TINGKAT BIOFILTRASI KIJING
(Pilsbryoconcha exilis)
TERHADAP BAHAN ORGANIK
ANTOFANY EKO NUGROHO
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
TINGKAT BIOFILTRASI KIJING (Pilsbryoconcha exilis) TERHADAP BAHAN ORGANIK
adalah hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi.
Bogor, Januari 2006
ABSTRAK
ANTOFANY E. NUGROHO. Tingkat Biofiltrasi Kijing (Pilsbryoconcha exilis) Terhadap Bahan Organik. Dibimbing oleh SUTRISNO SUKIMIN dan WAGE KOMARAWIDJAJA.
Pasokan bahan organik yang berlebih ke perairan (waduk, situ, danau) akan menyebabkan meningkatnya kesuburan suatu perairan. Selain itu juga akan memicu pertumbuhan secara pesat mikroalga dan tumbuhan air yang selanjutnya dapat mengganggu keseimbangan ekosistem akuatik secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan suatu usaha atau kegiatan untuk mengurangi kandungan bahan organik di perairan yaitu dengan kijing (Pilsbryoconcha exilis).
Penelitian ini dibagi menjadi dua kegiatan, yaitu penelitian untuk melihat tingkat biofiltrasi kijing dalam menekan akumulasi bahan organik di perairan (seperti pada daerah hilir sungai yang bermuara ke danau atau waduk) dan tingkat biofiltrasi kijing dalam perairan yang memiliki bahan organik tinggi (seperti perairan danau atau waduk yang sudah eutrofik). Rangkaian kegiatan penelitian ini dilakukan dalam skala laboratorium dengan beberapa parameter kualitas air (suhu, pH, DO) yang terkontrol. Parameter kualitas air lainnya yang diamati adalah TSS, TDS, dan TOM..
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis kotoran ayam (sebagai bahan organik buatan) yang mampu ditolerir oleh kijing adalah 5 gr/l dan waktu yang dibutuhkan dosis tersebut untuk menghasilkan TOM maksimal adalah 7 hari. Media air berbahan organik tanpa kijing (kontrol) mengalami penurunan yang lebih lambat dibandingkan media yang terdapat kijing. Hasil analisis secara statistik dan deskripstif menunjukkan bahwa kijing ukuran besar besar memiliki tingkat filtrasi yang paling baik dan mampu menekan pertambahan TOM yaitu sebesar 20,80%, TSS sebesar 57.45 % dan TDS sebesar 37.07 %.
Hasil penelitian dalam skala laboratorium ini membuktikan bahwa kijing P.exilis berpotensi untuk mengatasi masalah pencemaran bahan organik pada perairan tawar.
© Hak cipta milik Antofany Eko Nugroho, tahun 2006 Hak cipta dilindungi
TINGKAT BIOFILTRASI KIJING
(Pilsbryoconcha exilis)
TERHADAP BAHAN ORGANIK
ANTOFANY EKO NUGROHO
SKRIPSI
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
Nama Mahasiswa : Antofany Eko Nugroho
NIM : C24101027
Departemen : Manajemen Sumberdaya Perairan
Disetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Sutrisno Sukimin, DEA Drh. Wage Komarawidjaja, M. Sc. NIP. 130 674 522 NIP. 680 000 427
Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Dr. Ir. Kadarwan Suwardi NIP. 130 805 031
PRAKATA
Alhamdulillah, puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
karunia, taufik, dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penelitian dan penulisan skripsi ini yang berjudul “Tingkat Biofiltrasi Kijing
(Pilsbryoconcha exilis) Terhadap Bahan Organik”
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Sutrisno Sukimin, DEA dan bapak Drh. Wage Komarawidjaja,
M. Sc selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan,
arahan dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Ir. Etty Riani, MS. Selaku dosen penguji tamu dan Bapak Dr. Ir. M.
Mukhlis Kamal, M. Sc, selaku wakil departemen atas masukan saran dan
kritiknya.
3. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan, Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi, atas segala bantuan dan kesempatan yang diberikan
untuk berpartisipasi dalam program penelitiannya.
4. Pihak BIOTROP, atas segala fasilitas yang telah diberikan dalam pelaksanaan
penelitian.
5. Bapak Dr.Ir. M. F. Rahardjo, DEA selaku dosen pembimbing akademik yang
telah banyak memberi masukan saran selama penulis menjalankan studi.
6. Ibu Ir. Niken T. Pratiwi, M. Si dan Ibu Ir. Majariana Krisanti, M. Si atas saran
dan nasehatnya selama penulis menempuh perkuliahan di IPB.
7. Keluarga tercinta (ayah, ibu, dan adikku) yang senantiasa memberikan doa,
nasehat, semangat, dan kasih sayang kepada penulis.
Bogor, Januari 2006
KATA PENGANTAR ... i
C. Tujuan dan manfaat... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Diskripsi kijing (Pilsbryoconcha exilis) ... 3
1. Identifikasi kijing (Pilsbryoconcha exilis)... 3
2. Morfologi, fisiologi dan anatomi ... 3
3. Kebiasaan makan dan cara makan ... 5
4. Ekologi kijing ... 5
5. Fungsi dan manfaat ... 6
B. Kotoran ayam ... 6
C. Parameter kualitas air... 7
1. Parameter Fisika... 7 A. Waktu dan tempat penelitian ... 10
B. Prosedur penelitian... 10
1. Persiapan... 10 perairan dengan bahan organik tinggi ... 12
Halaman IV. PEMBAHASAN
A. Penelitian pendahuluan... 16
1. Uji bioassay kijing (P. exilis)terhadap bahan organik ... 16
2. Uji TOM maksimum ... 16
B. Penelitian utama ... 17
1. Tingkat biofiltrasi kijing (Pilsbryoconcha exilis) terhadap akumulasi bahan organik ... 17
a. TSS (Padatan tersuspensi total)... 17
b. TDS (Padatan terlarut total) ... 19
c. TOM (Bahan organik total)... 21
2. Tingkat biofiltrasi kijing (Pilsbryoconcha exilis) pada perairan dengan bahan organik tinggi ... 23
a. TSS (Total padatan tersuspensi)... 23
b. TDS (Total padatan terlarut) ... 25
c. TOM (Bahan organik total)... 27
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 31
B. Saran ... 31
DAFTAR PUSTAKA
Tabel Halaman
1. Kandungan unsur hara pada beberapa pupuk kandang
(dalam %) ... 6
2. Kelas ukuran kijing Penelitian... 11
3. Parameter fisika kimia serta metode dan alat ukur yang digunakan... 13
4. Tabel sidik ragam dari rancangan petak terpisah (Split Plot in times) ... 14
5. Hasil uji bioassay kijing (P. exilis) tahap pertama ... 16
6. Hasil uji bioassay kijing (P. exilis) tahap kedua... 16
7. Nilai TOM selama pengamatan pada penelitian pendahuluan ... 16
8. Nilai TSS (Padatan tersuspensi total) selama pengamatan tingkat biofiltrasi kijing terhadap akumulasi bahan organik ... 18
9. Nilai TDS (Padatan terlarut total) selama pengamatan tingkat biofiltrasi kijing terhadap akumulasi bahan organik ... 20
10. Nilai TOM (Bahan organik total) selama pengamatan tingkat biofiltrasi kijing terhadap akumulasi bahan organik ... 21
11 Nilai TSS (Padatan tersuspensi total) selama pengamatan tingkat biofiltrasi kijing pada perairan dengan bahan organik tinggi.... 23
12. Nilai TDS (Padatan terlarut total) selama pengamatan tingkat biofiltrasi kijing pada perairan dengan bahan organik tinggi... 25
