• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Bahan Kimia Obat Sildenafil Sitrat Dalam Jamu Kuat Secara KLT-Spektrofotometri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Identifikasi Bahan Kimia Obat Sildenafil Sitrat Dalam Jamu Kuat Secara KLT-Spektrofotometri"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA OBAT SILDENAFIL SITRAT

DALAM JAMU KUAT SECARA KLT-SPEKTROFOTOMETRI

TUGAS AKHIR

OLEH:

JESSI OCTAVIA ARITONANG

NIM 102410054

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat dan karuniaNya, hingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas

Akhir ini.

Adapun judul dari tugas akhir ini adalah : “ Identifikasi Bahan Kimia Obat

Sildenafil Sitrat Dalam Jamu Kuat Secara KLT-Spektrofotometri“ Tugas Akhir

ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar ahli

madya pada program diploma III analis farmasi dan makanan pada Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Ph.D., Apt., selaku dosen pembimbing

yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan hingga selesainya

tugas akhir ini.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program

Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.

4. Ibu Dra. Masfria M.S., Apt., selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah

banyak membantu penulis.

5. Bapak dan Ibu Staf dosen Fakultas Farmasi USU yang telah memberikan

(4)

6. Bapak Drs. I Gde Nyoman Suandi, M.M., Apt., selaku kepala BBPOM di

Medan yang telah memberi izin pelaksanaan PKL

7. Sahabat-sahabat tercinta Marthin, Petrika, Romian, Jessica, Yohanna, Rina,

Esra, Balilibra, sartika dan kakak Dina, yang memberikan semangat kepada

penulis hingga selesainya tugas akhir ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Fakultas Farmasi USU yang telah

memberikan semangat dan dorongan kepada penulis mulai dari awal hingga

selesainya studi penulis.

Pada kesempatan ini juga penulis menyampaikan penghargaan dan

terimakasih yang setinggi-tingginya kepada bapak dan mama Ir. Richard

Aritonang dan Suriati Marbun, S.PAK tercinta serta seluruh keluarga yang

senantiasa memberikan dorongan berupa moril maupun material yang tidak

ternilai harganya hingga selesainya tugas akhir ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa Tugas akhir ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karenanya, penulis menerima dan bahkan mengharap kritik serta

saran dengan tangan terbuka. Harapan penulis, semoga hasil percobaan ini dapat

bermanfaat bagi kemajuan bersama.

Medan, April 2013

Penulis

(Jessi Octavia Aritonang)

(5)

IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA OBAT SILDENAFIL SITRAT DALAM JAMU

KUAT SECARA KLT-SPEKTROFOTOMETRI

ABSTRAK

Dewasa ini diketahui ada beberapa produsen jamu yang menambahkan zat kimia sintetis dalam produk jamu mereka. Hal ini kemungkinan disebabkan kurangnya pengetahuan produsen akan bahaya mengkonsumsi bahan kimia obat secara tidak terkontrol baik dosis maupun cara penggunaannya atau bahkan semata-mata demi meningkatkan penjualan karena konsumen menyukai produk obat tradisional yang bereaksi cepat pada tubuh. Seperti pada jamu kuat sering ditambahi kedalamnya Bahan Kimia Obat Sildenafil sitrat. Identifikasi Bahan Kimia Obat Sildenafil sitrat dalam jamu kuat bertujuan untuk mengetahui apakah sediaan Jamu kuat yang beredar di pasaran mengandung bahan kimia obat Sildenafil sitrat. Identifikasi Bahan Kimia Obat Sildenafil sitrat dalam jamu kuat dilakukan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan. Identifikasi Bahan Kimia Obat Sildenafil sitrat dalam jamu kuat dilakukan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis dan dilanjutkan dengan Spektrofotometri sebagai penegas. Jamu kuat yang diuji mengandung bahan kimia obat sildenafil sitrat dapat diketahui dari harga Rf sampel jamu kuat yang diuji sama dengan harga Rf baku sildenafil sitrat yaitu dengan menggunakan eluen Eter : Metanol : Asam asetat glasial harga Rf baku Sildenafil sitrat ialah 0,44 harga Rf sampel jamu yang diperiksa ialah 0,45. dengan menggunakan eluen Aseton : Kloroform : Eter harga Rf baku Sildenafil sitrat ialah 0,14 harga Rf sampel jamu yang diperiksa ialah 0,25 harga Rf sampel+baku sildenafil sitrat 0,16. Dengan menggunakan eluen Metanol : Benzen : Kloroform harga Rf baku Sildenafil sitrat ialah 0,27 harga Rf sampel jamu yang diperiksa ialah 0,26 harga Rf sampel+baku sildenafil sitrat 0,28. Dari hasil yang diperoleh, sampel jamu kuat yang diperiksa tidak memenuhi persyaratan karena mengandung bahan kimia obat sildenafil sitrat.

