STUDI MORFOMETRIK DOMBA LOKAL JANTAN DI UNIT
PENDIDIKAN DAN PENELITIAN PETERNAKAN JONGGOL
SEBAGAI KRITERIA SELEKSI
SKRIPSI
MAWAS ISWAHYUDI
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
RINGKASAN
MAWAS ISWAHYUDI. D14063216. 2011. Studi Morfometrik Domba Lokal Jantan di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol Sebagai Kriteria Seleksi. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Moh. Yamin, M. Agr. Sc. Pembimbing Anggota : Ir. Maman Duldjaman, MS.
Domba lokal sangat potensial untuk dikembangkan di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol karena telah beradaptasi dengan baik terhadap lingkungannya seperti cuaca yang panas dan kering, parasit, dan jumlah pakan yang terbatas. Namun, rataan pertumbuhan domba tersebut masih bervariasi sehingga seleksi cepat digunakan dalam penelitian ini untuk memilih domba dengan tingkat kecepatan pertumbuhan yang berbeda.
Pertambahan bobot badan digunakan sebagai standar untuk membedakan domba tumbuh cepat dan lambat. Domba dengan pertambahan bobot badan harian diatas 100gr/e/h dikategorikan sebagai domba tumbuh cepat dan dibawah 80gr/e/h dikategorikan sebagai domba tumbuh lambat. Pengukuran morfometrik dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara domba tumbuh cepat dan lambat dan juga untuk mengetahui korelasi antara ukuran-ukuran tubuh tersebut.
Parameter morfometrik yang diukur adalah lingkar dada, panjang badan, tinggi badan, dalam dada, panjang ekor, panjang leher, lingkar leher atas dan bawah, panjang kepala, lingkar moncong, lingkar atas kaki depan kanan dan kiri, lingkar tengah kaki depan kanan dan kiri, lingkar bawah kaki depan kanan dan kiri, lingkar atas kaki belakang kanan dan kiri, lingkar tengah kaki belakang kanan dan kiri, lingkar bawah kaki belakang kanan dan kiri. Parameter tersebut dibandingkan pada kedua kriteria domba bertumbuh cepat dan lambat dan dikorelasikan antara parameter untuk analisis keterkaitannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi pundak, panjang badan, lingkar dada, lingkar leher atas dan bawah, panjang kepala, dan lingkar moncong berbeda nyata (P < 0,05) pada domba tumbuh cepat dibandingkan yang lambat sehingga parameter tersebut bisa digunakan sebagai kriteria seleksi untuk menentukan domba tumbuh cepat. Hal yang sama juga terjadi pada lingkar tengah kaki depan kanan, lingkar atas kaki belakang kiri, dan lingkar bawah kaki depan kanan dan kiri berbeda nyata (P < 0,05) pada domba tumbuh cepat. Sebaliknya, dalam dada, panjang leher, panjang ekor, lingkar atas kaki depan kanan dan kiri, lingkar tengah kaki depan kiri, lingkar atas kaki belakang kanan, lingkar tengah kaki belakang kanan dan kiri, serta lingkar bawah kaki belakang kanan dan kiri menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antara domba tumbuh cepat dengan yang lambat sehingga kemungkinan parameter ini tidak bisa dijadikan sebagai kriteria seleksi domba tumbuh cepat. Secara umum hampir seluruh ukuran morfometrik tubuh domba mempunyai korelasi positif terhadap bobot badan dan pertambahan bobot badan domba.
ABSTRACT
Morphometric Study of Local Sheep at Jonggol Animal Science Teaching and Research Unit as Selection Criteria
Iswahyudi, M, M. Yamin and M. Duldjaman
Jonggol local sheep is very potential to be developed at Jonggol Animal Science Teaching and Research Unit (JASTRU). The sheep have been well adapted to marginal environments including hot and dry weather, ectoparasites, and limited feed supply. However their growth rate performances still vary among the sheep. It is therefore selection needs to be conducted to get fast growing sheep. Daily gain was used as a standard of differing fast growing sheep and slow growing sheep. Sheep with daily gain above 100gr/head/day was categorized as fast growing sheep and daily gain under 80gr/head/day as the slowing group.
The results show that shoulder height, body length, chest circumference, upper neck circumference, lower neck circumference, head length, and mouth circumference were significantly higher at fast growing sheep than slow growing group. Similar results were found that circumference of right foreleg and left upper hind leg, and circumference of hind pastern either at left or right sides were significantly higher at fast growing sheep than slow growing group. This may indicate that the parameters can be used as selection criteria for fast growing sheep. and the parameters can be used as selection criteria to obtain fast growing sheep. On the contrary, chest depth, neck length, tail length, circumference of left foreleg and right upper hind leg, and circumference of neck to thoracic limb and hind pastern either at left or right sides were similar between the two groups of sheep, indicating the three parameters might not be used as the selection criteria. Almost all parameters had positive correlation between one and the other parameters especially daily gain.
STUDI MORFOMETRIK DOMBA LOKAL JANTAN DI UNIT
PENDIDIKAN DAN PENELITIAN PETERNAKAN JONGGOL
SEBAGAI KRITERIA SELEKSI
MAWAS ISWAHYUDI
D14063216
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan Institut Pertanain Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
Judul : Studi Morfometrik Domba Lokal Jantan di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol sebagai Kriteria Seleksi
Nama : Mawas Iswahyudi
NIM : D14063216
Menyetujui, Pembimbing Utama,
(Dr. Ir. Moh. Yamin, M. Agr. Sc) NIP: 19630928 198803 1 002
Pembimbing Anggota,
(Ir. Maman Duldjaman, M.S) NIP: 19460105 197403 1 001
Mengetahui: Ketua Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc) NIP. 19591212 198603 1 004
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Serang 21 September 1987 dari pasangan Bapak Yayat Hidayat dengan Ibu Empung Sapuroh. Penulis merupakan anak kelima dari enam bersaudara.
Riwayat pendidikan Penulis dimulai pada saat terdaftar di TK YPWKS II Cilegon pada tahun 1993 sampai dengan tahun 1994. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan dasar di SD YPWKS I Cilegon dan lulus pada tahun 2000. Selanjutnya Penulis menyelesaikan pendidikan di SLTP Negeri 3 Cilegon pada tahun 2003 dan dilanjutkan di SMA Negeri 1 Serang dan lulus pada tahun 2006. Penulis kemudian terdaftar sebagai mahasiswa baru di IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2006 dan kemudian diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun berikutnya.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim. Alhamdulillahhirabbil’alamin.
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, rizki dan nikmat-Nya sehingga Penulis mampu umtuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Morfometrik Domba Lokal Jantan di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol Sebagai Kriteria Seleksi”.
Skripsi ini merupakan hasil penelitian ukuran tubuh (morfometrik) domba lokal jantan di UP3 Jonggol untuk mengetahui kriteria domba bertumbuh cepat dan lambat. Penulis berharap skripsi ini dapat menginformasikan kriteria seleksi domba bertumbuh cepat yang direkomendasikan dan dapat dijadikan sebagai referensi yang baik dan bermanfaat dalam pengembangan ternak domba di UP3 Jonggol.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penulisan skripsi ini. Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan belum bisa dikatakan sempurna, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dunia peternakan.
