KORELASI METODE PEMBELAJARANPRECEPTORSHIPDENGAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN
KEHAMILAN
PRECEPTORSHIP CORRELATION LEARNING METHOD WITH
KNOWLEDGE AND SKILLS EXAMINATION OF PREGNANCY
Ari Indra Susanti Herry Garna Firman F Wirakusumah
Program Studi Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Alamat: Departemen Pendidikan Nasional, Universitas Padjadjaran Fakultas Kedokteran, Program Pascasarjana
LEMBAR PERSETUJUAN
Bersama ini saya menyatakan bahwa artikel ilmiah dengan judul:
KORELASI METODE PEMBELAJARANPRECEPTORSHIPDENGAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN
KEHAMILAN
PRECEPTORSHIP CORRELATION LEARNING METHOD WITH
KNOWLEDGE AND SKILLS EXAMINATION OF PREGNANCY
Penulis TandaTangan
Ari Indra Susanti,SST., M.Keb ………
Prof. H. Herry Garna, dr., SpA(K)., PhD ………
KORELASI METODE PEMBELAJARANPRECEPTORSHIPDENGAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN
KEHAMILAN
Penulis 1
Ari Indra Susanti,SST., M.Keb
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat
Gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Padjadjaran, Jl. Eijkman No. 38 Bandung
Mobile:+62-813-20037240 Email:ukhti3in1@yahoo.com
Penulis 2
Prof. H. Herry Garna, dr., SpA(K)., PhD Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Padjadjaran, Jl. Eijkman No. 38 Bandung.
Mobile:+62-812-2381427 Email:
Penulis 3
Prof. Dr. Firman F. Wirakusumah, dr.,SpOG(K)
Departemen Obgin Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/ Rumah Sakit Hasan Sadikin
KORELASI METODE PEMBELAJARANPRECEPTORSHIPDENGAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN
KEHAMILAN
Ari Indra Susanti1, Herry Garna2, Firman F. Wirakusumah3
1
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Padjadjaran 2
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin
3
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin
ABSTRAK
Menurut International Confederation of Midwives (ICM) bahwa kurikulum pendidikan bidan berbasis kompetensi meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Ketiga elemen tersebut mempunyai keterkaitan dengan isi kurikulum dan metode pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan keterampilan klinis dengan menerapkan metode pembelajaran preceptorship. Untuk mengoptimalkan komponen/kondisi dalam proses belajar mengajar di klinik yang berbeda maka metode pembelajaran konvensional perlu dikembangkan menjadi metode pembelajaran preceptorship. Tujuan penelitian ini untuk mengukur perbedaan metode pembelajaranpreceptorshipdan metode konvensional terhadap pengetahuan dan keterampilan pemeriksaan kehamilan, serta menganalisis korelasi metode pembelajaran preceptorship dengan pengetahuan dan keterampilan pemeriksaan kehamilan.
Metode penelitian yang digunakan adalah quasi exprimental design dengan rancangannon randomized control group pretest postest design yang dilaksanakan pada periode Desember 2013 sampai dengan Februari 2014. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Untuk menganalisis perbedaan metode pembelajaran preceptorship dan metode konvensional terhadap pengetahuan pemeriksaan kehamilan digunakan analisis chi-kuadrat terhadap mahasiswi kebidanan di Prodi Kebidanan FK Unpad (kelompok intervensi) dan mahasiswi kebidanan di Poltekkes TNI AU Ciumbuleuit (kelompok kontrol) dengan jumlah sampel masing-masing sebesar 30 orang. Untuk menganalisis korelasi metode pembelajaran preceptorship dengan pengetahuan dan keterampilan pemeriksaan kehamilan digunakan analisis Rank Spearman terhadap mahasiswi kebidanan di Prodi Kebidanan FK Unpad (kelompok intervensi) dan mahasiswi kebidanan di Poltekkes TNI AU Ciumbuleuit (kelompok kontrol) dengan jumlah sampel masing-masing sebesar 40 orang.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaranpreceptorshipyang dilakukan di lahan praktik meningkatkan keterampilan mahasiswi kebidanan dalam pemeriksaan kehamilan.