Kata kunci: Jamu kuat, sildenafil sitrat, metode KLT-Spektrofotometri

(6)

IDENTIFICATION OF SYNTHETIC CHEMICALS SILDENAFIL CITRATE IN THE HERBAL STRONG WITH THE

TLC-SPECTROPHOTOMETRY

ABSTRACT

Nowadays there are several manufacturers of herbal medicine known that adding synthetic chemicals in their medicinal products. This is probably due to lack of knowledge of the dangers of consuming manufacturers of chemicals is not well controlled drug dosage and how to use them or even merely to increase sales because consumers like the products of traditional medicine that reacts quickly to the body. As with powerful herbs are often added there to Sildenafil citrate Medicinal Chemicals. dentification of Medicinal Chemicals Sildenafil citrate in a strong herbal preparations aimed to determine whether the powerful herbs on the market contain chemicals, drugs Sildenafil citrate. Identification of Medicinal Chemicals Sildenafil citrate in a strong herbal conducted at the Center for Food and Drug Administration (BBPOM) in Medan. Identification of Medicinal Chemicals Sildenafil citrate in a strong herbal conducted using Thin Layer Chromatography and followed by spectrophotometry as a confirmation. Powerful herbs contain chemicals that tested the drug sildenafil citrate can be seen from the price Rf powerful herbal samples that tested the same as the price of raw Rf is sildenafil citrate using eluent ether: methanol: glacial acetic acid prices of raw Rf 0.44 price Sildenafil citrate is a medicine samples examined Rf is 0.45. using acetone eluent: chloroform: Ether price Sildenafil citrate is raw Rf 0.14 Rf prices herbal samples examined samples is 0.25 Rf price sildenafil citrate raw + 0.16. By using eluent Methanol: Benzene: Chloroform price Sildenafil citrate is raw Rf 0.27 Rf prices herbal samples examined samples was 0.26 + Rf raw price sildenafil citrate 0.28. From the results obtained, a powerful herbal samples examined did not meet the requirements because they contain chemicals, drugs sildenafil citrate.

Key words: The Herbal strong, Sildenafil citrate, method TLC-spektrofotometric

(7)
(8)

2.3.3 Dosis ... 10

2.3.4 Efek samping ... 10

2.4 Metode Identifikasi Bahan Kimia Obat dalam Sediaan Obat Tradisional ... 11

2.4.1 Kromatografi Lapis Tipis ... 11

2.4.1.1 Komponen KLT ... 11

2.4.2 Spektrofotometri Ultraviolet ... 14

2.4.2.1 Instrumentasi Spektrofotometer UV-Vis ... 14

(9)

DAFTAR PUSTAKA ... 22

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Perhitungan Harga Rf dengan menggunakan eluen Eter

Metanol : Asam asetat glasial (85 :10 :5) ... 25

Lampiran 2. Perhitungan Harga Rf dengan menggunakan eluen Aseton:

Kloroform: Eter (40 : 35 : 25) ... 26

Lampiran 3. Perhitungan Harga Rf dengan menggunakan eluen Metanol: Benzen :

Kloroform (5 : 20 : 80) ... 27

Lampiran 4. Hasil Kromatogram Identifikasi Sildenafil Sitrat pada Jamu kuat

dengan menggunakan eluen Eter: Metanol: Asam asetat glasial

(85 :10 :5) ... 28

Lampiran 5. Hasil Kromatogram Identifikasi Sildenafil Sitrat pada

Jamu kuat dengan menggunakan eluen Aseton: Kloroform: Eter

(40 : 35 : 25) ... 29

Lampiran 6. Hasil Kromatogram Identifikasi Sildenafil Sitrat pada

Jamu kuat dengan menggunakan eluen Metanol: Benzen:

Kloroform (5 : 20 : 80) ... 30

Lampiran 7. Hasil Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum Baku

Pembanding dan Sampel Secara Spektrofotometri Ultraviolet

dengan menggunakan eluen Eter: Metanol: Asam asetat glasial

(11)

Lampiran 8. Hasil Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum Baku

Pembanding dan Sampel Secara Spektrofotometri Ultraviolet

dengan menggunakan eluen Aseton: Kloroform: Eter

(40 : 35 : 25) ... 33

Lampiran 9. Hasil Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum Baku

Pembanding dan Sampel Secara Spektrofotometri Ultraviolet

dengan menggunakan eluen Metanol : Benzen : Kloroform

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1.1 Jamu yang Mengandung Bahan Kimia Obat ... 5

Tabel 4.1 Hasil Identifikasi secara KLT………... 19

(13)

IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA OBAT SILDENAFIL SITRAT DALAM JAMU

KUAT SECARA KLT-SPEKTROFOTOMETRI

ABSTRAK

Dewasa ini diketahui ada beberapa produsen jamu yang menambahkan zat kimia sintetis dalam produk jamu mereka. Hal ini kemungkinan disebabkan kurangnya pengetahuan produsen akan bahaya mengkonsumsi bahan kimia obat secara tidak terkontrol baik dosis maupun cara penggunaannya atau bahkan semata-mata demi meningkatkan penjualan karena konsumen menyukai produk obat tradisional yang bereaksi cepat pada tubuh. Seperti pada jamu kuat sering ditambahi kedalamnya Bahan Kimia Obat Sildenafil sitrat. Identifikasi Bahan Kimia Obat Sildenafil sitrat dalam jamu kuat bertujuan untuk mengetahui apakah sediaan Jamu kuat yang beredar di pasaran mengandung bahan kimia obat Sildenafil sitrat. Identifikasi Bahan Kimia Obat Sildenafil sitrat dalam jamu kuat dilakukan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan. Identifikasi Bahan Kimia Obat Sildenafil sitrat dalam jamu kuat dilakukan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis dan dilanjutkan dengan Spektrofotometri sebagai penegas. Jamu kuat yang diuji mengandung bahan kimia obat sildenafil sitrat dapat diketahui dari harga Rf sampel jamu kuat yang diuji sama dengan harga Rf baku sildenafil sitrat yaitu dengan menggunakan eluen Eter : Metanol : Asam asetat glasial harga Rf baku Sildenafil sitrat ialah 0,44 harga Rf sampel jamu yang diperiksa ialah 0,45. dengan menggunakan eluen Aseton : Kloroform : Eter harga Rf baku Sildenafil sitrat ialah 0,14 harga Rf sampel jamu yang diperiksa ialah 0,25 harga Rf sampel+baku sildenafil sitrat 0,16. Dengan menggunakan eluen Metanol : Benzen : Kloroform harga Rf baku Sildenafil sitrat ialah 0,27 harga Rf sampel jamu yang diperiksa ialah 0,26 harga Rf sampel+baku sildenafil sitrat 0,28. Dari hasil yang diperoleh, sampel jamu kuat yang diperiksa tidak memenuhi persyaratan karena mengandung bahan kimia obat sildenafil sitrat.

