• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN LKS IPA BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES PADA TEMA ENERGI DAN KESEHATAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN LKS IPA BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES PADA TEMA ENERGI DAN KESEHATAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA"

Copied!
209
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN LKS IPA BERBASIS

MULTIPLE

INTELLIGENCES

PADA TEMA ENERGI DAN

KESEHATAN UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERPIKIR

KREATIF SISWA

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh Frieda Wijayanti

4001410013

JURUSAN IPA TERPADU

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Semarang, Agustus 2014

(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Pengembangan LKS IPA Berbasis Multiple Intelligences pada Tema Energi dan Kesehatan untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir

Kreatif Siswa” telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 19 Agustus 2014

Semarang, Agustus 2014 Pembimbing

(4)

iv

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul

Pengembangan LKS IPA Berbasis Multiple Intelligences pada Tema Energi dan Kesehatan untuk Meningkatkan Kemmapuan Berpikir Kreatif Siswa disusun oleh

Frieda Wijayanti 4001410013

telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal 19 Agustus 2014

Panitia:

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Wiyanto, M.Si Prof. Dr. Sudarmin,

196310121988031001 1966012319920310

Ketua Penguji

Prof. Dr. Hartono, M.Pd 196108101986011001

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/

Penguji II Pembimbing

Parmin, M. Pd Arif Widiyatmoko, M.Pd

197901232006041003 198412152009121006

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Masa depan adalah milik mereka yang percaya akan keindahan mimpi-mimpinya (E. Roosevelt).

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Bapak, Ibu, Mbak, Mas, Raka kecil, Keluarga Besarku 2. Sahabat Terhebatku: Hida, Elyn, Erna, Risa, Feri,

Danang, A. Bayu, Lilik, Imah, Anif, Wulandari

3. Sahabat Tersuperku: Intan, Yuyun, Novi dan Teman Seperjuanganku, Arek Pendidikan IPA 2010

4. Rumah Terbaikku: Keluarga Joven 1, Keluarga Manuver BEM FMIPA, Laskar Think Smart, Keluarga JODY!, Gank Geje PPL Spenalan (Vivin, Akhyar, Shofa, Chatarina), Keluarga SMP Negeri 9 Magelang, Keluarga SMP Negeri 1 Batangan

5. Almamater Tercintaku: Universitas Negeri Semarang 6. Inspirasi Teristimewaku: Denting Sang Pagi yang

selalu memberikan harapan, Serta orang-orang yang berani menaklukkan mimpi-mimpinya

7. Baktiku: Indonesiaku

(6)

vi

PRAKATA

Alhamdulillah. Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, hanya dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “ Pengembangan LKS IPA Berbasis Multiple Intelligences pada Tema Energi dan Kesehatan untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa”.

Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tidak lepas dari bimbingan, dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si., selaku Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang. 2. Prof. Dr. Sudarmin, M.Si., selaku Ketua Jurusan IPA Terpadu.

3. Arif Widiyatmoko, M.Pd., sebagai dosen pembimbing dan dosen wali yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

4. Prof. Dr. Hartono, M.Pd. dan Parmin, M.Pd., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang berguna untuk penyempurnaan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Jurusan IPA Terpadu Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan semangat dan bekal ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

6. Hendro Suryono, S.Pd. dan Suci Murni, S.Pd., selaku guru IPA kelas VII di SMP Negeri 1 Batangan dan validator produk yang selalu memberikan semangat dan pengarahan serta berkenan membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian.

7. Dr. Woro Sumarni, M.Si., Stephani Diah Pamelasari, S.S., M.Hum. dan Dr. Retno Sri Iswari, SU, selaku dosen validator produk yang memberikan arahan, saran dan masukan yang berguna untuk penyempurnaan produk.

(7)

vii

9. Susanto, S.Pd., M.M., selaku Kepala SMP Negeri 1 Batangan yang telah berkenan membantu dan bekerja sama dengan penulis dalam pelaksanaan penelitian.

10. Keluarga besar SMP Negeri 1 Batangan yang telah bekerja sama dalam membantu kelancaran pelaksanaan penelitian.

11. Teman-teman seperjuangan Pendidikan IPA angkatan 2010, atas hari-hari perjuangan yang hebat selama 4 tahun yang luar biasa ini.

12. Semuah pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya dapat memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan. Terima Kasih.

Semarang, Agustus 2014

(8)

viii

ABSTRAK

Wijayanti, Frieda. 2014. Pengembangan LKS IPA Berbasis Multiple Intelligences Pada Tema Energi Dan Kesehatan Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Skripsi, Jurusan IPA Terpadu, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Arif Widiyatmoko, M.Pd.

Kata Kunci: LKS, Multiple Intelligences, Kemampuan Berpikir Kreatif

(9)

ix

ABSTRACT

Wijayanti, Frieda. 2014. Development of Science Worksheet Based Multiple Intelligences Energy And Healthness Theme To Increase Student Creative Thinking Skill. Final Project, Science Education Program, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Semarang State University. Advisor: Arif Widiyatmoko, M.Pd.

Keyword: Student Worksheet, Multiple Intelligences, Creative Thinking Skill

The process of science learning for the junior high in 2013 implemented based integerated science curiculum, so every science teacher should have competence to teach it. This integration can be shown by student worksheets. Based on the observation in SMP Negeri 1 Batangan, it was that use student worksheet for science activity. It is not yet optimalization for student multiple intelligences and creativity, also unknown integrated science concept about it. This research aims to determine characteristics, the feasibility and effectiveness of multiple intelligences-science worksheet. This research used of Research and Development (R&D) design. The result is it develope based on five multiple intelligences for students. They are logic-matematic, kinestethic, visual-spacial, interpersonal and exsistensial-spiritual intelligences. Based on the results of the study it was found on that the feasibility of multiple-intelligences student worksheet showed eligible criteria based on BSNP with average score of content validation is 3.70, then average score of linguistic validation is 3.87 and average score of presentation validation is 3.67. Based on implementation, it was that multiple intelligences-science worksheet found the results indicate that the increase creative thinking skill in learning outcomes with N-gain was 0.71 with a high criteria. Then, creative attitude of student is increase for every meeting with

(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Penegasan Istilah ... 6

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lembar Kerja Siswa ... 9

2.1.1 LKS Sebagai Bahan Ajar IPA ... 9

2.1.2 Pengembangan LKS IPA ... 11

2.2 Pembelajaran IPA Di Kurikulum 2013 ... 13

2.3 Multiple Intelligences ... 15

2.4 Kemampuan Berpikir Kreatif ... 18

2.5 Tema Energi dan Kesehatan... 20

2.6 Penelitian yang Relevan ... 22

(11)

xi 3. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 24

3.2 Subjek Penelitian ... 24

3.3 Langkah Penelitian ... 24

3.4 Prosedur Penelitian... 25

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 29

3.6 Metode Analisis Data ... 30

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian ... 38

4.1.1 Deskripsi Penelitian ... 38

4.1.2 Hasil Pengembangan LKS IPA Berbasis Multiple Intelligences . 41 4.1.3 Hasil Validasi Kelayakan LKS IPA Berbasis Multiple Intelligences ... 43

4.1.4 Keefektifan Pengembangan LKS IPA Berbasis Multiple Intelligences ... 52

4.2 Pembahasan ... 56

4.2.1 Karakteristik dan Pengembangan LKS IPA Berbasis Multiple Intelligences ... 56

4.2.2 Penilaian Kelayakan LKS IPA Berbasis Multiple Intelligence .... 61

4.2.3 Keefektifan Penggunaan LKS IPA Berbasis Multiple Intelligences ... 71

5. PENUTUP 5.1Simpulan ... 77

5.2Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Model Keterpaduan Connected ... 15

Tabel 2.2 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Tema Energi dan Kesehatan ... 20

Tabel 3.1 Hasil Analisis Validitas Uji Coba Soal Kelas VIII A ... 31

Tabel 3.2 Klasifikasi Realibilitas ... 31

Tabel 3.3 Kriteria Daya Pembeda Soal ... 32

Tabel 3.4 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Uji Coba Soal Kelas VIII A ... 33

Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal... 33

Tabel 3.6 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Soal Kelas VIII A ... 34