Bogor, Maret 2011
DAFTAR ISI
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16
Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 16
Pertumbuhan Domba ... 16
Ukuran Morfometrik Domba... 17
Ukuran Morfometrik Bagian Kepala dan Leher Domba ... 17
Ukuran Morfometrik Bagian Badan dan Ekor Domba ... 19
Ukuran Morfometrik Bagian Kaki Domba ... 20
Korelasi Antara Ukuran-ukuran Tubuh Domba ... 21
Korelasi Bagian Badan dan Ekor Domba ... 21
Perbandingan Hasil Analisis Ukuran Morfometrik Bagian Badan dan Ekor Domba Berdasarkan Uji T dengan Nilai P pada Bobot Badan dan PBBH ... 23
Korelasi Bagian Kepala dan Leher Domba ... 24
Perbandingan Hasil Analisis Ukuran Morfometrik Bagian Kepala dan Leher Domba Berdasarkan Uji T dengan Nilai P pada Bobot Badan dan PBBH ... 26
Korelasi Bagian Kaki Depan Domba ... 26
Perbandingan Hasil Analisis Ukuran Morfometrik Bagian Badan dan Ekor Domba Berdasarkan Uji T dengan Nilai P pada Bobot Badan dan PBBH ... 28
Korelasi Bagian Kaki Belakang Domba... 28
Perbandingan Hasil Analisis Ukuran Morfometrik Bagian Kepala dan Leher Domba Berdasarkan Uji T dengan Nilai P pada Bobot Badan dan PBBH ... 30
Penerapan Hasil Penelitian di Lapang ... 31
KESIMPULAN DAN SARAN ... 30
Kesimpulan ... 30
Saran ... 30
UCAPAN TERIMA KASIH ... 31
DAFTAR PUSTAKA ... 32
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Koefisien Korelasi Bobot Badan Domba dan Ukuran Linier Tubuh
pada Pertumbuhan Domba yang Berbeda ... 10
2. Ukuran Morfometrik Domba dan Definisinya ... 13
3. Rataan Bobot Badan dan Pertambahan Bobot Badan Harian Domba Tumbuh Cepat dan Lambat ... 17
4. Rataan Ukuran Morfometrik Bagian Kepala dan Leher Domba ... 18
5. Rataan Ukuran Morfometrik Bagian Badan dan Ekor Domba ... 19
6. Rataan Ukuran Morfometrik Bagian Kaki Domba ... 21
7. Korelasi Bagian Badan dan Ekor dengan Ukuran-ukuran Tubuh Domba ... 22
8. Perbandingan Nilai P antara Uji T dengan Korelasi BB dan PBBH pada Bagian Badan dan Ekor Domba ... 24
9. Korelasi Bagian Kepala dan Leher dengan Ukuran-ukuran Tubuh Domba ... 25
10. Perbandingan Nilai P antara Uji T dengan Korelasi BB dan PBBH pada Bagian Kepala dan Leher Domba ... 26
11. Korelasi Bagian Kaki Depan dengan Ukuran-ukuran Tubuh Domba . 27
12. Perbandingan Nilai P antara Uji T dengan Korelasi BB dan PBBH pada Bagian Kaki Depan Domba ... 28
13. Korelasi Bagian Kaki Belakang dengan Ukuran-ukuran Tubuh Domba ... 29
14. Perbandingan Nilai P antara Uji T dengan Korelasi BB dan PBBH pada Bagian Kaki Belakang Domba ... 30
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Pengukuran Bagian Tubuh Domba ... 12
2. Kandang Domba Penelitian ... 16
3. Bentuk Kepala Domba Tumbuh Cepat (TC) dan Lambat (TL) ... 18
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Dada Domba ... 38
2. Data Hasil Statistik Uji t Panjang Badan Domba ... 38
3. Data Hasil Statistik Uji t Tinggi Badan Domba ... 39
4. Data Hasil Statistik Uji t Panjang Kepala Domba ... 39
5. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Moncong Domba ... 40
6. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Leher Atas Domba ... 40
7. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Leher Bawah Domba ... 41
8. Data Hasil Statistik Uji t Panjang Leher Domba ... 42
9. Data Hasil Statistik Uji t Dalam Dada Domba ... 42
10. Data Hasil Statistik Uji t Panjang Ekor Domba ... 43
11. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Atas Kaki Depan Kanan Domba ... 43
12. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Tengah Kaki Depan Kanan Domba ... 44
13. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Bawah Kaki Depan Kanan Domba 45
14. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Atas Kaki Depan Kiri Domba ... 45
15. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Tengah Kaki Depan Kiri Domba ... 46
16. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Bawah Kaki Depan Kiri Domba ... 46
17. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Atas Kaki Belakang Kanan Domba 47 18. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Tengah Kaki Belakang Kanan Domba ... 48
19. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Bawah Kaki Belakang Kanan Domba ... 48
20. Data Hasil Statistik Uji t Lingkar Atas Kaki Belakang Kiri Domba .. 49
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Domba merupakan ternak ruminansia yang potensial untuk dikembangkan dan permintaannya selalu tinggi. Salah satu jenis domba yang pemeliharaannya belum maksimal adalah domba lokal. Domba lokal adalah domba asli Indonesia yang mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi iklim tropis dan dapat beranak sepanjang tahun (Murtidjo, 1993). Hal ini merupakan peluang untuk mengembangkan potensi domba lokal di Indonesia.
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan ternak domba adalah pembibitan. Pembibitan ternak domba saat ini belum komersial dan masih di tingkat peternak, padahal pembibitan mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha peternakan domba. Selama ini usaha pengembangan ternak domba masih tertuju pada usaha penggemukan, padahal saat ini ketersediaan domba bakalan berkualitas sudah cukup sulit ditemukan. Salah satu cara untuk mendapatkan domba bakalan yang berkualitas adalah melalui pengembangan indukan dan domba pejantan yang berkualitas.
Permasalahan yang terjadi saat ini adalah performa domba lokal yang masih beragam. Hal ini disebabkan oleh keragaman genetik yang terdapat pada domba lokal sehingga perlu dilakukan seleksi untuk mendapatkan domba lokal yang unggul. Salah satu cara seleksi yang mudah dan aplikatif di tingkat peternak adalah melalui kondisi fisik dan ukuran morfometrik domba. Kriteria seleksi melalui ukuran morfometrik perlu dicari dan diidentifikasi agar proses penyeleksian dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Melalui pengukuran morfometrik ini diharapkan dapat mengetahui ukuran-ukuran tubuh domba mana saja yang dapat menjadi kriteria seleksi untuk menentukan domba unggul.
Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Domba
Domba sejak dahulu sudah mulai diternakkan orang. Ternak domba yang ada saat ini merupakan hasil domestikasi dan seleksi berpuluh-puluh tahun. Pusat domestikasinya diperkirakan berada dekat laut Kaspia yang tepatnya berada di daerah Stepa Aralo-Caspian sejak massa neolitik. Peternakan domba ini kemudian berkembang kearah timur yaitu sub-kontinen India dan Asia Tenggara, ke Barat yaitu kearah Asia Barat, Eropa dan Afrika, kemudian ke Amerika, Australia dan kepulauan tropik Oceania (Tomaszewska et al., 1993). Domba yang dikenal di seluruh dunia sekarang ini berasal dari keturunan domba liar, yaitu Moufflon atau Ovis musimon; Argali atau Ovis ammon; Urial atau Ovis vignei dan Ovis arkel (Sumoprastowo, 1987). Domba-domba tersebut didomestikasi, tetapi menurut Tomaszewska et al (1993) yang didomestikasi terlebih dahulu adalah kambing kemudian baru domba.
Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan atas hal-hal tertentu, diantaranya berdasarkan perbandingan banyaknya daging atau wol, ada tidaknya tanduk atau berdasarkan asal ternak (Kammlade dan Kammlade, 1955). Klasifikasi Domba menurut Blakely dan Bade (1992) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Mamalia Ordo : Artiodactyla Famili : Bovidae Genus : Ovis Spesies : Ovis aries
Domba yang ada di Indonesia pada saat ini asal-usulnya diperkirakan dibawa oleh pedagang-pedagang yang melakukan aktivitas membeli rempah-rempah di Indonesia pada zaman dahulu. Pedagang tersebut pada umumnya berasal dari Asia Baratdaya, dan domba yang dibawa pada umumnya termasuk bangsa ekor Gemuk.
sedikit (Murtidjo, 1993), dengan rataan bobot potong 20 kg (Edey, 1983). Pendapat lain menyatakan bahwa bobot dewasa mencapai 30-40 kg pada domba jantan dan betina 20-25 kg dengan persentase karkas 44-49% (Tiesnamurti, 1992). Sifat lain dari domba lokal tampak dari warna bulu umumnya putih dengan bercak hitam sekitar mata, hidung dan bagian lainnya (Edey, 1983; Mulyaningsih, 2006; Davendra dan McLeroy, 1992). Selain memiliki bentuk tubuh yang ramping, pola warna bulu sangat beragam dari bercak putih, coklat, hitam atau warna polos putih dan hitam (Tiesnamurti, 1992).
Ekor pada domba lokal umumnya pendek (Davendra dan McLeroy, 1992), bentuk tipis dan tidak menimbulkan adanya timbunan lemak (Mulyaningsih, 2006). Ukuran panjang ekor rata-rata 19,3 cm, lebar pangkal ekor 5,6 cm dan tebal 2,7 cm (Tiesnamurti, 1992). Domba lokal jantan mempunyai tanduk yang kecil sedangkan betina biasanya tidak bertanduk (Edey, 1983; Davendra dan McLeroy, 1992).
Jenis domba lokal yang ada di Indonesia menurut Iniguez et al. (1991) terdapat tiga jenis, yaitu Jawa ekor tipis, Jawa ekor gemuk dan Sumatra ekor tipis. Berdasarkan Inounu dan Diwyanto (1996) terdapat dua tipe domba yang paling menonjol di Indonesia, yaitu domba ekor tipis (DET) dan domba ekor gemuk (DEG) dengan perbedaan galur dari masing-masing tipe. Menurut Salamena (2003), domba terkelompok menjadi domba ekor tipis (Javanese thin tailed), domba ekor gemuk (Javanese fat tailed) dan domba Priangan atau dikenal juga sebagai domba Garut. Asal-usul domba ini tidak diketahui secara pasti, namun diduga DET berasal dari India dan DEG berasal dari Asia Barat (Williamson dan Payne, 1993).