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Gambar anatomi tubuh kijing (Suwignyo,1998)... 4
2. Daur hara organik di perairan ( Odum, 1996) ... 9
3. Kijing (Pilsbryoconcha exilis) dalam berbagai ukuran. A. Besar ; B. Sedang ; C. Kecil. (Nomor pada cangkang menunjukkan nomor kijing) ... 12
4. Nilai TOM selama penelitian pendahuluan... 17
5. Perubahan nilai TSS dalam setiap pengamatan ... 18
6. Persen rata-rata penurunan TSS berdasarkan perbedaan ukuran kijing selama 4 hari... 18
7. Perubahan nilai TDS dalam setiap pengamatan ... 20
8. Persen rata-rata penurunan TDS berdasarkan perbedaan ukuran kijing selama 4 hari... 20
9. Perubahan nilai TOM dalam setiap pengamatan ... 22
10. Persen rata-rata penekanan laju pembentukan nilai TOM selama 4 hari berdasarkan ukuran kijing yang berbeda laju pembentukan nilai TOM per pengamatan ... 22
11. Pengaruh perlakuan terhadap perubahan nilai TSS selama pengamatan ... 24
12. Persentase rata-rata penurunan nilai TSS selama 4 hari... 24
13. Pengaruh perlakuan terhadap perubahan nilai TDS selama pengamatan ... 26
14. Persentase rata-rata penurunan nilai TDS selama 4 hari... 26
15. Pengaruh perlakuan terhadap perubahan nilai TOM selama pengamatan 28 16. Persentase penurunan TOM selama 3 minggu ... 28
17. Persentase rata-rata penurunan nilai TOM per minggu ... 28
18. Bak percobaan tingkat biofiltrasi kijing terhadap bahan organik... 59
19. Bak percobaan dalam keadaan teraduk ( homogenisasi) ... 6
20. Kijing (Pilsbryoconcha exilis) dalam berbagai ukuran... 61
21. Kijing (Pilsbryoconcha exilis) dalam masing-masing kelom- pok ukuran. A. Besar ; B. Sedang ; C. Kecil ... 61
Gambar Halaman
1. Nilai parameter kualitas air penelitian tingkat biofiltrasi kijing
(P. exilis) terhadap bahan organik... 34 2. Nilai parameter kualitas air penelitian tingkat biofiltrasi kijing
(P. exilis) dalam menekan bahan organik ... 36 3. Persentase penurunan nilai parameter kualitas air
selama penelitian... 38
4. Analisis regresi parameter kualitas air ... 40
5. Prosedur pengukuran parameter fisika kimia ... 42
6. Ukuran panjang berat kijing (P. exilis) selama
penelitian tingkat biofiltrasi kijing terhadap bahan organik... 44
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pasokan bahan organik yang berlebih ke perairan (waduk, situ, danau) akan
menyebabkan meningkatnya kesuburan suatu perairan. Selain itu juga akan
memicu pertumbuhan secara pesat mikroalga dan tumbuhan air yang selanjutnya
dapat mengganggu keseimbangan ekosistem akuatik secara keseluruhan. Hal ini
tentunya dapat menjadi ancaman bagi organisme penyusun ekosistem perairan.
Kijing (Pilsbryoconchs exilis) merupakan salah satu organisme penyusun ekosistem perairan. Keberadaan kijing (P.exilis) sangat penting secara ekologis pada perairan, khususnya perairan tawar. Kijing adalah salah satu komponen
penting dalam sistem purifikasi alami pada suatu perairan (Odum, 1996). Sebagai
kelompok filter feeder kijing mempunyai pengaruh yang besar dalam
pengurangan detritus di perairan (Suwignyo, 1998).
Melihat pentingnya peran kijing ini, maka keberadaan kijing dalam perairan
dianggap dapat berfungsi sebagai agen biofilter terhadap bahan organik pada
perairan yang memiliki kandungan organik tinggi.
B. Perumusan masalah
Peran kijing dalam sistem purifikasi alami perairan menunjukkan bahwa
keberadaan kijing pada suatu perairan sangat penting secara ekologis. Oleh karena
itu, perlu dilakukan pengkajian tentang kijing yang berkaitan dengan pengurangan
bahan organik di perairan. Mengingat ukuran kijing yang beragam (kecil, sedang,
dan besar) maka perlu diketahui pengaruh ukuran kijing (kecil, sedang dan
besar) yang berbeda terhadap efisiensi dan efektifitas pengurangan bahan organik.
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tingkat filtrasi kijing (Pilsbryoconcha exilis) dengan ukuran yang berbeda (kecil, sedang dan besar) terhadap bahan organik.
2. Mengetahui kemampuan filtrasi oelh kijing dalam menanggulangi
Selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam penanggulangan
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret sampai bulan Agustus 2005 di
laboratorium Polution Control BIOTROP Bogor. Sampel kijing (P. exilis) diambil dari kolam ikan di sekitar Situ Cikaret, kecamatan Cibinong, kabupaten Bogor.
Kemudian kijing diadaptasikan di laboratorium Polution Control BIOTROP Bogor selama 2 minggu. Kegiatan penelitian dilaksanakan di dalam laboratorium
tertutup serta akuarium dilengkapi dengan sistem aerasi yang terkontrol.
B. Prosedur penelitian
1. Persiapan
Pada tahap ini dilakukan persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam
kegiatan penelitian. Alat yang dibutuhkan antara lain oven, penumbuk
(penghalus), saringan tepung, timbangan kue, timbangan digital, termometer, pH
meter, DO meter, akuarium dan aerator. Bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan
penelitian ini adalah kijing (P. exilis), kotoran ayam dan air. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan bahan organik buatan dari kotoran ayam. Sebelum
dilarutkan kotoran ayam dijemur terlebih dahulu selama 3 hari, lalu di oven dalam
suhu 105 º C. Setelah dioven kotoran dihaluskan dan disaring dengan saringan
tepung. Setelah disaring maka didapat bubuk kotoran ayam yang halus. Bubuk
kotoran ayam inilah yang dilarutkan ke dalam air sebagi bahan organik buatan.
2. Penelitian pendahuluan
Penelitian pendahuluan ini dilakukan dua tahap. Tahap pertama dilakukan
untuk mengetahui dosis kotoran ayam yang mampu ditolerir oleh kijing (P. exilis) dan tahap kedua untuk mengetahui waktu maksimal terbentuknya TOM maksimal
dari kotoran ayam.
a. Uji bioassay kijing (P. exilis) terhadap bahan organik.
Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui kisaran konsentrasi bahan organik
yang dapat ditoleransi oleh kijing. Uji ini terbagi menjadi 2 tahap, tahap pertama
kijing (10 ekor) di masukkan pada media bahan organik dengan konsentrasi 3 gr/l,
yang lebih sempit yaitu ; 3 gr/l, 5 gr/l, 7gr/l. Pemasukan kijing dilakukan 5 hari
setelah pemasukan kotoran ayam. Kemudian di ukur DO, pH, dan kijing yang
mati setiap tiga hari sekali.
b. Uji TOM maksimal
Setelah didapat dosis yang dapat ditolerir oleh kijing maka dilakukan uji TOM
maksimal. Uji ini untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan oleh dosis kotoran
ayam tersebut untuk menghasilkan TOM maksimum. Pada uji ini dilakukan
pelarutan kotoran ayam dengan dosis 5 gr/l ke dalam air. Selanjutnya dilakukan
pengukuran nilai TOM setiap hari sekali sampai diketahui titik puncak
(maksimum) TOM yang dihasilkan dari dosis tersebut.
