• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan

4.2.1 Karakteristik dan Pengembangan LKS IPA Berbasis Multiple

Intelligences

LKS merupakan salah satu bahan ajar yang digunakan untuk membantu siswa dalam memahami dan menemukan konsep dalam proses pembelajaran (Susilowati, 2013). Pengembangan LKS IPA berbasis multiple intelligences dilakukan berdasarkan tuntutan kurikulum dan analisis kebutuhan bahan ajar di SMP Negeri 1 Batangan yang mengharuskan pembelajaran IPA dilaksanakan secara integrated science dan berbasis pada karakteristik siswa. Namun, pada penerapannya di lapangan, LKS yang dibuat sendiri oleh guru IPA masih terpisah antara LKS IPA fisika dan LKS IPA biologi sesuai dengan latar belakang guru yang mengajar belum dapat mengoptimalkan potensi siswa.

LKS yang digunakan selama ini sudah berfungsi sebagai petunjuk dalam menemukan konsep, tetapi kegiatan pembelajaran yang disajikan dalam LKS kurang bervariasi, yaitu lebih didominasi dengan kegiatan yang mengembangkan

80,21% 83,75% 88,02% 90,10% 76% 78% 80% 82% 84% 86%

kecerdasan logis-matematis saja, seperti latihan soal dan demonstrasi. Meskipun demikian, tidak semua siswa yang memiliki kecerdasan dominan logis-matematis dapat berkembang dengan prestasi yang hebat. Hal ini dikarenakan beberapa aspek yang mempengaruhi perkembangan kecerdasannya, seperti faktor motivasi belajar, daya tangkap dan lingkungan. Selain itu, pertanyaan dan penugasan dalam LKS yang digunakan belum dapat mengeksplorasi kemampuan berpikir kreatif siswa dalam belajar. Oleh karena itu, hendaknya LKS dibuat dengan berbasis pada kecerdasan majemuk siswa. Chatib (2012) menegaskan bahwa setiap individu terlahir dalam kecerdasan yang berbeda dan memiliki karakter dasar yang unik.

Penyusunan bahan ajar hendaknya disesuaikan dengan karakteristik siswa sebagai sasaran (Depdiknas, 2008). Pengembangan LKS ini disusun berdasarkan tes identifikasi kecerdasan untuk mengetahui kecerdasan dominan siswa. Hasil tes tersebut kemudian dianalisis untuk diambil lima kecerdasan dominan siswa. Berdasar tes identifikasi kecerdasan tersebut diperoleh enam kecerdasan dengan skor tertinggi, terdiri atas (1) kecerdasan naturalis, (2) kecerdasan visual-spasial, (3) kecerdasan intrapersonal, (4) kecerdasan eksistensial-spiritual, (5) kecerdasan logis-matematis dan (6) kecerdasan jasmaniah kinestetik. Sementara itu, kecerdasan linguistik-verbal, musikal berirama dan intrapersonal memperoleh skor terendah sehingga tidak menjadi dasar pengembangan LKS ini. Namun, kecerdasan ini tetap diakomodasikan dalam LKS untuk mengembangkan kreativitas siswa melalui tugas kreatif.

Enam kecerdasan yang memiliki skor tertinggi tidak langsung dipilih, namun disesuaikan dahulu dengan karakteristik tema energi dan kesehatan. Pada tema ini mencakup konsep energi dan perubahannya, makanan sebagai sumber energi dan sistem pencernaan makanan. Meskipun kecerdasan naturalis memperoleh skor tertinggi, kecerdasan ini tidak digunakan dalam dasar pengembangan LKS. Hal ini dikarenakan karakteristik kecerdasan naturalis tidak sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Oleh karena itu, dipilih lima kcerdasan dominan siswa dalam pengembangan ini, antara lain (1) kecerdasan visual-spasial, (2) kecerdasan interpersonal, (3) kecerdasan eksistensial-spiritual, (4) kecerdasan

58

logis-matematis, dan (5) kecerdasan jasmaniah kinestetik. Hal ini sesuai dengan temuan Rizal dan Wasis (2012) menyatakan bahwa pengembangan LKS IPA berbasis multiple intelligences bertujuan agar siswa dapat menemukan dan memahami konsep materi menggunakan potensi yang dimiliki. Dalam penelitiannya dipilih empat kecerdasan majemuk yang sesuai dengan karakteristik tema optik. Pengambilan lima kecerdasan ini didasarkan pada analisis kebutuhan belajar siswa pada tema energi dan kesehatan.

LKS IPA berbasis multiple intelligences dikembangkan dengan kegiatan pembelajaran yang bervariasi dan penugasan kreatif yang dapat melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran. Desain lembar LKS dilengkapi dengan info-sains dan kesehatan serta mini kartun IPA, sehingga dapat menarik dan tidak terkesan monoton. Prastowo (2012) menegaskan bahwa penampilan fisik bahan ajar yang menarik dapat memotivasi siswa dalam mempelajarinya. LKS ini terdiri dari tiga LKS yang didalamnya telah diintegrasikan lima kecerdasan dominan. Hal inilah yang menjadi karakteristik pengembangan LKS IPA berbasis multiple intelligences.

Menurut Yaumi (2012), aktivitas pembelajaran yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan interpersonal adalah menerapkan model jigsaw, membuat kelompok kooperatif, membuat teamwork, berdiskusi kelompok, melakukan simulasi, melakukan wawancara dan membuat keterampilan kolaboratif. LKS ini mengembangkan aktivitas membuat teamwork diawal pertemuan, melakukan diskusi kelompok dalam kegiatan pembelajaran maupun tugas kreatif dan membuat keterampilan kolaboratif pada LKS 1 dan LKS 3. Kecerdasan jasmaniah-kinestetik secara umum dapat dikembangkan dengan ekspresi fisik seperti membuat proyek peraga, bermain peran, olahraga dan tebak kata. LKS ini mengembangkan aktivitas membuat proyek peraga pada LKS 1 dan melakukan presentasi kreatif yang melibatkan gerak tubuh pada LKS 3. Amstrong (2005) mengungkapkan tentang Arnold Gesell, seorang pelopor perkembangan anak, sering menekankan bahwa pikiran bermanisfestasi sendiri dalam segala sesuatu yang dilakukan tubuh.

LKS 1 dengan judul energiku mengubah dunia. Kegiatan inti pembelajaran ini adalah membuat proyek sederhana, yakni kincir angin dan ketapel sederhana sebagai aplikasi konsep energi dan perubahanya. Kegiatan proyek ini mengembangkan kecerdasan jasmaniah-kinestetik dan intrapersonal. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bas dan Beyhan (2010) tentang dampak penerapan multiple intelligences yang berbantuan model proyek dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dalam pelajaran Bahasa Inggris. Implementasi LKS 1 dilaksanakan pada pertemuan kedua. Siswa sangat antusias dalam membuat kincir angin dan ketapel sederhana. Kincir angin kemudian dibandingkan dengan sumber energi pada jam beker, senter, panas matahari dan spirtus. Hal ini bertujuan untuk membedakan sumber energi terbaharukan dan tak terbaharukan. Selanjutnya, ketapel sederhana dibuat untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi besarnya energi potensial pada benda. Evaluasi pada implementasi LKS ini adalah manajemen waktu dan kelas. Suasana kelas kurang terkontrol saat kegiatan proyek dan waktu yang digunakan melebihi alokasi waktu pembelajaran sampai 15 menit. Hal ini dikarenakan siswa sempat terlalu terlena bermain dengan kincir angin dan ketapel sehingga guru harus berkali-kali mengingatkan untuk segera mengerjakan LKS.

LKS 2 dengan judul makanan sehat makanan anak cerdas. Kegiatan inti pembelajaran ini adalah eksperimen uji makanan sederhana sebagai aplikasi konsep sumber energi pada makanan. Kegiatan eksperimen ini mengembangkan logis-matematis dan visual-spasial. Menurut Yaumi (2012), aktivitas pembelajaran yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan logis-matematis adalah berpikir kritis (chritical thinking), menggunakan pertanyaan sokrates (socratic questioning), menganalisis, membuat simbol abstrak, membuat kalkulasi, berpikir rasional (rational thinking), membandingkan, membuat urutan, eksperimen, problem solving, mengklasifikasi, membuat alasan, menulis masalah dengan angka-angka dan berpikir ilmiah (scientific ilmiah). LKS ini mengembangkan aktivitas menganalisis percobaan dan membuat kesimpulan pada setiap LKS, penugasan kreatif berbasis masalah dan eksperimen. Aktivitas pembelajaran pada kecerdasan

60

visual-spasial umumnya dapat dilakukan dengan pembelajaran konsep melalui foto, film, video, gambar, sketsa, pola, simbol dan pengamatan lingkungan sekitar. LKS ini mengembangkan aktivitas pengamatan warna pada LKS 2 dan penyusunan diagram pada LKS 3 serta pengamatan foto, gambar dan mini kartun pada penugasan kreatif.

Implementasi LKS 2 dilaksanakan pada pertemuan ketiga. Siswa sangat antusias melakukan praktikum uji karbohidrat, protein dan lemak di laboratorium IPA. Evaluasi pada implementasi LKS ini adalah manajemen kelas. Suasana kelas kurang terkontrol sehingga sering menimbulkan kegaduhan. Hal ini dikarenakan kondisi laboratorium yang kurang memenuhi standar, terutama pada pengairan dan pembuangan limbah, sehingga pembuangan harus di luar kelas. Selain itu, karena laboratorium IPA jarang digunakan, kondisi udara dalam ruangan sedikit pengap sehingga mengganggu kenyamanan belajar siswa.

LKS 3 dengan judul sistem pencernaan makanan. Kegiatan inti pembelajaran ini adalah menyusun diagram dan merancang presentasi kreatif sebagai aplikasi konsep sistem pencernaan makanan. Kegiatan proyek ini mengembangkan kecerdasan jasmaniah-kinestetik, visual-spasial dan interpersonal. Implementasi LKS 3 dilaksanakan pada pertemuan keempat dan kelima. Pada pertemuan keempat siswa menyusun diagram dan merancang presentasi kreatif tentang sistem pencernaan makanan.

Pada pertemuan kelima siswa melakukan presentasi kreatif sesuai draft yang sudah dirancang. Kelompok pertama melakukan presentasi dengan gambar diagram pada karton, kelompok kedua tampil dengan lagu sistem pencernaan makanan dengan mengadaptasi lagu soundtrack film Doraemon, kelompok ketiga tampil dengan bermain peran dengan memanfaatkan papan nama yang dikalungkan di leher, kelompok keempat tampil dengan lagu sistem pencernaan

makanan dengan mengadaptasi lagu „‟Naik-Naik Ke Puncak Gunung‟‟ dan kelompok lima tampil dengan liputan berita. Pada akhir pembelajaran, guru memberikan penghargaan untuk kelompok terkreatif. Secara umum, kegiatan pembelajaran pada pertemuan ini sudah sesuai harapan. Namun, yang perlu dievaluasi adalah manajemen waktu dan pengkondisian kelas. Waktu yang

digunakan melebihi alokasi jam pembelajaran sampai 12 menit. Suasana kelas kurang terkontrol saat siswa akan melakukan presentasi kreatif. Evaluasi pada implementasi LKS ini adalah pada pertemuan keempat tentang manajemen waktu. Siswa masih belum terbiasa presentasi di depan kelas sehingga menghabiskan banyak waktu untuk persiapan.

Sementara itu, kecerdasan eksistensial-spiritual dikembangkan melalui pencerminan nilai kehidupan dari artikel ilmiah dan pertanyaan kreatif. Menurut Yaumi (2012), aktivitas pembelajaran yang digunakan untuk mengembangkan kecerdasan eksistensial-spiritual adalah menulis esai reflektif, berdiskusi tentang isu-isu, mewawancari potensi lokal, mengaitkan ilmu pengetahuan dengan agama dan membuat respon terhadap nilai kehidupan.

Pada Pertemuan pertama dan keenam dilaksanakan pretest dan posttest untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menggunakan LKS selama pembelajaran. Tes yang diberikan berbentuk uraian yang dibuat sesuai indikator kemampuan berpikir kreatif, yaitu keterampilan berpikir lancar, keterampilan berpikir luwes, keterampilan berpikir orisinal dan keterampilan berpikir elaborasi.

Kegiatan pembelajaran yang dikembangkan merupakan penunjang dalam pembangunan konsp IPA melalui aktivitas kreatif, seperti membuat proyek sederhana, gagasan inovatif, menyusun diagram dan presentasi kreatif, sesuai dengan kecerdasan dan potensi yang dimiliki siswa. Shanahan (2009) menyatakan bahwa aktivitas pendorong kreativitas siswa dapat dilakukan dengan kegiatan painting (menggambar), membuat pola (engeneering design) dan drama (dramatic presentation).

Dokumen terkait