anatomi apakah yang terdapat pada no.1?

a. Fossa nasal

b. Prosesus palatinus

c. Orbital

2. Menurut anda anatomi apakah yang terdapat pada no.2?

a. Prosesus palatinus

b. Foramen insisivum

c. Kavum Nasal

3. Menurut anda anatomi apakah yang terdapat pada no.4?

a. Septum nasal

(55)

c. Sinus maksilaris

4. Menurut anda anatomi apakah yang terdapat pada no.9?

a. Tuberositas

b. Kondilus mandibula

c. Prosesus koronoid

5. Menurut anda anatomi apakah yang terdapat pada no.11?

a. Prosesus palatinus

b. Tuberositas maksila

c. Arkus zigomatikus

6. Menurut anda apakah no.10 adalah prosesus koronoid mandibula?

a. Ya b. Tidak

7. Menurut anda apakah no.15 adalah prosesus styloid?

a. Ya b. Tidak

8. Menurut anda apakah no.18 adalah foramen mandibula?

a. Ya b. Tidak

9. Menurut anda apakah no.29 adalah foramen mandibula?

a. Ya b. Tidak

10.Menurut anda apakah no.20 adalah foramen mandibula?

(56)

Lampiran 3. Jadwal Penelitian

No.

Kegiatan

WAKTU PENELITIAN

Juni Juli Agustus September Oktober

1. Pembuatan

Proposal

Minggu IV

Minggu I,II

2. Pelaksanaan

Penelitian

Minggu III, IV

3. Pembuatan

laporan hasil penelitian

Minggu I,II,III, IV

Minggu I

4. Penggandaan

laporan

(57)

Lampiran 4

Rincian Biaya Penelitian

Pengetahuan mahasiswa kepaniteran klinik terhadap anatomi normal

Rongga mulut ditinjau dari radiografi panoramik pada

Salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jawa Barat

Besar biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian ini adalah sebesar

Rp 5.000.000 dengan rincian sebagai berikut:

1. Biaya penyiapan proposal Rp 100.000

2. Biaya pembuatan kuesioner Rp 100.000

3. Biaya alat tulis, kertas, printer, tinta printer Rp 100.000

4. Biaya penjilidan dan penggandaan laporan Rp 200.000

5. Biaya transportasi Rp 3.000.000

6. Biaya tempat tinggal Rp 1.500.000

Total Rp 5.000.000

Rincian biaya ditanggung oleh peneliti sendiri.

Peneliti

(58)

Lampiran 5

CURRICULUM VITAE

(RIWAYAT HIDUP)

Nama Lengkap : Blisa Novertasari .S

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Tanjungpinang, Indonesia/ 15 November 1992

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum nikah

Alamat : Jl. HM. Jony No.54, Medan

Telepon/HP : 085264204292

Email : blisa_15@yahoo.co.id

Pendidikan

1998-2004 : SD Hang Tuah, Tanjungpinang

2004-2007 : SMP Negeri 2, Tanjungpinang

2007-2010 : SMA Negeri 1, Tanjungpinang

2010-sekarang : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Gambar

Gambar 1. Anatomi panoramik normal5
Gambar 3. Radiografi Panoramik15
Gambar 4. Kondilus mandibula19
Gambar 5. Kanal Mandibula3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari komisi etik (Health Research Ethical Committee of North Sumatera) dengan nomor surat 262/KOMET/FK USU/2013 dengan judul

Menyatakan telah membaca lembar penjelasan kepada subjek penelitian dan sudah mengerti serta bersedia untuk turut serta sebagai subjek penelitian, dalam penelitian atas nama

Menyatakan telah membaca lembar penjelasan kepada subjek penelitian dan sudah mengerti serta bersedia untuk turut serta sebagai subjek penelitian, dalam penelitian atas nama

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan cross sectional study dengan jumlah sampel adalah 136 mahasiswa kepaniteraan klinik, yaitu 80

Menyatakan bahwa telah membaca lembar penjelasan yang diberikan peneliti dan sudah mengerti serta bersedia untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian dalam penelitian

Saya adalah mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan kedokteran gigi di Fakultas Kedokteran Gigi USU Medan, ingin melakukan penelitian tentang “Pengetahuan Kepaniteraan

Radiografi oklusal adalah radiografi yang digunakan untuk melihat anatomi tulang maksila maupun mandibula dengan area yang luas dalam satu film... oklusal juga dapat mendeteksi

Menyatakan telah membaca lembar penjelasan kepada subjek penelitian dan sudah mengerti serta bersedia untuk turut serta sebagai subjek penelitian, dalam penelitian atas nama