Tabel 3.7 Kategori Kelayakan LKS ... 35

Tabel 3.8 Kategori Sikap Kreatif Siswa ... 36

Tabel 3.9 Kategori Aktivitas Motorik Siswa ... 36

Tabel 4.1 Hasil Tes Kedentifikasi Kecerdasan Majemuk Siswa ... 39

Tabel 4.2 Makna Simbol Kecerdasan Majemuk Siswa ... 40

Tabel 4.3 Rekapitulasi Penilaian Kelayakan LKS IPA Berbasis Multiple Intelligences Tahap I ... 43

Tabel 4.4 Rekapitulasi Penilaian Kelayakan LKS IPA Berbasis Multiple Intelligences Tahap II ... 44

Tabel 4.5 Penilaian Kelayakan Komponen Penyajian ... 45

Tabel 4.6 Revisi Kelayakan LKS oleh Pakar Penyajian ... 45

Tabel 4.7 Hasil Penilaian Kelayakan Komponen Bahasa ... 46

Tabel 4.8 Revisi Kelayakan LKS oleh Pakar Bahasa ... 47

Tabel 4.9 Hasil Penilaian Kelayakan Komponen Isi ... 48

Tabel 4.10 Revisi Kelayakan LKS oleh Pakar Isi ... 48

Tabel 4.11 Rekapitulasi Tanggapan Siswa pada Uji Coba Skala Kecil, Uji Coba Skala Besar dan Kelas Penerapan ... 50

Tabel 4.12 Hasil Tanggapan Guru IPA ... 51

(13)

xiii

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Diagram Langkah Menyusun LKS ... 10

Gambar 2.2 Model Connected Tema Energi dan Kesehatan ... 21

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir ... 23

Gambar 3.1 Langkah Penelitian Research and Development ... 25

Gambar 4.1 Simbol Lima Kecerdasan Majemuk yang Dikembangkan ... 40

Gambar 4.2 Contoh Draft LKS ... 42

Gambar 4.3 Revisi Penyajian Gambar ... 46

Gambar 4.4 Revisi Tanda Baca ... 47

Gambar 4.5 Revisi Kompetensi Inti ... 49

Gambar 4.6 Perbandingan Pretest dan Posttest Hasil Belajar Kemampuan Berpikir Kreatif ... 53

Gambar 4.7 Hasil Observasi Sikap Kreatif Siswa ... 55

(15)

xv

DAFTAR

LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Instrumen Identifikasi Kecerdasan Majemuk Siswa ... 83

Lampiran 2 Validasi Tahap I ... 90

Lampiran 3 Instrumen Validasi Isi ... 97

Lampiran 4 Rekapitulasi Penilaian Kelayakan Isi ... 105

Lampiran 5 Instrumen Validasi Bahasa ... 108

Lampiran 6 Rekapitulasi Penilaian Kelayakan Bahasa ... 113

Lampiran 7 Instrumen Validasi Penyajian ... 115

Lampiran 8 Rekapitulasi Penilaian Kelayakan Penyajian ... 120

Lampiran 9 RPP ... 122

Lampiran 10 Kode Siswa ... 139

Lampiran 11 Instrumen Uji Coba Soal ... 141

Lampiran 12 Analisis Hasil Uji Coba Soal ... 155

Lampiran 13 Analisis Pretest dan Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif ... 162

Lampiran 14 Analisis Uji Gain ... 169

Lampiran 16 Hasil Observasi Sikap Kreatif Siswa ... 171

Lampiran 17 Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 177

Lampiran 18 Hasil Angket Tanggapan Siswa ... 183

Lampiran 19 Hasil Angket Tanggapan Guru ... 188

Lampiran 20 Dokumentasi Penelitian ... 192

(16)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Pendidikan nasional merupakan suatu bentuk usaha terencana untuk meningkatkan kualitas pembangunan bangsa yang cerdas dan kompetitif dalam menghadapi tantangan globalisasi. Kemampuan yang diperlukan dalam menghadapi era globalisasi ini adalah kemampuan generasi muda yang memiliki kecerdasan dan kreativitas dalam bidang IPTEK, memiliki kepribadian dan keterampilan hidup. Oleh karena itu, kemampuan berpikir kreatif perlu dikembangkan dalam sistem penyelenggaraan pendidikan, khususnya pada pembelajaran IPA. Hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Pasal 19 yang menegaskan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif dan kompetitif, sehingga siswa termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran serta mendapatkan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis siswa. Maka, perumusan sistem pengelolaan pendidikan harus berorientasi pada pengoptimalan kecerdasan siswa. Hal ini dapat tercapai melalui reformasi pendidikan nasional, yakni dengan adanya perubahan kurikulum.

Dewasa ini, kurikulum 2013 dikembangkan sebagai pedoman penyelenggaran pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan nasional. Perubahan kurikulum 2013 lebih menekankan pada keaktifan siswa (student center) yang berorientasi pada sikap dan keterampilan belajar. Harapannya penyelenggaraan pembelajaran dapat dilaksanakan secara aktif dan menyenangkan serta dapat memotivasi peserta didik dalam proses pembelajaran.

(17)

2

dibutuhkan bahan ajar sebagai alat bantu pembelajaran. Salah satu bahan ajar yang dapat mendukung aktivitas belajar siswa adalah Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Berdasarkan dokumen pengembangan kurikulum 2013, pembelajaran IPA ditingkat SMP dilaksanakan dengan berbasis keterpaduan (integrative science), sehingga setiap guru IPA harus memiliki kompetensi dalam membelajarkan IPA secara terpadu. Keterpaduan ini meliputi integrasi dalam bidang IPA, integrasi bidang lain dan integrasi pencapaian sikap, proses ilmiah dan keterampilan yang ditunjukan melalui LKS. Oleh karena itu, selain berperan sebagai petunjuk melakukan percobaan, panduan diskusi maupun kegiatan ilmiah lain, LKS juga memiliki peran penting dalam penjabaran konsep keterpaduan dalam suatu tema pembelajaran (Susilowati, 2013).

Berdasarkan observasi di SMP Negeri 1 Batangan, LKS merupakan bahan ajar pendukung dalam pembelajaran yang berperan penting dalam mengembangkan aktivitas pembelajaran yang bermakna di kelas. Keterbatasan sarana prasarana, seperti belum tersedianya LCD dan laboratorium yang kurang standar, menuntut kreativitas guru dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran melalui LKS.

(18)

Kecerdasan majemuk siswa tidak hanya ditentukan dari nilai yang dicapai, melainkan dilihat dari kemampuan siswa dalam menghadapi dan menyelesaikan suatu masalah yang dapat bermanfaat bagi orang lain. Berdasarkan teori multiple intelligences dari Howard Gardner, setiap individu memiliki sembilan jenis kecerdasan dalam dirinya, terdiri atas (1) kecerdasan verbal-linguistik (word smart), (2) kecerdasan logis-matematis (number/reasoning smart), (3) kecerdasan visual-spasial (picture smart), (4) kecerdasan berirama-musik (musical smart), (5) kecerdasan interpersonal (people smart), (6) kecerdasan intrapersonal (self smart), (7) kecerdasan naturalis (nature smart), (8) kecerdasan jasmaniah-kinestetik (body smart), dan (9) kecerdasan eksistensial-spiritual (Ayriza, 2011). Setiap siswa memiliki kesembilan kecerdasan tersebut, namun hanya beberapa kecerdasan yang mendominasi. Strategi pembelajaran IPA dengan teori ini bertolak pada karakter dan potensi siswa yang unik dan berbeda (Chatib, 2012). Hal tersebut menjadi potensi keunggulan tersendiri dalam pengembangan LKS IPA berbasis multiple intelligences ini. LKS yang dikembangkan mengacu pada kecerdasan dominan yang dimiliki siswa yang diintegrasikan dalam suatu tema pembelajaran dengan kegiatan yang bervariasi. Pengoptimalan kecerdasan tersebut diharapkan menjadikan pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menyenangkan, sehingga dapat membangkitkan semangat belajar dan rasa percaya diri.

(19)

4

oleh Karsli dan Sahin (2009) yang berjudul Developing Worksheet Based on Science of Process Skill Factor Effecting Solubility, yang menunjukan bahwa pengembangan LKS berbasis multiple intelligences dalam pembelajaran mampu meningkatkan keefektifan hasil kegiatan praktikum di laboratorium serta meningkatkan pemahaman materi daya larut. Hal ini berarti pendekatan multiple intelligences dapat memberikan hasil yang efektif dalam proses pembelajaran. Namun, kelemahannya penerapan LKS ini membutuhkan manajemen kelas dan kreativitas yang tinggi dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran (Amstrong, 2005).

