• Tidak ada hasil yang ditemukan

MUATAN KEKERASAN DALAM FILM (ANALISIS ISI FILM TED KARYA SETH MACFARLANE)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MUATAN KEKERASAN DALAM FILM (ANALISIS ISI FILM TED KARYA SETH MACFARLANE)"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

MUATAN KEKERASAN DALAM FILM (Analisis Isi Film Ted Karya Seth MacFarlane)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

DisusunOleh:

Oleh : Anggie Saputra

09220033

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobbil’alamin, Segala Puja dan Puji hanya Milik Allah SWT, dengan segenap rasa syukur akan ke-Esaan nya yang telah memberi nikmat dan anugerah yang sangat indah pada waktunya, akhirnya peneliti dapat merampungkan penulisan skripsi yang berjudul Muatan Kekerasan Dalam Film (Analisis Isi Film Ted Karya Seth MacFarlane) ini dapat terselesaikan dengan baik.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rektor Universitas Muhammadiya Malang, Bapak Drs. H. muhadjir Efendi, MAP dan seluruh pembantu rektor UMM.

2. Bapak Dr. Asep Nurjaman, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Bapak Sugeng Winarno, M.A dan Bapak M. Himawan Sutanto, M.Si selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Bapak Nasrullah, S.Sos., M.Si selaku dosen wali yang telah mendukung dan memberi pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

5. Kedua orang tuaku, Ayah dan Ibu yang senantiasa mengiringi dengan do’a, kasih sayang, dorongan, dukungan, nasehat, dan perhatian yang tidak pernah berhenti selama penulis menyelesaikan skripsi ini, dan kakak-kakak ku yang juga selalu mendukung selama ini.

(5)

7. Untuk saudara-saudaraku di Coffe Corner, Cak John, Mbak Ve, Mas Dimas, Idham Halid, Zaki, Ari, Gigi, Putri, Nindy, Fauzi, Chandra, Maman, Fadhlan, Karjo, Atika, Vita dan masih banyak lagi yang tidak bisa peniliti sebutkan satu persatu. Dan untuk teman-teman Case Pictures, Mono, Rudi, Peyek, Endrip. Terimakasih untuk dukungan dan semangat selama peneliti menyelesaikan penelitian ini.

8. Terimakasih untuk Getta, Dhania, dan Ari Cahyo yang telah membantu peniliti selama meyelesaikan penelitian ini.

9. Terimakasih untuk teman-teman satu angkatan Ilmu Komunikasi 2009

10. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Terimakasih atas semuanya yang telah mendukung ku dan mendoakan ku. penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 8 November 2014 Penyusun

(6)

DAFTAR ISI

COVER ...

LEMBAR PERSETUJUAN ...i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... iv

ABSTRAKSI ... v

KATA PENGANTAR ...vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Kegunaan Penelitian ... 5

E. Tinjauan Pustaka ... 5

E.1. Komunikasi Massa ... 5

E.2. Sifat Pesan Komunikasi ... 7

E.3. Fungsi Komunikasi Massa ... 9

E.4. Film ... 10

E.5. Jenis-jenis Film ... 11

E.6. Film sebagai Media Komunikasi Massa ... 13

E.7. Kekerasan ... 15

E.8. Kekerasan Dalam Film ... 17

F. Definisi Konseptual... 18

F.1. Kekerasan Verbal ... 18

F.2. Kekerasan Nonverbal ... 19

G. Metode Penelitian ... 19

G.1. Analisis Isi ... 19

G.2. Tipe Penelitian ... 21

G.3. Ruang Lingkup ... 21

(7)

G.5. Struktur Kategori ... 22

G.6. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ... 24

G.7. Uji Reabilitas ... 27

BAB II GAMBARAN OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Film Ted ... 29

B. Sinopsis Film Ted ... 30

C. Pemain Film Ted ... 35

D. Profil Sutradara ... 36

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Uraian Data Berdasarkan Kategori ... 37

A.1. Isi Kekerasan Verbal Dalam Film Ted ... 41

A.1.1. Kategori Kekerasan Verbal Indikasi Ucapan Menghina ... 41

A.1.2. Kategori Kekerasan Verbal Indikasi Umpatan ... 47

A.1.3. Kategori Kekerasan Verbal Indikasi Ucapan Mengancam ... 54

A.2. Isi Kekerasan Nonverbal Dalam Film Ted ... 55

A.2.1. Indikasi Kekerasan Nonverbal Fisik Yang Tidak Menggunakan Senjata atau Benda ... 56

A.2.2. Indikasi Kekerasan Nonverbal Yang Menggunakan Senjata atau Benda ... 59

B. Uji Reliabilitas ... 61

B.1. Uji Reliabilitas Peneliti dengan Koder 1 ... 63

B.1.1. Kategori Kekerasan Verbal... 63

B.1.2. Kategori Kekerasan Nonverbal ... 65

B.2. Uji Reliabilitas Peneliti dengan Koder 2 ... 67

B.2.1. Kategori Kekerasan Verbal... 67

B.2.2. Kategori Kekerasan Nonverbal ... 69

C. Diskusi Teori ... 72

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76

1. Saran Akademis ... 76

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Contoh Lembar Koding ... 25

Tabel 1.2 Contoh Distribusi Frekuensi Kategori Kekerasan Verbal ... 26

Tabel 1.3 Contoh Distribusi Frekuensi Kategori Kekerasan Nonverbal ... 26

Tabel 3.1 Distribusi Scene Sesuai Kategori dan Indikasi ... 38

Tabel 3.2 Kategori Kekerasan Verbal ... 40

Tabel 3.3 Prosentase Kategori Kekerasan Verbal... 41

Tabel 3.4 Kategori Kekerasan Nonverbal ... 54

Tabel 3.5 Prosentase Kategori Kekerasan Nonverbal ... 55

Tabel 3.6 Kategori Keseluruhan ... 61

Tabel 3.7 Koding Kekerasan Verbal Koder 1 ... 63

Tabel 3.8 Koding Kekerasan Nonverbal Koder 1 ... 65

Tabel 3.9 Koding Kekerasan Verbal Koder 2 ... 68

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Cover Film Ted ... 29 Gambar 2.2 Sutradara Film Ted ... 36 Gambar 3.1 a Scene 1 Indikasi Kekerasan Nonverbal Yang Tidak Menggunakan

