• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Aliran Kas Bebas Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Dividen Pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Aliran Kas Bebas Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Dividen Pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

The Influence of Free Cash Flow and Insider Ownership

to Dividend Policy at PT. Telekomunikasi Indonesia

,

Tbk

Skripsi

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh :

Isaura Leoni Isakh

21207129

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

v Manajerial Terhadap Kebijakan Dividen”.

Dibawah Bimbingan Ibu Linna Ismawati, SE., M.Si

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen dengan variabel aliran kas bebas dan kepemilikan manajerial pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga variabel yaitu Aliran Kas Bebas dan Kepemilikan Manajerial sebagai variabel independent(X) dan Kebijakan Dividen sebagai variabel dependent (Y). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan yang berupa neraca dan ikhtisar keuangan selama 6 (enam) tahun dari tahun 2005-2010 pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.

Analisis statistik yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda, analisis korelasi, analisis koefisien determinasi, dan pengujian hipotesis uji F dan uji T dengan tingkat signifikan (α) 5% dan dengan bantuan penggunaan program SPSS 15.0 for windows.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa aliran kas bebas dan kepemilikan manajerial secara simultan memberikan pengaruh terhadap kebijakan dividen, sebagaimana ditunjukkan oleh besarnya R square

sebesar 97,3% sedangkan sisanya 2,7% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian.

(3)

vi

Ownership to Dividend Policy at PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk”.

Under guidance of Mrs. Linna Ismawati, SE., M.Si

This research purpose is to determine the factors that influence dividend policy with free cash flow managerial ownership variables at PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. In this research teh author used three variabels : free cash flow ang managerial ownership as an independent variable (X) and the dividend policy as the dependent variable (Y). The sample in used is financial statments like the balance sheet and financial highlights for six years from 2005-2010 at PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.

Statistical analysis used was multiple linier regression analysis, correlation analysis, coefficient of determination analysis, and hypothesis testing

F and T with significant (α) level 5% with the help of the use of the program SPSS

15.0 for windows.

Based on the result of research and discussion suggest that free cash flow and managerial ownership of the simultaneous influence on dividend policy, as shown by th magniude of R square of 97,3% while the rest 2,7% is affected by other factors is not included into the study model.

(4)

vii

berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan laporan Usulan Penelitian ini

tepat pada waktunya. Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu

syarat dalam menempuh jenjang S1 Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Komputer Indonesia. Judul yang penulis pilih dalam Penulisan Skripsi

ini adalah “Pengaruh Aliran Kas Bebas dan Kepemilikan Manajerial

Terhadap Kebijakan Dividen Pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.”

Dalam menyusun laporan ini, penulis menyadari bahwa masih jauh dari

sempurna karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki

penulis. Oleh karena itu, segala saran dan kritik dari berbagai pihak yang sifatnya

membangun sangat penulis harapkan.

Dengan bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak yang

didapatkan penulis selama melakukan penelitian dan selama penyusunan laporan,

akhirnya penulis bisa menyelesaikan penulisan Skripsi dengan baik dan tepat pada

waktunya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer

Indonesia.

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra.,SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas

(5)

viii

Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan

laporan ini.

4. Ibu Raeny Dwisanty, SE., M.Si., selaku dosen wali MN-3. Yang telah banyak

memberikan saran dan bantuannya.

5. Ibu Trustorini Handayani, SE.,M.Si dan Isniar Budiarti, SE., M.Si selaku

penguji yang telah memberikan saran-saran dalam penyusunan laporan ini.

6. Seluruh dosen dan staff khususnya Fakultas Ekonomi Program Studi

Manajemen Universitas Komputer Indonesia yang telah memberikan bantuan

kepada penulis.

7. Segenap Pemimpin dan Staff PT. Telekomunikasi Indonesi, Tbk yang telah

memberikan waktu, tenaga dan bantuannya kepada penulis dalam menyusun

skripsi ini.

8. Papa, mama, mandy, patty, ima dan semua keluarga besar yang telah

memberikan dukungan doa, motivasi dan materi. They are a blessing from God to me.

9. My Unpredictable Friends Melani, Hilly, Nikita, Irfi, Merlinda, Evi, Cie, Risma & Teh Putri. Thank you for your support and spirit for me. I’m so glad

i have you.

10. My Awesome Class, Barmaen’t. Terima kasih untuk kebersamaan dan

bantuan yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan

(6)

ix

penyusunan laporan ini maka kritik dan saran akan membangun penulisan

selanjutnya. Dan akhir kata, Penulis berharap agar laporan ini dapat bermanfaat

bagi Penulis khususnya dan pihak lain yang membacanya.

Bandung, Agustus 2011

(7)

1

1.1. Latar Belakang Penelitian

Seiring perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, menuntut

perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk dapat meningkatkan kinerjanya.

Peningkatan kinerja tersebut sangat dibutuhkan, agar perusahaan dapat bertahan

dan semakin berkembang. Tujuan utama semua perusahaan adalah

memaksimalkan keuntungan atau kekayaan, terutama bagia para pemegang

saham. Tujuan ini bersifat garis besar, karena pada prakteknya tujuan itu

senantiasa dipengaruhi oleh keputusan-keputusan di bidang keuangan.

Meskipun maksimalisasi keuntungan sering disebut sebagai tujuan

perusahaan dalam pengertian mikroekonomi, tapi itu belum cukup disebut sebagai

tujuan apabila ditinjau dari sudut keuangan. Tujuan maksimalisasi keuntungan

memang menekankan pentingnya penggunaan segenap dana yang tersedia secara

efisien, namun hal itu mengabaikan berbagai kerumitan yang ada dalam praktek

pengambilan keputusan sehari-hari.

Tujuan maksimalisasi kekayaan para pemegang saham sama artinya dengan

tujuan maksimalisasi nilai pasar atas saham umum perusahaan, karena tujuan ini

mencakup berbagai aspek yang mempengaruhi layak – tidaknya suatu keputusan

finansial. Bila kebijakan investasi atau investasi suatu perusahaan kurang tepat,

(8)

saham perusahaan merosot. Sebaliknya, kebijakan yang baik akan ditanggapi oleh

para pemegang saham sedemikian rupa sehingga harga saham perusahaan itu

melonjak. Oleh karena itu, semua keputusan finansial harus senantiasa dievaluasi

atas dasar perhitungan akibatnya terhadap kekayaan para pemegang saham.

Apabila kinerja perusahaan baik, maka perusahaan akan lebih mudah untuk

menggalangkan dana dari para investor. Dalam keputusan pendanaan perusahaan,

tidak terlepas dari kebijakan dividen.

Kebijakan dividen merupakan hal yang sangat penting bagi pemegang

saham dan juga bagi manajer perusahaan itu sendiri. Terkadang kepentingan

pemegang saham dan manajer saling bertolak belakang sehingga menimbulkan

konflik kepentingan. Untuk menambah kesejahteraan pemegang saham, maka

pemegang saham menginginkan pembagian dividen yang relatif besar. Sedangkan

manajer menginginkan pembayaran dividen yang relatif kecil, agar perusahaan

dapat menginvestasikan kembali untuk proyek-proyek yang menghasilkan

keuntungan.

Pembayaran dividen khususnya cash dividend kepada para pemegang saham sangat tergantung pada posisi kas yang tersedia dan aliran kas bebas dapat

menggambarkan tingkat fleksibilitas keuangan perusahaan. Perusahaan dengan

aliran kas bebas berlebih akan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan

perusahaan lainnya karena mereka dapat memperoleh keuntungan atas berbagai

kesempatan yang mungkin tidak dapat diperoleh perusahaan lain (Dini Rosdini,

(9)

Aliran kas bebas dapat digunakan untuk penggunaan diskresioner seperti

akuisisi dan pembelanjaan modal dengan orientasi pertumbuhan ( growth-oriented), pembayaran hutang, dan pembayaran kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Semakin besar aliran kas bebas yang tersedia dalam perusahaan,

maka semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki kas yang tersedia untuk

pertumbuhan, pembayaran hutang, dan dividen.