3. Penelitian Utama
Penelitian utama ini dilakukan dalam skala laboratorium yang dibagi dalam 2
kegiatan. Kegiatan pertama dilakukan untuk mengetahui tingkat biofiltrasi kijing
terhadap bahan organik pada perairan dengan kandungan bahan organik tidak
terlalu tinggi (seperti daerah hilir sungai yang bermuara ke danau atau waduk)
Pada penelitian kedua bertujuan untuk mengetahui kemampuan biofiltrasi kijing
pada perairan dengan kandungan bahan organik yang tinggi (seperti perairan
danau atau waduk yang tingkat kesuburannya tinggi).
Pada penelitian ini, ukuran kijing (besar sedang dan kecil) berperan sebagai
perlakuan yang akan dilihat pengaruhnya terhadap air yang berbahan organik.
Ukuran kijing yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2
sedangkan Gambarnya dapat dilihat pada Gambar 3. Selanjutnya kijing yang telah
dikelompokkan tersebut dimasukkan ke dalam air yang telah diberi bahan organik
(kotoran ayam).
Tabel 2. Kelas ukuran kijing (P. exilis) yang digunakan dalam penelitian
Kelompok Selang kelas ukuran Jumlah
kecil 5,67 ± 0,64 90 ekor
sedang 7,91 ± 0.69 90 ekor
besar 10,73 ± 0.79 90 ekor
A B C
Gambar 3. Kijing (P. exilis) dalam berbagai ukuran. A. Besar ; B. Sedang ; C. Kecil. (Nomor pada cangkang menunjukkan nomor kijing)
a. Tingkat biofiltrasi kijing (P. exilis) dalam menekan akumulasi bahan organik
Langkah pertama yang dilakukan pada kegiatan ini adalah pembuatan media
air berbahan organik. Caranya adalah dengan melarutkan kotoran ayam dengan
dosis 5 gr/l kedalam air dengan volume air 50 L. Selanjutnya kijing (P. exilis) yang telah dikelompokkan berdasarkan ukurannya tersebut dimasukkan ke dalam
media tersebut. Pemasukkan kijing ke dalam media air berbahan organik
dilakukan pada hari ke- 3, yaitu ketika nilai TOM yang terbentuk pada media
organik mulai naik. Pengukuran parameter kualitas airnya dilakukan setiap hari
dengan 3 kali ulangan selama 4 hari.
b. Tingkat biofiltrasi kijing (P. exilis) pada perairan dengan bahan organik tinggi.
Langkah pertama yang dilakukan pada kegiatan ini adalah pembuatan media
air berbahan organik. Caranya adalah dengan melarutkan kotoran ayam dengan
dosis 5 gr/l kedalam air dengan volume air 50 L. Selanjutnya kijing (P. exilis) yang telah dikelompokkan berdasarkan ukurannya tersebut dimasukkan ke dalam
media tersebut. Pemasukkan kijing ke dalam media air berbahan organik
dilakukan pada hari ke- 7, yaitu ketika nilai TOM yang terbentuk pada media
organik pada konsentrasi maksimum. Pengukuran parameter kualitas airnya
ijk
Selama penelitian, parameter fisika kimia seperti suhu, pH, dan oksigen
terlarut, diatur pada kondisi optimal bagi kehidupan kijing. Beberapa parameter
yang diukur untuk mengetahui tingkat biofiltrasi yang dilakukan oleh kijing dapat
dilihat pada Tabel 3. Masing-masing parameter telah diukur di awal (to) yang
kemudian dicatat sebagai konsentrasi awal.
Tabel 3. Parameter fisika kimia serta metode dan alat ukur yang digunakan.
No
Parameter Metode dan alat ukur Tempat
analisis
Fisika
1 Suhu air (oC) Termometer, Pemuaian in situ
2 TDS (mg/l) Gravimetrik Laboratorium
3 TSS (mg/l) Gravimetrik Laboratorium
Kimia
4 Nilai pH pH-meter, elektroda in situ
5 Oksigen terlarut (mg/l) DO-meter, elektroda in situ
6 TOM (mg/l) Titrimetrik KMnO4 Laboratorium
C. Analisis data
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan disajikan dalam bentuk Tabel dan
grafik. Analisis secara deskriptif digunakan untuk mendapatkan informasi
mengenai pola pengurangan bahan organik dalam media akibat proses biofiltasi
oleh kijing, sedangkan untuk melihat pengaruh perbedaan ukuran kijing (P. exilis) terhadap kemampuan biofiltrasi bahan organik digunakan Rancangan Petak
terpisah (Split Plot in time) (Steel dan Torrie, 1989).
Keterangan :
ijk
Y = Nilai pengamatan dari kelompok ukuran kijing ke-i dari suatu rancangan kelompok teracak, pada perlakuan petak utama ke-j dengan perlakuan anak petak ke-k.
k Untuk melihat pengaruh perbedaan ukuran pada kijing (P. exilis) terhadap penurunan nilai parameter kualitas air dilakukan uji FTabel pada taraf nyata tertentu
menggunakan Analisis Sidik Ragam dari Rancangan Petak Terpisah (Split Plot in time) (Tabel 4) dihitung berdasarkan Steel dan Torrie (1989) sebagai berikut :
Tabel 4. Tabel sidik ragam dari rancangan petak terpisah (Split Plot in times)
SK db JK KT Fhitung
Hipotesis dari kaidah uji yang digunakan dalam uji ini adalah :
Pengaruh utama faktor A :
H0 : á1 = ... = áa = 0 (faktor ukuran tidak berpengaruh)
H1 : paling sedikit ada satu i dimana ái • 0
Pengaruh utama faktor B :
H0 : â1 = ... = âb = 0 (faktor hari tidak berpengaruh)
H1 : paling sedikit ada satu j dimana âj • 0
Pengaruh interaksi faktor A dengan faktor B :
H0 : (á â)11 = (á â)12 = ... = (âá)ab = 0 (Interaksi antara faktor ukuran dengan
faktor hari tidak berpengaruh)
Kaidah keputusan :
Fhitung < FTabel , maka terima H0
Fhitung > FTabel , maka tolak H0,
atau
Pr (Probabilitas) > á, maka terima H0
Pr (Probabilitas) < á, maka tolak H0
Jika dari TSR diperoleh ada salah satu faktor yang mempunyai pengaruh terhadap
faktor lain, maka selanjutnya dilakukan uji lanjutan Beda Nyata Terkecil (BNT).
BNT mempunyai kriteria uji sebagai berikut :
a. Perbedaan rata-rata atribut
b. BNT á = t (á/2, dbs) (1/r2KTS)
Kaidah keputusan :
Jika d > BNTá , maka tolak H0
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penelitian Pendahuluan
1. Uji bioassay kijing (P. exilis) terhadap bahan organik.
Pada tahap I yaitu pemasukan kijing ke dalam dosis kotoran ayam 3 gr/l, 5 gr/l,
7gr/l, dan 10 gr/l , didapat hasil seperti yang disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5.Hasil uji bioassay kijing (P. exilis) tahap pertama. Konsentrasi kotoran ayam Hasil pengamatan
3 gr/l Kijing hidup semua sampai akhir pengamatan 5 gr/l Kijing hidup semua sampai akhir pengamatan 7 gr/l Pada pengamatan ketiga terdapat 2 kijing mati 10 gr/l Pada pengamatan pertama 8 kijing mati.