Kegiatan pembelajaran yang telah dikembangkan dalam LKS IPA berbasis multiple intelligences ini berbasis pada kecerdasan dominan siswa yang disesuaikan dengan kebutuhan tema pembelajaran. Pengembangan ini berdasar pada tes identifikasi kecerdasan dominan siswa (Septiani, 2013). Berdasarkan hasil tes identifikasi kecerdasan pada 58 siswa di SMP Negeri 1 Batangan, diketahui bahwa seluruh siswa memiliki sembilan kecerdasan sesuai teori multiple intelligences. Selanjutnya, dari hasil tes tersebut dipilih lima kecerdasan dominan yang telah disesuaikan dengan karakteristik tema energi dan kesehatan, terdiri atas (1) kecerdasan logis-matematis, (2) kecerdasan visual-spasial, (3) kecerdasan jasmaniah-kinestetik, (4) kecerdasan interpersonal, dan (5) kecerdasan eksistensial-spiritual. Kelima kecerdasan ini selanjutnya digunakan sebagai pemandu kegiatan belajar siswa. Berdasarkan latar belakang diatas, maka dikembangkan LKS IPA berbasis multiple intelligences pada tema energi dan kesehatan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VII SMP.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang serta identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka masalah yang diteliti adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah karakteristik LKS IPA berbasis multiple intelligences pada tema energi dan kesehatan sebagai bahan ajar IPA kelas VII?

(20)

3. Bagaimanakah keefektifan LKS IPA berbasis multiple intelligences pada tema energi dan kesehatan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VII?

1.3

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui karakteristik LKS IPA berbasis multiple intelligences pada tema energi dan kesehatan untuk digunakan sebagai bahan ajar IPA siswa kelas VII. 2. Mengetahui kelayakan LKS IPA berbasis multiple intelligences pada tema

energi dan kesehatan untuk digunakan sebagai bahan ajar IPA siswa kelas VII. 3. Mengetahui keefektifan LKS IPA berbasis multiple intelligences pada tema

energi dan kesehatan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VII SMP.

1.4

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat teoritis dan praktis sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yaitu sebagai inovasi pembelajaran dan pengembangan ilmu pendidikan dalam meningkatkan pengalaman belajar siswa pembelajaran IPA.

1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Manfaat Bagi Siswa

(21)

6

1.4.2.2 Manfaat Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan mampu memberdayakan diri guru dalam mengambil prakarsa profesionalisme, sehingga semakin terampil dalam mengelola pembelajaran kreatif dengan memanfaatkan LKS yang berbasis pada kecerdasan siswa.

1.4.2.3Manfaat Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif bagi sekolah serta mendorong untuk selalu melakukan inovasi dalam rangka evaluasi pelaksanaan pembelajaran yang berbasis pada potensi siswa, guna meningkatkan hasil belajar dan kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA.

1.4.2.4Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada peneliti lain tentang LKS IPA berbasis multiple intelligences pada tema energi dan kesehatan sebagai bahan rujukan penelitian pengembangan selanjutnya.

1.5

Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan penafsiran, perlu adanya pembatasan ruang lingkup penelitian dan penjelasan pengertian beberapa istilah sebagai berikut. 1.5.2 Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

LKS merupakan lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. LKS biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas yang disesuaikan dengan Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai (Depdiknas, 2008). LKS yang dikembangkan pada penelitian ini adalah LKS IPA berbasis multiple intelligences.

1.5.3 Kelayakan

(22)

1.5.4 Pembelajaran IPA Terpadu

IPA terpadu adalah sebuah pendekatan integratif yang mensintesis perspektif (sudut pandang/tinjauan) semua bidang kajian dalam IPA untuk memecahkan permasalahan (Wilujeng, 2011). Penelitian ini menggunakan model keterpaduan connected dengan memadukan bidang kajian fisika dan biologi. 1.5.5 Multiple Intelligences

Multiple intelligences atau biasa disebut dengan kecerdasan jamak adalah berbagai keterampilan dan bakat yang dimiliki siswa untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam pembelajaran. Kecerdasan majemuk menurut penemuan Howard Gardner meliputi, yakni (1) kecerdasan verbal-linguistik, (2) kecerdasan logis-matematis, (3) kecerdasan visual-spasial,(4) kecerdasan berirama-musik, (5) kecerdasan jasmaniah-kinestetik, (6) kecerdasan interpersonal, (7) kecerdasan intrapersonal, (8) kecerdasan naturalistik, dan (9) kecerdasan eksistensial-spiritual (Ayriza, 2011). Dalam penelitian pengembangan ini berfokus pada (1) kecerdasan logis-matematis, (2) kecerdasan visual-spasial, (3) kecerdasan interpersonal, (4) kecerdasan jasmaniah-kinestetik, dan (5) kecerdasan eksistensial-spiritual.

1.5.6 Berpikir Kreatif

Berpikir kreatif adalah proses berpikir yang memiliki ciri-ciri yang terdiri atas (1) kelancaran (fluency), (2) keluwesan (flexibility), (3) keaslian atau originalitas (originality), dan (4) merinci atau elaborasi (elaboration) (Fauziah, 2011). Dalam penelitian ini, kemampuan berpikir kreatif yang diukur adalah kemampuan berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinal dan berpikir elaborasi.

1.5.7 Keefektifan

Keefektifan secara harfiah memiliki arti keberhasilan. Pengembangan LKS ini dinyatakan efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa, apabila:

1. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dengan memperoleh skor rata-rata N-gain pada batas minimal 0,3≤(g)≤0,7 dan kriteria sedang.

(23)

8

3. Hasil observasi sikap kreatif siswa minimal memperoleh persentase rata-rata ≥ 62% dengan kategori kreatif.

1.5.8 Tema Energi dan Kesehatan

(24)

9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

2.1.1 LKS Sebagai Bahan Ajar IPA

Proses pembelajaran identik dengan proses komunikasi dalam mentransfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Agar pembelajaran berkualitas maka proses komunikasi harus berjalan dengan lancar, sehingga dibutuhkan bahan ajar sebagai alat bantu pembelajaran. Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan (Depdiknas, 2006).

Adapun jenis-jenis bahan ajar menurut Prastowo (2012) adalah:

1. Bahan ajar cetak (printed), antara lain handout, buku, LKS, poster, brosur, wallchart, foto atau gambar dan leaflet;

2. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam;

3. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti compact disc video, film; dan 4. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI

(Computer Assisted Instruction), Compact Disc (CD) multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).

Kriteria bahan ajar yang baik menurut Prastowo (2012) yaitu:

1. Substansi materi memiliki relevansi dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik;

2. Materi dalam buku lengkap, paling tidak memberikan penjelasan secara lengkap seperti definisi atau rangkuman;

3. Padat pengetahuan dan memiliki sekuensi yang jelas secara keilmuan; 4. Kebenaran materi dapat dipertanggungjawabkan;

5. Kalimat yang disajikan singkat dan jelas; dan

(25)

10

tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. LKS biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas yang disesuaikan dengan Kompetensi Dasar (KD) yang akan dicapai (Depdiknas, 2008).

Menurut Prastowo (2012), dalam pembelajaran LKS memiliki empat fungsi sebagai berikut.

a. Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran guru, namun lebih mengaktifkan peran siswa;

b. Sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan;

c. Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih; dan d. Memudahkan pelaksanaan pembelajaran.

Bahan ajar LKS terdiri atas enam unsur utama, terdiri atas (1) judul, (2) petunjuk belajar; (3) kompetensi dasar atau materi pokok, (4) informasi pendukung, (5) tugas atau langkah kerja, dan (6) penilaian (Prastowo, 2012).

Pada implementasi kurikulum 2013, kegiatan pembelajaran IPA dikembangkan dengan pendekatan scientific. Kegiatan yang berbasis scientific ini harus dimunculkan dalam penyusunan LKS dengan Kompetensi Dasar (KD) yang terpadu. Landasan dalam penyusunan LKS adalah analisis kurikulum (KI, KD, indikator dan kegiatan pembelajaran). Adapun alur untuk mengembangkan LKS dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Diagram langkah menyusun LKS (Susilowati, 2013) Penyusunan LKS IPA ini perlu memerhatikan penilaian unsur-unsur mengacu pada deskripsi beberapa komponen yang dikeluarkan oleh BSNP yang meliputi:

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator

Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

(26)

a. Komponen kelayakan isi 1) Cakupan materi; 2) Akurasi sajian; 3) Kemutakhiran;

4) Merangsang keingintahuan;

5) Mengembangkan kecakapan hidup;

6) Mengembangkan wawasan kebhinekaan; dan 7) Mengandung wawasan kontekstual.

b. Komponen kebahasaan

1) Sesuai tingkat perkembangan siswa; 2) Komunikatif dan interaktif;

3) Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia; dan 4) Penggunaan istilah dan simbol/lambang.

c. Komponen penyajian pembelajaran 1) Teknik penyajian; dan

2) Pendukung penyajian materi. d. Komponen kegrafikan

1) Kesesuaian ukuran font; 2) Layout dan tata letak; 3) Desain tampilan; dan 4) Keterbacaan.