Pemeliharaan Domba
Sistem pemeliharaan domba pada umumnya terdapat dua cara, yaitu sistem diumbar (di padang penggembalaan) dan dikandangkan, sedangkan menurut Parakkasi (1999) terdapat tiga cara yaitu, sistem ekstensif, semi intensif dan intensif. Sistem Ekstensif
Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang tidak dapat memenuhi kebutuhan domba yang hidup digemukkan diatasnya, sehingga keadaan domba mengalami pertumbuhan yang lambat maka dapat diatasi dengan penambahan pakan konsentrat sebanyak 225 gram berupa dedak halus atau bahan makanan lainnya, dan jika padang penggembalaan sangat kering karena iklim maka penambahan jumlah konsentrat dapat diperbanyak menjadi 450-675 gr per ekor per hari (Sumoprastowo, 1987).
Sistem Semi Intensif
Sistem ini merupakan perpaduan antara sistem ekstensif dan intensif, dan sering disebut juga dengan sistem pertanian campuran (mixed farming). Sistem ini banyak dilakukan oleh petani tradisional yang mempunyai lahan pertanian sambil memelihara ternak. Ternak pada siang hari dapat diumbar di padang penggembalaan sepuasnya dan pada malam hari ternak dikandangkan dan pakan diberikan di dalam kandang.
Sistem Intensif
Pemeliharaan dengan sistem ini biasanya ternak dikandangkan terus menerus (sepanjang hari) (Tomaszewska et al., 1993), dan biasanya sistem ini dilakukan di pedesaan yang padat penduduknya. Pemeliharaan sistem intensif ini sering disamakan dengan pemeliharaan dengan ransum yang bernutrisi tinggi (penguat). Menurut Sumoprastowo (1987), ternak yang dipelihara secara intensif ini biasanya menggunakan pakan berupa rumput secukupnya sedangkan sisa kebutuhannya dipenuhi dengan memberikan konsentrat. Penambahan konsentrat dalam pakan domba yang terdiri dari banyak campuran jagung giling, pertambahan berat badan pernah tercatat 200 gr/hari/ekor.
Pertumbuhan Domba
Pertumbuhan adalah perubahan ukuran yang meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linier dan komposisi tubuh, termasuk perubahan komponen-komponen tubuh seperti otot, lemak, protein dan abu pada karkas (Soeparno, 1994). Soeparno (1994) melanjutkan bahwa faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi laju pertumbuhan. Mulliadi (1996) melaporkan bahwa keragaman ukuran tubuh pada ternak dapat disebabkan kondisi pemeliharaan, pengaruh pemberian pakan, kondisi alat pencernaan dan keragaman genetik. Soeparno (1994) menyatakan bahwa faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hewan antara lain nutrisi, suhu, kelembaban, keracunan, polusi dan penyakit, sehingga dapat menyebabkan perubahan komposisi tubuh, baik fisik maupun kimiawi.
Menurut Berg dan Butterfield (1976), pertambahan umur berarti juga peningkatan bobot badan pada ternak. Hal tersebut berpengaruh terhadap kadar laju pertumbuhan tulang yang lebih lambat dan pertumbuhan otot yang relatif lebih cepat. Soeparno (1994) menambahkan bahwa berdasarkan laju pertumbuhan maksimum, jaringan tubuh mempunyai urutan pertumbuhan berdasarkan umur yaitu (1) jaringan syaraf, (2) tulang, (3) otot dan (4) lemak.
Nurhayati (2004) menyatakan bahwa peningkatan ini relatif tinggi pada umur muda yaitu pada umur I0 dan I1, yaitu pada saat ternak mulai tumbuh dan membentuk tubuhnya. Mathius (1989) menambahkan bahwa pada umumnya anak domba mencapai 75% dari berat dewasa pada umur satu tahun. Pertumbuhan pada tahun pertama sekitar 50% berat badan dicapai selama tiga bulan pertama, 25% pada tiga bulan kedua dan 25% dalam enam bulan terakhir. Domba jantan muda memiliki potensi untuk tumbuh lebih cepat daripada domba betina muda, pertambahan bobot badan lebih cepat, konsumsi pakan lebih banyak dan penggunaan pakan yang lebih efisien untuk pertumbuhan badan (Anggorodi, 1990).
penyakit serta tata laksana akan menentukan tingkat pertumbuhan dalam mencapai kedewasaan (Sugeng, 2002).
Kondisi Tubuh
Menurut Herman (2003), pertumbuhan hewan berlangsung dua kejadian, yaitu bertambahnya bobot badan sampai dicapainya besar tubuh dewasa (pertumbuhan) dan terdapatnya perubahan bentuk serta konformasi tubuh hewan sehingga diperoleh bentuk dewasa (perkembangan). Setelah hewan lahir, perubahan berlangsung dalam proporsi tubuh. Perkembangan terakhir, daerah loin ditandai oleh timbunan otot dan lemak yang cukup tebal. Kondisi ini dapat digunakan untuk menilai kondisi tubuh seekor hewan, baik hasil penggemukan, bibit betina maupun pejantan.
Nichols (1996) menjelaskan bahwa mendeteksi kondisi tubuh domba dapat dengan meraba lemak di punggungnya. Ketebalan lemak punggung dipercaya sebagai indikator kurus atau gemuknya domba. Domba yang gemuk dan sudah tidak mungkin mengalami pertumbuhan pesat, biasanya lemak punggungnya tebal, sedangkan domba yang kurus lemak punggungnya tipis, bahkan jika diraba terasa ada tulang yang menonjol.
Keadaan sangat kurus apabila kedua processus tersebut mudah diraba karena penimbunan otot dan lemak yang sangat kurang. Nilai 5 dapat diberikan untuk hewan yang memiliki kondisis sangat gemuk dan nilai 1 dapat diberikan kepada hewan yang memiliki kondisi tubuh sangat kurus. Hewan yang memiliki kondisi tubuh kurus, sedang dan gemuk masing-masing dapat diberikan nilai 2, 3 dan 5 (Herman, 2003).
Parameter Ukuran Tubuh
Bobot Badan
Pertambahan bobot badan pada hewan akan menyebabkannya menjadi lebih besar dan diikuti dengan pertambahan kekuatan dan perkembangan otot-otot penggantung yaitu, Musculus serratus ventralis dan Musculus pectoralis yang terdapat di daerah dada, sehingga ukuran lingkar dada semakin meningkat (Doho, 1994). Darmayanti (2003) menyatakan bahwa bobot badan umumnya mempunyai hubungan positif dengan semua ukuran linier tubuh. Perbedaan kecepatan pertumbuhan berpengaruh nyata terhadap panjang dan tinggi badan. Semakin cepat laju pertumbuhan ukuran lingkar dan lebar dada, maka domba akan semakin besar. Lingkar Dada
Lingkar dada merupakan bagian tubuh yang diukur dengan cara melingkari ronga dada di belakang sendi bahu (os scapula). Salahmawati (2004) melaporkan bahwa rataan lingkar dada pada domba Garut tipe tangkas umur kurang dari satu tahun adalah 54,97 ± 6,73 cm dan pada umur antara 1-5 tahun adalah 76,68 ± 8,68 cm; sedangkan pada domba Garut tipe pedaging mempunyai rataan lingkar dada 54,30 ± 14,65 cm pada umur kurang dari satu tahun dan pada umur antara 1-5 tahun adalah 69,33 ± 5,40 cm. Mulliadi (1996) melaporkan bahwa rataan lingkar dada adalah 61,34 ± 5,75 cm pada domba lokal Garut umur 1-5 tahun.
Panjang Badan
Panjang badan adalah jarak garis lurus dari tepi tulang processus spinocus sampai benjolan tulang tapis (tulang duduk atau os ischium). Salahmawati (2004) melaporkan bahwa rataan panjang badan domba Garut tipe tangkas pada umur kurang dari satu tahun adalah 42,52 ± 12,82 cm, dan pada umur 1-5 tahun adalah 62,45 ± 4,48 cm, sedangkan rataan panjang badan domba Garut tipe pedaging pada umur kurang dari satu tahun adalah 47,91 ± 8,26 cm dan pada umur 1-5 tahun adalah 54,33 ± 3,21 cm. Mulliadi (1996) melaporkan bahwa rataan panjang badan domba lokal Garut pada umur 1-5 tahun adalah 51,83 ± 4,73 cm.
Nurhayati (2004) menyatakan bahwa terdapat korelasi positif antara bobot badan dan panjang pada domba Priangan tipe pedaging dan tangkas di Kabupaten Garut, masing-masing bernilai 0,97 dan 0,87. Doho (1994) melaporkan bahwa terdapat korelasi positif antara panjang dan bobot badan pada domba ekor Gemuk jantan sebesar 0,69.