Kata kunci: Jamu kuat, sildenafil sitrat, metode KLT-Spektrofotometri

(14)

IDENTIFICATION OF SYNTHETIC CHEMICALS SILDENAFIL CITRATE IN THE HERBAL STRONG WITH THE

TLC-SPECTROPHOTOMETRY

ABSTRACT

Nowadays there are several manufacturers of herbal medicine known that adding synthetic chemicals in their medicinal products. This is probably due to lack of knowledge of the dangers of consuming manufacturers of chemicals is not well controlled drug dosage and how to use them or even merely to increase sales because consumers like the products of traditional medicine that reacts quickly to the body. As with powerful herbs are often added there to Sildenafil citrate Medicinal Chemicals. dentification of Medicinal Chemicals Sildenafil citrate in a strong herbal preparations aimed to determine whether the powerful herbs on the market contain chemicals, drugs Sildenafil citrate. Identification of Medicinal Chemicals Sildenafil citrate in a strong herbal conducted at the Center for Food and Drug Administration (BBPOM) in Medan. Identification of Medicinal Chemicals Sildenafil citrate in a strong herbal conducted using Thin Layer Chromatography and followed by spectrophotometry as a confirmation. Powerful herbs contain chemicals that tested the drug sildenafil citrate can be seen from the price Rf powerful herbal samples that tested the same as the price of raw Rf is sildenafil citrate using eluent ether: methanol: glacial acetic acid prices of raw Rf 0.44 price Sildenafil citrate is a medicine samples examined Rf is 0.45. using acetone eluent: chloroform: Ether price Sildenafil citrate is raw Rf 0.14 Rf prices herbal samples examined samples is 0.25 Rf price sildenafil citrate raw + 0.16. By using eluent Methanol: Benzene: Chloroform price Sildenafil citrate is raw Rf 0.27 Rf prices herbal samples examined samples was 0.26 + Rf raw price sildenafil citrate 0.28. From the results obtained, a powerful herbal samples examined did not meet the requirements because they contain chemicals, drugs sildenafil citrate.

Key words: The Herbal strong, Sildenafil citrate, method TLC-spektrofotometric

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat tradisional telah lama dipercaya turun-temurun dapat menjaga

kesehatan dan menyembuhkan penyakit. Kemajuan ilmu pengobatan yang

semakin modren ternyata tidak mematikan pengobatan tradisional yang telah dulu

dikenal. Obat tradisional sebagai produk yang sudah dikenal masyarakat

Indonesia sejak masa lampau juga telah menjadi obat alternatif yang sudah

diyakini khasiatnya.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:

246/Menkes/Per/V/1990 menyatakan bahwa jamu tidak boleh ditambahkan bahan

kimia obat (BKO). Hal tersebut ditunjukkan pada pasal 39 ayat 1 poin a, yang

berbunyi, “Industri Obat Tradisional atau Industri Kecil Obat Tradisional dilarang

memproduksi segala jenis obat tradisional yang mengandung bahan kimia hasil

isolasi atau sintetik yang berkhasiat obat” (Depkes RI, 1990).

Dewasa ini diketahui ada beberapa produsen jamu yang menambahkan zat

kimia sintetis dalam produk jamu mereka. Hal ini kemungkinan disebabkan

kurangnya pengetahuan produsen akan bahaya mengkonsumsi bahan kimia obat

secara tidak terkontrol baik dosis maupun cara penggunaannya atau bahkan

semata-mata demi meningkatkan penjualan karena konsumen menyukai produk

obat tradisional yang bereaksi cepat pada tubuh. Jamu-jamu tersebut pun sudah

berubah sifat begitu memasuki arena perdagangan. Jamu sudah dianggap barang

(16)

mungkin. Makin cespleng, makin laris. Hal tersebut lah yang memunculkan hasrat

para produsen untuk memberi kesan manjur serta mujarab, sehingga jamu-jamu

tersebut ditambahkan bahan kimia (Soeparto, 1999; Tjokronegoro, 1993).

Sejak tahun 2007 temuan OT-BKO menunjukkan perubahan trend ke arah

obat pelangsing dan stamina, yang diduga mengandung Sibutramin, Sildenafil,

dan Tadalafil. Hingga pada akhirnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan

(BPOM) mengeluarkan Public Warning No. HM.03.03.1.43.08.10.8013 pada

tanggal 13 Agustus 2010 dan menetapkan kurang lebih 46 produk jamu yang

dilarang beredar dipasaran, termasuk di dalamnya 9 produk jamu penambah

stamina pria yang mengandung Sildenafil sitrat dan Tadalafil (BPOM, 2008).

Sildenafil sitrat merupakan bahan aktif pertama yang digunakan sebagai

terapi gangguan ereksi peroral. sidenafil dilaporkan potensial menyebabkan

abnormalitas penglihatan yang meliputi penglihatan kabur, bayangan warna yang

berbeda dari sebelumnya, sensitif terhadap cahaya, nyeri pada organ saluran

kemih, urin yang keruh atau berdarah, pusing, peningkatan frekuensi berkemih,

nyeri pada saat kencing.

