• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Berdasarkan Kebiasaan Sarapan pada Pekerja Kurir Pengiriman Barang JNE di Kota Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Berdasarkan Kebiasaan Sarapan pada Pekerja Kurir Pengiriman Barang JNE di Kota Medan Tahun 2015"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA BERDASARKAN KEBIASAAN SARAPAN PADA PEKERJA KURIR PENGIRIMAN

BARANG JNE DI KOTA MEDAN TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH

MUHAMMAD BAYU AKBAR NIM:111000069

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA BERDASARKAN KEBIASAAN SARAPAN PADA PEKERJA KURIR PENGIRIMAN

BARANG JNE DI KOTA MEDAN TAHUN 2015

Skripsi ini dijukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

MUHAMMAD BAYU AKBAR NIM. 111000069

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Sarapan pagi merupakan suatu kegiatan penting yang dilakukan sebelum melakukan aktifitas fisik yang bermanfaat untuk mencegah defisiensi energi yang menimbulkan kelelahan. Tingginya permintaan pengiriman barang berbanding terbalik dengan pekerja kurir yang tidak signifikan sehingga dapat menyebabkan kelalahan dalam bekerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan tingkat kelelahan kerja berdasarkan kebiasaan sarapan pada pekerja kurir JNE di Kota Medan tahun 2015.

Metode penelitian berupa survey analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah kurir yang bekerja pada shift pagi dari pukul 07.00-16.00 dengan jumlah sampel sebanyak 75 orang kurir menggunakan metode pengambilan total sampling. Kelelahan diukur dengan menggunakan kuesioner kelelahan secara subyektif yang berskala Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) dan dikategorikan menjadi tingkat rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pekerja kurir yang melakukan sarapan tingkat kelelahan paling banyak yaitu pada tingkat rendah sebanyak 27 orang (96,4%) dan pekerja yang tidak sarapan tingkat kelelahan paling banyak yaitu pada tingkat sedang sebanyak 39 orang (83%). Hasil uji mann-whitney menunjukkan p = 0,0001 < 0,05 artinya ada perbedaan tingkat kelelahan berdasarkan kebiasaan sarapan pada pekerja kurir JNE di Kota Medan tahun 2015. Disarankan kepada para kurir untuk tidak melewatkan sarapan dan membiasakan sarapan dalam mencegah terjadinya kelelahan serta menunjang pekerjaan yang dilakukan agar lebih maksimal.

(5)

ABSTRACT

Breakfast in the morning is an important activity before physical activities that beneficial to prevent energy deficiency that causes fatigue. The high demand of delivery of goods inversely to the workers who were not significant that caused fatigue in work. The purpose of this study was to see the difference in fatigue levels based on the breakfast habit JNE courier workers in the city of Medan in 2015.

Analytic research methods survey with a cross-sectional design. The population in this study was the couriers who work in the morning shift from 7:00 to 16:00 o'clock with a total sample of 75couriers using total sampling method. Fatigue was measured using a questionnaire fatigue in scale subjectively Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) and categorized into levels of low, medium, high, and very high.

The results showed that the courier workers who do the breakfast at most levels of fatigue is at low level are 27 people (96.4%) and workers who do not have breakfast at medium levels are 39 people (83%). Mann-Whitney test results showed p = 0.0001 <0.05 means that there are differences in levels of fatigue based on the breakfast habit JNE courier workers in the city of Medan in 2015.

Suggested to the couriers do not skip breakfast and get a breakfast in preventing fatigue and to support the work carried out for more leverage.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Allah SWT serta shalawat beriring salam bagi Rasulullah SAW atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Berdasarkan Kebiasaan Sarapan pada Pekerja Kurir Pengiriman Barang JNE di Kota Medan

Tahun 2015” dapat selesai.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Banyak pengalaman yang diperoleh dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan juga dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Untuk itu, disampaikan rasa terma kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes., selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja sekaligus Dosen Penguji I yang telah memberikan kritik dan saran serta motivasi untuk perbaikan skripsi ini..

(7)

4. Bapak dr. Makmur Sinaga., M.Kes., selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan kritik dan saran serta motivasi untuk perbaikan skripsi ini.

5. Bapak dr. Surya Dharma, Mp.H., selaku Dosen Pembibing Akademik.

6. Manajemen PT. JNE Kota Medan terimakasih atas dukungan dan bantuan selama penulis melakukan penelitian.

7. Sembah sujud kepada kedua orang tua terkasih dan teristimewa Ayahanda Drs. H.M. Sofyan Hosen dan Ibunda Asmuharni serta Nenek Palembang, yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, cinta, perhatian semangat, dukungan moral, spiritual, dan juga material yang tiada batasnya.

8. Saudara-saudaraku Pandawa Lima M. Isro’ Farisi, Aflaha Zuhri, Ihkwanus Suffa dan Ulul Azmi Fadilla, serta abang dan kakak sepupu dari CUBAK Family terimakasih untuk dukungan dan doanya.

9. Sahabat-sahabatku Mita, Utet, Aya, Berkah, Asih, Hastri, Erizka, Luluk, Debi, Dita, Bobo, Aa, Ita, Ivan, Mansur, terimakasih untuk waktu, tenaga, pikiran dan motivasinya dalam pengerjaan skripsi ini.

10. Rekan-rekan seperjuangan di Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fadil, Ali, Wini, Cici, Mutia, Eko, Danil, Ivori, Legia, Anggi, Wahana serta teman-teman seperjuangan yang tidak bisa disebutkan satu persatu terimakasih untuk waktu, tenaga, pikiran dan motivasinya dalam pengerjaan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dari kecil, Ari, Budi, Imam, Yosi, Ririn, Ivo, Ikrar, Nanda,

(8)

12. Teman-teman FKM USU angkatan 2011, senior-senior FKM USU abangda Fauzi Aryansyah, SKM dan Putra Apriadi, SKM, Kelompok 2 PBL, keluarga besar IMIB USU, Reseller dan Customer SCP_OLSHOP yang tidak bisa disebutkan satu persatu terimakasih atas dukungan dan motivasinya dalam pengerjan skripsi ini.

13. Terkhusus kepada Wilda Try Wahyuni, SKM sebagai pendamping setia bagi penulis terimakasih atas segala waktu, tenaga, pikiran, dukungan, bantuan, dan motivasinya dalam pengerjaan skripsi ini.

14. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan menuju yang lebih baik. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya.

Medan, Juli 2015 Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

2.1.3 Faktor yang Menyebabkan Kelelahan ... 15

2.1.4 Mekanisme Terjadinya Kelelahan ... 17

2.1.5 Gejala-gejala Kelelahan Kerja... 19

2.1.6 Pengukuran Kelelahan Kerja ... 20

2.1.7 Upaya untuk Mengatasi Kelelahan Kerja ... 24

2.2 Gizi ... 25

2.2.1 Pengertian Gizi ... 25

2.2.2 Manfaat Zat Makanan ... 25

2.2.3 Sarapan ... 27

2.2.4 Asupan Energi Berdasarkan Status Gizi ... 28

2.2.5 Akibat Gangguan Gizi terhadap Fungsi Tubuh ... 29

2.3 Konsumsi Sarapan terhadap Kelelahan Kerja ... 30

2.4 Kerangka Konsep ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1 Jenis Penelitian ... 32

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

(10)

3.3.1 Populasi ... 32

3.3.2 Sampel ... 32

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 33

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional ... 33

3.6 Metode Pengukuran ... 34

5.4.3 Kelelahan Pekerja yang Tidak Sarapan ... 46

5.5 Analisis Bivariat ... 49

BAB V PEMBAHASAN ... 51

5.1 Karakteristik Responden ... 51

5.2 Kelelahan Pekerja yang Sarapan ... 51

5.3 Kelelahan Pekerja yang Tidak Sarapan ... 54

5.4 Pebedaan Tingkat Kelelahan Kerja Berdasarkan Kebiasaan Sarapan . 56 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 58

6.1 Kesimpulan ... 58

6.2 Saran ... 58

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 30 Daftar Pertanyaan Kuesioner Indutrial Fatigue Research

Committe (IFRC) ... 35 Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Pekerja Kurir JNE di Kota

Medan Tahun 2015... 40 Tabel 4.2 Distribusi Kebiasaan Sarapan pada Pekerja Kurir JNE di Kota

Medan Tahun 2015... 41 Tabel 4.3 DistribusiJenis Sarapan dengan Minum Teh Manis pada Pekerja

