• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PENGEMBANGAN SISTEM KOMUNIKASI MANAJERIAL PENYELENGGARAAN KELAS KHUSUS DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL PENGEMBANGAN SISTEM KOMUNIKASI MANAJERIAL PENYELENGGARAAN KELAS KHUSUS DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

1 I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menindaklanjuti penelitian tahun pertama yang menghasilkan temuan perlunya model pengembangan sistem komunikasi manajerial dalam penyelenggaraan kelas khusus. Hal ini terkait dengan keberhasilan dan masih adanya kendala. Hasilnnya menunjukkan, bahwa di RSBI dan Imersi pada dasarnya menerapkan arah komunikasi internal dan eksternal. Sementara di kelas Akselerasi dipadukan arah dua dan multiarah, serta vertikal dan horizontal. Sifat komunikannya individual dan institusional. Bahasa yang digunakan sesuai dengan konteks. Bahasa Inggris digunakan sebagai pengantar KBM khusus untuk kelas SNBI dan Imersi.

Penyediaan fasilitas sarana dan prasarana yang representatif. Jumlah siswa setiap kelas SNBI pada tahun 2007/2008 55 siswa, dikelompokkan menjadi 2 kelas, tahun 2008/2009 90 siswa dikelompokkan menjadi 3 kelas, dan pada tahun 2009/2010 339 dibagi menjadi 10 kelas. Dengan demikian, memang sudah terbuka untuk penerimaan siswa baru RSBI. Akselerasi 22 orang, dan Imersi 24 orang, untuk paralel 2 kelas. Bahkan di kelas Imersi untuk tahun pelajaran 2009/2010 hanya merekrut 20 orang siswa tiap kelas dengan paralel 2 kelas. Tersedianya fasilitas representatif dan jumlah siswa ideal merupakan salah satu langkah menuju KBM efektif. Di samping itu, juga adanya monitoring lulusan, terutama yang terkait dengan keberhasilan masuk ke perguruan tinggi negeri, swasta, nasional maupun internasional.

(2)

2 masyarakat (publicity and public relation) berupa surat edaran, sosialisasi ke SMP potensial, aktivitas lomba akademik dan non akademik secara eksternal. Kepala Sekolah penyelenggara kelas RSBI khususnya sudah menginformasikan melalui TA TV, akan menyiapkan beasiswa untuk siswa yang berprestasi unggul tidak mampu. Metode promosi yang terakhir merupakan contoh adanya promosi pemberian hadiah (sales promotion). Namun, belum dilakukan secara komprehensif.

Di antara kendalanya sebagai berikut. Penggunaan bahasa Inggris sebagai pengantar KBM baru terbatas pada kelas X dan XI. Penyebabnya pada kelas XII perlu pemahaman soal UN yang berbahasa Indonesia. Belum teraksesnya semua lulusan SMP favorit, berkualitas terbaik, karena faktor biaya, kekhawatiran pada program baru, dan kesan percobaan, serta kurang pematangan khususnya pada kelas akselerasi. Ada satu dua orang siswa yang ingin tes kualifikasi internasional, kandas karena faktor biaya. Hasil UN kelas khusus peringkat 10 besar masih ada yang didominasi kelas reguler. Nilai bahasa inggris UN pun yang tertinggi masih diraih oleh kelas reguler. Belum dipergunakannya model hubungan langsung personal (direct personality communication) dengan calon siswa berprestasi istimewa dari SMP favorit. Belum dipergunakannya metode pemberian hadiah (sales promotion): bentuk beasiswa (yang sudah baru kelas RSBI), studi S1 ke luar negeri yang dibiayai oleh sponsor atau donor, untuk siswa berprestasi istimewa.

(3)

3 kedua ini, dirancang untuk menemukan model pengembangan model pengembangan sistem komunikasi manajerial penyelenggaraan kelas khusus.

Sebenarnya pada tahun 1984 Balitbang Dikbud telah menyelenggarakan perintisan pelayanan pendidikan anak berbakat dari tingkat SD, SMP, dan SMA di satu daerah perkotaan (Jakarta), dan satu daerah pedesaan (Kabupaten Cianjur). Program pelayanan yang diberikan berupa pengayaan (enrichment) dalam bidang sains (Fisika, Kimia, Biologi, dan Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa), matematika, teknologi (elektronika, otomotif, dan pertanian), bahasa (Inggris dan Indonesia), humaniora, serta keterampilan membaca, menulis, dan meneliti. Pelayanan pendidikan dilakukan di kelas khusus di luar program kelas reguler pada waktu-waktu tertentu.

Perintisan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat tersebut pada tahun 1986 dihentikan seiring dengan pergantian pimpinan dan kebijakan di jajaran Depdikbud. Selanjutnya, pada tahun 1994 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan program Sekolah Unggul (Schools of Excelent) di seluruh provinsi. Hal ini merupakan langkah awal kembali untuk menyediakan program pelayanan khusus bagi peserta didik dengan cara mengembangkan aneka bakat kreativitas yang dimilikinya.

(4)

4 Untuk melayani pendidikan khusus sesuai UU Sisdiknas Pasal 50 (Depdiknas, 2003: 33), di Surakarta telah diselenggarakan sekolah-sekolah plus atau kelas khusus. Kelas khusus yang dimaksud antara lain Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di SMA Negeri 1, Program Percepatan Belajar (Akselerasi) di SMA Negeri 3, dan Imersi di SMA Negeri 4 Surakarta.

Pelaksanaan SBI di SMA 1 Surakarta dimulai dengan membuka kelas Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Proses pembelajaran di kelas rintisan ini menggunakan kurikulum 2004 yang diadaptasikan dengan kurikulum mitra internasional (yang dirujuk oleh pemerintah), dan menggunakan bahasa pengantar Bahasa Inggris. Pelaksanaannya mulai pada tahun pelajaran 2005/ 2006. Program kelas Akselerasi dimulai tahun pelajaran 2003/2004. Sementara itu, program kelas imersi dimulai pada tahun pelajaran 2004/2005. Dalam perkembangan lebih lanjut, sesuai dengan kebijakan Depdiknas kurikulum 2004 tersebut diubah menjadi kurikulum berbasis sekolah, dan terakhir dikembangkan menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Oleh karena penyeleng- garaan program sekolah tersebut masih baru, maka menarik untuk diteliti. Fokus penelitian penulis tertuju pada sistem komunikasi manajerial sumber daya manusia dan bauran komunikasi pemasaran (sosialisasi) dalam penyelenggaraan kelas khusus tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, ada dua masalah perlu dicari jawabannya dalam penelitian ini.

(5)

5 2.Bagaimana implementasi desain model pengembangan sistem komunikasi mana

(6)

i LAPORAN PENELITIAN

HIBAH PENELITIAN TIM PASCASARJANA – HPTP (HIBAH PASCA)

MODEL PENGEMBANGAN SISTEM KOMUNIKASI MANAJERIAL PENYELENGGARAAN KELAS KHUSUS

DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI

Tim Peneliti:

Prof. Dr. Abdul Ngalim, M.Hum. (Ketua) Prof. Dr. Markhamah, M.Hum. (Anggota) Prof. Dr. H. M. Wahyuddin, M.S. (Anggota)

DIBIAYAI OLEH DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

SESUAI DENGAN SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN HIBAH PENELITIAN 074/SP2H/PP/DP2M/IV/2009, TERTANGGAL 06 APRIL/2009

(7)
(8)

iii SUMMARY

A MODEL OF DEVELOPING MANAGERIAL COMMUNICATION SYSTEM OF STATE HIGH SCHOOL SPECIFIC CLASS

This study is to follow up the findings of the first-year study stating that it is necessary to find a development model of managerial communication system for a specific class. This is related to the successfulness as well as any problem with accessibility of new students, graduates of excellent Junior High School, who are interested in the RSBI, Acceleration, and Immersion classes due to a variety of reasons. Among these may include higher fee tuition for the classes than the regular, any anxiety that this program will not be continuous, and a lack of reasonable management for the Acceleration class. Based on the findings of research and discussion, including workshop on a development of model design of managerial communication system for the specific class, and forum of group discussion, it is noteworthy to make a book guide a Model of Developing Managerial Communication System for the Specific Class.

There is one statement problem in this study (Year II), stating that what is a model design of managerial communication system for the specific class in State Senior High School? Thus, the study aims at finding a model design of managerial communication system for the specific class in State Senior High School.

The finding of the study resulted in a model design of managerial communication system for the specific class in State Senior High School. The design for the RSBI and Immersion classes is based on internal and external communication. However, the Acceleration class is on the basis of internal, external, two-way, multiple-way, vertical, and horizontal communication. To solving the problems in the study of year 1, and vision as well as mission, it is highly necessary to develop a variety of communication systems; vertical, horizontal, and vertical structure. A vertical communication system refers to top-down in which Allah (God) instructs human beings to pray and worship to Him, and bottom-up where human beings pray and worship to Him, and it is Him who blesses or refuse due to meaningful lesson for themselves, and He is the Known. A horizontal communication refers to human beings communicating with one another for sharing mutual-benefits, and finding Allah‟s blessings, a part of praying to God in general (‘am).

