SELEKSI IN VITRO KLON-KLON KENTANG BASIL PERSILANGAN CV. ATLANTIK DAN GRANOLA UNTUKMENDAPATKAN CALON KULTIVAR
KENTANG UNGGUL
Awang Maharijayal , Muhammad Mahmud2, Agus Purwitol Stal Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB
2 Peneliti di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
ABSTRACT
Development of potato in Indonesia facing many problems, such as supply sufficient of high quality seed, climatic condition, pests, and diseases. Several bacterial pathogens can cause diseases of potato. Ralstonia solanacearum and Erwinia carotovora pv. carotovora are two of the world's most important diseases of potato, especially in the tropics. One of the ways to solve the problems is breeding new potato cultivars having superior traits such as high yield, low water content, good tuber shape, tolerance to bacterial disesases. Theoritically, these traits are found in potato cv. Atlantic and cv. Granola, the most adopted cultivars in Indonesia. Both cv. Atlantic and cv. Granola are tetraploid (2n=4X=48). Due to large variations for a lot of characteristics of crosses between the tetraploid parentals, in vitro selection , techniques are performed to speed up the selection process. The experiments were aimed to obtain
セ@ putative potato cultivars from crossing between cv. Atlantic (2n=4x=48) and cv. Granola (2n=4X=48). The conventional crossing technique was performed to generate botanical seeds (berries) from those cultivars. After that, in vitro selection technique was performed. Firstly, 24 clones from a single seed clonal progeny including cv. Atlantic and cv. Granola were evaluated for their vigors, then 12 selected clones from the vigor test were evaluated for their in vitro tuber production and tolerances to two bacterial diseases, namely bacterial wilt caused by Ralstonia solanacearum and soft rot caused by Erwinia carotovora pv. carotovora. All of the experiments were arranged in a Completely Randomized Design with a single factor. Results of the experiments showed that there are high diversities of phenotypes of the progenies. Some of the progenies showed better vigor, microtuber initiation, production of micro tuber, and resistant to both R solanacearum and E. carotovora pv. carotovora than cv. Atlantic and cv. Granola. The lack of significant correlation between resistant to bacterial diseases and agronomic traits in the experiments suggested that it is possible to select clones which good resistances to the bacterial diseases, high yields, and superior tuber characteristics.
Keywords : In vitro selection, potato, vigor, microtuber, R. solancearum, E. carotovora pv. carotovora
PENDAHULUAN Latar Belakang
Kendala utama dalam pengembangan kentang di Indonesia diantaranya penyediaan bibit bennutu dalam jumlah yang cukup dan tepat kultivar, iklim yang kurang mendukung, serta gangguan hama dan penyakit. Secara umum sifat dari kultivar yang diharapkan menjadi kultivar unggul Indonesia yang multiguna diantaranya adalah memiliki umur panen yang pendek, berdaya hasil tinggi, kandungan bahan kering tinggi, bentuk umbi yang baik, serta tahan terhadap penyakit utama kentang (Wattimena, 2000). Penyakit yang berbahaya dan dapat menimbulkan kerugian cukup besar pada tanaman kentang adalah penyakit busuk lunak (soft rot) dan kaki hitam (black leg) yang disebabkan oleh Erwinia carotovora pv. carotovora, serta layu bakteri
(bacterial wilt) yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum. Untuk mengatasi pennasalahan tersebut, usaha perakitan kultivar perlu dilakukan dengan tetua yang memiliki sifat-sifat tersebut.
Kultivar kentang yang dikenal memiliki tingkat produksi yang baik adalah Atlantik. Kultivar Atlantik memiliki kualitas umbi yang baik serta kandungan bahan kering yang tinggi. Namun kultivar Atlantik memiliki kelemahan, yaitu rentan terhadap virus PVY, penyakit hawar daun dan penyakit layu bakteri, serta umur panen yang dalam. Sumber sifat ketahanan dapat diperoleh dari beberapa species liar dan kerabat dekat. Namun introgresi gen ketahanan menggunakan kultivar liar sulit dilakukan dengan metode persilangan konvensional karena adanya ketidakserasian seksual (sexual incompatibility), khususnya perbedaan tingkat ploidi atau perbedaan endosperm balance number (French et al., 1998). Oleh sebab itu, pada perkembangannya, perakitan kultivar baru kentang yang tahan penyakit dilakukan melalui hibridisasi somatik, fusi protoplas (Fock et al., 2000; 2001) atau pemanfaatan teknik-teknik rekayasa genetika. Namun teknik persilangan konvensional lebih diterima oleh sebagian masyarakat dan pemerintah terutama untuk pelepasan varietas.
Agar dapat dilakukan persilangan konvensial, sumber sifat ketahanan diharapkan dapat diperoleh dari kultivar ken tang tetraploid. Kultivar Granola (2n=4x=48) dikenal memiliki sifat
agak tahan hawar daun dan penyakit layu bakteri. Selain itu kultivar Granola memiliki keunggulan lain sepertiumur panen pende14 hasil tinggi, bentuk umbi yang baik dan tahan penyakit virus PYX dan PVY. Persilangan antara kultivar Atlantik dan Granola berpotensi untuk dikembangkan dalam program pemuliaan. Secara teoritis persilangan antara tetraploid akan menghasilkan keragaman genetik yang tinggi untuk banyak karakter (Uijtewall, Huigen dan Hermsen, 1987) sehingga diperlukan populasi yang lebih besar jika dibandingkan persilangan diploid. Sebagai akibatnya kegiatan seleksi awal (screening) penting untuk dilakukan.
pセュ。ョヲ。。エ。ョ@ karakter-karakter seleksi pada kultur in vitro memiliki peluanguntuk mempercepat kegiatan seleksi dan mengurangi kebutuhan tenaga dan dana. Pengujian dan seleksi in vitro memiliki kelebihan yaitu waktu relatif lebih singkat, biaya relatif lebih murah, tidak memerlukan laban yang luas, tidak menimbulkan maSalah pada lingkungan dan dapat dilakukan pada klon yang banyak dalam waktu yang singkat. Beberapa pengujian di lapang dan in vitro memiliki korelasi yang nyata. Pengujian yang telah dilakukan diantaranya pada ketahanan terhadap penyakit (Samanhudi, 2001) dan pengumbian (Gopal dan Minocha, 1998). Dengan demikian kombinasi dari persilangan konvensional dan seleksi in vitro diharapkan mampu menjadi altematiftahapan awal yang baik dalam usaha mendapatkan kultivar unggul kentang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui vigor klon-klon kentang hasil persilangan cv. Atlantik dan cv. Granola secara in vitro, mengetahui umur pengumbian dan produksi umbi mikro klon-klon kentang hasil persilangan cv. Atlantik dan cv. Granola secara in vitro, mengetahui tingkat ketahanan klon-klon kentang hasil persilangan cv. Atlantik dan cv. Granola terhadap busuk lunak (E. carotovora) dan layu bakteri (R. solanacearum) secara in vitro, dan mendapatkan calon klon-klon kentang unggul hasil seleksi in vitro untuk pengujian di lapangan.
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian· ,dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan Mei 2006 sampai dengan bulan Maret 2007.