Menyadari hal tersebut, bahwa kandungan bahan kimia obat dalam jamu

dapat membahayakan para konsumen, maka penulis melakukan identifikasi

(17)

1.1 Tujuan

Adapun tujuan dari identifikasi sediaan Jamu kuat secara Kromatografi

Lapis Tipis dan Spektrofotometri UV-Visible adalah untuk mengetahui apakah

sediaan Jamu kuat yang beredar di pasaran mengandung bahan kimia obat

Sildenafil sitrat.

1.2 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari identifikasi sildenafil sitrat dalam Jamu

kuat adalah agar dapat mengetahui bahwa pada salah satu jamu kuat yang beredar

di pasaran tidak memenuhi persyaratan karena mengandung bahan kimia obat

Sildenafil sitrat sehingga jamu tersebut tidak lagi dikonsumsi dan beredar di

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obat Tradisional

Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan

tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran

dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan

berdasarkan pengalaman (Depkes RI, 1994).

Obat tradisional yang dihasilkan oleh industri obat tradisional dan industri

kecil obat tradisional yang dalam hal ini tidak termasuk obat tradisional dalam

bentuk rajangan, pilis, tapel, dan parem, usaha jamu racikan usaha jamu gendong

yang diedarkan di wilayah Indonesia maupun dieksport terlebih dahulu harus

didaftarkan sebagai persetujuan Menteri (Pasal 3 Per. Men. Kes No. 246b tahun

1990). Untuk pendaftaran dan mendapat persetujuan Menteri kesehatan, obat

tradisional harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Secara empirik terbukti aman dan bermanfaat untuk digunakan manusia.

b) Bahan obat tradisional dan proses produksi yang digunakan memenuhi

persyaratan yang ditetapkan.

c) Tidak mengandung bahan kimia sintetik atau hasil isolasi yang berkhasiat

sebagai obat dan,

d) Tidak mengandung bahan yang tergolong obat keras atau Narkotika dan

pendaftaran tersebut berlaku seterusnya (DepKes RI, 1990).

Sesuai dengan keputusan Kepala Badan POM RI No. 00.05.4.2411 tahun

(19)

pembuktiaan khasiat, obat bahan alam Indonesia dikelompokkan menjadi tiga

jenis, yaitu: (BPOM, 2004)

2.1.1 Jamu

Merupakan obat tradisional warisan nenek moyang, biasanya dijumpai

dalam bentuk herbal kering siap seduh atau siap rebus, juga dalam bentuk segar

rebusan sebagaimana dijajakan para penjual jamu gendong (Yuliarti, 2008).

Bahan baku jamu berasal dari bahan atau ramuan bahan yang berupa

bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau

campuran dari bahan tersebut, namun ada beberapa jenis jamu dinilai berbahaya

karena didalamnya terkandung bahan kimia obat (BKO). Menurut temuan Badan

POM, obat tradisional yang sering dicemari BKO umumnya adalah obat

tradisional yang digunakan pada penyakit-penyakit tertentu seperti Tabel 2.1.1

berikut ini.

Tabel 2.1.1 Jamu yang Mengandung Bahan Kimia Obat

Kegunaan Obat Tradisional BKO yang sering ditambahkan

Pegal linu/Encok/rematik

Fenilbutazon, metampiron, diklofenaksodium, piroksikam, parasetamol, prednisone, atau deksametason

Pelangsing Sibutramin hidroklorida Peningkat stamina / obat kuat pria Sildenafil sitrat

(20)

2.1.2 Obat Herbal Terstandar

Sedikit berbeda dengan jamu, herbal terstandar umumnya sudah

mengalami pemprosesan, misalnya berupa ekstrak atau kapsul. Herbal yang sudah

diekstrak tersebut sudah diteliti khasiat dan keamananya melalui uji praklinis

(terhadap hewan) dilaboratorium. Disebut herbal terstandar, karena dalam proses

pengujiannya telah diterapkan standar kandungan bahan, proses pembuatan

ekstrak, higenitas, serta uji toksisitas untuk mengetahui ada atau tidaknya

kandungan racun dalam herbal (Yuliarti, 2008).

2.1.3 Fitofarmaka

Merupakan jamu dengan kasta tertinggi karena khasiat, keamanan serta

standar proses pembuatan dan bahayanya telah diuji secara klinis, jamu berstatus

sebagai fitofarmaka juga dijual diapotek dan sering diresepkan oleh dokter

(Yuliarti, 2008).

2.2 Penyakit Gangguan Seksual

2.2.1 Impotensi

Impotensi adalah gangguan fungsi organ seksual yang menyerang

laki-laki. Gangguan seksual itu ditandai dengan gejala-gejala ketidakmampuan

penderita dalam mempertahankan tingkat ereksi penis untuk berlangsungnya

hubungan suami istri. Impotensi lebih cenderung disebut “kelainan” daripada

dianggap sebagai penyakit. Dalam bidang kesehatan modern, impotensi dibedakan

menjadi 3 kategori, yaitu impotensi organik, impotensi fungsional, dan impotensi

(21)

a. Impotensi organik

Impotensi organik – disebut juga impotensi esensial – adalah suatu kondisi

dimana penis penderita tidak pernah memiliki kemampuan untuk berereksi. Hal

ini disebabkan adanya cacat organ atau kerusakan organ, misalnya adanya

penyempitan pembuluh darah diorgan kelamin sehingga penis tidak mampu

melakukan ereksi. Seperti diketahui, fenomena ereksi terjadi karena

mengembangnya pembuluh darah yang mengalir memenuhinya. Penyebab yang

lain adalah terjadinya gangguan saraf pada susunan saraf pusat yang mengatur

mekanisme ereksi.