Senjata atau Benda ... 56 Gambar 3.2 a Scene 12 Indikasi Kekerasan Nonverbal Yang Tidak Menggunakan

Senjata atau Benda ... 57 Gambar 3.3 a Scene 47 Indikasi Kekerasan Nonverbal Yang Tidak Menggunakan

Senjata atau Benda ... 57 Gambar 3.4 a Scene 54 Indikasi Kekerasan Nonverbal Yang Tidak Menggunakan

Senjata atau Benda ... 58 Gambar 3.5 a Scene 70 Indikasi Kekerasan Nonverbal Yang Tidak Menggunakan

Senjata atau Benda ... 58 Gambar 3.6 b Scene 47 Indikasi Kekerasan Nonverbal Yang Menggunakan

Senjata atau Benda ... 59 Gambar 3.7 b Scene 54 Indikasi Kekerasan Nonverbal Yang Menggunakan

Senjata atau Benda ... 60 Gambar 3.8 b Scene 57 Indikasi Kekerasan Nonverbal Yang Menggunakan

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Baksin, Askurifai, 2003. Membuat Film Indie Itu Gampang, Bandung: Katarsis.

Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Kamus Besra Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka.

Effendy, Heru, 2002. Mari Membuat Film; panduan menjadi sutradar edisi kedua, Yogyakarta: Panduan Pustaka Konfiden.

Eriyanto, 2011. Analisis Isi: Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu Komunikasi Dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana.

Gumiro, S, Ajidarmo, 2002. Layar Kata, Yogyakarta: Bentang Budaya.

Haryatmoko, 2007. Etika Komunikasi, Manipulasi Media, Kekerasan, dan, Pornografi, Yogyakarta: Kanisius.

Irwanto, Budi, 1999. Film, Ideologi, dan Militer; hegemoni militer dalam sinema Indonesia, Yogyakarta: Media Pressindo.

Koswara (1988: 5) dalam Adelaide Clarysa, 2008. Analisis Isi Adegan Kekerasan dalam Film Ekskul, Surabaya: Universitas Kristen Petra.

Krippendaorff, Klaus, 1991. Analisis Isi Pengantar Teori dan Metodologi, Jakarta: Rajawali Pers.

Marsana, I, Windhu, 1992. Kekuasaan dan Kekerasan menurut Johan Galtung, Yogyakarta: Kanisius.

Mas’oed, Mohtar, Dr. 1997. Kritik Sosial Dalam Wacana Pembangunan, Yogyakarta: Pustaka

M. Bayu Widagdo dan Wianstwan Gora S, 2004. Bikin Sendiri Film Kamu, Yogyakarta: PD. Anindya.

McQuail, Denis, 2011. Teori Komunikasi Massa Buku 1 edisi 6, Jakarta: Salemba Humanika. Nurudin, 2007. Pengantar Komunikasi Massa, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Rakhmat, Jallaludin, 1994. Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya. Santoso, Thomas, 2002. Teori- teori Kekerasan, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sianturi, SR, 1985. Tindak Pidana KUHP dan Lainnya, Jakarta: PT HM Alumni. Winarni, 2003, Komunikasi Massa suatu pengantar, Malang: UMM Press.

Sumber non Buku:

http://mbot.wordpress.com/2012/09/25/review-ted/ diakses pada tanggal 13 september 2014, pukul 10.21 WIB

(11)

http://www.tempo.co/read/news/2012/09/19/111430538/TED-Boneka-Mandiri-yang-Kasar diakses pada tanggal 19 september, pukul 12.52 WIB

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan teknologi yang semakin cepat membuat semua hal lebih mudah.

Salah satu nya perkembangan media massa baik elektronik, media cetak, maupun

internet. Memudahkan masyarakat untuk mengetahui informasi lebih cepat. dan juga

memudahkan masyarakat untuk berkomunikasi dengan lebih mudah. Dalam bentuk

sederhana komunikasi adalah pengiriman pesan dari sumber ke penerima. Menurut

Dr. Phil. Astris S. Susanto dalam bukunya Komunikasi Massa (1982), komunikasi (=

communication) merupakan suatu kegiatan yang menjadi suatu ide menjadi milik

bersama. Segi mempengaruhi dan memperoleh dukungan terhadap gagasan/ide yang

disarankan selalu ada.

Komunikasi massa (mass communication) merupakan proses menciptakan

kesamaan arti antara media massa dengan khalayak mereka. Komunikasi massa

diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang

tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik, sehingga pesan

yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat (Rakhmat, 1994: 189).

Film sebagai suatu media komunikasi, merupakan suatu kombinasi antara

usaha penyampaian pesan melalui gambar yang bergerak, pemanfaatan teknologi

kamera, warna dan suara. Unsur-unsur tersebut dilatarbelakangi oleh suatu cerita

(13)

2 khalayak film. Mengkaji dunia perfilman dari kacamata disiplin komunikasi adalah

usaha untuk melihat film dalam potensinya untuk dijadikan media komunikasi yang

efektif karena kemampuannya memadukan setidaknya dua teknologi media sekaligus,

yaitu pandang dan dengar (audio & visual).

Film merupakan fenomena sosial, psikologis dan estetika yang kompleks yaitu

dokumen yang terdiri dari cerita dan gambar yang diiringi kata-kata dan musik. Film

sebagai media komunikasi merupakan suatu kombinasi antar usaha penyampaian

pesan verbal dan non verbal melalui gambar yang bergerak dengan pemanfaatan

teknologi kamera, warna dan suara. Dalam perkembangannya, film juga berperan

sebagai sarana hiburan yang menawarkan impian kepada penonton ke dalam kejadian

dan peristiwa yang terjadi, kerena selama menonton film, penonton di letakkan pada

pusat segala kejadian dan peristiwa yang di suguhkan seolah-olah khalayak penonton

ikut merasakan dan menjadi bagian di dalamnya.

