• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pola Kalimat-No Kiwami Dan -No Itari Dalam Bahasa Jepang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pola Kalimat-No Kiwami Dan -No Itari Dalam Bahasa Jepang"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP 6. Kewarganegaraan : Indonesia

7. Agama : Islam

3 Pekerjaan :Karyawan Bank dan Ibu Rumah Tangga 13. Alamat Orang Tua : Jln. Raya Lelea Indramayu no 52.

Desa/Kec Lelea – Kab. Indramayu 14.

RIWAYAT PENDIDIKAN

No Lembaga Pendidikan Tahun

1 TK Melati Ujungjaya 1999-2000

(2)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SINTAKSIS

Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yakni sun yang berarti ‘dengan’ dan kata tattein yang berarti ‘menempatkan’. Sehingga secara

etimologi, sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok atau kalimat (Chaer, 2007:206).

Sedangkan dalam bahasa Jepang, istilah sintaksis disebut dengan tougoron atau sintakusu, yakni cabang linguistik yang mengkaji tentang struktur kalimat dan unsur-unsur pembentuknya. Kajian sintaksis yang dilakukan para ahli di Jepang, menggunakan aliran klasik (tradisional) yang mengacu pada kokubunpou (tata bahasa Jepang tradisional) dan aliran linguistik modern yang mengacu pada berbagai aliran linguistik yang ada saat ini (Sutedi, 2011:64).

(3)

9 2.2 KALIMAT

Chaer (2007:240) menjelaskan bahwa kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final. Kalimat yang konstituen dasarnya berupa klausa akan menjadi kalimat bebas atau kalimat mayor. Namun apabila sebuah kalimat yang konstituen dasarnya berupa kata atau frasa tidak menjadi kalimat bebas, melainkan menjadi kalimat terikat.

Dahidi dan Sudjianto (2012:139) memaparkan bahwa bahasa yang digunakan untuk menyampaikan ide, pikiran dan perasaan kepada orang lain disampaikan dalam bentuk kalimat-kalimat. Kalimat tersebut dalam bahasa Jepang disebut dengan bun.

2.2.1 UNSUR KALIMAT

Sutedi (2011:74-75) menyebutkan bahwa unsur kalimat (fungsi sintaksis) dalam bahasa Jepang secara garis besar terdiri dari: subjek (shugo), predikat (jutsugo), objek (taishougo), keterangan (joukyougo), modifikator (shuushokugo), dan konjungsi (setsuzokugo). Semua unsur atau bagian kalimat yang disusun dengan benar serta mematuhi kaidah tata kalimat yang berlaku dalam bahasa Jepang (bunpou) akan melahirkan berbagai pola kalimat (bunkei).

2.2.2 POLA KALIMAT

(4)

10 Hirai Masao dalam Dahidi dan Sudjianto (2012) menyebutkan enam macam hubungan antara sebuah bunsetsu dan bunsetsu lainnya pada sebuah kalimat. Hubungan tersebut yakni sebagai berikut:

1. Hubungan subjek-predikat (Shugo-Jutsugo no Kankei) Beru ga naru.

Shugo jutsugo Bel berbunyi.

2. Hubungan ‘Yang Menerangkan-Yang diterangkan’ (Shuushoku Hishuushoku no Kankei)

Ookii tsuki ga mieru. Shuushokugo hishuushokugo

Bulan besar terlihat.

3. Hubungan setara (Taitoo no Kankei) Shizukka de hiroi heya datta. Kamar yang sepi dan besar.

4. Hubungan tambahan (Fuzoku no Kankei) Ame ga futte iru.

Hujan turun.

5. Hubungan konjungtif (Setsuzoku no Kankei)

Asa osoku kite mita keredo mada dare mo inakatta.

(5)

11 6. Hubungan bebas (Dokuritsu no Kankei)

Booya, hayaku, oide. Nak, cepat ke sini.

Dari paparan di atas, dapat diketahui bagaimana struktur kata dan struktur kalimat dalam bahasa Jepang. Struktur ini dapat dibentuk dengan pola ‘ subjek-predikat’ atau ‘subjek-objek-predikat’ apabila kalimat tersebut dilengkapi oleh objek. Namun, walaupun ada aturan-aturan pembentukan kata-kata atau kalimat-kalimat yang baku, pada kenyataannya tidak sedikit terjadi ketidakteraturan dalam pemakaian kata-kata atau kalimat-kalimat bahasa Jepang. Misalnya adalah penghilangan sebuah atau beberapa bunsetsu atau sering pula pemakaian struktur yang tidak beraturan. Hal ini terutama terjadi dalam penggunaan bahasa Jepang ragam lisan.

2.2.3 JENIS KALIMAT

Kalimat dalam bahasa Jepang terdiri dari berbagai jenis kalimat. Hal ini sejalan dengan Nita dalam Sutedi (2011:64-72) yang mengklasifikasikan jenis kalimat menjadi dua kelompok besar, yakni sebagai berikut:

(6)

12 a. Dokuritsugobun (kalimat minim), terdiri dari: kalimat yang menggunakan Kandoshi (kata seru), sebagai contoh, are ! ‘aduh’ serta kalimat yang menggunakan Meishi (nomina), sebagai contoh, Yobikake (memanggil) hiroshi!”.

b. Jutsugobun (kalimat yang berkonstruksi predikat) Berdasarkan jenis kata yang menjadi predikatnya:

a) Doushibun ‘kalimat verba’ terdiri dari tadoushi-bun ‘transitif’ dan jidoushi-bun ‘intransitif’.

b) Keiyoushibun (kalimat adjektiva), terdiri dari I keiyoushi ‘adjektiva-i’ dan na keiyoushi ‘adjektiva-na’.

c) Meishibun (kalimat nomina).

2) Kalimat berdasarkan pada jumlah klausanya terbagi dua, yaitu: a) Tanbun (kalimat tunggal)

b) Fukubun (kalimat majelmuk), terdiri dari: Shusetsu ‘klausa utama atau induk kalimat’, Juusetsu ‘klausa tambahan atau anak kalimat’, Seibunsetsu ‘klausa pelengkap atau menerangkan subjek maupun objek’.

2. Jenis kalimat berdasarkan maknanya, dibagi menjadi dua jenis kalimat, yaitu: 1) Imi naiyou ‘isi’

(7)

13 2.3 KELAS KATA BAHASA JEPANG

Pembagian kelas kata dalam bahasa Jepang disebut hinshi bunrui. Hinshi berarti jenis atau kelas kata (word class, part of speech), sedangkan menurut Sudjiono dalam wasenha memaparkan bahwa bunrui berarti penggolongan, klasifikasi, kategori, atau pembagian. Sehingga, hinshi bunrui dapat berarti klasifikasi kelas kata berdasarkan berbagai karakteristiknya secara gramatikal.

Suatu kosakata dalam suatu bahasa jika dipindahkan ke dalam bahasa yang lain, terkadang berbeda jenis katanya. Misalnya, kata genki yang artinya ‘sakit’ merupakan adjektiva-na, tetapi lawan katanya yaitu byouki ‘sehat’

merupakan nomina. (Sutedi, 2011:136)

Motojiro dalam Dahidi dan Sudjianto (2012:149-182), mengklasifikasikan kelas kata menjadi 10 kelas kata, yakni (1) Doushi ‘kata kerja’, (2) Keiyoushi ‘kata sifat yang berakhiran –i’, (3) Keiyoudoshi ‘kata sifat yang berakhiran –na’ ,

(4) Meishi ‘kata benda’, (5) Rentaishi ‘pra kata benda’, (6) Fukushi ‘kata keterangan’, (7) Kandoushi ‘interjeksi’, (8) Setsuzokushi ‘kata sambung’, (9)

Jodoushi ‘kata kerja kopula’, (10) Joshi ‘kata bantu’.