Berikut ini adalah data aliran kas bebas, kepemilikan manajerial dan

pembayaran dividen PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk periode 2005-2010

Tabel 1.1

Laporan Aliran Kas Bebas, Kepemilikan Manajerial dan Pembayaran Dividen

(dalam jutaan rupiah)

Tahun Aliran Kas Bebas

(Rp)

Kepemilikan Manajerial (Rp)

Pembayaran Dividen (Rp)

2005 2.334.054 78.332 2.921.227

2006 (3.285.466) 56.624 4.400.090

2007 3.289.323 23.112 5.082.050

2008 (9.382.577) 23.112 8.034.515

2009 (519.360) 23.112 5.840.708

2010 3.691.688 23.112 5.141.880

Sumber : Laporan Keuangan PT.Telkom, Tbk, data diolah

Perkembangan aliran kas bebas, kepemilikan manajerial pembayaran

(10)

Sumber : Laporan Keuangan PT. Telkom,Tbk Grafik 1.1

Perkembangan Aliran Kas Bebas, Kepemilikan Manajerial dan Pembayaran Dividen PT. Telekomunikasi Indonesia,Tbk

Periode 2005-2010

Berdasarkan data yang telah disajikan, pada tahun 2006 dan 2008 aliran kas

bebas pada PT. Telekomunikasi Indonesia mengalami penurunan, bahkan terjadi

defisit kas. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan dividen yang dibagikan

kepada para pemegang saham.

Tetapi, pada tahun 2006 dan 2008 PT. Telekomunikasi Indonesia

mengambil kebijakan untuk menaikkan pembayaran dividen. Hal ini ditujukan

untuk menjaga kepercayaan investor. Penurunan aliran kas bebas disebabkan

karena aliran kas bebas banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Mulai dari aliran

kas operasi, perubahan aktiva tetap tahun-n dan tahun sebelum, penyusutan, dan

perubahan aktiva lancar tahun-n dan sebelum.

Sedangkan untuk kepemilikan manajerial, tidak menggambarkan perubahan

(11)

yang dipengaruhi oleh kepemilikan saham direktur dan komisaris, tidak

mengalami banyak perubahan.

Karena kondisi tersebut di atas, dengan hasil penelitian yang tidak konsisten

dari hasil penelitian terdahulu, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai

Pengaruh Aliran Kas Bebas dan Kepemilikan Manajerial Terhadap

Kebijakan Dividen Pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk”

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah

1.2.1.Identifikasi Massalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang tersebut dapat dilihat bahwa aliran

kas bebas pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk mengalami kenaikan dan

penurunan yang sangat signifikan dalam setiap periodenya. Aliran kas bebas ini

dapat digunakan untuk melunasi hutang perusahaan, pembelian kembali saham,

membayar dividen atau dapat di simpan kembali untuk kesempatan pertumbuhan

perusahaan. Dalam pembayaran dividen yang selalu naik dan turun secara tajam

dalam setiap periodenya ini, dapat menimbulkan biaya keagenan. Kepemilikan

manajerial merupakan suatu tindakan untuk mengurangi biaya keagenan tersebut.

Pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk kepemilikan manajerial tidak

menunujukkan perubahan yang signifikan.

1.2.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

(12)

1. Bagaimana perkembangan aliran kas bebas PT. Telekomunikasi Indonesia,

Tbk

2. Bagaimana kepemilikan manajerial pada PT. Telekomunikasi Indonesia,

Tbk

3. Bagaimana kebijakan dividen PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk

4. Seberapa besar pengaruh secara parsial dan simultan aliran kas bebas dan

kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen PT. Telekomunikasi

Indonesia, Tbk

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1.Maksud Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari dan mengumpulkan data tentang

aliran kas bebas dan kepemilikan manajerial pada PT. Telekomunikasi Indonesia,

Tbk. Selain itu, penelitian ini juga dimaksudkan untuk mencari dan

mengumpulkan data tentang pembayaran dividen kas PT. Telekomunikasi

Indonesia, Tbk, dan mengetahui seberapa besar pengaruh aliran kas bebas dan

kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen PT. Telekomunikasi

Indonesia, Tbk.

1.3.2.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dilakukan

dengan tujuan sebagai berikut :

(13)

2. Untuk mengetahui kepemilikan manajerial PT. Telekomunikasi Indonesia,

Tbk

3. Untuk mengetahui kebijakan dividen PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk

4. Untuk mengetahui besarnya pengaruh secara parsial dan simultan aliran kas

bebas dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen PT.

Telekomunikasi Indonesia,Tbk

1.4. Kegunaan Penelitian

Beberapa manfaat bagi penulis harapkan dapat diperoleh dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1.4.1.Kegunaan Praktis

1. Bagi Perusahaan dan Investor

Memberikan informasi tentang faktor-faktor apa saja yang berhubungan

dengan kebijakan dividen dan berguna sebagai bahan pertimbangan untuk

melakukan investasi.

2. Bagi Pihak Terkait

Sebagai referensi tambahan masukan dalam melaksanakan penelitian

maupun studi lainnya.

1.4.2.Kegunaan Akademis

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan penulis mengenai pengaruh

aliran kas bebas dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen

pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Penelitian ini dapat digunakan

(14)

dan pengetahuan, mengenai pengaruh arus kas bebas terhadap kebijakan

dividen.

1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang penulis pilih untuk mendapatkan data dan informasi yang

berkaitan dengan penyusunan usulan penelitian ini yaitu di PT. Telekomunikasi

Indonesia, Tbk. Jl. Japati No. 1, Bandung. Adapun waktu pelaksanaan penelitian

akan dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2011.

Tabel 1.2 Jadwal Penelitian

Keterangan

Februari Maret April Mei Juni Juli

Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pra Survey

Usulan Penelitian Pengolahan

data Analisis

Data Penyusunan

(15)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Laporan Keuangan

Menurut (Handono, 2009 : 26) seorang manajer seyogianya mengetahui

cukup mendalam seluk beluk laporan keuangan (neraca, laba-rugi, dan laporan

arus kas). Ia harus dapat membaca laporan keuangan, sekaligus memanfaatkan

seoptimal mungkin informasi yang diperoleh dari laporan keuangan untuk

pengambilan keputusan keuangan. Dua informasi lain terkait laporan keuangan

dan sering diperlukan dalam pengambilan keputusan keuangan adalah beban

penyusutan dan tingkat pajak yang berlaku. Baik penyusutan maupun tingkat

pajak keduanya dibutuhkan untuk mnyusun estimasi arus kas masuk (cash inflow) dalam menilai kelayakan investasi tetap.

2.1.1.1. Jenis Laporan Keuangan

Laporan keuangan dibagi menjadi tiga jenis (Handono, 2009 : 27) :

1. Laporan Laba-Rugi

Laporan yang menunjukkan kegiatan operasi perusahaan pada periode

tertentu terbagi dalam dua bagian utama. Pertama, pendapatan, yang

meliputi pendapatan operasi (berasal dari aktivitas penjualan) dan

pendapatn nonoperasi (misalnya, hasil penjualan aktiva tetap).

(16)

penjualan bersih, yakni penjualan mula-mula dikurangi oleh potongan

penjualan dan retur penjualan. Kedua, beban-beban, yang mencakup

harga pokok penjualan, beban operasi (beban penjualan dan beban

administrasi), beban bunga, dan pajak.

2. Neraca

Laporan yang mengungkapkan posisi keuangan (kekayaan) dari suatu

perusahaan pada tanggal tertentu mencakup aktiva (asset), hutang (liability), dan ekuitas (equity). Hubungan ketiganya disebut sebagai persamaan akuntansi, yakni aktiva sama dengan hutang ditambah ekuitas.

Aktiva dicatat disebelah kiri atau bagian atas neraca, yang terdiri atas

aktiva lancar ( kas, surat berharga jangka pendek, piutang usaha,

persediaan, biaya dibayar dimuka, perlengkapan); invesyasi pada

sekuritas jangka panjang ( pembelian saham, dan obligasi); aktiva tetap

berwujud (tanah, bangunan, mesin, kendaraan, dan peralatan); aktiva

tetap tak berwujud (hak paten). Kecuali tanah, semua aktiva tetap

berwujud akan disusutkan sesuai dengan metode penyusutannya. Ada

dua perkiraan yang berhubungan dengan penyusutan, yaitu (1) beban

penyusutan, yang akan dimasukkan ke dalam laporan laba-rugi, dan (2)

akumulasi penyusutan, yang akan dimasukkan ke dalam neraca sebagai

pengurang aktiva tetap berwujud. Apabila dalam neraca tertulis aktiva

(17)

Utang dan ekuitas dicatat di sebelah kanan atau bagian bawah neraca.

