• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pendidikan Gizi dan Kesehatan Terhadapa Pengetahuan Gizi, Praktik Gizi, dan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil di Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat Medan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pendidikan Gizi dan Kesehatan Terhadapa Pengetahuan Gizi, Praktik Gizi, dan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil di Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat Medan Tahun 2014"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDIDIKAN GIZI DAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN GIZI, PRAKTIK GIZI, DAN KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL DI RUMAH BERSALIN GRATIS RUMAH ZAKAT MEDAN

TAHUN 2014

Oleh :

CLAUDY BUNGA HASIAN SAING

110100347

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Pengaruh Pendidikan Gizi dan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Gizi, Praktik Gizi, dan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil di Rumah Bersalin Gratis

Rumah Zakat Medan Tahun 2014

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

CLAUDY BUNGA HASIAN SAING

110100347

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Pengaruh Pendidikan Gizi dan Kesehatan Terhadapa Pengetahuan Gizi, Praktik Gizi, dan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil di Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat Medan Tahun 2014

Nama : Claudy Bunga H. Saing

NIM : 110100347

Pembimbing, Penguji I,

Sri Lestari, S.P., M.Kes

NIP. 197104262005012002 NIP. 195104231979021003

dr. Hasanul Arifin, Sp.An, KAP, KIC

Penguji II,

NIP. 197008191999032001

dr. Nurfida Khairina Arrasyid, M.Kes

Medan, Januari 2015

Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

NIP. 195402201980111001

(4)

ABSTRAK

Kehamilan merupakan proses kehidupan yaitu di dalam rahim ibu berkembang seorang janin hingga proses melahirkan anak. Di Indonesia, Angka Kematian Ibu di Indonesia masih tinggi, yaitu 228 per 100 ribu. Kesehatan ibu dan asupan gizi selama kehamilan sangat berpengaruh terhadap perkembangan janin. Pendidikan gizi merupakan sarana promosi kesehatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan gizi terhadap pengetahuan gizi, praktik gizi, dan kadar hemoglobin ibu hamil . Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimental. Sampel dipilih secara total sampling dari ibu hamil yang berkunjung di Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat, Medan pada bulan Agustus-November 2014 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner pengetahuan, metode foodrecall 24 hours, serta dianalisa dengan Uji McNemar.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum dilakukan intervensi pendidikan gizi skor pengetahuan 48,00 dan sesudah intervensi menjadi 76,25. Rata-rata asupan gizi sebelum intervensi adalah energi (1368,43 kkal), karbohidrat (212,94 gr/hari), protein (48,43 gr/hari), lemak (43,24 gr/hari), serat (9,60 gr/hari) dan besi (17,30 mg/hari). Rata-rata asupan sesudah intervensi adalah energi (1633,49 kkal), karbohidrat (235,34 gr/hari), protein (58,73 gr/hari), lemak (59,69 gr/hari), serat (13,21 gr/hari) dan besi (34,10 mg/hari). Rata-rata kadar hemoglobin sebelum intervensi 10,45 gr/dl dan sesudah intervensi 11,42 gr/dl.

Kesimpulan penelitian ini terdapat pengaruh yang nyata antara pendidikan gizi dengan pengetahuan gizi, praktik gizi (kecuali asupan karbohidrat dan serat), dan kadar hemoglobin ibu hamil di Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat Medan dimana terjadi peningkatan skor pengetahuan (p=0,0001), asupan energi (p=0,012), protein (0,008), lemak (0,003), besi (0,001), dan kadar hemoglobin (0,001) .

(5)

ABSTRACT

Pregnancy is a life cycle that is developing in the mother's uterus a fetus until the child is birth . In Indonesia , the maternal mortality ratio is 228 per 100 thousand live birth rate . Mother's health before and during pregnancy affects the developing fetus and fetal growth. Nutrient intake is of the key importance for optimal preganancy outcome. Nutrition education is health promotion to improve the nutritional knowledge, nutritional practices , and hemoglobin levels of pregnant women .

This study aimed to determine the effect of nutrition education on nutritional knowledge , nutritional practices , and hemoglobin levels of pregnant women .This study is quasi eksperimen design. The sample from this study was selected based on total sampling from pregnant women who visited in Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat on August-November 2014. The data was collected using interviews based on the knowledge questionnare, food recall 24 hours, analyzed using the McNemar method.

The results of this study obtained that score knowledge before was 48,00 and after nutrition education intervention into 76.25 . The mean intake of nutrients before intervention is energy ( 1368.43 kcal ) , carbohydrate ( 212.94 g / day ) , protein ( 48.43 g / day ) , fat ( 43.24 g / day ) , fiber ( 9 , 60 g / day ) and iron ( 17.30 mg / day ) . Mean energy intake after intervention is ( 1633.49 kcal ) , carbohydrate ( 235.34 g / day ) , protein ( 58.73 g / day ) , fat ( 59.69 g / day ) , fiber ( 13.21 g / day ) and iron ( 34.10 mg / day ) . Mean hemoglobin levels before the intervention of 10.45 g / dl and after intervention 11.42 g / dl .

The conclusion of this study is the effect of nutrition education on nutritional knowledge , nutritional practices except the intake of carbohydrates and fiber , and hemoglobin levels of pregnant women in the Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat, where an increase in knowledge scores ( p = 0.0001 ) , energy intake ( p = 0.012 ) , protein ( 0.008 ) , fat ( 0.003 ) , iron ( 0.001 ) , and hemoglobin ( 0.001)

(6)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan karuinia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah. Karya tulis ilmiah ini berjudul “Pengaruh Pendidikan Gizi terhadap Pengetahuan Gizi, Praktik Gizi, dan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil di Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat Medan dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan Program Pendidikan S1 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penyelesaian karya ini dimulai dari penentuan judul hingga terbentuk sebuah hasil penelitian, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :

1. Sri Lestari, SP, M.Kes, selaku dosen pembimbing yang sepenuh hati telah mendukung, membimbing, dan mengarahkan penulis mulai dari perencanaan penulisan sampai selesainya karya tulis ilmiah ini.

2. dr. Hasanul Arifin, Sp. An dan dr Nurfida Khairina Arrasyid, M.Kes selaku dosen penguji I dan dosen penguji II yang telah memberi ide, kritik, saran sehingga karya tulis ilmiah ini menjadi lebih baik

3. dr. Dina Keumala Sari, SpGK yang telah membantu dalam penelitian ini memberikan dukungan penyuluhan gizi di dalam penelitian

4. Pihak Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat yang telah memberikan kesediaan tempat, waktu, dan memberikan dukungan terhadap penelitian ini.

(7)

6. Teman-teman seperjuangan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan banyak bantuan dan dukungan dalam penelitian ini.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR SINGKATAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 1

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Kehamilan ... 7

2.1.1. Pengertian Kehamilan ... 7

2.1.2. Adaptasi Fisiologi Ibu Hamil ... 7

2.2. Masalah-Masalah Ibu Hamil ... 10

2.2.1. Kekurangan Energi Kronis (KEK) ... 10

2.2.2. Anemia ... 11

2.2.3. Hipertensi ... 12

2.2.4. Obesitas ... 13

2.3. Pengetahuan Gizi ... 14

2.4. Praktik Gizi ... 16

2.4.1. Definisi ... 16

2.4.2. Asupan Gizi Ibu Hamil ... 17

2.5. Hemoglobin ... 20

2.5.1. Definisi ... 20

2.5.2. Peranan Zat Besi ... 21

2.5.3. Cara Ukur ... 22

2.6. Pendidikan Gizi dan Kesehaatan ... 22

2.6.1. Definisi ... 23

2.6.2. Tingkat Pendidikan Kesehatan ... 24

2.6.3. Metode Pendidikan Gizi dan Kesehatan ... 25

2.6.4. Alat Peraga dalam Pendidikan Gizi dan Kesehatan ... 26

(9)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI

OPERASIONAL ... 30

3.1 Kerangka Konsep ... 30

3.2 Definisi Operasional ... 31

3.3 Hipotesis ... 33

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 33

4.1 Rancangan Penelitian ... 33

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 33

4.2.2. Waktu Penelitian ... 33

4.3. Populasi dan Sampel ... 33

4.3.1. Populasi ... 33

4.3.2. Sampel ... 34

4.4. Uji Validitas dan Realibilitas ... 34

4.5. Metode Pengambilan Data ... 35

4.5.1. Data Primer ... 35

4.5.2. Data Sekunder ... 35

4.6. Pengolahan dan Analisa Data ... 36

4.7. Alur Penelitian ... 37

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

5.1. Hasil Penelitian ... 38

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 38

5.1.2. Deskripsi Karateristik Responden ... 38

5.1.3. Rerata Pengetahuan, Praktik, dan Kadar Hemoglobin ... 41

5.1.4. Distribusi Tingkat Pengetahuan Responden ... 42

5.1.5. Pengaruh Pendidikan Gizi terhadap Pengetahuan... 45

5.1.6. Distribusi Praktik Gizi dan Pengaruh Pendidikan Gizi terhadap Praktik Gizi ... 46

5.1.7. Distribusi Kadar Hemoglobin ... 48

5.1.8. Pengaruh Pendidikan Gizi terhadap Kadar Hemoglobin ... 48

5.2. Pembahasan ... 49

5.2.1. Karateristik Responden ... 49

5.2.2. Pengaruh Pendidikan Gizi terhadap Pengetahuan Gizi ... 51

5.2.3. Pengaruh Pendidikan Gizi terhadap Praktik Gizi ... 52

5.2.4. Pengaruh Pendidikan Gizi terhadap Kadar Hemoglobin ... 55

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

6.1. Kesimpulan ... 58

(10)
(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 31 Tabel 4.1 Uji Validitas dan Realibilitas ... 34 Tabel 5.1 Distribusi Sosiodemografi Responden ... 39 Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Kehamilan, Paritas, dan Kunjungan Antenatal ... 40 Tabel 5.3 Rata-rata Pengetahuan, Praktik Gizi, dan Kadar Hemoglobin Responden ... 41 Tabel 5.4 Distribusi Tingkat Pengetahuan Gizi Responden Sebelum