(8)

14 Begitu pula dengan kata itari, merupakan kata benda yang berarti batas atau hasil akhir.

Partikel no digabungkan dengan kata benda kiwami atau itari, menghasilkan ~no kiwami atau ~no itari yang menjadi sebuah pola kalimat atau bunkei. Pola kalimat tersebut menghasilkan makna baru yakni ‘sangat’ di dalam bahasa Indonesia. Sebelum kata bantu no menggunakan kata benda (meishi) atau kata sifat yang dibendakan. Misalnya, pada kata sangat sedih berarti ‘kanashimi no kiwami’ dan pada kata sangat terharu, berarti ‘kangeki no itari’. Pada contoh tersebut kata kanashimi di atas berasal dari kata kerja kanashimu. Sedangkan kata kangeki di atas merupakan kata benda.

Meishi/Keiyoudoshi + no + kiwami (batas atau puncak) = ~no kiwami (makna baru)

Meishi/Keiyoudoshi + no + itari (batas atau puncak) = ~no itari (makna baru)

2.4 SEMANTIK

De Saussure dalam Chaer (2013:2) mengemukakan bahwa semantik berasal dari bahasa Yunani, sema (kata benda yang berarti “tanda” atau “lambang”), yang dimaksud lambang ialah linguistik. Sedangkan kata kerjanya

(9)

15 Dengan kata lain, semantik merupakan bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa.

Berdasarkan jenis semantiknya, makna dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal (Chaer, 2013:7). Dalam bahasa Jepangpun, ada dua istilah tentang makna, yakni jishoteki-imi atau goiteki-imi (makna leksikal) dan bunpouteki-imi (makna gramatikal). Sutedi (2011:131) memaparkan bahwa cakupan jishoteki-imi atau goiteki-imi (makna leksikal) dan bunpouteki-imi (makna gramatikal) termasuk ke dalam semantik atau imiron yaitu salah satu cabang linguistik atau gengogaku yang mengkaji tentang makna. Objek kajian semantik atau imiron meliputi, makna kata (go no imi), relasi makna (go no imi kankei), makna frasa (ku no imi), dan makna kalimat (bun no imi). Contohnya, jisho wo hiku. ‘Hiku’ pada kalimat tersebut bukan bermakna ‘memainkan kamus’ tetapi bermakna ‘membuka kamus’.

Dengan kata lain, salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna dengan makna kata, relasi makna, makna frasa, makna kalimat sebagai objeknya disebut semantik atau dalam bahasa Jepang disebut imiron.

2.5 ANALISIS MAKNA

(10)

16 memiliki hubungan makna yang sama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu kata atau kalimat dapat bermakna hampir sama meskipun kata yang digunakan berbeda.

Setiap orang akan berbeda dalam menganalisis makna. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan Kodama (2004), bahwa fungsi dan makna sebuah kata atau kalimat dalam suatu bahasa akan beragam. Hal ini terjadi dikarenakan adanya beragam tafsiran makna serta tingkat keformalan suatu bahasa. Dalam hal ini, tingkat keformalan tersebut ialah perbedaan pemahaman setiap orang tentang kata atau tata bahasa yang digunakan dalam suatu kalimat. Sehingga diperlukan adanya prinsip dasar yang ditetapkan sebagai suatu aturan. Analisis makna dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Tagigo (Polisemi)

Kunihiro dalam Sutedi (2011:161) menjelaskan bahwa tagigo (polisemi) adalah kata yang memiliki makna lebih dari satu, dan setiap makna tersebut ada pertautannya. Kepolisemian suatu kata muncul akibat adanya berbagai perkembangan yang terjadi dalam masyarakat pemakai bahasa tersebut.

Beberapa langkah yang perlu ditempuh dalam menganalisis suatu polisemi menurut Machida dan Moriyama dalam Sutedi (2011:163) yakni:

a) Pemilihan makna (imi kubun).

(11)

17 c) Deskripsi hubungan antar makna dalam bentuk struktur polisemi (tagi

kouzou no hyouji). b. Dou on igigo (Homonim)

Dou on igigo (Homonim) adalah beberapa kata yang memiliki bunyi ucapan yang sama namun masing-masing memiliki arti yang berbeda. Contohnya ialah kata hashi dalam bahasa Jepang bisa berarti sumpit atau tepi atau jembatan (Dahidi dan Sudjianto, 2012:114).

c. Ruigigo (Sinonim)

Salah satu kajian semantik ialah sinonim. Chaer (2007:297) menjabarkan bahwa hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya disebut dengan sinonim atau sinonimi. Misalnya antara kata betul dengan benar, freedom dengan liberty, dan lain-lain. Hal ini pun sejalan dengan pendapat Keraf (2005:34), bahwa sinonim adalah suatu istilah yang dapat dibatasi sebagai telaah mengenai bermacam-macam kata yang memiliki makna yang sama, atau keadaan dimana dua kata atau lebih memiliki makna yang sama.

Menurut Keraf (2005:35), kesinoniman kata dapat diukur dari dua kriteria berikut:

a) Kedua kata itu harus saling bertukar dalam semua konteks; ini disebut sinonim total.

(12)

18 Sedangkan dalam bahasa Jepang istilah sinonim disebut dengan ruigigo. Dua buah kata atau lebih yang mempunyai salah satu imitokuchou yang sama, bisa dikatakan sebagai kata yang bersinonim (Sutedi, 2011:145).

Moriyama dalam Sutedi (2011:145) memberikan beberapa pemikiran tentang cara mengidentifikasi suatu sinonim, seperti berikut.

a. Chokkanteki (intuitif bahasa) bagi para penutur asli dengan berdasarkan pada pengalaman hidupnya. Bagi para penutur asli jika mendengar kata, maka secara langsung dapat merasakan bahwa kata tersebut bersinonim atau tidak.

b. Beberapa kata jika diterjemahkan ke dalam bahasa asing, akan menjadi suatu kata, misalnya kata oriru, kudaru, sagaru, dan furu dalam bahasa Indonesia bisa dipadankan dengan kata ‘turun’.

c. Dapat menduduiki posisi yang sama dalam suatu kalimat dengan perbedaan makna yang kecil. Misalnya, pada frase kaidan wo agaru dan kaidan wo noboru sama-sama berarti ‘menaiki tangga’.

d. Dalam menegaskan suatu makna, kedua-duanya bisa digunakan secara bersamaan (sekaligus). Misalnya, kata hikaru dan kagayaku kedu-duanya berarti ‘bersinar’, bisa digunakan secara bersamaan seperti pada Hoshi ga hikari-kagayaite iru ‘Bintang bersinar cemerlang’.