Perkembangan film di Indonesia maju pesat sekitar tahun 80-an dengan genre

film yang beragam, mulai dari film komedi, horor maupun drama. Setelah itu

perfilman Indonesia sempat mengalami mati suri, karena kurangnya film yang ada di

bioskop Indonesia. Setelah itu muncul beberapa film yang bisa dikatakan sebagai

pembangkit semangat sineas film kita untuk membuat film lagi, seperti film Ada Apa

Dengan Cinta karya Mira Lesmana dan Riri Riza, dan film-film lainnya yang menjadi

(14)

3 Di Eropa untuk pertama kalinya film diputar dalam teater Vaudeville (sebuah

arena khusus digunakan untuk hiburan tarian yang diiringi musik yang sangat tenar di

Eropa, hiburan ini untuk kaum elite saja). Sedangkan di Amerika pada tahun 1903

hadir film pertama oleh Edwin S. Porter dengan judul Great Train Robberty. Yang

paling tenar pada tahun 1917 ialah hadirnya film hiburan yang dimainkan oleh

bintang tenar Charlie Chaplin, menyusul pada tahun 1939 hadir nya film Gone With

The Wind (Winarni, 2003: 37).

Perkembangan film di dunia pada saat ini sangatlah cepat, disetiap bulannya

selalu muncul film-film baru yang menyuguhkan berbagai jenis cerita dan genre yang

berbeda-beda. Salah satunya ialah film Ted, film ini adalah film bergenre komedi.

Film fiksi yang dirilis pada tahun 2012 ini menceritakan tentang seorang anak kecil

berumur 8 tahun yang bernama John Bannett yang dikucilkan oleh teman-temannya,

sehingga ia pun tidak mempunyai teman. Sampai pada suatu saat orang tua nya

memberikan hadiah kepada John sebuah boneka beruang, John pun merasa senang

mendapat hadiah itu. Boneka yang ia beri nama Ted itu selalu menemani nya

bermain, sampai suatu malam John mengungkapkan keinginannya agar Ted bisa

berbicara seperti layaknya manusia biasa. Alangkah terkejutnya John ketika ia

bangun tidur di pagi hari, Ted yang awalnya hanya boneka beruang biasa, Ted

sekarang bisa bergerak dan berbicara seperti manusia. John pun merasa sangat senang

harapannya bisa terkabul, mereka pun selalu bermain bersama.

John dan Ted tumbuh dewasa bersama-sama, meskipun wujud Ted tetap seperti

(15)

4 mereka pun berubah seperti kehudipan orang dewasa, mereka sering mabuk bersama,

menghisap ganja, hingga berpesta dengan wanita-wanita seksi. Sampai akhirnya John

yang telah berpacaran dengan Lori, dihadapkan oleh pilihan antara meneruskan

hubungannya dengan Lori atau memilih teman dari masa kecil nya yaitu Ted.

Dalam film yang bergenre komedi ini tidak sedikit adegan atau dialog yang

menunjukkan kekerasan. Seperti kata-kata kotor atau mengumpat, sampai menghina.

Dan juga banyak adegan-adegan yang menunjukkan kekerasan, seperti memukul dan

sebagainya.

Berkaitan dengan beberapa uraian diatas, maka disini peneliti tertarik untuk

melakukan studi terhadap kekerasan yang ditunjukkan pada film Ted. Maka dari itu

peneliti mengambil judul MUATAN KEKERASAN DALAM FILM (ANALISIS ISI

FILM TED KARYA SETH MACFARLANE).

B. RUMUSAN MASALAH

Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat ditarik rumusan masalahnya

adalah seberapa banyak muatan kekerasan yang dimunculkan dalam film Ted Karya

Seth MacFarlane ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besar muatan kekerasan dalam

(16)

5 D. KEGUNAAN PENELITIAN

1. Kegunaan Akademis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menginformasikan konsep-konsep

dan teori mengenai film, khususnya fungsi film sebagai media penyampai pesan yang

bisa memberikan manfaat hiburan serta penerangan dan pendidikan bagi masyarakat

2. Kegunaan Praktis

Untuk masyarakat penikmat film, hasil penelitian ini diharapkan bisa

memberikan masukan untuk menangkap pesan yang termuat dalam film yang mereka

tonton, sehingga film bisa berguna sebagai media pembelajaran bagi mereka.

E. TINJAUAN PUSTAKA

E.1 Komunikasi Massa

Banyak pengertian tentang komunikasi massa tapi pada dasarnya komunikasi

massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab,

awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata

media of mass communication (media komunikasi massa). (Nurudin, 2007: 4).

Seperti pengertian komunikasi massa yang di kemukakan Michael W Gamble

dan Teri Kwal Gamble (1986). Menurut mereka, sesuatu bisa didefinisikan sebagai

komunikasi massa jika mencakup:

1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern

(17)

6 khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media

modern, antara lain surat kabar, majalah, televisi, film atau gabungan di

antara media tersebut.

2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan

pesan-pesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang

yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain. Anonimitas

audiens dalam komunikasi massa inilah yang membedakan dengan jenis

komunikasi yang lain bahkan pengirim dan penerima pesan tidak saling

mengenal satu sama lain.

3. Pesan adalah publik. Artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan dan

diterima oleh banyak orang. Karena itu, dinamakan milik publik.

4. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti

jaringan, ikatan atau perkumpulan. Dengan kata lain, komunikator nya

tidak berasal dari seseorang, tetapi lembaga. Lembaga ini pun biasa nya

berorientasi pada keuntungan bukan organisasi sukarela atau nirbala.

5. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (pentapis informasi).

Artinya, pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh

sejumlah individu dalam lembaga tersebut lewat media massa. Ini

berbeda dengan komunikasi antar pribadi , kelompok atau publik

dimana yang mengontrol tidak oleh sejumlah individu. Beberapa

individu dalam komunikasi massa ikut berperan dalam membatasi,

(18)

7 reporter, editor film, penjaga rubrik dan lembaga sensor lain dalam

media itu bisa berfungsi sebagai gatekeeper.

