• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis dan Eksperimen Tekuk Kolam Ganda Konstruksi Kayu Panggoh Dengan Klos dan Sambungan Baut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis dan Eksperimen Tekuk Kolam Ganda Konstruksi Kayu Panggoh Dengan Klos dan Sambungan Baut"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA DAN EKSPERIMENTAL TEKUK KOLOM GANDA KONSTRUKSI KAYU PANGGOH DENGAN KLOS DAN SAMBUNGAN BAUT

(EKSPERIMENTAL)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi dan memenuhi syarat untuk menempuh ujian

Sarjana Teknik Sipil

WILLIAM ARTHUR Y BANGUN 08 0404 162

BIDANG STUDI STRUKTUR

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

(2)

William Arthur Yehezki Bangun : Analisa dan Eksperimental Tekuk Kolom Ganda Konstruksi Kayu LEMBAR PENGESAHAN

ANALISA DAN EKSPERIMENTAL TEKUK KOLOM GANDA KONSTRUKSI KAYU PANGGOH DENGAN KLOS DAN SAMBUNGAN BAUT

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat dalam menempuh Colloqium Doctum / Ujian Sarjana Teknik Sipil

Dikerjakan oleh:

(3)

William Arthur Yehezki Bangun : Analisa dan Eksperimental Tekuk Kolom Ganda Konstruksi Kayu

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Bapa dan anaknya yang tunggal

Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kasih dan berkat-Nya hingga terselesainya tugas

akhir ini dengan judul “Analisa dan Eksperimental Tekuk Kolom Ganda Konstruksi

Kayu Panggoh Dengan Klos dan Sambungan Baut”.

Penulisan tugas akhir disusun untuk diajukan sebagai syarat yang harus dipenuhi

untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik Sipil pada Fakultas Teknik, Universitas Sumatera

Utara. Penulis berharap tugas akhir ini dapat membantu dan mendorong mahasiswa/i maupun

pembaca yang ingin melakukan penelitian mengenai tekuk kayu maupun teknik

pengembangannya.

Dengan rendah hati penulis mohon maaf jika dalam penulisan tugas akhir ini masih

terdapat kekurangan dalam penulisan maupun perhitungan. Penulis sangat mengharapkan

ketersedian para pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang membangun dalam

penyempurnaan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai

pihak, tugas akhir ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih, penulis

ucapan kepada:

1. Allah Bapa yang sangat baik, yang sudah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menikmati setiap perkuliahan hingga selesai.

2. Bapak Ir. Besman Surbakti, MT selaku dosen pembimbing yang telah bersedia

memberikan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan memberikan saran

(4)

William Arthur Yehezki Bangun : Analisa dan Eksperimental Tekuk Kolom Ganda Konstruksi Kayu 3. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku ketua Departemen Teknik Sipil Fakultas

Teknik USU.

4. Bapak Ir. Syahrizal, MT selaku sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik

USU.

5. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan dan Bapak M. Agung Putra Handana, ST, MT,

selaku dosen pembanding yang telah memberikan kritikan, saran, dan nasehat yang

membangun.

6. Bapak/ Ibu Dosen Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil USU.

7. Kepada Pegawai administrasi dan pegawai-pegawai lainnya dalam Jurusan Teknik Sipil

USU.

8. Kepada pegawai dan asisten dari Laboratorium Departemen Teknik Mesin Politeknik

Medan.

9. Untuk keluargaku tercinta, terutama kepada kedua orangtua penulis Bapak Persediaan

Bangun dan Ibu Muly Kata Sebayang yang selalu memberikan dukungan, motivasi,

semangat, nasehat, doa, dan materi. Tanpa dukungan mereka saya tidak dapat

menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.

10. Kepada kakak Shelviana Oktoviani Bangun dan abang Bastrand Natanael Bangun

tersayang, yang mendukung dalam penyelesaian tugas akhir ini.

11. Kepada almarhum Nenek Biring yang tidak hentinya memberikan dukungan dalam doa

semasa hidupnya kepada penulis.

12. Kepada istri Lisbeth Berliana Sitanggang br. Sebayang dan anak saya Rafael Kiras

Bangun. yang telah mendukung, mendoakan, dan memberi semangat pada penulis dalam

(5)

William Arthur Yehezki Bangun : Analisa dan Eksperimental Tekuk Kolom Ganda Konstruksi Kayu 13. Sahabat-sahabat angkatan 2008 terkhusus Mutiara S. Sinulingga, Junmiflin Sihite, Arvan

P. Siagian, Asrilchan J. Sihotang, Samuel F. Pardede, Boy C. Ginting, Andreanus M.

Tambunan, Rivayando Sinaga, adik angkatan 2009, adik angkatan 2010,

adik-adik angkatan 2011 terkhusus Candra Hutagaol dan Ari Pinem.

Akhir kata, penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca

pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Medan, Januari 2014

(6)

William Arthur Yehezki Bangun : Analisa dan Eksperimental Tekuk Kolom Ganda Konstruksi Kayu ANALISA DAN EKSPERIMENTAL TEKUK KOLOM GANDA KONSTRUKSI

KAYU PANGGOH DENGAN KLOS DAN SAMBUNGAN BAUT (EKSPERIMENTAL)

ABSTRAK

Penelitian ini mengenai kolom ganda konstruksi kayu panggoh dengan klos dan sambungan baut. Kayu panggoh merupakan nama lain untuk teras kayu dari pohon aren (Arenga pinnata) di wilayah Sumatera Utara, khususnya pada Kabupaten Karo. Dalam pengujian ini kayu panggoh ganda dari aren dengan klos yang disambung dengan baut diberi perletakan sendi-sendi dan diberikan pembebanan secara aksial pada kedua ujungnya.

Perencanaan kolom ganda dengan klos yang disambung dengan baut direncanakan dengan metode kuat elastis, kuat kritis, dan kuat batas (ultimate strength design). Ukuran penampang kayu utama yang digunakan yaitu 2 x (3 cm x 6 cm), untuk penampang klos berukuran 3 cm x 6 cm, dan menggunakan baut ½ inci sebagai penyambungnya. Kolom ganda dibuat 1 sampel yang dirancang dengan metode ultimate dengan panjang bentang 2 m. Hasil pengujian pada laboratorium diperoleh beban runtuh 12.000 ton dengan = 333,333 kg/cm2 dan secara teoritis beban runtuh menurut SNI 2002 adalah 6.864,9202 ton dengan = 794,748 kg/cm2. Beban elastis yang diperoleh dalam pengujian adalah 8.000 ton dengan = 222,222 kg/cm2 dan secara teoritis beban elastis menurut PKKI 1961 adalah 4.893,199 ton dengan = 353,221 kg/cm2. Beban kritis yang diperoleh dalam pengujian adalah 10.000 ton dengan = 277,778 kg/cm2 dan secara teoritis beban elastis menurut PKKI 1961 adalah

5.533,6096 ton dengan = 153,7165 kg/cm2

. Nilai perbandingan hasil penelitian dan teoritisnya sebesar 1,7480. Dari hasil pengamatan tidak terjadi keretakan pada sambungannya, hal ini menunjukkan pada titik penyambung cukup kuat dalam menahan beban aksial yang diberikan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran perbandingan kuat tekuk kolom ganda kayu panggoh dengan klos dan sambungan baut. Dari hasil penelitian ini diharapkan kolom ganda kayu panggoh dengan klos dan sambungan baut dapat digunakan sebagai bahan alternatif konstruksi bangunan sederhana, terutama pada konstruksi rumah yang intensitas gempanya sedang maupun tinggi. Harga pembuatan yang relatif murah dan jumlah sumber dayanya yang cukup banyak merupakan faktor lain yang dapat diperhitungkan untuk konstruksi alternatif ini.

(7)

William Arthur Yehezki Bangun : Analisa dan Eksperimental Tekuk Kolom Ganda Konstruksi Kayu

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Abstrak ... vi

Daftar Isi... vii

Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar ... xii

Daftar Notasi ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Tujuan Penelitian ... 4

1.3.Perumusan Masalah ... 5

1.4.Metode Penelitian ... 5

1.5.Batasan Masalah ... 5

1.6.Mekanisme Pengujian ... 6

BAB II STUDI PUSTAKA... 8

2.1.Kayu ... 8

2.1.1.Kayu Panggoh ... 9

2.1.1.1. Sifat Fisis ... 10

2.1.1.2. Sifat Mekanis ... 12

(8)

William Arthur Yehezki Bangun : Analisa dan Eksperimental Tekuk Kolom Ganda Konstruksi Kayu

2.1.3.Pemilahan (Grading) ... 17

2.2.Kolom ... 21

2.3.Stabilitas Struktur Kolom ... 26

2.4.Teori Euler ... 27

3.1.Persiapan dan Pelaksanaan Pengujian ... 48

3.1.1.Persiapan Pengujian ... 48

3.1.2.Pelaksanaan Pengujian ... 48

3.1.2.1. Pemeriksaan Kadar Air ... 49

3.1.2.2. Pemeriksaan Berat Jenis ... 50

3.1.2.3. Pengujian Kuat Lentur dan Elastisitas ... 50

3.1.2.4. Pengujian Kuat Tekan Sejajar Serat ... 52

3.1.2.5. Pengujian Kuat Tarik Sejajar Serat ... 53

3.1.2.6. Pengujian Kuat Geser Sejajar Serat ... 54

3.2.Rangka Dudukan Benda Uji ... 55

(9)