Pendidikan Gizi ... 42 Tabel 5.5 Distribusi Tingkat Pengetahuan Gizi Responden Sesudah

Pendidikan Gizi ... 42 Tabel 5.6 Gambaran Jawaban Responden ... 43 Tabel 5.7 Hasil Analisis Pengaruh Pendidikan Gizi terhadap

Pengetahuan ... 45 Tabel 5.8 Distribusi Praktik Gizi dan Pengaruh Pendidikan Gizi

Terhadap Praktik Gizi ... 46 Tabel 5.9 Distribusi Kadar Hemoglobin Sebelum Pendidikan Gizi ... 48 Tabel 5.10 Distribusi Kadar Hemoglobin Sesudah Pendidikan Gizi ... 48 Tabel 5.11 Hasil Analisis Pengaruh Pendidikan Gizi tehadap Kadar

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Hubungan Pengetahuan. Sikap, dan Tindakan ... 16

Gambar 2.2 Hubungan Status Gizi dengan Pendidikan Gizi ... 27

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep ... 30

(13)

DAFTAR SINGKATAN

ASEAN : Asia Tenggara ASI : Air Susu Ibu AVA : Audio Visual Aids BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah BMR : Basal Metabolic Rate DEPKES : Departemen Kesehatan DINKES : Dinas Kesehatan

KEK : Kekurangan Energi Kronis KIA : Kesehatan Ibu Anak

MDG’s : Millenium Devolpment Goal’s NTDs : Neural Defect Tube’s

RDA-SEA : Recommended Dietary Allowance- Southest Asia RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

SMA : Sekolah Menengah Atas

SPSS : Statistic Package for Social Science WHO : World Health Organization

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan dan Informed Consent Lampiran 3 Jadwal Pertemuan

Lampiran 4 Kuesioener

Lampiran 5 Food Model dan Satuan Penukar Lampiran 6 Data Induk

(15)

ABSTRAK

Kehamilan merupakan proses kehidupan yaitu di dalam rahim ibu berkembang seorang janin hingga proses melahirkan anak. Di Indonesia, Angka Kematian Ibu di Indonesia masih tinggi, yaitu 228 per 100 ribu. Kesehatan ibu dan asupan gizi selama kehamilan sangat berpengaruh terhadap perkembangan janin. Pendidikan gizi merupakan sarana promosi kesehatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan gizi terhadap pengetahuan gizi, praktik gizi, dan kadar hemoglobin ibu hamil . Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimental. Sampel dipilih secara total sampling dari ibu hamil yang berkunjung di Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat, Medan pada bulan Agustus-November 2014 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner pengetahuan, metode foodrecall 24 hours, serta dianalisa dengan Uji McNemar.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum dilakukan intervensi pendidikan gizi skor pengetahuan 48,00 dan sesudah intervensi menjadi 76,25. Rata-rata asupan gizi sebelum intervensi adalah energi (1368,43 kkal), karbohidrat (212,94 gr/hari), protein (48,43 gr/hari), lemak (43,24 gr/hari), serat (9,60 gr/hari) dan besi (17,30 mg/hari). Rata-rata asupan sesudah intervensi adalah energi (1633,49 kkal), karbohidrat (235,34 gr/hari), protein (58,73 gr/hari), lemak (59,69 gr/hari), serat (13,21 gr/hari) dan besi (34,10 mg/hari). Rata-rata kadar hemoglobin sebelum intervensi 10,45 gr/dl dan sesudah intervensi 11,42 gr/dl.

Kesimpulan penelitian ini terdapat pengaruh yang nyata antara pendidikan gizi dengan pengetahuan gizi, praktik gizi (kecuali asupan karbohidrat dan serat), dan kadar hemoglobin ibu hamil di Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat Medan dimana terjadi peningkatan skor pengetahuan (p=0,0001), asupan energi (p=0,012), protein (0,008), lemak (0,003), besi (0,001), dan kadar hemoglobin (0,001) .

(16)

ABSTRACT

Pregnancy is a life cycle that is developing in the mother's uterus a fetus until the child is birth . In Indonesia , the maternal mortality ratio is 228 per 100 thousand live birth rate . Mother's health before and during pregnancy affects the developing fetus and fetal growth. Nutrient intake is of the key importance for optimal preganancy outcome. Nutrition education is health promotion to improve the nutritional knowledge, nutritional practices , and hemoglobin levels of pregnant women .

This study aimed to determine the effect of nutrition education on nutritional knowledge , nutritional practices , and hemoglobin levels of pregnant women .This study is quasi eksperimen design. The sample from this study was selected based on total sampling from pregnant women who visited in Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat on August-November 2014. The data was collected using interviews based on the knowledge questionnare, food recall 24 hours, analyzed using the McNemar method.

The results of this study obtained that score knowledge before was 48,00 and after nutrition education intervention into 76.25 . The mean intake of nutrients before intervention is energy ( 1368.43 kcal ) , carbohydrate ( 212.94 g / day ) , protein ( 48.43 g / day ) , fat ( 43.24 g / day ) , fiber ( 9 , 60 g / day ) and iron ( 17.30 mg / day ) . Mean energy intake after intervention is ( 1633.49 kcal ) , carbohydrate ( 235.34 g / day ) , protein ( 58.73 g / day ) , fat ( 59.69 g / day ) , fiber ( 13.21 g / day ) and iron ( 34.10 mg / day ) . Mean hemoglobin levels before the intervention of 10.45 g / dl and after intervention 11.42 g / dl .

The conclusion of this study is the effect of nutrition education on nutritional knowledge , nutritional practices except the intake of carbohydrates and fiber , and hemoglobin levels of pregnant women in the Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat, where an increase in knowledge scores ( p = 0.0001 ) , energy intake ( p = 0.012 ) , protein ( 0.008 ) , fat ( 0.003 ) , iron ( 0.001 ) , and hemoglobin ( 0.001)

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kehamilan merupakan suatu proses kehidupan seorang wanita, yaitu: suatu kondisi di dalam rahimnya berkembang seorang janin hingga lahir seorang anak (Cunningham et al., 2006). Lamanya masa kehamilan normal adalah 280 hari atau 40 minggu. Kehamilan melibatkan perubahan fisik , emosional, serta perubahan sosial ibu di dalam keluarga (Prawirahardjo, 2010).

Masalah mortalitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Berdasarkan World Health Organization (WHO, 2013), 800 wanita meninggal setiap hari dikarenakan komplikasi kehamilan dan proses bersalin. Di Indonesia sendiri, angka kematian ibu adalah 228 per 100 ribu kelahiran hidup. Angka kematian Ibu di Indonesia merupakan angka yang tertinggi ke-3 dibandingkan dengan negara-negara lainnya di ASEAN (Depkes, 2013). Di Sumatera Utara, angka kematian ibu masih tinggi yaitu 106 per 100.000 kelahiran hidup. Data ini berdasarkan laporan profil kabupaten dan kota di Sumatera Utara tahun 2012. Sedangkan, berdasarkan data sensus penduduk, angka kematian ibu di Sumatera Utara jauh lebih tinggi, yaitu sebesar 328 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes, 2013). Angka ini masih sangat jauh dibandingkan dengan target MDG’s yaitu Angka Kematian Ibu sebanyak 102 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2013).

(18)

merupakan penyebab utama dari pendarahan dan infeksi pada ibu hamil. Angka Kematian Ibu ini dipengaruhi oleh status kesehatan secara umum, pendidikan, dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan (Dinkes, 2013).

Kehamilan merupakan periode kritis di mana gizi ibu hamil merupakan faktor penting mempengaruhi kesehatan ibu dan janin (McGowan & McAuliffe, 2012). Status gizi dan kesehatan ibu hamil yang baik sangat diperlukan untuk perkembangan janin (Santiago et al., 2013). Ibu hamil sangat memerlukan gizi yang baik untuk memenuhi kalori sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan energi dan gizi selama kehamilan lebih tinggi daripada orang dewasa. Kekurangan gizi yang kronis dan anemia pada ibu hamil juga dapat menyebabkan berat bayi lahir rendah (BBLR). Berat bayi lahir rendah mempunyai risiko kematian yang lebih besar daripada bayi lahir dengan berat normal pada masa neonatal maupun pada masa bayi selanjutnya. Masalah gizi dan kematian ibu hamil juga sangat mempengaruhi angka kematian bayi (Syafiq et al., 2007).