Tahap II, konsentrasi bahan organik dibuat dalam kisaran yang lebih sempit
yaitu 3 gr/l, 4gr/l, 5 gr/l, 6 gr/l dan 7gr/l. Dengan metode pengujian yang sama
dengan tahap I, didapat hasil seperti yang tersaji pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil uji bioassay kijing (P. exilis) tahap kedua. Konsentrasi kotoran ayam Hasil pengamatan
3 gr/l Kijing hidup semua sampai akhir pengamatan 4 gr/l Kijing hidup semua sampai akhir pengamatan 5 gr/l Kijing hidup semua sampai akhir pengamatan 6 gr/l Pada pengamatan ketiga 2 kijing mati.
7 gr/l Pada pengamatan ketiga terdapat 2 kijing mati
Uji ini menunjukkan bahwa konsentrasi maksimal yang dapat ditolerir oleh kijing
adalah 5 gr/l.
2. Uji TOM (Bahan organik total) maksimal
Pada uji ini, 5 gram/l kotoran ayam yang dilarutkan menghasilkan nilai TOM
tertinggi sebesar 223,14 mg/l, dan lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Nilai TOM selama pengamatan pada penelitian pendahuluan.
Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kotoran ayam menghasilkan TOM tertinggi pada hari ketujuh, dan nilai TOM
menunjukkan penurunan pada pengamatan-pengamatan berikutnya. Pola
pembentukan nilai TOM dari kotoran ayam 5 gr/l dapat dilihat pada Gambar 4.
0
Gambar 4. Nilai TOM selama penelitian pendahuluan.
B. Penelitian Utama
Selama penelitian suhu, oksigen terlarut dan pH tetap terkontrol pada kisaran
optimal bagi kehidupan kijing. Suhu media selama penelitian berkisar antara 25
ºC sampai 27 ºC. Oksigen terlarut yang terukur selama penelitian tercatat antara
2,9 mg/l sampai 5 mg/l dan pH berada pada kisaran 6,7 sampai 7,1.
1. Tingkat biofiltrasi kijing (P. exilis) terhadap akumulasi bahan organik. Penelitian ini mengkaji kemampuan filtrasi pada kijing sebagai pendekatan
biologis dalam menekan akumulasi bahan organik di perairan. Berikut adalah nilai
parameter kualitas air pada media air berbahan organik yang diberikan perlakuan
kijing dengan ukuran yang berbeda (besar, sedang, dan kecil).
a. TSS (Padatan tersuspensi total )
Nilai TSS awal yang dihasilkan dari kotoran ayam yang dilarutkan adalah 60
mg/l. Selama pengamatan, nilai tersebut mengalami penurunan. Nilai TSS pada
setiap pengamatan dapat dilihat pada Tabel 8. Penurunan TSS pada ketiga bak
perlakuan lebih cepat dibandingkan bak kontrol. Namun dari ketiga perlakuan
yang diberikan, perlakuan kijing ukuran besar mengalami penurunan TSS yang
pengamatan dapat dilihat pada Gambar 5 sedangkan persen rata-rata penurunan
TSS pada setiap pengamatan dapat dilihat pada Gambar 6.
Tabel 8. Nilai TSS selama pengamatan tingkat biofiltrasi kijing terhadap akumulasi bahan organik.
TSS (mg/l)
kontrol besar sedang kec il
Gambar 5. Perubahan nilai TSS dalam setiap pengamatan.
5.07
kontrol besar sedang kec il
Perlakuan
Pada perlakuan kijing ukuran besar TSS turun sebesar 62,52 %, perlakuan
kijing ukuran sedang turun 38,93 %, kemudian pada perlakuan kijing ukuran
kecil turun sebesar 29,96 %. Nilai tersebut merupakan persentase penurunan total
pada masing-masing bak perlakuan. Untuk melihat persentase penurunan TSS
yang murni disebabkan oleh filtrasi kijing pada bak pengamatan maka persentase
total tersebut harus dikurangi persentase penurunan yang terjadi pada kontrol
yaitu 5,07 %. Setelah dilakukan pengurangan terhadap persentase penurunan total,
didapat hasil sebagai berikut: kijing ukuran besar mampu mengurangi kandungan
TSS dalam air sebesar 57,45 %, kijing ukuran sedang 33,86 % dan kijing ukuran
kecil 24,88 %. Penurunan nilai TSS yang lebih besar pada bak perlakuan kijing
diduga akibat kegiatan filter feeder oleh kijing. Kijing menyaring air dan menangkap bahan-bahan tersuspensi yang termasuk makanannya seperti plankton
dan detritus. Pengurangan jumlah bahan-bahan tersebut dalam air menyebabkan
nilai TSS menurun. Besarnya persentase penurunan yang berbanding lurus dengan
ukuran kijing menunjukkan bahwa ukuran kijing mempengaruhi aktifitas filtrasi
dari kijing tersebut. Hal ini diduga disebabkan oleh perbedaan ukuran anatomi
seperti sifon, insang dan otot kaki yang berpengaruh terhadap bukaan cangkang
ketika kijing melakukan filtrasi.
Analisa statistik dari pengamatan nilai TSS menunjukkan bahwa minimal ada
sepasang perlakuan (kijing dengan ukuran berbeda) yang memberikan pengaruh
berbeda terhadap perubahan (penurunan) nilai TSS (P<0,05). Hasil uji lanjut BNT
menunjukkan bahwa setiap perlakuan ukuran kijing (besar, sedang dan kecil)
memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap perubahan (penurunan) nilai
TSS.
b. TDS (Padatan terlarut total )
Nilai TDS yang dihasilkan oleh kotoran ayam yang dilarutkan adalah 1225
mg/l. Nilai tersebut mengalami penurunan selama pengamatan. Nilai TDS pada
setiap pengamatan dapat dilihat pada Tabel 9. Penurunan terjadi pada semua bak
pengamatan baik kontrol maupun perlakuan. Pada bak perlakuan penurunan yang
terjadi lebih besar dibandingkan kontrol. Namun pada awal pengamatan bak
perlakuan kijing ukuran kecil mengalami penurunan yang lebih lambat
penurunan TDS pada perlakuan kijing ukuran kecil lebih besar daripada kontrol.
Hal ini diduga pada awal pengamatan kijing ukuran kecil masih melakukan
adaptasi terhadap media sehingga aktifitas filtrasinya tidak optimal. Pola
perubahan nilai TDS pada setiap pengamatan dapat dilihat pada Gambar 7
sedangkan persentase penurunan TDS selama pengamatan dapat dilihat pada
Gambar 8.
Tabel 9. Nilai TDSselama pengamatan tingkat biofiltrasi kijing terhadap akumulasi bahan organik.
kontrol besar sedang kec il
Gambar 7. Perubahan nilai TDS dalam setiap pengamatan.