Sinonim juga memiliki hubungan persamaan makna (arti), hal ini sejalan dengan penjabaran Fukawa, yakni sebagai berikut:

a. 母- あ -ママ- ふく -女親

Haha – okaasan – mama – ofukuro – onnnaoya

Bunda – ibu – mama – ibu (laki-laki yang mengucapkan) – orang tua wanita (ibu)

b. liberty-freedom

(13)

19 c. oculist-eye doctor

Ahli mata – dokter mata

d. 義 語 士 両 方 向 含 意 関 係 あ : 銭 置い ←→金

置い

Dougigo doushi wa ryouhou kougan i kankei ni aru: zeni wo oiteke  kane wo oiteke

Persamaan kata yang searti adalah dikedua arah memiliki hubungan implikasi, misalnya meletakkan uang  meletakkan uang.

e. a) John found a snake behind him. Behind him, John found a snake. John menemukan seekor ular di belakangnya. Dibelakangnya, John menemukan seekor ular.

b) In his hometown, Bush is considered a genius.

Di kampung halamannya, Bush terkenal sebagai orang yang pintar. c) In Bush’s hometown, he is considered a genius.

John memberi buku kepada Mary. John memberikan Mary buku. f) John wrote Mary a letter, but later he tore it up

John menuliskan Mary sebuah surat, akan tetapi dikemudian hari dia menghilangkannya.

g) John wrote a letter to Mary, but later he tore it up.

John menulis sebuah surat untuk Mary, tapi kemudian dia menghilangkannya.

h) Bill kicked the bucket. The bucket was kicked by Bill. Bill menendang ember. Ember itu ditendang oleh Bill.

(14)

20 terdapat perbedaan. Perbedaan tersebut misalnya dilihat dari segi hubungan, penggunaan, dan fungsinya dalam suatu kalimat.

2.5.1 Definisi pola kalimat ~no kiwami

a. <~ わ > 上 く~ /最高 ~ 程度

極限 あ 表 話 手自身 気持 や人 様子・

状態 い 述べ 前件 感激・喜び・悲

・寂 ・羞恥・残念 感情 表 語 ほ 贅

沢・美・無・知・疲労・滑稽 語 来 (Nihongo

hyougen bunkei jiten, 2008:285)

<~No kiwami da > wa “ kono ue naku ~da/ saikō ni ~da” to, teido ga kyokugen de aru koto wo arawasu. Hanashite jishin no kimochi ya hito no yōsu jōtai nado ni tsuite noberu. Zenken ni wa,”kangeki, yorokobi, kanashimi, sabishisa, shūchi, zannen” nado, kanjō wo arawasu go no hoka,” zeitaku, bi, mu, chi, hirō kokkei “ nado no go

ga kuru.

(15)

21 kesunyian, perasaan malu, penyesalan, dan lain-lain, atau bahasa yang mulai menunjukkan "kemewahan, keindahan, ketiadaan, pengetahuan, keletihan, kelucuan", dan lain-lain.

b.「極 良く 悪く 極限 近い状態 いう 悲 や喜

び 感 情 表 現 使 う 多 い 。

(http://dictionary.goo.ne.jp/leaf/thsrs/14867/m0u/)

“Kiwami” wa yoku mo waruku mo kyokugen ni chikai jyoutai wo iu.

Kanashimi ya yorokobi nado no kanjyou arawasu ni tsukau koto ga ooi.

“Kiwami” adalah pola kalimat yang menjelaskan kondisi yang

hampir maksimum pada keadaan baik maupun buruk. Banyak digunakan untuk menunjukkan perasaan kesedihan, kegembiraan, dan lain-lain.

c. ~ 極 以上 ~ い いう う そ 程度

限 度 い い 状 態 表

(http://www.xgxwgy.cn/html/info262.html)

(16)

22 ~no kiwami bermakna “bukan hanya itu”, tetapi menunjukkan kondisi hingga batas akhir tingkatan tersebut.

Contoh Kalimat:

(1) 不慮 事故 わ 子 失 母親 悲嘆 極 あ

(Nihongo bunkei jiten, 1998:100)

Furyo no jiko de waga ko wo ushinatta hahaoya wa hitan no kiwami ni atta.

Ibu yang kehilangan anak karena kecelakaan yang tak disangka, (yang bersangkutan) merasa sangat sedih.

(2) 最後 賞者 関根警部補 あい 警察官

うえ い 誉 感激 極 (Sankei Shinbun,

2015)

Saigo ni jushō-sha wo daihyō shite, sekine keibuho ga aisatsu. “Keisatsukan toshite kono ue nai meiyo de kangeki no kiwami“.

Terakhir, sebagai perwakilan pemenang hadiah adalah salam dari letnan Sekine. Letnan Sekine meminta maaf dengan berkata, “Sebagai seorang polisi, saya sangat terharu dengan kehormatan

(17)

23 2.5.2 Definisi pola kalimat ~no itari

d. <~ 至 > < わ > 意味 ほ

慣用的 言い方 (Nihongo hyougen bunkei jiten, 2008:285)

<~ Noitari da> wa <no kiwami da> to imi wa onaji da ga, hotondo ga kanyō-tekina ii kata.

~no itari dan ~no kiwami memiliki arti sama namun, cara pengucapannya, nyaris berbeda.

e. ~ 至 限 詞 付い あ わ 最高

状態 いう意味 表 い挨拶言葉 使わ

非常 … あ 意味 次 う

行 く結果 意味 い あ

(Nihongo bunkei jiten, 1998:35)

~no itari wa kagirareta meishi ni tsuite, aru koto no kiwami, saikou no jyoutai to iu imi wo arawasu. Katai aisatsu kotoba toshite tsukaware, “ hijyouni…de aru” no imi to naru. Mata, tsugi no you

ni, “mono goto no iki tsuku kekka” no imi de mochi irareru koto mo

aru.

(18)

24 yang sulit diucapkan, dan menjadi bermakna “sangat”. Lalu, juga bermakna “hasil akhir segalanya”.

f. ~ 至 程度 激 い いう気持 表 慣用的

古い表現 (http://www.xgxwgy.cn/html/info262.html)

~ No itari wa teido ga totemo hageshī to iu kimochi wo arawasu.

Kanyō-tekina furui hyōgen.

~no itari menunjukkan perasaan dengan tingkatan yang sangat hebat. Secara kelaziman penggunaan ~no itari merupakan ungkapan lama.

Contoh Kalimat:

(1) いく メデ 様 報道 い 中 朝日

真 槍玉 上 あ 天 あ 認 い 証拠

朝日 栄 至 や う (J-cast, 2015)

Ikutsu ka no media mo dōyō no koto wo hōdō shite iru naka de, “Asahi” wo massakini yaridama ni ageru atari tenteki dearu to

mitomete iru shōko ka. Asahi to shite wa kōei no itari, shite yattari darou.

(19)

25 saran dan kritik lalu musuh abadi. Bukankah setelah melakukan, merasa sangat terhormat sebagai asahi.

(2) そ 若気 至 宅建 生 せ

(Rakumachi, 2014)

Soshite wakage no itari de totte shimatta takken mo ikaseru. Kemudian dengan sangat semangat (dia) memanfaatkan registrasi real- estate juga.

2.6 PENELITIAN SEJENIS

(20)

26 a. Perbedaan kata darake, mamire, dan zukume dari segi makna dalam

kalimat bahasa Jepang.

Darake berarti “berlumuran”, atau “penuh dengan~”, atau “dipenuhi oleh~”. Sama dengan darake, zukume berarti “penuh dengan~”, atau “dipenuhi oleh~” namun tidak menerangkan kuantitas dari suatu benda

melainkan lebih menjelaskan sifat yang mendominasi dari suatu benda. Sedangkan Mamire, berarti “berlumuran” dan menerangkan permukaan tubuh/benda yang dilekati sesuatu.

b. Dapat atau tidaknya kata darake, mamire, dan zukume saling menggantikan posisinya dalam suatu kalimat.