Masalah gizi pada ibu hamil merupakan masalah yang harus diperhatikan. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013. Prevalensi ibu hamil yang mengalami anemia juga mencapai 37,1 %, dengan proporsi yang hampir sama antara kawasan perkotaan dan perdesaan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Status anemia dapat diukur dengan melihat kadar hemoglobin.

(19)

Pengetahuan dan praktik kesehatan ibu hamil juga berperan penting bagi ibu hamil. Pengetahuan dan praktik kesehatan ibu hamil yang baik dengan mengetahui tanda-tanda risiko kehamilannya dan rutin melakukan pemeriksaan kehamilannya secara berkala. Pemeriksaan kehamilan di Indonesia dikenal dengan kunjungan antenatal care. Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, kunjungan ibu hamil secara berkala di Provinsi Sumatera Utara adalah sebesar 61 %. Hal ini menunjukan belum semua ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilannya secara berkala (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

Pendidikan gizi dan kesehatan merupakan salah satu upaya dalam mengurangi kematian ibu hamil dan bayi dilakukan dengan melalui peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku pada ibu hamil dan keluarga (Uswatun, 2013). Pengetahuan gizi dan kesehatan pada ibu hamil juga masih sangat rendah terutama pada tingkat sosioekonomi ibu hamil yang rendah (Fallah et al., 2013). Upaya ini mendukung program pemerintah Millenium Development Program Goals yaitu MDG5 : meningkatkan kesehatan ibu (WHO, 2013).

(20)

Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat, Medan merupakan sarana pengadaan fasilitas kesehatan gratis berupa rumah bersalin dan klinik umum yang berfungsi memberikan layanan kesehatan tingkat dasar bagi ibu dan anak serta masyarakat kurang mampu. Sasaran layanan Rumah Bersalin Gratis (RBG) ini adalah masyarakat miskin atau tingkat sosioekonomi rendah yang tidak memiliki fasilitas kesehatan dan jaminan pemeliharaan kesehatan. Berdasarkan hasil survey awal, Rumah Bersalin Gratis memiliki program kelas edukasi ibu hamil (KELASI), senam ibu hamil, dan hypnobreathing. Tetapi, program – program ini tidak diikuti semua ibu hamil yang berkunjung di Rumah Bersalin Gratis (RBG). Kunjungan rata-rata ibu hamil di Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat setiap bulannya mencapai 50 ibu hamil. Ibu hamil yang berkunjung ke Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat juga tidak hanya berasal dari kota Medan saja, tetapi juga berasal dari daerah luar kota Medan.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan intervensi pendidikan gizi dan kesehatan serta menganalisa apakah ada pengaruhnya dengan pengetahuan gizi, praktik gizi, dan kadar hemoglobin pada ibu hamil di Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Apakah ada pengaruh pendidikan gizi dan kesehatan terhadap pengetahuan gizi, praktik gizi, dan kadar hemoglobin ibu hamil di Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat Medan pada tahun 2014?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

(21)

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus adalah :

1. Untuk mengetahui karateristik ibu hamil di Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat Medan pada tahun 2014.

2. Untuk mengerahui pengaruh pendidikan gizi dan kesehatan terhadap pengetahuan gizi ibu hamil di Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat Medan pada tahun 2014

3. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan gizi dan kesehatan terhadap praktik gizi ibu hamil di Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat Medan pada tahun 2014

4. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan gizi dan kesehatan terhadap kadar hemoglobin ibu hamil di Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat Medan pada tahun 2014.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Peneliti

Bagi Peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peneliti serta mengembangkan ilmu yang telah diterima dalam bangku perkuliahan 2. Subjek Penelitian

Bagi Subjek Penelitian, penelitian ini dapat membantu subjek penelitian untuk meningkatkan pengetahuan gizi dan kesehatan dan mengevaluasi tindakan serta kadar hemoglobin.

3. Institusi Pendidikan

(22)

4. Pemerintah/ Dinas Kesehatan

(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kehamilan

2.1.1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah peristiwa di mana di dalam rahim seorang wanita berkembangnya embrio menjadi fetus yang aterm. Kehamilan terjadi karena adanya proses pembuahan ovum oleh sperma (Guyton and Hall, 2007). Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu) dan tidak melebihi dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan ini disebut dengan kehamilan aterm. Jika kehamilan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur. Kehamilan antara 28 dan 36 minggu disebut dengan kehamilan prematur.

Ditinjau dari usia kehamilan, kehamilan dibagi menjadi tiga bagian yang disebut dengan trimester. Trimester pertama antara 0 – 12 minggu atau tiga bulan pertama. Trimester kedua minggu ke- 13 sampai minggu ke -27 (15 minggu). Dan trimester ketiga atau trimester terakhir merupakan minggu ke-28 hingga minggu ke-40 (Prawirohardjo, 2010).

2.1.2. Adaptasi Fisiologis Ibu Hamil

Ibu hamil mengalami perubahan pada tubuhnya sebagai respons rangsang fisiologis yang ditimbulkan oleh janin. Karena adanya adaptasi fisiologis ini , maka dapat berdampak menjadi sebuah kelainan apabila tidak dijaga dengan baik. Pengenalan adaptasi fisiologis ibu hamil merupakan acuan dasar untuk mengenali keadaan patologis untuk ibu hamil. Adaptasi fisiologis ini berupa :

1. Sistem Kardiovaskuler a. Volume Darah

(24)

dan juga janinnya dari terganggunya aliran balik vena pada posisi telentang dan berdiri tegak. Ketiga, untuk menjaga ibu dari kehilangan darah dalam persalinan (Cunningham et al., 2006). b. Konsentrasi hemoglobin

Pada kehamilan, proses erytropoetin meningkat sehingga sel darah merah juga meningkat. Akan tetapi, peningkatannya relatif lebih sedikit dibandingkan dengan penambahan volume plasma darah, sehingga konsentrasi hemoglobin berkurang atau disebut anemia delutional. Pada akhir trimester kedua terjadi penurunan kadar hemoglobin berkisar 1-2 g/dl dan akan lebih stabil pada trimester ketiga (Chandra et al., 2012).

c. Curah jantung

Berdasarkan penelitian Savu et al. (2012), curah jantung ibu hamil meningkat secara progresif dan di mulai pada akhir trimester pertama. Tekanan sistol, diastol, dan tekanan arteri pada ibu hamil cenderung menurun pada trimester kedua dan akan sedikit meningkat pada trimester ketiga. Tekanan resistensi vaskuler juga menurun pada trimester kedua , tetapi tidak mengalami perubahan pada trimester ketiga. Penurunan tekanan arteri dan resistensi vaskuler dan meningkatnya volume darah juga mempengaruhi meningkatnya curah jantung ibu hamil.

2. Perubahan Metabolisme

Pada ibu hamil terjadi peningkatan basal metabolic rate (BMR) dan meningkat sekitar 15-20% pada trimester ketiga. Sekresi hormon seperti hormon tiroksin, hormon korteks adrenal, dan hormon-hormon seks juga meningkat pada ibu hamil. Perubahan metabolisme ibu hamil dapat berupa:

a. Pertambahan berat badan

(25)

membesar kira-kira 50 gram hingga 1100 gram. Peningkatan berat badan rata-rata ibu hamil adalah 24 pon dan penambahan berat badan ini terjadi selama trimester kedua. Dari penambahan berat badan ini, sekitar 7 pon adalah fetus dan 4 pon adalah cairan amnion, plasenta, dan selaput amnion. Uterus membesar sekitar 2 pon dan payudara juga 2 pon. Peningkatan 9 pon lagi adalah sekitar 6 pon merupakan cairan pada ibu hamil dan 3 pon merupakan lemak di bawah kulit ibu hamil (Guyton and Hall, 2007).

b. Metabolisme karbohidrat, lemak.

Pada ibu hamil terjadinya hiperinsulinemia dan progresifitas insulin resistensi. Mekanisme yang mempengaruhi resitensi insulin belum diketahui dengan pasti, tetapi adanya kemungkinan pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron secara tidak langsung.

3. Sistem Respirasi

Pada ibu hamil, frekuensi pernafasan meningkat untuk mempertahankan ventilasi tambahan ibu hamil. Ibu hamil yang usia kehamilannya diatas 32 minggu sering mengeluh rasa sesak dan pendek nafas. Hal ini dikarenakan uterus membesar sehingga menekan isi abdomen dan isi abdomen menekan ke arah diafragma yang menyebabkan diafragma kurang bergerak secara leluasa. Pada ibu hamil, kebutuhan oksigen juga meningkat kira-kira 20% sehingga selalu bernafas lebih dalam (Prawirohardjo, 2010).