2 4 .1 0
Penurunan nilai TDS terbesar terjadi pada perlakuan kijing ukuran besar yaitu
70,26 %, kemudian kijing ukuran sedang 63,12 % dan kijing ukuran kecil
57,76 %. Persentase tersebut merupakan persentase penurunan total pada
masing-masing bak perlakuan. Penurunan nilai yang tejadi pada kontrol menunjukkan
bahwa ada faktor lain selain kijing yang ikut mempengaruhi perubahan TDS,
misalkan pemanfaatan oleh bakteri. Untuk melihat persentase penurunan TSS
yang murni disebabkan oleh filtrasi kijing pada bak pengamatan, maka persentase
total tersebut harus dikurangi persentase penurunan yang terjadi pada kontrol
yaitu 22,98 %. Setelah dilakukan pengurangan, didapatkan hasil bahwa kijing
ukuran besar mampu menguranagi kandungan TDS sebesar 12,97 %, kijing
ukuran sedang 6,91 % dan kijing ukuran kecil 5,65 %.
Analisa statistik pengamatan nilai TDS menunjukkan bahwa minimal ada
sepasang perlakuan (kijing dengan ukuran berbeda) yang memberikan pengaruh
yang berbeda terhadap perubahan (penurunan) nilai TDS ( P<0,05). Hasil uji
lanjut BNT menunjukkan bahwa setiap perlakuan ukuran kijing (besar, sedang,
kecil) memberikan pengaruh yang berbeda terhadap perubahan (penurunan) nilai
TDS. Apabila kita cermati penurunan pada nilai TDS tidak sebesar pada nilai TSS
Hal ini diduga makanan kijing lebih banyak tersedia dalam bentuk tersuspensi
dari pada terlarut.
c. TOM(Bahan organik total)
Nilai TOM semakin meningkat seiring bertambahnya hari. Nilai TOM yang
terbentuk pada setiap pengamatan dapat dilihat pada Tabel 10. Pola perubahan
TOM pada setiap pengamatan dapat dilihat pada Gambar 9, sedangkan persentase
penekanan laju pembentukan TOM dapat dilihat pada Gambar 10.
0
kontrol besar sedang kec il
Gambar 9.Perubahan nilai TOM dalam setiap pengamatan.
20.80
Gambar 10. Persen rata-rata penekanan laju pembentukan nilai TOM selama 4 hari berdasarkan ukuran kijing yang berbeda.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kijing ukuran besar dapat menekan
pembentukan TOM sebesar 20,80 % dan kijing ukuran sedang menekan
pembentukan TOM sebesar 8,09 %. Kijing ukuran kecil hanya mampu menekan
akumulasi sebesar 0,19 %. Persentase yang kecil pada kijing ukuran kecil
menunjukkan bahwa kijing ukuran kecil tidak mampu menekan akumulasi bahan
organik. Hasil analisa statistika yang menyatakan bahwa minimal ada satu pasang
perlakuan ukuran yang memberikan pengaruh yang nyata terhadap pembentukan
setiap perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda-beda
terhadap penekanan akumulasi bahan organik.
Melalui pengamatan parameter TOM, maka didapatkan hasil bahwa
keberadaan kijing berpotensi untuk mencegah akumulasi bahan organik pada
perairan. Hasil pengamatan terhadap nilai TOM ini dapat diaplikasikan langsung
terhadap lingkungan perairan (seperti daerah hilir sungai yang bermuara ke waduk
atau danau) sehingga kandungan bahan organik pada perairan tersebut dapat
tertekan.
2. Tingkat biofiltrasi Kijing (P. exilis) pada perairan dengan bahan organik tinggi.
Penelitian ini akan melihat kemampuan filtrasi kijing dalam mengurangi
tingkat pencemaran bahan organik yang tinggi pada suatu perairan. Berikut adalah
nilai parameter kualitas air pada media air berbahan organik yang diberikan
perlakuan kijing dengan ukuran yang berbeda (besar, sedang, dan kecil).
a. TSS
Total padatan tersuspensi merupakan salah satu parameter yang menetukan
kualitas air. Menurut PP No. 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran, residu tersuspensi yang menjadi baku mutu untuk
air yang digunakan untuk usaha perikanan adalah 50 mg/l. Namun nilai TSS awal
yang terbentuk pada media air yang digunakan selama penelitian adalah sekitar 30
mg/l. Nilai TSS pada setiap pengamatan adapat dilihat pada Tabel 11. Selama
pengamatan nilai TSS mengalami penurunan. Pola perubahan TSS selama
pengamatan dapat dilihat pada Gambar 11 sedangkan persen penurunan TSS pada
setiap pengamatan dapat dilihat pada Gambar 12.
0
Gambar 11. Pengaruh perlakuan terhadap perubahan TSS selama pengamatan
52.88
Gambar 12. Persentase rata-rata penurunan nilai TSS selama 4 hari
Penurunan nilai TSS terjadi pada semua bak perlakuan baik kontrol maupun
perlakuan ukuran kijing. Kontrol mengalami penurunan yang paling lambat
dibandingkan ketiga perlakuan ukuran kijing yang diberikan. Hasil pengamatan
terhadap TSS menunjukkan bahwa perlakuan kijing besar mengalami penurunan
TSS yang terbesar selama 4 hari yaitu 96,05 %. Perlakuan kijing ukuran sedang
mengalami penurunan terbesar kedua dengan persentase penurunan yang tidak
jauh berbeda dengan kijing ukuran besar yaitu 95,4 %. Perlakuan kijing ukuran
kontrol, penurunan TSS yang terjadi selama pengamatan adalah sebesar 52,88 %.
Jika melihat persentase penurunannya, masing-masing perlakuan menunjukkan
nilai yang tidak jauh berbeda. Analisa statistika dari perubahan TSS pada setiap
perlakuan menunjukkan bahwa ketiga perlakuan yang diberikan memberikan
pengaruh yang tidak berbeda nyata (P > 0,05).
Pengamatan terhadap TSS menunjukkan bahwa keberadaan kijing
berpengaruh terhadap penurunan TSS diperairan. Aktifitas filter feeder pada kijing selain merupakan proses makan juga merupakan proses biofilter yang dapat
mengurangi kandungan bahan tersuspensi dalam perairan seperti plankton dan
detritus. Jadi selain proses pengendapan, aktifitas kijing juga berperan dalam hal
penurunan TSS di perairan. Sesuai dengan pernyataan Walne (1956) bahwa pada
air keruh, aktifitas filtrasi lebih cenderung mengakumulasi lupur halus secara
cepat.
b. TDS
TDS merupakan salah satu parameter penentu kualias air. Keberadaannya
dalam perairan dapat mempengaruhi kekeruhan perairan yang berdampak kurang
baik bagi biota air. Pada penelitian ini, bahan terlarut awal yang terbentuk dari
kotoran ayam yang dilarutkan dalam air adalah 1255 mg/l. Nilai TDS pada setiap
pengamatan dapat dilihat pada Tabel 12. Nilai TDS awal ini berada di atas baku
mutu untuk air yang digunakan bagi usaha perikanan (1000 mg/l). Namun melalui
perlakuan kijing dengan ukuran yang berbeda nilai TDS dapat berkurang antara
34,77 % sampai 70,25 %. Persentase rata-rata penurunan TDS selama pengamatan
dapat dilihat pada Gambar 14, sedangkan pola penurunan nilai TDS pada setiap
pengamatan dapat dilihat pada Gambar 13.