Cara pengobatan untuk impotensi organik hanya bisa dilakukan dengan

jalan pembedahan, transplantasi, atau menambahkan semacam protesa kealat

kelamin penderita. Protesa merupakan alat bantu yang pemakaiannya dilakukan

dengan menyisipkannya kedalam alat kelamin sehingga penis bisa berereksi

karena ada penopangnya (Gunawan, 2007).

b. Impotensi fungsional

Impotensi fungsional disebabkan oleh adanya faktor-faktor patologis atau

penyakit, misalnya kekacauan pengaturan hormon, komplikasi suatu penyakit,

pemakaian obat-obatan dan konsumsi alkohol berlebih.

Untuk pengobatan impotensi fungsional sangat tergantung dari

penyebabnya, tetapi pada dasarnya (dengan tanpa melihat penyebabnya) kelainan

ini bisa diobati dengan memberikan suntikan obat-obat yang bersifat simptomatis.

Misalnya dengan suntikkan prostaglandin, pentolamin, atau obat-obat perangsang

(22)

kerjanya sesaat. Namun, harus diingat bahwa obat ini sifatnya tidak

menyembuhkan penyebabnya. Sementara itu, impotensi fungsional yang

diakibatkan oleh gangguan hormonal diobati dengan hormone (Gunawan, 2007).

(Gunawan, 2007).

c. Impotensi psikis

Impotensi psikis yang merupakan jenis impotensi yang paling sering

ditemukan. Penyebab jenis impotensi ini antara nya karena gangguan emosional,

stress, perasaan jengkel pada pasangannya, rendah diri atau merasa disepelekan,

kebosanan/rutinitas, serta perasaan takut atau was-was.

Impotensi jenis psikis disembuhkan dengan pendekatan psikologis

(Gunawan, 2007).

2.2.2 Kelainan Ejakulasi

a. Ejakulasi Prematur

Ejakulasi prematur atau ejakulasi dini merupakan kondisi seorang laki-laki

yang terlalu cepat mencapai orgasme, baik dikala menjelang penetrasi, sebelum

penis menyentuh organ kelamin wanita, ataupun dalam beberapa detik setelah

persetubuhan (Gunawan, 2007).

b. Ejakulasi terhambat

Ejakulasi terhambat bersifat sebaliknya dibandingkan ejakulasi dini.

Kelainan ini berbentuk ketidakmampuan seorang laki-laki dalam mencapai

(23)

2.3 Sildenafil Sitrat

Sildenafil sitrat merupakan bahan aktif pertama yang digunakan sebagai

terapi gangguan ereksi peroral Sildenafil sitrat berupa serbuk kristalin berwarna

putih sampai keputihan dengan kelarutan 3,5 mg/ml dalam air. Pada sediaan

VIAGRA, sildenafil sitrat diformulasi sebagai tablet salut film berbentuk diamon

berwarna biru yang mengandung 25 mg, 50mg dan 100 mg sildenafil sitrat untuk

pemakaian peroral (Anonimb, 2011)

2.3.1 Struktur Sildenafil Sitrat

2.3.2 Mekanisme Kerja Sildenafil Sitrat

Merupakan penghambat selektif terhadap enzim fosfodiesterase tipe 5

yang spesifik terhadap cGMP (PDE5). Selama proses perangsangan seksual

dibebaskan NO dalam corpus cavernosum ( jaringan ereksi penis ) yang

meningkatkan jumlah cGMP. Peningkatan cGMP menghasilkan pelemasan secara

perlahan otot yang ada dalam corpus cavernosum yang memungkinkan aliran

darah ke dalam corpus cavernosum tersebut dan terjadinya ereksi. Keberadaan

(24)

sildenafil memperlama aktivitas cGMP dan memungkinkan ereksi terjadi pada

saat diberikannya rangsangan seksual (Anonimb, 2011).

2.3.3 Efek Samping

Pada awal digunakannya sidenafil dilaporkan potensial menyebabkan

abnormalitas penglihatan yang meliput i penglihatan kabur, bayangan warna yang

berbeda dari sebelumnya, sensitif terhadap cahaya, nyeri pada organ saluran

kemih, urine yang keruh atau berdarah, pusing, peningkatan frekuensi berkemih,

nyeri pada saat kencing (Anonimb, 2011).

Efek sampingnya umumnya bersifat singkat dan tidak begitu serius, yang

tersering berupa sakit kepala (10%), muka merah (flusing), gangguan penglihatan

(guram sampai melihat segala sesuatu kebiru-biruan, 3%) dan mual, yang

semuanya berkaitan dengan blokade PDE yang terdapat di seluruh tubuh. Efek

lainnya dapat terjadi hilangnya kesadaran (“black out”) akibat turunnya tensi

terlalu keras apalagi dalam kombinasi dengan nitrogliserin atau anti hipertensitif

lainnya. Beberapa kematian di antara pamakaian telah dilaporkan, tetapi tidak

ditemukan hubungan kausal dengan sildenafil. Namun pasien jantung atau hati

dan dengan hipotensi tidak dianjurkan menggunakan sildenafil (Tan, 2002).

2.4 Metode identifikasi bahan kimia obat dalam sediaan Obat Tradisonal

2.4.1 Kromatografi Lapis Tipis

Salah satu cara untuk mengidentifikasi bahan kimia obat yang terdapat

dalam sediaan obat tradisonal adalah dengan menggunakan kromatografi lapis

tipis dan dilanjutkan dengan spektrofotometri ultraviolet untuk melihat

(25)

tipis (disingkat KLT) adalah yang paling cocok untuk analisis obat di

laboratorium farmasi. Metode ini hanya memerlukan investasi yang kecil untuk

perlengkapan, menggunakan waktu yang singkat untuk menyelesaikan analisis

(15-60 menit), dan memerlukan jumlah cuplikan yang sangat sedikit (kira-kira 0,1

g). Selain itu, hasil palsu yang disebabkan oleh komponen sekunder tidak

mungkin terjadi, kebutuhan ruangan minimum, dan penanganannya sederhana

(Stahl, 1985).