4. Sistem Urinarius

(26)

5. Kulit

Estrogen dan Progesteron memiliki efek perangsangan melanosit sehingga terjadi proses pigmentasi. Proses pigmentasi ini melalui pengaruh melanophore stimulating hormone yang meningkat. Pada banyak wanita, garis pada abdomen akan mudah terpigmentasi yang berwarna hitam kecoklatan membentuk linea nigra. Di daerah leher dan areola mammae juga sering mengalami hiperpigmentasi. Kulit perut ibu hamil juga tidak jarang seolah-olah retak, warnanya berubah agak hiperemesis dan kebiru-biruan, disebut striae livide (Prawirohardjo, 2010).

6. Sistem Imunologis

Sistem Imunologis humoral dan selular mengalami penurunan, titer antibodi humoral terhadap beberapa virus juga menurun selama kehamilan (Prawirohardjo, 2010).

2.2. Masalah – Masalah Ibu Hamil

2.2.1. Kekurangan Energi Kronis (KEK)

Kekurangan energi kronis merupakan suatu keadaan di mana status gizi seseorang buruk yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi pangan sumber energi yang mengandung zat gizi makro. Kebutuhan asupan gizi ibu hamil akan meningkat untuk pertukaran zat makanan kepada janin melalui plasenta. Peningkatan kebutuhan ibu hamil ini memerlukan penambahan konsumsi pangan sumber energi. Kekurangan mengkonsumsi kalori pada ibu hamil menyebabkan malnutrisi atau biasa disebut dengan KEK (Rahmania et al., 2013).

(27)

Banyak faktor yang berhubungan dengan kejadian Kekurangan Energi Kronis (KEK), seperti : pengetahuan, pola makan, tingkat ekonomi rumah tangga, status gizi sebelum kehamilan, dan status anemia ibu hamil. Ibu hamil yang pernah sakit dalam jangka waktu lebih dari dua minggu mempunyai risiko menjadi KEK 1,66 kali dibandingkan ibu hamil yang tidak pernah sakit. Ibu hamil yang memiliki badan yang kurus sebelum hamil juga mempunyai resiko KEK 2,56 kali dibandingkan dengan ibu hamil yang badannya tidak kurus (Sumarno, 2005).

2.2.2. Anemia

Anemia dalam kehamilan merupakan kondisi ibu hamil di mana kadar hemoglobin di bawah 11 g/dl (Depkes, 2009). Berdasarkan Center for Disease Control dalam Prawirohardjo (2010), adanya nilai batas kadar hemoglobin sesuai dengan trimester ibu hamil. Dikatakan anemia pada ibu hamil jika kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama atau kurang dari 10,5 pada trimester kedua dan ketiga.

Penyebab anemia terbanyak adalah kurangnya asupan zat besi, yang disebut dengan anemia defisiensi besi. Kurangnya asupan zat besi selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : menurunnya pemenuhan zat besi, kebutuhan zat besi yang meningkat untuk fetus, dan adanya perubahan pada volume plasma ibu hamil. Anemia defiensi besi dapat menyebabkan ibu hamil menjadi lebih mudah lemah, pucat, lesu, dan pendarahan (Laflamme, 2010).

Anemia defiensi besi dapat menimbulkan gangguan terhadap pertumbuhan sel tubuh dan sel otak janin. Ibu hamil yang mengalami anemia defiensi besi dapat mengalami keguguran, melahirkan sebelum waktunya (prematur), berat badan bayi lahir rendah (BBLR), dan adanya risiko pendarahan saat melahirkan. Anak yang dilahirkan dengan anemia defiensi besi dapat mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak. Anak juga tidak dapat mencapai tinggi badan yang optimal dan menjadi kurang cerdas. Anemia yang sangat berat pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko kematian bagi ibu dan bayi (Depkes, 2009).

(28)

suplementasi besi pada ibu hamil. WHO menganjurkan untuk memberikan 60 mg besi selama 6 bulan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis ibu hamil. Di wilayah dengan prevalensi anemia yang tinggi, maka dianjurkan untuk memberikan suplemen besi sampai tiga bulan setelah melahirkan. Pemberian suplemen besi setiap hari ini dapat menurunkan prevalensi anemia dan bayi berat lahir rendah (Prawirohardjo, 2010).

2.2.3. Hipertensi

Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15 % penyulit kehamilan dan merupakan salah satu penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Etiologi hipertensi pada kehamilan masih belum jelas. Banyak teori yang menyatakan hipertensi dalam kehamilan, salah satunya adalah teori gizi pada kehamilan (Prawirohardjo, 2010). Hipertensi pada ibu hamil dapat menyebabkan komplikasi yang serius, yaitu : uteroplacental insufficiency, abrupsi plasenta, intrauterine growth restriction, dan bayi lahir kurang bulan (Keffe et all, 2008).

Berdasarkan penelitian Kazemian et al (2012), wanita yang mengalami hipertensi gestasional memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi lemak khususnya asam lemak jenuh. Rendahnya konsumsi karbohidrat dan vitamin C juga memberi risiko hipertensi dalam kehamilan. Preeklampsia juga dipengaruhi oleh tingginya asupan zat lemak pada ibu hamil. Menurut Krummel (2008) dalam Kazemian et al (2012) menyatakan bahwa asupan kalium pada wanita yang mengalami hipertensi rendah daripada wanita hamil yang sehat. Mekanisme kalium mempengaruhi tekanan darah dengan menekan (supress) renin angiotensin sistem, mengaktivasi natrium-kalium pump, dan meningkatkan eksresi natrium dan air, dan menurunkan tahanan vaskular.

Hipertensi pada kehamilan diklasifikasikan berdasarkan Report of the National High Blood Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy dalam Prawirohardjo (2010), yaitu :

(29)

2. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria

3. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang

4. Hipertensi Kronik dengan superimposed preeklampsia, yaitu hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeklampsia.

5. Hipertensi Gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tanpa proteinuria.

Tanda-tanda preeklampsia adalah hipertensi, proteinuria dan edema generalisata (anasarka). Faktor resiko hipertensi dalam kehamilan bila didapatkan edema generalisata atau kenaikan berat badan > 0,57 kg/minggu. Primigravida yang mempunyai kenaikan berat badan rendah, yaitu <0,34 kg/minggu menurunkan resiko hipertensi, tetapi menaikkan risiko berat badan bayi lahir rendah (Prawirohardjo, 2010).

2.2.4. Obesitas

Pada 25 tahun terakhir ini, terjadi perubahan lifestye atau gaya hidup masyarakat. Pola makan yang lebih menyukai makan cepat saji atau fast food sudah menjadi kebiasaan makan masyarakat. Makanan cepat saji atau fast food memiliki gizi yang rendah dibandingkan dengan buah dan sayuran. Perubahan gaya hidup ini menyebabkan prevalensi overweight dan obesitas menjadi tinggi, sedangkan prevalensi gizi buruk masih tinggi di negara berkembang.

Ketika ibu hamil mengalami obesitas atau gizi berlebih makan berdampak serius terhadap ibu dan janinnya. Keadaan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme pada ibu hamil yang akan mempengaruhi pengiriman zat gizi pada janin. Ibu hamil yang mengalami obesitas akan beresiko mengalami diabetes melitus dan hipertensi. Komplikasi lainnya adalah terganggu pernafasan ibu hamil yaitu terjadinya snoring dan sleep apnea sehingga membutuhkan posisi yang baik ketika tidur.

(30)

melahirkan. Adanya peningkatan resiko terjadinya kelahiran prematur (<32 minggu umur gestasi) di bandingkan ibu hamil yang memiliki status gizi normal. Kelebihan gizi ibu hamil juga mempengaruhi berat janin sehingga adanya risiko bayi yang dilahirkan adalah makrosia. Hal ini menyebabkan ibu hamil harus memilih pertolongan persalinan sectio secarea (Keffe et al., 2008).

2.3. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dsb.) Pengetahuan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi seseorang terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh dari indra mata (penglihatan) dan indra telinga (pendengaran). Pengetahuan atau kognitif sangat berpengaruh tindakan seseorang (Notoatmodjo,2011).

Pengetahuan gizi dan kesehatan ibu hamil adalah kesadaran dan pemahaman tentang gizi dan aspek kesehatan selama kehamilan yang diketahuinya. Pengetahuan gizi ibu hamil ini dapat mencakup pengertian makanan bergizi, pola makan seimbang bergizi, dampak negatif dari kekurangan gizi bagi ibu dan anak, serta pengetahuan sumber makanan yang mengandung zat gizi, seperti karbohidrat, protein, lemak, zat besi, asam folat (Daba et al., 2013).

Pengetahuan dibagi dengan 6 tingkatan, yaitu : 1. Tahu (know)

Tahu merupakan mengingat kembali atau recall terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainya merupakan pengukuran untuk seseorang bahwa dia tahu tentang apa yang dipelajarinya (Notoatmodjo, 2011).

2. Memahami (comprehension)

(31)

secara benar. Seseorang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, dan menyimpulkan terhadap objek yang telah dipelajarinya (Notoatmodjo, 2011).

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2011).

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam kompenen-kompenen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Indikasi pengetahuan seseorang telah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut (Notoatmodjo, 2011).