Kata kunci: Keterampilan, metode pembelajaranpreceptorship, pengetahuan
ABSTRACT
The International Confederation of Midwives (ICM) suggests that the competency-based midwifery education curriculum should include knowledge, attitudes and skills.. These three elements have a relationship with curriculum content and teaching methods in such a way that can improve clinical skills by applying preceptorship learning methods. In order to optimise teaching and learning conditions (components) in different clinics, it is important to develop conventional learning methods into a preceptorship method. This study was aimed to measure differences in student’s prenatal care knowledge and skills between applying the conventional and preceptorship methods, and to analyse the correlation between the preceptorship method and student’s prenatal care knowledge and skills.
The research methods used in this study was a quasi experimental design with non-randomized control group pretest posttest design that were conducted between December 2013 and February 2014. Sample was chosen using a random sampling technique. In order to analyse the differences between the conventional and preceptorship methods to students’s prenatal care knowledge chi-square analysis was used to midwifery student’s at the Midwifery Study Program of the Faculty of Medicine Unpad (intervention group) and the Polytechnic Air Force Ciumbuleuit (control group), with the number of samples from each group was 30 students. In order to analyse the correlation between the preceptorship learning methods and student’s prenatal knowledge and skills Spearman Rank analysis was used to midwifery students at the Midwifery Study Program at the Faculty of Medicine Unpad (intervention group) and midwifery students at the TNI AU (Air Force) polytechnic of obstetrics Ciumbuleuit (control group), with the number of samples from each group was 40 students.
Based on these results it can be concluded that the application of the preceptorship learning method in the practice field can increase prenatal care skills of midwifery students.
Keywords: skills, preceptorship learning methods, knowledge
PENDAHULUAN
Di dunia terjadi penurunan yang besar di bidang pelayanan kesehatan sehingga terjadi penurunan derajat kesehatan.1 Salah satu cara untuk meningkatkan derajat kesehatan yang ditunjang oleh kuantitas maupun kualitas sumber daya tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan sehingga diperlukan penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan tenaga kesehatan profesional untuk menghasilkan lulusan yang kompeten sesuai dengan kebutuhan masyarakat dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak.2
Sesuai dengan ketentuan Kepmendiknas Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, beban studi pendidikan Diploma terdiri atas teori 40% dan praktik 60%.3 Menurut International Confederation of Midwives (ICM) di Netherlands bahwa pembelajaran pendidikan bidan berbasis kompetensi yang mengharuskan peserta didik dapat melakukan kompetensi yang dibutuhkan untuk praktik kebidanan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka digunakan metode pembelajaran Problem Based Learning(PBL).4
dapat merangsang mahasiswa berpikir kritis sehingga dapat mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan dalam situasi nyata dalam melakukan tindakan secara profesional berdasarkan standar profesi. Metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan memberikan kasus kepada mahasiswa dengan metode tutorial yang dibagi menjadi 2, yaitu teori di kelas dan praktik di klinik yang berhubungan dengan pasien langsung berupa metode pembelajaran preceptorship5
Salah satu kompetensi utama bidan dalam kurikulum D-III Kebidanan Tahun 2011 yaitu bidan sebagai care provider yang mampu memberikan asuhan kebidanan secara efektif, aman, dan bermutu tinggi bagi perempuan dalam siklus reproduksinya secara komprehensif.2 Menurut Permenkes No. 1464/Menkes/Per/X/2010 mengenai kewenangan praktik bidan terhadap pelayanan antenatal terutama pada pemeriksaan kehamilan maka diharapkan mahasiswa kebidanan kompeten dalam pemeriksaan kehamilan.6