Kalimat yang mengandung kata mamire dapat digantikan/disubsitusi oleh kata darake, kecuali ungkapan yang merupakan kimeta kotoba seperti kane mamire (bergelimang uang). Namun kata mamire tidak dapat digantikan oleh zukume karena menerangkan konteks makna berbeda. Sedangkan zukume sama sekali tidak dapat menggantikan fungsi darake karena ruang lingkup zukume lebih sempit, yakni hanya untuk menerangkan kondisi/keadaan atau dominasi sifat dari suatu benda.

(21)
(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis pada penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Sesuai dengan penjabaran Sugiyono dalam Wasenha Putri (2013), bahwa metode deskriptif analisis merupakan metode penelitian dengan cara mengumpulkan data–data sesuai dengan yang sebenarnya kemudian data–data tersebut disusun, diolah dan dianalisis untuk dapat memberikan gambaran mengenai masalah yang ada.

Metode deskriptif analisis berfokus pada pendeskripsian, pembahasan, pengkritikan gagasan primer yang selanjutnya dikonfrontasikan dengan gagasan primer yang lain dalam upaya melakukan studi berupa perbandingan, hubungan, dan pengembangan model.

(23)

29 Alat bantu untuk menghimpun data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yakni data utama dan data tambahan. Data (kamera, video, koran) yang bersumber dari penutur aslinya disebut data utama. Sedangkan data tambahan ialah data yang berperan sebagai pendukung. Sebagai contoh, buku-buku yang mendukung dalam penelitian ini.

3.2 INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen pada penelitian ini adalah dengan menggunakan kartu data dan angket.

3.2.1 Kartu Data

Kartu data merupakan salah satu instrumen dalam bentuk tabel yang terdiri dari lajur dan kolom yang akan diisi oleh penulis. Instrumen ini dapat digunakan untuk menghimpun data yang berupa contoh-contoh kalimat yang digunakan oleh penutur asli dalam kehidupan sehari-hari (jitsurei). Data diperoleh dari media elektronik Jepang, seperti asahi shinbun digital, NHK online, dan sebagainya.

3.2.2 Angket

(24)

30 3.3 OBJEK PENELITIAN

Objek dalam penelitian ini adalah fungsi dan penggunaan pola kalimat ~no kiwami dan ~no itari pada kalimat-kalimat yang terdapat dalam media Jepang diantaranya adalah asahi shinbun digital, NHK online, Jcast, rakumachi, sankei shinbun, yomiuri shinbun, youtube, rakuten, HIS Japan, amazon, fuji tv.

3.4 TAHAP PENELITIAN 3.4.1 Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan penulis memilih dan mengumpulkan data mengenai pola kalimat ~no kiwami dan ~no itari. Kemudian mempelajari data dari berbagai sumber, baik itu melalui media cetak maupun internet mengenai pola kalimat ~no kiwami dan ~no itari. Kemudian mengumpulkan berbagai macam kalimat ~no kiwami dan ~no itari yang akan dijadikan objek penelitian. Tahap selanjutnya yaitu membuat angket yang berupa kalimat-kalimat yang mengandung pola kalimat ~no kiwami dan ~no itari.

3.4.2 Tahap Pelaksanaan

(25)

31 3.4.3 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data utama dan data tambahan. Data utama berupa media elektronik Jepang, yaitu: (1) Asahi Shinbun Digital, (2) NHK online, (3) Jcast, (4) Rakumachi, (5) Sankei Shinbun, (6) Yomiuri Shinbun, (7) Youtube, (8) Rakuten, (9) HIS Japan, (10) Amazon,(11) Fuji Tv. Sedangkan data tambahan yakni data pendukung dalam penelitian ini adalah buku-buku yang dianggap bisa menunjang dalam kelancaran penelitian yang penulis lakukan.

3.4.4 Teknik Pengumpulan Data a) Studi Pustaka

Karena penulis menggunakan metode penelitian deskriptif, maka penulis mengumpulkan objek yang akan diteliti serta data–data yang diperlukan untuk mendukung penelitian ini melalui studi kepustakaan.

(26)

32 b) Pengumpulan Data Angket

Selain melakukan studi kepustakaan, penulis juga mengumpulkan data dengan menggunakan angket sedangkan responden untuk angket tersebut adalah penutur asli bahasa Jepang yang tinggal di Jepang atau di Indonesia dengan minimal pendidikan sebagai mahasiswa atau pengajar bahasa Jepang. Pengisian angket dilakukan untuk menguatkan hasil penelitian mengenai pola kalimat ~no kiwami dan ~no itari di dalam bahasa Jepang. Sedangkan untuk penyebaran dan hasil pengisian angket dilakukan melalui media elektronik facebook dan e-mail

3.4.5 Teknik Analisis Data a) Data Utama

a. Mengumpulkan data penelitian yaitu kalimat yang berpola ~no kiwami dan ~no itari.

b. Mengelompokkan penggunaan pola kalimat ~no kiwami dan ~no itari.

c. Membuat pasangan kata yang dianalisis yakni pola kalimat ~no kiwami dan ~no itari.

d. Memaparkan struktur pola kalimat ~no kiwami dan ~no itari. e. Mendeskripsikan tentang fungsi dan penggunaan pola kalimat

~no kiwami dan ~no itari dengan cara menganalisis setiap kalimat ~no kiwami dan ~no itari.

(27)

33 b) Hasil Data Angket

a. Mengumpulkan hasil data angket dari semua responden. b. Menganalisis data satu persatu.

c. Menganalisis komentar dari responden yang tertera pada data angket di bagian akhir.

d. Menarik kesimpulan.

e. Data angket dilampirkan pada pembahasan

3.4.6 Tahap Penulisan Laporan

(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Setelah menganalisis data yang diperoleh, maka penulis dapat menarik kesimpulan mengenai fungsi dan makna ~no kiwami dan ~no itari serta subtitusi ~no itari dan ~no kiwami di dalam kalimat bahasa Jepang. Adapun hasil dari analisis yang telah penulis lakukan adalah sebagai berikut:

5.1.1 Fungsi dan Makna ~no kiwami dan ~no itari

Tabel 4. Fungsi dan struktur ~no kiwami dan ~no itari

Pola

(29)

83 kiwami

8. Adjektiva-i dinominakan yang menunjukkan perasaan + no kiwami 9. Adjektiva-na yang dibendakan dengan

dibubuhi sa yang menunjukkan keadaan + no kiwami

10. Adjektiva-na yang menunjukkan sifat + no kiwami

11. Adjektiva-na yang menunjukkan perasaan + no kiwami

12. Adjektiva-na yang menunjukkan keadaan + no kiwami

5. Adjektiva-na yang menunjukkan perasaan + no itari

(30)

84 Selain itu pada pola kalimat ~no itari, tidak dapat menggunakan kata benda yang konkret.

5.1.2 Subtitusi ~No itari dan ~No kiwami Di Dalam Kalimat Bahasa Jepang. Tabel 5. Substitusi ~no kiwami dan ~no itari

Dapat Saling Menggantikan Tidak Dapat Saling Menggantikan 1. Konteks menerangkan keadaan

dengan kata pembentuk abstrak 2. Konteks kalimat negatif yang

menarangkan perasaan

3. Konteks kalimat positif yang maksimal dengan kata pembentuk abstrak

1. Konteks menerangkan rasa dengan kata pembentuk konkret

2. Konteks menerangkan jumlah konkret suatu bilangan

3. Konteks kalimat positif yang menerangkan perasaan maksimal dari benda konkret

4. Konteks menerangkan suatu aktifitas 5. Konteks kalimat negatif dengan kata

pembentuk adjektiva-na

6. Konteks menerangkan suatu letak

(31)

85 wakage no itari, tidak dapat digantikan oleh ~no kiwami. Begitupun dengan washoku no kiwami, tidak bisa digantikan oleh ~no itari. Namun pada konteks kangeki no kiwami bisa digantikan oleh ~no itari.