Alat dan Bahan
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini berupa klon-klon hasil persilangan konvensional kultivar Atlantik dan Granola (cv. Atlantik X cv. Granola), kentang kultivar BF15 sebagai kontrol peka penyakit, dan S. stenotomum sebagai kontrol tahan. Bahan lain yang digunakan media kultur jaringan Murashige and Skoog (MS), air kelapa, kalsium pentatonat, cycoel, BAP, media bakteri (SPA), serta inokulum E. carotovora dan R. solanacearum. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah laminar air flow cabinet, otoklaf, oven, shaker, neraca analitik, botol kultur dan alat-alat diseksi di laboratorium kultur jaringan.
Metode Penelitian
Percobaan 1. Uji In Vitro Vigor Tanaman
Pengujian dilakukan dengan menanam klon kentang hasil silangan dalam medium Murashige dan Skoog (MS) tanpa ZPT + 5 mgll kalsium pentatonat. Eksplan yang dipakai adalah tunas samping. Rancangan lingkungan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 1 faktor yaitu klon sebanyak 26 yang diulang sebanyak 20 kali sebingga terdapat 520 boto!. Satu satuan percobaan terdiri dari satu botol yang berisi dua eksplan. Vigor tanaman diamati dari beberapa peubah vegetatif, yaitu tinggi tanaman, jumlah'daun, dan akar. Pengamatan dilakukan sampai minggu ke-5.
Percobaan 2. Uji In Vitro Produksi Umbi
Klon-klon yang digunakan pada percobaan ini merupakan klon-klon yang memiliki vigor yang baik sesuai hasil percobaan 1. Setelah kultur kentang berumur 8 minggu, medium pengumbian cair ditambahkan ke dalam medium kultur. Media cair yang digunakan adalah MS
+
10 mgIL alar+
150 mlIL air kelapa+
5 mgll BAP+
90 gil sukrosa. Kultur diinkubasi pada ruang gelap (tanpa penyinaran) pada suhu 19-21°C. Rancangan lingkungan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 1 faktor yaitu klon. Satu satuan percobaan terdiri dari satu botol yang berisi dua eksplan. Setiap ulangan terdiri dari 20 botol dengan dua eksplan. Pengamatan dilakukan pada peubah saat munculnya umbi, keserempakan umbi, jumlah umbi, ukuran umbi, bentuk umbi, dan persentase bobot kering 'umbi. Selain peubah saat munculnya umbi, pengamatan dilakukan pada minggu ke 12 setelah penyiraman media pengumbian.Percobaan 3. Uji In Vitro Ketahanan Terhadap Penyakit Bakteri
Inokulasi dengan bakteri dilakukan pada tananlan in vitro yang berumur 8 minggu dalam kultur. Inokulasi dilakuan dengan metode gunting pucuk, yaitu gunting dicelupkan kedalam
Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian yang Dibiayai oleh Hibah Kompetitif
suspensi bakteri kemudian digunting pada pucuk tanaman ken tang (Samanhudi, 2001). Rancangan lingkungan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu klon. Satu satuan percobaan terdiri dari satu botol yang berisi dua eksplan. Setiap ulangan terdiri dari 20 botol dengan dua eksplan. Pengamatan dilakukan terhadap periode inkubasi, kejadian penyakit dan tingkat ketahanan tanaman.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Vji In Vitro Vigor Tanaman
Vigor tanaman dalam kultur in vitro dipengaruhi oleh eksplan yang digunakan, kondisi laboratorium, cahaya, suhu, media, dan ZPT. Pada percobaan ini semua faktor tersebut relatif sama, sehingga perbedaan yang terjadi disebabkan oleh perbedaan genotipe. Berdasarkan hal tersebut, persilangan antara Atlantik dan Granola memberikan turunan dengan genotipe yang beragam sesuai dengan pemyataan Uijtewall (1987) yang menyatakan bahwa persilangan antara tetraploid akan menghasilkan keragaman genetik yang tinggi untuk banyak karakter.
Munculnya keragaman sebagai syarat utama seleksi pada program pemuliaan tanaman berikutnya telah didapatkan dari penelitian ini. Vigor klon kentang in vitro menurut Gopal dan Minocha (1998) memiliki korelasi yang positif dan nyata dengan vigor tanaman di lapangan, termasuk pada dua musim yang berbeda. Klon yang memiliki vigor yang baik berdasarkan pengujian ini diharapkan memiliki vigor yang baik di lapangan sehingga dapat dilakukan seleksi secara in vitrodengan memilih klon-klon yang memiliki vigor yang baik.
Analisis korelasi yang dilakukan terhadap ketiga peubah yang diamati menunjukkan adanya korelasi positif yang sangat nyata. Dari hasil anal isis tersebut jika suatu peubah memiliki nilai yang tinggi maka akan diikuti dengan nilai peubah lain yang juga tinggi. Hasil ini memberikan kemudahan dalam menyeleksi klon-klon yang dianggap memiliki vigor yang baik berdasarka:n ketiga peubah yang diamati. Berdasarkan hasil pengujian vigor secara in vitro diseleksi sebanyak 12 klon (50%) yang dianggap memiliki pertumbuhan yang baik yaitu Atnola 1, Atnola 2, Atnola 3, Atnola 4, Atnola 5, Atnola 8, Atnola 9, Atnola 10, Atnola 12, Atnola 22, Atnola 24, dan Atnola 26. Klon-klon yang terseleksi tersebut selanjutnya digunakan sebagai bahan yang digunakan pada pengujian produksi umbi milcro dan pengujian ketahanan terhadap R. solanacearum dan E. carotovora
Vji In Vitro Produksi Vmbi Waktu inisiasi dan keserampakan
Dari hasil percobaan ini kultivar Granola memiliki waktu inisiasi umbi yang lebih singkat dibandingkan dengan kultivar Atlantik (data tidak ditampillcan). Hal ini sesuai dengan informasi sebelumnya bahwa kultivar Granola memiliki umur yang -genjah dan kultivar Atlantik berumur sedang atau agak genjah (Jossten, 1991). Dengan demikian klon-klon yang memiliki waktu inisiasi lebih pendek dari kultivar Granola yaitu Atnola 1 dan Atnola 24 diharapkan memiliki umur panen yang lebih pendek. Demikian juga dengan beberapa klon yang tidak berbeda nyata dengan Granola yaitu Atnola 22, Atnola 24 dan Atnola 26 diharapkan termasuk klon yang memiliki umur genjah atau sama dengan Granola. Sebaliknya klon-klon yang memiliki waktu inisiasi yang lebih lama dibandingkankultivar Atlantik yaitu Atnola 8 dan Atnola 5 diduga akan memiliki umur panen yang lebih dalam.
Kultivar Atlantik dan kultivar Granola dikenal sebagai kultivar komersial yang memiliki umbi yang seragam dan serempak. Data dari hasil pengujian ini menunjukkan hal yang sama yaitu selisih waktu pembentukan umbi mikro saat mencapai 100 % dengan saat inisiasi umbi relatif lebih singkat sehingga dapat dikatakan memiliki tingkat pengumbian yang serempak' Klon Atnola 5 dan Atnola 2 diharapkan menjadi klon dengan pengumbian yang serempak mengingat dari hasil pengujian kedua klon tersebut tampak lebih serempak dibandingkan kultivar Atlantik dan Granola.