6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Kalau dalam

jenis komunikasi lain, umpan balik bisa bersifat antar personal. Dalam

komunikasi ini umpan balik langsung dilakukan lewat surat kabar tidak

bisa langsung alias tertunda (delayed).

Dengan demikian komunikasi massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang

bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audiens yang luas dan

heterogen. Kelebihan media massa dibandingkan dengan jenis komunikasi lain adalah

ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu

menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas (Nurudin, 2007: 8)

E.2 Sifat Pesan Komunikasi

Mempelajari ilmu komunikasi berarti harus mengetahui ruang lingkupnya,

salah satunya adalah dengan mengatahui sifat komunikasi. Sifat komunikasi sendiri

menurut Onong Uchajan Effendy dalam Sosiologi Komunikasi dibagi menjadi 4,

yaitu tatap muka, bermedia, verbal dan nonverbal (Bungin, 2006: 34). Komunikasi

verbal dan nonverbal merupakan dua sifat komunikasi yang muncul dalam penelitian

ini.

1. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal merupakan salah satu sifat komunikasi yang paling

(19)

8 berinteraksi secara sadar merupakan rangsangan verbal. Biasanya

berupa bahasa sebagai salah satu kode verbal. Bahasa dapat di definisi

kan sebagai perangkat simbol, dengan aturan untuk

mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan

dipahami suatu komunitas. Kata merupakan abstraksi dari realitas

individual kita, hanya saja abstraksi realitas kita tersebut tidak bisa

mewakili konsep dari objek yang kita sebutkan hanya melalui kata

saja. Missal, kata rumah, kursi, mobil, tidak bisa mewakili apa yang

kita maksud.

2. Komunikasi Nonverbal

Mendefinisikan komunikasi nonverbal tidak sesederhana dengan kata

“pengertian lain selain dengan kata-kata (lisan)”. Biasanya jika orang

berbicara mengenai komunikasi nonverbal mereka berbicara mengenai

simbol yang melekat padanya, bukan proses dari pengertian simbol

tersebut. Sinyal-sinyal nonverbal terdiri dari encoding dan decoding.

Encoding sendiri dibagi tiga, yaitu coding dengan hakekat (Intrinsic

Coding), coding dengan simbol (Iconic Coding), dan coding dengan

alat ucap (Arbiatry Coding). Sedangkan decoding dipengaruhi oleh dua

(20)

9 E.3 Fungsi Komunikasi Massa

Ada banyak pendapat yang dikemukakan untuk mengupas fungsi-fungsi

komunkasi massa. Sama dengan definisi komunikasi massa, fungsi komunikasi massa

juga mempunyai latar belakang dan tujuan yang berbeda satu sama lain. Meskipun

satu pendapat dengan pendapat lain berbeda, tetapi titik tekan mereka kemungkinan

sama (Nurudin, 2007: 63).

Berikut beberapa pendapat para ahli mengenai fungsi komunikasi massa :

1. Menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988)

a) To inform (menginformasikan)

b) To entertain (member hiburan)

c) To persuade (membujuk)

d) Transmission of the culture (transmisi budaya)

2. Menurut John Vivian dalam Th e Media of Mass Communication (1991)

a) Providing information

b) Providing entertainment

c) Helping to persuade

d) Contributing to social cohesion (mendorong kohesi sosial)

3. Menurut Harold D. Lasswell

a) Surveillance of the environment (fungsi pengawasan)

b) Correlation of the part of society in responding to the

(21)

10 c) Transmission of the social heritage from one generation to the

next (fungsi pewarisan sosial)

Sama seperti pendapat Lasswell, Charles Robert Wright (1988) menambah

fungsi entertainment (hiburan) dalam fungsi komunikasi massa (Nurudin, 2007: 64).

Para pakar mengemukakan tentang sejumlah fungsi komunikasi, kendati dalam

setiap fungsi terdapat persamaan dan perbedaan. Fungsi komunikasi massa bagi

masyarakat menurut Dominick (2001), terdiri dari surveillance (pengawasan),

interpretation (penafsiran), linkage (keterkaitan), transmission of values (penyebaran

nilai) dan entertainment (hiburan) (Ardianto & Komala, 2004: 15).

E.4 Film

Film dalam pengertian sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar, tetapi

dalam pengertian yang lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan televisi. Film

dalam kemampuan visualnya yang didukung dengan audio yang khas, sangat efektif

sebagai media pendidikan dan penyuluhan. Ia bisa berputar berulangkali pada tempat

dan khalayak yang berbeda.

Menurut Undang-Undang Film no. 8 tahun 1992, BAB 1, Pasal 1, film adalah

karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa

pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita

seluloid, pita video, piringan video, dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya

dalam segala bentuk jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik atau

proses lainnya, dengan atau tanpa suara yang dapat dipertunjukkan dan atau

(22)

11 Sedangkan film maksudnya adalah film yang secara keseluruhan diproduksi oleh

suatu lembaga pemerintah atau swasta atau pengusaha film di Indonesia, atau yang

merupakan hasil kerja sama dengan pengusaha film asing.

E.5 Jenis-jenis Film

Film mempunyai banyak genre atau aliran, berikut ini beberapa genre film

menurut M. Bayu Widagdo & Winastwan Gora S :

a. Action-Laga

film bertema laga selalu mengetengahkan perjuangan hidup dengan

dibumbui keahlian setiap tokoh untuk bertahan dengan semua

perjuangan atau pertarungan hingga akhir cerita.

b. Comedy-Humor

film dengan genre ini selalu mengandalkan tentang kelucuan, genre jenis

ini tergolong disenangi dan merambah segala usia dan segmentasi

penonton. Tetapi termasuk paling sulit dalam penyajiannya, apabila

kurang waspada komedi yang ditawarkan terkesan memaksa penonton

dengan kelucuan yang dibuat-buat.

c. Roman-Drama

film dengan genre ini sangat popular dikalangan masyarakat penonton

film. Faktor perasaan dan kehidupan yang ditawarkan dengan

menggunakan senjata simpati dan empati penonton terhadap apa yang

(23)

12 adalah tema-tema klasik permasalahan kehidupan manusia yang tak

pernah puas terjawab.

d. Misteri-Horor

film ini adalah sebuah genre khusus dunia perfilman. Dikatakan genre

khusus karena bahasanya sempit dan berkisar pada hal yang itu-itu saja,

namun genre ini mendapat perhatian dari penonton. Hal ini disebabkan

keingin tahuan pada sebuah dunia yang membuat mereka selalu

bertanya-tanya tentang sebenrnya apa yang terjadi di dunia lain tersebut.