Dapat atau tidaknya ~no kiwami dan ~no itari salaing menggantikan di dalam sebuah kalimat terjadi karena kata pembentuk yang memiliki karakter abstrak, konkret, yang menunjukkan sebuah aktifitas, perasaan, keadaan dan letak. Selain itu akan muncul perbedaan nuansa makna apabila pola kalimat tersebut saling menggantikan serta penilaian subjektif dari penutur asli yakni enam responden yang telah mengisi angket. Hal tersebut dapat terjadi karena perbedaan rasa bahasa setiap orang dan bahasa ibu masing–masing. Sehingga lazim tidaknya penggunaan ~no kiwami dan ~no itari yang responden ketahui dan gunakan tidak sama.

5.2 SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, lebih lanjut lagi penulis memberikan saran guna adanya perubahan ke arah yang lebih baik dan sebagai bahan evaluasi studi mahasiswa.

(32)

ANALISIS POLA KALIMAT ~NO KIWAMI DAN ~NO ITARI DALAM BAHASA JEPANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana Strata Satu Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Komputer Indonesia

Oleh: Niki Dwiyanti

63811009

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA

(33)

vi DAFTAR ISI

Halaman JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR...i ABSTRAK...iv DAFTAR ISI...vi DAFTAR TABEL...ix BAB I PENDAHULUAN ...1 1.1.Latar Belakang...1 1.2.Rumusan Masalah ...4 1.3 Batasan Masalah ...4 1.4 Tujuan Penelitian...5 1.5 Manfaat Peneliatian...5 1.6 Sistematika Penulisan...6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...8 2.1 Sintaksis... 8 2.2 Kalimat...9

(34)

vii

(35)

viii

4.2 Substitusi antara ~no kiwami dan ~no itari di dalam kalimat…...61 4.2.1 ~no kiwami dan ~no itari dapat saling menggantikan satu sama lain

di dalam kalimat...66 4.2.2 ~no kiwami dan ~no itari tidak dapat saling menggantikan satu sama

lain di dalam kalimat...73 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...82 5.1 Kesimpulan...82 5.2 Saran...85 DAFTAR PUSTAKA

SINOPSIS LAMPIRAN

(36)

DAFTAR PUSTAKA

1. Literature:

Chaer, Abdul.2007.Linguistik umum. Jakarta: Rineka Cipta.

___________.2013.Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta Dahidi, A. dan Sudjianto.2012. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta:

Kesaint Blanc.

Gumilar, Chandra. 2013. Analisis Penggunaan Amari, Bakarini dan Sei Sebagai Sinonim Yang Bermakna “Karena”.

Keraf, Gorys. 2005. DIKSI DAN GAYA BAHASA. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kodama Tokumi. 2004. Imi bunseki no taishou to hoho. Pdf Nihongo bunkei jiten. 1998: Kurushio.

Nihongo hyougen bunkei jiten. 2008: Ask.

Sutedi, Dedi. 2011. Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora. Sugiyono.2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

(37)

2. Sumber Kalimat:

Asahi shinbun digital. 2014. ~no itari.Tersedia pada link: www.asahi.com Di lihat pada: hari rabu 01 Oktober 2014.

Asahi shinbun digital. 2014. ~no kiwami.Tersedia pada link: www.asahi.com Di lihat pada: hari rabu 01 Oktober 2014.

Amazon. 2015. ~no kiwami. Tersedia pada link:

http://www.amazon.co.jp/%E5%8D%97%E3%81%AE%E6%A5%B5%E3

%81%BF%E5%A4%A9%E6%97%A5%E5%A1%A9500g/dp/B0015XNY

B8/ref=sr_1_2?ie=UTF8&qid=1429030436&sr=82&keywords=%E3%81

%AE%E6%A5%B5%E3%81%BF. Di lihat pada: 02 februari 2015.

Apan, Ahmad. Studi kepustakaan. Tersedia pada link: jbptunikompp-gdl-s1-2007-ahmadapand-5386-bab-i.doc. Dilihat pada: 03 Juli 2014.

Fuji Tv. 2015. ~no itari. Tersedia pada link:

http://blog.fujitv.co.jp/fujimura/index.html. Dilihat pada: 01 februari 2015.

Fukawa kinya. Imiron (semantics). Tersedia pada link: http://www2.dokkyo.ac.jp/~less0094/05%20semantics.pdf. Dilihat pada:19

Desember 2014.

Gakko chien. 日 语 一 级 文 法 理 篇 . 2 0 1 0 . T e r s e d i a p a d a l i n k :

(38)

Goo Jisho. 2015. kiwami. Tersedia pada link: http://dictionary.goo.ne.jp/leaf/thsrs/14867/m0u/. Dilihat pada: 01 februari

2015.

HIS Japan. 2015. ~no kiwami. Tersedia pada link: http://branch.hisj.com/01/116/recommended.html. Dilihat pada: 01 februari

2015.

J-cast. 2015. ~no itari. Tersedia pada link: http://www.j-cast.com/2015/02/05227188.html?ly=cm . Dilihat pada: 01 februari 2015.

NHK Online. 2015. ~no kiwami. Tersedia pada link: http://www9.nhk.or.jp/gatten/archives/P20070103.html. Dilihat pada: 01

februari 2015.

Rakumachi. 2015. ~no itari. Tersedia pada link: http://www.rakumachi.jp/news/archives/60993 . Dilihat pada: 01 februari 2015.

Rakuten. 2015. ~no kiwami. Tersedia pada link:

http://item.rakuten.co.jp/lowcalo/0278/#0278. Dilihat pada: 02 februari 2015.

Sankei nyuusu. 2015. kiwami. Tersedia pada link: http://www.sankei.com/region/news/150217/rgn1502170009-n1.html . Dilihat pada: 01 februari 2015.

Widhi, Sudharta. Metode Penelitian. Tersedia pada link: http://widisudharta.weebly.com/metode-penelitian-skripsi.html . Dilihat

(39)

Yomiuri Shinbun. 2015. ~no itari. Tersedia pada link: http://www.yomiuri.co.jp/it/report/20150209-OYT8T50110.html . Dilihat pada: 02 februari 2015.

Youtube. 2015. ~no kiwami. Tersedia pada link:

(40)

ANALISIS POLA KALIMAT ~NO KIWAMI DAN ~NO ITARI DALAM BAHASA JEPANG

Niki Dwiyanti

Abstrak

Salah satu kendala yang dihadapi oleh pembelajar bahasa Jepang ialah adanya pola kalimat yang bersinonim seperti ~no kiwami dan ~no itari. Pola kalimat tersebut sering digunakan oleh orang Jepang sebagai penutur aslinya, juga termasuk ke dalam salah satu pola kalimat di tingkat lanjut (N1). Referensi buku bahasa Jepang tingkat lanjut (N1) di Indonesia pun masih sangatlah sedikit. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian pola kalimat dan fungsi ~no kiwami dan ~no itari serta ingin mengetahui apakah bisa saling menggantikan atau tidak di dalam kalimat bahasa Jepang.