0
Gambar 13. Pengaruh perlakuan terhadap perubahan TDS selama pengamatan
22.98
Gambar 14. Persentase rata-rata penurunan nilai TDS selama 4 hari
Pengamatan terhadap nilai TDS menunjukkan pola yang menurun pada setiap
pengamatan. Penurunan terjadi pada kontrol dan semua perlakuan. Kontrol
mengalami penurunan terkecil yaitu 22,98 %. Pada ketiga perlakuan yang
diberikan (kijing ukuran besar, sedang, dan kecil) penurunan terbesar terjadi
pada kijing ukuran besar 70,25 %, kemudian kijing ukuran sedang 63,12 % dan
kijing ukuran kecil 57,76 %. Hasil ini menunjukkan bahwa aktifitas filter feeder oleh kijing mampu menurunkan konsentrasi bahan terlarut diperairan. Kelompok
filter feeder mampu memanfaatkan materi terlarut secara langsung seperti vitamin
adalah sebagai berikut : kijing ukuran besar dapat mengurangi kandungan TDS
sebesar 47,27 %, kijing sedang 40,13 %, dan kijing ukuran kecil 34,77 %.
Hasil analisa statistika dari pengamatan TDS tersebut menunjukkan bahwa
minimal ada satu pasang perlakuan (ketiga ukuran kijing dan kontrol) yang
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap penurunan nilai TDS tersebut (P <
0,05). Kemudian uji lanjut (BNT) menunjukkan bahwa setiap perlakuan (kijing
dengan ukuran yang berbeda) memberikan pengaruh yang berbeda-beda.
c. TOM (Bahan organik total )
TOM adalah jumlah total seluruh bahan organik yang dapat diuraikan maupun
yang tidak dapat diuraikan. Rata-rata dari TOM awal yang terbentuk adalah
229,48 mg/l. Nilai TOM selama pengamatan dapat dilihat pada Tabel 13. Nilai
TOM yang didapat ini lebih besar empat kali dari perkiraan Boyd (1982) bahwa
umumnya perairan alami mengandung TOM sekitar 50 mg/l. Namun berdasarkan
hasil penelitian Prihatini (1999) tentang studi kerang air tawar menyatakan bahwa
nilai TOM di situ-situ di daerah Bogor antara 10.3-94,48 mg/l.
Selama pengamatan parameter TOM menunjukkan pola menurun seiring
dengan bertambahnya waktu pengamatan. Pola penurunan nilai TOM dapat dilihat
pada Gambar 15 sedangkan persen penurunan nilai TOM dapat dilihat pada
Gambar 16 dan 17. Pola menurun seperti ini sudah diduga sebelumnya karena
hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa konsentrasi TOM akan
menurun setelah hari ketujuh dari pemasukkan kotoran ayam. Penurunan ini
diduga akibat aktivitas mikrorganisme yang tumbuh di dalam media organik
tersebut.
Tabel 13. Nilai TOM (Bahan organik total)selama pengamatan tingkat biofiltrasi kijing terhadap akumulasi bahan organik
0
Gambar 15. Pengaruh perlakuan terhadap perubahan TOM selama pengamatan
98.79
Gambar 16. Persentase penurunan nilai TOM selama 3 minggu
75.55
kontrol bes ar s edang kec il
P e rlakuan
Pada Gambar 16 dan 17 terlihat bahwa bak perlakuan kijing dengan berbagai
ukuran mengalami penurunan yang lebih besar dibanding kontrol. Ini artinya
selain peran mikroorganisme (dalam pengamatan ini diwakili oleh kontrol),
keberadaan kijing dalam bak organik juga berperan dalam penurunan bahan
organik. Hasil analisa statistika juga menunjukkan bahwa minimal ada sepasang
perlakuan (kijing dengan ukuran yang berbeda dan kontrol) yang memberikan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap penurunan bahan organik (P < 0,05).
Pada ketiga perlakuan kijing dengan ukuran yang berbeda ( besar, sedang dan
kecil), penurunan yang paling besar terjadi perlakuan kijing ukuran besar yaitu
sebesar 99,78 %. Walaupun demikian, total persentase pengurangan pada tiap bak
perlakuan dan kontrol hampir sama. Berikut adalah penurunan konsentrasi TOM
pada setiap perlakuan selama pengamatan: kontrol 98,79 %, kijing ukuran besar
99,78 %, kijing ukuran sedang 99,38 % dan kijing ukuran kecil 99,16 %. Adapun
selisih tiap perlakuan kijing dengan ukuran yang berbeda terhadap kontrol adalah
sebagai berikut : kijing ukuran besar 1,01 %, kijing ukuran sedang 0,61 %, dan
kijing ukuran kecil 0,39 %. Ini berarti pada akhir pengamatan yaitu minggu ketiga
dari pemasukan kijing, konsentrasi TOM yang ada di dalam media sudah menipis.
Namun hasil analisa statistika menunjukan bahwa minimal ada sepasang
perlakuan kijing dengan ukuran yang berbeda yang memberikan pengaruh yang
nyata terhadap penurunan nilai TOM (P< 0,05). Kemudian apabila melihat
perubahan atau penurunan konsentrasi TOM per waktu pengamatan (per minggu),
masing-masing perlakuan mengalami penurunan yang cukup berbeda nyata. Nilai
rata-rata penurunan TOM per minggu menunjukkan bahwa perlakuan kijing
dengan berbagai ukuran lebih besar persentase penurunannya dibandingkan
dengan kontrol. Berikut adalah rata-rata persentase penurunan TOM perminggu :
kontrol 75,55 %, kijing ukuran besar 86,69 %, kijing ukuran sedang 79,09 % dan
kijing ukuran kecil 75,95 %. Selain itu hasil uji lanjut (BNT) menunjukkan bahwa
dari semua perlakuan yang diberikan, kijing dengan ukuran besar memberikan
pengaruh terhadap penurunan nilai TOM yang berbeda dari kedua perlakuan
lainnya (kijing ukuran sedang dan kecil). Sedangkan perlakuan kijing ukuran
sedang dan kecil memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap
penurunan yang terjadi pada pengamatan TOM. Semua perlakuan dan kontrol
mengalami penurunan konsentrasi. Penurunan tersebut terjadi akibat aktifitas
mikroorganisme (dekomposisi) dan juga aktifitas filter feeder oleh kijing. Pada perlakuan kijing dengan ukuran yang berbeda penurunan yang terjadi lebih besar
dibandingkan dengan kontrol karena selain bahan organik dimanfaatkan oleh
mikroorganisme juga dimanfaatkan oleh kijing. Aktifitas filter feeder kijing mulai melemah mulai memasuki minggu ketiga hal ini terlihat dari persentase
penurunan tiap minggunya sedangkan pada kontrol penurunan terbesar justru
terjadi pada minggu ketiga. Pola penurunan yang seperti inilah yang
menyebabkan persentase total dari semua perlakuan di akhir pengamatan hampir
sama.
Dari semua pengamatan terhadap beberapa parameter kualitas air yang telah
dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa aktifitas filter feeder kijing dapat berperan juga sebagai biofilter yang dapat mengurangi konsentrasi bahan
organik baik yang tersuspensi maupun terlarut. Kemampuan biofiltrasi kijing
terhadap bahan organik tersebut dipengaruhi oleh ukuran kijing. Hal ini
dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kijing dengan
ukuran yang lebih besar dapat memfilter bahan-bahan tersebut dengan lebih baik.