2.4.1.1 Komponen KLT

a. Prinsip KLT

Kromatografi Lapis Tipis ialah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan

yang memisahkan, yang terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan

pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran

yang akan dipisah, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita (awal).

Setelah pelat atau lapisan ditaruh didalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan

pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan

kapiler (pengembangan). Selanjutnya, senyawa yang tidak berwarna harus

ditampakkan (dideteksi) (Stahl, 1985).

b. Fase Diam

Penjerap yang umum ialah silika gel, aluminium oksida, kieselgur,

selulosa dan turunanya, poliamida, dan lain-lain. Fase diam yang digunakan

dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil dengan diameter partikel antara

(26)

kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensinya

dan resolusinya (Rohman, 2009 ; Stahl, 1985).

Kebanyakan penjerap yang digunakan adalah silika gel. Silika gel yang

digunakan kebanyakan diberi pengikat (binder) yang dimaksud untuk memberikan

kekuatan pada lapisan, dan menambah adhesi pada gelas penyokong. Pengikat

yang digunakan kebanyakan kalium sulfat. Tetapi biasanya dalam perdagangan

silika gel telah diberi pengikat. Jadi tidak perlu mencampur sendiri, dan diberi

nama dengan kode silika gel G (Sastrohamidjojo, 1985).

c. Fase Gerak

Fase gerak ialah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut.

Ia bergerak di dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori, karena ada gaya

kapiler. Yang digunakan hanyalah pelarut bertingkat mutu analitik dan, bila

diperlukan, sistem pelarut multikomponen ini harus berupa suatu campuran

sesederhana mungkin yang terdiri atas maksimum 3 komponen. Angka banding

campuran dinyatakan dalam bagian volume sedemikian rupa sehingga volume

total 100, misalnya, benzena-kloroform-asam asetat 96% (50:40:10) (Stahl, 1985).

d. Bejana Pemisah, Penjenuhan aras pengisian

Bejana harus dapat menampung pelat 200x200 mm dan harus tertutup

rapat. Untuk kromatografi dalam bejana yang jenuh, secarik kertas saring bersih

yang lebarnya 18 – 20 cm dan panjangnya 45 cm ditaruh pada dinding

sebelah-dalam bejana berbentuk U dan dibasahi dengan pelarut pengembang. Tingkat

kejenuhan bejana dengan uap pelarut pengembang mempunyai pengaruh yang

(27)

e. Aplikasi (Penotolan) Sampel

Pemisahan pada kromatografi lapis tipis yang optimal akan diperoleh

hanya jika menotolkan sampel dengan ukuran bercak sekecil dan sesempit

mungkin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penotolan sampel secara otomatis

lebih dipilih daripada penotolan secara manual terutama jika sampel yang akan

ditotolkan lebih dari 15 µl. Penotolan sampel yang tidak tepat akan menyebabkan

bercak yang menyebar dan puncak ganda.

f. Deteksi Bercak

Bercak pemisahan pada KLT umumnya merupakan bercak yang tidak

bewarna. Untuk penentuannya dapat dilakukan secara kimia dengan mereaksikan

bercak dengan suatu pereaksi melalui cara penyemprotan sehingga bercak

menjadi jelas. Kadang-kadang lempeng dipanaskan terlebih dahulu untuk

mempercepat reaksi pembentukan warna dan intensitas warna bercak. Cara fisika

yang dapat digunakan untuk menampakkan bercak adalah dengan fluoresensi

sinar ultraviolet. Lapisan tipis sering mengandung indikator fluoresensi yang

ditambahkan untuk membantu penampakan bercak tanwarna pada lapisan yang

telah dikembangkan. Indikator fluoresensi ialah senyawa yang memancarkan sinar

tampak jika disinari dengan sinar berpanjang gelombang lain, biasanya sinar

ultraviolet. Indikator fluoresensi yang paling berguna ialah sulfida anorganik yang

memancarkan cahaya jika disinari pada 254 nm. Indikator fluoresensi terdapat

dalam penjerap niaga dan lapisan siap pakai sekitar 1% dan tampaknya tidak

(28)

2.4.2 Spektrofotometri Ultraviolet

Spektrofotometer UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan

intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar

ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energy yang cukup untuk

mempromosikan electron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi.

Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik atau

kompleks didalam larutan. Spectrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan

hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spectrum ini.

Tetapi spectrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif

(Dachriyanus, 2004).

2.4.2.1 Instrumentasi Spektrofotometer UV-Vis

Komponen-komponen dari spektrofotometer UV-Vis meliputi

sumber-sumber sinar, monokromator, dan sistem optik.

i. Sumber-sumber lampu; lampu deuterium digunakan untuk daerah UV

pada panjang gelombang dari 190 – 350 nm, sementara lampu halogen

kuarsa atau lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel (pada panjang

gelombang anatar 350 – 900 nm)

ii. Monokromator; digunakan untuk mendispersikan sinar ke dalam

komponen-komponen panjang gelombangnya yang selanjutnya akan

dipilih oleh celah (slit). Monokromator berputar sedemikian rupa sehingga

kisaran panjang gelombang dilewatkan pada sampel sebagai scan

(29)

iii. Optik-optik; dapat didesain untuk memecah sumber sinar sehingga sumber

sinar melewati 2 kompartemen, suatu larutan blanko dapat digunakan

dalam suatu kompartemen untuk mengkoreksi pembacaan atau spektrum

sampel. Yang paling sering digunakan sebagai blanko dalam

spektrofotometri adalah semua pelarut yang digunakan untuk melarutkan

sampel atau pereaksi (Rohman, 2009).