Maka dari itu, pada penelitian ini penulis menggunakan metode deskripstif analisis dan pendekatan kualitatif. Sedangkan teknik yang dilakukan dalam pengumpulan datanya ialah dengan melakukan studi pustaka dan mengadakan angket terhadap penutur aslinya, yakni orang Jepang. Angket tersebut berisi 40 contoh kalimat yang mengandung ~no kiwami dan ~no itari yang bersumber dari media massa Jepang, seperti NHK Online, Asahi shinbun, Yomiuri Shinbun, dan lain-lain.

Kata Kunci: Deskriptif Analisis, Sinonim, ~no kiwami, ~no itari

A. PENDAHULUAN

(41)

perasaan maksimal dari pembicara dan hampir sulit dibedakan penggunaanya. Misalnya;

(1) ~ 極 (No kiwami)

世 問う 意義 大 く感 い あ け 誤

内容 報道 痛恨 極 い (Asahi Shinbun

Digital, 2014)

Yo ni tou koto no igi wo ookiku kanjiteitamo no de aru dakeni, ayamatta naiyou no houdou to natta koto ha tsuukon no kiwami de gozaimasu.

Karena dia sangat merasakan tentang arti bertanya kepada publik, ketika mengetahui bahwa berita itu tidak benar, dia sangat menyesal.

(2) ~ 至 (No itari)

鈴木知事 い 思え う考え 若気 至 わび

会場 笑い 包 (Asahi Shinbun Digital, 2014)

Suzuki chiji ga [ima omoeba dou kangaetemo wakage no itari deshita] to wabiru to, kaijyou ha warai ni tsutsumareta.

Ketika gubernur Suzuki meminta maaf dengan berkata,”jika sekarang dipikir-pikir, saya sangat berjiwa muda”, banyak orang tertawa di tempat pertemuan itu.

(42)

mengetahui bagaimanakah fungsi dan penggunaan pola kalimat ~no kiwami dan ~no itari di dalam kalimat bahasa Jepang serta pada konteks seperti apakah pola kalimat ~no kiwami dan ~no itari dapat atau tidak dapat saling menggantikan.

Penulis meneliti fungsi dan penggunaan pola kalimat ~no kiwami dan ~no itari dari kalimat-kalimat yang mengandung kedua pola kalimat tersebut yang terdapat dalam NHK online, Rakuten, Youtube, HIS Japan, Asahi Shinbun Digital, Sankei Shinbun, Rakumachi, Amazon, Jcast, Fuji Tv, Yomiuri Shinbun. Penulis berharap agar dengan penelitian ini dapat berguna bagi orang lain supaya referensi N1 di Indonesia pun bertambah dan khususnya bagi penulis sendiri, agar lebih termotivasi lagi untuk meningkatkan kemampuan bahasa Jepang khususnya dari segi pola kalimat tingkat lanjut.

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis pada penelitian ini adalah metode deskriptif analisis serta menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2013:9), penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

B. TINJAUAN PUSTAKA SINTAKSIS

Nitta dalam Sutedi (2011:64) memaparkan bahwa kalimat yang mencakup jenis dan fungsi, unsur-unsur pembentuk, serta struktur dan makna merupakan bidang garapan sintaksis. Dengan demikian, objek garapan sintaksis mencakup struktur frasa, struktur klausa, struktur kalimat, ditambah dengan berbagai unsur lainnya.

KALIMAT

(43)

disampaikan dalam bentuk kalimat-kalimat. Kalimat tersebut dalam bahasa Jepang disebut dengan bun.

KELAS KATA BAHASA JEPANG

Motojiro dalam Dahidi dan Sudjianto (2012:149-182), mengklasifikasikan kelas kata menjadi 10 kelas kata, yakni (1) Doushi „kata kerja‟, (2) Keiyoushi „kata sifat yang berakhiran –i‟, (3) Keiyoudoshi „kata sifat yang berakhiran –na‟ , (4) Meishi „kata benda‟, (5) Rentaishi „pra kata benda‟, (6) Fukushi „kata keterangan‟, (7) Kandoushi „interjeksi‟, (8) Setsuzokushi „kata sambung‟, (9) Jodoushi „kata kerja kopula‟, (10) Joshi „kata bantu‟.

SEMANTIK

Sutedi (2011:131) memaparkan bahwa cakupan jishoteki-imi atau goiteki-imi (makna leksikal) dan bunpouteki-imi (makna gramatikal) termasuk ke dalam semantik atau imiron yaitu salah satu cabang linguistik atau gengogaku yang mengkaji tentang makna. Objek kajian semantik atau imiron meliputi, makna kata (go no imi), relasi makna (go no imi kankei), makna frasa (ku no imi), dan makna kalimat (bun no imi).

ANALISIS MAKNA

Setiap orang akan berbeda dalam menganalisis makna. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan Kodama (2004), bahwa fungsi dan makna sebuah kata atau kalimat dalam suatu bahasa akan beragam. Hal ini terjadi dikarenakan adanya beragam tafsiran makna serta tingkat keformalan suatu bahasa.

RUIGIGO

Dua buah kata atau lebih yang mempunyai salah satu imitokuchou yang sama, bisa dikatakan sebagai kata yang bersinonim (Sutedi, 2011:145).

C. PEMBAHASAN

(44)

1 “Benar-benar”

過去 12 年間 数々 食 科学 ッテン 新春一番初挑戦

テ マ 和食 極 寿司 (NHK Online, 2007)

本当 あ い 極 (Rakumachi, 2013)

~no kiwami pada kedua kalimat diatas memiliki makna “benar-benar” namun kata pembentuk sebelum ~no kiwami pada kalimat pertama adalah kata benda konkret yang menunjukkan sebuah “rasa”, sedangkan pada kalimat kedua yaitu kata sifat-i yang dinominakan dengan koto namun itu termasuk ke dalam kata benda abstrak yang menerangkan “perasaan”.

2 “Ter-“

雑炊 和 極 今 10食増量 計40食入 (Rakuten, 2010)

Pada konteks kalimat ini, ~no kiwami digunakan dalam sebuah iklan. Makna dari wa no kiwami diatas adalah “terbatas” sedangkan kata pembentuk ~no kiwami termasuk ke dalam kata benda konkret yang menerangkan jumlah. 3 “Batas”

五台目青学 vs 四天 宝 寺 B 練自得 極 vs 才気煥発 極

(youtube, 2010)

Pada konteks kalimat di atas, ~no kiwami berfungsi sebagai “batas”, yakni batas kemampuan seseorang yang menjadikan hal tersebut kemampuan tertingginya. Kata pembentuk sebelum ~no kiwami tersebut ialah kata benda. 4 “Tertinggi”

大掃除 馬鹿 極 放送 (youtube, 2014)

Kata pembentuk ~no kiwami di atas adalah kata sifat-na, ~no kiwami di

atas bermakna tertinggi, karena “kebodohan” meruapakan bodoh dengan tingkat

tertinggi.