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimilikinya. Dengan kata lain sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formula baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya : dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dan dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada (Notoatmodjo, 2011).

6. Evaluasi (evaluation)

(32)

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara, angket, dan kuesioner . Wawancara, angket dan kuesioner ini menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diukur dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat pengetahuan di atas.

2.4. Praktik Gizi 2.4.1. Definisi

Suatu sikap belum terwujud dalam suatu tindakan atau praktik (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu tindakan perlu faktor lain seperti fasilitas, sarana, dan prasarana. Tingkat-tingkat Praktik :

1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama.

2. Respons terpimpin

Dalam melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah indikator praktik tingkat dua.

3. Mekanisme (mechanism)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis 4. Adopsi

Adopsi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2011).

(33)

kesehatan yang baik dengan cara melakukan pemeriksaan kehamilannya ke fasilitas kesehatan seperti puskesmas, klinik, dan rumah sakit secara berkala.

[image:33.595.131.540.157.324.2]

Gambar 2.1 Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan

Sumber : Notoatmodjo (2011)

Pengukuran perilaku atau tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan beresponden (Notoatmodjo, 2011).

2.4.2. Asupan Gizi Ibu Hamil

1. Kalori

Kebutuhan kalori ibu hamil meningkat untuk pertumbuhan fetus, placenta, dan untuk memenuhi kebutuhan adaptasi fisiologi ibu hamil, yaitu meningkatnya basal metabolic rate (BMR) pada ibu hamil. Menurut Recommended Dietary Allowances Southest Asia (RDA SEA), kebutuhan kalori ibu hamil pada trimester kedua meningkat 360 kkal/hari. Pada trimester ketiga kebutuhan kalori meningkat menjadi 475 kkal/hari (RDA-SEA, 2005).

2. Protein

Protein berperan penting untuk pertumbuhan dan perkembangan janin serta mengurangi resiko lahir kurang bulan (preterm). Protein juga

REAKSI TERTUTUP (PENGETAHUAN DAN SIKAP) STIMULUS

(RANGSANGAN)

(34)

dibutuhkan untuk sintesis transpor molekul seperti hemoglobin, albumin, dan mioglobin. Kebutuhan protein menurut RDA pada ibu hamil meningkat 25 g/ hari dari sebelum hamil atau sekitar 71 g/hari. Sumber protein terbagi dua, yaitu protein nabati dan hewani. Protein hewani seperti telur, susu, daging, ikan, dll. Protein nabati seperti tempe, tahu, kacang-kacangan, dll (RDA-SEA, 2005).

3. Karbohidrat

Kebutuhan karbohidrat pada ibu hamil meningkat 175 gr/hari. Kebutuhan karbohidrat ini untuk mencegah terjadinya ketosis prenatal. Ketosis prenatal menyebabkan lambatnya perkembangan otak pada janin (RDA-SEA, 2005).

4. Asam folat

Asam folat sangat dibutuhkan pada ibu hamil. Asam folat berguna untuk erithropoesis, pertumbuhan dan perkembangan janin, serta untuk mencegah neural defect tube (NTDs). Mekanisme asam folat untuk mencegah penyakit NTDs masih belum jelas. Hipotesis Bjorklund et al. (2006) dalam Yakoob et al. (2009) asam folat digunakan untuk post-translasi metilasi dari arginin dan histidin untuk meregulasi domain dari citoskeleton, di mana unutuk diferensiasi jaringan neural. Kebutuhan asam folat pada ibu hamil adalah 600µ gr. Pada wanita sebelum hamil dan selama dua bulan pertama kehamilan, diberikan suplemen asam folat 4 mg. Sumber makanan yang mengandung asam folat adalah sayur yang berwarna hijau (bayam, brokoli, dll), hati, buah jeruk, alpokat,dll.

5. Besi

(35)

mengurangi penyerapan besi. Besi lebih mudah diserap jika dimakan dengan makanan yang mengandung vitamin C yang tinggi (RDA-SEA, 2005).

6. Kalsium

Kebutuhan kalsium pada ibu hamil adalah 1000 mg/hari – 1300 mg/hari. Kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan gigi bayi. Sumber makanan kalsium adalah daging, keju, susu, brokoli, dan sayuran berwarna hijau lainnya (RDA-SEA, 2005).

7. Yodium

Berdasarkan RDA, kebutuhan yodium pada ibu hamil adalah 200µg/hari. Kebutuhan yodium ini untuk mencegah hipotiroid pada ibu hamil dan janin serta untuk mencegah kerusakan otak janin. Sumber makanan yodium adalah garam beryodium dan sumber makanan dari laut (RDA-SEA, 2005).

8. Vitamin A

Kebutuhan vitamin A pada ibu hamil menurut RDA adalah 800 µg/hari. Vitamin A dibutuhkan untuk pertumbuhan dan disimpan di hepar janin, serta berperan dalam diferensiasi sel pada proses embriogenesis di awal kehamilan. Sumber vitamin A adalah daging, ikan, telur, dll. Pemberian vitamin A tidak boleh melebihi atau maksimum 3000µg/hari karena dapat menyebabkan fetal toxicity (RDA-SEA, 2005).

9. Vitamin D

Kebutuhan vitamin D pada ibu hamil adalah 5 µg/hari. Sumber makanannya adalah ikan, hati, minyak, dan susu. Berdasarkan Devereux ( 2007) dalam Santiago et al. (2013) kekurangan vitamin D dan E pada ibu hamil meningkatkan risiko gangguan pernafasan termasuk asma atau wheezing pada anak.

10. Vitamin C

(36)

C berfungsi untuk meningkatkan neutrofil pada ibu hamil. Vitamin C juga diperlukan untuk pertumbuhan janin agar tidak menjadi sumbing atau scurfy. Kebutuhan vitamin C berdasarkan RDA adalah 80 mg/hari pada ibu hamil (RDA-SEA, 2005).

11. Vitamin B1 ( thiamin)

Thiamin banyak terdapat di seluruh tumbuhan dan hewan. Akan tetapi, konsentrasinya hanya sedikit. Kebutuhan thiamin pada ibu hamil adalah 1,4 mg/hari (RDA-SEA, 2005).

12. Vitamin B2 (riboflavin)

Daging, susu, sayur-sayuran, telur, dan keju mengandung riboflavin. Gandum sangat kaya dengan kandungan riboflavin di dalamnya. Kebutuhan pada ibu hamil adalh 1,4 mg/hari (RDA-SEA, 2005).

13. Vitamin B3 (niacin)

Pada ibu hamil, kebutuhan niacin berdasarkan RDA adalah 18 mg/hari. Sumber makanannya sama seperti dengan riboflavin dan thiamin, yaitu: sayur-sayuran, susu, dan gandum (RDA-SEA, 2005).

14. Zink

Makanan laut, daging merah, gandum, sayur-sayuran kaya akan zink. Kebutuhan Zink pada ibu hamil untuk pembentukan jaringan embrionik. Buah sangat sedikit mengandung Zink. Berdasarkan RDA, kebutuhan zink berbeda-beda dalam setiap trimester pada ibu hamil. Trimester pertama 5,5 mg/hari, trimester kedua 7,0 mg/hari, dan trimester ketiga adalah 10,0 mg/hari (RDA-SEA,2005) .

2.5. Hemoglobin 2.5.1. Definisi

(37)

gram per 100 militer sel (Guyton and Hall, 2007). Kadar hemoglobin pada ibu hamil < 11g/dl disebut anemia. Kadar hemoglobin ini dapat dipengaruhi oleh asupan zat besi pada kehamilan, penigkatan kebutuhan fisiologis, dan kehilangan banyak darah.

2.5.2. Peranan Zat Besi

Hemoglobin mempunyai umur sesuai dengan sel darah merah normal adalah 120 hari, hal in berarti bahwa setiap hari terjadi penggantian kurang dari 1% dari total hemoglobin dalam sel darah merah. Eritropoesis merupakan proses terus menerus dalam pematangan sel darah merah dimana sel progenitor eritroid yang primitif mengalami proliferasi dan diferensiasi sehingga menjadi sel matang (Gunadi, 2008). Proses eritropoesis diregulator utama oleh eritropoetin : hormon yang disintesis oleh ginjal (Murray et al., 2009). Pada ibu hamil proses eritropoesis meningkat dikarenakan kebutuhan oksigen juga meningkat

Sekitar 70 % besi diangkut oleh eritrosit sebagai hemoglobin dan sisanya disimpan sebagai cadangan yaitu feritin, hemosiderin dan makrofag. Distribusi besi dalam tubuh akan mengalami daur ulang, dan setiap hari sekitar 25 ml eritrosit harus diganti sehingga membutuhkan 25 mg besi (Gunadi, 2008). Zat besi dikonsumsi dari sumber makanan sebagai besi heme dan nonheme. Penyerapan besi di duodenum diatur secara ketat. Besi yang datang dalam bentuk ferri direduksi menjadi ferro oleh ferireduktase. Vitamin C dalam makanan juga mepermudah reduksi besi ferri menjadi besi ferro (Murray et al.,2009)

Setelah diserap usus, besi akan berikatan dengan transferin yaitu suatu protein pembawa besi menuju jaringan yang dibutuhkan. Dibutuhkan 3 mg besi dalam sirkulasi darah yang berikatan dengan transferin. Proses ini berulang 10 kali perhari dan dibutuhkan lebih kurang 25-30 mg besi per hari untuk dibawa ke sumsum eritroid. Hasil akhir dari jalur transport ini menggunakan 80-90% cadangan besi dalam hemoglobin dari eritrosit baru (Ferrian, 2008)

(38)

2.5.3. Cara Ukur

Pengukuran kadar hemoglobin dapat digunakan dengan berbagai cara. Metode yang digunakan untuk mengetahui prevalensi anemia dengan hemoglobinometer adalah metode cyanmethemoglobin dan hemoglobinometer digital (WHO, 2001).