William Arthur Yehezki Bangun : Analisa dan Eksperimental Tekuk Kolom Ganda Konstruksi Kayu

3.4.Alat Pengukur ... 59

3.5.Proses Pengujian Benda Uji ... 60

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 63

4.1.Hasil Pengujian Mechanical Properties ... 63

4.1.1.Hasil Pengujian Kadar Air... 63

4.1.2.Hasil Pengujian Berat Jenis ... 64

4.1.3.Hasil Pengujian Kuat Tekan Sejajar Serat ... 66

4.1.4.Hasil Pengujian Kuat Tarik Sejajar Serat ... 67

4.1.5.Hasil Pengujian Kuat Geser Sejajar Serat ... 68

4.1.6.Hasil Pengujian Elastisitas dan Kuat Lentur Kayu ... 69

4.2.Perencanaan Batang Ganda Dengan Klos dan Baut Berdasarkan Kuat Lentur.. 76

4.3.Pengujian Tekuk Batang Ganda... 81

4.4.Perbandingan Hasil Pengujian Laboratorium Dengan Analisis Teori Euler ... 83

4.5.Pembahasan Hasil Pengujian ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

5.1.Kesimpulan ... 90

5.2.Saran ... 92

Daftar Pustaka ... xvi

(10)

William Arthur Yehezki Bangun : Analisa dan Eksperimental Tekuk Kolom Ganda Konstruksi Kayu

DAFTAR TABEL

BAB I

Tidak terdapat tabel

BAB II

Tabel 2.1. Nilai kuart acuan (MPa) berdasarkan pemilahan secara mekanis pada kadar air

15% (Anonim, 2002) ... 18

Tabel 2.2. Nilai rasio tahanan (Anonim, 2002) ... 20

Tabel 2.3. Cacat maksimum untuk setiap kelas mutu kayu (Anonim, 2002) ... 21

Tabel 2.4. Konstanta klos tumpuan (Anonim,2002) ... 36

Tabel 2.5. Tahanan lateral acuan baut atau pasak (Z) untuk satu alat pengencang dengan satu irisan yang menyambung dua komponen (Ali Awaludin, 2005) ... 39

Tabel 2.6. Tahanan lateral acuan baut atau pasak (Z) untuk satu alat pengencang dengan dua irisan yang menyambung tiga komponen (Ali Awaludin, 2005) ... 40

Tabel 2.7.(a) Kuat tumpuan kayu (Fe) dalam N/mm2untuk baut ½” (Ali Awaludin, 2005) ... 42

Tabel 2.7.(b) Kuat tumpuan kayu (Fe) dalam N/mm2untuk baut 5/8” (Ali Awaludin, 2005) ... 42

Tabel 2.7.(c) Kuat tumpuan kayu (Fe) dalam N/mm2untuk baut ¾” (Ali Awaludin, 2005) ... 43

Tabel 2.8. Jarak tepi, jarak ujung, dan persyaratan spasi untuk sambungan dengan baut (Ali Awaludin, 2005) ... 43

(11)

William Arthur Yehezki Bangun : Analisa dan Eksperimental Tekuk Kolom Ganda Konstruksi Kayu BAB III

Tidak terdapat tabel

BAB IV

Tabel 4.1. Hasil pengujian kadar air kayu... 63

Tabel 4.2. Hasil pengujian berat jenis kayu ... 64

Tabel 4.3. Hasil pengujian kuat tekan sejajar serat ... 66

Tabel 4.4. Hasil pengujian kuat tarik sejajar serat ... 67

Tabel 4.5. Hasil pengujian kuat geser sejajar serat ... 68

Tabel 4.6. Hasil pengujian elastisitas kayu ... 69

Tabel 4.6.a. Perhitungan tegangan – regangan untuk kayu sampel 1 ... 70

Tabel 4.6.b. Perhitungan tegangan – regangan untuk kayu sampel 2 ... 72

Tabel 4.6.c. Hasil regresi ketiga sampel ... 74

Tabel 4.7. Rangkuman penelitian mechanical properties (SNI 5 - 2002) ... 75

Tabel 4.8. Rangkuman penelitian mechanical properties (PKKI 1961) ... 76

BAB V

(12)

William Arthur Yehezki Bangun : Analisa dan Eksperimental Tekuk Kolom Ganda Konstruksi Kayu Gambar 2.1. Batang kayu yang menerima beban lentur ... 13

Gambar 2.2. Batang kayu yang menerima gaya tarik ... 14

Gambar 2.3. Batang kayu yang menerima gaya geser ... 14

Gambar 2.4. Batang kayu yang menerima gaya tekan sejajar serat ... 15

Gambar 2.5. Batang kayu yang menerima gaya tekan tegak lurus serat ... 15

Gambar 2.6. Regangan memanjang kayu... 17

Gambar 2.7. Jenis kolom berdasarkan bentuk dan susunan tulangan ... 22

Gambar 2.8. Jenis kolom berdasarkan posisi beban pada penampang ... 23

Gambar 2.9. Kondisi perletakkan kolom ... 25

Gambar 2.10.a. Kesetimbangan stabil ... 26

Gambar 2.10.b. Kesetimbangan netral ... 26

Gambar 2.10.c. Kesetimbangan tidak stabil ... 27

Gambar 2.11. Kolom Euler ... 28

Gambar 2.12. Geometrik kolom berspasi ... 34

Gambar 2.13. Sumbu bahan dan sumbu bebas bahan batang ganda berspasi ... 34

Gambar 2.14. Bentuk – bentuk baut (ASCE, 1997) ... 38

(13)

William Arthur Yehezki Bangun : Analisa dan Eksperimental Tekuk Kolom Ganda Konstruksi Kayu

Gambar 2.16. Geometrik sambungan baut vertikal ... 45

BAB III Gambar 3.1 Sampel pemeriksaan kadar air ... 49

Gambar 3.2. Sampel pemeriksaan berat jenis ... 50

Gambar 3.3. Sampel pengujian kuat lentur dan elastisitas ... 51

Gambar 3.4. Sampel pengujian kuat tekan sejajar serat ... 52

Gambar 3.5. Sampel kuat tarik sejajar serat ... 53

Gambar 3.6. Kuat geser sejajar serat ... 54

Gambar 3.7. Penampang kolom persegi berganda dengan arah sumbu lemah ... 60

Gambar 3.8. Tampak atas benda uji... 62

BAB IV Gambar 4.1. Grafik tegangan – regangan hasil pengujian elastisitas kayu sampel 1 .. 71

Gambar 4.2. Grafik regresi linear tegangan – regangan kayu sampel 1 ... 72

Gambar 4.3. Grafik tegangan – regangan hasil pengujian elastisitas kayu sampel 2 .. 73

Gambar 4.4. Grafik regresi linear tegangan – regangan kayu sampel 2 ... 74

Gambar 4.5. Grafik hubungan pembebanan dengan penurunan ... 82

BAB V

(14)

William Arthur Yehezki Bangun : Analisa dan Eksperimental Tekuk Kolom Ganda Konstruksi Kayu

DAFTAR NOTASI

A Luas penampang kayu (m2)

b lebar penampang bahan

h Tinggi penampang bahan

BJ Berat jenis kayu (gr/cm3)

D Diameter baut

E Modulus elastisitas bahan (kg/cm2)

Ew Modulus elastisitas lentur

Fc Tegangan tekan izin

Fyb Kuat lentur baut (N/mm2)

G Berat jenis kayu pada kadar air 15%

I Momen inersia (cm4)

I Momen inersia yang diperhitungkan

Ig Momen inersia geser

KS Konstanta klos tumpuan (MPa)

L Panjang bentang

m Kadar air kayu (%)

P Gaya luar

Pcr Beban tekuk

Vg Volume basah kayu (m3)

Vx Volume sampel

(15)

William Arthur Yehezki Bangun : Analisa dan Eksperimental Tekuk Kolom Ganda Konstruksi Kayu Wg Berat kering kayu basah (gr)

X Sumbu bahan

Y Sumbu bebas bahan

Z Tahanan lateral acuan baut atau pasak

fs // Kuat geser (kg/cm2)

λ Angka kelangsingan

ω Faktor tekuk

Regangan

Tegangan

tk // Tegangan tekan sejajar serat (kg/cm2)

tr // Tegangan tarik sejajar serat (kg/cm2)

ρ Kerapatan kayu (kg/m3)

π Phi radian

(16)

William Arthur Yehezki Bangun : Analisa dan Eksperimental Tekuk Kolom Ganda Konstruksi Kayu ANALISA DAN EKSPERIMENTAL TEKUK KOLOM GANDA KONSTRUKSI

KAYU PANGGOH DENGAN KLOS DAN SAMBUNGAN BAUT (EKSPERIMENTAL)

ABSTRAK

Penelitian ini mengenai kolom ganda konstruksi kayu panggoh dengan klos dan sambungan baut. Kayu panggoh merupakan nama lain untuk teras kayu dari pohon aren (Arenga pinnata) di wilayah Sumatera Utara, khususnya pada Kabupaten Karo. Dalam pengujian ini kayu panggoh ganda dari aren dengan klos yang disambung dengan baut diberi perletakan sendi-sendi dan diberikan pembebanan secara aksial pada kedua ujungnya.