2.1.2 Pengembangan LKS IPA

Proses pengembangan LKS yag dikembangkan dalam penelitian ini disusun berdasar metode pengembangan Sugiyono (2010). Langkah-langkah tersebut antara lain:

1. Potensi dan Masalah (Define), penelitian harus berangkat dari potensi atau masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang memiliki nilai tambah sedangkan masalah merupakan perbedaan antara harapan dan kenyataan.

(27)

12

3. Desain produk (Design), pembuatan rancangan produk awal yang lengkap dengan spesifikasinya.

4. Validasi desain, proses penilaian terhadap rancangan produk dengan cara menghadirkan beberapa atau tenaga ahli yang sesuai sehingga dapat diketahui kelemahan dan kekuatannya.

5. Revisi desain, koreksi dari ahli dijadikan sebagai bahan perbaikan produk. 6. Uji coba produk (Development), hasil dari revisi desain kemudian diujicobakan

penggunaannya pada kelompok terbatas. Kelompok terbatas yang dimaksud adalah kelompok kecil.

7. Revisi produk, proses perbaikan produk berdasarkan saran dan hasil pada uji coba produk.

8. Uji coba pemakaian, uji coba produk pada kelompok yang lebih luas dan tetap dinilai kekurangan dan hambatan yang muncul untuk perbaikan lebih lanjut. 9. Produk Final (Implementation), setelah beberapa kali pengujian dan dinilai

efektif maka dihasilkan produk akhir.

Inovasi yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah pengembangan LKS IPA berbasis multiple intelligences. LKS IPA berbasis multiple intelligences ini disusun berdasarkan kecerdasan majemuk siswa yang diintegrasikan dalam bentuk kegiatan pembelajaran dan penugasan kreatif kepada siswa. Menurut Rizal dan Wasis (2012), dalam mengembangkan LKS Berbasis Multiple Intelligences ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini.

a. Memilih tema pembelajaran dan kecerdasan yang dikembangkan

Penentuan format LKS dilakukan dengan analisis karakteristik siswa sesuai kebutuhan melalui tes identifikasi kecerdasan, menganalisis kompetensi inti dan kompetensi dasar, analisis materi, dan analisis teknologi. Tema yang dipilih dalam pengembangan LKS ini yaitu energi dan kesehatan berdasarkan observasi awal peneliti.

b. Mengorganisir kecerdasan yang dikembangkan

(28)

jamaniah-kinestetik, (3) kecerdasan visual-spasial, (4) kecerdasan interpersonal, dan (5) kecerdasan eksistensial-spiritual. Kelima kecerdasan tersebut dianalisis untuk menentukan kegiatan pembelajaran yang sesuai.

c. Mengumpulkan bahan dan sumber

Pengumpulan bahan dan sumber dari berbagai media diperlukan untuk menyusun LKS sesuai dengan kerangka yang telah dibuat. Bahan dan sumber dipilih kembali untuk disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini.

d. Merancang kegiatan proyek

LKS disusun berdasarkan kegiatan proyek yang telah ditentukan. Kegiatan proyek ini berbasis pada lima kecerdasan yang dikembangkan. Adapun kegiatan proyek dikembangkan sebagai berikut:

1) Membuat kincir angin dan ketapel sederhana untuk mengembangkan kecerdasan jasmaniah-kinestetik dan interpersonal.

2) Melakukan uji bahan makanan untuk mengembangkan kecerdasan logis-matematis dan visual-spasial.

3) Menyusun diagram sistem pencernaan makanan untuk mengembangkan kecerdasan visual-spasial dan interpersonal.

4) Melakukan presentasi kreatif untuk mengembangkan kecerdasan jasmaniah-kinestetik dan interpersonal.

e. Mengimplementasikan satuan pembelajaran

LKS yang telah disusun kemudian divalidasi kelayakannya oleh pakar sebelum diimplementasikan dalam pembelajaran. Komponen kelayakan yang dinilai meliputi kelayakan isi, bahasa dan penyajian. Instrumen penilaian yang digunakan diadaptasi dari BSNP dan disesuaikan dengan karakteristik LKS yang telah dikembangkan. Kemudian LKS dapat diimplementasikan dalam pembelajaran.

2.2

Pembelajaran IPA Di Kurikulum 2013

(29)

14

pendekatan integratif yang mensintesis perspektif (sudut pandang/tinjauan) semua bidang kajian dalam IPA untuk memecahkan permasalahan. Pembelajaran IPA secara terpadu mencakup dimensi sikap, proses, produk, aplikasi dan kreativitas (Wilujeng, 2011). Konsep keterpaduan ini dapat dilihat pada bagian Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang memadukan konsep-konsep IPA. Karakteristik pembelajaran terpadu (Kemendikbud, 2013), yaitu:

a. Holistik, mengkaji suatu fenomena dari berbagai bidang sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.

b. Bermakna, jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari.

c. Otentik, siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajari melalui kegiatan-kegiatan belajar secara langsung.

d. Aktif, pembelajaran terpadu pada dasarnya siswa dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan proses evaluasinya.

Dengan demikian, pembelajaran IPA dikembangkan secara integrative science

bukan sebagai disiplin ilmu yang berbasis pada aspek aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu dan sikap peduli dan tanggung jawab terhadap lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial (Kemendikbud, 2013). Menurut Parmin & Sudarmin (2013), terdapat empat unsur utama dalam IPA yaitu:

(1) Sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, mahluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended.

(2) Proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah, metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan simpulan.

(3) Produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum.

(4) Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.

(30)

diterapkan dalam pembelajaran IPA terpadu, yaitu webbed, connected, shared dan integrated. Empat model tersebut dipilih karena konsep-konsep dalam kompetensi dasar (KD) IPA memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga memerlukan model yang sesuai agar memberikan hasil yang optimal. Pada penelitian ini akan digunakan model keterpaduan connected. Deskripsi model connected dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Model keterpaduan connected

Model Karakteristik Kelebihan Keterbatasan Connected Membelajarkan

sebuah KD, konsep-konsep pada KD tersebut dipertautkan dengan konsep pada KD yang lain

a) Melihat perma-salahan tidak hanya dari satu bidang kajian.

b) Pembelajaran dapat mengikuti KD-KD dalam standar isi

Kaitan antara bidang kajian sudah tampak tetapi masih didominasi oleh bidang kajian tertentu.

(Wilujeng, 2011) Model pembelajaran IPA connected merupakan suatu konsep atau prinsip yang memadukan konsep dalam bidang lain sesuai karakteristik kompetensi dasar. Model ini dipilih sesuai dengan karekteristik tema energi dan kesehatan yang kegiatan pembelajaranya lebih didominansi oleh bidang kajian ilmu biologi. Disiplin ilmu fisika pada tema ini adalah sumber-sumber energi dan energi potensial. Disiplin ilmu biologi pada tema ini adalah makanan sebagai sumber energi dan sistem pencernaan makanan.

2.3

Multiple Intelligences

(31)

16

tes standarisasi, tes prestasi, tes kognitif akademik untuk mengukur kecerdasan seseorang.

Salah satu inovasi pendidikan yang kini mulai diterapkan di sekolah-sekolah adalah penggunaan strategi pembelajaran multiple intelligences. Konsep yang digagas dan dikembangkan oleh Howard Gardner ini, seorang psikolog dari Universitas Harvard, menegaskan bahwa setiap anak cerdas. Hal ini dikarenakan setiap anak memiliki kecerdasan dan potensi tertentu. Teori ini diterima dalam dunia pendidikan karena masuk dalam semua jenis kecerdasan anak.