(45)

特 岬 先端 あ スト ン イニン ン ッ

Fungsi ~no kiwami di atas adalah “sangat”, sedangkan kata pembentuknya sendiri yakni kata sifat-na menunjukkan sebuah kesia-siaan yang maksimal. 7 “Puncak”

そ 不便 極 飛行機 移動中 思う 米国 国内線

徐々 機内 イン ネット ア セス 環境 整い あ

う (HIS Japan, 2009)

Fungsi ~no kiwami pada konteks kalimat di atas adalah “puncak”, sedangkan kata pembentuknya ialah kata benda yang sebelumnya adalah kata sifat-na yang ditambah sa sehingga fungsi kata sifat-na tersebut berubah menjadi kata benda abstrak yang menerangkan suatu keadaan.

8 “Ujung”

南 極 天日塩 500g (Amazon, 2015)

Kata pembentuk ~no kiwami pada kalimat diatas adalah kata benda yang menerangkan letak sedangkan fungsi ~no kiwamiadalah “ujung”.

9 “Pucuk”

創業1 年 老舗 茶店 父 娘 自家 い煎 棒い 茶 極

目指 (NHK Online, 2014)

Fungsi ~no kiwami pada konteks kalimat di atas adalah “pucuk”. Bagian paling atas atau ujung dari sebuah the dinamakan pucuk. Sedangkan kata pembentuknya ialah kata benda konkret yang menerangkan “rasa”.

(46)

1 “Benar-benar”

僕自身 す く軽く考え い 何 か う 赤面 至

悪い をし (NHK Online, 2014)

Fungsi ~no itari di atas sama dengan ~no kiwami, yaitu “benar-benar”,

sedangkan kata pembentuknya ialah kata benda abstrak yang menunjukkan

perasaan yang timbul akibat penyebab sebelumnya.

2“Sangat”

鈴木知事 い 思え う考え 若気 至 わび

会場 笑い 包 (Asahi Shinbun Digital, 2014)

Kata wakage memang sering digunakan berpasangan dengan ~no itari. Namun maknanya tidaklah sama, tergantung konteks kalimat. Seperti konteks kalimat di atas maknanya menjadi “sangat” dan kata wakage sendiri adalah kata benda abstrak yang menunjukkan perasaan maksimal.

3 “Beranjak”

大 人 若 気 至 気 く い (Asahi

Shinbun Digital, 2013)

Meskipun menggunakan kata wakage, maknanya berbeda dengan kalimat di atas. Konteks kalimat di atas menunjukkan suatu proses yang hampir mencapai maksimal sehingga maknanya menjadi “beranjak”.

4 “Batas”

松本 ン事件 後 え ン い 母 心配 出掛け

止 若気 至 いい う (Fuji Tv, 2015)

Dalam konteks kalimat di atas, wakage no itari bermakna “batas pemuda”. Batas tersebut menunjukkan sesuatu yang paling tinggi.

5 “Puncak”

幸せな ご同慶 至 仕事し過ぎ 結婚も壊 もし な

(47)

Fungsi ~No itari di atas adalah “puncak”, sedangkan kata pembentuknya adalah kata benda abstrak yang menunjukkan perasaan. Perasaan gembira yang maksimal namun memiliki akibat/hasil negatif.

6“Gelora muda”

若気 至 怒 燃や 納税制度 恨 い

(Rakumachi, 2014)

Fungsi ~no itari di atas ialah “gelora muda”, karena biasanya anak muda melakukan sesuatu karena semangat berapi -api tanpa berpikir panjang.

7 “Kesembronoan”

長渕剛 '90紅 歌合戦 "若気 至 " 反省 (Youtube, 2014)

Fungsi ~no itari di atas hampir sama dengan kalimat sebelumnya, hanya kekuranghati-hatian atau keceroboan biasanya merupakan sifat khas anak muda sehingga maknanya ialah “kesembronoan” namun bernuansa negatif.

8 “Tertinggi”

そ 中 ゴール SABRE をい き 世界 ベ PR プ

ロ ェ ク 50 選 選 光 栄 至 す (Asahi Shinbun

Digital, 2014)

Kata koei sebagai kata pembentuk termasuk ke dalam kategori adjektiva-na yang menunjukkan perasaan. Pada konteks di atas makna ~no itari ialah sebuah kehormatan tertinggi yang sulit di ucapkan dengan kata-kata.

9“Tanda”

腐考 至 哀 い [電子書籍版] (Rakuten, 2013)

Kata kusakou no itari dapat diartikan “tanda keterpurukan”. Tanda sendiri meruapakan suatu isyarat atau gejala yang menunjukkan hasil akhir suatu diagnosa.

10 “Mendapat”

(48)

Kata keiga termasuk kata benda abstrak yang menunjukkan perasaan sedangkan fungsi ~no itari sendiri ialah “mendapat”. Hasil akhir tertinggi yang diperoleh akibat suatu peristiwa sebelumnya sehingga pembicara mendapat sesuatu.

2. Substitusi ~no kiwami dan ~no itari

Dapat atau tidak dapatnya ~no kiwami dan ~no itari saling menggantikan dilihat dari kata pembentuknya. ~no kiwami lebih luas penggunaan kata pembentuknya karena bisa menggunakan kata benda yang abstrak juga konkret. Selain itu, juga dapat menunjukkan suatu letak dan adjektiva-na. Sedangkan ~no itari lebih terbatas kata pembentuknya karena ~no itari dalam penggunaannya lebih sulit diungkapkan dibandingkan dengan ~no kiwami. Apabila pada suatu konteks kalimat dapat saling menggantikanpun, akan terjadi pergeseran makna seperti tingkat keformalannya dan nuansa positif juga negatifnya.

D. PENUTUP

Setelah menganalisis data yang diperoleh, maka penulis dapat menarik kesimpulan mengenai fungsi dan makna ~no kiwami dan ~no itari serta subtitusi ~no itari dan ~no kiwami di dalam kalimat bahasa Jepang. Adapun hasil dari analisis yang telah penulis lakukan adalah sebagai berikut:

Fungsi dan struktur ~no kiwami dan ~no itari

(49)

7. Puncak

7. Kata benda yang menunjukkan arah + no kiwami

8. Adjektiva-i dinominakan yang menunjukkan perasaan + no kiwami 9. Adjektiva-na yang dibendakan dengan

dibubuhi sa yang menunjukkan keadaan + no kiwami

10. Adjektiva-na yang menunjukkan sifat + no kiwami

11. Adjektiva-na yang menunjukkan perasaan + no kiwami

12. Adjektiva-na yang menunjukkan keadaan + no kiwami menunjukkan perasaan + no itari

(50)

9. Tanda 10. Mendapat

5. Adjektiva-na yang menunjukkan perasaan + no itari

Substitusi ~no kiwami dan ~no itari

Dapat Saling Menggantikan Tidak Dapat Saling Menggantikan 1. Konteks menerangkan keadaan

dengan kata pembentuk abstrak 2. Konteks kalimat negatif yang

menarangkan perasaan

3. Konteks kalimat positif yang maksimal dengan kata pembentuk abstrak

1. Konteks menerangkan rasa dengan kata pembentuk konkret

2. Konteks menerangkan jumlah konkret suatu bilangan

3. Konteks kalimat positif yang menerangkan perasaan maksimal dari benda konkret

4. Konteks menerangkan suatu aktifitas 5. Konteks kalimat negatif dengan kata

pembentuk adjektiva-na

6. Konteks menerangkan suatu letak

(51)

Dapat atau tidaknya ~no kiwami dan ~no itari salaing menggantikan di dalam sebuah kalimat terjadi karena kata pembentuk yang memiliki karakter abstrak, konkret, yang menunjukkan sebuah aktifitas, perasaan, keadaan dan letak. Selain itu akan muncul perbedaan nuansa makna apabila pola kalimat tersebut saling menggantikan serta penilaian subjektif dari penutur asli yakni enam responden yang telah mengisi angket. Hal tersebut dapat terjadi karena perbedaan rasa bahasa setiap orang dan bahasa ibu masing–masing. Sehingga lazim tidaknya penggunaan ~no kiwami dan ~no itari yang responden ketahui dan gunakan tidak sama.