2.4.2.2 Absorbsi

Ketika suatu atom atau molekul menyerap cahaya maka energi tersebut

akan menyebabkan tereksitasinya electron pada kulit terluar ke tingkat energi

yang lebih tinggi. Tipe eksitasi tergantung pada panjang gelombang cahaya yang

diserap. Sinar ultraviolet dan sinar tampak akan menyebabkan elektron tereksitasi

ke orbital yang lebih tinggi. System yang bertanggung jawa terhadap absorbsi

(30)

BAB III

METODE PENGUJIAN

3.1 Tempat Pengujian

Identifikasi Bahan Kimia Obat Sildenafil Sitrat dalam sediaan Jamu kuat

secara Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri UV-Visible pengujiannya

dilakukan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan yang

bertempat di jalan Willem Iskandar Pasar V Barat I No.2 Medan.

3.2 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah Alu, batang

pengaduk, erlenmeyer, gelas ukur, hairdryer, kertas saring, lumpang, shaker, silika

gel 60 F254,syringe, spatula, spektrofotometer Shimadzu UV Prose-1800, Sudip,

Tissue, Vial.

3.3 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Asam asetat

glasial, aseton, baku pembanding Sildenafil Sitrat 0,1%, benzene, eter, kloroform,

metanol, sampel jamu.

3.4 Prosedur

3.4.1 Larutan Uji

Sampel jamu dikeluarkan dari bungkusnya, Lalu dimasukkan ke dalam

(31)

kedalam erlenmeyer, Ditambahkan 4 ml pelarut metanol, Dikocok larutan selama

15 menit dengan alat shaker lalu disaring. Dimasukkan filtrat kedalam vial.

3.4.1.1Larutan Baku

Dibuat larutan baku Sildenafil sitrat 0,1% b/v dalam etanol. Ditimbang 1 g

Sildenafil lalu dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml, ditambahkan metanol

sampai garis tanda.

3.4.2 Identifikasi

3.4.2.1Secara Kromatografi Lapis Tipis

Larutan uji dan Larutan baku masing-masing ditotolkan pada Lempeng

Silika gel 60 F 254 secara terpisah dan ada bagian dimana Larutan uji dan larutan

baku ditotolkan pada titik yang sama. Kemudian dielusi dengan fase gerak sampai

pada batas pengembangan dengan eluen: Eter : Metanol : Asam asetat glasial (85

:10 :5), Aseton : Kloroform : Eter (40 : 35 : 25), Metanol : Benzen : Kloroform (5

: 20 : 80), lalu diangkat dan dikeringkan, dilihat noda yang terbentuk dibawah

sinar UV, dihitung harga Rf dari noda yang terbentuk.

3.4.2.2Secara Spektrofotometri

Noda pada bercak baku dan bercak senyawa pada plat KLT yang memiliki

harga Rf sama dikerok. Hasil kerokan dimasukkan kedalam erlenmeyer terpisah.

Larutkan masing-masing dalam 5 ml metanol. Kemudian filtrat nya disaring.

Dimasukkan kedalam vial, Filtrat diperiksa secara spektrofotometri pada panjang

gelombang 200-350 nm. Dengan cara yang sama dilakukan spektrofotometri

(32)

sildenafil sitrat hampir sama dengan serapan maksimu sampel jamu kuat. Yang

menunjukkan bahawa sampel yang diperiksa mengandung bahan kimia obat

(33)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan

Pada Identifikasi bahan kimia obat sildenafil sitrat dalam jamu kuat secara

Kromatografi Lapis Tipis didapat harga Rf sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis

No. Eluen

Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa harga Rf dari baku Sildenafil sitrat

hampir sama dengan harga Rf dari Sampel jamu. Hal ini menunjukkan sampel

jamu yang diperiksa positif mengandung bahan kimia obat sildenafil sitrat.

Pada Identifikasi bahan kimia obat sildenafil sitrat dalam jamu kuat secara

(34)

Tabel 4.2 Hasil identifikasi secara Spektofotometri

Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa serapan maksimum dari baku Sildenafil

sitrat hampir sama dengan serapan maksimum dari Sampel jamu. Hal ini

menunjukkan sampel jamu yang diperiksa positif mengandung bahan kimia obat

sildenafil sitrat.

Agar dapat memberikan efek pengobatan yang cepat, suatu produk herbal

seringkali dicampurkan dengan Bahan Kimia Obat (BKO). Yang lebih

membahayakan lagi adalah BKO yang dicampurkan tersebut terkadang tidak

sesuai dengan dosis pemakaian atau melebihi batas yang lazim dikonsumsi untuk

satu kali pemakaian, dan produk herbal tersebut digunakan dalam jangka waktu

yang lama. Hal ini jelas sangat berbahaya karena walaupun efek penyembuhannya

segera terasa akan tetapi dapat menimbulkan efek samping yang serius

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengujian identifikasi bahan kimia obat pada sediaan Jamu kuat

secara Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri UV-Visible, diketahui

bahwa pada sediaan jamu tersebut positif mengandung bahan kimia obat yaitu

sildenafil sitrat.

Oleh karena itu, sampel jamu kuat yang diperiksa tidak memenuhi

persyaratan karena mengandung Sildenafil sitrat.

5.2 Saran

Sebaiknya pengujian tidak hanya dilakukan pada satu merk jamu kuat

saja melainkan pada semua merk jamu kuat yang bertujuan agar sediaan jamu

kuat yang beredar dipasaran benar-benar memenuhi persyaratan.