A vertical structure refers to a headmaster formally having an assignment to manage a teaching-learning process. He or she communicates with his subordinates, and formally manages, guides, and instructs them to do an assignment in relation to a teaching-learning process, included in the RSBI class. In contrast, his subordinates remind his boss when he forgets or makes a faulty. Likewise, they can express an idea or gives any suggestion for developing the education institution they have been managing.

A communication from the headmaster to educative and administrative staff is a kind of top-down (structural). In contrast, the educative and administrative expressing an idea to the headmaster is a kind of vertical communication (bottom-up).

(9)

iv transfer. Informally, nevertheless, it is very good idea that a teacher positions himself as a partner of his students. If so, the students are very easy to find a wide and deep science transfer.

However, if the students suggest that their teacher should speak more loudly, explain information, change a method, and so on is an example of functional-vertical communication (bottom-up). The students understand that in a learning contract, a teacher has explained the materials for learning.

Because a functional communication contains a vertical communication, it is certain that there is a horizontal communication. The functional-horizontal communication can occur among teachers, students, and so on. Similarly, a teacher is necessary to discuss multi-disciplines or develop learning with a Teacher‟s Discussion in Study Field (MGMP). In addition, among the students can discuss a material presented by one student.

Concerning a two-way and multiple-way communication, these can occur at an internal and external communication. In the internal communication, a two-way interaction between a headmaster and his or her vice may discuss a problem due to a personal discussion. Actually, a communication between a teacher and his students is part of a two-way communication. This can happen if its communication is among the students or teachers and vice versa.

A multiple-way communication can happen in the workshop for discussing an increased quality in the management of specific class. This usually happens when there are some presenters that express a different idea discussed in terms of various aspects. In other words, a multiple-way communication will happen if the communicants express their different ideas.

Another communication that is considered to lack of getting attention is interpersonal where if one person is facing a problem with taking a decision among more options. Physically or in expressionistic, to get a solution to a question, “which option does he or she take?” is an interpersonal communication. For example, when getting any information through a socialization of operating the RSBI, Acceleration, Immersion and regular classes, a „new‟ student often think and express to take a decision. A school manager who understands the student‟s problem is sure to argue the specific class to other managers. An inside-his-self communication as a result of alternatives is part of interpersonal communication.

Regarding a variety of language, a language for communication system development model for the specific class needs to be developed with a language used as a way of effective communication. Concretely, it should have a language suitable to a student‟s interest for make a competition in a national and international level. In this case, it is related to be fluent in English.

In Sociolinguistics, a competency in multi-languages one person has lead to a code switch, code mix or interference, for example, in the promotion management as a concept of marketing communication mix. Its elements include a method of direct marketing, personal selling, sales promotion, publicity and public relation.

(10)

v means that it will be useful in formal forums such as meeting, teaching-learning activity, and workshop and so on.

In addition, in pragmatics, a communicant also needs to understand what a speaker means when he or she is talking to indirectly. Similarly, it needs to use a per-locution speech act. In this case, a speaker influences his partner to do something compatible with him. For example, a speech in a promotion language is to influence a „new‟ student in order to be interested in the program of specific class.

(11)

vi

Ringkasan

MODEL PENGEMBANGAN SISTEM KOMUNIKASI MANAJERIAL PENYELENGGARAAN KELAS KHUSUS

DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI

Menindaklanjuti penelitian tahun pertama yang menghasilkan temuan perlunya model pengembangan sistem komunikasi manajerial dalam penyelenggaraan kelas khusus. Hal ini terkait dengan keberhasilan dan masih adanya kendala dalam rekrutmen siswa baru, lulusan SMP unggulan yang belum semuanya tertarik pada kelas RSBI, Akselerasi, dan Imersi, dengan berbagai alasan. Alasan dimaksudkan, antara lain dana yang lebih tinggi dariapada kelas reguler, kekhawatiran baru percobaan dan tidak akan berlangsung terus, kurang pematangan khusus untuk kelas Akselerasi. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, termasuk hasil lokakarya penyusunan desain model pengembangan sistem komunikasi manajerial penyelenggaraan kelas khusus, dan forum grup diskusi (FGD), disusunlah panduan atau buku “Model Pengembangan Sistem Komunikasi Manajerial Penyelenggaraan Kelas Khusus”

Masalah yang perlu dicari jawabannya dalam penelitian ini (Tahun II), “Bagaimana desain model pengembangan sistem komunikasi manajerial penyelenggaraan Kelas Khusus di SMA Negeri?

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini (Tahun II), “Menemukan desain model pengembangan sistem komunikasi manajerial penyelenggaraan kelas Khusus di SMA Negeri.

Hasil penelitian ini, berupa desain model pengembangan sistem komunikasi penye-lenggaraan penyepenye-lenggaraan kelas khusus. Secara singkat disajikan dalam ringkasan ini. Desain model pengembangan sistem komunikasi manajerial penyelenggaraan kelas RSBI dan Imersi, didasarkan pada sistem komunikasi internal dan eksternal. Sementara di kelas Akselerasi, didasarkan pada komunikasi internal, eksternal, dua arah, multiarah, vertikal, dan horizontal. Untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan pada penelitian tahun pertama, serta visi dan misi yang ditetapkan, dikembangkan dengan berbagai sistem komunikasi. Sistem komunikasi ilahiah vertikal dari arah atas ke bawah (top down). Dalam hal ini Allah memerintahkan manusia untuk berdoa atau beribadah. Sebaliknya dari bawah ke atas (bottom up). Wujudnya, manusia berdoa atau beribadah yang ditujukan kepada Allah. Allah Yang Mahakuasa mengabulkan atau sebaliknya tidak mengabulkan karena hikmah, dan Allah Yang Maha Tahu. Sementara itu, komunikasi horizontal dalam wujud manusia berkomunikasi dengan sesama manusia untuk saling memberia manfaat, dan mencari rida Allah, merupakan bagian dari ibadah kepada Allah yang sifatnya umum (‘am).

(12)

vii dengan cara yang dipimpin (bawahan) menyampikan ide-ide atau masukan kepada pemimpin demi perkembangan dan kemajuan lembaga pendidikan yang dilola.

Komunikasi yang diawali dari kepala sekolah ke guru maupun staf tatausaha, adalah terjadinya komunikasi dari atas ke bawah (top down) struktural. Sebaliknya, para guru, dan karyawan administrasi yang menyampaikan usulan masukan demi kemajuan sekolah yang dilola kepada kepala sekolah merupakan contoh terjadinya komunikasi vertikal dari bawah ke atas (bottom up) struktural.

Selanjutnya, komunikasi yang dilakukan oleh guru kepada siswa, dalam wujud penyampaian informasi keilmuan yang baru merupakan contoh komunikasi vertikal dari arah atas ke bawah (top down) fungsional. Artinya, guru yang berfungsi sebagai fasilitator, edukator, manajer maupun lider secara fungsional tetap berada pada bagian atas. Sementara, siswa yang mungkin lebih muda usia, ilmu, maupun status kependidikan berada di bagian bawah, untuk memperhatikan informasi keimuan yang terkini. Kendatipun secara informal, sangat bagus apabila guru mendudukkan posisinya sebagai mitra pembelajaran yang lebih senior. Jika hal ini terjadi siswa merasa lebih mudah untuk menggali informasi keilmuan yang luas dan mendalam.

Sebaliknya, jika siswa mengajukan usulan agar guru lebih mengeraskan suaranya, memperjelas informasinya, mengubah metode, dan sebagainya, merupakan contoh komunikasi vertikal dari bawah ke atas (bottom up) fungsional. Siswa telah memahami, bahwa dalam kontrak belajar guru telah menyampaikan informasi perlu- nya siswa menyampaikan kekurangjelasan terhadap penyampaian informasi materi pembelajaran yang sedang disajikan.

Karena dalam komunikasi fungsional terdapat komunikasi vertikal, sudah barang tentu juga terdapat komunikasi horizontal. Komunikasi horizontal fungsional pun ada yang terjadi antar sesama guru, sesama siswa, dan seterusnya. Begitu juga ketika guru perlu berdiskusi interdisiplin atau tentang pengembangan pembelajaran mata pelajaran melalui musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Di samping itu, juga ketika siswa berdiskusi dengan sesama siswa tentang materi mata pelajaran tertentu yang dipresentasikan oleh salah satu siswa.

Arah komunikasi dua dan multiarah ini dapat dilakukan, baik dalam komunikasi internal maupun eksternal. Dalam komunikasi internal, dua dan multiarah ini dapat terjadi ketika kepala sekolah melakukan interaksi dengan salah satu wakil kepala sekolah terkait untuk membahas permasalahan personal. Selanjutnya komunikasi antara guru dengan semua siswa juga merupakan komunikasi dua arah.Ini dapat terjadi, jika terjadi komunkasi antara siswa dengan guru, dan sebaliknya.

Komunikasi multiarah dapat terjadi dalam lokakarya (worshop), untuk membahas perkembangan kualitas penyelenggaraan kelas khusus. Hal ini, biasanya terjadi pada saat beberapa pemresentasi berdiskusi dengan berbagai sisi pandang yang berbeda. Dengan kata lain, komunikasi multiarah akan terjadi jika antar komunikan menyampaikan bahasan yang berbeda-beda sisi pandang ide masing-masing.