E. DAFTAR RUJUKAN

Dahidi, A. dan Sudjianto.2012. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc.

Kodama Tokumi. 2004. Imi bunseki no taishou to hoho. Pdf

Sutedi, Dedi. 2011. Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora. Sugiyono.2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Asahi shinbun digital. 2014. ~no itari.Tersedia pada link: www.asahi.com Di lihat pada: hari rabu 01 Oktober 2014.

Asahi shinbun digital. 2014. ~no kiwami.Tersedia pada link: www.asahi.com Di lihat pada: hari rabu 01 Oktober 2014.

Amazon. 2015. ~no kiwami. Tersedia pada link:

http://www.amazon.co.jp/%E5%8D%97%E3%81%AE%E6%A5%B5%E3%81%B F%E5%A4%A9%E6%97%A5%E5%A1%A9500g/dp/B0015XNYB8/ref=sr_1_2?i e=UTF8&qid=1429030436&sr=82&keywords=%E3%81%AE%E6%A5%B5%E3 %81%BF. Di lihat pada: 02 februari 2015.

(52)

J-cast. 2015. ~no itari. Tersedia pada link: http://www.j-cast.com/2015/02/05227188.html?ly=cm . Dilihat pada: 01 februari 2015.

NHK Online. 2015. ~no kiwami. Tersedia pada link: http://www9.nhk.or.jp/gatten/archives/P20070103.html. Dilihat pada: 01 februari 2015.

Rakumachi. 2015. ~no itari. Tersedia pada link: http://www.rakumachi.jp/news/archives/60993 . Dilihat pada: 01 februari 2015.

Rakuten. 2015. ~no kiwami. Tersedia pada link: http://item.rakuten.co.jp/lowcalo/0278/#0278. Dilihat pada: 02 februari 2015.

Sankei nyuusu. 2015. kiwami. Tersedia pada link: http://www.sankei.com/region/news/150217/rgn1502170009-n1.html . Dilihat pada: 01 februari 2015.

Yomiuri Shinbun. 2015. ~no itari. Tersedia pada link: http://www.yomiuri.co.jp/it/report/20150209-OYT8T50110.html . Dilihat pada: 02 februari 2015.

(53)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Analisis Pola Kalimat ~No Kiwami dan ~No Itari Dalam Bahasa Jepang”. Skripsi ini disusun guna mendapatkan gelar sarjana pada

Program S1 Sastra Jepang di Universitas Komputer Indonesia.

Dalam proses penulisan skripsi ini, tentunya banyak kendala yang dihadapi serta dapat menghambat dalam proses penyelesaiannya. Namun syukur alhamdulillah berkat banyaknya bantuan baik berupa nasihat, saran, bimbingan, maupun do’a, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Moh. Tadjuddin, M.A selaku dekan Fakultas Sastra Universitas Komputer Indonesia.

2. Ibu Pitri Haryanti, M.Pd, selaku ketua Program Studi Sastra Jepang Universitas Komputer Indonesia dan sekaligus dosen wali yang senantiasa membantu dan membimbing penulis dalam perkuliahan serta menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di dalam maupun luar kampus.

(54)

ii

masukan, dan koreksi yang telah diberikan selama proses penulisan skripsi ini.

4. Bapak Jeni Putra, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing kedua yang selalu membantu dan membimbing dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih banyak atas saran, masukan, dan koreksi yang telah diberikan selama proses penulisan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Sastra Jepang Universitas Komputer Indonesia yang telah memberikan ilmu dan membantu penulis dalam berbagai kegiatan akademik, Ibu Pitri Haryanti, S.Pd, M.Pd, Bapak Soni Mulyawan Setiana, M.Pd, Ibu Riska Sri Rahmawati, S.S, M.Pd, Ibu Renariah, M.Hum, Ibu Fenny Febrianty, S.S, M.Pd, Bapak Jeni Putra, M.Pd, Drs Ahmad Dahidi, M.A, yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.

6. H. Adeng Kusdinar, S.E dan Hj. Ruyin selaku kedua orang tua penulis, yang selalu mencurahkan tenaga, mendo’akan dan memotivasi penulis

serta memberikan bantuan moril dan materil yang tidak akan penulis lupakan seumur hidup.

7. Keluarga tercinta, Hj. Uum Rukaesih, S.Pd, H. Tata Nata, SP, Tendra Kristian, ST, Arry Ginanjar, ST, Nilawati Andriani, SKM, Nelly Ferawati, S.S dan Nike Dwiyanti, S.Si yang selalu mendukung serta mendo’akan penulis.

(55)

iii

Terimakasih atas segala bantuannya selama empat tahun yang tak akan terlupakan ini.

9. Andi Abdul Jalil Amrin, yang telah menjadi tempat berkeluh kesah yang setia selama penulisan skripsi ini, serta dukungan, semangat dan pengalaman yang selalu diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

10. Abas Hidayat, M.Pd, yang telah memberikan saran, nasihat dan dukungan dalam penulisan skripsi ini.

11. Sekretariat Prodi Sastra Jepang Universitas Komputer Indonesia, mba Tyas yang selalu membantu penulis dalam proses administrasi perkuliah. 12. Semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun

tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga segala bantuan, dukungan, semangat serta do’a Bapak, Ibu, Saudara/i dan rekan-rekan mendapat ridho dari Allah SWT.

Bandung, Agustus 2015

(56)
(57)
(58)

Gambar

Tabel 4. Fungsi dan struktur ~no kiwami dan ~no itari
Tabel 5. Substitusi ~no kiwami dan ~no itari

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui : (1) kemampuan penguasaan pola kalimat bahasa Jepang siswa sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif round table,

Tetapi, kata itu tidak dapat digunakan dalam kalimat bila kata itu hanya muncul sendiri (tidak mempunyai makna jika muncul sendiri), biasanya, menambahkan arti pada kata di

[r]

(Sebetulnya saya mau juga mau bepergian sekali- kali…(tetapi saya tidak punya waktu).. Setelah melakukan analisis pada kalimat-kalimat bahasa Jepang yang mengandung

(www.alc.co.jp) Keishikimeishi koto pada kalimat tersebut menempel pada verba kau untuk menjelaskan perihal membeli. Keishikimeishi koto menempati fungsi predikat. Makna

Perbedaan antara BSu dan BSa pada data 1 adalah penyusunan kalimat, yang mana pada kalimat bahasa Indonesia terdiri dari tiga kalimat, sedangkan dalam

Jenis kalimat tanya ini merupakan bentuk negatif dari jenis yes/no question, sehingga jawaban yang diharapkan juga berupa pernyataan ya atau tidak.. 选择问句 (xuan ze wen ju)

Sedangkan, dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia posisi fungsi subjek selalu berada di awal kalimat, seperti terlihat dari pola kalimat majemuk BI yang menunjukkan pola S + P + Ket