Korelasi Lingkar Dada dan Panjang Badan terhadap Bobot Badan
Massiara (1986) menyatakan bahwa bobot badan dan lingkar dada merupakan fungsi umur, maka lingkar dada dan bobot badan semakin meningkat dengan bertambahnya umur ternak. Selain itu menurut Laidding (1996), ukuran-ukuran tubuh ternak dapat berbeda satu sama lain secara bebas, korelasinya dapat disebut positif apabila peningkatan satu sifat menyebabkan sifat lainnya juga meningkat dan apabila suatu sifat meningkat dan sifat lain menurun maka korelasinya negatif.
Tabel 1. Koefisien Korelasi Bobot Badan Domba dan Ukuran Linier Tubuh pada Pertumbuhan Domba yang Berbeda
Korelasi Pertumbuhan Domba Ukuran Linier Tubuh
Bobot Badan dan
Ukuran Linier Tubuh Cepat
Lingkar Dada (r = 0,72) Panjang Badan (r = 0,74) Bobot Badan dan
Ukuran Linier Tubuh Sedang Lingkar Dada (r = 0,61) Bobot Badan dan
Ukuran Linier Tubuh Lambat
Lingkar Dada (r = 0,50) Panjang Badan (r = 0,44)
METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) mulai bulan Juli hingga November 2009.
Materi
Ternak
Ternak yang digunakan adalah 50 ekor domba lokal jantan umur kurang dari satu tahun (I0). Domba yang digunakan dibagi menjadi dua kelompok yaitu domba tumbuh cepat (TC) dan lambat (TL).
Kandang
Kandang yang digunakan untuk penelitian ini adalah kandang kelompok dengan sistem pemeliharaan secara semi intensif.
Peralatan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah tali tambang, selang, gunting, spidol, label, timbangan, pita ukur, tongkat ukur, dan alat tulis.
Prosedur
Kegiatan dimulai dengan mengidentifikasi dan seleksi domba, persiapan kandang, pemeliharaan dan pengukuran, dan menentukan peubah yang diamati. Identifikasi Domba
Identifikasi dilakukan untuk mencari domba lokal yang seragam. Identifikasi dilakukan dengan penentuan umur, jenis, dan pengukuran ukuran tubuh domba. Seleksi Domba
TC (Rataan BB = 21,92 kg dan rataan PBBH = 140,15 g/e/h) dan enam ekor domba TL (Rataan BB = 16,17 kg dan rataan PBBH = 64,98 g/e/h).
Persiapan Kandang
Kandang dan semua peralatan yang digunakan dibersihkan. Tempat pakan tambahan diperbaiki.
Pemeliharaan dan Pengukuran
Pemeliharaan dilakukan selama empat minggu. Pakan yang diberikan adalah rumput lapang dan dilakukan penambahan konsentrat KPS sebanyak 50gr/ekor/hari sebelum domba digembalakan. Setiap minggu dilakukan penimbangan dan pengukuran domba.
Peubah yang Diamati
Ukuran morfometrik domba yang diamati dan teknik pengukurannya dapat dilihat pada Gambar 1 dan Tabel 2.
Tabel 2. Ukuran Morfometrik Domba dan Definisinya
No Ukuran Tubuh Definisi
1 Tinggi Badan Jarak titik tertinggi pundak sampai alas kandang
2 Panjang Badan Jarak sendi bahu sampai tulang duduk (tuber
ischii)
3 Lingkar Dada Jarak melingkar sekeliling dada di belakang sendi
siku
4 Panjang Ekor Jarak pangkal ekor sampai ujung ekor
5 Dalam Dada Jarak titik tertinggi tulang pundak sampai tulang
dada bagian bawah belakang kaki depan
6 Lingkar Leher Atas Jarak melingkar sekeliling leher atas, di bawah pangkal kepala
7 Lingkar Leher Bawah Jarak melingkar sekeliling ujung leher bawah, di atas tulang dada yang menonjol
8 Panjang Kepala Jarak ujung dahi sampai ujung moncong
9 Lingkar Moncong Jarak melingkar sekeliling moncong
10 Panjang Leher Jarak ujung leher atas (di bawah pangkal kepala)
sampai ujung leher bawah, di atas tulang dada yang menonjol
11 Lingkar Atas Kaki Depan Kanan
Jarak melingkar sekeliling pangkal atas kaki kanan depan
12 Lingkar Atas Kaki Depan Kiri Jarak melingkar sekeliling pangkal atas kaki kiri depan
13 Lingkar Tengah Kaki Depan Kanan
Jarak melingkar bagian tengah (lutut) kaki kanan depan
14 Lingkar Tengah Kaki Depan Kiri
Jarak melingkar bagian tengah (lutut) kaki kiri depan
15 Lingkar Bawah Kaki Depan Kanan
Jarak melingkar sekeliling ujung bawah kaki kanan depan di atas kuku
16 Lingkar Bawah Kaki Depan Kiri
Jarak melingkar sekeliling ujung bawah kaki kiri depan di atas kuku
17 Lingkar Atas Kaki Belakang Kanan
Jarak melingkar sekeliling pangkal atas kaki kanan belakang
18 Lingkar Atas Kaki Belakang Kiri
Jarak melingkar sekeliling pangkal atas kaki kiri belakang
19 Lingkar Tengah Kaki Belakang Kanan
Jarak melingkar bagian tengah (lutut) kaki kanan belakang
20 Lingkar Tengah Kaki Belakang Kiri
Jarak melingkar bagian tengah (lutut) kaki kiri belakang
21 Lingkar Bawah Kaki Belakang Kanan
Jarak melingkar sekeliling ujung bawah kaki kanan belakang di atas kuku
22 Lingkar Bawah Kaki Belakang Kiri
Rancangan Percobaan
Perlakuan
Perlakuan yang yang diamati dalam penelitian ini adalah domba lokal jantan dengan tingkat kecepatan tumbuh yang cepat (TC) dan domba lokal dengan kecepatan tumbuh yang lambat (TL).
Analisis Data
Perbandingan Ukuran Morfometrik pada Domba TC dan TL. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji t dan membandingkan dua perlakuan tersebut yaitu kelompok domba TC dan TL untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati. Perlakuan untuk domba TC dan TL masing-masing dengan enam ulangan. Adapun rumus uji t adalah sebagai berikut (Steel dan Torrie, 1997) :
t =
i - j – d0
s 1 + s 1
n n
Keterangan:
Xi = Rataan perlakuan ke-i; i = 1, 2,...6 Xj = Rataan perlakuan ke-j; j = 1, 2,...6 s = Simpangan baku
n = Jumlah individu sampel
Do = 0
Uji Korelasi Antara Peubah. Analisis korelasi juga dilakukan untuk mengetahui hubungan antar ukuran-ukuran tubuh yang diamati. Model matematis yang digunakan adalah sebagai berikut (Steel dan Torrie, 1997) :
Konsistensi Hasil Analisis Uji T dan Korelasi Terhadap Bobot Badan dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) Fakultas Peternakan IPB terletak di Desa Singasari Kecamatan Jonggol Bogor. Lokasi UP3 Jonggol terletak antara 106,53° BT dan 06,53° LS dengan ketinggian 145 m di atas permukaan laut. Suhu rata-rata 30,4°C dengan kelembaban rata-rata 79%. Daerah ini memiliki batas-batas wilayah, sebelah Utara Kampung Pasir, sebelah Barat Kampung Pangakalan Jemben, sebelah Selatan Kampung Pedes, dan sebelah Timur Kampung Melati. Jarak UP3 Jonggol dengan kota Bogor sekitar 75 km.
Gambar 2. Kandang Domba Penelitian
Pertumbuhan Domba
Domba lokal jantan yang terdapat di UP3 Jonggol mempunyai kecepatan pertumbuhan yang berbeda. Berdasarkan hasil penyeleksian terhadap 50 ekor domba lokal jantan di UP3 Jonggol diperoleh domba dengan kategori TC dan TL masing-masing enam ekor. Bobot badan domba lokal jantan di UP3 Jonggol umumnya tidak begitu besar, namun pertambahan bobot badan harian yang diperlihatkan oleh domba TC cukup tinggi (Tabel 3). Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh faktor genetik dan kondisi lingkungan dengan ketersediaan pakan yang terbatas sehingga menyebabkan pertumbuhan yang kurang optimal.
Soeparno (1994) menyatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi laju pertumbuhan. Mulliadi (1996) melaporkan bahwa keragaman ukuran tubuh pada ternak dapat disebabkan kondisi pemeliharaan, pengaruh pemberian pakan, kondisi alat pencernaan dan keragaman genetik. Keragaman ukuran tubuh juga dapat dipengaruhi oleh jumlah anak per kelahiran (litter size) yang tidak diketahui pada penelitian ini karena tidak ada catatan data di UP3 Jonggol tentang hal tersebut.