Untuk menghadapi kendala tersebut maka diperlukan pengelolaan pembelajaran praktik klinik dengan melakukan kolaborasi kemitraan pendidikan di klinik yang melibatkan pembimbing di institusi dan klinik, siswa, serta universitas dengan menggunakan proses preceptorship yang meliputi bimbingan secara langsung kepada mahasiswa selama praktik dan pencapaian hasil belajar.3,7
Perbedaan penerapan metode pembelajaran preceptorship dengan konvensional adalah berdasarkan optimalisasi komponen/kondisi dalam proses belajar mengajar di klinik yang berbeda, seperti tempat praktik yang menunjukkan situasi dan keadaan fisik (tempat belajar) serta proses bimbingan itu sendiri, meliputi pembimbing lapangan atau preceptor, metode pembelajaran, teknik mengajar, dan program pelaksanaan praktik klinik.8
Preceptorship yang efektif dapat dilakukan dengan menyiapkan preceptor yang memenuhi persyaratan, yaitu memiliki kompetensi andragogik, memiliki
pengalaman klinik 25 tahun, rasio preceptor dengan mahasiswa adalah 1:25, dan memastikan penuntun belajar, alat, bahan, dan model serta instrumen penilaian tersedia dan berfungsi dengan menggunakan Assesment Mini-Clinical Evaluation Exercise(Mini-CEX).9 Selain itu, preceptorharus memiliki tanggung jawab klinis dan pengajaran yang seimbang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi profesional serta dapat memberikan asuhan berkualitas tinggi yang berpusat pada pasien.10
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment design dengan rancangan non randomized control group pretest postest design dengan jumlah sampel 80 mahasiswi kebidanan. Kriteria inklusi pada penelitian ini untuk preceptor pada metode pembelajaran Preceptorship, yaitu memiliki kompetensi andragogik, memiliki pengalaman klinik selama 25 tahun, ratio preceptordengan mahasiswa
adalah 1:25, memastikan penuntun belajar, alat, bahan, dan model serta
instrumen penilaian tersedia dan berfungsi dan untuk preceptor pada metode pembelajaran konvensional, yaitu Bidan sebagai provider memiliki pengalaman klinik selama 25 tahun. Kriteria inklusi pada mahasiswi,yaitu mahasiswi telah
lulus ujian teori dan skills lab (laboratorium) untuk pemeriksaan kehamilan dan sedang melaksanakan pembelajaran praktik klinik kebidanan dengan kehadiran 100% yang bertempat di di Prodi Kebidanan FK dan Politeknik Kesehatan TNI AU Ciumbeleuit. Subjek penelitian ini kemudian dialokasikan ke dalam kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan masing-masing kelompok berjumlah 40 orang. Variabel pengetahuan diukur dengan menggunakan tes yang berbentuk vignette dan keterampilan pemeriksaan kehamilan diukur dengan menggunakan daftar tilik sebelum dan sesudah diberikan metode pembelajaran preceptorship. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan random sampling.
dengan pengetahuan dan keterampilan pemeriksaan kehamilan dengan uji Rank Spearman. Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2013 sampai dengan Februari 2014.
HASIL
Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian Karakteristik
Subjek
Kelompok Pembelajaran Nilai p
Preceptorship Konvensional
Berdasarkan Tabel 1. tidak terdapat perbedaan antara metode pembelajaranpreceptorshipdan konvensional (motivasi, p=0,351; indeks prestasi, p=0,227).
Tabel 2. Perbedaan Metode Pembelajaran Preceptorship dengan Metode Konvensional terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Pemeriksaan Kehamilan
Pengetahuan 15,45 13,27 0,028
Keterampilan 14 11,87 0,028
Berdasarkan Tabel 4.2 terdapat perbedaan bermakna pengetahuan dan keterampilan pemeriksaan kehamilan antara metode preceptorship dan konvensional (p<0,005).
Tabel 3. Korelasi Pengetahuan dan Keterampilan Pemeriksaan Kehamilan dengan Metode PembelajaranPreceptorship
Variabel Metode PembelajaranPreceptorship
r Nilai p
Pengetahuan 0,266 0,098
Keterampilan 0,469 0,002
Ket: ujiRankSpearman
Dari Tabel 3 terdapat korelasi rendah pengetahuan (nilai r=0,266) dan korelasi sedang keterampilan pemeriksaan kehamilan (nilai r=0,469).
Variabel r r² Koefisien
Determinan
Pengetahuan 0,266 0,070 0,7%
Keterampilan 0,469 0,219 21,9%
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian di atas bahawa tidak terdapat perbedaan motivasi dan indeks prestasi mahasiswa metode pembelajaran preceptorship dengan konvensional (p=0,351 dan p=0,227).
Motivasi merupakan alat penggerak yang ada di dalam setiap individu untuk mencapai suatu tujuan yang akan dicapai. Usaha yang diberikan dalam memotivasi seseorang dilakukan dengan cara memunculkan faktor-faktor yang mendorong individu berperilaku tertentu.11 Motivasi bagian dari domain afektif yang dapat meningkatkan level respons yang ditandai kemauan dan kepuasan dalam merespons sumber belajar secara signifikan.12
Seseorang itu boleh dikatakan memiliki motivasi untuk belajar karena membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi memang berhubungan dengan kebutuhan seseorang yang memunculkan kesadaran untuk melakukan aktivitas belajar. Motivasi belajar yang berasal dari luar apabila anak didik menempatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar. Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang dipelajarinya misalnya, untuk mencapai angka tinggi seperti nilai indeks prestasi, diploma, gelar, kehormatan, dan sebagainya.12
konteks pembelajaran maka kebutuhan tersebut berhubungan dengan kebutuhan untuk belajar. Guru atau dosen dapat menggunakan salah satu cara untuk menggerakkan atau membangkitkan motivasi belajar siswanya, yaitu dengan
memberikan penilaian secara kontinu akan mendorong murid-murid belajar,
karena setiap anak memiliki kecenderungan untuk memperoleh hasil yang baik.13
Pada penelitian yang dilakukan di Afrika Selatan tentang preceptor dan
preceptee di Botswana terdapat strategi untuk memotivasi siswa berpartisipasi
dalam pembelajaran klinik, yaitu dengan memunculkan rasa ingin tahu secara alami dan kejujuran, terlibat dalam observasi diri, motivasi diri, refleksi diri dan kemauan untuk mengubah perilaku yang tidak dapat diterima, terlibat dalam evaluasi belajar dengan teman dan tempat sosial, mengembangkan serta menghargai berbagai perspektif untuk pembelajaran klinik.14
Salah satu prinsip dalam motivasi belajar, yaitu motivasi melahirkan prestasi dalam belajar, oleh karena itu dengan tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan indikator baik buruknya prestasi belajar seorang anak didik. Anak didik menyenangi mata pelajaran tertentu dengan senang hati mempelajari mata pelajaran itu. Setiap ada kesempatan selalu mata pelajaran yang disenangi itu yang dibaca sehingga mata pelajaran itu dapat dikuasai dalam waktu yang relatif singkat.12
keberhasilan atau kegagalan mahasiswa di universitas. Dari nilai ini, orangtua, mahasiswa yang bersangkutan, dan dosen pengajar dapat melihat sendiri prestasi belajar yang dicapai mahasiswa.11
Berdasarkan Tabel 4.2 terdapat perbedaan metode pembelajaran preceptorship dengan konvensional terhadap pengetahuan dan keterampilan pemeriksaan kehamilan dengan nilai p<0,05.
Perbedaan penerapan model pembelajaran preceptorship dengan konvensional berdasarkan optimalisasi komponen/kondisi dalam proses belajar mengajar di klinik yang berbeda, seperti tempat praktik yang menunjukkan situasi dan keadaan fisik (tempat belajar) serta proses bimbingan itu sendiri, meliputi pembimbing/preceptor, metode pembelajaran, teknik mengajar, evaluasi, dan program pelaksanaan praktik klinik.8
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Amerika mengenai perbandingan antara metode pembelajaran konvensional dan preceptorship. Didapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna
antara kelompok preceptorship dan kelompok konvensional terhadap
pengetahuan, sedangkan untuk keterampilan juga didapatkan kelompok
preceptorship melakukan keterampilan tidak lebih baik daripada kelompok
konvensional.15
pelaksanaan, dan juga umpan balik. Selain itu, juga menghasilkan bukti empiris yang dapat memberikan kontribusi substansial untuk persiapan preceptor yang efektif, mempromosikan praktik pengajaran yang terbaik dalam pengaturan klinis, dan juga meningkatkan pengalaman klinis dalampreceptorship.16
Berdasarkan Tabel 4.3 terdapat korelasi rendah pengetahuan dengan metode pembelajaranpreceptorshipkarena didapatkan r sebesar 0,266, sedangkan korelasi sedang keterampilan dengan metode pembelajaran preceptorship karena didapatkan r sebesar 0,469.
Sesuai dengan ketentuan Kepmendiknas Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, untuk beban studi pendidikan Diploma terdiri atas teori 40% dan praktik 60%.3 Menurut International Confederation of Midwives (ICM) di Netherlands pada kurikulum pendidikan bidan berbasis kompetensi untuk
meningkatkan kompetensi agar dapat melakukan keterampilan klinis diterapkan
metode pembelajaranpreceptorship.4
Metode pembelajaran preceptorship merupakan metode pembelajaran Problem Based Learning(PBL) yang dilakukan di klinik. Dengan metode tersebut dapat merangsang mahasiswa berpikir kritis sehingga dapat mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan dalam situasi nyata dengan melakukan tindakan secara profesional berdasarkan standar profesi.5
menentukan efektivitas pengalaman di klinik menggunakan metode preceptorship. Pada penelitian ini menggunakan design quasi exprimental
terdapat 2 kelompok, yaitu kelompok intervensi (kelompok dengan metode preceptorship) dan kelompok kontrol (kelompok dengan metode konvensional).
Didapatkan hasil mahasiswa kelompok intervensi mendapatkan penjadwalan yang lebih fleksibel, kesempatan lebih besar untuk belajar, dan berlatih keterampilan, serta pengalaman belajar yang lebih relevan. Dengan demikian, metode preceptorship meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam bimbingan dan pengawasanpreceptordi klinik.17
Preceptorship dibangun atas hubungan saling percaya antara preceptor dan preceptee saat berinteraksi dalam kegiatan di klinik. Hal ini berarti preceptor perlu menilai, menyesuaikan, dan merencanakan kegiatan yang sesuai dengan tingkat pengetahuan dan keterampilan dalam pembelajaranpreceptee.18Pelayanan dan pendidikan kesehatan dihadapkan tantangan yang menghambat efektivitas
preceptorship, seperti pengaturan di klinik sebagai lingkungan belajar,
kekurangan preceptor dan pengawasan fakultas terhadap preceptor yang kurang
apakahpreceptorshipmampu memenuhi kebutuhan belajar siswa.19
Hasil penelitian di Irlandia dengan desain penelitian kualitatif menyoroti
sejumlah tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa dan preceptor. Ketersediaan
preceptor yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor mencakup hambatan di lahan
praktik seperti penjadwalan, kurangnya konsistensi karena meninggalkan tugas,
dan alokasi. Dengan preceptorship maka peserta memiliki pengalaman yang
keberhasilan dalam prosespreceptorship. Dalam rangka memfasilitasi lingkungan
belajar klinis yang optimal maka mahasiswa, tenaga administrasi rumah sakit, dan
institusi pendidikan perlu menempatkan nilai yang kuat pada preceptorship
sebagai komponen inti pembelajaran klinis.20
Pada penelitian ini sistem preceptorship dilakukan persiapan dengan
mengadakan pelatihan preceptor selama 3 hari sebelum preceptor melakukan
bimbingan praktik mahasiswa di lahan praktik. Pada pelaksanaan preceptor
melakukan pembelajaran praktik dengan metode bed side teaching setiap 2x
dalam seminggu selama 5-6 jam sehari dan evaluasi dilakukan dengan mini C-EX
setiap 2 minggu untuk tindakan anamnesis, pemeriksaan kehamilan, penegakan
diagnosis, dan asuhan kebidanan termasuk konseling.