Utang meliputi utang lancar (utang usaha, utang gaji, dan utang pajak)

seta utang jangka panjang (hipotik dan obligasi). Sementara itu, ekuitas

untuk perusahaan berbentuk perseroan terbatas mencakup saham

preferen, saham biasa, tambahan modal disetor, dan laba tertahan.

3. Laporan Arus Kas

Laporan yang menunjukkan arus kas perusahaan pada periode tertentu

bersumber dari kegiatan operasi (operating), kegiatan investasi (investment), dan kegiatan pendanaan( financing).

Kegiatan operasi adalah kegiatan mencari laba. Arus kas masuk penting

dari kegiatan itu, bersumber dari tagihan piutang usaha. Sementara itu,

sebagian besar arus kas keluarnya digunakan untuk membayar utang

usaha, bunga dan pajak.

Kegiatan investasi merupakan kegiatan yang membutuhkan pengeluaran

arus kas, terutama untuk pembelian aktiva tetap dan investasi sekuritas

jangka panjang.

Kegiatan pendanaan adalah kegiatan yang mencari sumber arus kas

masuk, khususnya yang berasal dari utang jangka panjang dan penerbitan

saham baru. Tambahan arus kas masuk dari utang jangka panjang pendek

yang berasal dari penerbitan wesel bayar yang dimasukkan ke dalam

kegiatan pendanaan (bukan kegiatan operasi). Masuk pula dalam

(18)

kas keluar untuk pembayaran pokok utang dimasukkan ke dalam

kegiatan pendanaan, tetapi pembayaran bunganya dimasukkan ke dalam

kegiatan operasi.

Laporan arus kas terkadang disebut laporan sumber dan penggunaan kas.

Angka-angka yang dimasukkan ke dalam laporan arus kas berasal dari perubahan

pada neraca dua tahun terakhir. Penambahan aktiva merupakan sumber kas.

Sebaliknya, penurunan utang dan ekuitas adalah penggunaan kas. Jumlah bersih

kas dari kegiatan operasi, kegiatan investasi, dan kegiataan pendanaan akan sama

dengan jumlah bersih dari kas dan surat-surat berharga jangka pendek.

2.1.2. Aliran Kas Bebas

2.1.2.1. Pengertian

Aliran kas bebas diperlukan oleh perusahaan, untuk memenuhi

kewajibannya kepada investor maupun kreditor (pemberi pinjaman).

Brigham & Houston (2009 : 65) menyatakan bahwa :

Arus kas bebas yang berarti arus kas yang bebnar-benar tersedia untuk didistribusikan kepada seluruh investor (pemegang saham dan pemilik utang) setelah perusahaan menempatkan seluruh investasinya pada aktiva tetap, produk-produk baru, dan modal kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan operasi yang sedang berjalan

Gitman (2009 : 115) menyatakan :

The firm’s free cash flow (FCF) represents the amount of cash flow

(19)

summation of the net amount of cash flow available to creditors and owners during the period.

Aliran kas bebas pada suatu perusahaan merupakan jumlah arus kas yang

tersedia bagi investor-penyedia utang (kreditur) dan ekuitas (pemilik)- setelah

perusahaan telah memenuhi semua kebutuhan operasi dan dibayar untuk investasi

pada aktiva tetap bersih dan aktiva lancar. Itu semua merupakan penjumlahan dari

jumlah arus kas bersih yang tersedia bagi kreditur dan pemilik saham selama

periode berjalan.

Aliran kas bebas dapat didefinisikan sebagai berikut :

FCF = operating cash flow - net fixed assets investment – net current asset

investment

Sumber : Gitman (2009 : 115)

Dimana:

Operating cash flow (aliran kas operasi) = laba operasi bersih setelah pajak + penyusutan

Net fixed assets investment (investasi aktiva tetap bersih) = perubahan aktiva tetap bersih + penyusutan

Net current assets investment ( investasi aktiva lancar) = perubahan aktiva lancar

– utang usaha

2.1.2.2. Hipotesis Aliran Kas Bebas

Handono (2009 : 280) Nilai perusahaan akan meningkat seiring dengan

(20)

modal). Sumber utama untuk mendanai proyek adalah laba ditahan karena dana

ini lebih murah dibandingkan saham biasa baru yang membutuhkan biaya emisi

(penerbitan) relatif tinggi. Perusahaan yang sanggup membagikan dividen lebih

tinggi akan naik harga sahamnya karena dipandang investor sebagai perusahaan

yang mempunyai kelebihan kas (free cash flow), yakni kas yang tersisa setelah dikurangi oleh kebutuhan untuk membiayai proyek investasi di tahun mendatang.

Perusahaan yang menahan kelebihan kasnya (tidak membagikannya sebagai

dividen) justru harga sahamnya cenderung turun karena investor menganggap

kelebihan kas perusahaan bersangkutan akan digunakan untuk membiayai proyek

yang kurang menguntungkan.

2.1.3. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial merupakan pemisahan kepemilikan antara pihak

outsider dengan pihak insider. Jika dalam suatu perusahaan memiliki banyak pemilik saham, maka kelompok besar individu tersebut sudah jelas tidak dapat

berpartisipasi dengan aktif dalam manajemen perusahaan sehari-hari. Karenanya,

mereka memilih dewan komisaris, yang memilih dan mengawasi manajemen

perusahaan. Struktur ini berarti bahwa pemilik berbeda dengan manajer

perusahaan. Hal ini memberikan stabilitas bagi perusahaan yang tidak dimiliki

(21)

2.1.3.1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Lukas (2008 : 12) mengemukakan :

Hubungan keagenan atau agency relationship muncul ketika satu atau lebih individu (majikan) menggaji indivu lain (agen atau karyawan) untuk bertindak atas namanya, mendelegasikan kekuasaan untuk membuat keputusan kepada agen atau karyawannya.

Dalam konteks manajemen keuangan, hubungan ini muncul antara :

1. Pemegang saham (shareholders) dengan para manajer; serta 2. Shareholders dengan kreditors (pemegang obligasi).

Problem keagenan (agency problem) antara pemegang saham dengan manajer potensial terjadi bila manajemen tidak memiliki saham mayoritas

perusahaan. Pemegang saham tentu menginginkan manajer bekerja dengan tujuan

memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Sebaliknya, manajer

perusahaan bisa saja bertindak tidak untuk memaksimumkan kemakmuran

pemegang saham, tetapi memaksimumkan kemakmuran mereka sendiri.

Terjadilah conflict of interest. Untuk meyakinkan bahwa manajer bekerja sungguh-sungguh untuk kepentingan pemegang saham, pemegang saham harus

mengeluarkan biaya yang disebut agency cost yang meliputi antara lain : pengeluaran untuk memonitor kegiatan manajer, pengeluaran untuk membuat

suatu struktur organisasi yang meminimalkan tindakan-tindakan manajer yang

tidak diinginkan, serta opportunity cost yang timbul akibat kondisi dimana manajer tidak dapat segera mengambil keputusan tanpa persetujuan pemegang

(22)

Agency problem juga muncul antara kreditor (pemberi utang), misalnya pemegang obligasi perusahaan (bondholders) dengan pemegang saham (stockholders) yang diwakili oleh manajemen perusahaan. Konflik muncul jika :

1. Manajemen mengambil proyek-proyek yang risikonya lebih besar daripada

yang diperkirakan oleh kreditor; atau

2. Perusahaan meningkatkan jumlah utang hingga mencapai tingkatan yang

lebih tinggi daripada yang diperkirakan kreditor.

Kedua tindakan diatas akan meningkatkan risiko finansial perusahaan,

selanjutnya akan menurunkan nilai pasar utang/obligasi perusahaan yang belum

jatuh tempo. Kreditor dirugikan jika perusahaan mengambil proyek yang terlalu

berisiko karena hal ini akan meningkatkan risiko kebangkrutan perusahaan. Dilain

pihak, jika proyek berisiko tinggi tersebut memberikan hasil yang bAgus Sartono,

kompensasi yang diterima kreditor (berupa bunga) tidak ikut naik.