Dalam menggali dan mengembangkan kecerdasan anak di sekolah, dapat dilakukan dengan pemilihan bahan ajar dan strategi pembelajaran yang tepat. Mengutip pemikiran J.R. David dalam Chatib (2013) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan, artinya strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksaan pembelajaran. Strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences merupakan perencanaan pembelajaran yang bertolak pada sembilan kecerdasan menurut teori kecerdasan Howard Gardner. Namun, dalam pengembangan ini, diintegrasikan lima kecerdasan dominan yang dimiliki siswa, dengan penjelasan menurut Yaumi (2012) sebagai berikut.

a. Pembelajaran berbasis logis-matematis

Kecerdasan logis-matematis atau dikenal dengan istilah cerdas angka termasuk kemampuan ilmiah (scientific) yang sering disebut berpikir kritis. Ciri khas orang yang memiliki kecerdasan ini adalah mampu berpikir induktif, deduktif dan rasional.

(32)

b. Pembelajaran berbasis kecerdasan visual-spasial

Kecerdasan berbasis visual-spasial adalah kemampuan untuk memahami gambar-gambar dan bentuk termasuk kemampuan untuk menginterprestasi dimensi ruang yang tidak dapat dilihat. Orang yang memiliki kecerdasan ini cenderung berpikir dengan gambar dan sangat baik ketika belajar melalui presentasi visual.

Secara umum aktivitas pembelajaran yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan visual-spasial adalah membuat potongan kertas warna-warni, merancang brosur, membuat diagram, menyuting, menggambar, membuat simbol grafik, membuat visualisasi, pemetaan ide (ideas map), membuat diagram, memotret dan mendesain.

c. Pembelajaran berbasis kecerdasan interpersonal

Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk membaca tanda dan isyarat sosial, komuniksi verbal dan nonverbal serta mampu menyesuaikan gaya komunikasi secara tepat. Orang yang memiliki kecerdasan ini mengetahui betapa pentingnya kolaborasi dengan orang lain, memimpin ketika diperlukan serta bekerjasama dengan orang yang memiliki keterampilan komunikasi yang berbeda-beda.

Secara umum aktivitas pembelajaran yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan interpersonal adalah menerapkan model jigsaw, membuat kelompok kooperatif, membuat teamwork, berdiskusi kelompok, membuat proyek kelompok, melakukan simulasi, melakukan wawancara dan membuat keterampilan kolaboratif.

d. Pembelajaran berbasis jasmaniah-kinestetik

Kecerdasan jasmaniah dan kinestetik atau disebut cerdas jasmaniah adalah kemampuan untuk menggunakan seluruh bagian tubuh untuk menyelesaikan masalah atau membuat sesuatu. Orang yang memiliki kecerdasan ini biasa memproses informasi melalui perasaan yang dirasakan melalui aspek jasmaniah.

(33)

18

demonstrasi, bermain tebak-tebakan, bergerak dan berpindah-pindah, bermain peran dan bertukuar kunjungan (dalam kelompok kelas).

e. Pembelajaran berbasis kecerdasan eksistensial-spiritual

Kecerdasan eksistensial-spiritual adalah kemampuan unutuk menempatkan diri dalam hubunganya dengan suatu kosmos yang tak terbatas dan sangat kecil serta kapisitas untuk menerapkan diri dalam hubunganya denga fitur-fitur eksistensial dari suatu kondisi manusia dalam suatu karya seni.

Secara umum aktivitas pembelajaran yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan eksistensial-spiritual adalah menulis esai reflektif, berdiskusi tentang isu-isu, mewawancari potensi lokal, mengaitkan ilmu pengetahuan dengan agama dan membuat respon terhadap sesuatu.

Esensi teori berbasis multiple intelligences menurut Howard Gardner adalah menghargai keunikan setiap orang, berbagai variasi cara belajar, mewujudkan sejumlah model untuk menilai mereka dan cara yang tak terbatas untuk mengaktualisasikan diri di dunia ini dalam bidang tertentu untuk mendapat pengakuan (Utami, 2012). Strategi ini menekankan pada aktivitas pembelajaran yang disesuaikan dengan ragam kecerdasan yang dimiliki oleh siswa yang diharapkan dapat memotivasi semangat belajar dan rasa percaya diri pada setiap siswa.

2.4

Kemampuan Berpikir Kreatif

(34)

Menurut Krulik dan Runik, sebagaimana diungkapkan oleh Saefuddin (2012) bahwa berpikir kreatif merupakan tingkatan tertinggi seseorang dalam berpikir, yakni dimulai dari ingatan (recall), berpikir dasar (basic thinking), berpikir kritis (critical thinking) dan berpikir kreatif (creative thinking). Pengukuran kemampuan berpikir kreatif, dapat dilakukan dengan mengamati unsur-unsur sebagai berikut.

a. Kelancaran (fluency), yaitu kemampuan mengeluarkan ide atau gagasan yang benar sebanyak mungkin secara jelas. Kemampuan ini dapat diamati melalui berbagai aspek yang terdiri atas (1) menghasilkan banyak gagasan atau jawaban yang relevan; dan 2) arus pemikiran lancar.

b. Keluwesan (flexibility), yaitu kemampuan untuk mengeluarkan banyak ide atau gagasan yang beragam dan tidak monoton dengan melihat dari berbagai sudut pandang. Kemampuan ini dapat diamati melalui berbagai aspek yang terdiri atas (1) menghasilkan gagasan yang bervariasi; dan (2) mampu mengubah cara atau pendekatan.

c. Keaslian atau originalitas (originality), yaitu kemampuan untuk mengeluarkan ide atau gagasan yang unik dan tidak biasanya. Kemampuan ini dapat diamati melalui jawaban atau solusi yang dikemukakan jarang diberikan kebanyakan orang.

d. Merinci atau elaborasi (elaboration), kemampuan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi dan menambah detail dari ide atau gagasanya sehingga lebih bernilai. Kemampuan ini dapat diamati melalui berbagai aspek yang terdiri atas (1) mengembangkan, menambah dan memperkaya suatu gagasan; dan (2) memperinci detail-detail.

Berdasar pertimbangan dalam Munandar (2009), perilaku kreatif tidak hanya memerlukan kemampuan berpikir kreatif (kognitif), tetapi juga sikap kreatif (afektif). Sikap kreatif dioperasionalisasi dalam dimensi sebagai berikut:

a. Keterbukaan terhadap pengalaman baru; b. Kelenturan dalam berpikir;

(35)

20

e. Minat terhadap kegiatan kreatif

f. Kepercayaan terhadap gagasan sendiri;

g. Kemandirian dalam memberikan pertimbangan.

2.5

Tema Energi dan Kesehatan

[image:35.595.112.515.456.762.2]

Energi memegang peran penting dalam kehidupan manusia. Energi merupakan kemampuan untuk melakukan usaha (kerja) atau melakukan perubahan. Salah satu sumber energi adalah makanan. Asupan makanan yang bergizi menjadi penunjang dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Pembelajaran dilaksanakan dengan LKS IPA berbasis multiple intelligences dengan model yang bervariasi, seperti discovery learning, project based learning dan picture and picture. Selain itu, model penugasan kreatif siswa disusun berbasis masalah dan bersifat open-ended. Tema energi dan kesehatan menggabungkan dua bidang kajian IPA dengan model connected yaitu fisika dan biologi. Bidang kajian ini dijabarkan berdasarkan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Kompetensi inti dan kompetensi dasar tema energi dan kesehatan Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

1.1 Mengagumi keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan kimiawi, kehidupan dalam ekosistem, dan peranan manusia dalam lingkungan serta mewujudkannya dalam pengamalan ajaran agama yang dianutnya.

2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari.

3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,

(36)

Energi dan Perubahanya Sistem

Pencernaan Makanan

Makanan sebagai Sumber Energi Energi

Dan Kesehatan budaya, terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

pencernaan makanan dan fotosintesis.

4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

4.8 Melakukan percobaan sederhana untuk menyelidiki zat gizi yang berperan sebagai sumber energi.

(Kemendikbud, 2013) Adapun model connected pada tema energi dan kesehatan ini dapat dilihat pada Gambar 2.2.