Dan instansi yang terkait harus terus melakukan upaya pemeriksaan

sediaan obat tradisional khusunya Jamu kuat yang beredar dipasaran. Dan jika

ditemukan ada sediaan obat tradisional yang tidak memenuhi persyaratan maka

perusahaan itu harus diberi peringatan tertulis, penarikan obat dari peredaran atau

pencabutan izin edar obat untuk selanjutnya tidak akan ditemukan lagi sediaan

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Anonima. (2009). MIMS Petunjuk Konsultasi. Edisi IX. Jakarta: PT. InfoMaster Lisensi CMPMedica. Hal. 296.

Anonimb. (2011). Analisa sildenafil sitrat pada obat tradisional galian. Available from:repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19236/3/Chapter%20II.pdf, Tgl: 27 April 2013.

Balai Pengawas Obat dan Makanan. (2004). Tentang Ketentuan Pokok

Pengelompokkan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia. Jakarta:

Depkes.

Balai Pengawas Obat dan Makanan. (2008). Peringatan Tentang Obat

Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat. Jakarta: Depkes.

Balai Pengawas Obat dan Makanan. (2010). Info POM Vol. XI, No.4. Jakarta: Depkes.

Dachriyanus. (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi. Padang: Andalas University Press.Hal. 1-5.

Depkes RI. (1994). Persyaratan Obat Tradisional. Jakarta : Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 661/MENKES/SK/VII/1994.

Depkes R.I. (1990). Tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan

Pendaftaran Obat Tradisional. Jakarta: Keputusan Mentri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 246/Menkes/Per/V/1990.

Egon, S. (1985). Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Bandung : Penerbit ITB. Hal. 3-17.

Gritter, R.J., (1991). Pengantar Kromatografi. Bandung : Penerbit ITB. Hal. 111.

Gunawan, D. (2007). Ramuan Tradisional Untuk Keharmonisan Suami Istri. Jakarta : Penebar swadaya. Hal. 7-9.

Rohman, A. (2009). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 252, 261-262, 353-354, 360.

Sastrohamidjojo, H. (1985). Kromatografi. Yogyakarta: Penerbit Liberty. Hal. 29.

(37)

Tan, T.H. (2002). Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek sampingnya. Jakarta: PT Elex Media komputindo. Hal. 645.

Tjokronegoro, A. (1993). Etik Penelitian Obat Tradisional. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal. 28.

(38)

Lampiran 1. Pehitungan Harga Rf dengan menggunakan eluen Eter :

Metanol : Asam asetat glasial (85 :10 :5)

(39)
(40)
(41)

Lampiran 4. Hasil Kromatogram Identifikasi Sildenafil sitrat pada Jamu

kuat dengan menggunakan eluen Eter : Metanol : Asam asetat

glasial (85 :10 :5)

Ket :

A = Baku Pembanding Sildenafil sitrat

(42)

Lampiran 5. Hasil Kromatogram Identifikasi Sildenafil sitrat pada Jamu

kuat dengan menggunakan eluen Aseton : Kloroform : Eter

(40 : 35 : 25)

Ket :

A = Baku Pembanding Sildenafil sitrat

B = Sampel Jamu

(43)

Lampiran 6. Hasil Kromatogram Identifikasi Sildenafil sitrat pada Jamu

kuat dengan menggunakan eluen Metanol : Benzen : Kloroform (5 : 20 : 80)

Ket :

A = Baku Pembanding Sildenafil sitrat

B = Sampel Jamu

(44)

Lampiran 7. Hasil Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum Baku

Pembanding dan Sampel Secara Spektrofotometri Ultraviolet

dengan menggunakan eluen Eter : Metanol : Asam asetat

(45)
(46)
(47)

Lampiran 8. Hasil Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum Baku

Pembanding, Sampel dan Baku + Sampel Secara

Spektrofotometri Ultraviolet dengan menggunakan eluen

(48)
(49)
(50)
(51)

Lampiran 9. Hasil Pengukuran Panjang Gelombang Maksimum Baku

Pembanding, Sampel dan Baku + Sampel Secara

Spektrofotometri Ultraviolet dengan menggunakan eluen

(52)
(53)
(54)

Gambar

Tabel 2.1.1 Jamu yang Mengandung Bahan Kimia Obat
Tabel 4.1 Hasil identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis
Tabel 4.2 Hasil identifikasi secara Spektofotometri

Referensi

Dokumen terkait

Menyebutkan kelompok gambar yang mempunyai bunyi / huruf awal yang sama.. Menyebutkan kelompok gambar yang mempunyai bunyi / huruf awal

Development of SSR Marker Set to Identify Fourty Two Indonesian Soybean Varieties (Pengembangan Set Marka SSR untuk Identifikasi Empat Puluh Dua Varietas Unggul Kedelai

Virgin Cake & Bakery mengusahakan penyimpanan pada bahan baku diletakkan di atas pallet kayu bertujuan untuk pencegahan terjadinya kontaminasi atau cemaran pada bahan baku

Sesuatu yang baru ( novelty) : Suatu stimulus yang baru akan lebih menarik perhatian kita dari pada sesuatu yang telas

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Kridalaksana dalam bukunya yang bejudul “ Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia” (2007: 79), mengatakan bahwa numeralia adalah kategori

[r]

Apabila dalam perlakuan diatas Bapak/Ibu/Sdra/Sdri/Keluarga mengalami efek samping yaitu terjadi robekan pada pembuluh darah sehingga sekitar tempat suntikan akan membengkak

Masyarakat tradisi keraton menganggap bahwa tarian Anglirmendhung hampir sama dengan tari Bedhaya Ketawang yang sangat sakral dan Anglirmendhung konon