Jumlah Umbi
Klon-klon yang diujikan pada percobaan ini menghasilkan jumlah umbi berbeda nyata setelah melalui pengujian statistik. Rata-rata jumlah umbi yang dihasilkan setiap tanaman bervariasi dari 1 hingga 2.5 umbi. Jumlah umbi terbanyak didapatkan dari klon Atnola 26 sebanyak 2.5 umbi dan jumlah umbi paling sedikit dimiliki klon Atnola 5 dan Atnola 24. Hasil rata-rata jumlah umbi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Dari hasil pengujian, terdapat klon-klon hasil persilangan yang menghasilkan umbi pertanaman lebih banyak dari yang dihasilkan oleh kultivar Atlantik dan Granola yaitu klon
270 Makalah Oral
-
..
Atnola 1, Atnola 2, Atnola 3, Atnola 9, Atnola 10, Atnola 16, Atnola 22 dan Atnola 26. Klon-klon tersebut diduga memiliki jumlah umbi yang lebih banyak daripada jumlah umbi yang dihasilkan kultivar Atlantik maupun Granola Hal ini didasarkan pada penelitian Alsadon et al. (1988) dan Lentini (1988) yang disempurnakan oleh Naik et al. (1998) yang menyatakan bahwa jumlah umbi mikro merupakan faktor yang lebih penting dibandingkan bobot umbi dalam menentukan produksi di lapangan dan lebih merekomendasikanjumlah umbi mikro dibandingkan bobot umbi untuk menduga tingkat produksi klon.
Tabel 1. Diameter, Panjang, Bobot Umbi dan Bobot Kering Umbi Mikro Klon-Klon Hasil Persilangan ev. Atlantik dan Granola
Jumlah Produksi
Klon Diameter Panjang umbil Bobotlumbi umbil Bobot
(em) (em) tanaman (gram) tanaman kering (%)
{gram}
Atlantik 0,68 de 0,98 b 1.13 e 0.323 e 0.3650 19.67 b
Granola 0,65 de 0,72 ede 1.27 de 0.183 e 0.2324 12.33 k
Atnola 1 0,90 b 0,98 b 2.50 a 0.213 d 0.5325 13.62 fg
Atnola2 0,58 ef 0,60 ef 1.30 de 0.063 hi 0.0819 20.17 a
Atnola3 0,64 de 0,72 ede 2.20 ab 0.084 g 0.1848 13.78 f
Atnola4 0,50 fg 0,61 ef 1.27 de 0.073 gh 0.0927 11.75 I
Atnola 5 0,91 b 1,00 b 1.00 e 0.430 a 0.4300 13.37 h
Atnola 8 0,40 gh 0,56 f 1.13 e 0.084 g 0.0949 12.80 J
Atnola 9 0,74 cd 0,78 cd 1.80 be 0.217 d 0.3906 13.71 f
Atnola 10 0,39 k 0,77 cd 1.67 cd 0.060 1 0.1002 18.18 d
Atnola 12 1,15 a 1,15 a 2.30 a 0.403 b 0.9269 18.93 e
Atnola22 0,31 k 0,67 def 1.73 bed 0.040 0.0692 13.11 1
Atnola24 0,74 cd 0,83 e 1.00 e 0.176 e 0.1760 13.48 gh
Atnola26 0,84 be 1,00 b 2.53 a 0.120 f 0.3036 14.18 e
Keterangan: Angka-angka yang diikuti hurufyang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada DMRT taraf 5%.
Bobot Umbi, Produksi Umbi per Tanaman dan Bobot Kering Umbi
Bobot umbi, produksi umbi per tanaman, dan bobot kering umbi setiap klon yang dihasilkan dari pengujian ini disampaikan pada Tabel 1. Bobot umbi rata-rata berkisar dari 0.040 gram hingga 0.403 gram. Dari pengujian ini didapatkan bobot umbi rata-rata kultivar Atlantik sebesar 0.323 gram dan kultivar Granola 0.183 gram. Klon Atnola 5 dan Atnola 12 menghasilkan bobot rata-rata umbi yang lebih tinggi dibandingkan kultivar Atlantik. Klon Atnola 5, Atnola 12, Atnola 1, Atnola 9 menghasilkan bobot rata-rata umbi yang lebih tinggi dibandingkan kultivar Granola. Klon Atnola 24 menghasilkan bobot rata-rata umbi yang tidak berbeda nyata seeara statistik dengan kultivar Granola.
Perkiraan tingkat produksi umbiltanaman dihasilkan dari nilai bobot umbi rata-rata dikalikan dengan jumlah rata-rata umbi pertanaman. Dari hasH pengujian ini didapatkan produksi Atlantik lebih tinggi dibandingkan Granola. HasH tersebut tampaknya sesuai data dari European Cultivated Potato Database (2006), tingkat produksi kultivar Granola adalah menengah hingga tinggi dan tingkat produksi Atlantik adalah tinggi hingga sangat tinggi. Pengujian pengumbian in vitro menurut Gopal dan Minoeha (1998) memiliki korelasi yang nyata dengan produksi umbi di lapangan, sehingga diharapkan klon yang memiliki produksi yang tinggi dalam pengujian ini memiliki produksi yang tinggi di lapangan.
Bobot kering umbi berkaitan erat dengan pemanfaatan umbi kentang. Umbi kentang dengan kandungan bobot kering yang tinggi atau kadar air yang rendah lebih disukai sebagai bahan baku industri. Kultivar Atlantik memiliki kandungan bahan kering yang tinggi, sedangkan kultivar Granola memiliki kadar air yang tinggi dan kandungan bahan kering yang rendah sehingga tidak eoeok untuk kentang olahan (Jossten, 1991).
Berdasarkan hasil pengujian kandungan bahan kering umbi mini, umbi kultivar Granola memiliki bobot kering yang lebih rendah dari kultivar Atlantik (Tabel 1). Hal tersebut sesuai dengan pemyataan Jonssten (1991) di atas. Klon-klon hasil persilangan kultivar Atlantik dan kultivar Granola memiliki bobot kering yang berbeda-beda. Perbedaan bobot kering umbi mini ini menurut Kawakami et al. (2003) berkorelasi nyata dengan hasil bobot kering umbi yang ditanam seeara konvensional di lapangan. Dengan demikian pengembangan dan pemanfaatan setiap klon akan berbeda.
Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian yang Dibiayai oleh Hibah KompetitiJ
[image:4.609.22.505.167.409.2]Diameter dan Panjang Umbi
Berdasarkan analisis sidik ragam diameter dan panjang umbi mikro berbeda nyata menurut klon. Panjang umbi mikro berkisar dari 0.67-1.15 cm, sementara diameter umbi berkisar dari 0.31-1.15 cm. Beberapa umbi mikro memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan umbi mikro cv Granola dan cv Atlantik yaitu klon Atnola 1, Atnola 5, Atnola 9, Atnola 12, dan Atnola 26.
