• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS (PSYCHOLOGICAL WELL-BEING) PADA KSR PMI KOTA SURAKARTA DALAM MENANGANI BENCANA Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well-Being) pada KSR PMI Kota Surakarta Dalam Menangani Bencana.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS (PSYCHOLOGICAL WELL-BEING) PADA KSR PMI KOTA SURAKARTA DALAM MENANGANI BENCANA Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well-Being) pada KSR PMI Kota Surakarta Dalam Menangani Bencana."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS (PSYCHOLOGICAL WELL-BEING) PADA KSR PMI KOTA SURAKARTA DALAM MENANGANI BENCANA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1

pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Oleh:

Annisaa Nur Rahmawati F.100130154

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

(4)
(5)

1

KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS (PSYCHOLOGICAL WELL-BEING) PADA KSR PMI KOTA SURAKARTA DALAM MENANGANI BENCANA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan kesejahteraan psikologis (psychological well-being) pada KSR PMI Kota Surakarta dalam menangani bencana. Informan pada penelitian ini memiliki karateristik yaitu a)Menjadi anggota KSR PMI minimal 1 tahun dan b) Pernah menangani bencana. Informan dalam penelitian ini berjumlah 50 orang yang terdiri dari KSR PMI Unit Markas dan Unit UNS. Penelitian ini menggunakan metode kuesioner terbuka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa KSR PMI Kota Surakarta memiliki psychological well-being yang cukup tinggi. Secara umum, para anggota KSR PMI merasa senang dengan teman-teman sesama rekan KSR PMI karena dapat bersosialisasi dengan individu yang berbeda-beda. Tujuan hidup para KSR PMI juga ingin bermanfaat untuk orang lain, sehingga para anggota KSR PMI lebih merasakan adanya afek positif daripada afek negatif.

Kata Kunci : kesejahteraan psikologis, relawan, KSR PMI

ABSTRACT

This study aims to understand and describe the psychological well-being of the PMI Surakarta in dealing with the disaster. Informants in this study have characteristics that are a) Become a member of KSR PMI at least 1 year and b) Never handle disaster. Informants in this study amounted to 50 people consisting of KSR PMI Unit Headquarters and Unit UNS. This research uses open questionnaire method. The result of the research shows that KSR PMI Surakarta has high psychological well-being. In general, the KSR PMI members are happy with their peer partner KSR PMI because they can socialize with different individuals. The life goals of KSR PMI also want to benefit others, so that PMI KSR members feel more positive than positive affects.

Keywords :psychological well-being, volunteers, KSR PMI

1. PENDAHULUAN

(6)

bertumbuh secara personal. Sejahtera secara psikologis bukan hal yang mudah untuk dicapai, individu tidak hanya sehat secara fisik akan tetapi harus sehat secara psikologis.

Bencana alam di wilayah Kota Surakarta semakin meluas, terutama ketika hujan deras tiba, bantaran sungai Bengawan Solo meluap dan menenggelamkan rumah-rumah warga. Bencana yang terjadi terkadang hingga menyeret korban. Baru-baru ini, ada seorang anak berusia 6 tahun yang hanyut terbawa arus di got karena hujan deras (Bunnews, 2016). Hal ini membuat relawan kemanusiaan harus turun tangan untuk membantu, salah satunya adalah Korps Sukarela Palang Merah Indonesia (yang selanjutnya disebut KSR PMI) yang berada di Kota Surakarta. Syarat menjadi anggota KSR PMI adalah berusia 18 – 35 tahun (Susilo dkk, 2008).

Tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh para relawan yaitu mengevakuasi korban bencana dan memberikan support baik fisik maupun psikologis pada para korban bencana, sehingga kondisi psikologis relawan ketika turun ke medan bencana sangatlah penting. Tanggung jawab sosial para relawan tidaklah sebatas mengevakuasi korban, tetapi juga bagaimana ketrampilan relawan dalam bertindak mengevakuasi korban bencana.