Kurir JNE di Kota Medan Tahun 2015 ... 41 Tabel 4.4 DistribusiJenis Sarapan dengan Minum Kopi pada Pekerja

Kurir JNE di Kota Medan Tahun 2015 ... 42 Tabel 4.5 DistribusiJenis Sarapan dengan Minum Susu pada Pekerja

Kurir JNE di Kota Medan Tahun 2015 ... 42 Tabel 4.6 DistribusiResponden yang Sarapan Berdasarkan 10 Pertanyaan

tentangPelemahan Kegiatan Menurut Industrial Fatigue Research Commite Pada Pekerja Kurir JNE Kota Medan

Tahun 2015 ... 43 Tabel 4.7 Distribusi Responden yang Sarapan Berdasarkan 10 Pertanyaan

tentang Pelemahan Motivasi Menurut Industrial Fatigue Research Commite Pada Pekerja Kurir JNE Kota Medan

Tahun 2015 ... 44 Tabel 4.8 Distribusi Responden yang Sarapan Berdasarkan 10 Pertanyaan

tentang Gambaran Kelelahan Fisik Menurut Industrial Fatigue Research Commite Pada Pekerja Kurir JNE Kota Medan

Tahun 2015 ... 45 Tabel 4.9 Distribusi Kelelahan Pekerja yang Sarapan pada Pekerja Kurir

JNE di Kota Medan Tahun 2015 ... 46 Tabel 4.10 Distribusi Responden yang Tidak Sarapan Berdasarkan 10

Pertanyaan tentang Pelemahan Kegiatan Menurut Industrial Fatigue Research Commite Pada Pekerja Kurir JNE Kota

` Medan Tahun 2015... 46 Tabel 4.11 Distribusi Responden yang Tidak Sarapan Berdasarkan 10

(12)

Medan Tahun 2015... 47 Tabel4.12 Distribusi Responden yang Tidak Sarapan Berdasarkan 10

Pertanyaan tentang Gambaran Kelelahan Fisik Menurut Industrial Fatigue Research Commite Pada Pekerja Kurir JNE Kota Medan Tahun 2015 ... 48 Tabel 4.13 Distribusi Kelelahan Pekerja yang Tidak Sarapan pada Pekerja

KurirJNE di Kota Medan Tahun 2015 ... 49 Tabel 4.14 Hasil UjiMann-Whitney Perbedaan Tingkat Kelelahan

Berdasarkan Kebiasaan Sarapan pada Pekerja Kurir JNE di

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan teoritis kombinasi berbagai efek yang dapat menimbulkan kelelahan dan pemulihan untuk

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian... 62

Lampiran 2. Surat Selesai Penelitian ... 63

Lampiran 3. Kuesioner ... 64

Lampiran 4. Data Hasil Penelitian ... 66

Lampiran 5. Hasil Analisis Data ... 68

(15)

DAFTAR ISTILAH

Singkatan Singkatan dari

JNE JalurNugrahaEkakurir TiKi TitipanKilat

IMT Indeks Massa Tubuh AMB AngkaMetabolisme Basal

(16)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Muhammad Bayu Akbar

Tempat Lahir : Tanjung Morawa Tanggal Lahir : 17Juni 1993

Suku Bangsa : Minang

Agama : Islam

Nama Ayah : Drs. M. Sofyan Husein

Suku Bangsa Ayah : Minang

Nama Ibu : Asmuharni

Suku Bangsa Ibu : Minang

Pendidikan Formal

1. Tahun 1999-2005 : SD Negeri PTP N II NO.105855 2. Tahun 2005-2008 : SMP Swasta Al-Azhar Medan 3. Tahun 2008-2011 : SMA Negeri 2Medan

(17)

ABSTRAK

Sarapan pagi merupakan suatu kegiatan penting yang dilakukan sebelum melakukan aktifitas fisik yang bermanfaat untuk mencegah defisiensi energi yang menimbulkan kelelahan. Tingginya permintaan pengiriman barang berbanding terbalik dengan pekerja kurir yang tidak signifikan sehingga dapat menyebabkan kelalahan dalam bekerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan tingkat kelelahan kerja berdasarkan kebiasaan sarapan pada pekerja kurir JNE di Kota Medan tahun 2015.

Metode penelitian berupa survey analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah kurir yang bekerja pada shift pagi dari pukul 07.00-16.00 dengan jumlah sampel sebanyak 75 orang kurir menggunakan metode pengambilan total sampling. Kelelahan diukur dengan menggunakan kuesioner kelelahan secara subyektif yang berskala Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) dan dikategorikan menjadi tingkat rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pekerja kurir yang melakukan sarapan tingkat kelelahan paling banyak yaitu pada tingkat rendah sebanyak 27 orang (96,4%) dan pekerja yang tidak sarapan tingkat kelelahan paling banyak yaitu pada tingkat sedang sebanyak 39 orang (83%). Hasil uji mann-whitney menunjukkan p = 0,0001 < 0,05 artinya ada perbedaan tingkat kelelahan berdasarkan kebiasaan sarapan pada pekerja kurir JNE di Kota Medan tahun 2015. Disarankan kepada para kurir untuk tidak melewatkan sarapan dan membiasakan sarapan dalam mencegah terjadinya kelelahan serta menunjang pekerjaan yang dilakukan agar lebih maksimal.

(18)

ABSTRACT

Breakfast in the morning is an important activity before physical activities that beneficial to prevent energy deficiency that causes fatigue. The high demand of delivery of goods inversely to the workers who were not significant that caused fatigue in work. The purpose of this study was to see the difference in fatigue levels based on the breakfast habit JNE courier workers in the city of Medan in 2015.

Analytic research methods survey with a cross-sectional design. The population in this study was the couriers who work in the morning shift from 7:00 to 16:00 o'clock with a total sample of 75couriers using total sampling method. Fatigue was measured using a questionnaire fatigue in scale subjectively Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) and categorized into levels of low, medium, high, and very high.

The results showed that the courier workers who do the breakfast at most levels of fatigue is at low level are 27 people (96.4%) and workers who do not have breakfast at medium levels are 39 people (83%). Mann-Whitney test results showed p = 0.0001 <0.05 means that there are differences in levels of fatigue based on the breakfast habit JNE courier workers in the city of Medan in 2015.

Suggested to the couriers do not skip breakfast and get a breakfast in preventing fatigue and to support the work carried out for more leverage.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Era modernisasi sekarang ini, perusahaan dalam bidang jasa dituntut untuk memberikan pelayanan yang memuaskan kepada setiap konsumen. Ketatnya persaingan antara perusahaan mendorong setiap perusahaan untuk memiliki perencanaan dan strategi dalam menjalankan kegiatan usahanya. Jika perusahaan tidak memiliki keistimewaan dalam pasar, maka perusahaan tersebut tidak akan berumur panjang. Oleh karena itu, perlu dirancang strategi atau pelayanan dengan keistimewaan tersendiri sebagai ciri khas suatu perusahaan yang dapat memberikan kepuasan pada konsumen (Kotler, 2000).

Perusahaan jasa merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang penyediaan berbagai pelayanan dengan mencari laba atau keuntungan, seperti transportasi, telekomunikasi, reparasi, dan pengiriman barang. Perusahaan jasa pengiriman barang yang pertama kali berdiri di dunia yaitu DHL Worldwide Express. Tujuannya adalah untuk memudahkan masyarakat dalam mengirim atau mengantar barang bagi mereka yang memiliki keterbatasan jarak dan waktu. Di Indonesia, perusahaan jasa pengiriman pertama kali berdiri yaitu PT. Pos Indonesia yang didirikan sejak tahun 1746. Seiring dengan perkembangan teknologi, berbagai perusahaan pengiriman barang juga bermunculan seperti Pandu Logistic, First Logistic, TiKi, NCS, Dacota Cargo, Cahaya Logistik dan JNE.

(20)

kebutuhan masyarakat dalam melakukan pengiriman barang dan berbelanja secara online berbanding terbalik dengan sumber daya manusia pada bidang jasa pengiriman barang yang tidak signifikan. Hal ini menyebabkan tenaga kerja mengeluarkan energi yang besar dalam melakukan pekerjaannya yang dapat menyebabkan kelelahan dalam bekerja.

Menurut Wignjosoebroto (2000), kelelahan akibat kerja seringkali diartikan sebagai proses menurunnya efisiensi, performans kerja, dan berkurangnya kekuatan/ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan.