Metode cyanmethemoglobin adalah metode secara kuantitatif di laboratorium. Metode ini menggunakan reagan Drabkins untuk mengubah hemoglobin menjadi cyanmethemoglobin. Kadar hemoglobin ditentukan dari perbandingan absorbansinya dengan absorbansi standart cyanmethemoglobin (WHO, 2001).

Metode Hemoglobinometer digital merupakan kuantitaif dalam mengukur konsentrasi hemoglobin di lapangan penelitian. Hemoglobinometer digital praktis, mudah dibawa, menggunakan baterai, dan pengambilan darah hanya sedikit. Metode ini lebih praktis di lapangan penelitian karena tidak menggunakan reagen (WHO, 2001). Pengukuran meningkatnya nilai Hb minimal 1,0 g/dl setelah menerima suplemen Fe selama satu bulan merupakan tes lanjutan terhadap penilaian anemia pada ibu hamil (Syafiq et al., 2007).

2.6. Pendidikan Gizi dan Kesehatan

2.6.1. Definisi

(39)

Intervensi pendidikan gizi dan kesehatan memiliki tiga tujuan dalam Syafiq et al. (2007), yaitu :

1. Nutritional and Health Objectives

Tujuan utama dari program intervensi gizi dan kesehatan adalah perbaikan gizi dan menjaga kesehatan kelompok sasaran yang diukur melalui indikator-indikator seperti : diet makanan, klinik, antropometri, dan biofisik.

2. Educational Objectives

Tujuan khusus program pendidikan gizi dan kesehatan adalah untuk memperleh perubahan perilaku yang mempengaruhi status gizi. Adopsi perilaku yang baru tergantung pada banyak faktor eksternal pada program komunikasi. Tujuan pendidikan gizi dan kesehatan juga berhubungan dengan perubahan motivasi, pengetahuan, kesukaan pada perilaku tertentu dan ketrampilan yang dibutuhkan

3. Communication Objectives

Progam komunikasi harus berjalan efektif agar dapat mengubah perilaku, target sasaran harus difokuskan pada isi pesan sehingga dapat mengingat pesan.

2.6.2. Tingkat Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan berdasarkan teori Leavel and Clark dalam Notoatmodjo (2011), yaitu:

1. Promosi Kesehatan

Dalam tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi, kebiasaan hidup, dam sebagainya.

2. Perlindungan Khusus

(40)

Pendidikan kesehatan pada tingkat ini mendeteksi penyakit atau mendiagnosa secepat mungkin dan segera mengobatinya. Hal ini dikarenakan pada masyarakat rendahnya pengetahuan dan kesadaran terhadap kesehatan dan penyakit sehingga dibutuhkan tingkat pendidikan kesehatan ini.

4. Pembatasan Cacat

Tingkat pendidikan kesehatan ini berfungsi untuk mencegah adanya komplikasi pada masyarakat dari penyakitnya. Tingkat pendidikan ini disebabkan karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatannya sehingga sering tidak lanjutkan pengobatannya sampai tuntas.

5. Rehabilitasi

Tingkat pendidikan ini berfungsi untuk memulihkan cacat dari penyakit masyarakat atau merehabilitasi masyarakat

2.6.3. Metode Pendidikan Gizi dan Kesehatan

Menurut Karo-karo dalam Supriasa (2013), metode pendidikan adalah setiap cara, teknik, maupun media yang terencana yang diterapkan berdasarkan prinsip-prinsip yang dianut. Metode pendidikan dan penyuluhan , terdiri dari :

1. Ceramah

Ceramah adalah menyampaikan atau menjelaskan suatu pengertian atau pesan secara lisan yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Tujuan ceramah adalah menyajikan fakta, menyampaikan pendapat tentang suatu masalah, menyampaikan pengalaman perjalanan atau pengalaman pribadi, membangkitkan semangat, dan membuka suatu permasalahan. Keunggulan metode ini adalah dapat dipakai pada kelompok yang sasarannya besar dan pengaturannya lebih mudah. 2. Diskusi Kelompok (Disko)

(41)

dengan seorang pemimpin. Diskusi kelompok bertujuan untuk mencari, menemukan, atau menggali permecahan suatu masalah dengan bertukaran pikiran dan perasaan. Diskusi kelompok mempunyai keunggulan yaitu peserta dapat berperan aktif dalam kegiatan.

3. Diskusi Panel

Diskusi panel adalah suatu pembicaraan yang dilakukan oleh beberapa orang yang dipilih ( 3 sampai 6 orang) yang dipimpin oleh seorang moderator di hadapan sekelompok pendengar. Keunggulsn dari metode ini adalah dapat mengemukan pandangan-pandangan yang berbeda. 4. Curah Pendapat

Curah pendapat adalah suatu penyampaian pendapat atau ide untuk pemecahan suatu masalah tanpa adanya kritik. Evaluasi dilaksanakan setelah seluruh peserta menyampaikan pendapat atau ide-idenya. Dalam acata curah pendapat, pemikiran kreatif lebih diperlukan daripad pemikiran praktis. Keunggulannya adalah semua peserta dapat berpartisipasi dan adanya kebebasan untuk mengemukan pendapat dengan tidak perlu takut berbuat kesalahan.

5. Simulasi

Metode simulasi adalah permainan yang direncanakan yang maknanya dapat diambil untuk kepentingan sehari-hari. Metode simulasi dapat dilaksanakan untuk memaknani masalah hubungan antar-manusia. 6. Studi Kasus

Studi kasus adalah sekumpulan situasi masalah yang dianalisis secara mendalam atau mendetail. Tujuan dari metode studi kasus adalah melatih peserta didik guna mengembangkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan dengan cara mempelajari sesuatu secara mendalam.

7. Simposium

(42)

adalah banyak informasi yang didapat di dalam waktu yang singkat dan dapat digunakan dalam kelompok besar.

2.6.4. Alat Peraga dalam Pendidikan Gizi dan Kesehatan

Alat peraga merupakan media yang dipergunakan untuk menangkap, memproses, dan menyampaikan informasi visual atau verbal. Manfaat alat peraga adalah memperjelas pesan-pesan yang akan disampaikan. Jenis-jenis alat peraga adalah :

1. Audio Visual Aids (AVA)

a. Visual Aids : nonprojected seperti papan tulis, buku, diktat brosur, dll. Projected seperti slides, film strip, transparasi

b. Audio Aids : loud speaker, tape recorder, dan radio 2. Rumut dan sederhana

a. Rumit : dalam penggunaanya membutuhkan proyektor yang relatif mahal seperti film.

b. Sederhana : alat peraga yang dapat dibuat sendiri, bahan-bahan mudah didapat, dan dapat dibuah oleh tenaga setempat. Contoh alat peraga sederhana adalah poster, liflet, model lembar balik, boneka, dan papan tulis (Supriasa, 2013).

2.6.5. Hubungan Pendidikan Gizi dan Kesehatan dengan Perilaku dan Status gizi

Berdasarkan Notoatmodjo (2011), pendidikan kesehatan menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat (immediate impact). Pengetahuan kesehatan ini akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan. Kemudian, perilaku kesehatan akan berperngaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran (outcome) pendidikan kesehatan. Indikator kesehatan masyarakat dapat diukur dari status gizi dan kesehatan masyarakat.

(43)

sadar akan adanya suatu tingkah laku yang baru. Kedua, seseorang mulai tertarik akan adanya pengetahuan yang baru. Ketiga, seseorang akan menilai pengetahuan yang baru. Keempat, seseorang akan melakukan penilaian dan manfaatnya cukup besar, sehingga seseorang tersebut akan mencoba tingkah laku yang baru. Setelah mencoba tingkah laku yang baru, seseorang akan menganut tindakan atau praktik ini, dan tahap ini merupakan tahap terakhir.

(44)
[image:44.595.104.556.123.409.2]

Gambar 2. 2 Hubungan Status Gizi dengan Pendidikan Gizi dan Kesehatan

Sumber : Notoatmodjo, 2011

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi dan kesehatan ibu hamil dalam adalah :

1. Faktor sosial ekonomi

Sosial ekonomi mempengaruhi status gizi seseorang, tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor sosial ekonomi. Meningkatnya pendidikan seseorang akan meningkatkan pendapatan sehingga dapat meningkatkan daya beli makanan (Syafiq et al., 2007).