Berdasarkan data yang di dapat oleh Subjek SA bahwa KSR PMI Kota Surakarta telah ikut membantu menangani bencana yang ada di wilayah karesidenan Surakarta bahkan di wilayah-wilayah lain di Indonesia. Untuk wilayah lain di Indonesia salah satunya adalah gempa bumi yang terjadi di Jogja dan saat gunung Merapi meletus. Beberapa KSR PMI Kota Surakarta beserta tim medis ikut menjaga posko yang berada di Magelang, Klaten, dan Boyolali dan tiap satu minggu berganti orang yang menjaga posko. Untuk bencana yang terjadi di Surakarta, KSR PMI sering menangani bencana banjir, angin puting beliung, dan kebakaran. Daerah langganan banjir di daerah Surakarta adalah Semanggi, Sangkrah, Sewu, Pucang Sawit, Jagalan, Joyotakan, dan Kentingan Wetan. Terakhir banjir yang ditangani oleh KSR PMI di wilayah Surakarta yaitu sekitar pada bulan Januari 2017, sebelumnya pada tahun 2016 yaitu sekitar pada tanggal 26-27 November dan sekitar pada bulan Juli atau Agustus yang merupakan bencana banjir yang lumayan besar. Pasca terjadi angin puting beliung pada tanggal 2 Maret 2017, para anggota KSR PMI langsung terjun membantu pohon yang jatuh di tempat kejadian. Untuk kebakaran, merupakan bencana yang paling jarang terjadi di wilayah Surakarta. Terakhir terjadi kebakaran pada tanggal 19 Februari 2017.

(7)

3

besar anggota KSR merasa kesulitan dalam mengatur waktu antara menangani bencana dan kuliah. Hal ini yang membuat para anggota KSR ketika menangani bencana tidak menangani dengan sepenuh hati. Padahal sebenarnya, pengalaman dalam kehidupan yang beragam dan unik akan memberikan pengaruh terhadap kondisi kesejahteraan psikologis secara terus-menerus (Harimukhti & Dewi, 2014). Data awal yang di dapatkan dari informan R adalah setelah selesai melaksanakan tugas, para anggota KSR merasa bahagia bisa membantu menangani bencana dan mengevakuasi korban bencana. Seperti menurut Haworth dan Lewis (2005) bahwa partisipan yang ikut dalam aktivitas fisik telah terbukti untuk menghasilkan suasana hati yang positif, meningkatkan kesejahteraan psikologis dan kepuasan hidup.

Menurut studi psychological well-being yang dilakukan oleh Najia (2005) terhadap para sukarelawan bencana gempa di Pakistan, ditemukan bahwa dengan menjadi relawan, maka individu merasakan ada perubahan positif dari dirinya, dimana individu dapat lebih menghargai diri sendiri, orang lain, kehidupan, merasa dekat dengan Tuhan serta merasakan kepuasan dalam hidup. Temuan ini konsisten dengan penelitian Thoits & Hewitt (2001) yang menunjukkan bahwa pekerjaan sukarela memang meningkatkan semua enam aspek kesejahteraan dan bekerja sebagai relawan memiliki manfaat untuk memfasilitasi well-being seseorang untuk mencapai tingkat terbaiknya. Dari temuan ini, peneliti tertarik meneliti KSR PMI terutama pada kesejahteraan psikologisnya saat menangani bencana.

Berdasarkan fenomena di atas, maka pertanyaan yang muncul yaitu, Berdasarkan fenomena di atas, maka pertanyaan yang muncul yaitu kesejahteraan psikologis pada KSR PMI yang meliputi :

a) Bagaimana kemampuan penerimaan dirinya?

b) Bagaimana kemampuan memiliki hubungan positif dengan orang lain? c) Bagaimana kemampuan dalam menentukan tindakan sendiri?

d) Bagaimana kemampuan dalam penguasaan lingkungan? e) Bagaimana kemampuan dalam memiliki tujuan hidup? f) Bagaimana kemampuan dalam pertumbuhan pribadi?

Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka penelitian ini akan mengulas lebih lanjut bagaimana kondisi kesejahteraan psikologis pada KSR PMI Kota Surakarta dalam menangani bencana.

2. METODE PENELITIAN

(8)

penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner terbuka yang berisi 9 pertanyaan.

Informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan menentukan kriteria informan yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penelitian. Menurut Sugiyono (2013), purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Kriteria dari informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menjadi anggota KSR PMI Kota Surakarta minimal selama 1 tahun 2. Pernah menangani bencana

Informan penelitian ini juga menggunakan quota sampling dan insidental yang berjumlah 50 orang dengan rentang usia yang sesuai dengan syarat masuk anggota KSR PMI yaitu 18 – 35 tahun.