Tabel 3. Rataan Bobot Badan dan Pertambahan Bobot Badan Harian Domba Tumbuh Cepat dan Lambat
Peubah
Perlakuan Tumbuh Cepat
(TC)
Tumbuh Lambat (TL) Bobot Badan (kg) 21.92 ± 3.07a 16.17 ± 2.48b Pertambahan Bobot Badan Harian (g) 140.15 ± 36.41a 64.98 ± 21.13b
Keterangan: Tanda superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P < 0,05)
Ukuran Morfometrik Domba
Ukuran Morfometrik Bagian Kepala dan Leher Domba
didukung oleh kapasitas ukuran mulut, kepala, dan leher yang lebih tinggi dibandingkan domba TL. Bentuk kepala pada bagian atas domba TC juga cenderung lebih cembung dibandingkan TL. Lingkar moncong yang besar memungkinkan kapasitas tampung pakan yang besar. Ukuran lingkar moncong yang besar ini perlu didukung oleh ukuran panjang kepala yang proporsional dan ukuran lingkar leher yang besar pula. Hasil ini didukung oleh penelitian Aji (2010) yang menyatakan bahwa panjang kepala, lingkar leher atas dan lingkar leher bawah domba TC berbeda nyata (P< 0,05) dengan domba TL. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran morfometrik lingkar moncong, panjang kepala, lingkar leher atas dan lingkar leher bawah bisa dijadikan kriteria seleksi domba tumbuh cepat. Rataan dan perbandingan ukuran morfometrik bagian kepala dan leher dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 3. Tabel 4. Rataan Ukuran Morfometrik Bagian Kepala dan Leher Domba
Peubah
Perlakuan
Tumbuh Cepat (cm) Tumbuh Lambat (cm) Panjang Kepala 19,33 ± 0,82a 18,00 ± 1,10b
Lingkar Moncong 18,67 ± 0,82a 16,75 ± 1,47b Lingkar Leher Atas 25,67 ± 2,16a 22,67 ± 1,37b Lingkar Leher Bawah 32,67 ± 2,80a 29,17 ± 2,48b
Panjang Leher 20,33 ± 1,37 19,67 ± 1,21
Keterangan: tanda superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P < 0,05)
Ukuran Morfometrik Bagian Badan dan Ekor Domba
Bagian morfometrik ini meliputi lingkar dada, panjang badan, tinggi badan, dalam dada, dan panjang ekor. Bagian-bagian ini merupakan bagian yang umum digunakan untuk mengetahui pertumbuhan domba. Rataan ukuran morfometrik bagian badan dan ekor dapat dilihat pada (Tabel 5).
Tabel 5. Rataan Ukuran Morfometrik Bagian Badan dan Ekor Domba
Peubah
Perlakuan
Tumbuh Cepat (cm) Tumbuh Lambat (cm)
Lingkar Dada 61,06 ± 3,22a 56,39 ± 3,21b
Panjang Badan 56,33 ± 3,61a 51,61 ± 2,38b
Tinggi Badan 55,67 ± 3,27a 50,61 ± 1,95b
Dalam Dada 26,33 ± 1,97 24,33 ± 1,63
Panjang Ekor 21,00 ± 2,00 20,50 ± 1,76
Keterangan: tanda superscript pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P < 0,05)
Hasil pengamatan ukuran morfometrik pada bagian badan dan ekor diketahui bahwa secara keseluruhan domba TC memiliki nilai yang lebih tingi dibandingkan dengan domba TL. Berdasarkan analisis statistik diperoleh hasil bahwa domba TC mempunyai nilai yang nyata (P < 0,05) untuk parameter lingkar dada, panjang badan, dan tinggi badan dibandingkan domba TL. Hasil ini menunjukkan bahwa kecepatan pertumbuhan domba yang berbeda dapat mempengaruhi ukuran-ukuran morfometrik tersebut. Hasil ini didukung oleh penelitian Aji (2010) yang menyatakan bahwa domba TC mempunyai nilai yang nyata (P < 0,05) untuk parameter lingkar dada, panjang badan dan tinggi badan.
bahwa lingkar dada merupakan bagian tubuh domba yang mengalami pembesaran ke arah samping. Bertambahnya besar ternak kearah samping, maka ukuran lingkar dada dan lebar dada bertambah (Manggung, 1979). Namun bertambahnya ukuran tubuh kearah samping ini perlu didukung ukuran panjang dan tinggi tubuh yang proporsional. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran morfometrik lingkar, panjang dan tinggi badan dapat dijadikan kriteria seleksi domba tumbuh cepat.
Hasil sebaliknya terjadi pada peubah dalam dada dan panjang ekor, secara statistik tidak berbeda antara dua kelompok domba tersebut, walaupun nilai P untuk dalam dada relatif mendekati beda nyata (P = 0,09). Hal ini menunjukkan bahwa ukuran morfometrik dalam dada dan panjang ekor mungkin tidak dapat dijadikan kriteria untuk seleksi domba tumbuh cepat. Morfometrik domba TC dan TL dapat dilihat pada Gambar 4 .
(a) (b) Gambar 4. Bentuk Badan Domba (a) TC dan (b) TL Ukuran Morfometrik Bagian Kaki Domba
mana bagian kiri mempunyai hasil yang berbeda nyata sedangkan bagian kanan memiliki hasil yang tidak berbeda nyata namun dengan nilai yang mendekati beda nyata (P = 0,07). Rataan ukuran morfometrik bagian kaki dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan Ukuran Morfometik Bagian Kaki Domba
Peubah
Perlakuan
Tumbuh Cepat (cm) Tumbuh Lambat (cm)
Lingkar Atas Kaki Depan Kanan 17,17 ± 1,60 16,25 ± 0,82
Lingkar Tengah Kaki Depan Kanan 11,42 ± 0,38a 10,42 ± 0,59b
Lingkar Bawah Kaki Depan Kanan 7,75 ± 0,27a 6,92 ± 0,38b
Lingkar Atas Kaki Depan Kiri 17,25 ± 1,25 16,25 ± 0,82
Lingkar Tengah Kaki Depan Kiri 11,08 ± 0,67 10,42 ± 0,59
Lingkar Bawah Kaki Depan Kiri 7,67 ± 0,41a 7,00 ± 0,45b
Lingkar Atas Kaki Belakang Kanan 26,17 ± 1,47 24,67 ± 0,82
Lingkar Tengah Kaki Belakang Kanan 11,42 ± 0,67 10,58 ± 0,74
Lingkar Bawah Kaki Belakang Kanan 8,17 ± 0,75 7,50 ± 0,55
Lingkar Atas Kaki Belakang Kiri 26,00 ± 1,10a 24,33 ± 1,03b
Lingkar Tengah Kaki Belakang Kiri 11,25 ± 0,52 10,33 ± 0,88
Lingkar Bawah Kaki Belakang Kiri 8,08 ± 0,74 7,25 ± 0,52
Keterangan: Tanda superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P < 0,05)
Korelasi Antara Ukuran-ukuran Tubuh Domba
Korelasi Bagian Badan dan Ekor Domba
Tabel 7. Korelasi Bagian Badan dan Ekor dengan Ukuran Tubuh Domba
Peubah
Nilai Korelasi dan P Value antara Ukuran Tubuh Domba pada Peubah yang Berbeda
BB PBBH LD PB TB DD PE Keterangan: BB: bobot badan;PBBH: pertambahan bobot badan harian; LD: lingkar dada; PB: panjang badan; TB: tinggi badan;
DD: dalam dada; PE: panjang ekor; LK 1: lingkar atas kaki depan kanan; LK 2: lingkar tengah kaki depan kanan; LK 3: lingkar bawah kaki depan kanan; LK 4: lingkar atas kaki depan kiri; LK 5: lingkar tengah kaki depan kiri; LK 6: lingkar bawah kaki depan kiri; LK 7: lingkar atas kaki belakang kanan; LK 8: lingkar tengah kaki belakang kanan; LK 9: lingkar bawah kaki belakang kanan; LK 10: lingkar atas kaki belakang kiri; LK 11: lingkar tengah kaki belakang kiri; LK 12: lingkar bawah kaki belakang kiri. Nilai pada baris pertama pada kolom setiap parameter merupakan
koefisien korelasi dan baris kedua merupakan P-Value. Nilai dengan font ditebalkan menunjukkan hasil yang berbeda
Hasil yang berbeda nyata juga ditunjukkan oleh bagian badan domba terhadap hampir seluruh ukuran-ukuran tubuh lainnya dengan korelasi positif. Hasil yang signifikan terjadi pada bagian lingkar dada dimana memiliki korelasi positif terhadap bagian-bagian tubuh domba lainnya terutama terhadap bobot badan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Diwyanto et al. (1984) yang menyatakan bahwa komponen tubuh yang berhubungan erat dengan bobot badan adalah lingkar dan lebar dada. Ditambahkan pula oleh Takaendengan (1998) peubah lingkar dada merupakan parameter yang memiliki nilai koefisien korelasi terhadap bobot badan paling tinggi, hal ini disebabkan dengan bertambahnya berat seekor hewan, bertambah besar pula hewan tersebut karena pertambahan bobot badan dan besar badan ke arah samping nyata. Selain lingkar dada, korelasi positif yang cukup nyata juga terjadi pada bagian-bagian badan domba lainnya seperti panjang badan, tinggi badan dan dalam dada. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun tumbuh kearah samping namun diimbangi dengan pertumbuhan ukuran-ukuran tubuh lainnya (proporsional).
Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh peubah panjang ekor dimana tidak ada hasil yang berbeda nyata terhadap ukuran-ukuran tubuh lainnya. Hal ini menunjukkan peubah panjang ekor tidak berkorelasi terhadap bagian-bagian tubuh domba lainnya.
Perbandingan Hasil Analisis Ukuran Morfometrik Bagian Badan dan Ekor
Domba Berdasarkan Uji T dengan Nilai P Korelasi pada Bobot Badan dan
Perbandingan nilai P antara Uji T dengan korelasi BB dan PBBH pada bagian badan dan ekor domba dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Perbandingan Nilai P antara Uji T dengan Korelasi BB dan PBBH pada
Korelasi pada Bagian Kepala dan Leher Domba
Hasil analisis statistik korelasi pada bagian kepala dan leher dengan ukuran-ukuran tubuh domba menunjukkan bahwa hampir seluruh peubah yang diamati memiliki hasil yang berbeda nyata (P < 0,5). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara peubah panjang kepala, lingkar moncong, lingkar leher atas, dan lingkar leher bawah terhadap peubah-peubah lainnya. Nilai korelasi yang ditunjukkan oleh bagian kepala dan leher adalah positif kecuali pada peubah panjang ekor. Hal ini menunjukkan bahwa korelasi yang terjadi merupakan korelasi postif.
Tabel 9. Korelasi Bagian Kepala dan Leher dengan Ukuran Tubuh Domba
Peubah
Nilai Korelasi dan P Value antara Ukuran Tubuh Domba pada Peubah yang Berbeda
Lingkar Leher Atas 0.868 0.698
0.000 0.012
Keterangan: PBBH: pertambahan bobot badan harian; PK: panjang kepala; LM: lingkar moncong; LLA: lingkar leher atas; LLB: lingkar leher bawah; PL: panjang leher; LK 1: lingkar atas kaki depan kanan; LK 2: lingkar tengah kaki depan kanan; LK 3: lingkar bawah kaki depan kanan; LK 4: lingkar atas kaki depan kiri; LK 5: lingkar tengah kaki depan kiri; LK 6: lingkar bawah kaki depan kiri; LK 7: lingkar atas kaki belakang kanan; LK 8: lingkar tengah kaki belakang kanan; LK 9: lingkar bawah kaki belakang kanan; LK 10: lingkar atas kaki belakang kiri; LK 11: lingkar tengah kaki belakang kiri; LK 12: lingkar bawah kaki belakang kiri. Nilai pada baris pertama pada kolom setiap parameter merupakan koefisien korelasi dan baris kedua merupakan P-Value. Nilai dengan
Perbandingan Hasil Analisis Ukuran Morfometrik Bagian Kepala dan Leher dibandingkan. Dengan demikian peubah panjang kepala, lingkar moncong, lingkar leher atas dan lingkar leher bawah bisa dijadikan kriteria seleksi pertumbuhan untuk bobot badan dan PBBH. Perbandingan nilai P antara Uji T dengan korelasi BB dan PBBH pada bagian kepala dan leher domba dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Perbandingan Nilai P antara Uji T dengan Korelasi BB dan PBBH pada
Korelasi pada Bagian Kaki Depan Domba
Tabel 11. Korelasi Bagian Kaki Depan dengan Ukuran Tubuh Domba
Peubah
Nilai Korelasi dan P Value antara Ukuran-ukuran Tubuh Domba pada Peubah yang Berbeda depan kanan; LK 3: lingkar bawah kaki depan kanan; LK 4: lingkar atas kaki depan kiri; LK 5: lingkar tengah kaki depan kiri; LK 6: lingkar bawah kaki depan kiri; LK 7: lingkar atas kaki belakang kanan; LK 8: lingkar tengah kaki belakang kanan; LK 9: lingkar bawah kaki belakang kanan; LK 10: lingkar atas kaki belakang kiri; LK 11: lingkar tengah kaki belakang kiri; LK 12: lingkar bawah kaki belakang kiri. Nilai pada baris pertama pada kolom setiap parameter merupakan koefisien korelasi dan baris kedua merupakan P-Value. Nilai dengan
Perbandingan Hasil Analisis Ukuran Morfometrik Bagian Kaki Depan Domba
Berdasarkan Uji T dengan Nilai P Korelasi pada Bobot Badan dan PBBH. Hasil perbandingan antara hasil analisis uji T dengan nilai P hasil korelasi terhadap bobot badan dan PBBH pada bagian kaki depan menunjukkan bahwa peubah LK 1, LK 4, dan LK 5 hanya memiliki hasil berbeda nyata (P < 0,05) pada korelasi dengan bobot badan. Hasil pada peubah LK 2 dan LK 6 menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada (p < 0,05) pada uji T antara TC dan TL dan korelasi dengan bobot badan. Dari hasil tersebut hanya peubah LK 3 yang memiliki hasil yang konsisten. Hasil ini menunjukkan bahwa ukuran morfometrik bagian kaki depan domba belum bisa dijadikan kriteria seleksi pertumbuhan.
Keterangan: TC: tumbuh cepat; TL: tumbuh lambat; BB: bobot badan; PBBH: pertambahan bobot badan harian; LK 1: lingkar atas kaki depan kanan; LK 2: lingkar tengah kaki depan kanan; LK 3: lingkar bawah kaki depan kanan; LK 4: lingkar atas kaki depan kiri; LK 5: lingkar tengah kaki depan kiri; LK 6: lingkar bawah kaki depan kiri
Korelasi pada Bagian Kaki Belakang Domba
Tabel 13. Korelasi Bagian Kaki Belakang Dengan Ukuran Tubuh Domba
Peubah
Nilai Korelasi dan P Value antara Ukuran Tubuh Domba pada Peubah yang Berbeda depan kanan; LK 3: lingkar bawah kaki depan kanan; LK 4: lingkar atas kaki depan kiri; LK 5: lingkar tengah kaki depan kiri; LK 6: lingkar bawah kaki depan kiri; LK 7: lingkar atas kaki belakang kanan; LK 8: lingkar tengah kaki belakang kanan; LK 9: lingkar bawah kaki belakang kanan; LK 10: lingkar atas kaki belakang kiri; LK 11: lingkar tengah kaki belakang kiri; LK 12: lingkar bawah kaki belakang kiri. Nilai pada baris pertama pada kolom setiap parameter merupakan koefisien korelasi dan baris kedua merupakan P-Value. Nilai dengan
Perbandingan Hasil Analisis Ukuran Morfometrik Bagian Kaki Belakang
Domba Berdasarkan Uji T dengan Nilai P Korelasi pada Bobot Badan dan
PBBH. Hasil perbandingan antara hasil analisis uji T dengan hasil korelasi terhadap bobot badan dan PBBH pada bagian kaki depan menunjukkan bahwa peubah LK 7 dan LK 12 memiliki hasil yang tidak berbeda nyata hanya pada uji T antara TC dan TL sedangkan pada peubah LK 8, LK 9, dan LK 11 hanya memiliki hasil yang berbeda nyata (P < 0,05) pada korelasi dengan bobot badan. Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh peubah LK 10 yang memiliki hasil berbeda nyata (P < 0,05) pada seluruh nilai P yang dibandingkan. Dari hasil tersebut hasil yang konsisten hanya terjadi pada peubah LK 10. Hasil ini menunjukkan bahwa ukuran morfometrik pada bagian kaki belakang masih belum bisa dijadikan kriteria seleksi pertumbuhan. Perbandingan nilai P antara Uji T dengan korelasi BB dan PBBH pada bagian kaki belakang domba dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Perbandingan Nilai P antara Uji T dengan Korelasi BB dan PBBH pada harian; LK 7: lingkar atas kaki belakang kanan; LK 8: lingkar tengah kaki belakang kanan; LK 9: lingkar bawah kaki belakang kanan; LK 10: lingkar atas kaki belakang kiri; LK 11: lingkar tengah kaki belakang kiri; LK 12: lingkar bawah kaki belakang kiri
Penerapan Hasil Penelitian di Lapang
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Peubah lingkar dada, panjang badan, tinggi badan, panjang kepala, lingkar leher atas, lingkar leher bawah, dan lingkar moncong pada domba bertumbuh cepat mempunyai nilai lebih tinggi dari domba bertumbuh lambat sehingga bisa dijadikan sebagai kriteria seleksi domba tumbuh cepat. Peubah-peubah lainnya memiliki hasil yang tidak berbeda nyata sehingga peubah ini belum bisa dijadikan kriteria seleksi domba tumbuh cepat.