Perencanaan kolom ganda dengan klos yang disambung dengan baut direncanakan dengan metode kuat elastis, kuat kritis, dan kuat batas (ultimate strength design). Ukuran penampang kayu utama yang digunakan yaitu 2 x (3 cm x 6 cm), untuk penampang klos berukuran 3 cm x 6 cm, dan menggunakan baut ½ inci sebagai penyambungnya. Kolom ganda dibuat 1 sampel yang dirancang dengan metode ultimate dengan panjang bentang 2 m. Hasil pengujian pada laboratorium diperoleh beban runtuh 12.000 ton dengan = 333,333 kg/cm2 dan secara teoritis beban runtuh menurut SNI 2002 adalah 6.864,9202 ton dengan = 794,748 kg/cm2. Beban elastis yang diperoleh dalam pengujian adalah 8.000 ton dengan = 222,222 kg/cm2 dan secara teoritis beban elastis menurut PKKI 1961 adalah 4.893,199 ton dengan = 353,221 kg/cm2. Beban kritis yang diperoleh dalam pengujian adalah 10.000 ton dengan = 277,778 kg/cm2 dan secara teoritis beban elastis menurut PKKI 1961 adalah

5.533,6096 ton dengan = 153,7165 kg/cm2

. Nilai perbandingan hasil penelitian dan teoritisnya sebesar 1,7480. Dari hasil pengamatan tidak terjadi keretakan pada sambungannya, hal ini menunjukkan pada titik penyambung cukup kuat dalam menahan beban aksial yang diberikan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran perbandingan kuat tekuk kolom ganda kayu panggoh dengan klos dan sambungan baut. Dari hasil penelitian ini diharapkan kolom ganda kayu panggoh dengan klos dan sambungan baut dapat digunakan sebagai bahan alternatif konstruksi bangunan sederhana, terutama pada konstruksi rumah yang intensitas gempanya sedang maupun tinggi. Harga pembuatan yang relatif murah dan jumlah sumber dayanya yang cukup banyak merupakan faktor lain yang dapat diperhitungkan untuk konstruksi alternatif ini.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebelum adanya bahan konstruksi dari beton, baja, dan kaca, bahan konstruksi yang

umum digunakan dalam kehidupan manusia adalah kayu. Selain untuk bahan konstruksi,

material ini dipakai sebagai peralatan maupun perabotan karena memiliki nilai estetika yang

tinggi.

Sampai saat ini keperluan akan kayu masih dibutuhkan oleh masyarakat luas karena

salah satu sifat kayu merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable

resource) berbeda dengan bahan konstruksi lainnya seperti beton, baja, dan kaca yang

asalnya dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable resource). Selain

dari sifat asal dan estetikanya, kayu memiliki sifat keistimewaan tersendiri seperti dapat

menyerap CO2 dan melepaskan O2, mempunyai ketahanan terhadap pembebanan yang tegak

lurus maupun sejajar dengan seratnya, awet apabila dirawat, dan elastis sehingga mudah

dibentuk. Sifat seperti ini yang membuat keistimewaan dari material kayu dan tidak dimiliki

oleh bahan konstruksi lain.

Dengan perkembangan zaman sekarang ini, material kayu sudah sedikit digunakan

sebagai bahan konstruksi karena sudah digantikan dengan material lain. Oleh sebab itu,

dewasa ini diperlukan sistem pengelolaan yang baik sehingga material kayu tetap dapat

digunakan sebagai bahan konstruksi berupa (kolom), kuda-kuda atap, balok, jembatan, plat

lantai, dsb.

Tanaman aren (Arenga pinnata) atau disebut juga enau merupakan pohon yang

(18)

rumah, tulang daun untuk lidi (sapu), akar untuk obat tradisional, buah untuk bahan makanan

dan minuman apabila difermentasikan, dan batang untuk berbagai macam peralatan dan

bahan bangunan. Tanaman ini banyak terdapat hampir di seluruh wilayah Nusantara

khususnya pada daerah perbukitan dan lembah dengan ketinggian 1.400 meter diatas

permukaan laut. Namun yang paling baik berada pada ketinggian 500 – 800 meter diatas

permukaan laut dengan curah hujan lebih dari 1.200 mm setahun, sehingga tanaman ini

sangat berpotensi tumbuh pada daerah iklim sedang dan iklim basah seperti pada daerah

Sumatera Utara. Tanaman aren sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus

sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat, berlumpur dan berpasir, tetapi aren tidak tahan

pada tanah yang kadar asamnya tinggi (pH tanah terlalu asam) (Hatta-Sunanto, 1982).

Gambar 1.1. Kayu Aren (Arenga pinnata)

Sebelum adanya besi/baja sebagai material bangunan, di Sumatera Utara batang aren

merupakan salah satu hasil hutan yang sudah lama digunakan sebagai bahan konstruksi untuk

tiang (kolom) pada rumah adat dan beberapa masih bertahan sampai sekarang. Oleh karena

itu material ini perlu diteliti kembali dan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan

(19)

Panggoh (teras kayu) dari pohon aren merupakan nama lain yang digunakan untuk

wilayah Sumatera Utara, khususnya pada Kabupaten Karo. Masyarakat Karo menggunakan

kayu panggoh untuk membuat rumah dan kebutuhan peralatan lainnya. Material ini

digunakan karena dapat menahan beban besar mengingat untuk rumah zaman dahulu

masyarakat Karo dalam satu rumah ditinggali oleh delapan kepala keluarga atau disebut

dengan rumah Siwaluh Jabu.

Tiang (kolom) kayu merupakan komponen struktur yang bertugas menahan beban

akibat tekanan aksial dan mempunyai peran penting dalam struktur bangunan. Kegagalan

kolom akan mengakibatkan runtuhnya komponen struktur lain yang berhubungan dengannya,

sama halnya dengan kerangka manusia. Hal ini disebabkan oleh panjang, lebar, bentuk, dan

tinggi suatu komponen struktur yang mempengaruhi tekukan yang akan terjadi, dan tekuk

yang terjadi dapat diatasi dengan beberapa cara seperti menggabungkan kayu dengan klos

dan dihubungkan dengan baut.

Dalam analisa perencanaan konstruksi, suatu batang dapat memikul tarik, tekan,

momen ataupun kombinasinya. Pada suatu konstruksi akibat penekanan pada suatu batang

yang mengalami gaya tekan aksial. Tekuk kolom umumnya hanya mengalami kombinasi

momen dengan tekan. Tekuk (buckling) dapat terjadi sebelum atau sesudah tegangan idiil

tercapai, maka dalam percobaan ini penulis ingin melihat sejauh mana perhitungan kekutan

kayu panggoh ganda dari aren dengan klos yang disambung dengan baut dan menguji

(20)

Garis terputus menunjukkan diagram kolom tertekuk

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

Nilai Kc teoritis 0,5 0,7 1,0 1,0 2,0 2,0

Nilai Kc yang dianjurkan untuk

kolom yang mendekati kondisi idiil

0,65 0,80 1,2 1,0 2,10 2,0

Kode ujung Jepit Sendi Hall tanpa putaran sudut/Jepit bergoyang

Ujung bebas/Jepit bebas

Gambar 1.2. Jenis Tekuk Kolom Euler

Mengacu pada uraian diatas, penulis akan mencoba menganalisa teori maupun

perumusan tekuk kolom dengan melakukan penelitian di laboratorium sesuai dengan judul

“Analisa Dan Eksperimental Tekuk Kolom Ganda Konstruksi Kayu Panggoh Dengan Klos

dan Sambungan Baut”

1.2. Tujuan Penelitian

a. Mendapatkan gambaran tentang uji tekuk kolom ganda konstruksi kayu

panggoh dengan klos dan sambungan baut.

b. Mendapatkan hasil pengujian mechanical properties dan physical properties

(21)

c. Mendapatkan hubungan antara deformasi dan gaya dari hasil pengujian.

d. Membandingkan hasil analitis tekuk euler dengan hasil eksperimental.

1.3. Perumusan Masalah

Dari latar belakang dapat dirumuskan suatu permasalahan, sebagai berikut:

a. Bagaimana keadaan beban elastis, beban kritis, beban ultimate, panjang tekuk,

dan jari-jari kelembaman benda uji jika dibandingkan dengan analisa teori

Euler?

b. Bagaimana perilaku benda uji kayu panggoh ganda dengan klos yang

disambung dengan baut apabila dibebani secara normal sentris yang tergantung

pada perletakkan dan panjang benda uji?

c. Bagaimana hubungan grafik pembebanan dan deformasi dari benda uji?

1.4. Metode Penelitian

Metodologi dan tahapan pelaksanaan yang dibuat penulis dalam pengerjaan tugas

akhir ini menggunakan beberapa pendekatan antara lain:

a. Analisa physical dan mechanical properties kayu;

b. Analisa perhitungan berdasarkan teori Euler;

c. Analisa hasil pengujian laboratorium;

d. Membandingkan hasil analisa perhitungan berdasarkan teori Euler dengan

pengujian laboratorium.