Peneliti menggunakan analisis tematik sebagai salah satu teknik dalam analisis kualitatif yang memilah dan mengkode informasi dari responden dalam bentuk tema-tema khusus. Tema tersebut dapat berupa daftar tema, model tema, atau kualifikasi yang berkaitan dengan tema tersebut. dengan menggunakan teori dan penelitian sebelumnya.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kesejahteraan Psikologis (psychological well-being) memiliki 6 dimensi yang secara umum akan diuraikan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dan kesejahteraan psikologis yang dirasakan KSR PMI secara umum adalah senang karena dapat bersosialisasi dengan individu yang berbeda-beda.

1. PenerimaanDiri

Para informan memiliki penerimaan diri dari perbedaan yang dirasakan setelah menjadi anggota KSR PMI adalah lebih memiliki rasa sosial, menjadi mempunyai skill, dan adanya pengembangan diri dibandingkan sebelumnya dan proses penerimaan diri yang dilakukan yaitu dengan mengembangkan karakter, belajar berorganisasi, dan berusaha membagi waktu untuk bias menerima diri bahwa sudah menjadi anggota KSR PMI.

2. Hubungan Positif dengan Orang Lain

Perasaan yang dimiliki sebagian besar informan kepada rekan-rekan sesama anggota KSR PMI adalah senang dan memiliki alasan dari perasaan menjalin hubungan dengan sesama anggota KSR PMI adalah menjadi bias bersosialisasi dan mendapat pengalaman.

3. Menentukan Tindakan Sendiri

(9)

5 4. Penguasaan Lingkungan

Dalam penguasaan lingkungan, cara yang dilakukan informanuntuk beradaptasi dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan PMI adalah dengan mengenal organisasi KSR PMI dan menyesuaikan sikap personal. Sedangkan cara beradaptasi di medan bencana yang dilakukan oleh anggota KSR PMI adalah banyak berkomunikasi dan menggunakan SOP untuk bertugas. Para informan memiliki hambatan saat melaksanakan tugas menjadi anggota KSR PMI adalah dalam menyesuaikan waktu dengan kegiatan lain, ketidaksesuaian dengan rekan KSR dan dalam pengorganisasian tim. Sedangkan cara menghadapi hambatan saat melaksanakan tugas sebagai anggota KSR PMI adalah dengan memanajemen waktu, berkomunikasi, dan terus belajar.

5. Tujuan Hidup

Alasan sebagian besar informan ingin menjadi anggota KSR PMI adalah tertarik di bidang kemanusiaan dan untuk mengembangkan diri, dengan adanya alasan tersebut memiliki kesesuaian dengan tujuan hidupnya yaitu ingin bermanfaat untuk orang lain.

6. Pertumbuhan Pribadi

Sebagian besar informan melakukan cara untuk mengembangkan potensi diri dengan menjadi anggota KSR PMI yaitu dengan bersosialisasi dan banyak berlatih.

Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan bagaimana kesejahteraan psikologis pada KSR PMI Kota Surakarta dalam menangani bencana dengan menggunakan teori 6 dimensi menurut teori Ryff. Kesejahteraan psikologis yang dirasakan KSR adalah senang karena bisa bersosialisasi dengan individu yang berbeda-beda.

Berdasarkan hasil penelitian, dalam dimensi penerimaan diri, perbedaan yang dirasakan setelah menjadi anggota KSR PMI adalah lebih memiliki rasa sosial, menjadi mempunyai skill, dan adanya pengembangan diri dibandingkan sebelumnya Hal ini sesuai dengan teori volunteer motivation models yang menjelaskan bahwa individu memberikan pelayanannya dalam kegiatan sukarelawan karena beberapa alasan, salah satunya adalah untuk mengembangkan diri (Omoto & Snyder dkk, dalam Thoits & Hewitt, 2001).

(10)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam hubungan positif dengan orang lain, dengan adanya teman-teman dari organisasi KSR, tiap individu merasa senang yang hal ini sesuai dengan pendapat Menurut Bradburn (1989) kebahagiaan merupakan hasil dari kesejahteraan psikologis dan merupakan suatu tujuan tertinggi yang ingin dicapai oleh setiap individu. Sedangkan alasan dari rasa senang tersebut merupakan hal yang juga mempengaruhi hubungan positif dengan orang lain yaitu bisa bersosialisasi dengan teman-teman dari organisasi KSR yang berbeda-beda tiap individunya. Sesuai dengan teori dari Ryff dan Singer (1996) menyebutkan bahwa tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi menunjukkan individu memiliki hubungan yang baik dengan lingkungan disekitarnya, memiliki kepercayaan diri yang baik, dapat membangun hubungan personal yang baik dengan orang lain.