Uji In Vitro Ketahanan terhadap Penyakit Bakteri Periode Inkubasi
Gejala layu bakteri dan busuk lunak dalam pengujian in vitro ini berbeda. Gejala penyakit layu bakteri adalah kelayuan, tanaman kerdil, serta daun yang menguning (Kelman, 1953; Martin dan French, 1996). Gejala busuk lunak dalam pengujian in vitro diawali dengan adanya bagian tanaman yang membusuk berwarna hitam, kemudian diikuti dengan berubahnya warna tanaman menjadi pucat atau pudar dan berikutnya tanaman menjadi lemah. Menurut CIP dan Balitsa (1999) jaringan yang terinfeksi E. carotovora menjadi basah, berwarna krem kehitam-hitaman dan lunak, sehingga mudah dibedakan denganjaringan yang sehat.
Periode inkubasi klon-klon hasil persilangan kultivar Atlantik dan Granola berkisar antara 4.5 hingga 8.06 hari untuk R. solanacearum, dan 4.5 hingga 10.6 hari untuk E. carotovora.
Dibandingkan dengan klon rentan (BF15) dan klon tahan (Solanum stenotonum) ada beberapa klon hasil persilangan kultivar Atlantik dan Granola yang periode inkubasinya lebih cepat dari pembanding rentan, dan ada satu klon yang periode inkubasinya lebih lama dari pembanding tahan. Dengan menggunakan tetua yang secara alami tidak memiliki sifat ketahanan yang tinggi agak sulit diperoleh turunan yang memiliki sifat ketahanan yang tinggi.
Tabel 2. Peri ode Inkubasi, Kejadian Penyakit dan Tingkat Ketahanan Klon-Klon Ketang Basil Persilangan cv. Atlantik dan cv. Granola terhadap Penyakit Layu Bakteri dan Busuk Lunak
Periode Kejadian
Tingkat Periode Kejadian Tingkat inkubasi penyakit
ketahanan inkubasi penyakit ketahanan
Klon layu layu
layu busuk busuk busuk
bakteri bakteri lunak
(hari} {%) bakteri (hari) lunak (%) lunak
Atnola 1 5,60 93,33 R 4,67 88,89 R
Atnola2 5,80 89,47 R 7,73 68,89 AR
Atnola 3 7,67 63,63 AR 8,73 50,50 AR
Atnola4 5,07 98,00 R 4,67 60,53 AR
Atnola5 7,27 85,71 R 10,60 37,65 AT
Atnola 8 5,47 85,29 R 8,47 50,00 AT
Atnola 9 4,40 100,00 R 4,87 100,00 R
Atnola 10 8,06 75,00 AR 7,47 42,86 AT
Atnola 12 4,13 100,00 R 5,60 66,67 AR
Atnola22 4,33 100,00 R 6,27 48,28 AT
Atnola24 4,40 100,00 R 4,53 100,00 R
Atnola26 4,40 100,00 R 5,00 86,00 R
Atlantik 4,20 100,00 R 5,33 100,00 R
Granola 6,80 66,67 AR 8,60 36,36 AT
BF15 (pembanding
R R
rentan) 4,50 100,00 5,00 100,00
S. stenotonum
T T
(pembanding tahan} 8,50 19,65 10,16 23,00
Keterangan :
•
R=
Rentan (kejadian penyakit > 75%), AR=
Agak Rentan (50%< kejadian penyakit.:::: 75%), T=
Tahan (kejadian penyakit.:::: 25%), AT=
Agak Tahan (25% <kejadian penyakit< 50%)Dari hasil pengujian ini didapatkan klon-klon dengan periode inkubasi yang mendekati pembanding tahan terhadap R. solanacearum yaitu Atnola 10, Atnola 3 dan Atnola 5, sedangkan untuk ketahanan terhadap E. carotovora, didapatkan hasil bahwa klon Atnola 5 memiliki periode inkubasi yang lebih lama dibandingkan pembanding tahan dan kedua tetua. Atnola 3 memiliki periode inkubasi yang mendekati pembanding tahan dan lebih lama dibandingkan dengan periode inkubasi kultivar Granola. Klon Atnola 26, Atnola 9, Atnola 24, Atnola 22 dan Atnola 12
272 Makalah Oral
[image:5.604.26.504.410.739.2]..
""
'.
memiliki periode inkubasi R. solanacearum yang lebih cepat dibandingkan dengan pembanding rentan, sementara klon Atnola 26, Atnola 9, Atnola 1, Atnola 4, dan Atnola 24 memiliki periode inkubasi E. carotovora yang lebih eepat dibandingkan dengan pembanding rentan dan tetua.
Kejadian Penyakit
Kejadian penyakit berdasarkan anal isis korelasi dengan periode inkubasi memiliki korelasi yang sangat nyata dan negatif (data tidak ditunjukkan). Semakin keeil nilai peri ode inkubasi atau semakin singkat periode inkubasi maka semakin besar kejadian penyakit. Hal ini berlaku untuk penyakit layu bakteri dan busuk lunak.
Seeara umum tingkat kejadian penyakit busuk lunak lebih keeil dibandingkan layu bakteri (Tabel 2.). Hal ini dapat disebabkan karena tetua yang digunakan yaitu kultivar Granola berdasarkan pengujian in vitro tergolong dalarn kategori agak tahan sehingga peluang untuk mendapatkan turunan yang agak tahan lebih besar. Berdasarkan pengarnatan, tidak terdapat klon-klon hasil persilangan dengan tingkat ketahanan yang lebih baik dari pembanding tahan untuk penyakit layu bakteri maupun untuk busuk lunak.
Tingkat Ketahanan
Dari 12 klon hasH silangan kultivar Atlantik dan Granola, 10 klon rentan terhadap layu bakteri dan 2 klon agak rentan terhadap layu bakteri yaitu Atnola 3 dan Atnola 10. Untuk tingkat ketahanan terhadap busuk lunak, 4 klon bersifat rentan, 4 klon agak rentan dan 4 klon agak tahan. Empat klon yang agak tahan tersebut adalah Atnola 5, Atnola 8, Atnola 10, dan Atnola 22. Klon-klon tersebut diharapkan dapat menjadi kanditat Klon-klon-Klon-klon dengan sifat ketahanan yang lebih baik atau sarna dengan Granola. Menurut Sarnanhudi (2001) teknik pengujian ketahanan penyakit seeara in vitro berkorelasi sangat nyata dengan pengujian di lapangan, sehingga klon-klon yang memiliki tingkat ketahanan yang baik pada pengujian ini diharapkan akan memiliki tingkat ketahanan penyakit di lapangan yang baik pula.