Hasil pada korelasi menunjukkan bahwa hampir seluruh peubah memiliki korelasi positif terhadap bobot badan kecuali pada peubah panjang leher dan panjang ekor. Korelasi terhadap pertambahan bobot badan hanya terjadi pada peubah lingkar dada, panjang badan, dalam dada, panjang kepala, lingkar moncong, lingkar leher atas, lingkar leher bawah, lingkar bawah kaki depan kanan, lingkar atas kaki belakang kanan, lingkar atas kaki belakang kiri dan lingkar bawah kaki belakang kiri. Korelasi antara ukuran-ukuran tubuh terjadi pada hampir seluruh bagian tubuh kecuali pada peubah panjang ekor yang tidak memiliki korelasi terhadap seluruh bagian tubuh. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa peubah lingkar dada, panjang badan, tinggi badan, panjang kepala, lingkar moncong, lingkar leher atas dan lingkar leher bawah dapat direkomendasikan sebagai kriteria seleksi domba lokal di UP3 Jonggol.
Saran
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas nikmat dan karunianya sehingga penulis berhasil menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW, kepada para keluarganya, sahabatnya, serta pengikutnya hingga akhir zaman.
Ucapan terima kasih dihaturkan kepada Dr. Ir. Moh. Yamin, M.Agr.Sc dan Ir. Maman Duldjaman, M.S sebagai pembimbing pertama dan kedua atas bimbingan serta dukungannya, kepada Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, M.S dan Ir. Kukuh Budi Satoto, M.S sebagai dosen penguji atas saran dan masukannya, kepada pimpinan serta staf UP3 Jonggol atas bantuan dan kerja samanya, serta kepada ibu Maria Ulfah, S.Pt, M.Sc.Agr dan Dr. Ir. Bibin Bintang, M.Sc.Agr sebagai pembimbing akademik atas bimbingan dan kasih sayangnya.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis berikan kepada kedua orang tua yaitu ayahanda Yayat Hidayat dan ibunda Empung Sapuroh atas dukungan dan kasih sayangnya selama ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada tim penelitian Rasmani, Rayogi, Riki, Fajar, dan Ibnu atas kerjasamanya; kepada keluarga besar Erik Irawan dan Threesia Wulansari, keluarga besar Wahyu Iskandar dan Dedeh Hamdanah, keluarga besar Evi Irawati dan Imam Filardhi, keluarga besar Lilis Ismawati dan Dwi Sumarto, serta Pipit Fitria Rahmawati atas dukungannya; kepada teman-teman esholic Rezha, Satyo, dan Yandhi; kepada teman-teman Gizi Abadi, teman-teman Abadi Farm dan Ikhtiar Farm; kepada teman-teman IPTP 43, serta teman-teman di Himaproter dan LK-D. Ucapan khusus terima kasih diberikan kepada Dina Mutiara atas dukungan dan perhatiannya.
Bogor, Maret 2011
DAFTAR PUSTAKA
Aji, I. B. 2010. Ukuran morfometrik domba lokal jantan pada tingkat kecepatan pertumbuhan yang berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Anggorodi. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT.Gramedia, Jakarta.
Berg, R. T. & Butterfield, R. M. 1976. New Concept of Cattle Growth. Sydney Univ. Press, Sydney.
Blakely, J. & D. H. Bade. 1992. Ilmu Peternakan. Edisi Keempat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Darmayanti, D. 2003. Kualitas karkas serta sifat fisik dan sensori daging domba Lokal pada kecepatan pertumbuhan yang berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Davendra, C. & G. B. McLeroy. 1992. Sheep Breeds. Dalam : C. Davendra dan G. B. McLeroy (Editor). Goat and Sheep Production in the Tropic. ELBS Longman Group Ltd. London.
Doho, S. R. 1994. Parameter fenotipik beberapa sifat kualitatif dan kuantitatif pada domba ekor gemuk. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Diwyanto, K., H. Martojo & Siswandi. 1984. Pengamatan ukuran permukaan tubuh domba di kabupaten Garut serta hubungannya dengan bobot badan. Prosiding pertemuan ilmiah penelitian ruminansia kecil, domba dan kambing di Indonesia, Bogor 22-23 November 1983. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Hlm. 143-146.
Edey, T. N. 1983. Tropical Sheep and Goat Production. Australian Universities International Development Program (AUIDP). Camberra.
Herman, R. 2003. Budidaya Ternak Ruminansia Kecil. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Iniguez, L.. M. Sanhez & S. P. Ginting. 1991. Productivity of Sumatran Sheep in a System Integrated with Rubber Plantation. Small Ruminant Research. 5 : 303-307.
Inounu, I. & K. Dwiyanto. 1996. Pengembangan Ternak Domba di Indonesia. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. XV (3) : 61-68.
Kammlade, W. G., Sr. & W. G., Yr. Kammlade. 1955. Sheep Science. Lippicot Co. New York.
Manggung, R. I. R. 1979. Pendugaan bobot hidup dan bobot karkas sapi Bali berdasarkan pengukuran morfologi. Tesis. Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Martojo, H. 1990. Peningkatan Mutu Genetik Ternak. Dirjen Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mathius, I. W. 1989. Jenis dan Nilai Gizi Hijauan Makanan Ternak Domba dan
Kambing Di Pedesaan Jawa Barat. Balai Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor.
Messiara, L. 1986. Pendugaan bobot badan melalui beberapa ukuran tubuh pada kambing Kacang di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Mulliadi, D. N. 1996. Sifat fenotipik domba Priangan di kabupaten Pandeglang dan Garut. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mulyaningsih, T. 2006. Penampilan domba ekor tipis jantan yang digemukkan
dengan beberapa imbangan konsentrat dan rumput gajah (Pennisetum purpureum). Skripsi. Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Murtidjo, B. A. 1993. Memelihara Domba. Kanisius, Yogyakarta.
Nichols, D. 1996. Livestock Judging. Kansas State University, Manhattan. Kansas. Nurhayati, L. 2004. Penampilan pertumbuhan domba Priangan di kabupaten Garut.
Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Salahmawati, S. 2004. Karakteristik fenotip domba Garut tipe tangkas dan tipe pedaging di kabupaten Garut. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Salamena, J. F. 2003. Strategi pemuliaan ternak domba pedaging di Indonesia. Makalah Pengantar Falsafah Sains. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Sugeng, B. 2002. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sumoprastowo, R. M. 1987. Beternak Domba Pedaging dan Wool. Penerbit Bharata, Jakarta.
Takaendengan, B. J. 1998. Kemajuan genetik beberapa sifat kualitatif domba Ekor Gemuk. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tiesnamurti, B. 1992. Alternatif pemilihan jenis ternak ruminansia kecil untuk
wilayah Indonesia bagian timur. Potensi ruminansia kecil Indonesia bagian timur. Prosiding Lokakarya Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat. BPT, Bogor.
Tomaszewska, M. W., I. M. Mastika, A. Djajanegara, S. Gardiner & T. R. Wiradarya. 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press. Surakarta.