Dimensi menentukan tindakan sendiri (otonomi) dalam hal memilih 2 kegiatan yang juga berkaitan dengan tugas sebagai anggota KSR PMI, hasil dari penelitian menunjukkan bahwa mayoritas informan memilih untuk memprioritaskan 1 kegiatan dan hal ini sesuai dengan pendapat Ryff (1995) bahwa individu yang memiliki skor tinggi pada dimensi otonomi digambarkan cenderung bebas dan dapat menentukan nasibnya serta mampu berpikir dan bertindak sesuai dengan cara yang tepat.

(11)

7

Tujuan hidup para informan bisa dilihat dari keinginan untuk menjadi anggota KSR PMI dengan kesesuaian tujuan hidupnya. Sebagian besar informan tertarik di bidang kemanusiaan dan untuk mengembangkan diri sehingga ingin masuk dalam anggota KSR PMI. Sedangkan untuk tujuan hidupnya, para informan ingin bisa bermanfaat untuk orang lain. Hasil penelitian tersebut senada dengan pendapat Nugroho (2011) yaitu bahwa motif yang menyebabkan orang ingin terlibat menjadi relawan adalah motif sosial. Hal ini lebih disebabkan karena tujuan utama mereka adalah dapat memberdayakan masyarakat dan membantu orang lain.

Berdasarkan data yang telah di himpun dari informan, dalam pertumbuhan pribadi, para informan mengembangkan potensi dirinya dengan banyak bersosialisasi dan banyak berlatih. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Sheer (2008) bahwa relawan yang mengikuti pelatihan lebih berpeluang mendapatkan kepuasan dibanding yang tidak.

4. PENUTUP

Kesejahteraan Psikologis (psychological well-being) memiliki 6 dimensi yang secara umum akan diuraikan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dan kesejahteraan psikologis yang dirasakan KSR PMI secara umum adalah senang karena dapat bersosialisasi dengan individu yang berbeda-beda.

Dimensi penerimaan diri, para informan menjadi memiliki rasa sosial, jadi mempunyai skill, dan pengembangan diri setelah menjadi anggota KSR dan dengan proses penerimaan diri sesaat setelah menjadi anggpta KSR PMI, para informan melakukan cara dengan mengembangkan karakter, berorganisasi, dan berusaha membagi waktu.

Dimensi hubungan positif dengan orang lain, dengan adanya teman-teman yang berkumpul di dalam organisasi KSR, para informan merasa senang. Sedangkan alasan dari rasa senang tersebut yaitu bisa bersosialisasi dan mendapat pengalaman dengan teman-teman dari organisasi KSR.

Dimensi menentukan tindakan sendiri, dalam hal memilih 2 kegiatan yang juga berkaitan dengan tugas sebagai anggota KSR PMI, para informan memilih untuk memprioritaskan 1 kegiatan.

(12)

rekan KSR, dan perngorganisasian tim. Walaupun memiliki hambatan, para informan bisa menghadapi hambatan tersebut dengan cara memanajemen waktu, berkomunikasi, dan terus belajar.

Dimensi tujuan hidup, tujuan hidup para informan dilihat dari keinginan untuk menjadi anggota KSR PMI dengan kesesuaian tujuan hidupnya. Para informan tertarik di bidang kemanusiaan dan untuk mengembangkan diri sehingga ingin masuk dalam anggota KSR PMI. Sedangkan untuk tujuan hidupnya, para informan ingin bisa bermanfaat untuk orang lain.

Dimensi pertumbuhan pribadi, bersosialisasi dan banyak berlatih merupakan pengembangan potensi diri yang dilakukan para informan sebagai anggota KSR PMI dalam aspek pertumbuhan pribadi.

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka penulis memberikan saran kepada :

1. Jajaran pengurus PMI Kota Surakarta

Pentingnya terus memberi pelatihan untuk KSR adalah hal yang perlu dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian, beberapa KSR ada yang kurang dalam pengetahuan materi. Sehingga ketika pelatihan di dapatkan maksimal oleh KSR, para KSR tidak perlu merasa kekurangan lagi dalam pengetahuan materi.