Sedangkan menurut Heru Effendy dalam bukunya Mari Membuat Film (2002:

11) menjelaskan masing-masing pengertian, dari jenis-jenis film yang ada dalam

perkembangan dewasa ini, sebagai berikut :

a. Film Dokumenter

Jenis film dokumenter adalah film yang menyajikan realita melalui

berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Namun harus

diakui, bahwa film ini tidak lepas dari penyebaran informasi, pendidikan

dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu.

b. Film ceita pendek

Film ini berdurasi kurang dari 60 menit. Sebagian besar pembuat film

menjadikan cerita film pendek sebagai batu loncatan untuk

(24)

13 c. Film cerita panjang

Film cerita panjang adalah film yang berdurasi lebih dari 60 menit. Film

ini biasa diputar di bioskop. Terkadang film cerita panjang juga

diproduksi diatas durasi 180 menit, seperti hasil produksi India dan

Hollywood.

d. Film-film jenis lain

Ada beberapa film jenis lain selain penjabaran jenis-jenis film diatas,

diantaranya profil perusahaan (corporate profile), iklan televisi (tv

commercial), program televisi (tv programme), dan video clip (musik

video).

E.6 Film sebagai Media Komunikasi Massa

Film bermula pada akhir abad ke-19 sebagai teknologi baru, tetapi konten dan

fungsi yang ditawarkan masih sangat jarang. Film kemudian berubah menjadi alat

presentasi dan distribusi dari tradisi hiburan yang lebih tua, menawarkan cerita,

panggung, musik, drama, humor, dan trik teknis bagi konsumsi popular. Film juga

hampir menjadi media massa yang sesungguhnya dalam artian bahwa film mampu

menjangkau populasi dalam jumlah besar dengan cepat, bahkan di wilayah pedesaan.

Sebagai media massa, film merupakan bagian dari respons terhadap penemuan waktu

luang, waktu libur dari kerja, dan sebuah jawaban atas tuntutan untuk cara

menghabiskan waktu luang keluarga yang sifatnya terjangkau dan (biasanya)

(25)

14

Untuk berlangsungnya komunikasi massa diperlukan saluran yang

memungkinkan disampaikannya pesan kepada khalayak yang dituju. Saluran tersebut

adalah media massa, yaitu sarana teknis yang memungkinkan terlaksananya proses

komunikasi massa. Saluran maedia massa ini, melihat bemtuknya dapat

dikelompokkan atas:

a.Media cetak (printed media), yang mencakup surat kabar, majalah,

buku, pamflet, brosur, dan sebagainya.

b.Media elektronik, seperti radio, televisi, film, slide, video, dan lain-lain

(Winarni, 2003: 17).

Media massa merupakan organisasi yang rumit, pesan yang sampai pada

khalayak adalah hasil kerja kolektif, karena itu keberhasilannya ditentukan oleh

berbagai faktor dalam organisasi tersebut. Demikan halnya dengan film, sebagai

saluran media massa yang didalamnya terdapat muatan kompleks, dari produser,

pemain hingga seperangkat kesenian lainnya yang sangat mendukung seperti musik,

seni rupa, teater, dan seni suara. Semua umur tersebut terkumpul menjadi

komunikator dan bertindak sebagai agen transformasi budaya (Baksin, 2003: 2).

Sebuah film, sebagai produk kesenian maupun sebagai medium, adalah suatu

cara untuk berkomunikasi atau penyampai pesan kepada penonton. Film cara

berkomunikasinya adalah bertutur. Didalam film terdapat tema, tokoh cerita, yang

pada akhirnya mengkomunikasikan suatu pesan secara dramatik. Cara bertutur adalah

bagian dari teknik berkomunikasi, yaitu bagaimana sebuah film menancapkan pesan

(26)

15 hal ini adalah, penonton memahami sebuah pesan bukan karena pemberitahuan

mentah-mentah, melainkan berdasarkan pengalaman yang didapatnya dari sebuah

film (Ajidarmo, 2002: 6-7).

Secara umum film dipandang sebagai suatu medium yang tersendiri. Film

adalah media komunikasi sekaligus media untuk ekspresi dan statement pembuat

filmnya. Fungsi tiap film berbeda sesuai dengan gagasan apa yang dipilih oleh

pembuat filmnya. Apakah film itu hanya untuk menghibur saja, atau ada statement

khusus yang ada didalam film itu.

Pesan-pesan yang disampaikan dalam film tidak hanya didengar melainkan

dapat juga dilihat gambar bergerak, hal ini yang sangat berguna membuat komunikasi

lebih efektif.

E.7 Kekerasan

Ada dua jenis kekerassan yang terjadi di masyarakat, yaitu kekerasan verbal dan

non verbal. Kekerasan verbal adalah kata-kata makian, kritik keras yang menyakitkan

hati dan mengumpat. Sedangkan kekerasan non verbal adalah kekerasan yang bisa

melukai tubuh seseorang yaitu memukul, menendang, menampar, dan sejenisnya

yang langsung terhadap fisik seseorang. Kekerasan non verbal lebih dapat diketahui

karena biasanya meninggalkan bekas, sedangkan kekerasan verbal bekasnya tidak

dapat dilihat tetapi dapat dirasakan dan membekas bagi korbannya.