2.1.3.2. Biaya Keagenan

Handono (2009 : 6) mengemukakan bahwa biaya keagenan timbul

akibat ketidakselarasan kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Pada

perusahaan berbentuk perseroan terbatas, pemiliki atau pemegang saham

mendelegasikan wewenang pengelolaan perusahaannya kepada manajer.

Pemegang saham adalah pemberi mandat (principal), sedangkan manajer adalah pelaksana (agent).

Sebgai pelaksana, manajer seharusnya juga memiliki tujuan yang sama

(23)

Akan tetapi, karena manajer hanya mempunyai sebagian kecil saham perusahaan

(kurang dari 100%), rasa memiliki perusahaan pada dirinya cenderung melemah.

Dampaknya, manajer tidak ingin lagi memaksimalkan kekayaan pemegang

saham, tetapijustru memaksimalkankeuntungan pribadinya.

Adanya ketidakselarasan tujuan antara manajer dan pemegang saham

pada akhirnya menimbulkan biaya keagenan. Pemegang saham kini harus

mengeluarkan sejumlah biaya yang meliputi, (1) biaya pemantauan kinerja

manajer, (2) biaya penataan struktur organisasi, dan (3) biaya oportunitas, yakni

biaya yang timbul karena perusahaan tidak dapat memanfaatkan peluang bisnis

secara cepat dan tepat.

2.1.3.3. Biaya Keagenan dan Maksimisasi Kekayaan Pemegang Saham atau

Maksimisasi Nilai Perusahaan

(Handono, 2009 : 8) Dengan adanya biaya keagenan, pemegang saham,

manajer, dan kreditor menjadi saling bergantungan dan saling memperhatikan satu

sama lainnya. Pemegang saham harus memeperhatikan kesejahteraan manajernya

agar manajer tetap konsisten memaksimalkan nilai perusahaan sebagai tujuannya.

Sebaliknya, manajer pun menyadari bahwa jika ia tidak memaksimalkan nilai

perusahaan, harga saham dalam jangka panjang akan turun. Akhirnya, perusahaan

merugi sekaligus merugikan dirinya sendiri. Demikian pula pemegang saham

mesti memperhatikan kesejahteraan kreditor agar kreditor tidak menetapkan

syarat-syarat berat, yang akan merugikan pihak pemegang saham dan manajer dan

(24)

sadar jika ia menetapkan syarat-syarat yang terlalu memberatkan pemegang

saham dan manajer, kemampuan pemegang saham dan manajer untuk melunasi

utang justru berkurang (dan cenderung menurunkan harga saham di masa datang),

yang membuat kreditor akan menderita rugi.

Bahwa adanya biaya keagenan justru mendorong semua pihak

(pemegang saham, manajer, dan kreditur) selalu berusaha memaksimalkan

kekayaan pemegang saham atau nilai perusahaan (harga saham). Jika ada satu

pihak saja yang melalaikan tujuan itu, nilai perusahaan (harga saham) cenderung

turun sehingga semua pihak harus menanggung ketugian.

2.1.4. Kebijakan Dividen

Van Horne (2007 : 270) menyatakan bahwa :

“Kebijakan dividen adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam

keputusan pendanaan perusahaan”

Menurut Van Horne (2007 : 270) aspek utama dari kebijakan dividen

perusahaan adalah menentukan alokasi laba yang tepat anatara pembayaran

dividen debfab penambahan laba ditahan perusahaan.

Atika (2002) mengemukakan bahwa :

(25)

kebijakan dividen dari masing-masing perusahaan, shingga pertimbangan manajemen sangat diperlukan.

2.1.4.1. Teori Kebijakan Dividen

Beberapa teori tentang kebijakan dividen adalah sebagai berikut :

1. Dividen adalah tidak relevan

(Agus Sartono, 2001 : 282) Modigliani-Miller (MM) berpendapat

bahwa di dalam kondidi bahwa keputusan investasi yang given,

pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap kemakmuran

pemegang saham. Lebih lanjut MM berpendapat bahwa nilai

perusahaan ditentukan oleh keputusan investasi. Sementara itu

keputusan apakah laba yang diperoleh akan dibagikan dalam bentuk

dividen atau akan ditahan tidak memepngaruhi nilai perusahaan. MM

membuktikan pendapatnya secara sistematis dengan berbagai asumsi:

a.Pasar modal yang sempurna dimana investor bersikpa rasional

b.Tidak ada pajak perseorangan dan pajak penghasilan perusahaan

c.Tidak ada biaya emisi atau flotation cost dan biaya transaksi d.Kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap biaya modal sendiri

perusahaan

e.Informasi tersedia untuk setiap individu terutama yang

menyangkut tentang kesempatan investasi

Hal yang penting dari pendapat Modigliani-Miller adalah bahwa

(26)

saham akan diimbangi dengan jumlah yang sama denga cara

pembelanjaan atau pemenuhan dana yang lain. Dalam kondisi

keputusan investasi yang given, maka apabila perusahaan membagikan dividen kepada pemegang saha, perusahaan harus

mengeluarkan saham baru sebagai sebagai pengganti sejumlah

pembayaran dividen tersebut. Dengan demikian kenaikan

pendapatan dari pembayaran dividen akan diimbangi dengan

penurunan harga saham sebagai akibat penjualan saham baru.

Dengan demikian apakah laba yang diperoleh dibagikan sebagai

dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan tidak

mempengaruhi kemakmuran pemegang saham. MM menyimpulkan

bahwa nilai perusahaan saat ini tidak dipengaruhi oleh kebijakan

dividen. Keuntungan yang diperoleh atas kenaikan harga saham

akibat pembayaran dividen akan diimbangi dengan penurunan harga

saham karena adanya penjualan saham baru. Oleh karenanya

pemegang saham dapat menerima kas dari perusahaan saat ini dalam

bentuk pembayaran dividen atau menerimanya dalam bentuk capital gain. Kemakmuran pemegang saham sekali lagi tidak dipengaruhi oleh kebijakan dividen saat ini maupun di masa datang. Pemegang

(27)

2. Bird-in-the hand theory

( Handono, 2009 : 279) Gorgon dan Lintner mendukung teori dividen

relevan yang menyatakan bahwa investor pada umumnya lebih

menyukai dividen saat ini yang lebih pasti daripada menanti

memperoleh keuntungan modal (capital gain) pada tahun depan. Risiko akan menjadi lebih rendah sehingga harga saham akan lebih

tinggi. Jika teori relevan benar, terdapat kebijakan dividen optimal

bagi suatu perusahaan, yakni rasio pembagian dividen yang akan

memaksimumkan harga saham.

3. Teori perbedaan pajak

(Lukas, 2008 : 287) Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan

Ramaswamy. Mereka menyatakan bahwa karena adanya pajak

terhadap keuntungan dividen dan capital gains kerena dapat menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu

tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan

dividen yield tinggi, capital gains yield rendah daripada saham

dengan dividen yield rendah, capital gains yield tinggi. Jika pajak

atas dividen lebih besar dari pajak atas capital gains, perbedaan ini akan semakin merasa.

4. Teori “signaling hypothesis

Lukas (2008 : 287) menyatakan bahwa ada bukti empiris bahwa jika

(28)

Sebaliknya penurunan dividen dividen pada umumnya menyebabkan

harga saham turun. Fenomena ini dapat dianggap sebagai bukti

bahwa para investor lebih menyukai dividen daripada capital gains. Tetapi MM berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas

biasanya merupakan suatu “sinyal” kepada para investor bahwa

manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di

masa mendatang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen atau kenaikan

dividen yang dibawah kenaikan normal (biasanya) diyakini investor

sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit di

waktu mendatang. Seperti teori dividen yang lain, “signaling

hypothesis” ini juga sulit dibuktikan secara empiris. Adalah nyata

bahwa perubahan dividen mengandung beberapa informasi. Tapi sulit

dikatakan apakah kenaikan dan penurunan harga setelah adanya

kenaikan dan penurunan dividen semata-mata disebabkan oleh efek

“sinyal” atau disebabkan karena efek “sinyal” dan preferensi terhadap

dividen.