Jika tenaga kerja telah mulai merasa lelah dan tetap dipaksa untuk bekerja maka kelelahan akan semakin bertambah dan kondisi lelah demikian sangat mengganggu kelancaran pekerjaan dan juga berefek buruk kepada tenaga kerja yang bersangkutan (Suma’mur, 2013).

Gejala fisik dari tahap awal kelelahan umum tampak sebagai perasaan lelah yang berlebihan, lemah, dan tidak memiliki daya kerja. Tanda-tanda non spesifik lain biasanya dalam bentuk penglihatan yang kabur, rasa pusing, vertigo, tangan tremor, nyeri otot, nafas terasa berat, nyeri dada, sesak napas, dan gangguan tidur seperti sulit bangun tidur, bangun tidur terlalu dini yang disertasi dengan mimpi buruk, hilangnya daya konsentrasi dan koordinasi (Harrianto, 2008).

(21)

dapat mengalami peristiwa lelah karena beban fisik namun asupan makanan yang pada akhirnya menghasilkan energi untuk bekerja juga berperan menimbulkan kelelahan.

Menurut Trisnawati (2012) yang mengutip pendapat Grandjean (1993), kekurangan nilai gizi pada makanan yang dikonsumsi oleh pekerja sehari-hari akan membawa akibat buruk terhadap tubuh, seperti pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun, kemampuan fisik berkurang, berat badan menurun, kurang bersemangat dan kurang motivasi , bereaksi lamban dan apatis. Dalam keadaan demikian maka tidak bisa diharapkan tercapainya efisiensi dan produktivitas kerja yang optimal.

Asupan kalori bagi tenaga kerja ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta mengupayakan daya kerja yang optimal, untuk itu kebutuhan harus sesuai dengan beban kerjanya. Kesehatan dan daya kerja sangat erat hubungannya dengan tingkat gizi pekerja, namun gizi pekerja sering tidak diperhatikan, baik oleh pengusaha maupun pekerja itu sendiri. Hal ini terjadi karena pada umumnya pekerja belum mengetahui hubungan gizi dengan pekerjaan dan faktor lain seperti kemiskinan, ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan gizi yang cukup untuk bekerja dan bisa juga disebabkan oleh sistem penggajian yang belum memadai untuk membeli bahan makanan yang cukup dan bergizi. Pekerja selain untuk memenuhi kebutuhan gizinya sendiri juga akan memenuhi kebutuhan hidup keluarganya (Ginting, 2011).

Menurut Suma’mur (2013) penyebab kekurangan gizi sangat majemuk

(22)

sosio-kultural seperti tahayul, ketidaktahuan dan kurangnya pendidikan, kebiasaan makan yang tidak semestinya, dan lain-lain. Keadaan gizi pada pekerja sangat berpengaruh dengan pekerjaannya karena bekerja memerlukan energi yang meghasilkan panas untuk melakukan pekerjaan dan semakin berat beban pekerjaan yang dilakukan seorang pekerja maka semakin banyak jumlah energi yang digunakan. Jika asupan gizi pekerja tidak cukup maka tubuh akan mengambil cadangan lemak tubuh untuk diubahkan menjadi tenaga, dan bila berlangsung lama akan terjadi penurunan berat badan tenaga kerja tersebut. Maka dari itu, salah satu cara untuk menghindari pekerja dari kelelahan sebelum melakukan pekerjaannya adalah dengan mengkonsumsi sarapan pada pagi hari.

Sarapan pagi merupakan suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik. Sarapan sehat selayaknya mengandung unsur empat sehat lima sempurna. Hidangan saat sarapan pagi sebaiknya terdiri dari makanan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan sumber zat pengatur dalam jumlah yang seimbang, (Khomsan,2003).

Manusia membutuhkan energi sarapan pagi karena dalam sarapan pagi diharapkan terjadinya ketersediaan energi yang digunakan untuk jam pertama melakukan aktivitas. Akibat tidak sarapan pagi akan menyebabkan tubuh tidak mempunyai energi yang cukup untuk melakukan aktivitas terutama proses kerja yang dilakukan pada pagi hingga siang hari (Moehji, 2009).

(23)

konstansi, dan ketelitian). Dalam hal ini, penting untuk mengkonsumsi sarapan pagi hari dalam menunjang aktivitas yang akan dilakukan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh West (2009), efek dari tidak sarapan adalah status gizi berkurang, peningkatan kelaparan, peningkatan kelelahan dan cepat marah, serta produktivitas kerja menurun. Seseorang akan lebih produktif dengan melakukan sarapan pagi sebelum melakukan aktivitas dan bekerja seperti di kantor, sekolah dan di rumah. Penelitian ini mempunyai hubungan antara sarapan sehat dengan kinerja yang lebih baik, kewaspadaan mental, dan status gizi yang baik. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Barker (2007), membuktikan efek dari tidak sarapan akan menimbulkan hilangnya produktivitas kerja sebesar 15%.

Dalam hal pemenuhan kebutuhan energi, manusia harus menyerap energi dari luar yaitu dari makanan. Jika jumlah energi yang diperoleh tidak cukup, maka tubuh akan melakukan penghematan terhadap pemakaian energi, untuk menjamin berbagai reaksi biokomia dalam tubuh tetap berlangsung secara normal. Untuk menghemat energi, tubuh melakukan berbagai penyesuaian antara lain : memperlambat kecepatan kerja, membatasi kegiatan otot sampai seminimal mungkin dan tidak melakukan hal-hal yang akan menambah pengeluaran energi. Dengan demikian apabila energi yang diperoleh dari makanan tidak cukup, maka orang akan bekerja dibawah kapasitas seharusnya (Moehji, 2009).

(24)

jika orang dewasa hidup dengan kandungan energi dan makanan sebanyak 1800 kal setiap hari, ia akan kehilangan ototnya sebesar 30% dan efisiensi kerjanya turun 11%. Secara keseluruhan kandungan energi yang rendah dalam makanan dapat membawa dampak berupa : menurunnya kegiatan otot (muscular activities), berkurangnya kekuatan otot (muscular strength), efisiensi kerja otot rendah (muscular efficiency) lama waktu mampu bekerja berkurang (duration of work) (Lubis, 2010).

Sarapan atau makan pagi adalah makanan yang disantap pada pagi hari yang memenuhi satu per empat kebutuhan energi dalam satu hari. Waktu sarapan dimulai dari pukul 06.00 pagi sampai dengan pukul 08.00 pagi (Lubis, 2010).

Sarapan dianjurkan menyantap makanan yang ringan bagi kerja pencernaan sehingga dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang memiliki kadar serat tinggi dengan protein yang cukup namun kadar lemak yang rendah. Selain itu, konsumsi protein dan kadar serat yang tinggi juga dapat membuat seseorang tetap merasa kenyang hingga waktu makan siang (Khomsan, 2003).

Salah satu pekerja yang berpotensi mengalami kelelahan kerja adalah kurir pengiriman barang. Kurir bertugas mengatarkan barang-barang konsumen ke alamat tujuan yang dipercayakan kepada perusahaan jasa pengiriman barang. Setiap orang ataupun perusahaan dapat mengirimkan barang dalam jumlah kecil maupun besar dengan mudah, baik ke dalam negeri maupun luar negeri dengan menggunakan jasa tersebut (Satrio, 2011).

(25)

(kurir ekspres dan logistik) yang berpusat di Jakarta. Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan kurir terbesar di Indonesia yang pada saat ini memiliki lebih dari 5.575 karyawan dan lebih dari 835 outlet di seluruh Indonesia.

Di Kota Medan, PT JNE memiliki kantor cabang, sub agen dan agen yang tersebar luas dan berada di lokasi-lokasi strategis sehingga memudahkan konsumen untuk menggunakan jasa pengiriman barang. Pemanfaatan sumber daya manusia yang ada pada perusahaan jasa merupakan salah satu kunci dalam keberhasilan dalam mencapai tujuan pada perusahaan. Dalam 1 hari , PT JNE Kota Medan dapat menerima barang masuk dari setiap daerah di Indonesia dengan rata-rata 10.000 barang . Setiap barang akan di distribusikan oleh kurir sesuai dengan lokasi kerja yang telah ditentukan oleh menejemen PT JNE Kota Medan.

Dalam pelaksanaan proses kerjanya, seorang pekerja dalam hal ini kurir pengiriman barang memerlukan tidur yang cukup dan asupan gizi yang seimbang untuk dapat mempertahankan kapasitas kerjanya. Apabila kapasitas kerja seorang pekerja terjaga dengan baik karena cukup tidur dan asupan gizi yang seimbang maka kelelahan kerja dapat diminimalkan (Grandjean dalam Trisnawati, 2012).

(26)

Sebelum berangkat mengantar paket atau barang, kurir harus menyortir lagi barang tersebut sesuai dengan rute terdekat yang akan dijalankannya. Barang yang disortir harus di check terlebih dahulu agar tidak terjadi kesalahan dalam mengantarkan kepada konsumen. Kemudian barang tersebut dimasukkan kedalam keranjang tas dan diangkat ke transportasi berupa sepeda motor yang digunakan oleh masing-masing kurir dari pukul 10.00-16.00 WIB. Setelah semua paket siap, para kurir berangkat untuk mengantarkannya sesuai dengan lokasi tiap kurir yang dibagi berdasarkan wilayah kerjanya.

Hasil wawancara awal dengan 11 orang kurir, peneliti mendapatkan 9 orang diantaranya tidak mengkonsumsi sarapan pagi dan 2 orang lagi hanya sarapan pagi berupa roti dan teh manis. Peneliti melihat banyaknya kurir yang mengantuk, kurang bersemangat dan kurang fokus karena tidak mengkonsumsi sarapan pagi. Beberapa orang kurir juga mengalami keluhan seperti badan pegal karena banyak mengangkat barang, sakit kepala, tidak konsentrasi dalam pekerjaan, sering mengantuk dan mata merah karena terkena debu di jalan pada saat mengantarkan barang kepada konsumen.

(27)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yang diteliti adalah bagaimana perbedaan tingkat kelelahan kerja berdasarkan kebiasaan sarapan pada pekerja kurir pengiriman barang JNE di Kota Medan.

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui tingkat perbedaan kelelahan kerja pada pekerja berdasarkan kebiasaan sarapan pada kurir pengiriman barang JNE di Kota Medan tahun 2015

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui sejauh mana perbedaan kelelahan kerja dengan sarapan pagi pada kurir JNE Kota Medan.

2. Untuk mengetahui sejauh mana perbedaan kelelahan kerja tanpa sarapan pagi pada kurir JNE Kota Medan.

1.4Hipotesis Penelitian

Ada perbedaan tingkat kelelahan pada pekerja dengan sarapan pagi dan tidak sarapan pagi pada kurir JNE di Kota Medan.

1.5Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan untuk pihak perusahaan dalam mencegah terjadinya kelelahan pada kurir JNE di Kota Medan.

2. Sebagai masukan untuk setiap pekerja tentang pentingnya sarapan pagi dan pengaruhnya terhadap kelelahan pada kurir JNE di Kota Medan.

(28)
(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Kelelahan Kerja

2.1.1 Pengertian Kelelahan Kerja

Kata lelah (fatigue) menunjukkan keadaan tubuh dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja(Suma’mur, 2013).Pada umumnya kelelahan kerja

didefinisikan berkuranganya energi dan motivasi yang dapat berpengaruh pada kemampuan fisik, mental ataupun keduanya(Tarwaka, 2004).

Kelelahan akibat kerja seringkali diartikan sebagai proses menurunnya efisiensi, performans kerja, dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisiktubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan (Wignjosoebroto, 2000). Secara rincinya kelelahan kerja didefinisikan sebagai rasa ketidakmampuan atau berkurangnya kemampuan atau ketidakmampuan untuk merespon suatu situasi karena sebelumnya melakukan aktivitas secara berlebihan, baik mental, emosional maupun fisik (Tarwaka, 2004).

Ada beberapa macam kelelahan yang dikenal dan diakibatkan oleh faktor-faktor yang berbeda seperti :

a. Lelah otot : dalam hal ini bisa dilihat dalam bentuk munculnya gejala kesakitan yang amat sangat ketika otot harus menerima beban yang berlebihan

(30)

obyek (layar monitor) akan terasa lelah. Cahaya yang terlalu kuat yang mengenai mata akan bisa menimbulkan gejala yang sama.

c. Lelah mental : kelelahan bukan diakibatkan secara langsung oleh fisik, melainkan lewat kerja mental. Lelah mental ini seringkali disebut juga dengan lelah otak.

d. Lelah monotonis : kelelahan monotonis disebabkan oleh aktivitas kerja yang bersifat rutin, monoton ataupun lingkungan kerja yang sangat menjemukan. Situasi kerja yang monoton dan menimbulkan kebosanan akan mudah terjadi pada pekerjaan-pekerjaan yang dirancang terlalu ketat.

2.1.2 Jenis Kelelahan

Secara umum, kelelahan dapat dibedakan dalam beberapa macam,yaitu : 1. Berdasarkan proses dalam otot

Terdapat 2 jenis kelelahan, yaitu : a. Kelelahan fisiologis

Kelelahan fisiologis atau kelelahan otot yaitu kelelahan pada susunan saraf pusat atau perifer (otot yang sedang bekerja).Kelelahan ini disebabkan oleh otot atau fisik karena beban yang berat yang dapat menimbulkan rasa nyeri atau tremor pada otot (Suma’mur, 2013).

(31)

adalah penyebab sekunder. Pada teori syaraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarkannya rangsangan syaraf melalui syaraf sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot.Rangsangan ini menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel syaraf menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Dengan demikian semakin lambat gerakan seseorang akan menunjukan semakin lelah kondisi otot seseorang.

Kelelahan pada otot yang sedang bekerja atau perifer dibuktikan oleh Etienne Grandjean dengan melakukan percobaan pada katakyang dibius dan diberikan beban.Otot katak yang diberikan beban tersebut dirancang secara elektrik sehingga menjadi kontraksi dan berubah menjadi kerja fisik yaitu mengangkat beban tersebut. Setelah beberapa detik beraktivitas akan tampak tanda-tanda berupa seperti berkuranganya kemampuan otot untuk mengangkat beban, kontraksi dan reaksi menjadi lebih lambat dan jarak antara rangsangan dan mulainya kontraksi menjadi lebih panjang.

b. Kelelahan umum atau psikis

Kelelahan umum ditunjukkan oleh hilangnya kemauan untuk bekerja, yang penyebabnya adalah keadaan persarafan sentral atau kondisi psikis-psikologis (Suma’mur, 2013).Perasaan adanya kelelahan secara umum dapat ditandai

(32)

mengantuk, stress (pikiran tegang) dan rasa malas bekerja atau circardian fatique (Nurmianto, 2004).

Kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental , status kesehatan dan keadaan gizi (Grandjean dalam Tarwaka, 2004). Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subyektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja, apabila rata-rata beban kerja melebihi 30-60% dari tenaga aerobik maksimal (Astrand & Rohal dalam tarwaka, 2004).

2. Berdasarkan waktu terjadinya

Terdapat 2 jenis kelelahan berdasarkan waktu kerjanya, yaitu : a. Kelelahan Akut

Kelelahan akut terjadi terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh secara berlebihan.

b. Kelelahan Kronis

Kelelahan kronis biasanya terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari, berkepanjangan dan bahkan kadang-kadang telah terjadi pada sebelum memulai suatu pekerjaan. Gejala-gejala yang tampak jelas akibat kelelahan kronis dapat dicirikan seperti:

1) Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga menjadi kurang toleran atau anti sosial terhadap orang lain;

(33)

3) Depresi yang berat (Wignjosoebroto, 2000).

2.1.3 Faktor yang Menyebabkan Kelelahan

Penyebab kelelahan kerja secara garis besar disebabkan oleh beban kerja baik berupa beban kerja faktor eksternal berupa tugas (task) itu sendiri, organisasi (waktu kerja, istirahat, kerja gilir, kerja malam, dan sebagainya), sedangkan beban kerja faktor internal yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri berupa faktor somatis (umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, status gizi) dan faktor psikis (motivasi, kepuasan kerja, keinginan).

Menurut Setyawati (1994), kelelahan terbagi menjadi :

a. Kelelahan fisiologis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh faktor fisik di tempat kerja seperti suhu dan kebisingan, getaran dan pencahayaan.

b. Kelelahan psikologis, yaitu kelelahan yang disebabkan antara lain oeh faktor psikologis, monotoni pekerjaan (kebosanan sebagai gejala subjektif yang disebabkan oleh pekerjaan), bekerja karena terpaksa dan pekerjaan yang bertumpuk-tumpuk.

Secara fisiologi penyebab kelelahan ada dua macam, yaitu : a. Kelelahan sentral

Kelelahan sentral adalah aktivitas motor neuron tidak mencukupi atau motor neuron mengalami impaired excitability.

b. Kelelahan perifer

(34)

Menurut Tarwaka (2004), penyebab kelelahan ada beberapa macam diantaranya, aktivitas kerja fisik, aktivitas kerja mental, stasiun kerja tidak ergonomis, sikap paksa, kerja statis, kerja bersifat monotoni, lingkungan kerja ekstrim, psikologis, kebutuhan kalori kurang, waktu kerja-istirhat tidak tepat.

Faktor-faktor penyebab kelelahan diilustrasikan dalam gambar Teori Kombinasi Pengaruh Penyebab Kelelahan dan Penyegaran (Requperation) seperti gambar dibawah ini :

Gambar 2.1 Bagan teoritis kombinasi berbagai efek yang dapat menimbulkankelelahan dan pemulihan untuk menyeimbangkannya (Tarwaka, 2004)

(35)

2.1.4 Mekanisme Terjadinya Kelelahan

Makanan yang mengandung glikogen mengalir dalam tubuh melalui peredaran darah. Setiap kontraksi dari otot selalu diikuti reaksi kimia (oksidasi glukosa) yang merubah glikogen tersebut menjadi tenaga, panas dan asam laktat (produk sisa). Dalam tubuh dikenal fase pemulihan yaitu suatu proses untuk merubah asam laktat menjadi glikogen kembali dengan adanya oksigen dari pernafasan sehingga memungkinkan otot-otot bisa bergerak secara kontinu dan keseimbangan kerja bisa dicapai dengan baik apabila kerja fisiknya tidak terlalu berat. Pada dasarnya kelelahan terjadi karena terakumulasinya produk sisa dalam otot atau peredaran darah yang disebabkan tidak seimbangnya antara kerja dan proses pemulihan.

Secara lebih jelas terdapat tiga tahap terjadinya kelelahan fisik yaitu : Pertama, oksidasi glukosa dalam otot menimbulkan karbon dioksida (CO2), saerolactic, phosphati, dan sebagainya, dimana zat-zat tersebut terikat dalam darah yang kemudian dikeluarkan waktu bernafas. Kelelahan terjadi apabila pembentukan zat-zat tersebut tidak seimbang dengan proses pengeluarannya sehingga timbul penimbunan dalam jaringan otot yang mengganggu kegiatan otot selanjutnya.

(36)

Ketiga, dalam keadaan normal jumlah udara yang masuk melalui pernafasan kira-kira 4 lt/ menit, sedangkan dalam keadaan kerja keras dibutuhkan udara kira-kira 15 lt/menit. Ini berarti pada suatu tingkat kerja tertentu akan dijumpai suatu keadaan dimana jumlah oksigen yang masuk melalui pernafasan lebih kecil dari tingkat kebutuhan. Jika hal ini terjadi maka kelelahan akan timbul karena reaksi oksidasi dalam tubuh yaitu untuk mengurangi asam laktat menjadi H2O dan CO2 agar dikeluarkan dari tubuh menjadi tidak seimbang dengan pembentukan asam laktat itu sendiri (asam laktat terakumulasi dalam otot atau dalam peredaran darah).

Kelelahan psikologis timbul dalam perasaan orang yang bersangkutan dan terlihat dengan tingkah lakunya atau pendapat-pendapatnya yang tidak konsekuen lagi serta jiwanya yang labil dengan adanya perubahan walaupun sendiri dalam kondisi lingkungan atau kondisi tubuhnya.

(37)

sistem penghambat lebih kuat dibandingkan sistem penggerak (Sutaklaksana, 1979).

Semua aktivitas tubuh manusia diatur dan dikendalikan oleh sistem susunan syaraf.Demikian juga terjadinya kelelahan diatur secara sentral oleh otak.Menurut Suma’mur (2013) terjadinya kelelahan adalah karena tidak adanya keserasian dan keseimbangan antara sistem aktivitas dan sistem inhibisi yang terdapat di susunan syaraf pusat.

Menurut Anoraga (1992), jika dalam jangka waktu yang panjang seseorang terus menerus harus melakukan gerak yang sama maka sirkulasi darah menjadi terganggu, dan orang tersebut menjadi cepat lelah.

2.1.5 Gejala-gejala Kelelahan Kerja

Gambaran mengenai gejala kelelahan (fatigue symptoms) secara subyektif dan obyektif antara lain( Budiono dkk, 2000) :

a. perasaan lesu, ngantuk dan pusing b. kurang mampu berkonsentrasi c. berkurangnya tingkat kewaspadaan d. persepsi yang buruk dan lambat e. berkurangnya gairah untuk bekerja f. menurunnya kinerja jasmani dan rohani

(38)

Beberapa penyebab kelelahan pada kurir adalah tidak terpenuhinya status gizi pada pagi hari disebabkan tidak mengkonsumsi sarapan.Kondisi tidak melakukan sarapan pagi akan mengalami defisiensi energi sehingga dapat menyebabkan terjadinya kurang konsentrasi dalam bekerja dan produktivitas kerja menurun.

Suma’mur (2013) membuat suatu daftar gejala yang ada hubungannya

dengan kelelahan yaitu perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki merasa berat, menguap, merasa kacau pikiran, mengantuk, merasakan berat pada mata, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, mau berbaring, merasa susah berpikir, lelah bicara, gugup, tidak dapat berkonsentrasi, tidak memfokuskan perhatian pada sesuatu, cenderung untuk lupa, kurang kepercayaan diri, cemas terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, tidak dapat tekun dalam melakukan pekerjaan, sakit kepala, kekauan di bahu, merasa nyeri di punggung, merasa pernafasan tertekan, merasa haus, suara serak, merasa pening, spasme kelopak mata, tremor pada anggota badan dan merasa kurang sehat. Gejala-gejala tersebut menunjukan pelemahan kegiatan, pelemahan motivasi dan gambaran fisik akibat keadaan umum.

2.1.6 Pengukuran Kelelahan Kerja

(39)

1) Kualitas dan Kuantitas kerja yang di lakukan

Pada metode ini, kuantitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja (waktu yang digunakan setiap item) atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Namun demikian banyak faktor harus dipertimbangkan seperti, target poduksi, faktor sosial dan perilaku psikologis.Sedangkan kualitas ouput (kerusakan dan penolakan produk) atau frekwensi kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi faktor tersebut bukan merupakan causal factor.

2) Uji psikomotor (Psychomotor test)

Metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksankan kegiatan.Dalam uji waktu reaksi dapat digunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan. Terjadinya pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya perlambatan proses faal syaraf dan otot. Dalam uji waktu reaksi ternyata stimuli terhadap cahaya lebih signifikan daripada stimuli suara.Hal tersebut disebabkan karena stimuli suara lebih cepat diterima oleh reseptor daripada stimuli cahaya.Alat ukut waktu reaksi yang telah dikembangkan di Indonesia biasanya menggunakan nyala lampu dan denting suara sebagai stimuli, yang alatnya dikenal sebagai Reaction Timer.

(40)

Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan untuk jarak antara dua kelipan, disamping itu untuk mengukur kelelahan juga menunjukkan keadaan kewaspadaan tenaga kerja.

4) Uji beban kerja mental secara Fisiologis/Biomekanis

Seseorang tenaga kerja dapat dianggap fit untuk sesuatu pekerjaan tertentu, bila orang itu dapat melakukan pekerjaan tersebut secara terus menerus tanpa merasa lelah dan mempunyai kapasitas cadangan bila harus menghadapi beban kerja yang lebih berat tanpa terjadi gangguan keseimbangan fisiologis setelah menyelesaikan pekerjaannya. Tes kesegaran jasmani diperlukan untuk memilih tenaga kerja yang diperlukan pada pekerjaan tertentu, untuk menilai tingkat kesegaran jasmani sebelum kerja, saat pemeriksaan kesehatan berkalah dalam meniliai pengaruh pekerjaan dan penilaian kembali setelah mengalami penyakit atau cidera.Salah satu tes untuk mengukur tingkat kesegaran jasmani adalah tes bangku Harvard (Harvard Step Test) yang saat ini telah mengalami modifikasi.

5) Pengukuran Kelelahan secara Subjektif A. Subejctive Self Rating Test

(41)

Skor yang diberikan pada masing-masing frekuensi yaitu tidak pernah merasakan diberi nilai 1, kadang-kadang merasakan diberi nilai 2, sering merasakan diberi nilai 3, dan sering sekali merasakan diberi nilai 4. Kemudian berdasarkan skala Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) ditentukan nilai akhir dari frekuensi kejadian terhadap gejala kelelahan yaitu:

- Tingkat kelelahan 1 = 30-52 (Rendah) - Tingkat kelelahan 2 = 53-75 (Sedang) - Tingkat kelelahan 3 = 76-98 (Tinggi)

- Tingkat kelelahan 4 = 99-120 (Sangat tinggi) B. Nordic Body Map

Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk menilai tingkat keparahan (severity) atas terjadinya gangguan atau cedera pada otot-otot skeletal.Penilaiannya sangat subjektif, artinya keberhasilan aplikasi metode ini sangat tergantung dari kondisi dan situasi yang dialami pekerja pada saat dilakukannya penilaian dan juga tergantung dari keahlian dan pengalaman observer yang bersangkutan.Dalam aplikasinya, metode ini menggunakan lembar kerja berupa peta tubuh (body map) yang sangat sederhana dan mudah dipahami, serta hanya memerlukan waktu yang sangat singkat sekitar 5 menit.Observer dapat langsung mewawancarai atau menanyakan kepada responden, pada otot-otot skeletal bagian mana saja yang mengalami gangguan berupa nyeri atau sakit, dari mulai tingkat kelelahan ringan sampai dengan berat.

(42)

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa kelelahan disebabkan oleh banyak faktor yang sangat kompleks dan saling mengkait antara faktor yang satu dengan yang lain. Yang terpenting adalah bagaimana menangani setiap kelelahan yang muncul agar tidak kronis.

Menurut Russeng (2009)yang mengutip pendapat Levy (1990) penanggulangan kelelahan kerja secara umum pada tenaga kerja dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Lingkungan kerja bebas dari zat berbahaya, penerangan memadai sesuai dengan jenis pekerjaan yang dihadapi maupun pengaturan udara yang adekuat, bebas dari kebisingan, getaran, serta ketidaknyamanan. b. Waktu kerja diselingi istirahat pendek dan istirahat untuk makan. c. Kesehatan umum dijaga dan dimonitor.

d. Pemberian gizi kerja yang memadai sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja.

e. Beban kerja berat tidak berlangsung lama.

f. Pembinaan mental secara teratur dan berkala dalam rangka stabilitas kerja dan kehidupannya.

g. Disediakan fasilitas rekreasi, waktu rekreasi dan istirahat dilaksanakan secara baik.

(43)

2.2 Gizi

2.2.1 Pengertian Gizi

Istilah gizi berasal dari bahasa Arab “giza” yang berarti zat makanan ;

dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah nutrion yang berarti bahan makanan atau zat gizi atau diartikan sebagai ilmu gizi. Gizi diartikan sebagai suatu proses organisme mengunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga (Irianto, 2007).

Gizi kerja adalah gizi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerjanya. Gizi kerja sebagai salah satu aspek dari kesehatan kerja mempunyai peran penting, baik bagi kesejahteraam maupun dalam rangka meningkatkan disiplin dan produktivitas. Kekurangan gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja sehari-hari akan membawa akibat buruk pada tubuh, seperti pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun, kemampuan fisik kurang, berat badan menurun, badan menjadi kurus, muka pucat, kurang bersemangat, kurang motivasi dan bereaksi lamban dan lain-lain. Dalam keadaan demikian sulit tercapainya efisiensi dan produktivitas kerja yang optimal (Wisnoe, 2005).

2.2.2 Manfaat zat makanan

(44)

a. sumber tenaga

Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak dan protein. Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan/aktivitas.Ketiga zat gizi termasuk ikatan organik yang mengandung karbon yang dapat dibakar.Ketiga zat gizi terdapat dalam jumlah paling banyak dalam bahan pangan.Dalam fungsi sebagai zat pemberi energi, ketiga zat tersebut dinamakan zat pembakar.

b. sumber zat pembangun

Protein, mineral dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh karena itu diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara dan mengganti se-sel rusak.Dalam fungsi ini ketiga zat tersebut dinamakan zat pembangun.

c. sumber zat pengatur

(45)

proses tubuh ini, protein, mineral, air dan vitamin ini disebut dengan zat pengatur (Almatsier, 2009).

2.2.3 Sarapan

Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik merupakan gerakan yang dilakukan oleh otot-otot tubuh dalam sistem penunjang.Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein yang ada di dalam bahan makanan (Almatsier, 2009).

Makan pagi (yang dikenal dengan sarapan) merupakan salah satu kebiasaan makan yang dilakukan pada pagi hari sebelum memulai aktivitas. Di Indonesia, kebiasaan makan sehari-hari meliputi makan pagi, siang dan malam. Jarak dan waktu antara makan malam dan bangun pagi sekitar 8 jam.Selama waktu tidur, metabolisme tubuh tetap berlangsung, sehingga pada pagi hari perut sudah kosong.Kebutuhan energi diambil dari cadangan lemak tubuh. Rendahnya kadar lemak dalam darah dapat menimbulkan rasa lemas, malas dan dan berkeringat dingin (Muhilal, 1998).

(46)

lengkap.Sarapan pagi akan menyumbangkangizi sekitar 25%, apabila kecukupan energi adalah sekitar 2000 kalori sehari untuk orang dewasa, maka sarapan pagi menyumbang 500 kalori. Sisa kebutuhan energi dan protein lainnya dipenuhi oleh makan siang, makan malam dan makanan selingan di antara dua waktu makan (Khomsan, 2003).

Manusia membutuhkan sarapan pagi karena dalam sarapan pagi diharapkan terjadinya ketersediaan energi yang digunakan untuk jam pertama melakukan aktivitas. Akibat tidak sarapan pagi akan menyebabkan tubuh tidak mempunyai energi yang cukup untuk melakukan aktivitas terutama pada proses belajar karena pada malam hari di tubuh tetap berlangsung proses oksidasi guna menghasilkan tenaga untuk menggerakkan jantung, paru-paru dan otot-otot tubuh lainnya (Moehji, 2009).

Kebiasaan sarapan dikategorikan sering bila frekuensi sarapan dalam seminggu ≥ 4 kali dan jarang bila frekuensi sarapan dalam seminggu ≤ 4 kali

(Wiyono, 2008).

2.2.4 Asupan Energi Berdasarkan Status Gizi

Status gizi merupakan ekspresi dari keseimbangan antara makanan yang masuk kedalam tubuh sebagai zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh (Supariasa, dkk, 2002).

(47)

seorang sehari ditaksir dari kebutuhan energi untuk komponen-komponen sebagai berikut :

a. Angka Metabolisme Basal/AMB (kebutuhan sedang istirahat) b. Aktivitas Fisik

c. Pengaruh Dinamik Khusus Makanan/SDA

Ketiga komponen ini berbeda untuk tiap orang menurut umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, tingkat kesehatan dan faktor lain. Guna menaksir nilai AMB cukup digunakan indeks berat badan sebagai peubah yang berpengaruh.

Banyak percobaan yang menunjukkan bahwa peubah ukuran tubuh dan tinggi badan tidak memberikan perbedaan yang nyata.Guna menaksir kebutuhan energi seorang pekerja, aktivitas fisik dikelompokkan menurut berat ringannya pekerjaan yang dilakukan yaitu ringan, sedang dan berat.

2.2.5 Akibat Gangguan Gizi terhadap Fungsi Tubuh

Konsumsi makan berpengaruh terhadap status gizi seseorang.Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.Status gizi kurang terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat esensial.Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan sehingga menimbulkan efek toksik atau membahayakan.

(48)

dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses seperti pertumbuhan tidak optimal, produksi tenaga kurang untuk bergerak, bekerja dan melakukan aktivitas, pertahanan tubuh menurun, terganggunya fungsi otak dan perilaku yang tidak tenang. (Almatsier, 2009)

2.3 Konsumsi Sarapan terhadap Kelelahan Kerja

Menurut Khomsan (2003) ada 2 manfaat yang diperoleh jika seseorang melakukan sarapan pagi, antara lain :

1. Sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah. Dengan kadar gula darah yang terjamin normal, maka gairah dan konsentrasi kerja bisa lebih baik sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktifitas.

(49)

2.4 Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang diuraikan sebelumnya, maka dapat dikembangkan kerangka konsep sebagai berikut :

Gambar 2.2 Kerangka Konsep penelitian

Keterangan Gambar :

Pekerja kurir dengan pola kerja menyortir, mengangkat, dan mengantarkan barang menggunakan sepeda motor tidak semuanya memiliki kebiasaan sarapan pagi. Berdasarkan teori kepustakaan, dengan tidak sarapan dapat membuat energi menurun dan lebih cepat menimbulkan kelelahan. Konsep penelitian diatas untuk melihat perbedaan kelelahan yang dialami pekerja kurir yang sarapan dengan tidak sarapan.

Pekerja Kurir

Sarapan (-) Sarapan (+)

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian penelitian survey analitik dengan rancangan cross sectional. Rancangan cross sectional yaitu suatu rancangan penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor risiko dengan faktor efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010). Faktor resiko dan faktor efek pada penelitian ini adalah sarapan pagi dengan terjadinya kelelahan pada pekerja kurir JNE di Kota Medan Tahun 2015.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. JNE Penerimaan barang Jalan STM Suka Sopan Medan. Alasan peneliti memilih PT. JNE dikarenakan tingginya aktivitas kurir pengiriman barang dibandingkan dengan perusahaan jasa pengiriman barang lainnya. Waktu penelitian ini pada bulan Maret-Juli 2015.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja kurir JNE pengiriman barang di Kota Medan yang bekerja pada shift pagi mulai pukul 07.00-16.00 yang berjumlah 75 orang.

3.3.2. Sampel

(51)

pengiriman barang di Kota Medan yang bekerja pada shift pagi yang berjumlah 75 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung melalui wawancara langsung tentang kebiasaan sarapan dan penyebaran kuesioner kelelahan pada pekerja kurir JNE. wawancara menggunakan kuesioner IFRC dilakukan 3 - 4 jam kurir bekerja setelah sarapan. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak JNE dan literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

Adapun variabel pada penelitian ini adalah:

1. Variabel independen (pekerja dengan saparan pagi dan tidak sarapan pagi) 2. Variabel dependen (kelelahan)

Adapun definisi operasional variabel pada penelitian ini adalah:

1. Pekerja yang sarapan adalah pekerja yang memakanan makanan dan minuman pada pagi hari mulai dari jam 06.00-08.00 WIB sebelum melakukan aktivitas yang terdiri dari makanan pokok (nasi, roti, gandum, kentang, dan umbi-umbian) dan lauk pauk (daging, ikan, ayam, telur) atau makanan kudapan (gorengan, kue basah, dan kue kering) .

(52)

.Kelelahan ini merupakan kelelahan umum pekerja yang diukur menggunakan kuesioner kelelahan secara subyektif yang berskala Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) yang diambil dari Industrial Fatigue Research Committee of Japanese Association of Industrial Health (IFRC Jepang) dengan tingkat kelelahan rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi bersumber dari Tarwaka et. al. (2004).

3.6. Metode Pengukuran

Pengukuran kelelahan yang digunakan berupa kuesioner pengujian umum

atau secara subyektif yang berskala Indutrial Fatigue Research Committee (IFRC)

berasal dari Industrial Fatigue Research Committee of Japanese Association of

Industrial Health (IFRC Jepang). Kuesioner digunakan untuk mengukur kelelahan

kurir yang terdiri dari 30 pertanyaan tentang gejala kelelahan dengan penilaian

frekuensi terdiri dari tidak pernah merasakan, kadang-kadang merasakan, sering

merasakan dan sangat sering merasakan. Skor yang diberikan pada masing-masing

frekuensi yaitu frekuensi tidak pernah merasakan diberi nilai 1, kadang-kadang

merasakan diberi nilai 2, sering merasakan diberi nilai 3 dan sangat sering merasakan

diberi nilai 4. Kemudian berdasarkan skala Industrial Fatigue Research Committee

(IFRC) ditentukan nilai akhir dari frekuensi kejadian terhadap gejala kelelahan, yaitu:

- Tingkat kelelahan 1 = 30-52 (Rendah)

- Tingkat kelelahan 2 = 53-75 (Sedang)

- Tingkat kelelahan 3 = 76-98 (Tinggi)

(53)

Tabel 3.1 30 Daftar Pertanyaan Kuesioner Indutrial Fatigue Research Committee (IFRC)

10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan

10 pertanyaan tentang pelemahan motivasi

10 pertanyaan tentang gambaran kelelahan

9. Berdiri tidak stabil 9. Sulit mengontrol sikap

9. Tremor pada anggota badan

10. Ingin berbaring 10. Tidak tekun dalam pekerjaan

10. Merasa kurang sehat Sumber : Kuesioner Indutrial Fatigue Research Committee (IFRC)

3.7. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan untukmenyederhanakan data agar lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Tahapan analisis data meliputi :

1. Analisis univariat

Analisis univariat yaitu analisis deskriptif untuk menggambarkan distribusi variabel-variabel penelitian (umur, Jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan) yang disajikan dalam bentuk tabulasi dan data deskripsi.

2. Analisis bivariat

(54)
(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum PT JNE (Jalur Nugraha Ekakurir) Kota Medan

PT JNE merupakan perusahaan jasa pengiriman barang yang salah satu kantor perwakilannya terletak di Jalan Suka Sopan No. 6 STM Ujung, Kelurahan Titi Kuning, Kecamatan Medan Johor, Kota Medan, Sumatera Utara. Kantor perwakilan ini sebagai pusat kantor penerimaan barang (inbound) di Kota Medan yang selanjutnya akan didistribusikan oleh para kurir pengiriman barang.

5.2 Profil PT JNE (Jalur Nugraha Ekakurir) Kota Medan

5.2.1 Visi

Perusahaan rantai pasok global terdepan di dunia.

5.2.2 Misi

Memberi pengalaman terbaik kepada pelanggan secara konsisten.

5.2.3 Nilai-nilai Dasar

1. Jujur 2. Disiplin

3. Tanggung jawab 4. Visioner

5.2.4 Profil Pekerjaan Kurir (Staff Delivery)

1. Ringkasan Pekerjaan

(56)

2. Tugas Utama

a. Melakukan proses persiapan delivery dan pelaksanaan delivery sesuai SOP.

b. Bertanggung jawab terhadap kiriman yang terkirim. c. Melaporkan kiriman undelivery kepada koordinator. 3. Rincian Tugas Utama

a. Memeriksa fisik kiriman dengan deliveryrunsheet.

b. Melaporkan kiriman salah area ke koordiantor dengan meminta paraf pada saat penyerahan kirirman salah area.

c. Menuliskan kiriman tambahan runsheet dari koordinator

d. Meminta tanda tangan koordinator apabila jumlah fisik kiriman dan area sudah sesuai.

e. Menyerahkan kiriman kepada penerima sesuai alamat yang tercantum pada connote dengan meminta tanda tangan.

f. Membuat catatan untuk kiriman undelivery dengan Notice Book.

g. Menyiapkan laporan hasil delivery (diketahui oleh koordinator), selanjutnya diserah terimakan inbound ke staff admin inbound untuk diperiksa.

(57)

4. Wewenang

a. Dapat berkomunikasi langsung dengan consignee maupun shipper jika keterangan alamat yang dituju tidak jelas.

b. Dapat menolak memberikan paket, jika consignee tidak bersedia menandatangani bukti serah terima kiriman

5. Hubungan Kerja a. Internal

Koordinasi dengan tim CS maupun admin inbound terkait status maupun kondisi kiriman.

b. Eksternal

Berkomunikasi dengan shipper maupun consignee jika ada kebutuhan panduan tambahan menuju alamat penerima.

6. Tolok Ukur Keberhasilan Faktor keberhasilan :

a. Kiriman sukses terkirim.

b. Status penerima jelas dan lengkap. c. Penyerahan POD yang tepat waktu.

d. Kiriman sampai di penerima tidak melewati SLA. Standar keberhasilan :

a. Status penerima jelas dan akurat.

b. Pengembalian POD dan barang undel yang tepat waktu.

(58)

5.3Karakteristik Responden

Distribusi karakteristik responden yang terdiri dari umur di bagi menjadi 2 kategori berdasarkan median yang didapatkan yaitu 26 sehingga dibuat menjadi ≤ 26 tahun dan > 26 tahun, pendidikan dibagi menjadi 3 kategori yaitu SD, SLTP, SLTA, dan D3/S1, masa kerja dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan median yang didapatkan yaitu 11 sehingga dibuat menjadi ≤ 11 bulan dan > 11 bulan. Maka

karakteristik responden pada pekerja kurir JNE di Kota Medan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Pekerja Kurir JNE di Kota Medan Tahun2015 terbanyak adalah kelompok umur > 26 tahun yaitu 38 orang (50,7%) dan sisanya pada umur ≤ 26 tahun yaitu 37 orang (49,3%). Pada pendidikan seluruh pekerja

(59)

yaitu 40 orang (53,3%) sedangkan masa kerja di ≤ 11 bulan sebanyak 35 orang

(46,7%).

5.4Analisis Univariat

5.4.1 Kebiasaan Sarapan pada Pekerja

Kebiasaan sarapan pada kurir JNE di Kota Medan Tahun 2015 dapat dan sisanya pekerja yang sarapan yaitu 28 orang (37,3%).

Adapun jenis sarapan pada pekerja kurir JNE yang sarapan di Kota Medan Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Jenis Sarapan dengan Minum Teh Manis pada Pekerja Kurir JNE di Kota Medan Tahun 2015

(60)

meminum teh manis, terdapat 9 orang pekerja (32,1%) yang sarapan dengan lontong dan meminum teh manis, terdapat 1 orang (3,6%) yang sarapan serealia dan roti dengan meminum teh manis.

Tabel 4.4 Distribusi Jenis Sarapan dengan Minum Kopi pada Pekerja Kurir JNE di Kota Medan Tahun 2015

Jenis Makanan terdapat 9 orang pekerja (32,1%) yang sarapan dengan lontong.

Tabel 4.5 Distribusi Jenis Sarapan dengan Minum Susu pada Pekerja Kurir JNE di Kota Medan Tahun 2015

(61)

5.4.2 Kelelahan Pekerja yang Sarapan

Distribusi responden dengan skala Industrial Fatigue Research Committe (IFRC) pada pekerja yang sarapan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Distribusi Responden yang Sarapan Berdasarkan 10 Pertanyaan tentang Pelemahan Kegiatan Menurut Industrial Fatigue Research Commite

Pada Pekerja Kurir JNE Kota Medan Tahun 2015

Daftar Pertanyaan pelemahan kegiatan pada pekerja kurir yang sarapan sebanyak 28 responden, gejala kelelahan yang dirasakan responden terbanyak pada kategori tidak pernah merasakan adalah terasa canggung dan kaku yaitu 23 responden (82,1%), kategori kadang-kadang merasakan adalah lelah pada seluruh badan yaitu 25 responden (89,3%), kategori sering merasakan adalah merasa ingin berbaring yaitu 10 responden (35,7%), kategori sangat sering merasakan tidak seorangpun dari responden yang merasakannya.

Tabel 4.7 Distribusi Responden yang Sarapan Berdasarkan 10 Pertanyaan tentang Pelemahan Motivasi Menurut Industrial Fatigue Research Commite

Pada Pekerja Kurir JNE Kota Medan Tahun 2015

(62)

N % N % N % N % pelemahan motivasi pada pekerja kurir yang sarapan sebanyak 28 responden, gejala kelelahan yang dirasakan responden terbanyak pada kategori tidak pernah merasakan adalah merasa tidak tekun dalam pekerjaan yaitu 23 responden (82,1%), kategori kadang-kadang merasakan adalah merasa mudah melupakan sesuatu yaitu 12 responden (42,9%), kategori sering dan sangat sering merasakan tidak seorangpun dari responden yang merasakannya.

Tabel 4.8 Distribusi Responden yang Sarapan Berdasarkan 10 Pertanyaan tentang Gambaran Kelelahan Fisik Menurut Industrial Fatigue Research Commite Pada Pekerja Kurir JNE Kota Medan Tahun 2015

(63)

Suara terasa serak 21 75,0 6 21,4 0 0 1 3,6 gambaran kelelahan fisik pada pekerja kurir yang sarapan sebanyak 28 responden, gejala kelelahan yang dirasakan responden terbanyak pada kategori tidak pernah merasakan adalah badan terasa gemetar dan merasa kurang sehat yaitu 26 responden (92,9%), kategori kadang-kadang merasakan adalah merasa kaku dibagian bahu yaitu 24 responden (83,7%), kategori sering merasakan adalah merasa sakit pada bagian punggung yaitu 6 responden (21,4%) dan sangat sering adalah merasa haus dan merasa pening yaitu 2 responden (7,1%).

Tingkat kelelahan pekerja yang sarapan pada kurir JNE di Kota Medan Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9 Distribusi Kelelahan Pekerja yang Sarapan pada Kurir JNE di

Berdasarkan tabel di atas, bahwa tingkat kelelahan pekerja pada kurir JNE yang sarapan terbanyak pada tingkat rendah yaitu 27 orang (96,4%) dan sisanya berada pada tingkat sedang yaitu 1 orang (3,6%).

(64)

Distribusi daftar pertanyaan dengan skala Industrial Fatigue Research Committe (IFRC) pada pekerja yang sarapan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10 Distribusi Responden yang Tidak Sarapan Berdasarkan 10 Pertanyaan tentang Pelemahan Kegiatan Menurut Industrial Fatigue Research Commite Pada Pekerja Kurir JNE Kota Medan Tahun 2015

Daftar Pertanyaan pelemahan kegiatan pada pekerja kurir yang tidak sarapan sebanyak 47 responden, gejala kelelahan yang dirasakan responden terbanyak pada kategori tidak pernah merasakan adalah kacau saat bekerja yaitu 25 responden (53, 2%), kategori kadang-kadang merasakan adalah perasaan berat dikepala 35 responden (74, 5%), kategori sering merasakan adalah merasa ingin berbaring yaitu 17 responden (36,2%), kategori sangat sering merasakan adalah menguap pada saat bekerja yaitu 20 responden (42,6%).

Tabel 4.11 Distribusi Responden yang Tidak Sarapan Berdasarkan 10 Pertanyaan tentang Pelemahan Motivasi Menurut Industrial Fatigue Research Commite Pada Pekerja Kurir JNE Kota Medan Tahun 2015

(65)

Merasa susah berpikir 21 44,7 21 44,7 1 2,1 4 8,5 responden, gejala kelelahan yang dirasakan responden terbanyak pada kategori tidak pernah merasakan adalah merasa gugup yaitu 29 responden (61,7%), kategori kadang-kadang merasakan adalah merasa malas untuk bicara yaitu 38 responden (80,9%), kategori sering merasakan adalah merasa mudah melupakan sesuatu yaitu 9 responden (19,1%), kategori sangat sering merasakan adalah merasa susah berpikir yaitu 4 responden (8,5%).

Tabel 4.12 Distribusi Responden yang Tidak Sarapan Berdasarkan 10 Pertanyaan tentang Gambaran Kelelahan Fisik Menurut Industrial Fatigue Research Commite Pada Pekerja Kurir JNE Kota Medan Tahun 2015

(66)

Merasa sesak nafas 28 59,6 15 31,9 4 8,5 0 0 responden, gejala kelelahan yang dirasakan responden terbanyak pada kategori tidak pernah merasakan adalah merasa sesak nafas yaitu 28 responden (59,6%), kategori kadang-kadang merasakan adalah merasa mengganjal dikelopak mata yaitu 32 responden (68,1%), kategori sering merasakan adalah merasa kaku dibagian bahu yaitu 21 responden (44,7%) dan sangat sering adalah merasa haus yaitu 27 responden (57,4%).

Kelelahan yang terjadi pada responden disebabkan karena mereka tidak terbiasa untuk melakukan sarapan serta jarak antara rumah menuju tempat kerja jauh sehingga tidak memungkinkan untuk pekerja kurir melakukan sarapan. Pada umumnya pekerja kurir akan melakukan sarapan setelah mereka selesai melakukan proses kerja seperti menyortir dan mengangkat paket ke keranjang sebanyak 88 sampai 120 paket atau 3 sampai 4 jam setelah bekerja.

Tingkat kelelahan pekerja yang tidak sarapan pada kurir JNE di Kota Medan Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.13 Distribusi Kelelahan Pekerja yang Tidak Sarapan pada Kurir JNE di Kota Medan Tahun 2015

Tingkat Kelelahan N %

Gambar

gambar dibawah ini :
Gambar 2.2 Kerangka Konsep penelitian
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Pekerja Kurir JNE di Kota Medan Tahun2015
Tabel 4.3 Distribusi Jenis Sarapan dengan Minum Teh Manis pada Pekerja Kurir JNE di Kota Medan Tahun 2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi (reaction timer test) untuk melihat waktu reaksi yang sederhana atau rangsanagan