Adegan kekerasan yang terdapat dalam film bisa memberikan dampak yang

negatif terhadap penontonnya, terutama bagi anak-anak dan remaja. Karena selain

fungsi informasi, pendidikan, dan hiburan, film juga dapat digunakan untuk

(27)

16 yang mengandung unsur kekerasan. Menurut Yasraf Amir Piliang dalam bukunya

(2004: 244), kekerasan dapat diartikan sebagai suatu perlakuan dengan cara

memaksa, maka apa pun bentuk perlakuan yang melekat didalamnya seperti

unsur-unsur pemaksaan, maka dapat dikatakan sebagai pelaku kekerasan.

Kekerasan adalah serangan atau penyalahgunaan fisik terhadap seseorang atau

binatang: atau serangan, penghancuran, perusakan yang sangat keras, kasar, kejam,

dan ganas atas milik atau sesuatu yang secara potensial dapat menjadi milik

seseorang (Windhu, 1992: 63).

Dalam kamus bahasa Indonesia kekerasan diartikan dengan perihal yang

bersifat, bercirikhas, perbuatan yang dilakukan seseorang yang berakibat cidera, mati

atu kerusakan fisik atau barang orang lain atau ada unsure paksaan (Depdiknas, 2007:

550).

Menurut Jack D. Douglas and France Chaput Waksler istilah kekerasan

digunakan untuk menggambarkan perilaku, baik yang terbuka (overt) atau tertutup

(covert), dan baik yang bersifat menyerang (offensive) atau bertahan (diffensive) yang

disertai penggunaan kekuatan kepada orang lain. Oleh karena itu ada empat jenis

kekerasan yang dapat diidentifikasi:

1. Kekerasan terbuka, kekerasan yang dapat dilihat, seperti perkelahian.

2. Kekerasan tertutup, kekerasan tersembunyi atau tidak dilakukan secara

langsung, seperti perilaku mengancam.

3. Kekerasan agresif, kekerasan yang dilakukan tidak untuk perlindungan,

(28)

17 4. Kekerasan defensif, kekerasan yang dilakukan sebagai tindakan

perlindungan diri. Baik kekerasan agresif maupun defensif bisa bersifat

terbuka atau tertutup (Santoso, 2002: 11).

Sedangkan menurut Galtung kekerasan terjadi bila manusia dipengaruhi

sedemikian rupa sehingga realisasi jasmani dan mental aktualnya berada di bawah

realisasi potensialnya. Pemahaman Galtung tentang kekerasan lebih ditentukan pada

segi akibat atau pengaruhnya pada manusia. Galtung tidak membedakan violent acts

(tindakan-tindakan yang keras, keras sebagai sifat) dengan acts of violence

(tindakan-tindakan kekerasan) (Windhu, 1992: 64-65).

E.8 Kekerasan dalam Film

Film adalah salah satu media penyampaian pesan kepada khalayak umum dan

bukan saja sebagai media hiburan, bahkan tayangan film yang mengandung

kekerasan dan pornografi ternyata cukup efektif untuk menarik minat penonton. Di

Indonesia sendiri sebenarnya telah dibentuk lembaga sensor film Indonesia, tetapi

perannya sempat diragukan karena masih meloloskan beberapa film yang

mengandung kekerasan dan pornografi. Meskipun adegan kekerasan dalam film itu

adalah tindakan yang telah direkayasa oleh si pembuat, namun penayangannya secara

utuh akan memberikan contoh kepada penonton khususnya penonton anak-anak.

Menurut Dennis McQuail, film memiliki peran sebagai sarana baru yang

digunakan untuk menyebarkan hiburan yang menyajikan cerita, peristiwa, musik,

drama, humor, dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum. Kehadiran film

(29)

18 jawaban terhadap kebutuhan menikmati waktu senggang secara hemat dan sehat bagi

seluruh anggota keluarga.

Kekerasan dalam film tidak hanya terdapat pada film kartun, film lepas, serial

dan sinetron saja, namun hampir semua film memperlihatkan adanya adegan

kekerasan. Bahkan dalam film action atau film Thriller terkadang lebih kejam dan

sadis bentuk kekerasannya, seperti misalnya dengan adanya ceceran darah, serta

dengan cara mengambil gambar secara close-up korban-korbannya.

Sebagai media massa film sering digunakan sebagai media yang merefleksikan

realitas, pesan dan bahkan membentuk realitas. Biasanya cerita yang ditayangkan bisa

berbentuk fiksi maupun non fiksi, melalui film informasi dapat dikonsumsi lebih

dalam karena film adalah media audio visual yang kompleks.

Bentuk pembenaran lain, misalnya, penonton akan terhibur ketika melihat

kenyataan bahwa kekerasan mendapat upahnya, dengan keberhasilan si tokoh; orang

sering cenderung tidak perduli, lupa atau kurang peka bahwa sedang berhadapan

dengan presentasi kekerasan asalkan ditampilkan penuh dengan sentuhan humor

(Haryatmoko, 2007: 123).

F. DEFINISI KONSEPTUAL

F.1 Kekerasan Verbal

Kekerasan verbal diartikan sebagai kekerasan yang halus dengan menggunakan

kata-kata yang kasar, jorok, menghina dan dilakukan secara lisan (Effendy, 1989:

381). Dan dapat diartikan juga sebagai kekerasan yang dilakukan dengan

(30)

19 ini bisa dilakukan diaman saja dan siapa saja bisa menjadi korbannya. Selain itu

kekerasan ini sangat memberikan dampak buruk terhadap psikologi seseorang

(korban).

Sedangkan menurut Galtung kekerasan verbal termasuk juga kekerasan

simbolik yaitu kekerasan yang dilakukan melalui bahasa juga simbol-simbol yang

mengarah pada kekerasan (Windhu, 1992: 64).

F.2 Kekerasan Nonverrbal

Kekerasan Fisik adalah kekerasan yang menimbulkan rasa sakit dan

ditunjukkan pada organ fisik yang dilakukan secara kolektif atau individu baik yang

dilakukan dengan menggunakan alat maupun bagian anggota tubuh (Santoso, 2002:

24). Sedangkan menurut pasal 29 KUHP, yaitu setiap tindakan atau perbuatan yang

mengakibatkan orang menjadi pingsan atau tidak berdaya lagi. Dalam penjelasan

pasal tersebut kekerasan diartikan menggunakan tenaga atau kekuatan jasmani,

seperti memukul dengan tangan atau senjata, menendang dan lain-lain (Sianturi,

1985: 29).

G. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode analisis isi. Analisis isi

merupakan metode yang digunakan untuk meriset atau menganalisis isi komunikasi

secara sistematis, objektif dan kuantitatif (Kriyantono, 2006: 130).

G.1 Analisis Isi

Secara umum, analasis isi kuantitatif dapat didefinisikan sebagai teknik

(31)

20 menarik inferensi dari isi. Analisis isi ditujukan untuk mengidentifikasi secara

sistematis isi komunikasi yang tampak (manifest), dan dilakukan secara objektif,

valid, reliabel, dan dapat direplikasi (Eriyanto, 2011: 15).

Berikut adalah beberapa definisi Analisis Isi menurut para ahli, meskipun

beberapa ahli menyajikan definisi yang beragam, teteapi ada titik-titik persamaan dari

berbagai definisi analisis isi tersebut:

a. Menurut Barelson (1952), Analisis Isi adalah suatu teknik penelitian

yang dilakukan secara objektif, sistematis dan deskripsi kuantitatif dari

isi komunikasi yang tampak (manifest).

b. Menurut Holsti (1969), Analisis Isi adalah suatu teknik penelitian untuk

membuat inferensi yang dilakukan secara objektif dan identifikasi

sistematis dari karakteristik pesan.

c. Menurut Krippendorf (1980; 2006), Analisis Isi adalah suatu teknik

penelitian untuk membuat inferensi yang direplikasi (ditiru) dan sahih

data nya dengan memerhatikan konteks nya.

d. Weber (1994), Analisis Isi adalah sebuah metode penelitian dengan

menggunakan seperangkat prosedur untuk membuat inferensi yang valid

dari teks.

e. Menurut Riffe, Lacy, dan Fico (1998), Analisis Isi adalah pengujian

yang sistematis dan dapat direplikasi dari simbol-simbol komunikasi,

dimana simbol ini diberikan nilai numerik berdasarkan pengukuran yang

(32)

21 isi komunikasi, menarik kesimpulan dan memberikan konteks, baik

produksi ataupun konsumsi.

f. Menurut Neuendorf (2002), Analisis Isi adalah sebuah peringkasan

(summarizing), kuantifikasi dari pesan yang didasarkan pada metode

ilmiah (diantaranya objektif-intersubjektif, reliabel, valid, dapat

digeneralisasikan, dapat direplikasi dan pengujian hipotesis) dan tidak

dibatasi untuk jenis variabel tertentu atau konteks dimana pesan

dibentuk dan ditampilkan (Eriyanto, 2011: 16)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis isi kuantitatif dikarenakan sesuai

dengan tujuan peneliti yaitu ingin menghitung jumlah adegan kekerasan verbal dan

non-verbal dalam film Ted. Maka dari itu metode analisis isi kuantitatif sangat tepat

untuk digunakan dalam penelitian ini.

G.2 Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

deskriptif, pendekatan ini dimaksudkan untuk menggambarkan secara detail suatu

pesan, atau suatu teks tertentu. Desain analisis isi ini tidak dimaksudkan untuk

menguji suatu hipotesis tertentu, atau menguji hubungan di antara variabel. Analisis

ini semata untuk deskripsi, menggambarkan aspek-aspek dan karakteristik dari suatu

pesan (Eriyanto, 2011: 47).

G.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah film Ted karya Seth MacFarlane,

(33)

22 fisik. Ruang lingkup ini berfungsi utuk membatasi objek peelitian yang akan diteliti

dan mempermudah dalam mengelompokkan kategori.

G.4 Unit Analisis dan Satuan Ukur

Dalam penelitian ini peniliti akan menggunakan unit analisis scene dalam film

Ted karya Seth MacFarlane. Namun tidak semua scene yang akan diteliti, melainkan

hanya beberapa scene yang dianggap peneliti sesuai dengan kategorisasi yang telah

dibuat. Satuan ukur yang digunakan adalah setiap scene baik berupa akting dan dialog

yang mengandung unsur tindakan kekerasan.

G.5 Struktur Kategori

Validitas metode analisis isi dan hasil-hasilnya sangat bergantung pada

kategori-kategorinya. Penelitian ini diarahkan pada setiap adegan yang mengandung

unsur kekerasan , yang terdapat dalam film Ted. Pada penelitian ini, peneliti

membatasi kategorisasi karena tidak semua scene bisa dijadikan sampel hanya

beberapa scene yang dianggap mewakili tema penelitian ini. Baik itu berupa dialog,

maupun adegan yang ada dalam film Ted. Dapat dijelaskan struktur kategorisasi

sebagai berikut:

1. Kekerasan Verbal

Adalah segala sesuatu yang diucapkan untuk melukai perasaan orang lain,

yang bisa berupa percakapan antar tokoh yang mengarah pada ucapan cacian,

maupun ancaman. Berupa kekerasan dalam bentuk kata-kata kasar, jorok, seronok,

(34)

23 Sedangkan indikator yang akan digunakan sebagai indikasi adanya tindak

kekerasan secara verbal adalah sebagai berikut:

a. Ucapan Menghina

Ucapan yang melukai atau menyakiti orang lain secara langsung dan

terang-terangan, berbicara dengan nada tinggi, kata-kata yang bersifat negatif.

Contoh: menghina orang lain dengan kata-kata yang negatif atau dengan

kata-kata yang tidak patut di ucapkan.

b. Umpatan

Yaitu kata-kata kasar atau jorok yang sengaja diucapkan oleh seseorang.

Umpatan biasanya paling sering diucapkan pada saat seseorang sedang

marah.

Contoh: “Bajingan, Sialan, Fuck, dan lain-lain.

c. Ucapan Mengancam

Ucapan yang bersifat menakut-nakuti orang lain agar mau menuruti

kemaunnya atau menyatakan niat untuk melukai orang lain.

Contoh: mengancam akan membunuh atau mecelakai seseorang apabila

tidak menuruti keiinginannya.

2. Kekerasan non-verbal

Tindakan atau perbuatan yang melukai orang lain secara fisik seperti

memukul, menendang, mengggigit, menusuk dan sebagainya.

Adapun indikator yang akan digunakan sebagai indikasi adanya sebuah

(35)

24

a. Kekerasan non-verbal yang tidak menggunakan senjata atau benda

Kekerasan yang dilakukan tidak memakai senjata untuk melukai, seperti

memukul, menendang, atau menggigit.

Contoh: menendang tubuh, atau memukul wajah.

b. Kekerasan non-verbal yang menggunakan senjata atau benda

Kekerasan yang dilakukan menggunakan benda atau senjata untuk melukai

atau membunuh. Seperti menggunakan botol minuman, pedang, pisau,

pistol.

Contoh: memukul orang lain dengan menggunakan botol minuman.

G.6 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui

dokumentasi yaitu dengan cara memutar VCD atau DVD film Ted karya Seth

MacFarlane dan melihat film tersebut secara keseluruhan. Dan melakukan pemilihan

scene yang sesuai dengan yang akan diteliti, bukan hanya adegan tetapi juga dialog

antar pemain. Selain itu juga mencari beberapa buku atau mecarai melalui internet.

Data primer yang telah didapat serta diklasifikasi selanjutnya dimasukkan ke dalam

lembar koding untuk memberikan penilaian berdasarkan struktur kategori yang telah

(36)
[image:36.612.107.534.139.311.2]

25 Tabel 1.1

Contoh Lembar Koding

Unit

Analisis/

Scene

Kategorisasi

Kekerasan Verbal Kekerasan Non Verbal

A1 A2 A3 A4 A5

Keterangan :

A1 : Ucapan menghina

A2 : Umpatan

A3 : Ucapan mengancam

A4 : Kekerasan non-verbal yang tidak menggunakan senjata atau benda

A5 : Kekerasan non-verbal dengan menggunakan senjata atau benda

Dari data yang telah dikumpulkan, kemudian dimasukkan ke dalam tabel

distribusi frekuensi per kategori untuk memperoleh perhitungan guna mengetahui

banyaknya distribusi frekuensi dari masing-masing kategori dan indikasi yang telah

(37)
[image:37.612.196.491.153.349.2]

26 Tabel 1.2

Contoh Tabel Distribusi Frekuensi Kategori Kekerasan Verbal

Tabel 1.3

Contoh Tabel Distribusi Frekuensi Kategori Kekerasan Non-verbal

Indikasi Frekuensi/

Scene

Prosentase

Kekerasan non-verbal yang

tidak menggunakan senjata

atau benda

Kekerasan non-verbal

menggunakan senjata atau

benda

Jumlah

Indikasi Frekuensi/

Scene

Prosentase

Ucapan menghina

Umpatan

Ucapan mengancam

[image:37.612.196.491.387.642.2]
(38)

27 G.7 Uji Realibilitas

Realibilitasang merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana seluruh alat

pengukur yaitu kategorisasi dapat dipercaya atau diandalkan apabila dipakai lebih

dari satu kali pengukuran. Reliabilitas dilakukan dengan cara mendokumentasikan

lebih dahulu kedalam lembar koding sesuai dengan kategori yang telah ditentukan.

Setelah itu peneliti menggunakan koder untuk membantu uji reliabilitas terhadap

kategori dengan cara sama yang dilakukan peneliti. Dari hasil reliabilitas akan

diketahui beberapa yang disetujui dari hasil yang diperoleh peneliti dan koder. Hasil

pengkodingan dari peneliti dan koder dihitung dengan formula dari Holsty (1969)

untuk menentukan reliabilitas data nominal.

2 1

2 .

N N

M R

C

 

Keterangan :

CR = Coeficient Realibility.

M = Jumlah pernyataan yang disetujui peneliti dan pengkoding.

N1, N2 = Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh peneliti dan pengkoding.

Dari hasil Coeficient Realibity, Observed Agrement (persetujuan yang diperoleh

dari penelitian), kemudian untuk memperkuat hasil uji realibilitas, tantunya dengan

persetujuan para koder, hasil yang diperoleh dari rumus diatas kemudian dihitung

(39)

28 reement

ExpectedAg

eement ExpetedAgr reement

ObservedAg Pi

% 1

% %

 

Keterangan :

Pi = Nilai keterandalan

Observed agreement = Presentase persetujuan yang ditemukan dari pernyataan yang

disetujui antar pengkode (Nilai CR)

Expected agreement = Presentase persetujuan yang diharapkan

Dari formula yang dikemukakan tersebut, tingkat reliabilitas yang sering

digunakan adalah 0,75. Jika tingkat reliabilitas tidak mencapai 0,75 maka kategori

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2

Referensi

Dokumen terkait

Melihat pentingnya sebuah surat untuk dikelola dengan baik maka penyajian informasi terbaru mengenai pengelolaan sangat penting karena memegang peran utama dalam

Pada tahap ini model fungsi transfer input tunggal ditentukan melalui korelasi silang antara variabel output curah hujan dengan masing-masing variabel inputnya

Berdasarkan hasil penelitian, perangkat pembelajaran biologi dengan pendekatan scientific skill memiliki tingkat keterterapan yang baik, sehingga dapat digunakan

1) Hasil pengolahan data dan pengujian serempak pada taraf nyata ( # ) = 0,05 menunjukkan pengalaman kerja, jam kerja, dan produktivitas secara serempak

Ketika user mengklik tulisan tersebut, maka akan muncul halaman input data atestasi keluar untuk memasukkan data yang diperlukan, seperti pada Gambar 4.41. Gambar

HTML (Hyper Text Markup Language) adalah simbol-simbol atau tag-tag yang dituliskan dalam sebuah file yang dimaksudkan untuk menampilkan halaman pada web browser.. Tag-tag HTML

Prosesi pelaksanaan tradisi Mundut Bhatara Istri pada Upacara Melasti di Desa Pakraman Budeng dimulai dari waktu dan tempat pelaksanaan tradisi mundut Bhatara Istri