Tabel 3. Matrik Karakter Klon-Klon Kentang HasH PersHangan ev. Atlantik dan ev. Granola Berdasarkan Pengujian in. vitro
Klon V IV K JU BB BK D P PI KP PI KP
R. solanacearum E. carotovora
Atnola 1
*
*
*
*
*
*
Atnola2
*
*
*
Atnola3
*
*
*
*
*
Atnola4
*
*
Atnola 5
*
*
*
*
*
*
*
*
Atnola 8
*
*
*
Atnola 9
*
*
*
*
Atnola 10
*
*
*
*
*
Atnola 12
*
*
*
*
*
*
Atnola22
*
*
*
Atnola24
*
*
*
Atnola26
*
*
*
*
*
Keterangan:
*
=
lebih baik atau tidak berbeda nyata dengan tetua yang memiliki sifat yang baik, V=
vigor, IU=
inisiasi umbi, K=
keserempakan, JU=
jumlah umbi, BB=
bobot umbiltanaman, BK=
bobot kering, D=
diameter, P=
produksi, PI=
periode inkubasi, KP = kejadian penyakitKorelasi antar karalder
Analisis korelasi antara periode inkubasi, kejadian penyakit, dan ketahanan penyakit dengan karakter vigor dan pengumbian yang diarnati dalarn pengujian in vitro ini tidak berkorelasi nyata (data tidak ditampilkan). HasH ini mendukung hasil penelitian Lebeeka dan Guzowska (2004). Berdasarkan hasil tersebut terdapat harapan untuk dapat merakit klon kentang tahan terhadap layu bakteri dan busuk lunak dengan kombinasi karakter unggullain yaitu vigor, umur pendek, produksi tinggi, dan kandungan bahan kering yang tinggi. Dalam pengujian pada penelitian ini, belum didapatkan klon yang memiliki seluruh sifat yang diinginkan tersebut, narnun terdapat beberapa klon yang memiliki sifat yang lebih baik dari Granola dan Atlantik (TabeI3.)
Menurut Wattimena (2000) agar dapat dibudidayakan oleh para petani, minimal kentang Indonesia harus mempunyai sifat yang sarna atau lebih baik dari Granola. Klon Atnola 1, Atnola 12, Atnola 24, dan Atnola 26 memiliki vigor, pengumbian dan produksi yang baik namun tidak
Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian yang Dibiayai oleh Hibah Kompetiti!
[image:6.611.31.503.418.623.2]memiliki ketahanan yang baik dibandingkan Granola. Klon-klon tersebut akan sesuai jika dibudidayakan pada lingkungan tumbuh yang optimum yaitu dicirikan dengan minimnya gangguan penyakit R. Solanacearum dan E. carotova. Klon Atnola 3 dan Atnola 8 memiliki vigor yang baik dan tingkat ketahanan terhadap penyakit bakteri yang lebih tinggi dibandingkan Granola namun memiliki tingkat produksi yang kurang baik. Klon Atnola 5 dan Atnola 10 memiliki vigor, pengumbian, produksi yang baik dan tingkat ketahanan penyakit yang baik dibandingkan Granola. Klon-klon tersebut kemungkinan dapat diharapkan menjadi klon-klon unggul kentang.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Persilangan cv. Atlantik dan cv. Granola secara konvensional dapat menghasilkan klon yang memiliki vigor yang baik dan lebih baik dibandingkan tetua.
2. Persilangan cv. Atlantik dan cv. Granola secara konvensional dapat menghasilkan klon yang memiliki pengumbian dan produksi yang baik dan lebih baik dibandingkan tetua yaitu Atnola 1, Atnola 5, Atnola 10, Atnola 12, Atnola 24, Atnola 26.
3. Persilangan cv. Atlantik dan cv. Granola secara konvensional dapat menghasilkan empat klon yang memiliki tingkat ketahanan terhadap penyakit layu bakteri dan busuk lunak yang lebih baik dibandingkan tetua yaitu Atnola 3, Atnola 5, Atnola 8, dan Atnola 10.
4. Klon Atnola 5 dan Atnola 10 memiliki vigor, pengumbian, produksi dan tingkat ketahanan penyakit yang baik sebagai calon kultivar kentang unggul.
Saran
1. Perlu dilakukan pengujian penampilan di lapangan terhadap beberapa klon terpilih untuk memperkuat hasil penelitian ini
2. Perlu dilakukan pengembangan metode seleksi in vitro untuk karakter-karakter yang lain dan pemanfaatan metode tersebut untuk penyakit kentang yang lain.
DAFTARPUSTAKA
Alsadon, A. A.,
K.
W. Knutson, and J. C. Wilkinson. 1988. Relationshop between microtuber and minituber production and yield characteristics of six potato cultivars. Am. Potato J. 65:468CIP dan Balitsa. 1999. Penyakit, Hama dan Nematoda Utama Tanaman Kentang. International Potato Center dan Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung. 124 p.
Fock, I., C. Collonier, J. Luisetti, A. Purwito, V. Souvannavong, F. Vedel, A. Servaes, A. Ambroise, H. Kodja, G. Ducreux, and D. Sihachakr. 2001. Use of Solanum stenotomum for introduction of resistance to bacterial wilt in somatic hybrids of potato. Plant Physiol. Biochem. 39: 899-908.
_ _ _ _ _ _ . 2000. Resistance to bacterial wilt in somatic hybrids between Solanum tuberosum and Solanum phureja. Plant Sci. 160: 165-176.
French, E. R., R. Anguiz, and P. Aley. 1998. The usefulness of potato resistance to Ralstonia solanacearum, for integrated control of Bacterial Wilt, p. 381-385. In: Prior Ph., C. Allen, and J. Elphinstone (Eds.). Bacterial Wilt Disease, Molecular and Ecological Aspects, Springer-Verlag, Berlin ..
Gopal, J. and J. L. Minocha. 1998. Effectiveness of in vitro selection for agronomic characters in potato. Euphytica 103:67-74.
Jossten, A. 1991. Genteurs Lyst Voor Aaudapped Vagger. CPRO-DLO. Wagenningen, Netherland.
Kawakami, J., K. Iwama, T. Hasegawa, and Y. Jitsuyama. 2003. Growth and yield of potato plant grown from microtubers in field. Amer. J. of Potato Res. 80:371-378.
Kelman, A. 1953. The bacterial wilt caused by P. solanacearum. A literature review and bibliography. North Carolina Agric. Expt. Sta. Tech. Bull. 99: 194.
Lebecka, R. and E. Z. Guzowska. 2004. Inheritance of resistance to soft root (Erwinia carotovora subs. atroseptica) in diploid potato families. American Journal of Potato Research 81:395-341.
Lentini, Z. 1988. In vitro screening for early tuberization of potatoes. Agricell. Rep. 11: 11.
274 Makalah Oral
.
'm。イエゥョセ@ C. and E. R. French. 1996. Bacterial Wilt of Potato. Bacterial Wilt. A Training Manual. International Potato Center (CIP). Lima. Peru.
n。ゥォセ@ P. S., D. Sarkar, and P. C. Gaur. 1998. Yield components of potato microtubers: in vitro
production and field perfonnance. Ann. AppI. BioI. 113: 91-99.
Samanhudi. 2001. Identifikasi Ketahanan Klon Kentang HasH Fusi Protoplas BF15 dengan Solanum stetonum terhadap Penyakit Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum). Tesis. Program Pascasatjana IPB.
Uijtewaal, B. A., D. J. Huigen, and J. G. Hermsen. 1987. Production of potato monohaploids (2n=x=12) through pollination. Theoretical and Applied Genetics 73:751-758.
Wattimena, G. A. 2000. Pengembangan propagul kentang bennutu dan kultivar kentang unggul dalam mendukung peningkatan produksi kentang di Indonesia. Orasi llmiah Guru Besar Tetap IImu Hortikultura. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor .
Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian yang Dibiayai oleh Hibah KompetitiJ
ISBN : 978-979-15549-2-2
PROSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN YANG DIBIAYAI
OLEH HIBAH KOMPETITIF
mmurazm
PENINGKATAN PEROLt-HAN HKX DARX HASIL
PENELITIAN YANG DIBIAYAI OLEH
HIBAH KOMPETITIF
BOGOR, 1-2 AGUSTUS 2007
Dalam rangka
Purnabakti Prof. Jajah Koswara
KEPJASAMA
FAKULTAS PERTANIAN IPB
DITJEN PENDIDIKAN TINGGI DEPDIKNAS
PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DEPTAN
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN
Seminar ini diselenggarakan oleh Fakultas Pertanian lPB bekerja sama dengan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas
dan
Pusat Perlindungan Varietas
Tanaman (PPVT) Deptan dalam rangka Pumabakti Prof., Dr. Jajah Koswara.
Copyright
©
2007 Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta lPB
JI. Merantl Kampus lPB Darmaga Bogor 16680
Telp.lFaks. (0251) 659353 e-mail: agronipb@indo.net.id
lsi dikutip dengan menyebutkan sumberoya
Departemen Agronomi
dan
Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
2007. Peningkatan Perolehan HKI dari Hasil Penelitian yang Dibiayai oleh Hibah
Kompetitif. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian yang Dibiayai oleh Hibah
Kompetitif. Bogor, 1-2 Agustus 2007.
xxxv +458
."
セャN@
t; ェNセNセ@ セ@
セエNLN@
)I,
KATAPENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas terselenggaranya Seminar Nasional Hasil Penelitian
yang Dibiayai oleh Hibah Kompetitif dalam rangka Purnabakti Prof Dr. Jajah Joswara pada
tanggal 1-2 Agustus 2007, hingga diterbitkannya prosiding seminar tersebut. Seminar ini
bertema "Peningkatan Perolehan HKI dari Basil Penelitian yang Dihiayai oleh Bibah
Kopetitif' .
Seminar diselenggarakan atas ketjasama Fakultas Pertanian IPB, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Depdiknas serta Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (PPVT) Deptan, dan
sebagai panitia pelaksana adalah Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB.
Seminar dihadiri 160 peserta yang terdiri atas dosen, mahasiswa dan peneliti. Mengawali
presentasi makalah, dilaksanakan sidang pleno dengan topik Sosialisasi HKI-PVT oleh pejabat
terkait dari IPB dan Deptan serta praktisi dari kalangan swasta. Terkait dengan Purnabakti Prof.
Dr. Jajah Koswara, sebuah buku semi autobiografi karya Prof. Jajah betjudul "Pelajaran hidup
yang Tak Pernah Usai : Jalan Masih Panjanft' telah diterbitkan secara terpisah.
Dalam seminar dipresentasikan hasil penelitian yang baru dilaksanakan maupun review
hasil-hasil penelitian multi tahun dari sumber dana tunggal maupun beberapa sumber yang
berbeda. Review tersebut sangat baik menggambarkan kemanfaatan hibah kompetitif multi tahun
yang dirintis oleh Prof. Dr. Jajah Koswara, serta menggambarkan kemajuan pelaksanaan
penelitian bersangkutan. Dengan demikian dapat dideteksi potensi HKI-PVT dari hasil-hasil
penelitian tersebut.
Makalah presentasi dalam pro siding ini betjumlah 64 terbagi ke dalam 40 makalah
presentasi oral dan 24 makalah presentasi poster. Bidang bahasan difokuskan pada tanaman
mencakup aspek Agronomi, Pemuliaan Tanaman, Benih, dan Bioteknologi, serta penunjang
budidayanya, termasuk penggunaan mikroba. Beberapa makalah yang dipresentasikan dalam
seminar tidak diterbitkan dalam pro siding ini atas pertimbangan penulisnya.
Terimakasih disampaikan kepada semua fihak yang telah berpartisipasi mensukseskan
Seminar Nasional Hasil Penelitian yang Dibiayai oleh Hibah Kompetitif ini yang terangkai dalam
kegiatan Purnabakti Prof. Dr. Jajah Koswara. Disadari masih terdapat kekurangan dalam
penyusunan prosiding ini. Meskipun demikian semoga prosiding ini bermanfaat bagi semua
pihak yang memerlukannya.
Bogor, Desember 2007
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Prof. Dr. Ir. Bambang S. Purwoko, MSc.
Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian yang Dibiayai oleh Hibah KompetitiJ Bogor, 1-2 Agustus 2007
,
DAFTARISI
Halaman
KATAPENGANTAR ... 1
DAFTARISI ... ..
SAMBUTAN DEKAN FAKULTAS PERTANIAN IPB ... ..
MAKALAH SIDANG PLENO
Perlindungan Varietas Kelapa Sawit
11
VII .
Dwi Asmono ... xi
Menjadi Market Trendsetter atau Follower (pengalaman dalam Perbenihan Sayuran)
Abdul HaIIlid ... XXIX
MAKALAH ORAL
Peran Bahan Organik dalam Meningkatkan Produksi Pertanian M. H. Bintoro, Douglas Manurung, Ishak TanH. Djawahir, dan Wahju
Sujatrniko ... 1
Penambahan COl Internal Tanaman Kapas dengan Pemberian Metanol Guna Meningkatkan Produksi Melalui Deteksi 14C
Badron Zakaria, Dannawan, dan Nurlina Kasim ... .
Mekanisme Fisiologi Tanaman Kedelai pada Kondisi Jenuh Air dan Kering serta Kaitannya dengan Biosintesis Etilen
Munif GhulaIIlahdi ... ..
Evaluasi Kualitas Buah Pisang Ambon pada Tingkat Kematangan yang Berbeda Selama Penyimpanan
10
19
SlaIIlet Susanto, Dina Sabrina, Deliana, Dewi SuIana, dan Sutrisno .... ... 28
Kajian Pertumbuhan, Ekspresi Seks Tanaman, dan Kualitas Buah Pepaya Genotipe IPB 1 dan IPB 2 dengan Pupuk Organik
Ketty Suketi, Sriani Sujiprihati, Mellyawati, dan Devis Suni ... 36
Pengaruh Ukuran Kawat dan Ukuran Cabang untuk Strangulasi terhadap Pembungaan Jeruk Besar (Citrus grandis (L.) Osbeck)
Arifah Rahayu, Setyono, dan SlaIIlet Susanto... ... ... ... ... 44
Pengaruh Pemberian Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rebung Bambu Betung (Dendrocalamus asper (Schults F.) Backer Ex Heyne)
Sandra Arifin Aziz ... 51
Adaptasi Pertumbuhan dan Kandungan Flavonoid Daun Dewa (Gynura pseudochina (L.) Dc) Asal Kultur In Vitro pada Intensitas Cahaya Rendah
Nirwan, Munif GhulaIIlahdi, dan Sandra A. Aziz ... ... ... 60
Struktur Populasi Eriborus argenteopilosus Cameron (Hymenoptera : Ichneumonidae) pada Beberapa Tipe Lansekap di Sumatera Barat
Novri Nelly dan Y aherwandi ... 69
Sebaran Populasi Nematoda Entomopatogen Steinernema spp. pada Beberapa Kawasan Pertanian Lahan Gambut di Kalimantan Selatan
Anang Kadarsah dan Jumar ... .. 76
Studi Patogen Penyebab Antraknosa pada Pepaya
Siti Hafsoh ... . 83
ii Daftar lsi
.iI.... セN@
J f
-"
.!!I---.. ,
/
.