2. KSR PMI Kota Surakarta

Peneliti memberi saran kepada anggota KSR PMI bahwa tetap terus menjaga hubungan dengan sesama rekan anggota KSR yang lain, terus mau mengembangkan karakter maupun potensi, banyak berkomunikasi agar bisa menjadi tim yang solid saat berkegiatan ataupun menjalani tugas di lokasi medan bencana, mau selalu belajar membagi waktu, dan selalu menolong orang lain. Apabila ada rekan KSR yang kurang mengetahui materi, harap diberikan pengajaran dari anggota KSR yang sudah baik atau mumpuni dalam materi tersebut. Untuk komando, alangkah baiknya meminta jadwal kuliah/sehari-hari pada tiap individu agar apabila ada kegiatan, komando tahu mana saja yang bisa mengikuti tanpa mengorbankan kegiatan lain.

3. Peneliti lain

(13)

9 DAFTAR PUSTAKA

Bradburn, N.F. (1995). The structure of psychological well-being. Chicago: Aldine PubCo.

Bunnews. (2016, Oktober 1). Breaking News Bermain Saat Hujan Bocah 6 Tahun di Jagalan Solo hanyut terbawa arus di got. Diunduh dari http://www.bunnews.com

Diener, E., Wirtz, D., Tov, W., Kim-Prieto, C., Choi, D., Oishi, S., & Biswas-Diener, R. (2009). New well-being measures: Short scales to assess flourishing and positive and negative feelings. Social Indicators Research, 39, 97, 143–156. http://dx.doi.org/10.1007/s11205-009-9493-y

Harimukhti, M.T & Dewi, K.S. (2014). Eksplorasi Kesejahteraan Psikologis Individu Dewasa Awal Penyandang Tunanetra. Jurnal Psikologi Undip, 13(1), 64-67.

Haworth, J. & Lewis,S. (2005). Work, leisure and well-being. British Journal of Guidance & Counselling, 33 (1), 67-79.

Herdiansyah, H. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: PT Salemba Humanika.

Moleong, L. J. (2009). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Najia, R. P. (2005). Psychological well-being and coping mechanisms of volunteers and aid workers in a post-disaster situation. James P Grant : School of Public Health BRAC University.

Nugroho, Wahyu Ary. (2011). Motif Relawan Kemanusiaan Rumah Zakat Cabang Depok (Skripsi tidak dipublikasikan). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Raudatussalamah., Susanti, R. (2014). Pemaafan(Forgiveness) dan Psychological Well-Being PadaNarapidanaWanita. Jurnal Marwah, 13(2), 219-234.

Ryff, C. D. (1989). Happiness Is Everything, or Is It? Explorations on the Meaning Psychological Well-Being. Journal of Personality and Social Psychological, 57, 1069-1071.

Ryff, C. D. (1995). Psychological Well-Being in Adult Life. Current Directions in Psychological Science, 4, 99-104.

(14)

Ryff, C.D., Singer, B. (1996). Psychological Well-Being: Meaning, Measurement, and Implication for Psychoterapy Research, Psychoterapy, Psychosomatic. Special Article, 65(2), 14-23.

Sheer, Michael, E. (2008). The Five Factors “Why people still volunteering social work with volunteers.

Sugiyono. (2013). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.

Susilo, R. U., et, al,. (2008). Pedoman Manajemen Relawan (KSR-TSR). Jakarta: Edisi 1: Palang Merah Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

psychological well-being sebagai pencapaian penuh dari potensi psikologis seseorang dan suatu keadaan ketika individu dapat menerima kekuatan dan kelemahan diri

Kesejahteraan psikologis berkaitan dengan kondisi dimana individu memiliki kemampuan menerima diri sendiri maupun kehidupannya di masa lalu, pengembangan atau pertumbuhan

Dalam teorinya, Ryff 1989 mengemukakan kesejahteraan psikologis atau psychological well-being adalah keadaan dimana individu tidak sekedar bebas dari tekanan atau permasalahan

Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis (psychological well- being) sebagai suatu keadaan individu yang dapat menerima kekuatan dan kelemahan diri

Kesejahteraan psikologis atau psychological wellbeingadalah suatu kondisi dimana individu menjadi sejahtera dengan menerima diri, memiliki tujuan hidup, mengembangkan relasi

Ryff (1995), juga mengemukakan bahwa kesejahteraan psikologis (psychological well-being) adalah suatu kondisi dimana seseorang yang bukan hanya bebas dari tekanan atau

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa banyak anggapan mengenai perempuan adalah individu yang kurang mampu untuk mencapai kesejahteraan psikologis, namun

Berdasarkan uraian di atas, psychological well being dapat disimpulkan sebagai suatu konsep kesejahteraan psikologis individu yang memenuhi fungsi psikologi positif