5. Pengaruh Klientele

Brigham (2001 :72) menyatakan bahwa kelompok yang berbeda atau

klientele, dari pemegang saham menyukai kebijakan dividen yang

berbeda. Brigham memberikan pemisalan dalam pengaruh klientele

ini. Penerima pensiun dan dana bantuan universitas, lebih menyukai

(29)

perusahaan membagikan persentase yang lebih besar dari labanya.

Investot tersebut (dan dana pensiun) seringkali termasuk dalam

kelompok tarif pajak yang rendah atau bahkan nol, sehingga pajak

tidak terlalu diperhatikan. Di lain pihak, pemegang saham yang

berada dalam tahun-tahun puncak keuntungan mungkin lebih

memilih reinvestasi, karema mereka tidak begitu membutuhkan

pendapatan dari investasi dalam periode berjaln dan mereka akan

segera menginvestasikan kembali pendapatan dividen yang diterima

setelah terlebih dahulu membayar pajak atas penghasilan atas dividen

tersebut.apabila perusahaan menahan dan menginvestasikan kembali

pendapatan daripada membagikan dividen, para pemegang saham

yang membutuhkan pendapatan saat ini akan dirugikan. Nilai saham

mereka mungkin naik, tetapi mereka mungkin harus menghadapi

kesulitan dan terpaksa menjual sebagian sahamnya untuk

memperoleh uang tunai. Juga, sejumlah investor kelembagaan ( atau

perwalian untuk perorangan) mungkin secara hukum dilarang untuk

menjual saham sehingga kemudian “membelanjakan modal”. Di lain

pihak, pemegang saham lain yang menabung dividen dan tidak

membelanjakannya mungkin lebih menyukai kebijakan pembayaran

dividen yang rendah, karena makin kecil perusahaan memberikan

dividen, makin kecil jumlah pajak yang harus dihadapi untuk

(30)

Karena itu, para investor yang menginginkan pendapatan investasi

dalam periode berjalan sebaiknya memiliki saham perusahaan yang

membagikan dividen dalam jumlah besar, sedangkan investor yang

tidak membutuhkan penghasilan investasi dalam periode berjalan

dapat menanamkan uangnya dalam perusahaan umum.

Mengingat pemegang saham dapat berpindah-pindah perusahaan,

sebuah perusahaan dapat mengubah satu kebijakan pembayaran

dividen ke kebijakan yang lainnya dan membiarkan pemegang saham

yang tidak menyukai kebijakan tersebut menjual sahamnya kepada

investor lain yang menyukainya. Namun, peralihan yang terlalu

sering dilakukan tidak efisien karena :

a.Adanya biaya pialang;

b.Kemungkinan bahwa pemegang saham yang menjual saham harus

membayar pajak keuntungan modal; dan

c.Adanya kemungkinan kekurangan investor yang menyukai

kebijakan dividen yang baru

Jadi, manajemen harus mempertimbangkan dengan matang perubahan

kebijkan dividennya, karena suatu perubahan dapat menyebabkan

pemegang saham saat ini menjual saham mereka, dan mengakibatkan

harga saham menjadi turun. Penurunan harga tersebut bisa bersifat

sementara, tetapi juga bisa pemanen-jika hanya sedikit investor yang

(31)

tertekan. Namun, kebijakan baru itu mungkin saja dapat menarik lebih

banyak klientele daripada yang sebelumnya dimiliki perusahaan,

sehingga harga saham akan naik.

Bukti-bukti dari sejumlah studi memang menyatakan adanya

perngarug klientele (clientele effect). MM dan yang lain telah menyatakan bahwa satu klientele sama baiknya dengan yang lain,

sehingga adanya pengaruh klientele tidak harus menyiratkan bahwa

satu kebijakan dividen lebih baik dari yang lain. Namun, MM

mungkin saja salah, dan mereka atau pun orang lain tidak dapat

membuktikan bahwa adanya kelompok-kelompok investor secara

keseluruhan memungkinkan perusahaan mengabaikan pengaruh

klientele. Masalah ini, seperti sebagian besar masalah yang lain dalam

hal dividen, masih belum terpecahkan.

2.1.4.2. Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Agus Sartono (2001 : 292) menyebutkan beberapa faktor yang berkaitan

dengan kebijakan dividen :

1. Kebutuhan dana perusahaan

Kebutuhan dana bagi perusahaan dalam kenyataannya merupakan

faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan

dividen yang akan diambil. Aliran kas perusahaan yang diharapkan,

pengeluaran modal di masa datang yang diharapkan, kebutuhan

(32)

banyak faktor lain yang mempengaruhi posisi kas perusahaan harus

mempertimbangkan dalam analisis kebijakan dividen.

Dalam pembicaraan sebelumnya mengenai kebijakan dividen

menganggap bahwa kebijakan dividen yang telah memperhatikan

kebutuhan dana yang termasuk investasi yang profitable. Dengan

anggapan semacam ini, kebijakan dividen yang ditempuh hanya

mempertimbangkan kelebihan dana di masa datang.

2. Likuiditas

Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak

kebijakan dividen. Karena dividen bagi perusahaan merupakan kas

keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan

secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan

untuk membayar dividen. Perusahaan yang sedang mengalami

pertumbuhan dan profitable akan memerlukan dana yang cukup besar

guna membiayai investasinya, oleh karena itu kemungkinan akan

kurang likuid karena dana yang diperoleh lebih banyak diinvestasikan

pada aktiva tetap akan aktiva lancar yang permanen.

Likuiditas perusahaan sangat besar pengarunya terhadap investasi

perusahaan dan kebijakan pemenuhan kebutuhan dana. Keputusan

investasi akan menentukan tingkat ekspansi dan kebutuhan dana

(33)

pemenuhan kebutuhan dana) akan menentukan pemilihan sumber

dana untuk membiayai investasi tersebut.

3. Kemampuan meminjam

Posisi likuiditas perusahaan dapat diatasi dengan kemampuan

perusahaan untuk meminjam dalam jangka pendek. Kemampuan

meminjam dalam jangka pendek tersebut akan meningkatkan

fleksibilitas likuiditas perusahaan. Selain itu fleksibilitas perusahaan

juga dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk bergerak dipasar

modal dengan mengeluarkan obligasi. Perusahaan yang semakin

besar dan sudah establish akan memiliki aksses yang lebih baik di

pasar modal. Kemampuan meminjam yang lebih besar, fleksibilitas

yang lebih besar akan memperbesar kemampuan membayar dividen.

Dalam menentukan dividend payout ratio banyak perusahaan membandingkannya dengan industri, khususnya dengan perusahaan

yang memiliki tingkat pertumbuhan yang sama. Meskipun belum

tentu sama, namun akan lebih mudah untuk melihat posisi perusahaan

dalam industri.

4. Keadaan pemegang saham

Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup,

manajemen biasanya mengetahui dividen yang diharapkan oleh

pemegang saham dan dapat bertindak dengan tepat. Jika hampir

(34)

suka memperoleh capital gains, maka perusahaan dapat mempertahankan dividend payouot yang rendah. Dengan dividend payout yang rendah tentunya dapat diperkirakan apakah perusahaan akan menahan laba untuk kesempatan investasi yang profitable. Untuk perusahaan yang jumalh pemegang sahamnya besar hanya

dapat menilai dividen yang diharapkan pemegang saham dalam

konteks pasar.

5. Stabilitas dividen

Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik

daripada dividen payout ratio yang tinggi. Stabilitas di sinni dalam arti tetap memperhatikan tingkat pertumbuhan perusahaan, yang

ditunjukkan oleh koefisien arah yang positif. Apabila faktor lain

sama, saham yang memberikan dividen yang stabil selama periodde

tertentu akan mempunyai harga yang lebih tinggi daripada saham

yang membayar dividennya dalam presentase yang tetap terhadap

(35)

2.1.4.3. Kebijakan Pembayaran Dividen

[image:35.595.127.498.152.492.2]

Gambar 2.1

Flowchart Kebijakan Pembayaran Dividen

Kebijakan dividen diputuskan oleh oleh Rapat Umum Pemegang Saham.