(13)

viii sekolah yang mengetahui permasalahan calon siswa tersebut meyakinkan, kelebihan sekolah yang dilolanya. Komunikasi yaang terjadi pada diri seseorang dapat menghasilkan sebagian alternatif komunikasi intrapersonal.

Pemilihan variasi bahasa adalah sesuai dengan kebutuhan pemakaian bahasa untuk komunikasi efektif. Secara konkret bahasa pilihan tersebut sesuai dengan keinginan siswa untuk berkompetisi baik tinkat nasional maupun internasional. Dalam hal ini terkait dengan pemilihan bahasa Inggris.

Dalam kajian sosiolinguistik, penguasaan berbagai bahasa oleh seseorang dapat menimbulkan alih kode (code swiching), campur kode (code mixing), atau interferensi. Sebagai contoh dalam manajemen promosi terdapat konsep bauran komunikasi pemasaran (the marketing communication mix). Yang termasuk komponen metode promosi, pemasaran langsung (direct marketing), jual wiraniaga (personal selling), promosi penjualan (sales promotion), publisitas dan hubungan masyarakat (publicity and public relation).

Peristiwa interferensi dalam suatu komunikasi berbahasa Indonesia, merupakan gangguan yang sulit dihindari. Sebaliknya, integrasi justru memperkaya perbendaha- raan kata. Hal ini terjadi sejak lahirnya bahasa Indonesia. Dalam kajian sosiolinguistik, justru variasi bahasa sebagai sebuah model pengembangan sistem komunikasi manajerial penyelenggaraan kelas khusus, yang juga bervariasi. Artinya, bahwa penggunaan bahasa dalam forum resmi, seperti rapat, aktivitas belajar mengajar, lokakarya, dan sebagainya.

Dalam sosiolinguistik, seorang komunikan juga perlu memahami makna penu-tur ketika bertupenu-tur secara tidak langsung. Berarti juga memerlukan tindak tupenu-tur perlokusi. Dalam hal ini penutur mempengaruhi mitra tutur. Sebagai misal, sebuah tuturan dalam bahasa promosi, untuk mempengaruhi calon siswa baru agar tertarik untuk masuk ke kelas khusus.

(14)

ix CAPAIAN INDIKATOR KINERJA

Ada beberapa capaian indikator yang perlu disajikan dalam uraian ini. Berdasarkan hasil lokakarya penyusunan desain model pengembangan sistem komunikasi manajerial penyelenggaraan kelas khusus, dan forum grup diskusi (FGD), ada beberapa komponen yang layak disajikan dalam desain model pengembangan sistem komunikasi. Hasil penelitian ini, berupa desain model pengembangan sistem komunikasi manajerial penyelenggaraan kelas khusus.

1. Desain model pengembangan sistem komunikasi manajerial penyelenggaraan kelas RSBI dan Imersi, didasarkan pada sistem komunikasi internal dan eksternal. Sementara di kelas Akselerasi, didasarkan pada komunikasi internal, eksternal, dua arah, multiarah, vertikal, dan horizontal.

2. Untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan pada penelitian tahun pertama, serta visi dan misi yang ditetapkan, dikembangkan dengan berbagai sistem komunikasi. Sistem komunikasi ilahiah vertikal dari arah atas ke bawah (top down) perlu dikembangkan. Dalam hal ini Allah memerintahkan manusia untuk berdoa atau beribadah. Sebaliknya dapat dilakukan komunikasi dari bawah ke atas (bottom up). Wujudnya, manusia berdoa atau beribadah yang ditujukan kepada Allah. Allah Yang Mahakuasa mengabulkan atau sebaliknya tidak mengabulkan karena hikmah, dan Allah Yang Maha Tahu. Sementara itu, komunikasi horizontal dalam wujud manusia berkomunikasi dengan sesama manusia untuk saling memberi manfaat, dan mencari rida Allah, merupakan bagian dari ibadah kepada Allah yang sifatnya umum (‘am). 3. Komunikasi struktural vertikal, secara resmi seorang kepala sekolah memiliki tugas

(15)

x Komunikasi yang diawali dari kepala sekolah ke guru maupun staf tatausaha, adalah terjadinya komunikasi dari atas ke bawah (top down) struktural. Sebaliknya, para guru, dan karyawan administrasi yang menyampaikan usulan masukan demi kemajuan sekolah yang dilola kepada kepala sekolah merupakan contoh terjadinya komunikasi vertikal dari bawah ke atas (bottom up) struktural. 4. Komunikasi fungsional yang dilakukan oleh guru kepada siswa, dalam wujud

penyampaian informasi keilmuan yang baru merupakan contoh komunikasi vertikal dari arah atas ke bawah (top down) fungsional. Artinya, guru yang berfungsi sebagai fasilitator, edukator, manajer maupun lider secara fungsional tetap berada pada bagian atas. Sementara, siswa yang mungkin lebih muda usia, ilmu, maupun status kependidikan berada di bagian bawah, untuk memperhatikan informasi keimuan yang terkini. Kendatipun secara informal, sangat bagus apabila guru mendudukkan posisinya sebagai mitra pembelajaran yang lebih senior. Jika hal ini terjadi siswa merasa lebih mudah untuk menggali informasi keilmuan yang luas dan mendalam.

Sebaliknya, jika siswa mengajukan usulan agar guru lebih mengeraskan suaranya, memperjelas informasinya, mengubah metode, dan sebagainya, merupakan contoh komunikasi vertikal dari bawah ke atas (bottom up) fungsional. Siswa telah memahami, bahwa dalam kontrak belajar guru telah menyampaikan informasi perlunya siswa menyampaikan kekurangjelasan terhadap penyampaian informasi materi pembelajaran yang sedang disajikan.

Karena dalam komunikasi fungsional terdapat komunikasi vertikal, sudah barang tentu juga terdapat komunikasi horizontal fungsional. Komunikasi horizontal fungsional pun ada yang terjadi antar sesama guru, sesama siswa, dan seterusnya. Begitu juga ketika guru perlu berdiskusi interdisiplin atau tentang pengembangan pembelajaran mata pelajaran melalui musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Di samping itu, juga ketika siswa berdiskusi dengan sesama siswa tentang materi mata pelajaran tertentu yang dipresentasikan oleh salah satu siswa.

(16)

xi satu wakil kepala sekolah terkait untuk membahas permasalahan personal. Selanjutnya komunikasi antara guru dengan semua siswa juga merupakan komunikasi dua arah.

Komunikasi multiarah dapat terjadi dalam lokakarya (worshop), untuk membahas perkembangan kualitas penyelenggaraan kelas khusus. Hal ini, biasanya terjadi pada saat beberapa pemresentasi berdiskusi dengan berbagai sisi pandang yang berbeda. Dengan kata lain, komunikasi multiarah akan terjadi jika antar komunikan menyampaikan bahasan yang berbeda-beda sisi pandang ide masing-masing.

6. Jenis komunikasi lain yang layak diperhatikan adalah komunikasi intraper- sonal.Komunikasi intrapersonal terjadi apablia seseorang sedang menghadapi masalah untuk menentukan salah satu pilihan dari beberapa alternatif. Secara fisik maupun ekspresionistik, untuk menentukan jawaban, “Manakah pilihan yang ditetapkan?” adalah bagian dari intrapersonal. Misalnya, ketika seorang calon siswa memperoleh informasi dari sosialisasi penyelenggaraan RSBI, Aksselerasi, Imersi, dan kelas reguler, sebagian calon siswa harus berpikir untuk menetapkan pilihannya. Pimpinan sekolah yang mengetahui permasalahan calon siswa tersebut meyakinkan, kelebihan sekolah yang dilolanya. Komunikasi yaang terjadi pada diri seseorang dapat menghasilkan sebagian alternatif komunikasi intrapersonal.

7. Pemilihan variasi bahasa adalah sesuai dengan kebutuhan pemakaian bahasa untuk komunikasi efektif. Secara konkret bahasa pilihan tersebut sesuai dengan keinginan siswa untuk berkompetisi baik pada tingkat nasional maupun internasional. Dalam hal ini terkait dengan pemilihan bahasa Inggris.

8. Dalam kajian sosiolinguistik, penguasaan berbagai bahasa oleh seseorang dapat menimbulkan alih kode (code swiching), campur kode (code mixing), atau interferensi. Sebagai contoh dalam manajemen promosi terdapat konsep bauran komunikasi pemasaran (the marketing communication mix). Yang termasuk komponen metode promosi, pemasaran langsung (direct marketing), jual wiraniaga (personal selling), promosi penjualan (sales promotion), publisitas dan hubungan masyarakat (publicity and public relation).

(17)

xii perbendaharaan kata. Hal ini terjadi sejak lahirnya bahasa Indonesia. Dalam kajian sosiolinguistik, justru variasi bahasa sebagai sebuah model pengembangan sistem komunikasi manajerial penyelenggaraan kelas khusus, yang juga bervariasi. Artinya, bahwa penggunaan bahasa dalam forum resmi, seperti rapat, aktivitas belajar mengajar, lokakarya, dan sebagainya.

(18)

xiii PRAKATA

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt Pengatur alam semesta. Dengan rahmat

dan berkah Allah, penelitian tentang ”Model Pengembangan Sistem Komunikasi Manajerial penyelenggaraan Kelas Khusus di SMA Negeri” tahun kedua ini dapat diselesaiakan. Peneliti yakin bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak berikut tidak akan dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu.

1. Direktur Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang telah berkenan mendukung biaya proyek penelitian ini.

2. Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penelti untuk melakukan kegiatan penelitian Hibah Pasca ini. 3. Ketua Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Surakarta beserta staf, yang

telah berkenan memproses usulan penelitian Hibah Pasca ini sampai berhasil, dan membantu kelancaran dalam pelaksanannya hingga selesai.

4. Direktur Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang sejak awal memberikan dukungan proses pengusulan sampai dengan pelaporan penelitian ini. 5. Kepala Sekolah dan Wakasek atau Pengelola Program Rintisan Sekolah Bertaraf

Internasional (RSBI) SMA Negeri 1 Surakarta, yang telah memberikan ijin sekaligus memberikan berbagai informasi data untuk proses penelitian ini.

(19)

xiv 7. Kepala Sekolah dan Ketua Program kelas Imersi SMA Negeri 4 Surakarta yang telah

memberikan ijin sekaligus memberikan informasi data untuk penelitian ini.

8. Triyatno, S.Pd., Miftahul Huda, S.Pd., Hesti, S.S. mahasiswa Magister Pengkajian Bahasa serta Magister Manajemen Pendidikan, yang telah membantu tim peneliti dengan bekerja keras untuk menggali data, demi hasil penelitin ini optimal.

Dalam proses pelaksanaan penelitian ini, peneliti telah berupaya semaksimal mungkin demi hasil yang optimal. Namun, peneliti menyadari, bahwa hasil penelitian ini masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu, tegur sapa, kritik, serta saran-saran yang konstruktif akan peneliti terima dengan senang hati demi perba- ikan untuk penelitian selanjutnya. Akhirnya peneliti berharap, penelitian ini ada manfaatnya bagi upaya pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, bidang pendidikan dan humaniora khususnya.

Surakarta, 18 Oktober 2009 a.n. Tim Peneliti,

(20)

xv DAFTAR ISI

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN ii

SUMMERY iii

RINGKASAN HASIL PENELITIAN vi

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA ix

PRAKATA xiii

DAFTAR ISI xv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 4

II TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN TAHUN KEDUA 6

A. Tujuan Penelitian 6

B. Manfaat Penelitian 6

III TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORI 7

A. Tinjauan Pustaka 7

B. Kajian Teori 10

1. Sistem 10

2. Komunikasi 11

3. Manajerial 16

4. Sumber Daya Manusia 18

5. Bauran Komunikasi Sosialisasi 21

IV METODE PENELITIAN 23

A.Lokasi Penelitian 23

B.Jenis Penelitian 23

C.Subjek Penelitian 23

D.Sumber Data 24

E.Teknik Pengumpulan Data 24

F. Keabsahan Data 24

G.Teknik Analisis Data 25

V HASIL DAN PEMBAHASAN 26

A.Hasil Penelitian 26

B.Pembahasan 40

VI KESIMPULAN DAN SARAN 68

A. Kesimpulan 68

B. Saran 70

VII RENCANA PENELITIAN TAHAP KETIGA 72

A.Tujuan Khusus 72

B. Metode 72

C. Jadwal Penelitian 74

VIII DRAF BUKU AJAR 76

(21)

xvi

ARTIKEL ILMIAH YANG TELAH DIPUBLIKASIKAN 146

LAMPIRAN

BIODATA PENELITI

DOKUMEN PENYERAHAN KE LAPANGAN DOKUMEN LOKAKARYA

(22)

xvii DAFTAR LAMPIRAN

1. Salinan Surat Pernyataan Pelaksanaan Penelitian 2. Surat Ijin Penelitian

(23)

DRAF ARTIKEL JURNAL TERAKREDITASI NASIONAL

PENGEMBANGAN SISTEM KOMUNIKASI MANAJERIAL KELAS IMERSI

DEVELOPING OF A MANAGERIAL COMMUNICATION SYSTEM OF THE IMMERSION CLASS

Abdul Ngalim, Markhamah, dan M. Wahyuddin ABSTRACT

This study is to follow up the findings of the first-year study stating that it is necessary to find a development model of managerial communication system for a Immersion Class. In this study, the researchers just examined a managerial communication system. The study (Year II) aims to find a model of communication system development for the specific class – Immersion class – in State Senior Higher School. The study used a qualitative method. The data gathering used interview, workshop, and discussion group. The data descrptive analysis employed an interaction and interpretation. The finding of the this study is that a managerial communication of the Immersion class is based on the internal and external. To solve the problem of the study (Year I), it is necessary to develop a variety of communication systems. The internal and external communication. The vertical communication is a structural top-down and bottom-up. The vertical communication is a functional top-down and bottom-up. The horizontal communication is a structural. The vertical communication is a functional top-down and bottom-up. The horizontal communication is a functional. Likewise, it needs to think about intrapersonal, and indirect (perlocution) pragmatic communication for promotion.

PENDAHULUAN

Nixon (2007) mengemukakan hasil penelitiannya, bahwa komunikasi sosial di sekolah membangun komunikasi dalam lingkungan pendidikan, mengkomunikasikan pengetahuan, tindakan, dan lingkungannya. Faktor-faktor tersebut dikaji dengan class study yang mengilustrasikan keseimbangan antara teori dan praktek dalam bentuk pembangunan makna sebagai alat pembelajaran tentang lingkungan dan sebagai sarana komunikasi intern maupun ekstern. Komunikasi dapat dilakukan oleh antara guru dengan peserta didik, peneliti dengan sponsor, peneliti dengan yang diteliti, dan sebagainya. Bentuk komunikasi di antaranya wawancara dan diskusi.

Penelitian tahun pertama (Ngalim, 2008) menghasilkan temuan perlunya buku ajar

“Sistem Komunikasi Manajerial Penyelenggaraan Kelas Khusus”. Hal ini terkait dengan

(24)

25 orang tiap rombel untuk 2 rombel. 2009/2010: 20 orang tiap rombel, untuk 3 rombel Tersedianya fasilitas representatif dan jumlah siswa ideal merupakan salah satu langkah menuju KBM efektif.

Ada dua metode bauran komunikasi sosialisasi yang telah diterapkan. Advertensi (advertisng) melalui radio, surat kabar, dan situs internet. Publisitas dan hubungan masyarakat (publicity and public relation) berupa surat edaran, sosialisasi ke SMP potensial, aktivitas lomba akademik dan non akademik secara eksternal. Di SMAN 4 Surakarta, disediakan beasiswa untuk siswa ranking I, satu semester, ranking II, 4 bulan, dan ranking III, dua bulan. Metode promosi yang terakhir merupakan contoh adanya promosi pemberian hadiah (sales promotion).

Di antara kendalanya sebagai berikut. Penggunaan bahasa Inggris sebagai pengantar KBM baru terbatas pada kelas X dan XI. Penyebabnya pada kelas XII perlu pemahaman soal UN yang berbahasa Indonesia. Belum teraksesnya semua lulusan SMP unggulan, berkualitas terbaik, karena faktor biaya, kekhawatiran pada program baru, dan kesan percobaan. Hasil UN peringkat 10 besar masih didominasi kelas reguler. Adanya kendala tersebut tampak disebabkan oleh faktor kurangnya konsep model pengembangan sistem komunikasi manajerial kelas Imersi, yang dapat diimplementasikan secara efektif. Dalam hal ini meliputi sistem komunikasi manajerial SDM maupun bauran komunikasi sosialisasi. Oleh sebab itulah pada penelitian tahun kedua ini, dirancang untuk menemukan model pengembangan model pengembangan sistem komunikasi manajerial kelas khusus, termasuk kelas Imersi.

Untuk melayani pendidikan khusus sesuai UU Sisdiknas Pasal 50 (Depdiknas, 2003: 33), di Surakarta telah diselenggarakan sekolah-sekolah plus atau kelas khusus. Kelas khusus yang dimaksud, salah satunya kelas Imersi di SMA Negeri 4 Surakarta. Program kelas imersi dimulai pada tahun pelajaran 2004/2005. Dalam perkembangan lebih lanjut, sesuai dengan kebijakan Depdiknas kurikulum 2004 diubah menjadi kurikulum berbasis sekolah, dan terakhir dikembangkan menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Oleh karena penyelenggaraan program sekolah tersebut masih baru, seperti disebutkan di muka perlu buku

acuan, “Sistem Komunikasi Manajerial Kelas Khusus”.

(25)

Sistem berasal dari bahasa Latin systēma dan bahasa Yunani sustēma adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi (http://id. wikipedia.org/wiki/Sistem).. Kata sustèma tampak diintegrasikan ke dalam bahasa Inggris system yang berarti „cara‟ atau „jaringan‟. Ke dalam

bahasa Indonesia diintegrasikan menjadi “sistem” yang berarti „perangkat unsur yang secara

teratur saling berkaitan, susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas, dan sebagainya.

Komunikasi

Menurut Rivai (2004: 274) komunikasi adalah suatu proses memberi dan menerima informasi sampai pada pemahaman makna, sehingga komunikasi sebagai arus informasi dan penyampaian emosi yang berada dalam lapisan masyarakat baik dari atas ke bawah (vertikal), maupun dari kanan ke kiri (horizontal).

Mulyana (2007: 46) mengemukakan, bahwa komunikasi semula bearasal dari kata Latin communis yang berarti ‟sama‟, communico, communicatio atau communicare, yang berarti

‟membuat sama‟ (to make common). Arti tersebut menunjukkan, bahwa komunikasi merupakan

proses interaksi, dan saling menyampaikan informasi untuk membuat kesamaan persepsi. Misalnya, komunikasi yang dilakukan dalam kegiatan belajar-mengajar, tujuan utamanya adalah peserta didik memahami konsep ilmu yang dikaji seperti yang dimaksud nara sumber atau pendidik.

Manajerial

Dalam hal manajemen Mahendrawati (2005: 48) memaparkan adanya strategi dan tantangan mengelola variasi produk. Kendatipun pembahasannya bertumpu pada pengelolaan variasi produk barang, tampaknya pengelolaan produk jasa pun perlu memperhatikan strategi dan tantangan. Sebagai ilustrasi, terselenggaranya kelas khusus, dari segi strategi merupakan bagian dari upaya proses realisasi kompetisi unggulan kualitas. Sementara itu, tantangan yang harus diantisipasi adalah dimungkinkan semakin banyak kompetetor dan variasi Sekolah Bertaraf Internasional.

(26)

manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Berikut, management diintegrasikan

ke dalam bahasa Indonesia manajemen ‟pengelolaan‟.

Handoko (2003: 10) mendefinisikan manajemen seperti pada diagram berikut.

Dengan demikian, sistem komunikasi manajerial merupakan cara melakukan aktivitas manajerial dengan alat bahasa tertentu. Artinya, aktivitas manajerial yang meliputi perencanaan, pengelolaan, pengawasan sekolah perlu pemilihan ragam bahasa manajemen dan kepemimpinan. Mengenai manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah salah satu dari bentuk reformasi pendidikan dalam rangka perbaikan pendidikan, terutama untuk memperbaiki lingkungan pengajaran dan pembelajaran. Di samping itu, MBS juga bentuk alternatif sekolah sebagai hasil dari desentralisasi pendidikan (Nurkholis, 2006: 4-6).

Sumber Daya Manusia

Soebardjo (2003: 1) mengemukakan, bahwa upaya menciptakan SDM yang berkualitas dapat dimulai dari dunia pendidikan. Selama ini output yang dihasilkan dari proses pendidikan belum optimal. Lulusan dari sekolah maupun perguruan tinggi masih harus menambah pengetahuan dan keterampilan agar dapat secara langsung dimanfaatkan dunia tenaga kerja. Sementara bila ingin bersaing secara internasional, kondisi SDM di Indonesia umumnya dan Jawa Tengah khususnya belum memenuhi harapan. Yang dimaksud sumber daya manusia dalam hal ini adalah figur kepala sekolah, guru, dan siswa.

Menurut Hadiyanto (2004: 11) bahwa guru seharusnya mampu memainkan peran guru ideal. Ciri guru ideal diantaranya adalah berkualifikasi pendidikan memadai, memiliki misi, visi sebagai guru, mampu mentransfer ilmu kepada peserta didik secara efisian dan efektif, mampu mengubah peserta didik dari yang tidak tahu dan tidak terampil menjadi tahu dan terampil, dari yang belum dewasa menjadi dewasa, membentuk diri sendiri dan peserta didik menjadi berbudi luhur, dan dapat menjadi teladan baik dari segi penguasaan ilmu, ketrampilan maupun akhlak. Seorang pemenang I Guru Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2002, Widiani, dalam Suparlan

Perencanaan Pengorganisasian Penyusunan personalia Pengarahan

Pengawasan

Tujuan Organisasi Anggota

(27)

(2005: 130) menyatakan tolok ukur guru yang beretos kerja tinggi adalah rajin, kreatif, aktif Inisiatif, dan disiplin.

Dessler (2006: 5) mendefinisikan manajemen sumber daya manusia, adalah suatu proses memperoleh , melatih, menilai, dan memberikan kompensasi kepada kar- yawan, memperhatikan hubungan kerja mereka, kesehatan, keamanan, dan keadilan. Dalam hal ini terkait dengan SDM pendidikan. Artinya, pendidik yang memiliki semangat untuk belajar, mengajar, menilai, memberikan penghargaan kepada pihak terkait.

Sanjaya (2009: 3) mengemukakan, bahwa akhir dari pendidikan adalah kemampan anak memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, berakhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Konsep ini memberikan inspirasi idealistik, makro, dan kental terkait dengan keteladanan yang telah disebutkan sebelumnya. Ide semacam itu jelas juga memerlukan model pengembangan sistem komunikasi manajerial kelas khusus.

Bauran Komunikasi Sosialisasi

Menurut Kotler et al. (2003: 596-597), lima metode bauran komunikasi pemasaran: iklan (Advetising), pemasaran langsung (direct marketing), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat dan publisitas (public relation and publicity) jual wiraniaga (personal selling). Dalam penelitian pendidikan ini sengaja digunakan istilah bauran komunikasi sosialisasi. Sebagai contoh dalam manajemen promosi pendidikan, bauran komunikasi sosialisasi (the socialitation communication mix). Yang termasuk komponen metode sosialisasi, sosialisasi langsung (direct socialization), sosialisasi personal langsung (direct personal socialization), promosi sosialisasi (socialization promotion), publisitas dan hubungan masyarakat (publicity and public relation).Hal ini mengingat fungsinya untuk memperoleh siswa dan lulusan unggulan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Hal ini mengingat jenis data dan analisisnya juga kualitatif. Data kualitatif berwujud model pengembangan sistem komunikasi manajerial sumber daya manusia penyelenggaraan kelas Imersi.

(28)

Prosedur awal yang ditempuh adalah penyusunan desain model pengembangan sistem komunikasi manajerial penyelenggaraan kelas khusus. Moleong (2007: 13) mengemukakan salah satu ciri penelitian kualitatif adalah penyusunan desain. Desain disusun, sesuai dengan kenyataan di lapangan. Setelah itu, dibahas dalam forum lokakarya (workshop). Hasil pembahasan konsep yang telah disempurnakan dengan berbagai masukan dari para peserta workshop, dijadikan model pengembangan sistem komunikasi manajerial penyelenggaraan kelas khusus. Dalam hal ini tetap dilakukan pendekatan interpretasi dan interaksi.

HASIL PENELITIAN

Kepala SMA Negeri 4 Surakarta Drs. Edy Pudiyanto, M.Pd. dan Wakasek kelas Imersi, Drs. Sudjono, memaparkan tentang manajerial pengelolaan program Imersi. Dalam presentasinya disajikan empat hal sebagai masukan. Empat hal dimaksudkan: 1. katagori sekolah, 2. esensi, tujuan, dan penyelenggaraan kelas Imersi, 3. Perbedaan kelas Imersi dan RSBI. Katagori sekolah yang disampaikan: Standar, Mandiri, dan Sekolah Bertaraf Internsional. Dasar hukum yang diacu, Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 50, ayat 3. Isinya, bahwa Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional.

Secara etimologis, imersi berasal dari bahasa Inggris to immerse artinya „mecelupkan, menyerap, dan melibatkan secara mendalam. Penafisrannya antara lain, siswa dapat belajar bahasa Inggris lebih efektif, bila para siswa menggunakan bahasa tersebut sebagai alat untuk memperoleh informasi yang bermakna dan kontekstual. Dalam hal ini, bahasa Inggris bukan sekedar sebagai salah satu mata pelajaran saja. Bahasa Inggris juga sebagai salah satu bahasa pengantar dalam proses pembelajaran. Ada lima tujuan yang ingin dacapai dalam penyelenggaraan kelas Imersi. a. Meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia khususnya, dan di Provinsi Jawa Te- ngah

khususnya, dalam rangka meningkatkan kemampuan SDM menghadapi era globalisasi.

b. Menghasilkan SDM yang berkualitas dan mempunyai daya saing global melalui penguasaan bahasa Inggris.

(29)

e. Mengembangkan potensi sekolah beserta SDM yang dimiliki untuk menciptakan ke- unggulan kompetitif.

Perbedaan pelaksanaan program Imersi dan SBI.

a. Pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris di Imersi: Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Ekonomi, Geografi, TIK, dan Sejarah. Di SBI: Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi.

b. Jumlah siswa, di program Imersi maksimal 20 orang tiap kelas, paralel 3 kelas, di RSBI terakhir pada penerimaan siswa baru tahun pelajaran 2009/2010 di SMAN 1 329 orang untuk 10 kelas.

c. SDM guru di program Imersi wajib mampu berbahasa Inggris, di RSBI diharapkan mampu berbahasa Inggris.

[image:29.612.67.476.482.700.2]

Di kelas Imersi, sistem komunikasinya perpaduan antara internal dan eksternal. Sarana dan prasarana kelas imersi didesain secara representatif. Jumlah siswa dibatasi 24 orang tiap rombel, dengan paralel 2 rombel. Pada tahun pelajaran 2009/2010 penerimaan siswa baru, dinaikkan menjadi 3 rombel, tetapi jumlah tiap rombel diturunkan menjadi 20 orang. Dengan demikian, efektifitas KBM diharapkan lebih terjamin. Namun, di antara masalahnya seperti disebutkan di muka, bahwa lulusan SMP unggulan belum semuanya tertarik ke program Imersi. Alasannya, juga faktor dana, dan kekhawatiran hanya percobaan. Hal itu tampaknya juga berkorelasi dengan prestasi siswanya rata-rata pada 10 besar, masih lebih baik kelas reguler.

[image:29.612.68.478.493.702.2]

Tabel 1

Tabel Rekapitulasi Peringkat 10 Besar Hasil Ujian Nasional

Kelas Imersi dan Reguler Tahun Pelajaran 2007/2009

PERINGKAT IMER,/REG. JUMLAH RATA-RATA B.INGGRIS

I Reguler 54,65 9,11 9,40

II Reguler 54,30 9,05 8,60

III Imersi 54,10 9,02 9,00

IV Reguler 53,15 8,86 9,20

V Reguler 53,15 8,86 8,80

VI Reguler 52,90 8,82 8,60

VII Reguler 52,85 8,81 9,00

VIII Reguler 52,80 8,80 8,20

IX Reguler 52,75 8,79 9,00

(30)
[image:30.612.2.568.168.370.2]

Tabel 2

Tabel Rekapitulasi Peringkat 10 Besar Hasil Ujian Nasional

Kelas Imersi dan Reguler

PERING KAT IMERSI (JUMLAH) IMERSI (RATA-RATA) IMERSI (B.INGGRIS) REGULER (JUMLAH) REGULER RATA-RATA REGULER (B.INGGRIS)

I 53,35 8,89 9,20 53,20 8,87 9,00

II 51,95 8,66 9,20 53,15 8,86 8,00

III 51,75 8,63 9,20 52,85 8,81 8,80

IV 48,45 8,08 9,60 52,80 8,80 8,60

V 47,95 7,99 8,60 52,80 8,80 8,40

VI 47,80 7,97 9,60 52,60 8,77 8,20

VII 47,55 7,93 8,60 52,50 8,75 8,20

VIII 46,65 7,78 8,60 52,40 8,73 8,80

IX 46,45 7,74 9,20 52,30 8,72 8,60

X 44,85 7,48 8,00 52,25 8,71 9,00

Berdasarkan fenomena tersebut salah satu faktornya tampak perlunya model pengembangan sistem komunikasi manajerial penyelenggaraan kelas Imersi. Pada leaflet promosi kelas Imersi disebutkan semboyan atau kalimat mutiara, Unggul dalam Prestasi, Santun dalam Perilaku. Menjawab Tantangan Global. Artinya, dalam proses, maupun lulusannya didasarkan pada unggul dalam kompetisi akademik, rendah hati atau santum dalam perilaku, dan mampu berkompetisi nasional maupun internasional

. Dilihat contoh UN akhir tahun pelajaran 2007/2008 untuk angkatan pertama, lulusan peringkat 10 besar masíh didominasi kelas Reguler. Kelas Imersi jurusan IPA meraih peringkat III, dengan nilai rata-rata : 9,02 dan IX., dengan nilai rata-rata: 8,80. Peringkat 10 besar lainnya I, dengan nilai rata-rata UN : 9,11, II, IV, V, VI, VII, VIII, dan X dipegang oleh kelas reguler. Sementara jurusan IPS peringkat 10 besar masih diborong oleh kelas reguler. Peringkat 10 besar pada lulusan UN 2009, peringkat I sudah diraih oleh lulusan Imersi. Adapun yang lain masih dipegang oleh kelas reguler. Nilai bahasa Inggris, tertinggi 9,60 sudah diraih lulusan kelas Imersi.

(31)

Berdasarkan informasi tersebut di muka, dinyatakan bahwa untuk mengatasi masalah, komunikasi memiliki peranan yang sangat pending. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Supandi (2004), bahwa komunikasi merupakan salah satu dari tiga prediktor kontributor signifikan terhadap kinerja pamong belajar Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Veen (2006), mengungkapkan, bahwa komunikasi lebih efektif dan bermakna untuk yang kreatif dalam berpartisipasi.

Komunikasi Lingkup Internal dan Eksternal

Baik tugas edukatif maupun administratif sangat erat kaitannya dengan komunikasi. Sistem komunikasi yang dibangun berdasarkan pada manajemen berbasis sekolah. Macamnya, komunikasi internal dan eksternal. Komunikasi internal suatu lembaga pendidikan adalah interaksi yang terjadi antar warga dalam suatu lembaga pendidikan itu. Sebagai misal, komunikasi antara kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, karyawan administrasi, maupun siswa dalam salah satu lembaga pendidikan, seperti di SMAN 4 Surakarta.

Manfaat komunikasi internal, untuk mengetahui pendapat teman kerja atau orang lain tentang suatu masalah, serta cara pemecahannya. Dengan demikian, bantuan teman atau orang lain senantiasa diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan dan memecahkan masalah yang dihadapi. Dalam hal ini baik kepala sekolah, guru maupun karyawan administrasi, perlu memahami cara menghadapi peserta didik yang pandai, nakal, dan bodoh sesuai dengan proporsi masing-masing. Disamping itu, banyak masalah yang perlu didiskusikan. Diskusi juga dapat membahas masalah pengajaran, model pembelajaran terkini, pendekatan baru, metode baru, cara membuat persiapan, teknik evaluasi, dan lain-lain. Semua itu perlu didiskusikan untuk mencapai pemecahan bersama. Dalam diskusi itulah sebagai wahana terwujudnya komunikasi internal.

(32)

sumber. Komunikasi eksternal ini meliputi hubungan sekolah dengan orang tua siswa, dan hubungan sekolah dengan masyarakat. Aktivitas membangun komunikasi, baik secara individual maupun institusional sangat diperlukan.

Komunikasi Vertikal dan Horizontal

Dalam komunikasi internal pun masih dapat dikembangkan dengan komunikasi vertikal dari atas ke bawah (top down), dan dari bawah ke atas (bottom up), serta horizontal. Menurut Rivai (2004: 274) komunikasi adalah suatu proses memberi dan menerima informasi sampai pada pemahaman makna, sehingga komunikasi sebagai arus informasi dan penyampaian emosi yang berada dalam lapisan masyarakat baik dari atas ke bawah (vertikal), maupun dari kanan ke kiri (horizontal). Dalam hal ini, komunikasi vertikal dan horizontal pun dapat diimplementasikan secara ilahiah, institusional atau kelembagaan, fungsional dan struktural.

Wujud komunikasinya adalah firman Allah, yang memerintahkan manusia memohon (berdoa) kepada Allah. Doa dapat dinikmati pada waktu dan di luar salat, puasa, haji, dan

sebagainya. Selanjutnya, jika manusia melakukan aktivitas memohon atau berdoa seperti, “

Tuhan hamba, mohon Paduka berkenan melimpahkan kepada hamba kebaikan di dunia dan di akhirat. Mungkin Allah mengabulkan, atau sebaliknya tidak mengabulkan, karena alasan dan hikmah yang hanya Allah Maha Tahu, merupakan contoh komunikasi vertikal dari arah bawah (manusia) kepada Allah (bottom up).

Insan takwa adalah sangat cinta kepada Alah. Artinya, padat dalam melakukan komunikasi dengan Allah dalam wujud salat, puasa wajib maupun sunat, haji, dan sebagainya. Wujud komunikasi tersebut juga vertikal dari arah bawah (manusia) kepada Allah (bottom up). Dengan komunikasi semacam itu, manusia yang dapat mancapai ke tingkatan sesuai dengan visi, pasti bermanfaat baik untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat, nusa maupun bangsa. Bahkan dapat bermanfaat untuk manusia sejagat.

(33)

juga merupakan bagian dari amal saleh. Sementara ikhlas berkonotasi jiwa manusia takwa, yang senantiasa berlomba melakukan kebaikan untuk kebahagiaan diri sendiri, keluarga, masyarakat, nusa dan bangsa, teriring doa, agar semua kebaikan yang dilakukan memperoleh rida Allah. Itulah sebagian siklus komunikasi vertikal dan horizontal Ilahiah.

Komunikasi Struktural dan Fungsional

Komunikasi vertikal yang berlaku untuk kelembagaan atau institusional, seperti pada lembaga pendidikan, jelas terkait dengan komunikasi struktural dan fungsional. Menurut Burhan (2008: 50), lapisan masyarakat tingkat bawah dan atas, yang didasarkan pada a. kekayaan, b.ukuran kepercayaan, c. besaran kekuasaan, d. ukuran kehormatan, dan e. ukuran pengetahuan serta pendidikan. Hal semacam itu juga sulit dihindari pada komunikasi organisasi, kendatipun secara pribadi dan agamis ada yang ingin menghindar dari realita tersebut.

Secara eksplisit Pace, R. Wayne dan Faules, Don F, (2006: 184-186) menyatakan bahwa komunikasi ke bawah dalam organisasi adalah mengalirnya informasi dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. Sebaliknya, komunikasi ke atas adalah mengalirnya informasi dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia).

Komunikasi struktural, secara resmi seorang kepala sekolah memiliki tugas untuk mempimpin penyelenggaraan sekolah. Seorang pemimpin melakukan komuni- kasi kepada bawahannya, secara formal membina, membimbing, mengarahkan, atau memerintahkan yang dipimpin atau bawahan melaksanakan tugas yang terakait dengan pendidikan dan pengajaran. Sementara itu, yang dipimpin dapat mengingatkan jika pemimpin sedang lupa atau salah. Begitu juga, dapat dilakukan komunikasi yang baik dengan cara yang dipimpin (bawahan) menyampikan ide-ide atau masukan kepada pempimpin demi perkembangan dan kemajuan lembaga pendidikan yang dilola.