1. Hasil Satitistik Uji t Lingkar Dada Domba
Two-Sample T-Test and CI: Lingkar Dada; Keterangan
Two-sample T for Lingkar Dada
95% CI for difference: (0,46960; 8,86373)
T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 2,52 P-Value = 0,033 DF = 9
2. Hasil Satitistik Uji t Panjang Badan Domba
Two-Sample T-Test and CI: Panjang Badan; Keterangan
Two-sample T for Panjang Badan
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 4,72167
95% CI for difference: (0,65305; 8,79028)
T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 2,68 P-Value = 0,028 DF = 8
3. Hasil Satitistik Uji t Tinggi Badan Domba
Two-Sample T-Test and CI: tinggi badan; keterangan
Two-sample T for tinggi badan
95% CI for difference: (1,47397; 8,63603)
T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 3,26 P-Value = 0,012 DF = 8
4. Hasil Satitistik Uji t Panjang Kepala Domba
Two-Sample T-Test and CI: Panjang Kepala; Keterangan
Two-sample T for Panjang Kepala
95% CI for difference: (0,07156; 2,59510)
T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 2,39 P-Value = 0,041 DF = 9
5. Hasil Satitistik Uji t Lingkar Moncong Domba
Two-Sample T-Test and CI: Lingkar Moncong; Keterangan
Two-sample T for Lingkar Moncong
95% CI for difference: (0,28935; 3,54399)
T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 2,79 P-Value = 0,027 DF = 7
6. Hasil Satitistik Uji t Lingkar Leher Atas Domba
4 29 CT
Two-Sample T-Test and CI: Lingkar Leher Atas; Keterangan
Two-sample T for Lingkar Leher Atas
Keterangan N Mean StDev SE Mean CT 6 25,67 2,16 0,88 LT 6 22,67 1,37 0,56
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 3,00000
95% CI for difference: (0,59369; 5,40631)
T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 2,87 P-Value = 0,021 DF = 8
7. Hasil Satitistik Uji t Lingkar Leher Bawah Domba
Two-Sample T-Test and CI: Lingkar Leher Bawah; Keterangan
Two-sample T for Lingkar Leher Bawah
Keterangan N Mean StDev SE Mean CT 6 32,67 2,80 1,1 LT 6 29,17 2,48 1,0
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 3,50000
95% CI for difference: (0,04039; 6,95961)
8. Hasil Satitistik Uji t Panjang Leher Domba
Two-Sample T-Test and CI: Panjang Leher; Keterangan
Two-sample T for Panjang Leher
95% CI for difference: (-1,019446; 2,352779)
T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0,89 P-Value = 0,394 DF = 9
9. Hasil Satitistik Uji t Dalam Dada Domba
Two-Sample T-Test and CI: Dalam Dada; Keterangan
Two-sample T for Dalam Dada
LT 6 24,33 1,63 0,67
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 2,00000
95% CI for difference: (-0,36056; 4,36056)
T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 1,92 P-Value = 0,088 DF = 9
10.Hasil Satitistik Uji t Panjang Ekor Domba
Two-Sample T-Test and CI: Panjang Ekor; Keterangan
Two-sample T for Panjang Ekor
95% CI for difference: (-1,960800; 2,960800)
T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 0,46 P-Value = 0,657 DF = 9
11.Hasil Satitistik Uji t Lingkar Atas Kaki Depan Kanan Domba
9 16,0 LT 10 15,5 LT 11 16,0 LT 12 15,5 LT
Two-Sample T-Test and CI: Lingkar Atas Kaki Depan Kanan; Keterangan
Two-sample T for Lingkar Atas Kaki Depan Kanan
Keterangan N Mean StDev SE Mean CT 6 17,17 1,60 0,65 LT 6 16,250 0,822 0,34
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 0,916667
95% CI for difference: (-0,821417; 2,654750)
T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 1,25 P-Value = 0,252 DF = 7
12.Hasil Satitistik Uji t Lingkar Tengah Kaki Depan Kanan Domba
Data Display
Two-Sample T-Test and CI: Lingkar Tengah Kaki Depan Kanan; Keterangan
Two-sample T for Lingkar Tengah Kaki Depan Kanan
Keterangan N Mean StDev SE Mean CT 6 11,417 0,376 0,15 LT 6 10,417 0,585 0,24
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 1,00000
95% CI for difference: (0,34550; 1,65450)
13.Hasil Satitistik Uji t Lingkar Bawah Kaki Depan Kanan Domba
Two-Sample T-Test and CI: Lingkar Bawah Kaki Depan Kanan; Keterangan
Two-sample T for Lingkar Bawah Kaki Depan Kanan
Keterangan N Mean StDev SE Mean CT 6 7,750 0,274 0,11 LT 6 6,917 0,376 0,15
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 0,833333
95% CI for difference: (0,403457; 1,263209)
T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 4,39 P-Value = 0,002 DF = 9
14.Hasil Satitistik Uji t Lingkar Atas Kaki Depan Kiri Domba
Two-Sample T-Test and CI: Lingkar Atas Kaki Depan Kiri; Keterangan
Two-sample T for Lingkar Atas Kaki Depan Kiri
Keterangan N Mean StDev SE Mean CT 6 17,25 1,25 0,51 LT 6 16,250 0,822 0,34
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 1,00000
95% CI for difference: (-0,41213; 2,41213)
T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 1,63 P-Value = 0,141 DF = 8
15.Hasil Satitistik Uji t Lingkar Tengah Kaki Depan Kiri Domba
Two-Sample T-Test and CI: Lingkar Tengah Kaki Depan Kiri; Keterangan
Two-sample T for Lingkar Tengah Kaki Depan Kiri
Keterangan N Mean StDev SE Mean CT 6 11,083 0,665 0,27 LT 6 10,417 0,585 0,24
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 0,666667
95% CI for difference: (-0,150707; 1,484040)
T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 1,85 P-Value = 0,098 DF = 9
16.Hasil Satitistik Uji t Lingkar Bawah Kaki Depan Kiri Domba
Data Display
Kaki
Two-Sample T-Test and CI: Lingkar Bawah Kaki Depan Kiri; Keterangan
Two-sample T for Lingkar Bawah Kaki Depan Kiri
Keterangan N Mean StDev SE Mean CT 6 7,667 0,408 0,17 LT 6 7,000 0,447 0,18
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 0,666667
95% CI for difference: (0,107446; 1,225887)
T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 2,70 P-Value = 0,025 DF = 9
17.Hasil Satitistik Uji t Lingkar Atas Kaki Belakang Kanan Domba
Two-Sample T-Test and CI: Lngkar Atas Kaki Belakang Kanan; Keterangan
Two-sample T for Lngkar Atas Kaki Belakang Kanan
LT 6 24,667 0,816 0,33
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 1,50000
95% CI for difference: (-0,12493; 3,12493)
T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 2,18 P-Value = 0,065 DF = 7
18.Hasil Satitistik Uji t Lingkar Tengah Kaki Belakang Kanan Domba
Two-Sample T-Test and CI: Lgkr Tengah Kaki Belakang Kanan; Keterangan
Two-sample T for Lgkr Tengah Kaki Belakang Kanan
Keterangan N Mean StDev SE Mean CT 6 11,417 0,665 0,27 LT 6 10,583 0,736 0,30
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 0,833333
95% CI for difference: (-0,082460; 1,749127)
T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 2,06 P-Value = 0,070 DF = 9
19.Hasil Satitistik Uji t Lingkar Bawah Kaki Belakang Kanan Domba
4 9 CT
Two-Sample T-Test and CI: Lngkr Bawah Kaki Belakang Kanan; Keterangan
Two-sample T for Lngkr Bawah Kaki Belakang Kanan
Keterangan N Mean StDev SE Mean CT 6 8,167 0,753 0,31 LT 6 7,500 0,548 0,22
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 0,666667
95% CI for difference: (-0,193085; 1,526419)
T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 1,75 P-Value = 0,113 DF = 9
20.Hasil Satitistik Uji t Lingkar Atas Kaki Belakang Kiri Domba
Two-Sample T-Test and CI: Lingkar Atas Kaki Belakang Kiri; Keterangan
Two-sample T for Lingkar Atas Kaki Belakang Kiri
Keterangan N Mean StDev SE Mean CT 6 26,00 1,10 0,45 LT 6 24,33 1,03 0,42
Estimate for difference: 1,66667
95% CI for difference: (0,27626; 3,05707)
T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 2,71 P-Value = 0,024 DF = 9
21.Hasil Satitistik Uji t Lingkar Tengah Kaki Belakang Kiri Domba
Two-Sample T-Test and CI: Lngkr Tengah Kaki Belakang Kiri; Keterangan
Two-sample T for Lngkr Tengah Kaki Belakang Kiri
Keterangan N Mean StDev SE Mean CT 6 11,250 0,524 0,21 LT 6 10,333 0,876 0,36
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 0,916667
95% CI for difference: (-0,044168; 1,877502)
T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 2,20 P-Value = 0,059 DF = 8
22.Hasil Satitistik Uji t Lingkar Bawah Kaki Belakang Kiri Domba
7 7,0 LT 8 7,5 LT 9 7,5 LT 10 7,0 LT 11 8,0 LT 12 6,5 LT
Two-Sample T-Test and CI: Lngkar Bawah Kaki Belakang Kiri; Keterangan
Two-sample T for Lngkar Bawah Kaki Belakang Kiri
Keterangan N Mean StDev SE Mean CT 6 8,083 0,736 0,30 LT 6 7,250 0,524 0,21
Difference = mu (CT) - mu (LT) Estimate for difference: 0,833333
95% CI for difference: (-0,001250; 1,667916)
T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 2,26 P-Value = 0,050 DF = 9
STUDI MORFOMETRIK DOMBA LOKAL JANTAN DI UNIT
PENDIDIKAN DAN PENELITIAN PETERNAKAN JONGGOL
SEBAGAI KRITERIA SELEKSI
SKRIPSI
MAWAS ISWAHYUDI
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN