• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keragaan Usaha Industri Pengolahan Kayu Rakyat di Kabupaten Cianjur (Studi Kasus di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Tanggeung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keragaan Usaha Industri Pengolahan Kayu Rakyat di Kabupaten Cianjur (Studi Kasus di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Tanggeung)"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus di Kecamatan Cibinong Dan Kecamatan Tanggeung)

ANITA HAFSARI RUFAIDAH

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

(2)

Rakyat di Kabupaten Cianjur (Studi Kasus di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Tanggeung). Dibimbing oleh HARDJANTO.

Kabupaten Cianjur khususnya daerah selatan memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan sebagai industri kayu rakyat. Akan tetapi keberadaan potensi ini sedikit dilirik oleh sebagian kalangan masyarakat Cianjur. Masyarakat Cianjur lebih tertarik kepada industri agrowisata, kerajian rumah tangga dan perdagangan. Untuk mengembangkan industri kayu rakyat di daerah Cianjur perlu dilakukan suatu penelitian mengenai keragaan usaha industri pengolahan kayu rakyat di Kabupaten Cianjur, khususnya Kecamatan Cibinong dan Tanggeung yang dapat memberikan gambaran mengenai karakteristik dan keadaan industri kayu rakyat di wilayah tersebut.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 Juli sampai dengan 13 Agustus 2009 dengan objek kajian pengusaha industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer didapat melalui wawancara, kuisioner dan pengamatan dilapangan kepada 18 responden yang tersebar pada 3 desa di Kecamatan Cibinong dan 5 desa di Kecamatan Tanggeung. Sedangkan data sekunder diperoleh dari pemerintah Kabupaten Cianjur, pemerintah Kecamatan Cibinong, pemerintah Kecamatan Tanggeng dan Dinas PKT (Perhutanan dan Konservasi Tanah) Kabupaten Cianjur wilayah selatan.

Industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung tergolong kedalam industri kecil, dengan jenis industri penggergajian, mebel, kusen, palet dan industri jasa penggergajian, yang hampir seluruhnya berbentuk usaha perseorangan. Bermodal kecil bersumber dari pribadi, memiliki jumlah tenaga kerja berkisar antara 3-19 orang dan belum memiliki manajemen perusahaan yang baik. Dalam menjalankan produksinya industri kayu rakyat menggunakan bahan baku kayu jenis albasia, afrika dan mahoni dalam bentuk papan, log dan timpleng. Industri kayu rakyat tersebut memiliki kontinuitas bahan baku yang cukup baik, karena para pengusaha tidak mengalami kesulitan dalam perolehan bahan baku. Akan tetapi memiliki kontinuitas produksi yang tidak kontinu, karena industri kayu rakyat memproduksi produk sesuai dengan pesanan. Produk yang dihasilkan oleh industri tersebut adalah bahan baku palet, papan, kaso, balok, kusen pintu, perabot rumah tangga dan palet untuk dudukan keramik dan batu bata.

Produk yang dihasilkan oleh setiap industri memberikan keuntungan yang berbeda, keuntungan tersebut diketahui dengan perhitungan margin keuntungan perproduk. Produk yang memberi keuntungan besar untuk wilayah Cibinong adalah balok ukuran (8x12)cm dan palet ukuran (10x12)cm. Produk yang memberikan keuntungan besar untuk wilayah Tanggeung adalah meja makan 8 kursi, 4 kursi dan meja makan 6 kursi, papan (20x3)cm, kusen pintu jati dan dudukan keramik.

(3)

Cianjur Countie (Case Study in Cibinong and Tanggeung Sub-districts). Supervised by HARDJANTO.

Cianjur Countie, especially the southern regions have a huge enough potential to be developed as a community timber industry. However, the existence of these potential only noted by some people of Cianjur. Cianjur society is more interested in agro tourism sector, households craft and trade. To develop a community timber industry in Cianjur area is necessary to run a study in processing of community wood industry performance at Cianjur Countie, especially in Cibinong and Tanggeung Sub-districts which can give a representation of the characteristics and circumstances of the timber community industry in those regions.

This research was done on July 13 until August 13, 2009 with the object of study at the community timber industry entrepreneurs in Cibinong and Tanggeung Sub-districts. The data collected were primary and secondary data. The primary data obtained through interviews, questionnaires and field observations to the 18 respondents who scattered in 3 villages in Cibinong Sub-district and 5 villages in Tanggeung Sub-district. While secondary data obtained from governments of Cianjur District, Cibinong Sub-district, Tanggeung Sub-district, and the PKT (Forestry and Soil Conservation) Office area of southern Cianjur Countie.

Community timber industry in Cibinong and Tanggeung Sub-districts classified into small industries, with the sawmill industry, furniture, frames, pallets and industry of sawmill services, which is almost entirely in individual business. Small capital from private sources, has a number of workers about 3-19 persons and do not have good corporate management. In running its production community timber industry production using wood raw materials of albasia, africa and mahogany species in boards, logs and

timpleng forms. The community timber industry has good enough continuity of raw material, because the entrepreneurs do not have difficulty in obtaining raw materials. But it has the discontinue in production, because the community timber industry producing the product in accordance with the order. Products which produced by these industries are palette raw materials, boards, rafters, beams, door frames, furniture and pallets to holder of ceramics and bricks.

Products which produced by each industry provides different benefits, the benefits are known with profit margin per product calculations. Products that provide great benefits for Cibinong area are block size (8x12) cm and palette size (10x12) cm. Product that provides great benefits for Tanggeung area are 8 chair dining table, 4 chairs and 6 chairs dining table, board (20x3) cm, teakwood door frames and ceramic holder.

(4)

(Studi Kasus di Kecamatan Cibinong Dan Kecamatan Tanggeung)

ANITA HAFSARI RUFAIDAH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan,

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

(5)

Industri Pengolahan Kayu Rakyat di Kabupaten Cianjur (Studi Kasus di

Kecamatan Cibinong dan Tanggeung) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri

dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya

ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Oktober 2009

Anita Hafsari Rufaidah

E14050716

(6)

Nama : Anita Hafsari Rufaidah

Nrp : E14050716

       

Menyetujui: Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS NIP. 19550606 198103 1 008

Mengetahui:

Ketua Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Didik Suharjito, MS NIP. 19630401 199403 1 001

(7)

Nama : Anita Hafsari Rufaidah

Nrp : E14050716

       

Menyetujui: Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS NIP. 19550606 198103 1 008

Mengetahui: Dekan Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP. 19611126 198601 1 001

(8)

rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul:

Keragaan Usaha Industri Pengolahan Kayu Rakyat di Kabupaten Cianjur (Studi

Kasus di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Tanggeung). Penulis ingin

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua, kakak, adik dan keluarga besar KH. A. Zuhro, atas air mata,

harapan, semangat, motivasi, tenaga dan kasih sayang yang diberikan.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS selaku dosen penguji atas bimbingan, doa

dan nasehat yang selalu diberikan, selama penulis menyelesaikan skripsi.

3. Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS selaku dosen penguji dari Departemen Hasil

Hutan atas masukan yang telah diberikan.

4. Dr. Ir. Yanto Santosa DEA selaku dosen penguji dari Departemen Konservasi

Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, atas masukan yang telah diberikan.

5. Dr. Ir. Ulfah Juniarti Siregar M.Agr selaku dosen penguji dari Departemen

Silvikultur, atas masukan yang telah diberikan.

6. Dr. Ir. Bahruni, MS dan Dr. Ir. Naresworo Nugroho, MS atas masukan,

arahan dan motivasi yang selalu diberikan.

7. Bapak/Ibu Dosen Fakutas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, atas ilmu yang

telah diberikan, semoga dapat menjadi berkah dan bermanfaat untuk kita

semua.

8. Dinas Perhutanan dan Konservasi Tanah (PKT) Kabupaten Cianjur atas

segala bantuan dan bimbingannya dilapangan.

9. Pemerintah Kabupaten Cianjur terutama Pemerintah Kecamatan Tanggeung

dan Kecamatan Cibinong atas kesempatan yang telah diberikan untuk

melaksanakan penelitian.

10. Tim Administrasi dan Jaminan Mutu Pendidikan (AJMP) dan Komisi

Pendidikan Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Institut

Pertanian Bogor atas fasilitas dan pelayanan yang telah diberikan.

11. Azam Maulana atas perhatian, pegertian, motivasi dan kesabarannya sehingga

semua dapat berjalan sesuai dengan harapan.

(9)

14. Teman seperjuangan: Anne Ratnanigrum, Septi Widiyanti dan Achmad

Rafiqul Umam atas kerjasama, bantuan dan dukungannya, semoga

persahabatan kita akan tetap terjaga.

15. Keluarga besar Departemen Manajemen Hutan angkatan 42 atas

persahabatan, bantuan dan dukungannya.

Serta para pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis

haturkan banyak terimakasih. Akhir kata semoga Alloh SWT dapat membalasnya

dengan pahala yang belipat ganda di kemudian hari.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah

memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh

gelar sarjana kehutanan di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan,

Institut Pertanian Bogor (IPB).

Tulisan ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada

industri kayu rakyat, yang berada di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan

Tanggeung selama satu bulan. Penelitian ini berjudul Keragaan Usaha Industri

Pengolahan Kayu Rakyat di Kabupaten Cianjur (Studi Kasus di Kecamatan

Cibinong dan Kecamatan Tanggeung), bertujuan untuk memberikan gambaran

mengenai karakteristik industri kayu rakyat, ditinjau dari jenis dan bentuk,

permodalan, ketenagakerjaan, kontinuitas bahan baku dan kontinuitas produksi

serta margin keuntungan industri pengolahan kayu rakyat menurut sortimen dan

waktu.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna dan masih banyak

kekurangan, namun demikian hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna

sebagai bahan masukan dalam pengambilan kebijakan dan pengembangan industri

kayu rakyat. Selain itu diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang

berkepentingan dan menjadi sumbangan bagi ilmu pengetahuan tentang hutan

rakyat.

Bogor, Oktober 2009

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 29 oktober 1986

sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Asep

Sunarsa Surya Prayoga, BA dan Siti Juariah. Kakak kandung

bernama Fauziah Fitriyani Angesti dan adik kandung bernama

Angie Rahmaliasari Fajrin.

Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Cimahi dan pada tahun

yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Program Studi Mayor Manajemen

Hutan, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan dan Program Studi

Minor Komunikasi, Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,

Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi dan

kegiatan kemahasiswaan yakni sebagai bendahara Organisasi Mahasiswa Daerah

Bandung (OMDA PAMAUNG) tahun 2005-2006, sekretaris Organisasi

Mahasiswa Daerah Bandung (OMDA PAMAUNG) tahun 2006-2007, sekretaris

Kelompok Studi Media Informasi Komunikasi dan Hubungan Luar Forest

Management Student Club (FMSC) tahun 2006-2007, bendahara Suksesi Ketua

Forest Management Student Club (FMSC) tahun 2006-2007, bendahara Suksesi

Ketua Forest Management Student Club (FMSC) tahun 2008-2009, anggota

Lembaga Pemantau Pemilihan Raya Fakultas Kehutanan IPB 2008-2009, seksi

acara Seminar Hutan Tanaman Rakyat tahun 2007, asisten praktikum Mata Kuliah

Pemanenan Hutan tahun 2009 dan asisten pelatih Unit Kegiatan Mahasiswa

(UKM) Tarung Derajat Satuan Latihan IPB sampai sekarang.

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan

skripsi dengan judul Keragaan Usaha Industri Pengolahan Kayu Rakyat di

Kabupaten Cianjur (Studi Kasus di Kecamatan Cibinong Dan Kecamatan

(12)

DAFTAR ISI

1.5 Ruang Lingkup Batasan Penelitian ………. 5

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Rakyat 2.1.1 Definisi Hutan Rakyat ………. 7

2.1.2 Karakteristik Hutan Rakyat ………. 9

2.1.3 Peranan Hutan Rakyat ………. 11

2.2 Industri Kayu Rakyat 2.2.1 Pengertian Industri Kayu Rakyat ……… 12

2.2.2 Pengelompokan Industri ………. 12

2.2.3 Ekonomi Pengolahan Kayu Rakyat ……… 14

2.2.4 Manfaat Industri Kayu Rakyat ……… 19

III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ………. 20

3.2 Alat dan Objek Kajian ……… 20

3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Metode Pengambilan Contoh ……….. 20

3.3.2 Metode Pegumpulan Data ………... 21

(13)

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak dan Luas ……… 23

4.2 Sarana dan Prasarana ………... 23

4.3 Kondisi Industri Kayu Rakyat ………. 24

4.4 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat ……….. 24

V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Industri Kayu Rakyat 5.1.1 Jenis dan Bentuk Industri Kayu Rakyat ……….. 26

5.1.2 Modal dan Sumber Modal ……….. 33

5.1.3 Ketenagakerjaan dan Sistem Upah ………. 36

5.1.4 Kondisi dan Lokasi Tempat Usaha ………. 39

5.1.5 Kontinuitas Industri a. Kontinuitas Bahan Baku ………. 42

b. Kontinuitas Produksi ……….. 50

5.2 Margin Keuntungan Industri Kayu Rakyat ………. 60

VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan ……….. 64

6.2 Saran ……… 64

DAFTAR PUSTAKA ……… 65

(14)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Letak dan luas kecamatan yang dijadikan lokasi penelitian …. 23

2. Komposisi dan jumlah penduduk di Kecamatan Cibinong dan

Tanggeung ………. 24

3. Tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Cibinong dan

Tanggeung ………. 24

4. Jenis dan bentuk industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong

dan Tanggeung ……….. 26

5. Modal rata-rata industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong

dan Tanggeung ……….. 34

6. Jumlah tenaga kerja industri kayu rakyat di Kecamatan

Cibinong dan Tanggeung ……….. 37

7. Sistem upah industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan

Tanggeung ………. 38

8. Jenis bahan baku yang digunakan oleh industri kayu rakyat di

Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ………... 42

9. Bentuk bahan baku yang digunakan pada industri kayu rakyat

di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ………... 42

10. Cara pembelian dan pembayaran bahan baku industri kayu

rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ……… 49

11. Kapasitas produksi industri kayu rakyat di Kecamatan

Cibinong dan Tanggeung ……….. 51

12. Waktu produksi industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong

dan Tanggeung ……….. 52

13. Jenis produk yang dihasilkan oleh industri kayu rakyat di

Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ………... 53

14. Harga jual rata-rata bahan baku palet ……… 55

15. Harga jual rat-rata perkakas kayu bangunan ………. 56

16. Harga jual produk mebel di Kecamatan Cibinong dan

(15)

17. Harga jual produk palet di Kecamatan Cibinong dan

Tanggeung ………. 58

18. Harga jual produk kusen di Kecamatan Cibinong dan

Tanggeung ………. 58

19. Tujuan penjualan produk industri kayu rakyat di Kecamatan

Cibinong dan Tanggeung ……….. 59

20. Keuntungan produk industri kayu rakyat di Kecamatan

(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Bentuk industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan

Tanggeung ……….. 31

2. Sumber perolehan modal industri kayu rakyat di Kecamatan

Cibinong dan Tanggeung ……… 35

3. Kondisi tempat usaha industri kayu rakyat di Kecamatan

Cibinong dan Tanggeung ……… 40

4. Skema pengadaan bahan baku industri kayu rakyat ………... 45

5. Asal bahan baku kayu industri kayu rakyat di Kecamatan

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Nama dan alamat industri kayu rakyat yang berada di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ………... 69

2. Modal dan sumber modal industri kayu rakyat di Kecamatan

Cibinong dan Tanggeung ……….. 70

3. Modal rata-rata untuk setiap industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ………... 70

4. Kondisi dan lokasi tempat usaha industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ……….. 72

5. Asal bahan baku baku industri kayu rakyat yang digunakan di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung ………...

73

6. Harga beli bahan baku ………... 74

7. Harga jual produk hasil olahan ………. 75

8. Contoh perhitungan keuntungan industri penggergajian untuk

produk bahan baku palet di Kecamatan Cibinong ……… 77

9. Contoh perhitungan keuntungan industri penggergajian untuk

produk bahan baku palet di Kecamatan Tanggeung …………. 78

10. Contoh perhitungan keuntungan industri penggergajian untuk

produk balok di Kecamatan Cibinong ………... 79

11. Contoh perhitungan keuntungan industri penggergajian untuk

produk balok di Kecamatan Tanggeug ………. 80

12. Contoh perhitungan keuntungan industri penggergajian untuk

produk kaso di Kecamatan Cibinong ………... 81

13. Contoh perhitungan keuntungan industri penggergajian untuk

produk kaso di Kecamatan Tanggeug ………. 82

14. Contoh perhitungan keuntungan industri penggergajian untuk

produk papan di Kecamatan Tanggeug ………. 83

15. Contoh perhitungan keuntungan untuk produk palet di Kecamatan Pagelaran ………

(18)

16. Contoh perhitungan keuntungan untuk produk palet di

Kecamatan Tanggeung ……….. 85

17. Contoh perhitungan keuntungan untuk produk mebel ………. 86

(19)

 

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luasan hutan alam di Indonesia setiap tahun kini semakin berkurang.

Pasokan kayu dari hutan alam untuk kebutuhan industri dan masyarakat

mengalami penurunan dan tidak akan mampu lagi berfungsi sebagai pemasok

utama kebutuhan industri. Kekurangan pasokan kayu dari hutan alam di masa

depan, diharapkan berasal dari Hutan Tanaman Industri (HTI), Hutan Tanaman

Rakyat (HTR), Hutan Rakyat (HR) dan perkebunan.

Hutan rakyat sebagai salah satu alternatif pemasok kayu, memiliki potensi

yang cukup besar untuk dikembangkan, guna memenuhi kebutuhan permintaan

pasar lokal dan industri. Pengusahaan hutan rakyat, saat ini masih bersifat

tradisional, sehingga pengusahaan hutan rakyat, mencakup kegiatan: produksi,

industri, pemasaran dan kelembagaan belum dilaksanakan secara optimal. Untuk

mengoptimalkan kebutuhan pasar akan kayu rakyat, salah satu upaya yang dapat

dilakukan adalah dengan mengembangkan sektor industri kayu rakyat.

Industri merupakan salah satu sektor sasaran pembangunan. Sektor industri

dapat memberikan keuntungan yang besar bagi pembangunan. Hal ini terbukti

dari proses industrialisasi, sejak dicanangkannya program Pembangunan Lima

Tahun (PELITA) pada tahun 1969 di Indonesia, dimana produk industri

berkontribusi besar pada pembentukan angka Produk Domestik Bruto (PDB)

sebesar 20,96 persen dibandingkan dengan sektor pertanian. Selama masih ada

keinginan manusia untuk merubah industri tradisional menjadi industri moderen,

maka sektor industri akan tetap berkembang dan kontribusi industri akan terus

dapat dipertahankan hingga masa yang akan datang (Departemen Perindustrian

1982). Begitu pun juga dengan industri di sektor kehutanan, khususnya industri

kayu rakyat, diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pembangunan

ekonomi masyarakat.

Industri kayu rakyat memiliki peran penting dalam pengembangan ekonomi,

terutama pengembangan ekonomi pedesaan. Industri kayu rakyat tidak hanya

(20)

 

pekerjaan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Manfaat lain dengan adanya industri

kayu rakyat diharapkan akan meningkatkan pendapatan masyarakat.

Dalam perdagangan kayu rakyat, industri kayu rakyat memegang peran

sebagai penyerap hasil kayu rakyat, yang dihasilkan oleh petani dan sebagai

penyedia bahan baku yang dapat di konsumsi langsung oleh masyarakat.

Cianjur Selatan salah satu wilayah yang memiliki potensi cukup besar untuk

dikembangkan sebagai industri kayu rakyat. Berdasarkan data dari dinas

Perhutanan dan Konservasi Tanah (PKT) Cianjur Selatan tahun 2008, sedikitnya

terdapat 5 kecamatan yang memiliki potensi kayu rakyat terbesar yaitu Kecamatan

Cibinong, Tanggeung, Leles, Agrabinta dan Kecamatan Sukanagara. Akan tetapi

keberadaan potensi ini sedikit di lirik oleh sebagian kalangan masyarakat Cianjur.

Masyarakat Cianjur lebih tertarik kepada industri agrowisata, kerajian rumah

tangga dan perdagangan. Hal ini dapat dimengerti mengingat penyebaran

penduduk Cianjur lebih terpusat di daerah perkotaan yaitu daerah Cianjur Utara

dan Cianjur Tegah. Sementara Cianjur Selatan memiliki jumlah penduduk yang

paling sedikit. Dengan demikian pengembangan potensi ekonomi kecamatan di

wilayah selatan mengalami kendala untuk dikembangkan, antara lain karena

penduduknya masih jarang dan terpencar sehingga secara ekonomis

pengembangan industri kayu rakyat dianggap kurang menguntungkan. Terjadinya

kesenjangan penyebaran peduduk secara geografis dimungkinkan berkaitan

dengan faktor daya tarik wilayah dengan aspek ekonomi serta tempat tinggal yang

memadai (http://cianjurkab.go.id/). Industri kayu rakyat di Cianjur Selatan perlu

dikembangkan agar dapat meningkatkan perekonomian rakyat dan pendapatan

daerah.

Mengingat sangat pentingnya peran industri kayu rakyat bagi masyarakat,

maka perlu dilakukan suatu penelitian yang dapat memberikan gambaran

mengenai keadaan industri kayu rakyat di suatu daerah, agar dapat tercipta suatu

kondisi pengusahaan hutan rakyat yang berazaskan kelestarian.

1.2 Perumusan Masalah

Bedasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Rusmawan (1993) tentang

(21)

 

ke dalam industri kecil. Industri kecil ini pada umumnya memiliki ciri-ciri: (1)

Pola kegiatan yang tidak teratur baik dari segi waktu, pemodalan dan penerimaan;

(2) Kurang tersentuhnya peraturan pemerintah; (3) Modal peralatan, perlengkapan

dan pendapatan umumnya kecil; (4) Umumnya dilakukan oleh masyarakat

pedesaan yang berpendapatan rendah; (5) Tidak membutuhkan keahlian atau

keterampilan khusus; (6) Jumlah tenaga kerja yang sedikit dan umumnya berasal

dari keluarga dan (7) Tidak mengenal sistem perbankkan. Kondisi tersebut dapat

menimbulkan berbagai macam permasalahan.

Industri kayu rakyat memiliki beberapa masalah, masalah tersebut

diantaranya adalah pemodalan, bahan baku, pemasaran dan persaingan pasar.

Modal merupakan penghalang utama industri kecil khususnya industri kayu

rakyat untuk mengembangkan usaha. Modal menentukan besar kecilnya dan jenis

industri kayu rakyat yang diusahakan. Keterbatasan modal dapat berakibat pada

tersendatnya proses produksi produk dan keberlangsungan usaha, mengingat

mahalnya harga bahan baku yang harus dibeli. Industri kayu rakyat membutuhkan

modal yang sangat besar dan sayangnya masih sedikit para pengusaha yang

memanfaatkan fasilitas kredit dari bank. Dewasa ini jumlah industri kayu rakyat

yang menggunakan modal sendiri lebih banyak dibandingkan dengan modal

pinjaman, kondisi ini kurang menguntungkan bagi perkembangan industri. Masih

ada sedikitnya pengusaha kayu rakyat yang memanfaatkan fasilitas kredit dari

bank, hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan para pengusaha, dalam hal

syarat-syarat yang dibutuhkan dalam proses kredit. Modal menentukan jenis

industri yang dikembangkan contohnya industri penggergajian membutuhkan

modal lebih besar dibandingkan dengan industri mebel, karena pada industri

penggergajian membutuhkan modal besar untuk pembelian mesin gergaji, yang

harganya relatif mahal.

Permasalahan dari sisi bahan baku adalah mengenai kontinuitas sediaan

bahan baku. Bahan baku merupakan faktor penting karena dengan tidak adanya

bahan baku maka setiap perusahaan tidak dapat menjalankan produksinya.

Ketersediaan bahan baku sangat bergantung kepada volume produksi, jenis bahan

baku yang digunakan serta lokasi pembelian. Permintaan akan kayu hasil industri

(22)

 

banyak. Sementara luasan hutan rakyat masih sangat terbatas, mengingat lahan

yang digunakan untuk areal hutan adalah lahan milik, akibatnya jika tidak dikelola

secara lestari maka bahan baku pun menjadi sulit diperoleh. Kesulitan

memperoleh bahan baku dapat meningkatkan harga jual bahan baku kayu

sehingga pemilik usaha membutuhkan modal besar untuk memiliki bahan baku.

Minimya pengetahuan petani tentang informasi mengenai potensi dan kualitas

bahan baku menjadi kendala tersendiri bagi industri kayu rakyat, hal ini penting

untuk memenuhi persyaratan mutu bahan baku. Jika persyaratan mutu bahan baku

telah terpenuhi oleh suatu wilayah tertentu, berarti peluang untuk

mengembangkan industri akan sangat besar. Lokasi pembelian bahan baku yang

jauh dari lokasi industri dapat menimbulkan besarnya biaya angkut dan harga

bahan baku. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bahan baku,

membuat industri harus mematok harga jual tinggi. Faktor lain yang sangat

penting terkait dengan bahan baku adalah kegiatan produksi, kegiatan ini sangat

berpengaruh terhadap jenis sortimen dan rendemen yang dihasilkan. Untuk

menghasilkan sortimen dengan rendemen besar, agar limbah yang terbuang

sedikit, diperlukan keahlian khusus dalam pemotongan sortimen supaya dapat

menghasilkan produk berkualitas tinggi. Kendala yang dihadapi saat ini adalah

keahlian dan pemahaman yang kurang tentang ini.

Banyaknya industri rakyat yang bermunculan menimbulkan semakin

ketatnya persaingan. Persaingan tidak hanya terjadi antara sesama industri kayu

rakyat, tetapi juga dengan industri besar. Persaingan dengan industri besar

umumnya masih bisa diatasi karena biasanya berada jauh di luar kota. Persaingan

besar terjadi antara sesama industri kayu rakyat, terlebih lagi dengan banyak

munculnya pengusaha-pengusaha kayu rakyat “dadakan”. Persaingan tersebut

dalam hal pengadaan bahan baku, kualitas produk yang dihasilkan dan persaingan

dalam mencari peluang pasar.

Banyaknya masalah yang dihadapi oleh industri kayu rakyat tersebut dapat

berakibat pada berkurangnya jumlah output yang dihasilkan, dengan kata lain

(23)

 

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan

untuk:

1. Memberikan gambaran mengenai karakteristik industri kayu rakyat yang

berada di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Tanggeung.

2. Mengetahui margin keuntungan industri menurut sortimen dan waktu.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua

pihak-pihak yang terkait meliputi :

1. Instansi yang terkait dengan industri kayu rakyat dalam mengambil

kebijakan-kebijakan perekonomian industri kayu rakyat.

2. Pengusaha kayu rakyat dalam mengembangkan usahanya.

3. Investor yang ingin berinvestasi pada sektor industri kayu rakyat.

4. Bagi penulis mampu menerapkan dan mengembangkan ilmu

pengetahuan yang telah diperoleh selama ini.

5. Bagi peneliti dan pemerhati yang akan melakukan penelitian lebih lanjut

mengenai industri kayu rakyat dan hal lain yang berhubungan dengan

industri kayu rakyat.

1.5 Ruang Lingkup Batasan Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah industri kayu rakyat di wilayah Cianjur

Selatan, yaitu industri kayu rakyat meliputi: industri pengergajian, mebel, kusen,

palet dan industri jasa penggergajian yang terdapat di Kecamatan Tanggeung dan

Kecamatan Cibinong.

Penelitian ini tidak memberikan gambaran semua faktor yang

mempengaruhi industri kayu rakyat, akan tetapi hanya menggambarkan beberapa

faktor yang dianggap dominan berdasarkan landasan teori, penelitian-penelitian

yang telah dilaksanakan dan ketersediaan data. Beberapa faktor yang akan dibahas

dalam penelitian ini adalah karakteristik industri kayu rakyat meliputi: jenis dan

bentuk industri, permodalan, ketenagakerjaan, kontinuitas bahan baku industri

(24)

 

produksi (kapasitas produksi, alat produksi, waktu produksi, jumlah produk, hasil

produk, harga jual dan tujuan penjualan) dan margin keuntungan.

(25)

2.1 Hutan Rakyat

2.1.1 Definisi Hutan Rakyat

Hutan merupakan masyarakat tumbuhan yang dikuasai oleh pohon-pohon

yang mempunyai keadaan lingkugan yang berbeda dengan kedaan di luar hutan

dan membentuk suatu ekosistem. Undang-Undang Pokok kehutanan No.5 tahun

1967, membagi hutan menjadi dua yaitu hutan negara dan hutan milik. Hutan

negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani atas hak milik,

sedangkan hutan milik adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani atas

hak.

Pengertian hutan tersebut merupakan dasar bagi pendefinisian hutan rakyat

selanjutnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan

No.P.03/MENHUT-V/2004 dan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.49/Kpts-II/1997, hutan

rakyat dapat didefinisikan sebagai berikut : Menurut Peraturan Mentri Kehutanan

No.P.03/MENHUT-V/2004 lampiran satu bagian lima tentang Pedoman

Pembuatan Tanaman Hutan Rakyat Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan

Lahan, pengertian hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang

dibebani atas hak milik maupun hak lainnya dengan ketentuan luas minimum 0,25

hektar, penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan tanaman lainnya lebih dari 50

% . Sedangkan Menurut Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.49/Kpts-II/1997

tentang Pendanaan dan Usaha Hutan Rakyat, pengertian hutan rakyat adalah hutan

yang dimiliki oleh rakyat dengan luas minimal 0,25 hektar dengan penutupan

tajuk tanaman kayu-kayuan dan atau jenis lainnya lebih dari 50 % serta tanaman

sebanyak minimal 500 tanaman tiap hektar.

Pengertian hutan rakyat di atas, meskipun kuat secara hukum akan tetapi

dalam kenyataannya, pengertian tentang hutan rakyat sendiri dapat berbeda-beda,

hal ini tergantung kepada lawas yang diberikan terhadap batasan hutan rakyat.

Secara umum hutan rakyat merupakan hutan yang tumbuh diatas lahan milik.

Berhubungan dengan hal tersebut di atas Balai Informasi Pertanian (BIP) dalam

Setiawan (1995), menyebutkan bahwa hutan rakyat adalah hutan yang dimiliki

(26)

badan hukum. Kemudian ditambahkan pula bahwa hutan rakyat adalah hutan

buatan, bukan hutan alam dan berada di luar kawasan hutan negara.

Definisi lain pun mulai bermunculan, seiring dengan perkembangan hutan

rakyat selama ini. Terdapat definisi yang menyebutkan bahwa, hutan rakyat

adalah hutan-hutan yang dibangun dan dikelola oleh rakyat, hampir seluruhnya

berada di atas tanah milikatau tanah adat, meskipun ada pula yang berada di atas

tanah negara atau kawasan hutan negara. Ada beberapa macam hutan rakyat

menurut status tanahnya, diantaranya: a). Hutan milik, yakni hutan rakyat yang

dibangun di atas tanah-tanah milik. Merupakan model hutan rakyat yang paling

umum, terutama di Pulau Jawa. Luasnya bervariasi mulai dari seperempat hektar

atau kurang, sampai sedemikian luas sehingga bisa menutupi seluruh desa dan

bahkan melebihinya. b). Hutan adat atau dalam bentuk lain hutan desa adalah

hutan-hutan rakyat yang dibangun di atas tanah komunal, biasanya juga dikelola

untuk tujuan-tujuan bersama atau untuk kepentingan komunitas setempat.

c). Hutan kemasyarakatan (HKm) adalah hutan rakyat yang dibangun di atas

lahan-lahan milik negara, khususnya di atas kawasan hutan negara. Hak

pengelolaan atas bidang kawasan hutan diberikan kepada sekelompok warga

masyarakat, biasanya berbentuk kelompok tani hutan atau koperasi. Model HKm

jarang disebut sebagai hutan rakyat dan umumnya dianggap terpisah (Anonim

2009).

Dirjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Departemen Kehutanan, tidak

ketinggalan untuk mendefinisikan hutan rakyat, seperti yang tertuang dalam

Winarno (2008), pengertian hutan rakyat adalah suatu lapangan yang berada di

luar kawasan hutan negara yang bertumbuhan pohon-pohonan sedemikian rupa

sehingga secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta

lingkungan yang kepemilikannya berada pada rakyat. Secara lebih spesifik,

Winarno (2008) pun mendefinisikan pengertian hutan rakyat di luar jawa, menurut

beliau hutan rakyat adalah lahan yang dimiliki rakyat dan di luar konsesi tersebut,

dibebani hak milik atau hak lainnya, termasuk hutan produksi yang dapat

dikonversi untuk dikelola secara intensif dan didominasi oleh tanaman

(27)

Keragaman definisi hutan rakyat yang ada selama ini, tidak mempengaruhi

tujuan utama dari hutan rakyat yaitu untuk menghasilkan kayu rakyat. Hasil utama

dari hutan rakyat tersebut sering dijadikan kajian. Kayu rakyat sendiri merupakan

komoditas ekonomi yang berasal dari hutan rakyat, berupa pepohonan berkayu

yang ditanam penduduk. Kayu rakyat dibatasi pada bentuk pemanfaatan sebagai

kayu berdiri, kayu bulat dan kayu gergajian (Setiadi 2002).

2.1.2 Karakteristik Hutan Rakyat

Penelitian mengenai karakteristik hutan rakyat, dewasa ini semakin

berkembang hal ini sejalan degan kebutuhan akan konsumsi kayu yang semakin

meningkat.

Menurut Winarno (2008), secara umum terdapat beberapa karakteristik

hutan rakyat antara lain :

1) Luas lahan rata-rata yang dikuasai sempit.

2) Pada umumnya petani berlahan sempit menanam kayu-kayuan dengan

tanaman lainnya dengan pola tumpangsari, campuran agroforestry,

sedangkan petani berlahan luas yang komersil memungkinkan

pengembangan hutan rakyat dengan sistem monokultur.

3) Tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam keluarga.

4) Skala usaha kecil

5) Kontinuitas dan mutu kayu kurang terjamin.

6) Beragamnya jenis tanaman dengan daur yang tidak menentu.

7) Kayu dalam hutan rakyat tidak diposisikan sebagai andalan pendapatan

rumah tangga petani tetapi dilihat sebagai ”tabungan” yang segera

dapat dijual pada saat dibutuhkan.

8) Teknik silvikultur sederhana dan memungkinkan pengembangan

dengan biaya rendah, meskipun hasilnya kurang optimal. Namun

kontinuitas hasil dalam horizon waktu dan penyebaran resiko menjadi

pilihan petani.

9) Keputusan pemanfaatan lahan untuk hutan rakyat seringkali merupakan

(28)

10) Kayu tidak memberikan hasil cepat, bukan merupakan komoditi

konsumsi sehari-hari, membutuhkan waktu lama sehingga pendapatan

dari kayu rakyat merupakan pendapatan sampingan dalam pendapatan

rumah tangga petani.

11) Usaha hutan rakyat merupakan usaha yang tidak pernah besar tetapi

tidak pernah mati.

12) Instansi dan organisasi yang terlibat dalam pengelolaan hutan rakyat

cukup banyak tetapi tidak ada satupun yang bertanggung jawab penuh

atas kelangsungan hutan rakyat.

13) Perundangan, kebijakan, tata nilai, tata prilaku dan sebagainya belum

optimal mendukung pengembangan hutan rakyat.

Karakteristik hutan rakyat menurut Winarno merupakan karakteristik hutan

rakyat yang umum digunakan untuk mengenal hutan rakyat. Karakteristik hutan

rakyat juga dapat ditinjau dari cara pengelolaannya, hal ini dapat dilihat dari hasil

kajian yang dilakukan oleh Martin et al (2003) dalam Winarno (2008) mengenai

status perkembangan hutan rakyat di Propinsi Sumatera Selatan (Sumsel). Martin

mengungkapkan bahwa terdapat 3 (tiga) pola pengelolaan hutan rakyat yang

berkembang di Sumatera Selatan yaitu : (a) Hutan rakyat tradisional yaitu hutan

rakyat yang dikembangkan secara turun-temurun oleh beberapa kelompok

masyarakat asli di Sumatera Selatan, seperti kebun bambang dan benuaran durian

di Kabupaten Lahat, kebun duku di Kabupaten OKI, OKU, Lahat, Muara Enim

dan MUBA. Ciri utama hutan rakyat tradisional adalah menggunakan jenis

tanaman dan teknik budidaya yang diwariskan turun menurun; (b) Hutan rakyat

komersial yaitu hutan rakyat yang berkembang karena adanya komersialisasi jenis

atau termotivasi oleh gambaran keuntungan yang akan di dapat pada masa panen,

misalnya hutan rakyat jati yang tersebar di Kabupaten OKI, Musi Rawas dan

Lahat. Ciri utama hutan rakyat komersial adalah menggunakan jenis tanaman

preferensi pemilik lahan dan dengan teknik budidaya yang intensif; (c) Hutan

rakyat kemitraan merupakan pola hutan rakyat yang dikembangkan atau diinisiasi

oleh suatu badan usaha kehutanan. Masyarakat pemilik lahan hanya menyediakan

areal yang diperuntukkan untuk pembangunan hutan rakyat. Sementara

(29)

Karakteristik hutan rakyat selain dapat ditinjau dari cara pengelolaannya

juga dapat dilihat dari tipe pola tanamnya. Tipe hutan rakyat menurut Anonim

(2009) terdiri dari tiga yaitu: a) Tipe Pekarangan, sistem pengaturan tanaman

yang terang dan baik, serta biasanya berada di sekitar rumah; b) Talun,

mempunyai ukuran yang sedikit luas, penanaman pohon sedikit rapat; c) Kebun

campuran, cenderung lebih homogen dengan satu jenis tanaman pokok dan

berbagai jenis tanaman herba.

Keberagaman karakteristik tersebut dapat lebih memperkaya kemajuan

hutan rakyat. Dengan mengkaji karakter-karakter tersebut di atas, selanjutnya

karakteristik hutan rakyat dapat disimpulkan sebagai berikut:

Hutan rakyat di Jawa mempunyai karakteristik yang berbeda baik dari segi

budidaya maupun status kepemilikannya dibandingkan dengan di luar Jawa.

Budidaya dan manajemen pengelolaan hutan rakyat di Jawa relatif lebih intensif

dan lebih baik dibandingkan dengan luar Jawa. Disamping itu juga status

kepemilikan lahan dengan tata-batas yang lebih jelas serta luas lahan yang sangat

sempit dan kondisi-kondisi lain seperti pasar, informasi dan aksesibilitas yang

relatif lebih baik (Darusman & Hardjanto 2006).

2.1.3 Peranan Hutan Rakyat

Hutan rakyat dikenal juga dengan istilah “Farm Forestry”. Huran rakyat ada

yang bersifat substansi dan komersial, hal ini bergantung kepada tujuan yang

ingin dicapai. Keberadaan hutan rakyat ini adalah untuk merangsang usaha tani

kayu (Tree farming), di tengah masyarakat substansi dalam rangka meningkatkan

manfaat bagi masyarakat (Awang 2004).

Dalam meningkatkan manfaat bagi masyarakat, hutan rakyat memiliki

banyak peran. Peran tersebut sama halnya dengan peran hutan pada umumnya,

yaitu: Penyediaan lapangan kerja, sumber kayu dan hasil hutan lainnya serta

pelindung tanah dari bahaya erosi. Selanjutnya dalam Lembaga Penelitian IPB

(1986) dijelaskan pula bahwa, peran hutan rakyat bagi masyarakat adalah :

1) Meningkatkan pendapatan masyarakat

(30)

3) Meningkatkan produksi kayu bakar

4) Menyediakan bahan baku industri dan bangunan

5) Membantu mempercepat usaha rehabilitasi lahan kritis

6) Menghasilkan hasil hutan lainnya (Buah-buahan, umbi-umbian,

obat-obatan, sayuran dan pakan ternak)

2.2 Industri Kayu Rakyat

2.2.1 Pengertian Industri Kayu Rakyat

Industri merupakan suatu usaha yang melakukan kegiatan mengubah bahan

mentah menjadi barang jadi/setengah jadi atau kegiatan mengubah barang yang

kurang bernilai menjadi barang yang bernilai tinggi (Dewi 2008). Pengertian

industri tersebut, merupakan pengertian industri secara sederhana. Secara lengkap

Badan Pusat Statistik (1984), menyebutkan industri sebagai suatu unit atau

kesatuan produksi yang terletak pada suatu tempat tetentu dan melakukan

kegiatan untuk mengubah barang-barang, baik secara mekanis atau tidak, menjadi

produk baru yang sifatnya lebih dekat dengan konsumen akhir.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas, industri kayu rakyat dapat

didefinisikan sebagai suatu usaha yang melakukan kegiatan mengubah kayu

rakyat menjadi barang jadi/setengah jadi baik secara mekanis atau tidak, untuk

menjadi suatu barang yang bernilai. Salah satu jenis industri kayu rakyat yang

dapat diusahakan adalah industri penggergajian.

Penggergajian merupakan proses konversi paling primitive dibandingkan

dengan konversi lain, yaitu industri plywood. Industri Penggergajian adalah suatu

kegiatan yang merubah log kayu rakyat menjadi kayu gergajian seperti balok,

papan dan kaso (Rusnawan 1993).

2.2.2 Pengelompokan Industri

Industri di Indonesia secara umum dapat dikelompokan berdasarkan jumlah

tenaga kerja, cara pengolahan, modal dan hasil serta pemasaran produknya.

(31)

Industri menurut Badan Pusat Statistik dalam Dewi (2008). Jika dilihat dari

jumlah tenaga kerja yang aktif dapat dikelompokan menjadi empat kelompok

yakni :

1) Industri Besar

Industri besar adalah perusahaan industri yang memiliki tenaga kerja

berjumlah lebih dari 100 orang tenaga kerja.

2) Industri Sedang/Menengah

Industri sedang/menengah adalah perusahaan industri yang memiliki

tenaga kerja berjumlah antara 20-100 orang tenaga kerja.

3) Industri Kecil

Industri kecil adalah perusahaan industri yang memiliki tenaga kerja

berjumlah antara 5-19 orang tenaga kerja.

4) Industri Kerajinan

Industri kerajinan adalah perusahaan industri yang memiliki tenaga

kerja berjumlah antara 1-4 orang tenaga kerja.

Badan Pusat Statistik dalam Dewi (2008), selanjutnya menambahkan bahwa

jika dilihat dari cara pengolahannya, industri dapat dikelompokan ke dalam dua

jenis industri, yaitu industri migas dan nonmigas. Industri migas terdiri dari

industri pengilangan minyak dan gas bumi serta industri gas alam cair. Industri

nonmigas teridiri dari :

1) Industri makanan, minuman dan tembakau

2) Industri tekstil, barang kulit dan alas kaki

3) Industri kayu dan hasil hutan lainnya

4) Industri kertas dan barang cetakan

5) Industri pupuk, kimia dan karet

6) Industri semen dan barang galian bukan logam

7) Industri logam dasar besi dan baja

8) Indutri alat angkutan, mesin dan peralatan

Industri berdasarkan modal dan hasil yang dimiliki, menurut

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pasal

(32)

1) Usaha Mikro

a. Memiliki kekayaan paling banyak Rp.50.000.000,- tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000,-.

2) Usaha Kecil

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.50.000.000-Rp.500.000.000,

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari

Rp.300.000.000-Rp.2.500.000.000.

3) Usaha Menengah

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari

Rp.500.000.000-Rp.10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari

Rp.2.500.000.000-Rp.50.000.000.000.

Berdasarkan pemasaran produk, industri terdiri dari (Departemen

Perindustrian 1982) :

1) Industri penghasil produk bagi industri menengah dan besar

2) Industri penghasil barang-barang jadi untuk pasaran umum

3) Industri yang membuat barang-barang bercitra seni, umumnya di

lingkungan pariwisata

4) Industri pedesaan yang memberi jasa dan membuat barang untuk pasaran

terbatas di wilayah pedesaan

2.2.3 Ekonomi Pengolahan Kayu Rakyat

Industri kayu rakyat memegang peran penting dalam kegiatan perdagangan

kayu rakyat. Hal ini dikarenakan industri kayu rakyat berfungsi sebagai pembeli

kayu rakyat pada tingkat kedua dan juga sebagai penyedian bahan baku kayu

rakyat atau bahan jadi yang dapat langsung dikonsumsi oleh konsumen

(Rusmawan 1993).

Kemajuan di bidang industri secara global menyebabkan peningkatan

industri kayu rakyat. Permintaan akan produk kayu rakyat dari hari-kehari kian

(33)

tinggi sehingga dapat memberikan kepuasan kepada konsumen (Sudarsono 1995).

Adanya permintaan tesebut diiringi dengan adanya suatu penawaran. Penawaran

dan permintaan akan produk kayu rakyat dapat membentuk harga produk kayu

rakyat, yang selanjutnya dapat menciptakan pasar.

Menurut Hardjanto (2003), permintaan industri kayu rakyat dapat berasal

dari pasar lokal, industri menengah dan industri besar.

Permintaan pasar akan kayu rakyat bagi industri, dapat digunakan sebagai

acuan dalam merencanakan produksi atau penyediaan barang. Dalam perencanaan

tersebut, seorang pengusaha harus dapat memprediksikan biaya-biaya yang

dibutuhkan, untuk memenuhi permintaan konsumen agar dapat memperoleh

keuntungan yang maksimal (Sudarsono 1995). Permintaan pasar ini dipengaruhi

oleh struktur pasar yang berlaku. Untuk dapat memaksimalkan keuntungan, maka

perlu diketahui struktur pasar dalam pembentukan harga, komponen-komponen

biaya dan pendapatan, serta marginal keuntungan. Penjelasan mengenai

komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut :

1) Definisi Pasar dan Harga

Pasar adalah kelompok individual (perorangan maupun organisasi) yang

memiliki permintaan terhadap barang tertentu, berdaya beli dan berniat

merealisasikan pembelian tersebut (Budiarto 1993).

Menurut Hanafiah dan Saefudin dalam Setiadi (2002), secara umum pasar

dapat dikatakan sebagai tempat pertemuan antara penjual dan pembeli. Pengertian

ini mengandung arti bahwa yang dimaksudkan dengan pasar disini adalah suatu

tempat atau daerah yang didalamnya terdapat kekuatan-kekuatan permintaan dan

penawaran yang saling bertemu untuk menentukan suatu harga. Akan tetapi jika

ditinjau dari segi barang, maka pasar merupakan “tempat” bertemunya permintaan

dan penawaran. Pemberian tanda petik pada kata tempat dimaksudkan untuk

menghilangkan penafsiran konsep pasar secara fisik, sebab yang terpenting bagi

teori ekonomi mikro dan bahkan manfaat ekonomi pada umumnya adalah

interaksi antara permintaan dan penawaran barang tersebut. Pasar disini

merupakan kompenen perilaku individu-individu yang membutuhkan barang dan

(34)

Sedangkan menurut Nurrochmat (2008), pasar merupakan pembeli dan

pembeli potensial, yakni orang atau sekelompok orang yang memiliki, keinginan,

kemampuan, kewenangan, dan kemauan untuk membeli barang atau jasa tertentu.

Pasar memiliki kekuatan untuk menciptakan harga. Harga suatu barang

dalam pasar adalah nilai pasar (nilai tukar) dari barang tersebut yang dinyatakan

dalam jumlah uang. Melalui harga, para konsumen menunjukan jenis, mutu

barang, jumlah barang yang mereka kehendaki dan bersedia membayarnya degan

memperhatikan jasa yang diterima. Produsen maupun perantara memberi

perhatian pada harga, bukan karena harga menentukan volume penjualan dan

marge saja, tetapi juga karena harga menentukan pengeluaran usahanya (Setiadi

2002). Harga merupakan pertukaran atas manfaat produk (baik bagi konsumen

maupun produsen) yang umumnya dinyatakan dalam satuan moneter. Harga

terbentuk dari kompetensi produk untuk memenuhi tujuan dua pihak produsen dan

konsumen. Produsen memandang harga adalah sebagai nilai barang yang mampu

memberikan manfaat keuntungan di atas biaya produksinya. Konsumen

memandang harga sebagai nilai barang yang mampu memberikan manfaat atas

pemenuhan kebutuhannya dan keinginannya (misal hemat, prestis, syarat

pembayaran) (Budiarto 1993).

Menurut Kotler dalam Setiadi (2002), Harga adalah satu-satunya unsur

dalam bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan penjualan. Dapat juga

dikatakan bahwa harga adalah jumlah uang yang harus dibayar pelanggan untuk

memperoleh pelanggan yang diinginkan.

2) Struktur Pasar

Struktur pasar didefinisikan sebagai karakteristik organisasi suatu pasar

yang menentukan hubungan saling keterkaitan antara penjual satu sama lain,

hubungan antara pembeli dengan penjual, serta hubungan antara penjual di pasar

dengan penjual potensial yang akan masuk pasar (Hasyim 1994).

Struktur pasar pun memiliki pengertian penggolongan produsen kepada

beberapa bentuk pasar berdasarkan pada ciri-ciri seperti jenis produk yang

dihasilkan, banyaknya perusahaan dalam industri, mudah tidaknya keluar atau

masuk ke dalam industri dan peranan iklan dalam kegiatan industri (Anonim

(35)

size of the buyers and sellers of the product (banyak atau tidaknya penjual dan

pembeli suatu produk), the type of product bought and sold (homogeneous,

differentiated) (jenis produk yang diperjualbelikan), the degree of mobility of

resources (firms and input can enter or exit the market) (tingkat mobilitas sumber,

akses keluar masuk pasar), the degree of knowledge that economic agents have

prices and cost (tingkat pengetahuan agen ekonomi terhadap harga dan biaya),

demand and supply conditions (kondisi permintaan dan penawaran) (Peterus

2008).

Struktur pasar dapat dikaji lebih lanjut dengan cara memahami jenis struktur

pasar yang ada dilapangan. Secara umum struktur pasar dibagi menjadi dua yaitu

pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna. Pasar

persaingan tidak sempurna meliputi: pasar monopoli, pasar monopsoni, pasar

monopolistik dan pasar oligopoli (Hasyim 1994). Jenis-jenis pasar tersebut

memiliki ciri yang berbeda, seperti yang dijelaskan dala uraian di bawah ini.

Pasar persaingan sempurna memiliki ciri: Pembeli dan penjual banyak

(Pembeli dan penjual tidak dapat menentukan harga), bebas keluar masuk bagi

pengusaha, pengetahuan pembeli dan penjual mengenai pasar relatif sempurna

(Putong 2003).

Pasar persaingan tidak sempurna memiliki banyak ciri-ciri yang berbeda

tergantung jenis pasarnya. Pasar monopoli memiliki ciri: perusahaan memiliki

sumber daya ekslusif (lain dari yang lain), terdiri dari satu penjual, adanya skala

ekonomis, kebijakan pemerintah haya memperbolehkan monopoli pada

barang-barang yang menguntungkan pemerintah. Pasar monopolistik memiliki ciri:

terdapat banyak penjual dipasar, barang yang diproduksi dan diperjualkan berbeda

corak, perusahaan tidak memiliki kekuatan penuh untuk menentukan harga,

mudah keluar masuk pasar, kegiatan promosi merupakan salah satu penentu

keberhasilan usaha. Pasar oligopoli merupakan pasar yang terdiri atas beberapa

penjual, dalam pasar ini biasanya terdapat dua kondisi usaha, yaitu adanya

perbedaan penetapan harga dan jumlah produksi dari masing-masing perusahaan

dapat berupa kesepakatan dan tanpa kesepakatan (Putong 2003).

(36)

3) Biaya

Biaya dalam pengertian ekonomi adalah suatu beban yang harus ditanggung

untuk menyediakan barang agar siap digunakan oleh konsumen. Teori mengenai

biaya dibagi menjadi dua, yaitu biaya tradisional dan biaya kontemporer. Biaya

tradisonal menganalisis biaya dalam kerangka waktu yang berbeda, yaitu waktu

jangka panjang dan jangka pendek (Sudarsono 1995).

Biaya menurut waktu jangka pendek dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap

dan biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost = FC) adalah biaya yang jumlahnya

tidak tergantung atas besar kecilnya kuantitas produksi yang dilaksanakan, bahkan

jika produksi tidak berjalan biaya ini harus tetap dibayar dalam jumlah yang sama.

Biaya variabel (variable cost = VC) adalah biaya yang berubah-ubah sesuai

dengan perubahan kuantitas produk yng dihasilkan. Semakin besar kuantitas

produk, maka biaya variabel akan semakin besar, yaitu akan banyak membeli

bahan baku dan menambah besar biaya eksploitasinya (Sudarsono 1995).

Biaya total (total cost = TC) merupakan segala biaya yaitu biaya tetap dan

variabel yang harus dikeluarkan dalam rangka operasional perusahaan, jadi TC =

FC + VC. Biaya tetap rata-rata (average fixed cost = AFC), yaitu rata-rata biaya

tetap sehubungan dengan produksi per unit barang oleh perusahaan. Makin besar

produksinya, maka makin kecil AFC-nya. Jadi AFC = FC/Q. Biaya variabel

rata-rata (average variable cost = AVC), yaitu rata-rata biaya berubah sehubungan

dengan hasil produksi dari faktor produksi yang digunakan. Jadi AVC = VC/Q.

Biaya rata-rata (average cost = AC), yaitu rata-rata biaya total yang dikeluarkan

baik yang bersifat tetap atau berubah (AC = AFC + AVC). Marginal cost (MC),

merupakan tambahan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sebagai akibat dari

bertambahnya faktor produksi dan dalam rangka untuk menambah unit produksi

(MC = ∆TC/∆Q) (Putong 2003).

4) Pendapatan

Pendapatan adalah penerimaan total dari penjualan hasil produksi sebelum

dikurangi dengan biaya produksi. Besarnya pendapatan yang diperoleh dari suatu

proses produksi tergantung pada dua hal yaitu jumlah barang yng dihasilkan dan

harga satuan barang yang di produksi (Indrawati 2009). Hal tersebut berbeda

(37)

menurut mereka, pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan semua

biaya, dengan kata lain pendapatan meliputi pendapatan kotor atau penerimaan

total dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor/penerimaan total adalah nilai

produksi komoditi pertanian secara keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi

Menurut Sumarta dalam Indrawati (2009), besarnya pendapatan dari

pengusahaan hutan rakyat, belum merupakan indikator bagi besarnya keuntungan

yang diperoleh karena masih tergantung kepada besar kecilnya ongkos produksi

yang dikeluarkan. Besarnya keuntungan pendapatan tergantung kepada faktor

lokasi (ekonomi), kesuburan tanah, cara pembinaan, jenis tanaman dan harga hasil

produk.

5) Keuntungan

Secara teori keuntungan maksimum merupakan selisih antara penerimaan

total (total revenue/TR) dengan biaya total (total cost/TC), yang terbesar.

Keuntungan ini dapat tercapai pada saat biaya marginal sama dengan pendapatan

marginal (Bilas 1984).

Menurut Kardiah dalan Indrawati (2009), pada perhitungan keuntungan,

arus pendapatan dan biaya yang akan datang sebuah proyek perlu dirumuskan

dengan menggunakan suatu ukuran yang sama, yaitu dengan cara

mendiskontokannya dengan suku bunga.

2.2.4 Manfaat Industri Kayu Rakyat

Pembangunan industri kayu rakyat merupakan syarat mutlak, untuk

meningkatkan nilai kayu rakyat, terutama log. Menurut Tandiono (1982) dalam

Rusmawan (1993), kegiatan industri kayu rakyat memberikan manfaat yang

sangat berarti diantaranya :

1) Meningkatkan penerimaan daerah dan devisa Negara.

2) Meningkatkan nilai tambah bahan baku log.

3) Meningkatkan pendapatan masyarakat.

(38)

 

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada tanggal 13 Juli

sampai dengan 13 Agustus 2009, dengan daerah penelitian di Kabupaten Cianjur

tepatnya di Kecamatan Tanggeung dan Kecamatan Cibinong.

3.2 Alat dan Objek Kajian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, alat tulis,

kamera, tape recorder, komputer, alat hitung dan softwaremicrosoft excel.

Penelitian dilakukan terhadap industri kayu rakyat meliputi industi mebel,

penggergajian, palet, kusen dan industri jasa penggergajian, yang terdapat

disepanjang jalur pemasaran kayu rakyat di daerah Cianjur Selatan khususnya

Kecamatan Tanggeung dan Kecamatan Cibinong.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Metode Pengambilan Contoh

Pengambilan contoh dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap pengambilan

contoh lokasi dan tahap pengambilan contoh responden.

Pengambilan contoh lokasi dilakukan secara purposive sampling yaitu

memilih daerah yang dinilai sesuai dengan kasus yang diteliti. Untuk Kecamatan

Tanggeung dari 12 desa yang ada, diambil 5 desa, yaitu Desa Sirnajaya,

Kertajaya, Bojongpetir, Margaluyu dan Desa Tanggeung. Sedangkan untuk

wilayah Kecamatan Cibinong, dari 13 desa, diambil 3 desa, yaitu Desa

Cikangkareng, Desa Pamoyanan dan Desa Sukamekar. Industri kayu rakyat yang

dipilih adalah industri yang memiliki kriteria : letak dekat dari pasar, letak dekat

dengan sumber bahan baku, ketersediaan fasilitas industri dan pengangkutan

lengkap, memiliki tenaga kerja yang cukup, kontinuitas produk stabil, memiliki

pangsa pasar luas dan volume industri besar.

Pengambilan contoh responden dilakukan secara menyeluruh pada semua

responden di lokasi yang telah ditentukan. Responden adalah para pemilik

(39)

 

dengan jumlah responden yang diambil adalah seluruh industri kayu rakyat yang

terdapat dilokasi penelitian.

3.3.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder.

1) Data Primer

Data primer diperoleh dengan cara mengadakan wawancara terhadap

responden terpilih, pengamatan dan pengukuran langsung dilapangan. Data-data

yang termasuk ke dalam data primer, meliputi :

a. Jenis dan bentuk industri kayu rakyat.

b. Banyaknya kayu yang di beli oleh industri kayu rakyat, baik dari pedagang

pengumpul maupun dari petani.

c. Jenis, bentuk dan lokasi industri kayu rakyat

d. Harga beli, cara pembelian dan cara pembayaran kayu oleh industri kayu

rakyat.

e. Jenis, bentuk, ukuran dan jumlah kayu yang dijual oleh industri kayu

rakyat serta tujuanya.

f. Harga jual, cara penjualan dan cara pembayaran yang diterima oleh

industri kayu rakyat.

2) Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari instansi terkait, internet dan studi literatur.

Instansi terkait dalam hal ini adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur,

Pemerintah Daerah Kecamatan Tanggeung dan Cibinong serta Dinas Perhutanan

dan Konservasi Tanah (PKT) Kabupaten Cianjur wilayah selatan. Data yang

diperlukan, yaitu :

a. Letak dan keadaan umum lokasi penelitian

b. Data sosial ekonomi wilayah penelitian.

c. Data statistik industri kayu rakyat

(40)

 

3.3.3 Metode Pengolahan dan Analisis

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif

1) Analisis Kualitatif

Analisis ini digunakan untuk menjelaskan data-data yang tidak dapat

dihitung, yakni data karakteristik industri kayu rakyat seperti: Jenis dan bentuk

usaha, jenis dan bentuk produk, lokasi, cara pembeliaan, cara pembayaran, tujuan

penjualan kayu, dan karakteristik industri lainnya yang tidak dapat dinyatakan

dalam angka. Penjabaran data dilakukan secara deskriftif.

2) Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui margin keuntungan

industri kayu rakyat. Margin keuntungan industri ini dapat diperoleh dengan

menggunakan rumus sebagai berikut (Astana 2005):

Dimana :

: Margin Keuntungan (Rp/m3)

: Harga penjualan kayu hasil olahan (Rp/m3)

(41)

 

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak dan Luas

Kecamatan Cibinong dan Tanggeung, merupakan salah satu kecamatan di

Kabupaten Cianjur bagian selatan. Letak dan luas kedua kecamatan tersebut dapat

di lihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Letak dan luas kecamatan yang dijadikan lokasi penelitian

No Kecamatan Luas Ketinggian Jarak Pusat Pemerintahan (km)

(km2) mdpl 1 2 3

1 Cibinong 225.33 800 36 92 154

2 Tanggeung 114.15 1,200 11 84 146

Sumber : Data monografi kecamatan 2008 dan (http://cianjurkab.go.id/)

Keterangan :

1 : Jarak dari desa/kelurahan terjauh ke kecamatan

2 : Jarak kecamatan dari ibu kota kabupaten

3 : Jarak kecamatan dari ibu kota provinsi

4.2 Sarana dan Prasarana

Kecamatan lokasi penelitian dihubungkan dengan jalan darat. Jalan ini

mempunyai arti penting bagi kelancaran perekonomian dan komunikasi

masyarakat. Sarana jalan darat yang terdapat di lokasi penelitian ini adalah jalan

provinsi, jalan kabupaten dan jalan desa.

Kondisi jalan yang ada pada setiap kecamatan berbeda. Kondisi jalan di

Kecamatan Tanggeung sudah cukup memadai bagi pemasaran produk industri

kayu rakyat. Sedangkan kondisi jalan di Kecamatan Cibinong masih kurang

memadai bagi pemasaran produk industri kayu rakyat.

Sarana angkut yang biasa digunakan untuk pengangkutan bahan baku dan

produk industri kayu rakyat adalah truk. Dengan kapasitas muat 10 m3 untuk

(42)

 

4.3 Kodisi Industri Kayu Rakyat

Jenis industri kayu rakyat yang berada di Kecamatan Tanggeung dan

Kecamatan Cibinong pada umumnya adalah industri kecil dan menengah yaitu

industri penggergajian, mebel, palet dan industri bahan bangunan. Hingga saat ini

industri kayu rakyat yang berada di Kecamatan Tanggeung dan Kecamatan

Cibinong masih dalam tahap pengembangan dan untuk data statistik mengenai

industri kayu rakyat masih belum tercatat secara rapih. Pendataan mengenai

industri kayu rakyat ini diagendakan akhir tahun 2009.

4.4 Kondisi Sosial Ekonomi

Komposisi dan jumlah penduduk yang berada di lokasi penelitian, dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Komposisi dan jumlah penduduk di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung

Komposisi Jumlah penduduk (kk/orang)

Kecamatan Cibinong Kecamatan Tanggeung

Kepala Keluarga 19,012 13,909

Perempuan 30,049 24,164

Laki-Laki 31.161 13,911

Jumlah Penduduk 61.210 38,075

Sumber : Data monografi kecamatan 2008 dan (http://cianjurkab.go.id/)

Tingkat pendidikan penduduk yang berada di lokasi penelitian, dapat dilihat

pada Tabel 3.

Tabel 3 Tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung

Tingkat Pendidikan Jumlah (orang)

Kecamatan Cibinong Kecamatan Tanggeung

Tamatan :

Perguruan Tinggi 524 215

Akademisi/sederajat - 517

SLTA 2,610 793

SLTP 6,071 1332

SD 17,736 2115

Tidak Tamat SD 1,082 111

Tidak Sekolah - 121

(43)

 

Jika dilihat dari komposisi penduduk, jumlah perempuan lebih banyak

dibandingkan dengan laki-laki. Tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan

Tanggeung dan Kecamatan Cibinong masih tergolong cukup rendah, hal ini dapat

di lihat pada Tabel 3. Sebagian besar penduduk adalah tamatan sekolah dasar

(SD). Dengan tingkat pendidikan rendah, peluang penduduk yang menganggur

akan lebih besar, maka perlu diciptakan lapangan pekerjaan yang dapat

menampung masyarakat tanpa meperhatikan keahlian khusus. Dengan adanya

industri kayu rakyat maka akan membantu masyarakat dalam penyediaan

lapangan pekerjaan.

Sebagian besar penduduk di Kecamatan Tanggeung dan Kecamatan

Cibinong bermatapencaharian sebagai petani dan sisanya adalah pegawai negeri

sipil (PNS), pedagang, pengrajin, buruh dan swasta. Pertanian memegang peranan

yang penting dalam perekonomian masyarakat setempat, karena iklim dan tanah

yang sangat mendukung untuk pertanian. Pertanian di Kecamatan Tanggeung dan

Kecamatan Cibinong dibagi kedalam dua jenis berdasarkan lahan yaitu pertanian

lahan darat dan lahan basah. Pada pertanian lahan basah komoditi yang ditanam

adalah padi, kacang tanah dan kacang kedelai. Sedangkan pada pertanian lahan

kering komoditi yang ditanam adalah jagung, ketela pohon, ketela rambat,

(44)

5.1 Karakteristik Industri Kayu Rakyat 5.1.1 Jenis Dan Bentuk Industri

Jenis dan bentuk industri kayu rakyat dapat dipengaruhi oleh jenis produk

yang dihasilkan, modal, kepemilikan dan perizinan. Berdasarkan survei industri

kayu rakyat yang dilakukan di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Tanggeung,

dapat diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.

Tabel 4 Jenis dan bentuk industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung

No Kecamatan Nama Industri Jenis Industri Bentuk Industri

1

Cibinong

Apih Sadili Penggergajian Perseorangan

2 Sawargi Penggergajian Perseorangan

3 Sumber Karya Abadi Penggergajian Perseroan Terbatas

4 Tunggal Maju Mebel Perseorangan

5 Ukim Penggergajian Perseorangan

6 Sinar Mulya Jasa Penggergajian Perseorangan

7

Tanggeung

Mahoni Jaya Abadi Penggergajian Persekutuan Komanditer

8 H. Faridnudin Penggergajian Perseorangan

9 Tiga Berlian Penggergajian Persekutuan Komanditer

10 Saprudin Mebel Perseorangan

11 Surya Mebeul Mebel Perseorangan

12 Cipta Karya Mandiri Mebel Perseroan Terbatas

13 Sukawangi Penggergajian Perseorangan

14 Mumus Kusen Perseorangan

15 Karya Palet Palet Perseorangan

16 Ikbal Jaya Jasa Penggergajian Perseorangan

17 Sumpena Kusen Perseorangan

18 Hamid Penggergajian Perseorangan

 

Berdasarkan Tabel 4, secara umum jenis industri yang berada di Kecamatan

Cibinong dan Kecamatan Tanggeung terdiri dari lima jenis industri yaitu industri

(45)

industri kusen. Kecamatan Cibinong memiliki tiga jenis industri yang

dikembangkan yaitu industri penggergajian, industri mebel dan industri jasa

penggergajian. Dimana industri penggergajian terdiri dari empat buah, industri

mebel satu buah dan industri jasa penggergajian satu buah. Industri-industri kayu

rakyat yang diperoleh tersebar di tiga desa dari tigabelas desa yang ada yakni

Desa Sukamekar, Cikangkareng dan Pamoyanan.

Sedangkan jenis industri kayu rakyat yang dikembangkan di Kecamatan

Tanggeung, terdiri dari lima jenis yaitu industri penggergajian, industri mebel,

industri palet, industri jasa penggergajian dan industri kusen. Dimana industri

penggergajian terdapat lima buah, jasa penggergajian satu buah, mebel tiga buah,

palet satu buah dan industri kusen dua buah. Industri ini tersebar di lima desa dari

dua belas desa yang ada yakni Desa Sirnajaya, Margaluyu, Bojongpetir, Kertajaya

dan Tanggeung. Penjelasan mengenai industri-industri tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Industri Penggergajian

Industri penggergajian merupakan industri yang melakukan konversi kayu

pertama dari log menjadi kayu gergajian, yang siap dikonsumsi oleh masyarakat.

Industri penggergajian ini merupakan industri yang paling banyak terdapat di

lokasi penelitian yaitu empat industri di Kecamatan Cibinong dan lima industri di

Kecamatan Tanggeung. Hal ini dikarenakan gergajian merupakan kegiatan yang

sangat sederhana, jika dibandingkan dengan mebel meskipun sebetulnya

membutuhkan modal yang sangat besar dan keahlian khusus dalam menggergaji.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perhutanan dan Konservasi Tanah

(PKT), industri penggergajian yang terdapat di Kecamatan Cibinong lebih sedikit

dibandingkan dengan di Kecamatan Tanggeung, hal ini terbukti dilapangan.

Penyebab sedikitnya industri penggergajian yang terdapat di Kecamatan Cibinong

adalah dikarenakan lokasi yang tidak strategis yaitu berada di dataran tinggi, akses

menuju lokasi cukup sulit dengan sarana jalan angkut yang kurang memadai,

sehingga menyebabkan ongkos angkut yang tinggi, padahal Kecamatan Cibinong

memiliki potensi kayu rakyat yang sangat besar jika dibandingkan dengan

Gambar

Tabel 1  Letak dan luas kecamatan yang dijadikan lokasi penelitian
Tabel  3  Tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung
Tabel 4  Jenis dan bentuk industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung
Gambar 1  Bentuk industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung.
+7

Referensi

Dokumen terkait

enteritidis dalam darah ayam Kampung pada ketiga genotipe gen TLR4 yang negatif seperti disajikan pada tabel diatas bukan berarti bahwa ayam tersebut tidak pernah terinfeksi

Paguyuban atau gemeinschaft adalah kelompok sosial yang anggota- anggotanya memiliki ikatan batin yang murni, bersifat alamiah, dan kekal2. Kelompok paguyuban

In these figures the blue points are data points, the green lines depict the edges of minimum spanning tree constructed from neighborhood graphs of data points before

Upaya represif adalah sebuah upaya yang dilakukan BNN Kabupaten Kediri pada saat penyalahgunaan narkotika sudah terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan (treatment)

penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kemampuan tanaman peneduh jalan sebagai penyerap timbal, mengetahui bagaimana respon enzim katalase terhadap konsentrasi timbal

Kontrol bahasa dilakukan oleh keluarga Karim sejak ia telah dapat memproduksi bunyi yang telah memiliki makna fonemis. Hal ini dilakukan ketika Karim melakukan kesalahan

Ritual pebale rau kattu do made adalah salah bentuk ritual dari masyarakat Sabu diaspora yang.. dilakukan untuk menunjukkan bahwa sekalipun masyarakat Sabu diaspora telah

Adapun permasalahan yang akan dibahas kali ini berkenaan dengan tinggalan arkeologis berupa sisa struktur bangunan tua di situs Kota Rebah, apakah sisa struktur