2. Pengetahuan

Pengetahuan yang baik terhadap zat gizi akan menimbulkan perilaku gizi dan kesehatan yang baik.

3. Faktor yang Berhubungan dengan Makanan a. Availability/ ketersediaan makanan

b. Accessibility/ jangkauan terhadap makanan c. Preparation/ persiapan

Enabling Factors

a. ketersediaan sumber atau fasilitas)

b. Keterjangkauan pelayanan kesehatan

Keturunan

Status Gizi dan Kesehatan

Perilaku atau Praktik

Lingkungan

Reinforcing factors (sikap dan

perilaku petugas pelayan kesehatan)

Predisposing factors

a. pengetahuan, b. sikap, c. kepercayaan, dan

tradisi d. Pendidikan

(45)

d. Consumpstion/ konsumsi e. Utilization/ penggunaan zat gizi

f. Adequacy/ kecukupan (Syafiq et al., 2007). 4. Aspek Kesehatan

a. Kesehatan tubuh b. Sanitasi lingkungan

Lingkungan yang buruk seperti air minum tidak bersih, kepadatan penduduk yang tinggi dapat menyebabkan penyebaran kuman penyakit.

c. Pelayanan Kesehatan

Rumah Sakit dan sarana kesehatan lainya berserta program kesehatan seperti pengasuhan antenatal care, kelas ibu hamil, dan lainnya berhubungan dengan gizi dan kesehatan ibu hamil (Syafiq et al., 2007).

5. Faktor Demografi

Peningkatan jumlah penduduk, jumlah anggota keluarga juga mempengaruhi status gizi.

6. Politik dan Kebijakan

Perbaikan status gizi masyarakat termasuk ibu hamil juga tergantung pada kebijakan pemerintah seperti kebijakan harga, kebijakan pertanian, dll. 7. Budaya atau Kepercayaan

Budaya berperan dalam status gizi karena ada beberapa kepercayaan seperti tabu mengkonsumsi makanan tertentu oleh kelompok umur tertentu. Makanan yang lebih banyak dipantang merupakan sumber protein hewani, seperti: cumi, udang, ikan sembilan, lele ,dsb. Alasan tabu cenderung irasional, sebagai contoh cumi harus dihindari karena cumi mempunyai tinta yang berwarna ungu/biru, khawatir saat lahir anak biru (Syafiq et al., 2007).

8. Geografi dan Iklim

(46)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep yang digunakan pada penelitian ini berguna untuk mengetahui pengaruh intervensi pendidikan gizi dan kesehatan terhadap pengetahuan gizi, praktik gizi, dan kadar hemoglobin ibu hamil di Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat Medan tahun 2014. Berdasarkan tujuan di atas maka kerangka konsep penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

[image:46.595.113.540.302.559.2]

Gambar 3.1. Skema Kerangka Konsep Pendidikan Gizi dan

Kesehatan selama 3 kali/ 3 bulan

(47)
[image:47.595.50.570.163.745.2]

3.2. Definisi Operasional

Tabel 3.1.Definisi Operasional

No Variabel

Penelitian Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur

Variabel Independen

1 Pendidikan Gizi dan Kesehatan

Intervensi dalam bentuk proses belajar di dalam kelas tentang asupan gizi dan kesehatan ibu hamil dilakukan 3 kali pertemuan selama 3 bulan.

- - - -

Variabel Dependen

1 Pengetahuan

Gizi

Segala sesuatu yang diketahui ibu hamil tentang gizi dan kesehatannya

Wawancara Kuesioner Kategori tingkat

pengetahuan

1. Baik : >70% jawaban benar 2. Kurang : <70%

jawaban benar

Ordinal

2 Praktik Gizi Tindakan ibu hamil dalam mengkonsumsi asupan gizi dalam 1 hari seperti karbohidrat, lemak, protein, zat mikronutrien dan dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi Ibu Hamil

Wawancara Food Recall 24

jam

Kategori Kecukupan Gizi Energi

1. Baik : ≥ 90 % AKG

2. Defisit : <90% AKG

Kategori untuk tingkat Kecukupan Gizi Karbohidrat

1. Baik : ≥ 90 % AKG

2. Defisit : <90% AKG

Kategori untuk tingkat Konsumsi Lemak

1. Baik : ≥ 90 % AKG

2. Defisit : <90% AKG

(48)

Kategori untuk tingkat konsumsi Protein

1. Baik : ≥ 90 % AKG

2. Defisit : <90% AKG

Kategori untuk tingkat konsumsi Zat Besi

1. Baik :

≥30 mg/hari

2. Kurang : < 30 mg/hari

Kategori untuk tingkat konsumsi Serat

1. Baik :

≥30 g/hari

2. Kurang : < 30 g/hari

4 Hemoglobin Kadar hemoglobin

dalam darah yang dinyatakan dalam gr/dl Mengukur kadar hemoglobin dengan menggunakana hemoglobinometer Hemoglobinome -ter Klasifikasi :

1. Anemia : <11gr/dl 2. Normal : ≥11

gr/dl

Ordinal

3.3. Hipotesis

1. Ada pengaruh intervensi pendidikan gizi dan kesehatan terhadap pengetahuan gizi ibu hamil.

2. Ada pengaruh intervensi pendidikan gizi dan kesehatan terhadap praktik gizi ibu hamil.

(49)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental dengan menggunakan desain quasi eksperimen menggunakan pretest dan posttest untuk mengetahui pengaruh intervensi pendidikan gizi dan kesehatan terhadap pengetahuan gizi, praktik gizi, dan kadar hemoglobin ibu hamil.

PRETEST PERLAKUAN POSTTEST

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat, Medan. Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat adalah rumah bersalin gratis yang sasaran pelayanannya adalah masyarakat yang memiliki tingkat sosioekenomi yang rendah sehingga memiliki tingkat pendidikan yang rendah .

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan berlangsung selama 4 bulan, yaitu : bulan Juli–November 2014.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Target populasi penelitian ini adalah semua ibu hamil yang berkunjung di Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat Medan. Populasi Terjangkau adalah semua ibu hamil yang berkunjung di Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat Medan bulan Agustus- November tahun 2014.

(50)

4.3.2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling , yaitu semua ibu hamil yang berkunjung di Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat pada bulan Agustus-November tahun 2014 yang memenuhi kriteria ekslusi dan inklusi.

Kriteria Inklusi

1. Ibu hamil bersedia menjadi responden.

Kriteria Eksklusi :

1. Ibu hamil yang tidak lengkap kehadirannya (lost to follow up).

Kriteria Drop Out :

1. Ibu hamil yang tidak mengikuti pertemuan pertama dan ketiga.

4.4 Uji Validitas dan Realibitas

[image:50.595.109.510.534.735.2]

Dalam penelitian ini uji kuesioner pengetahuan gizi diuji validitasnya dan realibitas terhadap ibu hamil lain diluar sampel penelitian. Formulir food recall uji kesahlian sudah diuji oleh penelitian sebelumnya. Pengukuran kadar hemoglobin menggunakan hemoglobinometer digital dengan merek BeneCheck dengan sensitifitas 95% dan range pengukuran 7,0-26 g/dl dan 21-79 % Hct.

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitasi dan Realibitas

Variabel Nomor Pertanyaan

Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 1 0,524 Valid 0,870 Realibel

2 0,633 Valid Realibel

3 0,777 Valid Realibel

4 0,605 Valid Realibel

5 0,829 Valid Realibel

6 0,802 Valid Realibel

7 0,652 Valid Realibel

8 0,556 Valid Realibel

9 0,592 Valid Realibel

(51)

Berdasarkan tabel 4.1 r hitung > r tabel (0,514) sehingga butir pertanyaan valid. Demikian juga untuk realibilitas data dapat dilihat bahwa nilai alpha 0,870 > 0,60. Maka butir pertanyaan realibel.

4.5 Metode Pengambilan Data

Penelitian ini dilakukan dengan memberikan intervensi pendidikan selama 3 bulan. Intervensi Pendidikan Gizi dan Kesehatan dilakukan dengan metode ceramah pada ibu hamil dan alat peraga adalah pamflet yang dibagikan kepada ibu hamil. Topik atau bahan pendidikan gizi dan kesehatan ibu hamil disesuaikan dengan Pedoman Kelas Ibu Hamil berdasarkan Kemenkes RI (2011).

4.5.1. Data Primer

Data primer terdiri dari hasil wawancara dan pengukuran. Data primer meliputi umur, tingkat pengetahuan ibu hamil, umur kehamilan, praktik gizi dan kesehatan, dan hemoglobin.

Formulir food recall 24 jam ibu hamil dilakukan pada dua hari yang tidak berurutan. Peneliti tidak hanya menanyakan menu makanan pagi, siang, dan malam tetapi makanan selingan juga ikut ditanyakan. Peneliti menanyakan menu makanan ibu hamil yang dinyatakan dalam URT (ukuran rumah tangga) selanjutnya dikonversi dalam satuan gram dan satuan penukar menggunakan foodmodel dan dari satuan penukar Depkes (2000). Peneliti menghitung konsumsi zat gizi menggunakan software Nutrisurvey. Jumlah asupan gizi selanjutnya dirata-ratakan dan dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi Ibu Hamil.