-
..
Perkembangan Penelitian Teknologi Benih Aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.) di Universitas Tadulako
Muhammad Salim Saleh, Enny Adelina, Maemunah, Nuraeni, Idham, Sakka
Samudin, dan Nur Alam ... 91
Wani Bali (Mangifera caesia Jack.) Tanpa Biji, Prospek Pengembangan dan Kendala Pembibitannya
I. N. Rai, O. Wijana, dan C. O. A. Semarajaya ... .. 97
Sistem Pembibitan Manggis untuk Distribusi
M.Rahmad Suhartanto, A. Qadir Dan Muzayyinatin ... ... 105
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) Galur Gresik dan Bogor pada Berbagai Wama Biji
Endah Sri Redjeki ... 114
Perbanyakan Klonal Phalaenopsis sp. In Vitro dari Eksplan Daun dan Eksplan Tangkai Bunga
Yusnita, Candra Kesuma, Devina Andiviaty, Sri Ramadiana dan Dwi Hapsoro ... 119
Respon Tanaman Anggrek Bulan terhadap Jenis Media Tanam dan Letak Tanaman Pada Sistem Pertanian Organik secara Vertikultur
Yati Suryati ... 125
Analisis Daya Gabung dan Aksi Gen Ketahanan Cabai (Capsicum annuum L.) terhadap Antraknosa yang Disebabkan oleh Colletotrichum acutatum
Muhamad Syukur, Sriani Sujiprihati, Jajah Koswara dan Widodo ... 131
Interaksi Genotipe X Musim pada Karakter Hasil dan Komponen Hasil Ubi 27 Genotipe Bengkuang (Pachyrhizus erosus L. Urban) pada Lingkungan Pemangkasan Reproduktif Di Jatinangor
Agung Karuniawan ... .
Galur Kacang Tanah Berdaun Hijau Tua : Keunggulan dan Pengendalian Genetiknya
Yudiwanti ... .
Prospek Senyawa Anti Giberelin dalam Memacu Peningkatan Vigoritas Planlet
137
143
Suseno Amien ... 147
Analisis Daya Gabung dan Heterosis Hasil Galur Jagung Dr Unpad melalui Analisis Dialel
D. Ruswandi, M. Saraswati, T. Herawati, A. Wahyudin, dan N. Istifadah ... 153
Keragaman Fenotipik dan Genetik Mahoni (Swietenia macrophylla) di Jawa Tengah dan Jawa Timur
Ulfah J. Siregar, Iskandar Z. Siregar, dan Insan Novita ... 160
Pengujian Cabai Hibrida IPB di Dua Lokasi
Muhamad Syukur, Sriani Sujiprihati, dan Rahmi Yunianti ... ... 165
Pendugaan Daya Gabung dan Heterosis Ketahanan terhadap Phytophthora capsici Leonian pada Persilangan Dialel Penuh Enam Genotipe Cabai (Capsicum annuum L.)
Rahmi Yunianti, Sarsidi Sastrosumarjo, Sriani Sujiprihati,
Memen Surahman, dan Sri Hendrastuti Hidayat ... ... ... ... 172
Tinjauan Ulang Pengembangan Teknologi Haploid Cabai dan Prospeknya untuk Percepatan Penelitian Genetika dan Pemuliaan Tanaman
Ence Darmo Jaya Supena ... .
Uji Daya Adaptasi dan Interaksi Genotipe X Lingkungan Galur Potensial Keturunan Persilangan Mentik Wangi dengan Poso untuk Perakitan Padi Gogo Aromatik
Totok Agung D.H. Dan Suwarto ... ..
Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian yang Dibiayai oleh Hibah KompetitiJ Bogor, 1-2 Agustus 2007
179
187
Pemuliaan Padi Gogo Tenggang Aluminium dan Tahan Bias ' melalui Kultur Antera
Bakhtiar, Bamhang S. Purwoko, Trikoesoemaningtyas, M.A. cィッコセ@ Iswari S.
Dewi, dan Mukelar Am.ir ... 197 Seleksi Nenas Hasil Persilangan Cayenne dengan Queen di Jatinangor
Neni Rostini, Citra Bakti, dan Syaiful Muharok ... .
Pendugaan Parameter Genetik dan Hubungan antar Hasil dengan Beberapa Karakter Kuantitatif dari Plasma Nutfah Nenas (Ananas comosus L. Merr.) Koleksi PKBT IPB
Muhammad ArifNasution, Roedhy Poerwanto, Sohir, Memen Surahman, dan Trikoesoemaningtyas ... ; ... .
Perakitan Padi Gogo Toleran Tanah Masam Dan Berdaya Hasil Tinggi : Seleksi Dengan Metode Bulk
Surjono H. Sutjahjo, Trikoesoemaningtyas, Desta Wirnas, Rustikawati,
Rosy I. Saputra ... .
Uji Daya Hasil Lanjutan Galur Harapan Padi Sawah Tipe Baru di Tiga Lokasi
Hajrial Aswidinnoor, Willy Bayuardi Suwarno, Intan Gilang Cempaka, Ratna
205
211
218
Indriani, dan Wulandari Siti Nurhidayah ... ... ... .... 222
Perbaikan Sifat Agronomi dan Kualitas Sorgum Sebagai Sumber Pangan, Pakan Ternak, dan Bahan Industri melalui Pemuliaan Tanaman
dengan Teknik Mutasi
Soeranto Human ... ... .... ... .... ... ... ... .... ... ... ... ... 226
Konstruksi Mutan Pseudomonas sp. Crb17 untuk Meningkatkan Produksi Indole Acetic Acid Melalui Mutagenesis dengan Transposon
Mutiha Panjaitan, Aris Tri Wahyudi, dan Nisa Rachmania ... .
Variabilitas Genetik Mutan-Mutan Manggis In Vitro berdasarkan Marka RAPD
Warid Ali Qosim, R. Poerwanto, G. A. Wattimena, Witjaksono, Sohir, dan
N. Carsono ... .
Aplikasi Marka Isoenzim, RAPD, dan AFLP untuk Identif1kasi Variabilitas Genetik Tanaman Manggis (Garcinia mangostana) dan Kerabat Dekatnya
Soaloon Sinaga, Sohir, Roedhy Poerwanto, Hajrial Aswidinnoor, Dedy Duryadi,
234
240
Resmitasari, Rudy Lukman, dan Roswita Amelia. ... ... ... ... ... ... 247
Amplif1kasi CDNA Kedelai dettgan Beberapa Primer SpesnIk Gen Cao (Chlorophyll A Oxygenase)
Nurul Khumaida, Kisman, dan Didy Sopandie ... 256
Analisis Sekuen Lengkap Gen yang Terkait Adaptasi Kedelai terhadap Intensitas Cahaya Rendah
Kisman, Nurul Khumaida, dan Sohir ... 261
Seleksi In Vitro K1on-Klon Kentang Hasil Persilangan cv. Atlantik dan Granola untuk Mendapatkan Calon Kultivar Kentang Unggul
Awang Maharijaya, Muhammad Mahmud, dan Agus Purwito ... 268
Karakterisasi Abnormalitas Embrio Somatik Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Berdasarkan Morfologi, RAPD dan Metilasi RP-HPLC
Nesti F. Sianipar, Gustav A.Wattimena, Maggy Thenawidjaya S., Hajrial
Aswidinnoor, dan Nurita Toruan-Mathius ... ..
MAKALAH POSTER
Pengaruh Pendinginan Larutan Hara terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah pada Sistem Hidroponik dengan Empat Macam Media Tanam
Agus Margiwiyatno ... ..
iv
276
285
Daftar lsi
r>\{J_
セ@
\!
r;
-
.
i
, I
J'
,.
"
Aセ@
Analisis Keanekaragaman Genetik 27 Genotipe Cabai (Capsicum spp.) KoleksiIPB
Ahmad Meka Rosyadi, Sriani SUjiprihati, dan Rahmi Yunianti ... 291
Uji Ketahanan Terhadap Bias Daun Galur-Galur F4:6 Padi Gogo Hasil Seleksi Tanah Masam
Desta Wimas, Trikoesoemaningtyas, Surjono H. Sutjahjo, Khoirul Hidayah, dan Lestari Atmojo ... .
Perlakuan Ec dan Ph Larutan Media Hidroponik pada Bawang Merah Varietas Sumenep, Philipin dan Tiron
Eni Sumarni dan Noor Farid ... .
Akumulasi dan Sekresi Asam Organik pada Padi Gogo Toleran dan Peka Aluminium serta Perannya dalam Mobilisasi P
Etti Swasti dan Nalwida Rozen ... .
Pendugaan Nilai Heritabilitas dan Korelasi Genetik Beberapa Karakter Agronomi Tanaman Semangka (Citrullus lanatus (Thunb.) Matsum & Nakai)
299
305
312
Memen Surahman, Muhamad Syukur, dan Anita Amalia Rahmawati ... 320
Evaluasi Ketahanan Beberapa Persilangan Semangka (Citrullus lanatus (Thunb.) Matsum & Nakai) terhadap Layu Fusarium (Fusarium oxysporum f. sp. Niveum)
Muhamad Syukur, Efi Toding Tondok, dan Swisci Margaret ... 326
Pengembangan Budidaya Jenuh Air Tanaman Kedelai dengan Sistem Tumpangsari Padi Kedelai di Lahan Sawah
Munif Ghulamahdi, Sandra Arifin Aziz, Maya Melati, Nurwita Dewi,
dan Sri Astuti Rais ... 331
Ketahanan 23 Genotipe Cabai (Capsicum sp.) terhadap Penyakit Antraknosa (Colletotrichum sp.)
Sriani Sujiprihati, Muhamad Syukur, Widodo, Efi Toding Tondok,
Rahmi Yunianti dan Neni Hariati ... .
Tanggap Morfologi dan Fisiologi Padi Gogo Fase Semai pada Kekeringan untuk Memudahkan Seleksi
Noor Farid dan Datjanto ... .
Aplikasi Filter Cahaya dan Teknik Cutting dalam Perbanyakan Vegetatif Tanaman Sansevieria trijasciata 'Laurentii'
Peni Lestari, Nurul Khumaida, dan Ani Kurniawati ... .
Perbanyakan Bambu Betung (Dendrocalamus asper (Schults F.) Backer Ex Heyne) pada Kultur In Vitro
Sandra Arifin Aziz, Fred Rumawas, Livy W. Gunawan, Bambang S. Purwoko, Hajrial Aswidinnoor, Achmad Surkati Abidin, dan Maggy T. Suhartono ... .
Pengaruh Pepton terhadap Pengecambahan Biji Anggrek Phalaenopsis Amabilis dan Dendrobium Hybrids In Vitro
Sri Ramadiana, Rizka Dwi Hidayati, Dwi Hapsoro dan Yusnita ... .
Determinasi Tipe Seks Pepaya (Carica papaya L.)
Kartika Trias Maknani, Muhamad Syukur, dan Sriani Sujiprihati ... , ... .
Studi Kromosom Anyelir (Dianthus caryophyllus Linn.) Mutan Akibat lradiasi Sinar Gamma
Tia Atisa, Syarifah lis Aisyah, dan M. Syukur ... .
Induksi dan Proliferasi Kalus Embrionik pada Beberapa Genotip Kedelai Peka dan Toleran Naungan
Tri Handayani dan Nurul Khumaida ... .
Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian yang Dibiayai oleh Hibah Kompetitij Bogar, 1-2 Agustus 2007
337
342
348
357
366
373
379
387
L/'
Keragaman Kandungan Trypsin Inhibitor pada Beberapa Provenan Sengon (Paraserianthes falcataria) di Jawa Sebagai Mekanisme Alami Ketahanan terhadap Hama
Ulfah J. Siregar ... .
Hubungan Kekerabatan antar Genotipe dalam Tiga Grup Kultivar Melon Willy Bayuardi Suwamo dan Sobir ... ..
Interaksi Genotipe-Lingkungan untuk Ketahanan terhadap Penyakit Bercak Daun pada Galur-Galur Kacang Tanah
Chaireni Martasari, S. Sastrosumarjo, A.A. Mattjik, dan Yudiwanti ... ..
Pemanfaatan Parasitoid Tetrastichus schoenobii Ferr. (Eulopidae,
Hymenoptera) dalam Pengendalian Penggerek Batang pada Tanaman Padi Arifm Kartohardjono ... .
Komparasi Respon Fisiologis Tanaman Kedelai yang Mendapat Cekaman Kekeringan dan Perlakuan Herbisida Paraquat
Violita, Hamim, Miftahudin, Triadiati dan Soekisman Tjitrosemito ... .
Peroksidasi Lipid pada Akar Padi (Oryza sativa L.) sebagai Respon Fisiologis terbadap Cekaman Aluminium
Sri Aninda Wulansarl, Utut Widyastuti Suharsono, Hamim, dan Miftahudin ...
Keragaman Aktivitas Nitrat Reduktase (Anr) dan Kandungan KIorof"JI Beberapa Aksesi Pisang (Musa spp.) di Wilayab Banyumas
Dyah Susanti, B. Prakoso, S. Nurchasanah, dan L.S. Abidin ... ..
Pengarub Kualitas Cabaya dan Fotoperiode terbadap Pertumbuban dan Perkembangan Kastuba In Vitro
Muhannnad Ibrahim Faruq dan Dewi SuIana ... ..
SUSUNAN P ANITIA ... ..
SUSUNAN ACARA ... .
DAFT AR PESERTA SEMINAR ... .
INDEKS PEMAKALAH ... .
INDEKS KOMODITAS ... .
vi
397
402
409
413
419
426
432
437
441
443
453
456
458
Daftar lsi