Jadi ukuran dapat dimasukkan kedalam faktor yang mempengaruhi tingkat filtrasi
kijing terhadap bahan organik selain faktor suhu, kecepatan aliran air, dan
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pengamatan terhadap tingkat biofiltrasi kijing P.exilis terhadap bahan organik dalam skala laboratorium menunjukkan bahwa kijing jenis ini memiliki potensi
untuk mengatasi pencemaran bahan organik di perairan. Kijing P.exilis berpotensi mengurangi kandungan bahan organik yang tinggi seperti pada perairan danau
atau waduk yang sudah eutrof. Selain itu juga dapat menekan akumulasi bahan organik pada perairan, seperti daerah hilir sungai yang mendapat pasokan limbah
organik baik dari hulu maupun run off dari daratan. Parameter kualitas air seperti TSS, TDS dan TOM dapat ditekan dan mengalami penurunan. Kijing ukuran
besar mempunyai tingkat filtrasi yang lebih baik dibandingkan kijing lainnya
(sedang dan kecil)
B. Saran
Penurunan konsnetrasi bahn organik pada kontrol menunjukkan adanya faktor
lain yang ikut mempengaruhi pengurangan bahan organik selain kijing. Oleh
karena itu diperlukan pengkajian yang lebih lanjut mengenai hal tersebut. Selain
itu perlunya ditambahkan parameter kualitas air yang mewakili senyawa yang
merupakan hasil dekomposisi bahan organik. Hal ini diperlukan untuk
memperjelas adanya kemungkinan perubahan bahan organik menjadi bentuk lain.
Lampiran 1. Nilai parameter kualitas air pada penelitian tingkat biofiltrasi kijing terhadap bahan organik tinggi
3,7 6,63 26 4,7 716 5,9
3,7 7,06 26 4,9 710 6
Lampiran 1 (lanjutan). Nilai parameter kualitas air pada penelitian tingkat biofiltrasi kijing terhadap bahan organik tinggi
Pengamatan III
Perlakuan DO (mg/l) pH Suhu (º C) TOM (mg/l) TDS (mg/l) TSS (mg/L)
kontrol 3,75 6,81 26 2,53 1009,60 5,04
3,6 6,4 26 3,13 954,53 3,24
4,4 7,06 27 2,60 936,18 2,88
besar 3,9 7,12 26 0,36 394,23 1,17
4,2 7,02 25,5 0,53 369,59 1,25
4,25 6,82 26 0,61 349,06 1,22
sedang 4,3 6,47 25 1,33 435,77 1,48
3,1 7,11 26 1,55 415,57 1,47
3,3 6,91 27 1,41 438,66 1,55
kecil 3,4 6,92 27 1,79 560,01 2,45
3,6 6,58 27 1,86 552,30 2,08
3,7 6,96 27 2,01 547,67 2,31
Lampiran 2. Nilai parameter kualitas air pada penelitian tingkat biofiltrasi kijing dalam menekan akumulasi bahan organik
3,2 6,91 26 101,24 883 38
kecil 2,98 6,9 26 113,56 870 53
3,1 6,53 26,5 113,67 910 55
3,2 7,04 26 111 900 50
Lampiran 2 (lanjutan). Nilai parameter kualitas air pada penelitian tingkat biofiltrasi kijing dalam menekan akumulasi bahan organik
Pengamatan IV
Perlakuan DO (mg/l) pH Suhu (º C) TOM (mg/l) TDS (mg/l) TSS (mg/l)
kontrol 3,75 6,85 26,5 200,15 920,00 45,12
3,6 6,35 25 200 942,00 63,10
4,4 7,1 25 200 916,00 59,80
besar 3,9 7,09 27 158,85 776,00 22,20
4,2 6,94 27 158,56 754,00 21,50
4,25 6,8 27 158,85 777,00 24,00
sedang 4,3 6,48 26,5 178,13 860,00 38,00
3,1 7,34 26 174,25 870,00 35,10
3,3 7,39 26 176,61 841,00 35,00
kecil 3,4 6,53 26,5 199,11 822,00 41,33
3,6 6,63 26 199,11 851,00 43,52
3,7 7,06 26 200 850,00 41,23
Lampiran 3. Persentase penurunan nilai parameter kualitas air selama penelitian
Penelitian tingkat biofiltrasi kijing terhadap bahan organik
TSS (mg/l) TDS (mg/l) TOM (mg/l)
% penurunan % penurunan
murni
kontrol 52.88 - 22.98 98.79 -
besar 96.05 43.17 70.26 47.28 99.78 0.99
sedang 95.41 42.53 63.12 40.14 99.38 0.59
kecil 89.96 37.08 57.76 34.78 99.17 0.38
Persen penurunan per / minggu TOM
% penurunan /minggu %rata % penurunan
Penelitian tingkat biofiltrasi kijing dalam menekan akumulasi bahan organik
TDS TSS TOM
Perlakuan
% penurunan % penurunan
Lampiran 4. Analisa regresi parameter kualitas air
Penelitian tingkat biofiltrasi kijing dalam menekan bahan organik a. TSS
Tabel sidik ragam
Sumber
keragaman db
Jumlah kuadrat
Kuadrat
tengah F value f significant
ulangan 2 3,852039 1,926 0,33 0,7215
perlakuan 2 1355,6408 667,820407 154,3807867 4,324562042 ulangan(perlakuan) 4 17,3035 4,3258 0,004431776 5,342656095
waktu 3 2928,262 976,08734 8,4901029 3,288761263
waktu*perlakuan 6 689,806 114,967669 19,84647781 2,129581844
error 18 104,2714 5,79285
total 35 5099,1359
Uji lanjut BNT
Beda nyata terkecil : 2,0643
group means N perlakuan
a 52,1733 12 kecil
a 44,8783 12 sedang b 37,1442 12 besar
b. TDS
Tabel sidik ragam
Sumber
keragaman db
Jumlah kuadrat
Kuadrat
tengah F value f significant
ulangan 2 5695,7222 2847,8611 3,18 0,0658
perlakuan 2 27317,5556 13658,7778 7,085551424 4,324562042 ulangan(perlakuan) 4 7710,7778 1927,6944 0,005866027 5,342656095 waktu 3 985860,3056 328620,1019 73,90872756 3,288761263 waktu*perlakuan 6 26677,7778 4446,2963 4,959257053 2,129581844
error 18 16138,167 896,565
total 35 1069400,306
Uji lanjut BNT
Beda nyata terkecil: 25,682
group means N perlakuan
a 1041,08 12 kecil
Lampiran 4 (lanjutan). Analisa regresi parameter kualitas air
c. TOM
Tabel sidik ragam
Sumber
keragaman db
Jumlah kuadrat
Kuadrat
tengah F value f significant
ulangan 2 3,26774 1,63387 1,72 0,2072
perlakuan 2 6918,1135 3459,05677 3200,607698 4,324562042 ulangan(perlakuan) 4 4,32301 1,08075 6,49022E-05 5,342656095
waktu 3 49955,9653 16651,98843 419,6918703 3,288761263
waktu*perlakuan 6 238,0603 39,6767 41,77814047 2,129581844
error 18 17,09525 0,9497
total 35 57136,82509
Uji lanjut BNT
Beda nyata terkecil: 0,8359
group means N perlakuan
a 130,2183 12 kecil
b 116,2517 12 sedang c 96,4308 12 besar
Penelitian tingkat biofiltrasi kijing pada perairan dengan kandungan bahan organik tinggi
a. TSS
Tabel sidik ragam
Sumber
keragaman db
Jumlah kuadrat
Kuadrat
tengah F value f significant
ulangan 2 0,0053853 0,00269256 0,18 0,8396
perlakuan 2 0,03102103 0,01551051 3,282223882 4,324562042
ulangan(perlakuan) 4 0,01890245 0,00472561 0,002882501 5,342656095
waktu 3 4,91823884 1,63941295 13,52562229 3,288761263
waktu*perlakuan 6 0,72724772 0,12120795 7,945342643 2,129581844
error 18 0,27459396 0,01525522
total 35 5,975398
Uji lanjut BNT
Beda nyata terkecil: 0.1059
group means N perlakuan
a 0,87637 12 besar
Lampiran 4 (lanjutan). Analisa regresi parameter kualitas air
b. TDS
Tabel sidik ragam
Sumber
keragaman db Jumlah kuadrat
Kuadrat
tengah F value f significant
ulangan 2 0,135 0,0667506 1,24 9,000018508
perlakuan 2 5,06483 2,532413 46,7 4,324562042
ulangan(perlakuan) 4 0,2035 0,050881 49,77128987 5,342656095
waktu 3 3255,30261 1035,10087 387,4147284 3,288761263
waktu*perlakuan 6 14,2309 2,671816 49,26913644 2,129581844
error 18 0,97613 0,054229
total 35 3275,912996
Uji lanjut BNT
Beda nyata terkecil: 0,1997
group means N perlakuan
a 8,85832 12 kecil
b 8,24614 12 sedang c 7,9589 12 besar
c. TOM
Tabel sidik ragam
Source DF
sum of square
mean
square F value f significant
ulangan 2 60,2984 30,1492 2,92 0,0795
perlakuan 2 151,8051 75,9025 6,49405373 4,324562042
ulangan(perlakuan) 4 46,752 11,688 0,000110088 5,342656095 waktu 3 318509,2721 106169,7574 1527,960978 3,288761263 waktu*perlakuan 6 416,9077 69,4846 6,737639267 2,129581844
error 18 185,63 10,3129
total 35 319370,688
Uji lanjut BNT
Beda nyata terkecil: 2.7544
group means N perlakuan
a 70,76 12 kecil
Lampiran 5. Prosedur pengukuran parameter fisika kimia
1. Parameter fisika
a. Suhu
Suhu biasanya dinyatakan dengan derajat Celcius ( º C ). Pada pengukuran suhu ini alat yang digunakan adalah termometer.
b. TSS dan TDS
Metode yang digunakan untuk pengukuran TDS maupun TSS adalah metode gravimetrik. Adapun metode gravimetrik dalam pengukuran TSS adalah sebagai berikut :
• Siapkan filter miliopore 0.45 µm dan vacum pump.
• Saring 2 x 20 ml akuades, biarkan penyaringan berlanjut sampai 2 – 3 menit untuk menghisap kelebihan air.
• Keringkan kertas saring ( filter) dalam oven pada temperetur 103 – 105 º C, setelah satu jam dinginkan dalam desikator, lalu timbang ( catat sebagai B mg )
• Ambil 100 ml air sampel dengan gelas ukur, aduk, kemudian saring dengan menggunakan kertas saring ( filter ) yang telah ditimbang.
• Keringkan filter dan residu dalam oven pada suhu 103 – 105 º C selama paling sedikit satu jam, lalu dinginkan dalam desikator kemudian ditimbang ( catat sebagai A mg )
Sedangkan pengukuran TDS adalah sebagai berikut :
• Siapkan filter kertas milipore 0.45 ì m, rendam dalam akuades selama 24 jam biarkan kering.
• Panaskan mangkuk porselen bersih pada tanur 550 º C atau oven 103 – 105 º C selama 30 menit.
• Dinginkan dalam desikator dan timbang ( catat sebagai D mg )
• Pasang peralatan dengan vacum pump.
• Pipet air sampel sebanyak 100 ml, aduk, dan saring debgan peralatan filtrasi yang telah disiapkan, tuang air tersaring ke dalam mangkuk porselen.
• Uapkan air air dalam mangkuk di atas kompor listrik atau “Hot Plate” sampai agak kering, kemudian masukkan ke dalam oven 105 º C selama satu jam.
Lampiran 5 (lanjutan). Prosedur pengukuran parameter fisika kimia
2. Parameter kimia
a. pH
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Adapun caranya adalah sebagai berikut :
♣ Kalibrasi pH meter, dengan memasukkan alat sensor pada pH meter ke dalam cairan buffer kemudian kalibrasi pH meter sampai layar pada pH meter menunjukkan nilai 7.00 ( pH normal)
♣ Masukkan alat sensor pada pH meter ke dalam air sampel, lihat angka yang muncul layar pH meter, catat.
b. Oksigen terlarut
Pengukuran oksigen terlarut dilakukan dengan menggunakan DO meter. Adapun cara pengukurannya sebagai berikut :
♣ Kalibrasi DO meter terlebih dahulu, dengan membilas alat sensor pada DO meter dengan akuades.
♣ Pastikan layar penunujuk nilai DO bernilai 0,00.
♣ Masukkan alat sensor DO meter ke dalam air yang akan diukur DO nya.
c. Total Organik Matter ( Kandungan bahan organik total)
Pengukuran TOM ( Total organik matter) adalah sebagai berikut :
♣ Pipet 100 ml air sampel, masukkan ke dalam erlenmeyer ( apabila air keruh encerkan kurang lebih 5 kali)
♣ Tambahkan larutan baku kalium permanganat beberapa tetes ke dalam air sampel hingga menjadi warna merah muda.
♣ Tambahkan 5 ml asam sulfat 8 N bebas zat organik.
♣ Panaskan di atas pemanas listrik yang telah dipanaskan pada suhu 103-105 º C, hingga mendidih selama satu menit.
♣ Tambahkan 10 ml larutan baku kalium permanganat 0.01 N
♣ Panaskan hingga mendidih selama 1 menit.
♣ Tambahkan 10 ml larutan baku kalium permanganat 0.01 N.
♣ Titrasi dengan larutan baku kalium permanganat hingga merah muda.
♣ Catat ml pemakaian kalium permanganat.
♣ Pembuatan larutan blanko, pipet 100 ml akuades dengan pengerjaan sama seperti dengan air sampel.
Perhitungan :
KMnO4 ( mg/l) =
[
{
(
10+A)
B−( )
0.1x316}
]
x316 Keterangan :A : ml larutan baku kalium permanganat yang digunakan dalam titrasi B : Kenormalan larutan baku kalium permanganat
Lampiran 6. Ukuran panjang berat kijing (Pilsbryoconcha exilis) pada penelitian tingkat biofiltrasi kijing terhadap bahan organik
Data panjang berat kijing ukuran besar
Lampiran 6 (lanjutan). Ukuran panjang berat kijing (Pilsbryoconcha exilis) pada penelitian tingkat biofiltrasi kijing terhadap bahan organik
Data panjang berat kijing ukuran sedang
Lampiran 6 (lanjutan). Ukuran panjang berat kijing (Pilsbryoconcha exilis) pada penelitian tingkat biofiltrasi kijing terhadap bahan organik
Data panjang berat kijing ukuran kecil
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian
Gambar 18. Bak percobaan tingkat biofiltrasi kijing terhadap bahan organik
Lampiran 7 (lanjutan). Dokumentasi Penelitian
Gambar 20. Kijing air tawar (Pilsbryoconcha exilis) dalam berbagai ukuran (nomor pada cangkang menunjukkan nomor kijing).
A B C Gambar 21. Kijing air tawar (Pilsbryoconcha exilis) dalam masing-masing kelompok ukuran. A. Besar ; B. Sedang ; C. Kecil. (nomor pada cangkang menunjukkan nomor kijing)