Pengukuran hemoglobin ibu hamil menggunakan hemoglobinometer digital . Darah kapiler diambil dengan menggunakan lancet. Darah yang keluar diletakkan di monitor, kemudian secara digital monitor menampilkan hasil kadar hemoglobin.

4.5.2. Data Sekunder

(52)

4.6 Pengolahan dan Analisa Data

Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisa menggunakan sistem komputerisasi dengan program SPSS (Statistic Package for the Social Sciences) Teknik analisis menggunakan uji statistik univariat dan bivariat.

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karateristik setiap variabel penelitian. Pada penelitian ini, analisa univariat ditampilkan berupa karakteristik sosioekenomi ibu hamil, pengetahuan ibu hamil, praktik ibu hamil, dan kadar hemoglobin.

(53)
[image:53.595.113.537.112.693.2]

4.7 Alur Penelitian

Gambar 4.1 Alur Penelitian Populasi Ibu Hamil

Berikan Kuesioner Pengetahuan Gizi, Foodrecall, Food Model, dan Kadar

Hemoglobin (Pretest)

Pendidikan Gizi dan Kesehatan Pertama sesuai jadwal dan bahan yang dilampirkan (Lampiran 3)

Pendidikan Gizi dan Kesehatan Kedua sesuai jadwal dan bahan yang

dilampirkan (Lampiran 3)

Berikan Kuesioner Pengetahuan Gizi, Foodrecall, Food Model, dan Kadar

Hemoglobin (Posttest)

Pendidikan Gizi dan Kesehatan Kedua sesuai jadwal dan bahan yang

dilampirkan (Lampiran 3)

Berikan Kuesioner Pengetahuan Gizi, Foodrecall, Food Model, dan Kadar

Hemoglobin (Posttest)

Sampel Penelitian (Kriteria Insklusi dan Eksklusi )

Analisa data menggunakan

Nutrisurvey untuk foodrecall

(54)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat yang berlokasi di jalan Setia Budi No. 46 Tanjung Sari, Medan. Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat Medan berdiri pada tahun 2005 dan mempunyai kantor pusat di kota Bandung.

Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat merupakan fasilitas kesehatan yang dapat dimanfaatkan secara gratis oleh masyarakat dengan mendaftarkan diri menjadi anggota Rumah Bersalin Gratis Rumah Zakat. Program Rumah Bersalin Gratis yang dilaksanakan ditujukan untuk meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan anak. Program Rumah Bersalin Gratis diberikan dengan tujuan untuk meringankan beban masyarakat dhuafa dan juga untuk menarik minat masyarkat dhuafa terhadap pentingnya pemeliharaan kesehatan kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan, termasuk perencanaan keluarga.

Layanan yang diberikan pada Program Rumah Bersalin Gratis adalah ; persalinan normal, pemeriksaan kandungan, imunisasi, Keluarga Berencana, pemeriksaan dan pengobatan umum untuk ibu dan anak, konsultasi gizi ibu dan anak, serta khitanan anak. Rumah Bersalin Gratis juga memberikan fasilitas mobil jenazah gratis dan mobil klinik

5.1.2. Deskripsi Karateristik Penelitian

(55)
[image:55.595.112.497.127.455.2]

Tabel 5.1 Distribusi Sosiodemografi Responden

Variabel N %

Usia (tahun)

< 20 4 10

20-30 23 57.5

31-40 Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga Wiraswasta Suku Batak Melayu Jawa Minang Pendapatan 1.000.000 > 1.000.000 13 2 8 28 2 39 1 10 6 23 3 31 9 32.5 5 20 70 5 97.5 0.5 25 15 57.5 2.5 77.5 22.5

Total 40 100.0

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa kebanyakan responden dalam kelompok usia dengan rentang 20-30 tahun sebanyak 23 responden (57.5 %). Kelompok usia responden kedua terbanyak adalah dengan rentang usia 31-40 (32.5%) dan kemudian diikuti kelompok usia responden dengan rentang < 20 tahun (10%).

Tingkat pendidikan SMA (tabel 5.1) merupakan tingkatan pendidikan yang paling banyak pada ibu hamil yaitu 28 orang (70 %). Tingkat pendidikan kedua terbanyak adalah tingkat pendidikan SMP dengan proporsi 20%. Tingkat pendidikan SD dan perguruan tinggi memiliki proporsi yang sama yaitu 5% dengan sebanyak 2 responden.

(56)

yang memiliki pekerjaan sebanyak 1 orang (2.5%) dengan bekerja sebagai wiraswasta. Pada kelompok suku dapat diketahui bahwa suku responden yang paling banyak adalah Jawa dengan frekuensi 23 orang (57.5 %). Kemudian, diikuti dengan suku Batak (25%), suku Melayu (15%) dan suku Minang (3%).

[image:56.595.109.499.320.495.2]

Berdasarkan tabel di atas juga dapat diketahui bahwa mayoritas pengeluaran ibu hamil per bulan dengan jumlah ≤ Rp. 1.000.00,00 sebanyak 31 orang (77.5 %). Kelompok responden dengan pengeluaran per bulan dengan jumlah > Rp. 1.000.000,00 sebanyak 9 orang (2.5%).

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Kehamilan, Paritas, dan Kunjungan Antenatal

Variabel N %

Usia Kehamilan

I (0-3 bulan) 8 20

II (4-6 bulan) 7 17.5

III (7-9 bulan)

Paritas 0-2 3-4 Kunjungan 1-3 >3 25 28 12 27 13 62.5 70 30 67.5 32.5

Total 40 100.0

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui usia kehamilan responden terbanyak dalam golongan rentang usia 7-9 bulan dengan frekuensi 25 orang (62.5%). Golongan usia kehamilan dengan rentang 0-3 bulan (trimester I ) merupakan golongan usia kehamilan terbanyak kedua dengan frekuensi 8 orang (20%). Golongan usia kehamilan 4-6 bulan (trimester II) didapatkan sebanyak 7 orang (17.5%).

(57)

Kunjungan pemeriksaan kandungan mayoritas terdapat pada golongan 1-3 kali dengan frekuensi 27 orang (67.5 %). Sedangkan, responden yang melakukan pemerikaan kandungan diatas 3 kali didapati sebanyak 13 orang (22.5%).

[image:57.595.108.518.304.489.2]

5.1.3 Rata-rata Pengetahuan, Praktik Gizi, dan Kadar Hemoglobin Responden.

Tabel 5.3 Rata-rata Skor Pengetahuan, Praktik Gizi, dan Kadar Hemoglobin Responden

Variabel Sebelum Pendidikan Gizi

(Mean ± SD)

Sesudah Pendidikan Gizi (Mean ± SD)

Skor Pengetahuan 48,00 ± 15,055 76,25 ± 13,337

Praktik Gizi

Energi (kkal) 1368,43 ± 360,100 1633,49 ± 419,070

Karbohidrat (gr) 212,94 ± 68,126 235, 34 ± 71,268

Protein (gr) 48,43 ± 14,939 58,73 ± 19,861

Lemak (gr) 43,24 ± 16,521 59,69 ± 22,706

Serat (gr) 9,60 ± 8,253 13,21 ± 9,882

Besi (mg) 17,30 ± 18,27 34,10 ± 9,882 Kadar Hemoglobin

(gr/dl)

10,45 ± 1,300 11,42 ± 0,772

Berdasarkan Tabel 5.3 terlihat bahwa rata-rata skor pengetahuan responden, praktik gizi, dan kadar hemoglobin sesudah pendidikan gizi lebih tinggi daripada sebelum pendidikan gizi. Rata-rata skor pengetahuan sebelum pendidikan

Gambar

Gambar 2.1 Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan
Gambar 2. 2 Hubungan Status Gizi dengan Pendidikan Gizi dan Kesehatan
Gambar 3.1. Skema Kerangka Konsep
Tabel 3.1.Definisi Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan signifikan antara kadar hemoglobin ibu hamil dengan status gizi anak usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan pengetahuan ibu hamil tentang nutrisi masa kehamilan dengan pola makan pada ibu hamil di Rumah Bersalin Gratis

P., Hubungan antara Kadar Hemoglobin Ibu Hamil pada Trimester Ketiga dengan Antropometri Bayi Baru Lahir di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. Madaan G., Bhardwaj AK.,

Seiring dengan masih tingginya prevalensi anemia gizi besi pada ibu hamil, maka perlu dilakukan penelitian terhadap kadar hemoglobin ibu hamil yang telah mendapat

Berdasarkan hasil penelitin ini mengenai hubungan pola makan dengan kadar hemoglobin ibu hamil anemia penerima suplemen zat gizi di Kabupaten Barru, maka dapat

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dideskripsikan hubungan pengetahuan tentang cara konsumsi tablet Fe pada ibu hamil trimester III dengan kadar hemoglobin yaitu

Hasil penelitian diperoleh gambaran kadar hemoglobin ibu hamil trimester I kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa hampir dari separoh ibu hamil yang memiliki kadar hemoglobin dibawah nilai normal, kurang dari separoh