[image:36.595.118.468.360.620.2]

(37)

22

2.6

Penelitian yang Relevan

Penelitian lain yang melandasi penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Penelitian yang dilakukan oleh Rizal dan Wasis (2012) tentang pengembangan LKS fisika berbasis kecerdasan majemuk (multiple intelligences) pada materi alat optik kelas VIII. Kesimpulannya menunjukan bahwa perangkat ini layak dengan skor validasi sebesar 87,7% dan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Respon ketertarikan siswa terhadap LKS ini sebesar 90,6%.

b. Penelitian yang dilakukan oleh Septiani (2013) tentang pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis multiple intelligences pada materi pertumbuhan dan perkembangan di SMP Negeri 1 Pengadegan, Purbalingga. Kesimpulannya adalah hasil pengembangan LKS berbasis multiple intelligences dengan aspek kelayakan isi memperoleh skor 96,87% dan kelayakan media 89,56%, artinya LKS yang dikembangkan layak untuk dijadikan bahan ajar serta mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa.

c. Penelitian yang dilakukan oleh Shanahan (2009) yang berjudul Creative Activities and Their Influence on Identification in Science: Three Studies. Kesimpulannya adalah kreativitas dengan pembelajaran IPA saling bertautan satu sama lain. Kreativitas merupakan penunjang penting dalam pembangunan konsep IPA untuk siswa sekolah dasar. Aktivitas pendorong kreativitas IPA dapat dilakukan dengan kegiatan seperti menggambar (painting), membuat pola (engineering design) dan drama (dramatic presentation).

2.7

Kerangka Berpikir

(38)

dan kreativitas yang dimiliki siswa. Skema kerangka berpikir dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Tema Energi dan Kesehatan

Pengembangan LKS IPA berbasis multiple Intelligences dengan berbasis pada lima kecerdasan dominan siswa, yaitu: kecerdasan logis-matemtis,

jasmaniah-kinestetik, visual-spasial, interpersonal dan eksistensial-spiritual Permasalahan yang ditemukan di

lapangan:

1. LKS yang digunakan dalam pembelajaran belum menunjukan keterpaduan konsep IPA.

2. Kurang adanya variasi kegiatan pembelajaran sehingga membuat siswa bosan.

3. Berorientasi pada kecerdasan logis-matematis (didominasi demonstrasi dan latihan soal). 4. Belum memaksimalkan potensi

dan kecerdasan siswa

Kurikulum 2013:

1. Pembelajaran IPA diajarkan secara integerative science.

2. Pembelajaran berorientasi pada siswa (student center) 3. Pengoptimalan potensi dan

kecerdasan siswa dalam pembelajaran

Pembelajaran IPA di SMP

Alernatif pemecahan masalah: Pembelajaran IPA yang berorientasi pada

[image:38.595.91.488.149.627.2]

kecerdasan majemuk siswa

(39)

24

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Batangan yang terletak di Jalan Raya Batangan-Jaken km 1,5 Pati. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 2 Mei – 3 Juni 2014.

3.2

Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII dan kelas VIII di SMP Negeri

1 Batangan. Pengambilan sampel untuk uji coba produk ditentukan dengan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan ahli (Sugiyono, 2010). Uji coba produk skala kecil dilaksanakan dengan memilih 10 siswa kelas VIII B, sedangkan uji pemakaian produk diterapkan pada lingkup

yang lebih besar, yaitu pada kelas VII B. Selanjutnya dilakukan uji penerapan

produk pada kelas VII A.

3.3

Langkah Penelitian

(40)
[image:40.595.103.514.118.275.2]

Gambar 3.1 Langkah Penelitian Research and Development (Sugiyono, 2010)

3.4

Prosedur Penelitian

Langkah-langkah penelitian yang dilakukan disesuaikan dengan alur kerja pada metode Research and Development (Sugiyono, 2010). Tahapan proses pengembangan dan penelitian tersebut sebagai berikut.

3.4.1 Identifikasi Potensi dan Masalah

Potensi pengembangan LKS IPA berbasis multiple intelligences ini berdasar pada tes hasil identifikasi kecerdasan siswa. Dari tes tersebut diperoleh lima kecerdasan dominan siswa, yakni kecerdasan logis-matematis, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan interpersonal, kecerdasan jasmaniah-kinestetik dan kecerdasan eksistensial-spiritual. Setelah itu dilakukan identifikasi masalah melalui observasi dan wawancara melalui observasi awal. Permasalahan yang ditemukan dalam pemanfaatan LKS ini adalah belum tereksplorasi adanya keterpaduan konsep IPA. Selain itu kegiatan pembelajaran kurang bervariasi, yakni lebih didominasi pada kegiatan discovery yang menekankan kecerdasan logis-matematis saja, seperti latihan soal dan demonstrasi. Hal ini membuat pembelajaran IPA kurang bermakna bagi siswa, sehingga kemampuan berpikir kreatif siswa kurang berkembang. Permasalahan ini dapat diatasi dengan mengembangkan LKS berbasis multiple intelligences, yakni pengembangan LKS yang berbasis pada kecerdasan majemuk siswa.

Potensi dan Masalah

Pengumpulan Data

Desain Produk

Validasi Desain

Revisi Desain Uji Coba

Produk Revisi

Produk Uji Coba

Pemakaian

Revisi Produk

(41)

26

3.4.2 Pengumpulan Data

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil identifikasi potensi dan masalah maka langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data yang berkaitan dengan pengembangan LKS IPA berbasis multiple intelligences. Hasil pada tahap pengumpulan data ini menjadi dasar untuk menentukan tahap desain produk yang dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Melakukan observasi pembelajaran dan wawancara dengan guru IPA dan siswa tentang permasalahan pelaksanaan pembelajaran IPA.

2. Melakukan analisis kurikulum 2013 dan kebutuhan bahan ajar dari silabus dan RPP yang menghendaki adanya LKS untuk mendukung pembelajaran IPA. 3. Menentukan tema pembelajaran.

4. Melakukan tes identifikasi potensi kecerdasan siswa di SMP Negeri 1 Batangan.

5. Memilih kecerdasan dominan siswa yang disesuaikan dengan tema pembelajaran.

6. Mencari informasi kegiatan maupun penugasan bagi siswa dari berbagai sumber yang disesuaikan dengan kecerdasan dan tema yang dikembangkan. 7. Mengumpulkan materi dari berbagai sumber dalam penyusunan LKS.

8. Mengumpulkan bahan penyusunan instrumen penelitian seperti RPP, silabus, instrumen evaluasi dan penilaian, angket validasi pakar, angket tanggapan siswa dan guru.

3.4.3 Kerangka Produk

Tahap ini dimulai dengan menyusun kerangka LKS, yakni menentukan kompetensi inti, kompetensi dasar, tujuan dan indikator. Selanjutnya, membuat diagram tema yang terpadu, menentukan urutan materi, kemudian menyusun LKS sesuai pedoman pengembangan bahan ajar.

(42)

dan ketapel sederhana, uji bahan makanan, menyusun diagram dan merancang presentasi kreatif. Adapun garis besar LKS sebagai berikut.

LKS 1: Energiku Mengubah Dunia

Kegiatan yang dilakukan adalah membuat kincir angin dan ketapel sederhana sebagai aplikasi konsep energi dan perubahannya.

LKS 2: Makanan Sehat Makanan Anak Cerdas

Kegiatan yang dilakukan adalah uji bahan makanan yang sebagai aplikasi konsep makanan sebagai sumber energi.

LKS 3: Sistem Pencernaan Makanan

Kegiatan yang dilakukan adalah menyusun diagram dan merancang presentasi kreatif sebagai aplikasi konsep sistem pencernaan makanan pada tubuh manusia.

3.4.4 Validasi Produk

LKS yang telah didesain divalidasi terlebih dahulu oleh validator yang berkompeten dibidangnya, yakni dosen dan guru. Komponen validasi yang dilakukan, antara lain (1) kelayakan isi, (2) kelayakan kebahasaan, dan (3) kelayakan penyajian.

3.4.5 Revisi Produk

LKS yang telah divalidasi, diperbaiki dan disempurnakan sesuai dengan saran yang diberikan oleh validator. Hal ini bertujuan agar dihasilkan produk yang baik dan layak digunakan dalam pembelajaran.

3.4.6 Uji Coba Produk Skala Kecil

Setelah revisi desain, LKS yang telah valid diujicobakan pada siswa dengan jumlah yang terbatas. Uji coba produk skala kecil ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan produk dengan menggunakan angket tanggapan siswa. Implementasi LKS dilakukan pada 10 siswa kelas VIII B di SMP Negeri 1 Batangan.