(34)

Selanjutnya, komunikasi yang dilakukan oleh guru kepada siswa, dosen kepada mahasiswa dalam wujud penyampaian informasi keilmuan yang baru merupakan contoh komunikasi vertikal dari arah atas ke bawah (top down) fungsional. Artinya, guru yang berfungsi sebagai fasilitator, edukator, manajer maupun lider secara fungsional tetap berada pada bagian atas. Sementara, siswa yang mungkin lebih muda usia, ilmu, maupun status kependidikan berada di bagian bawah, untuk memeprhatikan informasi keimuan yang terkini. Kendatipun secara informal, sangat bagus apabila guru mendudukkan posisinya sebagai mitra pembelajaran yang lebih senior. Jika hal ini terjadi siswa merasa lebih mudah untuk menggali informasi keilmuan yang luas dan mendalam.

Sebaliknya, jika siswa mengajukan usulan agar guru lebih mengeraskan suaranya, memperjelas informasinya, mengubah metode, dan sebagainya, merupakan contoh komunikasi vertikal dari bawah ke atas (bottom up) fungsional. Siswa telah memahami, bahwa dalam kontrak belajar guru telah menyampaikan informasi perlu- nya siswa menyampaikan kekurangjelasan terhadap penyampaian informasi materi pembelajaran yang sedang disajikan.

Karena dalam komunikasi fungsional terdapat komunikasi vertikal, sudah barang tentu juga terdapat komunikasi horizontal. Dalam hal ini dapat dicontohkan, antar kepala sekolah melakukan rapat kerja musyawarah kepala sekolah (MKS), ntuk membahas kerjasama yang saling menguntungkan untuk kemajuan sekolah masing-masing. Begitu juga ketika guru perlu berdiskusi interdisiplin atau tentang pengembangan pembelajaran mata pelajaran melalui musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Di samping itu, juga ketika siswa berdiskusi dengan sesama siswa tentang materi mata pelajaran tertentu yang dipresentasikan oleh salah satu siswa.

STRUKTUR ORGANISASI SMA NEGERI 4 SURAKARTA

(35)

Komunikasi dua dan Multiarah

Komunikasi dua arah merupakan salah satu model pengembangan sistem komunikasi internal dan eksternal. Model pengembangan tersebut dapat berlangsung baik di kelas RSBI, Akselerasi, maupun Imersi. Hal ini mengingat dalam komunikasi internal, maupun eksternal dapat dikembangkan dengan wujud komunikasi empat mata, atau antar kelompok. Komunikasi dua arah, dengan empat mata dapat dilakukan oleh kepala sekolah dengan salah satu wakil kepala sekolah untuk membahas masalah khusus yang terkait mungkin sifatnya rahasia, ataupun bukan. Begitu juga antara wakil kepala sekolah yang satu dengan salah seorang wakil kepala sekolah yang lain untuk membahas masalah khusus, terkait keduanya.

Sebenarnya, komunikasi antara seorang guru dengan satu kelas siswa pun masih merupakan wujud komunikasi dua arah, jika memang bentuk komunikasinya masih dalam koridor semua siswa ke guru dan sebaliknya. Artinya, semua siswa tertuju kepada guru, dan sebaliknya untuk membahas suatu topik mata pelajaran. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nixon (2007), yang menunjukkan bahwa komuikasi dapat dilakukan oleh antara guru dengaan peserta didik, peneliti dengan sponsor, peneliti dengan peneliti, dan sebagainya.

KEPALA SEKOLAH

Drs. Edy Pudiyanto, M.Pd.

WAKASEK KURIKULUM

Drs. Hari Purwanto, M.Pd.

WAKASEK KESISWAAN

Drs. Sunardi

WAKASEK SARPRAS

H.Sudarsono, S.Pd.

WAKASEK HUMAS

Harianto,S.Pd.,M.Pd.

WAKASEK IMERSI

Hardjono, S.Pd.

PEMBANTU WAKASEK IMERSI

(36)

Komunikasi dua arah dilakukan sesuai dengan konteks kebutuhannya. Misalnya, kepala sekolah berinteraksi dengan wakil kepala sekolah bidang atau kordinator kelas Imersi. Sebagai contoh yang dibahas tentang kuota penerimaan siswa kelas Imersi, sistem tes penerimaan siswa baru, maupun penyediaan sarana-prasarana khusus. Karena Kepala Sekolah yang mengikuti lokakarya, atau sebaliknya, tentang penyelenggaraan kelas khusus, maka hasil lokakarya segera diinformasikan KS kepada Wakasek atau sebaliknya. Penyampaian informasi tersebut direspons oleh Wakasek atau sebaliknya. Responsnya ada yang langsung dari KS kepada Wakasek dalam wujud bahasa tutur, juga atau sebaliknya. Langkah KS dan Wakasek tersebut merupakan contoh kebijakan awal, sebelum melakukan sosialisasi. Maksudnya, agar informasi itu terlebih dahulu dipelajari oleh kordinator kelas RSBI, Akselerasi, maupun Imersi.

Dengan demikian, pada suatu saat tentu terjadi komunikasi dua arah. Wujud komunikasi dapat lisan dan tertulis. Misalnya, kepala sekolah menyampaikan informasi kuota kelas RSBI sebelum disampaikan ke forum rapat lengkap pengelola kelas khusus, terlebih dulu disampaikan kepada kepala sekolah. Hal ini dilakukan dalam rangka penyamaan persepsi antara kepala sekolah dengan wakil kepala sekolah bidang atau kordinator kelas RSBI, Akselerasi, dan Imersi.

Komunikasi dua arah dapat dilakukan oleh berbagai pihak, sesuai dengan keperlu- an masing-masing. Hal ini juga dialami oleh peneliti yang mewawancarai guru, siswa, maupun orang tua siswa. Berikut contoh interaksi antara peneliti dengan salah siswa kelas Imersi.

Peneliti: Why do you want to continue your study in immersion class?Your exact motivation?

Siswa : Becouse, I’ll my english more active and better than the last.

Peneliti: From where do you know that SMAN 4 Surakarta has immersion class? Siswa : From my cousin and my friends.

Peneliti: Give your opinion about how can you improve your English skill (as immersion student)! Mention them minimally 3 (three)!

Siswa : a. Study English serously; b. Try to we English in all of my activity/diary Activities; c. Never give up when I fall down in my lesson

(37)

komunikasi dua arah. Pertanyaan peneliti untuk siswa yang satu dengan lainnya sama, tetapi jawabannya berbeda dengan maksud yang sama. Contoh pertanyaan peneliti: Why do you want to continue your study in immersion class? Your exact motivation? Siswa menjawab: Because, I’ll my English more active and better than the last. –Because I want to speak English better. – Because I am forced my parent to continue in Imersion class, Really, I dont want it. So I’m try to injoy this, now. –Because I want take charge my lesson with English language and try experience.

Contoh komunikasi tersebut menunjukkan, adanya satu pertanyaan dengan jawaban

bervariasi. Peneliti bertanya, ”Mengapa para siswa berkeinginan secara kontinyu belajar di kelas Imersi?, Kemukakan motivasi Anda!. Jawab siswa yang bervariasi, ”Karena saya akan berbahasa

Inggris labih aktif dan lebih baik daripada sekarang.”, Karena saya ingin untuk berbicara dengan bahasa Inggris yang lebih baik., Karena saya sedang didorong oleh orang tua untuk kontinyu di kelas Imersi. Sesungguhnya, bukan keinginan saya, sehingga kini saya menjadi enjoi., Karena saya ingin meningkatkan pelajaran saya dengan bahasa Inggris dan mencoba dengan pengalaman. Pada dasarnya, hasil berkomunikasi dua arah tersebut di antaranya diperoleh data, tentang alasan dan motivasi siswa masuk ke kelas Imersi. Ada di antaranya, agar kemampuan berbahasa Inggrisnya meningkat. Di samping ada yang karena keinginan kedua orang tua, namun kemudian menjadi enjoi.

Interaksi antara peneliti dengan siswa secara tertulis tersebut, merupakan contoh komunikasi dua arah. Hal ini karena sifat interaksinya individual siswa dengan individual peneliti. Sudah barang tentu berbeda, jika interaksinya dalam forum diskusi pada saat KBM. Dalam hal ini, seperti disebutkan di muka, pemandu, pemresentasi ataupun guru, ketika terjadi perdebatan dengan sekian banyak penanya, penyanggah, pemberi masukan, nara sumber perlu mengarahkan pembicaraannya ke berbagai penjuru peserta diskusi.

(38)

Dilihat dari sisi arah komunikasi tersebut, menunjukkan bahwa ilustrasi tersebut sebagai bagian dari komunikasi dua arah. Dalam hal ini ada yang dilakukan oleh KS de- ngan WK, peneliti dengan salah seorang pengelola, peneliti dengan orang tua siswa, dan peneliti dengan siswa. Pengembangannya, dapat dilakukan oleh KS dengan WK, KS dengan salah seorang guru, KS dengan salah seorang siswa, orang tua siswa dengan salah seorang guru, salah satu orang tua dengan salah seorang guru, dan sebagainya. Maksud dilakukannya komunikasi dua arah itupun bermacam-macam. Misalnya: membahas permasalahan khusus yang memang dianggap hanya dapat dilakukan oleh dua belah pihak, demi menjaga kerahasiaan, karena hanya tepat untuk diketahui dua belah pihak, atau hanya untuk kepentingan terkait dua individu saja.

Mengenai komunikasi dalam proses KBM, pada hakikatnya dapat dipadukan antara arah komunikasi dua dan multiarah. Artinya, dalam situasi tertentu, guru perlu berkomunikasi antarindividu dengan siswa. Namun, dalam forum diskusi, layaknya masuk kategori komunikasi multiarah. Dikatakan komunikasi multiarah, karena seorang pemakalah dan pemandu pada saat menghadapi sekian banyak peserta untuk bertanya, menyanggah, ataupun memberi masukan, sudah barang tentu pemakalah dan pemandu mengarahkan pembicaraannya ke berbagai penjuru siswa lain. Begitu juga, seorang guru pada waktu menanggapi atau menjawab berbagai pertanyaan dan tanggapan dari siswa jelas tidak mungkin hanya dua arah. Oleh sebab itu, komunikasi dalam proses KBM layaknya berupa perpaduan dua dan multiarah.

Dengan demikian komunikasi manajerial kelas khusus dua arah di sini, adalah interaksi antara dua individu terkait dengan pengelolaan kelas khusus. Dalam forum KBM khususnya, komunikasi dua arah ini, terintegrasi dengan komunikasi multiarah. Memang secara dikotomik, pemahaman dan pembedaan antara komunikasi dua arah dengan multiarah tetapperlu disajikan.

Komunikasi Manajerial Kelas Khusus Multiarah

(39)

ada pembenahan atau perevisian. Akhirnya disepakati visi dan misi yang berlaku sekarang. Dalam pembahasan ini hadir juga perwakilan dari komite.

Proses perumusan perwakilan guru terlibat dari awal hingga akhir. Semula sudah pernah ada visi dan misi sekolah, terus diperbaharui. Intinya sama hanya redaksinya berbeda. Cara menyampaikan visi dan misi kepada warga sekolah dan publik, serta teknisnya. Visi dipasang di beberapa tempat yang strategis, termasuk di kelas. Sewaktu upacara juga disampaikan. Begitu pula pada waktu pertemuan dengan wali murid visi disampaikan. Di aula ada visi. Di samping itu juga disampaikan kepada warga sekolah lewat buku panduan MOS. Kepada warga sekolah visi misi disampaikan pada waktu upacara (amanat), kepada masyarakat lewat orang tua pada waktu rapat pleno Komite. Jadi, sosialisasi visi misi di antaranya lewat rapat-rapat, serta tempat-tempat tertentu ditempeli tulisan.

Setelah Kordinator memahami informasi tersebut, KS bersama Wakasek mensosialisasikan kepada pihak internal pengelola untuk mempersiapkan semua komponen yang diperlukan dalam penyelenggaraan kelas khusus. Dalam forum sosialisasi (rapat) KS, Wakasek bersama guru dan karyawan administrasi, disampaikan informasi berbagai hal tersebut di muka. Lebih lanjut sosialisasi dilakukan ke masyarakat. Terutama kepada para calon siswa yang dianggap berprestasi unggul. Selanjutnya, Kepala Sekolah bersama Wakasek RSBI mensosialisasikan kepada para guru, dan Kepala Tata Usaha (KTU) untuk rencana pelaksanannya.

Cara penyusunan program sekolah (program jangka panjang, menengah, dan jangka pendek). Prosedurnya dari masing-masing program merancang, terus dikoordina- sikan untuk kemudian diseminarkan. Pengumpulan beberapa teman (maksudnya guru) yang dianggap dapat memikirkan pengembangan ke depan, para pimpinan, dan pimpinan pada waktu seminar semua guru dilibatkan. Pada waktu seminar seorang moderator atau pemakalah tentu menghadapi berbagai lontaran pertanyaan, sanggahan, maupun sumbang saran, demi lengkapnya konsep teoretik dan praktik yang dituangkan pada makalah.

Pada saat lokakarya penyusunan desain “Model Pengembangan Sistem Komuni- kasi

Manajerial Penyelenggaraan Kelas Khusus” inipun juga terjadi komunikasi multi- arah. Baik

(40)

komunikasi multiarah. Artinya, komunikasi multiarah terjadi tidak hanya empat mata, atau pembicaraan dua orang, tetapi suatu wujud komunikasi antarindividu yang satu dengan berbagai individu yang lain, atau antar berbagai instituasi. Dalam hal ini, keterlibatan seorang individu pemandu dan pemresentasi dapat berinteraksi antar keduanya, dan antarindividu peserta lokakarya. Begitu juga terjadinya interaksi antara pengelola Imersi dengan peneliti UMS, merupakan salah satu peristiwa komunikasi multiarah.

Proses diskusi dalam lokakarya tersebut, tampak kalau terjadi komunikasi multiarah. Artinya, komunikasi multiarah terjadi tidak hanya empat mata, atau pembicaraan dua orang, tetapi suatu wujud komunikasi antarindividu yang satu dengan berbagai individu yang lain, atau antar berbagai instituasi. Dalam hal ini, keterlibatan seorang individu pemandu dan pemresentasi dapat berinteraksi antar keduanya, dan antarindividu peserta lokakarya. Begitu juga terjadinya interaksi antara pengelola RSBI, Akselerasi, Imersi dengan peneliti UMS, merupakan salah satu peristiwa komunikasi multiarah.

Komunikasi Manajerial Kelas Khusus Intrapersonal

Sebenarnya komunikasi intrapersonal pun dapat berlangsung. Hal ini terjadi jika seseorang sedang menghadapi problem untuk menentukan pilihan satu dari dua atau lebih pilihan. Secara psikis, ataupun ekspresiosionistik, untuk menetapkan jawaban pertanyaan,

”Manakah yang harus saya pilih?”, merupakan contoh wujud komunikasi intrapersonal. Sebagai

contoh, seorang calon siswa, ketika memperoleh informasi lewat sosialisasi terselenggaranya kelas RSBI, Akselerasi, Imersi, maupun kelas Reguler, tidak jarang yang berpikir dan berekspresi untuk menentukan salah satu pilihannya. Pengelola yang tahu permasalahan tersebut, tentu menginformasikan argumentasi kelebihan kelas Imersi yang menjadi tanggung jawab pengelola. Terjadinya komunikasi dalam diri seseorang, akibat dari adanya berbagai alternatif dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Proses untuk menetapkan salah satu dari berbagai pilihan itulah, terjadinya komunikasi intrapersonal.

Pemilihan Ragam Bahasa secara Sosiolinguistik dan Pragmatik

(41)

mix). Dalam penelitian pendidikan ini disebut bauran komunikasi sosialisasi (the socialitation communication mix).Ada tiga metode bauran komunikasi sosialisasi yang telah diterapkan. Advertensi (advertisng) melalui radio, surat kabar, dan situs internet. Publisitas dan hubungan masyarakat (publicity and public relation) berupa surat edaran, sosialisasi ke SMP potensial, aktivitas lomba akademik dan non akademik secara eksternal. Beasiswa diberikan untuk siswa ranking I, satu semester, ranking II, 4 bulan, dan ranking III, dua bulan. Metode promosi yang terakhir merupakan contoh adanya promosi pemberian hadiah untuk siswa berprestasi unggul (sales promotion).

Secara pragmatik, pelaku komunikasi juga perlu memahami maksud penutur yang menyampaikan keinginannya dengan tuturan tidak langsung. Begitu juga dipergunakannya tindak tutur perlokuasi. Dalam hal ini penutur memp

Gambar

Tabel Rekapitulasi Peringkat 10 Besar  Hasil Ujian Nasional
Tabel 2 Tabel Rekapitulasi Peringkat 10 Besar  Hasil Ujian Nasional

Referensi

Dokumen terkait

Yang jadi masalah adalah kedalaman gerusan hilir bendung seberapa jauh membahayakan sehingga perlu dilakukan analisis dengan tujuan untuk mengetahui profil bendung

tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi dalam pemilu di Kecamatan Pajangan ini masih. didominankan oleh kontrol sosial masyarakat

Instrumen kuesioner ini terdiri dari 20 pertanyaan yaitu: (1) variabel kinerja sistem informasi ini mengacu pada instrumen yang digunakan oleh Astuti (2003),

[r]

Bahwa Pemohon adalah Bakal Pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Japyapura Periode 2011-2016 yang diusung oleh gabungan partai politik yaitu Partai

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, direkomendasikan bagi Kantor Kementerian Agama Kota Pangkalpinang untuk dapat segera melengkapi peralatan pendaftaran calon jemaah haji

karena atas karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan Tesis dengan judul “ Pengaruh pengasuhan di taman pengasuhan anak (TPA) di Kecamatan Ungaran Barat terhadap

Profil siswa SMP tipe Quitters dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan literasi matematis dalam memahami masalah dan memeriksa kembali jawaban memenuhi semua