Preceptorship juga dapat membantu preceptor untuk meningkatkan efektivitas mengajar dan menciptakan lingkungan belajar yang efektif sehingga preceptee dalam melakukan keterampilan klinis untuk meningkatkan kualitas pendidikan.21 Preceptor adalah peran kompleks yang harus disiapkan untuk membimbing mahasiswa. Dengan demikian, persiapan preceptor perlu diselenggarakan dengan kerjasama antara lahan praktik dan perguruan tinggi. Disarankan bahwa preceptor menyusun program secara fokus pada refleksi, berpikir kritis, dan terampil dalam berkomunikasi, oleh karena itu akan mendorong kesempatan untuk perbaikan praktik.14
kelompok intervensi yang mendapatkan pelatihan preceptor dan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan pelatihan preceptor. Hasilnya tidak terdapat peningkatan pengetahuan pada kelompok kontrol, sedangkan pada kelompok intervensi terdapat peningkatan pengetahuan setelah melakukan pelatihan program preceptor. Pelatihan ini berlangsung sekitar 4 jam selama 1 minggu.22
DAFTAR PUSTAKA
1. Carlson E. Time, trust and reflection three aspects of precepting in clinical nursing education. Nurse Education in Practise J. 2012;XXX:12.
2. Pusdiklatnakes. Kurikulum Diploma III Kebidanan 2010. Jakarta: Badan PPSDMN Kemenkes RI; 2010.
3. Kepmendiknas Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa. Pasal 8 ayat 1,2 dan 3. Jakarta: Menteri Pendidikan Nasional RI; 2000.
4. International Confederance of Midwifery (ICM) Council. Model Curriculum Outlines for Professional Education Midwifery. The Netherlands: ICM; 2011.
5. Direktorat Akademik. Buku panduan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi pendidikan tinggi. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi RI; 2008.
6. Permenkes Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Jakarta: Menteri Kesehatan RI; 2010.
7. Skinner JRM. Mentorship, preceptorship and clinical supervision: three key processes for supporting midwives. New Zealand College of Midwives Journal 2008 Oct;39:711.
8. Hidayat A, Rasyad AS, Anwar AD. Penelitian tentang perbedaan pencapaian kompetensi asuhan persalinan kala II mahasiswa antara model pembelajaran praktik preceptorship dengan konvensional (Tesis). Yogyakarta: STIKes Aisyiah; 2008.
9. Assosiasi Institusi Pendidikan Kebidanan Indonesia. Standar Nasional Pendidikan Profesi Bidan. Jakarta: IBI dan AIPKIND; 2012.
10. Barker ER. Becoming a super preceptor: a pratical guide to preceptorship in today’s clinical climate. American Academy of Nurse Practitioners. Journal 2010;22:144–9.
11. WK M. Rangga, Naomi P. Pengaruh motivasi diri terhadap kinerja belajar mahasiswa (Tesis), Jakarta: Universitas Paramadina; 2010.
12. Wicaksono SR. Strategi penerapan domain afektif di lingkup perguruan tinggi. Jurnal Pendidikan. 2011 September;12(2):1129.
13. Nugraheni F, Hubungan motivasi belajar terhadap hasil belajar mahasiswa (Tesis). Kudus: Universitas Muria Kudus; 2008.
14. Carlson E. Precepting and symbolic interactionism–a theoritical look at preceptorship during clinical practice. Advanced Nursing Journal 2013;69(2):45764.
16. Ford K, Fitzgerald M, Courtney-Pratt H. The development and evaluation of a preceptorship program using a practise development approach. Australian J. Advanced Nursing. 2013;30(3):513.
17. Ahmed AM. Role of clinical skills centers in maintaining and promoting clinical teaching. Sudanese J. Public Health. 2008 April;3(2):97100.
18. Pusdiknakes. Panduan pembelajaran praktik klinik kebidanan dengan pendekatan preceptorship dan mentorship. Jakarta: WHO dan Pusdiknakes; 2011.
19. Foley V, Myrick F, Yonge O. Preceptorship and affirmation in the intergenerational world of nursing practice. Nursing Research and Practice Journal 2012 March;2012:110.
20. Carlson E, Pilhamma E, Wann-Hansson C. This is nursing:nursing roles as mediated by precepting nurses during clinical practice. Nurse Education Today. 2010;30:7637.
21. Smith C, Swain A, Penprase B. Congruence of perceived effective clinical teaching characteristics between students and preceptors of Nurse Anesthesia Programs. AANA J. 2011;79(4):628.