3.4.7 Revisi Produk (Skala Kecil)

(43)

28

3.4.8 Uji Coba Skala Besar

Setelah produk direvisi dan valid untuk digunakan, maka produk tersebut siap untuk diujicobakan pada skala besar. Implementasi LKS pada uji coba skala besar menggunakan angket tanggapan siswa dengan melibatkan satu kelas penuh yaitu siswa kelas VII B di SMP Negeri 1 Batangan.

3.4.9 Revisi Produk (Skala Besar)

Setelah diuji coba pada skala besar, maka LKS direvisi kembali berdasarkan angket tanggapan siswa untuk mengetahui kelemahan produk, sehingga dapat digunakan untuk penyempurnaan LKS dan siap untuk diterapkan pada pembelajaran dalam uji penerapan produk.

3.4.10 Uji Penerapan LKS Berbasis Multiple Intelligences

Uji Penerapan dilakukan untuk mengetahui keefektifan LKS yang dikembangkan dengan adanya peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran. Peningkatan ini dapat dilihat dari tes kemampuan berpikir kreatif siswa melalui pretest dan posttest serta observasi sikap kreatif. LKS IPA berbasis multiple intelligences dilakukan dengan mengimplementasikan produk yang telah direvisi dalam pembelajaran di kelas VII A. Adapun pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan LKS ini dapat dijabarkan sebagai berikut. Pertemuan 1: Pengukuran kemampuan berpikir kreatif siswa melalui pretest. Pertemuan 2: Pelaksanaan kegiatan LKS 1 yaitu membuat kincir angin dan ketapel sederhana.

Pertemuan 3: Pelaksanaan kegiatan LKS 2 yaitu menguji bahan makanan yang mengandung karbohidrat, lemak dan protein.

Pertemuan 4: Pelaksanaan kegiatan LKS 3 yaitu membuat diagram dan merancang presentasi kreatif.

Pertemuan 5: Presentasi kreatif oleh setiap kelompok.

(44)

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data penilaian LKS yang telah dikembangkan adalah sebagai berikut

3.5.1 Metode Angket

Metode angket digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan LKS yang telah dikembangkan. Hal ini bertujuan untuk memperoleh hasil penilaian kelayakan LKS untuk digunakan dalam proses pembelajaran tema energi dan kesehatan.

3.5.1.1Angket Validasi

Angket validasi digunakan untuk menganalisis kelayakan LKS oleh pakar materi dan media berupa pengembangan instrumen penilaian kelayakan isi, penyajian dan bahasa berdasarkan BSNP.

3.5.1.2 Angket Tanggapan

Angket tanggapan digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan LKS setelah divalidasi oleh pakar, baik dari segi komponen kelayakan isi, penyajian dan bahasa.

3.5.1.2.1 Angket Tanggapan Siswa

Angket ini digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS dalam pembelajaran IPA. Pengisian angket ini dilakukan pada uji coba skala kecil, uji coba skala besar dan uji penerapan.

3.5.1.2.2 Angket Tanggapan Guru

Angket tanggapan guru diberikan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa efektif LKS yang dikembangkan dalam membantu guru menyampaikan materi pada kegiatan pembelajaran IPA.

3.5.2 Lembar Observasi

(45)

30

Selain sikap kreatif, penelitian ini juga mengukur aktivitas motorik siswa selama kegiatan pembelajaran yang menggunakan LKS di kelas penerapan. Aspek yang diukur antara lain (1) persiapan alat dan bahan; (2) ketepatan melakukan kerja ilmiah; (3) ketepatan menyelesaikan tugas; dan (4) komunikasi ilmiah. 3.5.2 Metode Tes

Metode tes digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif secara kognitif dengan memberikan pretest dan posttest kepada siswa. Tes diberikan dalam bentuk uraian. Kemampun berpikir kreatif yang diukur antara lain (1) kelancaran, (2) keluwesan, (3) orisinalitas, dan (4) elaborasi. Keempat aspek tersebut menjadi dasar penyusunan kisi-kisi dan soal tes.

3.6

Metode Analisis Data

3.6.1 Analisis Soal Instrumen 3.6.1.1Uji Validitas Soal

Validitas digunakan untuk mengetahui tingkat ketepatan instrumen tes yang dipakai. Agar diperoleh data yang valid, instrumen atau alat yang digunakan untuk mengevaluasi juga harus valid. Untuk mencari validitas soal tes digunakan validitas product moment dengan angka kasar. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

  

 

 

 

2 2

2 2

Y Y

N X X

N

Y X XY N rxy

(Arikunto, 2012) Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

ΣXY : Jumlah perkalian skor item X dan Y X : Jumlah skor item X

Y : Jumlah skor item Y N : Jumlah responden

ΣX2 : Jumlah kuadrat skor item X

ΣY2 : Jumlah kuadrat skor item

(46)
[image:46.595.111.512.128.184.2]

Tabel 3.1 Hasil analisis validitas uji coba soal kelas VIII A

No Kriteria Nomor Soal Jumlah

1 Valid 3a,3b, 4a, 4b, 6, 7,8,9,10, 11, 12, 13, 16, 17, 18,19, 20, 14

18

2 Tidak Valid 1, 2, 4a, 4b,15 5

*Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12

Harga rxy atau rhitung yang diperoleh dibandingkan dengan rtabel. Soal dapat dikatakan valid jika harga rhitung > rtabel dengan taraf signifikan 5%. Berdasarkan hasil analisis uji coba soal pada kelas VIII A diperoleh bahwa terdapat 18 soal yang valid dan 5 soal yang tidak valid.

3.6.1.2Uji Reliabilitas Soal

Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil ang tetap. Reliabilitas ini digunakan untuk mengetahui keajegan dari suatu butir tes. Apabila ingin mencari reliabilitas tes bentuk uraian dapat diukur dengan rumus Alpha. Rumua Alpha sebagai berikut :

            

22

1 , 1 1 1 i i n n r  

(Arikunto, 2012) Keterangan :

11

r : reliabilitas instrumen n : jumlah butir soal

2

i

 : jumlah varians skor tiap-tiap item 2

i

: varians total

[image:46.595.208.405.622.689.2]

Hasil perhitungan reliabilitas soal selanjutnya dibandingkan dengan tabel, diperoleh rtabel dengan taraf signifikansi 5%. Jika rhitung> rtabel maka instrumen tes yang diujicobakan reliabel. Klasifikasi realibilitas dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Klasifikasi realibilitas Interval Kriteria 0.80 – 1,00 Sangat Tinggi 0,60 – 0,79 Tinggi 0,40 – 0,59 Cukup

(Arikunto, 2012)

(47)

32

sebesar 5%. Karena rhitung>rtabel, yaitu 0,839>0,374, maka soal tersebut dapat dikatakan instrumen tes yang reliabel dengan kriteria sangat tinggi. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12.

3.6.1.3Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda soal dinamakan indeks diskriminasi (D). Indeks diskriminasi ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Pada indeks diskriminasi ini tidak mengabaikan tanda negatif, berarti jika suatu soal

„‟terbalik‟‟ menunjukan kualitas testee. Untuk menghitung daya beda soal menggunakan rumus berikut:

(Arikunto, 2012)

Keterangan: : daya pembeda

: banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar : banyaknya peserta kelompok atas

: banyaknya peserta kelompok bawah

: proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Kriteria daya pembeda soal dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kriteria daya pembeda soal Interval Kriteria

0,70

1,00

Baik sekali

0,40

0,69

Baik

0,20 – 0,39 Cukup 0,00 – 0,19 Jelek

(Arikunto, 2012)

(48)

Tabel 3.4 Hasil analisis daya pembeda uji coba soal kelas VIII A

No Butir Soal Jumlah Kriteria Keterangan

1 10 1 Sangat Baik Dipakai

2 3a, 11, 20 3 Baik Dipakai

3 5a, 13 2 Baik Dibuang

4 3b, 5b, 6, 9, 12, 17, 18 7 Cukup Dipakai

5 1, 7, 8, 14, 19 5 Cukup Dibuang

6 2, 4a, 4b, 15, 16 5 Jelek Dibuang

*Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12

Hasil analisis daya pembeda dari 23 soal diperoleh 5 soal dalam kriteria kurang baik, soal dalam kriteria cukup sebanyak 12 soal, soal dalam kriteria baik sebanyak 5 soal dan soal dalam kriteria sangat baik sebanyak 1 soal.