1.5. Batasan Masalah

Mengingat dalam penelitian yang akan dilakukan terdapat keterbatasan alat uji

(22)

a. Pembebanan kolom kayu tersebut adalah pembebanan normal sentris;

b. Perletakkan yang ditinjau adalah sendi-sendi;

c. Mechanical Properties yang konstan dari setiap jenis kayu;

d. Penampang batang kayu yang diuji adalah batang ganda dengan klos yang

disambung dengan baut dan dimensi kayunya 2 x 3 x 6;

e. Bentang benda uji kayu yang akan diuji ± 2 meter;

f. Analisa perhitungan berdasarkan Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia 1961

dan SNI 2002.

1.6. Mekanisme Pengujian

Pengujian dilakukan dengan meletakkan balok kayu panggoh secara horizontal pada

benda pengujian yang dimodifikasi dari profil baja dengan bentang yang disesuaikan setelah

ukuran penampang kayu didapat dan salah satu ujung baja dilas sehingga menjadi

perletakkan sendi, sedangkan ujung yang satu lagi di buat statis sehingga dapat di geser untuk

menyesuaikan ukuran balok. Beban P diberikan secara bertahap pada salah satu ujung balok

secara horizontal dengan alat jack, searah dengan normal sentrisnya. Dial gauge diletakkan

pada titik-titik daerah lemah kayu sehingga dapat dilihat apabila terjadi retak dan hasil

pembacaan dial dicatat maupun retak yang terjadi diberi tanda. Lebih jelasnya dapat dilihat

(23)
(24)

BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1. Kayu

Kayu merupakan material yang diperoleh secara alami dari pohon dan sifatnya

renewable yaitu ketersediaannya tidak terbatas selama dikelola secara baik. Kayu juga dapat

dibentuk menjadi suatu bentuk yang diinginkan karena sifatnya yang elastis, dapat didaur

ulang, dan terurai secara baik di alam (bio-degradable). Karena sifatnya ini, kayu digunakan

menjadi bahan pilihan yang baik untuk material konstruksi. Kayu kuat saat menerima gaya

yang diberikan sejajar dengan arah seratnya dan lemah saat menerima beban yang tegak lurus

dengan arah seratnya.

Kayu memiliki sifat yang berbeda dari setiap jenisnya. Bahkan dalam satu pohon,

kayu memiliki sifat yang berbeda-beda atau disebut juga bahan alam yang tidak homogen.

Hal ini disebabkan oleh pola pertumbuhan batang dan kondisi lingkungan yang tidak sama.

Beberapa sifat umum terdapat pada semua jenis kayu, yaitu:

1. Kayu tersusun dari sel yang memiliki tipe yang beragam dan penyusun dinding

selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa 50%, hemiselulosa 25%, dan

lignin 25 % (Desch dkk, 1981).

2. Kayu memiliki komponen diluar dinding sel berupa rongga sel yang terdiri dari zat

ekstraktif dan mineral.

3. Kayu tidak mempunyai batas kenyal yang nyata tetapi mempunyai batas

proporsional.

(25)

5. Bersifat anisotropik, artinya kekuatan untuk ke semua arah batang tidak sama jika

diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, radial, dan tangensial).

6. Bersifat higroskopis, artinya dapat menyerap atau melepaskan kadar air

(kelembaban) sebagai akibat perubahan suhu udara sekitarnya.

2.1.1. Kayu Panggoh

Kayu panggoh merupakan nama lain untuk kulit luar pohon aren (Arenga pinnata) di

wilayah Sumatera Utara, khususnya pada Kabupaten Karo. Kayu ini umumnya dipakai pada

masyarakat disana untuk membuat rumah dan kebutuhan peralatan lainnya.

Aren merupakan salah satu tumbuhan monokotil yang banyak terdapat hampir di

seluruh wilayah Indonesia. Namun tanaman ini kurang mendapat perhatian untuk

dibudidayakan atau dikembangkan lebih lanjut oleh berbagai pihak. Selain digunakan sebagai

bahan konstruksi, semua bagian pada pohon ini dimanfaatkan. Bagian-bagian pohon yang

dimanfaatkan antara lain daun muda atau janur (untuk pembungkus atau pengganti kertas

rokok yang disebut dengan kawung), buah aren muda untuk pembuatan kolang-kaling

sebagai bahan pelengkap bahan minuman dan makanan, air nira untuk bahan pembuatan gula

merah atau cuka, pati atau tepung dalam batang untuk bahan pembuatan berbagai macam

makanan dan minuman (Sunanto, 1993), batang (untuk keperluan peralatan dan material

bangunan), akar (untuk obat tradisonal).

Kayu panggoh aren sebagai salah satu hasil hutan yang pemanfaatan batangnya

sebagai bahan konstruksi, merupakan salah satu alternatif yang dapat menggantikan peranan

kayu solid sebagai bahan baku untuk keperluan bahan bangunan. Kayu aren diharapkan

mampu menjadi solusi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga diperlukan

penelitian lebih lanjut dalam pengembangannya. Berdasarkan hal tersebut perlu diadakan

(26)

dari kayu panggoh untuk menilai kemampuan penggunaan kayu sebagai kolom ganda suatu

bangunan.

2.1.1.1. Sifat Fisis

Sifat fisis atau physical properties adalah sifat yang berhubungan dengan

faktor-faktor dalam benda itu sendiri.

a. Kadar Air Kayu

Kayu merupakan material higroskopis, artinya kayu memiliki kaitan yang sangat

erat dengan air baik berupa cairan maupun uap. Kadar air merupakan banyaknya air yang

terdapat dalam kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanurnya.

Kemampuan kayu menyerap dan melepaskan air sangat tergantung pada kondisi lingkungan

seperti temperatur dan kelembaban udara.

Kadar air pada sebuah pohon kayu sangat bervariasi tergantung pada jenisnya,

dimana dalam satu jenis yang sama terjadi pula perbedaan kadar air yang disebabkan oleh

umur, lokasi penanaman, ukuran pohon, dan umur pohon itu sendiri. Pada bagian batang

sebuah kayu, terdapat perbedaan kadar air, kadar air pada kayu gubal lebih banyak dari pada

kayu teras.

Kadar air pada kayu sangat dipengaruhi oleh kelembaban udara lingkungannya,

apabila kelembaban udaranya meningkat maka kandungan air pada kayu meningkat pula dan

sebaliknya.

Air yang terdapat pada batang kayu tersimpan dalam dua bentuk yaitu air bebas (Free water)

yang terletak diantara sel-sel kayu dan air ikat (Bound water) yang terletak pada dinding sel.

Dinding-dinding sel kayu akan tetap jenuh selama air bebas masih berada pada kayu itu

sendiri. Air bebas merupakan air pertama yang akan berkurang seiring dengan proses

(27)

Pada kondisi lingkungan yang memiliki udara stabil dan kandungan air cenderung

tetap maka kondisi ini disebut kadar air seimbang (Equilibrium moisture content). Ketika

batang kayu mulai diolah, kandungan air pada batang berkisar 40% - 300%, kandungan ini

dinamakan kandungan air segar. Kondisi dimana air bebas terletak diantara sel-sel sudah

habis sedangkan air ikat pada dinding sel masih jenuh dinamakan titik jenuh serat (Fibre

saturation point). Kandungan air pada saat kondisi ini berkisar antara 25% - 30%. Apabila

kondisi ini berada di bawah titik jenuh serat, dinding sel menjadi semakin padat ,

menyebabkan terjadinya perubahan dimensi tampang melintang batang kayu, perubahan sifat

mekanis, dan ketahanan lapuk sehingga serat-seratnya menjadi lebih kokoh dan kuat.

Sehingga, dapat diambil kesimpulan apabila kadar air turun akan menambah kekuatan kayu

tersebut.

(28)

Kepadatan dan volume sangat bergantung pada kandungan air dengan menghitung dan

membandingkan berat kering kayu dengan volume basah. Berat kering kayu diperoleh

dengan menimbang contoh kayu yang telah disimpan dalam oven pada suhu 105 oC selama

24 jam hingga 48 jam atau hingga berat spesimen kayu tetap.

c. Berat Jenis

Berat jenis adalah perbandingan antara kerapatan kayu dengan kerapatan air pada

volume yang sama. Kerapatan benda yang homogen adalah massa atau berat persatuan

volume dengan kadar airnya sedikit lebih kecil dari 30%, dinyatakan dalam gram/cm3 atau

kg/m3.

Berat jenis didefinisikan sebagai volume bagian padat dan volume udara pada suatu material.

Berat jenis diperoleh dengan membagikan berat benda dengan volumenya. Untuk

menentukan berat, benda tersebut ditimbang dengan tingkat keakuratan yang diperlukan,

sedangkan untuk volume dilakukan dengan mengukur dan mengalikan panjang, lebar, dan

tebal benda. Sampel benda yang diuji tidak kurang dari ukuran 2,5 cm x 5 cm x 7,5 cm.

Umumnya berat jenis kayu berbanding lurus dengan kekuatan kayu. Semakin tinggi berat

jenis kayunya maka semakin tinggi pula kekuatannya.

2.1.1.2. Sifat Mekanis a. Kuat Lentur

Kuat lentur merupakan ukuran kemampuan kayu untuk menahan beban yang bekerja

tegak lurus di tengah kayu dimana pada kedua ujungnya tertumpu. Kuat lentur dibedakan

menjadi 2 (dua), yaitu kuat lentur statik dan kuat lentur pukul. Kuat lentur statik adalah

kekuatan bahan dalam menahan gaya yang diberikan secara perlahan-lahan, sedangkan kuat

(29)

Untuk mengetahui kuat lentur kayu, maka dalam pengujiannya kayu akan

mengalami tegangan dan perubahan bentuk (melentur/melendut) apabila menerima beban

yang besar. Tegangan yang terjadi antara lain tegangan tarik, tekan, dan geser sehingga dalam

ketiga parameter ini akan didapat nilai kuat lenturnya. Kuat lentur kayu biasa dinyatakan

dalam modulus retak (Modulus of Repture : MOR).

Pada saat pembebanan, tegangan tarik akan terjadi pada bagian sisi bawah kayu dan

tegangan tekan terjadi pada bagian sisi atas kayu, sedangkan tegangan geser bekerja pada

sejajar penampang. Tegangan tarik yang melampaui batas kemampuan kayu akan mengalami

regangan yang cukup berbahaya.

Gambar 2.1. Batang kayu yang menerima beban lentur b. Kuat Tarik

Kuat tarik adalah kekuatan kayu dalam menahan beban aksial (sejajar serat) atau

transversal (tegak lurus serat). Dalam dua kekuatan tarik tersebut, kuat tarik aksial kayu

(sejajar serat) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kuat tarik transversal (tegak lurus serat).

Kuat tarik terjadi karena adanya gaya perlawanan serat kayu dengan beban (P) yang

diberikan pada arah sejajar serat. Apabila gaya tarik yang diberikan beban lebih besar dari

gaya tarik serat kayu, maka serat-serat kayu akan terlepas dan menimbulkan patahan. Kondisi

(30)

Tegangan tarik (Ft) diperbolehkan apabila tidak timbul suatu perubahan yang dapat

membahayakan suatu struktur tersebut. Nilai tegangan tarik kayu dapat ditentukan dalam

tabel nilai kuat acuan pada kadar air 15% dengan kode mutu tertentu.

Gambar 2.2. Batang kayu yang menerima gaya tarik c. Kuat geser

Kuat geser atau tegangan geser ( ) adalah tegangan yang bekerja sejajar pada suatu

bidang penampang dan tegak lurus terhadap tegangan normal ( ). Kuat geser pada kayu dapat

terjadi pada 2 (dua) arah bidang, yaitu bidang longitudinal dan transversal. Tegangan geser

longitudinal terjadi apabila kayu dibebani gaya lentur.

Kuat geser transversal memiliki nilai kekuatan geser 3 – 4 kali lebih besar

dibandingkan kuat geser aksial. Sifat ini tidak begitu penting disebabkan sebelum mengalami

geser transversal, kayu sudah terlebih dahulu rusak. Kuat geser diperoleh dengan

membagikan beban yang diberikan dengan luas penampang kayu, sehingga perumusannya

sebagai berikut:

Dimana:

= tegangan geser (kg/m2)

P = beban (kg)

(31)

Gambar 2.3. Batang kayu yang menerima gaya geser d. Kuat Tekan

Kuat tekan terdiri dari kuat tekan sejajar serat dan kuat tekan tegak lurus serat. Kuat

tekan adalah kekuatan kayu dalam menahan beban yang diberikan baik sejajar serat maupun

tegak lurus serat, sehingga kayu akan mengalami pemendekan maupun perubahan bentuk

penampang melintangnya. Gaya yang diberikan sejajar serat akan menimbulkan bahaya tekuk

sedangkan gaya yang diberikan tegak lurus serat akan menimbulkan keretakan bahkan patah.

Kedua hal diatas sangat tidak diinginkan pada suatu struktur karena akan menimbulkan suatu

kegagalan pada struktur itu sendiri.

Gambar 2.4. Batang kayu yang menerima gaya tekan sejajar serat

Tekanan tegak lurus serat umumnya terjadi pada bantalan rel kereta api, sedangkan

tekanan sejajar serat umumnya terjadi pada tiang pendek (kolom). Kayu yang diberikan

pembebanan sejajar serat memiliki kekuatan kuat tekan yang lebih besar dibandingkan

(32)

Gambar 2.5. Batang kayu yang menerima gaya tekan tegak lurus serat

2.1.2. Tegangan Bahan Kayu

Tegangan bahan kayu adalah kemampuan kayu untuk mendukung gaya luar atau

beban yang berusaha merubah ukuran dan bentuknya. Gaya luar ini menimbulkan gaya-gaya

dalam pada benda yang berusaha merubah ukuran dan bentuk bahan. Gaya-gaya dalam ini

disebut dengan tegangan dan dinyatakan dalam gaya per satuan luas (N/m2).

Apabila gaya luar yang diberikan pada bahan lebih besar dari kemampuan bahan

untuk menahannya, maka akan menimbulkan perubahan ukuran atau bentuk bahan yang

dikenal sebagai deformasi atau regangan. Deformasi atau regangan ini sebanding dengan

besar beban yang bekerja sampai pada satu titik yang disebut Limit Proporsional. Jika

tegangan yang bekerja besar maka deformasi yang terjadi juga besar sehingga menimbulkan

perubahan bentuk bahan, dan apabila tegangan tersebut dihilangkan maka bentuknya akan

kembali seperti semula sesuai dengan sifat elastisitas bahan tersebut. Regangan atau

deformasi dinyatakan dalam pertambahan panjang per panjang awal bahan.

(33)

Ukuran antara tegangan dan regangan dalam limit proporsional yang memberikan

angka umum untuk menyatakan kekakuan atau elastis suatu bahan disebut dengan modulus

elastisitas. Semakin besar modulus elastisitas suatu kayu, maka kayu tersebut semakin kaku.

Kemampuan kayu dalam menahan perubahan bentuk pada saat diberi pembebanan disebut

dengan kekakuan.

Suatu bahan yang mengalami patahan dengan seketika tanpa ditandai dengan

perubahan bentuk terlebih dahulu disebut dengan patah getas. Patah getas dapat didefinisikan

sebagai jenis keruntuhan berbahaya yang terjadi tanpa deformasi plastis lebih dahulu dan

dalam waktu yang sangat singkat. Sebagai contoh bahannya adalah kapur tulis dan gypsum.

Gambar 2.6. Regangan Memanjang Kayu

2.1.3. Pemilahan (Grading)

a. Kuat Acuan Berdasarkan Pemilahan Secara Makanis

Pemilahan dengan grading machine sudah banyak digunakan beberapa negara

termasuk negara kita. Prinsip pengujian yang digunakan dengan lentur statik dimana kayu

dibentuk dengan ukuran tertentu ataupun yang masih utuh (kayu log) dan diberi beban

terpusat, kemudian besarnya lendutan dicatat. Pengujian ini dilakukan pada setiap jarak

(34)

Dari data kemiringan kurva beban dan lendutan maka nilai modulus elastisitas lentur

(MOE) diperoleh. Mengacu pada nilai MOE, tegangan lain dapat diperoleh berdasarkan

rumus empiris. Kuat acuan lainnya dapat mengikuti tabel 2.1. Kuat acuan yang berbeda

dengan tabel 2.1 dapat digunakan apabila terdapat pembuktian secara eksperimental yang

mengikuti standar-standar eksperimen yang baku.

(35)

b. Kuat Acuan Berdasarkan Pemilahan Secara Visual

Pemilahan kelas kuat kayu dilakukan dengan visual dan grading machine.

Pemilahan secara visual dilakukan dengan mengamati beberapa parameter visual kayu yang

berhubungan pada kayu itu sendiri, seperti lebar cincin tahunan, kemiringan serat, mata kayu,

keberadaan jamur atau serangga perusak kayu, dan retak. Cara seperti hal tersebut sudah lama

digunakan dan hasilnya tidak pasti karena faktor kesalahan manusianya lebih besar. Apabila

pengukuran secara visual berdasarkan berat jenis, maka kuat acuan kayu berserat lurus atau

tanpa cacat dapat dihitung dengan langkah sebagai berikut (Sri Sumarni, 2007):

1. Kerapatan ρ (dengan satuan kg/m3) pada kondisi basah (berat dan volume

diukur pada kondisi basah, tetapi kadar airnya sedikit lebih kecil dari 30%)

dihitung dengan mengikuti prosedur baku

Dimana:

ρ = kerapatan kayu (kg/m3)

Wg = berat kayu basah (kg)

Vg = volume basah kayu (m3)

2. Kadar air, m % (m < 30) diukur dengan prosedur baku.

Dimana:

m = kadar air kayu (%)

(36)

Wg = berat kayu basah (gr)

3. Hitung berat jenis pada m % (Gm) dengan rumus:

4. Hitung berat jenis dasar (Gb) dengan rumus:

5. Hitung berat jenis pada kadar air 15 % (G15) dengan rumus:

6. Hitung estimasi kuat acuan Modulus Elastisitas Lentur dengan rumus:

Dimana:

G = berat jenis kayu pada kadar air 15 % (G = G15)

Untuk kayu yang mempunyai cacat kayu dan atau serat yang tidak lurus, estimasi

nilai modulus elastisitas lentur acuan dari tabel 2.2 harus direduksi dengan mengikuti

ketentuan SNI 03-3527-1994 UDC (Unit Decimal Classification) 691.11 tentang “εutu

Kayu Bangunan” dengan mengalikan estimasi nilai modulus elastisitas lentur acuan dari

rumus point 6 (enam) dimana nilai rasio tahanan pada tabel 2.2 bergantung pada Kelas Mutu

Kayu. Kelas mutu kayu ditetapkan dengan mengacu pada tabel 2.3.

Tabel 2.2. Nilai Rasio Tahanan (Anonim. 2002) Kelas Mutu Nilai Rasio Tahanan

A 0,80

B 0,63

(37)

Tabel 2.3. Cacat maksimum untuk setiap kelas mutu kayu (Anonim. 2002)

Pingul 1/10 tebal atau lebar kayu

Gubal Diperkenankan Diperkenankan Diperkenankan

Lubang Serangga

Tidak diperkenankan Tidak diperkenankan Tidak diperkenankan

2.2. Kolom

Elemen struktur dengan fungsi utama mendukung beban tekan sering dijumpai pada

struktur truss atau frame, yang dikenal dengan nama kolom. Dalam SK SNI T-15-1991-03,

kolom didefinisikan sebagai komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga

beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali

dimensi lateral terkecil.

Kegagalan suatu kolom mengakibatkan runtuhnya komponen struktur lain yang

berhubungan dengannya. Hal ini disebabkan oleh panjang, lebar, bentuk, dan tinggi suatu

komponen struktur yang mempengaruhi tekukan yang akan terjadi. Perilaku tekuk ini

(38)

dengan jari-jari girasi penampang kolom. Kolom yang ideal memiliki sifat elastis, lurus, dan

sempurna jika diberi pembebanan secara konsentris. Kolom memiliki klasifikasi berdasarkan

bentuk dan susunan tulangannya, posisi beban pada penampangnya, dan panjang kolom.

a. Kolom dibagi berdasarkan bentuk dan susunan tulangannya, antara lain:

Kolom segiempat/bujursangkar dengan tulangan memanjang dan sengkang

berbentuk segiempat.

Kolom bundar dengan tulangan memanjang dan tulangan lateral berupa

sengkang dengan bentuk spiral.

Kolom komposit yaitu kolom yang bahan – bahannya terdiri dari dua jenis material yang berbeda sifat dan bersatu sehingga memiliki kekuatan yang lebih

baik.

Gambar 2.7. Jenis Kolom Berdasarkan Bentuk dan Susunan Tulangan b. Kolom dibagi berdasarkan posisi beban pada penampangnya, antara lain:

Kolom yang mengalami beban sentris (tidak mengalami lentur, Gambar

2.8.a.).

Kolom dengan beban eksentrisitas (Gambar 2.8.b.) mengalami momen lentur

selain gaya aksial dan dapat dikonversikan menjadi suatu beban P dengan

(39)

Gambar 2.8. Jenis Kolom Berdasarkan Posisi Beban Pada Penampang

c. Kolom diklasifikasikan berdasarkan panjang kolom dalam hubungannya dengan dimensi

lateralnya, antara lain:

Balok tekan pendek atau pedestal adalah jika ketinggian dari kolom tekan

tegak kurang dari tiga kali dimensi lateral terkecil (panjang atau lebar).

Kolom pendek adalah kolom yang nilai perbandingan antara panjangnya

dengan dimensi penampang melintang relatif kecil. Jenis kolom ini tidak

tergantung pada panjangnya dan apabila mengalami beban berlebihan akan

mengalami kegagalan karena hancurnya material.

Kolom panjang adalah kegagalan tekuk yang terjadi pada kolom dimana

kondisi serat-serat kayu belum mencapai kuat tekannya atau masih dalam

kondisi elastis dan sudah mengalami perubahan bentuk akibat nilai

kelangsingannya sangat besar. Perilaku kolom panjang terhadap beban tekan

dapat dilihat pada gambar 2.10.a.b.c. kolom masih dapat mempertahankan

bentuk linearnya apabila pembebanan yang diberikan kecil, dan apabila

(40)

perubahan bentuk yang disebut dengan tekuk (buckling). Kolom yang telah

mengalami tekuk tidak dapat menahan pertambahan beban yang diberikan

karena kolom tersebut akan mengalami keruntuhan/hancur. Dengan demikian,

kapasitas pikul beban suatu kolom adalah besar beban yang menyebabkan

kolom tersebut mengalami tekuk awal.

Keruntuhan kolom terjadi disebabkan adanya kelelehan suatu material struktur

kolom sehingga tidak dapat mempertahankan kembali bentuk awalnya. Ketidakstabilan suatu

elemen struktur kolom dipengaruhi oleh aksi beban yaitu beban tekuk. Beban tekuk adalah

beban yang dapat menyebabakan suatu kolom menekuk yang disebut juga dengan beban

kritis (Pcr).

Banyak faktor yang mempengaruhi beban tekuk (beban kritis) suatu kolom panjang

dimana panjang kolom merupakan salah satu faktor penting. Pada umumnya kapasitas

pikul-beban kolom berbanding terbalik dengan kuadrat panjang elemen. Faktor lain yang juga

mempengaruhi besar beban tekuk adalah karakteristik kekakuan elemen struktur (jenis

material dan bentuk serta ukuran penampang). Suatu elemen yang mempunyai kekakuan

kecil lebih mudah mengalami tekuk dibandingkan dengan elemen berkekakuan besar.

Semakin panjang suatu elemen struktur maka kekakuannya semakin kecil.

Kekakuan elemen struktur juga berkaitan dengan banyaknya dan distribusi material

yang ada dan sifat material. Ukuran distribusi ini pada umumnya dapat dinyatakan dengan

momen inersia I yang menggabungkan banyak material yang ada dengan distribusinya.

Sedangkan ukuran untuk sifat material adalah modulus elastisitas E. Semakin tinggi nilai E,

semakin tinggi pula kekakuannya. Hal ini berarti semakin besar pula tahanan kolom yang

terbuat dari material itu untuk mencegah tekuk.

Faktor lain yang turut mempengaruhi besarnya beban tekuk adalah kondisi ujung

(41)

pikul-beban lebih kecil dibandingkan dengan kolom sama yang ujung-ujungnya dijepit.

Adanya tahanan ujung menambah kekakuan sehingga juga meningkatkan kestabilannya

dalam mencegah tekuk. Berikut ini adalah keterkaitan besarnya beban tekuk dengan berbagai

kondisi ujung elemen struktur.

Garis terputus menunjukkan diagram kolom tertekuk

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

Nilai Kc teoritis 0,5 0,7 1,0 1,0 2,0 2,0

Nilai Kc yang dianjurkan untuk

kolom yang mendekati kondisi idiil

0,65 0,80 1,2 1,0 2,10 2,0

Kode ujung Jepit Sendi Hall tanpa putaran sudut/Jepit bergoyang

Ujung bebas/Jepit bebas

Gambar 2.9. Kondisi Perletakkan Kolom

2.3. Stabilitas Struktur Kolom

Masalah kesetimbangan kolom erat kaitannya dengan stabilitas suatu struktur

batang. Konsep dari stabilitas sering diterangkan dengan menggangap kesetimbangan dari

bola pejal pada beberapa posisi yaitu:

(42)

Gambar 2.10.a. Kesetimbangan Stabil

Pada kolom panjang yang diberi beban (P) lebih kecil daripada beban kritis (Pcr) maka

kolom akan mengalami deformasi kecil. Apaila beban (P) dihilangkan deformasi juga hilang

dan kolom kembali lurus (keadaan semula). Maka keadaan kesetimbangan ini disebut

kesetimbangan stabil (stable equilibrium).

b. Kesetimbangan netral

Gambar 2.10.b. Kesetimbangan Netral

Pada kolom panjang yang diberi beban (P) lebih besar daripada P pada kesetimbangan

stabil sampai kolom mencapai beban tekuk kritis (Pcr) dengan kata lain P = Pcr sehingga

kolom mengalami deformasi yang cukup besar. Dimana beban tekuk adalah beban

(43)

kembali pada konfigurasi linear (lurus) maka akan ada konfigurasi baru meskipun beban (P)

yang diberikan telah dihilangkan. Keadaan kesetimbangan ini disebut keadaan kesetimbangan

netral (precarious equilibrium).

c. Kesetimbangan tidak stabil

Gambar 2.10.c. Kesetimbangan Tidak Stabil

Kolom diberi beban (P) yang lebih besar daripada beban tekuk kritis (Pcr) sehingga

kolom akan mengalami lendutan yang sangat besar. Apabila beban terus bertambah secara

konstan maka kolom akan terus berdeformasi sampai akhirnya runtuh/patah. Keadaan

kesetimbangan ini disebut dengan kesetimbangan tidak stabil (unstable equilibrium).

2.4. Teori Euler

Teori tekuk kolom pertama kali dikemukakan oleh Leonhardt Euler (1759) dengan

percobaan sebuah kolom memiliki beban konsentris yang semula lurus dan seratnya tetap

(44)

Gambar 2.11. Kolom Euler

Euler menyelidiki batang yang dijepit pada salah satu ujungnya dan bertumpu

sederhana (simply supported) pada ujung lainnya. Logika yang sama dapat diterapkan pada

kolom berujung sendi, yang tidak memiliki pengekang rotasi dan merupakan batang dengan

kekuatan tekuk terkecil.

Pada titik sejaiuh x, momen lentur Mx (terhadap sumbu x) pada kolom yang

mengalami sedikit lendutan adalah:

Mx = P x y ... (2.1)

Karena

... (2.2)

Persamaan diatas menjadi

... (2.3)

Bila k2 = P / EI maka persamaan (2.3) menjadi

... (2.4)

(45)

... (2.5)

Dengan syarat batas

a. y = 0 pada x = 0; diperoleh 0 = A sin 0 + B cos 0, didapat harga B = 0

b. y = 0 pada x = L; karena harga A tidak mungkin nol, maka diperoleh harga sebagai

berikut:

... (2.6)

Harga kL yang memenuhi adalah kL= 0, π, 2π, 3π, .... nπ atau persamaan (2.6) dapat dipenuhi

oleh tiga keadaan:

a. konstanta A = 0, tidak ada lendutan

b. kL = 0, tidak ada lendutan

c. kL = π, syarat terjadinya tekuk.

Karena k2 = P / EI, maka

Kedua ruas dikuadratkan

, maka diperoleh ... (2.7)

Ragam tekuk dasar pertama, adalah lendutan dengan lengkung tunggal (y = A sin x

dari persamaan 2.5), akan terjadi bila kL = π ; dengan demikian beban kritis Euler untuk

kolom bersendi di kedua ujungnya dengan L adalah panjang tekuk yang dinotasikan dengan Lk

adalah:

(46)

Untuk mengetahui batas berlakunya persamaan Euler, dapat dilihat hubungan antara

tegangan kritis dengan kelangsingan kolom yang dinotasikan dengan (λ). Dari persamaan

(2.7) apabila kedua ruas dibagi dengan luas penampang, maka akan diperoleh:

... (2.9)

Karena i2 = I / A, maka diperoleh

... (2.10)

Dimana adalah kelangsingan (λ), maka diperoleh

... (2.11)

Pada keadaan yang umum, kehancuran akibat tekuk terjadi setelah sebagian penampang

melintang meleleh. Keadaan seperti ini disebut tekuk in-elastic (tidak elastis)

Tekuk murni akibat beban aksial terjadi bila anggapan-anggapan ini berlaku, yakni:

1. Sifat tegangan-tegangan tekan sama di seluruh titik pada penampang.

2. Kolom lurus sempurna dan prismatis.

3. Resultan beban bekerja melalui sumbu pusat batang sampai batang mulai melentur.

4. Kondisi ujung harus statis tertentu sehingga panjang antara sendi-sendi ekivalen dapat

ditentukan.

5. Teori lendutan yang kecil seperti pada lenturan yang umum berlaku dan gaya geser

dapat diabaikan.

(47)

Kolom merupakan satu kesatuan dengan struktur dan tidak dapat berlaku secara

bebas (independent). Dalam percobaan, tekuk diartikan sebagai perbatasan antara lendutan

stabil dengan lendutan tidak stabil pada batang tekan. Hasil percobaan mencakup pengaruh

bengkokan awal pada batang eksentrisitas beban yang tidak terduga, tekuk setempat atau

lateral, dan tegangan sisa.

2.5. Tekuk Kolom

Kemampuan batas pikul beban suatu struktur tekan sangat tergantung pada panjang

relatif, karakteristik dimensi penampang melintang, dan sifat material yang digunakan. Suatu

struktur tekan yang diberikan beban yang besar melebihi kemampuan pikulnya, maka struktur

tersebut akan mengalami perubahan bentuk yang disebut dengan fenomena tekuk (buckling).

Tekuk merupakan suatu ragam kegagalan yang disebabkan oleh ketidakstabilan suatu struktur

yang dipengaruhi oleh aksi beban.

Fenomena tekuk memiliki hubungan dengan kekakuan elemen struktur. Elemen

yang mempunyai kekakuan yang kecil akan lebih mudah mengalami tekuk dibandingkan

dengan kekakuan yang besar. Semakin langsing suatu elemen struktur, semakin kecil pula

kekakuannya. Angka kelangsingan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut. (Ir.K.H. Felix

(48)

Fbr = luas tampang bruto (cm2)

Dalam suatu konstruksi tiap batang tekan mempunyai λ ≤ 150 (Ir.K.H. Felix Yap). Untuk

menghindari bahaya tekuk pada batang tekan, gaya yang ditahan oleh batang harus

digandakan dengan faktor ω sehingga.

Dimana:

= tegangan yang timbul

S = gaya yang timbul pada batang

ω = faktor tekuk

Faktor yang mempengaruhi beban tekuk (Pcr) suatu struktur antara lain panjang

kolom, perletakan kedua ujung kolom, ukuran dan bentuk penampang kolom. Selain faktor

tersebut, faktor lain yang menentukan besarnya Pcr adalah karakteristik kekakuan elemen

struktur (jenis material serta bentuk dan ukuran penampang). Kolom akan cenderung

menekuk pada arah sumbu terlemahnya, akan tetapi mempunyai kekakuan yang cukup pada

sumbu lainnya. Dengan demikian, kapasitas batas pikul beban suatu struktur tekan

bergantung juga pada bentuk dan ukuran penampang (dinyatakan dengan momen inersia, I).

Faktor lain yang mempengaruhi besarnya beban tekuk Pcr adalah kondisi ujung

elemen struktur. Apabila ujung suatu kolom bebas berotasi, kolom tersebut mempunyai

kemampuan pikul beban yang lebih kecil dibandingkan dengan kolom yang sama dimana

kondisi kedua ujungnya dijepit.

Leonhardt Euler (1759) mengemukakan sebuah teori tekuk kolom dengan beban

konsentris yang semula lurus dan semua seratnya tetap elastis sehingga tekuk akan

(49)

sederhana (simply supported) pada ujung lainnya. Adapun perumusan tekuk Euler sebagai

berikut.

Dimana:

Pcr = beban tekuk (kg)

E = modulus elastisitas bahan (kg/cm2)

I = momen inersia (cm4)

Lk = panjang tekuk (cm)

2.6. Kolom Berspasi

Kolom berspasi merupakan komponen struktur tekan dari suatu rangka batang, titik

kumpul yang dikekang secara lateral pada ujung dari kolom berspasi, dan elemen pengisi

pada titik kumpul tersebut dinamakan sebagai klos tumpuan (Anonim, 2000).

Pada kolom berspasi terdapat dua sumbu utama yang melalui titik berat

penampangnya, yaitu sumbu bebas bahan dan sumbu bahan. Sumbu bebas bahan adalah

sumbu yang arahnya sejajar muka yang berspasi pada kolom (sumbu Y), sedangkan sumbu

bahan adalah sumbu yang arahnya tegak lurus arah sumbu bebas bahan dan memotong kedua

komponen kolom (sumbu X).

Klos tumpuan pada kolom berspasi harus memiliki lebar dan panjang yang memadai

serta ketebalan minimum yang sama dengan ketebalan kolom tunggal dan posisinya berada

dekat ujung kolom. Klos tumpuan yang memiliki ukuran yang sama sedikitnya harus

mempunyai satu klos lapangan yang letaknya di daerah tengah kolom, sehingga l3 = 0,50 l1.

Adapun perbandingan panjang terhadap lebar maksimum ditentukan sebagai berikut:

(50)

2. Pada bidang sumbu bahan, l3/d1 tidak boleh melampaui 40.

3. Pada bidang sumbu bebas bahan, l2/d2 tidak boleh melampaui 50.

Gambar 2.12. Geometrik Kolom Berspasi

Dalam PKKI 1961 untuk batang ganda berspasi perhitungan momen lembam

terhadap sumbu-sumbu bahan (sumbu X dalam gambar 2.13. a dan b) dapat dianggap sebagai

batang tunggal dengan lebar yang sama dengan jumlah lebar masing-masing bagiannya.

ix = 0,289 h

(51)

Untuk menghitung momen lembam terhadap sumbu bebas bahan (sumbu X pada

gambar 2.13. c dan sumbu Y pada gambar 2.13. a, b) menggunakan perumusan sebagai

berikut (Ir.K.H. Felix Yap, 1964):

Dimana:

I = momen inersia yang diperhitungkan

It = momen inersia teoritis

Ig = momen inersia geser, dengan anggapan masing-masing bagian digeser

hingga berimpitan satu sama lain

Bahaya tekuk yang besar pada kolom dapat mengakibatkan terjadinya kehancuran pada

struktur tersebut, oleh sebab itu dalam menghindarkan terjadinya tekuk pada kolom, gaya

yang ditahan oleh batang harus digandakan dengan faktor tekuk ω sehingga perumusannya

sebagai berikut:

Dimana:

S = gaya tekan yang timbul pada batang (ton)

= tegangan (kg/cm2)

ω = faktor tekuk

Dalam menghitung It harus diambil a = 2b, apabila jarak antara masing-masing bagian a > 2b.

Masing-masing bagian yang membentuk batang ganda berspasi, harus memiliki momen

lembam:

(52)

S = gaya tekan yang timbul pada batang berganda (ton)

ly = panjang tekuk terhadap sumbu bebas bahan (m)

n = jumlah batang bagian

Masing-masing bagian pada ujung-ujung batang ganda berspasi dan sepertiga panjang batang

dari setiap ujung batang tertekan harus diberikan perangkai yang disebut dengan klos.

Perangkai tersebut disambungkan pada kayu ganda dan dihubungkan dengan menggunakan

baut maupun dengan paku. Jika disambungkan dengan baut, maka lebar bagian b ≤ 18 cm

dipakai 2 (dua) baut dan jika b > 18 cm dipakai 4 (empat) baut sedangkan untuk paku dapat

disesuaikan jumlahnya sesuai dengan keperluan dan pemasangannya harus disesuaikan

dengan peraturan.

KS = konstanta klos tumpuan (MPa)

Tabel 2.4. Konstanta klos tumpuan (Anonim, 2002)

(53)

2.7. Alat Sambung Kayu

Pada konstruksi kayu pada umumnya membutuhkan alat sambung yang berfungsi

untuk memperpanjang batang kayu (overlapping connection) atau menggabungkan beberapa

batang kayu pada satu buhul. Kegagalan suatu sambungan dapat berupa: pecah kayu diantara

dua alat sambung, pembengkokan alat sambung, atau lendutan yang melampaui nilai

toleransinya. Sambungan merupakan titik terlemah pada konstruksi kayu sehingga perlu

mendapatkan perhatian. Hal ini disebabkan karena adanya deformasi atau penggeseran

(penyesaran) pada titik-titik sambungannya. Dengan demikian konstruksi kayu yang perlu

mendapatkan perhatian bukan adanya beban patah saja, tetapi adanya penyesaran juga perlu

mendapatkan perhatian. Menurut Ali Awaludin (2002), ada beberapa hal yang menyebabkan

rendahnya kekuatan sambungan pada konstruksi kayu, antara lain:

1. Terjadinya pengurangan luas tampang.

2. Terjadinya penyimpangan arah serat.

3. Terbatasnya luas sambungan.

Efektifitas suatu alat sambung dapat diukur berdasarkan kuat dukung yang diberikan

oleh sambungan itu sendiri dibandingkan dengan kuat ultimit kayu yang di sambungnya.

Adapun ciri-ciri alat sambung yang baik antara lain:

1. Pengurangan luas kayu yang digunakan untuk menempatkan alat sambung

relatif kecil atau bahkan nol.

2. Nilai banding antara kuat dukung sambungan dengan kuat ultimit batang yang

disambung tinggi.

3. Menunjukkan perilaku pelelehan sebelum mencapai keruntuhan (daktail).

4. Mempunyai angka penyebaran panas (thermal conductivity) rendah.

(54)

Struktur kolom ganda kayu memerlukan suatu penghubung untuk menghubungkan

dua kayu menjadi satu kesatuan struktur yang kuat. Penggabungan ini bertujuan agar kolom

ganda dapat memikul beban yang bekerja pada struktur. Kekuatan sambungan tidak

dibedakan pada sambungan desak atau sambungan tarik, melainkan kuat desak pada lubang

serta kekuatan alat penghubung geser tersebut. Untuk itu pada struktur kolom ganda

dibutuhkan alat penghubung dengan jumlah dan penempatan penghubung geser yang

disesuaikan dengan besar gaya geser yang timbul pada kedua kayu tersebut.

2.8. Baut

Alat sambung baut pada umumnya terbuat dari baja lunak (mild steel) dengan bentuk

kepala heksagonal, kotak, kubah, atau datar (gambar 2.14.) yang berfungsi untuk mendukung

beban tegak lurus sumbu panjangnya. Kekuatan sambungan kayu ditentukan oleh kuat tumpu

kayu, tegangan lentur baut, dan angka kelangsingan (perbandingan nilai panjang baut pada

kayu utama dengan diameter baut). Dalam pemasangan baut, lubang baut diberi kelonggoran

1 mm.

Gambar 2.14. Bentuk-bentuk Baut (ASCE, 1997)

Ketika angka kelangsingan baut rendah, baut menjadi sangat kaku dan distribusi

(55)

akan mengalami tekuk dan distribusi tegangan tumpu kayu tidak merata. Tegangan tumpu

kayu maksimum terjadi pada bagian samping kayu utama.

2.8.1. Tahanan Lateral Acuan

Tahanan lateral acuan digunakan untuk sambungan dengan komponen utama yang

terbuat dari kayu, baja, beton, atau pasangan batu, dan komponen sekunder yang terdiri dari

satu atau dua komponen kayu atau komponen dengan pelat baja sisi. Tahanan lateral acuan

sambungan yang menggunakan baut satu irisan dengan beban tegak lurus terhadap sumbu

alat pengencang dan dipasang tegak lurus sumbu komponen struktur ditentukan dengan

mengambil nilai minimum dari persamaan pada tabel 2.5. (untuk satu baut dengan satu irisan

yang menyambung dua komponen) atau tabel 2.6. (untuk satu baut dengan dua irisan yang

menyambung tiga komponen). Tahanan lateral acuan diambil dengan nilai tahanan lateral

acuan terkecil.

(56)

IIIm

(57)

IV

Catatan:

2.8.2. Kuat Tumpu Kayu

Kuat tumpu kayu merupakan kekuatan yang dimiliki kayu untuk menahan beban

yang diberikan pada daerah titik tumpuannya (dengan satuan N/mm2). Femdan Fesadalah kuat

tumpu kayu utama dan kuat tumpu kayu samping. Selain itu kuat tumpu kayu memiliki nilai

kuat tumpu pada arah sejajar serat, tegak lurus serat, dan dengan sudut terhadap seratnya

yang masing-masing memiliki perumusan sebagai berikut:

Fe // = 77,25 G

Fe ┴ = 212 G1,45D-0,5

Dimana:

Fe // = kuat tumpuan kayu sejajar serat (N/mm2)

Fe ┴ = kuat tumpu kayu tegak lurus serat (N/mm2)

Fe θ = kuat tumpu kayu dengan sudut terhadap serat (N/mm2)

G = berat jenis kayu

D = diameter baut

Menurut National Design and Spesification (NDS) U.S untuk konstruksi kayu

(2001) mendefinisikan kuat lentur baut (Fyb) merupakan nilai rerata antara tegangan leleh dan

(58)

N/mm2. Kuat tumpu kayu untuk beberapa macam diameter baut dengan berat jenis kayu

dapat dilihat pada tabel 2.7. (a), (b), (c).

Tabel 2.7.(a) Kuat tumpu kayu (Fe) dalam N/mm 2

untuk baut ½“ (Ali Awaludin, 2005) Berat jenis

(G)

Sudut gaya terhadap serat kayu θ (derajat)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Sudut gaya terhadap serat kayu θ (derajat)

(59)

Tabel 2.7.(c) Kuat tumpu kayu (Fe) dalam N/mm 2

untuk baut ¾“ (Ali Awaludin, 2005) Berat jenis

(G)

Sudut gaya terhadap serat kayu θ (derajat)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Geometri sambungan baut diperlukan untuk mengetahui tahanan acuan jarak tepi

baut, jarak ujung, dan spasi alat pengencang yang sesuai dengan nilai minimum pada tabel

2.8. Jarak baut terluar dalam suatu sambungan yang tegak lurus arah serat tidak boleh lebih

besar dari 127 mm terkecuali ada ketentuan mengenai perubahan dimensi kayu.

Tabel 2.8. Jarak tepi, jarak ujung, dan persyaratan spasi untuk sambungan dengan baut (Ali Awaludin, 2005)

Beban Sejajar Arah Serat Ketentuan Dimensi Minimum

1. Jarak Tepi (bopt)

Im/ D ≤ 6 (catatan 1) 1,5 D

Im / D > 6

yang terbesar dari 1,5 D atau ½ jarak antar baris alat pengencang tegak lurus serat

2. Jarak Ujung (aopt)

Komponen Tarik 7 D

Komponen Tekan 4 D

3. Spasi (sopt)

Spasi dalam baris alat pengencang 4 D

Gambar

Gambar 2.2. Batang kayu yang menerima gaya tarik
Gambar 2.3. Batang kayu yang menerima gaya geser
Gambar 2.5. Batang kayu yang menerima gaya tekan tegak lurus serat
Gambar 2.6. Regangan Memanjang Kayu
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Additionally, understanding the causes and triggering mechanisms is important for landslide risk assessment and The International Archives of the Photogrammetry,

enhance organizational survival, increase agency legitimacy, and heighten public satisfaction with government&#34; (Koven, 1999). Jadi, tujuan akuntabilitas anggaran

Menurut Kurniawan dan Asih, (2012), Suku Araceae juga merupakan tumbuhan herba yang memiliki kemampuan mengandung air lebih banyak dan tumbuh dengan kelembapan yang tinggi

2 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal.. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,

Keragaman Jenis Tumbuhan Bawah pada Berbagai Tegakan Hutan Tanaman Di Benakat Sumatera Selatan.. Balai Penelitian

JENIS TUMBUHAN BAWAH DENGAN NILAI K, KR, F, FR dan INP PADA KAWASAN TAMAN DELENG MACIK HUTAN RAYA BUKIT BARISAN KABUPATEN KARO SUMATERA

Kestabilan titik tetap ( X*, Y*, C *x , C *y) memberikan arti bahwa berapapun tingkat produksi awal dan tingkat kapasitas produksi masing-masing produk, maka dalam jangka