Rapat Umum Pemegang Saham memutuskan kebijakan pembayaran dividen

dalam suatu perusahaan. Dalam praktiknya Handono (2009 : 281) mengemukakan

ada empat macam kebijakan dividen yang biasanya dilakukan oleh manajer

keuangan, yakni:

1. Residual

Perusahaan memprioritaskan menggunakan laba ditahan untuk

(36)

tersedia sisa dana dari laba ditahan, barulah diputuskan untuk

membayarkan dividen. Emapat langkah untuk menjalankan kebijakan

ini meliputi :

a.Menentukan proyek investasi yang optimal melalui skedul peluang

investasi;

b.Menetapkan jumlah dana yang dibutuhkan untuk membiayai

proyek tersebut;

c.Menggunakan sebesar mungkin ekuitas yang dibiayai dari laba

ditahan; dan

d. Membayarkan dividen selama masih ada sisa dana

Sisi buruk dari kebijakan residual adalah bahwa jumlah pembayaran

dividen dapat berfluktuasi sesuai dengan kebutuhan dana untuk

investasi. Hal itu mungkin menyebabkan tingginya risiko di mata

investor sehingga berpeluang menurunkan harga saham perusahaan.

2. Stabil

Perusahaan menetapkan sejumlah pembayaran dividen yang kecil dan

baru menaikannya apabila diyakini bahwa laba tahun-tahun

mendatang akan mencakupi untuk memnbayar dividen. Dengan

menentukan jumlah dividen yang kecil, perusahaan sebenarnya

berupaya senantiasa menjaga pembayaran dividennya agar tidak

pernah menurun. Sebab berdasarkan pandangan kandungan nformsi

(37)

investor yang akan menurunkan harga saham perusahaan. Bilamana

kondisi ekonomi dan bisnis sedang cerah, perusahaan dengan

kebijakan dividen stabil bisa mengubahnya menjadi pertumbuhan

dividen yang stabil. Ada dua alasan mengapa kebijakan dividen stabil

baik bagi perusahaan :

a.Ketidakpastian akibat fluktuasi dividen sebagaimana terjadi pada

kebijakan residual dapat dihindari; dan

b.Untuk keperluan konsumsi saat ini, investor umumnya lebih

menyukai dividen yang stabil daripada berfluktuasi

3. Rasio pembayaran konstan

Rasio yang dimaksud pada kebijakan ini adalah perbandingan anatara

dividen perlembar saham terhadap laba perlembar saham. Meskipun

rasionya konstan, tidak berarti investor akan menerimanya secara

konstan. Jika laba perlembar saham naik-turun dari tahun ke tahun,

jumlah yang dibayarkan sebagai dividen pun akan turut

berubah-ubah. Jadi, seperti pada kebijakan residual, kebijakan rasio

pembayaran konstan juga mengakibatkan ketidakpastian, yang

berpotensi mempertinggi risiko dan menurunkan harga saham.

4. Jumlah kecil ditambah ekstra

Kebijakan dividen dalam jumlah kecil ditambah ekstra adalah

kompromi antara kebijakan stabil dan kebijakan rasio pembayaran

(38)

dari tahun ke tahun, perusahaan dapat memilih kebijakan itu. Artinya,

saat memperoleh laba yang rendah atau membutuhkan dana internal

(laba ditahan) yang lebih banyak pada suatu tahun tertentu,

perusahaan tetap mampu membayarkan dividennya sekalipun dalam

jumlah kecil. Sebaliknya, ketika perolehan laba sedang meningkat

pesat, perusahaan dapat memberikan tambahan (ekstra) kepada para

pemegang saham.

2.1.4.4. Prosedur Pembagian Dividen

Pembagian dividen biasanya dibagiakn setiap triwulan atau semester.

Terdapat empat tanggal penting berkaitan dengan prosedur pembagian dividen

(Handono 2009 : 283) :

1. Tanggal pengumuman

Misalnya, dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang

diselenggarakan pada tanggal 19 April diumukan bahwa dividen

sebesar Rp. 900 per lembar saham akan dibayarkan kepada para

pemegang saham yang tercatat pada tanggal 6 Juni dan akan

dibayarkan pada tanggal 20 Juli. Untuk keperluan akuntansi,

peristiwa itu dicatat dalam jurnal, laba ditahan pada debit (karena

akan mengurangi laba ditahan), dan utang dividen (utang lancar) pada

kredit (karena akan menambah utang lancar). Jumlah yang dicatat

sebesar dividen per lembar dikali jumlah lembar saham biasa yang

(39)

2. Tanggal pencatatan pemegang saham

Katakanlah bahwa perusahaan menetapkan jam 18.00 WIB tanggal 6

Juni sebagai batas akhir pencatatan (tutup buku). Pada tanggal itu,

perusahaan menyusun daftar pemegang saham yang berhak menerima

dividen. Semua pemilik saham yang tercatat sebelum batas akhir

pencatatan pada prinsipnya akan menerima dividen.

3. Tanggal tanpa dividen (ex-dividend date)

Kendati tanggal pencatatan telah ditetapkan untuk menghindari

konflik, perusahaan sekuritas biasanya menetapkan empat hari

sebelum tanggal pencatatan sebagai tanggal tanpa dividen (batas

pemegang saham lama tetap berhak menerima dividen).

4. Tanggal pembayaran

Pada tanggal 20 Juli, perusahaan mengirimkan cek kepada para

pemegang saham.

2.1.4.5. Dividen Saham dan Pemecahan Saham

Menurut Brigham (2001 : 94), dividen saham (stock dividend) dan pemecahan saham (stock split) berkaitan dengan kebijakan dividen tunai perusahan.

1. Pemecahan Saham (stock split)

Meskipun hanya ada sejumlah kecil bukti empiris untuk mendukung

argumennya, namun terdapat keyakinan yang berkembang luas di

(40)

saham-saham. “Optimal” berarti bahwa jika harganya berada dalam

kisaran tersebut, rasio harga/laba dan juga nilai perusahaan akan

dimaksimumkan. Pemecahan saham merupakan tindakan suatu

perusahaan untuk menambah jumlah saham yang beredar, seperti

menggandakan jumlah saham yang beredar dengan memberikan

kepada setiap pemegang dua lembar saham baru untuk satu saham

yang sebelumnya dipegang.

2. Dividen Saham (stock dividend)

Dividen saham serupa dengan pemecahan saham dalam hal kesamaan

“membagi ekuitas menjadi bagian yang lebih kecil” tanpa

mempengaruhi posisi fundamental dari pemegang saham saat ini.

Pemecahan saham biasanya digunakan untuk menurunkan harga

secara besar-besaran setelah saham mengalami kenaikan harga yang

tajam. Dividen saham biasanya diberikan secara teratur setiap tahun

untuk menjaga kestabilan harga saham. Namun, dividen saham yang

kecil menimbulkan masalah pembukuan dan beban yang tidak perlu,

jadi perusahaan dewasa ini jauh lebih sering menggunakan

(41)

2.1.5. Hubungan antara Aliran Kas Bebas, Kepemilikan Manajerial, dan

Kebijakan Dividen

2.1.5.1. Hubungan Aliran Kas Bebas dengan Kebijakan Dividen

Handono (2009 : 281) menyatakan perusahaan yang sanggup

membagikan dividen lebih tinggi akan naik harga sahamnya karena dipandang

investor sebagai perusahaan yang mempunyai kelebihan kas (free cash flow),

yakni kas yang tersisa setelah dikurangi oleh kebutuhan untuk membiayai proyek

investasi di tahun mendatang.

Dini Rosdini (2009) mengemukakan bahwa adanya aliran kas bebas yang

besar dalam suatu perusahaan belum tentu menunjukkan bahwa perusahaan

tersebut akan membagikan dividen dengan jumlah yang lebih besar dibandingkan

dengan ketika perusahaan memiliki aliran kas bebas yang kecil.

2.1.5.2. Hubungan Kepemilikan Manajerial dengan Kebijakan Dividen

Eko Wahyudi (2008) mengemukakan bahwa insider ownerhip akan mensejajarkan kepentingan antara pihak insider dengan pemegang saham luat (outsider). Insider ownership yang besar akan menurunkan biaya keagenan karena ada rasa kepemilikan pada diri insider sehingga mereka bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham, yang mengakibatkan perusahaan membayar

(42)

2.1.5.3. Hubungan Aliran Kas Bebas, Kepemilikan Manajerial dengan

Kebijakan Dividen

Handono (2009 : 281) menyatakan aliran kas bebas adalah kas yang

tersisa setelah dikurangi oleh kebutuhan untuk membiayai proyek investasi di

tahun mendatang. Aliran kas bebas ini dapat menimbulkan agency problem. Untuk meminimalkan biaya keagenan tersebut maka perlu meningkatkan

kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen dan selain itu manajer merasakan

langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan juga apabila ada kerugian

yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah.

Penambahan kepemilikan manajerial memiliki keuntungan untuk mensejajarkan

kepentingan manajemen dengan pemegang saham (Rizky, 2009).

Kepentingan para pemegang saham, dan perusahaan itu sendiri sangat

erat kaitannya dengan kebijakan dividen. Besar kecilnya dividen yang akan

dibayarkan oleh perusahaan tergantung pada kebijakan dividen dari

masing-masing perusahaan (Hatta, 2002). Perusahaan dengan peluang investasi yang

unggul yang unggul sebaiknya menetapkan rasio pembayaran yang lebih rendah,

yang berarti menahan lebih banyak laba, daripada perusahaan dengan peluang

investasi yang lemah. Jika ada ketidakpastian yang besar dalam ramalan arus kas

bebas, yang didefinisikan di sini sebagai arus kas operasi perusahaan dikurangi

investasi ekuitas yang diwajibkan, maka yang terbaik adalah bersikap konservatif

(43)

2.1.6. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang mengangkat tentang aliran kas bebas,

kepemilikan manajerial dan kebijakan dividen :

1. Penelitian Atika Jauhari Hatta (2002)

Penelitian Atika Jauhari Hatta (2002) menguji faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kebijakan dividen dengan mengambil tinjauan dari sudut pengaruh

teori stakeholder. Dengan melakukan penelitian pada 45 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dari tahun 1993-1997, diperoleh hasil

bahwa terdapat hubungan regresi antara rasio pembayaran dividen dengan

variabel fokus perusahaan, total assets, insider ownership, jumlah pemegang saham biasa, free cash flow, dan pertumbuhan penjualan perusahaan.

2. Penelitian Nana Gustina (2009)

Nana Gustina (2009) melakukan penelitian yang menganalisis apakah

terdapat pengaruh antara insider ownership, dispersion ownership, free cash flow, collateralizabel assets, growth terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan mengambil sampel sebanyak 18

perusahaan dengan periode penelitian tahun 2004-2008. Hasil penelitian Nana

Gustina (2009) menyatakan bahwa terdapat dua variabel yang mempunyai

(44)

3. Penelitian Pandu Pradessya (2006)

Pandu Pradessya (2006) melakukan pengujian yang bertujuan untuk

menganalisis apakah terdapat pengaruh antara insider ownership, dispresion of ownership, free cash flow, collaterizable assets dan tingkat pertumbuhan terhadap kebijakan dividen pada 18 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Jakarta dengan periode penelitian 1999-2003. Dari pengujian tersebut, terdapat

dua variabel yang mempunyai hubungan yang signifikan yaitu insider ownership

dan tingkat pertumbuhan. Sedangkan dispersion of ownership, free cash flow, dan

collaterizable assets tidak mempunyai hubungan yang signifikan. 4. Penelitian Togu F Munthe (2009)

Togu F Munthe (2009) melakukan penelitian dengan tujuan untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen sebagai variabel

dependen dengan variabel independen yaitu kepemilikan manajerial, arus kas

bebas, penjamin aktiva tetap, pertumbuhan perusahaan, ROA dan ROE. Populasi

dalam penelitian ini adalah 32 perusahaan terbuka yang ada di Bursa Efek

Indonesia. Hasil uji secara simultan menunjukkan bahwa tiap variabel independen

(45)
[image:45.595.108.516.132.726.2]

Tabel 2.1

Hasil Peneliti Terdahulu Terkait dengan Variabel Peneliti

No Peneliti

Terdahulu Judul Kesimpulan Perbedaan Persamaan

1 Atika Jauhari Hatta (2002) Faktor-Faktor yang Mempengaru hi Kebijakan Dividen: Investigasi Pengaruh Teori Stakeholder Terdapat hubungan regresi antara rasio pembayaran dividen dengan variabel fokus perusahaan, total

assets, insider ownership, jumlah pemegang saham biasa, free cash flow, dan pertumbuhan penjualan perusahaan Pada penelitian Atika Jauhari, variabel (X) yang diteliti adalah fokus perusahaan, total assets,

insider ownership, jumlah pemegang saham biasa, free cash flow, dan pertumbuhan penjualan perusahaan. Sedangkan penulis hanya mengambil mengenai

free cach flo

dan insider ownerhip Sama-sama meneliti tentang aliran kas bebas, kepemilikan manajerial, dan kebijakan dividen

2 Nana Gustina (2009)

Pengaruh

Insider

Ownership,

Dispersion of Ownership, Free Cash Flow, Collaterizabl e assets dan tingkat pertumbuhan terhadap dividend payout ratio pada perusahan manufaktur Terdapat dua variabel yang mempunyai hubungan yang signifikan yaitu insider

ownership dan tingkat

pertumbuhan (growth). Sedangkan tiga variabel lainnya yaitu dispersion of ownership, free cash flow,

Pada penelitian Nana Gustina, variabel (X) yang diteliti adalah insider ownership, dispresion ownership, free acsh flow, collaterizabel asset dan

(46)

di BEI tahun 2004-2008

dan

collaterizable asset tidak mempunyai hubungan yang signifikan

mengenai

free cach flo

dan insider ownerhip

3 Pandu Pradessya (2006) Pengaruh Insider Ownership, Dispersion of Ownership, Free Cash Flow, Collaterizab el Assets, dan Tingkat Pertumbuha n Terhadap Kebijakan Dividen

Terdapat dua variabel yang mempunyai hubungan yang signifikan yaitu

insider

ownership dan tingkat

pertumbuhan. Sedangkan

dispersion of ownership, free cash flow, dan

collaterizable assets tidak mempunyai hubungan yang signifikan.

Pada penelitian Pandu

Pradessya variabel (X) yang diteliti adalah insider ownership, dispresion ownership, free acsh flow, collaterizabel

asset dan

tingkat pertumbuhan.

Sedangkan variabel (X) penulis hanya mengambil mengenai

free cach flo

dan insider ownerhip Sama-sama meneliti tentang aliran kas bebas, kepemilikan manajerial, dan kebijakan dividen

4 Togu F Munthe (2009)

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaru hi kebijakan dividen pada perusahaan yang

terdaftar di BEI

(47)

mengambil mengenai

free cach flo

dan insider ownerhip

2.2. Kerangka Pemikiran

Manajemen keuangan memiliki arti penting disemua jenis bisnis, termasuk

perbankan dan institusi-institusi keuangan lainnya, sekaligus juga

persahaan-perusahaan industri ritel. Para manajer keuangan persahaan-perusahaan perlu mengetahui

apa yang sedang dipikirkan oleh para bankir mereka, dan mereka juga perlu

mengetahui bagaimana para investor menilai kinerja sebuah perusahaan dan

akhirnya menentukan harga sahamnya (Brigham dan Houston, 2009 : 7)

Handono (2009 : 3) menyatakan ruang lingkup manajemen keuangan

terdiri atas : pertama, keputusan keuangan yang mencakup semua keputusan

manajerial yang dilakukan untuk mencari dana, baik dana internal (modal sendiri)

maupun dana eksternal (modal asing). Modal tersebut dialokasikan untuk

keputusan yang kedua, yaitu untuk pembelanjaan/investasi. Menurut Handono

(2009 : 3) keputusan investasi merupakan segala keputusan manajerial yang

dilakukan untuk mengalokasikan dana pada berbagai macam aktiva. Untuk

melakukan kegiatan investasi, perusahaan memerlukan pengeluaran arus kas.