3.6.1.4Indeks Kesukaran Soal

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Indeks kesukaran dinyatakan dengan bilangan antara 0-1. Taraf kesukaran dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(Arikunto, 2012)

Keterangan:

P : indeks kesukaran

B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul J : jumlah seluruh siswa peserta tes

[image:48.595.114.503.128.222.2]

Klasifikasi tingkat kesukaran disajikan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal Interval Kriteria 0,00 – 0,30 Sukar 0,31 – 0,70 Sedang 0,71 – 1,00 Mudah

(Arikunto, 2012)

(49)

34

Tabel 3.6 Hasil analisis tingkat kesukaran uji coba soal kelas VIII A

No Butir Soal Jumlah Kriteria Keterangan

1 3a, 5b 2 Mudah Dipakai

2 4b, 8, 13, 14, 15, 19 6 Mudah Dibuang

3 3b, 6, 9, 10, 11, 12, 18, 20 8 Sedang Dipakai

4 1, 2, 4a, 5a, 7, 16 6 Sedang Dibuang

5 17 1 Sukar Dipakai

*Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12

Hasil analisis tingkat kesukaran dari 23 soal diperoleh 8 soal dalam kriteria mudah, soal dalam kriteria sedang sebanyak 14 soal, soal dalam kriteria sukar sebanyak 1 soal.

3.6.2 Analisis Angket

3.6.1 Angket Validasi Kelayakan LKS

Kelayakan ini di nilai oleh ahli materi, ahli bahasa dan ahli penyajian. Penilaian kelayakan dilakukan melalui dua tahap. Tahap I dikatakan lolos jika semua butir dalam instrumen penilaian mendapat nilai atau respon positif.

Kriteria penilaian LKS yang dinilai dari ahli mengikuti aturan penetapan yang diadaptasi BSNP (2006) sebagai berikut.

a. Layak. LKS dinyatakan layak berdasarkan hasil penilaian dari keempat komponen penilaian, apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) Komponen kelayakan isi mempunyai rata-rata skor minimal 2,75.

2) Komponen kebahasaan, penyajian dan kegrafikan mempunyai rata-rata ≥ 2,5.

b. Layak dengan revisi. LKS dinyatakan layak dengan revisi jika komponen kelayakan bahasa, penyajian dan kegrafikan mempunyai rata-rata skor < 2,50 pada setiap komponen.

c. Tidak layak. LKS dinyatakan tidak layak jika memiliki rata-rata skor sama dengan 1 pada salah satu komponen.

3.6.2 Angket Tanggapan Siswa dan Guru

(50)

% 100 x n

f P

Keterangan: P = Persentase f = skor yang dipilih n = skor maksimal

Hasil persentase data akan dikonversikan berdasarkan kriteria pada Tabel 3.7. Tabel 3.7 Kategori kelayakan LKS

Interval Skor % Kategori

81%≤x< 100% 62%≤x< 81% 43%≤x< 62% 25%≤x<43 %

Sangat Baik Baik Kurang Baik

Tidak Baik

(Arikunto dan Jabar, 2004)

Batas minimal LKS IPA berbasis multiple intelligences dikatakan layak apabila

mendapatkan persentase nilai ≥ 62% pada kategori baik.

3.6.3 Lembar Observasi Sikap Kreatif dan Aktivitas Motorik Siswa

Penilaian sikap kreatif dan aktivitas motorik siswa dapat dianalisis dari hasil lembar observasi selama kegiatan pembelajaran pada uji penerapan produk. Hasil penilaian dapat dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan menggunakan persamaan berikut ini.

(Sudijono, 2005)

Keterangan :

P = Persentase kreatifitas siswa f = Jumlah skor yang diperoleh siswa N = Jumlah skor maksimal kreatifitas siswa

Hasil yang diperoleh disesuaikan dengan kriteria yang ditentukan. Untuk mendapatkan kriteria tersebut ditentukan dengan cara (Sudjana, 2005):

(51)

36

4) Menentukan panjang interval, yaitu: = 18,75 %

[image:51.595.190.434.205.287.2]

Untuk mengetahui kategori sikap kreatif siswa dapat dikategorikan dengan Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Kategori sikap kreatif siswa Interval skor % Kategori

81%≤x< 100% 62%≤x< 81% 43%≤x< 62% 25%≤x<43 %

Sangat kreatif Kreatif Kurang Kreatif

Tidak Kreatif

(Sudjana, 2005) Batas minimal sikap kreatif siswa apabila mendapatkan persentase nilai ≥ 62% pada kategori kreatif.

[image:51.595.189.437.407.497.2]

Untuk mengetahui kategori aktivitas motorik siswa dapat dikategorikan dengan Tabel 3.9.

Tabel 3.9 Kategori aktivitas motorik siswa Interval skor % Kategori

81%≤x< 100% 62%≤x< 81% 43%≤x< 62% 25%≤x<43 %

Sangat Aktif Aktif Kurang Aktif

Tidak Aktif

(Sudjana, 2005)

Batas minimal aktivitas motorik siswa apabila mendapatkan persentase nilai ≥

62% pada kategori aktif.

3.6.4 Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

(52)

pre pre post

S S S

g

  

0 0

100

Keterangan:

pre

S

= Skor rata-rata tes awal (%)

post

S

= Skor rata-rata tes akhir (%)

Besarnya faktor-g dikategorikan sebagai berikut: Tinggi : > 0,7 atau dinyatakan dalam persen > 70%

Sedang : 0,3 ≤ ≤0,7 atau dinyatakan dalam persen 30% ≤ ≤70%

Rendah : 0,3 atau dinyatakan dalam persen < 30%

Batas minimal LKS IPA berbasis multiple intelligences ini dapat dikatakan efektif apabila hasil belajar siswa mengalami peningkatan dengan skor rata-rata N-gain

sebesar 0,3 ≤ ≤0,7 atau dinyatakan dalam persen 30%≤ ≤70% pada kategori

sedang.

Pembelajaran dikatakan berhasil jika nilai hasil belajar siswa mencapai 65% secara individual dan pembelajaran dianggap berhasil secara klasikal jika hasil belajar siswa mencapai ≥85% (Mulyasa, 2007). Rumus yang digunakan diadaptasi dari Depdiknas (2003) dalam Septiani (2013) adalah seagai berikut:

Penerapan LKS IPA berbasis multiple intelligences dapat dikatakan efektif jika minimal 85% dari seluruh siswa mendapat nilai ≥ KKM (75).

(53)

38

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian pengembangan ini telah dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 2014 - 3 Juni 2014 di SMP Negeri 1 Batangan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik dan kelayakan pengembangan LKS IPA berbasis multiple intelligences sebagai bahan ajar IPA di SMP pada kelas VII kurikulum 2013. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui keefektifan penggunaan LKS IPA berbasis multiple intelligences pada tema energi dan kesehatan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada pembelajaran IPA. Penelitian pengembangan LKS ini dilakukan sesuai prosedur penelitian yang dimodifikasi dari model pengembangan Sugiyono (2010).

Hasil penelitian p

Gambar

Tabel 2.2 Kompetensi inti dan kompetensi dasar tema energi dan kesehatan
Gambar 2.2 Model connected tema energi dan kesehatan
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir
Gambar 3.1 Langkah Penelitian Research and Development (Sugiyono, 2010)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dapat disimpulkan bahwa LKS IPA terpadu berbasis permainan edukatif tema “ gerak tumbuhan dan faktor yang mempengaruhi ” untuk siswa SMP telah terbukti layak

Didalam LKS yang akan dikembangkan ini diambil materi suhu dan kalor dengan alasan karena pada materi suhu dan kalor hampir semua materi pokok terdapat kegiatan penyelidikan

Mengingat hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran matematika berbasis Multiple Intelligences lebih baik dalam

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kelayakan LKS berbasis domain IPA hasil pengembangan untuk meningkatkan curiosity dan keterampilan berpikir kritis siswa,

Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pembelajaran berbasis multiple intelligences terhadap peningkatan prestasi belajar mata pelajaran IPA tema 3 anak

Produk yang sudah dinyatakan layak oleh beberapa ahli materi dan media dilakukan uji coba kelayakan yang bertujuan untuk melihat kelayakan LKS Biologi berbasis multiple

Kualitas LKS IPA berbasis project based learning yang telah dikembangkan adalah Baik (B) berdasarkan penilaian ahli media, ahli materi, peer reviewer, dan guru IPA,

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengembangkan LKS IPA Terpadu model webbed berbasis pendidikan karakter dengan tema lingkungan pantai untuk siswa SMP/MTs kelas VII;