• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGAWASAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN MOYUDAN KABUPATEN SLEMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGAWASAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN MOYUDAN KABUPATEN SLEMAN"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGAWASAN

PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN MOYUDAN

KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Disusun sebagai syarat mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh :

Nama: DEDY ISKANDAR NIM: 20110610122

FAKULTAS HUKUM

(2)
(3)

PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGAWASAN

PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN MOYUDAN

KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Disusun sebagai syarat mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh :

Nama: DEDY ISKANDAR NIM: 20110610122

FAKULTAS HUKUM

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN SKRIPSI Bissmillahirrohmanirrokhim

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Dedy Iskandar NIM : 20110610122

Judul Skripsi :PERAN PEMERINTAH DESA DALAM

PENGAWASAN PERLINDUNGAN LAHAN

PERTANIAN BERKELANJUTAN DI DESA

SUMBERAGUNG KECAMATAN MOYUDAN

KABUPATEN SLEMAN

(5)

MOTTO

Nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan“ (Q.S AR-Rahman)

“Jadikanlah Kesabaran sebagai jangkar dalam setiap badai cobaan” (Penulis)

“Hidup adalah perjuangan, maka seberat apapun harus kita jalani dan hadapi.

(6)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah dengan penuh syukur aku persembahkan karya kecilku ini untuk :

1. Allah SWT, Tuhan Semesta Alam yang telah memberiku kesempatan melihat dunia yang sangat indah

2. Mereka yang telah menunggu lama atas kelahiranku, yang selalu sabar membimbingku dan merindukan kesuksesanku, orangtua ku, Bapak Mashuri dan Ibu Mujiati.

3. Adikku tersayang yang selalu memotivasi dan terus memintaku agar cepet lulus, Dwi Ratnasari

(7)

Assalamualaikum wr.wb

Alkhamdulillahirobbil‟alamin, Puji syukur selalu terpanjatkan kehadirat Allah SWT atas semua rahmat dan Ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi yang berjudul “ PERAN PEMERINTAH DALAM PENGAWASAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN MOYUDAN KABUPATEN SLEMAN”. Selain sebagai satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum, Skripsi ini berawal dari kegelisahan masyarakat terhadap semakin berkurangnya lahan pertanian yang tersedia. Dalam kasus alihhfungsi tersebut butuh adanya pengawasan dan perlindungan hukum yang mampu mewujudkan keadilan, kepastian dan kemanfaatan bagia semua pihak.

Terselesaikannya skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu, penulis berterimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan andil atas terwujudnya karya ini. Izinkan pula dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada rang-orang yang telah menyemangati, mendukung serta memberikan ilmu banyak sekali dan pengalaman selama menempuh kuliah di Fakultas Hukum UMY. Penulis ucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Trisno Raharjo S.H, M.Hum, Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2. Bapak Beni Hidayat S.H., M.Hum , DPPH1, yang penuh inspirasi telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi.

3. Bapak Sunarno S.H., M.Hum, DPPH 2, yang telah dengan sabar ikhlas dalam memberikan pengarahan, bimbingan dan motivasi dalam penulisan skripsi.

(8)

5. Semua Karyawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah sabar dan ikhlas memberikan pelayanan dan ilmu kerja kepada mahasiswa.

6. Bapak Kepala Desa Suberagung dan Staff Desa Sumberagung, yang telah dengan terbuka memberikan informasi yang dibutuhkan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

7. Seseorang yang tiada hentinya memotivasiku, dan sudah saya anggap sebagai kakak ku sendiri Kang Sumarjo

8. Seseorang yang telah banyak memberikan motivasi tersendiri, Juni Hastutiningsih A,Md., Kep

9. Teman- teman OSKD , ANTIMO, AMOEK BOYS selama kuliah di UMY banyak memberikan warna dan sekligus menjadi keluarga kedua buatku. 10.Semua yang telah memberi amanah kepadaku

11.Almamaterku Fakultas Hukum UMY

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mohon saran dan kritik yang membangun untuk mengembangkan dan menyempurnakannya. Dengan penuh harapan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua puhak dan memberikan sumbangsih demi pelaksanaan hukum pengawasan yang lebih baik.

Wassalamu‟alaikum wr. Wb

Yogyakarta, 26 November 2016 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ...vii

DAFTAR ISI ... ix

ABSTRAK ... xii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 6

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Pengawasan ... 8

B. Tinjauan Tentang Desa dan Pemerintah Desa ... 12

1. Desa ... 12

2. Pemerintah Desa ... 15

(10)

2. Asas dan Tujuan Penataan Ruang ... 19

3. Telaah Kritis terhadap Undan- Undang Penataan Ruang... 20

D. Tinjauan tentang Lahan Pertanian ... 21

E. Tinjauan tentang Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Baik ... 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 30

B. Bahan dan Data Penelitian ... 30

C. Tekhnik dan Alat Pengmpulan Data ... 33

D. Tekhnik Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Pengaturan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di Desa Sumberagung Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman... 35

1. Gambaran Umum Desa Sumberagung ... 36

2. Pengaturan Pengawasan ... 43

B. Peran Pemerintah Desa Sumberagung dala Pengawasan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan 1. Praktek Pengawasan ... 48

2. Faktor-faktor yang Menghambat Pemerintah Desa Dalam Pengawasan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di desa Sumberagung... 56

(11)

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 1 ... 67

2. Gambar 2 ... 68

3. Gambar 3 ... 69

4. Gambar 4 ... 70

5. Gambar 5 ... 71

DAFTAR TABEL 1. Tabel 1 ... 38

2. Tabel 2 ... 40

3. Tabel 3 ... 49

4. Tabel 4 ... 51

5. Tabel 5 ... 53

(12)
(13)

ABSTRAK

PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGAWASAN

PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN MOYUDAN KABUPATEN

SLEMAN

Perkembangan zaman menuntut adanya kemajuan di segala bidang. Salah satu visi di Indonesia 20120 adalah terwujudnya masyarakat yang sejahtera. Indikator sejahtera antara lain ialah terwujudnya pengolahan dan pemanfaatan sumber daya alam yang adil, merata, ramah lingkungan dan berkelanjutan. Pemanfaatan Sumber Daya Alam tersebut dilaksanakan negara dengan menjalankan fungsi pembangunan dan mengaturnya dalam peraturan perundang-undangan. Saat ini pengalihfungsian lahan pertanian menjadi non pertanian semakin banyak dilakukan khususnya di Kabupaten Sleman. Karena hal tersebut, maka diperlukan pengawasan terhadap alihfungsi lahan pertanian agar lahan pertanian yang tersisa hingga saat ini akan tetap terjaga.

Namun demikian Pengawasan terhadap alihfungsi lahan pertanian menjadi on pertanian mengalami banyak masalah. Khususnya di tingkat Pemerintah Desa. Pemerintah Desa dalam kasus ini tidak di berikan kewenangan khusus terhadap pengawasan terebut. Padahal seharusnya Pemerintah Desa lah yang paling dekat dan tahu dengan keadaaan lahan pertanian disekitarnya. Hal ini menarik untuk dikaji dan dipertanyakan mengenai : (1) pengaturan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan, dan (2) peran pemerintah desa dalam pengawasan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan di desa Sumberagung Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman.

Skripsi ini merupakan penelitian hukum empiris. Penelitian empiris dilakukan dengan pencarian data melalui kuisionr dan wawancara langsung dengan responden untuk mengetahui pengawasan dilapangan. Persoalan yang di kaji memberikan kesimpulan yaitu : (1) Pengaturan pengawasan terhadap perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di Kabupaten Sleman, khususnya Desa Sumberagung mengacu pada Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dalam bentuk tindakan partisipatif berupa pengawasan. (2) Peran pemerintah desa dalam pengawasan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan di Desa Sumberagung Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman tidak begitu terlihat. Hal ini disebabkan karena desa tidak dilibatkan langsung dalam sistem pengawasannya. Desa hanya dilibatkan dalam hal administratif dan prosedur pengalihfungsian lahan, khususnya lahan pertanian pangan berkelanjutan. Pengawasan hanya sampai pelaporan ke Kantor Pengendalian Pertanahan Daerah dan tidak ada tindak lanjut pemberian sanksinya.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman menuntut adanya kemajuan di segala bidang. Sejak berdirinya, Indonesia telah mencanangkan tujuannya dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea IV, yaitu untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Indonesia sebagai welfare state,dalam memajukan kesejahteraan umum harus menyelaraskan pembangunan dengan pelestarian bumi dan sumber daya alam sebagaimana diperintahkan konstitusi dalam Pasal 33 ayat (3) yang menyatakan, “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Salah satu visi Indonesia 2020 adalah terwujudnya masyarakat yang sejahtera. Indikator sejahtera antara lain ialah terwujudnya pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang adil, merata, ramah lingkungan dan berkelanjutan.1Pemanfaatan sumber daya alam tersebut dilaksanakan negara dengan menjalankan fungsi pembangunan dan mengaturnya dalam peraturan perundang-undangan.

1

(15)

Pelaksanaan fungsi pembangunan dilakukan dengan membagi kewenangan pemerintahan.Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan absolut pemerintah pusat pada Pasal 10, yaitu meliputi politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama. Sementara itu, urusan pemerintahan konkuren, yakni urusan pemerintahan yang dibagi antara pemerintah pusat dan daerah provinsi dan daerah kabupaten/ kota, meliputi urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan. Pasal 12 ayat (3) menjelaskan macam urusan pemerintahan pilihan meliputi urusan kelautan dan perikanan; pariwisata; pertanian; kehutanan; energi dan sumber daya mineral; perdagangan; perindustrian; dan transmigrasi.

Salah satu urusan pemerintahan pilihan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah adalah urusan pertanian. Pertanian menjadi hal yang sangat vital dalam memenuhi hajat hidup masyarakat Indonesia. Makanan sebagai kebutuhan pokok manusia akan terus ada jika kegiatan pertanian masih ada. Kegiatan pertanian sangat bergantung pada sumber daya alam berupa lahan pertanian yang menjadi media pokok bertanam.

(16)

kesejahteraan rakyat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Lahan pertanian pangan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta semakin berkurang dikarenakan beralihnya fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian, sehingga dikhawatirkan pemerintah daerah kesulitan dalam mengupayakan terwujudnya kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan di daerah dalam rangka mendukung kebutuhan pangan nasional.

Kepala Seksi Pengendalian Lahan Air Dinas Pertanian DIY, Sigit Harjono, Jum'at (22/8/2014), menjelaskan bahwa Dinas Pertanian DIY mencatat lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi lahan non pertanian setiap tahun rata-rata mencapai 200 Hektar (Ha).2 Penyusutan lahan produktif pertanian paling pesat terjadi di Kabupaten Sleman, yang mencapai 40% per tahun.3

Luas wilayah Kabupaten Sleman ialah 574,82 km2(574.820.000 m2atau 57.482 ha). Berdasarkan penggunaannya dibedakan untuk pertanian dan non pertanian. Kegiatan pertanian meliputi area (sawah, lahan kering, perkebunan, hutan, dan badan air) yang biasanya dipergunakan untuk budidaya perikanan. Luas lahan pertanian dibandingkan dengan lahan non pertanian jauh lebih luas lahan pertaniannya, yaitu 27.638,4936 ha dengan 8.614,1619 ha sehingga Sleman menjadikabupaten penyangga beras bagi DIY. Seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk, bergesernya lahan pertanian

2

http://rri.co.id/yogyakarta/post/berita/98717/pangan/lahan_pertanian_di_diy_setiap_tahu n_beralih_fungsi_200_hektar.html diunduh Rabu, 8 April 2015 jam 2:48 WIB (22 Agustus2014).

3

(17)

menjadi lahan non pertaniantidak dapat dihindari. Pada tahun 2013, luas perubahan penggunaan lahan pertanian mencapai 8.668,2612 ha.4

Kecamatan Moyudan merupakan salah satu kecamatan di Sleman yang tidak luput dari alih fungsi lahan. Berdasarkan Lampiran Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi D.I.Y Tahun 2009-2029, Kecamatan Moyudan merupakan Kota Hirarki III di mana terletak pada jalan provinsi atau jalan kabupaten dan pada hakikatnya adalah sebagai penghubung antara daerah perkotaan dengan daerah perdesaan. Selain itu, dalam rencana pengembangan infrastruktur transportasi darat, Jalan Klangon-Tempel, yang melewati Kecamatan Moyudan, merupakan jalan kolektor primer D.I.Y. Oleh karena itu, penafsiran yang ada memungkinkan peralihan hak atas tanah dengan cara jual beli maupun cara lain di Kecamatan Moyudan, termasuk juga alih fungsi lahan pertanian, akan semakin banyak terjadi, mengingat merupakan jalan yang strategis.

Kecamatan Moyudan terdiri atas 4 (empat) desa yaitu Desa Sumberagung, Desa Sumbersari, Desa Sumberarum, dan Desa Sumberahayu. Desa Sumberagung merupakan desa yang memiliki banyak lahan subur untuk pertanian. Mayoritas masyarakat di Desa Sumberagung berprofesi sebagai petani. Namun demikian, seiring perkembangan wilayah, desa ini membutuhkan banyak lahan untuk pembangunan infrastruktur, terutama pertokoan dan perumahan. Untuk mendukung pembangunan, akan tetapi yang

4

(18)

sekaligus tetap menitikberatkan dalam menyiapkan ketersediaan pangan untuk anak cucu dan generasi mendatang melalui kegiatan pertanian, diperlukan suatu sistem pengawasan agar dapat melindungi eksistensi lahan pertanian.

Suyamto mendefinisikan bahwa pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak.5Pengawasan perlu dilakukan oleh aparat pemerintahan di Desa Sumberagung.Aparat pemerintahan yang paling bawah yang dekat dengan masyarakat ialah aparat pemerintah desa. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.6 Peran Pemerintah Desa Sumberagung sangat diperlukan untuk mendukung kelangsungan kesejahteraan pangan masyarakat di masa depan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENGAWASAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN MOYUDAN KABUPATEN SLEMAN.

5

Muchsan, 2007, Sistem Pengawasan terhadap Perbuatan Aparat Pemerintah dan Peradilan Tata Usaha Negara, Yogyakarta, Liberty, hlm. 37.

6

(19)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaturan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan di Desa Sumberagung Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman?

2. Bagaimana peran pemerintah desa dalam pengawasan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan di Desa Sumberagung Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengkaji dan memahami pengaturan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan di Desa Sumberagung Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman.

2. Mengetahui peran pemerintah desa dalam pengawasan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan di Desa Sumberagung Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman.

D. Manfaat Penelitian

(20)
(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Pengawasan

Pengawasan merupakan salah satu fungsi dasar manajemen. Pengawasan merupakan aspek penting untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), yakni untuk memastikan dapat berjalan atau tidaknya fungsi pemerintahan sebagaimana seharusnya. Dikaitkan dengan akuntabilitas publik, pengawasan merupakan cara menjaga legitimasi rakyat terhadap kinerja pemerintahan. Caranya dengan membentuk sistem pengawasan yang efektif, yakni berupa pengawasan intern (internal control) dan pengawasan ekstern (external control). Selain itu, pengawasan masyarakat perlu didorong agar good governance tersebut dapat terwujud.1

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan dan melaksanakan pengawasan, yakni:2

1. ”Agar pelaksanaan tugas umum pemerintahan dilakukan secara tertib berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta berdasarkan sendi-sendi kewajaran penyelenggaraan pemerintahan agar tercapai daya guna, hasil guna, dan tepat guna yang sebaik-baiknya.

1

Ahmad Fikri Hadin, 2013, Eksistensi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan di Era Otonomi Daerah, Yogyakarta, Genta Press, hlm. 21-22.

2

(22)

2. Agar pelaksanaan pembangunan dilakukan sesuai denganrencana dan program Pemerintah serta peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga tercapai sasaran yang ditetapkan.

3. Agar hasil-hasil pembangunan dapat dinilai seberapa jauh tercapai untuk memberi umpan balik berupa pendapat, kesimpulan, dan saran terhadap kebijaksanaan, perencanaan, pembinaan, dan pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan.

4. Agar sejauh mungkin mencegah terjadinya pemborosan, kebocoran, dan penyimpangan dalam penggunaan wewenang, tenaga, uang, dan perlengkapan milik negara, sehingga dapat terbina aparatur yang tertib, bersih, berwibawa, berhasil guna, dan berdaya guna.”

Menurut Phillipus Mandiri Hadjon, hubungan di antara tingkat-tingkat dalam pemerintahan harus dibedakan antara hubungan vertikal (pengawasan, konstrol, dsb.) dengan hubungan horisontal (perjanjian kerjasama di antara para pejabat yang berada pada tingkat yang sama). Alasan hubungan vertikal yang berupa pengawasan yang dilakukan oleh badan-badan pemerintah tingkat lebih tinggi terhadap badan yang lebih rendah adalah:3

a. “Koordinasi: mencegah atau mencari penyelesaian konflik/perselisihan kepentingan misalnya di antara kotapraja-kotapraja (sekarang kabupaten/kota);

3

(23)

b. Pengawasan kebijaksanaan: disesuaikannya kebijaksanaan dari aparat pemerintah yang lebih rendah terhadap yang lebih tinggi;

c. Pengawasan kualitas: kontrol atas kebolehan dan kualitas teknis pengambilan keputusan dan tindakan-tindakan aparat pemerintah yang lebih rendah;

d. Alasan-alasan keuangan: peningkatan kebijaksanaan yang tepat dan seimbang dari aparat pemerintah yang lebih rendah;

e. Perlindungan hak dan kepentingan warga: dalam situasi tertentu mungkin diperlukan suatu perlindungan khusus untuk kepentingan dari seorang warga.”

Bentuk-bentuk pengawasan dan kontrol yang dipaparkan Phillipus Mandiri Hadjon adalah sebagai berikut:

a. Pengawasan represif, yaitu pengawasan yang dilakukan kemudian; b. Pengawasan preventif, yaitu pengawasan yang dilakukan sebelumnya; c. Pengawasan yang positif;

d. Kewajiban untuk memberitahu; e. Konsultasi dan perundingan; f. Hak banding administratif;

g. Dinas-dinas pemerintah yang didekonsentrasi; h. Keuangan;

i. Perencanaan;

j. Pengangkatan untuk kepentingan pemerintah pusat.4

4

(24)

Tata usaha negara mengenakan sanksi-sanksi hanya mungkin apabila mengetahui adanya pelanggaran-pelanggaran nyata atas suatu peraturan perundang-undangan. Pengawasan merupakan syarat pengenaan sanksi. Pelaksanaan pengawasan telah mendukung penegakan hukum (handhaving). Pegawai pengawasan melalui penerangan (penyuluhan), anjuran (bujukan), peringatan, dan nasihat biasanya dapat mencegah suatu pelanggaran yang harus diberikan sanksi.5

Sujamto menjelaskan bahwa kekhususan pengawasan bidang pembangunan adalah pada objeknya. Objek menentukan standar atau tolok ukur pengawasan. Penentuan standar atau tolok ukur pengawasan merupakan satu dari empat kegiatan pokok-pokok mekanisme pengawasan. Mekanisme yang lain adalah pengamatan fakta di lapangan, perbandingan fakta hasil pengamatan dengan standar pengawasan, dan perumusan saran perbaikan dan pengembalian tindakan korektif.6

Ada beberapa karakteristik pengawasan yang efektif. Semakin terpenuhi kriteria-kriterianya, semakin efektif sistem pengawasannya. Adapun karakteristik tersebut adalah:7

a. Akurat. b. Tepat waktu.

c. Obyektif dan menyeluruh.

d. Terpusat pada titik-titik pengawasan strategik.

5

Ibid, hlm. 248. 6

Sujamto, 1994, Aspek-aspek Pengawasan di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, hlm. 77-82.

7

(25)

e. Realistik secara ekonomis. f. Realistik secara organisasional.

g. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi. h. Fleksibel.

i. Bersifat sebagai petunjuk dan operasional. j. Diterima para anggota organisasi.

B. Tinjauan tentang Desa dan Pemerintah Desa a. Desa

Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakathukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.8

Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memerhatikan asal usul desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Pembentukan desa dapat berupa penggabungan beberapa desa, ataubagian desa yang bersandingan, atau pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih, atau pembentukan desa di luar desa yang telah ada. Desa dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan berdasarkan prakarsa pemerintah desa bersama BPD dengan memerhatikan saran dan pendapat masyarakat

8

(26)

setempat. Desa yang berubah menjadi kelurahan, lurah dan perangkatnya diisi dari pegawai negeri sipil dan kekayaannya menjadi kekayaan daerah dan dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan untuk kepentingan masyarakat setempat. Dalam wilayah desa dapat dibagi atas dusun yang merupakan bagian wilayah kerja pemerintahan desa dan ditetapkan dengan peraturan desa. Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian dari perangkat daerah kabupaten/kota, dan desa bukan merupakan bagian dari perangkat daerah.Pemerintahan desa terdiri atas pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa.Pemerintah desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa.

Kewenangan desa khusus berhubungan dengan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa antara lain menetapkan peraturan desa, memilih pimpinan pemerintahan desa, memiliki kekayaan sendiri, menggali dan menetapkan sumbersumber pendapatan desa, menyelenggarakan gotong royong, dan lainlain. Penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi kewenangan desa didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa), bantuan pemerintah, dan bantuan pemerintah daerah.Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

(27)

1) Pendapatan asli desa, antara lain hasil usaha desa, hasil kekayaan desa (seperti tanah kas desa, pasar desa, bangunan desa), hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong.

2) Bagi hasil pajak daerah kabupaten/kota bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah.

3) Bantuan keuangan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan.

4) Hibah dan sumbangan dari pihak ke tiga yang tidak mengikat. APB Desa terdiri atas bagian pendapatan desa, belanja desa dan pembiayaan. Rancangan APB Desa dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. Kepala desa bersama BPD menetapkan APB Desasetiap tahun dengan peraturan desa

Kewenangan Desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa.9

Kewenangan Desa meliputi:10

a. kewenangan berdasarkan hak asal usul; b. kewenangan lokal berskala Desa;

c. kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan

9

Pasal 18 UU RI Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. 10

(28)

d. kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Pemerintaha Desa

Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakatsetempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.11 Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desasebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.12

Desa memiliki pemerintahan sendiri. Pemerintahan Desa terdiri atas Pemerintah Desa yang meliputi Kepala Desa dan Perangkat Desa) dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Sebagaimana telah di jelaskan dalam peraturan pemerintah thn 2005 ayat 6 yang berbunyi bahwa pemerintahan desa adalah penyelenggaran desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan NKRI. Dan selanjutnya dinyatakan dalam ayat (7) yang berbunyi: Badan Permusyawaratan Desa atau nama lain disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah Desa sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah.Pemerintah desa atau yang disebut namalain adalah kepala desa dan perangkat desa sebagai unsur penyelenggaran pemerintahan desa.

11

Pasal 1 angka 2 UU RI Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. 12

(29)

C.Tinjauan tentang Tata Ruang a. Pengertian

Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk hidup lain, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. Begitulah pengertian ruang yang diberikan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Selanjutnya, Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 327/KPTS/2002 tentang Penetapan Enam Pedoman Bidang Penataan Ruang menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah tempat manusia dan makhluk hidup lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya.

Ruang sebagai salah satu tempat untuk melangsungkan kehidupan manusia, juga sebagai sumber daya alam merupakan salah satu karunia Tuhan kepada bangsa Indonesia. Dengan demikian, ruang wilayah Indonesia merupakan suatu aset yang harus yang harus dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan bangsa Indonesia secara terkoordinasi, terpadu dan seefektif mungkin dengan memperhatikan faktor-faktor lain, seperti ekonomi, sosial, budaya, hankam, serta kelestarian lingkungan untuk mendorong terciptanya pembangunan nasional yang serasi dan seimbang.13

13

(30)

Sementara itu, Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Penataan Ruang di atas menyebutkan bahwa yang dimaksud tata ruang adalah wujud struktural dan pola ruang. Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat menerangkan bahwa:

“... wujud struktural pemanfaatan ruang adalah susunan unsur-unsur

pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial, lingkungan buatan yang secara hirarkis berhubungan satu dengan yang lainnya. Sedang yang dimaksud dengan pola pemanfaatan ruang meliputi pola lokasi, sebaran permukiman, tempat kerja, industri, pertanian, serta pola penggunaan tanah perkotaan dan pedesaan, di mana tata ruang tersebut adalah tata ruang yang direncanakan, sedangkan tata ruang yang tidak direncanakan adalah tata ruang yang terbentuk secara alami, seperti aliran sungai, gua, gunung dan lain-lain.”14

Sementara itu, menurut Pasal 1 angka 5 undang-undang tersebut, menjelaskan bahwa penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Sedangkan pada angka 14 pasal tersebut menyebutkan bahwa pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya.

B. Hestu Cipto Handoyo menyimpulkan bahwa ada indikasi hubungan yang erat antara pemanfaatan ruang dengan perencanaan tata

14

(31)

ruang, sebab harus mengetahui rencana tata ruang dahulu sebelum melakukan kegiatan pembangunan.15 Sementara itu, substansi hukum penataan ruang atau kebijakan penataan ruang kaitannya sangat erat dengan sistem perencanaan pembangunan nasional, alasannya adalah pada pemanfaatan ruang, penyusunan dan pelaksanaan program pembiayaannya merupakan strategi serta sebagai instrumen utama pemerintah untuk menciptakan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang, baik dalam wilayah nasional maupun wilayah daerah.16

Pasal 16 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1950 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) menyebutkan macam-macam hak atas tanah yang dapat dimiliki di Indonesia. Macam-macam hak atas tanah tersebut adalah hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak sewa, hak membuka tanah, hak memungut hasil hutan, dan hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut di atas yang akan ditetapkan dengan undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara sebagai yang disebutkan dalam Pasal 53. Pasal 53 UUPA menyebutkan bahwa yang dimaksud hak-hak yang bersifat sementara ialah hak gadai, hak usaha bagi hasil, hak menumpang dan hak sewa tanah.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa Pasal 16 UUPA tersebut mewajibkan pemerintah untuk menyusun rancangan umum mengenai persediaan, peruntukan, dan penggunan tanah untuk bermacam keperluan

15

B. Hestu Cipto Handoyo, Aspek-aspek Hukum Administrasi Negara dalam Penataan Ruang Suatu Kaji Ulang terhadap UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, Yogyakarta, Universitas Atma Jaya, 1995, hm. 51.

16

(32)

pembangunan. UUPA tidak memberikan penegasan arti dari tiga istilah tersebut. Namun demikian, tujuan dari rencana rancangan tersebut adalah hanya untuk mewujudkan cita-cita yang terkandung dalam Pasal 33 UUD 1945, yaitu demi menciptakan kemakmuran bagi rakyat Indonesia.17

b. Asas dan Tujuan Penataan Ruang

Herman Hermit menerangkan, sebagaimana halnya asas hukum yang paling utama adalah keadilan, maka arah dan kerangka pemikiran serta pendekatan-pendekatan dalam pengaturan (substansi peraturan perundang-undangan apa pun, termasuk Undang-Undang Penataan Ruang) wajib dijiwai oleh keadilan ini. Yang membedakan antara satu produk hukum dengan produk hukum lainnya dalam hal asas hukum yang universal ini, hanyalah materi, lingkup, kedalaman dan kerangka kerja (framework) saja.18

Ada 9 (sembilan) asas penyelenggaraan penataan ruang berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Penataan Ruang, yaitu asas keterpaduan; keserasian, keselarasan, dan keseimbangan; keberlanjutan;keberdayagunaan dan keberhasilgunaan; keterbukaan; kebersamaan dan kemitraan; pelindungan kepentingan umum; kepastian hukum dan keadilan; dan akuntabilitas. Menurut Herman Hermit, kesembilan asas tersebut pada intinya merupakan norma-norma yang ditetapkan untuk memayungi semua kaidah-kaidah

17

Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik, Op.Cit., hlm 41. 18

(33)

pengaturan penataan ruang (perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian tata ruang).19

c. Telaah Kritis terhadap Undang-Undang Penataan Ruang

Pasal 33 ayat (5) Undang-Undang Penataan Ruang mengamanatkan untuk mengatur lebih lanjut ketentuan mengenai penatagunaan tanah, penatagunaan air, penatagunaan udara, dan penatagunaan sumber daya lainnya dengan Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat menerangkan bahwa pasca otonomi daerah, permasalahan penataan ruang semakin bersifat multi sektoral. Kebijakan otonomi penataan ruang menjadi peluang dalam mempraktikkan penerapan tata ruang pada masalah-masalah lokal, keterlibatan publik secara nyata, dan untuk mulai menciptakan komitmen masyarakat madani pada permasalahan tata ruangsuatu peraturan pemerintah.20

Pemerintah pusat sering terlambat dalam mengikuti kompleksitas dinamika lokal sehingga mengakibatkan kegagalan dalam berbagai kasus penataan ruang di negara ini. Melakukan penataan ruang harus dilakukan secara sinergis antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Sinergi tersebut tidak lain ialah untuk dapat menjaga kesempatan melestarikan dan mengembangkan heterogenitas fungsi sumber

19

Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik, Op.Cit., hlm. 69.

20Afwit Freastoni, 2013, “Perizinan sebagai Instrumen Tanggung Jawab Negara dalam

(34)

daya alam dan pemulihan fungsi lingkungan. Ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Penataan Ruang ditelaah mereka sebagai berikut:

1) Tata ruang merupakan konsep dinamis, oleh karena dipengaruhi oleh kondisi sosial, ekonomi, dan budaya, serta teknologi, sehingga dalam pelaksanaannya tata ruang hendaknya memperhatikan kondisi-kondisi tersebut;

2) Dalam penerapan konsep tata ruang tidak bisa dilakukan secara kaku atau rigid, oleh sebab itu secara periodik membutuhkan revisi berdasarkan cakupan tentang alam dan perkembangan teknologi dalam membangun lingkungan buatan;

3) Dalam hal visi, pengendalian dengan memperhitungkan daya tampung dan daya dukung lingkungan tetap sebagai acuan normatif;

4) Dalam menentukan ketentuan sanksi, hendaknya memperhatikan ketentuan dari Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara, terkecuali jika suatu tindakan yang berkaitan dengan penataan terdapat tindakan yang mengandung unsur pidana.21

D. Tinjauan tentang Lahan Pertanian

Lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi sebagai suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah beserta segenap faktor yang mempengaruhi penggunaannya seperti iklim, relief, aspek geologi, dan hidrologi yang terbentuk secara alami maupun akibat pengaruh

21

(35)

manusia.22Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan istilah „lahan‟ berarti tanah terbuka, tanah garapan.Lahan diartikan sebagai suatu

tempat terbuka di permukaan bumi yang dimanfaatkan oleh manusia, misalnya untuk lahan pertanian, untuk membangun rumah, dan lain-lain.23

Konsideran huruf a Undang-Undang RI Nomor 41 tahun Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan menyebutkan bahwa lahan pertanian pangan merupakan bagian dari bumi sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang dikuasai oleh Negara dan dipergunakan utuk sebesar-besar kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sebagaimana diamanatkan dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan diselenggarakan dengan tujuan:24

a. melindungi kawasan dan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan; b. menjamin tersedianya lahan pertanian pangan secara berkelanjutan; c. mewujudkan kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan; d. melindungi kepemilikan lahan pertanian pangan milik petani;

e. meningkatkan kemakmuran serta kesejahteraan petani dan masyarakat; f. meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan petani;

g. meningkatkan penyediaan lapangan kerja bagi kehidupan yang layak;

22

Pasal 1 angka 1 UU RI Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

23

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta, Balai Pustaka, 2002.

24

(36)

h. mempertahankan keseimbangan ekologis; dan i. mewujudkan revitalisasi pertanian.

Pemerintah Daerah merencanakan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan dalam Peraturan Daerah tentang RPJPD, RPJMD dan RKPD. Rencana Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dilakukan terhadap:

a. kawasan pertanian pangan berkelanjutan; b. lahan pertanian pangan berkelanjutan; dan c. lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan.25

E.Tinjauan tentang Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, istilah asas berarti dasar (sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat); dasar cita-cita (perkumpulan atau organisasi); atau hukum dasar. Asas-asas umum pemerintahan yang baik biasa disebut dengan istilah „good governance‟, meskipun istilah tersebut memiliki beberapa arti, antara lain

sistem pemerintahan layak, tata pemerintahan yang baik dan berwibawa, serta pemerintahan yang baik.26World Bank mendeskripsikan good governance sebagai „the way state power is used in managing economic and social

resources for development and society‟. Sementara itu United Nation Development Program(UNDP) mendefinisikannya sebagai „the exercise of

(37)

political, economic, and administrative authority to manage a nation’s affair

at all levels‟.27

Hotma P. Sibuea, memaparkan bahwa: “... Fungsi asas-asas umum

pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah sebagai pedoman atau penuntun bagi pemerintah atau pejabat administrasi negara dalam rangka pemerintahan yang baik (good governance).”28Ahmad Sukardja menyebutkan bahwa good governance terdiri atas 4 (empat) unsur utama, yaitu akuntabilitas (accountability), kerangka hukum (rule of law), transparansi (transparency), dan keterbukaan (openness).29

Asas-asas umum pemerintahan yang baik meskipun hanya merupakan tendensi etik dan bukan merupakan norma hukum, tetap memiliki fungsi penting sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan. Asas-asas umum pemerintahan yang baik menjadi penuntun agar pemerintah dan pejabat administrasi negara tidak melakukan tindakan yang menimbulkan kerugian terhadap warga negara.30 Berdasarkan Pasal 53 ayat (2) Undang-UndangRI Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang-UndangRI Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, asas-asas umum pemerintahan yang baik dapat dijadikan alasan untuk mengajukan gugatan

27

Sedarmayanti, 2003, Good Governance (Kepemerintahan yang baik) dalam rangka Otonomi Daerah: Upaya Membangun Organisasi Efektif dan Efisien melalui Restrukturisasi dan Pemberdayaan, Bandung, Mandar Maju, hlm. 4., sebagaimana dikutip dalam Ibid.

28

Hotma. P. Sibuea, 2010,Asas Negara Hukum, Peraturan Kebijakan, dan Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik, Jakarta, Erlangga, hlm. 151.

29

Ahmad Sukardja, 2012, Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara dalam Perspektif Fikih Siyasah, Jakarta, Sinar Grafika, hlm. 241.

30

(38)

apabila orang atau badan hukum perdata merasa dirugikan kepentingannya oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara.

“Bahwa perumusan AAUPB beserta perincian asas-asasnya secara

lengkap memang tidak dikumpulkan dan dituangkan secara konkret dan formal dalam bentuk suatu peraturan perundang-undangan khusus tentang AAUPB sebab asas-asas yang bersangkutan justru merupakan kaidah hukum tidak tertulis sebagai pencerminan norma-norma etis berpemerintahan yang wajib diperhatikan dan dipatuhi di samping mendasarkan pada kaidah-kaidah hukum tertulis.”31

Asas-asas umum pemerintahan yang baik terdiri dari tiga belas asas, yaitu:32

1. Asas kepastian hukum (principle of legal security = rechtszekerheid beginsel);

2. Asas keseimbangan (principle of proportionality = evenredigheid beginsel);

(39)

5. Asas motivasi untuk setiap keputusan (principle of motivation = motiveringsbeginsel);

6. Asas jangan mencampuradukkan kewenangan (principle of non misuse of competence);

7. Asas permainan yang layak (principle of fair play);

8. Asas keadilan atau kewajaran (principle of ressonableness or prohibitation of arbitrariness-redelijkheids beginsel of verbod van willekeur);

9. Asas menanggapi pengharapan yang wajar (principle of metting raised expectation = begensil van opgewekte verwachtingen);

10. Asas meniadakan akibat-akibat suatu keputusan yang batal (principle of undoing the consequenses of an annuled decision = herstelbeginsel)

11. Asas perlindungan atas pandangan hidup (cara hidup) pribadi (principle of protecting the personal way of life);

12. Asas kebijaksanaan (sapientia);

13. Asas penyelenggaraan kepentingan umum (principle of public service).

Sementara itu, asas umum penyelenggaraan negara yang diatur dalam Pasal 20 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah sebagai berikut:

1. asas kepastian hukum;

(40)

4. asas keterbukaan; 5. asas proporsionalitas; 6. asas profesionalitas; 7. asas akuntabilitas; 8. asas efisiensi; dan 9. asas efektivitas.

Salah satu instrumen hukum yang kini digunakan dalam pembangunan Indonesia adalah Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang diundangkan pada tanggal 5 Oktober 2004. Sistem Perencanaan Pembanguanan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah.

Ada lima pendekatan dalam rangkaian perencanaan sesuai Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Pendekatan tersebut meliputi pendekatan politik, teknokratik, partisipatif, atas-bawah (top-down), dan pendekatan bawah atas (bottom-up). Sementara itu, dalam Pasal 2 ayat (3) dan penjelasannya undang-undang di atas, telah dipaparkan asas-asas umum penyelenggaraan negara, yaitu:

(41)

2. Asas tertib penyelenggaraan negara, yaitu asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan negara;

3. Asas kepentingan umum, yaitu asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif;

4. Asas keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara;

5. Asas proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban Penyelenggara Negara;

6. Asas profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

7. Asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(42)

dan hasil penelitian. Contoh asas-asas tersebut adalah asas amanah, asas tanggung jawab (al-mas-uliyyah), asas maslahat (al-mashlahah), dan asas pengawasan (al-muhasabah). Pengawasan terdiri atas pengawasan transendental muhasabah al-ilahiyah), pengawasan oleh pribadi (al-muhasabah al-syakhsyiyyah), dan pengawasan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan (al-muhasabah al-qomariyah).33

33

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris. Penelitian empiris dilakukan dengan pencarian data melalui kuisioner dan wawancara langsung dengan responden untuk mengetahui pengawasan di lapangan. Penelitian ini didukung dengan literatur-literatur yang terkait dengan masalah yang diteliti.

B. Data Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan data primer dan data sekunder yang diambil dengan dua cara, yaitu penelitian lapangan dan penelitian pustaka, dengan uraian sebagai berikut:

1. Data Sekunder, merupakan bahan penelitian yang diambil dari studi kepustakaan yang terdiri atas bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier, serta bahan non hukum.

a. Bahan hukum primer, merupakan bahan pustaka berupa peraturan perundang-undangan, antara lain:

1) UUD Negara RI Tahun 1945;

(44)

3) UU RI Nomor 41 tahun Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;

4) UU RI Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;

5) UU RI Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;

6) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;

7) Peraturan Daerah Provinsi Daerah IstimewaYogyakartaNomor 10 Tahun 2011 tentangPerlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;

8) Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 6 Tahun 2011 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Gedung;

9) Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 12 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sleman Tahun 2011-2031;

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer, digunakan untuk proses analisis, yaitu:

1) Buku-buku terkait.

2) Dokumen-dokumen terkait; 3) Makalah-makalah seminar terkait. 4) Jurnal-jurnal dan literatur terkait. c. Bahan hukum tersier

(45)

2) Kamus Bahasa Belanda. 3) Kamus Inggris-Indonesia. 4) Surat kabar harian dan online.

d. Bahan non hukum, yaitu berupa buku-buku ilmu administrasi negara, ilmu managemen, data statistik, dan dokumen non hukum lainnya yang terkait dengan penelitian ini.

2. Data Primer, merupakan data yangakan diperoleh dari studi lapangan melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan responden.

a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Desa Sumberagung Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman.

b. Responden dan Narasumber

Untuk menetapkan sampel, penelitimenggunakan metode non random sampling, yaitu suatu cara menentukan sampel dimana peneliti telah menentukan/menunjuk sendiri sampel dalam penelitiannya. Hal ini berarti bahwa sampel yang telah ditunjuk memiliki ciri-ciri karakteristik khusus sesuai dengan atau mengarah pada data yang dibutuhkan.1

Responden penelitian adalah sebagai berikut: 1) Kepala Desa Sumberagung;

2) Kepala Kantor Pengendalian Pertanahan Daerah (KPPD) Kabupaten Sleman;

1

(46)

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam karya ini dilakukan dengan studi pustaka dan wawancara.

1. Studi Pustaka

Mempelajari peraturan perundang-undangan yang berlaku, dokumen-dokumen, literatur-literatur, jurnal ilmiah, dansurat kabar yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

2. Wawancara

Mengadakan tanya-jawab secara langsung kepada responden penelitian berdasarkan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

D. Analisis Data

Analisis data akan dilakukan secara deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif, yaitu mengambil data-data yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti sehingga dapat diuraikan secara deskriptif, kualitatif, dan komprehensif, yaitu menggambarkan kenyataan yang berlaku dan masih ada kaitannya dengan aspek-aspek hukum yang berlaku.Peneliti akan menggunakan metode-metode analisis induktif untuk penelitian empiris ini.

(47)

primer dengan data sekunder dan di antara bahan-bahan hukum yang dikumpulkan.Peneliti melakukan editing, dengan maksud agar kelengkapan dan validitas data dan informasi terjamin.Peneliti mengklasifikasikan data secara sistematis, artinya semua data ditempatkan dalam kategori-kategori.2

2

(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Pengaturan Perlindungan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di Desa Sumberagung Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman

Lahan pertanian perlu dilindungi agar kehidupan anak cucu dan generasi mendatang dapat ditopang oleh ketersediaan pangan yang memadai. Kembali kepada hakikatnya bahwa pangan merupakan kebutuhan pokok manusia, maka masalah eksistensi lahan pertanian pangan merupakan hal yang serius untuk dibahas dan ditindaklanjuti.

Tujuan negara Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea IV menyebutkan, “pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.” Menurut Penjelasan Undang-Undang RI Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, salah satu bentuk perlindungan yang dimaksud konstitusi tersebut adalah terjaminnya hak atas pangan bagi segenap rakyat yang merupakan hak asasi manusia yang sangat fundamental sehingga menjadi tanggung jawab negara untuk memenuhinya. Pasal 28A dan 28C undang-undang dasar juga mengatur hal ini.Pengaturan mengenai perlindungan hak atas pangan ini sejalan dengan Article 25 Universal Declaration of Human Rights Juncto Article 11 International Covenant on Economic, Social, and Cultural Right (ICESCR).

(49)

berkurangnya lahan pertanian pangan di DIY. Tujuan pengaturan pada Pasal 33 Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945 juga akan terhambat mewujudkannya. Semakin berkurang lahan pertanian produktif, maka akan semakin berkurang peluang bagian bumi yang digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh sebab itu, perlu ada solusi agar lahan pertanian tetap eksis di samping perkembangan infrastruktur yang semakin pesat.Karena pertanian terkait hajat hidup orang banyak, solusi kebijakan yang diterapkan harus juga dimulai dari akar rumput.Pemerintahan yang paling dekat dengan akar rumput adalah pemerintahan desa.Melalui kebijakan yang selaras dengan visi mewujudkan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang adil, merata, ramah lingkungan dan berkelanjutan, pemerintah desa dapat menjadi ujung tombak perlindungan pertanian.

(50)

Desa Sumberagung terletak di wilayah Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman. GeografisLokasi ibu kota kecamatan Moyudan berada di Ngentak,Sumberagung pada 7.77306„ LS dan 110.25373„BTMoyudan adalah sebuah kecamatan di Propinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta Indonesia.Kecamatan Moyudan berada di sebelah Barat daya dari Ibukota Kabupaten Sleman.Jarak Ibukota Kecamatan ke Pusat Pemerintahan (Ibukota) Kabupaten Sleman adalah 16 Km.

2) Luas Wilayah

Desa Sumberagung mempunyai luas wilayah 820,0534 Hektar yang meliputi 21 padukuhan. Untuk lahan pertanian di Desa Sumberagung mempunyai luas 441, 8510 Hektar. Adapun pembagian luas lahan pertanian pada setiap padukuhannya dapat dilihat pada tabel berikut

Desa Sumberagung berbatasan dengan desa-desa dan wilayah Kecamatan disekitarnya meliputi :

Sebelah utara : Desa Sendangrejo, Kecamatan Minggir Sebelah timur : Desa Sidorejo, Kecamatan Godean

Sebelah selatan : Desa Sumberrahayu, Kecamatan Moyudan Sebelah barat : Desa Sumberarum, Kecamatan Moyudan

(51)

7.971 jiwa selebihnya usia nonproduktif berjumlah 4.646 jiwa. Sumberagung merupakan desa yang mempunyai jumlah penduduk paling banyak diantara desa-desa lainnya di Kecamatan Moyudan.Mata pencaharian penduduk Desa Sumberagung secara keselurahan cukup beragam terdiri dari beberapa jenis profesi. Adapun jumlah penduduk dengan mata pencahariannya dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 1. Mata Pencaharian Penduduk

No MataPencaharian/Pekerjaan Jumlah 1 Pegawai Negeri Sipil 1.848 jiwa

2 TNI dan POLRI 196 jiwa

3 Pegawai Swasta 516 jiwa

4 Petani 1.333 jiwa

5 Pertukangan 399 jiwa

6 Pensiunan 432 jiwa

7 Pedagang 356 jiwa

8 Lainnya 1.112 jiwa

Sumber: Monografi Desa Sumberagung 2014

(52)

hidupnya dengan bercocok tanam.Jumlah petani di kawasan ini cukup besar karena faktor dari Sumber Daya Alam (SDA) seperti luasnya lahan serta iklim dan cuaca yang sangat cocok untuk kegiatan bercocok tanam.

b. Pemerintah Desa 1) Struktur organisasi

Peraturan Desa Sumberagung Nomor 1 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa Sumberagung menjelaskan bahwa susunan organisasi dan tata kerja dibentuk untuk kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintahan desa dalam memberikan pelayanan penyelenggaraan pemerintahan kepada masyarakat. Sebelum adanya peraturan desa tersebut, aturan yang mengatur ialah Peraturan Desa Sumberagung Nomor 1 Tahun 2004 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa Sumberagung.

(53)

Tabel 2. Bagan Struktur Organisasi Pemerintah Desa Sumberagung

Desa Sumberagung terdiri atas 16 padukuhan, berikut nama-nama padukuhan bersama kepala dukuhnya:

1) Padukuhan Celungan : Sujarwo 2) PadukuhanKaliurang : Parjo 3) PadukuhanKruwet : Kasiyem

4) PadukuhanSumberan : Andiko Wibowo

5) PadukuhanNgento-ento : Yusup Wahyu Nuryanto 6) PadukuhanNulisan : Junaidi

7) PadukuhanPonggok : Mujono

8) PadukuhanKedungbanteng : Rudy Kuzaenal Hikmah

(54)

9) PadukuhanKaliduren 1 : Suparno 10)PadukuhanPendulan : Wagiharto

11) PadukuhanKaliduren 2 : Rahmad Purwanto 12) PadukuhanKaliduren 3 : Sardi

13) PadukuhanJowahan : Sudarmaji 14) PadukuhanKarang : Suhartomo 15) PadukuhanMergan : Eka Supriyatno 16) PadukuhanPajangan : Sunarto

Bagian yang berkaitan dengan pertanahan/ pertanian adalah Bagian Pemerintahan dan Bagian Pembangunan.Bagian Pemerintahan dan Bagian Pembangunan bertanggung jawab kepada Kepala Desa dan secara administratif melalui Sekretaris Desa. Pasal 9 Peraturan Desa Sumberagung Nomor 1 Tahun 2008 menyebutkan tugas Bagian Pemerintahan adalah membina ketentraman dan ketertiban masyarakat, melaksanakan administrasi kependudukan dan administrasi pertanahan. Penyusunan rencana kegiatan bagian pemerintahan; pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat; pelaksanaan administrasi kependudukan; pelaksanaan administrasi pertanahan; penyiapan bahan perumusan kebijakan bidang pemerintahan desa; dan penyusunan laporan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan merupakan fungsi Bagian Pemerintahan Desa Sumberagung yang tertuang dalam Pasal 10.

(55)

membina pembangunan desa serta pengelolaan sarana dan prasarana perekonomian masyarakat desa ini mempunyai fungsi sebagai berikut:

1) Penyusunan rencana kegiatan bagian pembangunan; 2) Pengembangan sarana dan prasarana perekonomian desa; 3) Pembinaan peningkatan penghasilan tanah-tanah milik desa; 4) Pembinaan pengembangan sumber-sumber pendapatan desa; 5) Penyiapan bahan perumusan kebijakan bidang pembangunan; dan 6) Penyusunan laporan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan bidang

pembangunan.

(56)

2. Pengaturan Pengawasan

Perlindungan tentang Lahan Pertanian pangan berkelanjutan berpedoman pada Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan .

Selain peraturan Daerah tersebut, pengaturan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan secara umum telah diatur dengan Undang-Undang No 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Di dalam Undang- Undang tersebut pada Bab IX pasal 56 ayat 1 tentang Pengawasan jelas disebutkan bahwa Pemerintah Desa ikut terlibat langsung dalam upaya Pengawasan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Keterlibatan atau peran Pemerintah Desa yang di maksud adalah dalam Pelaporan terhadap kinerja perencanaan dan penetapan, pengembangan,pembinaan dan pemanfaatan, serta pengendalian yang mana laporan itu disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten dalam bentuk laporan tahunan.

Selain itu, dalam Pasal 2 undang-undang tersebut menyebutkan ada 13 (tiga belas) asas penyelenggaraan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan, yaitu asas:

a. Manfaat;

b. Keberlanjutan dan konsisten; c. Keterpaduan;

(57)

f. Partisipatif; g. Keadilan;

h. Keserasian, keselarasan, dan keseimbanganan; i. Kelestarian lingkungan dan kearifan local; j. Desentralisasi;

k. Tanggung jawab negara; l. Keragaman; dan

m. Sosial dan budaya.

Penjelasan UU RI Nomor 41 Tahun 2009 menerangkan bahwa yang dimaksud asas manfaat adalah untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup rakyat, baik generasi kini maupun generasi masa depan. Sementara itu, asas keberlanjutan dan konsisten dimaksudkan bahwa perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan, fungsi, pemanfaatan, dan produktivitas lahannya dipertahankan secara konsisten dan lestari untuk menjamin terwujudnya kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional dengan memperhatikan generasi masa kini dan masa mendatang.

(58)

yang berkaitan dengan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan merupakan arti dari asas keterbukaan dan akuntabilitas.

Huruf e Pasal 1 menyebutkan tentang asas kebersamaan dan gotong royong.Asas ini bermakna bahwa perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan yang diselenggarakan secara bersama-sama baik antara Pemerintah, pemerintah daerah, pemilik lahan, petani, kelompok tani, dan dunia usaha untuk meningkatkan kesejahteraan petani.Selanjutnya, asas partisipatif bermakna harus melibatkan masyarakat dalam perencanaan, pembiayaan, dan pengawasan pada setiap upaya perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan.

(59)

Sebagai negara kesatuan yang terdapat pembagian wilayah pemerintahan, maka sudah seharusnya dalam perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan ini menggunakan asas desentralisasi.Perlindungan yang diselenggarakan di daerah harus dengan memperhatikan kemampuan maksimum daerah.Selanjutnya sesuai huruf k, perlidungan lahan pertanian pangan berkelanjutan ini mewajibkan peran yang kuat dan tanggung jawab negara teradap keseluruhan aspek pengelolaan.Terkait asas keragaman, perlindungan lahan harus memperhatikan keanekaragaman pangan pokok di seluruh Indonesia, misalnya padi, jagung, sagu, dan abu kayu.

Asas terakhir yang diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang Pelindungan Lahan Pertanian Lahan Berkelanjutan adalah asas sosial dan budaya. Perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan diharapkan akan memperhatikan fungsi sosial lahan dan pemanfaatan lahan sesuai budaya yang bersifat spesifik lokasi dan kearifan lokal misalnya jagung sebagai makanan pokok penduduk Pulau Madura dan sagu sebagai makanan pokok penduduk Kepulauan Maluku.

(60)

Terjadinya perubahan penggunaan lahan dapat disebabkan karena adanya perubahan rencana tata ruang wilayah, adanya kebijaksanaan arah pembangunan dan karena mekanisme pasar.Pada masa lampau yang terjadi adalah lebih banyak karena dua hal yang terakhir, karena kurangnya pengertian masyarakat maupun aparat pemerintah mengenai tata ruang wilayah, atau rencana tata ruang wilayah yang sulit diwujudkan.

Semetara itu mekanisme kerja perlindungan lahan pertanian di tingkat kabupaten Sleman sendiri sudah menjalankan sesuai dengan surat edaran Menteri Dalam Negeri tanggal 29 oktober 1984 nomor 590/11108/SJ tentang perubahan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian. Yaitu tentang prosedur dan alur

1. Prosedur perubahan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian a. Mengisi blangko permohonan.

b. Pendaftaran permohonan dilampiri persyaratan-persyaratan. c. Pemberitahuan rapat koordinasi dan peninjauan lapangan. d. Proses penerbitan surat keputusan.

e. Pemberitahuan surat keputusan. f. Pengambilan surat keputusan.

2. Pemberian izin perubahan penggunaan tanah pertanian ke non pertanian dan waktu pemberian izin perubahan penggunaan tanah.

(61)

berkas permohonan diterima lengkap. Izin perubahan penggunaan tanah adalah izin penggunaan tanah yang wajib dimiliki orang pribadi yang akan mengubah penggunaan tanah pertanian menjadi non pertanian guna pembangunan rumah tempat tinggal pribadi atau perseorangan

B. Peran Pemerintah Desa Sumberagung dalam Pengawasan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

1. Praktik Pengawasan

Indonesia merupakan negara hukum kesejahteraan (welfare state). Dengan demikian, Indonesia harus dapat melaksanakan kehidupan kenegaraan berlandaskan hukum serta turut campur dalam mewujudkan kesejahteraan rakyatnya.

Tahapan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah desa meliputi:

a. Observasi/pengamatan

(62)

Tabel 3 . Pembagian Luas Lahan Desa Sumberagung No Padukuhan Luas Lahan Keteangan

(63)

21 Gedongan 10,0 Ha Persawahan padi dan pemukiman Sumber: Monografi Desa Sumberagung tahun 2014

Observasi sangatlah penting karena dari observasi tersebut dapat diketahui apakah terdapat pelanggaran-pelanggaran atau tidak. Observasi yang dilakukan oleh pemerintah desa dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya dengan laporan dari aparat pemerintah desa yang melihat adanya pelanggaran-pelanggaran saat perjalanan dinas, berang dan pulang kerja. Karena aparatur negara ruang lingkup domisili hanya di kawasan desa yang di naungi.

b. Pelaporan kepada KPPD

Pelaporan kepada KPPD adalah sebagai tindak lanjut terhadap hasil observasi yang dilakukan oleh pemerintah desa. Apabila dalam observasi diketemukan bahwa terdapat Lahan Pertanian yang tidak dapat didirikan bangunan, tetapi terdapat bangunan yang sudah berdiri kokoh maka pihak pemdes melakukakn laporan kepada KPPD ( Kantor Pengendalian Pertanahan Daerah). Karena KPPD merupakan satu-satunya Dinas yang selama ini masih berwenang dalam penanganan dalam hal pertanahan sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsinya.

Pengurangan tanah dari tahun ke tahun terus terjadi.Berikut tabel

luas lahan di Desa Sumberagung, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman

(64)

Tabel 4.Luas Lahan Sawah Desa Sumberagung Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman dari tahun 1990 s/d 2015

No Tahun Luas Lahan *) Keterangan

1 Tahun 1990 1000 m2 Berkurang

2 Tahun 1991 400 m2 Berkurang

3 Tahun 1992 800 m2 Berkurang

4 Tahun 1993 1000 m2 Berkurang

5 Tahun 1994 1500 m2 Berkurang

6 Tahun 1995 500 m2 Berkurang

7 Tahun 199 6 200 m2 Berkurang

8 Tahun 1997 500 m2 Berkurang

9 Tahun 1998 1000 m2 Berkurang

10 Tahun 1999 1000 m2 Berkurang

11 Tahun 2000 300 m2 Berkurang

12 Tahun 2001 400 m2 Berkurang

13 Tahun 2002 500 m2 Berkurang

14 Tahun 2003 1000 m2 Berkurang

15 Tahun 2004 500 m2 Berkurang

16 Tahun 2005 1000 m2 Berkurang

17 Tahun 2006 2000 m2 Berkurang

18 Tahun 2007 2000 m2 Berkurang

19 Tahun 2008 500 m2 Berkurang

(65)

21 Tahun 2010 500 m2 Berkurang

22 Tahun 2011 1000 m2 Berkurang

23 Tahun 2012 1000 m2 Berkurang

24 Tahun 2013 1000 m2 Berkurang

25 Tahun 2014 500 m2 Berkurang

26 Tahun 2015 1000 m2 Berkurang

Sumber : Kaur Pemerintahan Desa Sumberagung tahun 2015 Keterangan :*) perhitungan berdasarkan pembulatan di setiap tahun

Dalam kurung waktu 26 tahun, pengurangan lahan pertanian atau

alihfungsi lahan pertanian di desa Sumberagung Kecamatan Moyudan

Kabupaten Sleman dapat di simpulkan bahawa jumlah alihfungsi lahan

disetiap tahunnya kurang lebih 1000 m2 .

Sementara itu mengenai pelaporan kepada KPPD kab Sleman,

pihak pemerintah desa telah melaporkan kepada KPPD kab Sleman di

setiap rapat tahunan dengan KPPD yaitu dengan cara mengisi formulir

yang telah di sediakan oleh KPPD dalam rapat, yang selanjutnya akan di

lakukan peninjauan oleh KPPD terhadap alih fungsi lahan pertanian yang

di laporkan.

Secara menyeluruh di seluhuh Kabupaten Sleman pengurangan

lahan pertanian menunjukan pertambahan yang cukup signifikan. Berikut

tabel luas lahan pertanian produktif di Sleman yang menunjukan

Gambar

Tabel 1. Mata Pencaharian Penduduk
Tabel 2.  Bagan Struktur Organisasi Pemerintah Desa Sumberagung
Tabel 3 . Pembagian Luas Lahan Desa Sumberagung
tabel luas lahan pertanian produktif di Sleman yang menunjukan
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Menjaga dan menaikkan daya guna dari mesin, sambil menurunkan ongkos buruh langsung perunit output yang diperlukan sekurang- kurangnya untuk dapat dibelikan

Hasil uji hubungan dengan Chi square menunjukkan hasil signifikansi sebesar 0,000 (p value < 0,05) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima, dimana dapat

1. Praktik Pengalaman Lapangan adalah semua kegiatan intra kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

Akad murabahah berupa produk pembiayaan dan wadiah adalah akad titipan nasabah dalam tabungan, sedangkan akad asuransi menggunakan akad yang secara tidak langsung terikat dalam

dilakukan dalam melakukan Hypno- breastfeeding adalah mempersiapkan secara menyeluruh tubuh, pikiran dan jiwa. agar proses pemberian ASI

Total arus yang memasuki suatu titik percabangan pada rangkain listrik sama dengan total arus yang keluar dari titik percabangan

Pengadaan bahan baku, jika melihat kinerja penjamin mutu, merupakan tanggung jawab dari quality control, yaitu pada bagian produksi. Baik atau buruknya bahan baku

Parameter kualitas air yang penting di sekitar keramba jaring apung di Danau Maninjau telah menunjukkan kadar yang tidak mendukung untuk kehidupan ikan di dalam