Namun, arus kas masuk penting untuk kegiatan operasional yang

merupakan kegiatan mencari laba. Baik arus kas masuk maupun arus kas keluar,

(48)

perubahan-perubahan yang terjadi dalam posisi kas sebuah perusahaan. Menurut Brigham

dan Houston (2009) dalam laporan ini, memisahkan aktivitas-aktivitas menjadi

tiga kategori :

1. Aktivitas operasi, yang meliputi laba bersih, depresiasi, dan perubahan

dalam aktiva lancar di luar kas dan utang jangka pendek

2. Aktivitas investasi, yang meliputi investasi atau penjualan aktiva tetap

3. Aktivitas pendanaan, yang meliputi kas yang dihimpun selama tahun

berjalan dengan menerbitkan utang jangka pendek, utang jangka

panjang, atau saham.

Arus kas tidak dapat dipertahankan terus-menerus kecuali jika aktiva tetap

yang didepresiasi diganti dan produk-produk baru dikembangkan, sehingga

manajemen tidaklah sepenuhnya bebas untuk menggunakan arus kas semaunya

sendiri.

(Brigham dan Houston, 2009 : 65) Arus kas bebas yang berarti arus kas

yang benar-benar tersedia untuk didistribusikan kepada seluruh investor setelah

perusahaan menempatkan seluruh investasinya pada aktiva tetap, produk-produk

baru, dan modal kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan operasi yang

sedang berjalan untuk lebih spesifik lagi, nilai dari operasi sebuah perusahaan

akan bergantung pada seluruh arus kas bebas yang diharapkan di masa

mendatang, yang didefinisikan sebagai laba operasi setelah pajak minus jumlah

investasi pada modal kerja dan aktiva tetap yang dibutuhkan untuk dapat

(49)

benar-benar tersedia untuk didistribusikan kepada para investor. Karenanya, salah satu

cara bagi para manajer untuk membuat perusahaan mereka menjadi lebih bernilai

adalah dengan meningkatkan arus kas bebas mereka.

Definisi aliran kas bebas menurut Gitman (2009 : 115)

Arus kas bebas merupakan jumlah arus kas yang tersedia bagi investor (kreditur dan pemilik) setelah perusahaan telah memenuhi semua kebutuhan operasi dan dibayar untuk investasi pada aktiva tetap bersih dan aktiva lancar

Aliran kas bebas dapat menimbulkan konflik antar amanajer dan

pemegang saham. Oleh sebab itu, kepemilikan modal sendiri dibagi menjadi dua,

yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.

Definisi kepemilikan manajerial menurut Keown (1999 : 18)

“Kepemilikan manajerial merupakan pemisahan kepemilikan yang

dilakukan untuk mengurangi biaya keagenan”

Dengan adanya kepemilikan manajerial, maka baik pemegang saham

maupun para insider dapat saling bergantung dan memberikan yang terbaik agar dapat meningkatkan nilai perusahaan. Apabila nilai perusahaan meningkat, maka

pembayaran dividen bagi para pemegang saham dapat ikut meningkatkan

kesejahteraan para pemegang saham.

Menurut Gitman (2008 : 611) menyatakan bahwa :

“Pembayaran dividen kas merupakan persentase dari setiap dana yang

diperoleh dan perusahaan mendistribusikan kepada pemilik dalam bentuk uang

(50)

(

[image:50.595.109.516.118.483.2]

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pemikiran Fungsi Manajemen Keuangan

Fungsi Pembelanjaan Fungsi Pendanaan : 1. Modal Asing 2. Modal Sendiri Alokasi Dana

Operasional

Aliran Kas : 1. Aktivitas operasi 2. Aktivitas investasi 3. Aktivitas pendanaan

Aliran Kas Bebas (X1)

Modal Sendiri : 1. Kepemilikan Manajerial 2. Kepemilikan

Institusional

Pembagian Dividen (Y)

(51)

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dibuat skema

[image:51.595.125.507.154.681.2]

kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2.3 Paradigma Penelitian

Pengaruh Aliran Kas Bebas dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Dividen

Aliran Kas Bebas

 Arus kas dari kegiatan operasi

 investasi aktiva tetap bersih

 investasi aktiva lancar

Gitman (2009 : 115)

Kepemilikan Manajerial

 Kepemilikan saham direktur

 Kepemilikan saham komisaris

Keown (1999 : 18)

Pembayaran dividen

 Dividen per lembar saham

 Laba per lembar saham

Gitman (2009 : 611)

Brigham 2001 : 35 Dini Rosdini (2009) Handono 2009 : 281

Handono 2009 : 281 Atika Jauhari Hatta (2002)

(52)

2.3. Hipotesis

Pengertian hipotesis menurutMoh. Nazir (2003 : 151)adalah :

Hipotesis adalah pernyataan yang diteima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi. Hipotesis adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang kompleks.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengambil dugaan sementara

atau hipotesis sebagai berikut: “Aliran Kas Bebas Dan Kepemilikan Manajerial

berpengaruh negatif secara parsial dan simultan terhadap Kebijakan Dividen pada

(53)

47

3.1. Objek Penelitian

Objek yang dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai pengaruh aliran

kas bebas dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen pada PT.

Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Data yang digunakan oleh penulis adalah data

laporan keuangan perusahaan, secara lebih khusus objek yang digunakan penulis

dalam penelitian ini adalah data aliran kas bebas dan kepemilikan manajerial

sebagai variabel independen dan data pembayaran dividen sebagai variabel

dependen pada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk.

3.2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif.

Sugiyono (2009 : 2) mengemukakan bahwa :

“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.”

Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang

signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang

(54)

Pengertian metode deskriptif yang dikemukakan oleh Moh. Nazir (2003 :

53) adalah sebagai berikut :

Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

Dalam penelitian ini, metode penelitian deskriptif digunakan untuk

menggambarkan atau menjelaskan kondisi aliran kas bebas, kepemilikan

manajerial, dan kebijakan dividen.

Sedangkan menurut Umi Narimawati (2008 : 21) pengertian metode

verifikatif adalah sebagai berikut :

“Metode verifikatif yaitu pengujian hipotesis penelitian melalui alat

analisis statistik.”

Dalam penelitian ini, metode penelitian verifikatif digunakan untuk

menguji pengaruh aliran kas bebas dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan

dividen.

Metode penelitian yang digunakan penulis untuk mengumpulkan data

adalah metode deskriptif analisis dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif.

Menurut Sugiyono (2009 : 8) metode penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut:

(55)

3.2.1. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan

sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan

sangat berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian. Menurut

Nazir ( 2003 : 84) desain penelitian adalah :

“Desain dari penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam

perencanaan dan pelaksanaan penelitian.”

Untuk menggambarkan secara keseluruhan alur penelitian ini, peneliti

membuat suatu desain penelitian. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan oleh

penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi masalah yang terjadi pada PT. Telekomunikasi

Indonesia, Tbk khususnya mengenai perkembangan aliran kas bebas,

kepemilikan manajerial dan kebijakan dividen.

2. Mengumpulkan data-data mengenai perkembangan aliran kas bebas,

kepemilikan manajerial, dan kebijakan dividen pada PT.

Telekomunikasi Indonesia, Tbk.

3. Melakukan studi literatur referensi teori-teori mengenai aliran kas

bebas, kepemilikan manajerial, dan kebijakan dividen.

4. Membuat hipotesis yang didasarkan pada teori yang dikembangkan.

5. Mengidentifikasi, memberi nama variabel, dan membuat definisi

(56)

6. Menyusun desain penelitian dan melakukan analisis statistik untuk

menganal

Gambar

Flowchart Kebijakan Pembayaran DividenGambar 2.1
Tabel 2.1
Bagan Kerangka PemikiranGambar 2.2
Gambar 2.3 Paradigma Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, profitabilitas, ukuran perusahaan dan struktur

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama semua variabel bebas yang terdiri dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, arus kas bebas, dan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen, kepemilikan institusional berpengaruh negatif

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen, kepemilikan institusional

Hasil probabilitas yang lebih kecil dari 0,05 membuktikan bahwa variabel kepemilikan manajerial, kebijakan dividen, kebijakan hutang dan profitabilitas secara

Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel struktur modal, kebijakan dividen, dan kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan pada perusahaan

“Analisis Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen dengan Kepemilikan Manajerial Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN KEPEMILIKAN ASING TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN SKRIPSI Untuk memenuhi salah satu